Anda di halaman 1dari 11

PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA

Penganggaran merupakan rencana keuangan yang secara sistematis menunjukan


alokasi sumber daya manusia, material, dan sumber daya lainnya. Berbagai variasi
dalam sistem penganggaran pemerintah dikembangkan untuk melayani berbagai
tujuan termasuk pengendaalian keuangan, rencana manajemen, prioritas dar
penggunaan dana dan pertanggungjawaban kepada publik. Penganggaran berbasis
kinerja diantaranya menjadi jawaban untuk digunakan sebagai alat pengukuran dan
pertanggungjawaban kinerja pemerintah.
1. Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja
Anggaran kinerja adalah perencanaan kinerja tahunan secara terintegrasi yang
menunjukan hubungan antara tingkat pendanaan program dan hasil yang diinginkan
dari program tersebut.
Anggaran dengan pendekatan kinerja merupakan suatu sistem anggaran yang
mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi
biaya atau input yang ditetapkan. Anggaran kinerja yang efektif lebih dari sebuah
objek anggaran program atau organisasi dengan outcome yang telah diantisipasi. Hal
ini akan menjelaskan hubungan biaya dengan hasil (result). Ini merupakan kunci
dalam penanganan program secara efektif. Sebagai variasi antara perencanaan dan
kejadian sebenarnya, manajer dapat menentukan input-input resource dan bagaimana
input-input tersebut berhubungan dengan outcome untuk menentukan efektivitas dan
efisiensi program.
Program pada anggaran berbasis kinerja didefinisikan sebagai instrumen
kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang akan dilaksanakan oleh instansi
pemerintah atau lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh
alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi
pemerintah. Aktivitas tersebut disusun sebagai cara untuk mencapai kinerja tahunan.
Dengan kata lain, integrasi dari rencana kerja tahunan yang merupakan rencana

operasional dari perencanaan strategik dan anggaran tahunan merupakan komponen


dalam penganggaran berbasisi kinerja.
Elemen-elemen yang penting untuk diperhatikan dalam penganggaran
berbasis kinerja adalah:

Tujuan yang telah disepakati dan ukuran pencapaiannya.


Pengumpulan informasi yang sistematis atas relisasi pencapaian kinerja dapat
diandalkan dan konsisten, sehingga dapat diperbandingkan antara biaya dengan
pretasinya. Penyediaan informasi secara terus-menerus sehingga dapat digunakan

dalam manajemen perencanaan, pemrograman, penganggaran dan evaluasi.


Kondisi yang harus dipersiapkan sebagai faktor pemicu keberhasilan implementasi

penggunaan anggaran berbasis kinerja:


Kepemimpinan dan komitmen dari seluruh komponen organisasi
Fokus penyempurnaan administrasi secara terus-menerus.
Sumber daya yang cukup untuk usaha penyempurnaan tersebut (uang, waktu, dan

orang).
Penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) yang jelas.
Keinginan yang kuat untuk berhasil.

2. Ciri-ciri anggaran berbasis kinerja:


Anggaran berbasis kinerja memilikin ciri-ciri antara lain:
1. Secara umum sistem ini mengandung tiga unsur pokok yaitu:
a.

Pengeluaran pemerintah diklasifikasikan menurut program dan kegiatan.


b. Pengukuran hasil kerja (Performance Measurement).
c.
2.

Pelaporan program (Program Reporting).


Titik perhatian lebih ditekankan pada pengukuran hasil kerja, bukan pada
pengawasan.

3. Setiap kegiatan harus dilihat dari sisi efisiensi dan memaksimalkan output.
4. Bertujuan untuk menghasilkan informasi biaya dan hasil kerja yang dapat digunakan
untuk penyusunan target dan evaluasi pelaksanaan kerja.
5. Keterkaitan yang erat antara tujuan, sasaran dan proses penganggara

3. Keunggulan dan kelemahan dari anggaran berbasis kinerja


Kunggulan anggaran berbasis kinerja:
1. Memungkinkan pendelegasian wewenang dalam pengambilan keputusan.
2. Merangsang partisipasi dan memotivasi satuan kerja melalui proses
pengusulan dan penilaian anggaran yang bersifat faktual.
3. Membantu fungsi perencanaan dan mempertajam pembuatan keputusan pada
semua tingkat.
4. Memungkinkan alokasi dana secara optimal dengan didasarkan efisiensi
satuan kerja.

5. Menghindari pemborosan.

6. Dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan setiap satuan,lebih efektif


dalam mencapai sasaran.
Kelemahan anggaran berbasis kinerja:
1. Tidak semua kegiatan dapat distandarisasikan.
2. Tidak semua hasil kerja dapat diukur secara kuantitatif.
3. Tidak ada kejelasan mengenai siapa pengambil keputusan dan siapa yang
menanggung beban atas keputusan
4. Karakteristik Anggaran berbasis kinerja
APBD dengan pendekatan kinerja harus memuat beberapa hal:
1. Sasaran yang diharapkan menurut fungsi belanja.

2. Standar pelayanan yang diharapkan dan perkiraan biaya satuan komponen kegiatan
yang bersangkutan.
3. Persentase dari jumlah pendapatan APBD yang mendanai pengeluaran administrasi
umum, operasi, dan pemeliharan serta belanja modal atau pembangunan.

5. Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja:


Dalam menyusun anggaran berbasis kinerja ada hal yang perlu diperhatikan
yaitu prinsip-prinsip penganggaran, aktivitas semua dalam penyusunan anggaran
berbasis kinerja, peranan legislatif, siklus perencanaan anggaran daerah, struktur
APBD, dan penggunaan anggaran berbasis kinerja.
Prinsip-prinsip penganggaran
Transparansi dan akuntabilitas anggaran
APBD harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran, hasil,
dan manfaat yang diperoleh dari masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek yang
dianggarkan. Anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk
mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat
terutama pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat.
Disiplin anggaran
Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya
penerimaan dalam jumlah cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan/proyek
yang belum atau tidak tersedia anggarannya dalam APBD atau perubahan APBD.
Keadilan anggaran
Pemerintah daerah wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya secara adil agar
dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam
pemberian pelayanan karena pendapatan daerah pada hakekatnya diperoleh melalui
peran serta masyarakat.
Efisiensi dan efektivitas anggaran

Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan azas efisiensi, tepat guna,


tepat waktu pelaksanaan, dan penggunaannya dapat dipertanggung jawabkan. Dana
yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan
peningkatan dan kesejahteraan untuk kepentingan masyarakat.

Disusun dengan pendekatan kinerja


APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu mengutamakan upaya pencapaian
hasil kerja (output/outcome) dari perencanaan alokasi biaya atau input yang telah
ditetapkan. Hasil kerjanya harus sepadan atau lebih besar dari biaya atau input yang
ditetapkan.
Selain prinsip-prinsip secara umum seperti apa yang telah diuraikan di atas,
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 mengamanatkan perubahan-perubahan kunci
tentang penganggaran sebagai berikut:
1. Penerapan pendekatan penganggaran dengan perspektif jangka menengah.
Pendekatan dengan perspektif jangka menengah memberikan kerangka yang
menyeluruh, meningkatkan keterkaitan antara proses perencanaan dan penganggaran,
mengembangkan disiplin fiskal, mengarahkan alokasi sumber daya agar lebih
rasional dan strategis, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah
dengan pemberian pelayanan yang optimal dan lebih efisien.
2. Penerapan anggaran secara terpadu
Dengan pendekatan ini, semua kegiatan instansi pemerintah disusun secara terpadu,
termasuk

mengintegrasikan

anggaran

belanja

rutin

dan

anggaran

belanja

pembangunan. Hal tersebut merupakan tahapan yang diperlukan sebagai bagian


upaya jangka panjang untuk membawa penganggaran menjadi lebih transparan, dan
memudahkan penyusunan dan pelaksanaan anggaran yang berorientasi kinerja.
3. Penerapan penganggaran berdasarkan kinerja.

Pendekatan ini memperjelas tujuan dan indikator kinerja sebagai bagian dari
pengembangan sistem penganggaran berdasarkan kinerja. Hal ini akan mendukung
perbaikan efisiensi dan efektifitas dalam pemanfaatan sumber daya dan memperkuat
proses pengambilan keputusan tentang kebijakan dalam kerangka jangka menengah.

Aktivitas Utama dalam Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja


Aktivitas Utama dalam Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja adalah
mendapatkan data kuantitatif dan membuat keputusan penganggarannya. Proses
mendapatkan data kuantitatif bertujuan untuk memperoleh informasi dan pengertian
tentang berbagai program yang menghasilkan output dan outcome yang diharapkan.
Sedangkan proses pengambilan keputusannya melibatkan setiap level dari
manajemen pemerintahan. Pemilihan dan prioritas program yang akan dianggarkan
tersebut akan sangat tergantung pada data tentang target kinerja yang diharapkan
dapat dicapai.
Peranan Legislatif dalam Penyusunan Anggaran
Alokasi anggaran setiap program di masing-masing unit kerja pada akhirnya
sangat dipengaruhi oleh kesepakatan antara legislatif dan eksekutif. Prioritas dan
pilihan pengalokasian anggaran pada tiap unit kerja dihasilkan setelah melalui
koordinasi diantara bagian dalam lembaga legislatif dan eksekutif. Dalam usaha
mencapai kesepakatan, seringkali keterkaitan antara kinerja dan alokasi anggaran
menjadi fleksibel dan longgar namun dengan adanya analisa standar belanja, alokasi
anggaran menjadi lebih rasional. Berdasarkan kesepakatan tersebut pada akhirnya
akan ditetapkanlah Perda APBD.
Siklus Perencanaan Anggaran Daerah
Perencanaan anggaran daerah secara keseluruhan yang mencakup penyusunan
kebijakan umum APBD sampai dengan disusunnya rancangan APBD terdiri dari
beberapa tahapan proses perencanaan anggaran daerah berdasarkan Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2003 serta Undang-Undang Nomor 32 dan 33 Tahun 2004, tahapan
tersebut adalah sebagai berikut:
1.

Pemerintah daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran


berikutnya sebagai landasan penyusunan rancangan APBD paling lambat pada
pertengahan bulan Juni tahun berjalan. Kebijakan umum APBD tersebut berpedoman
pada RKPD. Proses penyusunan RKPD tersebut dilakukan antara lain dengan
melaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan yang selain diikuti oleh
unsur-unsur pemerintahan juga mengikutsertakan dan atau menyerap aspirasi
masyarakat terkait antara lain asosiasi profesi, perguruan tinggi, lembaga swadaya
masyarakat, pemuka adat, pemuka agama, dan kalangan dunia usaha.

2.

DPRD kemudian membahas kebijakan umum APBD yang disampaikan oleh


pemerintah daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahunan anggaran
berikutnya.

3. Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD pemerintah
daerah bersama DPRD membahas prioritas dan plafon anggaran sementara untuk
dijadikan acuan bagi setiap SKPD.
4.

Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun RKA-SKPD tahun berikutnya


dengan mengacu pada prioritas dan plafon anggaran sementara yang telah ditetapkan
oleh pemerintah daerah bersama DPRD.

5.

RKA-SKPD tersebut kemudian disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam


pembicaraan pendahuluan RAPBD.

6.

Hasil pembahasan RKA-SKPD disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan


daerah sebagai bahan penyusunan rancangan perda tentang APBD tahun berikutnya.

7.

Pemerintah daearah meng ajukan rancangan perda tentang APBD disertai dengan
penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu
pertama bulan Oktoberb tahun sebelumnya.

8.

Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai rancangan perda tentang APBD


dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan
dilaksanakan.

Siklus APBD

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Standar Akuntansi


Pemerintahan, struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari: Anggaran
pendapatan, Anggaran belanja, Transfer, dan Pembiayaan.
6.

Penggunaan Analisis Standar Belanja dalam Penyusunan Anggaran Berbasis


Kinerja.
Salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penetapan belanja daerah
sebagimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 167 (3)
adalah Analisa Standar Belanja (ASB). Alokasi belanja ke dalam aktivitas untuk
menghasilakan output seringkali tanpa alasan dan justifikasi yang kuat. ASB
mendorong penetapan biaya dan pengalokasian anggaran kepada setiap aktivitas unit
kerja menjadi lebih logis dan mendorong dicapainya efisiensi secara terus-menerus
karena adanya pembandingan biaya per unit setiap output dan diperoleh praktikparktik terbaik dalam desain aktivitas.
Dalam membuat ASB terdapat beberapa pertimbangan yang dapat dipergunakan
yaitu:

Pemulihan biaya
Keputusan-keputusan pada tingkat penyediaan jasa

Keputusan-keputusan berdasarkan benefit atau cost.

Keputusan investasi

7. Metode penyusunan anggaran berbasis kinerja


Pengelolaan anggaran daerah telah menjadi perhatian utama bagi para
pengambil keputusan dipemerintahan, baik ditingkat pusat maupun daerah. Sejauh ini
perundang-undangan dan produk hukum telah dikeluarkan dan diberlakukan dalam
upaya untuk menciptakan sistem pengelolaan anggaran yang mampu memenuhi
berbagai tuntutan dan kebutuhan masyarakat, yaitu terbentuknya semangat
desentralisasi, demokratisasi, transparasi, akuntabilitas dalam proses penyelenggaraan

pemerintahan pada umumnya dan proses pengelolaan keuangan daerah pada


umumnya.
Untuk menghasilkan penyelenggaraan anggaran daerah yang efektif dan
efisien, tahap persiapan atau perencanaan anggaran merupakan salah satu faktor
penting dan menentukan dan keseluruhan siklus anggaran daerah. Namun demikian
tahap persiapan atau perencanaan anggaran harus diakui memang hanyalah salah satu
tahap penting dalam keseluruhan siklus atau proses anggaran daerah. Dengan kata
lain, sebaik apa pun perencanaan yang telah disusun oleh pemerintah daerah tidak
akan memberikan ari apa-apa manakala dalam tahap pelaksanaan dan tahap
pengendaliannya tidak berjalan dengan secara tidak baik.
Anggaran pendapatan dan belanja daerah merupakan amanat rakyat kepada
pemerintah daerah untuk mewujudkan aspirasi dan kebutuhan mereka. Anggaran
merupakan refleksi aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam satu tahun fiskal
tertentu yang dinyatakan dalam satuan mata uang. Di sisi pemerintah daerah,
perwujudan amanat rakyat ini dinyatakan dalam bentuk rencana kerja yang akan
dilaksanakan pemerintah daerah dengan menggunakan sumber daya yang
dimilikinya. Dengan demikian, penyusunan anggran daerah harus berorientasi pada
kepentingan masyarakat atau publik.
Sejalan dengan hal itu, pengelolaan anggaran daerah (APBD) di era reformasi
ini, ditekankan perlunya perubahan paradigma yang mempertimbangkan hal berikut:
1. Adanya keterkaitan yang erat dan jelas antara proses pengambilan keputusan politis
DPRD, perencanaan operasional di eksekutif, dan penganggaran di masing-masing
unit organisasi atau satuan kerja teknis
2. APBD harus berorientasi pada kepentingan publik.
3. APBD disusun berdasarkan pendekatan kinerja.
4. Didukung oleh sistem dan prosedur akuntansi yang memadai.
8. Sistem Anggaran Berbasis Kinerja
Sistem anggaran kinerja pada dasarnya mencakup dua hal yaitu struktur (bentuk dan
susunan) anggaran, proses (mekanisme) penyusunan anggaran.
a.

Struktur anggaran kinerja

Struktur anggaran kinerja terdiri atas elemen-elemen pendapatan, belanja, dan


pendanaan daerah yang memberikan gambaran antara lain mengenai:

Sasaran yang diharapkan menurut fungsi belanja.

Standar pelayanan yang diharapkan dan perkiraan biaya satuan komponen kegiatan
yang bersangkutan.

Bagian APBD yang mendanai belanja administrasi umum, belanja operasi dan
pemeliharaan dan belanja modal atau investasi untuk pelayanan publik dan aparatur.

b. Proses penyusunan anggaran kinerja


Proses penyusunan anggaran kinerja meliputi beberapa tahap yaitu:

Penyusunan arah dan kebijakan umum APBD berdasarkan hasil penjaringan aspirasi
masyarakat dan dokumen perencanaan daerah.

Berdasarkan arah dan kebijakan umum APBD dengan mempertimbangkan kondisi


dan kemampuan daerah disusun strategi dan prioritas APBD.

Strategi dan prioritas APBD selanjutnya menjadi dasar penyusunan program dan
kegiatan.

Anggaran disusun berdasarkan program dan kegiatan yang telah direncanakan.


KESIMPULAN
Penganggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi
manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatankegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam
pencapaian hasil dari keluaran tersebut.
Dalam pencapaian akuntabilitas kinerja dan penilaian kinerja pemerintahan
daerah maka penyusunan anggaran kinerja sangat diperlukan dalam penyusunan
APBD. Penyusunan anggaran berbasis kinerja akan memberikan penetapan ukuran
atau indikator keberhasilan dalam pencapaian sasaran dan tujuan dari suatu organisasi
pemerintahan daerah sesuai visi, misi dan tujuannya yang telah ditetapkan.
Mekanisme penganggaran yang baik melalui siklus perencanaan anggaran dan

penyesuaiannya terhadap struktur APBD merupakan proses yang harus diperhatikan


dalam penyusunan anggaran serta diperlukan kerjasama yang baik antara para
legislatif dan birokrasi.
Anggaran yang disusun dengan pendekatan kinerja mengutamakan pada
pencapaian hasil (outcome/output) dengan tidak menyampingkan prinsip-prinsip
anggaran yakni transparansi dan akuntabilitas anggaran, disiplin anggaran, keadilan
anggaran, efisiensi dan efektifitas anggaran. Penggunaan Analisa Standar Belanja
(ASB) oleh pemerintah daerah akan meminimalkan penyerapan APBD dan
mendorong penetapan biaya dan pengalokasian anggaran kepada setiap unit kerja
menjadi lebih logis dan pencapaian efisiensi secara terus-menerus karena adanya
perbandingan biaya per unit output juga diperoleh praktik-praktik terbaik dalam
desain aktivitas. Untuk menghasilkan penyelenggaraan anggaran daerah yang efektif
dan efisien, tahap persiapan atau perencanaan anggaran merupakan salah satu faktor
penting dan menentukan dan keseluruhan siklus anggaran daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2006, Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintahan Daerah

di Indonesia, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.


Halim, Abdul dkk. 2007, Pengelolaan Keuangan Daerah, Penerbit Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai