Anda di halaman 1dari 18

Analisis Kinerja Keuangan Bank Dengan Menggunakan Rasio

Camel pada PT. Bank Central Asia, Tbk Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia

Widyawati1*
STIE Wira Bhakti Makassar

*email korespondnesi:

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan adalah untuk menganalisis kinerja keuangan PT. Bank Central Asia,
Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan rasio CAMEL. Peneliti
melakukan studi dokumentasi terhadap laporan keuangan PT.Bank Central Asia, Tbk yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun mulai tahun 2012 sampai tahun 2016.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa: tingkat kesehatan PT. Bank Central Asia, Tbk yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama 5 tahun, yaitu tahun 2012 sampai tahun 2016 seluruhnya mendapat
predikat SEHAT.
Kata Kunci: Kinerja Keuangan, Rasio Camel.

I. PENDAHULUAN
Berdasarkan pasal 29 UU No.7 tahun 1992, sebagaimana telah diubah dalam
UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan, bank wajib memelihara tingkat
kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas
manajemen, likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas, serta aspek lain yang berkaitan
dengan usaha bank dan wajib melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang tentang Perbankan tersebut, Bank
Indonesia sebagai otoritas yang bertugas dalam mengatur dan mengawasi bank
mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004
perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Surat EdaranBank
Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 perihal Tatacara Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum.
Kesehatan bank merupakan kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan
operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya
dengan baik berdasarkan tata cara yang sesuai peraturan perbankan yang berlaku.
Salah satu unsur yang penting bagi bank adalah unsur kinerja dan kesehatannya,
karena dengan mengetahui unsur tersebut kita dapat menilai serta membandingkan
kualitas suatu bank terhadap bank yang lain. Unsur tersebut penting untuk diketahui
oleh para investor, para nasabah giro, deposito, maupun tabungan yang menanamkan
dananya pada bank tertentu. Untuk menilai kesehatan bank, dapat dilakukan indikator
laporan keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan akan dapat
dihitung sejumlah rasio keuangan yang wajar dijadikan sebagai dasar penilaian tingkat
kesehatan bank.
Bank Indonesia mengeluarkan sistem penilaian tingkat kesehatan bank dengan 5
aspek yang disebut dengan CAMEL, yang meliputi Capital,Asset Quality, Managemen,
Earnings, dan Liquidity. Hal ini sesuai dengan peraturan Bank Indonesia Nomor
9/1/PBI/2007 tentang sistem penilaian kesehatan bank umum berdasarkan prinsip
syariah. Faktor Permodalan (Capital) yang dipakai dalam rasio perbankan ini adalah
Capital AdequacyRatio (CAR), Aktiva Produktif Bermasalah (APB) dan Non
PerformingLoans (NPL) untuk menilai faktor Kualitas Aktiva (Asset Quality). Returnon

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 1, Januari 2019 | 38


Assets (ROA) dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) untuk
menilai factor Rentabilitas (Earnings), dan Loan toDeposit Ratio (LDR) untuk menilai
factor Likuiditas (Liquidity).
CAMEL tidak hanya digunakan untuk menilai kesehatan bank, tetapi juga
digunakan sebagai indikator dalam menyusun peringkat serta memprediksi prospek
suatu bank di masa yang akan datang. Menghadapi persaingan yang semakin ketat di
sektor perbankan, kepercayaan dari masyarakat merupakan faktor utama dalam
mendorong kemajuan perusahaan. Beranjak dari hal tersebut maka PT. Bank Central
Asia, Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terus menerus melakukan evaluasi
dan perbaikan terutama di bidang pelayanan, pengembangan produk, serta fungsi
pemasaran, agar mampu mewujudkan visi sebagai bank terpercaya, menjadi
kebanggaan masyarakat serta mampu menunjang pembangunan daerah di segala
bidang.
Mengingat fungsi, posisi dan peranan PT. Bank Central Asia, Tbk di tengah-
tengah masyarakat yang begitu strategis, maka kepentingan akan pengukuran tingkat
kesehatannya menjadi begitu penting agar dikemudian hari PT. Bank Central Asia, Tbk
lebih dapat diterima oleh masyarakat dan tetap di percaya oleh kalangan pemerintah
maupun swasta dalam pengelolaan keuangan bisnisnya. Berdasarkan uraian tersebut,
maka peneliti membahasnya dalam sebuah penelitian yang berjudul: Analisis Kinerja
Keuangan Bank Dengan Menggunakan Rasio CAMEL Pada PT. Bank Central Asia, Tbk
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Bank
1. Pengertian Bank
Bank menurut UU RI no. 10 tahun 1998 tentang perbankan adalah Badan usaha
yang menghimpundana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank dapat diartikan sebagai lembaga
keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat. Sedangkan pengertian lembaga
keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan di mana
kegiatannya apakah hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau
kedua-duanya.
Kasmir (2012:11), bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga
keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa Bank
lainnya. Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa bank merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang keuangan, artinya usaha perbankan selalu berkaitan dengan
masalah bidang keuangan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi
tiga kegiatan utama, yaitu: menghimpun dana, menyalurkan dana dan memberikan
jasa bank lainnya.
Dendawijaya (2009:12), bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya
sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan
dana dari pihak yang berkelebihan dana (idle fund/surplus unit) kepada pihak yang
membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan.
Secara umum jenis-jenis bank yang ada di Indonesia dibagi menjadi 3 (tiga) anatara lain
Bank Sentral, Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat / BPR.
Hasibuan (2011:1) mendefinisikan bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 1, Januari 2019 | 39


rakyat banyak. Sedangkan menurut Hasan (2014:3) bank merupakan lembaga
keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-
jasa bank lainnya.
2. Fungsi Bank
Secara umum fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau
sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik fungsi bank dapat sebagai
agent of trust, agent of development, dan agen of services (Budisantoso dan
Triandaru, 2011:9), yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Agen of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik
dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan
mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan.
1) Agen of Development
Tugas bank sebagai penghimpun dan penyaluran dana sangat
diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan
bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi,
dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi-
distribusi-konsumsi berkaitan dengan penggunaan uang.
2) Agen of Services
Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana,
bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada
masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank erat kaitannya dengan kegiatan
perekonomian masyarakat. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana
merupakan kegiatan pokok perbankan. Sedangkan kegiatan memberikan
jasa-jasa bank lainnya hanyalah merupakan pendukung dari kedua kegiatan
di atas.
3. Asas dan Prinsip Bank
Pasal 2 UU No 7 tahun 1992, yang terdapat dalam buku Undang-Undang
Perbankan dan Undang-Undang Lembaga Penjamin Simpanan, menetapkan
bahwa Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi
ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian (2005:59). Untuk
mempertegas makna asas demokrasi ekonomi ini penjelasan umum dan
penjelasan Pasal 2 berbunyi: yang dimaksud dengan demokrasi ekonomi adalah
demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan undang-undang dasar 1945.
Demokrasi ekonomi ini tersimpul dalam Pasal 33 UUD 1945, yaitu perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Menurut
Mapantau (2012:40) mengemukakan bahwa pembangunan di bidang ekonomi
yang didasarkan pada demokrasi ekonomi menentukan masyarakat harus
memegang peran aktif dalam kegiatan pembangunan, memberikan pengarahan
dan bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang
sehat bagi perkembangan dunia usaha.
Dalam hukum perbankan dikenal beberapa prinsip perbankan, yaitu prinsip
kepercayaan (fiduciary relation principle), prinsip kehati-hatian (prudential
principle), prinsip kerahasiaan (secrecy principle), dan prinsip mengenal
nasabah(know how costumer principle) (Mapantau, 2012:39).
a. Prinsip Kepercayaan (fiduciary relationprinciple)
Prinsip kepercayaan adalah suatu asas yang melandasi hubungan antara
bank dan nasabah bank. Bank berusaha dari dana masyarakat yang disimpan
berdasarkan kepercayaan, sehingga setiap bank perlu menjaga kesehatan
banknya dengan tetap memelihara dan mempertahankan kepercayaan

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 1, Januari 2019 | 40


masyarakat. Prinsip kepercayaan diatur dalam Pasal 29 ayat (4) UU No 10
Tahun 1998.
b. Prinsip Kehatihatian (prudential principle)
Prinsip kehati-hatian adalah suatu prinsip yang menegaskan bahwa bank
dalam menjalankan kegiatan usaha baik dalam penghimpunan terutama
dalam penyaluran dana kepada masyarakat harus sangat berhati-hati. Tujuan
dilakukannya prinsip kehati-hatian ini agar bank selalu dalam keadaan sehat
menjalankan usahanya dengan baik dan mematuhi ketentuan-ketentuan dan
norma-norma hukum yang berlaku di dunia perbankan. Prinsip kehati-hatian
tertera dalam Pasal 2 dan Pasal 29 ayat (2) UU No 10 tahun 1998.
c. Prinsip Kerahasiaan (secrecy principle)
Prinsip kerahasiaan bank diatur dalam Pasal 40 sampai dengan Pasal 47
A UU No 10 Tahun 1998. Menurut Pasal 40 bank wajib merahasiakan
keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya. Namun dalam
ketentuan tersebut kewajiban merahasiakan itu bukan tanpa pengecualian.
Kewajiban merahasiakan itu dikecualikan untuk dalam hal-hal untuk
kepentingan pajak, penyelesaian utang piutang bank yang sudah diserahkan
kepada badan Urusan Piutang dan Lelang / Panitia Urusan Piutang Negara
(UPLN/PUPN), untuk kepentingan pengadilan perkara pidana, dalam perkara
perdata antara bank dengan nasabah, dan dalam rangka tukar menukar
informasi antar bank.
d. Prinsip Mengenal Nasabah (know how costumer principle)
Prinsip mengenal nasabah adalah prinsip yang diterapkan oleh bank
untuk mengenal dan mengetahui identitas nasabah, memantau kegiatan
transaksi nasabah termasuk melaporkan setiap transaksi yang mencurigakan.
Prinsip mengenal nasabah nasabah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia
No.3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal nasabah.
4. Aturan Kesehatan Bank
Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi
semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan
perbankan yang berlaku (Budisantoso dan Triandaru, 2011:51). Menyadari arti
pentingnya kesehatan suatu bank bagi pembentukan kepercayaan dalam dunia
perbankan serta untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian (prudential banking)
dalam dunia perbankan, maka Bank Indonesia merasa perlu untuk menerapkan
aturan tentang kesehatan bank.
Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pembinaan dan
pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia. Undang-Undang tersebut lebih
lanjut menetapkan bahwa:
a. Bank wajib memelihara tingkat kesehatannya sesuai dengan ketentuan
kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas
dan solvabilitas, serta aspek lain yang berkaitan dengan usaha bank dan wajib
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
b. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan
melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang
tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan
dananya kepada bank.
c. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia, segala keterangan, dan
penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 1, Januari 2019 | 41


d. Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi
pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas yang ada padanya, serta wajib
memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh kebenaran
dari segala keterangan, dokumen, dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank
yang bersangkutan.
e. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala
maupun setiap waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat menugaskan
akuntan publik untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan
pemeriksaan terhadap bank.
f. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan laba
rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu
dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca dan laba rugi
tahunan tersebut wajib terdahulu diaudit oleh akuntan publik.
g. Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan
bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (Sigit dan Totok, 2012:52).
Kasmir (2012:41) tingkat kesehatan bank dapat diartikan sebagai
kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara
normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-
cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Tingkat Kesehatan
Bank di bagi dalam 4(empat) kategori, yaitu:
a. Sehat, nilai 81 sampai dengan 100.
b. Cukup Sehat, nilai 66 sampai dengan 88.
c. Kurang Sehat, nilai 51 sampai dengan 65.
d. Tidak Sehat, nilai dibawah 50.
Ada beberapa penggolongan untuk tata cara penilaian tingkat kesehatan
bank (TKS). Herli (2013:134) menjelaskan lima pokok tata cara penilaian tingkat
kesehatan bank, antara lain:
a. Mengunakan sistim kredit (reward system) dengan memberikan nilai kredit 0
sampai dengan 100 untuk setiap faktor yang nilai.
b. Ukuran penilaian didasarkan pada rasio yang digunakan dalam manajemen
keuangan bank.
c. Penilaian aspek manajemen lebih difokuskan pada penilaian kualitas dan
kinerja dari proses manajemen.
d. Penilaian pelaksanaan ketentuan batas maksimal pemberian kredit (BMPK)
atau legal, lending, limit (3L) yang sanksinya dikaitkan dengan tingkat
kesehatan bank.
e. Unsur justifikasi merupakan hal penting, karena penilaian kesehatan bank
pada dasarnya merupakan penilaian kualitatif.
Kelima pokok tata cara penilaian kesehatan bank di atas tingkat, di
gunakan untuk membuat sebuah penggolongan dalam menentukan sistem
kredit, ukuran penilaian berdasarkan rasio, penilaian kualitas dan kinerja dari
proses manajeman, penilaian BMPK, dan penilaian kesehatan bank
berdasarkan penilaian kualitatif

