DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS WIDYATAMA
FAKULTAS EKONOMI
2020
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, Oleh karena itu saya harapkan kepada pembaca untuk dapat
makalah ini.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................3
BAB IV KESIMPULAN..................................................................................35
4.2 Saran...............................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................36
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
terjadinya pemborosan aset dan salah urus. Berdasarkan pandangan tersebut,
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah merupakan satu kesatuan
yang tak dapat dipisahkan dalam upaya penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan masyarakat, dengan misi penting adalah peningkatan efisiensi dan
efektifitas pengelolaan sumber daya keuangan dalam rangka peningkatan
kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat.
Didasari oleh sifat demokratis yang diemban oleh sebuah negara, maka dirasa
akan sangat penting adanya akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik
menjadi salah satu poin penting dalam pembangunan sebuah negara, karena
dengan adanya pengelolaan organisasi publik maka akan ada pula proses
pertanggung jawaban publik. Proses inilah yang menentukan penilaian
keberhasilan sebuah organisasi publik dalam mencapai tujuannya untuk
menyampaikan informasi keuangan kepada publik secara benar dan
bertanggung jawab. Dengan adanya informasi keuangan kepada publik ini,
memungkinkan bagi publik untuk menilai pertanggung jawaban pemerintah
atas seluruh aktivitas yang telah dilakukan, bukan hanya aktivitas keuangan
saja akan tetapi menekankan bahwa laporan keuangan pemerintah harus dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan para penggunanya dalam pembuatan
keputusan ekonomi, sosial dan politik.
Berdasarkan latar belakang yang telah kami paparkan, maka masalah yang
dapat dirumuskan yaitu, sebagai berikut:
4
2. Apakah sistem pelaporan berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja
instansi pemerintahan daerah dan publik?
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 AKUNTABILITAS
2.1.1 Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas berasal dari istilah dalam bahasa Inggris yaitu accountability, yang
berarti pertanggunganjawaban atau keadaan untuk dipertanggungjawabkan atau
keadaan untuk diminta pertanggungjawaban (Salim, 1991). Akuntabilitas
(accountability) menurut Suherman (2007) yaitu berfungsinya seluruh komponen
penggerak jalannya kegiatan perusahaan, sesuai tugas dan kewenangannya
masing-masing.
Selanjutnya definisi akuntabilitas menurut Mardiasmo (2004), menerangkan
bahwa pengertian akuntabilitas adalah:
“Akuntabilitas adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk
memberikan pertanggung jawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan
segala aktifitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak
pemberi amanah (prinscipal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta
pertanggung jawaban tersebut.”
Dari kedua definisi diatas dapat dikatakan bahwa akuntabilitas merupakan
pertanggungjawaban atas segala yang dilakukan oleh pimpinan atau lembaga yang
memberi wewenang dan akuntabilitas merupakan prinsip yang menjamin bahwa
setiap kegiatan suatu organisasi atau perorangan dapat dipertangungjawabkan
secara terbuka kepada masyarakat.
Berdasarkan beberapa akuntabilitas yang dilihat dari berbagai sudut pandang
tersebut, maka akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban untuk menyajikan
dan melaporkan segala tindak lanjut dan kegiatan seseorang atau lembaga
terutama bidang administrasi keuangan kepada pihak yang lebih tinggi.
Akuntabilitas dalam konteks pemerintahan mempunyai arti pertanggungjawaban
yang merupakan salah satu ciri dari terapan good governance. Pemikiran ini
bersumber dari pemikiran administrasi publik merupakan isu menuju clean
6
goverment atau pemerintahan yang bersih. Akuntabilitas dilihat dari sudut
pandang pengendalian merupakan tindakan pada pencapaian tujuan.
7
membutuhkan lebih banyak ukuran-ukuran subyektif . Tahap-tahap tersebut
adalah:
8
beroperasi dengan ekonomis, efisien dan efektif. Beberapa teknik yang
dikembangkan untuk memperkuat sistem akuntabilitas sangat dipengaruhi oleh
metode yang banyak dipakai dalam akuntansi, manajemen dan riset seperti
management by objectives, anggaran kinerja, riset operasi, audit kepatuhan dan
kinerja, akuntansi biaya, analisis keuangan dan survey yang dilakukan terhadap
masyarakat sendiri. Teknik-teknik tersebut tentunya juga dipakai oleh pemerintah
sendiri untuk meningkatkan kinerjanya.
