JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
JOURNAL
By :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh faktor Size bank atau Total
Aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap variabel dependennya yaitu tingkat efisiensi
perbankan dengan menggunakan rasio BOPO dan LDR yang diukur dengan metode Uji asumsi
klasik dan Analisis regresi linier berganda pada periode 2006-2015. Data yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari Direktori Laporan Keuangan Perbankan di website Bank BNI dan
Mandiri periode tahun 2006-2015 yang dipublikasikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
Bank BNI variabel Size Bank (Total Aset) dan DPK berpengaruh terhadap efisiensi bank, yaitu
BOPO dan LDR. Sedangkan pada Bank Mandiri Total Aset dan DPK berpengaruh signifikan
terhadap LDR, namun tidak berpengaruh signifikan terhadap BOPO.
Kata Kunci : Total aset, DPK, Efisiensi, BOPO, LDR, Asumsi klasik, Regresi Linier Berganda.
ABSTRACT
This result purpose to see how the influence of Bank Size or Total Asset and Third
Parties Fund to the dependent variabel is the level of Banking Efficiency by using BOPO dan LDR
ratio as measured by the method of Classical Assumption Test and the Linier Regressions Analysis
for the period 2006-2015. The data used in this research obtained from directory banking financial
reports on the website of Bank BNI and Mandiri periode 2006-2015 have been published. The
results showed that the Bank BNI Bank Size and DPK variables affect the efficiency of the Bank,
namely BOPO and LDR. While on Mandiri Bank, Total assets and DPK significant effect on
LDR, but no significant effect on BOPO.
Keywords : Total asset, DPK, Efficiency,, BOPO, LDR, Classical Assumption, Linier Regressions
Analysis.
A. PENDAHULUAN
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berperan penting untuk kondisi
perekonomian suatu negara, tidak terkecuali Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, bank didefinisikan sebagai badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak. Mengingat besarnya peranan bank tersebut, maka pengambil keputusan perlu
melakukan evaluasi kinerja yang sangat memadai (Abidin, 2007).
Pengukuran tingkat evaluasi kinerja perbankan terdapat tiga kategori yang dapat di ukur.
Pertama, kinerja yang terkait dengan tuntutan regulasi seperti rasio kecukupan modal, GWM (giro
wajib minimum). Kedua, kinerja yang terkait dengan keuangan seperti ROA, ROE, NIM, Capital,
Aset quality, Management, Earning, Liability, dan Sensitivity market to risk (CAMEL), saat ini
CAMEL sekarang digantikan dengan RGEC. Terakhir, kinerja yang terkait dengan efisiensi seperti
Loan Deposit Ratio (LDR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).
Efisiensi merupakan akar permasalahan kesehatan dan sumber pertumbuhan perbankan.
Fenomena munculnya bank-bank besar dan merger perbankan juga ditujukan untuk mendapatkan
efisiensi. Hukum too big too fail pada perbankan konvensional telah mendorng perbankan untuk
meningkatkan skala usaha dalam angka meningkatkan efisiensi ( Priyonggo Susesno, 2008).
Pengukuran tingkat efisiensi ini sangat penting untuk bank yang bersangkutan. Salah satu
fungsi bank adalah sebagai lembaga intermediasi yang bertugas untuk menghimpun dana dan
menyalurkannya kembali dana tersebut. Dalam penyaluran dana tersebut, bank harus benar-benar
memperhatikan berbagai faktor untuk menghindari terjadinya suatu pembiayaan yang ekspansif
tanpa memperhatikan resiko yang harus ditanggung dan memperhatikan tingkat profitnya. Dengan
kata lain, pengukuran tingkat efisiensi ini untuk mengetahui apakah bank sudah mampu mengelola
secara maksimal untuk mendapatkan profit yang tinggi dari seluruh dana yang dimiliki atau
didapatkan. Selain penting atau bermanfaat untuk bank yang bersangkutan, pengukuran tingkat
efisiensi juga bermanfaat untuk nasabah atau masyarakat. Dengan adanya laporan keuangan
termasuk efisiensi bank, maka masyarakat dapat mengetahui kondisi bank tersebut baik atau
buruk. Hal tersebut dapat menjadi pertimbangan untuk masyarakat apakah mereka akan
menanamkan modal di bank tersebut atau tidak. Analisis tersebut digunakan untuk meminimalisir
resiko yang mungking terjadi dikemudian hari.
Suatu perbankan dapat dikatakan efisien secara teknik apabila mampu menghasilkan output
tertentu dengan sumber daya input minimal ( semakin tinggi output maka semakin efisien ). Oleh
karena itu diperlukan cara untuk mengukur kinerja suatu perbankan yang dapat menggambarkan
kemampuan bank dalam mengelola input menjadi output yang menunjukkan ukuran efisiensi yang
relatif suatu bank.
BNI dan Mandiri merupakan sama-sama bank milik pemerintah di Indonesia. Pada tahun
2014, laba BNI mengalami peningkatan hingga 19,1% dari tahun sebelumnya. Peningkatan laba
ini tergolong tinggi karena laba meningkat pada kondisi perekonomian dunia yang bergejolak.
Jumlah kredit yang disalurkan BNI juga mengalami peningkatan dari yang sebelumnya Rp 250,6
trilliun menjadi Rp 277,6 trillliun. Peningkatan jumlah penyaluran ini berpengaruh terhadap Loan
to Deposit Ratio (LDR) yang dimiliki BNI. LDR BNI tahun 2014 naik menjadi 87,8% dari yang
sebelumnya hanya 85,3%. Sedangkan untuk Bank Mandiri mencanangkan untuk mencapai
milestones keuangan di tahun 2014, yaitu nilai kapitalisasi mencapai di atas Rp 225 triliun, ROA
mencapai kisaran 2,5%, ROE mendekati 25%, namun tetap menjaga kualitas aset yang
direfleksikan dari rasio NPL gross di bawah 4%. Selain itu, pada tahun 2014 pertumbuhan kredit
bank mandiri mengalami pertumbuhan sebesar 12,2% dari Rp 427,4 triliun menjadi Rp 530 triliun.
Pertumbuhan penyaluran kredit itu mendorong peningkatan aset menjadi Rp 855 triliun dari Rp
733,1 triliun. Kepercayaan masyarakat kepada mandiri juga terus tumbuh yang ditunjukkan
dengan naiknya penghimpunan DPK menjadi Rp 636,4 triliun pada akhir 2014 dari Rp 556,4
triliun.
Dari pemaparan beberapa paragraf diatas, untuk mengetahui hubungan antara Total Aset
dan Dana Pihak Ketiga sebagai indikator suatu ukuran perbankan terhadap Efisiensi bank maka
penelitian ini berjudul “ Analisis Pengaruh Total Aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap
Tingkat Efisiensi Bank “ dengan rumusan masalah Bagaimanakah pengaruh total aset terhadap
efisiensi bank (BOPO dan LDR) ? dan Bagaimanakah pengaruh DPK (dana pihak ketiga) terhadap
efisiensi bank (BOPO dan LDR) ?.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Penilaian efisiensi bank menjadi sangat penting dengan kondisi seperti ini, karena
efisiensi merupakan gambaran kinerja suatu bank sekaligus menjadi faktor yang harus
diperhatikan bank untuk bertindak rasional dalam meminimumkan tingkat resiko yang dihadapi
dalam menghadapi kegiatan operasinya. Analisis mengenai efisiensi menjadi sangat penting
karena penghimpunan dan penyaluran pembiayaan yang ekspansif tanpa memperhatikan faktor
efisiensi akan berpengaruh terhadap profitabilitas bank yang bersangkutan (Muharam dan
Pusvitasari, 2007). Apalagi jika tidak hanya satu bank saja yang dinalisis efisiensinya, akan tetapi
juga diperbandingkan dengan nilai efisiensi bank-bank lain. Hasil perbandingan ini sangat berguna
dan bisa dijadikan acuan untuk pihak-pihak terkait. Bagi pemilik bank, bisa memperbaiki kinerja
banknya dengan mencontoh kinerja bank lain yang mencapai tingkat efisiensi yang lebih baik,
sedangkan bagi masyarakat sebagai pengguna jasa bank bisa mendapatkan pandangan untuk
memilih bank mana yang akan dituju. Astiyah dan Husman (2006) menjelaskan bahwa efisiensi
bank bukan hanya sebagai indikator penting dalam perbankan, tetapi juga sarana penting untuk
lebih meningkatkan efektivitas kebijakan moneter.
