Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENGAUDITAN SEKTOR PUBLIK

Penerapan Standar Audit Dalam Memberikan Opini Auditor

HALAMAN JUDUL

DOSEN PENGAMPU :
Prof Dr. Bambang Haryadi, SE. MSi. Ak.CA.,CfrA.,ACPA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

1. Nadia Putri R. (210221100071)


2. Dwi Mulyaningsih (210221100072)
3. Anandayu Sherly U. (210221100078)
4. Yunnita Cahyaningrum (210221100140)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
terselesaikannya makalah ini terutama kepada dosen pengampu mata kuliah Pengauditan
Sektor Publik
Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang Penerapan Standar Audit Dalam
Memberikan Opini Auditor. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam
penyajian masalah ini. Untuk menyempurnakan makalah ini kami mohon kritik dan
saran. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Atas perhatian kami
ucapkan banyak terima kasih.

Bangkalan, 9 Oktober 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................................1
KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................4
Latar Belakang Masalah..................................................................................................4
Rumusan Masalah............................................................................................................7
Tujuan..............................................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................8
Definisi Audit Sektor Publik......................................8Kelembagaan Audit Sektor Publik
..........................................................................................................................................8
Regulasi Dalam Audit Sektor Publik................................................................................9
Jenis-Jenis Audit Sektor Publik......................................................................................10
Audit Keuangan...................................................................................................................10
Audit Kinerja.......................................................................................................................14
Audit Dengan Tujuan Tertentu..........................................................................................14
Standar Audit Sektor Publik..........................................................................................14
Tanggung Jawab Auditor dan Lembaga Audit.................................................................15
Penerapan Standar Audit Memengaruhi Kualitas Dan Keandalan Opini Yang Diberikan
Oleh Auditor ..................................................................................................................17
Tantangan Yang Dihadapi Oleh Auditor Dalam Menerapkan Standar Audit Dalam
Memberikan Opini, Terutama Dalam Konteks Sektor Publik ......................................18
Penerapan Standar Audit Memengaruhi Transparansi Dan Akuntabilitas Dalam Sektor
Publik .............................................................................................................................18
Contoh Praktek Audit Sektor Publik Di Organisasi Sektor Publik..................................20
BAB III PENUTUP............................................................................................................22
Kesimpulan.....................................................................................................................22
Saran..............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................23

BAB I

3
PENDAHULUAN

Selama ini sektor publik tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi, kolusi,
nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan “birokrat tidak mampu
berbisnis” ditujukan untuk mengkritik buruknya kinerja perusahaan-perusahaan sektor
publik. Pemerintah sebagai salah satu organisasi sektor publik pun tidak luput dari
tudingan ini. Organisasi sektor publik pemerintah merupakan lembaga yang menjalankan
roda pemerintahan yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena itu,
kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada penyelenggara pemerintahan
haruslah diimbangi dengan adanya pemerintahan yang bersih.

Pemerintahan yang bersih atau good govermance ditandai dengan tiga pilar utama
yang merupakan elemen dasar yang saling berkaitan. Ketiga elemen dasar tersebut adalah
partisipasi, transparansi dan akuntabilitas. Suatu pemerintahan yang baik harus membuka
pintu yang seluas-luasnya agar semua pihak yang terkait dalam pemerintahan tersebut
dapat berperan serta atau berpartisipasi secara aktif, Jalannya pemerintahan harus
diselenggarakan secara transparan dan pelaksanaan pemerintahan tersebut harus dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam bahasa akuntansi, akuntabilitas (kemampuan
memberikan pertanggungjawaban) merupakan dasar dari pelaporan keuangan. Pelaporan
keuangan pemerintah tersebut memegang peran yang penting agar dapat memenuhi tugas
pemerintahan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dalam suatu
masyarakat yang demokratis.

Dalam negara demokrasi, “pelaporan keuangan yang transparan” merupakan sesuatu


yang dituntut oleh rakyat kepada pemerintahnya. Sebaliknya, dalam negara demokrasi,
pemerintah berkewajiban memberikan laporan keuangan yang transparan kepada rakyat.
Pemerintah demokratis harus bertanggung jawab atas integritas, kinerja dan
kepengurusan, sehingga pemerintah harus menyediakan informasi yang berguna untuk
menaksir akuntabilitas serta membantu dalam pengambilan keputusan ekonomi, sosial
dan politik. Pemerintah adalah entitas pelapor (reporting entity) yang harus membuat
laporan keuangan dengan beberapa pertimbangan berikut:

 Pemerintah menguasai dan mengendalikan sumber-sumber yang signifikan.


 Penggunaan sumber-sumber tersebut oleh pemerintah dapat berdampak luas
terhadap kesejahteraan ekonomi rakyat.
 Terdapat pemisahan antara manajemen dan pemilikan sumber-sumber tersebut.

Laporan keuangan yang dihasilkan oleh organisasi sektor publik pemerintah


merupakan instrumen utama untuk menciptakan akuntabilitas sektor publik.
Akuntabilitas mengacu pada kewajiban perseorangan, suatu kelompok atau suatu
organisasi yang diasumsikan harus melaksanakan kewenangan dan/atau pemenuhan
tanggung jawab. Kewajiban tersebut meliputi :

 Answering, usaha untuk memberikan penjelasan atau justifikasi untuk


pelaksanaan dan/atau pemenuhan tanggung jawab.
 Reporting, pelaporan hasil atas pelaksanaan dan/atau pemenuhan.

4
 Producing, asumsi kewajiban atas hasil yang dicapai.

Adanya tuntutan yang semakin besar terhadap pelaksanaan akuntabilitas publik


menimbulkan implikasi bagi manajemen sektor publik untuk memberikan informasi
kepada publik, salah satunya melalui informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan.
Dilihat dari sisi internal organisasi, laporan keuangan sektor publik merupakan alat
pengendalian dan evaluasi kinerja manajerial dan organisasi. Sedangkan dari sisi
eksternal, laporan keuangan merupakan alat pertanggungjawaban kepada publik dan
sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Menurut GASB, tujuan laporan keuangan
sektor publik adalah:

 Mempertanggungjawabkan pelaksanaan fungsinya (demonstrating


accountability).
 Melaporkan hasil operasi (reporting operating result).
 Melaporkan kondisi keuangan (reporting financial condition).
 Melaporkan sumber daya jangka panjang (reporting long live resources).

Seiring dengan munculnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor publik
mempertahankan kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik serta value for money
dalam menjalankan aktivitasnya serta untuk menjamin dilakukannya
pertanggungjawaban publik oleh organisasi sektor publik, maka diperlukan audit
terhadap organisasi sektor publik tersebut(Badjuri A, 2012). Audit yang dilakukan tidak
hanya terbatas pada audit keuangan dan kepatuhan, namun perlu diperluas dengan
melakukan audit terhadap kinerja organisasi sektor publik tersebut.