9
2.1.4 Macam Akuntabilitas
10
1. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran
2. Akuntabilitas Proses
3. Akuntabilitas Program
11
4. Akuntabilitas Kebijakan
Dari dimensi akuntabilitas yang telah di jelaskan dan disebutkan di atas yang
bersumber dari (Hopwood dan Tomkins, 1984, Elwood, 1993) dimensi tersebut
dapat di turunkan menjadi indikator akuntabilitas adalah sebagai berikut:
12
2.2 Kinerja
Istilah kinerja merupakan terjemahan dari performance yang sering diartikan oleh
para cendekiawan sebagai penampilan, unjuk kerja, atau prestasi (Keban, 2004).
Secara etimologis, kinerja adalah sebuah kata yang dalam bahasa Indonesia
berasal dari kata dasar “kerja” yang menerjemahkan kata dari bahasa asing
prestasi, bisa pula berarti hasil kerja. Sehingga pengertian kinerja dalam
organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang
telah ditetapkan.
Kinerja adalah penampilan cara-cara untuk menghasilkan suatu hasil yang
diperoleh dengan aktivitas yang di capai dengan suatu unjuk kerja. Dengan
demikian kinerja adalah konsep utama organisasi yang menunjukan beberapa jauh
tingkat kemampuan pelaksanaan tugas-tugas organisasi dilakukan dalam
pencapaian tujuan (Pamungkas, 2000). Pendapat lain menyatakan bahwa kinerja
merupakan perwujudan kerja yang dilakukan oleh pegawai yang biasanya dipakai
sebagai dasar penilaian terhadap pegawai atau organisasi (Hasibuan, 2007).
Menurut Mangkunegara (2005)kinerja instansi pemerintah adalah :
“Kinerja instansi pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran visi, misi dan strategi
instansi perintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan atau pencapaian
pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang
ditetapkan.”
13
yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-
kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan”.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kinerja
merupakan suatu capaian atau hasil kerja dalam kegiatan atau aktivitas atau
program yang telah direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan serta sasaran
yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi dan dilaksanakan dalam jangka waktu
tertentu.
Salah satu sarana manajemen paling panting yang harus dibebankan agar tujuan
organisasi dapat tercapai adalah faktor manusia. Tanpa manusia yang berkualitas,
betapapun canggihnya sistem yang dirancang, tujuan organisasi mungkin hanya
sekedar angan-angan saja. Disamping sarana, prinsip-prinsip organisasi harus pula
dipenuhi seperti adanya pembagian tugas yang adil, pendelegasian tugas. Rentang
kekuasaan, tingkat pengawsan yang cukup, kesatuan perintah dan tanggung jawab
serta koordinasi masing-masing unit merupakan suat hal yang harus terus menerus
disempurnakan.
Untuk itu penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk hal-hal sebagai
berikut :
14
2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Kinerja merupakan suatu capaian atau hasil kerja dalam kegiatan atau aktivitas
atau program yang telah direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan serta
sasaran yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi dan dilaksanakan dalam
jangka waktu tertentu yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Dalam Keban (2004) untuk melakukan kajian secara lebih mendalam tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas penilaian kinerja di Indonesia, maka
perlu melihat beberapa faktor penting sebagai berikut:
15
terhadap efektivitas penilaian kinerja, maka para penilai yang ada dibawah
otoritasnya akan selalu berusaha melakukakan penilaian secara tepat dan benar
a. Faktor internal
1. Tujuan organisasi, yaitu apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin
dihasilkan oleh suatu organisasi.
2. Struktur organisasi, sebagai hasil desain antara fungsi yang akan
dijalankan oleh unit organisasi dengan struktur formal yang ada.
3. Sumber Daya manusia, yaitu kualitas dan pengelolaan anggota organisasi
sebagai penggerak jalannya organisasi secara keseluruhan.
4. Budaya organisasi, yaitu gaya dan identitas suatu organisasi dalam pola
kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang bersangkutan.
b. Faktor eksternal
1. Faktor politik, yaitu hal yang berhubungan dengan keseimbangan
kekuasaan negara yang berpengaruh pada keamanan dan ketertiban, yang
akan mempengaruhi ketenangan organisasi untuk berkarya secara
maksimal.
