PENDAHULUAN
1
kelembagaan bank, kesehatan bank, dan aspek kehati-hatian bank. Adapun
perbankan yang diawasi OJK terdiri dari Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat
dan Bank Syariah.
Bank Perkreditan Rakyat merupakan salah satu pelaku dalam pasar
keuangan mikro yang berperan penting bagi masyarakat Indonesia dalam
melayani Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dan masyarakat setempat, serta
berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi daerah atau dengan kata lain BPR
berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian di Indonesia.
Berikut ini tabel jumlah BPR yang ada di Indonesia :
Tabel 1.1
Jumlah BPR di Indonesia
TAHUN JUMLAH BPR
2013 1.635
2014 1.643
2015 1.644
2016 1.641
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia (SPI) publikasi
Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Pada tahun 2015 ke tahun 2016 terjadi penurunan sebanyak tiga BPR di
Indonesia. BPR tersebut diantaranya BPR Cita Makmur Lestari di Banten, BPR
Carano Nagari di Sumatera Barat, dan BPRS Al-Hidayah di Jawa Timur.
Penutupan ketiga BPR tersebut dikarenakan BPR-BPR yang bersangkutan
diketahui sudah berada dalam kondisi bank yang tidak dapat disehatkan setelah
dilakukannya pengawasan yang dilakukan oleh OJK.
Disamping itu, jumlah BPR di Indonesia jauh lebih banyak daripada
jumlah Bank Umum dan BPR mempunyai lokasi yang pada umumnya jauh dari
pusat kota. Hal tersebut menyebabkan tingkat kecurangan BPR jauh lebih besar
sehingga perlu diadakannya pengawasan yang baik terhadap BPR baik itu
pengawasan secara tidak langsung maupun secara langsung.
Lebih lanjut, dalam rangka pengembangan BPR, terdapat aspek
pengawasan khusus terhadap BPR itu sendiri yang dilakukan oleh Otoritas Jasa
2
Keuangan, karena OJK sebagai Otoritas Pengawas Jasa Keuangan juga memiliki
andil dalam hal tersebut dengan melakukan pengawasan yang efektif.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, tim penulis tertarik untuk
mengangkat laporan yang berjudul “Tinjauan Sistem Pengawasan Bank
Perkreditan Rakyat yang Dilakukan oleh Kantor Regional 7 Otoritas Jasa
Keuangan Sumatera Bagian Selatan”
3
1.5.2 Bagi Lembaga
4
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Disampaikan pula industri keuangan yang diawasi dan diatur OJK antara
lain industri perbankan, industri pasar modal serta IKNB (Industri Keuangan Non
Bank) yang berupa perusahaan asuransi, dana pensiun, leasing, serta pegadaian.
5
1 Juni 2016 yang sebelumnya berlokasi di Gedung Bank Indonesia Lantai 3 dan 4,
Jalan Jendral Sudirman No.201 Kota Palembang.
6
2.4 Tujuan Otoritas Jasa Keuangan
OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor
jasa keuangan :
1. Terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel;
2. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil, dan
3. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
7
OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:
a. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan syariah
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai perbankan dan
undang-undang mengenai perbankan syariah.
8
- Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang
modal sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-
undangan mengenai lembaga pembiayaan.
9
1. Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan
modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio
pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank;
1. Manajemen risiko;
5. Pemeriksaan bank.
Sesuai dengan tugas dan fungsi OJK wide yaitu mengatur, mengawasi dan
melindungi, yang dalam hal ini fungsi pengaturan hanya dilakukan oleh kantor
pusat. Tugas dan fungsi Kantor Regional (KR) adalah:
10
Kantor Regional 7 Sumatera Bagian Selatan (KR 7 Sumbagsel) baik
secara off-site melalui analisis terhadap laporan berkala dan insidentil yang
disampaikan bank secara on-line dan off-line, maupun kegiatan
pemeriksaan (on-site) dengan mendatangi langsung on the spot (OTS)
melalui pendekatan pengawasan sesuai ketetuan yang berlaku.
11
a. Melakukan pembinaan, pengawasan langsung dan tidak langsung,
menyediakan informasi tentang kondisi dan permasalahan,
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dan menyelesaikan
proses pencabutan izin usaha dan tidak lanjutnya terhadap LJK
yang menjadi obyek pengawasannya.
12
f. Melaksanakan urusan administrasi (organisasi, SDM, anggaran,
keuangan, kelogistikan, kesekretariatan) dan manajemen Kinerja
Satuan Kerja.
