TESIS
Disusun oleh :
Aulia 175168001
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
semua limpahan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang
berjudul “PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP EFISIENSI
BIAYA PERBANKAN SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN LAVERAGE
SEBAGAI VARIABEL MODERATING” ini meskipun dengan sangat sederhana.
Harapan penulis semoga tesis yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai
salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta
pengalaman, sehingga nantinya penulis dapat memperbaiki bentuk ataupun isi tesis ini
menjadi lebih baik lagi.
Aulia
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
Daftar Tabel ........................................................................................................... iii
Daftar Gambar....................................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitan ..................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 10
ii
3.1 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 28
3.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 28
3.2.1 Jenis Data ...................................................................................... 28
3.2.2 Sumber Data.................................................................................. 28
3.3 Populasi .................................................................................................. 29
3.4 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 30
3.5 Metode Analisis Data .............................................................................. 31
3.6 pengujian Hipotesis ................................................................................. 31
3.6.1 Uji Determinasi (R2) ...................................................................... 32
3.6.2 Uji T (parsial) ................................................................................ 32
3.7 Definisi Operasional Variabel ................................................................. 33
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................... 36
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................................... 37
4.1.1 Hasil Uji Deskriptif Statistik Intellectual Capital, Leverage, Total
Aset, Umur Bank dan BOPO Perbankan Syariah Di Indonesia ...... 37
4.2 Gambaran Umum Komponen Intellectual Capital (IC)………………... 37
4.2.1 Value Added Capital Employee..…………………………………37
4.2.2 Value Added Human Capital……………………………………..38
4.2.3 Structural Capital Value Added………………………………….39
4.2.4 Value Added Intellectual Capital………………………………...40
4.3 Analisis Data ............................................................................................ 41
4.3.1 uji asumsu klasik ......................................................................... 41
a. uji normalitas........................................................................... 41
b. uji multikolinieritas ................................................................. 42
c. uji autikorelasi ......................................................................... 43
4.3.2 Analisis Regresi Sederhana, Analisis Regresi Moderating dan
Analisis Regresi Berganda ......................................................... 44
4.3.3 Koefisien Determinasi .................................................................. 46
4.3.4 Uji T Parsial ................................................................................. 48
ii
4.4 Pembahasan .............................................................................................. 50
4.4.1 Pengaruh VAIC terhadap BOPO...................................................... 50
4.4.2 Pengaruh VAIC terhadap BOPO dimoderasi oleh leverage .............. 51
4.4.3 Pengaruh VACA terhadap BOPO .................................................... 52
4.4.4 Pengaruh VAHU Terhadap BOPO................................................... 53
4.4.5 Pengaruh STVA Terhadap BOPO .................................................... 54
4.5 Implikasi Manajerial ................................................................................ 55
BAB V Simpulan, Keterbatasan Penelitian dan Saran ..................................... 56
5.1 simpulan ................................................................................................ 56
5.2 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 57
5.3 Saran ...................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 58
Lampiran ............................................................................................................... 63
ABSTRAK
Perbankan menjadi salah satu Lembaga keuangan yang menjadi acuan penggerak
perekonomian suatu daerah maupun negara. Apabila perbankan dapat menjalankan fungsinya
dengan baik maka akan berdampak besar yaitu pada masyarakat dan juga keuangan daerah dan
negara. Keberhasilan perbankan dalam menjalankan fungsinya juga tidak telepas dari
kepercayaan yang diperoleh dari masyarakat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh intellectual capital dengan
komponen variabel Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Coefficient
(VAHU) dan Structural Capital Value Added (STVA) terhadap Kinerja Keuangan variabel
Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) pada bank syariah yang terdaftar di
OJK tahun 2014-2018. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank syariah yang terdaftar
di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan
menggunakan regresi linier berganda dengan dengan data panel menggunakan aplikasi SPSS
versi 20. Berdasarkan data, penelitian ini menemukan hasil bahwa VAIC berpengaruh secara
signifikan terhadap BOPO, Namun VAIC tidak berpengaruh tehadap BOPO jika dimoderasi
dengan leverage.
v
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
modal hubungan antar pihak-pihak yang terlibat dalam sebuah organisasi yang ada
pada suatu aktivitas bisnis. Intellectual capital diartikan sebagai modal yang
berbasis pengetahuan yang dimiliki oleh perusahaan yang dipercaya dapat
memberikan nilai dan manfaat ekonomis pada masa mendatang (Theriou,
Tsairidis, Maditinos, & Chatzoudes, 2011). Intellectual capital telah banyak
mendapatkan perhatian di berbagai perusahaan karena di yakini memiliki nilai
tambah selain dari asset berwujud atau bisa dikatakan bahwa asset tidak berwujud
dapat memberikan nilai lebih terhadap produktivitas perusahaan (Puspitosari,
2016). Beberapa para pakar mengatakan bahwa pembuatan sistem pelaporan yang
menggunakan sumber daya yang bersifat intangible sangat penting karena dapat
menjadikan laporan keuangan menjadi relavan dan lebih bermanfaat dalam
pengambilan keputusan perusahaan (Bornemann & Leitner, 2001).
Saat ini manajemen perusahaan lebih fokus dalam mengelola tangible assets
dari pada intangible asssts, hal tersebut dapat dilihat dari jarangnya perusahaan
melaporkan bagaimana sumber daya manusia diukur, dan disajikan pada laporan
keuangan. Banyak biaya yang sudah dikeluarkan perusahaan untuk pelatihan,
peningkatan kualitas karyawan, yang secara tidak langsung sumber daya manusia
tersebut dapat memberikan nilai tambah bagi produktivitas perusahaan
(Sawarjuwono & Kadir, 2003).
Terlebih pada perusahaan yang berbasis jasa lebih mengandalkan intellectual
capital yang terdapat pada pengetahuan dan kreativitas karyawan dari pada
physical capital berupa tanah, mesin dan modal moneter untuk memperoleh nilai
maksimal dari perusahaan (Bharathi, 2010). Pada bisnis perbankan merupakan
bisnis sektor jasa yang membutuhkan human capital dan customer capital dalam
jumlah yang besar dalam mempertahankan eksistensinya (Barathi, 2007).
Intellectual capital memberika lingkup yang sesuai untuk dilakukan penelitian
pada sektor jasa seperti perbankan karena modal pada sektor perbankan berfokus
pada pengetahuan (Mavridis, 2004).
2
Di Indonesia Intellectual Capital mulai dikenal sejak adanya PSAK No.19
(revisi 2011) tentang aset tidak berwujud. Menurut PSAK No.19, Aset tidak
berwujud adalah aset non moneter yang dapat di identifikasi dan tidak mempunyai
wujud fisik, serta dimiliki agar dapat digunakan dalam menghasilkan ataupun
menyerahkan barang maupun jasa, disewakan kepada pihak-pihak yang lain atau
untuk tujuan administratif (IAI, 2011).
Praktik pengelolaan intangible asset pada intellectual capital kini mulai
menjadi sorotan oleh berbagai perusahaan maupun lembaga keuangan seperti
perbankan syariah salah satunya. VAIC (Value Added Intellectual Capital) adalah
pengukuran dari intellectual capital yang umumnya digunakan secara
internasional, karena dapat memberikan hasil analisis yang komparatif dan hasil
pengukuran moneter dari intellectual capital (IC) diberbagai sektor bisnis. Lalu
dikembangkan lagi metode mengukur efisiensi dalam menghasilkan value added
atau nilai tambah dari kemampuan intelektual perusahaan. 3 jenis pengukuran
efisiensi VAIC yaitu Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital
Efficiency (SCE), dan Capital Employed Efficiency (CEE) (Pulic, 2004).
Lembaga keuangan perbankan menjadi salah satu sektor yang paling intensif
intellectual capital nya jika dilihat dari aspek intelektual yang secara menyeluruh
karyawan pada sektor perbankan lebih homogen daripada sektor ekonomi lainnya
(Mitchell Williams & Firer, 2003). Sejak terjadinya krisis moneter yang melanda
Indonesia pada tahun 1998 dan tahun 2009 yang dampaknya hampir dirasakan
merata pada negara-negara dunia namun bank syariah mengalami pengaruh yang
positif dari pada bank konvensional (Santi Dewi Lestari, Paramu, & Sukarno,
2012). Hal tersebut terjadi karena bank syariah menggunakan sistem bagi hasil
dalam investasinya sehingga resikonya tidak terlalu besar seperti yang dirasakan
bank konvensional pada saat itu.
Sejak saat terjadinya krisis moneter hingga saat ini lembaga keuangan syariah
baik itu asuransi, pegadaian maupun bank telah mendapatkan kepercayaan yang
besar dari masyarakat sehingga mengalami kemajuan yang pesat dikarenakan yang
3
berbasis prinsip syariah baik di Indonesia maupun dunia Internasional. Namun
pada tahun 2018 bank syariah mengalami pertumbuhan yang cukup pesat
diberbagai negara. Berikut merupakan tabel 1.1 mengenai perkembangan Industri
syariah pada 10 negara di dunia:
Tabel 1: 10 Negara dengan Perkembangan Syariah Terpesat
4
Tabel 1.2 Perkembangan Industri syariah di Indonesia pada tahun
2015-2018
2015 12 22
2016 13 21
2017 13 21
2018 14 20
Dari Table 1.2 diatas dapat dilihat bahwa bank Syariah di Indonesia mengalami
perkembangan yang cukup baik. Dari tahun 2015 sampai tahun 2018 Bank Umum
Syariah (BUS) mengalami peningkatan dan hal tersebut berbanding terbalik pada unit
usaha Syariah (UUS). Hal tersebut disebabkan karena keberhasilan bank dalam
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sehingga perbankan syariah yang dibawah
naungan bank konvensional (UUS) sudah mampu untuk berdiri sendiri.
Keberhasilan bank Syariah juga dapat dilihat dari kinerja keuangannya salah
satunya dari seberapa besar efisiensi dalam penggunaan biaya operasional sehingga
dapat memaksimalkan pendapatan yang diukur dengan menggunakan rasio Biaya
Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO). BOPO merupakan suatu rasio yang
digunakan perusahaan untuk melihat seberapa besar tingkat efisiensi yang digunakan.
Efisiensi bagi dunia bisnis saat ini menjadi indicator yang sangat penting untuk
mengukur kinerja keuangan dari keselurahn kegiatan perusahaan maupun perbankan.
Bagi bank efisiensi merupakan aspek yang harus diperhatikan untuk mencapai kinerja
keuangan yang berkelanjutan dan sehat (Wijayanto & Sutarno, 2010).
5
Berikut merupaka perkembangan BOPO pada Bank Syariah di Indonesia tahun
2015-2018.