Audit sektor publik merupakan salah satu alat penting dalam mengawasi dan
memastikan penggunaan dana publik yang dilakukan oleh entitas pemerintah dan
organisasi nirlaba yang menerima dana dari pemerintah(Hardian, 2023). Dana publik
yang digunakan oleh sektor publik berasal dari berbagai sumber, termasuk pajak yang
dibayarkan oleh masyarakat, pinjaman yang dikeluarkan oleh pemerintah, serta dana
yang diberikan oleh badan donor atau lembaga lainnya. Oleh karena itu, sangat penting
untuk memastikan bahwa dana publik ini digunakan dengan tepat, efisien, dan sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan.

Pada dasarnya, tujuan utama dari audit sektor publik adalah untuk memberikan
opini independen mengenai laporan keuangan dan operasional entitas pemerintah atau
organisasi nirlaba tersebut. Opini ini memberikan gambaran tentang sejauh mana
laporan-laporan tersebut dapat diandalkan dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku(I Gusti Agung Rai, 2008). Oleh karena itu, integritas dan kualitas audit
sektor publik sangat bergantung pada penerapan standar audit yang konsisten dan
komprehensif.

Audit sektor publik adalah jasa penyelidikan bagi masyarakat atas organisasi
publik dan politikus yang sudah mereka bayar. Hal ini memberikan keuntungan yang
lebih besar, di mana janji yang dibuat oleh para politisi dapat diperiksa secara profesional
oleh pihak independen. Legislatif mengesahkan berbagai tingkat dari pengawasan dan

5
pemeriksaan bagi kebanyakan sektor publik, tetapi hukum tidak membahas lebih khusus
mengenai standar audit. Kebanyakan audit sektor public mencakup interpretasi audit
organisasi, terkait hukum yang meliputi standar dan batasan yang tercakup dalam bagian
akuntansi(Rintis et al., 2022).

Audit secara individual sudah ditetapkan dengan jelas, undang-undang atau


kesepakatan yang sudah dibuat oleh pemerintah, merupakan bagian organisasi audit.
Audit sektor publik secara jelas menunjukkan perbedaan antara kewajiban dan tugas, dari
sertifikasi akuntan yang merupakan hal yang mirip sampai audit terhadap organisasi
khusus, penugasan atas pemeriksaan kecurangan, korupsi, dan value for money audit.
Auditor tidak dapat menyusun laporannya dalam satu jenis pekerjaan(Mattei et al., 2021).

Kegiatan audit sektor publik meliputi perencanaan, pengendalian, pengumpulan


data, pemberian opini dan pelaporan. Permasalahan pokok proses audit adalah
memberikan sasaran yang jelas dalam pelaksanaannya. Hal ini diperoleh melalui proses
pengetesan(Faiz Zamzami, Mukhlis, 2014).

Penerapan standar audit adalah pedoman yang telah diakui secara internasional
yang digunakan oleh auditor untuk menguji dan mengevaluasi informasi keuangan dan
operasional(Ratri & Bernawati, Yustridabernawati, 2020). Standar audit ini memastikan
bahwa proses audit dilakukan dengan metodologi yang jelas, objektif, dan terstandarisasi.
Standar audit juga memastikan bahwa auditor memiliki dasar untuk memberikan opini
independen mereka mengenai laporan yang diaudit.

Namun dalam konteks sektor public, ada sejumlah kompleksitas dan tantangan
yang harus dihadapi dalam penerapan standar audit. Dana publik sering kali dialokasikan
untuk berbagai program dan proyek, dan pengelolaannya melibatkan berbagai aturan dan
regulasi yang berubah-ubah. Selain itu, ada juga tekanan untuk meningkatkan
akuntabilitas dan transparansi dalam penggunaan dana publik(Ummam et al., 2023)

. Oleh karena itu, makalah ini akan mengulas secara lebih mendalam mengenai
penerapan standar audit dalam audit sektor publik, serta dampak, hambatan, dan
manfaatnya dalam memastikan opini yang dapat diandalkan terkait dengan penggunaan
dana publik dalam sektor ini.

Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah definisi dari audit sektor publik?
2. Apakah definisi standar audit sektor publik?
3. Bagaimana penerapan standar audit memengaruhi kualitas dan keandalan opini yang
diberikan oleh auditor?
4. Apa saja tantangan yang dihadapi oleh auditor dalam menerapkan standar audit dalam
memberikan opini, terutama dalam konteks sektor publik?
5. Bagaimana penerapan standar audit memengaruhi transparansi dan akuntabilitas
dalam sektor publik?
6. Bagaimana contoh praktek audit sektor publik di organisasi sektor publik?

6
Tujuan
Dari rumusan masalah di atas maka kami mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi dari audit sektor publik
2. Untuk mengetahui definisi standar audit sektor publik
3. Untuk mengetahui penerapan standar audit memengaruhi kualitas dan keandalan
opini yang diberikan oleh auditor
4. Untuk mengetahui tantangan yang dihadapi oleh auditor dalam menerapkan
standar audit dalam memberikan opini, terutama dalam konteks sektor publik
5. Untuk mengetahui penerapan standar audit memengaruhi transparansi dan
akuntabilitas dalam sektor publik
6. Untuk mengetahui contoh praktek audit sektor publik di organisasi sektor publik

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Audit Sektor Publik

Auditing merupakan suatu invetigasi independen terhadap aktivitas khusus.


Mekanisme audit merupakan suatu mekanisme yang menggerakkan akuntanbilitas dalam
pengelolaan sektor pemerintah, BUMN atau instan pengelola aset negara, serta organisasi
sektor publik lainnya sperti yayasan, LSM, dan partai politik(Syam et al., 2020). “Suatu
proses sistematik yang secara objektif terkait evaluasi bukti-bukti berkenaan dengan
asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi guna memastikan derajat atau tingkat
hubungan anatara asersi tersebut dengan kriteria yang ada, serta mengomunikasikan hasil
yang diperoleh kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Pengertian audit sektor publik menurut Indra Bastian adalah “jasa penyelidikan
bagi masyarakat atas organisasi publik dan politikus yang sudah mereka danai.”
Sedangkan pengertian audit sektor publik menurut I Gusti Agung Rai adalah sebagai
berikut: “Audit sektor publik adalah kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang
menyediakan pelayanan dan penyediaan barang yang pembiayaannya berasal dari
penerimaan pajak dan penerimaan negara lainnya dengan tujuan untuk membandingkan
antara kondisi yang ditemukan dengan kriteria yang ditetapkan.”

