Anda di halaman 1dari 152

BAB II

ORGANISASI PROFESI IBI


2.1.PENGERTIAN ORGANISASI
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) merupakan Organisasi profesi yang
menghimpun para bidan di Indonesia. Bidan adalah tenaga professional yang
bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk
memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan
dan masa nifas, memfasilitasi persalinan atas tanggung jawab sendiri dan
memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup
upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan
anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta
melaksanakan tindakan kegawat-daruratan.
2.2. BENTUK ORGANISASI
2.3. TUJUAN ORGANISASI
Pada tanggal 15 September 1950 di Rumah Sakit Bersalin Budi
Kemuliaan Jakarta, p ara bidan melaksanakan pertemuan dan bersidang serta
melahirkan kesepakatan un tuk membentuk suatu wahana Ikatan Bidan Indonesia
(IBI) pada pertemuan dan pers idangan yang pertama ini telah disusun Anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga ( AD/ART) yang mencantumkan bahwa:
1. Azaz ikatan bidan Indonesia adalah Pancasila
2. Tujuan Pendirian IBI adalah
a. Menghidupkan rasa persaudaraan sesama bidan
b. Memelihara,mengembangkan dan menghidupkan pengetahuan bidan dalam
kalan gan anggota
c. Menyokong dan kerja sama dengan pemerintah dan menjaga kesehatan rakyat
d. Mempertinggi derajat dan kedudukan Bidan dalam masyarakat

3. Upaya-upaya yang dilaksanakan menurut pasal 3 AD/ART 1950 adalah:

a. Mengatur pertolongan persalinan untuk masyarakat


b. Memperbaiki kesehatan ibu dan anak

c. Memberi pimpinan Kepada para dukun

d. Seminar/Ceramah

e. Mengadakan majalah

f. Mengadakan Perpustakaan

g. Mengadakan pidato Radio


4. Susunan Kepengurusan Sesuai Pasal 4 AD/ART 1950 Ditetapkan:

1. Ketua I
2. Ketua II
3. Penulis I
4. Penulis II
5. Bendahara
6. Juru Periksa/Komisaris
Kemudian pada tanggal 24 Juni 1951 Dilakukan musyawarah untuk
menentukan tuju an tujuan IBI untuk selengkapnya yaitu:
1. Menggalang persatuan dan persaudaraan antara bidan serat kaum wanita
pada u mumnya dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa
2. Membina pengetahuan dan keterampilan anggota dalam profesi kebidanan,
khusu snya dalam pelayanan KIA serta kesejahteraan keluarga
3. Membantu pemerintah dalam pembangunan nasional terutama dalam
meningkatk an derajat kesehatan masyarakat
4. Meningkatkan martabat dan kedudukan Bidan dalam masyarakat.
Selain itu juga pada pertemuan tersebut juga diputuskan Visi dan Misi IBI
antara lain:
1. Membentuk Organisassi IBI yang bersifat nasional,sebagai satu-
satunya organisasi yang merupakan wadah persatuan dan kesatuan Bidan di
indone sia
2. Pengurus besar IBI berkeduduka di Jakarta atau dimana pusat pemerintahan
bera da
3. Meniadakan Bidan kelas 1 maupun Bidan Kelas 2,yang ada hanya Bidan
4. Membentuk Pengurus di daerah-daerah
5. Bidan harus bekerja sesuai dengan profesi,apabila bekerja dibidang
perawatan har us mengikuti pendidikan perawat selama 2 tahun, demikian
apabila perawat bekerja di kebidanan harus mengikuti pendidikan bidan
selama 2 tahun

Setelah musyawarah pengurus besar IBI terpilih, maka pada tanggal 24 Juni
1951 sah menjadi hari lahirnya IBI.

2.3.1. MANFAAT/FUNGSI ORGANISASI IBI

Ikatan Bidan Indonesia (IBI) merupakan organisasi profesi bidan di


Indonesia. Wadah Para bidan dalam mencapai tujuan melalui kebijakan
peningkatan profesionalisme anggota guna menjamin masyarakat
mendapatkan pelayanan berkualitas.
2.3.2. LAMBANG ORGANISASI

Arti Logo IBI (Ikatan Bidan Indonesia) :


1. Bentuk Bundar, dilingkari garis merah putih, melambangkan arti persatuan
abadi.
2. Buah Delima, merupakan buah yang berisi biji dan air, melambangkan
kesuburan.
3. Dua Helai Daun, melambangkan kemampuan dari pasangan laki-laki dan
perempuan untuk melanjutkan tumbuhnya bibit.
4. Ular dan Cawan, menunjukkan simbol Dewa Aesculapius dan Dewi
Hygea, dimana pelayanan kebidanan harus memelihara dan
mempertahankan biji (bibit) agar dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik.
5. Buah Delima Merekah, menggambarkan buah delima yang sudah matang,
mengandung biji-biji (benih) yang telah matang (matur) dan sehat, sehingga
dapat melanjutkan generasi penerus baru yang sehat dan berkualitas.
Seorang bidan diharapkan bersiap diri menjadi tenaga pelayanan kesehatan
yang profesional, untuk menghantarkan benih yang matur dan sehat tersebut
menjadi calon generasi penerus yang mandiri serta berkualitas.
2.3.3. KEDUDUKAN ORGANISASI

Ikatan Bidan Indonesia, sebagai satu-satunya organisasi yang


merupakan wadah persatuan & kesatuan Bidan Indonesia.Juga sebagai salah
satu Lembaga Sosial Masyarakat di Indonesia. Begitu juga dalam Komisi
Nasional Kedudukan Wanita di Indonesia (KNKWI) atau National
Commission on the Status of Women (NCSW). IBI merupakan salah satu
anggota pendukungnya.

2.3.4. SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBENTUKAN ORGANISASI IBI


Dalam sejarah Bidan Indonesia menyebutkan bahwa tanggal 24 Juni
1951 dipandang sebagai hari jadi IBI. Pengukuhan hari lahirnya IBI tersebut
didasarkan atas hasil konferensi bidan pertama yang diselenggarakan di Jakarta
24 Juni 1951, yang merupakan prakarsa bidan-bidan senior yang berdomisili di
Jakarta.
Konferensi bidan pertama tersebut telah berhasil meletakkan landasan
yang kuat serta arah yang benar bagi perjuangan bidan selanjutnya, yaitu
mendirikan sebuah organisasi profesi bernama Ikatan Bidan Indonesia (IBI),
berbentuk kesatuan, bersifat Nasional, berazaskan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945. Pada konferensi IBI tersebut juga dirumuskan tujuan IBI,
yaitu:
a. Menggalang persatuan dan persaudaraan antar sesama bidan serta kaum
wanita pada umumnya, dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa.
b. Membina pengetahuan dan keterampilan anggota dalam profesi kebidanan,
khususnya dalam pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta
kesejahteraan keluarga.
c. Membantu pemerintah dalam pembangunan nasional, terutama dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
d. Meningkatkan martabat dan kedudukan bidan dalam masyarakat.
Dengan landasan dan arah tersebut, dari tahun ke tahun IBI terus
berkembang dengan hasil-hasil perjuangannya yang semakin nyata dan telah
dapat dirasakan manfaatnya baik oleh masyarakat maupun pemerintah sendiri.
Adapun tokoh-tokoh yang tercatat sebagai pemrakarsa konferensi
tersebut adalah: Ibu Selo Soemardjan, Ibu Fatimah, Ibu Sri Mulyani, Ibu
Salikun, Ibu Sukaesih, Ibu Ipah dan Ibu S. Margua, yang selanjutnya
memproklamirkan IBI sebagai satu-satunya organisasi resmi bagi para bidan
Indonesia. Dan hasil-hasil terpenting dari konferensi pertama bidan seluruh
Indonesia tahun 1951 tersebut adalah:
a. Sepakat membentuk organisasi Ikatan Bidan Indonesia, sebagai satu-
satunya organisasi yang merupakan wadah persatuan & kesatuan Bidan
Indonesia.
b. Pengurus Besar IBI berkedudukan di Jakarta.
c. Di daerah-daerah dibentuk cabang dan ranting. Dengan demikian
organisasi/perkumpulan yang bersifat lokal yang ada sebelum konferensi
ini semuanya membaurkan diri dan selanjutnya bidan-bidan yang berada di
daerah-daerah menjadi anggota cabang-cabang dan ranting dari IBI.

Musyawarah menetapkan Pengurus Besar IBI dengan susunan sebagai berikut:


Ketua I : Ibu Fatimah Muin
Ketua II : Ibu Sukarno
Penulis I : Ibu Selo Soemardjan
Penulis II : Ibu Rupingatun
Bendahara : Ibu Salikun

Tiga tahun setelah konferensi, tepatnya pada tanggal 15 Oktober 1954,


IBI diakui sah sebagai organisasi yang berbadan hukum dan tertera dalam
Lembaga Negara nomor: J.A.5/927 (Departemen Dalam Negeri), dan pada
tahun 1956 IBI diterima sebagai anggota ICM (International Confederation of
Midwives). Hingga saat ini IBI tetap mempertahankan keanggotaan ini,
dengan cara senantiasa berpartisipasi dalam kegiatan ICM yang dilaksanakan
di berbagai negara baik pertemuan-pertemuan, lokakarya, pertemuan regional
maupun kongres tingkat dunia dengan antara lain menyajikan pengalaman dan
kegiatan IBI. IBI yang seluruh anggotanya terdiri dari wanita telah tergabung
dengan Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) pada tahun 1951 hingga saat
ini IBI tetap aktif mendukung program-program KOWANI bersama
organisasi wanita lainnya dalam meningkatkan derajat kaum wanita
Indonesia. Selain itu sesuai dengan Undang-Undang RI No.8 tahun 1985,
tentang organisasi kemasyarakatan maka IBI dengan nomor 133 terdaftar
sebagai salah satu Lembaga Sosial Masyarakat di Indonesia. Begitu juga
dalam Komisi Nasional Kedudukan Wanita di Indonesia (KNKWI) atau
National Commission on the Status of Women (NCSW). IBI merupakan salah
satu anggota pendukungnya.
Pada kongres IBI yang kedelapan yang berlangsung di Bandung pada
tahun 1982, terjadi perubahan nama Pengurus Besar IBI diganti menjadi
Pengurus Pusat IBI, karena IBI telah memiliki 249 cabang yang tersebar di
seluruh propinsi di Indonesia. Selain itu kongres juga mengukuhkan anggora
pengurus Yayasan Buah Delima yang didirikan pada tanggal 27 Juli 1982.
Yayasan ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota IBI, melalui
pelaksanaan berbagai kegiatan.
Pada tahun 1985, untuk pertama kalinya IBI melangsungkan Kongres
di luar pulau Jawa, yaitu di Kota Medan (Sumatera Utara) dan dalam kongres
ini juga didahului dengan pertemuan ICM Regional Meeting Western Pacific
yang dihadiri oleh anggota ICM dari Jepang, Australia, New Zealand,
Philiphina, Malaysia, Brunei Darussalam dan Indonesia. Bulan September
2000 dilaksanakan ICM Asia Pacific Regional Meeting di Denpasar Bali.
Pada tahun 1986 IBI secara organisatoris mendukung pelaksanaan pelayanan
Keluarga Berencana oleh Bidan Praktek Swasta melalui BKKBN.
Gerak dan langkah Ikatan Bidan Indonesia di semua tingkatan dapat
dikatakan semakin maju dan berkembang dengan baik. Sampai dengan tahun
2016 IBI telah memiliki 34 Pengurus Daerah, 501 Cabang IBI (di tingkat
Kabupaten/Kodya) dan 2.592 Ranting IBI (di tingkat Kecamatan/unit
Pendidikan/Unit Pelayanan). Jumlah anggota yang telah memiliki Kartu
Tanda Anggota (KTA) 215.571, sedangkan jumlah bidan yang terdaftar di
Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) ada 419.000 (MTKI, November
2016).
Perkembangan Jumlah Anggota Ibi Tahun 1988 - 2016
Tahun Jumlah Anggota
1988 16.413
1990 25.397
1994 46.114
1995 54.080
1996 56.961
1997 57.032
1998 66.547
2003 68.772
2008 87.338
2013 141.148
2015 170.359
2016 215.571
2.3.5. ANGGARAN DASAR DAN RUMAH TANGGA ORGANISASI PROFESI
IBI

IKATAN BIDAN INDONESIA


MASA BAKTI 2013-2018

KEPUTUSAN
KONGRES XIV IKATAN BIDAN INSONESIA
NO. 004.SKEP/KONGRES XV/XI/2013
Tentang
ANGGARAN DASAR DAN
ANGGARAN RUMAH TANGGA IBI

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa Kongres XIV Ikatan Bidan Indonesia :
Menimbang :
a. Bahwa kongres sebagai forum musyawarah tertinggi organisasi IBI
berwenang meninjau, menyempurnakan AD-ART IBI.
b. Bahwa untuk menyelesaikan dengan perkembangan organisasi
maupun situasi dan kondisi saat ini, perlu diadakan
perubahan/penyempurnaan AD dan ART.
c. Bahwa karena hal tersebut perlu diterbitkan Keputusan Kongres XV
IBI tanhun 2013 tentang AD-ART.
Mengingat :
a. Anggaran Dasar Bab V Pasal 18 tentang Kongres
b. Anggaran Rumah Tangga Bab IX Pasal 18 tentang Kongres,
Musyawarah dan Rapat- rapat

Memperhatikan :
Hasil Kongres XV yang membahas tentang AD dan ART IBI 2013-2018
pada tanggal 11-22 November 2013.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Keputusan Kongres XV Ikatan Bidan Indonesia tentang AD-


ART Thn 2013- 2018.
Pertama : Mengesahkan perubahan, penyempurnaan AD-ART IBI
sebagaimana tertera dalam lampiran keputusan ini.
Kedua : Dengan berlakunya AD-ART Thn 2013 - 2018, maka AD ART
Thn 2008- 2013 tidak berlaku.
Ketiga : Menugaskan tim PPIBI masa bakti 2013-2018 untuk
mendokumentasikan dan menindak lenjuti AD danART
dimaksud dan digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan
tugasnya.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 12 November 2013
Atas nama peserta Kongres XIV Ikatan Bidan Indonesia

PEMIMPIN KONGRES

Ketua : Hj Endang Sri Resmiati SH,SST,MKes


Sekretaris : Hj. Ani SriSuryani, S.Alui, S,Sos, M,Si
Anggota : Drs Yumami llyas, M.\,Kes
Laurensia Lawiono, Msc
Dra Mulyati R, Usman, Mpd
ANGGARAN DASAR DAN
ANGGARAN RUMAH TANGGA
IKATAN BIDAN INDONESIA
MASA BAKTI 2013-2018

Hak cipta di lindungi undang-undang pada pengarang. Tidak di


perkenanakan memperbanyak buku ini dalam bentuk stensil, fotocopy atau cara
lain tanpa izin tertulis pengarang
Keputusan Kongres XIV Ikatan Bidan Indonesia No. 004/SKEP/Kongres
XIV/XI/2008 tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
IBI……………………….........................................................................……... iii
DaftarIsi……………….....……………………………………………………... vii
Pancasila………………………………………………………………………... viii
Pembukaan (Preambul) UUD 1945…………..………………………………… 1
Lagu Indonesia Raya………………………………........……………………… 3
Logo Ikatan Bidan Indonesia(IBI)……………………………………………… 4
Penjelasan Arti Logo IBI……………………………………………………….. 5
Sumpah atau Janji Bidan……………………………………………………….. 6
Pengertia Bidan……................………………………………………………… 8
Falsafah Kebidanan………………………......………………………………… 9
Mukadimah……….......………………………………………………………. 13
Anggaran Dasar………………………………………………………………. 15
Anggaran rumah Tangga……………………………………………………… 23
Organogram Ikatan Bidan Indonesia………………...………………………. 84
Organogram Pengurus Pusat………………………………………………….. 85
Organogram Pengurus Daerah………………………………………………... 86
Organogram Pengurus Cabang……………………………………………….. 87
Organogram Pengurus Ranting……………………………………………….. 88
Susunan Pengurus Pusat IBI………………………………………………….. 89
Hymne IBI……………………………………………....……………………. 90
Mars IBI………………………………………………………………………. 91
Sejarah IBI……………………………………………………………………. 92
Daftar Pelaksanaan Kongres IBI…………………….………………….. ......... 102
Sejarah Pendidikan Bidan………………………………………………. ......... 103
PANCASILA
1. KETUHANAN YANG MAHA ESA.
2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB.
3. PERSATUAN INDONESIA.
4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT
KEBIJAKSANAAN DALAM
PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN.
5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA.

UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

PREAMBULE
(Pembukaan)

Bahwa Sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa. Oleh sebab
itu maka penjajahan di atas dunia harus di hapuskan, karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah pada saat
yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan
pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur.
Atas berkat dan rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh
keiinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umu, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan social, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang berbentuk
dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratans/Perwakilan, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia.

INDONESIA RAYA
Cip : W.R Supratman

Indonesia Tanah Airku


Tanah Tumpah Daarahku
Disanalah Aku Berdiri
Jadi pandu ibuku

Indonesia Kebangsaanku
Bangsa dan tanah airku
Marilah kita bersatu
Indonesia bersatu

Hiduplah tanahku
Hiduplah negriku
Bangsaku rakyatku
Semuanya

Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia raya
Indonesia Raya Merdeka ,Merdeka
Tanahku Negriku Yang Kucinta
Indonesia Raya Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya

LOGO
IKATAN BIDAN INDONESIA

Penjelasan Arti Logo


1. “Bentuk bundar, dilingkari oleh garis merah putih” yang berarti persatuan
abadi.
2. “Buah Delima” adalah buah yang berisi biji (bibit) dan air lambang
kesuburan.
3. “Dua Helai Daun” berarti lambang kemampuan dari pihak laki-laki dan
perempuan untuk memberi hidupnya bibit.
4. “Ular dan Cawan” mescelambangkan simbol Dewa Aesculapius dan Dewi
Hygea yang berarti pelayanan kebidanan memelihara dan mempertahankan
biji (bibit) agar tumbuh dan berkembang dengan baik.
5. “Buah Delima merekah” menggambarkan buah delima yang sudah matang,
mengandung biji-biji yang matur dan sehat dapat melanjutkan hdup
baru/generasi penerus yang sehat dan berkualitas dan bidan adalah seorang
yang siap untuk menghantar biji-biji yang matur dan sehat menjadi generasi
penerus yang sehat dan berkualitas.

SUMPAH ATAU JANJI BIDAN

Para lulusan pendidikan kebidanan diberikan Ijazah Bidan sebagai tanda lulus
dan diwajibkan mengucapkan sumpah atau Janji Bidan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Lafal sumpah atau janj Bidan adalah sebagai berikut :
Saya bersumpah atau berjanji bahwa saya :
1. Akan mengabdikan ilmu saya dengan jujur dan adil sejalan dengan profesi bidan
2. Akan mengabdikan diri saya dalam pelayanan kebidanan dan kesehatan tanpa
membedakan agama, pangkat, suku, dan bangsa
3. Akan menghormati kehidupan manusia sejak pembuahan
4. Akan membela hak dan menghargai tradisi budaya dan spiritual pasien yang saya
layani
5. Tidak akan menceritakan kepada siapapun dan menjaga segala rahasia yang
berhubungan dengan tugas saya kecuali jika diminta pengadilan untuk keperluan
kesaksian
6. Akan menghormati, membina kerjasama keutuhan dan kesetiakawanan dengan
teman sejawat
7. Akan menjaga martabat dan menghormati keluhuran profesi dengan terus
menerus mengembangkan ilmu kebidanan
Sumpah/janji ini saya ikrarkan dengan sungguh-sungguh dengan
mempertaruhkan kehormatan profesi saya sebagai bidan. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa member kekuatan kepada saya.
Keterangan :
Pengucapan sumpah profesi atau janji bidan dilakukan pada waktu wisuda/
setelah wisuda dibimbing oleh Ketua Organisasi Profesi atau Wali Profesi yang ada
di Institusi Pendidikan yang bersangkutan.

Wali Profesi adalah Anggota IBI (Seorang Bidan)


Yang ada di Institusi tersebut (Pimpinan Institusi Pendidikan antara lain
Direktur, Kajur, Kaprodi atau Dosen)
Sumpah profesi dapat dilakukan pada hari wisuda, atau setelah wisuda
(dilakukan secara terpisah). Naskah Sumpah Profesi ditanda tangani oleh yang
membacakan naskah sumpah, Wisudawati dan Rohaniawan sebagai saksi.

PENGERTIAN BIDAN
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang
diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia
serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk register, sertifikasi dan atau
secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktek kebidanan.
Bidan adalah tenaga professional yang bertanggungjawab dan akuntabel, yang
bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat
selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memfasilitasi dan memimpin
persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru
lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal,
deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain
yang sesuai, serta melaksanakan pertolongan pertama tindakn kegawat-daruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak
hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini
mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas
pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan
anak.
Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan : termasuk di rumah,
masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.

FALSAFAH KEBIDANAN
Dalam menjalankan perannya bidan memiliki keyakinan yang dijadikan
panduan dalam memberikan asuhan. Keyakinan tersebut meliputi :
1. Keyakinan tentang kehamila dan persalinan.
2. Hamil dan bersalin merupakan suatu proses alamiah dan bukan penyakit.
3. Keyakinan tentang Perempuan. Setiap perempuan adalah pribadi yang unik
mempunyai hak, kebutuhan, keinginan masing-masing. Oleh sebab itu
perempuan harus berpartisipasi aktif dalam setiap asuhan yang diterimanya.
4. Keyakinan fungsi Profesi dan manfaatnya. Fungsi utama profesi bidan adalah
mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya, proses fisiologis harus
dihargai, dukungan dan dipertahankan. Bila timbulpenyulit, dapat
mengguakan teknologi tepat guna dan rujukan efektif, untuk memastikan
kesejahteraan perempuan dan janin/bayinya.
5. Keyakinan tentang pemberdayaan perempuan dalam membuat keputusan.
Perempuan harus diberdayakan untuk mengambil keputusan tentang
kesehatan diri dan keluarganya melalui kominikasi, informasi, dan edukasi
(KIE) dan konseling. Pengambilan keputusan merupakan tanggung jawab
bersama antara perempuan, keluarga dan pemberi asuhan.
6. Keyakinan tentang tujuan Asuhan. Tujuan utama asuhan kebidanan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi kesakitan dan kemtian). Asuahan
kebidanan berfokus pada : pencegahan, promosi kesehatan yang bersifat
holistic, diberikan dengan cara yang kreatif dan fleksibel, suportif, peduli,
bimbingan, monitor dan pendidikan berpusat paraperempuan, asuhan
berkesinambungan, sesuai keinginan dan tidak otoriter serta menghormati
pilihan perempuan.
7. Keyakinan tentang kolaborasi dan kemitraan. Praktik kebidanan dilkukan
dengan menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman holistik
terhadap perempuan, sebagaisalah satu kesatuan fisik, psikis, emosional,
social, budaya spiritual serta pengalaman reproduksinya. Bidan memiliki
otonomi penuh dalam prakteknya yang berkolaborasi dengan tim kesehatan
lainnya.
Sebagai Profesi biadan mempunyai pandangan hidup Pancasila, seorang
bidan menganut filosofi yang mempunyai keyakinan didalam dirinya bahwa
semua manusia adalah mahluk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang unik
merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dan tidak ada individu
yang sama.
Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan dan perbedayaan
kebudayaan. Setiap individu berhak menentukan nasib sendiri dan mendapatkan
informasi yang cukup untuk berperan disegala aspek pemeliharaan kesehatan.
Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka
setiap wanita usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapatkan
pelayanan yamg berkualitas.Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas
perkembangan keluarga, yang membutuhkan persiapan sampai anak menginjak
masa remaja.
Keluarga-keluarga yang berada disuatu wilayah/daerah membentuk
masyarakat kumpulan dan masyarakat Indonesia terhimpun didalam satu kesatuan
bangsa Indonesia. Manusia terbentuk karena adanya interaksi antara manusia dan
budaya dalam l;ingkungan yangbersifat dinamin mempunyai tujuan dan nilai-nilai
yang terorganisir.

MUKADIMAH
Bahwa tujuan Kemerdekaan Negara Republik Indonesia adalah untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tanah tumpah darah Indonesia,
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan social.
Bahwa tujuan perjuangan Ikatan Bidan Indonesia sesungguhnya
merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari pergerakan bangsa Indonesia.
Bahwa Ikatan Bidan Indonesia sebagai salah satu kekuatan social, mempunyai
hak, tanggung jawab dan kewajiban yang sama dengan kekuatan social lainnya
dalam rangka mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia yang berlandaskan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 demi masa depan yang lebih baik bagi
keluarga, masyarakat dan bangsa yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Maka seluruh anggota Ikatan Bidan Indonesia dalam pelaksanaan
fungsinya sebagai salah stu kekuatan social, mempersatukan diri dalam satu
wadah yang menghimpun semua potensi bidan di Indonesia yaitu “IKATAN
BIDAN INDONESIA” (IBI) yang didirikan secara nasional pada tanggal 24 Juni
1951 di Jakarta.
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Ikatan Bidan Indonesia
menyusun, menetapkan dan melaksanakan Anggaran Dasar-nya yang di
perbaharui sesuia dengan tuntutan perubahan dan perkembangan zaman serta di
syahkan dalam kongres Ikatan Bidan Indonesia dan di syahkan oleh Notaris.

ANGGARAN DASAR
IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
BAB I
NAMA, WAKTU, DAN KEDUDUKAN
PENGURUS PUSAT

Pasal I
NAMA
Organisasi ini bernama Ikatan Bidan Inndonesia disingkat IBI.
Pasal 2
WAKTU
Ikatan Bidan Indonesia didirikan secara nasional pada tanggal 24 Juni 1951 di
Jakarta, untuk jangka waktu yang tidak di tentukan.

Pasal 3
KEDUDUKAN
Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia berkedudukan di ibukota Negara Republik
Indonesia. Berkedudukan di ibukota Negara Republik Indonesia.

BAB II
AZAS, SIFAT, TUJUAN DAN KEGIATAN

Pasal 4
AZAS
Ikatan Bidan Indonesia berazaskan Pancasila.

Pasal 5
SIFAT
Ikatan Bidan Indonesia sebagai satu- satunya organisasi Bidan bersifat netral dijiwai
oleh filosofi dan kode etik bidan Indonesia.

Pasal 6
TUJUAN
Ikatan Bidan Indonesia bertujuan :
1. Menggalang dan mempererat persatuan dan persaudaraan sesame bidan,
organisasi perempuan dan pihak terkait untuk mencapai visi dan misi
2. Membina dan mengayomi anggota serta mengembangkan dan meningkatkan
pendidikan, pengetahuan dan keterampilan terutama dalam lingkup
kebidanan.
3. Berperan serta dalam pembangunan, terutama dalam pemeliharaan &
peningkatan derajat kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak
4. Meningkatkan martabat dan kependudukan bidan serta memberdayakan
perempuan dalam masyarakat.