Endri (2008) mendefinisikan efisiensi sebagai berikut: Efisiensi merupakan salah satu
parameter kinerja yang secara teoritis mendasari seluruh kinerja sebuah perusahaan dengan
mengacu pada filosofi (kemampuan menghasilkan output yang optimal dengan inputnya yang ada,
adalah merupakan ukuran kinerja yang diharapkan). Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi
bank diantaranya adalah :
A. Total Aset, merupakan menjadi salah satu indikator yang mempengaruhi tingkat efisiensi bank.
Semakin besar total aset suatu perusahaan, maka semakin efisien bank tersebut (Demirguc-
Kunt Levine (2000) serta Casu dan Girardone (2006)). Selain itu, M. Anwar et al. (2012)
menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi efisiensi bank di Indonesia di antaranya adalah
total aset sebagai proksi dari ukuran bank, Return on Asset (ROA) sebagai proksi dari
keuntungan bank, Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) sebagai
proksi dari likuiditas bank.
B. DPK, Dana Pihak Ketiga (DPK) menjadi dana yang terpenting bagi proses intermediasi
perbankan karena proses penghimpunan dana berasal dari masyarakat, yaitu berupa giro,
tabungan, dan simpanan berjangka atau deposito. Sehingga DPK menjadi sumber dana terbesar
dan yang paling diandalkan oleh bank, baik itu bank syariah ataupun bank konvensional.
Menurut Kasmir (2002) dana pihak ketiga merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan
operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilsn dalam efisiensi bank serta mampu
membiayai operasinya.
Menurut Kasmir (2002), dana pihak ketiga memiliki kontribusi terbesar dari beberapa
sumber dana tersebut sehingga jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh suatu bank
akan mempengaruhi kemampuannya dalam menyalurkan kredit. Kredit diberikan kepada para
debitur yang telah memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam perjanjian yang dilakukan
antara pihak debitur dengan pihak bank.
Dana pihak ketiga merupakan alat bagi investor dan user lainnya untuk melihat kinerja
keuangan suatu bank. Dana pihak ketiga ini menggambarkan seberapa besar kepercayaan nasabah
untuk menyimpan sebagian dana (uang) yang dimilikinya pada suatu perusahaan perbankan.
Semakin tinggi dana pihak ketiga suatu bank, maka semakin besar kepercayaan nasabah terhadap
bank tersebut, sehingga dana yang dialokasikan untuk kegiatan operasional bank seperti
pemberian kredit juga akan meningkat. Hal ini akan berdampak pada peningkatan pendapatan
bank yang nantinya akan mempengaruhi pada peningkatan profitabilitas bank tersebut.
Penelitian Terdahulu
Kerangka Pemikiran
DPK DPK
Hipotesis :
H1 : Total aset diduga berpengaruh positif terhadap BOPO
H2 : Dana Pihak Ketiga diduga berpengaruh positif terhadap BOPO
C. METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian pengaruh total aset dan dana pihak ketiga terhadap efisiensi bank studi kasus
bank Bank Negara Indonesia ( BNI ) dan Bank Mandiri menggunakan metode penelitian deskriptif
kuantitatif.
Untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuat sebelumnya, maka perlu dilakukan
pengolahan data dengan beberapa Uji (metode) untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.0. Berikut ini teknik
pengolahan datanya :
Y1 = a + b1 X1 + b2 X2 + e (1)
Y2 = a + b1 X1 + b2 X2 + e (2)
Dimana :
Y1 : Rasio BOPO
Y2 : Rasio LDR
X1 : Total Aset
X2 : Dana Pihak Ketiga
Berdasarkan tabel hasil regresi telah diketahui R square Bank BNI (LnTotal Aset) sebesar
0.844 atau 84.4% dan LnDPk sebesar 0.832 atau 83.2%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan sebesar 84.4% variabel dependen
atau Total Aset dan 83.2% variabel dependen atau DPK. Sedangkan sisanya 15.6% dan 16.8%
dipengaruhi atau dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model
penelitian yang dilakukan saat ini. Begitupun juga dengan Bank Mandiri.
Selanjutnya berdasarkan analisis regresi linier berganda statistika Uji T hasilnya dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 2 Nilai Coeffisients Bank BNI dan Mandiri
Berdasarkan teori yang ada dikatakan bahwa semakin tinggi nilai total aset suatu bank
maka semakin efisien bank itu. Semakin besar total aset suatu perusahaan, maka semakin efisien
bank tersebut (Demirguc-Kunt Levine (2000). Dengan aset yang tinggi bisa disalurkan untuk
kegiatan-kegiatan yang menghasilkan sehingga mampu mendorong kualitas bank menjadi lebih
efisien. Oleh karena itu total aset mempunyai hubungan yang positif terhadap efisiensi bank
Pada studi kasus Bank BNI dan Mandiri telah menunjukkan bahwa keduanya secara bersama-
sama terdapat hubungan yang signifikan terhadap efisiensi bank. Artinya total aset dan DPK pada
bank BNI dan Mandiri berpengaruh terhadap tingkat efisiensi.
Sedangkan Dana pihak ketiga dibutuhkan suatu bank dalam menjalankan operasinya.
Dendawijaya (2003) mendefinisikan dana pihak ketiga adalah dana berupa simpanan dari
masyarakat.
Secara teori, Dana Pihak Ketiga (DPK) ini mempunyai pengaruh yang positif signifikan
terhadap efisiensi bank. Seperti halnya pada studi kasus penelitian ini, yaitu Bank BNI dan
Mandiri. Pada kedua bank ini DPK secara bersama-sama mempunyai hubungan yang positif
signifikan terhadap efisiensi bank. Ketika bank mempunyai jumlah DPK yang besar berati
menandakan banyaknya masyarakat atau nasabah yang menanamkan dananya pada bank tersebut.
Hal ini berarti masyarakat atau nasabah itu telah percaya kalau dananya dikelola oleh bank
tersebut. Dengan begitu tingkat profitabilitas bank juga akan meningkat. Meningkatnya
profitabiltas bank selanjutnya akan berpengaruh terhadap efisien atau tidaknya bank tersebut.
Sehingga, bank yang memiliki DPK dalam jumlah besar bisa dikatakan bank tersebut sebagai bank
yang efisien.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Berger (1997), Havrylchyk
(2003), Wulansari (2011), dan Ghozali (2012). Hasil dari penelitian tersebut bahwa Variabel Total
Aset berpengaruh positif terhadap Efisiensi Bank. Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ayadi (2013). Beliau menyebutkan bahwa Variabel Total Aset
tidak berpengaruh terhadap Efisiensi bank.
Sedangkan untuk Variabel Dana Pihak Ketiga, penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Wulansari (2011) dan Ghozali (2014). Hasil dari penelitian tersebut
menunjukkan bahwa Dana Pihak ketiga mempunyai hubungan yang positif terhadap Efisiensi
Bank, dan tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Berger (1997). Pada penelitian
Berger ini disebutkan bahwa dana Pihak Ketiga mempunyai hubungan yang negatif terhadap
Efisiensi Bank.
Loan to deposit ratio (LDR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja fungsi
intermediasi perbankan dalam menyalurkan kredit. Semakin tinggi nilai total aset dan nilai LDR
maka dikatakan semakin efisien. Dengan total aset yang tinggi maka bank mempunyai kesempatan
yang besar untuk mengelola aset itu dengan cara menyalurkannya dalam bentuk kredit dalam
jumlah yang lebih banyak juga. Hasil dari penyaluran kredit itu akan meningkatkan rasio LDR
perbankan, karena rasio LDR adalah rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan aspek
likuiditas. Dengan bertambahnya rasio LDR berarti menandakan bahwa bank itu semakin baik dan
efisien.