Analisis CAMEL
Analisis CAMEL digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja
keuangan bank umum di Indonesia. Analisis CAMELS diatur dalam Peraturan Bank
Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 perihal sistem penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. Dan peraturan Bank
Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
Nomor30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 perihal Tata Cara PenilaianTingkat

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 1, Januari 2019 | 42


Kesehatan BPR. Penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan ketentuan Bank
Indonesia mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMEL yang terdiri dari:
1. Permodalan (Capital)
Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh salah satu
Bank. Salah satu penilaian adalah dengan metode CAR (Capital Adequacy Rasio)
yaitu dengan cara membandingkan modal bank terhadap aktiva tertimbang
menurut risiko (Asaff dkk, 2018).

Tabel 1. Kriteria Penilaian Capital Adequacy Ratio (CAR)


Nilai CAR Predikat
> 8% Sehat
7,9 – 8% Cukup Sehat
6,5 - < 7,9% Kurang Sehat
< 6,5% Tidak Sehat
Sumber: SK DIR BI No: 30/11/KEP/DIR

2. Kualitas aset (Asset quality)


Penyediaan dana oleh BPR dalam rupiah untuk memperoleh penghasilan dalam
bentuk kredit, SBI dan penempatan dana antar bank. Penilaian didasarkan kepada
kualitas aktiva/asset yang dimiliki bank. Rasio yang diukur dengan beberapa cara, yaitu
:
1) Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif (KAP).
2) Aktiva produktif diklasifikasikan adalah penjumlahan aktiva produktif yang
tergolong non lancar setelah dikalikan bobotnya.
3) Kecukupan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif)
4) Penyisihan penghapusan aktiva produktif adalah merupakan antisipasi kerugian
yang dibentuk bank atas kemungkinan tidak tertagihnya aktiva produktif.

Tabel 2. Kriteria Penilaian Kualitas Aktiva Produktif(KAP)


Nilai CAR Predikat
< 10,35% Sehat
10,35 – 12,60% Cukup Sehat
12,61 – 14,85% Kurang Sehat
> 14,86% Tidak Sehat
Sumber: SK DIR BI No: 30/11/KEP/DIR

3. Manajemen (Management)
Penilaian terhadap faktor manajemen didasarkan pada Surat Edaran BI No.
30/3/UPPB tanggal 30 April 1997 yang mencakup dua komponen yaitu manajemen
umum dan manajemen risiko. Penilaian didasarkan pada manajemen permodalan,
manajemen aktiva, manajemen rentabilitas, manajemen likuiditas, dan manajemen
umum.
a. Rentabilitas (Earning)
Salah satu parameter untuk mengukur tingkat kesehatan suatu bank adalah
kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan. Penilaian terhadap faktor
rentabilitas meliputi:
b. Rasio laba terhadap total asset (Return on Assets-ROA). ROA adalah perbandingan
laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 1, Januari 2019 | 43


dalam periode yang sama. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar
pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi
bank tersebut dari penggunaan aset.

Tabel 3. Kriteria Penilaian Return On Asset (ROA)


Nilai ROA Predikat
> 1,22% Sehat
0,99 – 1,21% Cukup Sehat
0,77 – 0,98% Kurang Sehat
< 0,76% Tidak Sehat
Sumber: SK DIR BI No: 30/11/KEP/DIR

c. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO). Rasio BOPO


adalah perbandingan biaya operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap
pendapatan operasional dalam periode yang sama. Rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasionalnya.
Tabel 4. Kriteria Penilaian BOPO
Nilai BOPO Predikat

< 93,52% Sehat


93,52 – 94,73% Cukup Sehat

94,73 – 95,92% Kurang Sehat

> 95,92% Tidak Sehat

Sumber: SK DIR BI No: 30/11/KEP/DIR

4. Likuiditas (Liquidity)
Penilaian terhadap likuiditas dilakukan dengan nilai dua buah rasio, yaitu
rasio Kewajiban Bersih Antar Bank terhadap Modal inti dan rasio kredit terhadap
dana yang diterima oleh Bank. Penilaian terhadap faktor likuiditas meliputi:
a. Rasio kecukupan aktiva yang likuid (Cash Rasio/CR). Cash ratio merupakan
perbandingan antara aktiva likuidterhadap hutang lancar.
b. Loan to deposit ratio (LDR) merupakan perbandingan antara kredit terhadap dana
yang diterima bank. Dana yang diterima bank meliputi deposito dan tabungan,
pinjaman bukan dari bank lain lebih dari 3 bulan.

Tabel 5. Kriteria Penilaian Loan to Deposito Ratio(LDR)


Nilai LDR Predikat
< 94,75% Sehat
94,75 – 98,75% Cukup Sehat

98,75 – 102,25% Kurang Sehat


> 102,25% Tidak Sehat
Sumber: SK DIR BI No: 30/11/KEP/DIR

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 1, Januari 2019 | 44


Menurut ketentuan SK DIR BI No.30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997,
penilaian tingkat kesehatan bank Indonesia sampai saat ini secara garis besar
didasarkan pada faktor CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity).
Kelima faktor tersebut merupakan faktor yang menentukan kondisi suatu bank.
Apabila suatu bank mengalami permasalahan pada salah satu faktor, maka bank
tersebut akan mengalami kesulitan. Jika digunakan kelima faktor CAMEL dalam
penilaian kesehatan bank maka persentase setiap faktor tersebut dapat dilihat pada
table berikut:

Tabel 6. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Menurut CAMEL


No Faktor Komponen Bobot
Yang
Dinilai
1 Capital CAR 25%
2 Asset KAP 30%
3 Management NIM 25%
4 Earning ROA 5%
BOPO 5%
5 Liquidity LDR 10%
Jumlah 100%
Sumber: Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI

Jumlah bobot untuk kelima faktor tersebut adalah 100 %. Apabila pada saat
pemeriksaan semua faktor dinilai baik atau positif maka akan mendapat “nilai kredit
faktor CAMEL” maksimal 100.

Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan
untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah
dilaksanakan padaperiode waktu tertentu. Menurut Munawir (2010:30), kinerja
keuangan perusahaan merupakan satu diantara dasar penilaian mengenai kondisi
keuangan perusahaan yang dilakukan berdasarkan analisis terhadap rasio keuangan
perusahaan. Sedangkan menurut Subramanyam dan Wild (2013:101) kinerja keuangan
merupakan pengakuan pendapatan dan pengaitan biaya yang menghasilkan laba yang
lebih unggul dibandingkan arus kas untuk mengevaluasi kinerja keuangan (Caronge,
2018) (Suryati, 2018).
Pengaitan memastikan bahwa beban yang dicatat pada suatu periode hanya
beban yang terkait dengan periode tersebut. Sedangkan tujuan penilaian kinerja
keuangan menurut Jumingan (2009:239), yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan perusahaan terutama
kondisi likuiditas, kecukupan modal, dan profitabiitas yang di capai dalam tahun
berjalan maupun tahun sebelumnya
2. Untuk mengetahui kemampuan perusahaandalam mendayagunakan semua aset
yang dimiliki dalam menghasilkan profit secara efisien.
Jumingan (2009:241), kinerja perusahaan yang baik tidak semata-mata hanya
diukur berdasarkan besar kecilnya hasil usaha yang diraih, tetapi lebih penting dari itu
adalah unsur proses yang mendukungnya, yakni sebagai berikut:
a. Mutu pelayanan sekaligus mutu produk yang dilaksanakan secara terpadu.
b. Keandalan manajemen yang meliputi efisiensi dan efektivitas perusahaan.
c. Perilaku dan kejujuran yang dimiliki perusahaan.

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 1, Januari 2019 | 45


Prastowo yang dikutip oleh Prayitno (2010:9) menyebutkan unsur dari
kenerjakeuangan perusahaan adalah unsur yang berkaitan secara langsung dengan
pengukurankinerja perusahaan yang disajikan pada laporan laba rugi, penghasilan
bersih seringkalidigunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagian dasar bagi ukuran
lainnya.Prayitno (2010:9), penilaian kinerja dapat memeberikan manfaat bagi
perusahaan.Manfaat dari penilaian kinerja bagi manajemen perusahaan adalah untuk:
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotifan
karyawan secara maksimal.
2. Membantu pengambilan keputusan yang berhubungan dengan karyawan seperti
promosi, transfer, dan pemberhentian.
3. Menyediakan umpan balik bagi karyawan bagaimana atasa menilai kinerja
karyawan.
4. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan dan
menyediakan kriteria promosi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
5. Menyediakan suatu dasar dengan distribusi penghargaan.

Laporan Keuangan
Munawir (2010:251) mengatakan bahwa laporan keuangan pada dasarnya adalah
hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi
antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Laporan keuangan
dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau
aktifitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau
aktifitas perusahaan tersebut.
Kasmir (2012:7) laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi
keuanganperusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.Laporan
keuangan dibuat perperiode, misalnya tiga bulan, atau enam bulan untuk kepentingan
internal perusahaan.Sementara itu, untuk laporan lebih luas dilakukan satu tahun
sekali.Laporan keuangan menurut Syafri (2012:7) adalah merupakan produk atau hasil
akhir dari suatu proses akuntansi.
Laporan keuangan menurut Darsono dan Ashari (2015:15), adalah hasil akhir dari
proses akuntansi.Hal tersebut relevan dengan tujuan dalam SAK (2012) yang
menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat
bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat
keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship)
manajemen atas pengguna sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada
mereka.Jenis-jenis laporan keuangan yang umum dikenal Syafri (2012:9), adalah:
1. Neraca (Balance Sheet)
Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai
posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu. Neraca mempunyai tiga unsur
laporan keuangan yaitu aktiva, kewajiban, dan ekuitas.
2. Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Laporan laba rugi merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan
pendapatan dan biaya-biaya selama periode waktu tertentu, misalnya bulanan
atau tahunan.
3. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow)
Laporan arus kas adalah salah satu komponen neraca, yaitu kas dari satu
periode berikutnya. merupakan laporan keuangan dasar yang berisi mengenai
aliran kas masuk dan keluar perusahaan.
4. Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Charge in Equity)

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 1, Januari 2019 | 46


Laporan perubahan ekuitas yaitu suatu perubahan laporan atau mutasi laba
ditahan yang merupakan bagian dari pemilik perusahaan untuk suatu periode
tertentu. Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai
komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan :
1) Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan.
2) Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta
jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam
ekuitas.
3) Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik.
4) Saldo akumulasi rugi dan laba pada awal dan akhir periode serta
perubahannya.
5) Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio
dan cadangan pada awal dan akhir periode.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan (Notes to Financial Statement)
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos
dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan
informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan.

Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang analisis kinerja keuangan bank dengan menggunakan rasio
CAMEL telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, antara lain adalah:
1. Paputungan (2016)
Hasil analisis menunjukkan bahwa kinerja keuangan pada PT. Bank Rakyat
Indonesia cabang Manado untuk Rasio CAR, KAP, PPAP, NPM, ROA, BOPO, LDR
dikategorikan dalam kelompok sehat.
2. Tambuwun dan Sondakh (2015)
Hasil penelitian menunjukkan rasio CAR, KAP, ROA, dan BOPO berada dalam
kondisi sehat sesuai ketentuan yang berlaku, sedangkan rasio NPM dan LDR masih
dikatakan kurang sehat. Secara umum, penilaian kesehatan PT. Bank Sulawesi
Utara berada pada peringkat 2 dimana mencerminkan bank yang sehat.
3. Mirza (2015)
Hasil penelitian dan pembahasan atas penilaian kinerja keuangan dengan
menggunakan rasio CAMEL yang dilakukan menunjukkan bahwa PT Bank Central
Asia Tbk. pada tahun 2010 s/d tahun 2012 berada dalam kondisi sehat sehingga dapat
menjalankan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi
suatu kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan
perbankan yang berlaku.
4. Lius (2014)
Dari hasil akhir penilaian kinerja keuangan dan kaitannya dengan rasio CEMEL,
maka dapatlah dikatakan bahwa selama 5 tahun terakhir (tahun 2007-2011) yang
menunjukan bahwa kinerja keuangan yang dicapai oleh PT. Bankaltim Cabang Utama
Kota Samarinda berada pada predikat sehat
5. Manimpurung, dkk (2014)
Hasil analisis menunjukkan bahwa kinerja keuangan pada BRI untuk Rasio CAR,
KAP, PPAP, NPM, ROA, BOPO, LDR dikategorikan dalam kelompok sehat. Manajemen
sebaiknya memperhatikan dalam memberikan pinjaman kepada nasabah, melalui
pinjaman kepada pegawai di instansi pemerintah, mengingat ada beberapa instansi
yang melakukan kerja sama dengan BRI dalam hal pemberian pinjaman, tujuannya
untuk meningkatkan penggunaan kredit.

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 1, Januari 2019 | 47


III. METODE PENELITIAN
Analisis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode CAMEL
dalam peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 dalam
sistem penilaian tingkat bank umum dan surat edaran Bank Indonesia No.
6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 perihal tata cara penilaian tingkat kesehatan pada
bank umum (Pandia, 2012:224).
1. Penilaian kesehatan bank melalui aspek pemodalan (Capital) dilakukan dengan
mengunakan rasio kecukupan modal (capiatal adequacy ratio, CAR) Rasio ini juga
disebut rasio kebutuhan penyedian modal minimum (KPMM).
2. Penilaian Asset Perusahaan dilakukan dengan melakukan perhitungan kualitas
aktiva produktif atau kualitas aktiva dengan dua cara yaitu Kualitas Aktiva
Produktiv dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
3. Penilaian kesehatan bank dalam aspek manajemen dilakukan dengan
penggunaan net profit margin (NPM) yang erat kaitannya dengan aspek-aspek
manajemen yang dinilai, dalam upaya memperoleh operating income yang
optimum.
4. Penilai kesehatan bank melalui aspek Earning dapat di lihat dengan dua cara
yaitu Return on asset dan beban operasional terhadap pendapatan operasional.
5. Penilaian kesehatan bank melalui aspek liquidity dapat di lakukan dengan dua
cara yaitu cash rasio dan loan to deposito ratio

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
1. Capital Adequancy Ratio (CAR)
Rasio yang digunakan dalam perhitungan permodalan adalah rasio CAR
(Capital Adequancy Ratio), yang disebut juga dengan rasio KPMM (Kebutuhan
Penyediaan Modal Minimum). Rasio ini merupakan perbandingan jumlah modal
dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Sesuai dengan Surat Edaran
Bank Indonesia Nomor 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 dan
SK.DIR.BI.No.30/11/ KEP/DIR, 1997. Perihal tata cara penilaian tingkat
kesehatan bank, yang di tetapkan oleh Bank Indonesia yang di menujukan nilai
kredit CAR sebesar 8%. Berikut pada tabel 7 adalah hasil perhitungan CAR PT.
Bank Central Asia, Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun,
yaitu tahun 2012 sampai tahun 2016.

Tabel 7. Hasil Perhitungan CAR


MODAL
TAHUN ATMR % CAR
SENDIRI
2012 51,897,942 300,070,828 100 17.30
2013 63,966,678 396,142,641 100 16.15
2014 77,920,617 366,148,731 100 21.28
2015 89,624,940 379,131,391 100 23.64
2016 112,715,059 405,938,319 100 27.77
Sumber: Data diolah Tahun 2017

Berdasarkan hasil perhitungan Rasio Permodalan pada tahun 2012 sampai


2016 menunjukkan nilai rasio CAR yang berfluktuasi, namun nilai rasio CAR yang
dicapai oleh perusahaan lebih besar dari kriteria penilaian tingkat kesehatan bank
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 8% maka rasio CAR yang dicapai
PT. Bank Central Asia, Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun,

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 1, Januari 2019 | 48


yaitu tahun 2012 sampai tahun 2016 berada pada peringkat 1 atau masuk dalam
predikat SEHAT.

2. Asset (KAP)
Surat edaran Bank Indonesia No.30/2/UPPB tanggal 30 April 1997 perihal
tata cara penilaian tingkat kesehatan bank umum, penilaian terhadap kualitas
aktiva yaitu rasio aktiva produktif yang diklafikasikan terhadap total aktiva
produktif (KAP) dalam surat keputusan Direksi Bank Indonesia
No.31/147/Kep/Dir tanggal 12 November 1998 penilaian tinggkat kesehatan bank.
Berikut pada tabel 8 adalah hasil perhitungan KAP PT. Bank Central Asia, Tbk
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun, yaitu tahun 2012 sampai
tahun 2016.

Tabel 8. Hasil Perhitungan KAP


OPERATING TOTAL
TAHUN INVESMENT % KAP
INCOME LOANS
2012 14,255,568 252,760,457 104,246 100 5.64
2013 17,078,667 306,679,132 182,544 100 5.57
2014 20,504,773 339,859,068 166,888 100 6.03
2015 22,657,114 378,616,292 51,153,115 100 5.27
2016 25,839,200 403,391,221 161,978 100 6.40
Sumber: Data diolah Tahun 2017

Berdasarkan hasil perhitungan Rasio Kualitas Aktiva Produktif pada tahun 2012
sampai 2016 menunjukkan nilai rasio KAP yang berfluktuasi, namun nilai rasio KAP yang
dicapai oleh perusahaan lebih kecil dari kriteria penilaian tingkat kesehatan bank yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 10,35% maka rasio KAP yang dicapai PT.
Bank Central Asia, Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun, yaitu tahun
2012 sampai tahun 2016 berada pada peringkat 1 atau masuk dalam predikat SEHAT.

3. Management (NPM)
NPM merupakan rasio keuangan yang mengukur kemampuan bank dalam
menghasilkan net income dari kegiatan operasional pokok bank. NPM dari perusahaan
di sini merupakan keuntungan yang siap dibagikan menjadi deviden dan laba yang
ditahan. Berikut pada tabel 9 adalah hasil perhitungan NPM PT. Bank Central Asia,
Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun, yaitu tahun 2012 sampai
tahun 2016.

Tabel 9. Hasil Perhitungan NPM

NET OPERATING
TAHUN % NPM
INCOME INCOME

2012 11,718,460 14,255,568 100 0.82


2013 13,001,904 17,078,667 100 0.76
2014 16,899,359 20,504,773 100 0.82
2015 17,673,517 22,657,114 100 0.78
2016 20,632,281 25,839,200 100 0.80
Sumber: Data diolah Tahun 2017

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 1, Januari 2019 | 49


Berdasarkan hasil perhitungan Rasio Net Profit Margin pada tahun 2012 sampai
2016 menunjukkan nilai rasio NPM yang berfluktuasi. Rasio NPM yang dimiliki PT.
Bank Central Asia, Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun, yaitu
tahun 2012 sampai tahun 2016 masuk dalam predikat SEHAT. Karena telah memenuhi
standar yang yang di tetapkan oleh Bank Indonesia yaitu Nilai NPM berada pada
rentang 0 sampai 1, semakin mendekati 1 maka semakin efisien penggunaan biaya, yang
berarti bahwa tingkat kembalian keuangan (return) semakin besar. Semakin besar nilai
NPM berarti semakin efisien biaya yang dikeluarkan yang berarti semakin besar tingkat
kembalian keuntungan bersih.

4. Earnings (ROA)
ROA adalah perbandingan antara laba sebelum pajak dengan rata-rata total
aset. Penilaian terhadap faktor rentabilitas didasarkan pada rasio laba sebelum
pajak (ROA) dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam
periode yang sama. Penilaian berdasarkan Return on Asset (ROA) yaitu Rasio 0%
atau sebesar 100% diberi nilai kredit = 0, dan untuk setiap kenaikan 0,015% nilai
kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Berikut pada tabel 10 adalah hasil
perhitungan ROA PT. Bank Central Asia, Tbk yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama 5 tahun, yaitu tahun 2012 sampai tahun 2016.

Tabel 10. Hasil Perhitungan ROA

NET TOTAL
TAHUN % ROA
INCOME ASSET

2012 11,718,460 442,994,197 100 2.65


2013 13,001,904 496,304,573 100 2.87
2014 16,899,359 552,423,892 100 2.99
2015 17,673,517 594,372,770 100 3.03
2016 27,378,282 676,738,753 100 3.05
Sumber: Data diolah Tahun 2017

Berdasarkan hasil perhitungan Rasio Earnings pada tahun 2012 sampai 2016
menunjukkan nilai rasio ROA yang meningkat, dan nilai rasio ROA yang dicapai oleh
perusahaan lebih besar dari kriteria penilaian tingkat kesehatan bank yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia yaitu berada di atas1,22% maka rasio ROA yang dicapai PT. Bank
Central Asia, Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun, yaitu tahun
2012 sampai tahun 2016 berada pada peringkat 1 atau masuk dalam predikat SEHAT.

5. Likuidity (LDR)
Surat keputusan Direksi Bank Indonesia No.30/11/KEP/DIR tanggal 30 April
1997 tentang penilaian terhadap faktor likuditas dapat dinilai dengan rasio kredit
terhadap dana yang diterima oleh bank dalam rupiah dan valuta asing. Penilaian
tingkat kesehatan bank berdasarkan Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio
115%. Berikut pada tabel 11 adalah hasil perhitungan LDR PT. Bank Central Asia,
Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun, yaitu tahun 2012
sampai tahun 2016.

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 1, Januari 2019 | 50


Tabel 11. Hasil Perhitungan LDR
DANA
KREDIT
YANG
TAHUN % LDR
YANG
DITERIMA
DIBERIKAN
2012 252,760,457 372,837,307 100 67.79
2013 306,679,132 413,036,948 100 74.25
2014 339,859,068 451,660,016 100 75.25
2015 378,616,292 478,173,935 100 79.18
2016 403,391,221 535,399,322 100 75.34
Sumber: Data diolah Tahun 2017

Berdasarkan hasil perhitungan Rasio Liquidity pada tahun 2012 sampai 2016
menunjukkan nilai rasio LDR yang berfluktuasi, namun nilai rasio LDR yang dicapai
oleh perusahaan lebih kecil dari kriteria penilaian tingkat kesehatan bank yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 94,75% maka rasio LDR yang dicapai PT.
Bank Central Asia, Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun, yaitu
tahun 2012 sampai tahun 2016 berada pada peringkat 1 atau masuk dalam predikat
SEHAT.

Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rasio CAMEL yang meliputi:
Capital,Asset Quality, Managemen, Earnings, dan Liquiditypada perusahaan PT. Bank
Central Asia, Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun, yaitu tahun
2012 sampai tahun 2016diketahui bahwa :
1. Aspek Permodalan.
Angka Rasio CAR menunjukkan kemampuan bank untuk menutupi penurunan
aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang
berisiko. PT. Bank Central Asia, Tbk berhasil menjaga rasio CAR yang sehat, dilihat dari
besarnya rasio Capital Adequacy Ratio yang melebihi persentase yang ditentukan Bank
Indonesia yakni diatas 8%. Hal ini mengindikasikan bahwa PT. Bank Central Asia, Tbk
senantiasa menjaga penyediaan modal minimumnya agar berada diatas ketentuan yang
berlaku. Secara keseluruhan, nilai rasio CAR tahun 2012 sampai 2016 masuk predikat
SEHAT sehingga PT. Bank Central Asia, Tbk diharapkan untuk ptetap
mempertahankan kesehatan modalnya.
Beberapa manfaat apabila permodalan PT. Bank Central Asia, Tbk sehat, yakni (1)
dapat melindungi kerugian para penyimpan/ nasabah bila terjadi likuidasi, sehingga
kerugian tersebut tidak dibebankan kepada nasabah melainkan menjadi tanggung jawab
para pemegang saham, (2) dapat menarik dan mempertahankan kepercayaan
masyarakat, karena para calon penyimpan dana akan merasa aman untuk menyimpan
dananya, (3) dapat membiayai pengeluaran-pengeluaran bank sehingga memperlancar
operasional bank, (4) jika dikemudian hari kemungkinan akan timbul risiko kredit
sehubungan dengan peminjam tidak dapat mengembalikan kredit tersebut, maka modal
bank dapat menutupinya sehingga modal yang sehat menjadi jaminan bahwa bank dapat
mengembalikan simpanan nasabah.

2. Aspek Kualitas Aktiva Produktif


Rasio KAP menunjukkan aktiva produktif yang bermasalah pada bank yang cukup
minim dan Rasio PPAP menunjukkan kemampuan bank dalam mengantisipasi
penghapusan kredit macet. Aspek kualitas aktiva berdasarkan tingkat kesehatan bank,
apabila rasio KAP semakin kecil maka semakin sehat. Hal ini dikarenakan semakin kecil

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 1, Januari 2019 | 51


rasio, maka semakin besar aktiva produktif yang diberikan atau diinvestasikan, sehingga
akan memberikan laba.
Sebaliknya, rasio KAP apabila tinggi, maka menunjukkan aktiva produktif yang
masih sangat banyak di bank dan belum diolah untuk dapat menghasilkan. Secara
Keseluruhan, rasio KAP berada dibawah tiga persen yang menunjukkan bahwa
persentase aktiva produktif adalah SEHAT, sehingga PT. Bank Central Asia, Tbk
diharapkan untuk tetap mempertahankan kesehatan pengelolaan aktivanya.
Pengelolaan aset bank mempunyai pengaruh terhadap tingkat pendapatan bank,
sehingga apabila pengelolaan sangat baik maka akan memberikan profit yang optimal
juga bagi PT. Bank Central Asia, Tbk.

3. Aspek Manajemen
Hasil perhitungan manajemen umum dan manajemen risiko dapat dinilai bahwa
bank mampu mengelola kegiatan-kegiatan usahanya sehingga dana yang diterima dapat
disalurkan secara benar dan efisien. Aspek manajemen, penilaian kesehatan bank diukur
dengan menggunakan rasio NPM. Nilai rasio yang ditunjukkan cukup tinggi,
mengindikasikan bagaimana manajemen PT. Bank Central Asia, Tbk mengoptimalkan
strategi untuk mencari laba bersih dan sekaligus meningkatkan kinerja perbankan.
Tetapi, karena menyesuaikan untuk penilaian kesehatan bank, dapat dikatakan rasio
berada di tingkat kurang sehat. Diharapkan kedepannya PT. Bank Central Asia, Tbk
dapat membuat perbaikan dan evaluasi lagi dalam hal manajemen sehingga menjadi
baik.
Dampak apabila manajemen perusahaan kurang baik yakni dapat menganggu
proses pelaksanaan perencanaan dan keputusan yang sehubungan dengan pencapaian
tujuan perbankan. Tujuan perbankan adalah untuk mencari laba dan tetap
meningkatkan kepercayaan masyarakat, apabila manajemen perusahaan kurang baik
maka akan menganggu proses operasionalitas bank dalam hal pendelegasian wewenang
dari atas ke bawah, dalam hal ini adalah proses pelaksanaan keputusan manajerial
terhadap bawahan dalam perusahaan.

4. Aspek Rentabilitas
Rasio ROA menunjukkan kemampuan bank didalam memperoleh laba dan efisiensi
secara keseluruhan. Aspek rentabilitas, penilaian kesehatan bank diukur dengan
menggunakan rasio ROA untuk menunjukkan tingkat pengembalian terhadap asset.
Nilai ROA tahun 2012sampai 2016, secara bertahap mengalami kenaikan yang
menunjukkan tingkat efisiensi pengembalian atas laba perbankan. Nilai rasio sangatlah
tinggi, sehingga dapat dikatakan PT. Bank Central Asia, Tbk menjaga kemampuan
menghasilkannya dan memberikan tingkat pengembalian yang tinggi. Kedepannya agar
PT. Bank Central Asia, Tbk tetap mempertahankan kesehatan rentabilitasnya.
Dampak rentabilitas yang sehat mencerminkan PT. Bank Central Asia, Tbk sangat
baik menggunakan sumber-sumber yang ada untuk dapat memberikan tingkat
pengembalian yang baik, sehingga akan meningkatkan keuntungan PT. Bank Central
Asia, Tbk. Apabila keuntungan sangat baik, maka akan berpengaruh terhadap
kepuasaan para pemegang saham yang telah menanamkan saham di bank ini dan terus
mempertahankan arus-arus sumber modal bank tersebut.

5. Aspek Likuiditas
Angka Rasio LDR menunjukkan kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuditasnya. Aspek likuiditas, penilaian kesehatan bank diukur dengan
Loan to Deposits Ratio. Rasio ini menunjukkan tingkat likuiditas bank terhadap
pemenuhan kewajiban-kewajiban jangka pendek seperti penarikan dana nasabah. Rasio

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 1, Januari 2019 | 52


LDR menunjukkan pengelolaan kredit yang diberikan oleh bank dengan menggunakan
dana yang dihimpun dan menjaga likuiditas apabila dana yang dihimpun itu akan ditarik
kembali sewaktu-waktu oleh pemiliknya. Kedepannya agar PT. Bank Central Asia,
Tbk dapat membuat perbaikan dan evaluasi terhadap likuiditas bank. Perbaikan
dari PT. Bank Central Asia, Tbk meliputi penjagaan kecukupan likuiditas dalam
memenuhi komitmennya kepada pihak DPK, baik dalam rangka pemberian kredit, dan
juga mempertahankan jumlah aset likuid (penempatan, giro pada Bank Indonesia, dan
kas) yang cukup untuk membayar nasabah dan menjaga agar jumlah aset yang jatuh
tempo pada setiap periode dapat menutupi jumlah likuiditas yang jatuh tempo dan juga
mencari pinjaman pada pasar uang untuk menutupi likuiditasnya.
Dampak yang ditimbulkan apabila likuiditas PT. Bank Central Asia, Tbk tidak
sehat yakni apabila sewaktu-waktu para nasabah akan menarik dananya, maka
dikhawatirkan PT. Bank Central Asia, Tbk tidak dapat memenuhi kewajibannya
terhadap nasabah karena dana tidak tersedia sehingga dapat menurunkan kepercayaan
masyarakat untuk menitipkan dananya lagi kepada PT. Bank Central Asia, Tbk.

V. SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka
peneliti dapat memberikan simpulan sebagai berikut:
1. Aspek capital yang diukur dengan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) selama
tahun 2012 sampai dengan 2016 berada pada peringkat 1 atau masuk dalam
predikat SEHAT.
2. Aspek asset yang diukur dengan rasio Kualitas Aktiva Produktif(KAP) selama
tahun 2012 sampai dengan 2016 berada pada peringkat 1 atau masuk dalam
predikat SEHAT.
3. Aspek management yang diukur dengan rasio Net Profit Margin (NPM) selama
tahun 2012 sampai dengan 2016 berada pada peringkat 1 atau masuk dalam
predikat SEHAT.
4. Aspek earnings yang diukur dengan rasio Raturn On Asset (ROA) selama tahun
2012 sampai dengan 2016 berada pada peringkat 1 atau masuk dalam predikat
SEHAT.
5. Aspek likuidity yang diukur dengan rasio Loan to Deposite Ratio (LDR) selama
tahun 2012 sampai dengan 2016 berada pada peringkat 1 atau masuk dalam
predikat SEHAT.

Saran
Berdasarkan simpulan yang diperoleh, maka peneliti mengajukan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Dalam rangka meningkatkan tingkat kesehatannya, disarankan untuk PT. Bank
Central Asia, Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terus meningkatkan
kegiatan usahanya sehingga mampu mempertahankan tingkat kesehatannya.
2. Hasil dari metode CAMEL ini juga dapat dijadikan acuan untuk memberi rating
bagi perusahaan. Hal ini karena kelima faktor CAMEL tersebut merupakan faktor
dasar untuk mengukur kinerja suatu bank dari segala aspek.
3. Sebaiknya bank yang diteliti lebih banyak, agar mendapatkan dan membandingkan
hasil analisis kesehatan bank dengan menggunakan peraturan Bank Indonesia.
4. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya mencoba dengan factor manajemen yang
pengambilan datanya secara kuesioner.

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 1, Januari 2019 | 53


DAFTAR PUSTAKA

Asaff, R., Julyarman, N., & Kasim, I. (2018). Analisis Penggunaan Modal Kerja Dalam
Meningkatkan Laba Pada Usaha Bakso Sabar Solo Kota Palopo. JEMMA (Journal of
Economic, Management and Accounting), 1(1), 42-53.
BANK, M. M. C. P. P. (2014). Analisis Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Metode
CAMEL pada PT. Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Timur Samarinda.
Budisantoso, Totok dan Sigit Triandaru. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan Lain.
Penerbit: Salemba Empat. Jakarta.
Caronge, E. (2018). Analisis Kinerja Keuangan pada PT. Bank Sulselbar Cabang
Palopo. JEMMA (Journal of Economic, Management and Accounting), 1(1), 1-10.
Darsono, A. (2005). Pedoman praktis memahami laporan keuangan. Yogyakarta: Andi.
Dendawijaya, L. (2005). Manajemen Perbankan, penerbit Ghalia Indonesia.
Ichsan, N. (2014). Pengantar Asuransi Syariah.
Indonesia, B. (2004). Peraturan Bank Indonesia nomor: 6/10/PBI/2004 tentang sistem
penilaian tingkat kesehatan bank umum. Peraturan bank Indonesia
Harahap Syafri, S. (2000). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan.
Hasibuan, H. (2011). Dasar-Dasar Perbankan, PT Bumi Aksara.
Herli, A. S. (2017). Buku Pintar Pengelolaan BPR dan Lembaga Keuangan Pembiayaan
Mikro.
Indonesia, I. A. (1995). Standar Akuntansi Keuangan Buku Satu.
Jumingan. (2009). Analisis Laporan Keuangan. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Kasmir. (2012). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi. Penerbit: PT Raja
Grafindo. Jakarta.
Mapantau, S. (2012). Analisis Laporan Keuangan Berdasarkan Metode VertikalHorizontal
dan Rasio Keuangan untuk Mengevaluasi Kinerja Keuangan Perbankan pada Bank
BUMN (Periode 2008-2010). Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanudin
Makasar.
Manimpurung, L., Nangoy, S. C., & Mangantar, M. (2014). Analisis Kinerja Keuangan
Dengan Menggunakan Camel Pada Pt. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Jurnal
EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 2(1).
Mirza M. Daviq Alim. 2015. Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Dengan Menggunakan
Rasio Camel (Study Pada PT. BCA Tbk Tahun 2010-2012). Karya Ilmiah. Universitas
Dian Nuswantoro Semarang.
Mulyadi. (2009). Akuntansi Manajemen. Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta.
Munawir, S. (2010). Analisa Laporan Keuangan Edisi 4. Yogyakarta: Liberty.
Pandia, F. (2012). Manajemen dana dan kesehatan bank. Jakarta: Rineka Cipta.
Paputungan, D. F. (2016). Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Menggunakan Metode
CAMEL Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Manado Periode 2010-2015. Jurnal
EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 4(3).
Prawitasari, I. D. (2009). Analisis Camel untuk menilai kinerja keuangan Bank Umum pada
industri perbankan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 2002-2004/oleh
Ira Dewi Prawitasari (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Malang).
PBI No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum
Maith, H. A. (2013). Analisis Laporan Keuangan dalam Mengukur Kinerja Keuangan pada
PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 1(3).

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 1, Januari 2019 | 54


Slamet, R. (2006). Banking Assets and Liability Management (Edisi Ketiga). Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sigit dan Totok. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Salemba Empat,Yogyakarta
Subramanyam dan John J. Wild. (2013). Analisis Laporan Keuangan. Salemba Empat.
Jakarta.
Suryati, S. (2018). Analisis Kinerja Keuangan PT. Perkebunan Nusantara XIV (PERSERO)
Unit Kebun Malili Di Mantadulu Kabupaten Luwu Timur. JEMMA (Journal of
Economic, Management and Accounting), 1(2), 33-41.
Tambuwun. Candri. J dan Sondakh Julie. J. (2015). Analisis Laporan Keuangan Sebagai
Ukuran Kesehatan Bank Dengan Metode CAMEL Pada PT. Bank Sulut. Jurnal EMBA.
Vol 3. No 2. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam
Ratulangi Manado.

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 1, Januari 2019 | 55

Anda mungkin juga menyukai