Pasal 7
KEGIATAN
Untuk mencapai tujuan sebagaimana tercantum dalam Pasal 6, IBI melakukan
kegiatan ke dalam dan ke luar organisasi sesuai rencana kerja.

BAB III
KEANGGOTAAN

Pasal 8
ANGGOTA
1. Anggota Ikatan Bidan Indonesia adalah bidan yang telah memiliki Kartu
Tanda Anggota (Surat tanda pengenal sebagai anggota IBI) dan kartu
tersebut masih berlaku.
2. Ketentuan mengenai keanggotaan IBI diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga

BAB IV
ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN

Pasal 9
ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN
1. Tingkat Nasional:
Kepengurusan di Tingkat Nasional dinamakan PENGURUS PUSAT
berkedudukan di ibukota Negara.
2. Tingkat Propinsi:
Kepengurusan di tingkat Propinsi dinamakan PENGURUS DAERAH dan
berkedudukan di Ibukota Propinsi.
3. Tingkat Kabupaten/Kota:
Kepengurusan di tingkat kabupaten/kota dinamakan PENGURUS CABANG
dan berkedudukan di ibukota Kabupaten/Kota.
4. Tingkat Kecamatan/Institusi:
Kepengurusan di tingfkat Kecamatan dinamakan PENGURUS RANTING
dan berkedudukan di kecamatan.
Kepengurusan di unit Pelayanan Kesehatan, Institusi Pendidikan Bidan
dinamakan Pengurus Ranting.

Pasal 10
KEPENGURUSAN
1. Pemimpin Organisasi disebut Ketua Umum
2. Kepengurusan Organisasi selanjutnya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

Pasal 11
TUGAS KEPENGURUSAN
1. Memimpin organisasi sesuai dengan ketentuan AD dan ART serta kebijakan
yang ditetapkan oleh Kongres IBI.
2. Tugas kepengurusan selanjutnya diatur dalam Anggaran Rumah tangga

BAB V
KONGRES, MUSYAWARAH DAN RAPAT

Pasal 12
KONGRES
1. Kongres merupakan wadah/forim tertyinggi dalam organisasi Ikatan Bidan
Indonesia untuk menetapkan dasar dan tujuan organosasi serta kebijakan
secara Nasional.
2. Kongres diadakan setiap lima tahun sekali.
3. Dalam keadaan mendesak dapat diadakan Kongres Luar Biasa.
4. Ketentuan tentang Kongres. Musyawarah Daerah, Musyawarah Cabang dan
Musyawarah Ranting diatur dalam Anggaran Rumah tangga.

Pasal 13
RAPAT
1. Di antara dua Kongres/Musda/Muscab/Musran di adakan Rapat Kerja
Nasional (Rakernas), Rapat Kerja Daerah (Rakerda), Rapat Kerja Cabang
(Rakercab) dan Rapat Kerja Ranting (Rakerran).
2. Ketentuan tentang Rakernas, Rakerda, Rakercab dan Rakerran diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 14
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Pengambilan keputusan dalam Kongres dan rapat-rapat yang tersebut pada
pasal-pasal dalam BAB V dilakukan dengan musyawarah
2. Ketentuan lebih lanjut tentang pengambilan keputusan diatur dalam Anggaran
Dasar Rumah Tangga.

BAB VI
LAMBANG

PASAL 15
1. Lambang atau logo Organisasi IBI adalah lingkaran yang didalamnya terdapat
buah delima merekah, cawan, ular dan dua helai daun
2. Logo Ikatan Bidan Indonesia, dengan Gambaran sebagai berikut
a. Penjelasan lebih lanjut tentang arti logo IBI diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.
BAB VII
KEUANGAN

Pasal 16
1. Keuangan IBI diperoleh dari :
a. Uang Pangkal
b. Iuaran Anggota
c. Sumbangan dalam bentuk apapun yang sah dan tidak mengikat
d. Penerimaan-penerimaan lain yang sah
e. Usaha lain yang sah
f. Ketentuan lebih lanjut tentang keuangan diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga

BAB VIII
ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 17
Anggaran Rumah Tangga
Hal-hal yang tidak diatur didalam Anggaran Dasar akan diatur didalam Anggaran
Rumah Tangga yang merupakan rincian pelaksanaan Anggaran Dasar.
1. Anggaran Rumah Tangga dan peraturan pelaksanaan lainnya tidak boleh
bertentangan dengan Anggaran Dasar.

BAB IX
PEMBUBARAN

Pasal 18
Pembubaran Organisasi
1. Organisasi dapat dibubarkan atas KeputusanKongres
2. Berdasarkan permintaan tertulis yang ditandatangani oleh 2/3 (dua per tiga)
jumlah cabang yang di ketahui Pengurus Daerah masing-masing dengan
alasan yang obyektif.

BAB X
HAK MILIK DAN KEKAYAAN ORGANISASI

Pasal 19

1. Hak milik organisasi yang berbentuk barang-barang bergerak dan tidak


bergerak serta kekeyaan intlektual digunakan bagi kepertingan dan
kelangsungan hidup organisasi.
2. Apabila organisasi ini dibubarkan maka hak milik dan kekeyaan
organisadilainnya diserahkan kepada masyarakat atau badan social lainnya.
3. Tata cara pengelolaan hak milik dan aset organisasi akan diatur tersendiri
BAB XI
PENUTUP

Pasal 19
Anggaran dasar Ikatan Bidan Indonesia ini disahkan oleh kongres xv Ikatan Bidan
Indonesia tahun 2013 di Jakarta.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 12 November 2013

KONGRES KE XV IKATAN BIDAN INDONESIA


PIMPINAN KONGRES
ANGGARAN RUMAH TANGGA
IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)

Ketua : Hj Endang SriResmiati SH,SST,MKes


Sekretaris : Hj. Ani SriSuryani, S.Alui, S,Sos, M,Si
Anggota : Drs Yumami llyas, M.\,Kes
: Laurensia Lawiono, Msc
: Drs Mulyati R, Usman, Mph

BAB I
PENJELASAN UMUM

Pasal 1
1. Bidan Bidan adalah seseorang perempuan yang lulus dari pendidikan
Bidan yang diakui oleh pemerintah dan organisani profesi di Wilayah Negara
Republik Insonesia serta memiliki kopentensi dan kualifikasi untuk
deregister, sertifikasi dan tau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan
praktek kebidanan.
Bidan sebagai tenaga professional yang bertanggung jawab dan
akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan
dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa
nifas, memfasilitasi persalinan atau tanggung jawab sendiri dan memberikan
asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya
pencegahan promosi persalinan normal deteksi komplikasi pada ibu dan anak,
dan akses bantuan medis atau atau bantuan lain yang sesuai, serts
melaksanakan tindakan kegawat-daruratan. Bidan mempunyai tugas penting
dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan,
tetapi juga kepada keluaega dan masyarakat kegiatan ini mencakup
pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada
kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan
asuhan anak Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk
dirumah masyarakat, Rumah Sakit, Klinik atau unit kesehatan lainnya.

2. Ikatan Bidan Indonesia adalah organisasi profesi yang seluruh anggotanya


terdiri dari bidan dan merupakan satu-satunya wadah persatuan bidan
Indonesia.
3. Ikatan Bidan Indonesia merupakan organisasi profesi kesehatan dan organisasi
perempuan.
4. Ikatan Bidan Insonesia berdiri secara Nasional pada tanggal 24 Juni 1951 atas
prakarsa perkumpulan bidan di Jakarta
5. Ikatan Bidan Indonesia terdaftar di Departemen Kehakiman pada tanggal 15
Oktober 1954 dalam lembaran Negara Nomer.’ J.A, 5927 dan diperbaharui
dengan akte notaries No : 16 tanggal 13 Maret 2013 notaris Vidi Andito, SH.
6. Ikatan Bidan Indonesia terdaftar di departemen Dalam Negri No 133 sesuai
UU No 08/1985 tentang ketentuan wajin lapor bagi LSM.
7. Ikatan Bidan Indonesia sebagai anggota KOWANI sejak tahun 1951 dengan
nomer keanggotaaan No, 13.
8. Ikatan Bidan Indonesia debagai anggota internasional Confecleration Of
Midwives (ICM) Sejak tahun 1956.

Pasal 2
Ikatan Bidan Indonesia mempunyai Logo dengan bentuk dari identitas yang
melambangkan :
1. “Bentuk bundar, dilingkari oleh garis merah putih” yang berarti perdatuan
abadi.
2. “Buah Delima” adalah buah yang berisi biji (bibit) dan air lambing kesuburan.
3. “Dua Helai Daun” berarti lambangkemampuan dari pihak laki-laki dan
perempuan untuk member hidupnya bibit.
4. “Ular & Cawan” melambangkan kemampuan Dewa Aesculaplus dan Dewi
Hygea yang berarti pelayanan kebidanan memelihara dan mempertahankan
biji (bibit) agar tumbuh & berkembang dengan baik.
5. “Buah Delima merekah” menggambarkan buah delima yang sudah matang,
mengandung biji-biji yang matur dan sehat dapat melajutkan hidup baru/
generasi penerus yang sehat dan berkualitas dan bidan adalah seorang yang
siap untuk menghantar biji-biji yang matur dan sehat menjadi generasi
penerus yang sehat dan berkualitas.

LOGO IBI
Penataan bentuk dan warna logo sebagai berikut:
1. Lingkaran
A. Luar : Merah darah
B. Tengah: Putih kertas dasar
C. Dalam : Cobra/Senduk
2. Ular
a. Warna : Hitam cobra, dengan garis-garis putih leherya
b. bentuk : Cobra/Senduk
3. Cawan
a. Bentuk : Seperti corong dengan bulatsn atas berbentuk oval.
b. Warna : Putih kertas dasar dengan garis pinggir gambar warna hitam
4. Daun dan Tangkai Delima
a. Jenis : Daun delima
b. Warna : Hijau daun delima
c. Jumlah daun : 2 helai
5. Buah Delima
a. Warna : Orange tua, ke bawah semakin muda warnanya
dimulai setengah bian setengah delima dibawah
b. Biji : Warna merah biji delima jumlah biji besar 24, biji
kecil 51
c. Mulut buah : Enam helai/bibir
6. Tulisan
a. Formasi : Melingkar setengah lingkaran bawa.
b. Isi : IKATAN BIDAN INDONESIA
c. Warna : Merah darah
7. Bukaan/Rekahan Buah Delima
a. Vertikal : 33%
b. Horizontal : 76%, dari atassisa 20%, dari bawah sisa 13%
8. Ukuran Logo
Sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan yang berlaku
BAB II
KEANGGOTAN, HAK, KEWAJIBAN, SANKSI DAN BERHENTI

Pasal 3
KEANGGOTAAN
1. Anggota Ikatan Bidan Indonesia adalah bidan yang memiliki Kartu Tanda
nggota dan kartu tersebut masih berlaku.
2. Keanggotaan IBI sesuai dengan tempat domisili atauinstitusi tempat kerja.

Pasal 4
SYARAT DAN TATA CARA PENERIMAA UNTUK MENJADI ANGGOTA
1. Syarat Menjadi Anggota
1. Memiliki Ijazah Bidan/lulus Bidan
2. Mengisi formulir pendaftran dengan melamprkan:
a. Foto Copy Ijazah Bidan
b. Foto Copy Sertifikat Kompetensi (bagi lulusan Bidan setelah 1 Agustus
2013)
c. Foto Copy KTP
d. Pas Foto 4x6 sebanyak 2 (dua)buah
2. Tata Cara Penerimaan Anggota
a. Pendaftaran dilakukan di Kantor Pengurus Ranting/Cabang sesuai domilisi
atau institusi tempat kerja.
b. Formulir Pendaftaran dapat diperoleh dipengurus Cabang/Ranting.
c. Formulir yang sudah diisi diteliti kebenaranya, diputuskan dalam rapat
pengurus ranting/Cabang.
d. Calon anggota yang memenuhi persyaratan diusulkan oleh Pengurus
Ranting/Cabang untuk deregister oleh Pengurus Pusat dan diterbitkan
Kartu Tanda Anggota (KTA) YANG BERLAKU SELAMA 5 (LIMA)
TAHUN.
3. Tata cara perpanjang KTA
a. 3 bulan sebelum habis masa berlakunya mengajukan perpajangan.
b. Mengisi Formulir Pendaftaran perpanjangan.
c. Melampirkan foto copy KTA yang akan habis masa berlakunya

Pasal 5
HAK ANGGOTA
1. Anggota berhak untuk mendaptkan pengayoman dari organisasi secara
berjenjeng.
2. Anggota berhak menghadiri rapat dan mengajukan usul, baik tertulis maupun
lisan.
3. Anggota aktif berhak memilih dan disiplin
4. Anggota berhak memiliki
a. Kartu tanda anggota IBI (KTA) yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat
dan tandatangan Ketua Umumum IBI.
b. Lencana Ikatan Bidan Indonesa
c. Buku Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
d. Seragam IBI Nasional dan kerja.

Pasal 6
KEWAJIBAN ANGGOTA
1. Tunduk pada AD-ART
2. Memahami , menghayati dan mengamalkan kode etik bidan
3. Membayar uang pangkal bagi anggota baru
4. Membayar iuran secara teratur
5. Membayar IBI agar tetap sebagai organisasi profesi yang tidak berafiliasi
dengan partai politik apapun
Pasal 7
SANKSI ANGGOTA
1. Sanksi dijatuhkan kepada anggota yang:
a. Sengaja mencemarkan nama baik organisasi
b. Menggunakan nama organisasi untuk kepentingan pribadi
2. Jenis sanksi :
a. Teguran lisan 1 – 3 kali
b. Teguran tertulis 1 – 3 kali
c. Dikeluarkan dari anggota setelah dikonsultasikan dan diputuskan oleh
Pengurus secara berjenjang oleh Pengurus Cabang, Pengurus Daerah dan
PengurusPusat.

PasaL 8
BERHENTI DARI KEANGGOTAAN
1. Mengundurkan diri atas kemauan sendiri.
2. Meninggal dunia.
3. karena sesuatu hal yang merugikan IBI

BAB III
ORGANISASI
Pasal 9
1. Tingkat Nasional
Kepengurusan di Tingkat Nasional dinamakan PENGURUS PUSAT
berkedudukan di Ibukota Negara.
2. Tingkat Propinsi
Kepengurusan di tingkat Propinsi dinamakan PENGURUS DAERAH dan
berkedudukan di Ibukota Propinsi.
3. Tingkat Kabupaten/kotA
Kepengurusan di tingkat kabupaten/kota berkedudukan di Ibukota Kabupaten
/Kota.
4. Tingkat Kecamatan/Institusi:
a. Kepengurusan di Tingkat Kecamatan dinamakan PENGURUSRANTING
dan berkedudukan di Kecamatan.
b. Kepengurusan di Unit Pelayanan Kesehatan atau Institusi Pendidikan
Bidang dinamakan Pengurus Ranting.

BAB IV
KEPENGURUSAN

Pasal 10
PENGURUS PUSAT (PP)
1. Susunan Pengurus Pusat:
a. Ketua Umum
b. Sekertaris Jendral
1. Tata usaha dan Rumah Tangga
2. Hubungan Masyarakat
3. Advokasi dan Hubungan Luar Negeri
c. Ketua I
1. Bidang Orgnisasi
2. Bidang Hukum
3. Bidang R&D (Research & Development / Penelitian dan
Pengembangan Organisasi)
d. Ketua II
1. Bidang Pendidikan
2. Bidang Pelatihan
3. Bidang Pelayanan
e. Bendahara
Bidang Administrasi Keuangan
Fund Rising (Pencari Dana)
f. Tim Tehnis
2. Ketentuan tentang Pengurus Pusat:
a. Ketua Umum dan 4 (empat) orang pengurus terpilih disahkan oleh
Konggres IBI dengan batas usia 50-65 tahun dan minimal pendidikan
Diploma-III Kebidanan
b. Empat orang pengurus terpilih dimagsud dalam huruf a ditetapkan sebagai
pengurus harian yang jabatannya ditentukan oleh ketua Umum terpilih
secara musyawarah.
c. Ketua Umum dapat dipilih kembali , dengan ketentuan bahwa yang
bersangkutan hanya dapat memangku jabatan yang sama berturut-turut dua
periode.
d. Pengurus harian ditugaskan untuk melengkapi susunan pengurus pusat.
e. Pengurus harian hanya dapat memangku jabatan yang sama berturut-turut
dua periode.
f. Setiap anggota pengurus dalam organisasi IBI hanya dibenarkan
menduduki satu jabatan , baik dalam satu unit kepengurusan maupun untuk
jenjang kepengurusan yang berbeda.

3. Tugas , Wewenang dan Tanggung jawab Pengurus Pusat :


a. KETUA UMUM
1. Memimpin Organisasi sesuai dengan ketentuan AD/ART serta ebijakan
yang ditetapkan oleh konggres IBI.
2. Mengkoordinir seluruh kegiatan Pengurus Pusat IBI mulai dari
perencanaan , pelaksanaan maupun evaluasi serta jawab penuh untuk
kegiatan kedalam maupun ke luar organisasi.
4. Mengarahkan membina dan mengawasi seluruh program IBI.
4. Menyelenggarakan Konggres , Rakernas dan rapat-rapat.
5. Mengadakan koordinasi dengan MPO , MPEB Kolegium.
b. SEKERTARIS JENDRAL
1. Mengendalikan kegiatan IBI kedalam organisasi maupun luar
organisasi.
2. Mengkoordinir kegiatan Tata Usaha dan Rumah Tangga , Hubungan ,
Masyarakat
3. Advokasi dan Hubungan Luar negeri,
4. Kerjasama dengan pengurus lainnya ,
5. Ketua Umum apabila berhalangan , berdasarkan pelimpahan
wewenang dari ketua umum,
6. Menyiapkan perangkat kerja organisasi secara umum yang
berhubungan dengan tata kerja organisasi, pendidikan dan pratik bidan
7. Menjalin hubungan keluar organisasi ,
8. Menyiapkan Kongres dan rapat kerja Nasional .
9. Menyiapkan Rencana Kerja Organisasi.

c. KETUA I
1. Mewkili Ketua Umum apabila berhalangan berdasarkan pelimpahan
wewenang dari Ketua Umum ,
2. Mengkoordinir , mengarahkan , membina , mengawasi pelaksanaan
program kerja
3. Bidang Penelitian dengan Pengembangan Organisasi
4. Bekerja sama dengan pengurus lainya untuk kelancaran keberhasilan
program IBI
5. Membina pengurus daerah .
6. Memperkuat organisasi dengan mengadakan pelatihan seminar
workshop tentang organisasi hokum penelitian dan pengembangan
oeganisasi.
7. Menyiapkn Konggres dan Rakernasserta pertemuan beriodikIBI
tingkat pusat.
8. Mengkoordinasikan peraturan dan perundang-undangan yang
berhubungan dengan organisasi IBI , pendidikan dan Pelayanan
Kebidanan.

d. KETUA II
1. Mewakili Ketua Umum apabila berhalangan , berdasarkan pelimpahan
wewenang dari ketua umum.
2. Mengkoordinir, mengarahkan, membina dan mengawasi pelaksanaan
program kerja Bidang Pendidikan, Bidang Pelatihan dan Bidang
Pelayanaan Kebidanan.
3. Bekerja sama dengan pengurus lainya untuk kelancaran dan
keberhasilan program IBI.
4. Menyiapkan kerjasama dengan lembaga/institusi terkait dengan
pelayanan, pendidikan dan pelatihan,
5. Meningkatkan mutu pendidikan, pelatihan dan pelayanan kebidanan.

e. BENDAHARA
1. Mewakili Ketua Umum apabilaberhalangan, berdasarkan
pelimpahanwewenang dari Ketua Umum.
2. Membuat rencana anggaran pendapatan & belanja (RAPB) jangka
pendek dan jangka panjang,
3. Mengkoordinir kegiatan Bidang Administrasi Keuangan dan Fund
Risisng,
4. Bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan sesuai ketetapan dan
kebijakan organisasi,
5. Bekerjasma dengan dengan pengurus lainnya untuk kelancaran dan
keberhasilan program IBI.
6. Menandatangani cek dengan Ketua umum atau Sekretaris Jendral,
7. Mengkoordinir yayasan Buah Delima.
f. TIM TEHNIS
Tim tehnis dibentukoleh Pengurus sesuai kebutuhan dan bertanggung
jawab kepada ketua umum.

Pasal 11
MAJELIS PERTIMBANGAN ETIK BIDAN (MPEB)

1. Pertimbangan Etik Bidan (MPEB) merupakan suatu komponen dalam


struktur organisasi IBI yang fungsinya untuk membina Etika dan Kode etik
Bidan.
2. Tugas MPEB :
a. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan ketetapan
pengurus pusat.
b. Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas
pengurus pusat.
c. Membentuk tim tehnis sesuai kebutuhan.
d. Melukukan kegiatan dalam rangka pembinaan etik dank ode etik bidan.
e. Memberikan solusi/saran berkenaan dengan pembinaan etika dank ode
etik bidan.
f. Penanganan masalah berkenaan dengan praktek bidan
g. Melaporkan hasil kegiatan dibidang tugasnya secara berkala.

Pasal 12
MAJELIS PERTIMBANGAN ORGANISASI (MPO)
1. MPO merupakan suatu komponen dalam struktur organisasi yang fungsinya
untuk memberikan pertimbangan dalam pengelolaan organisasi.
2. MPO Tingkat Pusat adalah mantan pengurus Pusat IBI yang terpilih dan
bersedia
3. Unsur MPO/ Pelindung di tingkat Provinsi/Pengurus daerah:
a. Pelindung : Gubernur
b. Penasehat : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
c. Pengurus Daerah IBI yang terpilih dan bersedia
d. Unsure terkait lainnya
4. Unsur MPO/ Pelindung di tingkat Kabupaten./Kota/Pengurus Cabang:
a. Pelindung : Bupati/Walikota
b. Penasehat : Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/Kota
c. Mantan Pengurus IBI yang terpilih dan bersedia
d. MPO/Pelindung di tingkat Kecamatan pengurus ranting :
Disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat

Pasal 13
KELEGIUM KEBIDANAN INDONESIA
1. Kolegium Kebidanan Indonesia adalah suatu komponen dalam struktur
organisasi IBI yang fungsinya untuk menjaga dan meningkatkan mutu
pendidikan dan pelayanan kebidanan.
2. Kolegium Kebidanan Indonesia adalah kumpulan para pakar profesi
kebidanan (midwifery) dan berkedudukan ditingkat pusat.
3. Anggota Kolegium kebidanan Indonesia di pilih oleh PP IBI, dan
bertanggungjawab kepada Ketua Umu Pengurus Pusat Ikatan Bidan
Indonesia.
4. Kolegium membidangi komite standar kompetensi, komite standar pendidikan
komite standar pelayanan kebidanan dan komite Uji kompetensi.
5. Ketua kolegium dapat dipilihkembalidengan ketentuan bahwa yang
bersangkutan hanya dapat mengaku jabatan yang sama berturut-turut dua
periode,
6. Ketentuan tentang kolegium Kebidanan Indonesia diatur tersendiri.
Pasal 14
YAYASAN BUAH DELIMA
1. Yayasan Buah delima merupakan unit kegiatan di bawah koordinasi
bendahara
2. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Yayasan Buah Delima diatur
tersendiri.

Pasal 15
PENGURUS DAERAH (PD)
1. Susunan pengurus daerah
b. Ketua Pengurus Daerah
c. Sekretaris
1. Tata Usaha dan Rumah Tangga
2. Hubungan Masyarakat dan Advokasi
d. Wakil Ketua I
1. Bidang Organisasi
2. Bidang Hukum
3. Bidang Penelitian dan pengembangan Organisasi
e. Wakil Ketua II
1. Bidang Pendidikan
2. BIdamg Pelatihan
3. Bidang Pelayanan
f. Bendahara
1. Bidang Administrasi Keuangan
2. Fund Raising (Penggali dana)
g. Majelis Pertimbangan Organisasi
h. Majelis Pertimbangan Etik Bidan
i. Yayasan Buah Delimamerupakan unit kegiatan dibawah koordinasi
bendahara
j. Tim Tehnis
3. Ketentuan tentang Pengurus Daerah
a. Ketua Pengurus Daerah dan 4 (empat) orang pengurus terpilih disahkan
oleh musyawarah daerah dengan batas usia 40-65 tahun dan minimal
pendidikan Diploma-III Kebidanan
b. Empat pengurus terpilih dimaksud dalam huruf a ditetapkan sebagai
pengurus harian yang jabatannya ditentukan oleh ketua PD terpilih secara
musyawarah
c. Ketua PD dapat terpilih kembali, dengan hanya dapat memangku jabatan
yang sama berturut-turut 2 periode
d. Pengurus harian ditugaskan untuk melengkapi susunan pengurus daerah.
e. Pengurus harian hanya dapat memangku jabatan yang sama berturut-turut
dua periode.
f. Setiap anggota pengurus dalam organissi IBI hanya dibenarkan
menduduki satu jabatan, baik dalam satu unit kepengurusan maupun unit
jenjang kepungurusanyang berbeda.
4. Tugas, Wewenang dan tanggung jawab:
a. Ketua Pengurus Daerah
1. Memimpin oerganisasi sesuai dengan ketentuan AD/ART serta
kebijakan yang digariskan oleh Pengurus Pusat IBI.
2. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan PD IBI mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi serta bertanggung jawab penuh untuk
kegiatan ke dalam dan ke luar.
3. Menentukan kebikan umum, mengarahkan, membina dan mengawasi
seluruh program PD.
4. Menyelenggarakan Musyawarah Daerah, Rakerda dan rapat-rapat.
b. Sekretaris
1. Mewakili Ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan
wewenang dari Ketua
2. Mengkoordinasikan, mengarahkan, membina dan mengawasi
bidangtat usah dan rumah tangga, humas, advokasi & hubungan luar
negri.
3. Bekerjasama dengan pengurus lainnya untuk kelancaran dan
keberhasilan program IBI sesuai dengan kebutuhan.
c. Wakil Ketua I
1. Mewakili Ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan
wewenang dari ketua
2. Mengkoordinasikan, mengarahkan, membina dan mengawasi
pelaksanaan program kerja bidang Organisasi,Hukum, Penelitian dan
Pengembangan Organisasi
3. Bekerja sama dengan Pengurus lainnya untuk kelancaran keberhasilan
program IBI sesuai Kebutuhan
d. Wakil Ketua II
1. Mewakili Ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan
wewenang dari Ketua
2. Mengkoordinasikan, mengarahkan, membina dan mengawasi
pelaksanaan program kerja bidang Pendidikan, Pelatihan, dan
Pelayanan.
3. Bekerjasama dengan Pengurus lainnya untuk kelancaran, keberhasilan
program IBI sesuai kebutuhan .
e. Bendahara
1. Mewakili Ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan
wewenang dari Ketua.
2. Mengkoordinir, mengarahkan, membina, dan mengawasi kegiatan
bidang administrasi keuangan dan fund rising(Pencari dana).
3. Bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan organisasi sesuia
ketetapan & kebijakan pengurus harian.
4. Mencari dana untuk dinamika dan kelangsungan roda organisasi
5. Mengkoordinir Yayasan Buah Delima.
6. Bekerjasama dengan Pengurus lainnya untuk Kelancaran, keberhasilan
program IBI sesuai kebutuhan.
f. Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO) tingkat propinsi
1. Memberikan pertimbangan dalam pengelolaan organisasi di tingkat
propinsi
g. Majelis Pertimbangan Etik Bidan
1. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan kebijakan
MPEB pusat
2. Melaporkan hasil kegiatan di bidang tugasnya, secara berkala.
3. Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas
PD
4. Melakukan kegiatan berkenaan dengan etika dank ode etik bidan
5. Memberikan solusi/saran berkenaan dengan etika dank ode etik bidan
6. Penanganan masalah berkenaan dengan praktik bidan
7. Melaksanakan pembinaan Etik Bidan
h. Yayasan Buah Delima
Keberadaan YBD langsung dikoordinasi oleh Bendahara PD,
kegiatan YBD di atur dalam Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga
tersendiri.
i. Tim Tehnis
Tim teknis di bentuk oleh Pengurus sesuai kebutuhan dan
bertanggung jawab kepada Ketua Pengurus Daerah.

