JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
ABSTRAK
This research aims to determine the comparison of the performance of the Conventional
Public Banks and the Syariah Public Banks in Indonesia. The data in this resesarch is derived
from the annual reports of the financial of banks in 2014 by calculating the ratios of financial of
banks. The result of this research shows that the performance of the Conventional Public Banks
are better than the Syariah Public Banks, on the ratio of the CAR, NPM, ROA, ROE, Current
Ratio, Quick Ratio, LDR, and NPL.
A. LATAR BELAKANG
Menjelang akhir triwulan III-2008, perekonomian dunia dihadapkan pada satu babak baru
yaitu runtuhnya stabilitas ekonomi global, seiring dengan meluasnya krisis finansial ke berbagai
negara. Krisis finansial global mulai muncul sejak bulan Agustus 2007, yaitu pada saat salah satu
bank terbesar Perancis BNP Paribas mengumumkan pembekuan beberapa sekuritas yang terkait
dengan kredit perumahan berisiko tinggi AS (subprime mortgage). Pembekuan ini lantas mulai
memicu gejolak di pasar finansial dan akhirnya merambat ke seluruh dunia (Bank Indonesia,
2009).
Krisis keuangan dunia tersebut telah berimbas ke perekonomian Indonesia sebagai mana
tercermin dari gejolak di pasar modal dan pasar uang. Salah satunya yaitu terjadi gelombang
kebangkrutan disektor perbankan. Hal ini tentunya menjadi masalah fundamental perekonomian
karena perbankan merupakan pilar terpenting dalam membangun sistem perekonomian dan
keuangan di Indonesia. Secara spesifik perbankan memiliki peranan yang sangat penting yaitu
sebagai intermediary institution dimana lembaga keuangan tersebut menghubungkan dana-dana
yang dimiliki oleh unit ekonomi yang kelebihan dana (surplus) kepada unit-unit ekonomi yang
membutuhkan bantuan dana (deficit). Sehingga kinerja bank yang berjalan dengan baik dapat
menyokong pertumbuhan bisnis dan usaha di Indonesia karena peran bank disini sebagai penyedia
dana investasi dan modal kerja bagi unit-unit bisnis dan usaha dalam melaksanakan unit produksi.
Kesehatan bank dapat direfleksikan dari kinerja bank. Adanya evaluasi menyeluruh
terhadap kinerja perbankan pada tahun 2012 dan prospek tahun 2013-2014 menunjukkan
perekonomian di Indonesia yang tumbuh cukup tinggi dengan inflasi yang tetap terkendali. Hal
tersebut tertuang dalam Tinjauan Kebijakan Moneter Bank Indonesia (2013), dimana kinerja
tersebut tidak terlepas dari berbagai kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah
untuk menjaga stabilitas partumbuhan ekonomi di Indonesia.
Menurut Jumingan (2009) dalam Lestari dan Abdullah (2015), kinerja bank adalah bagian
dari kinerja bank secara keseluruhan. Dimana kinerja (performance) bank merupakan gambaran
prestasi yang dicapai oleh bank dalam operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan,
pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia.
Berdasarkan pernyataan tersebut, kinerja bank adalah gambaran kondisi keuangan bank pada suatu
periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpun dana maupun penyaluran dana yang biasanya
diukur dengan indikator profitabilitas dan likuiditas bank.
Dengan adanya kinerja suatu bank maka bank tersebut sangat penting untuk menjaga
kepercayaan masyarakat terhadap bank karena kegiatan utama bank adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dengan tujuan memperoleh
pendapatan dan keuntungan. Oleh karena itu Bank Indonesia menetapkan aturan tentanng
kesehatan bank. Dimana kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan secara formal dan mampu memenuhi semua
kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku
menurut Peraturan Bank Indonesia.
