HALAMAN JUDUL
DOSEN PENGAMPU :
Prof Dr. Bambang Haryadi, SE. MSi. Ak.CA.,CfrA.,ACPA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
terselesaikannya makalah ini terutama kepada dosen pengampu mata kuliah Pengauditan
Sektor Publik
Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang Penerapan Standar Audit Dalam
Memberikan Opini Auditor. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam
penyajian masalah ini. Untuk menyempurnakan makalah ini kami mohon kritik dan
saran. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Atas perhatian kami
ucapkan banyak terima kasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................................1
KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................4
Latar Belakang Masalah..................................................................................................4
Rumusan Masalah............................................................................................................7
Tujuan..............................................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................8
Definisi Audit Sektor Publik......................................8Kelembagaan Audit Sektor Publik
..........................................................................................................................................8
Regulasi Dalam Audit Sektor Publik................................................................................9
Jenis-Jenis Audit Sektor Publik......................................................................................10
Audit Keuangan...................................................................................................................10
Audit Kinerja.......................................................................................................................14
Audit Dengan Tujuan Tertentu..........................................................................................14
Standar Audit Sektor Publik..........................................................................................14
Tanggung Jawab Auditor dan Lembaga Audit.................................................................15
Penerapan Standar Audit Memengaruhi Kualitas Dan Keandalan Opini Yang Diberikan
Oleh Auditor ..................................................................................................................17
Tantangan Yang Dihadapi Oleh Auditor Dalam Menerapkan Standar Audit Dalam
Memberikan Opini, Terutama Dalam Konteks Sektor Publik ......................................18
Penerapan Standar Audit Memengaruhi Transparansi Dan Akuntabilitas Dalam Sektor
Publik .............................................................................................................................18
Contoh Praktek Audit Sektor Publik Di Organisasi Sektor Publik..................................20
BAB III PENUTUP............................................................................................................22
Kesimpulan.....................................................................................................................22
Saran..............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................23
BAB I
3
PENDAHULUAN
Selama ini sektor publik tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi, kolusi,
nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan “birokrat tidak mampu
berbisnis” ditujukan untuk mengkritik buruknya kinerja perusahaan-perusahaan sektor
publik. Pemerintah sebagai salah satu organisasi sektor publik pun tidak luput dari
tudingan ini. Organisasi sektor publik pemerintah merupakan lembaga yang menjalankan
roda pemerintahan yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena itu,
kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada penyelenggara pemerintahan
haruslah diimbangi dengan adanya pemerintahan yang bersih.
Pemerintahan yang bersih atau good govermance ditandai dengan tiga pilar utama
yang merupakan elemen dasar yang saling berkaitan. Ketiga elemen dasar tersebut adalah
partisipasi, transparansi dan akuntabilitas. Suatu pemerintahan yang baik harus membuka
pintu yang seluas-luasnya agar semua pihak yang terkait dalam pemerintahan tersebut
dapat berperan serta atau berpartisipasi secara aktif, Jalannya pemerintahan harus
diselenggarakan secara transparan dan pelaksanaan pemerintahan tersebut harus dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam bahasa akuntansi, akuntabilitas (kemampuan
memberikan pertanggungjawaban) merupakan dasar dari pelaporan keuangan. Pelaporan
keuangan pemerintah tersebut memegang peran yang penting agar dapat memenuhi tugas
pemerintahan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dalam suatu
masyarakat yang demokratis.
4
Producing, asumsi kewajiban atas hasil yang dicapai.
Seiring dengan munculnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor publik
mempertahankan kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik serta value for money
dalam menjalankan aktivitasnya serta untuk menjamin dilakukannya
pertanggungjawaban publik oleh organisasi sektor publik, maka diperlukan audit
terhadap organisasi sektor publik tersebut(Badjuri A, 2012). Audit yang dilakukan tidak
hanya terbatas pada audit keuangan dan kepatuhan, namun perlu diperluas dengan
melakukan audit terhadap kinerja organisasi sektor publik tersebut.