Benteng Kuto sebagai bagian dari program OJK. Ramah terdiri dari tiga
kegiatan utama, yaitu membersihkan dan merapikan dokumen di meja
kerja masing-masing minial sekali dalam dua minggu, mengenakan busana
kerja yang rapi dan sesuai standard OJK dan mengucapkan standar salam
OJK dan bersikap ramah kepada semua stokeholder.
13
75% walk-in customer memberikan penilaian minimal 5 dari skala 1-6
melalui kuesioner customer feedback. Ampera merupakan program kerja
OJK Gesit.
Pulo Kemaro sebagai bagian dari program OJK sehat terdiri dari 3
kegiatan utama yaitu Sehat Jasmani malalui senam bersama sekali dalam
seminggu yang diadakan setiap hari jumat. Sehar rohani malalui kegiatan
siraman rohani dengan mengundang pemuka agama yang diadakan sekali
dalamm 2 (dua) bulan. Sehat pikiran melalui kegiatan hiburan ataupun
kegiatan meditasi yang diadakan sekali dalam 2 (dua) bulan. Penilaian
masing-masing kgiatan dilihat dari kehadiran (minimal 60% dari jumlah
seluruh insan OJK KR 7 Sumbagsel).
14
dan masyarakat, sehingga diperlukan OJK yang memiliki fungsi, tugas,
dan wewenang pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan di dalam
sektor jasa keuangan secara terpadu, independen dan akuntabel.
Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas dan wewenang
pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal,
Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan dan Lembaga Jasa
Keuangan Lainnya beralih dari Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan - Kementerian Keuangan ke OJK. Sejak 31 Desember
2013 fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan
jasa keuangan di sektor Perbankan beralih dari BI ke OJK.
Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan, kesehatan,
aspek kehati-hatian, dan pemeriksaan bank merupakan lingkup pengaturan
dan pengawasan microprudential yang menjadi tugas dan wewenang OJK.
Adapun lingkup pengaturan dan pengawasan macroprudential merupakan
tugas dan wewenang BI. Dalam rangka pengaturan dan pengawasan
macroprudential, OJK berkoordinasi dengan BI untuk melakukan
himbauan moral (moral suasion) kepada Perbankan.
15
sistem pelaporan bank dan perusahaan pembiayaan oleh BI dan OJK;
3. Penggunaan kekayaan dan dokumen yang dimiliki dan/atau digunakan
BI oleh OJK; dan
4. Pengelolaan pejabat dan pegawai BI yang dialihkan atau dipekerjakan
pada OJK.
16
2.10 Pengaturan dan Pengawasan Bank
Menurut Booklet Perbankan Tahun 2016 Edisi 3 OJK memberikan dan
mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu bank, menetapkan
peraturan, melaksanakan pengawasan bank serta mengenakan sanksi terhadap
bank.
2.10.1 Tujuan Pengaturan dan Pengawasan Bank
Pengaturan dan pengawasan bank diarahkan untuk mengoptimalkan fungsi
perbankan Indonesia agar tercipta sistem perbankan yang sehat secara
menyeluruh maupun individual, dan mampu memelihara kepentingan
masyarakat dengan baik, berkembang secara wajar dan bermanfaat bagi
perekonomian nasional.
17
Pengawasan tidak langsung (off-site supervision) yaitu pengawasan
melalui alat pemantauan seperti laporan berkala yang disampaikan
bank, laporan hasil pemeriksaan dan informasi lainnya.
4. Kewenangan untuk mengenakan sanksi (right to impose sanction),
yaitu untuk menjatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan terhadap bank apabila suatu bank kurang atau tidak
memenuhi ketentuan. Tindakan ini mengandung unsur pembinaan
agar bank beroperasi sesuai dengan asas perbankan yang sehat;
5. Kewenangan untuk melakukan penyidikan (right to investigate)
Sesuai dengan UU, OJK mempunyai kewenangan untuk melakukan
penyidikan di sektor jasa keuangan, termasuk perbankan. Penyidikan
dilakukan oleh penyidik kepolisian Negara RI dan pejabat Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan OJK. Hasil penyidikan disampaikan
kepada Jaksa untuk dilakukan penuntutan.
18
Pengawasan/pemeriksaan bank berdasarkan risiko dilakukan terhadap
jenis-jenis risiko sebagai berikut :
Tabel 2.1
Jenis-jenis Risiko Bank
Jenis-Jenis Risiko Bank
19
Tabel 2.2
Pengawasan Intensif dan Pengawasan Khusus
Pengawasan Intensif Pengawasan Khusus
Kriteria
Bank ditempatkan dalam pengawasan OJK menetapkan Bank dalam
intensif (BDPI) apabila dinilai pengawasan khusus (BDPK) apabila
memiliki potensi kesulitan yang BDPI atau bank dalam pengawasan
membahayakan kelangsungan usaha normal, dinilai mengalami kesulitan
jika memenuhi satu atau lebih kriteria yang membahayakan kelangsungan
sebagai berikut: usahanya, yaitu apabila memenuhi
a. KPMM ≥ 8% namun kurang dari satu atau lebih kriteria sebagai berikut:
rasio KPMM sesuai profil risiko a. Rasio KPMM < 8%
Bank yang wajib dipenuhi oleh b. Rasio GWM dalam rupiah kurang
Bank. dari 5% dan berdasarkan penilaian
b. Rasio modal inti (Tier 1) kurang OJK
dari persentase terntentu yang Bank mengalami permasalahan
ditetapkan oleh OJK. likuidasi mendasar; atau
c. Rasio GWM dalam Rupiah ≥ 5% Bank mengalami perkembangan
namun kurang dari rasio yang yang memburuk dalam waktu
ditetapkan untuk GWM rupiah singkat
yang wajib di penuhi oleh Bank,
dan berdasarkan penilaian OJK,
Bank memiliki permasalahan
likuiditas mendasar.
d. Rasio kredit bermasalah (Non
Performing Loan) secara netto
lebih dari 5% dari total kredit.
e. Tingkat kesehatan bank dengan
peringkat komposit 4 atau 5.
f. Tingkat kesehatan bank dengan
peringkat komposit 3 dan GCG
20
dengan peringakat.
Jangka Waktu
OJK menetapkan BDPI paling lama OJK menetapkan BDPK paling lama 3
satu tahun sejak tanggal surat bulan sejak tanggal surat
pemberitahuan OJK pemberitahuan OJK.
OJK dapat memperpanjang jangka
waktu pengawasan intensif paling
banyak satu kali dan paling lama satu
tahun hanya untuk BDPI yang
memenuhi kriteria.
a. Kredit bermasalah ( Non
Performing Loan) secara netto
lebih dari 5% dari total kredit dan
penyelesaiannya bersifat kompleks.
b. Tingkat kesehatan Bank dengan
peringkat komposit 4 atau 5, dan
atau
c. Tingkat kesehatan bank dengan
peringkat komposit 3 dan GCG
dengan peringkat 4.
d. Khusus untuk kriteria b dan c,
perpanjangan jangka waktu BDPI
disertai pula dengan peningkatan
tindakan pengawasan.
Langkah-langkah Pengawasan
Memerintahkan Bank untuk 1. BDPK wajib melakukan
melakukan mandotory supervisory penambahan modal untuk
actions antara lain : memenuhi KPMM dan/atau
a. Menghapusbukukan kredit yang kewajiban pemenuhan GWM
tergolong macet dan sesuai dengan ketentuan yang
21
memperhitungkan kerugian Bank berlaku.
dengan modal bank. 2. Selain tindakan-tindakan
b. Membatasi pembayaran remunerasi pengawasan pada saat BDPI, dalam
atau bentuk lainnya yang rangka pengawasan khusu, OJK
dipersamakan dengan itu kepada berwenang :
anggota dewan komisaris dan/atau a. Melarang bank menjual atau
direksi Bank, atau imbalan kepada menurunkan jumlah aset tanpa
pihak terkait. persetujuan OJK kecuali untuk
c. Tidak melakukan pembayaran SBI, SBI Syariah, giro pada BI,
pinjaman subordinasi. tagihan antar bank, SBN
d. Tidak melakukan atau menunda dan/atau SBSN.
distribusi modal. b. Melarang bank mengubah
e. Memperkuat modal bank termasuk kepemilikan bagi:
melalui setoran modal. 1) Pemegang saham yang
f. Tidak melakukan transaksi tertentu memiliki saham bank
dengan pihak terkait dan/atau pihak sebesar 10% atau lebih
lain yang ditetapkan OJK. dan/atau
g. Membatasi pelaksanaan rencana 2) PSP termasuk pihak-pihak
penerbitan produk dan/atau yang melakukan
pelaksanaan aktivitas baru. pengendalian terhadap bank
h. Tidak melakukan atau membatasi dalam struktur kelompok
pertumbuhan aset, pernyertaan usaha bank, kecuali telah
dan/atau penyediaan dana baru. memperoleh persetujuan
i. Menjual sebagian atau seluruh OJK dan/atau
harta dan/atau kewajiban bank c. Memerintahkan bank untuk
kepada bank atau pihak lain. melaporkan setiap perubahan
j. Tidak melakukan ekspansi jaringan kepemilikan saham bank
kantor. kurang dari 10%.
k. Tidak melakukan kegiatan usaha
tertentu.
l. Menutup jaringan kantor Bank.
22
m. Tidak melakukan transaksi antar
bank.
n. Melakukan merger atau konsolidasi
dengan bank lain.
o. Mengganti Dewan Komisaris
dan/atau Direksi bank
p. Menyerahkan pengelolaan seluruh
atau sebagian kegiatan bank
kepada pihak lain dan/atau
q. Menjual bank kepada pembeli yang
bersedia mengambil alih seluruh
kewajiban modal.
BDPI wajib: OJK membekukan kegiatan usaha
a. Menyampaikan rencana tindak tertentu BDPK paling lama satu bulan
sesuai permasalahan yang dalam periode pengawasan khusus
dihadapi. apabila:
b. Menyampaikan realisasi rencana a. OJK menilai kondisi bank semakin
tindak. memburuk dan/atau
c. Menyampaikan daftar pihak terkait b. Terjadi pelanggaran ketentuan
secara lengkap dan/atau perbankan yang dilakukan oleh
d. Melakukan tindakan lainnya Direksi, Dewan Komisaris dan/atau
dan/atau melaporkan hal-hal PSP.
tertentu yang ditetapkan oleh OJK.
Dalam hal bank ditetapkan sebagai
BDPI karena permasalahan
permodalan, ban dan/atau pemegang
saham bank juga wajib menyampaikan
rencana perbaikan permodalan (capital
restoration plan) guna mengatasi
permasalahan permodalan bank.
Bank ditetapkan tidak lagi berada OJK mengumumkan BDPK yang
23
dalam pengawasan intensif apabila dibekukan kegiatan usaha tertentu
kondisi bank membaik dan sudah tidak beserta alasan dan tindakan perbaikan
memenuhi kriteria memiliki potensi yang wajib dilakukan dan/ atau
kesulitan yang membahayakan larangan yang diperitahkan OJK pada
kelangsungan usaha. dua surat kabar harian yang
mempunyai peredaran luas dan pada
homepages OJK. Sebaliknya, dalam
rangka keseimbangan informasi
kepada publik, maka apabila kondisi
Bank membaik dan tidak terkategori
sebagai Bank dalam pengawasan
khusus, maka OJK juga akan
mengumumkan.
OJK memberitahukan secara tertulis Bank yang dibekukan kegiatan usaha
kepada bank yang ditetapkan tidak lagi tertentunya, wajib memberitahukan
berada dalam pengawasan intensif kepada seluruh jaringan kantornya
kegiatan usaha tertentu yang
dibekukan
24
2.10.6 Tindak Lanjut Penanganan Terhadap BPR Dalam Status Pengawasan
Khusus
OJK menetapkan BPR dalam status pengawasan khusus (BPR DPK)
apabila memenuhi 1 (satu) atau lebih kriteria sebagai berikut:
a. Rasio KPMM < 4%;
b. Cash Ratio (CR) rata-rata selama 6 bulan terakhir < 3%
25
dan penyaluran dana tersebut berlaku sejak BPR ditetapkan DPK.
Jangka waktu pengawasan khusus ditetapkan paling lama 180 hari sejak
tanggal penetapan BPR dalam status pengawasan khusus dari OJK. Jangka waktu
tersebut dapat diperpanjang 1 kali dengan jangka waktu paling lama 180 hari
sejak berakhirnya jangka waktu pengawasan khusus apabila memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.
OJK menetapkan BPR dikeluarkan dari status pengawasan khusus apabila
memenuhi kriteria:
a. Rasio KPMM paling kurang sebesar 4%, dan
b. CR rata-rata selama 6 bulan terakhir paling kurang sebesar 3%.
26
3.1 Pengertian Prosedur
Pengertian prosedur menurut Mulyadi (2010:5) adalah suatu urutan
kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu
departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara
seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.
Menurut Zaki Baridwan (2010:3) prosedur merupakan suatu
urutan-urutan pekerjaan klerikal biasanya melibatkan beberapa orang
dalam suatu kegiatan atau lebih disusun untuk menjamin adanya perlakuan
yang seragam terhadap transaksi yang sering terjadi.
Berdasarkan pendapat diatas, prosedur merupakan suatu urutan
klerikal yang melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih
dengan tujuan untuk penyeragaman transaksi perusahaan.
27
Menurut Ismail (2012:12) bank memiliki tiga fungsi utama. Ketiga
fungsi utama ini dapat dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1
Fungsi Utama Bank
BANK
a. Penghimpun Dana
Bank menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Bank
dapat menghimpun secara langsung dari masyarakat dan masyarakat dapat
menempatkan dananya kapanpun dan juga dapat menarik dananya kapan
pun, sesuai dengan jenis simpanan yang dimilikinya.
b. Penyaluran Dana
Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank sebagian besar dalam bentuk
kredit/pinjaman. Aras kredit/pinjaman yang diberikan oleh bank kepada
debitur, bank akan memperoleh balas jasa berupa bunga untuk Bank
Konvensional dan/atau bagi hasil dan balas jasa lain bagi Bank Syariah.
c. Pelayanan Jasa
Pelayanan Jasa bank dapat dibagi menjadi dua yaitu jasa bank dalam
negeri dan jasa bank luar negeri. Jasa bank dalam negeri merupakan jenis
pelayanan jasa yang diberikan oleh bank terkait dengan transaksi-transaksi
antar bank dalam negeri. Jasa bank luar negeri merupakan jenis pelayanan
jasa yang diberikan oleh bank terkait dengan transaksi-transaksi dengan
bank koresponden.
3.2.2 Jenis-Jenis Bank
Berikut ini jenis-jenis bank yang ada di Indonesia :
1. Bank Konvensional adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum
28
Konvensional (BUK) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR);
2. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum
Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Prinsip
Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki
kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.
29
Berdasarkan UU No.21 Tahun 2011 Pasal 1 tentang Otoritas Jasa
Keuangan, Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang
bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan syariah
sebagaimana yang dimaksud dalam undang-undang mengenai perbankan
dan undang-undang mengenai perbankan syariah.
Berdasarkan pendapat diatas, perbankan merupakan segala sesuatu
tentang bank yang mencakup kelembagaan dan kegiatan usaha yang
berguna untuk membantu perdagangan dan pembangunan nasional.
30
bank perkreditan rakyat dan yang menjadi tolak ukurnya adalah undang-
undang mengenai pengawasan perbankan.
31
3.5.2 Usaha Bank Perkreditan Rakyat
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu;
b. Memberikan kredit;
c. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank
lain.
32
pulau Jawa dan Bali dan di wilayah pulau Jawa dan Bali di luar
wilayah sebagaimana disebut dalam huruf a dan b;
d. Rp500 juta untuk BPR yang didirikan di wilayah lain di luar
wilayah sebagaimana disebut dalam huruf a, b, dan c, dan hanya
dapat didirikan dan/atau dimiliki oleh:
Warga negara Indonesia;
Badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga
negara Indonesia
Pemerintah Daerah; atau
Dua pihak atau lebih sebagaimana dimaksud dalam angka a),
b) dan c).
33
terhadap pengembangan bank syariah yang sehat dan tangguh;
d. Tidak termasuk dalam Daftar Tidak Lulus FPT (bagi BUK); dan
e. Memiliki komitmen untuk tidak melakukan dan/ atau mengulangi
perbuatan dan/atau tindakan tertentu, bagi calon Dewan
Komisaris atau calon anggota Direksi yang pernah memiliki
predikat Tidak Lulus dalam FPT dan telah menjalani sanksi yang
ditetapkan oleh OJK.
f. Perubahan pemilik bank tunduk kepada tata cara perubahan
pemilik bank yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
34
tembusannya. Bagan alir dokumen ini menggunakan simbol-simbol
yang sama dengan yang digunakan di dalam bagan alir sistem.
