(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Audit Keuangan Sektor Publik)
OLEH:
KELOMPOK 5
4. Elisdi L. A. Ga (2023755704)
FAKULTAS AKUNTANSI
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena berkat
dan kemurahan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“KARAKTERISTIK AUDIT SEKTOR PUBLIK”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
mata kuliah AUDIT KEUANGAN SEKTOR PUBLIK. Kami sadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan yang perlu diperbaiki.
Dengan senang hati kami menerima kritikan, saran dan masukkan yang diberikan untuk
makalah kelompok kami sehingga kedepannya kami dapat menyusun makalah yang lebih baik.
Demikian makalah yang kami buat ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Atas perhatiannya kami ucapkan limpah terima
kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja fungsi dari kegiatan Audit Sektor Publik?
2. Bagaimana Proses Perencaanan Audit?
3. Bagaimana penugasan audit dilakukan?
4. Apa saja Overview Proses Audit Sektor Publik?
5. Bagaimana hubungan antara auditor dan auditan?
6. Jelaskan Standar Audit Sektor Publik?
1.3 TUJUAN
1. Memahami dan Menjelaskan Fungsi Audit
2. Memahami dan Menjelaskan Perencanaan Audit
3. Memahami dan Menyusun Penugasan Audit
4. Menguraikan Overview Proses Audit Sektor Publik
5. Menguraikan Hubungan antara Auditor dan Auditan
6. Menjelaskan dan Menerapkan Standar Audit Sektor Publik
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
di semua tingkatan pemerintahan, dan peningkatan kesadaran masyarakat mengenai
manfaat dan hasil audit.
Aksi berikutnya adalah adanya petunjuk teknis dan perencanaan audit. Audit sektor
publik secara jelas menunjukkan perbedaan antara kewajiban dengan tugas, mulai dari
sertifi kasi akuntan sampai audit terhadap organisasi khusus, penugasan atas pemeriksaan
kecurangan, korupsi, dan nilai uang dari audit (value for money audit). Kegiatan audit
sektor publik meliputi perencanaan, pengendalian, pengumpulan data, pemberian opini,
dan pelaporan. Permasalahan pokok dalam proses audit adalah memberikan sasaran yang
jelas dalam pelaksanaannya dengan diperoleh melalui proses pengetesan.
Hasil audit berupa informasi. Informasi yang diperoleh dari hasil audit sektor publik
dapat digunakan oleh pihak internal (entitas yang diaudit) untuk melaksanakan perbaikan
internal. Disamping itu, hasil audit juga diperlukan oleh pihak eksternal (di luar entitas
yang diaudit) untuk mengevaluasi apakah:
2) Program yang dilaksanakan mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan, dan
Tujuan audit sektor publik dipertegas dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Undang-undang ini
menyatakan bahwa pemeriksaan berfungsi untuk mendukung keberhasilan upaya
4
pengelolaan keuangan negara secara tertib dan taat pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Secara umum audit sektor publik memiliki fungsi yang lebih luas terutama dalam
kaitannya dengan tugas dan kewajiban untuk melaporkan adanya indikasi kecurangan dan
korupsi. Auditor tidak dapat melaksanakan seluruh tugasnya hanya dengan menggunakan
satu jenis pekerjaan saja. Lebih lanjut, pekerjaan auditor terdiri dari subseksi yang berbeda
dan memiliki tujuan masing-masing. Tingkat pertama dari proses audit secara keseluruhan
adalah penugasan audit.
5
2.4 PERENCANAAN AUDIT
Suatu audit, sama seperti proses-proses lainnya, menggunakan sumber daya yang
terbatas untuk menyediakan suatu jasa/layanan. Oleh karena itu, persiapan dan perencanaan
yang seksama diperlukan sehingga sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara
optimal untuk menyediakan jasa terbaik kepada pihak-pihak yang menggunakan hasil audit
dan pihak-pihak yang membayar auditor untuk waktu dan usahanya. Output dari
perencanaan audit adalah rencana audit tertulis untuk melakukan pekerjaan lapangan.
Output ini juga berisi pernyataan tujuan audit berupa apa yang akan dihasilkan dari audit
dan karenanya menunjukkan apa yang akan dilaporkan oleh auditor. Formulasi tujuan-
tujuan audit dilakukan melalui proses langkah demi langkah yang meliputi pemilihan
aspek-aspek keuangan dan/atau kinerja dan/atau aspek lain yang secara khusus
diidentifikasikan dalam tahapan survei awal, mengonfirmasikan apa yang auditor inginkan
atau ingin pelajari, dan menetapkan tujuan-tujuan audit.
Dalam banyak literatur auditing, tahapan persiapan audit sering disamakan dengan
tahapan perencanaan audit. Di sisi lain, beberapa literatur auditing membedakan kedua
tahapan ini. Tahapan persiapan audit berisi berbagai kegiatan berkenaan dengan
penerimaan penugasan audit dan perolehan berbagai informasi yang diperlukan untuk
mengembangkan perencanaan audit dan program audit secara menyeluruh. Suatu
perencanaan audit yang baik akan mendukung auditor melaksanakan penugasan dengan
efektif dan efisien. Informasi yang cukup mengenai penugasan akan membantu auditor
dalam merencanakan pengujian dan prosedur audit lain yang sesuai. Bila, misalnya, auditor
ketika melakukan pengumpulan bukti dan pengujian-pengujian menyadari bahwa
prosedur/pengujian yang telah direncanakan sebelumnya tidak sesuai dengan kenyataan
dan gagal mengumpulkan bukti yang kompeten, ia akan mencoba prosedur-prosedur lain
untuk memperbaiki tindakannya. Bayangkan bila hal ini sering terjadi, proses audit akan
bertambah panjang dan biaya yang dikeluarkan akan semakin besar.
6
perencanaan jangka panjang, yang sering disebut sebagai rencana strategis, dan
perencanaan jangka pendek yang biasanya dalam jangka waktu satu tahun, yang disebut
perencanaan operasional.
7
kepada lembaga audit untuk mendapatkan persetujuan. Perencanaan penugasan audit terdiri
dari berbagai kategori penugasan, yaitu:
b. Penugasan seragam yang disusun lembaga audit ditingkat yang lebih tinggi.
Penugasan ini direncanakan oleh lembaga audit yang memiliki posisi lebih tinggi
dan dilaksanakan oleh lembaga audit yang mempunyai tingkatan yang lebih rendah
dengan cara yang sama. Penugasan ini merupakan suatu pendekatan yang penting
karena aspek profesional dari audit akan diarahkan secara langsung oleh lembaga audit
yang mempunyai tingkatan yang lebih tinggi, misalnya setiap tahun lembaga audit yang
lebih tinggi membuat perencanaan yang seragam untuk audit sesuai dengan
wewenangnya dan mengatur lembaga audit di berbagai tingkatan untuk mengaudit
program atau kegiatan.
Penugasan ini merupakan penugasan yang dilaksanakan oleh lembaga audit yang
lebih rendah setelah mendapatkan otorisasi dari lembaga audit yang lebih tinggi. Dalam
menyiapkan perencanaan penugasan audit, lembaga audit yang posisinya lebih tinggi
dapat mengotorisasikan lembaga audit di tingkat yang lebih rendah untuk
melaksanakan audit atas aspek-aspek tertentu (kecuali penugasan audit seragam, yang
dijelaskan pada poin b.
8
yang posisinya lebih tinggi, juga menerima penugasan audit dari pemerintah yang
sesuai dengan tugas dan wewenangnya.
9
dibuat atas penugasan audit, kecuali jika terdapat kondisi tertentu. Penyesuaian
perencanaan biasanya diperiksa dan disetujui oleh lembaga audit yang
mengeluarkan perencanaan.
10
3. Mengirimkan Surat Pemberitahuan Pelaksanaan Audit
Perbedaan Antara Audit Sektor Privat dan Audit Sektor Publik di Indonesia
Uraian Audit Sektor Private Audit Sektor Publik
Pelaksanaan Audit Kantor Akuntan Publik (KAP) Lembaga audit pemerintah dan
juga KAP yang ditunjuk oleh
lembaga audit pemerintah
11
Uraian Audit Sektor Private Audit Sektor Publik
Ditinjanu dari pelaksana audit, sektor private proses audit dipercayakan kepada
lembaga profesional berypa Kantor Akuntan Publik (KAP), sementara Lembaga audit
pemerintah dan juga KAP yang ditunjuk oleh lembaga audit pemerintah. Perbedaan
mendasar lainnya adalah standar audit yang digunakan, sektor private menggunakan
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang dikeluarkan oleh IAI, sementara
sektor publik menggunakan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang
dikeluarkan oleh BPK.
Untuk mencapai tujuan ini, proses audit sektor publik terbagi menjadi empat tahap,
yaitu:
1. Merencanakan audit untuk memperoleh informasi yang relevan dengan cara yang
paling efisien.
12
2. Mengevaluasi efektivitas pengendalian internal auditan.
3. Menguji asersi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan menguji ketaatan
pada undang-undang atau peraturan yang mengikat.
a. Tahap Perencanaan
13
b. Tahap Mengevaluasi Pengendalian Internal
Tahap ini terdiri dari evaluasi dan pengujian pengendalian internal untuk
mendukung kesimpulan audit mengenai pencapaian tujuan pengendalian internal yang
diuraikan sebagai berikut:
14
c. Menentukan efektivitas pengendalian sistem informasi
1. Memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan bebas dari salah
saji yang material
2. Menentukan apakah auditan taat pada undang-undang atau peraturan yang mengikat
3. Menghubungkan risiko dan materialitas dengan sifat, waktu dan luas pengujian
substantif
4. Mendesain pengujian multi tujuan yang menggunakan sampel umum untuk menguji
pengendalian yang berbeda dan transaksi yang spesifik
d. Tahap Pelaporan
15
Untuk mencapai tujuan tersebut, tahap pelaporan berisi petunjuk untuk membuat
pendapat, kesimpulan tentang pengendalian internal, dan melaporkan temuan audit
Salah saji dianggap material jika kombinasi antara kekeliruan dan kecurangan
dalam laporan keuangan akan mengubah atau mempengaruhi keputusan pengguna
laporan keuangan. Walaupun materialitas sulit untuk diukur, auditor bertanggung jawab
untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa tingkat materialitas sudah dicapai.
Adalah hal yang memakan banyak biaya (atau bahkan tidak mungkin) bagi seorang
auditor untuk menemukan semua kekeliruan dan kecurangan yang sifatnya tidak
material.
Keyakinan adalah ukuran tingkat keyakinan yang diperoleh seorang auditor pada
akhir proses audit. Konsep keyakinan yang memadai tidak berarti auditor berperan
sebagai penjamin kebenaran suatu laporan keuangan.
16
1. Hampir semua bukti audit dihasilkan dari pengujian sampel dari populasi seperti
piutang dan persediaan. Teknik sampel meliputi risiko tidak menemukan salah saji
secara material. Selain itu, area lain perlu diuji seperti jenis, luas dan waktu
pengujian. Proses evaluasi hasil pengujian memerlukan pertimbangan auditor.
Walaupun auditor memiliki obyektivitas dan integritas yang tinggi, auditor dapat
membuat kesalahan dan kekeliruan dalam membuat pertimbangan.
Jika auditor bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua asersi di dalam
laporan keuangan adalah benar, persyaratan untuk mendapatkan bahan bukti dan biaya
pelaksanaan audit akan naik sampai tingkat di mana audit tersebut secara ekonomis
tidak layak. Pembelaan terbaik bagi auditor bila salah saji yang material tidak
terungkap adalah audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar auditing yang berlaku
umum.
Ada dua jenis salah saji yaitu kekeliruan (errors) dan kecurangan (fraud). Kekeliruan
adalah salah saji yang tidak disengaja sedangkan kecurangan disengaja. Contoh
kekeliruan adalah salah menghitung besarnya uang lembur yang dihitung berdasarkan
jam lembur pegawai.
Jack Bologna mendefinisikan kecurangan sebagai suatu tindakan kriminal yang
dilakukan dengan upaya penipuan guna mendapatkan keuntungan dari sisi keuangan.
Menurut Arthur W. Holmes dan David C. Burns, kecurangan adalah suatu salah saji
atas suatu fakta bersifat material yang diketahui tidak benar atau disajikan dengan
mengabaikan prinsip-prinsip kebenaran, dengan maksud menipu terhadap pihak lain
dan mengakibatkan pihak lain tersebut dirugikan. Sementara itu, ASOSAI
17
mendefenisikan kecurangan meliputi penyajian secara keliru dengan sengaja, fakta dan
atau informasi penting, untuk memperoleh keuntungan illegal atau tidak semestinya.
6. Pihak yang dirugikan harus bereaksi (acted) terhadap salah saji tersebut
Terdapat dua jenis kecurangan, yaitu pencurian aktiva yang sering disebut
penggelapan atau kecurangan pegawai dan pelaporan keuangan yang menyesatkan,
yang sering disebut sebagai kecurangan auditan. Contoh pencurian aktiva adalah
18
seorang bendaharawan mengambil gaji pegawai yang telah mengundurkan diri dari
pegawai negeri sipil. Contoh pelaporan keuangan yang menyesatkan adalah lebih saji
yang disengaja dari harga kontrak pengadaan barang/jasa.
1) Standar Umum
19
dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, organisasi yang dapat
mempengaruhi independensinya.
20
3) Standar Pelaporan Audit Kinerja
21
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Audit sektor publik pada dasarnya memiliki tugas dan kewajiban yang lebih luas
terutama untuk melaporkan adanya indikasi kecurangan (errors) dan korupsi (fraud).
Secara keseluruhan, audit mempunyai tujuan untuk menyediakan informasi kepada para
pengambil keputusan (pengguna laporan keuangan), dengan keyakinan yang memadai,
apakah laporan tersebut dapat diandalkan, pengendalian internal efektif, dan sesuai dengan
undang-undang atau peraturan yang berlaku. Perencanaan audit dapat dikelompokkan ke
dalam perencanaan jangka pendek dan perencanaan jangka panjang berdasarkan jangka
waktu perencanaan. Di antara keseluruhan kategori perencanaan audit, perencanaan
penugasan audit merupakan prioritas. Perencanaan penugasan audit menentukan tipe,
jumlah unit dan jangka waktu penugasan audit dalam periode yang telah ditentukan, yang
sebelum dilaksanakan harus diserahkan kepada lembaga audit untuk mendapatkan
persetujuan.
Ada dua jenis salah saji yaitu kekeliruan (errors) dan kecurangan (fraud). Kekeliruan
adalah salah saji yang tidak disengaja sedangkan kecurangan disengaja. Auditan memiliki
tanggung jawab untuk menentukan kebijakan akuntansi yang sehat, menjalankan sistem
pengendalian intern yang baik, dan membuat penyajian yang wajar dalam laporan
keuangan. Tanggung jawab auditan atas kewajaran asersi laporan keuangan membawa
auditan pada kedudukan untuk menentukan pengungkapan yang diperlukan. Sekalipun
auditan bertanggung jawab atas penyiapan laporan keuangan dan catatan kaki yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan, namun auditor diperkenankan menyiapkan suatu
draft untuk auditan atau memberikan saran-saran yang diperlukan.
Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab
profesionalnya. Standar-standar ini meliputi pertimbangan mengenai kualitas profesional
auditor seperti keahlian dan independensi, persyaratan pelaporan dan bahan bukti.
1
Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. Prosedur berkaitan dengan
tindakan yang harus dilaksanakan sedangkan standar berkaitan dengan kriteria atau ukuran
mutu kinerja tindakan tersebut, dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui
penggunaan prosedur tersebut. Standar auditing tidak hanya berkaitan dengan kualitas
profesional auditor namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam
pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya. Standar auditing yang telah ditetapkan dan
disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah terdiri atas 3 pernyataan Standar Umum, 3
pernyataan Standar Pekerjaan Lapangan, dan 4 pernyataan Standar Pelaporan.
3.2 SARAN
1. Saran bagi Pembaca
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami harap agar penulis selanjutnya dapat menambah atau mengkaji lebih banyak
sumber maupun referensi terkait Karakteristik Audit Sektor Publik sehingga isi materi
menjadi lebih komprehensif.
2
DAFTAR PUSTAKA
Utary, Anis dan Muhammad Ikbal. (2014). Audit Sektor Publik. Yogyakarta: Interpena.
Murwanto, Rahmadi dkk. (2005). Audit Sektor Publik. Jakarta: Lembaga Pengkajian Keuangan
Publik dan Akuntansi Pemerintah BPPK Departemen Keuangan RI.