Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PELAPORAN KORPORAT

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN, KINERJA, DAN KEPATUHAN


ATAS ENTITAS KOMERSIAL, NIRLABA DAN ETAP

Disusun oleh:
Ario Permadi 01044882124002
Muhammad Ridho 01044882124001
Elsah 01044822225003

Dosen Pengajar :
Dr. Ika Sasti Ferina, S.E., M.Si., Ak., CA

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas Rahmat dan
karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Analisis Laporan Keuangan, Kinerja, dan Kepatuhan atas Entitas
Komersial, Nirlaba dan ETAP” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah
Pelaporan Korporat. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan
pengetahuan atau menambah wawasan yang luas terkait judul makalah bagi para
pembaca maupun bagi penyusun. Penyusun berterima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi pengetahuannya sehingga membantu penulis dalam
menyusun makalah ini. Penulis menyadari akan segala kekurangan dan
ketidaksempurnaan, baik dari segi penulisan maupun dari cara penyajian. Oleh
karena itu penulis menerima saran dan kritik dari pembaca.

Palembang, April 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3. Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4

2.1 Pengertian Laporan Keuangan..................................................................4

2.2 Tujuan Laporan Keuangan........................................................................4

2.3 Analisis Laporan Keuangan......................................................................5

2.3.1 Tujuan Analisis Laporan Keuangan...................................................5

2.3.2 Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan...............................6

2.4 Kinerja Perusahaan....................................................................................9

2.4.1 Kinerja Keuangan Perusahaan...........................................................9

2.4.2 Laporan Keuangan Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Perusahaan. 10

2.5 Analisis Laporan Keuangan....................................................................11

2.6.1 Fungsi Analisis Laporan Keuangan.................................................16

2.6.2 Contoh Kasus Analisis Laporan Keuangan.....................................17

2.7 Kepatuhan Entitas...................................................................................22

BAB III KESIMPULAN......................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelaporan Keuangan ETAP Standar Akuntansi Keuangan Entitas tanpa
Akuntabilitas Publik ( SAK ETAP) telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan pada tanggal 19 Mei 2009. SAK ETAP ini berlaku secara efektif untuk
penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 januari 2011 dan
penerapan dini diperkenankan. Standar Akuntansi yang berbasis IFRS (SAK
Umum) ditujukan bagi entitas yang mempunyai tanggug jawab publik signifikan
dan entitas yang banyak melakukan kegiatan lintas negara. SAK Umum tersebut
rumit untuk dipahami serta diterpkan oleh sebagian besar entitas usaha di
Indonesia yang berskala kecil dan menengah.
Dalam berbagai hal SAK ETAP memberikan banyak kemudahan untuk
suatu entitas dibandingkan dengan SAK Umum yang ketentuan pelaporannya
lebih kompleks. Sesuai dengan ruang lingkup SAK ETAP, maka standar ini
dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas
tanpa akuntabilitas publik yang dimaksud adalah entitas yang tidak memiliki
akuntabilitas publik signifikan dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan
umum bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang
tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga
pemeringkat kredit. Namun, entitas yang mempunyai tanggung jawab publik yang
signifikan dapat juga menggunakan SAK ETAP apabila diizinkan oleh regulator.
Contohnya adalah Bank Pengkreditan Rakyat yang telah diizinkan oleh Bank
Indonesia menggunakan SAK ETAP mulai 1 januari 2010 sesuai dengan SE
No.11/37/DKEU tanggal 31 Desember 2009.
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang
memberikan gambaran tentang keadaan posisi keuangan, hasil usaha, serta
perubahan dalam posisi keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan juga
1
merupakan kesimpulan dari pencatatan transaksi yang dilakukan oleh suatu
perusahaan. Laporan keuangan adalah media yang paling penting untuk menilai
kondisi ekonomi dan prestasi manajemen. Laporan keuangan disusun berdasarkan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI). SAK memberikan fleksibilitas bagi manajemen dalam memilih
metode maupun estimasi akuntansi yang dapat digunakan untuk menyatakan
fleksibilitas tersebut akan mempengaruhi perilaku manajer dalam melakukan
pencatatan akuntansi dan pelaporan transaksi keuangan perusahaan.
Dalam rangka membantu pengguna laporan keuangan dalam memahami
dan menginterpretasikan laporan keuangan maka perlu dibuat analisis laporan
keuangan. Analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk membantu bagaimana
memahami laporan keuangan, bagaimana menafsirkan angka1angka dalam
laporan keuangan, bagaimana menge*aluasi laporan keuangan dan bagaimana
menggunakan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan. Teknik analisis
yang sering digunakan dalam menganalisis laporan keuangan adalah analisis
rasio. Analisis rasio adalah teknik analisis untuk mengetahui hubungan matematis
dari pos-pos tertentu dalam setiap elemen laporan keuangan. Hasil dari
perhitungan rasio akan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, agar dapat
diketahui perubahan yang terjadi, apakah mengalami kenaikan atau penurunan.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah “Bagaimana Analisis Laporan Keuangan,
Kinerja dan Kepatuhan atas Entitas Komersial, Nirlaba dan ETAP?”