BOPO
98
97.01
96 96.22
94.91
94
92
90
89.18
88
86
84
2015 2016 2017 2018
Dari grafik 1.1 diatas dapat dilihat bahwa perkembangan BOPO pada bank
Syariah dari tahun 2015-2018 mengalami penurunan. Pada tahun 2015 diperoleh
BOPO yaitu sebesar 97,01%, lalu pada tahun 2016 sampai 2018 terus mengalami
penurunan hingga sebesar 89,18%. Penurunan BOPO pada perbankan Syariah
disebabkan karena keberhasilan bank dalam mengelola IC dengan baik.
6
studi kasus yang dilakukan (Sunardi, 2019) dan (Nawaz & Haniffa, 2017) juga
menyatakan VAIC mempengaruhi kinerja keuangan yang diproxikan dengan dari 64
lembaga keuangan islam yang beroperasi di 18 negara didunia. Akan tetapi berbeda
pada penelitian (Kuryanto & Syafruddin, 2008) dan (Puspita, 2019) yang menyatakan
bahwa intellectual capital tidak dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
Namun pada penelitian (Soewarno, 2011) dan (Barathi, 2007) yang menyatakan
bahwa leverage berpengaruh dalam meningkatkan kinerja keuangan, sebagai moderasi
antara intellectual capital dengan kinerja keuangan. Hal tersebut disebabkan karena
leverage dapat menurunkan kinerja keuangan jika tidak diimbangi dengan intellectual
yang tinggi.
Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian lebih dalam
agar kinerja keuangan perbankan Syariah di Indonesia dapat lebih baik dari
sebelumnya. Jika perbankan bisa terus menunjukkan kinerja keuangannya dengan baik
maka secara langsung akan mempengaruhi keberlangsungan dimasa yang akan datang.
7
5. Apakah Structural Capital Value Added (STVA) berpengaruh terhadap Biaya
Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)?
8
3. Bagi masyarakat, dapat mengetahui bagaimana kinerja perbankan Syariah di
Indonesia dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi atau melakukan
pengajuan pembiayaan.
4. Peneliti selanjutnya, sebagai referensi untuk melakukan penelitian yang lebih
mendalam mengenai IC agar kinerja perbankan Syariah di Indonesia bisa lebih
baik dari sebelumnya.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
sebuah bentuk pengakuan yang diberikan kepada perusahaan atau organisasi yang telah
mengelola pengetahuannya (company knowledge) menjadi produk dan jasa atau
kinerja kompetitif yang dapat memberikan nilai lebih (Dwipayani, 2014). Nilai lebih
pada perusahaan dapat dihasilkan dari sumber daya fisik maupun kinerja keuangannya
(Ulum, 2007).
Pengelolaan Intellectual capital yang baik dapat meningkatkan kinerja dan
menciptakan nilai (value) terhadap perusahaan (Appuhami & Bhuyan, 2015).
Perusahaan dapat melakukan investasi yang lebih besar dengan adanya value creation
tersebut yang dapat menambah nilai intellectual.
Ketika intellectual capital dapat memberikan kontribusi yang baik bagi
perusahaaan hal tersebut menandakan bahwa usaha dari bisnis yang dijalan sudah
berjalan dengan baik dan bukan hanya berdampak pada kesejahteraan perusahaannya
saja tetapi juga pada para karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan, tidak
terlepas dalam islam ketika berbisnis itu tandanya ada pekerjaan yang sedang dijalani.
Dan dalam islam umat muslim mempunyai tanggung jawab untuk bekerja demi
kelangsungan hidupnya (Bahri, 2018). Allah SWT berfirman dalam Q.S. At-
Taubah:105: “Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-
Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi Muhammad SAW bersabda
“Pedagang yang jujur dan dapat dipercaya (penuh amanat) adalah bersama para nabi,
orangorang yang membenarkan risalah nabi dan para syuhada.” (HR. Tirmidzi, Kitab
Al-Buyu’ Bab Ma Ja-a Fit Tijaroti no. 1130). Hadist tersebut menjelaskan bahawa
islam sangat menjunjung tinggi bagi para pelaku usaha yang bekerja dengan jujur dan
amanah, artinya dengan baiknya pengelolaan intellectual capital dalam perusahaan
tidak terlepas dari sifat yang dianjurkan oleh Nabi SAW.
11
Elemen-elemen Intellectual capital secara umum dapat dibedakan menjadi 3
kategori sebagai berikut (Boekestein, 2006):
1. Human capital, yaitu pengertahuan, pengalaman dan keterampilan khusus
yang dimiliki sumber daya manusia pada suatu badan usaha dalam
menciptakan nilai ekonomi (Cohen & Kaimenakis, 2007). Terdapat
beberapa karakteristik dasar yang dapat digunakan dalam mengukur IC
yaitu, experience, learning programs, credential, competence, training
programs, recruitment, mentoring, individual potential and personality
(Sawarjuwono & Kadir, 2003). HC secara sederhana merepresentasikan
mengenai individual knowledge stock terhadap suatu organisasi yang
direpresentasikan oleh karyawannya (Nick Bontis, Chua Chong Keow, &
Richardson, 2000). Jika Perusahaan dapat mengembangkan pengetahuan
dan kemampuan sumber daya manusia (human capital) yang dimiliki secara
efisien maka dengan begitu kinerja perusahaan dapat meningkat.
2. Customer capital atau relation capital, yaitu kualitas membangun
hubungan antara sumber daya manusia yang ada pada suatu perusahaan
dengan pelanggan maupun pemerintah yang mengacu terhadap
pemeliharaan hubungan penting antar SDM dengan pelanggan maupun
pemasok dan meningkatkan kualitas pelayanan dan loyalitas kepada mitra
ataupun pelanggan (Chu, Lin, Hsiung, & Liu, 2006). Tema utama dari CC
ialah pengetahuan yang ada dalam marketing channels dan customer
relationship dimana suatu organisasi mengembangkannya melalui jalannya
sebuah bisnis. Dalam berbinis sangat membutuhkan karyawan yang cakap
dalam menjaga hubungan baik dengan mitra bisnis karena pada dasarnya
attitude yang baik akan membuat orang lain merasa nyaman dan tidak
berpindah kepada rekan bisnis yang lain.
3. Structural atau organizational capital, yaitu kontribusi atas kemampuan
dan keterampilan SDM yang digunakan pada struktur organisasi dalam
menciptakan nilai pada perusahaan(Ordonez de Pablos, 2005). Dalam
12
organisasi SC meliputi seluruh non-human storehouses of knowledge yaitu
seperti database, strategies, process manuals, organizational charts,
routines dan hal-hal yang dapat menaikkan lebih besar nilai perusahaan dari
pada nilai materialnya (Nick Bontis et al., 2000). jika dalam organisasi
memiliki prosedur dan budaya yang baik maka IC dapat mencapai kinerja
secara optimal. Structural capital menjadi salah satu infrastruktur dalam
perusahan untuk meningkatkan produktivitas karyawan.
Beberapa hal yang menjadi sebab utama VAIC digunakan dalam mengukur
kinerja pada suatu bisnis yaitu (Barathi, 2007) :
1. Intelektual pada suatu perusahaan memiliki potensi yang mana merupakan
sumber daya yang penting dalam mencapai kesuksesan perusahaan.
2. Agar dapat mencapai efisiensi intelektual tersebut sangat sederhana dan
merupakan strategi yang aman dalam menjamin untuk mecapai kesuksesan
perusahaan.
3. VAIC sudah terbukti oleh beberapa peneliti sebagai alat yang dapat
digunakan dalam mengukur IC perusahaan.
4. Adanya fakta bahwa perusahaan mempunyai biaya yang lebih tinggi terhadap
kemampuan intelektual dari pada physical capitalnya dan dengan VAIC
dapat ditemukan indikasi yang bisa dipercaya untuk kemampuan intelektual
13
yang dimilikinya, maka hal tersebut menjadi alasan yang tepat dalam
memberikan perhatian yang lebih terhadap potensi intelektual tersebut.
Model ini diawali dari kemampuan perusahaan dalam menciptakan value added
(VA). Va ialah indicator paling tepat dalam menilai keberhasilan suatu usaha dan
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam value creation (penciptaan nilai)(Pulic,
1998). VA dipengaruhi oleh efisiensi Human Capital (HC) dan Structural Capital
(SC).Berikut perhitungan untuk mencari VA:
VA = Output – Input
Out (output) merupakan representasi dari revenue dan mencakup semua jasa
dan produk yang dipasarkan, sedangkan in (input) meliputi semua biaya dan beban
yang digunakan dalam memperoleh revenue. Dalam model ini beban karyawan (labour
expense) tidak termasuk dalam input(Pew Tan, Plowman, & Hancock, 2007). Hal
tersebut disebabkan oleh peran aktifnya dalam proses penciptaan nilai (value creation),
sehingga intellectual potential (yang direpresentasikan dengan labour expenses) tidak
termasuk dalam perhitungan sebagai biaya (cost) dan tidak termasuk pada komponen
input(Pulic, 1998). Maka dari itu pada model public tenaga kerja diperlakukan sebagai
value creating entity (entitas penciptaan nilai) (Pew Tan et al., 2007). Selain itu VA
juga bisa dihitung dengan menjumlahkan akun-akun perusahaan seperti laba operasi,
beban karyawan, depresiasi, dan amortisasi. Berdasarkan uraian diatas maka
komponen-komponen pembentuk Intellectual Capital dapat diperhitungkan sebagai
berikut:
VACA merupakan value added (nilai tambah) yang dihasilkan oleh 1 unit dari
physical capital. VACA merupakan perbandingan VA (value added) terhadap model
fisik yang bekerja ( capital employed/CA). Capital employed terdiri atas data base
yang dapat menghubungkan antar personal dan belajar satu dengan lain, sehingga dapat
14
menumbuhkan sinergi yang disebabkan adanya kemudahan dalam berbagi
pengetahuan dan bekrja sama satu dengan yang lainnya dalam organisasi. Penciptaan
capital employed berhubungan dengan knowledge atau value dari seseorang yang tidak
mudah hilang jika yang bersangkutan keluar dari perusahaan karena knowledge yang
dimilikinya sudah dirangkum dalam data base dan perusahaan tidak akan kehilangan
value nya. Pada proses create value, intelektual potensial yang direpresentasikan dalam
beban karyawan tidak terhitung sebagai beban (input) (Pew Tan et al., 2007).
Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap 1 unit dari CE
terhadap value added pada organisasi.
VACA=VA/CE
Keterangan :
VA = Value Added
15
mengindikasikan seberapa besar VA yang dihasilkan oleh setiap rupiah terhadap
pengeluaran untuk pegawai(Pew Tan et al., 2007)
VAHU= VA / HU
Keterangan:
VAHU= Value Added Human Capital
VA =Value Added
HC =Human Capital (jumlah gaji karyawan/beban karyawan)
Keterangan : STVA = SC / VA
16
STVA =Structural Capital Value Added
SC = Structural Capital (VA-HC)
VA = Value Added.
Efisiensi dalam dunia bisnis menjadi salah satu indicator yang harus diperhatikan
untuk menilai kinerja yang terbaik. Dalam sebuah perusahaan maupun perbankan
kemampuan dalam menjalankan efisiensi kinerja keuangan merupakan langkah yang
dapat merealisasikan fungsi intermediasi secara optimal dan sapat meningkatkan nilai
pada perusahaan atau value of the firm (Sunardi, 2019).
Pada suatu perusahaan atau perbankan sebuah bisnis dapat dikatakan efisien apabila
perusahaan tersebut dapat memperoleh output yang maksimal dengan menggunakan
input yang dimiliki. Dalam mengukur efisiensi dan kinerja operasional perusahaan
dapat digunakan dengan membandingkan biaya operasional dan pendapatan
operasional (BOPO) (Wijayanto & Sutarno, 2010). Besarnya biaya operasional pada
sebuah perbankan maka menunkukkan semakin besar rasio BOPO yang dimiliki,
sehingga dapat menurukan profitabilitas yang akan didapat dan sebaliknya jika
semakin efisien biaya operasional bank maka menunjukkan semakin kecilnya angka
rasio BOPO pada bank tersebut (Sunardi, 2019). Biaya Operasional dan Pendapatan
Operasional (BOPO) diformulasikan sebagai berikut (Santi Dwie Lestari et al., 2018):
Biaya Operasional
𝐵𝑂𝑃𝑂 =
Pendapatan Operasional
17
2.4. Leverage
Leverage berasal dari pengelolaan dana ataupun aset, untuk meningkatkan laba
bagi pemilik perusahaan. Dalam konteks manajemen keuangan, leverage merupakan
dana yang menanggung biaya maupun beban tetap baik itu dana real asset maupun
financial asset. Set atau sumber dana adalah tidakan sebagai kekuatan dalam
meningkatkan kemampuan perusahaan agar mendapatkan profitabilitas yang tinggi.
Semakin besar leverage maka akan semakin besar juga fluktuasi laba yang akan
diperoleh yang akan berdampak pada semakin besar pula resiko yang akan diterima
perusahaan (Gitman & Zutter, 2015).
Pada bank Syariah pengukuran leverage menggunakan rasio kewajiban terhadap
ekuitas. Kewajiban merupakan sumber utama dalam mendapatkan laba dengan system
bagi hasil nisbah keuntungan yang ada dalam opersional bank Syariah (Rosiana, Arifin,
& Hamdani, 2015).
Leverage dalam bank Syariah digunakan untuk melihat kemampuan bank dalam
menyelesaikan kewajibannya pada pihak lain. Bank diharuskan menjelaskan kepada
investor ataupun pihak lainnya yang berkepentingan mengenai kemampuannya dalam
menyelesaikan kewajibannya. Perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi
cenderung akan terdorong untuk memberikan informasi dimana salah satunya
mengenai informasi social yang lebih pada pihak luar agar dapat terhindari dari asimetri
informasi dan ketidakpastian tentang prospek perusahaan kedepannya serta bertujuan
meyakinkan investor ataupun rekan dalam perjanjian kerja sama yang disepakati
(Febry Ramadhani, Desmiyawati, & Kurnia, 2016).
Leverage adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar pendapatan bagi hasil
perusahaan dalam menambah dana operasionalnya. Semakin tingginya kewajiban bank
maka akan mengakibatkan semakin tingginya nisbah bagi hasil yang akan dibagi.
(Adelina, 2012).
Bank yang memiliki leverage yang tinggi akan berpotensi mengalami pada sulitnys
mendapatkan pembiayaan baru dari pihak lain dimasa mendatang. Tetapi leverage
18
tidak selalu berdampak buruk bagi perusahaan karena dapat meningkatkan laba bagi
investor dan memanfaatkan keuntungan pajak yang terkait pembiayaan (Almajali,
Alamro, & Al-Soub, 2012). Berikut Untuk mengukur seberapa besar perbandingan
total kewajiban dengan total ekuitas, digunakan rumus :
Total Kewajiban
𝐿𝑒𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 =
Total Ekuitas
Table 2.1
Penelitian Terdahulu
No Judul peneliti Indicator Hasil penelitian
Penelitian
1 Determinants of financial Tasawar Nawaz Intellectual 1. VAIC
performance of Islamic Roszaini Hanifa Capital, kinerja berpengaruh
banks: An intellectual (2017) keuangan, total positif
capital perspektif asset, terhadap
kinerja
keuangan.
2. Secara
parsial CEE
dan HCE
berpengaruh
positif.
3. Secara
parsial SCE
tidak
signifikan
19
terhadap
kinerja
keuangan.
2 Intellectual capital and Abdul Latif Intellectual 1. VAIC
bank productivity in Alhassan Capital, kinerja berpengaruh
emerging markets: Nicholas keuangan positif
evidence from Ghana Asare(2016) terhadap
kinerja
keuangan.
2. Secara
parsial CEE
dan SCE
berpengaruh
positif.
3. Secara
parsial HCE
tidak
signifikan
terhadap
kinerja
keuangan.
3 Pengaruh intellectual Benny Intellectual Tidak ada pengaruh
capital terhadap kinerja Kuryanto, capital, kinerja positif antara IC
Muchamad keuangan dengan kinerja
Syafruddin keuangan
(2008)
4 Pengaruh IC terhadap Noorlailie IC, BOPO, 1. IC
kinerja keuangan dengan Soewarno LEVERAGE berpengaruh
ukuran, jenis industry, dan (2011) positif
leverage sebagai variable terhadap
moderating kinerja
keuangan.
2. Leverage
memoderasi
20
hubungan
antara
Intellectual
Capital dan
Kinerja
Keuangan
5 The intellectual capital G. Barathi IC, kinerja 1. Customer
performance of Indian Kamath keuangan, capital tidak
banking sector Leverage berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan.
2. Leverage
memoderasi
hubungan
antara
Intellectual
Capital dan
Kinerja
Keuangan.
21
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Pengaruh IC terhadap BOPO dimoderasi oleh
Leverage
Leverage
VAIC BOPO
22
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran VACA, VAHU dan STVA terhadap BOPO
VACA (X1)
BOPO
VAHU (X2)
STVA (X3)
2.7. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, hipotesis pada penelitian ini sebagai
berikut:
23
Semakin baik perusahaan dalam mengelola ketiga komponen Intellectual
Capital, menunjukkan semakin baik perusahaan dalam mengelola aset. Jika perusahaan
– perusahaan dapat memproduksi barang sesuai dengan kebutuhan konsumen,
memberikan servis yang memuaskan dan menjaga hubungan baik dengan
konsumennya, maka hal itu adalah keunggulan kompetitif akan dapat bersaing dan
bertahan di lingkungan bisnis yang berkembang pesat. Pengelolaan IC yang baik dapat
mengelola biaya opersional secara efisien sehingga menghasilkan profit yang tinggi.
Hal ini berarti bahwa perusahaan tersebut dapat menghasilkan laba yang lebih banyak
dengan aset yang sedikit (Faza dan Hidayah, 2014).
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Chen Goh, 2005; Nawaz &
Haniffa, 2017) yang menyatakan bahwa IC berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Dan peneltian ini juga sejalan dengan (Kamath, 2015; Siti Sendari & Isbanah, 2018)
yang menyatakan bahwa intellectual capital dapat menjadi sumber daya yang
berpotensi menghasilkan keunggulan kompetitif. Hal ini dikarena kontribusi nilai
tambah yang diperoleh dari VACA, VAHU dan STVA dalam menghasilkan laba setiap
perusahaan berbeda-beda. Namun pada penelitian (Putri & Nuzula, 2019) (Audreylia
& Ekadjaja, 2014)menyatakan hal yang berbeda bahwa IC tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan. Hal tersebut disebabkan karena pengelolaan IC bukan menjadi
prioritas bagi perusahaan namun masih berfokus pada pengembangan structural.
Berdasarkan penjelasan diatas penelitian ini mendukung pada penelitian (Nawaz &
Haniffa, 2017) (Chen Goh, 2005) sehingga diperoleh hipotesis pengaruh ic terhadap
kinerja keuangan sebagai berikut:
24
perusahaan maka akan mengakibatkan semakin tingginya beban bunga yang harus
dibayar. Komponen beban bunga dapat mengurangi laba sebelum kena pajak pada
perusahaan, sehingga beban pajak yang akan dibayar pun akan berkurang (Adelina,
2012).
25
Value added Capital Employee (VACA) menggambarkan kontribusi
pemahaman para pekerja terhadap perusahaan dalam menciptakan nilai tambah bagi
perusahaan dalam meningkatkan kinerja keuangan. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh (Aswin, 2016; Dženopoljac, Janoševic, & Bontis, 2016; Ozkan, Cakan,
& Kayacan, 2017) menyatakan bahwa VACA berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Namun pada penelitian (Putri & Nuzula, 2019) menyatakan bahwa VACA tidak
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
Sumber daya yang baik mampu meningkatkan penjualan dengan membangun
hubungan yang harmonis dengan para mitranya baik yang berasal dari pemasok yang
handal maupun berkualitas, dari kepuasan pelayanan yang dirasakan oleh pelanggan
dan hubungan yang baik antara perusahaan dengan pemerintah maupun masyarakat
sekitar. Sehinggan hubungan social perusahaan secara internal maupun eksternal yang
dikelola dengan baik dapat memberikan dampak pada produksi yang efisien dan dapat
meminimalkan biaya produksi yang tidak digunakan sehingga laba yang akan didapat
menjadi meningkat (Pasaribu, 2014). Berdasarkan penjelasan diatas maka penelitian
ini mendukung pada penelitan (Dženopoljac et al., 2016; Ozkan et al., 2017), maka
hipotesis VACA sebagai berikut:
H3 : VACA berpengaruh terhadap BOPO
26
(Ousama & Fatima, 2015) menunjukkan bahwa structural capital berpengaruh
terhadap kinerja keuangan. Namun bertentangan dengan penelitian (Nawaz & Haniffa,
2017) yang menyatakan bahwa structural capital yang tidak mampu meningkatkan
kinerja keuangan. Berdasarkan penjelasan diatas penelitian ini mendukung pada
penelitan (Ousama & Fatima, 2015; Solechan, 2017) maka diajukan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
H4 : STVA berpengaruh terhadap BOPO
27
BAB III
METODE PENELITIAN
28
“Data kuantitatif adalah data dalam angka dan lambing matematik atau dengan
kata lain dapat diukur dengan skala numerik” (Tanjung dan Devi, 2013:76). Data
tersebut diperoleh dari Laporan keuangan tahunan dari tahun 2001 sampai dengan
2018.
3.3 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang mempunyai satu karakteristik yang sama
(Purwanto, 2008:85). Menurut Sugiyono (2007:80), Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda
alam lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau
obyek itu.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank syariah yang tergabung
dalam BUS dan UUS di Indonesia.
