d. Seminar/Ceramah
e. Mengadakan majalah
f. Mengadakan Perpustakaan
1. Ketua I
2. Ketua II
3. Penulis I
4. Penulis II
5. Bendahara
6. Juru Periksa/Komisaris
Kemudian pada tanggal 24 Juni 1951 Dilakukan musyawarah untuk
menentukan tuju an tujuan IBI untuk selengkapnya yaitu:
1. Menggalang persatuan dan persaudaraan antara bidan serat kaum wanita
pada u mumnya dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa
2. Membina pengetahuan dan keterampilan anggota dalam profesi kebidanan,
khusu snya dalam pelayanan KIA serta kesejahteraan keluarga
3. Membantu pemerintah dalam pembangunan nasional terutama dalam
meningkatk an derajat kesehatan masyarakat
4. Meningkatkan martabat dan kedudukan Bidan dalam masyarakat.
Selain itu juga pada pertemuan tersebut juga diputuskan Visi dan Misi IBI
antara lain:
1. Membentuk Organisassi IBI yang bersifat nasional,sebagai satu-
satunya organisasi yang merupakan wadah persatuan dan kesatuan Bidan di
indone sia
2. Pengurus besar IBI berkeduduka di Jakarta atau dimana pusat pemerintahan
bera da
3. Meniadakan Bidan kelas 1 maupun Bidan Kelas 2,yang ada hanya Bidan
4. Membentuk Pengurus di daerah-daerah
5. Bidan harus bekerja sesuai dengan profesi,apabila bekerja dibidang
perawatan har us mengikuti pendidikan perawat selama 2 tahun, demikian
apabila perawat bekerja di kebidanan harus mengikuti pendidikan bidan
selama 2 tahun
Setelah musyawarah pengurus besar IBI terpilih, maka pada tanggal 24 Juni
1951 sah menjadi hari lahirnya IBI.
KEPUTUSAN
KONGRES XIV IKATAN BIDAN INSONESIA
NO. 004.SKEP/KONGRES XV/XI/2013
Tentang
ANGGARAN DASAR DAN
ANGGARAN RUMAH TANGGA IBI
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa Kongres XIV Ikatan Bidan Indonesia :
Menimbang :
a. Bahwa kongres sebagai forum musyawarah tertinggi organisasi IBI
berwenang meninjau, menyempurnakan AD-ART IBI.
b. Bahwa untuk menyelesaikan dengan perkembangan organisasi
maupun situasi dan kondisi saat ini, perlu diadakan
perubahan/penyempurnaan AD dan ART.
c. Bahwa karena hal tersebut perlu diterbitkan Keputusan Kongres XV
IBI tanhun 2013 tentang AD-ART.
Mengingat :
a. Anggaran Dasar Bab V Pasal 18 tentang Kongres
b. Anggaran Rumah Tangga Bab IX Pasal 18 tentang Kongres,
Musyawarah dan Rapat- rapat
Memperhatikan :
Hasil Kongres XV yang membahas tentang AD dan ART IBI 2013-2018
pada tanggal 11-22 November 2013.
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 12 November 2013
Atas nama peserta Kongres XIV Ikatan Bidan Indonesia
PEMIMPIN KONGRES
UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
PREAMBULE
(Pembukaan)
Bahwa Sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa. Oleh sebab
itu maka penjajahan di atas dunia harus di hapuskan, karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah pada saat
yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan
pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur.
Atas berkat dan rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh
keiinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umu, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan social, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang berbentuk
dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratans/Perwakilan, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia.
INDONESIA RAYA
Cip : W.R Supratman
Indonesia Kebangsaanku
Bangsa dan tanah airku
Marilah kita bersatu
Indonesia bersatu
Hiduplah tanahku
Hiduplah negriku
Bangsaku rakyatku
Semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia raya
Indonesia Raya Merdeka ,Merdeka
Tanahku Negriku Yang Kucinta
Indonesia Raya Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
LOGO
IKATAN BIDAN INDONESIA
Para lulusan pendidikan kebidanan diberikan Ijazah Bidan sebagai tanda lulus
dan diwajibkan mengucapkan sumpah atau Janji Bidan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Lafal sumpah atau janj Bidan adalah sebagai berikut :
Saya bersumpah atau berjanji bahwa saya :
1. Akan mengabdikan ilmu saya dengan jujur dan adil sejalan dengan profesi bidan
2. Akan mengabdikan diri saya dalam pelayanan kebidanan dan kesehatan tanpa
membedakan agama, pangkat, suku, dan bangsa
3. Akan menghormati kehidupan manusia sejak pembuahan
4. Akan membela hak dan menghargai tradisi budaya dan spiritual pasien yang saya
layani
5. Tidak akan menceritakan kepada siapapun dan menjaga segala rahasia yang
berhubungan dengan tugas saya kecuali jika diminta pengadilan untuk keperluan
kesaksian
6. Akan menghormati, membina kerjasama keutuhan dan kesetiakawanan dengan
teman sejawat
7. Akan menjaga martabat dan menghormati keluhuran profesi dengan terus
menerus mengembangkan ilmu kebidanan
Sumpah/janji ini saya ikrarkan dengan sungguh-sungguh dengan
mempertaruhkan kehormatan profesi saya sebagai bidan. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa member kekuatan kepada saya.
Keterangan :
Pengucapan sumpah profesi atau janji bidan dilakukan pada waktu wisuda/
setelah wisuda dibimbing oleh Ketua Organisasi Profesi atau Wali Profesi yang ada
di Institusi Pendidikan yang bersangkutan.
PENGERTIAN BIDAN
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang
diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia
serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk register, sertifikasi dan atau
secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktek kebidanan.
Bidan adalah tenaga professional yang bertanggungjawab dan akuntabel, yang
bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat
selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memfasilitasi dan memimpin
persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru
lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal,
deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain
yang sesuai, serta melaksanakan pertolongan pertama tindakn kegawat-daruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak
hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini
mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas
pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan
anak.
Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan : termasuk di rumah,
masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.
FALSAFAH KEBIDANAN
Dalam menjalankan perannya bidan memiliki keyakinan yang dijadikan
panduan dalam memberikan asuhan. Keyakinan tersebut meliputi :
1. Keyakinan tentang kehamila dan persalinan.
2. Hamil dan bersalin merupakan suatu proses alamiah dan bukan penyakit.
3. Keyakinan tentang Perempuan. Setiap perempuan adalah pribadi yang unik
mempunyai hak, kebutuhan, keinginan masing-masing. Oleh sebab itu
perempuan harus berpartisipasi aktif dalam setiap asuhan yang diterimanya.
4. Keyakinan fungsi Profesi dan manfaatnya. Fungsi utama profesi bidan adalah
mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya, proses fisiologis harus
dihargai, dukungan dan dipertahankan. Bila timbulpenyulit, dapat
mengguakan teknologi tepat guna dan rujukan efektif, untuk memastikan
kesejahteraan perempuan dan janin/bayinya.
5. Keyakinan tentang pemberdayaan perempuan dalam membuat keputusan.
Perempuan harus diberdayakan untuk mengambil keputusan tentang
kesehatan diri dan keluarganya melalui kominikasi, informasi, dan edukasi
(KIE) dan konseling. Pengambilan keputusan merupakan tanggung jawab
bersama antara perempuan, keluarga dan pemberi asuhan.
6. Keyakinan tentang tujuan Asuhan. Tujuan utama asuhan kebidanan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi kesakitan dan kemtian). Asuahan
kebidanan berfokus pada : pencegahan, promosi kesehatan yang bersifat
holistic, diberikan dengan cara yang kreatif dan fleksibel, suportif, peduli,
bimbingan, monitor dan pendidikan berpusat paraperempuan, asuhan
berkesinambungan, sesuai keinginan dan tidak otoriter serta menghormati
pilihan perempuan.
7. Keyakinan tentang kolaborasi dan kemitraan. Praktik kebidanan dilkukan
dengan menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman holistik
terhadap perempuan, sebagaisalah satu kesatuan fisik, psikis, emosional,
social, budaya spiritual serta pengalaman reproduksinya. Bidan memiliki
otonomi penuh dalam prakteknya yang berkolaborasi dengan tim kesehatan
lainnya.
Sebagai Profesi biadan mempunyai pandangan hidup Pancasila, seorang
bidan menganut filosofi yang mempunyai keyakinan didalam dirinya bahwa
semua manusia adalah mahluk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang unik
merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dan tidak ada individu
yang sama.
Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan dan perbedayaan
kebudayaan. Setiap individu berhak menentukan nasib sendiri dan mendapatkan
informasi yang cukup untuk berperan disegala aspek pemeliharaan kesehatan.
Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka
setiap wanita usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapatkan
pelayanan yamg berkualitas.Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas
perkembangan keluarga, yang membutuhkan persiapan sampai anak menginjak
masa remaja.
Keluarga-keluarga yang berada disuatu wilayah/daerah membentuk
masyarakat kumpulan dan masyarakat Indonesia terhimpun didalam satu kesatuan
bangsa Indonesia. Manusia terbentuk karena adanya interaksi antara manusia dan
budaya dalam l;ingkungan yangbersifat dinamin mempunyai tujuan dan nilai-nilai
yang terorganisir.
MUKADIMAH
Bahwa tujuan Kemerdekaan Negara Republik Indonesia adalah untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tanah tumpah darah Indonesia,
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan social.
Bahwa tujuan perjuangan Ikatan Bidan Indonesia sesungguhnya
merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari pergerakan bangsa Indonesia.
Bahwa Ikatan Bidan Indonesia sebagai salah satu kekuatan social, mempunyai
hak, tanggung jawab dan kewajiban yang sama dengan kekuatan social lainnya
dalam rangka mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia yang berlandaskan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 demi masa depan yang lebih baik bagi
keluarga, masyarakat dan bangsa yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Maka seluruh anggota Ikatan Bidan Indonesia dalam pelaksanaan
fungsinya sebagai salah stu kekuatan social, mempersatukan diri dalam satu
wadah yang menghimpun semua potensi bidan di Indonesia yaitu “IKATAN
BIDAN INDONESIA” (IBI) yang didirikan secara nasional pada tanggal 24 Juni
1951 di Jakarta.
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Ikatan Bidan Indonesia
menyusun, menetapkan dan melaksanakan Anggaran Dasar-nya yang di
perbaharui sesuia dengan tuntutan perubahan dan perkembangan zaman serta di
syahkan dalam kongres Ikatan Bidan Indonesia dan di syahkan oleh Notaris.
ANGGARAN DASAR
IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
BAB I
NAMA, WAKTU, DAN KEDUDUKAN
PENGURUS PUSAT
Pasal I
NAMA
Organisasi ini bernama Ikatan Bidan Inndonesia disingkat IBI.
Pasal 2
WAKTU
Ikatan Bidan Indonesia didirikan secara nasional pada tanggal 24 Juni 1951 di
Jakarta, untuk jangka waktu yang tidak di tentukan.
Pasal 3
KEDUDUKAN
Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia berkedudukan di ibukota Negara Republik
Indonesia. Berkedudukan di ibukota Negara Republik Indonesia.