Audit sektor publik merupakan salah satu alat penting dalam mengawasi dan
memastikan penggunaan dana publik yang dilakukan oleh entitas pemerintah dan
organisasi nirlaba yang menerima dana dari pemerintah(Hardian, 2023). Dana publik
yang digunakan oleh sektor publik berasal dari berbagai sumber, termasuk pajak yang
dibayarkan oleh masyarakat, pinjaman yang dikeluarkan oleh pemerintah, serta dana
yang diberikan oleh badan donor atau lembaga lainnya. Oleh karena itu, sangat penting
untuk memastikan bahwa dana publik ini digunakan dengan tepat, efisien, dan sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan.
Pada dasarnya, tujuan utama dari audit sektor publik adalah untuk memberikan
opini independen mengenai laporan keuangan dan operasional entitas pemerintah atau
organisasi nirlaba tersebut. Opini ini memberikan gambaran tentang sejauh mana
laporan-laporan tersebut dapat diandalkan dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku(I Gusti Agung Rai, 2008). Oleh karena itu, integritas dan kualitas audit
sektor publik sangat bergantung pada penerapan standar audit yang konsisten dan
komprehensif.
Audit sektor publik adalah jasa penyelidikan bagi masyarakat atas organisasi
publik dan politikus yang sudah mereka bayar. Hal ini memberikan keuntungan yang
lebih besar, di mana janji yang dibuat oleh para politisi dapat diperiksa secara profesional
oleh pihak independen. Legislatif mengesahkan berbagai tingkat dari pengawasan dan
5
pemeriksaan bagi kebanyakan sektor publik, tetapi hukum tidak membahas lebih khusus
mengenai standar audit. Kebanyakan audit sektor public mencakup interpretasi audit
organisasi, terkait hukum yang meliputi standar dan batasan yang tercakup dalam bagian
akuntansi(Rintis et al., 2022).
Penerapan standar audit adalah pedoman yang telah diakui secara internasional
yang digunakan oleh auditor untuk menguji dan mengevaluasi informasi keuangan dan
operasional(Ratri & Bernawati, Yustridabernawati, 2020). Standar audit ini memastikan
bahwa proses audit dilakukan dengan metodologi yang jelas, objektif, dan terstandarisasi.
Standar audit juga memastikan bahwa auditor memiliki dasar untuk memberikan opini
independen mereka mengenai laporan yang diaudit.
Namun dalam konteks sektor public, ada sejumlah kompleksitas dan tantangan
yang harus dihadapi dalam penerapan standar audit. Dana publik sering kali dialokasikan
untuk berbagai program dan proyek, dan pengelolaannya melibatkan berbagai aturan dan
regulasi yang berubah-ubah. Selain itu, ada juga tekanan untuk meningkatkan
akuntabilitas dan transparansi dalam penggunaan dana publik(Ummam et al., 2023)
. Oleh karena itu, makalah ini akan mengulas secara lebih mendalam mengenai
penerapan standar audit dalam audit sektor publik, serta dampak, hambatan, dan
manfaatnya dalam memastikan opini yang dapat diandalkan terkait dengan penggunaan
dana publik dalam sektor ini.
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah definisi dari audit sektor publik?
2. Apakah definisi standar audit sektor publik?
3. Bagaimana penerapan standar audit memengaruhi kualitas dan keandalan opini yang
diberikan oleh auditor?
4. Apa saja tantangan yang dihadapi oleh auditor dalam menerapkan standar audit dalam
memberikan opini, terutama dalam konteks sektor publik?
5. Bagaimana penerapan standar audit memengaruhi transparansi dan akuntabilitas
dalam sektor publik?
6. Bagaimana contoh praktek audit sektor publik di organisasi sektor publik?
6
Tujuan
Dari rumusan masalah di atas maka kami mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi dari audit sektor publik
2. Untuk mengetahui definisi standar audit sektor publik
3. Untuk mengetahui penerapan standar audit memengaruhi kualitas dan keandalan
opini yang diberikan oleh auditor
4. Untuk mengetahui tantangan yang dihadapi oleh auditor dalam menerapkan
standar audit dalam memberikan opini, terutama dalam konteks sektor publik
5. Untuk mengetahui penerapan standar audit memengaruhi transparansi dan
akuntabilitas dalam sektor publik
6. Untuk mengetahui contoh praktek audit sektor publik di organisasi sektor publik
7
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian audit sektor publik menurut Indra Bastian adalah “jasa penyelidikan
bagi masyarakat atas organisasi publik dan politikus yang sudah mereka danai.”
Sedangkan pengertian audit sektor publik menurut I Gusti Agung Rai adalah sebagai
berikut: “Audit sektor publik adalah kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang
menyediakan pelayanan dan penyediaan barang yang pembiayaannya berasal dari
penerimaan pajak dan penerimaan negara lainnya dengan tujuan untuk membandingkan
antara kondisi yang ditemukan dengan kriteria yang ditetapkan.”
Dari pengertian di atas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa audit
sektor publik adalah pemeriksaan terhadap pemerintah yang dilakukan untuk mengetahui
pertanggungjawaban (akuntabilitas) atas pengelolaan dana masyarakat (public money)
yang bertujuan untuk membandingkan hasil pencapaian program, fungsi atau kegiatan
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Lembaga yang bertugas melaksanakan audit pada organisasi sektor publik di Indonesia
dapat dikategorikan sebagai berikut(Bagraff, 2021):
-Inspektorat Jendreral (Irjen) pada departemen atau kementrian dan lembaga negara
8
b. Audit Eksternal, terdiri atas:
-Auditor Eksternal Independen yang bekerja untuk dan atas nama BPK
Auditor eksternal merupakan auditor yang independen dan mandiri bukan bagian
pemerintah yang diaudit. Lembaga auditor eksternal berdasarkan UUD 1945 adalah
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). BPK berwenang melakukan audit keuangan, audit
kinerja, dan audit dengan tujuan tertentu. BPK menyampaikan laporan hasil pemeriksaan
kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya(Jeremy Lonsdale, Peter
Wilkins, 2011).
Audit eksternal dan audit internal berbeda dalam beberapa hal antara lain
perspektif audit, tanggungjawab, tingkat independensi, penekanan audit, kewenangan,
dan laporan audit.
Jenis-jenis audit sektor publik yang dilaksanakan atas kegiatan yang tercermin
dalam APBN, APBD, kegiatan BUMD/BUMN, serta kegiatan yayasan, LSM, atau partai
politik. Penetapan tujuan untuk menentukan jenis audit yang akan dilaksanakan, serta
standar audit yang harus diikuti oleh auditor merupakan awal.
9
Berdasarkan UU No. 15 Tahun 2004 dan SPKN, terdapat tiga jenis audit keuangan
negara, yaitu:
1) Audit keuangan, merupakan audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk
memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance), apakah laporan keuangan
telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Audit keuangan adalah audit yang
menjamin bahwa sistem akuntansi dan pengendalian keuangan berjalan secara efisien dan
tepat serta transaksi keuangan diotorisasi serta dicatat secara benar.”
Prosedur analitis terdiri dari penelitian dan perbandingan hubungan diantra data.
Prosedur ini meliputi perhitungan dan penggunaan rasio-rasio sederhana, analisis
vertikal, atau laporan persentase, perbandingan jumlah yang sederhana dengan data
historis atau anggaran, serta penggunaan model matematis dan statistik, seperti analisis
regresi.
2) Inspeksi (Inspecting)
Inspeksi meliputi pemeriksaan yang rinci terhadap dokumen dan catatan serta
pemeriksaan sumber daya berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam auditing.
Inspeksi seringkali digunakan dalam mengumpulkan dan mengevalusai bukti, baik
bottom-up mapun top-down. Dengan melakukan inspeksi atas dokumen, auditor dapat
menentukan ketepatan persyaratan dalam faktur atau kontrak yang memerlukan
pengujian bottom –up atas akuntansi transaksi tersebut. Pada saat yang sama, auditor
seringkali mempertimbagkan implikasi bukti dalam konteks pemahaman faktor-faktor
ekonomi dan persaingan entitas.
3) Konfirmasi (Confirming)
10
mengajukan permintaan kepada pihak luar secara tertulis, namun auditor yang
mengirimkan permintaan keterangan tersebut.
Kegiatan ini meliputi permintaan keterangan secara lisan maupun tertulis oleh
auditor. Permintaan keterangan tersebut biasanya ditunjukan kepada manajemen atau
karyawan organisasi sektor publik, yang umumnya berupa pernyataan-pernyataan yang
timbul setelah dilaksanakannya prosedur analitis. Auditor juga dapat secara langsung
meminta keterangan kepada pihak external.
5) Perhitungan (Counting)
Dua aplikasi yang paling umum adalah perhitungan (counting) adalah (1)
perhitungan fisik sumber daya berwujud, seperti jumlah kas dan persediaan yang ada dan
(2) akuntansi seluruh dokumen, dengan nomor urut yang telah dicetak (prenumbered).
Hal pertama menyediakan cara untuk mengevaluasi bukti fisik tentang jumlah yang ada.
sementara yang ke dua dapat dipandang sebagai penyediaan cara untuk mengevaluasi
pengendalian internal organisasi melalui bukti yang objektif tentang kelengkapan catatan
akuntansi.
Contoh kegiatan perhitungan adalah auditor menghitung asset yang telah dibeli
bagian pengadaan berdasarkan bukti transaksi yang ada.
6) Penelusuran (Tracing)
11
7) Pemeriksaan bukti pendukung (Vouching)
Pemeriksaan bukti pendukung meliputi (1) pemilihan ayat jurnal dalam catatan
akuntansi, dan (2) mendapatkan serta memeriksa dokumen yang digunakan sebagai dasar
ayat jurnal tersebut untuk menentukan validitas dan ketelitian pencatatan akuntansi.
Dalam melakukan vouching, arah pengujian berlawanan dengan yang digunakan dalam
penelusuran. Prosedur pemeriksaan bukti pendukung digunakan secara luas untuk
mendeteksi salah saji berupa penyajian yang lebih tinggi dari yang sebenarnya dalam
pencatatan akuntansi.
Contoh kegiatan pemeriksaan bukti pendukung adalah auditor memilih ayat jurnal
“Pembelian ATK” dijurnal, kemudian membandingkanya dengan kwitansi pembelian
ATK tersebut atau tanda pembelianya.
8) Pengamatan (observing)
Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan ulang perhitungan dan
rekonsiliasi ynag dilakukan oleh organissasi sektor publik yang di audit. Contohnya
adalah menghitung ulang total jurnal, beban penyusutan, dan lain-lain. Auditor juga dapat
melakukan ulang beberapa aspek pemrosesan transaksi tertentu untuk menentukan bahwa
pemrosesan awal sudah sesuai dengan pengendaliaan internal yang sudah dirumuskan.
12
11) Pengujian pengendalian
Terdapat lima jenis opini yang dapat diberikan oleh pemeriksa, yaitu:
13
c. Pendapat “Wajar Dengan Pengecualian” (Qualified Opinion). Pendapat ini
menunjukkan bahwa sebagian besar pos dalam laporan keuangan telah disajikan secara
wajar terbebas dari salah saji material dan sesuai dengan standar akuntansi, namun untuk
pos tertentu disajikan tidak wajar.
2) Audit kinerja, meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, pada dasarnya
merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya. Audit
kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian
ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. audit kinerja
merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya. Audit
kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian
ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. Audit kinerja
merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan
efisiensi operasi, efektifitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan dan kepatuhan
terhadap kebijakan, peraturan dan hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian antara
kinerja yang telah dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut.
3) Audit dengan tujuan tertentu, merupakan audit khusus di luar audit keuangan dan
audit kinerja yang bertujuan untuk memberikan simpulan atas hal yang diaudit. Audit
dengan tujuan tertentu dapat bersifat eksaminasi (examination), reviu (review), atau
prosedur yang disepakati (agrees-upon procedures). Audit dengan tujuan tertentu
mencakup audit atas hal-hal lain di bidang keuangan, audit investigatif, dan audit atas
sistem pengendalian internal.
14
Pada tingkat internasional terdapat standar auditing yang dikeluarkan ole
International Organization Of Supreme Audit Institutions (INTOSAI). Di Amerika
Serikat, United States General Accounting Office (US-GAO) Mengeluarkan Generally
Accepted Goverment Auditing Standards (GAGAS). AICPA juga mengeluarkan
Generally Accepted Auditng Standards (GAAS).
15
pemeriksaannya harus tetap memperhatikan batasan kerahasiaan yang dibuat dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan. pemeriksa tidak boleh menggunakan informasi
tersebut diluar pelaksanaan pemeriksa.
16
2.3 penerapan standar audit memengaruhi kualitas dan keandalan opini yang
diberikan oleh auditor
Penerapan standar audit yang benar dapat mempengaruhi kualitas dan keandalan
opini yang diberikan oleh auditor. Berikut adalah beberapa cara penerapan standar audit
dapat mempengaruhi kualitas dan keandalan opini auditor:
2.4 Tantangan Yang Dihadapi Oleh Auditor Dalam Menerapkan Standar Audit Dalam
Memberikan Opini, Terutama Dalam Konteks Sektor Publik
Berikut adalah beberapa tantangan yang dihadapi oleh auditor dalam menerapkan standar
audit dalam memberikan opini, terutama dalam konteks sektor publik (Tantangan
Auditing di Era Revolusi Industri 4.0 yang Wajib Diketahui Auditor, n.d.):
17
a. Disrupsi Teknologi : Era revolusi industri 4.0 membawa tantangan baru bagi auditor,
dan mereka harus dapat mengikuti perkembangan teknologi dan informasi terbaru.
b. Profesionalisme : Auditor tidak hanya melakukan audit, tetapi juga bertindak sebagai
konsultan. Namun, tantangannya adalah auditor harus tetap profesional dalam evaluasi
dan rekomendasinya.
c. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya : Auditor harus dapat mengevaluasi seberapa
efisien penggunaan sumber daya di level manajemen.
d. Keamanan Data yang Terhubung Internet : Auditor harus memastikan bahwa proses
akuntansi di organisasi atau manajemen perusahaan berjalan dengan benar dan data
aman.
e. Independensi : Auditor harus mempertahankan independensi dalam sikap mental dan
keterampilan professional.
f. Keterampilan Teknis dan Pelatihan yang Cukup : Auditor harus memiliki
keterampilan teknis dan pelatihan yang cukup untuk melakukan tugas mereka.
g. Pengawasan dan Perencanaan yang Cukup : Auditor harus memiliki keterampilan
pengawasan dan perencanaan yang cukup untuk melakukan tugas mereka.
h. Bukti Audit yang Cukup dan Kompeten : Auditor harus memiliki bukti audit yang
cukup dan kompeten untuk melakukan tugas mereka.
i. Sikap Pasif Masyarakat : Sikap pasif masyarakat terhadap auditing, serta sistem
pengawasan yang lemah dari organisasi profesional terhadap anggotanya, dapat
memengaruhi kualitas audit di sektor publik (Djamil, n.d.).
j. Evaluasi Manajemen Risiko : Evaluasi manajemen risiko dapat meningkatkan
efektivitas audit internal.
k. Audit yang Komprehensif : Audit yang komprehensif yang menggabungkan audit
keuangan dan kinerja dapat memberikan lebih banyak nilai bagi organisasi.
l. Meningkatkan Tata Kelola : Auditor harus dapat mengevaluasi dan berkontribusi
pada peningkatan tata kelola di sektor publik (Panuntun, 2020).
m. Ketersediaan Data : Auditor mungkin memerlukan informasi atau data tambahan
untuk melakukan tugas audit mereka. Dalam rangka memberikan opini, auditor harus
mengatasi tantangan-tantangan tersebut agar dapat memberikan opini yang akurat
dan dapat dipercaya.
18
Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan
dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem
informasi akuntansi, sistem informasi manajemen dan prosedur administrasi.
Maka, berikut adalah beberapa cara penerapan standar audit yang dapat
memengaruhi transparansi dan akuntabilitas dalam sektor publik :
19
2.6 Contoh Praktek Audit Sektor Publik Di Organisasi Sektor Publik
1) Pemerintah Pusat : Audit atas pemerintah pusat ditujukan pada perolehan bukti
audit yang cukup dan tepat.
Sebagai contoh, pelaksanaan audit atas kontrak pemborongan pekerjaan atau atas
bantuan Pemerintah kepada yayasan atau badan hukum lainnya. Tujuan audit semacam
itu sering kali mencakup baik tujuan audit keuangan maupun tujuan audit kerja.
3) Lembaga Swadaya Masyarakat : Di Indonesia ada dua jenis LSM. Pertama, LSM
yang melakukan fungsi kontrol masyarakat. Kedua, LSM yang melaksanakan program
entitas. Menjamurnya LSM terutama dipicu oleh persyaratan-persyaratan yang diajukan
oleh lembaga-lembaga keuangan internasional.
Sebagai contoh, bank dunia yang mensyaratkan perlunya entitas bekerja sama
dengan LSM dalam proyek yang akan dikucurkan dananya.
20
4) Yayasan
Contohnya pelaksanaa audit atas kontrak pemborongan pekerjaan atau atas bantuan
pemerintah kepada yayasan atau badan hukum lainnya. Tujuan audit semacam ini sering
kali mencakup baik tujuan keuangan maupun tujuan audit kinerja. Audit semacam ini
umunya disebut audit kontrak.
21
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penerapan Standar Audit sangat penting dalam memberikan opini auditor karena
membantu memastikan bahwa audit dilakukan dengan integritas, objektivitas, dan
kualitas yang tinggi. Dengan mengikuti standar audit yang telah ditetapkan, auditor dapat
memberikan opini yang lebih kuat dan dapat diandalkan kepada pihak yang
berkepentingan, seperti pemegang saham, manajemen, dan regulator. Kesimpulan dari
penerapan standar audit adalah bahwa mereka menciptakan landasan yang kuat untuk
penilaian independensi dan profesionalisme auditor, serta membantu meningkatkan
kepercayaan masyarakat pada laporan keuangan yang diaudit.
Saran:
1. Pahami dengan baik Standar Audit yang Berlaku: Auditor harus memiliki pemahaman
yang mendalam tentang standar audit yang berlaku di negara atau yurisdiksi tempat
mereka beroperasi. Ini termasuk pemahaman yang kuat tentang Standar Pelaporan
Keuangan dan Standar Audit yang dikeluarkan oleh lembaga profesional audit.
Penerapan standar audit yang baik adalah kunci untuk menjaga kualitas dan
integritas audit, yang pada gilirannya membantu mempertahankan kepercayaan publik
dan pemangku kepentingan terhadap laporan keuangan yang diaudit. Auditor harus selalu
22
berusaha untuk mematuhi standar audit yang berlaku dan meningkatkan praktik mereka
seiring berjalannya waktu.
DAFTAR PUSTAKA
23
Universitas Pancasila, 1, 67–79.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/politico/article/view/32097
Ummam, A. M. N. R. N., Qodarina, N., Siregar, P. I. R., & Firmansyah, A. (2023).
Kendala Dan Kelemahan Sistem Penganggaran Berbasis Kinerja Sektor Publik:
Suatu Tinjauan. Journal of Law, Administration, and Social Science, 3(1), 63–71.
https://doi.org/10.54957/jolas.v3i1.378
Djamil, N. (n.d.). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit Pada Sektor Publik
Dan Beberapa Karakteristik Untuk Meningkatkannya. Retrieved from
https://akuinssk.uin-suska.ac.id/2012/10/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
kualitas-audit-pada-sektor-publik-dan-beberapa-karakteristik-untuk-
meningkatkannya/
Panuntun, D. H. (2020). Auditor Internal Pemerintah Di Era Digital. Jurnal Pengawasan
ISSN 2686-2840, 1-52.
Putri, S. K. (2018). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit Auditor Eksternal
pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya. Jurnal Ilmiah Mulawarman,3(4).
Tantangan Auditing di Era Revolusi Industri 4.0 yang Wajib Diketahui Auditor. (n.d.).
Retrieved from Binus Higher Education:
https://maksi.binus.ac.id/2019/08/21/tantangan-auditing-di-era-revolusi-industri-
4-0-yang-wajib-diketahui-auditor/
24