Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Selama kurun waktu 10 tahun terakhir, Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
mencatat adanya pertumbuhan sejumlah aset bank syariah serta kenaikan laba setiap
tahunnya. Sampai dengan bulan November 2018, perbankan syaiah mencatat
perolehan laba sebesar 9.883 milyar rupiah. Jumlah tersebut diharapkan dapat terus
mengalami kenaikan yang signifikan menyusul optimisme perluasan market share
perbankan syariah yang dapat mendongkrak diangka 6% pada akhir tahun 2018.
Meski mengalami kenaikan, namun kinerja perbankan syariah dinilai masih lambat
jika dibandingkan dengan perbankan konvensional. Statistik Perbankan Syariah yang
diterbitkan (OJK, 2019) pada bulan Juli 2019 mencatat perbandingan angka ROA
(return on asset) perbankan syariah dengan angka ROA perbankan konvensional yang
ditampilkan pada grafik berikut ini :
Gambar 1.1
Perbandingan ROA Perbankan Syariah dan ROA Perbankan Konvensional

ROA

Tahun
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, data diolah penulis
Dari grafik tersebut dapat terlihat bahwa angka Return on Asset (ROA) perbankan
syariah selama 5 tahun terakhir masih berada di bawah angka 1% , baru pada tahun
2018 bisa menncapai angka 1,28%. Berbeda dengan ROA perbankan konvensional,
meskipun mengalami fluktuasi namun konsisten di atas angka 2%.
Perkembangan bisnis perbankan yang semakin kompetitif mengharuskan
manajemen berupaya mencari strategi yang tepat agar perbankan syariah tetap dapat
bertahan dan berkembang di tengah persaingan global. Salah satu cara paling penting
untuk menilai keberhasilan perbankan syariah adalah dengan melakukan pengukuran
kinerja bank. Kinerja bank merupakan cerminan dari tingkat kesehatan bank. Hal itu
dinyatakan dalam Peraturan Bank Indonesia(PBI) No.6/10/PBI/2004 tentang “Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum” yang menyebutkan bahwa kesehatan
suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, pengelola
bank, masyarakat pengguna jasa bank dan Bank Indonesia selaku otoritas
pengawasan bank”. Indikator pencapaian kinerja bank syariah dapat ditunjukkan oleh
rasio keuangan (Yuwono, 2010), baik dari sisi likuiditas, efisiensi, profitabilitas,
maupun permodalan.
Berbagai studi empiris terkait kinerja bank telah banyak dilakukan, namun
hasil penelitan yang memuat variabel-variabel pengaruhnya masih dilakukan secara
terpisah dan dibedakan ke dalam beberapa studi penelitian. Beberapa penelitian
terdahulu mengungkap faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank syariah.
(Sharma & Anand, 2018) menilai Diversifikasi pendapatan menjadi faktor yang
berpengaruh secara signifikan terhadap pofitabilitas bank berdasarkan studi terhadap
bank-bank di negara-negara anggota BRICS. Hal serupa dilakukan (Elsas, Hackethal,
& Holzhäuser, 2010) yang mengambil sampel global dari sembilan negara yang
berbeda dan menyimpulkan bahwa Diversifikasi pendapatan meningkatkan
profitabilitas bank. Studi lain yang dilakukan oleh (Petria, Capraru, & Ihnatov, 2015;
Zarrouk, Ben Jedidia, & Moualhi, 2016) bahwa kinerja bank syariah yang diukur oleh
tingkat profitabilitas, dipengaruhi oleh faktor spesifikasi bank dan makro ekonomi,
dimana sampel penelitian tersebut adalah bank syariah di negara-negara timur tengah.
Berdasarkan pemaparan di atas penulis meyakini perlunya dilakukan analisa terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja bank syariah di Indonesia dengan
menggunakan penggabungan variabel yang lebih lengkap. Memprediksi suatu
fenomena yang kompleks hanya dengan menggunakan satu faktor (variabel prediktor)
seringkali hanya memberikan hasil yang kurang akurat. Dalam banyak hal, semakin
banyak informasi yang diperoleh semakin akurat prediksi yang dapat dibuat
(McMillan & Schumacher, 2010).
Dilansir dari beberapa penelitian terkait kinerja bank, rasio keuangan yang
sering dijadikan tolak ukur yakni ROA, ROE dan NIM. Return on asset (ROA)
merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total aset, semakin besar ROA
semakin baik profitabilitas perusahaan karena tingkat pengembalian atau return
semakin besar. Return on asset (ROA) dipilih sebagai variabel dependent, yang
mengukur total profitabilitas sebagai persentase dari total aset rata-rata, menunjukkan
kemampuan bank untuk menggunakan asetnya untuk menghasilkan
pendapatan(Zarrouk, 2014). Sedangkan variabel independent yang dipilih yakni bank
spesifik diukur dari komponen size bank, rasio kecukupan modal (CAR), risiko
likuiditas (FDR) dan efisiensi operasi (BOPO), diversifikasi pendapatan yang diukur
dari commission income dan trading income, seperti pendapat (Sharma & Anand,
2018) bahwa sebagian besar lembaga keuangan menjalankan beberapa bentuk
diversifikasi untuk mengurangi risiko dan meningkatkan kinerjanya. Variabel
independent lainnya yakni makro ekonomi tercermin dalam ruang lingkup inflasi dan
GDP.
Penilaian kinerja bank syariah dinilai substansial mengingat banyak pihak
yang berkepentingan di antaranya investor, pemerintah, masyarakat maupun
lembaga-lembaga-lembaga terkait lainnya. Kinerja bank syariah yang baik