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Pelaporan Korporat.

2
2. Untuk menambah wawasan tentang materi pembelajaran khususnya materi
Analisis Laporan Keuangan, Kinerja dan Kepatuhan atas Entitas
Komersial, Nirlaba dan ETAP.
3. Sebagai bahan referensi bacaan bagi para penulis lain untuk memahami
materi yang berkaitan dengan makalah ini.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Laporan Keuangan


PSAK 1 (Penyajian Laporan Keuangan) menyebutkan bahwa, laporan
keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan suatu entitas. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses laporan
keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi laporan posisi
keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan
arus kas, catatan atas laporan keuangan, serta laporan posisi keuangan pada awal
periode.

2.2 Tujuan Laporan Keuangan


Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Sedangkan menurut (Fahmi, 2014) tujuan utama dari laporan
keuangan adalah sebagai berikut:
“memberikan informasi keuangan yang mencakup perubahan dari unsur-
unsur laporan keuangan yang ditujukan kepada pihak-pihak lain yang
berkepentingan dalam menilai kinerja keuangan terhadap perusahaan di
samping pihak manajemen perusahaan.”

Para pemakai laporan akan menggunakannya untuk meramalkan,


membandingkan, dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan
ekonomis yang diambilnya. Beberapa tujuan laporan keuangan dari berbagai
sumber di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Informasi posisi laporan keuangan yang dihasilkan dari kinerja
dan aset perusahaan sangat dibutuhkan oleh para pemakai laporan
keuangan, sebagai bahan evaluasi dan perbandingan untuk melihat
dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang
diambilnya.

4
b. Informasi keuangan perusahaan diperlukan juga untuk menilai
dan meramalkan apakah perusahaan di masa sekarang dan di masa
yang akan datang sehingga akan menghasilkan keuntungan yang
sama atau lebih menguntungkan.
c. Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat
untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi
perusahaan selama periode tertentu. Selain untuk menilai
kemampuan perusahaan, laporan keuangan juga bertujuan sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi.

2.3 Analisis Laporan Keuangan


Menurut (Munawir, 2014) “analisis laporan keuangan adalah analisis
laporan keuangan yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada
hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi
keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan”.
Menurut (Harahap, 2018) analisis laporan keuangan yaitu: “Menguraikan
akun-akun laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat
hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara yang
satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif
dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat
penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.”

2.3.1 Tujuan Analisis Laporan Keuangan


Menurut (Kasmir, 2014) ada beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai
pihak dengan adanya analisis laporan keuangan. Secara umum dikatakan bahwa
tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah:
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode
tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah
dicapai untuk beberapa periode.

5
2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi
kekurangan perusahaan.
3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu
dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan
saat ini.
5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu
penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis
tentang hasil yang mereka capai.

2.3.2 Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan


Menurut (Kasmir, 2014) dalam praktiknya terdapat dua macam metode
analisis laporan keuangan yang biasa dipakai, yaitu:
1. Analisis Vertikal (Statis) Analisis vertikal merupakan analisis yang
dilakukan terhadap hanya satu periode laporan keuangan saja. Analisis
dilakukan antara pos-pos yang ada dalam satu periode. Informasi yang
diperoleh hanya untuk satu periode saja dan tidak diketahui perkembangan
dari periode ke periode. Disebut metode statis karena metode ini hanya
membandingkan pos-pos laporan keuangan pada periode yang sama.
Disebut analisis vertikal karena membandingkan antara pos yang satu
dengan pos yang lainnya pada laporan keuangan yang sama. Teknik
analisis yang dapat digunakan antara lain:
a. Analisis Persentase Perkomponen (Common Size), yaitu
analisis yang digunakan untuk mengetahui persentase
investasi pada masing-masing aktiva terhadap total
aktivanya, struktur permodalannya, dan komposisi
pembiayaan yang terjadi dihubungkan dengan
penjualannya.

6
b. Analisis Rasio, yaitu analisis yang digunakan untuk
mengetahui hubungan antara pos-pos tertentu dalam
Neraca atau Laporan Laba/Rugi (Perhitungan Hasil Usaha)
baik secara individual, maupun kombinasi dari kedua
laporan tersebut.
c. Analisis Impas, yaitu analisis yang digunakan untuk
menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh
perusahaan/koperasi agar perusahaan tidak mengalami
kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan.
Dengan analisis ini dapat diketahui tingkat penjualan
minimal yang harus dicapai agar tidak rugi, tingkat
penjualan terendah utnuk mengambil keputusan menutup
atau meneruskan usaha, margin pengaman untuk
mempertahankan tingkat keuntungan tertentu, atau pun
leverage operasi untuk mengetahui kemampuan bersaing
dari perusahaan/koperasi atas pesaingnya.