Dari pengertian di atas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa audit
sektor publik adalah pemeriksaan terhadap pemerintah yang dilakukan untuk mengetahui
pertanggungjawaban (akuntabilitas) atas pengelolaan dana masyarakat (public money)
yang bertujuan untuk membandingkan hasil pencapaian program, fungsi atau kegiatan
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.1.1 Kelembagaan Auditing Sektor Publik

Lembaga yang bertugas melaksanakan audit pada organisasi sektor publik di Indonesia
dapat dikategorikan sebagai berikut(Bagraff, 2021):

a. Audit internal, terdiri atas:

-Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

-Inspektorat Jendreral (Irjen) pada departemen atau kementrian dan lembaga negara

-Inspektorat Propinsi/Kabupaten/Kota (Badan Pengawas Daerah)

-Satuan Pengawasan Internal pada BUMN/BHMN/BUMD

8
b. Audit Eksternal, terdiri atas:

-Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI

-Auditor Eksternal Independen yang bekerja untuk dan atas nama BPK

Auditor internal atau disebut Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP)


merupakan lembaga audit yang berada dibawah pemerintahan atau merupakan bagian
dari pemerintahan. Sedangkan auditor eksternal merupakan lembaga audit di luar
pemerintahan yang bersifat mandiri dan independen.

Auditor internal bertugas melakukan pengawasan internal atas penyelenggaraan


tugas dan fungsi instansi pemerintahan termasuk akuntabilitas keuangan negara.
Pengawasan intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan
kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam
rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai
dengan tolak ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan
pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik(Dudy & Ashady, 2023).

Auditor eksternal merupakan auditor yang independen dan mandiri bukan bagian
pemerintah yang diaudit. Lembaga auditor eksternal berdasarkan UUD 1945 adalah
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). BPK berwenang melakukan audit keuangan, audit
kinerja, dan audit dengan tujuan tertentu. BPK menyampaikan laporan hasil pemeriksaan
kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya(Jeremy Lonsdale, Peter
Wilkins, 2011).

Audit eksternal dan audit internal berbeda dalam beberapa hal antara lain
perspektif audit, tanggungjawab, tingkat independensi, penekanan audit, kewenangan,
dan laporan audit.

2.1.2 Regulasi dalam audit sektor publik

Untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan organisasi sektor publik,


keuangan organisasi harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang – undang,
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan
rasa keadilan serta kepatutan. Keuangan negara wajib dikelola secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan rasa keadilan serta kepatuhan(Mattei et al., 2021)

2.1.3 Jenis-jenis audit sektor publik

Jenis-jenis audit sektor publik yang dilaksanakan atas kegiatan yang tercermin
dalam APBN, APBD, kegiatan BUMD/BUMN, serta kegiatan yayasan, LSM, atau partai
politik. Penetapan tujuan untuk menentukan jenis audit yang akan dilaksanakan, serta
standar audit yang harus diikuti oleh auditor merupakan awal.

9
Berdasarkan UU No. 15 Tahun 2004 dan SPKN, terdapat tiga jenis audit keuangan
negara, yaitu:

1) Audit keuangan, merupakan audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk
memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance), apakah laporan keuangan
telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Audit keuangan adalah audit yang
menjamin bahwa sistem akuntansi dan pengendalian keuangan berjalan secara efisien dan
tepat serta transaksi keuangan diotorisasi serta dicatat secara benar.”

Teknik Audit Keuangan Sektor Publik

1) Prosedur analitis (Analitycal Procedures)

Prosedur analitis terdiri dari penelitian dan perbandingan hubungan diantra data.
Prosedur ini meliputi perhitungan dan penggunaan rasio-rasio sederhana, analisis
vertikal, atau laporan persentase, perbandingan jumlah yang sederhana dengan data
historis atau anggaran, serta penggunaan model matematis dan statistik, seperti analisis
regresi.

Contoh prosedur analitis adalah membandingkan item belanja menurut anggaran


dan item realisasi belanja. Hasil perbandingan itu akan menunjukan ada tidaknya
penyimpangan jumlah realisasi belanja dari jumlah yang dianggarkan sebelumnya.

2) Inspeksi (Inspecting)

Inspeksi meliputi pemeriksaan yang rinci terhadap dokumen dan catatan serta
pemeriksaan sumber daya berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam auditing.
Inspeksi seringkali digunakan dalam mengumpulkan dan mengevalusai bukti, baik
bottom-up mapun top-down. Dengan melakukan inspeksi atas dokumen, auditor dapat
menentukan ketepatan persyaratan dalam faktur atau kontrak yang memerlukan
pengujian bottom –up atas akuntansi transaksi tersebut. Pada saat yang sama, auditor
seringkali mempertimbagkan implikasi bukti dalam konteks pemahaman faktor-faktor
ekonomi dan persaingan entitas.

Contoh kegiatan inspeksi adalah pemeriksaan terhdap bukti-bukti transaksi seperti


rekening bank, kwitansi atau tanda terima lainnya untuk mengevaluasi apakah transaksi
yang dilakukan telah sesuai atau menyimpang dari rencana dan anggaran yang telah
ditetapkan.

3) Konfirmasi (Confirming)

Kegiatan konfirmasi adalah bentuk kegiatan keterangan yang memungkinkan


auditor memperoleh informasi secara langsug dari sumber independen di luar organisasi
sektor publik yang di audit. Dalam kasus yang lazim, klien (organisasi yang di audit)

10
mengajukan permintaan kepada pihak luar secara tertulis, namun auditor yang
mengirimkan permintaan keterangan tersebut.

Contoh kegiatan konfirmasi adalah meminta keterangan kepada bendahara


pengeluaran terkait bukti-bukti transaksi pembelian atau pengalokasian anggaran yang
telah dilakukannya. Kegiatan ini akan mengajukan apakah bukti transaksi tersebut fiktif
atau benar adanya. Selain keteranagn-keterangan lainya terkait bukti tersebut.

4) Permintaan keterangan (Inquiring)

Kegiatan ini meliputi permintaan keterangan secara lisan maupun tertulis oleh
auditor. Permintaan keterangan tersebut biasanya ditunjukan kepada manajemen atau
karyawan organisasi sektor publik, yang umumnya berupa pernyataan-pernyataan yang
timbul setelah dilaksanakannya prosedur analitis. Auditor juga dapat secara langsung
meminta keterangan kepada pihak external.

Contoh kegiatan permintaan keterangan adalah auditor meminta keteragan


bendahara pengeluaran atas ketidaksesuaian jumlah pengeluaran (berdasarkan bukti
transaksi yang ada) dengan jumlah anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

5) Perhitungan (Counting)

Dua aplikasi yang paling umum adalah perhitungan (counting) adalah (1)
perhitungan fisik sumber daya berwujud, seperti jumlah kas dan persediaan yang ada dan
(2) akuntansi seluruh dokumen, dengan nomor urut yang telah dicetak (prenumbered).
Hal pertama menyediakan cara untuk mengevaluasi bukti fisik tentang jumlah yang ada.
sementara yang ke dua dapat dipandang sebagai penyediaan cara untuk mengevaluasi
pengendalian internal organisasi melalui bukti yang objektif tentang kelengkapan catatan
akuntansi.

Contoh kegiatan perhitungan adalah auditor menghitung asset yang telah dibeli
bagian pengadaan berdasarkan bukti transaksi yang ada.