Pasal 16
PENGURUS CABANG (PC)
1) Susunan Pengurus Cabang
a. Ketua pengurus Cabang
b. Sekretaris
1. Tata Usaha dan Rumah Tangga
2. Hubungan Masyarakat dan Advokasi
c. Wakil ketua I
1. Bidang Organisasi
2. Bidang Hukum
3. Bidang Penelitian dan Pengembangan Organisasi
d. Wakil Ketua II
1. Bidang Pendidikan
2. Bidang Pelatihan
3. Bidang Pelayanan
e. Bendahara
1. Bidang Administrasi keuangan
2. Fund Raising (Penggali dana)
f. Majelis Pertimangan Organisasi
g. Majelis Pertimbangan Etik Bidan
h. Yayasan Buah Delima merupakan unit kegiatan dibawah koordinasi
bendahara

2. Ketentuan tentang Pengurus Cabang


a. Ketua Pengurus Cabang dan empat pengurus terpilih disahkan oleh
Musyawarah
b. Cabang dengan batas usia 40-65 tahun dan minimal pendidikan
Diploma-III Kebidanan
c. Empat pengurus terpilih dimaksud dalam huruf a ditetapkan sebagai
pengurus harian yang jabatannya ditentukan oleh Ketua PC terpilih
secara musyawarah
d. Ketua PC dapat di pilih kembali, dengan ketentuan bahwa yang
bersangkutan hanya dapat memangku jabatan yang sama berturut-turut
dua periode
e. Pengurus harian ditugaskan untuk melengkapi susunan pengurus cabang
f. Pengurus harian hanya dapat memangku jabatan yang sama berturut-
turut dua periode
g. Setiap anggota pengurus dalam organisasi IBI hanya dibenarkan
menduduki satu jabatan, baik dalam satu unit kepengurusan maupun
untuk jenjang kepengurusan yang berbeda.

3. Tugas, Wewewnang dan Tanggung Jawab


a. Ketua Cabang
1. Memimpin organisasi sesuai dengan ketentuan AD dan ART serta
kebijakan yang ditentukan pengurus Pusat IBI melalui PD IBI.
2. Mengkoordinir seluruh kegiatan Cabang mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasinya serta bertanggung jawab penuh untuk
kegiatan kedalam dan keluar organisasi.
3. Menentukan kebijakan umum, mengarahkan, membina dan
mengevaluasi seluruh program PC.
4. Menyelenggarakan Muscab, rakercab dan rapat-rapat.
b. Sekretaris
1. Mewakili Ketua apabila berhalanganm berdasarkan pelimpaham
wewenang dari Ketua.
2. Mengkoordinir kegiatan Bidang Tata Usaha dan Rumah Tangga,
Humas dan Advokasi.
3. Bekerjasama dengan Pengurus lainnya untuk kelancaran &
keberhasilan program IBI.
c. Wakil Ketua I
1. Mewakili ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan
wewenang dari Ketua.
2. Mengkoordinir, mengarahkan, membina dan mengawasi pelaksanaan
program kerja bidang Organisasi, Hukum dan Penelitian &
Pengembangan.
3. Bekerjasama dengan pengurus lainnya untuk kelancaran dan
keberhasilan program IBI, sesuai kebutuhan.
d. Wakil Ketua II
1. Mewakili Ketua apabila berhalangan berdasarkan pelimpahan
wewenang dari Ketua.
2. Mengkoordinir, mengarahkan, membina dan mengawasi pelaksanaan
program kerja Bidang Pendidikan, pelatihan dan Pelayanan
3. Bekerjasama dengan pengurus lainnya untuk kelancaran dan
keberhasilan program IBI , sesuai kebutuhan.
e. Bendahara
1. Mewakili Ketua apabila berhalangan berdasarkan pelimpahan
wewenang dari Ketua.
2. Mengkoordinir, mengarahkan membia & mengawasi kegiatan Bidang
Administrasi Keuangan, bidang Fund Rising (penggali dana)
3. Bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan organisasi sesuai
ketetapan dan kebijakan Pengurus Harian.
4. Bekerjasama dengan pengurus lainnya untuk kelancaran dan
keberhasilan program IBI, sesuai kebutuhan.
f. Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO) tingkat Cabang
1. Memberikan pertimbangan dengan pengelolaan organisasi ditingkat
cabang.
g. Majelis pertimbangan Etik Bidan
1. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan kebijakan
MPEB pusat
2. Melaporkan hasil kegiatan dibidang tugasnya, secara berkala.
3. Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas
PC
4. Melakukan kegiatan berkenaan dengan etika dank ode etik bidan.
5. Memberikan solusi/saran berkenaan dengan etik dabn kode etik bidan.
6. Penanganan masalah berkenaan dengan etik dank ode etik bidan.
7. Melaklsanakan pembinaan Etik Bidan
h. Yayasan Buah Delima
Keberadaan YBD langsung dikoordinir oleh bendahra PC,
kegiatan YBD diatur dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga
tersendiri.
i. Tim Tehnis
Tim tehnis dibentuk oleh pengurus sesuai kebutuhan dan
bertanggung jawab kepada Ketua Cabang.

Pasal 17
PENGURUS RANTING
1. Susunan Pengurus Ranting
a. Pelindung/Penasehat
b. Ketua
c. Sekretaris
d. Bendahara
e. Seksi-seksi yang dibentuk sesuai kebutuhan
2. Ketentuan tentang Pengurus Ranting
a. Ketua Ranting dan 2 (dua) pengurus dipilih dan disahkan oleh
Musyawarah ranting (Musran) IBI untuk jangka waktu sampai Musran
berikutnya dengan batas usia 40-65 tahun dan minimal pendidikan
Diploma-III Kebidanan
b. Dua (2) pengurus terpilih lainnya ditetapkan sebagai Pengurus Harian
yang jabatannya ditentukan oleh Ketua Ranting terpilih
c. Pengurus harian ditugaskan untuk melengkapi susunan Pengurus
Ranting
d. Setiap anggota pengurus dalam organisasi IBI hanya dibenarkan
menduduki satu jabatan, baik dalam satu unit kepengurusan maupun
untuk jenjang kepengurusan yang berbeda.
3. Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab
a. Pelindung/Penasehat : sesuai situasi dan kondisi Ranting
b. Ketua Ranting :
1. Memimpin organisasi sesuai dengan ketentuan AD/ART serta
kebijakan yang ditentukan PD melalui PC
2. Menentukan kebijakan umum, mengarahkan, membina dan
megevaluasi seluruh program Ranting
3. Bertanggung jawab penuh atas kegiatan ke luar dan ke dalam
organisasi
4. Menyelenggarakan Musran dan rapat- rapat

c. Sekertaris :
1. Mewakili Ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan
wewenang dari Ketua
2. Mengkoordinir kegiatan secretariat dan umum
3. Bekerjasama dengan anggota Pengurus lainnya untuk kelancaran
keberhasilan program IBI

d. Bendahara :
1. Mewakili Ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan
wewenang dari Ketua
2. Bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan organisasi sesuai
ketetapan dan kebijakan Pengurus Harian
3. Mencari dana untuk dinamika &roda organisasi
4. Bekerjasama dengan Pengurus lainnya untuk kelancaran dan
keberhasilan program IBI, sesuai kebutuhan
e. Seksi (yang dibutuhkan) :
1. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan seksi sesuai dengan
ketetapan Pengurus Ranting
2. Melaporkan hasil kegiatan di bidang tugasnya secara berkala
3. Memberikan saran & pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas
Pengurus Ranting

BAB V
TUGAS, KEWENANGAN,HAK, SANKSI DAN BERHENTI DARI
PENGURUS

Pasal 18
TUGAS DAN KEWENANGAN PENGURUS PUSAT
1. Melaksanakan Rencana Strategis yang ditetapkan oleh kongres.
Menyusun Draft Rencana Strategi dan Menetapkam Kebijakan Organisasi
secara Nasional untuk periode kepengurusan berikutnya.
2. Menyusun dan melaksanakan rencana kerja tahunan.
3. Membina dan mengembangkan kerjasama dengan instansi
pemerintah,LSM, organisasi wanita, organisasi profesi kesehatan dan
profesi lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri.
4. Menyelenggarakan pelatihan,penelitian,pertemuan ilmiah,seminar dan
lokakarya dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
anggota/pengurus serta mendorong penerapan kode etik
bidan,menyelenggarakan program kerja/proyek.
5. Menyelenggarakan Kongres.
6. Menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional.
7. Menerbitkan buku AD-ART selambat-lambatnya 3(tiga) bulan setelah
kongres.
8. Membimbing Pelaksanaan Musyawarah Daerah.
9. Mengesahkan dan melantikPengurus Daerah.
10. Mencari alternative solusi masalah organisasi yang tidak terpecahkan
dalam jajaran IBI.
11. Mengelola uang pangkal, iuran anggota & pendapatan dari sumber lain
serta mengusahakan dana bagi organisasi dengan jalan yang syah dan
tidak mengikat.
12. Melaksanakan kunjungan kerja untuk pembinaan dan pengembangan
organisasi.
13. Menyelenggarakan administrasi dan dokumentasi.
14. Mengesahkan pendirian Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang yang baru
di bentuk.
15. Menerbitkan surat pengesahan Susunan Pengurus Daerah dan Cabang .
16. Mencari alternatif pemecahan masalah hokum yang dihadapi olek
kepengurusan dan anggota IBI.
17. Mensosialisasikan dan mempublikasikan kegiatan organisasi secara
berkala.
18. Membuat inventaris milik organisasi.
19. Mengadakan dan mendistribusikan atribut, buku-buku pedoman, protap
pelayanan, majalah Bidan dan lain- lain.
20. Menyelenggarakan pengawasan, pemeliharaan, barang bangunan
milik/kekayaan organisasi.
21. Membentuk dan mengembangkan Yayasan Buah Delima.
22. Membentuk dan mengembangkan Majelis Pertimbangan Organisasi.
23. Membentuk dan mengembangkan Majelis Pertimbangan Etik Bidan.
24. Membentuk dan mengembangkan Kolegium.
25. Membentuk Kepengurusan.
26. Membentuk registrasi anggota sesuai dengan laporan Ketua PD.
27. Menerbitkan Kartu Tanda Anggota (KTA) IBI.
28. Membuat profil IBI secara Nasional.
Pasal 19
TUGAS DAN KEWENANGAN PENGURUS DAERAH
1. Menindaklanjuti Rencana Strategi(Renstra) yang sudah disahkan kongres
sesuai dengan situasi dan kondisi daerah dan membuat rencana kerja.
2. Membina dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan organisasi di
tingkat propinsi.
3. Membina dan mengembangkan kerjasama dengan instansi Pemerintah,
LSM, Organisasi Perempuan, Organisasi Profesi Kesehatan dan Profesi
lainnya.
4. Menyelenggarakan Musdadan mempertanggungjawabkan seluruh
kegiatan Pengurus Daerah.
5. Membentuk Cabang dan melantik Pengurus Cabang.
6. Menerbitkan surat pengesahan Pengurus Ranting.
7. Menyelenggarakan Rakerda.
8. Mencari alternative pemecahan masalah hukum yang dihadapi oleh
kepengurusan & anggota IBI.
9. Membimbing pelaksanaan Muscab.
10. Melaporkan semua kegiatan kepada Pengurus Pusat IBI secara periodic.
11. Melaksanakan pembinaan kepada pengurus Cabang .
12. Menyelenggarakan seminar, lokakarya, pelatihan, pendidikan
berkelanjutan, penelitian untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan serta mutu pelayanan Kebidaan, Pendistribusian atribut,
buku-buku pedoman, protap pelayanan, majalah Bidan dan lain-lain.
13. Menyelenggarakan administrasi dan dokumentasi.
14. Mengelola uang pangkal dan iuran anggota serta mengusahakan dana bagi
organisasi.
15. Membentuk dan mengembangkan Yayasan Buah Delima.
16. Membentuk dan mengembangkan Majelis Pertimbangan Organisasi.
17. Membentuk dan mengembangkan MPEB.
18. Membentuk kepengurusan Cabang baru.
19. Membuat regristrasi anggota sesuai laporan Ketua Cabang.
20. Mengajukan KTA kepada PP atas anjuran PC.
21. Membuat profil IBI Daerah.

Pasal 20
TUGAS DAN KEWENANGAN PENGURUS CABANG
(1) Melaksanakan kegiatan berdasarkan kebijaksanan pengurus cabang.
(2) Membina dan mengembangankan hubungan kerjasama dengan instalasi
pemerintah , organisasi profesi dan LSM.
(3) Menyelenggarakan Musyawarah Ranting dan mempertanggungjawabkan
hasil kegiatan yang telah dilaksanakan.
(4) Membuat regristrasi anggota.
(5) Mengajukan KTA melalui PC.
(6) Menyelenggarakan administrasi dan dokumentasi organisasi.
(7) Mengelola uangpangkal dan iuran anggota serta mengusahakan danabagi
organisasi dengan jalan yang sah dan tidak mengikat.
(8) Membuat profil IBI Ranting.

Pasal 21
TUGAS DAN WEWNANG PENGURUS RANTING
1. Melaksanakan kegiatan berdasarkan kebijakan Pengurus Cabang
2. Membina dan mengembangkan hubungan kerjasama dengan instansi
pemerintah, organisasi profesi dan LSM
3. Menyelenggarakan Musyawarah Ranting dan mempertanggungjawabkan
hasil kegiatan yang telah di laksanakan
4. Membuat registrasi anggota
5. Mengajukan KTA melalui PC
6. Menyelenggarakan adminiostrasi dan dokumentasi organisasi
7. Mengelola uang pangkal dan iuran anggota serta mengusahakan dana bagi
organisasi dengan jalan yang sah dan tidak mengikat
Pasal 22
HAK PENGURUS
(1) Pengurus berhak mewakili organisasi sesuai kewenangan
/bidang/majelis/seksi masing-masing.
(2) Pengurus berhak mengeluarkan pendapat .
(3) Pengurus berhak memperoleh penghargaan sesuai degan prestasi
/kinerjayang telah dicapai.
(4) Seluruh pengurus berhak diperlakukan yang sama , sejajar /sederajat
dalam melaksanakan program organisasi.
(5) Pengurus berhak memperoleh perlindungan hokum.
(6) Pengurus memperoleh santunan bilamana mendapat kecelakaan dalam
tugas sesuai kemampuan/kondisi organisasi.

Pasal 23
SANGSI PENGURUS
(1) Pengurus dikenakan sanksi apabila:
a. Tidak dapat beradaptasi dan bekerja secara tim dalam kepengurusan
yang berakibat a. Tidak melaksanakan tugas yang dibebankan selama 3
bulan berturut-turut.
b. mengganggu kelancaran organisasi.
c. Mencemarkan nama baik /citra organisasi
d. Terkena tindak pidana
Jenis sanksi
Teguran lisan 1-3 kali
Teguran tertulis 1-3 kali
Di beri surat pemberhentian sebagai Pengurus
Mekanisme pemberian sanksi dijabarkan dalam juklak organisasi
Pasal 24
BERHENTI DARI PENGURUS
1. Apabila Ketua Umum/Ketua PD/Ketua PC/Ketua PR tidak bias
melaksanakan tugas karena berhalangan tetap dan atau mengundurkan diri
atau meninggal sebelum selesai masa bakti, maka tugas Ketua di jabat
oleh salah satu Pengurus harian yang mendapat suara terbanyak kedua
dalam Kongres/Musda/Muscab/Musran atas kesepakatan rapat pengurus
serta disahkan oleh Pengurus Pusat.
2. Apabila salah satu anggota pengurus tidak dapat melaksanakan tugas
secara fisik/mental dan atau meninggal sebelum selesai pada masa bakti
serta berhalangan hadir tetap, maka tugas anggota pengurus tersebut
digantikan oleh anggota atas penunjukan oleh Ketua umum/Ketua
PD/Ketua PC/Ketua PR dan di sepakati oleh seluruh anggota pengurus
setempat.
3. Alasan berhenti dari Pengurus
1. Absen dari kepengurusan 6 bulan tanpa ada keterangan
2. Terpidana
3. Sakit berat
4. Meninggal

BAB VI
KONGRES, MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT

Pasal 25
KONGRES
1. Kongres :
a. Merupakan wadah/forum tertinggi dalam organisasi IBI untuk
menetapkan dasar dan tujuan organisasi serta kebijaka secara nasional
b. Kongres dilaksanakan satu kali dalam masa kepengurusan
c. Di antara dua Kongres diadakan Rapat Kerja Nasional
2. Ketentuan Kongres :
a. Kongres dilaksanakan 5 tahun sekali, sesuai dengan masa
kepengurusan
b. Tempat pelaksanaan Kongres di Jakarta
c. Kongres di hadiri oleh Pengurus Pusat, Utusan Pengurus Daerah dan
utusan Pengurus Cabang.
d. Kongres dapat dianggap sah apabila dihadiri oleh separuh di tambah
satu dari jumlah cabang yang ada.
e. Kongres dilaksanakan oleh panitia kongres yang di bentuk dan
disahkan oleh Pengurus Pusat.
f. Pimpinan kongres dipilih oleh peserta kongres
g. Peserta Kongres berwenang menerima atau menolak laporan
pertanggung jawaban Pengurus Pusat
h. Tujuan Kongres :
1. Menyempurnakan dan mengsahkan AD dan ART
2. Menyusun dang mengesahkan Renstra
3. Mengesahkan laporan pertanggungjawaban Pengurus Pusat
4. Mengesahkan perangkat organisasi yang disepakati
5. Memilih dan mengesahkan Ketua Umum dan Pengurus Harian
Pengurus Pusat melalui penerapan sisitem pemilihan yang telah
baku
6. Melantik Ketua Umum dan 4 Pengurus harian terpilih

3 Kongres luar biasa :


Kongres luar biasa diadakan apabila :2/3 (du per tiga) dari jumlah
cabang yang ada di seluruh Indonesia menyatakan tidak percaya atas
pimpinan Ketua Umum IBI
4 Tata cara penyelenggaraan Kongres di atur dalam Petunjuk Pelaksanaan
Organisasi

Pasal 26
MUSYAWARAH DAERAH
1. Musyawarah Daerah:
a. Merupakan wadah/forum untuk musyawarah dan menetapkan
kebijakan pelaksanaan tugas di daerah berdasarkan kebijakan
Pengurus Pusat dan Keputusan Kongres IBI
b. Musda dilaksanakan satu kali dalam masa kepengurusan
c. Di antara dua musyawarah daerah diadakan Rapat Kerja Dearah

2. Ketentuan Musyawarah Daerah :


a. Musyawarah Daerah dilaksanakan 5 tahun sekali, sesuai masa
kepengurusan
b. Dilaksanakan segera, selambat- lambatnya 6 (enam) bulan setelah
Kongres
c. Dihadiri oleh pengurus daerah, wakil dari pengurus pusat, dan utusan
cabang/ ranting
d. Musyawarah Daerah dianggap sah apabila dihadiri oleh separuh +
(ditambah)satu jumlah cabang yang ada
e. Musda dilaksanakan oleh panitia Musda yang dibentuk oleh Pengurus
Daerah
f. Pimpinan Musda dipilih oleh peserta Musda
g. Peserta Musda berwenang menerima atau menolak laporan
pertanggungjawaban pengurus daerah
h. Tujuan Musyawarah Daerah
1. Menyampaikan informasi tentang perubahan AD dan ART sesuai
keputusan Kongres kepada peserta Musda
2. Menyusun dan mengesahkan program kerja daerah, berdasarkan
keputusan Kongres, kebijakan pengurus pusat dan disesuaikan
dengan situasi serta kondisi daerah
3. Membahas dan mengesahkan laporan pertanggungjawaban
pengurus daerah
4. Memilih pengurus daerah melalui penerapan system pemilihan
yang telah baku
5. Melantik Ketua dan 4 Pengurus Daerah terpilih

3. Musyawarah Daerah Luar Biasa


Musyawarah Daerah Luar Biasa diadakan apabila 2/3 (dua per tiga)
dari jumlah cabang dalam satu wilayah propinsi menyatakan tidak percaya
atas pemimpin Ketua Pengurus Daerah. Tata cara penyelenggaraan
Musyawarah Daerah diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan Organisasi

Pasal 27
MUSYAWARAH CABANG
1. Musyawarah Cabang :
a. Merupakan wadah/forum untuk musyawarah dan menetapkan
kebijakan organisasi dalam wilayah cabang berdasarkan kebijakan
Pengurus Pusat melalui Pengurus Daerah
b. Muscab dilaksanakan sekali dalam masa kepengurusan
c. Di antara dua musyawarah cabang diadakan Rapat Kerja Cabang

2. Ketentuan Musyawarah Cabang :


a. Musyawarah Cabang dilaksanakan 5 tahun sekali, sesuai masa
kepengurusan
b. Dilaksanakan segera, selambat- lambatnya 6 (enam) bulan setelah
Musda
c. Dihadiri oleh pengurus cabang, utusan pengurus ranting dan wakil dari
pengurus daerah
d. Musyawarah Cabang dianggap sah apabila dihadiri oleh separuh +
(ditambah) satu jumlah ranting yang ada
e. Muscab dilaksanakan oleh panitia Muscab yang dibentuk oleh
Pengurus Cabang
f. Pimpinan Muscab dipilih oleh peserta Muscab
g. Peserta Muscab berwenang menerima atau mmenolak laporan
pertanggungjawaban pengurus cabang
h. Tujuan Musyawarah Cabang :
1. Menyampaikan informasi tentang perubahan AD dan ART sesuai
keputusan Kongres kepada peserta Muscab
2. Menyusun dan mengesahkan program kerja cabang, berdasarkan
keputusan Kongres, kebijakan pengurus pusat/ daerah dan
disesuaikan dengan situasi dan kondisi cabang
3. Memilih pengurus cabang melalui penerapan system pemilihan
yang telah baku
4. Melantik Ketua dan 4 Pengurus Cabang Terpilih

3. Musyawarah Cabang Luar Biasa


Musyawarah Cabang Luar Biasa diadakan apabila 2/3 dari pengurus
ranting menyatakan tidak percaya atas pimpinan Ketua Cabang
4. Tata cara penyelenggaraan Musyawarah Cabang diatur dalam Petunjuk
Peleksanaan Organisasi
Pasal 28
MUSYAWARAH RANTING
1. Musyawarah Ranting
a. Musyawarah anggota di ranting merupakan wadah/forum untuk
menentukan kebijakan organisasi ditingkat ranting berdasarkan
kebijakan PP melalui PD dan PC.
b. Musran dilakukan sekali dalam masa kepengurusan
c. Di antara dua musyawarah ranting diadakan Rapat Kerja Ranting

2. Ketentuan Musyawarah Ranting


a. Musyawarah Ranting dilakukan 5 tahun sekali, sesuai masa
kepengurusan.
b. Dilaksanakan segera (selamatnya 6 bulan) setelah musyawarah
cabang.
c. Dihindari oleh pengurus dan anggota ranting serta wakil pengurus
cabang.
d. Musyawarah ranting dianggap sah apabila dihadiri oleh ½ ditambah 1
(satu) orang dari jumlah anggota.
e. Dilaksanakan oleh panitia Musran yang dibentuk oleh Pengurus
Ranting.
f. Tujuan MUsyawarah ranting :
1. Menyampaikan informasi tentang perubahan AD dan ART sesuai
dengan keputusan Kongres.
2. Menyusun rencana kegiatan organisasi ditingkat ranting
berdasarkan Renstra IBI, Keputusan Musda dan Muscab.
3. Membahas dan mengesahkan laporan pertanggung jawaban
pengurus ranting.
4. Memilih pengurus ranting.
5. Melantik Ketua Pengurus Ranting terpilih
3. Musyawarah Ranting Luar Biasa
Musyawarah Ranting Luar Biasa diadakan apabila 2/3 dari anggota
menyatakan tidak percaya atas pimpinan Ketua Ranting.
4. Tata cara penyelenggaraan Musyawarah ranting diatur dalam Petunjuk
Pelaksanaan Organisasi

Pasal 29
RAPAT KERJA NASIONAL
1. Rapat kerja nasional dilaksanakan diantara dua kongres
2. Dihadiri oleh pengurus pusat, utusan pengurus daerah dan utusan pengurus
cabang
3. Rapat Kerja Nasional dipimpin oleh panitia pengarah dan dilaksanakan
olehpanitia pelaksana yang disahkan oleh Pengurus Pusat
4. Rapat Kerja Nasional bertujuan untuk :
a) Mengevaluasi kegiatan yang sudah, yang akan datang
b) Menyempurnakan rencana kegiatan yang akan dating
c) Menetapkan tempat penyelenggaraan Rakernas yang akan dating
d) Membahas hal yang dianggap penting
5. Tata cara penyelenggaraan Rapat Kerja Nasional diatur dalam Petunjuk
Pelaksanaan Organisasi

Pasal 30
RAPAT KERJA DAERAH
1. Rapat Kerja Daerah dilaksanakan diantara dua Musda
2. Dihadiri oleh wakil Pengurus Pusat, Pengurus Daerah, utusan Pengurus
Cabang dan utusan Pengurus Ranting
3. Rapat Kerja Daerah diselenggarakan oleh panitia yang disahkan oleh
Pengurus Daerah
4. Rapat Kerja Daerah bertujuan untuk :
a. Mengevaluasi kegiatan yang sudah dilaksanakan
b. Menyempurnakan rencana kegiatan yang akan dating
c. Menetapkan tempat Rakerda yang akan datang
5. Tata cara penyelenggaraan Rapat Kerja Daerah diatur dalam Petunjuk
Pelaksanaan Ogranisasi

Pasal 31
RAPAT KERJA CABANG
1. Rapat kerja cabang dilaksanakan antara dua Muscab
2. Dihadiri oleh wakil Pengurus Daerah, Pengurus Cabang dan utusan
Pengurus Ranting
3. Rapat kerja cabang diselenggarakan oleh panitia yang disahkan oleh
Pengurus Cabang
4. Rapat Kerja Cabang bertujuan untuk :
a. Mengevaluasi kegiatan yang sudah dilaksanakan
b. Menyempurnakan rencana kegiatan yang akan dating
c. Membahas hal yang dianggap penting
5. Tata cara penyelenggaraan Rapat Kerja Cabang diatur dalam Petunjuk
Peleksaan Organisasi

Pasal 32
RAPAT KERJA RANTING
1. Rapat kerja ranting dilaksanakan antara dua Musran
2. Dihadiri oleh wakil pengurus cabang dan pengurus dan anggota
3. Rapat kerja ranting diselenggarakan oleh panitia yang disahkan oleh
pengurus ranting
4. Rapat kerja ranting bertujuan untuk :
a. Mengevaluasi kegiatan yang sudah dilaksanakan
b. Menyempurnakan rencana kegiatan yang akan datang
c. Membahas hal yang dianggap penting
5. Tata cara rapat kerja ranting diatur oleh Petunjuk Pelaksanaan Organisasi
BAB VII
HAK SUARA

1. Dalam Kongres, Musyawarah Daerah, Musyawarah Cabang dan


Musyawarah Ranting hanya anggota aktif yang mempunyai hak suara
2. Dalam Kongres dan Musyawarahh Daerah suara diwakili oleh utusan
cabang yang mendapatkan mandate, dalam Muscab suara diwakili oleh
untusan ranting yang mendapatkan mandate
3. Dalam Kongres, bagi cabang yang tidak hadir, hak suara dapat diwakilkan
kepada utusan PD yang membawa mandate
4. Dalam kegiatan Kongres, masing- masing cabang mempunyai hak suara
menurut perbandingan jumlah anggota aktif dalam cabang yang mewakili
sebagai berikut :
A. 75 Orang anggota = 1 (satu) suara
B. Setiap kelipatan 75 orang anggota berikutnya mendapatkan 1 (satu)
suara
C. Kelebihan dari kelipatan 75 lebih dari ½ (setengah), di bulatkan
menjadi 1 (satu) suara. Kelebihan kurang dari ½ (setengah) dapat di
tambahkan pada cabang lain atau ditarik ke cabang lain
5. Dalam Musyawarah Daerah, Musyawarah Cabang hak suara menurut
perbandingan jumlah anggota aktif dalam cabang yang ditentukan pada
tata tertib Musyawarah Daerah dan Musyawarah Cabang sesuai dengan
kondisi setempat
BAB VIII
KEUANGAN
Pasal 34
Keungan IBI diperoleh dari :
1. Uang Pangkal
2. Uang iuran anggota
3. Sumbangan dalam bentuk apapun yang sah dan tidak mengikat
4. Penerimaan lain yang sah
5. Usaha lain yang sah

Pasal 35
Uang pangkal dan iuran anggota ditentukan sebagai berikut :
1. Uang pangkal sebesar Rp. 25.000 (Dua Puluh Lima Ribu) tiap anggota
2. Iuran bulanan anggota sebesar Rp. 10.000 (Sepuluh Ribu Rupiah) tiap
anggota per bulan
3. Iuran dibayar di Ranting/Cabang dimana bidan terdaftar sebagai anggota

Pasal 36
1. Penggunaan uang pangkal dan iuran anggota cabang diatur sebagai berikut
:
a. 10% untuk Pengurus Pusat
b. 15% untuk Pengurus Daerah
c. 75% untuk Pengurus Cabang (yang tidak mempunyai ranting)
2. Penggunaan uang pangkal dan iuran anggota ranting diatur sebagai berikut
:
a. 10% untuk Pengurus Pusat
b. 15% untuk Pengurus Daerah
c. 25% untuk Pengurus Cabang
d. 50% untuk pengurus Ranting
3. Tata cara pengelolaan keuangan selanjutnya diatur dalam Petunjuk
Pelaksanaan Organisasi

BAB IX
PENUTUP
Pasal 37
Hal-hal yang belum tercakup dalam Anggaran Rumah Tangga ini, akan diatur
kemudian dalamaturan khusus Pengurus Pusat IBI
Pasal 38
Anggaran Rumah Tangga inidisahkan dalam Kongres XV IBI TAHUN 2013
DI Jakarta, sedangkan sistematika dan redaksinya disempurnakan oleh Panitia
Kongres bersama-sama dengan Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 12 November 2013

KONGRES KE XV IKATAN BIDAN INDONESIA


PEMIMPIN KONGRES

Ketua : Hj Endang SriResmiati SH,SST,MKes


Sekretaris : Hj. Ani SriSuryani, S.Alui, S,Sos, M,Si
Anggota : Drs Yumami llyas, M.\,Kes
: Laurensia Lawiono, Msc
: Drs Mulyati R, Usman, Mph
Organogram
Ikatan Bidan Indonesia

Organogram
Pengurus Pusat IKATAN BIDAN INDONESIA

Organogram
Pengurus DAERAH IKATAN BIDAN INDONESIA

Organogram
Pengurus CABANG IKATAN BIDAN INDONESIA

Organogram
Pengurus CABANG IKATAN BIDAN INDONESIA

SUSUNAN PENGURUS PUSAT


IKATAN BIDAN INDONESIA
MASA BAKTI 2013-2018

Ketua Umum : DR. Emi Nurjasmi, M.Kes.


Sekretaris Jendral : Tuminah Wiratnoko,SIP, MM
 Tata Usaha & Rum-Ga : Sri Setiyati
 Humas : Siti Romlah, MKM
 Advokasi & Hub. L&N : Laurensia Lawintono, Msc
Ketua I : Grietje U. Masyitha SST, SKM
M. Kes
 Organisasi : Sri Poerwaningsih, SKM, M.Kes.
 Hukum : Heru Herdiawati, SST, SH,MH
 Penelitian & dan Pengembangan : Dra. Maryanah, Am.Keb, M.Kes.
Ketua II : Yetty Leoni Irawan, Msc
 Pendidikan : Indra Supradewi, SKM, MKM
 Pelatihan : Dra. Asmuyeni Muchtar, M.Kes.
 Pelayanan : Tuti Sukaeti, Spd, SST
Bendahara : Aan Andanawaty, SST, M.M.Kes.
 Administrasi Keuangan : Sri Martini
 Fund Rising : Dra. Misfita Farida, M.Kes
Ketua YBD : M.I.Muniarti, S.Sos, M.Kes.
Majelis Pertimbangan
Organisasi : - Mustika Sofyan, Letkol (Pum)
- Nur Aini Madjid, SKM
-
Majelis Pertimbangan
Etik Bidan : Asniah, SST
Tim Teknis : Sesuai Kebutuhan

HYMNE IBI

MARS IBI
Marilah seluruh warga bidan di kawasan Nusantara

Berhimpun di dalam satu wadah Ikatan Bidan Indonesia

Membela dan setia mengamalkan ajaran Pancasila

Bekerja dengan tulus ikhlas mengabdi, mengemban amanat bangsa

Reff:

Ingatlah sumpah jabatan kita kepada Tuhan

Yang kita ikrarkan bersama selalu jadikan pegangan

Janganlah membuat perbedaan terhadap miskin kaya

Tugas suci mu sebagai penyelamat seluruh wanita di mayapada 2x


SEJARAH

IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)

Dalam, sejarah Bidan Indonesia menyebutkan bahwa tanggal 24 Juni 1951


dipandanf sebagai hari jadi IBI. Pengukuhan hari lahirnya IBI tersebut didasarkan
atas hasil konferensi bidan pertama yang diselenggarakan di Jakarta 24 Juni 1951,
yang merupakan prakarsa bidan-bidan senior yang berdomisili di Jakarta. Konferensi
bidan pertama tersebut telah berhasil meletakkan landasan yang kuat serta arah yang
benar bagi perjuangan bidan selanjutnya, yaitu mendirikan suatu organisasi profesi
bernama Ikatan Bidan Indonesia (IBI), berbentuk kesatuan, bersifat Nasional,
berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pada konferensi IBI tersebut
juga dirumuskan tujuan IBI yaitu :
1. Menggalang persatuan dan persaudaran antar sesama bidan serta kaum pada
umumnya, dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa.
2. Membina pengetahuan dan keterampilan anggota dalam profesi kebidanan,
Khususnya dalam pelayanan KIA serta kesejahteraan keluarga.
3. Membantu pemerintah dalam pembangunan nasional, terutama dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
4. Meningkatkan martabat dan kedudukan bidan dalam masyarakat.
Dengan landasan dan arah tersebut, dari tahun ke tahun IBI terus berkembang
dengan hasil-hasil perjuangannyayang semakin nyata dan telah dapat dirasakan
manfaatnya baik oleh masyarakat maupun pemerintah sendiri.
Adapun tokoh-tokoh yang tercatat sebagai pemrakarsa konferensi tersebut
adalah: Ibu Selo Soemardjan. Ibu Sukaesih, Ibu Ipah dan Ibu S. Marguna, yang
selanjutnya memproklamirkan IBI sebagai satu-satunya organisasi resmi bagi para
bidan Indonesia. Dan hasil-hasil terpenting dari konferensi pertama bidan seluruh
Indonesia tahun 1951 tersebut adalah
1. Sepakat membentuk organisasi Ikatan Bidan Indonesia, sebagai satu-satunya
organisasi yang merupakn wadah persatuan & kesatuan bidan Indonesia.
2. Pengurus besar IBI berkeduduka di Jakarta.
3. Di daerah-daerah dibentuk cabang dan ranting. Dengan demikian
organisasi/pengumpulan yang bersifat local yang ada sebelum konferensi ini
semuanya membaurkan diri dan selanjutnya bidan-bidan yang berada di
daerah-daerah menjadi anggota-anggota cabang-cabang dan ranting dari IBI.
4. Musyawarah menetapkan Pengurus Besar IBI dengan susunan sebagai berikut
:
Ketua I : Ibu Fatimah Muin
Ketua II : Ibu Sukarno
Penulis I : Ibu Selo Soemardjan
Penulis II : Ibu Rupingatun
Bendahara : Ibu Salikun
Tiga tahun setelah konferensi, tepatnya pada tanggal 15 Oktober 1954,
IBI diakui sah sebagai organisasi yang berbadan hukum dan tertera dalam
Lembaga Negara nomor: J.A.5/927 (Departemen Dalam Negeri), dan pada
tahun 1956 IBI diterima sebagai anggata ICM (Internasional Confederation Of
Midwives). Hingga saat ini IBI tetap mempertahankan keanggotaan ini
dengan cara senantiasa berpartisipasi dalam kegiatan ICM yang dilaksanakan
diberbagai Negara baik pertemuan-pertemuan, lokakarya, pertemuan regional
maupun kongres tingkat dunia dengan antara lain menyajikan pengalaman dan
kegiatan IBI. IBI yang seluruh anggotanya terdiri dari wanita telah tergabung
dengan Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) pada tahun 1951 hingga saat
ini IBI tetap aktif mendukung program-program KOWANI bersama
organisasi wanita lainnya dalam meningkatkan derajat kaum wanita
Indonesia. Selain itu sesuai dengan Undang-Undang RI No.8 tahun 1985,
tentang organisasi kemasyarakatan maka IBI dengan nomor 133 terdaftar
sebagai salah satu Lembaga Sosial Masyarakat di Indonesia. Begitu juga
dalam Komisi Nasional Kedudukan Wanita di Indonesia (KNKWI) atau
National Commission on the Status of Women (NCSW) IBI merupakan salah
satu anggota pendukungnya.
Pada Kongres IBI yang kedelapan yang berlangsung di Bandung pada
tahun 1982, terjadi perubahan nama Pengurus Besar IBI diganti menjadi
pengurus Pusat IBI, karena IBI telah memiliki 249 cabang yang tersebar di
seluruh Provinsi di Indonesia. Selain itu Kongres juga mengukuhkan anggota
pengurus yayasan buah delima yang didirikan pada tanggal 27 Juli 1982.
Yayasan ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota IBI, melalui
pelaksanaan berbagai kegiatan.
Pada tahun 1985, untuk pertama kalinya IBI melangsungkan Kongres
diluar pulau Jawa, yaitu di Kota Medan (Sumatra Utara) dan dalam Kongres
ini juga didahului dengan pertemuan ICM Regional Meeting Western Pacific
yang dihadiri oleh anggota ICM dari jepang, Australia, New
Zealand,Philiphina, Malaisia, Brunei Darussalam dan Indonesia. Bulan
September 2000 dilaksanakan ICM Asia Pasific Regional Meeting di
Denpasar bali. Pada tahun 1986 IBI secara organisatoris mendukung
pelaksanaan pelayanan keluarga berencana oleh Bidan Praktek Swasta melalui
BKKBN.
Gerak dan langkah Ikatan Bidan Indonesia disemua tingkat dapat
dikatakan semakin maju dan berkembang dengan baik. Sampai dengan tahun
1998 IBI telah memiliki 33 PENGURUS Daerah, 483 Cabang IBI (di tingkat
Kabupaten/Kodya) dan 2.562 Ranting IBI (di tingkat Kecamatan/Unit
Pendidikan/Unit Pelayanan). Jumlah anggota IBI 141.148 dan anggota yang
telah memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA) 134.160, sedangkan jumlah
bidan yang terdaftar di Majelis Tenaga kesehatan Indonesia (MTKI) ada
206.755 (MTKI, Okt 2013)
PERKEMBANGAN JUMLAH ANGGOTA
IBI TAHUN 1988-2013

TAHUN JUMLAH ANGGOTA


1988 16.413
1990 25.397
1994 46.114
1995 54.080
1996 56.961
1997 57.032
1998 66.547
2003 68.772
2008 87.338
2013 141.148

Dari tahun ke tahun ibi berupaya untuk meningkatkan mutu dan melengkapi
atribut-atribut organisasi, sebagai syarat sebuah organisasi profesi, dan sebagai
organisasi masyarakat LSM yaitu :
1. AD-ART, yang ditinjau, disempurnakan dan disesuaikan dengan
perkembangan tiap 5 (lima) tahun sekali.
2. Kode etik Bidan, yang ditinjau, disempurnakan dan disesuaikan dengan
perkembangan tiap 5 (lima) tahun sekali.
3. Pedoman berkelanjutan pendidikan bidan
4. Buku Prosedur tetap pelaksanaan tugas-tugas Bidan
5. Buku pedoman Organisasi
6. Buku pedoman bagi Bidan di desa
7. Buku pedoman Klinik IBI
8. Buku 50 tahun IBI, yang mencatat tentang sejarah dan kiprah IBI,
diterbitkan dalam rangka menyambut HUT ke 50 IBI pada tahun 2001.
9. Renstra IBI 1996-1998
Khusus melalui kepengurusan tahun 1998-2003 atribut-atribut / kelengkapan
tersebut bertambah lagi dengan disusunnya:
1. Majalah Bidan
2. Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
3. Buku pedoman Maternal & Neonatal
4. Buku Pedoman Keluarga Berencana
5. Buku pedoman Pencegahan Infeksi
6. Buku pedoman Asuhan Persalinan Normal
7. Buku Kepmenkes 900
8. Buku Kumpulan Petunjuk pelaksanaan kegiatan Organisasi IBI
9. Kepmenkes 237 tentang pemasaran pengganti Air Susu Ibu
10. Kepmenkes 450 tentang pemberian Air Susu Ibu secara Eksklusif pada
bayi di Indonesia
11. Kepmenkes 900 tentang Registrasi dan Praktek Bidan
12. Renstra IBI 1998-2003

Pada kepengurusan tahun 2003-2008 telah dihasilkan :


1. Pedoman Uji Kopetensi Bidan
2. Renstra 2008-2013
3. Bidan Delima
4. Kesehatan Reproduksi up-date satu set (Warna Ungu)
5. Inisiasi Menyusui Dini
6. Modul pembelajaran untuk DIII Kebidanan (kerjasama dengan YPKP)
7. Kepmenkes 369 tentang standart Profesi Bidan
8. Kolegium Kebidanan
9. Lahirnya Asosiasi Institusi Pendidikan Indonesia

Pada kepengurusan tahun 2008-2013 telah dihasilkan :


1. Pedoman Uji Kopetensi Bidan yang telah disempurnakan
2. Renstra 2013-2018
3. E-Learning Bidan Delima
4. Draft Standart Kopetensi Bidan
5. Draft Revisi Kode Etik Bidan
6. Draft Standart Pendidikan Bidan
7. Draft Standart Pendidikan berkelanjutan Bidan
8. Draft Standart Pelayanan Bidan

VISI IBI
Yaitu : Mewujudkan Bidan Profesional berstandart global

MISI IBI
Yaitu :
1. Meningkatkan kekuatan organisasi
2. Meningkatkan peran IBI dalam meningkatkan mutu pendidikan Bidan
3. Meningkatkan peran IBI dalam meningkatkan mutu pelayanan
4. Meningkatkan kesejahteraaan anggota
5. Mewujudkan kerjasama dengan jejaring kerja

Rencana Strategi IBI tahun 2008-2013


Yaitu :
1. Mengutamakan kebersamaan
2. Mempersatukan diri dalam satu wadah
3. Pengayoman terhadap anggota
4. Pengembangan diri
5. Peran serta dalam komunitas
6. Mempertahankan citra Bidan
7. Sosialisasi pelayanan berkualitas
Prioritas Strategi
Yaitu :
1. Pengembangan standarisasi pendidikan Bidan dengan standart
internasional
2. Meningkatakan pelatihan anggota IBI
3. Membangun kerjasama dan kepercayaan dari donor dan mitra IBI
4. Peningkatan advokasi kepada pemerintah untuk mendukung
pengembangan profesi Bidan serta monitoring dan evaluasi pasca
pelatihan yang berkesinambungan
5. Peningkatan pembinaan terhadap anggota berkaitan dengan peningkatan
kopetensi profesionalismedan aspek hokum
6. Peningkatan pengumpulan data dasar
7. Peningkatan akses organisasi profesi IBI terhadap pelayanan dan
pendidikan kebidanan
8. Capacity Building bagi pengurus IBI
9. Peningkatan pengadaan sarana prasarana
10. Membangun kepercayaan anggota IBI, donor dan mitra dengan tetap
menjaga mutu pengelolaan keuangan yang accountable

Sejak berdirinya tahun 1951 hingga sekarang, IBI telah berhasil


menyelenggarakan Kongres Nasional sebanyak 15 kali. Sesuai dengan Anggaran
Dasar IBI, pada setiap Kongres merencanakan program kerja dan pemilihan Ketua
Umum Pengurus Pusat IBI. Rekapitulasi tempat penyelenggaraan Kongres Nasional
IBI dan Ketua Umum terpilih, Sebagai berikut ini:

DAFTAR PELAKSANA KONGRES IBI


Kongres Tahun Tempat Ketua Terpilih
Munas 1951 Jakarta IBu Fatimah Muin
I 1953 Bandung Ibu Ruth Soh Sanu
II 1955 Malang Ibu Selo Soemardjan
III 1957 Yogyakarta Ibu Tuti Sutijawati
IV 1961 Lawang- Malang Ibu Rukmini Oentoeng
V 1969 Jakarta Ibu Rukmini Oentoeng
VI 1975 Jakarta Ibu Rabimar Juzar Bur
VII 1978 Jakarta Ibu Rabimar Juzar Bur
VIII 1982 Bandung Ibu Samiarti Martosewojo
IX November 1985 Medan Ibu Samiarti Martosewojo
X November 1988 Surabaya Ibu Rabimar Juzar Bur
XI Oktober 1993 Ujung Pandang Ibu Nisma Chairil Bahri
XII September 1998 Denpasar Ibu Wastidar Musbir
XIII 7-11 Sept 2003 Jakarta Ibu Dra. Harni Koesno, MKM
XIV 2-6 Nov 2008 Padang Ibu Dra. Harni Koesno, MKM
XV 10-16 Nov 2013 Jakarta Ibu Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes

SEJARAH PENDIDIKAN BIDAN


Tahun 1851 Pendidikan Bidan bagi wanita pribumi tidak berlangsung lama.
Tahun 1902 Pendidikan Bidan bagi wanita pribumi dibuka kembali.
Tahun 1938-1939 Di sekolah Bidan Budi Kemuliaan di Jakarta dan Mardi
Waluyo Semarang dibuka Pendidikan “Direct Entry” Untuk
Bidan, lilusan MULO/HBS selama 3 tahun. Para siswa boleh
menempuh ujian Bidan setelah mendapat sertifikat Aspirant
mantra juru rawat (Perawatan Umum).
Tahun 1950 Pendidikan Bidan, SMP + 3 tahun.
Tahun 1954 Dibuka sekolah guru bidan
Tahun 1975-1984 Sekolah Bidan ditutup, IBI terus berjuang agar sekolah BIdan
dibuks kembali.
Tahun 1985 Dibuka Program Pendidikan Bidan Swadaya.
Tahun 1989 Crash Program Pendidikan Bidan A, SPK/Pengatur Rawat 1
tahun dan Penempatan Bidan di Desa.
Tahun 1993 Program Pendidikan Bidan B, Akper + 1 tahun hanya 2
angkatan.
Tahun 1993 Program Pendidikan Bidan C, SMP + 3 th di 11 propinsi. Pada
Kongres VIII IBI Surabaya, IBI mengeluarkan rekomendasi,
agar dasar pendidikan bidan SMU dan hal ini terus
diperjuangkan.
Tahun 1994 Program Bidan PTT.
Tahun 1996 Dibuka DIII Kebidanan.
Tahun 2000 DIbuka Program D-IV Bidan Pendidik.
Tahun 2006 Dibuka S2 Kebidanan di Fakultas kedokteran Universitas
Padjajaran.
Tahun 2008 Dibuka S1 Kebidanan di Fakultas kedokteran Universitas
Airlangga.
Tahun 2009 Dibuka S1 Kebidanan di Fakultas kedokteran Universitas
Brawijaya (UB) Malang.
Tahun 2011 Dibukanya S2 Kebidanan di UNiversitas
2.3.6. KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PENGABDIAN PROFESI
A. Kewajiban Bidan Terhadap Klien Dan Masyarakat
1. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan
melindungi dan mengamalkan sumpah jabatannya dalam
melaksanakan tugas dan pengabdianya.
a. Bahwa bidan harus melakukan tugasnya berdasarkan tugas dan
fungsi bidan yang telah ditetapkan sesuai dengan penuh
kesungguhan dan tanggung jawab.
b. Bahwa bidan dalam melakukan tugasnya, harus memberi
pelayanan yang optimal kepada siapa saja, dengan tidak
membedakan pangkat dan kedudukan, golongan, bangsa dan
agama.
c. Bahwa tidak akan menceritakan kepada orang lain dan
merahasiakan segala yang berhubungan dengan tugasnya.
d. Bidan hanya boleh membuka rahasia pasien / klien apa bila
diminta untuk keperluan kesaksian pengadilan.

2. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya, menjunjung tinggi


harkat dan mertabat kemanusiaaan yang utuh dan memelihara citra
bidan.
a. Bahwa bidan pada hakikatnya manusia termasuk klien
membutuhkan penghargaan dan pengakuan hakiki baik dari
golongan masyarakat intelektual, menengah maupun kelompok
masyarakat kurang mampu. Oleh karena itu, bidan harus
menunjukan sikap yang manusiawi (sabar, lemah lembut, dan
iklas) dalam memberi pelayanan.
b. Dilandasi sikap menghargai martabat setiap insane, maka bidan
harus memberi pelayanan professional yang memadai kepada
setiap klienya.
c. Professional, artinya memberi pelayanan sesuai dengan bidang
ilmu yang di miliki dan manusiawi secara penuh, tanpa
mementingkan kepentingan diri sendiri tetapi mendahulukan
kepentingan klien serta menghargai klien sebagaimana bidan
menghargai dirinya sendiri.
d. Bidan memberi pelayanan, harus menjaga citra bidan, arti bidan
sebagai profesi memiliki nilai-nilai pengabdian yang sangat
esensial, yaitu bahwa jasa yang diberikan kepada klienya adalah
suatu kebajikan social, karena masyarakat akan merasa dirugikan
atas ketidak hadiran bidan. Pengabdian dan pelayanan bidan
adalah dorongan hati nurani yang tidak mendahulukan balas jasa.

3. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa berpedoman


pada peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien,
keluarga dan masyarakat.
a. Bidan dalam melaksanakan pelayananya, harus sesuai dengan tugas
dan kewajibanya yang telah digariskan dalam peraturan menteri
kesehatan no 900/Permenkes/IX/2010.
1) Memberi penerangan dan penyuluhan baik di RS, Puskesmas,
RB, Posyandu, BPS dan masyarakat
2) Melaksanakan bimbingan kepada tanaga kesehatan yang lebih
rendah termasuk pembinaan dukun-dukun bersalin
3) Melayani kasus ibu mulai dari pengawasan kehamilan,
pertolongan persalinan normal, termasuk persalinan letak
sungsang multipara, melakukan episiotomy, penjahitan luka
perineum tingkat I dan tingkat II.
4) Perawatan nifas dan ibu menyusui termasuk pemberian
uterotonika
5) Memberi pelayanan kontrasepsi tertentu sesuai dengan
kebijaksanaan pemerintah/program pemerintah yang sedang
dilaksanakan.

b. Melayani bayi dan anak pra sekolah termasuk pengawasan


pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak, pemberian
vaksinasi sesuai dengan usia, melaksanakan perawatan bayi dan
memberi petunjuk kepada ibu tentang makanan bayi termasuk cara
menyusui yang baik dan benar serta makanan tambahan sesuai
dengan usia anak.
c. Memberi obat-obatan tertentu dalam kebidanan sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi klien.
d. Mengadakan konsultasi dengan profesi kesehatan lainya dalam
kasus kasus yang tidak diatasi sendiri.
1) Kehamilan resiko tinggi, termasuk versi luar dan digital pada
kasus digital
2) Pertolongan persalinan sungsang primigravida dan pertolongan
vakum pada kepala dasar panggul.
3) Pertolongan masa nifas dengan pemberian antibiotik pada
infeksi baik secara oral maupun suntikan.
4) Memberi pertolongan kegawatdaruratan melalui pemberian
infus guna mencegah syok dan mengatasi perdarahan pasca
persalinan termasuk pengeluaran urin dan manual
5) Mengatasi kedaruratan eklampsia dan mengatasi infeksi bayi
baru lahir.

e. Bidan melaksanakan perannya di tengah kehidupan masyarakat


1) Berperan sebagai penggerak peran serta masyarakat dengan
menggali dan membangkitkan peran aktif masyarakat
2) Berperan sebagai motivator yang dapat memotivasi masyarakat
untuk berubah dan berkembang kearah perakal, per asa dan
perilaku yang lebih baik.
3) Berperan sebagai pendidik, yang mampu mengubah masyarakat
dari tidak tahu menjadi tahu.
4) Berperan sebagai innovator atau pemburu yang membawa hal-hal
baru yang dapat mengubah keadaan kearah lebih baik, oleh karena
itu, bidan harus selalu siap menerima pembaharuaan.

4. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, mendahulukan kepentingan kilen,


menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
a. Kepentingan klien berada diatas kepentingan sendiri maupun kelompok,
artinya bidan harus mampu menilai situasi saat ia menghadapi kliennya.
Utamakan pelayanan yang dibutuhkan klien dan mereka tidak boleh di
tinggalkan begitu saja.
b. Bidan harus menghormati hak klien antara lain :
1) Klien berhak memperoleh kesehatan yang memadai
2) Klien berhak memperoleh perawatan dan pengobatan
3) Klien berhak untuk dirujuk pada institusi / bidang ilmu yang lain
sesuai dengan permasalahannya
4) Klien mempunyai hak untuk menghadapi kematian dengan tenang

c. Bidan menghormati nilai nilai yang ada di masyarakat artinya :


1) Bidan harus mampu menganalisis nilai-nilai yang ada di mayarakat
tempat ia tugas
2) Bidan mampu menghargai nilai-nilai masyarakat setempat
3) Bidan mampu beradaptasi dengan nilai-nilai budaya masyarakat
tempat ia berada.
5. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan
kepentingan klien, keluarga dan mayarakat dengan identitas yang sama sesuia
dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang di milikinya.
a. Ketika bidan sudah siap berangkat ke suatu pertemuan, mendadak datang
klien untuk berkonsultasi / partus, tentu saja kepentingan klien yang
diutamakan sekalipun pertemuan tersebut sangat penting, dengan catatan
usahakan agar mengutus orang lain kepertemuan tersebut untuk memberi
kabar.
b. Ketika bidan sudah siap ke kantor/ puskesmas/ kerja, mendadak ada
seorang anggota keluarga datang meminta bantuan untuk menolong
seorang bayi yang kejang, tentu saja kiat mengutamakan permintaan untuk
melihat anak kejang tersebut terlebih dahulu.
c. Bidan sudah merencanakan cuti keluar kota, namun sebelum berangkat
pamong meminta untuk memberi ceramah mengenai ASI kepada
masyarakat, tentu hal ini di dahulukan
6. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.
a. Bidan harus mengadakan kunjungan rumah atau masyarakat untuk
memberi penyuluhan serta motivasi agar masyarakat atau membentuk
posyandu kepada ibu yang mempunyai balita/ibu hamil, untuk
memeriksakan diri di posyandu.
b. Bidan dimana saja berada, baik dikantor, puskesmas, BPS, maupun berada
ditengah tengah masyarakat lingkungan tempat tinggal, harus selalu
memberi motivasi untuk senantiasa hidup sehat.

B. Kewajiban Terhadap Diri Sendiri


1. Setiap bidan harus memelihara kesehatan agar dapat melaksanakan tugas
profesinya dengan baik.
a. Memperhatikan kesehatan perorangan
b. Memperhatikan kesehatan lingkungan
c. Memeriksa diri secara berkala setiap setahun sekali
d. Jika mengalami sakit atau keseimbangan tubuh terganggu, segera
memeriksakan diri ke dokter

2. Setiap bidan seyogyanya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan


keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
a. Membaca buku-buku kesehatan, kebidanan, keperawatan pada umumnya
bahkan pengetahuan umum.
b. Menyempatkan membaca Koran
c. Berlangganan masalah profesi, majalah kesehatan.
d. Mengikuti penataran berkala seperti simulasi, symposium, lokakarya
tentang kesehatan umumnya, kebidanan kesehatan.
e. Mengadakan latihan berkala seperti simulasi atau demontrasi untuk
tindakan yang jarang terjadi, pada kesempatan pertemuan IBI di tingkat
kecamatan, cabang, daerah atau pusat.
f. Mengundang pakar untuk memberi ceramah atau diskusi pada kesempatan
pertemuan rutin, misalnya bulanan.
g. Mengisi ruprik bulletin
h. Mengadakan kunjungan atau studi perbandingan ke rumah sakit-rumah
sakit yang lebih maju ke daerah-daerah terpencil.
i. Membuat tulisan atau makalah secara bergantian, yang di sajikan dalam
kesempatan pertemuan rutin.
2.2. MANAJEMEN KEBIDANAN
2.2.1. KONSEP DAN PRINSIP MANAJEMEN PADA UMUMNYA

Manajemen adalah membuat pekerjaan selesai (getting things done).


Manajemen adalah mengungkapkan apa yang hendak dikerjakan, kemudian
menyelesaikannya. Manajemen adalah menentukan tujuan dahulu secara pasti
(yakni menyatakan dengan rinci apa yang hendak dituju) dan mencapainya.
Prinsip-prinsip manajemen

1. Efisiensi

Efisiensi adalah bagaimana mencapai akhir dengan hanya


menggunakan sarana yang perlu, atau dengan menggunakan sarana
sesedikit mungkin. Efisiensi adalah ukuran mengenai hubungan antara
hasil yang dicapai dan usaha yang telah di keluarkan (misalnya oleh
seorang tenaga kesehatan).
2. Efektivitas

Efektivitas adalah seberapa besar suatu tujuan sedang, atau telah


tercapai, efektivitas merupakan sesuatu yang hendak ditingkatkan oleh
manajemen.
3. Rasional dalam mengambil keputusan

Pengambilan keputusan yang rasional sangat diperlukan dalam proses


manajemen. Keputusan merupakan suatu pilihan dari dua atau lebih tindakan.
Dalam istilah manajemen, pengambilan keputusan merupakan jawaban atas
pertanyaan tentang perkembangan suatu kegiatan.

b. MANAJEMEN KEBIDANAN
Buku 50 tahun IBI, 2007, Manajemen Kebidanan adalah pendekatan
yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah
secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Depkes RI, 2005, manajemen kebidanan adalah metode dan
pendekatan pemecahan masalah ibu dan khusus dilakukan oleh bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada individu, keluarga dan masyarakat.
Helen Varney, 1997, manajemen kebidanan adalah proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis
untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan
oleh ACNM (1999) terdiri atas:
1. Mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan secara
sistematis melalui pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan
setiap klien, termasuk mengkaji riwayat kesehatan dan melakukan
pemeriksaan fisik.
2. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosis berdasar interpretasi
data dasar.
3. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam
menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan
bersama klien.
4. Memberi informasi dan dukungan kepada klien sehingga mampu membuat
keputusan dan bertanggungjawab terhadap kesehatannya.
5. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.
6. Secara pribadi, bertanggungjawab terhadap implementasi rencana
individual.
7. Melakukan konsultasi perencanaan, melaksanakan manajemen
dengan berkolaborasi, dan merujuk klien untuk mendapat asuhan
selanjutnya.
8. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi dalam situasi darurat jika
terdapat penyimpangan dari keadaan normal.
9. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan
dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.
2.2.2. PENGERTIAN MANAJEMEN KEBIDANAN
Manajemen adalah seni dalam melaksanakan suatu kegiatan
melalui orang – orang (Mary Parker Follet)1. Manajemen sering pula
diartikan sebagai pengaturan atau pengelolaan sumber daya yang ada
sehingga hasilnya maksimal. Itulah sebabnya manajemen juga di
terjemahkan sebagai “tata laksana”.
Manajemen adalah suaytu proses atau karangka kerja yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang – orang
kearah tujuan – tujuan organisasional atau maksud – maksud yang nyata
(George R. Terry dan Leslie W. Rue)2.
Menurut grant dan masey3, 1999 yang di kutip oleh nursalam,
manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan aktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana di dalam manajemen
tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan superpisi terhadap staf sarana
dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi.
Menurut Rosmery E. Cross (2001)4, “ management is a highly process and
manager is some one who gets done trought of others”. Manajemen adalah
sebuah proses sangat kompleks dan manajer adalah seorang yang
melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan melalui orang lain.
Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah “
managing” yaitu pengelolaan, sedangkan pelaksanannya disebut managar
atau pengelola. Seorang manager adalah orang yang melaksanaakan
fungsii manajemen dan bekerja dengan dan melalui orang lain. Dia
bertanggung jawab atas pekerjaannya sendiri dan orang lain,
menyeimbangkkan tujuan yang saling bertentangan dan menentukan
prioritas, mampu berfikir secara analisis dan konseptual, menjadi
penengah, oleh politisi dan diplomat dan mampu mengambil keputusan
yang sulit. Inti dari menejemen adalah kepemimpinan. Seorang maneger
yang baik adalah memiliki jiwa kepemimpinan. Seorang manager yang
baik adalah yang memiliki jiwa kepemimpinan.
2.2.3. LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN KEBIDANAN
Proses Manajemen Kebidanan
Penatalaksanaan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metoda untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dan
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien (Varney, 1997).
Penatalaksanaan kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang
berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang
lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap
langkah tersebut bisa dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan
semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.
Jadi manajemen kebidanan ini suatu pendekatan pemecahan masalah
yang digunakan oleh setiap bidan dalam pengambilan keputusan klinik pada
saat mengelola klien; ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir dan
balita dimanapun tempatnya.
Proses ini akan membantu para Bidan dalam berpraktek memberikan
asuhan yang aman dan bermutu.

Langkah I : Pengkajian
Pada langkah pertama ini bidan mengumpulkan semua informasi
yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien, baik dari hasil anamnesa dengan klien, suami/keluarga, hasil
pemeriksaan, dan dari dokumentasi pasien/catatan tenaga kesehatan yang
lain.
Untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara :
1. Menanyakan riwayat kesehatan, haid, kehamilan, persalinan, nifas dan
sosial.
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan
3. Pemeriksaan khusus
4. Pemeriksaan penunjang
5. Melihat catatan rekam medik pasien
Langkah ini merupakan langkah yang akan menentukan langkah
pengambilan keputusan yang akan diambil pada langkah berikutnya,
sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan
menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap
selanjutnya, oleh sebab itu dalam pendekatan ini harus yang
komperehensif meliputi data subjektif, objektif, dan hasil pemeriksaan
sehingga dapat menggambarkan kondisi/menilai kondisi klien yang
sebenarnya dan pasti.
Setelah mengumpulkan data, kaji ulang data yang sudah
dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat. Sebagai contoh
informasi yang perlu digali ada pada Formulir pengkajian (Formulir ini
merupakan bagian yang tidak terpisah dari catatan rekam medik yang ada
pada rumah sakit, Puskesmas klinik bersalin ataupun tempat pelayanan
kebidanan yang lain)

Langkah II : Merumuskan Diagnosa/Masalah Kebidanan


Pada langkah ini bidan menganalisa data dasar yang didapat pada
langkah pertama, menginterpretasikannya secara akurat dan logis,
sehingga dapat merumuskan diagnosa atau masalah kebidanan.
Rumusan diagnosa merupakan kesimpulan dari kondisi klien,
apakah klien dalam kondisi hamil, inpartu, nifas, bayi baru lahir? Apakah
kondisinya dalam keadaan normal? Diagnosa ini dirumuskan
menggunakan nomenklatur kebidanan. Sedangkan masalah dirumuskan
apabila bidan menemukan kesenjangan yang terjadi pada respon ibu
terhadap kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir. Masalah ini
terjadi pada ibu tetapi belum termasuk dalam rumusan diagnosa yang ada,
karena masalah tersebut membutuhkan penanganan/intervensi bidan, maka
dirumuskan setelah diagnosa. (Masalah sering berkaitan dengan hal-hal
yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan
hasil pengkajian. Masalah tersebut juga sering menyertai diagnosa).
Contoh I :
Data : Ibu tidak haid selama 3 bulan, mual dan muntah, Plano Test +, anak
ke II , anak pertama berumur 1 tahun, ibu belum menginginkan kehamilan
ke dua ini, ibu sering merasa pusing, susah tidur dan malas makan.
Diagnosa : - Ibu kemungkinan hamil G II, P I AO, 12 mg
- Kehamilan tidak diinginkan

Contoh II :
Data : Ibu merasa hamil 8 bulan , anak pertama, hasil pemeriksaan , tinggi
fundus uteri, 31 cm, DJJ +, Puki, presentasi kepala , penurunan kepala 5/5
, nafsu makan baik, penambahan berat badan ibu selama hamil 8 kg , ibu
sering buang air kecil pada malam hari.
Diagnosa : - GI P0 A0, hamil 32 mg, presentasi kepala janin tunggal ,
hidup dalam rahim
- Ibu mengalami gangguan yang lazim / fisiologis pada kehamilan tua

Dari contoh rumusan diagnosa diatas menunjukan, bahwa ketidak


siapan ibu untuk menerima kehamilan, kecemasan ibu terhadap sering
kencing dimalam hari tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur standar
diagnosa” sehingga tidak terkafer dalam diagnosa kebidanan yang dibuat.
Tetapi kondisi ini apabila dibiarkan, dapat menciptakan suatu masalah
pada kehamilannya, terutama masalah psikologi klien.

Oleh karena itu kesenjangan tersebut dirumuskan sebagai masalah


kebidanan, yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan
suatu perencanaan untuk diberikan intervensi khusus, baik berupa
dukungan/penjelasan/tindakan /follow up/rujukan.
Jadi Diagnosa yang dibuat oleh bidan adalah meliputi diagnosa kebidanan
yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi
standar nomenklatur diagnosa kebidanan, dan masalah kebidanan.
Contoh III :
Setelah plasenta lahir ibu mengalami perdarahan pervaginaam, banyaknya
kurang lebih 300 cc, kontraksi uterus lembek, k/u kompos mentis, TD
100/70, N 100/mnt, pernafasan 16/mnt.
Ibu cemas melihat darah keluar dari vagina.
Dari data diatas diagnosa yang dapat dirumuskan adalah :
- Perdarahan post partum dengan atomia uteri, keadaan ibu baik
- Cemas

Contoh IV :
Ibu merasa hamil 7 bulan anak pertama, tinggi fundus uteri 28 cm, DJJ +
presentasi kepala, V, penambahan berat badan 15 kilo selama hamil,
mengeluh pusing, TD 180/100, proteinuri ++, oedem ++
Diagnosa : G1 PoAo, 28 mg pre eklampsia berat, janin tunggal hidup pres
kep, intra uterin.
Diagnosa diatas menyajikan kesimpulan kehamilan dengan pre
eklampis berat, tetapi masalah kebidanan diluar diagnosa tidak ada.
Sehingga dalam diagnosa kebidanan bisa muncul diagnosa dan masalah,
atau tanpa masalah tergantung kondisi klien.

Langkah III; Mengantisipasi Diagnosa/masalah potensial


Langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam
melakukan asuhan kebidanan bidan dituntut untuk mengantisipasi
permasalahan yang akan timbul dari kondisi yang ada/sudah terjadi.
Dengan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial yang
akan terjadi berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah ada, dan
merumuskan tindakan apa yang perlu diberikan untuk mencegah atau
menghindari masalah /diagnosa potensial yang akan terjadi.
Pada langkah antisipasif ini diharapkan Bidan selalu waspada dan
bersiap-siap mencegah diagnosa/masalah potensial ini menjadi benar-
benar tidak terjadi. Langkah ini, penting sekali dalam melakukan asuhan
yang aman. Dan langkah ini perlu dilakukan secara cepat, karena sering
terjadi dalam kondisi emergensi

Contoh I :
seorang wanita inpartu dengan pembesaran uterus yang berlebihan (bisa
karena polyhidramnion, besar dari masa kehamilan, ibu dengan diabetes
kehamilan, atau kehamilan kembar).
Tindakan antisipasi yang harus dilakukan:
- Menyiapkan cairan infus, obat uterotonika untuk menghindari syok
hypovolemik karena perdarahan kala IV
- Menyiapkan alat resusitasi bayi untuk antisipasi aspixia pada bayi baru
lahir
- Memberikan posisi Mc robert untuk antisipasi kesulitan melahirkan bahu
Pada langkah ke 3 ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi
masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan
terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau
diagnosa potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar, merupakan
langkah yang bersifat antisipasi yang rasional/logis.

Contoh II :
Data : Ibu anak pertama, hamil 36 minggu, perdarahan berulang dan
banyak, tidak ada mules, DJJ + , tinggi fundus uteri 31 cm , presentasi
kepala, TD 110/ 70 .
Diagnosa : GI P 0 A 0 hamil 36 minggu, perdarahan antepartum, kondisi
janin dan ibu baik.
Tindakan antisipasi :
• Pasang infus , untuk mengantisipasi syok hypovolemik
• Menyiapkan darah untuk antisipasi syok hypovolumik
• Tidak melakukan periksa dalam untuk menghindari perdarahan hebat.
Kaji ulang apakah tindakan antisipasi untuk mengatasi masalah /diagnosa
potensial yang diidentifikasi sudah tepat.
Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera.
Pada saat ini bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera, baik
tindakan intervensi , tindakan konsultasi, kolaborasi dengan dokter lain,
atau rujukan berdasarkan Kondisi Klien. Langkah keempat mencerminkan
kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan yang terjadi dalam
kondisi emergensi. Dapat terjadi pada saat mengelola ibu hamil, bersalin,
nifas dan bayi baru lahir. Berdasarkan hasil analisa data, ternyata kondisi
klien membutuhkan tindakan segera untuk menangani/mengatasi
diagnosa/masalah yang terjadi.
Pada langkah ini mungkin saja diperlukan data baru yang lebih
spesifik sehingga mengetahui penyebab langsung masalah yang ada,
sehingga diperlukan tindakan segera untuk mengetahui penyebab masalah.
Jadi tindakan segera bisa juga berupa observasi/pemeriksaan. Beberapa
data mungkin mengidentifikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus
bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak
(misalnya menghentikan perdarahan kala III, atau mengatasi distosia bahu
pada kala II).
Pada tahap ini mungkin juga klien memerlukan tindakan dari
seorang dokter, misalnya terjadi prolaps tali pusat, sehingga perlu tindakan
rujukan dengan segera.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklamsi,
kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik
yang serius, maka bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi
dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan
lain seperti pekerja sosial, ahli gizi. Dalam hal ini bidan harus mampu
mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa
konsultasi dan kolaborasi yang tepat dalam penatalaksanaan asuhan klien.
Pada penjelasan diatas menunjukan bahwa dalam melakukan
tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah / kebutuhan yang dihadapi
kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk
mengantisipasi diagnosa / masalah potensial pada step sebelumnya, bidan
juga harus merumuskan tindakan emergency / segera yang harus
dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan ini
tindakan segera meliputi tindakan yang dilakukan secara mandiri ,
kolaborasi atau rujukan.

Contoh I :
Tindakan segera
Dari kasus perdarahan antepartum tindakan segera yang harus dilakukan
adalah :
• Observasi perdarahan, tanda-tanda vital
• Periksa / chek kadar hb
• Observasi DJA
• Rujuk ke RS ( bila di masyarakat ) atau kolaborasi dengan dokter ( bila
di Rumah Sakit )

Contoh II
Tindakan segera yang dilakukan pada kasus perdarahan karena atonia
uteri:
- Cari penyebab perdarahan
- Masase uterus untuk merangsang kontraksi
- Berikan uterotonika
- Lakukan kompresi bimanual interna (KBI)
Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.

Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Secara Menyeluruh


Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi
atau diantisipasi, baik yang sifatnya segera ataupun rutin.
Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi
dengan merumuskan tindakan yang sifatnya mengevaluasi/memeriksa
kembali. Atau perlu tindakan yang sifatnya follow up.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi
penanganan masalah yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari
setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga tindakan yang bentuknya
antisipasi (dibutuhkan penyuluhan, konseling).
Begitu pula tindakan rujukan yang dibutuhkan klien bila ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan social ekonomi-kultural atau
masalah psikologis. Dengan perkataan lain asuhan terhadap wanita
tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek
asuhan kesehatan.
Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak,
yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena
klien juga akan melaksanakan rencana tersebut (Informed Consent). Oleh
karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana
asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana asuhan bersama klien
kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya, baik
lisan ataupun tertulis contoh format inform conversal tertulis .
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh
ini harus rasional dan benar-benar nyata berdasarkan pengetahuan dan
teori yang up to date serta telah dibuktikan bahwa tindakan tersebut
bermanfaat/efektif berdasarkan penelitian (Evidence Based).

Contoh :
Rencana komprehensif pada kasus dengan peradarahan ante partum
diatas :
• Beri tahu kondisi klien dan hasil pemeriksaan
• Berikan dukungan bagi ibu dan keluarga
• Berikan infus RL
• Observasi tanda-tanda vital , perdarahan, DJA dan tanda-tanda syok
• Chek kadar HB
• Siapkan darah
• Rujuk klien ke RS / kolaborasi dengan dokter
• Follow up ke rumah ( kunjungan rumah )
Kaji ulang apakah rencana asuhan sudah meliputi semua aspek asuhan
kesehatan terhadap klien.

Langkah VI : IMPLEMENTASI
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien,efektif dan
aman. Pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bersama-
sama dengan klien, atau anggota tim kesehatan lainnya kalau diperlukan.
Apabila ada tindakan yang tidak dilakukan oleh bidan tetapi
dilakukan oleh dokter atau tim kesehatan yang lain, bidan tetap memegang
tanggung jawab untuk mengarahkan kesinambungan asuhan
berikutnya.(misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar
terlaksana, dan sesuai dengan kebutuhan klien).
Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan
dalam penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab
terhadap terlaksananya rencana bersama yang menyeluruh tersebut.
Penatalaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dan asuhan klien.Kaji ulang apakah semua rencana
asuhan telah dilaksanakan.

Langkah VII : Mengevaluasi

Pada langkah terakhir ini dilakukan evaluasi keefektifan dari


asuhan yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasikan didalam diagnosa dan masalah.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif
sedangkan sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses
penatalaksanaan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan
maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif
melalui pengkajian ulang (memeriksa kondisi klien). Proses avaluasi ini
dilaksanakan untuk menilai mengapa proses penatalaksanaan efektif/tidak
efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.

Contoh :
Evaluasi
• Evaluasi perdarahan ; berhenti atau tidak, jika belum berhenti jumlahnya
berapa banyak ?
• Kondisi janin dan ibu ?
• Kadar Hb ?

2.4.DOKUMENTASI KEBIDANAN

2.4.1. PENGERTIAN DOKUMENTASI


Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti bahan pustaka,
baik yang berbentuk tulisan maupun rekaman lainnya seperti dengan pita
suara/cassete,vidio,film,gambar dan foto (suyono trino). Dalam kamus besar
bahasa indonesia adalah surat yang tertulis/tercetak yang dapat di pakai
sebagai bukti keterangan (seperti akta kelahiran, surat nikah, surat
perjanjian, dan sebagainya). Dokumen dalam bahasa inggris berarti satu
atau lebih lembar kertas resmi (offical) dengan tulisan di atasnya. Secara
umum dokumentasi dapat di artikan sebagai suatu catatan otentik atau
semua surat asli yang dapat di rtikan sebagai suatu catatan otentik atau
semua surat asli yang dapat di buktikan atau di jadikan bukti dalam
persoalan hukum. Dokumentasi adalah suatu proses pencatatan,
penyimpanan informasi data atau fakta yang bermakna dalam pelaksanaan
kegiatan(peter Sali).
Menurut frances fischbbaach (1991) isi dan kegiatan dokumentasi
apabila di terapkan dalam asuhan kebidanan adalah sebagai berikut:
1. Tulisan yang berisi komunikasi tentang kenyataan yang essensial untuk
menjaga kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi untuk suatu
periode tertentu.
2. Menyiapkan dan memelihara kejadian-kejadian yang di perhitungkan
melalui gambaran, catatan /dokumentasi.
3. Membuat catatan pasien yang otentik tentang kebutuhan asuhan
kebidanan,
4. Memonitor catatan profesional dan data dari pasien, kegiatan perawatan,
perkembangan pasien menjadi sehat atau sakit dan hasil asuhan
kebidanan.
5. Melaksanakan kegiatan perawatan, mengurangi penderitaan dan
perawatan pada pasien yang hampir meninggal dunia.
Dokumentasi mempunyai 2 sifat yaitu tertutup dan terbuka, tertutup
apabila di dalam berisi rahasia yang tidak pantas di perlihatkan, di
ungkapakan dan di sebarluaskan kepada masyarakat.terbuka apabila
dokumen tersebut selalu berinteraksi fengan lingkungan nya yang menerima
dan menghimpun informasi.
Dokumentasi dalam kebidanan adalah suatu bukti pencatatan dan
pelaporan yang di miliki oleh bidan dalam melakukan catatan perawatan
yang berguna untuk kepentingan Klien, bidan dan tim kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan
lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab bidan. Dokumentasi dalam
asuhan kebidanan merupakan suatu pencatatan yang lengkap dan akurat
terhadap keadaan/kejadian yang dilihat dalam pelaksanaan asuhan
kebidanan (proses asuhan kebidanan).
Pendokumentasian dari asuhan kebidanan dirumah sakit dikenal
dengan istilah rekam medic. dokumentasi kebidanan menurut SK MenKes
RI 749 adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen yang berisi tentang
identitas: Anamnesa, pemeriksaan, tindakan dan pelayanan lain yang
diberikan kepada seseorang kepada seorang pasien selama dirawat dirumah
sakit yang dilakukan di unit-unit rawat termasuk UGD dan unit rawat inap.
Dokumentasi berisi dokumen/pencatatan yang member bukti dan kesaksian
tentang sesuatu atau suatu pencatatan tentang sesuatu.

2. MANFAAT DAN PENTINGNYA DOKUMENTASI

Manfaat Dan Pentingnya Dokumentasi :

1. Nilai hukum - catatan informasi tentang klien / pasien merupakan


dokumentasi resmi dan mempunyai nilai hukum jika terjadi suatu
masalah yang berkaitan dengan pelanggaran etika & moral profesi ,
dokumentasi dapat merupakan barang bukti tentang tindakan yang telah
dilakukan bidan sekaligus sebagai bahan pertimbangan dalam
memberikan sanksi.
2. Jaminan mutu ( quality control ) – pencatatan yang lengkap & akurat
dapat menjadi tolak - ukur dalam menilai asuhan yang telah diberikan
dan menentukan tindak lanjut berikutnya.
3. Alat komunikasi – merupakan alat “ perekam “ terhadap masalah yang
terkait dengan klien / pasien atau tenaga kesehatan lain. Dapat dilihat apa
yang telah terjadi / dilakukan terhadap pasien / klien , terutama pada
keadaan dimana pasien perlu dirujuk atau dikonsultasikan ke dokter /ahli
gizi dsb.
3. Nilai administrasi termasuk salah satunya adalah biaya/dana – dapat
dipergunakan sebagai pertimbangan / acuan dalam menentukan biaya
yang telah dibutuhkan / dikeluarkan untuk asuhan.

4. Nilai pendidikan – dapat di pergunakan sebagai bahan pembelajaran bagi


peserta didik kebidanan maupun tenaga bidan muda , karena menyangkut
secara kronologis proses asuhan kebidanan serta tindakan yang dilakukan
(sistematika pelaksanaan ).
6. Bahan penelitian – dokumentasi yang rangkap & akurat dapat
mempunyai nilai bagi penelitian dalam pengembangan pelayanan
kebidanan selanjutnya (objek riset ).
7. Akreditasi / audit – digunakan sebagai kesimpulan keberhasilan
asuhan yang diberikan serta menentukan / memperlihatkan peran &
fungsi bidan dalam masalah kebidanan.

2. MODEL DOKUMENTASI

Model Dokumentasi Asuhan Kebidanan

Model dokumentasi yang digunakan dalam asuhan kebidanan adalah


dalam bentuk catatan perkembangan, karena bentuk asuhan yang diberikan
berkesinambungan dan menggunakan proses yang terus menerus (Progress
Notes). Bentuk dokumentasi ini sangat cocok digunakan oleh tenaga
kesehatan yang memberikan asuhan secara berkesinambungan, sehingga
perkembangan klien dapat dilihat dari awal sampai akhir.

Dengan menggunakan SOAP

S= Data informasi yang subjektif (mencatat hasil anamnesa)


O= Data informasi Objektif (Hasil pemeriksaan, observasi)
A = Mencatat hasil Analisa (diagnosa dan masalah Kebidanan)
P = Mencatat seluruh penatalaksanaan yang dilakukan (tindakan antisipasi,
tindakan segera, tindakan rutin, penyuluhan , support, kolaborasi, rujukan dan
evaluasi/follow up)

Dokumentasi SOAP ini di catat pada lembar catatan perkembangan yang ada
dalam rekam medik pasien.

Model Dokumentasi Pelayanan Kebidanan

Selain model catatan perkembangan bentuk SOAP yang digunakan


oleh bidan dalam pendokumentasian asuhan kebidanan (RM 6) juga
menggunakan model dokumentasi yang lain seperti : grafik misalnya patograf
untuk persalinan, KMS ibu hamil dan KMS anak, grafik tanda-tanda vital
untuk mencatata kondisi umum (RM 4)
Format pengkajian untuk mendokumentasikan data dasar (RM 5-3). Surat
keterangan lahir (RM 15), surat inform konsen (RM….) lembar observasi.
Register persalinan (ibu dan bayi), buku kunjungan untuk antenatal dan bayi,
kartu/status (ibu dan bayi), kartu rujukan bila melaksanakan rujukan

Contoh Dokumen SOAP asuhan persalinan (bentuk naratif)

Contoh:
1. Tgl. 26 Mei 2004, 08.00 WIB (Keluhan dan hasil Tanya, masuk S)
S:
• Pinggang panas pegal mulai dari perut ke belakang
• Mulai terasa sakit pukul 5 pagi
• Keluar lendir dari kemaluan
• Ada bagian yang menekan ke bawah
• Kehamilan yang pertama periksa teratur diklinik
• HPHT 19-8-03

O:
• Kesadaran composmentis
• T.D. 110 – 70
• Nadi 80 x / menit
• Suhu 36,8 o C
• U. 34 cm, letkep puki 3/5
• His 3 x 10 menit, lamanya 50 s kuat
• Djj 152 x / menit
• Pd : pembukaan 4 cm, porsio tipis, ketuban positif, kephep 2, uuk kibel

A :
• G I Po hamil aterem, inpartu kala I, pase aktif, janin tunggal, hidup, intra
utrin dengan anemia ringan.

P:
• Obstetric KU Ibu dan janin dengan patograf
• Nilai kemajuan persalinan 4 jam lagi
• Persiapan alat, obat pasien dan keluarga
• Beri kesempatan pasien memilih posisi
• Anjuran keluarga untuk mendampingi
• Jelaskan proses persalinan yang akan terjadi kepada pasien dan keluarga
• Anjurkan pasien untuk buang air kecil dan BAK minimal tiap 2 jam
• Beri nutrisi dan hidrasi
• Buat catatan asuhan/perkembangan
2. Pukul 10.00 WIB

S:
• Mengeluh keluar air banyak
• Sakit perut semakin kuat
• Terasa bagian keras menekan kemaluan

O:
• KU baik TD 110/70 nadi 88 mt
• His 4x 50 – 50 “ kuat
• Djj 158 x / menit
• PD pemb 8 cm, ket-, kep hodge III, UUK kimel

A :
• GIPo hasil aterm, inpartu kala I akhir, janin tunggal hidup, intra uterin
dengan anemia, kemajuan persalinan cepat

I. Penyimpanan dokumentasi
1. Catatan informasi tentang pasien adalah milik pasien. Jika pasien
menghendaki ia boleh/mempunyai akses terhadap semua catatan yang
dibuat tentang dirinya.
2. Kecuali jika bidan bekerja secara mandiri/swasta, pemilihan catatan
dokumentasi adalah milik institusi yang bersangkutan dimana bidan
bekerja. Jika bidan merasa penting akan catatan tersebut, bidan boleh
membuat copynya/menyimpan copynya.
3. Penyimpanan harus menurut suatu sistem tertentu (coding, filling) agar
dapat dengan mudah dicari bila kita membutuhkannya kembali (sitem
dokumentasi).
4. Lama penyimpanan tiap dokumen/catatan pasien sedikitnya  3 tahun
(open filling) dan sesudah itu penyimpanan menjadi “closed” (arsip)
5. Jika catatan/dokumentasi diperlukan untuk/oleh persidangan tertentu
(audit kasus atau peradilan) agar selalu dicek betul isi berkas sesudah
kembali (apa lengkap, tidak ada yang tercecer).
6. (Tanda-tangan/paraf yang mengambil dan yang
mengembalikan/menerima kembali)

4. PRINSIP TEKNIK PENDOKUMENTASIAN

Prinsip- prinsip Tehnik Pencatatan


1. Mencantumkan nama jelas pasien pada setiap lembaran observasi atau
pemeriksaan
2. Menulis dengan tinta hitam (tidak boleh pakai pensil), supaya tidak
terhapus dan bila perlu foto copy akan lebih jelas.
3. Menuliskan tanggal, jam, pemeriksaan, tindakan atau observasi yang
dilakukan sesuai dengan temuan yang obyektif (kenyataan) dan bukan
interpretasi (hindari kata penilaian seperti tampaknya, rupanya).
4. Tuliskan nama jelas pada setiap pesanan, hasil observasi dan
pemeriksaan oleh orang yang melakukan.
5. Hasil temuan digambarkan secara jelas termasuk posisi, kondisi, tanda,
gejala, warna, jumlah dan besar dengan ukuran yang lazim dipakai.
Memakai singkatan atau simbol yang sudah di sepakati, misalnya KU, Ket
+, KPD, Let kep, Let Su, S/N, T dan lain-lain.
6. Interpretasi data objektif harus di dukung oleh observasi.
7. Kolom tidak dibiarkan kosong tetapi dibuat tanda penutup. Misalnya
dengan garis atau tanda silang.
8. Bila ada kesalahan menulis, tidak diperkenankan menghapus, (ditutup,
atau ditip’ex), tetapi dicoret dengan garis dan membubuhkan paraf
disampingnya.
Prinsip- prinsip Pelaksanaan Dokumentasi di Klinik
1. Dalam pelaksanaan harian dapat dicatat secara singkat dilembaran
kertas,yang khusus disediakan, kemudian dipindahkan secara lengkap
dengan nama dan identifikasi yang lengkap dan jelas.
2. Tidak mencatat tindakan yang belum dilakukan/dilaksanakan
3. Hasil observasi atau perubahan yang nyata harus segera dicatat
4. Pada keadaan emergensi/gawat darurat dimana bidan terlibat langsung
dalam tindakan penyelamatan, perlu ditugaskan seseorang khusus untuk
mencatat semua tindakan dan obat- obatan yang diberikan secara
berurutan dan setelah tindakan selesai, si pelaksana perlu segera
memeriksa kembali catatan tersebut apakah ada yang ketinggalan atau
tidak sesuai dan perlu koreksi.

5. TUJUAN DOKUMENTASI KEBIDANAN


Adapun tujuan dokumentasi kebidanan adalah sebagai berikut:
1. Sebagai sarana komunikasi
Komunikasi terjadi dalam tiga arah:
1. Ke bawah untuk melakukan instruksi
2. Ke atas untuk member laporan
3. Ke samping (lateral) untuk member saran
Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat
berguna untuk:
 Membantu koordinasi asuhan kebidanan yang diberikan oleh tim
kesehatan
 Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim
kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak dilakukan
untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian dalam memberikan
asuhan kebidanan pada pasien.
 Membantu tim bidan dlam menggunakan waktu sebaik-baiknya.
2. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat
Sebagai upaya untuk melindungi pasien terhadap kualitas
pelayanan keperawatan yang diterima dan perlindungan terhadap
keamanan perawat dalam melaksanakan tugasnya, maka perawat/bidan
diharuskan mencatat segala tindakan yang dilakukan terhadap pasien. Hal
ini penting berkaitan dengan langkah antisipasi terhadap ketidakpuasan
pasien terhadap pelayanan yang diberikan dan kaitannya dengan aspek
hukum yang dapat dijadikan settle concern, artinya dokumentasi dapat
digunakan untuk menjawab ketidakpuasan terhadap pelayanan yang
diterima secara hukum.

3. Sebagai informasi statistic


Data statistic dari dokumentasi kebidanan dapat membantu
merencanakan kebutuhan dimasa mendatang, baik SDM, sarana, prasaran
dan teknis. Penting kiranya untuk terus menerus member informasi kepada
orang tentang apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan, serta segala
perubahan dalam pekerjaan yang telah ditetapkan.
4. Sebagai sarana pendidikan
Dokumentasi asuhan kebidanan yang dilaksanakan secara baik dan
benar akan membantu para siswa kebidanan maupun siswa kesehatan
lainnya dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan
dan membandingkannya, baik teori maupun praktek lapangan.
5. Sebagai sumber data penelitian
Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan sebagai
sember data penelitian. Hal ini erat kaitannya dengan yang dilakukan
terhadap asuhan kebidanan yang diberikan, sehingga melalui penelitian
dapat diciptakan satu bentuk pelayanan keperawatan dan kebidanan yang
aman, efektif dan etis.
6. Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan
Melalui dokumentasi yang diakukan dengan baik dan benar,
diharapkan asuhan kebidanan yang berkualitas dapat dicapai, karena
jaminan kulitas merupakan bagian dari program pengembangan pelayanan
kesehatan. Suatu perbaikan tidak dapat diwujudkan tanpa dokumentasi
yang kontinu, akurat dan rutin baik yang dilakukan oleh bidan maupun
tenaga kesehatan lainnya. Audit jaminan kualitas membantu untuk
menetapkan suatu akreditasi pelayanan kebidanan daam mencapai standar
yang telah ditetapkan.
7. Sebagai sumber data asuhan kebidanan berkelanjutan.
Dengan dokumentasi akan didapatkan data yang actual dan
konsisten mencakup seluruh asuhan kebidanan yang dilakukan.
8. Untuk menetapkan prosedur dan standar
Prosedur menentukan rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan,
sedangkan standar menentukan aturan yang akan dianut dalam
menjalankan prosedur tersebut.
9. Untuk mencatat
Dokumentasi akan diperluakn untuk memonitor kinerja peralatan,
system, dan sumber daya manusia. Dari dokumentasi ini, manajemen
dapat memutuskan atau menilai apakah departemen tersebut memenuhi
atau mencapai tujuannya dalam skala waktu dan batasan sumber dayanya.
Selain itu manajemen dapat mengukur kualitas pekerjaan, yaitu apakah
outputnya sesuai dengan spesifikasi dan standar yang telah ditetapkan.
10. Untuk member instruksi
Dokumentasi yang baik akan membantu dalam pelatihan untuk
tujuan penanganan instalasi baru atau untuk tujuan promosi.

6. FUNGSI DOKUMENTASI

Fungsi Dokumentasi

1. Sebagai dokumen yang sah sebagai bukti atas asuhan yang telah di
berikan
2. Sebagai sarana komunikasi dalam tim kesehatan yang memberikan asuhan
3. Sebagai sumber data yang memberikan gambaran tentang kronologis
kejadian kondisi yang terobservasi untuk mengikuti perkembangan dan
evaluasi respon pasien terhadap asuhan yang telah di berikan
4. Sebagai sumber data penting untuk pendidikan dan penelitian

Yang perlu diperhatikan dalam Dokumentasi

1. Jangan mencoret - coret tulisan yang salah , karena akan terlihat seperti
bidan mencoba menutupi sesuatu / informasi atau merusak catatan. Jika
ada kesalahan dalam mencatat lebih baik diberi garis pada tulisan yang
salah dengan diberi catatan “ salah “ dan diberi paraf dan kemudian ditulis
catatan yang benar.
2. Jangan memberi komentar / menulis hal yang bersifat mengkritik klien
atau tenaga kesehatan lain. Ditulis hanya uraian obyektif perilaku klien
atau tindakan yang dilakukan.
3. Koreksi terhadap kesalahan dibuat dengan segera mungkin , karena
kesalahan mencatat dapat diikuti dengan kesalahan tindakan.
4. Catat hanya fakta , jangan membuat spekulasi atau perkiraan dari situasi
yang ada.
5. Semua catatan harus ditulis dengan tinta dan menggunakan bahasa yang
lugas dan jelas ( hindari istilah-istilah yang tidak dimengerti). Karena
tulisan yang tidak dimengerti dapat disalah tafsirkan dan menimbulkan
persepsi yang salah (jangan pakai pensil , karena mudah terhapus).
6. Hindari catatan yang bersifat umum , karena informasi yang specific
tentang klien atau tentang keadaannya akan hilang.
7. Ingat bahwa bidan bertanggung jawab atas informasi yang dicatatnya /
ditulisnya. Asuhan kebidanan komprehensif membutuhkan data informasi
yang lengkap, obyektif , dapat dipercaya , karena hal tersebut.dapat
menjadi bumerang bagi bidan jika dilaksanakan secara tidak sesuai
ketentuan yang ada.
7. PRINSIP PRINSIP DOKUMENTASI KEBIDANAN

Catatan pasien merupakan dokumen yang legal dan bermanfaat sendiri


juga bagi tenaga kesehatan yang mengandung arti penting dan perlu
memperhatikan prinsip dokumentasi yang dapat ditinjau dari dua segi yaitu :
1. Prinsip pencatatan
2. Ditinjau dari isi
 Menpunyai nilai administative
Suatu berkas pencatatan mempunyai nilai medis,karena catatan tersebut
dapat digunakan sebagai dasar merencanakan tindakan yang harus diberikan
kepada klien
 Mempunyai nilai hukum
Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi
dan bernilai hukum.bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan
profesi kebidanan,dimana bidan sebagai pemberi jasa,maka dokumentasi dapat
digunakan sewaktu-waktu,sebagai barang bukti di pengadilan.olehkarena itu
data-data harus di identifikasi secara lengkap,jelas,objektif dan ditandatangani
oleh tenaga kesehatan
 Mempunyai nilai ekonomi
Dokumentasi mempunyai nilai ekonomi,semua tindakan kebidanan
yang belum,sedang,dan telah diberikan dicatat dengan lengkap yang dapat
digunakan sebagai acuan atau pertimbangan biaya kebidanan bagi klien
 Mempunyai nilai edukasi
Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan, karena isi menyangkut
kronologis dari kegiatan asuhan kebidanan yang dapat dipergunakan sebagai
bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi kesehatan lainnya
 Mempunyai nilai penelitian
Dokumentasi kebidanan mempunyai nilai penelitian,data yang terdapat
didalamnya dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan
profesi kebidanan
1. Ditinjau dari teknik pencatatan
2. Menncantumkan nama pasien pada setiap lembaran catatan
3. Menulis dengan tinta (idealnya tinta hitam)
4. Menulis/menggunakan denga symbol yang telah disepakati oleh institusi
untuk mempercepat proses pencatatan
5. Menulis catatan selalu menggunakan tanggal,jam tindakan atau observasi
yang dilakukan sesuai dengan kenyataan dan bukan interpretasi
6. Hindarkan kata-kata yang mempunyai unsur
penilaian,misalnya:tampaknya,rupanya dan yang bersifat umum
7. Tuliskan nama jelas pada setiap pesanan, pada catatan observasi dan
pemeriksaan oleh orang yang melakukan
8. Hasil temuan digambarkan secara jelas termasuk
keadaan,tanda,gejala,warna,jumlah,dan besar dengan ukuran yang lazim
digunakan
9. Interpretasi data objektif harus didukung oleh observasi
10. Kolom jangan dibiarkan kosong,beri tanda bila tidak ada yang perlu ditulis
11. Coretan harus disertai paraf disampingnya
1. Sistem pencatatan
Model naratif
Model orientasi masalah
Model fokus
Beberapa prinsip dalam membuat dokumentasi harusnya seperti berikut :
 Simplicity (kesederhanaan)
Pendokumentasian menggunakan kata-kata yang sederhana,mudah
dibaca,dimengerti, dan perlu dihindari istilah yang dibuat-buat sehingga
mudah dibaca
 Conservatism
Dokumentasi harus benar-benar akurat yaitu didasari oleh
informasi dari data yang dikumpulkan.dengan demikian jelas bahwa data
tersebut berasal dari pasien, sehingga dapat dihindari kesimpulan yang
tidak akurat.sebagai akhir catatan ada tanda tangan dan nama jelas pemberi
asuhan
 Kesabaran
Gunakan kesabaran dalam membuat dokumentasi dengan
meluangkan waktu untuk memeriksa kebenaran kebenaran terhadap data
pasien yang telah atau sedang diperiksa
 Precision (ketepatan)
Ketepatan dalam pendokumentasian merupakan syarat yang
sangat diperlukan.untuk memperolehh ketepatan perlu pemeriksaan
dengan menggunakan teknologi yang lebih tinggi seperti menilai
gambaran klinis dari pasien,laboratorium, dan pemeriksaan tambahan.
 Irrefutability (jelas dan objektif)
Dokumentasi memerlukan kejelasan dan objektivitas dari data-data
yang ada,bukan data samaran yang dapat menimbulkankan kerancuan
 Confidentiality (rahasia)
Informasi yang dapat dari pasien didokumentasikan dan petugas
wajib menjaga atau melindungi rahasia pasien yang bersangkutan
 Dapat dibuat catatan secara singkat,kemudian dipindahkan secara lengkap
(dengan nama dan identifikasi yang jelas) Tidak mencatat tindakan yang belum
dilaksanakan
 Hasil observasi atau perubahan yang nyata harus segera dicatat. Dalam
keadaan emergency dan bidannya terlibat langsung dalam tindakan, perlu
ditugaskan seseorang khusus untuk mencatat semua tindakan secara berurutan
 Selalu tulis nama jelas dan jam serta tanggal tindakan dilaksanakan

8. ASPEK LEGAL DALAM DOKUMENTASI KEBIDANAN


Rekam medis yang mudah dibaca dan akurat merupakan dokumentsai
pelayanan kesehatan yang sangat menentukan yang mengkomunikasikan
informasi penting tentang pasien ke berbagai profesional.Dalam kasus
hukum,rekam medis dapat menjadi landasan berbagai kasus gugatan atau
sebagai alat pembela diri Bidan,Perawat,Dokter atau fasilitas.
Tujuan utama dokumentasi kebidanan adalah untuk menyampaikan
informasi penting tentang pasien. Rekam medis digunakan untuk
mendokumentasikan proses kebidanan dan memenuhi kewajiban profesional
bidan untuk mengkomunikasikan informasi penting. Data dalam pencatatan
tersebut harus berisi informasi spesifik yang memberi gambaran tentang
pasien dan pemberian asuhan kebidanan. Evaluasi status pasien harus
dimasukan dalam catatan tersebut.
Aspek legal dalam pendokumentasian kebidanan terdapat 2 tipe
tindakan legal:
1. Tindakan sipil atau pribadi
Tindkan sipil berkaitan dengan isu antar individu
2. Tindakan kriminal
Tindakan kriminal berkaitan dengan perselisihan antara individu dan
masyarakat secara keseluruhan .
Menurut hukum jika sesuatu tidak didokumentasikan berarti pihak yang
bertanggung jawab tidak melakukan apa yang seharusnyandilakukan.Jika bidan
tidak melaksanakan atau menyelesaikan suatau aktivitas atau
mendokumentasikan secara tidak benar, dia bisa dituntut melakukan mal
praktik. Dokumentasi kebidanan harus dapat dipercaya secara legal, yaitu harus
meberikan lapporan yang akurat mengenai perawatan yang diterima klien.

1. Manfaat Dokumentasi
Berapa manfaat dokumentasi ditinjau dari berbagai aspek antara lain yaitu
:
1. Aspek Administrasi
2. Untuk mendefinisikan fokus asuhan bagi klien atau kelompok
3. Untuk membedakan tanggung gugat bidan dari tanggung gugat
anggota tim pelayana kesehatan yang lain
4. Untuk memberikan penelahaan dan pengevaluasian asuhan (perbaikan
kualitas )
5. Untuk memberikan kriteria klasifikasi pasien
6. Untuk memberikan justifikasi
7. Untuk memberikan data guna tinjauan adminitrasi dan legal
8. Untuk memenuhi persyaratan hukum, akreditasi dan profesional
9. Untuk memberikan data penelitian dan tujuan pendidikan
2. Aspek Hukum
Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi
resmi dan bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan
dengan profesi kebidanan, dimana bidan sebagai pemberi jasa dan klien
sebagai pengguna jasa,maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu.
Dokumentasi tersebut dapat dipergunakan sebagai barang bukti
dipengadilan. Oleh karena itu data-data harus diidentifikasi secara
lengkap,jelas, objektif, dan ditandatangani oleh pemberi asuahan, tanggal
dan perlunya dihindari adanya penulisan yang dapat menimbulkan
interprestasi yang salah.
3. Aspek Pendidikan
Dokumentasi mempunyai manfaat pendidikan karena isinya
menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan yang dapat dipergunakan
sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi.
4. Aspek Penelitian
Dokumentasi mempunyai manfaat penelitian. Data yang terdapat
didalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan
atau objek riset dan pengembangan profesi.
5. Aspek Ekonomi
Dokumentasi mempunyai efek secara ekonomi, semua tindakan
atau asuhan yang belum,sedang, dan telah diberikan dicatat dengan
lengkap yang dapat dipergunakan sebagai acuhan atau pertimbangan
dalam biaya bagi klien.
6. Aspek Manajemen
Melalui dokumentasi dapat dilihat sejauh mana peran dalam fungsi
bidan dalam memberikan asuhan kepada klien. Dengan demikian akan
dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian asuhan guna
pembinaan dan pengembangan lebih lanjut.
Prinsip Pendokumentasian
Dokumentasi dalam bidang kesehatan atau kebidanan adalah suatu
pencatatan dan pelaporan informasi tentang kondisi dan perkembangan kesehatan
pasien dan semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan (bidan,
dokter/perawat dan petugas kesehatan lainnya).
Catatan pasien merupakan dokumen yang legal dan bermanfaat bagi
dirinya sendiri juga bagi tenaga kesehatan yang mengandung arti penting dan
perlu memperhatikan prinsip dokumentasi yang dapat ditinjau dari dua segi :
a. Prinsip pencatatan
1. Ditinjau dari isi
o Mempunyai nilai administrative
Suatu berkas pencatatan mempunyai nilai medis, karena cacatan tersebut
dapat digunakan sebagai dasar merencanakan tindakan yang harus diberikan
kepada klien
o Mempunyai nilai hukum
Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi dan
brnilai hokum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi
kebidanan, di mana bidan sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa,
maka dokumentasi dapat digunakan sewaktu-waktu, sebagai barang bukti di
pengadilan. Oleh karena itu data-data harus di identifikasi secara lengkap, jelas,
objektif dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan.
o Mempunyai nilai ekonomi
Dokumentasi mempunyai nilai ekonomi, semua tindakan kebidanan yang
belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan lengkap yang dapat digunakan
sebagai acuan atau pertimbangan biaya kebidanan bagi klien.
o Mempunyai nilai edukasi
Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan, karena isi menyangkut
kronologis dari kegiatan asuhan kebidanan yang dapat dipergunakan sebagai
bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi kesehatan lainnya.
o Mempunyai nilai penelitian
Dokumentasi kebidanan mempunyai nilai penelitian, data yang terdapat
didalamnya dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan
profesi kebidanan.
2. Ditinjau dari teknik pencatatan
o Mencantumkan nama pasien pada setiap lembaran catatan
o Menulis dengan tinta (idealnya tinta hitam)
o Menulis/menggunakan dengan symbol yang telah disepakati oleh institusi
untuk mempercepat proses pencatatan
o Menulis catatan selalu menggunakan tanggal, jam tindakan atau observasi yang
dilakukan sesuai dengan kenyataan dan bukan interpretasi.
o Hindarkan kata-kata yang mempunyai nsure penilaian; misalnya: tampaknya,
rupanya dan yang bersifat umum
o Tuliskan nama jelas pada setiap pesanan, pada catatan observasi dan
pemeriksaan oleh orang yang melakukan
o Hasil temuan digambarkan secara jelas termasuk keadaan, tanda, gejala,
warna, jumlah dan besar dengan ukuran yang lazim dipakai.
o Interpretasi data objektif harus didukung oleh observasi
o Kolom jangan dibiarkan kosong, beri tanda bila tidak ada yang perlu ditulis
o Coretan harus disertai paraf disampingnya

b. Sistim pencatatan
Teknik dan model pendokumentasian meliputi : Data subyektif adalah data
yang diperoleh dari keterangan keluarga dan pasien sdangkan data
obyektif adalah data yang diperoleh dari hasil pelaksanaan. Yang perlu
diperhatikan dalam pendokumentasian adalah
Dilhat dari segi sistem pencatatan tediri dari tiga model yaitu;
1. Model narrative, Cara penulisan ini mengikuti dengan ketat urutan
kejadian/kronologi, yang perlu diperhatikan:
a. Pakai terminologi yang sudah lazim dipakai contohnya pengkajian,
perencanaan, diganosa, evaluasi dll.
b. Dalam pencatatan perhatian langkah-langkah kumpulan data subjektif –
objektif. Kaji kebutuhan pasien dan tentukan diagnosa dan prognosa kemudian
buat rencana asuhan/tindakan dengan memberi batasan waktu untuk mencapai
hasil yang diprediksi.
c. Tulis prediksi/sempurnakan dan rencana asuhan sebagai bagian dari catatan
anda.
d. Buat penilaian anda secara periodik dan monitor kondisi fisik dan psikologis
pasien.
e. Catat semua pernyataan/evaluasi.
2. Model Orientasi Masalah, POR (Problem Orientasi Record) diperkenalkan
oleh dr. Lowrence (1969).
3. Model Focus

Sedangkan tujuan dokumentasi adalah :


1.Arus komunikasi
Komunikasi terjadi dalam tiga arah :
Ke bawah untuk melakukan instruksi
Ke atas untuk memberi laporan
Ke samping (Lateral) untuk memberi saran

2.Untuk memberi informasi


Penting kiranya untuk terus menerus memberi informasi kepada orang tentang apa
yang telah, sedang, dan akan dilakukan, serta segala perubahan dalam pekerjaan
yang telah ditetapkan.