BAB II
AZAS, SIFAT, TUJUAN DAN KEGIATAN
Pasal 4
AZAS
Ikatan Bidan Indonesia berazaskan Pancasila.
Pasal 5
SIFAT
Ikatan Bidan Indonesia sebagai satu- satunya organisasi Bidan bersifat netral dijiwai
oleh filosofi dan kode etik bidan Indonesia.
Pasal 6
TUJUAN
Ikatan Bidan Indonesia bertujuan :
1. Menggalang dan mempererat persatuan dan persaudaraan sesame bidan,
organisasi perempuan dan pihak terkait untuk mencapai visi dan misi
2. Membina dan mengayomi anggota serta mengembangkan dan meningkatkan
pendidikan, pengetahuan dan keterampilan terutama dalam lingkup
kebidanan.
3. Berperan serta dalam pembangunan, terutama dalam pemeliharaan &
peningkatan derajat kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak
4. Meningkatkan martabat dan kependudukan bidan serta memberdayakan
perempuan dalam masyarakat.
Pasal 7
KEGIATAN
Untuk mencapai tujuan sebagaimana tercantum dalam Pasal 6, IBI melakukan
kegiatan ke dalam dan ke luar organisasi sesuai rencana kerja.
BAB III
KEANGGOTAAN
Pasal 8
ANGGOTA
1. Anggota Ikatan Bidan Indonesia adalah bidan yang telah memiliki Kartu
Tanda Anggota (Surat tanda pengenal sebagai anggota IBI) dan kartu
tersebut masih berlaku.
2. Ketentuan mengenai keanggotaan IBI diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga
BAB IV
ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN
Pasal 9
ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN
1. Tingkat Nasional:
Kepengurusan di Tingkat Nasional dinamakan PENGURUS PUSAT
berkedudukan di ibukota Negara.
2. Tingkat Propinsi:
Kepengurusan di tingkat Propinsi dinamakan PENGURUS DAERAH dan
berkedudukan di Ibukota Propinsi.
3. Tingkat Kabupaten/Kota:
Kepengurusan di tingkat kabupaten/kota dinamakan PENGURUS CABANG
dan berkedudukan di ibukota Kabupaten/Kota.
4. Tingkat Kecamatan/Institusi:
Kepengurusan di tingfkat Kecamatan dinamakan PENGURUS RANTING
dan berkedudukan di kecamatan.
Kepengurusan di unit Pelayanan Kesehatan, Institusi Pendidikan Bidan
dinamakan Pengurus Ranting.
Pasal 10
KEPENGURUSAN
1. Pemimpin Organisasi disebut Ketua Umum
2. Kepengurusan Organisasi selanjutnya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
Pasal 11
TUGAS KEPENGURUSAN
1. Memimpin organisasi sesuai dengan ketentuan AD dan ART serta kebijakan
yang ditetapkan oleh Kongres IBI.
2. Tugas kepengurusan selanjutnya diatur dalam Anggaran Rumah tangga
BAB V
KONGRES, MUSYAWARAH DAN RAPAT
Pasal 12
KONGRES
1. Kongres merupakan wadah/forim tertyinggi dalam organisasi Ikatan Bidan
Indonesia untuk menetapkan dasar dan tujuan organosasi serta kebijakan
secara Nasional.
2. Kongres diadakan setiap lima tahun sekali.
3. Dalam keadaan mendesak dapat diadakan Kongres Luar Biasa.
4. Ketentuan tentang Kongres. Musyawarah Daerah, Musyawarah Cabang dan
Musyawarah Ranting diatur dalam Anggaran Rumah tangga.
Pasal 13
RAPAT
1. Di antara dua Kongres/Musda/Muscab/Musran di adakan Rapat Kerja
Nasional (Rakernas), Rapat Kerja Daerah (Rakerda), Rapat Kerja Cabang
(Rakercab) dan Rapat Kerja Ranting (Rakerran).
2. Ketentuan tentang Rakernas, Rakerda, Rakercab dan Rakerran diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 14
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Pengambilan keputusan dalam Kongres dan rapat-rapat yang tersebut pada
pasal-pasal dalam BAB V dilakukan dengan musyawarah
2. Ketentuan lebih lanjut tentang pengambilan keputusan diatur dalam Anggaran
Dasar Rumah Tangga.
BAB VI
LAMBANG
PASAL 15
1. Lambang atau logo Organisasi IBI adalah lingkaran yang didalamnya terdapat
buah delima merekah, cawan, ular dan dua helai daun
2. Logo Ikatan Bidan Indonesia, dengan Gambaran sebagai berikut
a. Penjelasan lebih lanjut tentang arti logo IBI diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.
BAB VII
KEUANGAN
Pasal 16
1. Keuangan IBI diperoleh dari :
a. Uang Pangkal
b. Iuaran Anggota
c. Sumbangan dalam bentuk apapun yang sah dan tidak mengikat
d. Penerimaan-penerimaan lain yang sah
e. Usaha lain yang sah
f. Ketentuan lebih lanjut tentang keuangan diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga
BAB VIII
ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 17
Anggaran Rumah Tangga
Hal-hal yang tidak diatur didalam Anggaran Dasar akan diatur didalam Anggaran
Rumah Tangga yang merupakan rincian pelaksanaan Anggaran Dasar.
1. Anggaran Rumah Tangga dan peraturan pelaksanaan lainnya tidak boleh
bertentangan dengan Anggaran Dasar.
BAB IX
PEMBUBARAN
Pasal 18
Pembubaran Organisasi
1. Organisasi dapat dibubarkan atas KeputusanKongres
2. Berdasarkan permintaan tertulis yang ditandatangani oleh 2/3 (dua per tiga)
jumlah cabang yang di ketahui Pengurus Daerah masing-masing dengan
alasan yang obyektif.
BAB X
HAK MILIK DAN KEKAYAAN ORGANISASI
Pasal 19
Pasal 19
Anggaran dasar Ikatan Bidan Indonesia ini disahkan oleh kongres xv Ikatan Bidan
Indonesia tahun 2013 di Jakarta.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 12 November 2013
BAB I
PENJELASAN UMUM
Pasal 1
1. Bidan Bidan adalah seseorang perempuan yang lulus dari pendidikan
Bidan yang diakui oleh pemerintah dan organisani profesi di Wilayah Negara
Republik Insonesia serta memiliki kopentensi dan kualifikasi untuk
deregister, sertifikasi dan tau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan
praktek kebidanan.
Bidan sebagai tenaga professional yang bertanggung jawab dan
akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan
dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa
nifas, memfasilitasi persalinan atau tanggung jawab sendiri dan memberikan
asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya
pencegahan promosi persalinan normal deteksi komplikasi pada ibu dan anak,
dan akses bantuan medis atau atau bantuan lain yang sesuai, serts
melaksanakan tindakan kegawat-daruratan. Bidan mempunyai tugas penting
dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan,
tetapi juga kepada keluaega dan masyarakat kegiatan ini mencakup
pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada
kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan
asuhan anak Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk
dirumah masyarakat, Rumah Sakit, Klinik atau unit kesehatan lainnya.
Pasal 2
Ikatan Bidan Indonesia mempunyai Logo dengan bentuk dari identitas yang
melambangkan :
1. “Bentuk bundar, dilingkari oleh garis merah putih” yang berarti perdatuan
abadi.
2. “Buah Delima” adalah buah yang berisi biji (bibit) dan air lambing kesuburan.
3. “Dua Helai Daun” berarti lambangkemampuan dari pihak laki-laki dan
perempuan untuk member hidupnya bibit.
4. “Ular & Cawan” melambangkan kemampuan Dewa Aesculaplus dan Dewi
Hygea yang berarti pelayanan kebidanan memelihara dan mempertahankan
biji (bibit) agar tumbuh & berkembang dengan baik.
5. “Buah Delima merekah” menggambarkan buah delima yang sudah matang,
mengandung biji-biji yang matur dan sehat dapat melajutkan hidup baru/
generasi penerus yang sehat dan berkualitas dan bidan adalah seorang yang
siap untuk menghantar biji-biji yang matur dan sehat menjadi generasi
penerus yang sehat dan berkualitas.
LOGO IBI
Penataan bentuk dan warna logo sebagai berikut:
1. Lingkaran
A. Luar : Merah darah
B. Tengah: Putih kertas dasar
C. Dalam : Cobra/Senduk
2. Ular
a. Warna : Hitam cobra, dengan garis-garis putih leherya
b. bentuk : Cobra/Senduk
3. Cawan
a. Bentuk : Seperti corong dengan bulatsn atas berbentuk oval.
b. Warna : Putih kertas dasar dengan garis pinggir gambar warna hitam
4. Daun dan Tangkai Delima
a. Jenis : Daun delima
b. Warna : Hijau daun delima
c. Jumlah daun : 2 helai
5. Buah Delima
a. Warna : Orange tua, ke bawah semakin muda warnanya
dimulai setengah bian setengah delima dibawah
b. Biji : Warna merah biji delima jumlah biji besar 24, biji
kecil 51
c. Mulut buah : Enam helai/bibir
6. Tulisan
a. Formasi : Melingkar setengah lingkaran bawa.
b. Isi : IKATAN BIDAN INDONESIA
c. Warna : Merah darah
7. Bukaan/Rekahan Buah Delima
a. Vertikal : 33%
b. Horizontal : 76%, dari atassisa 20%, dari bawah sisa 13%
8. Ukuran Logo
Sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan yang berlaku
BAB II
KEANGGOTAN, HAK, KEWAJIBAN, SANKSI DAN BERHENTI
Pasal 3
KEANGGOTAAN
1. Anggota Ikatan Bidan Indonesia adalah bidan yang memiliki Kartu Tanda
nggota dan kartu tersebut masih berlaku.
2. Keanggotaan IBI sesuai dengan tempat domisili atauinstitusi tempat kerja.
Pasal 4
SYARAT DAN TATA CARA PENERIMAA UNTUK MENJADI ANGGOTA
1. Syarat Menjadi Anggota
1. Memiliki Ijazah Bidan/lulus Bidan
2. Mengisi formulir pendaftran dengan melamprkan:
a. Foto Copy Ijazah Bidan
b. Foto Copy Sertifikat Kompetensi (bagi lulusan Bidan setelah 1 Agustus
2013)
c. Foto Copy KTP
d. Pas Foto 4x6 sebanyak 2 (dua)buah
2. Tata Cara Penerimaan Anggota
a. Pendaftaran dilakukan di Kantor Pengurus Ranting/Cabang sesuai domilisi
atau institusi tempat kerja.
b. Formulir Pendaftaran dapat diperoleh dipengurus Cabang/Ranting.
c. Formulir yang sudah diisi diteliti kebenaranya, diputuskan dalam rapat
pengurus ranting/Cabang.
d. Calon anggota yang memenuhi persyaratan diusulkan oleh Pengurus
Ranting/Cabang untuk deregister oleh Pengurus Pusat dan diterbitkan
Kartu Tanda Anggota (KTA) YANG BERLAKU SELAMA 5 (LIMA)
TAHUN.
3. Tata cara perpanjang KTA
a. 3 bulan sebelum habis masa berlakunya mengajukan perpajangan.
b. Mengisi Formulir Pendaftaran perpanjangan.
c. Melampirkan foto copy KTA yang akan habis masa berlakunya
Pasal 5
HAK ANGGOTA
1. Anggota berhak untuk mendaptkan pengayoman dari organisasi secara
berjenjeng.