6) Penelusuran (Tracing)

Dalam penelusuran seringkali disebut penelusuran ulang, auditor (1) memilih


dokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan, dan (2) menentukan bahwa
informasi yang diberikan oleh dokumen tersebut telah dicatat dengan benar dalam catatan
akuntansi (jurnal dan buku besar). Arah pengujian prosedur ini berawal dari dokumen
menuju ke catatan akuntansi, sehingga menelusuri kembali asal-usul aliran data melalui
sistem akuntansi.

Contoh kegiatan penelusuran adalah auditor membandingkan antara angka yang


tertera dalam kwitansi transaksi yang telah dilakukan dan jumlah angka yang tertera
dalam jurnal. Hal ini menunjukan apakah ada kesesuaian penyajian, yaitu penyajian yang
lebih rendah atau yang lebih tinggi.

11
7) Pemeriksaan bukti pendukung (Vouching)

Pemeriksaan bukti pendukung meliputi (1) pemilihan ayat jurnal dalam catatan
akuntansi, dan (2) mendapatkan serta memeriksa dokumen yang digunakan sebagai dasar
ayat jurnal tersebut untuk menentukan validitas dan ketelitian pencatatan akuntansi.
Dalam melakukan vouching, arah pengujian berlawanan dengan yang digunakan dalam
penelusuran. Prosedur pemeriksaan bukti pendukung digunakan secara luas untuk
mendeteksi salah saji berupa penyajian yang lebih tinggi dari yang sebenarnya dalam
pencatatan akuntansi.

Contoh kegiatan pemeriksaan bukti pendukung adalah auditor memilih ayat jurnal
“Pembelian ATK” dijurnal, kemudian membandingkanya dengan kwitansi pembelian
ATK tersebut atau tanda pembelianya.

8) Pengamatan (observing)

Pengamatan berkaitan dengan memerhatikan dan menyaksikan pelaksanaan


beberapa kegiatan atau proses. Kegiatannya berupa pemrosesan rutin atau jenis transaksi
tertentu, seperti penerimaan kas, untuk melihat apakah para pekerja sedang melaksanakan
tugas yang telah diberikan sesuai dengan kebijakan dan prosedur organisasi sektor publik.
Pengamatan sangat terutama untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian internal.

Contoh kegiatan pengamatan adalah auditor mengamati kegiatan bendahara gaji


dalam menjurnal ketika mengeluarkan gaji kepada para pegawai.

9) Pelaksanaan ulang (Reforming)

Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan ulang perhitungan dan
rekonsiliasi ynag dilakukan oleh organissasi sektor publik yang di audit. Contohnya
adalah menghitung ulang total jurnal, beban penyusutan, dan lain-lain. Auditor juga dapat
melakukan ulang beberapa aspek pemrosesan transaksi tertentu untuk menentukan bahwa
pemrosesan awal sudah sesuai dengan pengendaliaan internal yang sudah dirumuskan.

Contoh kegiatan pelaksaaan ulang adalah auditor menghitung ulang penyusutan


kendaraan milik organisasi berdasarkan umur ekonomis yang sebenarnya, kemudian
dibandingkan dengan pencatatan beban peyusutan kendaraan yang telah dilakukan.

10) Teknik audit berbantuan computer (computer-assisted audit techniques)

Apabila catatan akuntansi organisasi sektor publik dilaksanakan melalui media


elektronik, maka auditor dapat menggunakan teknik ini untuk membantu melaksanakan
beberapa prosedur yang telah diuraikan sebelumnya.

Contoh kegiatan audit berbantukan komputer adalah auditor dengan bantuan


komputer memeriksa angka-angka dalam file jurnal bendahara dan membandingkanya
dengan kwitansi pendapatan, dan bukti –bukti transaksi lainya.

12
11) Pengujian pengendalian

Terdapat dua jenis pengujian pengendalian, yaitu:

1. Pengujian pengendalian yang berkaitan langsung dengan keefektifan desain


kebijakan atau posedur dan apakah benar–benar digunakan dalam kegiatan
organisasi
2. Pengujian pengendalian yang berkaitan dengan keefektifan kebijakan dan
prosedur serta bagaiman pengaplikasiannya, konsistensinya dengan aplikasi
terdahulu dan oleh siapa aplikasi itu dilaksanakan selama satu periode.

Contoh kegiatan pengujian pengendalian adalah auditor membandingkan


dokumen SOP atau petunjuk teknis pegawai, dan mengamati pelaksaannya dilapangan.
Pengendalian akan dianggap baik jika SOP atau petunjuk teknis mampu memberikan
pedoman bagi pelaksanaan tugas-tugas pegawai, pegawai mudah memahaminya dan
mengaplikasikannya pada setiap pekerjaanya secara konsisten.

12) Pengujian substansif

Dua kateegori umum pengujian substansif adalah:

1. Prosedur analitis, yang merupakan prosedur dalam penyediaan bukti–bukti


tentang validitas perlakuan akuntansi atas transaksi dan neraca, atau sebaliknya
tentang kesalahan atau ketidak beresan yang terjadi;
2. Pengujian terinci atas transaksi atau neraca merupakan pengujian untuk
menyediakan bukti-bukti tentang validitas perlakuan akuntansi atas transaksi dan
neraca atau sebaliknya atas kesalah dan ketidak beresan yang terjadi.

Contoh kegiatan pengujian substantive adalah auditor memeriksa secara rinci


angka dan jumlah transaksi yang telah terjadi,dimulaidari memeriksa seluruh bukti
tranaksi,catatan dalam jurnal, posting dalam buku besar, hingga laporan yang telah jadi
dengan demikian dapat ditemukan apakah ada kesalah atau ketidak beresan.

Terdapat lima jenis opini yang dapat diberikan oleh pemeriksa, yaitu:

a. Opini “Wajar Tanpa Pengecualian” (Unqualified Opnion). Pendapat ini


merupakan pendapat yang paling tinggi dilihat dari kualitas laporan yang disajikan.
Artinya laporan keuangan yang disajikan pemerintah telah disajikan secara wajar untuk
semua pos (akun) yang dilaporkan, tidak terdapat salah saji yang material, dan tidak ada
penyimpangan dari standar akuntansi atau prinsip akuntansi.

b. Pendapat “Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelas” (Unqualified


Opinion with additional paragraph). Pendapat ini masih dalam kategori wajar tanpa
pengecualian, hanya untuk pos (akun) tertentu perlu penyesuaian agar menjadi wajar.