diharapkan dapat menarik minat investor untuk berinvestasi karena dianggap bisa
memberikan return yang positif. Di samping itu pemerintah selaku pemangku
kebijakan akan memberikan perhatian khusus terhadap kinerja perbankan syariah,
karena sektor perbankan dinilai memberikan banyak kontribusi terhadap
pertumbuhan perekonomian nasional. Masyarakat sebagai shahibul maal akan
berkepentingan terhadap kinerja bank syariah mengingat amanah yang dititipkan
semestinya dapat bernilai produktif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
prediksi yang lebih lengkap mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas
bank umum syariah sehingga pada akhirnya dapat berkontribusi dalam perbaikan
kinerja bank umum syariah.
Banyak faktor yang melatarbelakangi penulis memilih Indonesia sebagai
objek penelitian mengenai kinerja bank syariah. Indonesia menyandang predikat
sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, hal ini menjadikan
Indonesia sebagai pasar potensial ekonomi syariah. Dukungan sumber daya manusia
yang besar saja tidak cukup jika tidak diimbangi dengan model produk ekonomi
syariah yang optimal. Seperti diketahui model produk ekonomi syariah di Indonesia
masih sebatas pengganti dari produk lembaga keuangan konvensional. Berdasarkan
penilaian Global Islamic Financial Report (GIFR) pada tahun 2011, Indonesia
menempati peringkat keempat negara yang memiliki potensi dan kondusif bagi
pengembangan industri perbankan Islam setelah Iran, Malaysia dan Arab Saudi.
Perkembangan sistem keuangan Islam yang komprehensif sangat terkait dengan
pertumbuhan ekonomi. Hasil menunjukkan adanya reliabilitas dan kontribusi sektor
perbankan syariah di sektor ekonomi negara-negara tersebut secara khusus bagi
pertumbuhan ekonomi dan akumulasi modal (Gudarzi Farahani & Dastan, 2013)
meyakini bahwa perbaikan sistem keuangan Islam di suatu negara bisa menjadi
pembangun ekonomi yang efisien dan penting bagi kesejahteraan.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti bermaksud melakukan
penelitian mengenai pengaruh spesifikasi bank, diversifikasi pendapatan, dan makro-
ekonomi terhadap Profitabilitas bank umum syariah di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena yang diuraikan dalam latar belakang di atas
maka peneliti dapat mengidentifikasikan rumusan masalah terkait
profitabilitas Bank Umum Syariah sebagai berikut :
a. Bagaimana pengaruh ukuran bank (size) terhadap profitabilitas Bank Umum
Syariah secara parsial?
b. Bagaimana pengaruh rasio kecukupan modal (CAR) terhadap profitabilitas
Bank Umum Syariah secara parsial?
c. Bagaimana pengaruh risiko likuiditas (FDR) terhadap profitabilitas Bank
Umum Syariah secara parsial?
d. Bagaimana pengaruh biaya operasional (BOPO) terhadap profitabilitas Bank
Umum Syariah secara parsial?
e. Bagaimana pengaruh diversifikasi pendapatan terhadap profitabilitas Bank
Umum Syariah secara parsial?
f. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah
secara parsial?
g. Bagaimana pengaruh pendapatan domestik bruto terhadap Bank Umum
Syariah secara parsial?
h. Bagaimana ukuran bank, rasio kecukupan modal, risiko likuiditas, biaya
operasional, diversifikasi pendapatan, inflasi dan pendapatan domestik bruto
secara simultan berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan pemaparan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang
ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
a. Untuk menganalisis pengaruh ukuran bank (size) terhadap profitabilitas Bank
Umum Syariah secara parsial
b. Untuk menganalisis pengaruh rasio kecukupan modal (CAR) terhadap
profitabilitas Bank Umum Syariah secara parsial
c. Untuk menganalisis pengaruh risiko likuiditas (FDR) terhadap profitabilitas
Bank Umum Syariah secara parsial
d. Untuk menganalisis pengaruh biaya operasional (BOPO) terhadap
profitabilitas Bank Umum Syariah secara parsial.
e. Untuk menganalisis pengaruh diversifikasi pendapatan terhadap profitabilitas
Bank Umum Syariah secara parsial
f. Untuk menganalisis pengaruh inflasi terhadap profitabilitas Bank Umum
Syariah secara parsial
g. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan domestik bruto terhadap
profitabilitas Bank Umum Syariah secara parsial
h. Untuk menganalisis pengaruh ukuran bank (size), rasio kecukupan modal
(CAR), risiko likuiditas (FDR), biaya operasional (BOPO), diversifikasi
pendapatan, inflasi dan pendapatan domestik bruto (PDB) secara simultan
terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh spesifikasi bank,
diversifikasi pendapatan dan makro ekonomi terhadap kinerja Bank Umum Syariah di
Indonesia. Adapun manfaat penelitian ini antara lain :
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi, informasi dan wawasan
teori tentang profitabilitas perbankan syariah.
b. Bagi akademisi dan pelaku bisnis, khususnya para investor, dapat menjadi
bukti empiris sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi.
c. Bagi pihak manajemen Bank Umum Syariah, dapat digunakan untuk
menyusun rencana/strategi jangka pendek ataupun jangka panjang dalam
upaya untuk mengoptimalkan kinerja keuangan.

Anda mungkin juga menyukai