Tabel 3.1 Daftar populasi pada BUS dan UUS di Indonesia:
29
12. PT. Bank Tabungan Pensiunan 9. PT BPD Jawa Tengah
Nasional Syariah 10. PT BPD Jawa Timur,
13. PT. Bank Aceh Syariah 11. PT BPD Sumatera Utara
14. PT. BPD Nusa Tenggara Barat 12. PT BPD Jambi
Syariah 13. PT BPD Sumatera Barat
14. PT BPD Riau dan Kepulauan
Riau
15. PT BPD Sumatera Selatan dan
Bangka Belitung
16. PT BPD Kalimantan Selatan
17. PT BPD Kalimantan Barat
18. PD BPD Kalimantan Timur
19. PT BPD Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Barat
(www.ojk.go.id)
30
literature lain yang berkaitan dengan penelitian ini yang bersifat Data Panel yaitu
gabungan antara data time series dan cross section tentang pengaruh intellectual
capital terhadap kinerja keuangan perbankan Syariah dengan menggunakan leverage
sebagai variable moderating pada perbankan syariah di Indonesia, Adapun data
tersebut diperoleh dari website Otoritas Jasa Keuangan (www.ojk.go.id).
X4 : Total Aset
31
X5 : Umur bank
εt : Kesalahan Pengganggu
Hipotesis dikatakan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Kebenaran dari hipotesis harus dibuktikan melalui data yang terkumpul.
Menurut Sugiyono (2007:94) hipotesis terbagi dua yaitu hipotesis penelitian dan
hipotesis statistik. Pengertian hipotesis penelitian seperti yang diatas. Selanjutnya
hipotesis statistik itu ada apabila penelitian bekerja dengan sampel. Apabila didalam
penelitian tidak menggunakan sampel, maka tidak terdapat hipotesis statistik. Untuk
menguji hipotesis, penelitian ini menggunakan uji koefisien determinasi (R 2), Uji F
(simultan) dan uji t (parsial).
32
3.7 Definisi Operasional Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel independen dan
variabel dependen. Variabel independen adalah pembiayaan VACA (X1), VAHU(X2),
STVA (X3), Leverage (X4), Total Aset (X5), Umur Bank (X6) sedangkan variabel
dependennya adalah BOPO (Y).
Tabel 3.2 Variabel Operasional
No Variable yang diukur Definisi
Independen
X1 = VACA VACA merupakan perbandingan VA (value
added) terhadap model fisik yang bekerja (
capital employed/CA). Capital employed terdiri
atas data base yang dapat menghubungkan antar
personal dan belajar satu dengan lain, sehingga
dapat menumbuhkan sinergi yang disebabkan
adanya kemudahan dalam berbagi pengetahuan
dan bekrja sama satu dengan yang lainnya
dalam organisasi(Pew Tan et al., 2007)
33
X3 = STVA STVA merupakan seberapa besar kontribusi
structural capital (SC) terhadap pembentukkan
value added. Salah satu bagian dari structural
capital ialah dapat menjalin hubungan yang
baik antara perusahaan dengan rekan maupun
mitranya, baik itu pemasok yang berkualitas dan
andal, pelanggan yang setia akan produk yang
dihasilkan oleh perusahaan dan merasa puas
dengan pelayanan yang berikan perusahaan,
serta hubungan perusahaan dengan lingkungan
sekitar dan pemerintah (Riahi-Belkaoui, 2002).
Moderating
X4 = Leverage Leverage (debt) adalah resio yang menunjukkan
seberapa besar hutang perusahaan dalam
membiayai operasionalnya. Semakin tingginya
tingkat utang perusahaan maka akan
mengakibatkan semakin tingginya beban bunga
yang harus dibayar. Komponen beban bunga
dapat mengurangi laba sebelum kena pajak pada
perusahaan, sehingga beban pajak yang akan
dibayar pun akan berkurang(Adelina, 2012).
Control
X5 = Total Asset Total aset merupakan ukuran yang relative lebih
stabil dibandingkan dengan ukuran lain dalam
mengukur ukuran perusahaan (Murdoko
34
Sudarmadji & Sularto, 2007). Rumus yang di
gunakan oleh ukuran perusahaan sebagai
berikut.
X6 = Umur Bank Perusahaan lebih tua mempunyai kinerja yang
lebih baik daripada yang lebih muda, karena
pengalaman mereka di pasar membantu mereka
mendapatkan keunggulan kompetitif melalui
penerapan yang lebih baik pada perekrutan staf,
produksi dan strategi pemasaran.(Irawan &
Achmad, 2014)
Dependen
Y = Biaya Operasional BOPO adalah rasio yang dapat digunakan untuk
dan Pendapatan mengukur kinerja bank dalam mneghasilkan
Operasional (BOPO) laba secara relative dibandingkan total assetnya.
Pada rasio ini mengukur keberhasilan kinerja
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih
berdasarkan pada tingkat asset
tertentu(Febriyanti Ramadhani et al., 2014).
.
35
BAB IV
Berdasarkan hasil pengolahan data keuangan tahunan yang terdiri dari PT Bank
Muamalat, PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Mega Syariah Indonesia periode
2001 sampai dengan 2018 maka diperoleh nilai statistic deskriptif, dengan nilai
minimum terendah yaitu sebesar 0.02 pada variable STVA yang terdapat pada PT Bank
Mega Syariah tahun 2015. Hal tersebut disebabkan karena lemahnya membangun
hubungan yang baik antara SDM dengan para mitra maupun nasabah sehingga
mengakibatkan adanya ketidakpuasan dalam pelayanan yang dirasakan oleh mitra
maupun nasabah yang berdampak pada menurunnya nilai tambah yang diperoleh bank.
Sedangkan untuk perolehan nilai maksimum dan mean tertinggi yaitu sebesar
113.87 dan 87.72 pada variabel BOPO. Nilai maksimum tertinggi juga diperoleh oleh
PT Bank Mega Syariah pada tahun 2001. Hal tersebut dapat disebabkan karena
Intellectual Capital (IC) yang dimiliki oleh PT Bank Mega Syariah belum dapat
36
dikelola dengan baik sehingga belum mampu meminimalisir biaya dan menekan angka
pendapatan.
Namun nilai mean BOPO yang diperoleh menunjukkan masih dalam batas yang
aman yaitu 87%, yang mana tidak melebihi batas maksimum sebesar 95% yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa bank Syariah selama
18 tahun terakhir mampu menunjukkan tingkat efisiensinya secara baik(Panjaitan &
Sadalia, 2013).
VACA
0.92
0.45 0.46
0.33
0.30
0.26
0.13
VACA
Value Added Capital Asset (VACA) merupakan nilai tambah dari kontribusi yang
dihasilkan oleh perbankan atau perusahaan dari pengelolaan physical asset yang
dimiliki. Grafik diatas memperlihatkan bahwa perkembangan VACA dalam 10 tahun
terakhir dari 2001 sampai 2018 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2001 diperoleh nilai
37
VACA sebesar 0.13 hingga tahun 2012 terus mengalami peningkatan yang signifikan
yaitu sebesar 0.92 lalu turun secara signifikan pada tahun 2014 sampai 2018 dengan
nilai perolehan yaitu sebesar 0.33. Hal tersebut menunjukkan bahwa perbankan Syariah
secara konsistensi belum mampu mengelola dengan baik physical asset yang dimiliki.
VAHU
6.28
2.83
2.46
1.95 1.86
1.13 1.02
VAHU
Value Added Human Capital (VAHU) merupakan nilai tambah dari kontribusi yang
dihasilkan oleh tenaga kerja dalam berinovasi untuk menarik konsumen dan membuat
konsumen loyal pada perusahaan atau bank. Grafik diatas memperlihatkan bahwa
perkembangan VAHU dalam 10 tahun terakhir dari 2001 sampai 2018 mengalami
flukatiatif. Dari tahun 2001 sampai 2007 VAHU mengalami kenaikan yang signifikan
hingga diperoleh nilai 6.28, lalu mengalami penurunan yang signifikan pada tahun
2014 dengan nilai sebesar 1.13 lalu naik kembali pada tahun 2016 dengan nilai sebesar
1.86 kemudian hingga tahun 2018 turun menjadi 1.02. Hal tersebut menunjukkan
38
bahwa perbankan Syariah belum mampu memiliki tenaga kerja yang berkompeten.
Pentingnya memiliki tenaga kerja atau sumber daya manusia yang berkompeten bagi
perusahaan maupun bank agar bank tetap mampu mempertahankan eksistensinya dan
tenaga kerja yang merupakan komponen paling penting dalam menjalankan bisnis
karena dengan adanya tenaga kerja yang berkompeten maka elemen- elemen yang ada
pada perusahaan tidak dapat berjalan dengan baik.
STVA
0.84
0.64
0.46 0.46
0.32
0.02
2001 2004 2007 2013 2015 2018
STVA
Structural Capital Value Added (STVA) merupakan nilai tambah dari kontribusi
yang dihasilkan atas kemampuan dan ketrampilan SDM yang digunakan pada struktur
organisasi dalam meningkatkan nilai VA. Grafik diatas memperlihatkan bahwa
perkembangan VAHU dalam 10 tahun terakhir dari 2001 sampai 2018 mengalami
peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2001 sampai 2007 VAHU mengalami
39
peningkatan dengan nilai sebesar 0.84 lalu pada tahun 2013 dan 2015 mengalami
penurunan yang signifikan dengan nilai sebesar 0.02 lalu naik kembali secara
signifikan hingga 2018 sebesar 0.32.
VAIC
7.74
4.68
2.98
2.11
1.58
1.25
VAIC
40
Bad Performers : Nilai VAIC < 1,5
Berdasarkan table 4.4 perkembangan VAIC dalam waktu 10 tahun terakhir dari
tahun 2001 sampai 2018 mengalami fluktuatif. Dari tahun 2001 sampai 2007
mengalami kenaikan yang signifikan yaitu sebesar 7.74 lalu pada tahun 2017
mengalami penurunan yang signifikan sebesar 1.25 dan mengalami kenaikan kembali
pada tahun 2018 yaitu sebesar 2.11. Berdasarkan uji statistic deskriptif yang terdapat
pada table 4.1 Nilai rata-rata VAIC diperoleh sebesar 2.74 maka dari itu VAIC
Perbankan Syariah di Indonesia periode 2001 sampai 2018 dikategori dalam good
performers.
Dalam uji asumsi klasik maka akan dilakukan uji normalitas, uji multikolinieritas
dan uji autokorelasi pada variabel dependen yaitu BOPO dan variabel independent
yaitu VAIC, Leverage, Total Aset dan Umur Bank .
a. Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas adalah untuk menguji model regresi, variable
independent dan dependen berditribusi normal atau tidak. Model yang
berdidtribusi normal atau mendekati normal adalah model regresi yang baik.
Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan
Kolmogorov smirnov dimana Jika nilai signifikansi yang dihasilkan pada
metode ini lebih besar dari 0,05 artinya data berdistribusi normal. Berikut ini
merupakan hasil uji normalitas hasil uji normalitas dengan software SPSS 22
sebagai berikut:
41
Table 4.2 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan table 4.2 diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.094 yang
berarti data berdistribusi normal karena 0.200 > 0.05.
b. Uji Multikolinieritas
Tujuan Uji Multikolinieritas adalah untuk mengetahui model regresi pada masing-
masing variable independent (bebas) secara linier saling berhubungan atau tidak.
Dalam penelitian ini menggunakan nilai variance factor (VIF) untuk mengetahui ada
atau tidaknya multikolinieritas diantara variable bebas dimana apabila nilai VIF < 10
maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat multikolinieritas.
42
Tabel 4.3 Uji Multikolinieritas
Berdasarkan table 4.3 semua variable bebas memiliki nilai < 10, hal tersebut
meunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas pada variable bebas dalam
penelitian ini.
c. Uji Autokorelasi
Tujuan uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah ada korelasi antar kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t –
1sebelumnya. Apabila adanya korelasi maka dikatakan ada masalah autokorelasi.
43
Berdasarkan table 4.4 maka diperoleh nilai DW (Durbin-Watson) sebesar 2.122
dengan jumlah variable bebas (k) sebanyak 7 yang terdiri dari VAIC, Leverage,
VAICxLeverage, Total Aset dan Umur Bank dan N sebanyak 54 dan menggunakan
signifikansi α=0.05. Autokorelasi tidak akan terjadi apabila nilai du < DW < 4-du.
Maka diperoleh nilai du = 1.7684 dan 4-du = 2.2316, jadi pada penelitian ini terbebas
dari autokorelasi setelah dilakukan transformasi Cochrane orcut dengan memiliki nilai
1.7684 < 2.122 < 2.2316.
Regresi Berganda
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dari variable bebas yang
terdiri VAIC, terhadap variable terikat yaitu BOPO. Berikut persamaan dari Analisis
regrresi pada penelitian ini adalah:
Berdasarkan hasil analisis diatas maka dikatakan bahwa apabila variable VAIC
tidak mempengaruhi BOPO (0), maka besarnya nila BOPO yaitu 98.424. sedangkan
44
untuk variable VAIC memiliki nilai negatif yaitu sebesar –3.903 dan signifikan yang
mana berarti bahwa apabila VAIC meningkat satu satuan maka dapat menurunkan
BOPO sebesar –3.903.
45
Tabel 4.7 Analisis Regresi Berganda
Variable VAHU memiliki nilai positif yaitu sebesar 12.712 tetapi tidak
signifikan. Hal tersebut berarti bahwa apabila VAHU meningkat satu satuan maka
dapat meningkatkan BOPO sebesar 12.712.
Variable STVA memiliki nilai negatif yaitu sebesar - 29.768 dan signifikan. Hal
tersebut berarti bahwa apabila STVA meningkat satu satuan maka dapat menurunkan
BOPO sebesar -29.768.
Untuk melihat seberapa besar pengaruh IC terhadap BOPO. Berikut hasil uji
koefisien determinasi:
46
Table 4.7 Pengaruh IC terhadap BOPO
Pada table 4.7 menunjukkan bahwa diperoleh nilai R2 yaitu sebesar 0,309, hal ini
memperlihatkan bahwa VAIC berkontribusi sebesar 30,9% terhadap BOPO.
Sedangkan untuk sisanya yaitu 69,1% merupakan dipengaruhi oleh variable lain yang
tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
47
Sedangkan pada table 4.8 menunjukkan bahwa diperoleh nilai R2 yaitu sebesar
0,443, hal ini memperlihatkan bahwa VAIC berkontribusi sebesar 44,3% terhadap
BOPO setelah di moderasi oleh variable leverage dan adanya variable control yaitu
total asset dan umur bank. Sedangkan untuk sisanya yaitu 55,7% merupakan
dipengaruhi oleh variable lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Sedangkan pada table 4.9 menunjukkan bahwa diperoleh nilai R2 yaitu sebesar
0,450, hal ini memperlihatkan bahwa VACA, VAHU dan STVA berkontribusi sebesar
45,0% terhadap BOPO. Sedangkan untuk sisanya yaitu 55% merupakan dipengaruhi
oleh variable lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Berdasarkan table 5.0 maka diperoleh nilai dari T table sebesar 1.67655 diperoleh
dari df= n-k-1 (df= 54-1-1) . Sedangkan T hitung diperoleh sebesar -4.825 maka T
hitung < t table (- 4.825 < 1.67469) dan 0.000 < 0.05, maka dikatakan bahwa H0 diterima
dan H1 ditolak yang berarti bahwa terdapat tidak ada pengaruh signifikan antara VAIC
dengan BOPO.
48
Tabel 5.1 Uji T Analisis Regresi Moderating
Berdasarkan table 5.1 maka diperoleh nilai dari T table sebesar 2.01063 diperoleh
dari df= n-k-1 (df= 54-5-1) . Sedangkan T hitung diperoleh sebesar -0.645 maka T
hitung < f table ( -0.645 < 1.67722) dan 0.05 < 0.522, maka dikatakan bahwa H0
diterima dan H1 ditolak yang berarti bahawa leverage tidak dapat mempengaruhi secara
signifikan antara IC dengan BOPO.
Berdasarkan table 5.2 maka diperoleh nilai dari T table sebesar 1.67591diperoleh
dari df= n-k-1 (df= 54-3-1) . Sedangkan T hitung pada setiap variable akan dijabarkan
sebagai berikut:
1. Variable VACA diperoleh sebesar -2.253 maka T hitung < t table ( -2.253 <
1.67591) dan 0.029 < 0.05. Maka dikatakan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima
yang berarti bahwa terdapat pengaruh signifikan antara VACA dengan BOPO.
2. Variable VAHU diperoleh sebesar 0.960 maka T hitung < t table ( 0.960 <
1.67591) dan 0.05 < 0.342. Maka dikatakan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak
49
yang berarti bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara VAHU dengan
BOPO.
3. Variable STVA diperoleh sebesar -3.551 maka T hitung < t table ( -3.551 <
1.67591) dan 0.001 < 0.05. Maka dikatakan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima
yang berarti bahawa terdapat pengaruh signifikan antara STVA dengan BOPO.
4.4. PEMBAHASAN
Tujuan dari penelitian ini untuk melihat pengaruh IC terhadap BOPO dengan di
moderasi oleh leverage dan penelitian ini juga bertujuan untuk melihat bagaimana
pengaruh 3 komponen VAIC yang terdiri dari VACA, VAHU dan STVA terhadap
BOPO. Maka pembahasan setiap variable sebagai berikut:
Intellectual Capital (IC) yang tinggi jika tidak diimbangi dengan pengelolaan
yang baik maka akan berdampak pada pengelolaan biaya operasional secara tidak
efisiensi sehingga meningkatkan rasio BOPO. Hal tersebut dikarenakan bank belum
mampu focus mengelola IC yang dimiliki sehingga biaya yang digunakan belum
mampu digunakan secara minimal. Semakin tinggi rasio BOPO yang ada pada
perusahaan maka menunjukkan bahwa perusahaan tersebut belum mampu
memperbaiki kinerja keuangannya.
50
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya (Nawaz & Haniffa,
2017) yang mengatakan bahwa VAIC berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada 64
bank Syariah yang terdiri atas 18 negara dan pada penelitian (Sunardi, 2019) yang
mengatakan bahwa VAIC berpengaruh terhadap BOPO pada perbankan syariah di
Indonesia. Namun berbeda dengan penelitian (Audreylia & Ekadjaja, 2014; Soheili,
2012) yang mengatakan bahwa VAIC tidak memiliki pengaruh terhadap BOPO. Hal
tersebut disebabkan karena pengembangan IC pada dunia perbankan belum menjadi
prioritas melainkan masih berorientasi pada pengembangan structural yang lebih
berfokus pada skala ekonomis, efisiensi dan kecukupan modal. Maka dari itu
pentingnya bagi perbankan Syariah untuk terus memperhatikan dan memprioritaskan
pengelolaan IC karena semakin kecil rasio BOPO yang digunakan menunjukkan bahwa
semakin baiknya pengelolaan IC yang dimiliki oleh bank.
51
sehingga menyebabkan belum mampu menekan biaya operasional menjadi lebih
efisiensi yang digunakan bank.
Leverage yang tinggi dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam
berinvestasi untuk pembuatan sistemn informasi yang dapat mendorong persaingan
bisnis tetapi jika pendapatan dari pengelolaan dana yang diperoleh kecil sehingga
pembagian atas bagi hasil pendanaan juga kecil maka akan mempersulit untuk
memperoleh pendanaan karena bank tidak mampu mengelola keuanganya dengan baik
(Soewarno, 2011). Maka dari itu kemampuan IC yang tinggi akan mampu mengelola
dana dengan baik sehingga dapat memperoleh bagi hasil yang sesuai diharapkan agar
tidak memudarnya kepercayaan yang diberi oleh nasabah.
52
4.4.4 Pengaruh VAHU terhadap BOPO
Hasil dari peneltian ini membuktikan bahwa VAHU tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap bopo. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sbelumnya
(Khalique, Ramayah, Shah, & Iqbal, 2019) yang menyatakan bahwa human capital
berperan penting dalam memperbaiki kinerja keuangan karena tanpa human capital
yang berkompeten maka perusahaa akan sulit untuk mengatur biaya operasional
semaksimal mungkin. Pentingnya meningkatkan biaya karyawan juga harus menjadi
salah satupusat perhatian perusahaan karena apabila human capital dapat ditingkatkan
maka secara langsung mereka dapat berkontribusi untuk menigkatkan profitabilitas
(Gupta, 2015).
Namun penelitian ini sejalan dengan penelitian (Alhassan & Asare, 2016)
menyatakan bahwa Human capital efficiency yang tidak berpengaruh signifikan
terhadap rasio biaya operasional. Hal ini berarti sumber daya manusia di bidang
perbankan masih belum dapat menurunkan rasio biaya operasional. Salah satu masalah
dalam pengelolaan sumber daya manusia adalah tingginya rasio perputaran karyawan
di sektor perbankan. Rasio perputaran karyawan yang tinggi menyebabkan inefisiensi
operasi. Rasio perputaran karyawan perbankan mayoritas berada pada kisaran level 10
– 20% per tahun berdasarkan survey yang dilakukan PricewaterhouseCoopers pada
2012. Artinya, untuk menjadi lebih efisien dalam menjalankan operasinya, bank juga
harus mempertimbangkan sektor sumber daya manusia.
Untuk meningkatkan profitabilitas manajemen harus meningkatkan VAHU
khusunya dengan meningkatkan biaya karyawan karena dinilai teralu kecil dengan
meningkatkan human capital secara langsung akan meningkatkan profit perusahaan.
Oleh karena itu diharapkan perbankan Syariah mampu memberika biaya karyawan
yang sesuai dengan kebutuhan mereka agar human capital yang dimiliki mampu
meningkatkan skill untuk berkontribusi pada bank.
53
4.4.5 Pengaruh STVA terhadap BOPO
Pada penelitian ini pengaruh STVA terhadap BOPO membuktikan bahwa adanya
pengaruh yang signifikan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Ousama & Fatima,
2015; Solechan, 2017) yang menyatakan bahwa structural capital berpengaruh
terhadap kinerja keuangan karena terdapat berbagai faktor yang menyebabkan SCE
telah sepenuhnya mampu untuk meningkatkan laba perusahaan. Ada indikasi bahwa
jumlah Structural Capital (SC) yang dibutuhkan oleh perusahaan telah mampu untuk
memenuhi proses rutinitas perusahaan dalam menghasilkan kinerja yang optimal,
dengan diiringi oleh pengelolaan Structural Capital yang baik seperti pengelolaan
sistem, prosedur, database, akan memperlancar operasional.
Hal ini berlawanan dengan penelitian yang dilakukan (Wahdikorin 2010)(Nawaz &
Haniffa, 2017) yang menyatakan bahwa SCE tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan. Menurut (Chen et al. 2005) diduga SCE bukan merupakan indikator
yang baik dalam menjelaskan Structural Capital perusahaan. Structural Capital hanya
diukur dengan menggunakan Value Added (VA) dikurangi dengan Human Capital
(HC). Cara pengukuran ini diindikasikan tidak mampu menangkap bentuk keseluruhan
dari Structural Capital. Peningkatan structural capital juga harus menjadi focus bagi
perbankan Syariah karena tanpa lingkungan dan budaya organisasi yang baik tentu
akan mengganggu rasa comfortable yang dimiliki oleh SDM, maka dengan begitu akan
mempersulit SDM untuk membuat strategi marketing yang baik untuk menarik minat
masyarakat. Semakin banyak masyarakat yang tertarik akan produk suatu bank akan
54
semakin bagus bagi perbankan karena menunjukkan bahwa semakin bagusnya kinerja
yang dimiliki oleh bank tersebut.
55
BAB 5
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang terdapat pada bab sebelumnya
maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
56
5.2 Keterbatasan
Keterbatasan pada penelitian ini adalah keterbatasan variable dan data yang
digunakan yang disebabkan keterbatasan informasi yang didapat peneliti. Maka
dari itu untuk memajukan industry perbankan Syariah diharapkan bagi peneliti
selanjutnya untuk meneliti lebih dalam agar dapat diketahui variable-variabel
terbaru apa saja yang dapat digunkan sebagai acuan bank Syariah untuk
memperbaiki kinerjanya.
5.3 Saran
1. Hasil pada penelitian ini dapat dijadikan sebagai literatur untuk dunia
pendidikan agar dapat menambah referensi bagi peneliti selanjutnya terkait
pengelolaan IC Bank Syariah.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan oleh OJK selaku regulator yang
membuat dan menerapkan kebijakan operasional lembaga keuangan untuk
mengevaluasi bagi kelangsungan perbankan kedepannya mengenai pengelolaan
aset tidak berwujud yang dimiliki oleh bank.
57
DAFTAR PUSTAKA
58
Dženopoljac, V., Janoševic, S., & Bontis, N. (2016). Intellectual capital and financial
performance in the Serbian ICT industry. Journal of Intellectual Capital, 17(2),
373-396.
Dzinkowski, R., et al. (1998). The Measurement and Management of Intellectual
Capital: An Introduction.
El‐Bannany, M. (2012). "Global financial crisis and the intellectual capital
performance of UAE banks." Journal of Human Resource Costing &
Accounting 16(1): 20-36.
Fahmi, I. (2011). Analisis laporan keuangan, Bandung: Alfabeta.
Faradina, I. (2016). "Pengaruh Intellectual Capital Dan Intellectual Capital Disclosur
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan." E-Jurnal Akuntansi: 1623-1653.
Gitman, L. and C. Zutter (2015). Principles of Managerial Finance (14th Edition).
Gupta, T. S. S. M. M. (2015). "Intellectual Capital & Firm Profitability: An Empirical
Study on the IT Sector listed in NSE." Global Journal Of Multidisciplinary
Studies 4(4).
Hurwitz, J., et al. (2002). The linkage between management practices, intangibles
performance and stock returns.
IAI (2011). " Standar Akuntansi dan Keuangan." Jakarta: Salemba Empat.
Irawan, I. F., & Achmad, T. (2014). Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap
Kinerja Intellectual Capital Dengan Struktur Kepemilikan Sebagai Variabel
Moderating. Diponegoro Journal of Accounting, 3(2), 646-656.
Kamath, B. (2010). The Intellectual Capital Performance of Banking Sector in
Pakistan.
Khalique, M., Ramayah, T., Shah, M. T. A., & Iqbal, Z. (2019). Intellectual Capital
and Financial Performance of Banks in Sialkot Pakistan. Journal of
Management Sciences, 6(1), 50-61.
Kuryanto, B. and M. Syafruddin (2008). "Pengaruh modal intelektual terhadap kinerja
perusahaan."
Kuspinta, T. D. and A. Husaini (2018). " Pengaruh Intellectual Capital Terhadap
Profitabilitas Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2014-2016)." Jurnal Administrasi Bisnis
56(1).
Lestari, S. D., et al. (2012). "Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan
Perbankan Syariah Di Indonesia" Jurnal Ekonomi dan Keuangan.
Lestari, S. D., Paramu, H., & Sukarno, H. (2018). Pengaruh intellectual capital terhadap
kinerja keuangan perbankan syari’ah di Indonesia. EKUITAS (Jurnal Ekonomi
dan Keuangan), 20(3), 346-366.
Mavridis, D. G. (2004). "The intellectual capital performance of the Japanese banking
sector." Journal of Intellectual Capital 5(1): 92-115.
Mitchell Williams, S. and S. Firer (2003). "Intellectual capital and traditional measures
of corporate performance." Journal of Intellectual Capital 4(3): 348-360.
59
Murdoko Sudarmadji, A., & Sularto, L. (2007). Pengaruh ukuran perusahaan,
profitabilitas, leverage, dan tipe kepemilikan perusahaan terhadap luas
voluntary disclosure laporan keuangan tahunan. Paper presented at the
Seminar Ilmiah Nasional PESAT 2007.
Nawaz, T. and R. Haniffa (2017). "Determinants of financial performance of Islamic
banks: an intellectual capital perspective." Journal of Islamic Accounting and
Business Research 8(2): 130-142.
Olivia, S., & Hatane, S. E. (2015). Pengaruh Value Added Intellectual Capital
Terhadap Kinerja Keuangan Dan Nilai Pasar Perusahaan Khususnya Di Industri
Perdagangan Jasa Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008–2013.
Business Accounting Review, 3(1), 45-54.
Ordonez de Pablos, P. (2005). "Intellectual capital reports in India: lessons from a case
study." Journal of Intellectual Capital 6(1): 141-149.
Ousama, A. A., & Fatima, A. H. (2015). Intellectual capital and financial performance
of Islamic banks. International Journal of Learning and Intellectual Capital,
12(1).
Ozkan, N., Cakan, S., & Kayacan, M. (2017). Intellectual capital and financial
performance: A study of the Turkish Banking Sector. Borsa Istanbul Review,
17(3), 190-198.
Panjaitan, I. D. B., & Sadalia, I. (2013). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja
Keuangan Pada Bank Pembangunan Daerah Di Indonesia. Jurnal Media
Informasi Manajemen, 1(4).
Pasaribu, R. (2014). Pengaruh Intellectual Capital, BOPO, DER, dan LDR Terhadap
Return On Equity Emiten Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode 2008–
2012. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 8(3), 151-160.
Pew Tan, H., et al. (2007). "Intellectual capital and financial returns of companies."
Journal of Intellectual Capital 8(1): 76-95.
Prasetio, F. and Rahardja (2015). "PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL
TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN." journal of
Accounting 4: 1-12.
Pulic, A. (1998). Measuring the performance of intellectual potential in knowledge
economy. 2nd McMaster Word Congress on Measuring and Managing
Intellectual Capital by the Austrian Team for Intellectual Potential.
Pulic, A. (2004). "Intellectual capital – does it create or destroy value?" Measuring
Business Excellence 8(1): 62-68.
Puspita, G. (2019). Intellectual Capital Dan Kinerja Keuangan Perspektif camels: Studi
Empiris Pada Perbankan Syariah Di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Terpadu,
12(1).
Puspitosari, I. (2016). "The Impact of Intellectual Capital on Banking Sectors Financial
Performance " EBBANK 7: 43-53.
60
Putri, S. D., & Nuzula, N. F. (2019). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja
Keuangan Dan Nilai Perusahan (Studi pada Perusahaan Sektor Manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2017). Jurnal
Administrasi Bisnis, 66(1), 28-36.
Ramadhani, F., et al. (2014). "Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun
2010-2012." Jurnal Cakrawala Akuntansi ISSN 1979: 4851.
Ramadhani, F., Desmiyawati, D., & Kurnia, P. (2016). Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage Dan Ukuran Dewan Pengawas Syariah Terhadap
Pengungkapan Islamic Social Reporting (Studi Empiris Pada Bank Umum
Syariah Di Indonesia Tahun 2010-2014). Jurnal Online Mahasiswa Fakultas
Ekonomi Universitas Riau, 3(1), 2487-2500.
Rehman, W., et al. (2011). Intellectual capital performance and its impact on financial
returns of companies: An empirical study from insurance sector of Pakistan.
Riahi-Belkaoui, A. (2002). Intellectual Capital and Firm Performance of U.S.
Multinational Firms: A Study of the Resource-Based and Stakeholder Views.
Rosiana, R., Arifin, B., & Hamdani, M. (2015). Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage, dan Islamic Governance Score Terhadap
Pengungkapan Islamic Social Reporting (Studi Empiris pada Bank Umum
Syariah di Indonesia Tahun 2010-2012). Esensi: Jurnal Bisnis dan Manajemen,
5(1).
Sawarjuwono, T. and A. P. Kadir (2003). "Intellectual Capital: Perlakuan,Pengukuran,
dan Pelaporan (sebuah library research)." Akuntansi dan Keuangan 5: 35-37.
Soewarno, N. (2011). "Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan
dengan Ukuran, Jenis Industri, dan Leverage sebagai Variabel Moderating."
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Airlangga (JEBA)| Journal of Economics and
Business Airlangga 21(2).
Soheili, S. d. P., Abdollah. (2012). Intellectual Capital Performance (Evidence from
Iranian Banks. Australian Journal of Basic and Applied Sciences.
Solechan, A. (2017). Pengaruh efisiensi modal intelektual terhadap kinerja keuangan
perusahaan di Indonesia. Jurnal Kajian Akuntansi, 1(1).
Stewart, T. and C. Ruckdeschel (1998). "Intellectual capital: The new wealth of
organizations." Performance Improvement 37(7): 56-59.
Sudarsono, H. (2017). "Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Profitabilitas
Bank Syariah di Indonesia" Jurnal Ekonomi Islam 8: 175 - 203.
Sunardi, N. (2019). Determinan Intelectual Capital dengan Pendekatan iB-VAIC™
Terhadap Efisiensi Biaya Implikasinya Pada Profitabilitas Perbankan Syariah
di Indonesia.
Sveiby, K. E. (1998). Intellectual capital: thinking ahead.
Theriou, G., et al. (2011). "The impact of intellectual capital on firms' market value and
financial performance." Journal of Intellectual Capital 12(1): 132-151.
Ulum, I. (2007). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Perbankan Di Indonesia.
61
Wijayanto, A., & Sutarno, S. (2010). Kinerja Efisiensi Fungsi Intermediasi Bank
Persero Di Indonesia Dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis (Dea).
Jurnal Keuangan dan Perbankan, 14(1), 110-121.
Widowati,H.(2019).https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/05/14/indonesia-
masuk daftar-10-negara-yang-pasar-keuangan-syariahnya-tumbuh-pesat.
62
LAMPIRAN 1
63
LAMPIRAN 2
Aulia1
{Aulia.kps17@polban.ac.id1}
Politeknik Negeri Bandung, Bandung, Jl. Gegerkalong Hilir, West Bandung, 40012
Abstract. The purpose of this study was to examine the effect of Intellectual Capital (IC)
on Financial Performance which is proxied by Operational Costs to Operating Income
(OCOI) and moderated by Leverage on Islamic Banking in Indonesia for annual periods
from 2001 to 2018. The results of this study showed that IC can influence OCOI, but
Leverage could not moderate the IC relationship to OCOI so that it had a negative and
not significant value. The results of this study could be considered by Islamic banks in
Indonesia to improve IC quality and financial performance.
1 Introduction
64
Banking financial institutions are one of the most intensive sectors of IC when viewed
from an intellectual aspect that is more thoroughly homogeneous among employees in the
banking sector than other economic sectors[5].
Since the monetary crisis that hit Indonesia in 1998 and in 2009, the impact was almost felt
evenly in world countries but Islamic banks experienced a positive influence than
conventional banks[6]. One of the successes achieved by Islamic banks is that they can reduce
Operational Costs and Operational Income (OCOI) with minimal so that it can be said that
banks can show efficiency, so that the profitability to be obtained is also higher. High banking
efficiency shows that banks are able to run their business effectively[7].
The following is a graph of the development of Islamic banking OCOI in Indonesia from
2016-2019, namely:
Based on the above data, there is a decrease in the percentage of OCOI from 2015-2017
but there was a significant increase in 2018 and then declined again in 2019. This shows that
banks can carry out their activities effectively and efficiently despite the increase in the OCOI
percentage in 2018. It is necessary to do further research to find out how the influence of
Intellectual Capital on Operational Costs and Operating Income or are there other variables
that can improve the quality of OCOI in Islamic banking in Indonesia. But the high or low
percentage of debt in a company or commonly referred to as the leverage variable can also
affect the financial performance of companies and banks if it is balanced with a high
intellectual capital[3, 8]. But too much leverage can also be dangerous for the development of
the Company's Financial Performance in the future.
2 Literature Review
2.1 Intellectual Capital
Intellectual Capital (IC) is an intangible asset that has the potential to give more value to
companies and society such as copyright, intellectual property rights and franchising[4].
Whereas according to[9] intellectual capital is one of the strategic assets that has an important
role in economic-based knowledge [10]. In this study, the independent variable is intellectual
capital which consists of three components, namely Capital Employed (CE), Human Capital
65
(HC), and Structural Capital (SC). The combination of the three added values is symbolized
by the name Value Added Intellectual Capital (VAIC) developed[11]. Intellectual Capital is
measured by value added or Value Added (VA). VA is calculated by finding the difference
between output and input. Where outpun consists of total net sales and other income - other.
While input consists of expenses and other costs (other than employee salaries)[11].
Capital Employed (CE) shows the contribution that is made for each capital invested in the
company. The CE value is obtained from available funds (equity and net income)[12].
Value Added Capital Employed (VACA) can be calculated with the following formula:
Human Capital (HC) reflects the collective ability to produce the best solutions based on
the knowledge held by people in the company to add value to the company[13]. Value Added
Human Capital (VAHU) shows the contribution made by each rupiah invested in human
capital (HC) to the organization's value added, where vahu value is obtained from the
employee's burden. VAHU is calculated using the following formula:
Structural capital (SC) is a facility and infrastructure that supports employees to create
optimum performance, including organizational capabilities to reach markets, hardware,
software, databases, organizational structures, patents, trademarks, and all organizational
capabilities to support employee productivity[14]. Structural capital value (STVA) can be
calculated by finding the difference between VA and HC and divided by VA value, where
structural capital value is obtained from the difference between VA and HC values. The
formula for calculating STVA can be seen below:
After calculating the overall components of the IC, the last step is to calculate the value
added intellectual capital (VAIC). VAIC can be calculated using the following formula:
VAIC = VACA + VAHU + STVA
2.2 Leverage
Leverage is the portion of company assets financed by debt. With the existence of
leverage, also the interest costs that must be paid by the company. On the one hand, leverage
can increase the ability of companies to invest in the creation of information systems that can
enhance the competitiveness and excellence of companies, but the repayment of loans and
interest payments can also limit funding for human resources[15].
66
H2 : Leverage affects significantly between VAIC and OCOI.
Firm size as an indicator that shows how much the company has wealth that is used to run
a business. Firm size is used as a control variable because it has a direct effect on company
performance. Firm size is used to control the impact of measures in the creation of prosperity
through economies of scale, monopoly power, and bargaining power. The size of the company
(firm) can be measured using market capitalization, total assets, number of employees, and
company cycles, such as growing and mature[16].
Older companies have better performance than younger ones, because their experience in
the market helps them gain competitive advantage through better implementation of staff
recruitment, production and marketing strategies[17]. The age of the company is proxied by
the period of time since the company was established until the research was carried out so that
the age of the bank is used as a control variable because it has an effect on the duration of the
establishment of the company or bank.
The success of the company in achieving company goals can be seen by measuring its
performance. Performance measurement is needed as information for internal and external
parties to make decisions. Intellectual capital affects the company's financial performance.
Companies that have human capital with the ability, competence and high commitment will
increase productivity and efficiency which in general will increase company profits. Structural
capital is reflected in the ability of the system, structure, strategy and corporate culture in
finding market demand and achieving company goals[18].
Bank efficiency measurements can be used by using a comparison between Operational Costs
and Operating Income (OCOI). This performance is a measure of efficiency commonly used
to assess the performance of banking efficiency. The greater the OCOI of a bank shows the
greater the amount of operating costs, so it tends to decrease the profitability of the bank and
conversely the smaller the OCOI a bank shows the more efficient, so that profitability will be
higher. Banks with high efficiency show banks are more effective in carrying out their
business[7].
The purpose of this study was to see the effect of Intellectual Capital as an independent
variable on financial performance which is proxied by Operational Costs and Operating
Income (OCOI) as the dependent variable with leverage as a moderating variable and total
assets and bank age as a control variable in Islamic banks in Indonesia.
67
Good management of intellectual capital will make customers or partners loyal to banks so
that they can have a good influence on financial performance. The data used in this study is
secondary data obtained from annual reports from 2001 to 2018 published by the Financial
Services Authority (FSA). The population in this study are all Islamic banks in Indonesia
which consist of Sharia Commercial Banks (SCB) and Sharia Business Units (SBU). The
sample used in this study consisted of 3 Islamic banks, namely Bank Mega Syariah, Bank
Muamalat Indonesia and Bank Syariah Mandiri. The sample selection in this study uses
Purposive Sampling. Purposive Sampling is the selection of samples based on several criteria,
as follows: a. Banks registered consecutively during the observation period, namely 2001-
2018; b. Banks that issue annual financial reports regularly.
This study applied data analysis techniques using simple linear regression, multiple linear
regression and linear regression with moderating variables (Moderate Regression Analysis)
and control variables. The tool used in this study is to use Statistical Product and Service
Solution (SPSS) version 22.0.
Before conducting multiple regression analysis to test the effect of VAIC on Operational
Costs and Operating Incomes (OCOI), a classic assumption test was carried out to ensure that
the data obtained passes the normality test. The classic assumption test showed that the data
was normally distributed with the value of Asymp. Sig (2-tailed) 0.200 greater than α (0.05).
The results of the normality test were shown in table 2:
After passing the classic assumption test then the research hypothesis testing was carried
out as follows: From the results of multiple linear regression analysis the multiple linear
regression equation was obtained according to the research conducted[15] as follows:
68
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e. (1)
R Square .438
Adjusted R Square .404
a. Dependent Variable: BOPO
Based on table 3 showed that the determination coefficient value is 0.438. This showed
that the OCOI variable could explain VAIC, firm size, and age bank variables of 0.438 or
43.8%. From the results of the regression analysis, it was found that VAIC had a negative
effect that was significant on OCOI, indicated by a significance value of 0.000 and a t value of
-4.999. This result was in line with the research of [19, 20] but was contrary to the study[7].
The high Intellectual Capital (IC) cannot guarantee that the Operational Costs Ratio (OCR)
can be calculated because the development of IC in banks is not a priority but it is the focus of
government policy direction and Indonesian banks are still oriented to structural
improvements that focus on economies of scale, efficiency and adequacy capital. That is why
the quality of the policies taken by banking companies in Indonesia is still not optimal because
human resources have not been managed optimally[21].
Whereas for moderate regression analysis (MRA) for testing VAIC variables that were
controlled by control variables against OCOI as follows:
0.450Agebank+ e. (4)
69
Table 4: T-test of Moderation Regression Analysis Models
Coefficientsa
R Square .443
Based on table 4 showed that the determination coefficient value was 0.443. This showed
that the OCOI variable could explain the VAIC, firm size, and age bank variables of 0.443 or
44.38%. From the results of the moderation regression analysis (MRA), it was found that
VAIC*Leverage had a negative and was not significant effect on BOPO, indicated by a
significance value of 0.522 and a t value of -0.645. This result was in line with[3, 8]. Leverage
cannot strengthen the relationship between IC and financial performance (BOPO) if the
leverage value held by the company or bank is not too high or is still within reasonable limits.
This study showed that Intellectual capital (IC) could affect financial performance which
was proxied to operating costs and operating incomes (OCOI) if moderated by leverage which
means that H1 was accepted and H2 was rejected. Leverage cannot strengthen IC relations
with OCOI, if the leverage value held by the bank is still too high level because if the bank has
high debt, the bank will not be able to meet all operational costs that will have a direct impact
70
on the bank's operations. It is important for banks to improve IC quality, especially in one
component of IC, namely human capital. Quality human capital certainly can provide a good
contribution to the company so that it can minimize the amount of debt and operational costs
so as to increase the income that will be received.