13
c. Pendapat “Wajar Dengan Pengecualian” (Qualified Opinion). Pendapat ini
menunjukkan bahwa sebagian besar pos dalam laporan keuangan telah disajikan secara
wajar terbebas dari salah saji material dan sesuai dengan standar akuntansi, namun untuk
pos tertentu disajikan tidak wajar.

d. Pendapat “Tidak Wajar” (Adverse Opinion). Pendapat tidak wajar diberikan


apabila pos-pos dalam laporan keuangan nyata-nyata terdapat salah saji yang material
dan tidak sesuai dengan standar akuntansi. Keadaan seperti ini bisa terjadi karena
buruknya sistem pengendalian internal dan sistem akuntansi yang ada.

e. “Tidak Memberikan Pendapat” (Disclaimer Opinion). Keadaan menolak


memberikan pendapat diberikan auditor karena beberapa faktor, yaitu: 1)auditor
terganggu independesinya. 2)auditor dibatasi untuk mengakses data tertentu.

2) Audit kinerja, meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, pada dasarnya
merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya. Audit
kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian
ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. audit kinerja
merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya. Audit
kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian
ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. Audit kinerja
merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan
efisiensi operasi, efektifitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan dan kepatuhan
terhadap kebijakan, peraturan dan hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian antara
kinerja yang telah dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut.

3) Audit dengan tujuan tertentu, merupakan audit khusus di luar audit keuangan dan
audit kinerja yang bertujuan untuk memberikan simpulan atas hal yang diaudit. Audit
dengan tujuan tertentu dapat bersifat eksaminasi (examination), reviu (review), atau
prosedur yang disepakati (agrees-upon procedures). Audit dengan tujuan tertentu
mencakup audit atas hal-hal lain di bidang keuangan, audit investigatif, dan audit atas
sistem pengendalian internal.

2.2 Standar Audit Sektor Publik

Di indonesia terdapat standar auditing yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan


Indonesia yaitu Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang diperuntukkan bagi
auditor dalam pemeriksaan keuangan. SPAP dapat digunakan oleh auditor nonpemerintah
maupun auditor pemerintah. Namun khusus untuk standar auditing sektor publik, BPK RI
telah mengeluarkan peraturan No.01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara (SPKN), SPKN berlakuu bagi auditor BPK dan auditor publik independen yang
bekerja keras atas nama BPK serta Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) dalam
mengaudit keuangan negara/daerah(Iswanto & Rufaedah, 2019).

14
Pada tingkat internasional terdapat standar auditing yang dikeluarkan ole
International Organization Of Supreme Audit Institutions (INTOSAI). Di Amerika
Serikat, United States General Accounting Office (US-GAO) Mengeluarkan Generally
Accepted Goverment Auditing Standards (GAGAS). AICPA juga mengeluarkan
Generally Accepted Auditng Standards (GAAS).

1) Standar Pemeriksaan Keuangan Negara

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara terdiri dari atas pendahuluan Standar


Pemeriksaan dan tujuh pernyataan Standar Pemeriksaan (PSP), yaitu:

a) PS Nomor 01 tentang Standar Umum

b) PSP Nomor 02 tentang Standar pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan

c) PSP Nomor 03 tentang Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan

d) PSP Nomor 04 tentang Standar Pelaporan Pemeriksaan Kinerja

e) PSP Nomor 05 tentang Standar Pelaporan Pemeriksaan dengan tujuan tertentu

f) PSP Nomor 04 tentang Standar Pelaporan Pemeriksaan dengan tujuan tertentu

2.2.1 Tanggung Jawab Auditor Dan Lembaga Audit

Tanggung jawab auditor

a) Pemeriksa secara profesional bertanggung jawab merencanakan dan


melaksanakan pemeriksaan. Dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya,
pemeriksa harus memahami prinsip-prinsip pelayanan kepentingan publik serta
munjunjung tinggi integritas, obyektivitas, dan independensi. Pemeriksa harus memiliki
sikap melayani kepentingan publik, menghargai dan memelihara kepercayaan publik, dan
mempertahankan profesionalisme. Untuk itu standar pemeriksaan membuat konsep
akuntabilitas yang merupakan landasan dalam pelayanan kepentingan publik.

b) Pemeriksa harus mengambil keputusan yang konsisten dengan kepentingan publik


dalam melakukan pemeriksaan. Dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya,
pemeriksa mungkin menghadapi tekanan atau konflik dari manajemen entitas yang
diperiksa, dari tingkat jabatan pemerintah, dan pihak lainnya yang dapat mempengaruhi
obyektivitas dan indepedensi pemeriksa. Dalam menghadapi tekanan pemeriksa harus
menjaga integritas dan menjunjung tinggi tanggung jawab terhadap publik.

c) Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik, pemeriksa harus


melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan derajat integritas yang
tertinggi. Pemeriksa harus profesional, obyektif, berdasarkan fakta, dan tidak berpihak.
Bersikap jujur dan terbuka kepada entitas yang diperiksa dan para pengguna laporan hasil

15
pemeriksaannya harus tetap memperhatikan batasan kerahasiaan yang dibuat dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan. pemeriksa tidak boleh menggunakan informasi
tersebut diluar pelaksanaan pemeriksa.

d) Pelayanan dan kepercayaan publik harus lebih diutamakan di atas kepentingan


pribadi. Integritas dapat mencegah kebohongan dan pelanggaran prinsip tetapi tidak dapat
menghilangkan kecerobohan dan perbedaan pendapat.

e) Pemeriksa harus obyektif dan bebas dari benturan kepentingan (conflict of


interest) dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Pemeriksa juga
bertanggung jawab untuk mempertahankan indepedensi dalam sikap mental (independent
in fact) dan independensi dalam penampilan perilaku (independent in appearance) pada
saat melaksanakan pemeriksaan.

f) Pemeriksa bertanggung jawab untuk menggunakan pertimbangan profesional


dalam menetapkan lingkup dan mrtodologi, menentukan pengujian dan prosedur yang
akan dilaksanakan, melaksanakan pemeriksaan dan melaporkan hasilnya. Dalam
melaporkan hasil pemeriksaannya, pemeriksa bertanggung jawab untuk mengungkapkan
semua hal yang material dan signifikan yang diketahuinya, apabila tidak diungkapkan
maka akan mengakibatkan kesalah pahaman para pengguna laporan hasil pemeriksaan.

g) Pemeriksa bertanggung jawab untuk membantu manajemen dan para pengguna


laporan hasil pemeriksaan lainnya untuk memahami tanggung jawab pemeriksa
berdasarkan Pemeriksaan dan cakupan pemeriksaan yang ditentukan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam membantu pihak manajemen dan
pengguna laporan harus memahami tujuan, jangka waktu dan data yang diperlukan dalam
pemeriksaan dan pemeriksa harus mengkomunikasikan informasi yang berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan tersebut kepada pihak-pihak yang
yang terkait selama tahap perencanaan pemeriksaan.

Tanggung jawab Lembaga audit

Organisasi pemeriksa mempunyai tanggung jawab untuk menyakinkan bahwa:

a)Independensi dan obyektivitas dipertahankan dalam seluruh tahap pemeriksaan

b)Pertimbangan profesional (professional judgment) digunakan dalam perencanaan dan


pelaksanaan pemeriksaan dan pelaporan hasil pemeriksaan

c)Pemeriksaan dilakukan oleh personil yang mempunyai kompetensi profesional dan


secara korektif mempunyai keahlian dan pengetahuan yang memadai dan,

d)Peer-review yang independen dilaksanakan secara periodik dan menghasilkan suatu


pernyataan, apakah sistem pengendalian mutu organisasi pemeriksa tersebut dirancang
dan memberikan keyakinan yang memadai sesuai dengan Standar Pemeriksaan.

16
2.3 penerapan standar audit memengaruhi kualitas dan keandalan opini yang
diberikan oleh auditor

Penerapan standar audit yang benar dapat mempengaruhi kualitas dan keandalan
opini yang diberikan oleh auditor. Berikut adalah beberapa cara penerapan standar audit
dapat mempengaruhi kualitas dan keandalan opini auditor:

 Ketepatan bukti audit


Ketepatan merupakan ukuran kualitas bukti audit; yaitu relevansi dan
keandalannya dalam mendukung kesimpulan yang mendasari opini auditor.
Penerapan standar audit yang benar dapat memastikan bahwa bukti audit yang
digunakan oleh auditor relevan dan dapat diandalkan, sehingga meningkatkan
kualitas dan keandalan opini auditor.

 Kepatuhan terhadap standar audit


Auditor harus mengikuti standar audit dalam segala pekerjaan audit yang
dianggap material. Standar audit mengatur tentang independensi, obyektifitas,
keahlian, dan pengendalian mutu kantor akuntan publik. Penerapan standar audit
yang benar dapat memastikan bahwa auditor memenuhi persyaratan ini, sehingga
meningkatkan kualitas dan keandalan opini auditor.

 Penggunaan pendekatan audit yang efisien dan efektif


Standar audit menuntut auditor menetapkan sasaran auditnya agar dapat
mendeteksi adanya kelemahan sistem pengendalian intern serta adanya
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, kecurangan dan
ketidakpatutan. Dalam menetapkan sasaran audit, auditor dituntut untuk menilai
apakah auditi telah menjalankan kegiatannya secara ekonomis, efisien dan efektif.
Penerapan standar audit yang benar dapat memastikan bahwa auditor
menggunakan pendekatan audit yang efisien dan efektif, sehingga meningkatkan
kualitas dan keandalan opini auditor.

 Penggunaan sumber daya yang memadai


Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. Penerapan
standar audit yang benar dapat memastikan bahwa auditor memiliki sumber daya
yang memadai untuk melaksanakan audit, sehingga meningkatkan kualitas dan
keandalan opini auditor.

2.4 Tantangan Yang Dihadapi Oleh Auditor Dalam Menerapkan Standar Audit Dalam
Memberikan Opini, Terutama Dalam Konteks Sektor Publik

Berikut adalah beberapa tantangan yang dihadapi oleh auditor dalam menerapkan standar
audit dalam memberikan opini, terutama dalam konteks sektor publik (Tantangan
Auditing di Era Revolusi Industri 4.0 yang Wajib Diketahui Auditor, n.d.):

17
a. Disrupsi Teknologi : Era revolusi industri 4.0 membawa tantangan baru bagi auditor,
dan mereka harus dapat mengikuti perkembangan teknologi dan informasi terbaru.
b. Profesionalisme : Auditor tidak hanya melakukan audit, tetapi juga bertindak sebagai
konsultan. Namun, tantangannya adalah auditor harus tetap profesional dalam evaluasi
dan rekomendasinya.
c. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya : Auditor harus dapat mengevaluasi seberapa
efisien penggunaan sumber daya di level manajemen.
d. Keamanan Data yang Terhubung Internet : Auditor harus memastikan bahwa proses
akuntansi di organisasi atau manajemen perusahaan berjalan dengan benar dan data
aman.
e. Independensi : Auditor harus mempertahankan independensi dalam sikap mental dan
keterampilan professional.
f. Keterampilan Teknis dan Pelatihan yang Cukup : Auditor harus memiliki
keterampilan teknis dan pelatihan yang cukup untuk melakukan tugas mereka.
g. Pengawasan dan Perencanaan yang Cukup : Auditor harus memiliki keterampilan
pengawasan dan perencanaan yang cukup untuk melakukan tugas mereka.
h. Bukti Audit yang Cukup dan Kompeten : Auditor harus memiliki bukti audit yang
cukup dan kompeten untuk melakukan tugas mereka.
i. Sikap Pasif Masyarakat : Sikap pasif masyarakat terhadap auditing, serta sistem
pengawasan yang lemah dari organisasi profesional terhadap anggotanya, dapat
memengaruhi kualitas audit di sektor publik (Djamil, n.d.).
j. Evaluasi Manajemen Risiko : Evaluasi manajemen risiko dapat meningkatkan
efektivitas audit internal.
k. Audit yang Komprehensif : Audit yang komprehensif yang menggabungkan audit
keuangan dan kinerja dapat memberikan lebih banyak nilai bagi organisasi.
l. Meningkatkan Tata Kelola : Auditor harus dapat mengevaluasi dan berkontribusi
pada peningkatan tata kelola di sektor publik (Panuntun, 2020).
m. Ketersediaan Data : Auditor mungkin memerlukan informasi atau data tambahan
untuk melakukan tugas audit mereka. Dalam rangka memberikan opini, auditor harus
mengatasi tantangan-tantangan tersebut agar dapat memberikan opini yang akurat
dan dapat dipercaya.

2.5 Penerapan Standar Audit Memengaruhi Transparansi dan Akuntabilitas dalam


Sektor Publik

Kriteria akuntabilitas publik adalah sebagai berikut:


1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for probity and
legality)
Akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran penyalahgunaan
jabatan, korupsi dan kolusi, yakni menjamin adanya praktik organisasi yang sehat.
Sedangkan Akuntabilitas hukum terkait dengan dilakukannya kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam organisasi, yakni menjamin
ditegakkannya supremasi hukum.
2. Akuntabilitas proses (accountability process)

18
Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan
dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem
informasi akuntansi, sistem informasi manajemen dan prosedur administrasi.

3. Akuntabilitas program (program accountability)


Akuntabilitas program juga berarti lembaga publik harus
mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat sampai pada pelaksanaan
program.
4. Akuntabilitas Kebijakan (policy accountability)
Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah,
baik pusat maupun daerah, atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah
terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas. Akuntansi sektor publik tidak bisa
melepaskan diri dari pengaruh kecenderungan menguatnya tuntutan akuntabilitas
sektor publik tersebut. Akuntansi sektor publik dituntut dapat menjadi alat
perencanaan dan pengendalian organisasi sektor publik secara efektif dan efisien,
serta memfasilitasi terciptanya akuntabilitas publik. Dalam tahap ini dilakukan
pemilihan berbagai kebijakan yang akan diterapkan atau tidak (value).