2. Faktor ekonomi, yaitu tingkat perkembangan ekonomi yang berpengaruh
pada tingkat pendapatan masyarakat sebagai daya beli untuk
menggerakkan sektor-sektor lainya sebagai suatu system ekonomi yang
lebih besar.
3. Faktor sosial, yaitu orientasi nilai yang berkembang di masyarakat, yang
mempengaruhi pandangan mereka terhadap etos kerja yang dibutuhkan
bagi peningkatan kinerja organisasi.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak faktor
yang mempengaruhi tingkat kinerja dalam suatu organisasi. Namun secara garis
16
besarnya, faktor yang sangat dominan mempengaruhi kinerja organisasi adalah
faktor internal (faktor yang datang dari dalam organisasi) dan faktor eksternal
(faktor yang datang dari luar organisasi). Setiap organisasi akan mempunyai
tingkat kinerja yang berbeda-beda karena pada hakekatnya setiap organisasi
memiliki ciri atau karakteristik masing-masing sehingga permasalahan yang
dihadapi juga cenderung berbeda tergantung pada faktor internal dan eksternal
organisasi.
a. Produktivitas
b. Kualitas Layanan
c. Responsivitas
d. Responsibilitas
18
dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit. Oleh sebab itu,
responsibilitas bisa saja pada suatu ketika berbenturan dengan responsivitas.
e. Akuntabilitas
oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih
oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan kepentingan rakyat.
Dalam konteks ini, konsep dasar akuntabilitas publik dapat digunakan untuk
melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten
dengan kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa
dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau
pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran
eksternal, seperti nilai- nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu
kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu
dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam
masyarakat.
Dimensi pengukuran kinerja yang dikemukakan oleh Dwiyanto (2006) meliputi
lima dimensi, yaitu produktivitas, kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas
dan akuntabilitas. Mengenai akuntabilitas, Dwiyanto (2006) mengemukakan
bahwa akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan publik sebagai suatu
ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian penyelanggaraan
pelayanan dengan ukuran nilai-nilai dan norma eksternal yang ada di masyarakat
atau yang dimiliki oleh para stakeholders. Acuan pelayanan yang digunakan oleh
organisasi publik juga dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas pemberian
pelayanan publik. Acuan pelayanan yang dianggap paling penting oleh suatu
organisasi publik adalah dapat merefleksikan pola pelayanan yang dipergunakan
19
yaitu pola pelayanan yang akuntabel yang mengacu pada kepuasan publik sebagai
pengguna jasa.
Akuntabilitas dalam penggunaan anggaran merupakan bentuk
pertanggungjawaban instansi pemerintah Kota Bandung atas penyelenggaraan
pelayanan publik, kemudian publik memiliki hak dan kewenangan untuk meminta
pertanggungjawaban tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung.
BAB III
PEMBAHASAN
20
aspirasi masyarakat yang berkembang di daerah yang merupakan hak dan
kewenangan dari pemerintah daerah.
Menurut (Schief dan Lewin,1970; Welsch, Hilton, dan Gordon, 1996 dalam
Ikhsan dan Ane, 2007) anggaran adalah alat perencanaan yang berupa elemen
sistem pengendalian manajemen yang digunakan manajer untuk melaksanakan
kegiatan operasional organisasinya secara efektif dan efisien Lingkup anggaran
mempunyai fungsi yang sangat penting di pemerintah daerah terkait dengan
fungsi dari anggaran tersebut dengan akuntabilitas pemerintah
Dari kedua pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa akuntansi sektor
publik merupakan bagian dalam suatu lembaga maupun organisasi yang
berkewajiban untuk mengumpulkan, mencatat, menganalisa sebagai bentuk
tanggung jawab atas segala aktivitas yang berkaitan dengan aktivitas keuangan
yang terjadi dalam kurun waktu tertentu yang selanjutnya akan digunakan untuk
pengambilan suatu keputusan.
Jadi akuntabilitas publik menjadi nilai yang sangat penting dalam administrasi
negara karena akuntabilitas publik merupakan salah satu bentuk kewajiban yang
harus dilakukan oleh organisasi publik atau pemerintah atau pejabat pemerintah
21
sebagai suatu pertanggungjawaban setelah menjalankan fungsi pemerintahan dan
melaksanakan tugas-tugasnya kepada atasan dalam satu pemerintahan juga kepada
masyarakat sebagai suatu pengawasan dan evaluasi dari pelaksanaan tugas.
