Oleh Kelompok 5:
JURUSAN AKUNTASI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami haturkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat serta
Karunia-Nya sehingga tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan mengenai “Memaknai
Akuntabilitas Akuntansi” dapat terselesaikan.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mingguan dari Ibu Dr. Andi
Nurwanah, S.E., M.Si., Ak., CA. pada bidang studi Akuntansi. Selain itu, penyusunan
makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang pemahaman tentang kas.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Andi Nurwanah, S.E., M.Si.,
Ak., CA. selaku dosen pengampu mata perkuliahan Akuntansi Keuangan. Berkaitan tugas
yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Akuntabilitas dalam perusahaan penting supaya setiap orang dapat menjalankan tugas
dengan baik dan tujuan perusahaan mudah tercapai. Akuntabilitas mempunyai arti
pertanggungjawaban yang merupakan salah satu ciri dari terapan”Good Governance” atau
pengelolaan pemerintahan yang baik dimana pemikiran tersebut bersumber bahwa
pengelolaan administrasi publik merupakan issue utama dalam pencapaian menuju ”clean
government” (pemerintahan yang bersih). Ada beberapa pilar good governancedalam
berinteraksi satu dan lainnya yang saing terkait, yaitu: Government, Citizen, danBusiness
atau State, Societydan Private Sector. Pada dasarnya pilar tersebut mempunyai konsekuensi
akuntabilitas terhadap publik atau masyarakatnya, khususnya stakeholders yang yang
melingkupi ketiga pilar tersebut sebagai pelaku ”How to govern” atas aktivitasnya.
2
Konsep akuntabilitas mensyaratkan adanya perhitungan “cost and benefits analysis”
(tidakterbatas dari segi ekonomi, tetapi juga sosial, dan sebagainya tergantung bidang
kebijaksanaan atau kegiatannya) dalam berbagai kebijaksanaan dan tindakan aparatur
pemerintah. Selain itu, akuntabilitas juga berkaitan erat dengan pertanggungjawaban terhadap
efektivitas kegiatan dalam pencapaian sasaran atau target kebijaksanaan atau program.
Dengan demikian, tidak ada satu kebijaksanaan, program, dan kegiatan yang dilaksanakan
oleh aparatur pemerintahan yang dapat lepas dari prinsip ini.
1.3. Tujuan
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan akuntabilitas.
2. Menjelaskan apa jenis jenis akuntabilitas.
3. Menjelaskan prinsip akuntabilitas.
4. Menjelaskan dimensi akuntabilitas.
5. Untuk Mengetahui konsep Akuntabilitas Keuangan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Adanya komitmen dari pimpinan dan seluruh staf untuk melakukan pengelolaan
organisasi yang memiliki nilai akuntabel.
2. Merupakan sistem yang menjamin penggunaan sumber daya secara konsisten
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
4. Berorientasi pada visi, misi, hasil, dan manfaat yang diperoleh organisasi.
5. Memegang erat nilai kejujuran, transparan, objektif dan inovatif.
5
Tingkatan Akuntabilitas Di dalam Akuntansi
6
akan tercermin didalam laporan keuangan yang merupakan media
pertanggungjawaban. Integritas keuangan, pengungkapan dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan menjadi indikator dari akuntabilitas keuangan.
· Integritas Keuangan
Menurut kamus Bahasa Indonesia, integritas adalah kejujuran, keterpaduan,
kebulatan, keutuhan. Dengan kata lain integritas keuangan mencerminkan kejujuran
penyajian. Kejujuran penyajian adalah bahwa harus ada hubungan atau kecocokan
antara angka dan deskripsi akuntansi dan sumber-sumbernya. Integritas keuangan
pun harus dapat menyajikan informasi secara terbuka mengenai laporan keuangan
daerah.Agar laporan keuangan dapat diandalkan informasi yang terkandung
didalamnya harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya
yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.
Penyajian secara wajar yang dimaksud diatas terdapat didalam Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 2005, menyatakan:”Laporan keuangan menyajikan
dengan wajar laporan realisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas”. Faktor
pertimbangan sehat bagi penyusunan laporan keuangan diperlukan ketika
menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian seperti itu
diakui dengan pengungkapan hakikat serta tingkatnya dengan menggunakan
pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan. Pertimbangan sehat
mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan prakiraan dalam kondisi
ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan
kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah.
Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan,
misalnya, pembentukan cadangan tersembunyi, sengaja menetapkan aset atau
pendapatan yang terlampau rendah, atau sengaja mencatat kewajiban atau belanja
yang terlampau tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tidak netral dan tidak
andal.
· Pengungkapan
Konsep full disclosure (pengungkapan lengkap) mewajibkan agar laporan
keuangan didesain dan disajikan sebagai kumpulan potret dari kejadian ekonomi
yang mempengaruhi instansi pemerintah untuk suatu periode dan berisi cukup
informasi. Yang menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh
pengguna laporan keuangan sehingga membuat pemakai laporan keuangan paham
7
dan tidak salah tafsir terhadap laporan keuangan tersebut. Pengungkapan lengkap
merupakan bagian dari prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan, sehingga terdapat
di dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 pada lampiran II paragraf 50,
mengatakan: ”Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang
dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan
keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka laporan keuangan atau catatan atas
laporan keuangan”.
· Ketaatan terhadap Peraturan Perundang-undangan
Akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah harus menunjukkan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan, antara lain:
8
Dari Vertical Accountability menjadi Horizontal Accountability.