Pada studi kasus perbandingan antara Bank BNI dengan Bank Mandiri, kedua bank ini
mempunyai hasil yang sama dan sesuai dengan teori. Ketika Total Aset perbankan tinggi, maka
mempunyai rasio LDR yang tinggi juga. Hal ini mengindikasikan bahwa kedua bank ini sudah
baik dalam mengelola total asetnya, terutama dalam penyaluran kreditnya sehingga mampu
meningkatkan rasio LDR Bank BNI dan Mandiri. Ketika Total Aset tinggi dan Rasio LDR sesuai
dengan ketentuan, maka bisa dikatakan bahwa kedua bank tersebut cukup baik dan efisien.
Rasio BOPO merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Suatu perbankan dapat dikatakan
efisien apabila mampu meminimalkan biaya atau beban operasionalnya dan memaksimalkan
pendapatannya. Keuntungan yang diperoleh bank didapat dari selisih antara pendapatan
operasional dengan beban operasionalnya. Apabila bank mempunyai pendapatan operasional yang
lebih besar dari biaya operasionalnya maka bank akan memperoleh keuntungan atau laba.
Dengan semakin rendahnya tingkat rasio BOPO mengindikasikan bahwa bank mampu
mengefisiensikan biaya operasional dan bisa menciptakan pendapatan yang besar. Secara teori,
Dana Pihak Ketiga mempunyai hubungan negatif karena setiap kenaikan Dana Pihak Ketiga maka
akan menurunkan Rasio Kinerja Operasional atau rasio BOPO.
Pada studi kasus Bank BNI hubungan Dana Pihak Ketiga terhadap BOPO telah sejalan
dengan teori. Berdasarkan hasil yang ada telah diketahui bahwa terdapat hubungan yang negatif
signifikan. Ketika Dana Pihak Ketiga tinggi maka Rasio BOPO rendah. Hal ini menandakan
bahwa Bank BNI telah berhasil dan menjalankan kegiatannya dengan baik, karena dengan Rasio
BOPO yang rendah maka keuntungan atau laba yang diperoleh Bank BNI semakin tinggi.
Namun, pada studi kasus Bank Mandiri justru kebalikannya dari Bank BNI. Pada Bank
Mandiri hasil yang diperoleh tidak sejalan atau tidak sesuai dengan teori yang ada, yaitu Dana
Pihak Ketiga tidak berpengaruh signifikan terhadap BOPO. Hal ini bisa terjadi karena Bank
Mandiri belum optimal dalam mengelola Dana Pihak Ketiganya dan juga mempunyai Rasio
BOPO yang cukup tinggi. Tingginya Rasio BOPO tersebut membuat Bank Mandiri memperoleh
profit yang minimal.
Dana pihak ketiga merupakan dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat oleh bank.
Dana pihak ketiga ini terdiri dari Giro, Tabungan, dan Deposito. Dana pihak ketiga ini sangat
dibutuhkan oleh perbankan guna menjalankan kegiatan operasinya. Bank dapat memanfaatkan
dana dari pihak ketiga ini untuk ditempatkan pada pos-pos yang menghasilkan pendapatan bagi
bank, salah satunya yaitu dalam bentuk kredit.
Secara teori Pertumbuhan dana pihak ketiga akan mengakibatkan pertumbuhan kredit
yang pada akhirnya LDR juga akan meningkat. Maka dari itu dana pihak ketiga ini mempunyai
hubungan yang positif atau searah terhadap rasio LDR.
Setelah melihat dari hasil pengujian, pada studi kasus Bank BNI dan Mandiri hubungan
DPK terhadap rasio LDR ini sesuai atau sejalan dengan teori dimana mempunyai hubungan yang
positif signifikan. Ketika Jumlah Dana Pihak Ketiga menglami kenaikan, maka didorong pula
dengan kenaikan Rasio LDR.
Bank BNI dan Mandiri telah berhasil dalam mengelola DPKnya sehingga mampu
meningkatkan nilai rasio LDR. Ketika Dana Pihak Ketiga suatu perbankan tinggi dan diikuti
dengan Rasio LDR yang tinggi juga, maka bank tersebut dapat dikatakan telah berhasil dalam
mengelola aset yang dimiliki. Dengan begitu kepercayaan nasabah terhadap bank akan meningkat
sehingga mampu meningkatkan profit bank.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penelitian ini meneliti, apakah Total Aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) mampu
mempengaruhi Tingkat Efisiensi Bank dalam studi kasus Perbandingan Bank BNI dan Bank
Mandiri periode tahun 2006-2015. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi
linier berganda dengan dua variabel independen (Total Aset dan DPK) dan dua variabel dependen
(Rasio BOPO dan LDR) menunjukkan bahwa :
1. Pada Bank BNI kenaikan Total Aset memicu turunnya Rasio BOPO karena semakin besar
nilai Total Aset, maka akan semakin kecil atau menurun nilai rasio BOPO. Namun, pada
Bank Mandiri menunjukkan hasil yang berbeda, ketika Total Aset naik, Rasio BOPO juga
ikut naik.
2. Pada Bank BNI dan Mandiri, kenaikan pada Total Aset diikuti juga kenaikan pada Rasio
LDRnya. Semakin besar nilai Total Aset suatu perbankan, maka nilai rasio LDR juga
semakin meningkat.
3. Pada Bank BNI kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) diikuti dengan turunnya nilai BOPO.
Rasio BOPO yang kecil menandakan Bank BNI dapat menjalankan kegiatan operasinya
secara optimal. Sedangkan pada Bank Mandiri ketika DPK naik, nilai BOPO juga naik.
Dapat dikatakan bahwa Bank Mandiri ini belum seberapa optimal dalam menjalankan
kegiatan operasinya.
4. Pada Bank BNI dan Bank Mandiri naiknya Dana Pihak Ketiga (DPK) memicu naiknya rasio
LDR. Jika bank mempunyai rasio LDR yang standar, maka jumlah DPK akan meningkat
sehingga laba yang diperoleh bank tersebut juga meningkat (dengan asumsi bank tersebut
mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif). Selain itu, LDR juga berfungsi sebagai
lembaga intermediasi bank.
Saran
Bagi bank-bank yang belum memperoleh skor efisiensi yang maksimal, perlu
pembenahan di sisi internal masing-masing bank. Peneliti akan mencoba memberi saran bagi
masing-masing bank berdasarkan uji t yang telah dilakukan.
1. Bank BNI
a. Untuk bank BNI diharapkan dapat lebih mengefektifkan aset-aset yang dimiliki, dengan
begitu dapat menekan jumlah BOPO lebih efisien yang akhirnya mampu meningkatkan
skor nilai efisiensinya. Hal ini dapat dilakukan seperti memaksimalkan unit-unit link
Bank BNI dalam penghimpunan Dana Pihak Ketiga yang nantinya akan disalurkan
kembali ke nasabah dalam bentuk kredit produktif atau konsumtif.
2. Bank Mandiri
a. Untuk bank Mandiri jumlah total aset dan DPK sudah tinggi, namun diikuti dengan nilai
rasio BOPO yang tinggi juga, sehingga hal itu berdampak kepada pengaruh antara
variabel dependen dan independennya. Oleh karena itu, Bank Mandiri disarankan lebih
efisien dan efektif dalam mengelola BOPO, seperti lebih memberdayakan aset yang ada
dan mengurangi ekspansi dalam perluasan bisnis dengan pembukaan unit-unit kerja baru
(MMU), dengan begitu dapat menurunkan rasio BOPO yang lebih rendah.
Daftar Pustaka
Abidin, Zainal. 2006. Kinerja Efisiensi Pada Bank Umum. Jakarta : STIE Perbanas
Abidin (2007). Kinerja Efisiensi Teknis Perbankan: Pendekatan Data Envelopment Analysis.