The limitations in this study were on data and variables, this was due to the limited data
obtained by researchers. Therefore, it was expected that researchers in the future could add
variables and data that would be examined so that other variables could be identified which
was able to strengthen IC relations with operational costs and operating incomes (OCOI) in
Sharia banking in Indonesia.
References
[1] J. Hurwitz, S. Lines, B. Montgomery, and J. Schmidt, "The linkage between management
practices, intangibles performance and stock returns," Journal of Intellectual Capital, vol. 3,
pp. 51-61, 2002.
[2] F. Prasetio and R. Rahardja, "Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan," Diponegoro Journal of Accounting, vol. 4, pp. 748-759, 2015.
[3] K. G. Bharathi, "The intellectual capital performance of banking sector in Pakistan," Pakistan
Journal of Commerce and Social Sciences (PJCSS), vol. 4, pp. 84-99, 2010.
[4] D. G. Mavridis, "The intellectual capital performance of the Japanese banking sector," Journal
of Intellectual capital, vol. 5, pp. 92-115, 2004.
[5] S. Firer and S. Mitchell Williams, "Intellectual capital and traditional measures of corporate
performance," Journal of intellectual capital, vol. 4, pp. 348-360, 2003.
[6] S. D. Lestari, H. Paramu, and H. Sukarno, "Pengaruh intellectual capital terhadap kinerja
keuangan perbankan syari’ah di Indonesia," EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan), vol.
20, pp. 346-366, 2018.
[7] N. Sunardi, "Determinan Intelectual Capital dengan Pendekatan iB-VAIC™ Terhadap
Efisiensi Biaya Implikasinya Pada Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia," JIMF
(JURNAL ILMIAH MANAJEMEN FORKAMMA), vol. 1, 2019.
[8] N. Soewarno, "Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan dengan Ukuran, Jenis
Industri, dan Leverage sebagai Variabel Moderating," Jurnal Ekonomi dan Bisnis Airlangga
(JEBA)| Journal of Economics and Business Airlangga, vol. 21, 2011.
[9] W. Rehman, M. Ilyas, and H. Rehman, "Intellectual capital performance and its impact on
financial returns of companies: An empirical study from insurance sector of Pakistan," African
Journal of Business Management, vol. 5, pp. 8041-8049, 2011.
[10] I. Faradina, "Pengaruh Intellectual Capital Dan Intellectual Capital Disclosure Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan," E-Jurnal Akuntansi, pp. 1623-1653.
[11] A. Pulic, "Measuring the performance of intellectual potential in knowledge economy," in 2nd
McMaster Word Congress on Measuring and Managing Intellectual Capital by the Austrian
Team for Intellectual Potential, 1998, pp. 1-20.
[12] P. Chen Goh, "Intellectual capital performance of commercial banks in Malaysia," Journal of
intellectual capital, vol. 6, pp. 385-396, 2005.
[13] T. S. S. M. M. Gupta, "Intellectual Capital & Firm Profitability: An Empirical Study on the IT
Sector listed in NSE," Global Journal of Multidisciplinary Studies, vol. 4, 2015.
[14] N. Bontis, "IC what you see: Canada’s intellectual capital performance," Working slides.
http://www. business. mcmaster. ca/mktg/nbontis//ic/publications/Canada IC. ppt, visited, vol.
10, p. 2005, 2004.
[15] T. Nawaz and R. Haniffa, "Determinants of financial performance of Islamic banks: an
intellectual capital perspective," Journal of Islamic Accounting and Business Research, vol. 8,
pp. 130-142, 2017.
71
[16] J. Audreylia and A. Ekadjaja, "Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan
Perbankan Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Kontrol," Universitas Tarumanagara
Journal of Accounting, vol. 18, 2014.
[17] I. F. Irawan and T. Achmad, "Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja
Intellectual Capital Dengan Struktur Kepemilikan Sebagai Variabel Moderating," Diponegoro
Journal of Accounting, vol. 3, pp. 646-656, 2014.
[18] I. Puspitosari, "Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Keuangan pada Sektor
Perbankan," EBBANK, vol. 7, pp. 43-53, 2016.
[19] S. Soheili and A. Pakdel, "Intellectual Capital Performance (Evidence from Iranian Banks),"
Australian Journal of Basic and Applied Sciences, vol. 6, pp. 146-152, 2012.
[20] D. Andriana, "Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan," Jurnal
Riset Akuntansi dan Keuangan, vol. 2, pp. 251-260, 2014.
[21] N. Hutagalung, "Pengembangan Modal Intelektual di Bidang Perbankan;Tantangan dan
Peluang Pendidikan Manajemen dalam Bidang Perbankan dalam Upaya Peningkatan Daya
Saing Industri Perbankan di Indonesia," 2012.
72
LAMPIRAN 3
Independen
Bank Tahun
VAIC X1 VACA X2 VAHU X3 STVA X4 Leverage X5
2001 3,89 0,42 2,83 0,65 2,65
2002 6,11 0,68 4,65 0,78 3,15
2003 2,70 0,36 1,87 0,47 2,86
2004 2,47 0,30 1,75 0,43 2,77
2005 1,67 0,26 1,22 0,18 1,33
2006 5,57 0,46 4,34 0,77 1,20
2007 7,74 0,62 6,28 0,84 2,81
2008 1,91 0,43 1,27 0,21 3,29
2009 2,63 0,84 1,47 0,32 2,91
Mega Syariah
2010 2,71 0,80 1,31 0,24 3,66
2011 2,32 0,87 1,25 0,20 4,18
2012 3,16 0,92 1,79 0,44 3,41
2013 2,57 0,71 1,52 0,34 2,47
2014 1,58 0,46 1,06 0,06 1,67
2015 1,36 0,31 1,03 0,02 1,07
2016 2,60 0,28 1,86 0,46 0,62
2017 2,21 0,20 1,63 0,39 1,08
2018 1,76 0,16 1,34 0,25 0,78
2001 4,68 0,58 3,39 0,71 1,70
2002 3,00 0,37 2,11 0,53 2,10
2003 2,47 0,26 1,78 0,44 2,26
2004 2,70 0,48 1,78 0,44 1,55
2005 3,40 0,35 2,46 0,59 2,76
2006 3,18 0,37 2,26 0,56 3,10
2007 3,99 0,38 2,95 0,66 1,82
Muamalat 2008 4,34 0,45 3,20 0,69 1,38
2009 1,86 0,30 1,32 0,24 1,20
2010 2,67 0,28 1,91 0,48 1,76
2011 2,75 0,38 1,90 0,47 2,07
2012 2,88 0,43 1,95 0,49 3,30
2013 2,66 0,33 1,87 0,46 2,30
2014 1,50 0,24 1,13 0,12 2,44
2015 1,46 0,28 1,09 0,08 2,52
73
2016 1,48 0,27 1,11 0,10 2,62
2017 1,25 0,15 1,05 0,05 1,80
2018 1,25 0,22 1,02 0,02 2,41
2001 2,46 0,13 1,86 0,46 1,89
2002 2,81 0,19 2,10 0,52 1,54
2003 1,89 0,19 1,41 0,29 1,40
2004 3,86 0,43 2,79 0,64 1,63
2005 2,83 0,46 1,90 0,47 2,00
2006 2,38 0,35 1,64 0,39 2,77
2007 2,72 0,46 1,81 0,45 2,36
2008 2,94 0,48 1,97 0,49 2,89
2009 3,08 0,51 2,06 0,51 1,36
2010 2,98 0,59 1,91 0,48 1,55
2011 2,80 0,56 1,80 0,44 2,29
2012 3,19 0,50 2,16 0,54 2,19
2013 2,62 0,43 1,76 0,43 2,27
Bank mandiri 2014 1,46 0,30 1,08 0,08 1,69
2015 1,81 0,31 1,28 0,22 1,76
2016 1,83 0,30 1,30 0,23 1,76
2017 1,84 0,29 1,31 0,24 1,85
2018 2,11 0,33 1,46 0,32 1,80
74
kontrol Dependent Moderating
Bank Tahun VAIC*Leverag
Total Asset X6 Umur Bank X7 BOPO e
2001 12,47 11 113,87 10,31
2002 12,65 12 88,72 19,25
2003 12,84 13 91,4 7,72
2004 12,90 14 86,5 6,84
2005 13,71 15 95,01 2,22
2006 14,67 16 79,44 6,68
2007 14,76 17 67,84 21,77
2008 14,95 18 89,03 6,29
Mega 2009 15,29 19 84,42 7,66
Syariah 2010 15,35 20 88,86 9,92
2011 15,53 21 90,80 9,69
2012 15,92 22 77,28 10,78
2013 16,03 23 86,09 6,36
2014 15,77 24 97,61 2,63
2015 15,53 25 99,51 1,45
2016 15,63 26 88,16 1,60
2017 15,77 27 89,16 2,39
2018 15,81 28 93,84 1,37
2001 14,26 10 88,03 7,96
2002 14,58 11 73,74 6,30
2003 15,01 12 89,77 5,58
2004 15,47 13 86,7 4,19
2005 15,82 14 81,59 9,38
2006 15,94 15 84,69 9,86
2007 16,17 16 82,75 7,25
2008 16,35 17 78,94 6,00
Muamalat 2009 16,59 18 95,5 2,23
2010 16,88 19 87,38 4,71
2011 17,30 20 85,52 5,68
2012 17,62 21 84,48 9,51
2013 17,82 22 93,86 6,12
2014 17,95 23 97,33 3,66
2015 17,86 24 97,36 3,68
2016 17,84 25 97,76 3,88
75
2017 17,94 26 97,68 2,25
2018 17,86 27 98,24 3,01
2001 13,75 2 80,57 4,65
2002 14,30 3 83,85 4,33
2003 15,05 4 93,04 2,65
2004 15,74 5 79,51 6,29
2005 15,93 6 85,70 5,66
2006 16,07 7 90,66 6,59
2007 16,37 8 81,34 6,42
2008 16,65 9 78,71 8,50
Bank 2009 16,91 10 73,76 4,19
mandiri 2010 17,30 11 74,97 4,62
2011 17,70 12 76,44 6,42
2012 17,81 13 73,00 7,00
2013 17,97 14 84,03 5,94
2014 18,02 15 98,46 2,46
2015 18,07 16 94,78 3,19
2016 18,18 17 94,12 3,22
2017 18,29 18 94,44 3,40
2018 18,40 19 90,68 3,80
76
LAMPIRAN 4
OUTPUT SPSS Versi 22.
Statistik Deskrptif
77
Uji Multikolinieritas
Uji Autokorelasi
Regresi Sederhana
78
Regresi Moderating
Regresi Berganda
Koefisien Determinasi
79
80