3. Bagan Alir Skematik ( Schematic Flowchart )
Merupakan bagan alir yang mirip dengan bagan alir sistem,
yaitu untuk menggambarkan prosedur didalam sistem. Perbedaanya
adalah, bagan alir skematik selain menggunakan simbol-simbol bagan
alir sistem juga menggunakan gambar-gambar komputer dan peralatan
lainnya yang digunakan. Maksud penggunaan gambar-gambar ini
adalah untuk memudahkan komunikasi kepada orang yang kurang
pahan dengan simbol-simbol bagan alir. Penggunaan gambar-gambar
ini memudahkan untuk dipahami, tetapi sulit dan lama
menggambarnya.
4. Bagan Alir Program ( Program Flowchart )
Merupakan bagan yang menjelaskan secara rinci langkah-
langkah dari proses program. Bagan alir program dapat terdiri dari dua
macam, yaitu Bagan Alir Logika Program (Program Logic Flowchart)
dan Bagan Alir Program Komputer terinci (Detailed Computer
Program Flowchart).
5. Bagan Alir Proses ( Process Flowchart )
Merupakan bagan alir yang banyak digunakan di teknik industri.
Bagan alir ini juga berguna bagi analis sistem untuk menggambarkan
proses dalam suatu prosedur. Bagan alir proses selain dapat
menunjukkan kegiatan dan simpanan yang digunakan dalam suatu
prosedur, dapat juga menunjukkan jarak kegiatan yang satu dengan
yang lainnya serta waktu yang diperlukan oleh suatu kegiatan.
35
Tabel 3.1
Simbol Flowchart
No Gambar Nama Keterangan
Mulai /
Menunjukkan awal dan akhir
berakhir
1 suatu sistem akuntansi
( Terminal )
Menunjukkan dokumen sebagai
Dokumen
2 yang digunakan untuk merekam
(Document)
data terjadinya suatu transaksi
Operasi Merupakan proses yang
3
Manual dikerjakan secara manual
36
Digunakan untuk menyimpan
data sebagai arsip secara manual
A
dan sementara, jika “A” berarti
Off line
10 disimpan menurut abjad, “N”
storage
berarti disimpan menurut nomor
dan jika “T” berarti disimpan
menurut kronologis atau tanggal
BAB IV
PEMBAHASAN
37
BPR dan BPRS di wilayah kerja KR 7 OJK Sumbagsel (Provinsi Sumsel
dan Provinsi Bangka Belitung) berjumlah 27 BPR dengan klasifikasi 25 BPR
Konvensional dan 2 BPRS. Berikut ini merupakan daftar BPR di Sumatera
Selatan yang terdaftar di OJK :
Tabel 4.1
BPR dan BPRS di wilayah kerja KR 7 OJK Sumbagsel
(Prov.Sumsel dan Prov.Babel)
NO NAMA BPR
1 PT BPR Anugrah Swakerta
2 PT BPR Ukabima Lestari
3 PT BPR Mitra Central Dana
4 PT BPR Sukasada
5 PT BPR Cinta Manis Agroloka
6 PT BPR Agritans Batumarta
7 PT BPR Rarat Ganda
8 PT BPR Musi Artha Lestari
9 PT BPR Tri Gunung Selatan
10 PT BPR Multidana Mandiri
11 PT BPR Tiur Ganda
12 PT BPR Tahap Ganda
13 PT BPR Prabumegah Kencana
14 PT BPR Sindang Binaharta
15 PT BPR Musi Artha Surya
16 PT BPR Sumatera Selatan
17 PT BPR Prima Dana Abadi
18 PT BPR Puskopat
19 PT BPR Ukabima Grazia
20 PT BPR Utomo Manunggal Sejahtera Sumsel
21 PT BPR Catur Mas
22 PT BPR Kapital Mandiri
23 PT BPR Bintang Dana Persada
24 PT BPR Pendanaan Sarana Rakyat
25 PT BPR Sentral Mitra Sejahtera
26 PT BPRS Al Falah
27 PT BPRS Bangka Belitung
38
Prosedur pengawasan BPR yang dilakukan KR 7 OJK Sumbagsel dibagi
menjadi dua kategori pengawasan yakni Pengawasan Onsite dan Pengawasan
Offsite.
39
Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan Liquidity serta nilai
EWS (Early Warning System). EWS merupakan sistem untuk
mengetahui perubahan yang signifikan baik peningkatan maupun
penurunan pada bagian tertentu di laporan keuangan BPR yang
tujuannya mengetahui Risk, Profitability and Growth, Risk Taking
Capacity, Competition, Idle Assets, dan Operating Cost.
c. Hasil TKS dan EWS akan digunakan pengawas sebagai acuan
pembuatan AWP (Audit Working Plan), dimana AWP adalah
perencanaan pemeriksaan yang akan dilakukan oleh pengawas, yang
berisikan
Perkembangan Data Keuangan
Penilaian Kinerja BPR
Fokus Pemeriksaan yang akan dilakukan oleh pengawas.