B. KERANGKA TEORITIS
2) Teori Profitabilitas
Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi dimana keuangan suatu bank pada
periode tertentu baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Penilaian
terhadap kinerja suatu bank dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap laporan
keuangnya. Dimana profitabilitas digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen berdasarkan
hasil pengembalian yang dihasilkan dari pinjaman dan investasi. Hadad dkk (2003) dalam Adyani
(2011) mendefinisikan profitabilitas sebagai dasar dari adanya keterkaitan antara efisiensi
operasional dengan kualitas jasa yang dihasilkan oleh suatu bank. Profitabilitas adalah ukuran
spesifik dari performance sebuah bank, dimana ia merupakan tujuan dari manajemen perusahaan
dengan memaksimalkan nilai dari para pemegangsaham, optimalisasi dari berbagai tingkat return,
dan meminimalisir risiko yang ada.
Menurut Sutrisno (2009) dalam Nadir dkk (2013) rasio keuntungan untuk mengukur
seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan, dimana semakin besar
keuntungan maka menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan. Sehingga
untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu perusahaan dapat di ukur dengan menggunakan
rasio-rasio keuangan, yaitu:
a. Net Profit Margin (NPM).
b. Return On Asset (ROA).
c. Return On Equity (ROE).
Untuk memperoleh FDR yang optimum maka bank tetap harus menjaga NPF.
Berdasarkan ketentuan Surat Edaran Bank Indonesia (No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004), maka
standar FDR yang baik adalah antara 85%-110%. Dimana peningkatan FDR berarti penyaluran
dana ke pembiayaan semakin besar, sehingga laba akan meningkat.
Penelitian ini menganalisis tentang perbandingan kinerja bank pada bank umum
konvensional dan bank umum syariah di Indonesia. Jenis penelitain yang dilakukan adalah
penelitian yang bersifat kuantitatif deskriptif yang bertujuan menggambarkan dan mengungkapkan
suatu masalah dan fakta secara lebih mendalam mengenai perbandingan kinerja bank umum
konvensional dan bank umum syariah di Indonesia.
Metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah metode studi pustaka dan
dokumentasi. Metode studi pustaka digunakan untuk mengumpulkan data berupa literatur
mengenai gambaran umum obyek penelitian, sedangkan metode dokumentasi digunakan untuk
mendokumentasikan laporan keuangan bank umum konvensional yang dilihat dari Modal Inti
(Tier I) tertinggi yaitu Bank Ekonomi dan yang dilihat dari Modal Inti (Tier I) terendah yaitu Bank
Maspion. Sedangkan laporan keuangan bank umum syariah yang dilihat dari Modal Inti (Tier I)
tertinggi yaitu Bank Mandiri Syariah Mandiri dan yang dilihat dari Modal Inti (Tier I) terendah
yaitu Bank Victoria Syariah tahun 2014.
Selain itu, harus dilakukan juga studi kepustakaan yaitu dengan menelaah pustaka,
eksplorasi, dan mengkaji berbagai literatur pustaka seperti jurnal, masalah, dan sumber-sumber
lain yang berkaitan dengan penelitian.
Nama Bank Modal Inti (Tier I) Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa di tahun 2014 Bank Ekonomi merupakan bank yang
termasuk di BUKU II dengan modal inti (tier I) yaitu 2,9 triliun sehingga menjadi bank umum
konvensional dengan modal inti tertinggi sedangkan Bank Maspion merupakan bank yang
termasuk di BUKU I dengan modal inti (tier I) yaitu 6 milyar sehingga menjadi bank umum
konvensional dengan modal inti terendah menurut laporan keuangan tahun 2014.
Nama Bank Modal Inti (Tier I) Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa di tahun 2014 Bank Syariah Mandiri merupakan bank
yang termasuk di BUKU II dengan modal inti (tier I) yaitu 4,7 triliun sehingga menjadi bank
umum syariah dengan modal inti tertinggi sedangkan Bank Victoria Syariah merupakan bank yang
termasuk di BUKU I dengan modal inti (tier I) yaitu 1,3 milyar sehingga menjadi bank umum
syariah dengan modal inti terendah menurut laporan keuangan tahun 2014.
Tabel dibawah ini merupakan hasil dari perhitungan kinerja bank umum konvensional dan bank
umum syariah kategori bank besar (BUKU II) yaitu:
Tabel 3 Perbandingan BUK dan BUS Tier I Tertinggi BUKU II
Perbandingan Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah
Modal Inti (Tier I) Tertinggi BUKU II
Bank Umum
Rasio Konvensional Bank Umum Syariah Yang Lebih Baik
Bank Ekonomi Bank Syariah Mandiri
CAR 13,41% 14,76% BUS lebih baik dari BUK
NPM 6,12% 1,30% BUK lebih baik dari BUS
ROA 0,30% 0,16% BUK lebih baik dari BUS
ROE 2,25% 1,52% BUK lebih baik dari BUS
Current Ratio 13,60% 24,91% BUS lebih baik dari BUK
Quick Ratio 13,60% 25,20% BUS lebih baik dari BUK
Cash Ratio 67,47% 256,48% BUS lebih baik dari BUK
LDR / FDR 83,71% 79,24% BUK lebih baik dari BUS
NPL / NPF 1,61% 4,29% BUK lebih baik dari BUS
Sumber : Laporan Keuangan Bank 2014, diolah penulis
Tabel dibawah ini merupakan hasil dari perhitungan kinerja bank umum konvensional dan bank
umum syariah kategori bank kecil (BUKU I) yaitu:
Tabel 4 Perbandingan BUK dan BUS Tier I Terendah BUKU I
Perbandingan Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah
Modal Inti (Tier I) Terendah BUKU I
Bank Umum
Rasio Konvensional Bank Umum Syariah Yang Lebih Baik
Bank Maspion Bank Victoria Syariah
CAR 19,42% 15,27% BUK lebih baik dari BUS
NPM 15,48% 12,92% BUK lebih baik dari BUS
ROA 0,70% (-1,74%) BUK lebih baik dari BUS
ROE 4,10% (-14,93%) BUK lebih baik dari BUS
Current Ratio 10,67% 5,54% BUK lebih baik dari BUS
Quick Ratio 10,70% 5,56% BUK lebih baik dari BUS
Cash Ratio 72,21% 262,54% BUS lebih baik dari BUK
LDR / FDR 77,06% 92,12% BUS lebih baik dari BUK
NPL / FDR 0,70% 4,75% BUK lebih baik dari BUS
Sumber : Laporan Keuangan Bank 2014, diolah penulis
Pembahasan
Current Ratio
a. Perbandingan BUK dan BUS tertinggi BUKU II
Dapat dilihat dari Tabel 3 bahwa nilai Current Ratio bank umum konvensional dan bank
umum syariah tertinggi yaitu pada Bank Ekonomi sebesar 13,60% dan Bank Syariah Mandiri
sebesar 24,91% dimana berdasarkan ketentuan Bank Indonesia standar Current Ratio yang baik
adalah 2,5% sehingga apabila semakin tinggi rasio ini maka semakin besar kemampuan
perusahaan untuk memenuhi, membayar, serta melunasi kewajiban finansial jangka pendeknya.
Oleh karena itu Current Ratio Bank Syariah Mandiri lebih baik dari pada Bank Ekonomi sehingga
dapat diketahui Current Ratio bank umum syariah lebih baik di bandingkan bank umum
konvensional.
b. Perbandingan BUK dan BUS terendah BUKU I
Dapat dilihat dari Tabel 4 bahwa nilai Current Ratio bank umum konvensional dan bank
umum syariah terendah yaitu pada Bank Maspion sebesar 10,67% dan Bank Victoria Syariah
sebesar 5,54% dimana berdasarkan ketentuan Bank Indonesia standar Current Ratio yang baik
adalah 2,5% sehingga apabila semakin tinggi rasio ini maka semakin besar kemampuan
perusahaan untuk memenuhi, membayar, serta melunasi kewajiban finansial jangka pendeknya.
Oleh karena itu Current Ratio Bank Maspion lebih baik dibandingkan dengan Bank Victoria
Syariah sehingga dapat diketahui Current Ratio bank umum konvensional lebih baik di
bandingkan bank umum syariah.
Quick Ratio
a. Perbandingan BUK dan BUS tertinggi BUKU II
Dapat dilihat dari Tabel 3 bahwa nilai Quick Ratio bank umum konvensional dan bank
umum syariah tertinggi yaitu pada Bank Ekonomi sebesar 13,60% dan Bank Syariah Mandiri
sebesar 25,20% dimana berdasarkan ketentuan Bank Indonesia standar Quick Ratio yang baik
adalah 4,05% sehingga apabila semakin tinggi rasio ini semakin besar pula kemampuan bank yang
dalam memenuhi kewajiban terhadapan para deposan. Oleh karena itu Quick Ratio Bank Syariah
Mandiri lebih baik dari pada Bank Ekonomi sehingga dapat diketahui Quick Ratio bank umum
syariah lebih baik di bandingkan bank umum konvensional.
Cash Ratio
a. Perbandingan BUK dan BUS tertinggi BUKU II
Dapat dilihat dari Tabel 3 bahwa nilai Cash Ratio bank umum konvensional dan bank
umum syariah tertinggi yaitu pada Bank Ekonomi sebesar 67,47% dan Bank Syariah Mandiri
sebesar 256,48% dimana berdasarkan ketentuan Bank Indonesia standar Cash Ratio yang baik
adalah 2% sehingga apabila semakin tinggi rasio ini semakin besar pula kemampuan bank
melunasi kewajiban yang harus segera dibayar. Oleh karena itu Cash Ratio Bank Syariah Mandiri
lebih baik dari pada Bank Ekonomi sehingga dapat diketahui Cash Ratio bank umum syariah lebih
baik di bandingkan bank umum konvensional maka hasil penelitian bertolak belakang dengan
penelitian Yayan Rochyana (2012) yaitu bank umum konvensional lebih baik dari pada bank
umum syariah untuk Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri.
Rasio Kinerja Bank dalam Mendukung Permodalan Sektor Riil Loan to Deposit Ratio
(LDR) / Financing to Deposit Ratio (FDR)
Rasio kinerja bank dalam mendukung permodalan sektor riil adalah untuk mengukur
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana oleh deposan dengan mengandalkan
kredit sebagai sumber likuiditasnya. Berikut ini merupakan analisis rasio kinerja bank dalam
mendukung permodalan sektor riil yaitu:
a. Perbandingan BUK dan BUS tertinggi BUKU II
Dapat dilihat dari Tabel 3 bahwa nilai LDR/FDR bank umum konvensional dan bank
umum syariah tertinggi yaitu pada Bank Ekonomi sebesar 83,71% dan Bank Syariah Mandiri
sebesar 79,24% dimana berdasarkan ketentuan Bank Indonesia standar LDR/FDR yang baik
adalah antara 85% hingga 110%. Dimana semakin tinggi LDR/FDR maka laba perusahaan
semakin meningkat dengan asumsi bank dapat menyalurkan kredit dengan efektif, sehingga
jumlah kredit macetnya akan kecil. Oleh karena itu LDR/FDR Bank Ekonomi lebih baik dari pada
Bank Syariah Mandiri sehingga dapat diketahui LDR/FDR bank umum konvensional lebih baik di
bandingkan bank umum syariah maka hasil penelitian sejalan dengan penelitian Yayan Rochyana
(2012) yaitu bank umum konvensional lebih baik dari pada bank umum syariah untuk Bank
Mandiri dan Bank Syariah Mandiri dan bertolak belakang dengan penelitian Arie Firmansyah
Sarigih (2013) yaitu bank umum syariah lebih baik dari pada bank umum konvensional untuk
Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah.
Rasio Risiko Kredit Non Performing Loan (NPL) / Non Performing Financing (FDR)
Rasio risiko kredit adalah risiko penyaluran kredit macet sehingga apabila ada kredit
macet maka bank tersebut tidak bisa lancar dalam penyaluran kreditnya. Berikut ini merupakan
analisis rasio risiko kredit yaitu:
a. Perbandingan BUK dan BUS tertinggi BUKU II
Dapat dilihat dari Tabel 3 bahwa nilai NPL/FDR bank umum konvensional dan bank
umum syariah tertinggi yaitu pada Bank Ekonomi sebesar 1,61% dan Bank Syariah Mandiri
sebesar 4,29% dimana berdasarkan ketentuan Bank Indonesia standar NPL/NPF yang baik adalah
<5%. Dimana semakin kecil NPL/NPF, maka semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung
oleh pihak bank. Oleh karena itu NPL/NPF Bank Ekonomi lebih baik dari pada Bank Syariah
Mandiri sehingga dapat diketahui NPL/NPF bank umum konvensional lebih baik di bandingkan
bank umum syariah.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan perbandingan yang telah dilakukan berdasarkan teori,
maka diambil beberapa kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk kategori bank kecil (BUKU I), bank umum konvensional lebih baik kinerjanya
dilihat dari NPM, ROA, ROE, LDR dan NPL sedangkan bank umum syariah lebih baik
pada rasio CAR, Current Ratio, Quick Ratio, dan Cash Ratio.
2. Untuk kategori bank besar (BUKU II), bank umum konvensional lebih baik kinerjanya
dilihat dari rasio CAR, NPM, ROA, ROE, Current Ratio, Quick Ratio dan NPL
sedangkan bank umum syariah lebih baik pada rasio Cash Ratio, dan FDR.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka saran yang akan diajukan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Pada bank umum konvensional secara keseluruhan rasio sudah baik namun yang harus di
perbaiki adalah meningkatkan rasio Cash Ratio.
2. Pada bank umum syariah yang harus di perbaiki adalah meningkatkan rasio NPM, ROA,
ROE dan NPF.
DAFTAR PUSTAKA
Adyani, Lyla Rahma. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas (ROA).
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani
Press.
Bank Indonesia. 2009. Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2014, Edisi Januari 2009.
Bank Indonesia. 2015. Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Vol.13, (No.11), Edisi Oktober 2015.
Dewi, Dhika Rahma. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Syariah Di
Indonesia. Jurnal Ekonomi. Semarang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Diponegoro.
Husnan, Suad. 1998. Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan, Buku 2. Yogyakarta: BPFE.
Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi, Edisi
Pertama. Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada.
Lestari dan Abdullah, Ikhsan. 2015. Analisis Rasio Solvabilitas dan Aktivitas Untuk Menilai
Kinerja Keuangan pada PT. Aneka Gas Industri. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
Mulaiman D, Hadad dkk. 2003. Model Estimasi Permintaan dan Penawaran Kredit Konsumsi
Rumah Tangga di Indonesia. Jakarta: Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan
Bank Indonesia.
Nadir, Maryam dkk. 2013. Analisis Kinerja Keuangan Di Tinjau Dari Rasio Likuiditas,
Solvabilitas Dan Rasio Profitabilitas Pada CV. Lembu Mada Nusantara Di Samarinda.
Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman.
Novita, Bunga Asri. 2015. Pengaruh Struktur Modal dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas. Jurnal
Akuntansi Trisakti, Vol.02, (No.1) : 13-28. Jakarta.
Oktiana, Nevia. 2015. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan (Studi pada
Bank Umum Milik Negara (Persero) yang terdaftar di Bank Indonesia Periode 2011-
2013). Skripsi tidak diterbitkan. Bandar Lampung: Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung.
Pohan, Aulia. 2008. Kerangka Kebijakan Moneter dan Implikasinya di Indonesia. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan teori, Konsep dan aplikasi, Edisi Pertama. Yogyakarta:
Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi.
Suyono, Agus. 2005. Analisis Rasio-rasio Bank yang Berpengaruh Terhadap Return on Asset.
Thesis tidak diterbitkan Semarang: Program Pasca Sarjana Magister Akuntansi Universitas
Diponegoro.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan. http://www.bi.go.id/id/peraturan/perbanlkan/ diakses 11 Februari 2016.
Wardiah, Mia Lasmi. 2013. Dasar-dasar Perbankan. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Wild, John dkk. 2010. Financial Statement Analysis: Analisis Laporan Keuangan. Terjemahkan
oleh Yanivi S. Bachtiar dan S. Nurwahyu Harahap. Edisi Kedelapan. Jakarta: Salemba
Empat.
Zai, Marsheilly Pingkan dan Margaretha, Farah. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Keuangan Perbankan Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.15, (No.2) : 133-141.
Jakarta: Universitas Trisakti.