2. Analisis Horizontal (Dinamis) Analisis horizontal merupakan analisis


yang dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan untuk beberapa
periode. Dari hasil analisis ini akan terlihat perkembangan perusahaan dari
periode satu ke periode yang lain. Disebut Analisis Dinamis karena
metode ini bergerak dari tahun ke tahun (periode). Teknik analisis yang
dapat digunakan antara lain:
a. Analisis Perbandingan, yaitu teknik analisis yang dilakukan
dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk dua
periode atau lebih. Teknik ini merupakan teknik analisis
laporan keuangan yang dilakukan dengan cara menyajikan
laporan keuangan secara horizontal dan membandingkan
antara satu dengan yang lain, dengan menunjukkan
informasi keuangan atau data lainnya baik dalam rupiah
atau dalam unit. Teknik perbandingan ini juga dapat
7
menunjukkan kenaikan dan penurunan dalam rupiah atau
unit dan juga dalam persentase atau perbandingan dalam
bentuk angka perbandingan atau rasio. Tujuan analisis
perbandingan ini adalah untuk mengetahui perubahan-
perubahan berupa kenaikan atau penurunan akun-akun
laporan keuangan atau data lainnya dalam dua atau lebih
periode yang dibandingkan. Perbandingan antarpos laporan
keuangan dapat dilakukan melalui: perbandingan dalam dua
atau beberapa tahun (horisontal), perbandingan dengan
perusahaan yang dianggap terbaik, ataupun perbandingan
dengan budget (anggaran).
b. Analisis Trend (indeks), yaitu teknik analisis untuk
mengetahui tendensi (kecenderungan) dari keadaan/posisi
keuangan dan kinerja, apakah menunjukkan tendensi tetap,
menurun atau naik. Trend analysis ini biasanya dibuat
melalui grafik dan untuk itu perlu dibantu oleh pengetahuan
statistik misalnya menggunakan linear programming, rumus
chi square, rumus y = a + bx.
c. Analisis Sumber Dan Penggunaan Dana (modal kerja atau
kas), yaitu teknik analisis yang digunakan untuk
mengetahui sumber dan alokasi dana, serta faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahannya.
d. Analisis Perubahan Laba Kotor, yaitu teknik analisis yang
digunakan untuk: (1) mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan perubahan laba kotor yang dicapai
perusahaan dari periode ke periode, dan (2) mengetahui
tingkat laba kotor yang dicapai dalam satu periode tertentu
dibandingkan dengan anggaran yang telah ditetapkan.

8
2.4 Kinerja Perusahaan
Kinerja adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan selama periode
tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut.
Pengukuran kinerja mempunyai tujuan untuk mengukur kinerja bisnis dan
manajemen dibandingkan dengan tujuan atas sasaran perusahaan. Kinerja
perusahaan adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama
periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh
kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya-sumber daya
yang dimiliki. Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas
operasional organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran,
standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Melalui penilaian kinerja, manajer dapat menggunakannya dalam
mengambil keputusan penting dalam rangka bisnis perusahaan, seperti
menentukan tingkat gaji karyawan, dan sebagainya, serta langkah yang akan
diambil untuk masa depan. Informasi kinerja keuangan bermanfaat untuk
memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya
yang ada. Di samping itu, informasi tersebut juga berguna dalam perumusan
pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan
sumber daya. Sedangkan bagi pihak luar, penilaian kinerja sebagai alat pendeteksi
awal dalam memilih alternatif investasi yang digunakan untuk meramalkan
kondisi perusahaan di masa yang akan datang.

2.4.1 Kinerja Keuangan Perusahaan


Menurut (Munawir, 2014) kinerja keuangan perusahaan merupakan satu
diantara dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan
berdasarkan Analisis terhadap rasio keuangan perusahaan. Pihak yang
berkepentingan sangat memerlukan hasil dari pengukuran kinerja keuangan
perusahaan untuk dapat melihat kondisi perusahaan dan tingkat keberhasilan
perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

9
Menurut Yuwono, Sukarno, dan Ichsan (2007), dengan adanya standar
rasio keuangan, perusahaan dapat menentukan apakah kinerja keuangannya baik
atau tidak. Penilaian ini dilakukan dengan membandingkan rasio keuangan yang
diperoleh dengan standar rasio keuangan yang ada. Pada umumnya, kinerja
keuangan perusahaan dikategorikan baik jika besarnya rasio keuangan perusahaan
bernilai sama dengan atau di atas standar rasio keuangan.

2.4.2 Laporan Keuangan Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Perusahaan


Laporan keuangan memiliki beberapa nilai keuntungan dan kelebihan
yang dapat dirasakan dampaknya, baik bagi manajemen atau pemilik perusahaan,
antara lain adalah sebagai berikut ini:
a. Menjadi alat pengukuran atau penilaian kinerja perusahaan.
Dengan adanya laporan keuangan perusahaan, semua informasi
tentang aliran pendapatan dan pengeluaran dalam perusahaan
tercatat dengan baik dengan valid dan transparan. Sehingga laporan
keuangan juga dapat menjadi dasar penilaian dari kinerja unit
usaha dan tim karyawan yang ada di perusahaan.
b. Membuat langkah-langkah untuk perbaikan perusahaan. Dengan
mengetahui dimana letak inefisiensi perusahaan, maka langkah-
langkah perbaikan dapat dilakukan secara lebih baik dan tepat
sasaran. Dengan adanya laporan keuangan, maka akan jelas terlihat
dimana terjadinya pos-pos perusahaan dengan pengeluaran atau
pembiayaan yang besar sehingga perlu dihemat, dan lain
sebagainya.
c. Menjadi dasar informasi untuk melakukan proyeksi di masa
mendatang. Dengan adanya data keuangan, maka akan membantu
manajemen dan pemilik perusahaan dalam menentukan target dan
visi untuk pengembangan bisnis yang ingin didapatkan di masa
depan. Terutama dalam melakukan pembelian aktiva atau
melakukan pinjaman ke pihak lain yang harus disesuaikan dengan

10
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan yang
lebih baik lagi.
d. Meningkatkan kredibilitas dan akuntabilitas suatu perusahaan.
Untuk beberapa investor, laporan keuangan yang baik dapat
menjadi dasar dalam melakukan penanaman modal kepada
perusahaan tersebut. Namun, bukan berarti hal ini menyebabkan
laporan keuangan dapat dipoles dengan angka-angka positif yang
baik sehingga perusahaan dapat dinilai lebih tinggi.

2.5 Analisis Laporan Keuangan


Rasio menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu
dengan jumlah lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio yang akan
menjelaskan atau menggambarkan kepada pengAnalisis baik atau buruknya
keadaan posisi keuangan suatu perusahaan. Menurut (Fahmi, 2014) untuk dapat
menginterpretasikan hasil perhitungan rasio, maka diperlukan adanya
pembanding. Menurut Riyanto (2010:331), umumnya rasio dapat dikelompokkan
dalam 4 (empat) tipe dasar, yaitu:
a. Rasio Likuiditas, adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka
pendeknya. Menurut (Harahap, 2018) rasio likuiditas merupakan
rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Untuk dapat memenuhi
kewajibannya yang sewaktu-waktu ini, maka perusahaan harus
mempunyai alat-alat untuk membayar yang berupa aset-aset lancar
yang jumlahnya harus jauh lebih besar dari pada kewajiban-
kewajiban yang harus segera dibayar berupa kewajiban-kewajiban
lancar.
1) Rasio Lancar atau Current Ratio. Rasio lancar menunjukkan
kemampuan untuk membayar kewajiban yang segera harus
dipenuhi dengan aktiva lancar. Apabila rasio lancar ini 1 : 1

11
atau 100 %, berarti aktiva lancar dapat menutupi semua hutang
lancar.

Current Ratio = (Aset Lancar/Hutang Lancar) x 100%

2) Rasio Cepat (Quick ratio). Rasio ini menunjukan kemampuan


aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang
lancar. Semakin besar rasio ini maka semakin baik, rasio ini
disebut juga dengan acid test ratio.

Current Ratio = (Aset Lancar - Persediaan) / Hutang


Lancar x 100%

3) Rasio Kas. Rasio ini menunjukan porsi jumlah kas yang dapat
menutupi hutang lancar.

Cash Ratio = (Kas/Hutang Lancar) x 100%

b. Rasio Leverage adalah rasio yang mengukur seberapa jauh


perusahaan dibelanjai dengan hutang. Setiap penggunaan utang
oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap rasio dan
pengembalian. Rasio ini dapat digunakan untuk melihat seberapa
resiko keuangan perusahaan. Mengenai rasio-rasio leverage
sebagaimana yang diutarakan.
i. Rasio Hutang Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio). Rasio ini
menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat
menutupi hutang-hutang kepada pihak luar. Semakin kecil
rasio ini semakin baik.

Total Debt to Equity Ratio = (Total Hutang/Total


Ekuitas) x 100%
12
ii. Rasio Total Hutang (Total Debt to Assets Ratio). Rasio ini
menunjukan sejauh mana seluruh hutang dapat ditutupi oleh
seluruh aktiva, lebih besar rasionya maka lebih aman, supaya
aman porsi hutang terhadap aktiva harus lebih kecil. Rasio ini
untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh
kreditur dibandingkan dengan equity.

Total Debt to Assets Ratio = (Total Hutang/Total Aset) x


100%

c. Rasio Aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif


perusahaan menggunakan sumber dananya. Rasio aktivitas
menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam
menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan,
pembelian, dan kegiatan lainnya. Rasio ini dinyatakan sebagai
perbandingan penjualan dengan berbagai elemen aset. Elemen aset
sebagai pengguna dana seharusnya bisa dikendalikan agar bisa
dimanfaatkan secara optimal. Semakin efektif dalam
memanfaatkan dana semakin cepat perputaran dana tersebut,
karena rasio aktivitas umunya diukur dari perputaran masing-
masing elemen aset.
1) Receivable Turn Over. Rasio ini menunjukan berapa cepat
penagihan piutang. Semakin besar semakin baik karena
penagihan piutang dilakukan dengan cepat.

Receivavle Turn Over Ratio = (Penjualan/Piutang) x


100%

2) Inventory Turn Over. Rasio ini menunjukkan seberapa cepat


perputaran persediaan dalam siklus produksi normal. Semakin
13
besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan
penjualan berjalan cepat.

Inventory Turn Over Ratio = (HPP/Persediaan) x 100%

3) Fixed Asset Turn Over. Rasio ini menunjukkan berapa kali


nilai aktiva berputar jika diukur dari nilai penjualan. Semakin
tinggi rasio ini semakin baik artinya kemamapuan aktiva tetap
menciptakan penjualan tinggi. Rasio ini berguna untuk
mengevaluasi seberapa besar tingkat kemampuan perusahaan
dalam memanfaatkan aktivatetap yang dimiliki secara efisien
dalam rangka meningkatkan pendapatan.

Fixed Assets Turn Over Ratio = (Penjualan/Aset Tetap) x


100%

4) Total Asset Turn Over. Rasio ini menunjukkan perputaran total


aktiva diukur dari volume penjualan dengandengan kata lain
seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan
penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik.

Total Assets Turn Over Ratio = (Penjualan/Total Aset) x


100%

5) Working Capital Turn Over. Rasio ini untuk mengukur tingkat


perputaran modal kerja bersih (Aktiva Lancar-Hutang Lancar)
terhadap penjualan selama suatu periode siklus kas dari
perusahaan.

Working Capital Turn Over Ratio = (Penjualan/Modal


Kerja Bersih) x 100%

14
d. Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang mengukur hasil akhir dari
sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan. Rasio
profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan
mendapatkan laba melalui semua kemampuannya, dan sumber
yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah
karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.
1) Net Profit Margin. Angka ini menunjukkan berapa besar
persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan.
Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.

Net Profit Margin = (EAT/Penjualan) x 100%

2) Gross profit margin. Rasio ini untuk mengukur kemampuan


perusahaan dalam mendapatkan laba kotor dari penjualan.

Gross Profit Margin = (Penjualan-HPP)/ Penjualan x


100%

3) Operating Income Ratio. Rasio ini untuk mengukur


kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba operasi
sebelum bunga dan pajak dari penjualan.

Operating Income Ratio = (EBIT- HPP) / Penjualan


x100%

4) Return On Total Assets. Rasio ini menunjukan berapa besar


laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva.
Rasio ini mengukur kemampuan seluruh aset dalam
menghasilkan laba.

Return On Total Assets = (EAT/Total Aset) x 100%

15
5) Return On Equity. Rasio ini menunjukan berapa persen
diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Semakin
besar maka akan semakin baik. Rasio ini mengukur
kemampuan modal diinvestasikan dalam menghasilkan laba.

Return On Equity = (EAT/Total Ekuitas) x 100%

2.6.1 Fungsi Analisis Laporan Keuangan


Analisis rasio keuangan digunakan oleh manajemen perusahaan untuk
menentukan seberapa baik kinerja perusahaan. Sedangkan fungsi analisis rasio
keuangan untuk para investor adalah untuk melihat perusahaan yang akan
digunakan untuk investasi, apakah memiliki kondisi keuangan yang baik atau
tidak. Sehingga investor dapat menentukan investasi mana yang terbaik. Suatu
perusahaan dapat dikatakan dalam kondisi baik apabila memiliki indikator-
indikator seperti memiliki rasio likuiditas yang lancar, profitabilitas yang tinggi,
solvabilitas yang tinggi, serta rasio aktivitas yang tinggi.
Indikator-indikator tersebut dapat diketahui menggunakan rasio keuangan
yang dapat dihitung berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan.
Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio Menurut (Harahap, 2018) analisis
rasio mempunyai keunggulan dibandingkan teknik Analisis lainnya, yaitu:
I. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih
mudah dibaca dan ditafsirkan.
II. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang
disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
III. Mengetahui posisi perubahan ditengah industri lain.
IV. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model
pengambilan keputusan dan model prediksi.

16
V. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan
lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau
time series.
VI. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi
dimasa yang akan datang.

Menurut (Harahap, 2018), keterbatasan analisis rasio itu adalah:


a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat
digunakan untuk kepentingan pemakai.
b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan
keuangan juga menjadi keterbatasan teknik seperti ini.
c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan
menimbulkan kesulitan menghitung rasio.
d. Sulit jika data yang tersedia tidak singkron. Dua
perusahaan yang dibandingkan bisa saja teknik dan standar
akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika
dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

2.6.2 Contoh Kasus Analisis Laporan Keuangan

17
a. Penjualan
Berdasarkan laporan rugi laba di atas, tercatat penjualan tahun
2016 tercapai 798 juta, dibanding tahun 2015 maka penjualan
tahun 2016 tercatat turun 4,2%. Apabila dalam tahun 2016 telah
dilakukan kenaikan harga jual, maka penurunan penjualan dalam
volume lebih besar dari 4,2%. Dari segi bisnis bila terjadi trend
penjualan cenderung turun, menunjukkan kinerja yang kurang
baik. Apabila penurunan penjualan tersebut sudah terjadi tahun
lalu, maka bisnis perusahaan bisa masuk dalam zona bahaya. Oleh
karena itu perlu dilakukan Analisis penjualan lebih jauh, untuk
mendapatkan informasi apa penyebab penjualan tersebut turun.
Penyebab turunnya penjualan bisa dari internal maupun eksternal
perusahaan. Oleh karena itu manajemen harus bisa memberikan
18
kesimpulan yang tepat tentang terjadinya penurunan penjualan
tersebut, sehingga informasi tersebut dapat dijadikan landasan
untuk memperbaiki kinerja di tahun berikutnya. Bagi perusahaan
masuk dalam zona bahaya, maka untuk memperbaikinya bukan hal
mudah, banyak kasus penanganannya memerlukan biaya dan
investasi yang tidak sedikit.
b. Harga Pokok Penjualan
Secara nominal harga pokok penjualan turun 8,1% dibanding tahun
lalu, jumlah penurunan ini lebih besar dari penurunan penjualan,
sehingga dapat menutup pendapatan yang hilang akibat penurunan
penjualan. Dalam penentuan harga pokok penjualan dengan
metode full costing, maka di dalam harga pokok penjualan terdapat
Biaya tetap (fixed cost), sehingga penurunan penjualan tersebut
akan berdampak pada prosentase harga pokok penjualan terhadap
penjualan akan lebih besar. Dalam pencapaian prosentase harga
pokok terhadap penjualan di atas tercatat 49,5% (2016) dan angka
ini lebih rendah 2% dibanding tahun sebelumnya sebesar 51,5%.
Pengendalian harga pokok penjualan dapat disimpulkan cukup
berhasil dan menunjukkan ada upaya yang cukup baik dalam
mengatasi dampak dari penurunan penjualan terhadap laba
kotor.Yang perlu didalami berikutnya adalah apa yang telah
dilakukan sehingga harga pokok penjualan tersebut turun 8,1%,
apakah terjadi efsiensi, atau diperolehnya harga beli yang lebih
baik, atau ada perubahan penggunaan bahan bahan, atau terjadi
penurunan kualitas, sehingga dapat diAnalisis korelasi penurunan
harga pokok penjualan tersebut dengan terjadinya penurunan
penjualan. Usaha usaha yang baik perlu diapresiasi dan
dikomunikasikan kepada seluruh bagian yang bertujuan untuk
meningkatkan motivasi bagi divisi yang lain.
c. Beban Usaha. Jumlah Beban usaha tahun 2016 dibanding tahun
2015 naik 13,6%, besarnya kenaikan beban usaha ini melebihi dari
19
tingkat inflasi tahun 2016 sebesar 3%, ditambah lagi kenaikan
beban usaha tersebut tidak meningkatkan penjualan justru terjadi
sebaliknya. Bila dilihat dari kelompok biaya, maka beban
penjualan menempati kenaikan yang tertinggi yaitu sebesar 26,3%,
kemudian biaya pegawai naik 13%, dan beban admin. & umum
naik 12,4%, sementara beban marketing justru terlihat turun 4,1%.
Bila tidak terjadi perubahan dalam internal perusahaan yang terkait
beban usaha, maka beban usaha akan dipengaruhi oleh tingkat
inflasi dan regulasi pemerintah tentang ketenagakerjaan, jadi bila
biaya operasional naik (dalam rupiah) tidak melebihi tingkat
inflasi, masih dapat diterima.Yang terjadi dalam perusahaan ini
beban usaha mengalami kenaikan jauh melebihi tingkat inflasi.
Beban Pegawai Biaya pegawai memang dipengaruhi regulasi
pemerintah tentang Upah Minimum Regional (UMR), namun
angka naik 13% ada kemungkinan lebih besar dari kenaikan UMR
dari UMR tahun sebelumnya. Tetapi bisa saja ada tambahan biaya
pegawai yang sebelumnya tidak terjadi misalnya BPJS dan
komponen lainnya. Biaya pegawai ini merupakan biaya tetap,
kenaikan sebesar 13% tersebut akan memperberat operasional
perusahaan di tahun berikutnya.
d. Beban Marketing. Beban marketing tahun 2016 lebih rendah
4,1% dibanding tahun lalu. Beban marketing tahun 2016 tercatat
4,6% dari penjualan, apakah alokasi beban marketing sebesar itu
mencukupi untuk mempertahan atau meningkatkan pendapatan
perusahaan. Hal ini sangat tergantung dari produk dan di segmen
mana perusahaan berada, apakah berada pada tingkat persaingan
yang sangat tinggi atau tidak. Oleh karena itu biaya marketing ini
perlu dievaluasi lebih jauh terhadap keterkaitannya dengan
penurunan penjualan dan posisi perusahaan dalam persaingan yang
dihadapi.

20
e. Beban Penjualan. Beban penjualan mengalami kenaikan 26,3%
dan kenaikan beban ini tidak berkorelasi dengan pencapaian
penjualan yang terjadi. Apa yang telah dilakukan oleh divisi
penjualan dan bagaimana cara manajemen penjualan dalam
mempertanggungjawabkan kenaikan biaya ini. Oleh karena itu
diperlukan Analisis biaya penjualan lebih jauh, karena bisa saja hal
ini dikarenakan salah strategi penjualan, aksi yang tidak efektif dan
tidak efisien. Namun secara angka menunjukkan beban penjualan
tersebut tidak terkendali dengan baik.
f. Beban Admin & Umum. Biaya admin. & Umum naik 12,4% bisa
diterima atau tidak perlu dikaji lebih jauh. Apakah kenaikan beban
listrik, kenaikan karena harga barang barang naik pada umumnya,
apakah sampai memperbesar kenaikan biaya admin. & umum
sebesar itu. Dari perbandingan beban usaha tahun 2016 dengan
tahun 2015 tersebut di atas, secara umum ada keyakinan besar
bahwa manajemen dalam mengendalikan beban usaha belum
memperhatikan prinsip kehatian-hatian. Selain itu ada
kemungkinan besar telah terjadi pemilihan strategi yang tidak
efektif atau pelaksanaannya yang menyimpang dan tidak efisien.
Hal ini terlihat dari beban marketing yang justru lebih rendah dari
tahun sebelumnya dan beban penjualan naik yang paling tinggi
namun tidak memberikan efek terhadap pencapaian penjualan.
Memang Analisissi tidak cukup sampai disini masih perlu
dilakukan Analisis lebih jauh terhadap besarnya biaya operasional
yang terjadi pada tahun 2016, sehingga diperoleh kesimpulan yang
dapat berguna dalam menentukan strategi bisnis dan operasional di
tahun berikutnya.
g. Laba bersih setelah Pajak. Laba bersih setelah pajak turun 26,3%
dari tahun lalu, bila dihitung presentase dari penjualan (Net Profit
Margin), maka laba bersih tahun 2016 hanya tercapai 8,8% dan
turun 2,6% dari tahun lalu yang tercapai sebesar 11,4%. Dalam
21
pengelolaan bisnis, bila penjualan dan laba bersih turun dari tahun
sebelumnya adalah perform kinerja yang kurang baik. Bila trend
penurunan sudah terjadi dalam dua tahun terakhir, perlu di
waspadai, karena sangat mungkin perusahaan masuk dalam zona
bahaya. Jika kondisi itu yang terjadi pada perusahaan, maka
seberapa jauh perusahaan dapat bertahan dari penurunan penjualan
dan laba bersih. Jika perusahaan mempunyai kewajiban membayar
utang melebihi dari hasil operasi, maka perusahaan akan
mengalami kesulitan cashflow.

2.7 Kepatuhan Entitas


Audit kepatuhan (compliance audit), berkaitan dengan kegiatan
memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan
keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan ketentuan,
atau peraturan tertentu. Audit kepatuhan/ketaatan berfungsi menentukan sejauh
mana peraturan, kebijakan, hukum, perjanjian, atau peraturan pemerintah dipatuhi
oleh entitas yang sedang diaudit. Sebagai contoh pemeriksaan SPT individu dan
perusahaan oleh kantor pajak untuk kepatuhannya terhadap hukum pajak.
Pengujian ketaatan, auditor melakukan pengujian ketaatan yang
mengkonfirmasikan eksistensi, efektivitas, dan kesinambungan operasi
pengendalian intern yang diandalkan oleh organisasi.
Pengujian ketaatan membutuhkan pemahaman atas pengendalian yang
akan di uji, jika pengendalian yang akan di uji adalah komponen-komponen
sistem informasi perusahaan , auditor harus memperhatikan teknologi yang harus
digunakan oleh sistem informasi. Ini membutuhkan pemahaman teknik-teknik
sistem yang umum digunakan untuk mendokumentasikan sistem informasi.
Entitas pada umumnya diatur oleh berbagai peraturan perundang-undangan yang
memberikan dampak terhadap laporan keuangannya. Entitas pemerintahan,
organisasi nirlaba, atau perusahaan dapat menugasi auditor untuk mengaudit
laporan keuangan entitas tersebut berdasarkan Standar Audit. Auditor dapat

22
melaporkan masalah kepatuhan peraturan perundang-undangan dan pengendalian
intern dalam laporan audit atas laporan keuangan atau dalam suatu laporan
terpisah. Laporan auditor tentang kepatuhan didasarkan atas hasil prosedur yang
dilaksanakan sebagai bagian dari audit atas laporan keuangan. Adapun hal-hal
yang perlu dipertimbangkan oleh auditor dalam pelaporan tentang kepatuhan
adalah:
1) Laporan audit atas laporan keuangan harus (a) menjelaskan lingkup
pengujian auditor atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
dan atas pengendalian intern dan menyajikan hasil pengujiannya, atau (b)
mengacu pada laporan terpisah yang berisi informasi tersebut.
2) Pelaporan ketidakpatuhan. Ketidakpatuhan material didefinisikan sebagai
kegagalan mematuhi persyaratan, atau pelanggaran terhadap larangan,
batasan dalam peraturan, kontrak, atau bantuan yang menyebabkan auditor
berkesimpulan bahwa kumpulan salah saji sebagai akibat kegagalan atau
pelanggaran tersebut adalah material bagi laporan keuangan.
3) Unsur pelanggaran hukum. Standar Audit mengharuskan auditor untuk
melaporkan hal-hal atau indikasi unsur perbuatan melanggar/melawan
hukum yang dapat berakibat ke penuntutan pidana. Namun, auditor tidak
memiliki keahlian untuk menyimpulkan tentang apakah suatu unsur
pelanggaran hukum atau kemungkinan pelanggaran hukum dapat
berakibat ke penuntutan pidana. Auditor harus memahami peraturan
perundang-undangan yang mempunyai pengaruh langsung dan material
terhadap penentuan jumlah dalam laporan keuangan. Auditor mungkin
memerlukan jasa penasihat hukum dalam menentukan peraturan
perundang-undangan yang kemungkinan mempunyai dampak langsung
dan material terhadap laporan keuangan, merancang pengujian kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan, dan menilai hasil pengujian
tersebut.

23
BAB III

KESIMPULAN

Analisis laporan keuangan sangat penting untuk diterapkan dalam suatu


sistem perusahaan, karena dengan menggunakan analisis keuangan ini perusahaan
dapat mengetahui bagaimana kinerja perusahaan serta langkah-langkah apa yang
harus diambil serta dievaluasi demi peningkatan kinerja perusahaan di masa yang
akan datang. Kinerja perusahaan digunakan oleh berbagai pihak internal maupun
eksternal perusahaan yang dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan,
misalnya untuk kepentingan manajer demi meningkatkan efektivitas, kredibilitas
serta meningkatkan nilai perusahaan.
Perusahaan diharuskan melakukan penyusunan laporan keuangan
menggunakan standar yang telah diterapkan di Indonesia dalam hal ini yang
dikeluarkan oleh IAI. Kepatuhan perusahaan sangat penting dilakukan karena
akan bermanfaat bagi perusahaan misalnya dapat meningkatkan reputasi
perusahaan serta dalam bidang keuangan menghasilkan keputusan yang relevan
dengan kondisi saat ini.

24
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, I. (2014). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.

Harahap, S. S. (2018). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan (14th ed.). Jakarta:
Raja Grafindo Persada.

Kasmir. (2014). Analisis Laporan Keuangan, Edisi Satu, Cetakan Ketujuh. Raja
Grafindo Persada.

Munawir, S. (2014). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Yuwono Sony, Edy Sukarno, Muhammad Ichsan. (2007). Penyusunan Praktis


Pengukuran Kinerja dengan Balance Scorecard. Jakarta: Elex Media
Komputindo.

https://pdfcoffee.com/analisa-laporan-keuangan-kinerja-dan-kepatuhan-atas-
entitas-komersial-nirlaba-dan-etap-pdf-free.html. Diakases Pada Tanggal 16
April 2022.

25

Anda mungkin juga menyukai