40
d. Apabila dari hasil pemeriksaan umum ditemukan adanya permasalahan
yang masih memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, maka pengawas
dapat melanjutkan pada pemeriksaan khusus.
41
Untuk keluar dari DPK, OJK dapat memerintahkan BPR dan/atau
pemegang saham BPR untuk melakukan tindakan antara lain:
a. Menambah modal;
b. Menghapusbukukan kredit yang tergolong macet dan memperhitungkan
kerugian BPR dengan modalnya;
c. Mengganti anggota direksi dan/atau dewan komisaris BPR;
d. Melakukan merger atau konsolidasi dengan BPR lain;
e. Menjual BPR kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh
kewajiban BPR;
f. Menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan BPR kepada
pihak lain;
g. Menjual sebagian atau seluruh harta dan/atau kewajiban BPR kepada
pihak lain;
42
4.4 Fungsi-Fungsi yang Terkait dengan Prosedur Pengawasan yang
Dilakukan OJK terhadap BPR
2. BPR
Dalam prosedur pengawasan, bagian ini merupakan bagian yang menjadi
objek pengawasan oleh OJK, yang akan diteliti laporan keuangannya
dengan menggunakan metode CAMEL yang menghasilkan rasio yang
akan menggambarkan kondisi sehat atau tidak sehatnya dari BPR yang
bersangkutan.
43
2. TKS (Tingkat Kesehatan Bank)
TKS merupakan dokumen output yang dihitung secara otomatis oleh
sistem pengawasan (SIMWAS) yang menghasilkan rasio yang
menunjukkan keadaan BPR secara kuantitatif yang menghasilkan
kesimpulan sehat atau tidak sehat. (Dokumen Terlampir)
5. SI (Surat Introduksi)
SI merupakan surat yang dibuat oleh pengawas dan selanjutnya akan
ditandatangani oleh pimpinan OJK. Surat ini digunakan pengawas untuk
melakukan pengawasan On-Site, berfungsi sebagai surat tugas. (Dokumen
Terlampir)
44
7. SP (Surat Pemberitahuan)
SP merupakan surat yang berguna untuk memberitahukan keputusan OJK
kepada BPR, baik untuk memberitahukan BPR masuk dalam pengawasan
khusus, memberitahukan BPR dapat melanjutkan usahanya setelah
mendapat pengawasan khusus ataupun keputusan akhir untuk mencabut
izin usaha BPR bersangkutan. (Dokumen Terlampir)
8. Laporan OJK
Laporan OJK merupakan laporan yang dibuat pengawas dan ditujukan
kepada LPS untuk meminta keputusan agar menyelamatkan atau tidak
menyelamatkan BPR berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh LPS.
(Dokumen Terlampir)
9. SK (Surat Keputusan)
SK merupakan surat yang dibuat oleh LPS yang berisikan keputusan LPS
untuk menyelamatkan atau tidak menyelamatkan BPR yang kemudian
akan dikirimkan kepada OJK. (Dokumen Terlampir)
1. BPR
a. Memasukkan transaksi-transaksi yang terjadi selama satu bulan ke
sistem BPR.
b. Sistem BPR akan mengolah seluruh transaksi menjadi laporan
bulanan yang kemudian akan diimpor ke SIMWAS OJK paling
lambat tanggal 14.
45
2. Pengawas (OJK)
a. Setiap bulan, SIMWAS OJK akan mengolah Lapbul untuk
mendapatkan Tingkat Kesehatan (TKS).
b. Secara bersamaan SIMWAS OJK akan mengimpor data ke Early
Warning System (EWS).
c. Sistem EWS akan mengolah Lapbul untuk mendapatkan hasil
Analisa EWS (HAE).
d. TKS dan HAE akan menjadi dokumen sumber atas pembuatan Audit
Working Plan (AWP).
e. Mengarsip permanen TKS dan HAE berdasarkan tanggal.
f. Menganalisa AWP untuk menentukan kondisi kesehatan bank. Jika
bank dalam kondisi sehat, AWP akan diarsip sementara berdasarkan
tanggal yang kemudian minimal satu tahun sekali diadakan
pengawasan On-Site. Jika bank dalam kondisi tidak sehat selama tiga
bulan berturut-turut, pengawas akan menetapkan bank dalam kondisi
Bank Dalam Pengawasan Khusus (BDPK) dan meminta bank untuk
melakukan langkah-langkah sesuai dengan ketetapan OJK selama 6
bulan serta mengarsip permanen AWP.
46
Pemeriksaan (LHP) dan menyatakan bahwa bank dalam kondisi
sehat dan dapat melanjutkan kegiatannya. Dilanjutkan dengan
mengarsip permanen LHP, SI, dan AWP berdasarkan tanggal.
d. Jika terdapat kesalahan maka pengawas akan mengoreksi Lapbul dan
menghitung ulang TKS. Kemudian mengarsip permanen SI dan
AWP berdasarkan tanggal.
e. Berdasarkan Lapbul yang telah dikoreksi, pengawas akan
menghitung ulang TKS untuk kemudian dianalisis. Jika bank dalam
kondisi sehat, maka pengawas membuat Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP) dan menetapkan bahwa bank dalam kondisi sehat dan dapat
melanjutkan kegiatannya lalu mengarsip permanen LHP, Lapbul dan
TKS yang telah dikoreksi berdasarkan tanggal.
f. Jika bank dalam kondisi tidak sehat maka pengawas akan
menetapkan Bank Dalam Pengawasan Khusus (BDPK) dan meminta
bank melakukan langkah sesuai ketetapan OJK selama 6 bulan yang
akan dicantumkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang
dibuat pengawas kemudian mengarsip permanen LHP, Lapbul dan
TKS yang telah dikoreksi berdasarkan tanggal.
47
mengirimkan Laporan OJK kepada LPS dan mengarsip permanen
AWP berdasarkan tanggal.
c. Jika pengawas menerima surat keputusan untuk menyelamatkan
bank, maka pengawas akan membuat surat pemberitahuan yang akan
dikirim kepada bank yang bersangkutan agar bank dapat
melanjutkan kegiatannya dan mengarsip surat keputusan. Jika
pengawas menerima surat keputusan untuk tidak menyelamatkan
bank, maka pengawas akan membuat surat pemberitahuan yang akan
dikirim kepada bank yang bersangkutan untuk mencabut izin usaha
bank dan mengarsip surat keputusan.
2. LPS
a. Melihat dan menganalisa Laporan OJK. Jika bank memenuhi kriteria
untuk diselamatkan maka LPS akan membuat surat keputusan untuk
menyelamatkan bank yang kemudian akan dikirimkan kepada OJK.
Jika bank tidak memenuhi kriteria untuk diselamatkan, maka LPS
akan membuat surat keputusan untuk tidak menyelamatkan bank
yang kemudian akan dikirimkan kepada OJK dan mengarsip
permanen Laporan OJK berdasarkan tanggal.
48
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
KR 7 OJK Sumbagsel melakukan pengawasan terhadap BPR telah
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam UU No.21 Tahun 2011
tentang Otoritas Jasa Keuangan yakni terdapat dua cara pengawasan bank
yaitu pengawasan secara tidak langsung (off-site supervision) dan
pengawasan bank secara langsung (on-site supervision).
Pengawasan tidak langsung (off-site supervision) yang dilakukan
OJK adalah melakukan penelitian dan evaluasi terhadap laporan berkala
yang disampaikan BPR, laporan hasil pemeriksaan dan informasi lainnya.
Pengawasan bank secara langsung (on-site supervision) yang
dilakukan OJK terdiri dari pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus
yang tujuannya untuk mendapatkan gambaran keadaan keuangan BPR dan
untuk memantau tingkat kepatuhan BPR terhadap peraturan yang berlaku,
serta untuk mengetahui apakah terdapat praktik-praktik tidak sehat yang
membahayakan kelangsungan usaha BPR.
Apabila berdasarkan hasil pengawasan baik off-site maupun on-site
ditemukan BPR mengalami kesulitan di bidang permodalan dan likuiditas,
maka BPR tersebut ditetapkan dalam pengawasan khusus atau BPR DPK.
5.2 Saran
Diharapkan OJK dapat mempertahankan dan terus meningkatkan
kinerja dalam mengawasi seluruh lembaga jasa keuangan khususnya BPR,
karena BPR merupakan industri keuangan yang berperan besar dalam
menumbuhkan perekonomian daerah menjadi lebih baik melalui
pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan
masyarakat umum.
49