3.Untuk mengidentifikasi
Beberapa dokumentasi dirancang untuk mengidentifikasi.

4.Untuk menetapkan prosedur dan standar


Prosedur menentukan rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan, sedangkan
Standar menentukan aturan yang akan dianut dalam menjalankan prosedur
tersebut.
5.Untuk mencatat
Dokumentasi akan diperlukan unutuk memonitor kinerja peralatan, sistem, dan
sumber daya manusia. Dari dokumentasi ini, manajemen dapat memutuskan atau
menilai apakah departemen tersebut memenuhi atau mencapai tujuannya dalam
skala waktu dan batasan sumber dayanya. Selain itu manajemen dapat mengukur
kualitas pekerjaan, yaitu apakah outputnya sesuai dengan spesifikasi dan standar
yang telah ditetapkan.

6.Untuk memberi instruksi


Dokumentasi yang baik akan membantu dalam pelatihan staf, apakah pelatihan
untuk tujuan penanganan instalasi baru atau untuk tujuan promos

Prinsip- prinsip Tehnik Dokumentasi adalah:


1. Mencantumkan nama jelas pasien pada setiap lembaran observasi atau
pemeriksaan
2. Menulis dengan tinta hitam (tidak boleh pakai pensil), supaya tidak terhapus
dan bila perlu foto copy akan lebih jelas.
3. Menuliskan tanggal, jam, pemeriksaan, tindakan atau observasi yang dilakukan
sesuai dengan temuan yang obyektif (kenyataan) dan bukan interpretasi (hindari
kata penilaian seperti tampaknya, rupanya).
4. Tuliskan nama jelas pada setiap pesanan, hasil observasi dan pemeriksaan oleh
orang yang melakukan.
5. Hasil temuan digambarkan secara jelas termasuk posisi, kondisi, tanda, gejala,
warna, jumlah dan besar dengan ukuran yang lazim dipakai. Memakai singkatan
atau simbol yang sudah di sepakati, misalnya KU, Ket +, KPD, Let kep, Let Su,
S/N, T dan lain-lain.
6. Interpretasi data objektif harus di dukung oleh observasi.
7. Kolom tidak dibiarkan kosong tetapi dibuat tanda penutup. Misalnya dengan
garis atau tanda silang.
8. Bila ada kesalahan menulis, tidak diperkenankan menghapus, (ditutup, atau
ditip’ex), tetapi dicoret dengan garis dan membubuhkan paraf disampingnya.
9. MODEL DOKUMENTASI PELAYANAN KEBIDANAN
Model dokumentasi ini terdiri dari empat komponen, yaitu :
a) Data Dasar
Data dasar berisi semua informasi yang telah dikaji dari klien
ketika pertama kali masuk Rumah Sakit. Data dasar mencakup pengkajian
keperawatan, riwayat penyakit/kesehatan, pemeriksaan fisik, pengkajian
ahli gizi dan hasil laboratorium. Data dasar yang telah terkumpul
selanjutnya digunakan sebagai sarana mengidentifikasi masalah klien
b) Daftar Masalah
Daftar masalah berisi tentang masalah yang telah teridentifikasi
dari data dasar. Selanjutnya masalah disusun secara kronologis sesuai
tanggal identifikasi masalah. Daftar masalah ditulis pertama kali oleh
tenaga yang pertama bertemu dengan klien atau orang yang diberi
tanggung jawab. Daftar masalah ini dapat mencakup masalah fisiologis,
psikologis, sosio kultural, spiritual, tumbuh kembang, ekonomi dan
lingkungan. Daftar ini kultural, spiritual, tumbuh kembang, ekonomi dan
lingkungan. Daftar ini berada pada bagian depan status klien dan tiap
masalah diberi tanggal, nomor, berada pada bagian depan status klien dan
tiap masalah diberi tanggal, nomor, dirumuskan dan dicantumkan nama
orang yang menemukan masalah tersebut.
c) Daftar Awal Rencana Asuhan
Rencana asuhan ditulis oleh tenaga yang menyusun daftar masalah.
Dokter menulis instruksinya, sedang perawat menulis instruksi
keperawatan atau rencana asuhan keperawatan.
d) Catatan Perkembangan (Progress Notes)
Progress Notes berisikan perkembangan/kemajuan dari tiap – tiap
masalah yang telah dilakukan tindakan dan disusun oleh semua anggota
yang terlibat dengan menambahkan catatan perkembangan pada lembar
yang sama. Beberapa acuan progress note dapat digunakan antara lain :
SOAP (Subyektif data, Obyektif data, Analisis/Assesment dan Plan)
SOAPIER (SOAP ditambah Intervensi, Evaluasi dan Revisi)
PIE (Problem – Intervensi – Evaluasi)

MODEL DOKUMENTASI PELAYANAN


1. Model Narative
– Catatan dalam bentuk cerita untuk menggambarkan keadaan pasien
Keuntungan :
– Sudah dikenal oleh semua bidan/nakes.
– Mudah dikombinasikan dengan cara dokumentasi lainnya.
– Bila ditulis dengan tepat dapat mencakup seluruh keadaan pasien
– Mudah ditulis.
2. Model Orientasi Masalah
– POR (Problem Orientasi Record)
– Diperkenalkan oleh dr. Lowrence (1969)
Berisi dokumen masalah pasien dan intervensi pemecahannya
– Digunakan oleh para dokter dikembangkan di dunia
keperawatan/kebidanan dalam bentuk POR yang merupakan dokumentasi
multidisuplimer
Setelah 20 tahun sistem ini dikembangkan langsung menjadi sistem SOAP
Nakes
S Subjektif : data dari pasien (riwayat, biodata)
O Objektif : hasil pemeriksaan fisik
A Analisis/Assesment/Diagnosa
P Planning : pelaksanaan intervensi craluasi implemen

Adapun yang menggunakan sistem SOAP PIE


S : Subjetif
O : Objektif R : Reassasment/Reevaluasi
A : Analisa D : Dokumentasi ¦ kesimpulan
P : Perencanaan
I : Implementasi
E : Evaluasi
10. MEMBUAT DOKUMANTASI ASUHAN KEBIDANAN
dokumentasi asuhan kebidanan
Teknik dan Model Pendokumentasian
Data subyektif : data yang diperoleh dari keterangan keluarga dan pasien
Data obyektif : data yang diperoleh dari hasil pelaksanaan

TEKNIK DOKUMENTASI
Narative
Pendekatan tradisional
Cara penulisan ini mengikuti dengan ketat urutan kejadian/kronologi

Yang perlu diperhatikan


1. Pakai terminologi yang sudah lazim dipakai
(ex. Pengkajian, perencanaan, diganosa, evaluasi dll)
2. Dalam pencatatan perhatian langkah-langkah kumpulan data subjektif –
objektif. Kaji kebutuhan pasien dan tentukan diagnosa dan prognosa kemudian
buat rencana asuhan/tindakan dengan memberi batasan waktu untuk mencapai
hasil yang diprediksi.
3. Tulis prediksi/sempurnakan dan rencana asuhan sebagai bagian dari catatan
anda.
4. Buat penilaian anda secara periodik dan monitor kondisi fisik dan
psikologis pasien.
5. Catat semua pernyataan/evaluasi.
Flow Sheet ¦ berupa tabel
Flow sheet dapat digunakan untuk mendokumentasikan
1. Activity of Daily Living (ADL) ¦ kebiasaan sehari-hari
2. Vital sign
3. Keseimbangan cairan
4. Observasi
5. Pemberian obat-obatan
Keuntungan :
1. Meningkatkan kualitas yang
2. Mudah dibaca
3. Pendokumentasian kebidanan > tepat
4. Perbandingan data dari beberapa kkt dapat ditingkatkan
5. Membatasi tulisan secara narasi yang lama

Kerugian :
1. Kemungkinan terjadi duplikasi dari dokumentasi
2. Medical record menjadi lebih luas
3. Design formal ¦ mungkin ada form yang tidak diinginkan
Prognosa : perkiraan
Design follow sheet/check list
– Tidak ada standar peraturan dalam pembuatan formal
– Design yang baik harus ada instruksi/kunci
Element pada flow sheet/check list
1. Kolom dengan ruang untuk menempatkan tanda dan inisial orang yang
melaksanakan.
2. Ada ruang untuk nama pasien, hari, bulan, tahun, tanda tangan.
3. Ada judul
4. Penggunaannya biasa pada pengkajian
Petunjuk penggunaan flow sheet
1. Lengkap format gunakan check ( ) atau cross (x)/lingkaran.
2. Pertahankan agar letak flow sheet pada kondisi yang tepat.
3. Bubuhkan tanda tangan.
4. Tulis tanggal, waktu pemasukan data

MODEL DOKUMENTASI
1. Model Narative
– Catatan dalam bentuk cerita untuk menggambarkan keadaan pasien
Keuntungan :
– Sudah dikenal oleh semua bidan/nakes.
– Mudah dikombinasikan dengan cara dokumentasi lainnya.
– Bila ditulis dengan tepat dapat mencakup seluruh keadaan pasien
– Mudah ditulis.

2. Model Orientasi Masalah


– POR (Problem Orientasi Record)
– Diperkenalkan oleh dr. Lowrence (1969)
Berisi dokumen masalah pasien dan intervensi pemecahannya
– Digunakan oleh para dokter dikembangkan di dunia keperawatan/kebidanan
dalam bentuk POR yang merupakan dokumentasi multidisuplimer
Setelah 20 tahun sistem ini dikembangkan langsung menjadi sistem SOAP
Nakes
S Subjektif : data dari pasien (riwayat, biodata)
O Objektif : hasil pemeriksaan fisik
A Analisis/Assesment/Diagnosa
P Planning : pelaksanaan intervensi craluasi implemen
Adapun yang menggunakan sistem SOAP PIE
S : Subjetif
O : Objektif R : Reassasment/Reevaluasi
A : Analisa D : Dokumentasi ¦ kesimpulan
P : Perencanaan
I : Implementasi
E : Evaluasi
Keuntungan :
– Terstruktur karena informasi konsisten
– Mencakup semua proses perawatan
– Merupakan catatan terintegrasi dengan medik
– Mudah dipakai untuk mengendalikan mutu
Kekurangan :
– Menekankan pada masalah dan ketidakstabian dapat menghasilkan suatu
pendekatan secara negatif terhadap pengobatan/tindakan.
– Sistem ini setelah digunakan apabila dapftar tidak dimulai/tidak
berkesinambungan/diperbarui terus menerus belum disetujui/tidak ada
batas waktu untuk evaluasi dan strategi untuk follow up belum disepakati.
– Perawatan mungkin tidak tercatat bila tidak ada flow sheet.
– Bentuk SOAPIER mungkin mengulang pencatatan yang lain apabila
perkembangan itu lambat dan sering ada evaluasi

Komponen Metode POR :


1. Data dasar
– Identitas
– Keluhan utama
– Riwayat penyakit
– Riwayat kesehatan
– Pemeriksaan fisik
– Pemeriksaan lab
2. Daftar masalah
Dapat berupa sebuah tanda gehala hasil lab yang abnormal masalah psikologis
dll.
3. Rencana
Disesuaikan dengan prioritas masalah
4. Ditatar perkembangan pasien
– Secara berkesinambungan
– Berupa uraian
5. Catatan setelah pulang (Discharge Note)
– Pengobatan yang diberikan
– Kebiasaan perawatan
– Tindakan keperawatan
– Kebiasaan perawatan diri
– Jarang/fasilitas pendukung
– Pola hidup dan dukungan religius
Kelemahan Model naratif :
– Tidak berstruktur, data simpang siur
– Memerlukan banyak waktu
– Terbatas pada kemampuan perawat mengungkapkannya
– Informasi sulit untuk pengendalian mutu
Seorang ibu PP 3 hari yang lalu mengeluh sakit dan berat pada payudara, badan
menggigil, bayi belum menyusu. Hasil pemeriksaan TD 110/70 mmHg, S : 38 oC,
N : 86 x/mnt, k : 24 x/mnt
Langkah I
Ibu PP 3 hari
Dt S : mengeluh sakit dan berat pada payudara, badan menggigil, bayi belum
menyusu.
Dt O : TD 110/70 mmHg, S : 38 oC, N : 86 x/mnt, R : 23 x/mnt
Px khusus : palpasi payudara
Langkah II
Ibu PP 3 hari, mastitis, abses –
Langkah III
Abses payudara, antisipasi : breastcare, kompres hangat, pemberian
parasetamol 500 mg, penggunaan BH yang menyangga payudara.
Langkah IV
Kolaborasi dengan dokter
Langkah V

1. Menjelaskan keadaan kesehatan dan akibat mastitis


2. Menjelaskan cara dan keuntungan breast care
3. Menjelaskan terapi pada mastitis
4. Menjelaskan pencegahan masitis
5. Menjelaskan cara menyusui bayi dengan benar
6. Membuat perjanjian untuk kunjungan ulang berikut
Langkah VI

1. Memantau tanda abses payudara setelah kunjungan.


2. Kolaborasi dengan dr. obgyn
3. Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
4. Menjelaskan tindakan yang harus dilakukan
5. Menjelaskan cara dan keuntungan breat care
6. Menjelaskan cara mencegah mastitis
7. Menjelaskan cara menyusui bayi dengan benar
8. Mendorong ibu untuk terus menyusui bayinya
9. Merencanakan kunjungan ulang
Langkah VII

1. Ibu mendapat pengobatan dari dokter


2. Ibu dan keluarganya memahami kondisinya
3. Ibu dan keluarganya memahami tanda/bahaya abses payudara
4. Ibu dan keluarganya mengetahui cara menyusui bayi dengan benar
5. Ibu dan keluarganya mengetahui perlunya breast care
* Bu Heni

PRINSIP PENDOKUMENTASIAN KEBIDANAN


A. Proses Penatalaksanaan Kebidanan
Penatalaksanaan kebidanan yaitu proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode, untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan ketrampilan, dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus
pada klien (Varney, 1997).
Penatalaksanaan kebidanan terdiri beberapa langkah yang berurutan yang
dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi,
langkah tersebut membutuhkan kerangka yang lengkap bisa diaplikasikan
dalam situasi.
Alur pikir bidan Š Pencatatan Askeb
ŒŒ
Proses manajemen kebidanan Pendokumentasian Askeb
ŒŒ
7 langkah data SOAP NATES
Subjektif
Objektif
Proses tersebut terdiri 7 langkah :

1. Mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk menilai keadaan klien


secara keseluruhan.
2. Menginterpretasikan data untuk identifikasi diagnosa/masalah.
3. Mengidentifikasikan dx/masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya.
4. Menetapkan kebutuhan klien/terhadap tindakan segera, konsultasi,
kolaborasi dengan nakes lain dirujukan.
5. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional.
Berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
6. Mengevaluasi asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali
pelaksanaan proses untuk aspek-aspek asuhan yang efektif.
Meskipun proses tersebut 7 langkah, namun bersambungan dan
berulang ¦hubungan yang dinamis.

B. Medode Pendok, SOAP


Merupakan intisari dari proses penatalaksanaan kebidanan digunakan dalam
dokumen pasien dalam rekam medis sebagai catatan kemajuan.
S : Subjektif, apa yang dikatakan klien
O : Objektif, apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan dalam pelaksanaan
A : Analisa kesimpulan apa yang disebut dari data S dan O
P : Planning apa yang dilakukan berdasarkan hasil evaluasi
WHY disebut sistem pendokumentasian :

1. Pendokumentasian SOAP merupakan kemajuan informasi yang


mengorganisir penemuan dan kesimpulan menjadi suatu rencana asuhan.
2. Merupakan intisari dari proses penatalaksanaan kebid dengan tujuan
menyediaan dan dokumen asuhan.
3. Merupakan urut-urutan yang dapat membantu mengorganisir pikiran dan
memberikan asuhan yang menyeluruh.
SOAP
Adalah catatan sederhana, jelas, logis dan tertulis, antepartum, 1 x SOAP
dalam 1 kunjungan intra partum 7 SOAP.
Untuk menggambarkan keterkaitan antar manajemen kebidanan sebagai pola
pikir dan pendok sebagai catatan
Alur pikir bidan Š Pencatatan Askeb
ŒŒ
Proses manajemen kebidanan Pendokumentasian Askeb
ŒŒ
7 langkah data SOAP NATES
Subjektif
Objektif
Masalah Dx
Antisipasi masalah pot Assesment
Kebutuhan segera
Implementasi Plan
Evaluasi
Proses penatalaksanaan kebidanan Varney 7 langkah :
Sebagai kerangka pikir bidan dalam proses pemecahan masalah
berdasarkan teori ilmiah tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan

Mengumpulkan data
Evaluasi Asuhan Interpretasi data
Dx/masalah
Pelaksanaan Asuhan Ident Dx/masalah potensial
Menyusun rencana Menetapkan keb, konsul, kolaborasi asuhan dengan nakes
lain
METODE DOKUMENTASI SOAP
S : Apa yang dikatakan klien
O : Apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan saat px
A : Assement/analisa : kesimpulan apa yang dibuat dari data S dan O
P : Plan apa yang dilakukan berdasarkan hasil evaluasi tersebut
Konsul, tes dx rujukan, konseling follow up
Contoh Kasus I :
Ibu A usia 22 tahun hamil 1 datang ke klinik karena hamil merasakan
terlambat haid 3 bulan, ia mengatakan sangat letih, mual dan muntah
sesekali, sering BAK mengaku sudah imunisasi TT
S : tidak haid 8 bulan terakhir, mengeluh sakit kepala, muntah sesekali,
sering kencing, sudah imunisasi TT.
O : belum ada px lab, px fisik normal, tidak ada tanda-tanda dehidrasi
perkiraan haid terakhir 3 bulan.
A : umur 22 tahun G1 dengan anggapan sudah hamil selama 12 minggu, rasa
mual, muntah telah diimunisasi TT
P : – Asuhan rutin yi untuk kunjungan antenatal I px lab, zat besi, konseling
– Kaji ulang tanda-tanda bahaya
– Kontrol 8 minggu lagi
Contoh kasus II
Ibu x datang ke klinik untuk kunjungan antenatal I. Bagaimana
penatalaksanaan kebidanan ?
Langkah I
Umur 20 tahun G1 hamil 30 mh HPHT 22-3-2004
HPL : 29-12-2004
Data S : mengeluh keluar cairan <<<>
O : Px fisik, TD : 140/90 kaki oedem prot (+)
Px khusus : Leopold
Langkah II
G1 Po Ao kehamilan 30 minggu janin hidup dengan PER
Langkah III
PEB, antisipasi : pemantauan TD, oedem, gejala pusing berat dan menetap
nyeri epigastrium
Langkah IV
Kolaborasi dengan dokter
Langkah V
1. Menjelaskan tentang keadaan kesehatan dan akibat PER
2. Menjelaskan cara mengontrol gerakan janin
3. Menjelaskan kebutuhan nutrisi (TKTP)
4. Menjelaskan tanda-tanda bahaya yang akan timbul
5. Menjelaskan tanda-tanda persalinan dan persiapan
6. Menjelaskan PH
7. Membuat perjanjian untuk kunjungan ulang berikut
Langkah VI
1. Memantau tanda PEB pada setiap kunjungan
2. Kolaborasi dengan dr. obgyn
3. Menjelaskan tentang keadaan kesehatan
4. Menjelaskan bahaya PEB terhadap ibu dan janin
5. Menerangkan cara menghitung gerakan-gerakan janin
6. Menjelaskan kebutuhan nutrisi
7. Menjelaskan tanda-tanda bahaya dan menjelaskan
8. Merencanakan kunjungan ulang
9. Menjelaskan tanda persalinan dan persiapan
Langkah VII
1. Ibu mendapat pengobatan dari dokter
2. Ibu dan keluarga memahami kondisinya
3. Ibu dan keluarga memahami bahaya PEB
Kasus IV
So ibu 45 tahun hamil 9 bulan, anak ke-8 merasakan mules sejak 2 jam
yang lalu. Ibu menyatakan lemes, hasil px fiisk : TD 90/60 mmHg, N : 82
x/menit, R : 18 x/menit, DJJ + 136 x/mnt, his lemah 2 x/10’, TFU : 30 cm,
preskep, kcp msk PAP H II 2 cm.
Langkah I
Ibu umur 45 taun G8 P7 Ao hamil 36 minggu HPHT 6-12-2003
HPL 23-9-2004
Data S : merasa mules sak 2 jam, lemes
O : Px fisik : TD fisik : TD 90/60, N : 82 x/mnt, R 18 x/mnt, DJJ + 136
x/mnt, his lemah 2x/10’, TFU 30 cm, preskep, kpl msk PAP H II 2 cm.
Px khusus : Leopold
Langkah II
G8 P7 Ao hamil 36 minggu janin 1 hidup intra uterin dengan inersia uteri
Langkah III
Perdarahan, antisipasi : pemantauan TD, kontraksi uterus
Langkah IV
Kolaborasi dengan dokter
Langkah V
1. Menjelaskan tentang keadaan kesehatan ibu dan janin
2. Menjelaskan tentang tanda-tanda bahaya yang akan timbul
3. Menjelaskan akibat inersia uteri
4. Menjelaskan persiapan persalinan yang harus dilakukan
5. Menjelaskan perlunya ibu melahirka di RS
Langkah VI
1. Memantau TD dan kontraksi uterus
2. Menjelaskan keadaan kesehatan
3. Menjelaskan bahaya perdarahan terhadap ibu dan janin
4. Menjelaskan tanda-tanda bahaya yang akan timbul
5. Baringkan ibu miring ke kiri, jika mungkin naikkan kedua kaki ibu
6. Pasang infus
7. Rujuk ibu ke RS dan dampingi ibu ke tempat rujukan
8. Kolaborasi dengan dr. Obgyn
Langkah VII
1. Ibu mendapat pengobatan dari dokter
2. Ibu + keluarga memahami kondisinya
3. Ibu + keluarga memahami bahaya dan tanda perdarahan
4. Ibu dan bayi yang dilahirkan selamat

PENDEKATAN TRADISIONAL/SOR (Source Oriented Record)