Kriteria transparansi publik adalah sebagai berikut:


1. Penyediaan informasi yang jelas tentang prosedur, biaya dan tanggungjawab.
2. Kemudahan akses informasi.
3. Menyusun suatu mekanisme pengaduan jika ada peraturan yang dilanggar atau
permintaan untuk membayar uang suap.
4. Meningkatkan arus informasi melalui kerjasama dengan media massa dan
lembaga non pemerintah.

Maka, berikut adalah beberapa cara penerapan standar audit yang dapat
memengaruhi transparansi dan akuntabilitas dalam sektor publik :

1) Meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan


Audit yang dilakukan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dapat
membantu memastikan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh entitas publik
akurat dan dapat dipercaya.
2) Mendorong Pengungkapan Informasi
Audit dapat membantu mendorong entitas publik untuk mengungkapkan
informasi yang relevan dan penting bagi pemangku kepentingan.
3) Meningkatkan Pengawasan
Audit dapat membantu meningkatkan pengawasan terhadap entitas publik
dan memastikan bahwa mereka mematuhi peraturan dan prosedur yang berlaku.
4) Mengevaluasi Kinerja dan Memberikan Rekomendasi untuk Perbaikan
Audit dapat membantu meningkatkan akuntabilitas entitas publik dengan
mengevaluasi kinerja mereka dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan.

19
2.6 Contoh Praktek Audit Sektor Publik Di Organisasi Sektor Publik

1) Pemerintah Pusat : Audit atas pemerintah pusat ditujukan pada perolehan bukti
audit yang cukup dan tepat.

Sebagai contoh, akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan


pemerintah pusat maupun daerah sebagai organisasi sektor publik merupakan tujuan
penting dari reformasi akuntansi dan administrasi sektor publik. Untuk dapat memastikan
bahwa pengelolaan keuangan pemerintah yang telah dilakukan aparatur pemerintah ,
maka fungsi akuntabilitas dan audit atas pelaporann keuangan sektor publik harus
berjalan dengan baik. Seiring dengan tuntutan masyarakat agar organisasi sektor publik
meningkatkan kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik dalam menjalankan
aktivitasnya, diperlukan audit yang tidak hanya terbatas pada keuangan dan kepatuhan
saja, tetapi perlu diperluas dengan melakukan audit terhadap kinerja sektor publik.

2) Pemerintah Daerah : Audit yang diselenggarakan atas kegiatan pemerintah daerah


dapat dibagi menjadi audit keuangan dan audit kinerja. Audit dapat mempunyai gabungan
tujuan audit keuangan dan audit kinerja, atau dapat juga mempunyai tujuan yang terbatas
pada beberapa aspek dari masing-masing jenis audit tersebut.

Sebagai contoh, pelaksanaan audit atas kontrak pemborongan pekerjaan atau atas
bantuan Pemerintah kepada yayasan atau badan hukum lainnya. Tujuan audit semacam
itu sering kali mencakup baik tujuan audit keuangan maupun tujuan audit kerja.

Pemeriksaan atas pos pendapatan asli daerah mencakup:

 Melakukan pengujian terhadap nilai realisasi pos


 Melakukan verifikasi atas bukti-bukti penerimaan
 Melakukan konfirmasi kepada instansi yang terkait dengan pemungutan pajak
 Mengetahui adanya kesalahan atau tidak atas penyetoran pendapatan
 Melakukan koreksi
 Melakukan pengujian.

3) Lembaga Swadaya Masyarakat : Di Indonesia ada dua jenis LSM. Pertama, LSM
yang melakukan fungsi kontrol masyarakat. Kedua, LSM yang melaksanakan program
entitas. Menjamurnya LSM terutama dipicu oleh persyaratan-persyaratan yang diajukan
oleh lembaga-lembaga keuangan internasional.

Sebagai contoh, bank dunia yang mensyaratkan perlunya entitas bekerja sama
dengan LSM dalam proyek yang akan dikucurkan dananya.

Dalam organisasi LSM dilakukan dua jenis audit:

 Audit kinerja keuangan


 Audit kinerja nonkeuangan

20
4) Yayasan

Contohnya pelaksanaa audit atas kontrak pemborongan pekerjaan atau atas bantuan
pemerintah kepada yayasan atau badan hukum lainnya. Tujuan audit semacam ini sering
kali mencakup baik tujuan keuangan maupun tujuan audit kinerja. Audit semacam ini
umunya disebut audit kontrak.

5) Partai Politik : Sama seperti organisasi-organisasi sektor publik lainnya, audit


dalam organisasi partai politik juga dibedakan menjadi dua, yaitu audit kinerja keuangan
dan audit kinerja nonkeuangan.

Akuntansi dan Auditing di Organisasi Sektor Publik Sebagai suatu proses,


auditing berhubungan dengan prinsip dan prosedur akuntansi yang digunakan oleh
organisasi. Auditor mengeluarkan suatu opini atas laporan keuangan suatu entitas.
Laporan keuangan merupakan hasil dari sebuah sistem akuntansi dan diputuskan atau
dibuat oleh pihak pengelola. Pengelola suatu entitas menggunakan data-data mentah
akuntansi untuk kemudian dialokasikan ke masing-masing laporan surplus-defisit dan
neraca serta menyajikan hasilnya dalam suatu bentuk laporan yang dipublikasikan.
Hubungan antara akuntansi dengan auditing merupakan suatu hubungan yang tertutup.
Auditor selalu menggunakan data-data akuntansi dalam melaksanakan kerja auditing.
Lebih jauh lagi, auditor harus membuat suatu keputusan tentang pengalokasian data
akuntansi yang dibuat oleh pihak manajemen. Auditor juga harus memutuskan apakah
laporan keuangan yang disajikan telah sesuai atau terdapat salah saji. Untuk membuat
keputusankeputusan tersebut, auditor tidak dapat membatasi dirinya hanya dengan
menggunakan perekaman bukti akuntansi dan rekening-rekening yang ada dalam
organisasi. Dalam kenyataannya, auditor juga harus memperhatikan seluruh hal yang ada
dalam organisasi, karena perilaku organisasi tidak hanya akan mempengaruhi data yang
ada, tetapi lebih penting lagi, kebijakan manajemen akan dipengaruhi berkaitan dengan
akuntansi dan pelaporan data.

21
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Penerapan Standar Audit sangat penting dalam memberikan opini auditor karena
membantu memastikan bahwa audit dilakukan dengan integritas, objektivitas, dan
kualitas yang tinggi. Dengan mengikuti standar audit yang telah ditetapkan, auditor dapat
memberikan opini yang lebih kuat dan dapat diandalkan kepada pihak yang
berkepentingan, seperti pemegang saham, manajemen, dan regulator. Kesimpulan dari
penerapan standar audit adalah bahwa mereka menciptakan landasan yang kuat untuk
penilaian independensi dan profesionalisme auditor, serta membantu meningkatkan
kepercayaan masyarakat pada laporan keuangan yang diaudit.

Kemampuan mempertanggungjawabkan (akuntabilitas) dari sektor publik


pemerintah sangat tergantung pada kualitas audit sektor publik. Tanpa kualitas audit yang
baik, maka akan timbul permasalahan, seperti munculnya kecurangan, korupsi, kolusi dan
berbagai ketidakberesan di pemerintahan. Kualitas audit sektor publik dipengaruhi oleh
kapabilitas teknikal auditor serta independensi auditor baik secara pribadi maupun
kelembagaan. Untuk meningkatkan sikap independensi auditor sektor publik, maka
kedudukan auditor sektor publik harus terbebas dari pengaruh dan campur tangan serta
terpisah dari pemerintah, baik secara pribadi maupun kelembagaan.

Saran:

1. Pahami dengan baik Standar Audit yang Berlaku: Auditor harus memiliki pemahaman
yang mendalam tentang standar audit yang berlaku di negara atau yurisdiksi tempat
mereka beroperasi. Ini termasuk pemahaman yang kuat tentang Standar Pelaporan
Keuangan dan Standar Audit yang dikeluarkan oleh lembaga profesional audit.

2. Pertahankan Independensi dan Profesionalisme: Auditor harus mempertahankan


independensi dalam pemikiran dan tindakan mereka. Mereka tidak boleh membiarkan
tekanan eksternal atau internal memengaruhi objektivitas mereka dalam melakukan audit.
Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka melalui pelatihan dan pendidikan
berkelanjutan. Ini adalah aspek kunci dalam menjaga integritas proses audit.

3. Berkomunikasi dengan Jelas: Auditor harus berkomunikasi dengan jelas dan


transparan dengan manajemen perusahaan yang diaudit. Ini melibatkan diskusi terbuka
mengenai temuan, permasalahan, dan rekomendasi yang mungkin timbul selama audit.

Penerapan standar audit yang baik adalah kunci untuk menjaga kualitas dan
integritas audit, yang pada gilirannya membantu mempertahankan kepercayaan publik
dan pemangku kepentingan terhadap laporan keuangan yang diaudit. Auditor harus selalu

22
berusaha untuk mematuhi standar audit yang berlaku dan meningkatkan praktik mereka
seiring berjalannya waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Badjuri A. (2012). Analysis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil


Pemeriksaan Audit Sektor Publik (Studi Empiris pada BPKP Perwakilan Jawa
Tengah). Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, 1(2), 120–135.
Bagraff, R. A. (2021). Kompleksitas Kelembagaan Dalam Penerapan Probity Audit
Pengadaan Barang Dan Jasa Pada Inspektorat Kabupaten Jombang. ABIS:
Accounting and Business Information Systems Journal, 9(2).
https://doi.org/10.22146/abis.v9i2.65945
Dudy, A. A., & Ashady, S. (2023). Peran Apip Dalam Penegakan Tindak Pidana Korupsi
Terhadap Hasil Audit Penyalahgunaan Wewenang. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan
…, 7(2), 1711–1717. https://doi.org/10.58258/jisip.v7i1.5018/http
Faiz Zamzami, Mukhlis, A. E. P. (2014). Audit Keuangan Sektor Publik Untuk Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah. Gadjah Mada University press : Bulaksumur,
Yogyakarta.
Hardian, Y. (2023). Memperkuat Pengawasan Keuangan : Kontribusi Insinyur Dalam
Audit Sektor Publik ( Strengthening Financial Oversight : Contribution of Engineers
in Public Sector Auditing ) PENDAHULUAN Pengawasan keuangan yang efektif
sangat penting untuk keberhasilan dan k. 4(1), 54–64.
I Gusti Agung Rai. (2008). Audit kinerja pada sektor publik. Salemba Empat, jakarta.
Iswanto, F. N., & Rufaedah, Y. (2019). Peranan Inspektorat Daerah Dalam Melakukan
Pembinaan dan Pengawasan SPIP untuk Meningkatkan Perolehan Opini Audit
(Studi Kasus Pada Inspektorat Pemerintah Kabupaten Bandung Barat). Jurnal
Akuntansi, 10(1), 1146–1159.
Jeremy Lonsdale, Peter Wilkins, T. (2011). Performance Auditing: Contributing to
Accountability in Democratic Government. Edward elgar Limited Publisher : USA.
Mattei, G., Grossi, G., & Guthrie A.M, J. (2021). Exploring past, present and future
trends in public sector auditing research: a literature review. In Meditari
Accountancy Research (Vol. 29, Nomor 7). https://doi.org/10.1108/MEDAR-09-
2020-1008
Ratri, M. C., & Bernawati, Yustridabernawati, Y. (2020). Penerapan Standar Profesional
Audit Internal Dan Kualitas Audit: Sebuah Tinjauan Literatur. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi, 22(1), 47–56. https://doi.org/10.34208/jba.v22i1.605
Rintis, O. :, Pramugar, N., Dianto, H., & Sinaga, P. (2022). Journal of Accounting Issues
Mendobrak Dominasi Positivisme Hukum Dalam Audit Internal Di Indonesia: Studi
Literatur Pada Aparat Pengawas Internal Pemerintah 1. Journal of Accounting
Issues, 1(1), 41–45.
Syam, M. A., Suratno, S., & Djaddang, S. (2020). : Audit Sektor Publik, Akuntansi &
Tata Kelola Desa, Transparansi Dan Akuntabilitas. Jurnal Pengabdian Masyarakat

23
Universitas Pancasila, 1, 67–79.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/politico/article/view/32097
Ummam, A. M. N. R. N., Qodarina, N., Siregar, P. I. R., & Firmansyah, A. (2023).
Kendala Dan Kelemahan Sistem Penganggaran Berbasis Kinerja Sektor Publik:
Suatu Tinjauan. Journal of Law, Administration, and Social Science, 3(1), 63–71.
https://doi.org/10.54957/jolas.v3i1.378
Djamil, N. (n.d.). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit Pada Sektor Publik
Dan Beberapa Karakteristik Untuk Meningkatkannya. Retrieved from
https://akuinssk.uin-suska.ac.id/2012/10/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
kualitas-audit-pada-sektor-publik-dan-beberapa-karakteristik-untuk-
meningkatkannya/
Panuntun, D. H. (2020). Auditor Internal Pemerintah Di Era Digital. Jurnal Pengawasan
ISSN 2686-2840, 1-52.
Putri, S. K. (2018). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit Auditor Eksternal
pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya. Jurnal Ilmiah Mulawarman,3(4).
Tantangan Auditing di Era Revolusi Industri 4.0 yang Wajib Diketahui Auditor. (n.d.).
Retrieved from Binus Higher Education:
https://maksi.binus.ac.id/2019/08/21/tantangan-auditing-di-era-revolusi-industri-
4-0-yang-wajib-diketahui-auditor/

24

Anda mungkin juga menyukai