2. Anggota berhak menghadiri rapat dan mengajukan usul, baik tertulis maupun
lisan.
3. Anggota aktif berhak memilih dan disiplin
4. Anggota berhak memiliki
a. Kartu tanda anggota IBI (KTA) yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat
dan tandatangan Ketua Umumum IBI.
b. Lencana Ikatan Bidan Indonesa
c. Buku Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
d. Seragam IBI Nasional dan kerja.
Pasal 6
KEWAJIBAN ANGGOTA
1. Tunduk pada AD-ART
2. Memahami , menghayati dan mengamalkan kode etik bidan
3. Membayar uang pangkal bagi anggota baru
4. Membayar iuran secara teratur
5. Membayar IBI agar tetap sebagai organisasi profesi yang tidak berafiliasi
dengan partai politik apapun
Pasal 7
SANKSI ANGGOTA
1. Sanksi dijatuhkan kepada anggota yang:
a. Sengaja mencemarkan nama baik organisasi
b. Menggunakan nama organisasi untuk kepentingan pribadi
2. Jenis sanksi :
a. Teguran lisan 1 – 3 kali
b. Teguran tertulis 1 – 3 kali
c. Dikeluarkan dari anggota setelah dikonsultasikan dan diputuskan oleh
Pengurus secara berjenjang oleh Pengurus Cabang, Pengurus Daerah dan
PengurusPusat.
PasaL 8
BERHENTI DARI KEANGGOTAAN
1. Mengundurkan diri atas kemauan sendiri.
2. Meninggal dunia.
3. karena sesuatu hal yang merugikan IBI
BAB III
ORGANISASI
Pasal 9
1. Tingkat Nasional
Kepengurusan di Tingkat Nasional dinamakan PENGURUS PUSAT
berkedudukan di Ibukota Negara.
2. Tingkat Propinsi
Kepengurusan di tingkat Propinsi dinamakan PENGURUS DAERAH dan
berkedudukan di Ibukota Propinsi.
3. Tingkat Kabupaten/kotA
Kepengurusan di tingkat kabupaten/kota berkedudukan di Ibukota Kabupaten
/Kota.
4. Tingkat Kecamatan/Institusi:
a. Kepengurusan di Tingkat Kecamatan dinamakan PENGURUSRANTING
dan berkedudukan di Kecamatan.
b. Kepengurusan di Unit Pelayanan Kesehatan atau Institusi Pendidikan
Bidang dinamakan Pengurus Ranting.
BAB IV
KEPENGURUSAN
Pasal 10
PENGURUS PUSAT (PP)
1. Susunan Pengurus Pusat:
a. Ketua Umum
b. Sekertaris Jendral
1. Tata usaha dan Rumah Tangga
2. Hubungan Masyarakat
3. Advokasi dan Hubungan Luar Negeri
c. Ketua I
1. Bidang Orgnisasi
2. Bidang Hukum
3. Bidang R&D (Research & Development / Penelitian dan
Pengembangan Organisasi)
d. Ketua II
1. Bidang Pendidikan
2. Bidang Pelatihan
3. Bidang Pelayanan
e. Bendahara
Bidang Administrasi Keuangan
Fund Rising (Pencari Dana)
f. Tim Tehnis
2. Ketentuan tentang Pengurus Pusat:
a. Ketua Umum dan 4 (empat) orang pengurus terpilih disahkan oleh
Konggres IBI dengan batas usia 50-65 tahun dan minimal pendidikan
Diploma-III Kebidanan
b. Empat orang pengurus terpilih dimagsud dalam huruf a ditetapkan sebagai
pengurus harian yang jabatannya ditentukan oleh ketua Umum terpilih
secara musyawarah.
c. Ketua Umum dapat dipilih kembali , dengan ketentuan bahwa yang
bersangkutan hanya dapat memangku jabatan yang sama berturut-turut dua
periode.
d. Pengurus harian ditugaskan untuk melengkapi susunan pengurus pusat.
e. Pengurus harian hanya dapat memangku jabatan yang sama berturut-turut
dua periode.
f. Setiap anggota pengurus dalam organisasi IBI hanya dibenarkan
menduduki satu jabatan , baik dalam satu unit kepengurusan maupun untuk
jenjang kepengurusan yang berbeda.
c. KETUA I
1. Mewkili Ketua Umum apabila berhalangan berdasarkan pelimpahan
wewenang dari Ketua Umum ,
2. Mengkoordinir , mengarahkan , membina , mengawasi pelaksanaan
program kerja
3. Bidang Penelitian dengan Pengembangan Organisasi
4. Bekerja sama dengan pengurus lainya untuk kelancaran keberhasilan
program IBI
5. Membina pengurus daerah .
6. Memperkuat organisasi dengan mengadakan pelatihan seminar
workshop tentang organisasi hokum penelitian dan pengembangan
oeganisasi.
7. Menyiapkn Konggres dan Rakernasserta pertemuan beriodikIBI
tingkat pusat.
8. Mengkoordinasikan peraturan dan perundang-undangan yang
berhubungan dengan organisasi IBI , pendidikan dan Pelayanan
Kebidanan.
d. KETUA II
1. Mewakili Ketua Umum apabila berhalangan , berdasarkan pelimpahan
wewenang dari ketua umum.
2. Mengkoordinir, mengarahkan, membina dan mengawasi pelaksanaan
program kerja Bidang Pendidikan, Bidang Pelatihan dan Bidang
Pelayanaan Kebidanan.
3. Bekerja sama dengan pengurus lainya untuk kelancaran dan
keberhasilan program IBI.
4. Menyiapkan kerjasama dengan lembaga/institusi terkait dengan
pelayanan, pendidikan dan pelatihan,
5. Meningkatkan mutu pendidikan, pelatihan dan pelayanan kebidanan.
e. BENDAHARA
1. Mewakili Ketua Umum apabilaberhalangan, berdasarkan
pelimpahanwewenang dari Ketua Umum.
2. Membuat rencana anggaran pendapatan & belanja (RAPB) jangka
pendek dan jangka panjang,
3. Mengkoordinir kegiatan Bidang Administrasi Keuangan dan Fund
Risisng,
4. Bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan sesuai ketetapan dan
kebijakan organisasi,
5. Bekerjasma dengan dengan pengurus lainnya untuk kelancaran dan
keberhasilan program IBI.
6. Menandatangani cek dengan Ketua umum atau Sekretaris Jendral,
7. Mengkoordinir yayasan Buah Delima.
f. TIM TEHNIS
Tim tehnis dibentukoleh Pengurus sesuai kebutuhan dan bertanggung
jawab kepada ketua umum.
Pasal 11
MAJELIS PERTIMBANGAN ETIK BIDAN (MPEB)
Pasal 12
MAJELIS PERTIMBANGAN ORGANISASI (MPO)
1. MPO merupakan suatu komponen dalam struktur organisasi yang fungsinya
untuk memberikan pertimbangan dalam pengelolaan organisasi.
2. MPO Tingkat Pusat adalah mantan pengurus Pusat IBI yang terpilih dan
bersedia
3. Unsur MPO/ Pelindung di tingkat Provinsi/Pengurus daerah:
a. Pelindung : Gubernur
b. Penasehat : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
c. Pengurus Daerah IBI yang terpilih dan bersedia
d. Unsure terkait lainnya
4. Unsur MPO/ Pelindung di tingkat Kabupaten./Kota/Pengurus Cabang:
a. Pelindung : Bupati/Walikota
b. Penasehat : Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/Kota
c. Mantan Pengurus IBI yang terpilih dan bersedia
d. MPO/Pelindung di tingkat Kecamatan pengurus ranting :
Disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat
Pasal 13
KELEGIUM KEBIDANAN INDONESIA
1. Kolegium Kebidanan Indonesia adalah suatu komponen dalam struktur
organisasi IBI yang fungsinya untuk menjaga dan meningkatkan mutu
pendidikan dan pelayanan kebidanan.
2. Kolegium Kebidanan Indonesia adalah kumpulan para pakar profesi
kebidanan (midwifery) dan berkedudukan ditingkat pusat.
3. Anggota Kolegium kebidanan Indonesia di pilih oleh PP IBI, dan
bertanggungjawab kepada Ketua Umu Pengurus Pusat Ikatan Bidan
Indonesia.
4. Kolegium membidangi komite standar kompetensi, komite standar pendidikan
komite standar pelayanan kebidanan dan komite Uji kompetensi.
5. Ketua kolegium dapat dipilihkembalidengan ketentuan bahwa yang
bersangkutan hanya dapat mengaku jabatan yang sama berturut-turut dua
periode,
6. Ketentuan tentang kolegium Kebidanan Indonesia diatur tersendiri.
Pasal 14
YAYASAN BUAH DELIMA
1. Yayasan Buah delima merupakan unit kegiatan di bawah koordinasi
bendahara
2. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Yayasan Buah Delima diatur
tersendiri.
Pasal 15
PENGURUS DAERAH (PD)
1. Susunan pengurus daerah
b. Ketua Pengurus Daerah
c. Sekretaris
1. Tata Usaha dan Rumah Tangga
2. Hubungan Masyarakat dan Advokasi
d. Wakil Ketua I
1. Bidang Organisasi
2. Bidang Hukum
3. Bidang Penelitian dan pengembangan Organisasi
e. Wakil Ketua II
1. Bidang Pendidikan
2. BIdamg Pelatihan
3. Bidang Pelayanan
f. Bendahara
1. Bidang Administrasi Keuangan
2. Fund Raising (Penggali dana)
g. Majelis Pertimbangan Organisasi
h. Majelis Pertimbangan Etik Bidan
i. Yayasan Buah Delimamerupakan unit kegiatan dibawah koordinasi
bendahara
j. Tim Tehnis
3. Ketentuan tentang Pengurus Daerah
a. Ketua Pengurus Daerah dan 4 (empat) orang pengurus terpilih disahkan
oleh musyawarah daerah dengan batas usia 40-65 tahun dan minimal
pendidikan Diploma-III Kebidanan
b. Empat pengurus terpilih dimaksud dalam huruf a ditetapkan sebagai
pengurus harian yang jabatannya ditentukan oleh ketua PD terpilih secara
musyawarah
c. Ketua PD dapat terpilih kembali, dengan hanya dapat memangku jabatan
yang sama berturut-turut 2 periode
d. Pengurus harian ditugaskan untuk melengkapi susunan pengurus daerah.
e. Pengurus harian hanya dapat memangku jabatan yang sama berturut-turut
dua periode.
f. Setiap anggota pengurus dalam organissi IBI hanya dibenarkan
menduduki satu jabatan, baik dalam satu unit kepengurusan maupun unit
jenjang kepungurusanyang berbeda.
4. Tugas, Wewenang dan tanggung jawab:
a. Ketua Pengurus Daerah
1. Memimpin oerganisasi sesuai dengan ketentuan AD/ART serta
kebijakan yang digariskan oleh Pengurus Pusat IBI.
2. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan PD IBI mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi serta bertanggung jawab penuh untuk
kegiatan ke dalam dan ke luar.