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal (vertical
accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability). Vertical
accountability adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas
yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada
pemerintah daerah, kemudian pemerintah daerah kepada pemerintah pusat,
pemerintah pusat kepada DPR.
Akuntabilitas publik yang dilakukan organisasi sektor publik terdiri atas empat
dimensi akuntabilitas yang mesti dipenuhi organisasi sektor publik (Ellwood,
1993). yaitu :
1. Accountability for probity and legality (akuntabilitas kejujuran dan hukum).
Akuntabilitas hukum terkait dengan kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan yang diterapkan.
2. Process accountability (akuntabilitas proses). Akuntabilitas proses terkait
dengan apakah prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas sudah
cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem
informasi manajemen, dan prosedur administrasi.
Akuntabilitas ini diterjemahkan melalui pemberian pelayanan publik yang cepat,
responsif, dan murah biaya. Pengawasan dan pemeriksaan dapat dilakukan
terhadap akuntabilitas proses, untuk dapat menghindari kolusi, korupsi dan
nepotisme.
1. Program accountability, akuntabilitas program, untuk pertimbangan apakah
tujuan yang ditetapkan dapat tercapai, dan apakah ada alternatif program
lain yang memberikan hasil maksimal dengan biaya minimal.
2. Policy accountability (akuntabilitas kebijakan).
22
3.1 Analisis pengaruh pengendalian akuntansi terhadap akuntabilitas publik
BAPPENAS sebagai salah satu badan atau lembaga yang dibentuk
pemerintah untuk mengawasi jalannya pemerintahan. Agar dapat berjalan
dengan baik menetapkan beberapa karakteristik terselenggaranya pemerintaha
yang baik yang dikenal dengan good governance.
23
Neraca mengambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai
aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Dalam nerac
sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos seperti: kas dan setara kas,
investasi jangka pendek, piutang pajak dan bukan pajak, persediaan,
investasi jangka panjang, aset tetap, kewajiban juangka pendek, kewajiban
3. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai sumber penggunaan,
perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas
dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas
diklasifikasikan berdasarkan aktifitas operasi, investasi aset nonkeuangan,
pembiayaan dan nonanggaran.
4. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau
analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan
atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan
dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-
pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas
laporan keuangan, seperti kewajiban kontijensi dan komitmen-komitmen
lainnya.
24
Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan
kemauan untuk melaksanakan yaitu pemerintah daerah. Pemerintah daerah
bebas berkreasi dan berekspresi dalam rangka membangun daerahnya, tentu
saja dengan tidak melanggar ketentuan hukum yaitu perundang-
undangan. Salah satu tujuan utama pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal tersebut adalah untuk menciptakan good governance,
yaitu pemerintahan yang baik yang ditandai dengan adanya transparansi,
akuntabilitas publik, partisipasi, efisiensi dan efektivitas, serta penegakan
hukum. Otonomi daerah tersebut berdampak pada berbagai aspek, baik aspek
politik, hukum, dan sosial, maupun aspek akuntansi dan manajemen
keuangan daerah.
25
Dalam era otonomi daerah dan desentralisasi, sesuai dengan ketentuan UU
No. 23 Tahun 2014, PP No. 71 Tahun 2010, dan PP No. 58 Tahun 2005,
pemerintah daerah disyaratkan untuk dapat menyajikan laporan keuangan
pemerintah daerah sebagai bagian dari LKPJ Kepala Daerah. Undang-Undang
No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 31 mengatur bahwa
Kepala Daerah harus memberikan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
kepada DPRD berupa Laporan Keuangan. Laporan Keuangan tersebut
setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBD, Neraca, Laporan Arus
Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan
keuangan perusahaan daerah.
Selain itu publik adalah merupakan pemegang kekuasaan atau jika dalam
perusahaan adalah pemilik/stakeholder. Sedangkan pemerintah hanyalah
pemegang amanah publik atau manajemen. Sehingga laporan keuangan harus
disajikan sebagai bentuk pertanggung jawaban atau akuntabilitas pemegang
amanah kepada pemilik. Selain itu informasi-informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan sangatlah penting bagi pengambilan keputusan ekonomi,
sosial maupun politik bagi stakeholder.