Jika selama ini pertanggungjawaban atas penataan keuangan negara lebih ditujukan
pada pemerintah yang lebih tinggi (Provinsi atau Pusat), maka dengan reformasi
saat ini pertanggungjawaban lebih ditujukan kepada rakyat (DPR). Laporan
pertanggung jawaban keuangan negara disampaikan kepada DPR secara periodik,
tidak lagi sekedar laporan tentang APBN tetapi mencakup pula laporan Aliran Kas
dan Neraca.
Dari Traditional Budget menjadi Performance Budget.
Selama ini penataan keuangan negara adalah dengan sistem tradisional. Sistem
tradisional, sistem penyusunannya adalah dengan pendekatan incremental dan “line
item” dengan penekanan pada pertanggungjawaban pada setiap input yang
dialokasikan. Melalui reformasi, anggaran harus disusun dengan pendekatan atau
sistem anggaran kinerja (performance budgeting), dengan penekanan
pertanggunganjawaban tidak sekedar pada input tetapi juga pada output dan
outcome.
Dari Pengendalian dan Audit Keuangan ke Pengendalian dan Audit Keuangan, dan
Kinerja.
Sebelum reformasi terdapat pengendalian dan audit keuangan negara, bahkan juga
audit kinerja. Namun, oleh karena sistem anggaran yang tidak memasukan kinerja,
maka proses audit kinerja menjadi tidak berjalan dengan baik. Dalam reformasi ini,
oleh karena sistem penganggaran yang mengunakan sistem penganggaran kinerja
(performance budgeting) maka pelaksanaan pengendalian dan audit keuangan
negara dan audit kinerja akan menjadi lebih baik.
Lebih Menerapkan Konsep Value for Money.
Reformasi penataan keuangan negara saat ini menghendaki penerapan konsep
value for money atau yang lebih dikenal degan konsep 3 E (Ekonomi, Efisien, dan
Efektif). Oleh karena itu dalam reformasi ini pemerintah diminta baik dalam
mencari dana maupun menggunakan dana selalu menerapkan prinsip 3 E tersebut.
Hal ini mendorong pemerintah berusaha selalu memperhatikan tiap sen/rupiah dan
(uang) yang diperoleh dan digunakan. Perhatian tertuju pada hubungan antara
input-output-outcome.
Penerapan Pusat Pertanggungjawaban.
9
Dalam reformasi penataan keuangan negara ini konsep pusat pertanggungjawaban
(responsibility center) diterapkan. Penerapan ini akan memudahkan pengukuran
kinerja setiap unit organisasi. Pada konsep ini unit organisasi dapat diperlakukan
sebagai pusat pertanggungjawaban pendapatan (revenue) seperti dinas pendapatan,
biaya (expense) seperti bagian keuangan. “laba” (profit), dan investasi seperti
BUMD atau Perusahaan Daerah.
Perubahan Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintahan.
Untuk mendukung perubahan-perubahan yang telah dikemukakan di atas
direformasi pula sistem akuntansi dipemerintahan. Jika selama ini pemerintah
menggunakan sistem pencatatan tunggal (single entry system) maka dirubah
menjadi sistem ganda (double entry system). Selain itu, selama ini digunakan
pencatatan atas dasar kas (cash-basis) maka dirubah menjadi atas dasar aktual
medication (modified accrual basis). Selain itu, perubahan dalam akuntansi dan
pengelolaan negara, yang pada gilirannya menuntut adanya neraca laporan negara,
tidak lagi sekedar laporan perhitungan keuangan negara.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Telah diuraikan mengenai akuntabilitas keuangan negara yang meliputi uraian
tentang konsep dan aplikasinya, “reformasi, , dan pertanggungjawaban keuangan negara”.
Tuntutan untuk mewujudkan konsep dan aplikasi keuangan negara tersebut diatas, dan
juga untuk mewujudkan “good governance”, membutuhkan profesionalitas dan
akuntabilitas yang semakin tinggi, kejujuran, konsistensi, komitmen yang tinggi, dan
berupaya keras meningkatkan citra dan kinerja aparatur dalam penyelenggarakan
pemerintahan dan pembangunan.
Itulah berbagai hal, mulai dari jenis, tingkatan,dimensi, dan arti akuntabilitas di
dalam akuntansi. Apabila Anda menjalankan fungsi keuangan di dalam perusahaan, maka
penting untuk tetap memegang nilai-nilai akuntabilitas. Jika Anda memiliki usaha atau
sedang berencana membangun bisnis, akuntansi dan pembukuan adalah hal yang
seharusnya Anda dalam bisnis Anda, karena tanpa pembukuan Anda tidak dapat
mengontrol keuangan bisnis dengan benar.
3.2. SARAN
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi seluruh mahasiswa/i
khususnya para pembaca agar dapat terus meningkatkan sumber daya manusia yang
dalam usahanya dan selalu mengembangkan reverensi agar pengentahuan dan
pemahaman terhadap akuntabilitas dalam akuntansi dapat semakin berkembang.
11
DAFTAR PUSTAKA
http:ovy19.wordpress.com/
Abdul Hafiz Tanjung, 2008, Penatausahaan dan Akuntansi Keuangan Daerah, Cetakan pertama,
Alfabeta Bandung.
Suparmoko. 2003. Keuangan Negara: Dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: BPFE.
Musgrave, Richard A. & Peggy B. Musgrave. 1989. Public Finance in Theory and
Practice.Singapore: Mc Graw – Hill, Inc.
12