3. Menentukan kebikan umum, mengarahkan, membina dan mengawasi
seluruh program PD.
4. Menyelenggarakan Musyawarah Daerah, Rakerda dan rapat-rapat.
b. Sekretaris
1. Mewakili Ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan
wewenang dari Ketua
2. Mengkoordinasikan, mengarahkan, membina dan mengawasi
bidangtat usah dan rumah tangga, humas, advokasi & hubungan luar
negri.
3. Bekerjasama dengan pengurus lainnya untuk kelancaran dan
keberhasilan program IBI sesuai dengan kebutuhan.
c. Wakil Ketua I
1. Mewakili Ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan
wewenang dari ketua
2. Mengkoordinasikan, mengarahkan, membina dan mengawasi
pelaksanaan program kerja bidang Organisasi,Hukum, Penelitian dan
Pengembangan Organisasi
3. Bekerja sama dengan Pengurus lainnya untuk kelancaran keberhasilan
program IBI sesuai Kebutuhan
d. Wakil Ketua II
1. Mewakili Ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan
wewenang dari Ketua
2. Mengkoordinasikan, mengarahkan, membina dan mengawasi
pelaksanaan program kerja bidang Pendidikan, Pelatihan, dan
Pelayanan.
3. Bekerjasama dengan Pengurus lainnya untuk kelancaran, keberhasilan
program IBI sesuai kebutuhan .
e. Bendahara
1. Mewakili Ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan
wewenang dari Ketua.
2. Mengkoordinir, mengarahkan, membina, dan mengawasi kegiatan
bidang administrasi keuangan dan fund rising(Pencari dana).
3. Bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan organisasi sesuia
ketetapan & kebijakan pengurus harian.
4. Mencari dana untuk dinamika dan kelangsungan roda organisasi
5. Mengkoordinir Yayasan Buah Delima.
6. Bekerjasama dengan Pengurus lainnya untuk Kelancaran, keberhasilan
program IBI sesuai kebutuhan.
f. Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO) tingkat propinsi
1. Memberikan pertimbangan dalam pengelolaan organisasi di tingkat
propinsi
g. Majelis Pertimbangan Etik Bidan
1. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan kebijakan
MPEB pusat
2. Melaporkan hasil kegiatan di bidang tugasnya, secara berkala.
3. Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas
PD
4. Melakukan kegiatan berkenaan dengan etika dank ode etik bidan
5. Memberikan solusi/saran berkenaan dengan etika dank ode etik bidan
6. Penanganan masalah berkenaan dengan praktik bidan
7. Melaksanakan pembinaan Etik Bidan
h. Yayasan Buah Delima
Keberadaan YBD langsung dikoordinasi oleh Bendahara PD,
kegiatan YBD di atur dalam Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga
tersendiri.
i. Tim Tehnis
Tim teknis di bentuk oleh Pengurus sesuai kebutuhan dan
bertanggung jawab kepada Ketua Pengurus Daerah.
Pasal 16
PENGURUS CABANG (PC)
1) Susunan Pengurus Cabang
a. Ketua pengurus Cabang
b. Sekretaris
1. Tata Usaha dan Rumah Tangga
2. Hubungan Masyarakat dan Advokasi
c. Wakil ketua I
1. Bidang Organisasi
2. Bidang Hukum
3. Bidang Penelitian dan Pengembangan Organisasi
d. Wakil Ketua II
1. Bidang Pendidikan
2. Bidang Pelatihan
3. Bidang Pelayanan
e. Bendahara
1. Bidang Administrasi keuangan
2. Fund Raising (Penggali dana)
f. Majelis Pertimangan Organisasi
g. Majelis Pertimbangan Etik Bidan
h. Yayasan Buah Delima merupakan unit kegiatan dibawah koordinasi
bendahara
Pasal 17
PENGURUS RANTING
1. Susunan Pengurus Ranting
a. Pelindung/Penasehat
b. Ketua
c. Sekretaris
d. Bendahara
e. Seksi-seksi yang dibentuk sesuai kebutuhan
2. Ketentuan tentang Pengurus Ranting
a. Ketua Ranting dan 2 (dua) pengurus dipilih dan disahkan oleh
Musyawarah ranting (Musran) IBI untuk jangka waktu sampai Musran
berikutnya dengan batas usia 40-65 tahun dan minimal pendidikan
Diploma-III Kebidanan
b. Dua (2) pengurus terpilih lainnya ditetapkan sebagai Pengurus Harian
yang jabatannya ditentukan oleh Ketua Ranting terpilih
c. Pengurus harian ditugaskan untuk melengkapi susunan Pengurus
Ranting
d. Setiap anggota pengurus dalam organisasi IBI hanya dibenarkan
menduduki satu jabatan, baik dalam satu unit kepengurusan maupun
untuk jenjang kepengurusan yang berbeda.
3. Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab
a. Pelindung/Penasehat : sesuai situasi dan kondisi Ranting
b. Ketua Ranting :
1. Memimpin organisasi sesuai dengan ketentuan AD/ART serta
kebijakan yang ditentukan PD melalui PC
2. Menentukan kebijakan umum, mengarahkan, membina dan
megevaluasi seluruh program Ranting
3. Bertanggung jawab penuh atas kegiatan ke luar dan ke dalam
organisasi
4. Menyelenggarakan Musran dan rapat- rapat
c. Sekertaris :
1. Mewakili Ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan
wewenang dari Ketua
2. Mengkoordinir kegiatan secretariat dan umum
3. Bekerjasama dengan anggota Pengurus lainnya untuk kelancaran
keberhasilan program IBI
d. Bendahara :
1. Mewakili Ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan
wewenang dari Ketua
2. Bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan organisasi sesuai
ketetapan dan kebijakan Pengurus Harian
3. Mencari dana untuk dinamika &roda organisasi
4. Bekerjasama dengan Pengurus lainnya untuk kelancaran dan
keberhasilan program IBI, sesuai kebutuhan
e. Seksi (yang dibutuhkan) :
1. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan seksi sesuai dengan
ketetapan Pengurus Ranting
2. Melaporkan hasil kegiatan di bidang tugasnya secara berkala
3. Memberikan saran & pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas
Pengurus Ranting
BAB V
TUGAS, KEWENANGAN,HAK, SANKSI DAN BERHENTI DARI
PENGURUS
Pasal 18
TUGAS DAN KEWENANGAN PENGURUS PUSAT
1. Melaksanakan Rencana Strategis yang ditetapkan oleh kongres.
Menyusun Draft Rencana Strategi dan Menetapkam Kebijakan Organisasi
secara Nasional untuk periode kepengurusan berikutnya.
2. Menyusun dan melaksanakan rencana kerja tahunan.
3. Membina dan mengembangkan kerjasama dengan instansi
pemerintah,LSM, organisasi wanita, organisasi profesi kesehatan dan
profesi lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri.
4. Menyelenggarakan pelatihan,penelitian,pertemuan ilmiah,seminar dan
lokakarya dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
anggota/pengurus serta mendorong penerapan kode etik
bidan,menyelenggarakan program kerja/proyek.
5. Menyelenggarakan Kongres.
6. Menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional.
7. Menerbitkan buku AD-ART selambat-lambatnya 3(tiga) bulan setelah
kongres.
8. Membimbing Pelaksanaan Musyawarah Daerah.
9. Mengesahkan dan melantikPengurus Daerah.
10. Mencari alternative solusi masalah organisasi yang tidak terpecahkan
dalam jajaran IBI.
11. Mengelola uang pangkal, iuran anggota & pendapatan dari sumber lain
serta mengusahakan dana bagi organisasi dengan jalan yang syah dan
tidak mengikat.
12. Melaksanakan kunjungan kerja untuk pembinaan dan pengembangan
organisasi.
13. Menyelenggarakan administrasi dan dokumentasi.
14. Mengesahkan pendirian Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang yang baru
di bentuk.
15. Menerbitkan surat pengesahan Susunan Pengurus Daerah dan Cabang .
16. Mencari alternatif pemecahan masalah hokum yang dihadapi olek
kepengurusan dan anggota IBI.
17. Mensosialisasikan dan mempublikasikan kegiatan organisasi secara
berkala.
18. Membuat inventaris milik organisasi.
19. Mengadakan dan mendistribusikan atribut, buku-buku pedoman, protap
pelayanan, majalah Bidan dan lain- lain.
20. Menyelenggarakan pengawasan, pemeliharaan, barang bangunan
milik/kekayaan organisasi.
21. Membentuk dan mengembangkan Yayasan Buah Delima.
22. Membentuk dan mengembangkan Majelis Pertimbangan Organisasi.
23. Membentuk dan mengembangkan Majelis Pertimbangan Etik Bidan.
24. Membentuk dan mengembangkan Kolegium.
25. Membentuk Kepengurusan.
26. Membentuk registrasi anggota sesuai dengan laporan Ketua PD.
27. Menerbitkan Kartu Tanda Anggota (KTA) IBI.
28. Membuat profil IBI secara Nasional.
Pasal 19
TUGAS DAN KEWENANGAN PENGURUS DAERAH
1. Menindaklanjuti Rencana Strategi(Renstra) yang sudah disahkan kongres
sesuai dengan situasi dan kondisi daerah dan membuat rencana kerja.
2. Membina dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan organisasi di
tingkat propinsi.
3. Membina dan mengembangkan kerjasama dengan instansi Pemerintah,
LSM, Organisasi Perempuan, Organisasi Profesi Kesehatan dan Profesi
lainnya.
4. Menyelenggarakan Musdadan mempertanggungjawabkan seluruh
kegiatan Pengurus Daerah.
5. Membentuk Cabang dan melantik Pengurus Cabang.
6. Menerbitkan surat pengesahan Pengurus Ranting.
7. Menyelenggarakan Rakerda.
8. Mencari alternative pemecahan masalah hukum yang dihadapi oleh
kepengurusan & anggota IBI.
9. Membimbing pelaksanaan Muscab.
10. Melaporkan semua kegiatan kepada Pengurus Pusat IBI secara periodic.
11. Melaksanakan pembinaan kepada pengurus Cabang .
12. Menyelenggarakan seminar, lokakarya, pelatihan, pendidikan
berkelanjutan, penelitian untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan serta mutu pelayanan Kebidaan, Pendistribusian atribut,
buku-buku pedoman, protap pelayanan, majalah Bidan dan lain-lain.
13. Menyelenggarakan administrasi dan dokumentasi.
14. Mengelola uang pangkal dan iuran anggota serta mengusahakan dana bagi
organisasi.
15. Membentuk dan mengembangkan Yayasan Buah Delima.
16. Membentuk dan mengembangkan Majelis Pertimbangan Organisasi.
17. Membentuk dan mengembangkan MPEB.
18. Membentuk kepengurusan Cabang baru.
19. Membuat regristrasi anggota sesuai laporan Ketua Cabang.
20. Mengajukan KTA kepada PP atas anjuran PC.
21. Membuat profil IBI Daerah.
Pasal 20
TUGAS DAN KEWENANGAN PENGURUS CABANG
(1) Melaksanakan kegiatan berdasarkan kebijaksanan pengurus cabang.
(2) Membina dan mengembangankan hubungan kerjasama dengan instalasi
pemerintah , organisasi profesi dan LSM.
(3) Menyelenggarakan Musyawarah Ranting dan mempertanggungjawabkan
hasil kegiatan yang telah dilaksanakan.
(4) Membuat regristrasi anggota.
(5) Mengajukan KTA melalui PC.
(6) Menyelenggarakan administrasi dan dokumentasi organisasi.
(7) Mengelola uangpangkal dan iuran anggota serta mengusahakan danabagi
organisasi dengan jalan yang sah dan tidak mengikat.
(8) Membuat profil IBI Ranting.
Pasal 21
TUGAS DAN WEWNANG PENGURUS RANTING
1. Melaksanakan kegiatan berdasarkan kebijakan Pengurus Cabang
2. Membina dan mengembangkan hubungan kerjasama dengan instansi
pemerintah, organisasi profesi dan LSM
3. Menyelenggarakan Musyawarah Ranting dan mempertanggungjawabkan
hasil kegiatan yang telah di laksanakan
4. Membuat registrasi anggota
5. Mengajukan KTA melalui PC
6. Menyelenggarakan adminiostrasi dan dokumentasi organisasi
7. Mengelola uang pangkal dan iuran anggota serta mengusahakan dana bagi
organisasi dengan jalan yang sah dan tidak mengikat
Pasal 22
HAK PENGURUS
(1) Pengurus berhak mewakili organisasi sesuai kewenangan
/bidang/majelis/seksi masing-masing.
(2) Pengurus berhak mengeluarkan pendapat .
(3) Pengurus berhak memperoleh penghargaan sesuai degan prestasi
/kinerjayang telah dicapai.
(4) Seluruh pengurus berhak diperlakukan yang sama , sejajar /sederajat
dalam melaksanakan program organisasi.
(5) Pengurus berhak memperoleh perlindungan hokum.
(6) Pengurus memperoleh santunan bilamana mendapat kecelakaan dalam
tugas sesuai kemampuan/kondisi organisasi.
Pasal 23
SANGSI PENGURUS
(1) Pengurus dikenakan sanksi apabila:
a. Tidak dapat beradaptasi dan bekerja secara tim dalam kepengurusan
yang berakibat a. Tidak melaksanakan tugas yang dibebankan selama 3
bulan berturut-turut.
b. mengganggu kelancaran organisasi.
c. Mencemarkan nama baik /citra organisasi
d. Terkena tindak pidana
Jenis sanksi
Teguran lisan 1-3 kali
Teguran tertulis 1-3 kali
Di beri surat pemberhentian sebagai Pengurus
Mekanisme pemberian sanksi dijabarkan dalam juklak organisasi
Pasal 24
BERHENTI DARI PENGURUS
1. Apabila Ketua Umum/Ketua PD/Ketua PC/Ketua PR tidak bias
melaksanakan tugas karena berhalangan tetap dan atau mengundurkan diri
atau meninggal sebelum selesai masa bakti, maka tugas Ketua di jabat
oleh salah satu Pengurus harian yang mendapat suara terbanyak kedua
dalam Kongres/Musda/Muscab/Musran atas kesepakatan rapat pengurus
serta disahkan oleh Pengurus Pusat.
2. Apabila salah satu anggota pengurus tidak dapat melaksanakan tugas
secara fisik/mental dan atau meninggal sebelum selesai pada masa bakti
serta berhalangan hadir tetap, maka tugas anggota pengurus tersebut
digantikan oleh anggota atas penunjukan oleh Ketua umum/Ketua
PD/Ketua PC/Ketua PR dan di sepakati oleh seluruh anggota pengurus
setempat.
3. Alasan berhenti dari Pengurus
1. Absen dari kepengurusan 6 bulan tanpa ada keterangan
2. Terpidana
3. Sakit berat
4. Meninggal
BAB VI
KONGRES, MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT
Pasal 25
KONGRES
1. Kongres :
a. Merupakan wadah/forum tertinggi dalam organisasi IBI untuk
menetapkan dasar dan tujuan organisasi serta kebijaka secara nasional
b. Kongres dilaksanakan satu kali dalam masa kepengurusan
c. Di antara dua Kongres diadakan Rapat Kerja Nasional
2. Ketentuan Kongres :
a. Kongres dilaksanakan 5 tahun sekali, sesuai dengan masa
kepengurusan
b. Tempat pelaksanaan Kongres di Jakarta
c. Kongres di hadiri oleh Pengurus Pusat, Utusan Pengurus Daerah dan
utusan Pengurus Cabang.
d. Kongres dapat dianggap sah apabila dihadiri oleh separuh di tambah
satu dari jumlah cabang yang ada.
e. Kongres dilaksanakan oleh panitia kongres yang di bentuk dan
disahkan oleh Pengurus Pusat.
f. Pimpinan kongres dipilih oleh peserta kongres
g. Peserta Kongres berwenang menerima atau menolak laporan
pertanggung jawaban Pengurus Pusat
h. Tujuan Kongres :
1. Menyempurnakan dan mengsahkan AD dan ART
2. Menyusun dang mengesahkan Renstra
3. Mengesahkan laporan pertanggungjawaban Pengurus Pusat
4. Mengesahkan perangkat organisasi yang disepakati
5. Memilih dan mengesahkan Ketua Umum dan Pengurus Harian
Pengurus Pusat melalui penerapan sisitem pemilihan yang telah
baku
6. Melantik Ketua Umum dan 4 Pengurus harian terpilih
Pasal 26
MUSYAWARAH DAERAH
1. Musyawarah Daerah:
a. Merupakan wadah/forum untuk musyawarah dan menetapkan
kebijakan pelaksanaan tugas di daerah berdasarkan kebijakan
Pengurus Pusat dan Keputusan Kongres IBI
b. Musda dilaksanakan satu kali dalam masa kepengurusan
c. Di antara dua musyawarah daerah diadakan Rapat Kerja Dearah
Pasal 27
MUSYAWARAH CABANG
1. Musyawarah Cabang :
a. Merupakan wadah/forum untuk musyawarah dan menetapkan
kebijakan organisasi dalam wilayah cabang berdasarkan kebijakan
Pengurus Pusat melalui Pengurus Daerah
b. Muscab dilaksanakan sekali dalam masa kepengurusan
c. Di antara dua musyawarah cabang diadakan Rapat Kerja Cabang
Pasal 29
RAPAT KERJA NASIONAL
1. Rapat kerja nasional dilaksanakan diantara dua kongres
2. Dihadiri oleh pengurus pusat, utusan pengurus daerah dan utusan pengurus
cabang
3. Rapat Kerja Nasional dipimpin oleh panitia pengarah dan dilaksanakan
olehpanitia pelaksana yang disahkan oleh Pengurus Pusat
4. Rapat Kerja Nasional bertujuan untuk :
a) Mengevaluasi kegiatan yang sudah, yang akan datang
b) Menyempurnakan rencana kegiatan yang akan dating
c) Menetapkan tempat penyelenggaraan Rakernas yang akan dating
d) Membahas hal yang dianggap penting
5. Tata cara penyelenggaraan Rapat Kerja Nasional diatur dalam Petunjuk
Pelaksanaan Organisasi
Pasal 30
RAPAT KERJA DAERAH
1. Rapat Kerja Daerah dilaksanakan diantara dua Musda
2. Dihadiri oleh wakil Pengurus Pusat, Pengurus Daerah, utusan Pengurus
Cabang dan utusan Pengurus Ranting
3. Rapat Kerja Daerah diselenggarakan oleh panitia yang disahkan oleh
Pengurus Daerah
4. Rapat Kerja Daerah bertujuan untuk :
a. Mengevaluasi kegiatan yang sudah dilaksanakan
b. Menyempurnakan rencana kegiatan yang akan dating
c. Menetapkan tempat Rakerda yang akan datang
5. Tata cara penyelenggaraan Rapat Kerja Daerah diatur dalam Petunjuk
Pelaksanaan Ogranisasi
Pasal 31
RAPAT KERJA CABANG
1. Rapat kerja cabang dilaksanakan antara dua Muscab
2. Dihadiri oleh wakil Pengurus Daerah, Pengurus Cabang dan utusan
Pengurus Ranting
3. Rapat kerja cabang diselenggarakan oleh panitia yang disahkan oleh
Pengurus Cabang
4. Rapat Kerja Cabang bertujuan untuk :
a. Mengevaluasi kegiatan yang sudah dilaksanakan
b. Menyempurnakan rencana kegiatan yang akan dating
c. Membahas hal yang dianggap penting
5. Tata cara penyelenggaraan Rapat Kerja Cabang diatur dalam Petunjuk
Peleksaan Organisasi
Pasal 32
RAPAT KERJA RANTING
1. Rapat kerja ranting dilaksanakan antara dua Musran
2. Dihadiri oleh wakil pengurus cabang dan pengurus dan anggota
3. Rapat kerja ranting diselenggarakan oleh panitia yang disahkan oleh
pengurus ranting
4. Rapat kerja ranting bertujuan untuk :
a. Mengevaluasi kegiatan yang sudah dilaksanakan
b. Menyempurnakan rencana kegiatan yang akan datang
c. Membahas hal yang dianggap penting
5. Tata cara rapat kerja ranting diatur oleh Petunjuk Pelaksanaan Organisasi
BAB VII
HAK SUARA
Pasal 35
Uang pangkal dan iuran anggota ditentukan sebagai berikut :
1. Uang pangkal sebesar Rp. 25.000 (Dua Puluh Lima Ribu) tiap anggota
2. Iuran bulanan anggota sebesar Rp. 10.000 (Sepuluh Ribu Rupiah) tiap
anggota per bulan
3. Iuran dibayar di Ranting/Cabang dimana bidan terdaftar sebagai anggota
Pasal 36
1. Penggunaan uang pangkal dan iuran anggota cabang diatur sebagai berikut
:
a. 10% untuk Pengurus Pusat
b. 15% untuk Pengurus Daerah
c. 75% untuk Pengurus Cabang (yang tidak mempunyai ranting)
2. Penggunaan uang pangkal dan iuran anggota ranting diatur sebagai berikut
:
a. 10% untuk Pengurus Pusat
b. 15% untuk Pengurus Daerah
c. 25% untuk Pengurus Cabang
d. 50% untuk pengurus Ranting
3. Tata cara pengelolaan keuangan selanjutnya diatur dalam Petunjuk
Pelaksanaan Organisasi
BAB IX
PENUTUP
Pasal 37
Hal-hal yang belum tercakup dalam Anggaran Rumah Tangga ini, akan diatur
kemudian dalamaturan khusus Pengurus Pusat IBI
Pasal 38
Anggaran Rumah Tangga inidisahkan dalam Kongres XV IBI TAHUN 2013
DI Jakarta, sedangkan sistematika dan redaksinya disempurnakan oleh Panitia
Kongres bersama-sama dengan Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 12 November 2013
Organogram
Pengurus Pusat IKATAN BIDAN INDONESIA
Organogram
Pengurus DAERAH IKATAN BIDAN INDONESIA
Organogram
Pengurus CABANG IKATAN BIDAN INDONESIA
Organogram
Pengurus CABANG IKATAN BIDAN INDONESIA
HYMNE IBI
MARS IBI
Marilah seluruh warga bidan di kawasan Nusantara
Reff:
Dari tahun ke tahun ibi berupaya untuk meningkatkan mutu dan melengkapi
atribut-atribut organisasi, sebagai syarat sebuah organisasi profesi, dan sebagai
organisasi masyarakat LSM yaitu :
1. AD-ART, yang ditinjau, disempurnakan dan disesuaikan dengan
perkembangan tiap 5 (lima) tahun sekali.
2. Kode etik Bidan, yang ditinjau, disempurnakan dan disesuaikan dengan
perkembangan tiap 5 (lima) tahun sekali.
3. Pedoman berkelanjutan pendidikan bidan
4. Buku Prosedur tetap pelaksanaan tugas-tugas Bidan
5. Buku pedoman Organisasi
6. Buku pedoman bagi Bidan di desa
7. Buku pedoman Klinik IBI
8. Buku 50 tahun IBI, yang mencatat tentang sejarah dan kiprah IBI,
diterbitkan dalam rangka menyambut HUT ke 50 IBI pada tahun 2001.
9. Renstra IBI 1996-1998
Khusus melalui kepengurusan tahun 1998-2003 atribut-atribut / kelengkapan
tersebut bertambah lagi dengan disusunnya:
1. Majalah Bidan
2. Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
3. Buku pedoman Maternal & Neonatal
4. Buku Pedoman Keluarga Berencana
5. Buku pedoman Pencegahan Infeksi
6. Buku pedoman Asuhan Persalinan Normal
7. Buku Kepmenkes 900
8. Buku Kumpulan Petunjuk pelaksanaan kegiatan Organisasi IBI
9. Kepmenkes 237 tentang pemasaran pengganti Air Susu Ibu
10. Kepmenkes 450 tentang pemberian Air Susu Ibu secara Eksklusif pada
bayi di Indonesia
11. Kepmenkes 900 tentang Registrasi dan Praktek Bidan
12. Renstra IBI 1998-2003
VISI IBI
Yaitu : Mewujudkan Bidan Profesional berstandart global
MISI IBI
Yaitu :
1. Meningkatkan kekuatan organisasi
2. Meningkatkan peran IBI dalam meningkatkan mutu pendidikan Bidan
3. Meningkatkan peran IBI dalam meningkatkan mutu pelayanan
4. Meningkatkan kesejahteraaan anggota
5. Mewujudkan kerjasama dengan jejaring kerja
1. Efisiensi
b. MANAJEMEN KEBIDANAN
Buku 50 tahun IBI, 2007, Manajemen Kebidanan adalah pendekatan
yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah
secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Depkes RI, 2005, manajemen kebidanan adalah metode dan
pendekatan pemecahan masalah ibu dan khusus dilakukan oleh bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada individu, keluarga dan masyarakat.
Helen Varney, 1997, manajemen kebidanan adalah proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis
untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan
oleh ACNM (1999) terdiri atas:
1. Mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan secara
sistematis melalui pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan
setiap klien, termasuk mengkaji riwayat kesehatan dan melakukan
pemeriksaan fisik.
2. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosis berdasar interpretasi
data dasar.
3. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam
menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan
bersama klien.
4. Memberi informasi dan dukungan kepada klien sehingga mampu membuat
keputusan dan bertanggungjawab terhadap kesehatannya.
5. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.
6. Secara pribadi, bertanggungjawab terhadap implementasi rencana
individual.
7. Melakukan konsultasi perencanaan, melaksanakan manajemen
dengan berkolaborasi, dan merujuk klien untuk mendapat asuhan
selanjutnya.
8. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi dalam situasi darurat jika
terdapat penyimpangan dari keadaan normal.
9. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan
dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.
2.2.2. PENGERTIAN MANAJEMEN KEBIDANAN
Manajemen adalah seni dalam melaksanakan suatu kegiatan
melalui orang – orang (Mary Parker Follet)1. Manajemen sering pula
diartikan sebagai pengaturan atau pengelolaan sumber daya yang ada
sehingga hasilnya maksimal. Itulah sebabnya manajemen juga di
terjemahkan sebagai “tata laksana”.
Manajemen adalah suaytu proses atau karangka kerja yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang – orang
kearah tujuan – tujuan organisasional atau maksud – maksud yang nyata
(George R. Terry dan Leslie W. Rue)2.
Menurut grant dan masey3, 1999 yang di kutip oleh nursalam,
manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan aktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana di dalam manajemen
tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan superpisi terhadap staf sarana
dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi.
Menurut Rosmery E. Cross (2001)4, “ management is a highly process and
manager is some one who gets done trought of others”. Manajemen adalah
sebuah proses sangat kompleks dan manajer adalah seorang yang
melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan melalui orang lain.
Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah “
managing” yaitu pengelolaan, sedangkan pelaksanannya disebut managar
atau pengelola. Seorang manager adalah orang yang melaksanaakan
fungsii manajemen dan bekerja dengan dan melalui orang lain. Dia
bertanggung jawab atas pekerjaannya sendiri dan orang lain,
menyeimbangkkan tujuan yang saling bertentangan dan menentukan
prioritas, mampu berfikir secara analisis dan konseptual, menjadi
penengah, oleh politisi dan diplomat dan mampu mengambil keputusan
yang sulit. Inti dari menejemen adalah kepemimpinan. Seorang maneger
yang baik adalah memiliki jiwa kepemimpinan. Seorang manager yang
baik adalah yang memiliki jiwa kepemimpinan.
2.2.3. LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN KEBIDANAN
Proses Manajemen Kebidanan
Penatalaksanaan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metoda untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dan
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien (Varney, 1997).
Penatalaksanaan kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang
berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang
lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap
langkah tersebut bisa dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan
semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.
Jadi manajemen kebidanan ini suatu pendekatan pemecahan masalah
yang digunakan oleh setiap bidan dalam pengambilan keputusan klinik pada
saat mengelola klien; ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir dan
balita dimanapun tempatnya.
Proses ini akan membantu para Bidan dalam berpraktek memberikan
asuhan yang aman dan bermutu.
Langkah I : Pengkajian
Pada langkah pertama ini bidan mengumpulkan semua informasi
yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien, baik dari hasil anamnesa dengan klien, suami/keluarga, hasil
pemeriksaan, dan dari dokumentasi pasien/catatan tenaga kesehatan yang
lain.
Untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara :
1. Menanyakan riwayat kesehatan, haid, kehamilan, persalinan, nifas dan
sosial.
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan
3. Pemeriksaan khusus
4. Pemeriksaan penunjang
5. Melihat catatan rekam medik pasien
Langkah ini merupakan langkah yang akan menentukan langkah
pengambilan keputusan yang akan diambil pada langkah berikutnya,
sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan
menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap
selanjutnya, oleh sebab itu dalam pendekatan ini harus yang
komperehensif meliputi data subjektif, objektif, dan hasil pemeriksaan
sehingga dapat menggambarkan kondisi/menilai kondisi klien yang
sebenarnya dan pasti.
Setelah mengumpulkan data, kaji ulang data yang sudah
dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat. Sebagai contoh
informasi yang perlu digali ada pada Formulir pengkajian (Formulir ini
merupakan bagian yang tidak terpisah dari catatan rekam medik yang ada
pada rumah sakit, Puskesmas klinik bersalin ataupun tempat pelayanan
kebidanan yang lain)
Contoh II :
Data : Ibu merasa hamil 8 bulan , anak pertama, hasil pemeriksaan , tinggi
fundus uteri, 31 cm, DJJ +, Puki, presentasi kepala , penurunan kepala 5/5
, nafsu makan baik, penambahan berat badan ibu selama hamil 8 kg , ibu
sering buang air kecil pada malam hari.
Diagnosa : - GI P0 A0, hamil 32 mg, presentasi kepala janin tunggal ,
hidup dalam rahim
- Ibu mengalami gangguan yang lazim / fisiologis pada kehamilan tua
Contoh IV :
Ibu merasa hamil 7 bulan anak pertama, tinggi fundus uteri 28 cm, DJJ +
presentasi kepala, V, penambahan berat badan 15 kilo selama hamil,
mengeluh pusing, TD 180/100, proteinuri ++, oedem ++
Diagnosa : G1 PoAo, 28 mg pre eklampsia berat, janin tunggal hidup pres
kep, intra uterin.
Diagnosa diatas menyajikan kesimpulan kehamilan dengan pre
eklampis berat, tetapi masalah kebidanan diluar diagnosa tidak ada.
Sehingga dalam diagnosa kebidanan bisa muncul diagnosa dan masalah,
atau tanpa masalah tergantung kondisi klien.
Contoh I :
seorang wanita inpartu dengan pembesaran uterus yang berlebihan (bisa
karena polyhidramnion, besar dari masa kehamilan, ibu dengan diabetes
kehamilan, atau kehamilan kembar).
Tindakan antisipasi yang harus dilakukan:
- Menyiapkan cairan infus, obat uterotonika untuk menghindari syok
hypovolemik karena perdarahan kala IV
- Menyiapkan alat resusitasi bayi untuk antisipasi aspixia pada bayi baru
lahir
- Memberikan posisi Mc robert untuk antisipasi kesulitan melahirkan bahu
Pada langkah ke 3 ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi
masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan
terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau
diagnosa potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar, merupakan
langkah yang bersifat antisipasi yang rasional/logis.
Contoh II :
Data : Ibu anak pertama, hamil 36 minggu, perdarahan berulang dan
banyak, tidak ada mules, DJJ + , tinggi fundus uteri 31 cm , presentasi
kepala, TD 110/ 70 .
Diagnosa : GI P 0 A 0 hamil 36 minggu, perdarahan antepartum, kondisi
janin dan ibu baik.
Tindakan antisipasi :
• Pasang infus , untuk mengantisipasi syok hypovolemik
• Menyiapkan darah untuk antisipasi syok hypovolumik
• Tidak melakukan periksa dalam untuk menghindari perdarahan hebat.
Kaji ulang apakah tindakan antisipasi untuk mengatasi masalah /diagnosa
potensial yang diidentifikasi sudah tepat.
Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera.
Pada saat ini bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera, baik
tindakan intervensi , tindakan konsultasi, kolaborasi dengan dokter lain,
atau rujukan berdasarkan Kondisi Klien. Langkah keempat mencerminkan
kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan yang terjadi dalam
kondisi emergensi. Dapat terjadi pada saat mengelola ibu hamil, bersalin,
nifas dan bayi baru lahir. Berdasarkan hasil analisa data, ternyata kondisi
klien membutuhkan tindakan segera untuk menangani/mengatasi
diagnosa/masalah yang terjadi.
Pada langkah ini mungkin saja diperlukan data baru yang lebih
spesifik sehingga mengetahui penyebab langsung masalah yang ada,
sehingga diperlukan tindakan segera untuk mengetahui penyebab masalah.
Jadi tindakan segera bisa juga berupa observasi/pemeriksaan. Beberapa
data mungkin mengidentifikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus
bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak
(misalnya menghentikan perdarahan kala III, atau mengatasi distosia bahu
pada kala II).
Pada tahap ini mungkin juga klien memerlukan tindakan dari
seorang dokter, misalnya terjadi prolaps tali pusat, sehingga perlu tindakan
rujukan dengan segera.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklamsi,
kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik
yang serius, maka bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi
dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan
lain seperti pekerja sosial, ahli gizi. Dalam hal ini bidan harus mampu
mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa
konsultasi dan kolaborasi yang tepat dalam penatalaksanaan asuhan klien.
Pada penjelasan diatas menunjukan bahwa dalam melakukan
tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah / kebutuhan yang dihadapi
kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk
mengantisipasi diagnosa / masalah potensial pada step sebelumnya, bidan
juga harus merumuskan tindakan emergency / segera yang harus
dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan ini
tindakan segera meliputi tindakan yang dilakukan secara mandiri ,
kolaborasi atau rujukan.
Contoh I :
Tindakan segera
Dari kasus perdarahan antepartum tindakan segera yang harus dilakukan
adalah :
• Observasi perdarahan, tanda-tanda vital
• Periksa / chek kadar hb
• Observasi DJA
• Rujuk ke RS ( bila di masyarakat ) atau kolaborasi dengan dokter ( bila
di Rumah Sakit )
Contoh II
Tindakan segera yang dilakukan pada kasus perdarahan karena atonia
uteri:
- Cari penyebab perdarahan
- Masase uterus untuk merangsang kontraksi
- Berikan uterotonika
- Lakukan kompresi bimanual interna (KBI)
Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.
Contoh :
Rencana komprehensif pada kasus dengan peradarahan ante partum
diatas :
• Beri tahu kondisi klien dan hasil pemeriksaan
• Berikan dukungan bagi ibu dan keluarga
• Berikan infus RL
• Observasi tanda-tanda vital , perdarahan, DJA dan tanda-tanda syok
• Chek kadar HB
• Siapkan darah
• Rujuk klien ke RS / kolaborasi dengan dokter
• Follow up ke rumah ( kunjungan rumah )
Kaji ulang apakah rencana asuhan sudah meliputi semua aspek asuhan
kesehatan terhadap klien.
Langkah VI : IMPLEMENTASI
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien,efektif dan
aman. Pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bersama-
sama dengan klien, atau anggota tim kesehatan lainnya kalau diperlukan.
Apabila ada tindakan yang tidak dilakukan oleh bidan tetapi
dilakukan oleh dokter atau tim kesehatan yang lain, bidan tetap memegang
tanggung jawab untuk mengarahkan kesinambungan asuhan
berikutnya.(misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar
terlaksana, dan sesuai dengan kebutuhan klien).
Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan
dalam penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab
terhadap terlaksananya rencana bersama yang menyeluruh tersebut.
Penatalaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dan asuhan klien.Kaji ulang apakah semua rencana
asuhan telah dilaksanakan.
Contoh :
Evaluasi
• Evaluasi perdarahan ; berhenti atau tidak, jika belum berhenti jumlahnya
berapa banyak ?
• Kondisi janin dan ibu ?
• Kadar Hb ?
2.4.DOKUMENTASI KEBIDANAN
2. MODEL DOKUMENTASI
Dokumentasi SOAP ini di catat pada lembar catatan perkembangan yang ada
dalam rekam medik pasien.
Contoh:
1. Tgl. 26 Mei 2004, 08.00 WIB (Keluhan dan hasil Tanya, masuk S)
S:
• Pinggang panas pegal mulai dari perut ke belakang
• Mulai terasa sakit pukul 5 pagi
• Keluar lendir dari kemaluan
• Ada bagian yang menekan ke bawah
• Kehamilan yang pertama periksa teratur diklinik
• HPHT 19-8-03
O:
• Kesadaran composmentis
• T.D. 110 – 70
• Nadi 80 x / menit
• Suhu 36,8 o C
• U. 34 cm, letkep puki 3/5
• His 3 x 10 menit, lamanya 50 s kuat
• Djj 152 x / menit
• Pd : pembukaan 4 cm, porsio tipis, ketuban positif, kephep 2, uuk kibel
A :
• G I Po hamil aterem, inpartu kala I, pase aktif, janin tunggal, hidup, intra
utrin dengan anemia ringan.
P:
• Obstetric KU Ibu dan janin dengan patograf
• Nilai kemajuan persalinan 4 jam lagi
• Persiapan alat, obat pasien dan keluarga
• Beri kesempatan pasien memilih posisi
• Anjuran keluarga untuk mendampingi
• Jelaskan proses persalinan yang akan terjadi kepada pasien dan keluarga
• Anjurkan pasien untuk buang air kecil dan BAK minimal tiap 2 jam
• Beri nutrisi dan hidrasi
• Buat catatan asuhan/perkembangan
2. Pukul 10.00 WIB
S:
• Mengeluh keluar air banyak
• Sakit perut semakin kuat
• Terasa bagian keras menekan kemaluan
O:
• KU baik TD 110/70 nadi 88 mt
• His 4x 50 – 50 “ kuat
• Djj 158 x / menit
• PD pemb 8 cm, ket-, kep hodge III, UUK kimel
A :
• GIPo hasil aterm, inpartu kala I akhir, janin tunggal hidup, intra uterin
dengan anemia, kemajuan persalinan cepat
I. Penyimpanan dokumentasi
1. Catatan informasi tentang pasien adalah milik pasien. Jika pasien
menghendaki ia boleh/mempunyai akses terhadap semua catatan yang
dibuat tentang dirinya.
2. Kecuali jika bidan bekerja secara mandiri/swasta, pemilihan catatan
dokumentasi adalah milik institusi yang bersangkutan dimana bidan
bekerja. Jika bidan merasa penting akan catatan tersebut, bidan boleh
membuat copynya/menyimpan copynya.
3. Penyimpanan harus menurut suatu sistem tertentu (coding, filling) agar
dapat dengan mudah dicari bila kita membutuhkannya kembali (sitem
dokumentasi).
4. Lama penyimpanan tiap dokumen/catatan pasien sedikitnya 3 tahun
(open filling) dan sesudah itu penyimpanan menjadi “closed” (arsip)
5. Jika catatan/dokumentasi diperlukan untuk/oleh persidangan tertentu
(audit kasus atau peradilan) agar selalu dicek betul isi berkas sesudah
kembali (apa lengkap, tidak ada yang tercecer).
6. (Tanda-tangan/paraf yang mengambil dan yang
mengembalikan/menerima kembali)
6. FUNGSI DOKUMENTASI
Fungsi Dokumentasi
1. Sebagai dokumen yang sah sebagai bukti atas asuhan yang telah di
berikan
2. Sebagai sarana komunikasi dalam tim kesehatan yang memberikan asuhan
3. Sebagai sumber data yang memberikan gambaran tentang kronologis
kejadian kondisi yang terobservasi untuk mengikuti perkembangan dan
evaluasi respon pasien terhadap asuhan yang telah di berikan
4. Sebagai sumber data penting untuk pendidikan dan penelitian
1. Jangan mencoret - coret tulisan yang salah , karena akan terlihat seperti
bidan mencoba menutupi sesuatu / informasi atau merusak catatan. Jika
ada kesalahan dalam mencatat lebih baik diberi garis pada tulisan yang
salah dengan diberi catatan “ salah “ dan diberi paraf dan kemudian ditulis
catatan yang benar.
2. Jangan memberi komentar / menulis hal yang bersifat mengkritik klien
atau tenaga kesehatan lain. Ditulis hanya uraian obyektif perilaku klien
atau tindakan yang dilakukan.
3. Koreksi terhadap kesalahan dibuat dengan segera mungkin , karena
kesalahan mencatat dapat diikuti dengan kesalahan tindakan.
4. Catat hanya fakta , jangan membuat spekulasi atau perkiraan dari situasi
yang ada.
5. Semua catatan harus ditulis dengan tinta dan menggunakan bahasa yang
lugas dan jelas ( hindari istilah-istilah yang tidak dimengerti). Karena
tulisan yang tidak dimengerti dapat disalah tafsirkan dan menimbulkan
persepsi yang salah (jangan pakai pensil , karena mudah terhapus).
6. Hindari catatan yang bersifat umum , karena informasi yang specific
tentang klien atau tentang keadaannya akan hilang.
7. Ingat bahwa bidan bertanggung jawab atas informasi yang dicatatnya /
ditulisnya. Asuhan kebidanan komprehensif membutuhkan data informasi
yang lengkap, obyektif , dapat dipercaya , karena hal tersebut.dapat
menjadi bumerang bagi bidan jika dilaksanakan secara tidak sesuai
ketentuan yang ada.
7. PRINSIP PRINSIP DOKUMENTASI KEBIDANAN
1. Manfaat Dokumentasi
Berapa manfaat dokumentasi ditinjau dari berbagai aspek antara lain yaitu
:
1. Aspek Administrasi
2. Untuk mendefinisikan fokus asuhan bagi klien atau kelompok
3. Untuk membedakan tanggung gugat bidan dari tanggung gugat
anggota tim pelayana kesehatan yang lain
4. Untuk memberikan penelahaan dan pengevaluasian asuhan (perbaikan
kualitas )
5. Untuk memberikan kriteria klasifikasi pasien
6. Untuk memberikan justifikasi
7. Untuk memberikan data guna tinjauan adminitrasi dan legal
8. Untuk memenuhi persyaratan hukum, akreditasi dan profesional
9. Untuk memberikan data penelitian dan tujuan pendidikan
2. Aspek Hukum
Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi
resmi dan bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan
dengan profesi kebidanan, dimana bidan sebagai pemberi jasa dan klien
sebagai pengguna jasa,maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu.
Dokumentasi tersebut dapat dipergunakan sebagai barang bukti
dipengadilan. Oleh karena itu data-data harus diidentifikasi secara
lengkap,jelas, objektif, dan ditandatangani oleh pemberi asuahan, tanggal
dan perlunya dihindari adanya penulisan yang dapat menimbulkan
interprestasi yang salah.
3. Aspek Pendidikan
Dokumentasi mempunyai manfaat pendidikan karena isinya
menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan yang dapat dipergunakan
sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi.
4. Aspek Penelitian
Dokumentasi mempunyai manfaat penelitian. Data yang terdapat
didalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan
atau objek riset dan pengembangan profesi.
5. Aspek Ekonomi
Dokumentasi mempunyai efek secara ekonomi, semua tindakan
atau asuhan yang belum,sedang, dan telah diberikan dicatat dengan
lengkap yang dapat dipergunakan sebagai acuhan atau pertimbangan
dalam biaya bagi klien.
6. Aspek Manajemen
Melalui dokumentasi dapat dilihat sejauh mana peran dalam fungsi
bidan dalam memberikan asuhan kepada klien. Dengan demikian akan
dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian asuhan guna
pembinaan dan pengembangan lebih lanjut.
Prinsip Pendokumentasian
Dokumentasi dalam bidang kesehatan atau kebidanan adalah suatu
pencatatan dan pelaporan informasi tentang kondisi dan perkembangan kesehatan
pasien dan semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan (bidan,
dokter/perawat dan petugas kesehatan lainnya).
Catatan pasien merupakan dokumen yang legal dan bermanfaat bagi
dirinya sendiri juga bagi tenaga kesehatan yang mengandung arti penting dan
perlu memperhatikan prinsip dokumentasi yang dapat ditinjau dari dua segi :
a. Prinsip pencatatan
1. Ditinjau dari isi
o Mempunyai nilai administrative
Suatu berkas pencatatan mempunyai nilai medis, karena cacatan tersebut
dapat digunakan sebagai dasar merencanakan tindakan yang harus diberikan
kepada klien
o Mempunyai nilai hukum
Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi dan
brnilai hokum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi
kebidanan, di mana bidan sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa,
maka dokumentasi dapat digunakan sewaktu-waktu, sebagai barang bukti di
pengadilan. Oleh karena itu data-data harus di identifikasi secara lengkap, jelas,
objektif dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan.
o Mempunyai nilai ekonomi
Dokumentasi mempunyai nilai ekonomi, semua tindakan kebidanan yang
belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan lengkap yang dapat digunakan
sebagai acuan atau pertimbangan biaya kebidanan bagi klien.
o Mempunyai nilai edukasi
Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan, karena isi menyangkut
kronologis dari kegiatan asuhan kebidanan yang dapat dipergunakan sebagai
bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi kesehatan lainnya.
o Mempunyai nilai penelitian
Dokumentasi kebidanan mempunyai nilai penelitian, data yang terdapat
didalamnya dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan
profesi kebidanan.
2. Ditinjau dari teknik pencatatan
o Mencantumkan nama pasien pada setiap lembaran catatan
o Menulis dengan tinta (idealnya tinta hitam)
o Menulis/menggunakan dengan symbol yang telah disepakati oleh institusi
untuk mempercepat proses pencatatan
o Menulis catatan selalu menggunakan tanggal, jam tindakan atau observasi yang
dilakukan sesuai dengan kenyataan dan bukan interpretasi.
o Hindarkan kata-kata yang mempunyai nsure penilaian; misalnya: tampaknya,
rupanya dan yang bersifat umum
o Tuliskan nama jelas pada setiap pesanan, pada catatan observasi dan
pemeriksaan oleh orang yang melakukan
o Hasil temuan digambarkan secara jelas termasuk keadaan, tanda, gejala,
warna, jumlah dan besar dengan ukuran yang lazim dipakai.
o Interpretasi data objektif harus didukung oleh observasi
o Kolom jangan dibiarkan kosong, beri tanda bila tidak ada yang perlu ditulis
o Coretan harus disertai paraf disampingnya
b. Sistim pencatatan
Teknik dan model pendokumentasian meliputi : Data subyektif adalah data
yang diperoleh dari keterangan keluarga dan pasien sdangkan data
obyektif adalah data yang diperoleh dari hasil pelaksanaan. Yang perlu
diperhatikan dalam pendokumentasian adalah
Dilhat dari segi sistem pencatatan tediri dari tiga model yaitu;
1. Model narrative, Cara penulisan ini mengikuti dengan ketat urutan
kejadian/kronologi, yang perlu diperhatikan:
a. Pakai terminologi yang sudah lazim dipakai contohnya pengkajian,
perencanaan, diganosa, evaluasi dll.
b. Dalam pencatatan perhatian langkah-langkah kumpulan data subjektif –
objektif. Kaji kebutuhan pasien dan tentukan diagnosa dan prognosa kemudian
buat rencana asuhan/tindakan dengan memberi batasan waktu untuk mencapai
hasil yang diprediksi.
c. Tulis prediksi/sempurnakan dan rencana asuhan sebagai bagian dari catatan
anda.
d. Buat penilaian anda secara periodik dan monitor kondisi fisik dan psikologis
pasien.
e. Catat semua pernyataan/evaluasi.
2. Model Orientasi Masalah, POR (Problem Orientasi Record) diperkenalkan
oleh dr. Lowrence (1969).
3. Model Focus
3.Untuk mengidentifikasi
Beberapa dokumentasi dirancang untuk mengidentifikasi.
TEKNIK DOKUMENTASI
Narative
Pendekatan tradisional
Cara penulisan ini mengikuti dengan ketat urutan kejadian/kronologi
Kerugian :
1. Kemungkinan terjadi duplikasi dari dokumentasi
2. Medical record menjadi lebih luas
3. Design formal ¦ mungkin ada form yang tidak diinginkan
Prognosa : perkiraan
Design follow sheet/check list
– Tidak ada standar peraturan dalam pembuatan formal
– Design yang baik harus ada instruksi/kunci
Element pada flow sheet/check list
1. Kolom dengan ruang untuk menempatkan tanda dan inisial orang yang
melaksanakan.
2. Ada ruang untuk nama pasien, hari, bulan, tahun, tanda tangan.
3. Ada judul
4. Penggunaannya biasa pada pengkajian
Petunjuk penggunaan flow sheet
1. Lengkap format gunakan check ( ) atau cross (x)/lingkaran.
2. Pertahankan agar letak flow sheet pada kondisi yang tepat.
3. Bubuhkan tanda tangan.
4. Tulis tanggal, waktu pemasukan data
MODEL DOKUMENTASI
1. Model Narative
– Catatan dalam bentuk cerita untuk menggambarkan keadaan pasien
Keuntungan :
– Sudah dikenal oleh semua bidan/nakes.
– Mudah dikombinasikan dengan cara dokumentasi lainnya.
– Bila ditulis dengan tepat dapat mencakup seluruh keadaan pasien
– Mudah ditulis.
Mengumpulkan data
Evaluasi Asuhan Interpretasi data
Dx/masalah
Pelaksanaan Asuhan Ident Dx/masalah potensial
Menyusun rencana Menetapkan keb, konsul, kolaborasi asuhan dengan nakes
lain
METODE DOKUMENTASI SOAP
S : Apa yang dikatakan klien
O : Apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan saat px
A : Assement/analisa : kesimpulan apa yang dibuat dari data S dan O
P : Plan apa yang dilakukan berdasarkan hasil evaluasi tersebut
Konsul, tes dx rujukan, konseling follow up
Contoh Kasus I :
Ibu A usia 22 tahun hamil 1 datang ke klinik karena hamil merasakan
terlambat haid 3 bulan, ia mengatakan sangat letih, mual dan muntah
sesekali, sering BAK mengaku sudah imunisasi TT
S : tidak haid 8 bulan terakhir, mengeluh sakit kepala, muntah sesekali,
sering kencing, sudah imunisasi TT.
O : belum ada px lab, px fisik normal, tidak ada tanda-tanda dehidrasi
perkiraan haid terakhir 3 bulan.
A : umur 22 tahun G1 dengan anggapan sudah hamil selama 12 minggu, rasa
mual, muntah telah diimunisasi TT
P : – Asuhan rutin yi untuk kunjungan antenatal I px lab, zat besi, konseling
– Kaji ulang tanda-tanda bahaya
– Kontrol 8 minggu lagi
Contoh kasus II
Ibu x datang ke klinik untuk kunjungan antenatal I. Bagaimana
penatalaksanaan kebidanan ?
Langkah I
Umur 20 tahun G1 hamil 30 mh HPHT 22-3-2004
HPL : 29-12-2004
Data S : mengeluh keluar cairan <<<>
O : Px fisik, TD : 140/90 kaki oedem prot (+)
Px khusus : Leopold
Langkah II
G1 Po Ao kehamilan 30 minggu janin hidup dengan PER
Langkah III
PEB, antisipasi : pemantauan TD, oedem, gejala pusing berat dan menetap
nyeri epigastrium
Langkah IV
Kolaborasi dengan dokter
Langkah V
1. Menjelaskan tentang keadaan kesehatan dan akibat PER
2. Menjelaskan cara mengontrol gerakan janin
3. Menjelaskan kebutuhan nutrisi (TKTP)
4. Menjelaskan tanda-tanda bahaya yang akan timbul
5. Menjelaskan tanda-tanda persalinan dan persiapan
6. Menjelaskan PH
7. Membuat perjanjian untuk kunjungan ulang berikut
Langkah VI
1. Memantau tanda PEB pada setiap kunjungan
2. Kolaborasi dengan dr. obgyn
3. Menjelaskan tentang keadaan kesehatan
4. Menjelaskan bahaya PEB terhadap ibu dan janin
5. Menerangkan cara menghitung gerakan-gerakan janin
6. Menjelaskan kebutuhan nutrisi
7. Menjelaskan tanda-tanda bahaya dan menjelaskan
8. Merencanakan kunjungan ulang
9. Menjelaskan tanda persalinan dan persiapan
Langkah VII
1. Ibu mendapat pengobatan dari dokter
2. Ibu dan keluarga memahami kondisinya
3. Ibu dan keluarga memahami bahaya PEB
Kasus IV
So ibu 45 tahun hamil 9 bulan, anak ke-8 merasakan mules sejak 2 jam
yang lalu. Ibu menyatakan lemes, hasil px fiisk : TD 90/60 mmHg, N : 82
x/menit, R : 18 x/menit, DJJ + 136 x/mnt, his lemah 2 x/10’, TFU : 30 cm,
preskep, kcp msk PAP H II 2 cm.
Langkah I
Ibu umur 45 taun G8 P7 Ao hamil 36 minggu HPHT 6-12-2003
HPL 23-9-2004
Data S : merasa mules sak 2 jam, lemes
O : Px fisik : TD fisik : TD 90/60, N : 82 x/mnt, R 18 x/mnt, DJJ + 136
x/mnt, his lemah 2x/10’, TFU 30 cm, preskep, kpl msk PAP H II 2 cm.
Px khusus : Leopold
Langkah II
G8 P7 Ao hamil 36 minggu janin 1 hidup intra uterin dengan inersia uteri
Langkah III
Perdarahan, antisipasi : pemantauan TD, kontraksi uterus
Langkah IV
Kolaborasi dengan dokter
Langkah V
1. Menjelaskan tentang keadaan kesehatan ibu dan janin
2. Menjelaskan tentang tanda-tanda bahaya yang akan timbul
3. Menjelaskan akibat inersia uteri
4. Menjelaskan persiapan persalinan yang harus dilakukan
5. Menjelaskan perlunya ibu melahirka di RS
Langkah VI
1. Memantau TD dan kontraksi uterus
2. Menjelaskan keadaan kesehatan
3. Menjelaskan bahaya perdarahan terhadap ibu dan janin
4. Menjelaskan tanda-tanda bahaya yang akan timbul
5. Baringkan ibu miring ke kiri, jika mungkin naikkan kedua kaki ibu
6. Pasang infus
7. Rujuk ibu ke RS dan dampingi ibu ke tempat rujukan
8. Kolaborasi dengan dr. Obgyn
Langkah VII
1. Ibu mendapat pengobatan dari dokter
2. Ibu + keluarga memahami kondisinya
3. Ibu + keluarga memahami bahaya dan tanda perdarahan
4. Ibu dan bayi yang dilahirkan selamat
indonesia-ibi/
http://evisulistyowati20.blogspot.co.id/2013/05/ikatan-bidan-
indonesia.html
https://www.academia.edu/11352218/kewajiban_bidan_terhadap_klien_dan_masy
arakat
http://www.ibi.or.id/id/article_view/A20150113002/sejarah-singkat-ikatan-bidan-
indonesia.html
http://midwifery.blog.uns.ac.id/sejarah-singkat-ikatan-bidan-indonesia-ibi/