26
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, menyebutkan
bahwa Pengeluaran Daerah Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari
kas daerah. Dimana Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang
daerah yang ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung seluruh
penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran
daerah.
27
internal depertemen, lembaga negara atau BUMN termasuk pengawasan dari
lembaga khusus pengawasan.
Pengawasan yang dilakukan oleh Dewan dapat berupa pengawasan secara
langsung dan tidak langsung serta preventif dan represif. Pengawasan
langsung dilakukan secara pribadi dengan cara mengamati, meneliti,
memeriksa, mengecek sendiri di tempat pekerjaan dan meminta secara
langsung dari pelaksana dengan cara inspeksi. Sedangkan pengawasan tidak
langsung dilakukan dengan cara mempelajari laporan yang diterima dari
pelaksana. Pengawasan preventif dilakukan melalui pre-audit yaitu sebelum
pekerjaan dimulai. Pengawasan represif dilakukan melalui post audit dengan
pemeriksaan terhadap pelaksanaan ditempat (inspeksi).
Pengawasan yang dilakukan oleh DPRD terhadap eksekutif dimaksudkan
agar terdapat jaminan terciptanya pola pengelolaan anggaran daerah yang
terhindar dari praktik-praktik kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) baik
mulai dari proses perencanaan, pengesahan, pelaksanaan serta
pertanggungjawabannya. Disamping DPRD mengawasi secara langsung
tentang mekanisme anggaran, DPRD juga menggunakan aparat pengawasan
eksternal pemerintah, yang independen terhadap lembaga eksekutif di daerah
yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Pengawasan merupakan tahap
integral dengan keseluruhan tahap pada penyusunan dan pelaporan APBD.
Pengawasan diperlukan pada setiap tahap bukan hanya pada tahap evaluasi
saja (Mardiasmo, 2001).
Azas akuntabilitas adalah azas yang menentukan bahwa setiap kegaitan dan
hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada rakyat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi. Akuntabilitas bersumber kepada adanya pengendalian dari luar
(external control) yang mendorong aparat untuk bekerja keras. Birokrasi
dikatakan accountable apabila dinilai secara objektif oleh masyarakat luas.
Menurut Sulistoni (2003) pemerintahan yang accountable memiliki ciri-ciri
sebagai berikut: (1) Mampu menyajikan informasi penyelenggaraan
28
pemerintah secara terbuka, cepat, dan tepat kepada masyarakat, (2) Mampu
memberikan pelayanan yang memuaskan bagi publik, (3) Mampu
memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan
dan pemerintahan, (4) Mampu menjelaskan dan mempertanggungjawabkan
setiap kebijakan publik secara proporsional, dan (5) Adanya sarana bagi
publik untuk menilai kinerja pemerintah. Melalui pertanggungjawaban
publik, masyarakat dapat menilai derajat pencapaian pelaksanaan program
dan kegiatan pemerintah.
Akuntabilitas publik akan tercapai jika pengawasan yang dilakukan oleh
dewan dan masyarakat berjalan secara efektif. Hal ini juga di dukung oleh
pendapatnya Rubin (1996) yang menyatakan bahwa untuk menciptakan
akuntabilitas kepada publik diperlukan partisipasi pimpinan instansi dan
warga masyarakat dalam penyusunan dan pengawasan keuangan daerah
(APBD). Sehingga akuntabilitas publik yang tinggi akan memperkuat fungsi
pengawasan yang dilakukan oleh dewan.
Selain itu, Penjaringan aspirasi masyarakat merupakan bagian integral dari
upaya untuk memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan
kreatifitas, meningkatkan peran serta masyarakat, mengembangkan peran dan
fungsi DPRD yang merupakan misi utama dikeluarkannya Undang-undang
Otonomi Daerah Tahun 1999. Pada dasarnya ada tiga elemen penting yang
segmental saling bersentuhan dan menentukan kinerja (performance)
pengelolaan keuangan daerah yaitu stakeholder, Pemerintah Daerah, dan
DPRD.
Achmadi dkk. (2002) menyebutkan bahwa partisipasi merupakan kunci
sukses dari pelaksanaan otonomi daerah karena dalam partisipasi menyangkut
aspek pengawasan dan aspirasi. Pengawasan yang dimaksud disini termasuk
pengawasan terhadap pihak eksekutif melalui pihak legislatif. Semakin aktif
masyarakat dalam proses penyelenggaraan pemerintahan akan berarti
semakin sukses pelakasanaan otonomi daerah. Namun kenyataan dilapangan
tidak selalu masyarakat berpartisipasi secara aktif dalam proses
29
penyelenggaraan pemerintahan khususnya pada saat penyusunan anggaran
(APBD). Menyadari pentingnya aspirasi masyarakat, maka diperlukan
langkah startegis agar partisipasi masyarakat bisa berjalan secara kondusif.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah mengoptimalkan peran dari
lembaga institusi lokal non pemerintahan seperti lembaga swadaya masyarakt
(LSM), media masa, organisasi kemasyarakatan dan partai politik.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa adanya partisipasi
masyarakat akan memperkuat proses penyelenggaraan pemerintah, maka
peranan Dewan dalam melakukan pengawasan keuangan daerah akan
dipengaruhi oleh keterlibatan masyarakat dalam advokasi anggaran. Jadi,
selain pengetahuan tentang anggaran yang mempengaruhi pengawasan yang
dilakukan oleh Dewan, partisipasi masyarakat diharapkan akan
meningkatkan fungsi pengawasan.
Selain adanya partisipasi masyarakat dalam siklus anggaran, transparansi
anggaran juga diperlukan untuk meningkatkan pengawasan. Transparansi
merupakan salah satu prinsip good governance. Transparansi dibangun atas
dasar arus informasi yang bebas, seluruh proses pemerintahan, lembaga-
lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang
berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat di
mengerti dan di pantau.
Menurut Sopanah dan Mardiasmo (2003) Anggaran yang disusun oleh pihak
eksekutif dikatakan transparansi jika memenuhi beberapa kriteria berikut: (1)
Terdapat pengumuman kebijakan anggaran, (2) Tersedia dokumen anggaran
dan mudah diakses, (3) Tersedia laporan pertanggungjawaban yang tepat
waktu, (4) Terakomodasinya suara/usulan rakyat, (4), Terdapat sistem
pemberian informasi kepada pubik. Transparansi merupakan prasyarat untuk
terjadinya partisipasi masyarakat yang semakin sehat karena (Sulistoni,
2003): (a) Tanpa informasi yang memadai tentang penganggaran, masyarakat
tidak punya kesempatan untuk mengetahui, menganalisis, dan mempengaruhi
kebijakan, (b) Transparansi memberi kesempatan aktor diluar eksekutif untuk
30
mempengaruhi kebijakan dan alokasi anggaran dengan memberi perspektif
berbeda dan kreatif dalam debat anggaran, (c) Melalui informasi, legislatif
dan masyarakat dapat melakukan monitoring terhadap keputusan dan kinerja
pemerintah. Tanpa kebebasan informasi fungsi pengawasan tidak akan
efektif, (d) Berdasarkan teori yang ada menunjukkan bahwa semakin
transparan sebuah kebijakan publik maka pengawasan yang dilakukan oleh
dewan akan semakin meningkat karena masyarakat juga terlibat dalam
mengawasi kebijakan publik tersebut.
31
daya yang dipakai oleh suatu entitas dalam aktivitasnya guna mencapai tujuan
.
32
satu pertanggungjawaban pemerintah daerah terhadap publik yaitu dengan
menyajikan laporan kekuangan yang disajikan secara transparan melalui
media massa maupun media nirmasa.
Dari hasil penelitian Aliyah dan Nahar (2012) mengindikasikan bahwa
penyajian laporan keuangan berpengaruh terhadap transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa dengan meningkatnya penyajian laporan keuangan daerah akan
berimplikasi terhadap peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah. Sebagaimana dalam beberapa pernyataan berikut maka
peneliti menduga bahwa penyajian laporan keuangan berpengaruh terhadap
transparansi.
Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2010 Dalam kehidupan bernegara
yang semakin terbuka, pemerintah selaku perumus dan pelaksanaan kebijakan
APBN berkewajiban untuk terbuka dan bertanggung jawab terhadap seluruh
hasil pelaksanaan pembangunan. Penelitian oleh Aliyah dan Nahar (2012)
menunjukan bahwa aksesibilitas laporan keuangan daerah berpengaruh
signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
daerah terbukti dan diterima. Oleh sebab itu peneliti menduga bahwa terdapat
pengaruh antara aksesibilitas laporan keuangan terhadap transparansi.
Tuntutan akan perwujudan good governance di Indonesia yang semakin
meningkat berdampak pada sistem pengelolaan keuangan secara akuntabel
dan transparan. Hal ini tidak terpisahkan oleh adanya sistem pengendalian
dan pengawasan di setiap instansi pemerintah yang secara sistematis yang
terdiri dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan hingga
pertanggungjawaban secara efektif, efisien dan terkendali. Menurut hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) yang meneliti tentang pengaruh
sistem pengendalian intern pemerintah terhadap transparansi laporan
keuangan pemerintah daerah terdapat hubungan yang signifikan antara
Pengendalian Internal (X) dengan Transparansi laporan keuangan pemerintah
daerah (Y) dengan arah hubungan positif.
33
Adanya tuntutan yang semakin besar terhadap pelaksanaan akuntabilitas
sektor publik menimbulkan implikasi bagi manajemen sektor publik untuk
memberikan informasi kepada publik, salah satunya adalah informasi
akuntansi yang berupa laporan keuangan. Penelitian yang dilakukan Sande
(2008) menyatakan bahwa laporan keuangan daerah berpengaruh teradap
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Dengan adanya pernyataan
tersebut maka peneliti menduga bahwa Penyajian laporan keuangan
berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.
Selain penyajian laporan keuangan pemerintah daerah bentuk
pertanggungjawaban publik adalah aksesibilitas yang merupakan sarana
pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada publik secara terbuka dan
jujur berupa laporan keuangan yang dapat di akses dengan mudah oleh
berbagai pihak yang berkepentingan (Mustofa 2012). Sebagaimana dalam
penelitian Mustofa (2012) tentang pengaruh penyajian dan aksesibilitas
laporan keuangan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah
menyatakan bahwa aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh terhadap
laporan keuangan.
34
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dalam makalah ini yaitu, bahwa terdapat pengaruh positif dan
signifikan kejelasan sasaran terhadap akuntabilitas kinerja instansi
Pemerintah, terdapat pengaruh positif dan signifikan pengendalian akuntansi
terhadap akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah, terdapat pengaruh positif
dan signifikan sistem pelaporan terhadap akuntabilitas kinerja instansi
Pemerintah, tidak terdapat pengaruh moderasi terhadap hubungan antara
kejelasan sasaran anggaran dengan akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah,
tidak terdapat pengaruh moderasi terhadap hubungan antara pengendalian
akuntansi dengan akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah, tidak terdapat
pengaruh moderasi terhadap hubungan antara sistem pelaporan dengan
akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah.
4.2 Saran
35
Akuntabilitas publik masih pelu adanya transparansi yang lebih jelas kepada
rakyat sehingga pemerintah daerah sebaiknya lebih meningkatkan sistem
kontrol terhadap bawahannya terutama dalam hal peningkatan komitmen
organisasi guna tercapainya akuntabilitas kinerja di masing-masing kantor
dinas pemerintah. Sebaliknya begitu pula bagi masyarakat masih perlu
adanya perhatian dan kepedulian tinggi terhadap perkembangan akuntabilitas
yang berjalan, baik itu dipemerintah pusat maupun dalam pemerintahan
daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, A., Muslim, M. dkk, 2002, Good governance dan Penguatan Institusi
Daerah, Masyarakat Transparansi Indonesia, Jakarta.
Andriani, Rini, 2002, Pengaruh Pengetahuan dan RPPs terhadap peranan DPRD
dalam Pengawasan Anggaran (Studi Kasus pada DPRD se-Propinsi
Bengkulu, Tesis Program Pasca Sarjana UGM, Jogjakarta.
36
Bazwir, Revrisond, 1999, Akutansi Pemerintah Indonesia, Edisi Tiga BPFE
Jogjakarta.
Halim, Abdul, 2003, Bunga Rampai Keuangan Daerah, UPP AMP YKPN,
Jogjakarta.
Luthfi, JK., 2003, Diskusi Anggaran Publik, 2 Agustus 2003, Malang Coruption
Watch, Malang
37
Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
38