Adalalah suatu cara mendokumentasikan dalam bentuk narasi mengenai keadaan
pasien secara singkat dan jelas
Keuntungan :
– Lebih mudah dilakukan
– Waktu yang digunakan lebih singkat
Kekurangan :
– Sulit menemukan spesifikasi masalah
– Tidak tampak respon pasien/klien
– Kadang-kadang tidak relevan/tepat
– Kadang-kadangpun tidak si dengan kerangka
Komponen-komponen dalam SOR :
1. Adminission sheet/kartu masuk
– nama no cm, jenis kelamin
– umur, status, pekerjaan
2. Lembar instruksi dokter
– Catat tentang perintah-perintah dokter, tanggal, waktu, terapi-terapi khusus
dan tanda tangan
3. Kartu grafik/pencatatan
– Pengamatan yang berulang dan pengukuran
4. Lembar riwayat medik
– Semua pengamatan, observasi tentang kondisi pasien yang dibuat oleh
dokter
5. Catatan perawatan
– Narasi tentang perawatan
6. Catatan pengobatan
– Semua pengobatan, tanggal, jam dan tanda tangan
7. Lembar khusus/lap lainnya
– Catatan dari semua disiplin kesehatan, radiologi, konsultasi, lab, inform
consent
Charting By Exception (CBE)
Dimulai sejak tahun 1983 di St. Luke Medikal Center in Milkwankee
Format CBE
1. Data dasar (riwayat dan px fisik)
2. Intervensi flow sheet
3. Grafik record
4. Catatan bimbingan pasien
5. Catatan pasien plg
6. Format catatan perawatan (menggunakan format SOAPIER)
7. Daftar diagnosa
8. Diagnosa dengan standar rencana tindakan perawatan dasar
9. Profil perawatan dasar dengan sistem kardeks
KARDEKS
Merupakan pendokumentasian tradisional dipergunakan diberbagai sumber
mengenai informasi pasien yang disusun dalam suatu buku.
Informasi yang terdapat dalam kordeks :
1. Data pasien
2. Diagnosa kebidanan
3. Pengobatan sekarang/yang sedang dilakukan
Kelemahan :
1. Diisi tidak lengkap
2. Tidak cukup tempat/ruang dalam memasukan data yang diperlukan
3. Tidak up to date
KOMPUTERISASI
Keuntungan :
– Lebih mudah dibaca
– Kemungkinan salah/kelupaan lebih sedikit dengan kata lain ketepatan
pencatatan lebih tinggi karena secara otomatis komputer memanggil semua
data yang ada bila ada hal yang tidak sji dengan yang terprogram
– Hemat waktu dan biaya (bila sistem itu sudah berjalan)
– Pelayanan pasien bisa lebih cepat karena banyak pesanan dapat disampaikan
lewat komputer dan komunikasi antar unit bisa dipantau lewat sarana
komputer
– Meningkatkan komunikasi antar tim petugas kesehatan
– Lebih memudahkan untuk kepentingan pendidikan, penelitian dan peningkatan
mutu
Kekurangan :
– Kurang terjaminnya kerahasian pasien
– Tidak semua institusi dan petugas siap untuk komputerisasi dan perlu latihan
khusus untuk sistem komputerisasi
– Modal awal sangat tinggi dan menuntut keahlian khusus untuk menciptakan
programnya dan perangkat komputer yang dibutuhkan
– Ketergantungan kepada alat/teknolohi tinggi
– Ada perbandingan khusus untuk keperluan alat/unit komputer dan jumlah pasien
(10-15 bed/terminal komputer)
Metode Pendokumentasian
– SOAPIER
– SOAPIE
– SOAPIED
– SOAP NOTES
Metode Pendokumentasian SOAPIE
Konsep SOAPIER
S : Data subjektif
– Catatan ini berhubungan masalah dengan sudut pandang pasien
– Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sehingga
kutipan langsung/ringkasan yang berhubungan dengan dx (data primer)
– Pada bayi/anak kecil data subjektif ini dapat diperoleh dari orang tuanya (data
sekunder)
– Data subjektif menguatkan dx yang akan dibuat
O : Data objektif
– Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan
dx
– Data yang digolongkan dalam kategori ini, antara lain
– Data psikologik
– Hasil observasi yang jujur
– Informasi kajian teknologi (hasil px lab, Ro, CTG, USG dll)
– Ada pendapat yang memasukan laporan dari keluarga juga masuk kategori ini
– Apa yang dapat diobservasi oleh bidan/perawat akan menjadi komponen penting
dari dx yang akan ditegakan
A : Analisa/Assesment
– Masalah/dx yang ditegakan berdasarkan data/informasi subjektif maupun
data/informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan dan disimpulkan
– Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik
subjektif maupun objektif dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka
proses analisa adalah segala proses yang dinamik
– Sering menganalisa Š penting !
Mengikuti perkembangan pasien dan menjamin segala perubahan baru dapat
diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
P : Planning : perencanaan
– Membuat perencanaan tindakan saat itu/yang akan datang untuk mengusahakan
mencapai kondisi pasien sebaik mungkin/menjaga/mempertahankan
kesejahteraannya
– Proses ini termasuk kriteria tujuan terdiri dari kebutuhan pasien yang harus
dicapai dalam batas waktu tertentu
– Tindakn yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam
kesehatannya x/ proses pslnnya dan harus mendukung rencana dokter bila itu
dalam manajemen kolaborasi/rujukan
I : Implementasi
– Pelaksanaan rencana tindakan untuk mengatasi masalah keluhan/mencapai
tujuan pasien
– Tindkaan ini harus disetujui oleh pasien kecuali bila tidak dilaksanakan akan
membahayakan keselamatan pasien
Œ
Pilihan pasien harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari proses ini
– Apabila kondisi pasien berubah, implementasi mungkin juga harus
berubah/disesuaikan
E = Evaluasi
– Tafsiran dari hasil tindakan yang telah diambil adalah penting untuk menilai
keefektifan asuhan yang diberikan
– Analisa dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari penilaian ketepatan tindakan
– Kalau kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk
mengembangkan tindakan alternatif sehingga dapat mencapai tujuan
R = Revisi = Re-essesment = perbaikan
– Komponen evaluasi dapat menjadi petunjuk perlunya perbaikan dari perubahan
intervensi dan tindakan/menunjukan perubahan dari rencana awal/perlu
/kolaborasi baru/rujukan
III Mengidentifikais Dx/masala potensial dan mengantisipasi penanganan
Mengidentifikasi masalah potensial berdasarka dx/masalah yang sudah
diidentifikasi
Langkah ini membutuhkan antisipasi jika memungkinkan dilakukan
pencegahan
Bidan harus waspada dan bersiap-siap mencegah Dx/masalah potensial agar
tidak benar-benar terjadi.
Pada langja 3 ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah
potensial tidak hanya merumuskam masalah/dx potensial tetapi juga harus bisa
merumuskan tindakan antisipasi agar masalah/dx potensial tidak terjadi
Merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional/logis
IV Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
Untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan nakes lain berdasarkan
kondisi klien
Beberapa data mungkin mengidentifikasi yang gawat Š tindakan segera
Contoh : perdarahan kala III, distorsi bahu, asfiksia berat dsb
Contoh keadaan yang membutuhkan konsultasi/kolaborasi dengan dokter
– Tanda-tanda awal
– Kelainan panggul
– Penyakit atg dl kehamilan
– Diabetes kehamilan
V Menyusun Rencana Asuhan
Direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya
Merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah/dx yang telah
diidentifikasi/diantisipasi
Informasi daya yang tidak lengkap dapat dilengkapi
Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak yaitu bidan dan
klien
Tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan s/i dengan hasil pembahasan
rencana asuhan dengan klien kemudian membuat kesepakatan bersama
sebelum melaksanakannya
VI Pelaksanaan asuhan
Rencana asuhan menyeluruh (langkah kelima) dilaksanakan secara efisien dan
aman
Bisa dlakukan seluruhnya oleh bidan/sebagian lagi oleh klien/anggota tim
kesehatan lain
Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter maka keterlibatan
bidan dalam penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung
jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh
tersebut
Penatalaksanaan yang efisien menyakut waktu dan biaya serta meningkatkann
dan asuhan klien
VII Evaluasi
Dilaksanakan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi s/i
dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam dx dan masalah
Rencana tesebut dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaanya
Rencana yang belum efektif Š mengulang kembali di awal
Proses penatalaksanaan kebidanan merupakan langkah sistematik yang
merupakan pola pikir bidan
Format Pendokumentasian
1. Ibu Hamil
Subjektif :
– Biodata (nama, umur, dsb) Š nama, umur dan pendidikan
– Paritas Š G P A
– HPHT
– Riwayat obstetri Š riwayat persalinan, haid, riwayat kesehatan
– Riwayat kesehatan keluarga
– Data psikologis
– Riwayat kehamilan sekarang Š ANC berapa kali, obat-obatan apa yang
didapat
– Kebiasan sehari-hari objektif
– Px fisik Š kepala-kaki
– Px pelvic/obstetri Š px panggul, px dalam, palpasi leopold
– Px lab Š Hb, protein uri, gula darah
– Px penunjang lain Š rontgen, USG
Penatalaksanaan
Kunjungan I (sebelum 14 minggu/trimester I)
– Membangun hubungan selagi percaya antara petugas kesehatan dan bumil
– Melakukan tindakan pencegahan seperti TT, pemberian fe, mencegah
praktek tradisional yang –
– Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi
komplikasi
– Mendorong perilaku kesehatan (gizi, latihan/senam hamil > 24 minggu dan
kebersihan, istirahat dsb)
Kunjungan II (trimester II/sebelum minggu ke-28)
– Sama seperti kunjungan I + dengan kewaspadaan khusus mengenai PE
(tanya ibu tentang gejala-gejala PE) Š pusing, pandangan kabur
Kunjungan III (trimester III/minggu ke-28-36)
– Sama seperti kunjungan I dan II di+ dengan palpasi abdominal untuk
mengetahui apakah ada kehamilan ganda
Kunjungan IV (trimester III/> 36 minggu)
– Sama seperti kunjungan I, II, III ditambah dengan deteksi bayi yang tidak
normal/kondisi lain yang memerlukan kelahiran di RS
Sebelum 36 minggu bayi masih mobile :
– Pada tiap kunjungan lakukan konseling khusus untuk kebutuhan ibu s/i
dengan masalahnya
– Kehamilan dengan masalah/komplikasi Š rujuk
Menolong ibu untuk menentukan pilihan tepat untuk konsultasi (dokter, pusk,
DSOG)
Kebiasaan yang tidak perlu dilakukan :
1. Mengurangi garam untuk mencegah PE
– Hipertensi bukan karena retensi garam

1. Membatasi hubungan seksual untuk mencegah abortus dan kelahiran


prematur
– Dianjurkan untuk memakai kondom agar semen (mengandung
prostaglandin) tidak merangsang kontraksi uterus.

1. Pemberian kalsium untuk mencegah kram pada kaki


– Kram pada kaki buka semata-mata disebabkan oleh kekurangan kalsium

1. Membatasi makan dan minum untuk mencegah bayi besar


– Bayi besar disebabkan oleh metabolisme pada ibu
2 Ibu Bersalin
Subjekktif
– Umur
– Gravida dan para untuk Š untuk deteksi dini komplikasi, pengawasan
– Kontraksi uterus (frekuensi, durasi, intensitas)
– Lokasi rasa sakit
– Riwayat persalinan yang lalu (lama, penolong, BBLR, jarak persalinan tindakan
persalinan)
– HPHT
– Bloody show
– Pengeluaran air Š KPD
Objektif
– Px fisik
Vital sign
BB
Djj
Kontraks uterus
Engagement
TBJ (TFU – 12/11) x 155
Palpasi (Leopold)
Edema
Refleks
– Px Pelvix (obstetri)
Effacement dan dilatasi cx
Posisi cx
Bloody show
Station Š Hodge
Kulit ketuban
CDP tidak ada kesesuaian antara kepala bayi dengan panggul (jalan lahir)
Penanganan
Kala I
1. Membantu ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan
2. Jika ibu merasa kesakitan
– Lakukan perubahan posisi
– Posisi sesuai dengan keinginan ibu
– Sarankan ibu untuk berjalan
– Ajak orang yang menemaninya (ibu/suami) untuk memijat/menggosok
punggung/membasuh mukanya diantara kontraksi
– Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai keinginannya
– Anjurkan teknik relaksasi
3. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur
yang akan dilaksanakan dan hasil px
4. Berikan cukup minum
5. Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
Kala II
– Memberi dukungan terus menerus
– Menjaga kebersihan diri
– Menjaga kenyamanan ibu
– Memberi dukungan mental untuk menurunkan kecemasan/ketakutan ibu
– Mengatur posisi ibu
– Menjaga kk tetap kosong
– Memberi cukup minum
– Menolong kelahiran janin
Kala III
Melakukan manajemen aktif kala III
Kala IV
– Observasi perdarahan, TTV, kontraksi uterus + kk
– Membersihkan ibu
– Anjurkan ibu untuk istirahat
– Membiarkan bayi pada ibu untuk disusui
– Mengajarkan ibu + keluarga tentang :
Memeriksakan fundus dan masase
3 Ibu Nifas
Yang harus dikaji :
1. Catat ANC dan INC
2. Waktu persalinan Š sudah berapa hari, janin
3. TTV PP Š demam/tidak
4. Hasil px lab Š trombosit, leukosit
5. Catatan medis pasien Š riwayat persalinan lalu
6. Ambulasi
7. Ketidaknyamanan ibu (nyeri)
8. Keadaan ibu + janin
9. Perasaan ibu tentang persalinan + prosesnya
10. Perasaan ibu tentang bayinya
11. Kemauan menyusui bayinya
12. Px fisik
– TTV
– Tanda-tanda iritasi/infeksi
– Payudara
– Px adomen (kk, uterus involusi)
– Lochea (warna, jumlah, bau)
– Haemorrhold
– Ekstrimitas (varises, edema, hormonis sign, reflek)
Tromboflebilitis Š kemerahan pada betis
Penatalaksanaan
1. Kebersihan diri
2. Istirahat
3. Latihan
4. Gizi
5. Menyusui
6. Perawatan payudara
7. Pola seksual Š bu hamil boleh melakukan seks setelah luka sembuh
8. KB
Bayi Baru Lahir
Yang harus dikaji :
1. Riwayat persalinan
2. Proses menyusui
3. Antropometri
4. Px fisik
5. Imunisasi
6. Pola tidur
7. Refleks
Penatalaksanaan
1. Identitas bayi
2. Jaga bayi agar tetap hangat
3. Kontak dini dengan ibu
4. Riwayat BB rutin BBL
TUMBANG
Yang harus dikaji :
1. Identitas anak
2. Riwayat persalinan Š vacum (kel otak)
3. Px antropometrik
– BB – Lk – L leher
– TB – LD
– LLA – L perut
4. Px fisik
5. Px laboratorium
6. Penilaian terhadap perkembangan anak Š berdasarkan umur
Penatalaksanaan :
1. Dilakukan penanganan sesuai dengan permasalahan anak
2. Konseling dengan keluarga tentang tumbang anak
3. Menlanjutkan kunjungan bila ada kelainan
Kesehatan Reproduksi
Yang harus dikaji :
1. Identitas (umur paritas)
2. Status perkembangan
– Berapa lama menikah
– Berapa kali ganti pasangan
– Umur saat menikah Š kurang 20 tahun (tidak sehat)
3. Riwayat K Š H. estrogen (tumor)
4. Perdarahan
5. Masa (uterus, ovarium, vag)
6. Luka/inveksi (vaginitis, erosi, porsio psb)
7. Fistula
8. Riwayat PMS
Penatalaksanaan
1. Konseling tentang penyakitnya (penyebab, jenis)
2. PAP smear
3. Merujuk ke dr. Obsgyn
4. Memberi dukungan kepada klien
Keluarga Berencana
Yang dikaji :
1. Identitas
– Agama
– Umur
– Ras
2. Status ekonomi
3. Status pernikahan
4. Pola seksual
5. Riwayat kesehatan Š tidak boleh hamil Š penyaki jantung stadium IV
6. Px fisik
7. Px obstetri
Penatalaksanaan
1. Memberikan alternatif metode yang dibutuhkan
2. Menjelaskan efek samping dan k I masing-masing metode
3. Melibatkan suami dalam penentuan metode yang digunakan
Latihan !
1. Ibu Sofi melakukan kunjungan antenatal ketiga pada usia 31 tahun G3 P2 Ao
terakhir datang 11 minggu yang lalu. Ketika ia sudah hamil (21 minggu)
bayinya yang kedua lahir dengan prematur persis 1 tahun yang lalu, tetapi
keadaannya baik-baik saja.
Ia mengeluh pergelangan kakinya yang bengkak dan merasa terganggu dengan
rasa sakit dibagian belakang dan panas dalam TD 110/60 mmHg, Djj 140
x/menit, TFU : 31,5 cm, edema kaki positif dua-duanya. Px lab Hb : 11,5 gr %
Jawab
S : Ny. Sofi 31 tahun kunjungan ANC II
– ANC 11 minggu yang lalu
– Bayi yang kedua lahir prematur 1 tahun lalu, keadaannya baik-baik saja
– Ia mengeluh pergelangan kakinya bengkak, rasa sakit dibagian belakang
dan panas dalam
O : G3 P2 Ao hamil 32 minggu
Djj 140 x
TD 110/60 mmHg
TFU 31,5 cm
Edema kaki + dua-duanya
Px lab Hb 11,5 gr %
A : Ny. Sofi umur 31 tahun G3 P2 Ao hamil 32 minggu janin 1 hidup intra
uterin dengan rasa ketidaknyamanan biasa pada kehamilan
P : Menjelaskan pada ibu bahwa ibu menderita ketidaknyamanan biasa pada
kehamilan konselin gizi, higiene tubuh dan vulva
– Asuhan rutin pemberian Fe 30-50 mg/hari, vitamin C dan asam folat 50
mg/hari
– Anjurkan ibu berbaring meninggikan kaki untuk menghilangkan bengkak
pada pergelangan kaki
– Anjurkan ibu berbaring miring ke kiri untuk mengurangi rasa sakit dibagian
belakang
Ny. Anna usia 26 tahun melakukan kunjungan ANC kedua hamil kedua
melahirkan 1 kali 2 kali tidak pernah abortus. Dia sudah pernah melakukan
kunjungan ANC I 3 bulan yang lalu usia kehamilan pada saat itu 12 minggu ia
mengatakan bahwa ia baik-baik saja pembesaran perut sesuai kehamilan. Ia
mengeluh sering merasa letih, pernah operasi usus buntu pada usia 17 tahun ia
mengalami konstipasi dan gusi berdarah Djj 140 x/mnt, tekanan darah
160/100, 37 oC, nadi 84 x/mnt, pernafasan 16/mnt, TFU 23 cm, Hb 12 gr %,
kaki eodem
Jawab
S : Ny. Anna 26 tahun mengeluh sering letih, pernah operasi usus buntu saat
17 tahun, konstipasi dan gusi berdarah, merasa baik-baik saja, ANC I 3
bulan yang lalu, hamil 2 melahirkan 1 x tidak pernah gbr
O : G2 P1 Ao hamil 24 minggu. Px fisik Djj 140 x/mnt, TD 160/100 mmHg,
suhu 37 oC, N : 84 x/mnt, R : 16 x/mnt, TFU 23 cm. Px lab 12 gr %, kaki
oedem, perbesarn perut sesuai untuk
A : Umur 26 tahun G2 P1 Ao hamil 24 minggu janin 1 hidup intrauterin
dengan PER, konstipasi dan gusi bedarah
P : – Kaji tanda-tanda bahaya kejang, perdarahan
– Diit vitamin
– Pemeriksaan lab : proteiniuri
– Asuhan rutin, pemberian tablet fe 30-50 mg/hari, asam folat 50 mg/hari
– Perencanaan kunjungan ulang
– Konseling gizi, higiene
Konstipasi dan gusi berdarah Š dx nomenklatur Š RS ketidaknyamanan
biasa pada kehamilan
Ny. Anna 26 tahun Š dx kebidanan
Janin 1 hidup Š dx masalah
– Menjelaskan pada ibu bahwa ibu menderita PEB
– Kolaborasi
– Diet TKTP
Proses Penatalaksanaan Kebidanan
Proses penatalaksanaan kebidanan ada 7 langkah :
1. Pengumpulan data dasar
Dikumpulkan informasi yang akurat dan lengkap dari sumber yang
berkaitan dengan kondisi pasien
Œ
– Anmnesia
– Px fisik sesuai kebutuhan dan px TTV
– Px khusus
– Px penunjang
Langkah I merupakan langkah awal yang menentukan langkah berikutnya
Kelengkapan data Š menentukan proses interpretasi
Œ
Valid, lengkap dan akurar
2. Interpretasi data
Untuk mengidentifikasi dx/masalah
Data dasar yang dikumpulkan Š diinterpretasikan Š menemukan dx dan
masalah yang spesifik
Dx Š dapat didefinisikan
Masalah Š tidak dapat didefinisikan, berkaitan dengan hal-hal yang sedang
dialami orang yang diidentifikasi bidan sesuai dengan hasil pengkajian
Masalah selagi menyertai dx
Dx kebidanan adalah dx yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik
kebidanan memenuhi standar nomenklatur dx kebidanan

1. Diakui dan telah disahkan oleh profesi


2. Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan
3. Memiliki ciri khas kebidanaan
4. Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan
5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan penatalaksanaan kebidanan
Ibu Sofi melakukan kunjungan antenatal ketiga. Usia 31 tahun G3 P2 Ao, terakhir
datang 11 minggu yang lalu yaitu ketika ia sudha hamil 5 bulan (21 minggu).
Bayinya yang kedua lahir dengan prematur persis 1 tahun yang lalu, tetapi
keadaannya baik-baik saja. Ia mengeluh pergelangan kaki yang bengkak dan
merasa terganggu dengan rasa sakit dibagian belakang dan panas dalam.
TD : 110/60 mmHg
Djj : 140 x/mnt
TFU : 31,5 cm
Oedema kaki + dua-duanya
Px lab Hb 11,5 gr %
Proteinuri –
Jawab
S : Ny. Sofi 31 tahun kunjungan ANC II
Hamil ketiga, melahirkan dua kali dan tidak pernah abortus
ANC II 11 minggu yang lalu
Bayi yang kedua lahir prematur 1 tahun lalu tetapi keadaanya baik saja
Ia mengeluh pergelangan kaki yang bengkak dan merasa terganggu dengan rasa
sakit dibagian belakang dan panas dalam
O : G3 P2 Ao hamil 32 minggu
Djj 140 x/mnt
TD 110/60 mmHg
TFU 31,5 cm
Oedema kaki + dua-duanya
Px lab Hb 11,5 gr %
Proteinuri –
A : Ny. Sofi umur 31 tahun G3 P2 Ao hamil 32 minggu jani 1 hidup intra uterin
dengan rasa ketidaknyamanan biasa pada kehamilan
P : – Menjelaskan pada ibu bahwa ibu menderita ketidaknyamanan biasa pada
kehamilan
– Konseling gizi, higiene tubuh dan vulva serta diet TKTP
– Asuhan rutin pemberian fe 30-50 mg/hari, vitamin C dan asam folat 50 mg/hari
– Anjurkan ibu berbaring meninggikan kaki untuk menghilangkan bengkak pada
pergelangan kaki
– Anjurkan ibu berbaring miring ke kiri dan minta keluarga memijat punggung
ibu untuk mengurangi rasa sakit dibagian belakang
– Ajurkan ibu minum air putih 8-10 gelas/hari untuk mengatasi panas dalam
– Perencanaan kunjungan ulang
REKAM MEDIS
I. Pengertian
Berkas yang berisikan catatan dan dokumentasi tentang identitas,

anamnesa, px, diagnosis, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang


diberikan kepada pasien selama dirawat baik di rawat inap, rawat jalan,
UGD dan klinik bersalin
Informasi harus lengkap perihal proses pelayanan medis di klinik
bersalin/RS yang terjadi di masa lampau, masa kini dan diperkirakan akan
terjadi di masa yang akan datang.
Kelalaian dan kekeliruan dalam pengisian lembar RM Š sanksi hukum
II. Tujuan RM
Untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya
peningkatan pelayanan kesehatan

Tertib administrasi merupakan fx yang menentukan dalam upaya


pelayanan kesehatan dalam pendokumentasian kebidanan.
III. Kegunaan RM
Dilihat dari berbagai aspek
1. Aspek administrasi
– Isinya menyangkut nilai tindakan berdasarkan wewenang dan
tanggungjawab sebagai tenaga medis dan paramedis dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
2. Aspek medis
– Catatan yang ada dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan
pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada pasien.
3. Aspek hukum
– Isinya menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas
dasar keadaan, dalam rangka usaha menegakan hukum serta tanda
bukti untuk menegakan keadilan.
4. Aspek keuangan/ekonomi
– Isinya dapat dijadikan bahan untuk menetapkan biaya
Pembayaran pelayanan di klinik/RS
Œ
Tanpa adanya bukti catatn tindakan/pelayanan, maka pembayaran
tidak dapat dipertanggunjawabkan.
5. Aspek penelitian
– Berisi data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dibidnag
kesehatan.
6. Aspek pendidikan
– Isinya menyangkut data/informasi tentang perkembangan kronologis
dari kegiatan pelayanan medis yang diberikan kepada pasien.
Informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan/referensi
pengajaran dibidnag profesi sebagai pemakai.
7. Aspek dokumentasi
– Isinya menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan
dipakai sebagai bahann pertanggung jawaban laporan kebidanan
Kegunaan RM secara umum
1. Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga ahli lainnya yang tidak ikut
ambil bagian didalam memberikan pelayanan, pengobatan, perawatan
kebidanan.
2. Sebagai dasar untuk merencanakan
Pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada pasien
3. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit
dan pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat diklinik maupun RS
4. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa penelitian dan evaluasi terhadap
kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien
5. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, klinik/RS maupu nakes lainnua
dan dokter
6. Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian
dan pendidikan
7. Sebagai sumber didalam penghitungan biaya pembayaran pelayanan medis
pasien
8. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan
pertanggungjawaban dan laporan
IV. Penyimpanan dokumentasi medis
USA Š 5 tahun Š rata-rata Š berkas/file Š RS, isi dokumen Š pasien
7 tahun Š cacat mental, napza
20 tahun Š kebidanan
UK Š 25 tahun Š kebidanan
Indonesia 5 tahun Š semua kasus, tidak terkecuali
Di bagian kebidanan hal penting yang harus disimpan antara lain :
Catatan tentang asuhan ibu dan bayi selama kehamilan, persalinan dan nifas
termasuk semua hasil px, resep obat dan pemberiannya
Dalam lingkup RS catatan pasien dibuka untuk

1. Meningkatkan mutu pelayanan


2. Jaminan kesehatan/sosial (asuransi)
3. Penagihan rekenig Š ex. Pasien melarikan diri
4. Menjamin mutu pelayanan (quality assurance)
5. Penelitian
Pada pemakaian RM hal-hal yang perlu diperhatikan :

1. Pemakaian harus tepat


2. Waktu harus tepat
3. Relevansi bagian-bagian tertentu harus relevan
4. Bersifat segera
5. Informasi harus tepat
Jangka waktu izin yang diberikan
Sistem Dokumentasi Pelayanan
1. Rawat jalan
Memuat 3 kategori informasi
1) Data dasar :
Anamnesa
Keluhan
Px fisik
2) Diagnosa, tindakan pengobatan, pemantauan yang diberikan
3) Pernyataan dokter
Advis dokter seperti : istirahat, tidak boleh bekerja berat, banyak
minum dll
2. Rawat Inap :
1) Data dasar
2) Diagnosa, tindakan pengobatan dan pemantauan yang dilakukan
3) Pernyataan dokter
Waktu, tanggal
Kondisi pasien
Follow up
Tanda tangan dokter
3. Kegawatdarutan
Pencatatan harus teliti/akurat, singkat dan merefleksikan seluruh informasi
pasien dari menit ke menit
Œ
Digunakan sebagai alat komunikasi yang utama tentang dx, pengobatan
dlaam suatu lingkungan yang rumit bagi nakes.
Karena di UGD mempunyai atmosfir yang gerak cepat dan tingginya
kegawatdaruratan, maka di UGD mempunyai keterbatasan waktu yang
serius untuk pencatatan.
Setiap petuhas kesehatan harus mencatat setiap aktivitas dan observasi
seketika itu juga.
Standar UGD : semua aspek dan asuhan di UGD harus tercatat direkma medik
pada waktu yang tepat
Pedoman untuk Dokumentasi di UGD
1. Menetapkan prioritas untuk dokumentasi situasi di UGD (waktu masuk,
triage, survei primer dan sekunder, situasi resti, penyuluhan kepada pasien
dan catatan pulang)
2. Mencatat aktivitas triage dan evaluasi awal intervensi terapi, dokumentasi
yang terfokus pada pasien, mulai dengan kesinambungan asuhan, mencatat
akivitas termasuk evaluasi dan keluhan utama, klasifikasi pasien dan
format pengkajian di triage.
3. Melakukan dan mencatat px primer (kesadaran, TTV)
4. Melakukan survey sekunder, pengkajian dari kepala ke kaki (head to toe)
Informasi yang dibutuhkan pada situasi risiko tinggi :
Disampng berurusan dengan pasien dan keluarga dalam memberikan asuhan
dan pengobatan, petugas kesehatan juga dapat berurusan dengan penegak
hukum dan lembaga pelayanan sosial misalnya dalam hal :
– Pemerkosaan
– Luka tembak/tusuk
– Pasien dalam pengawasan polisi
– Gigitan binatang (peliharaan/liar)
– Px an tertentu yang diwajibkan menurut hukum (misal kadar alkohol dalam
darah, tes urin pada kasus tertentu).
Catatan observasi dalam px umum secara sistematis
– Kondisi umum dan status gizi
– Cara berpakaian, higiene/kebersihan
– Tanda jelas adanya stress yang termanifestasi dari perilaku dan ekspresi
wajah
– Kesadaran, mood dan perilaku
– Postur tubuh, aktivitas motorik dan cara berjalan
– Kejelasan bicara
– Bau : alkohol, urine, kimiawi, keton, obat-obatan dan ramu-ramuan
https://direktoriorganisasiprofesi.wordpress.com/2016/01/15/ikatan-bidan-

indonesia-ibi/

Wildan, Moh., Hidayat,A. Aziz Alimul. 2008. Dokumentasi Kabidanan. Jakarta :


Salemba Medika
Nur Muslihatun Wafi. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya

http://evisulistyowati20.blogspot.co.id/2013/05/ikatan-bidan-

indonesia.html

https://www.academia.edu/11352218/kewajiban_bidan_terhadap_klien_dan_masy
arakat

http://www.ibi.or.id/id/article_view/A20150113002/sejarah-singkat-ikatan-bidan-
indonesia.html

http://midwifery.blog.uns.ac.id/sejarah-singkat-ikatan-bidan-indonesia-ibi/

Anda mungkin juga menyukai