ABFI Institute Perbanas.
Anwar, Mokhamad., 2012, Small Bussiness Finance and Indonesian Banks Efficiency: DEA
Approach, The 13th International Convention of The East Asian Economic Association.
Astiyah, S dan Husman, A. J. 2006. “Fungsi Intermediasi dalam Efisiensi Perbankan di Indonesia:
Deviasi Fungsi Profit”. Paper dalam Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan pada bulan
Maret 2006, Jakarta: Bank Indonesia.
Bank Indonesia, 2004. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004
tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Jakarta.
Bank Indonesia. 2010. Statistik Perbankan Indonesia. http://www.bi.go.id. Diakses tanggal 15 Juli
2016.
Bank Mandiri. 2006-2015. BOPO. WWW. Mandiri.CO.ID. Diakses tanggal 30 November 2016.
Bank Mandiri. 2006-2015. Loan Deposit Ratio. WWW. Mandiri.CO.ID. Diakses tanggal 30
November 2016.
Bank Negara Indonesia. 2006-2015. Loan Deposit Ratio. WWW. BNI.CO.ID. Diakses tanggal 15
Juli 2016.
Bank Negara Indonesia. 2006-2015. BOPO. WWW. BNI.CO.ID. Diakses tanggal 15 Juli 2016.
Bauer, P. W., Berger, A. N., Ferrier, G. D., dan Humphrey, D. B. (1998). Consistency Condition
For Regulatory Analysis of Financial Instituitions: A Comparison of Frontier Efficiency
Methods. Journal of Economics and Business
Ghozali : 2009 dalam penelitian Billy Arma Pratama yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan (Studi Kasus Bank Umum di
Indonesia Periode Tahun 2005-2009)
Gujarati, Damodar N., dan Dawn C Porter. 1995. Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta : Salemba
Empat
Haddad (2003). Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode Non
Parametrik DEA. Paper Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, Bank Indonesia
Haddad, Muliaman D., Wimboh Santoso, Dhaniel Ilyas, dan Eugenia Mardanugraha. (2003).
Analisis efisiensi industri perbankan indonesia: Penggunaan Metode Nonparametrik Data
Envelopment Analysis. Working Paper Bank Indonesia.
Hadad, Muliaman D. et al., 2008, Efficiency in Indonesian Banking: Recent Evidence,
Loughborough: Loughborough University.
Kasmir. (2002). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Kasmir. (2002). Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Rajawali Pers.
Maharani Fitria. 2006. Jurnal penelitian yang berjudul “ Pengukuran Efisiensi Perbankan dengan
menggunakan pendekatan DEA dan pengaruh efisiensi perbankan terhadap stock return
bank umum konvensional yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2005-2010-
pdf(secured) no 20290560”
Mishkin Frederic S., 2010. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan. Jakarta : Salemba
Empat
Muharam, H dan Rizki Pusvitasari. 2007. “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah dengan
Metode Data Envelopment Analysis (Periode tahun 2005)”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Islam, Vol.2 No.3.
Perwiraningtyas. 2006. Jurnal penelitian yang berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi
efisiensi bank di Indonesia periode tahun 2008 – 2012”
Suseno, Priyonggo. 2008. “ Analisis Efisiensi dan Skala Ekonomi pada Industri Perbankan di
Indonesia”, Jurnal Ekonomi, Vol. 2. No 1. Yogyakarta: Pusat pengkajian dan
pengembangan Ekonomi.
Sutawijaya, A. Dan Lestari, E.P. 2009. “Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia Pasca Krisis
Ekonomi: Sebuah Studi Empiris Penerapan Model DEA.” Jurnal Ekonomi Pembangunan,
Vol. 10. No 1.
Sudarman, Ari. 2000. Teori Keuangan Mikro. Yogyakarta: BPNE Yogyakarta
Sukirno, Sadono (2008). Mikro Ekonomi. Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Divisi Buku Perguruan
Tinggi, PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta.