Anda di halaman 1dari 60

PENGARUH PAJAK TANGGUHAN DAN TAX TO BOOK RATIO

TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN


MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI DASAR DAN
KIMIA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA TAHUN 2015-2019

Skipsi

Dibuat oleh :

Donal Siadari

022115226

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR

2020
DAFTAR ISI

JUDUL ..................................................................................................................... i
ABSTRAK................................................................................................................ ii
LEBAR PENGESAHAN PROGRAM STUDI AKUNTANSI............................. iv
LEMBAR PERNYATAAN TELAH DISIDANGKAN........................................ v
HAK CIPTA............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR.............................................................................................. vii
DAFTAR ISI............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ xiii

BAB I PENDADAHULUAN............................................................................ 3
1.1 Latar Belakang Penelitian.......................................................... 3
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah........................................ 8
1.2.1 Identifikasi Masalah............................................................ 8
1.2.2 Perumusan Masalah............................................................ 8
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian.................................................. 9
1.3.1 Maksud Penelitian............................................................... 9
1.3.2 Tujuan Penelitian................................................................ 9
1.4 Kegunaan Penelitian................................................................... 9
1.4.1 Kegunaan Praktis................................................................ 9
1.4.2 Keguanaan Akademis......................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 11


2.1 Pajak............................................................................................. 11
2.1.1 Pengertian Pajak.................................................................. 11
2.1.2 Subjek dan Objek Pajak...................................................... 12
2.1.3 Pengecualian objek pajak.................................................... 12
2.2 Pajak Tangguhan........................................................................ 14
2.2.1 Pengertian Pajak Tangguhan dan Pajak Kini...................... 14
2.2.2 Perbedaan Temporer dan perbedaan permanen.................. 14
2.2.3 Aset Pajak Tangguhan dan Liabilitas Pajak Tangguhan..... 14
2.2.4 Pengukuran Beban Pajak Tangguhan................................. 14
2.3 Tax to Book Ratio......................................................................... 17
2.3.1 Pengertian Laba Akuntansi dan Laba Fiskal...................... 17
2.3.2 Pengertian Tax to Book Ratio............................................. 17
2.3.3 Pengukuran Tax to Book Ratio........................................... 17
2.4 Kinerja Keuangan....................................................................... 18
2.4.1 Pengertian Kinerja Keuangan............................................. 18
2.4.2 Pengukuran Kinerja Keuangan........................................... 18
2.4.3 Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas........................................... 18
2.4.4 Return On Asset.................................................................. 21
2.5 Peneliti Sebelumnya.................................................................... 22
2.6 Kerangka Pemikiran................................................................... 27
2.7 Hipotesis Peneltian..................................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 32


3.1 Jenis Penelitian............................................................................ 32
3.2 Objek, Unit Analisis, Dan Lokasi Penelitian............................ 32
3.3 Jenis Dan Sumber Data Penelitian............................................ 32
3.4 Operasionalisasi Variabel........................................................... 33
3.5 Metode Penarikan Sampel.......................................................... 34
3.6 Metode Pengumpulan Data........................................................ 36
3.7 Metode Pengolahan / Analisis Data........................................... 36
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “
Pengaruh Pajak Tangguhan dan Tax to Book Ratio Terhadap Kinerja Keuangan
Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri dan Kimia Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu
syarat dalam mencapai gelar Sarjana Akuntansi Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Pakuan Bogor.
Penulis menyadari dalam pembuatan skripsi ini mendapatkan dukungan dan
bantuan serta kritik yang membangun dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih khususnya kepada :
1. Orang Tua penulis, Bapak Mangatur Siadari dan Ibu Rosmaida Nainggolan yang
selalu memberikan dukungan serta doa kepada penulis sehingga dalam
penyusunan skripsi ini berjalan dengan lancar.
2. Dr. Hendro Sasongko, Ak., M.M., CA Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pakuan.
3. Dr. Arief Tri Herdiyanto,Ak,MBA,CCSA, CA, CESP,QIA. Selaku Ketua
Program Studi Akuntansi Universitas Pakuan.
4. Selaku Sekretaris Program Studi Fakultas Ekonomi
Universitas Pakuan.
5. Bapak Monang Situmorang M.M. S.E Selaku Ketua Komisi pembimbing yang
telah memberikan banyak masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik.
6. Bapak Haqi Fadillah M.Ak. S.E Selaku Anggota Komisi pembimbing yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Para Sktruktural, Dosen, dan Staff Tata Usaha Fakultas Ekonomi Universitas
Pakuan Bogor yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis selama di
bangku perkuliahan.
8. Bibi Tarida Saragi dan Om Imam Mulyono yang selalu memberikan semangat,
doa dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Wilona dan Albert yang selalu bersedia membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
10. Karmile Siadari yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis.
11. Teman-teman satu kosan gang menteng sultan ( Mifta, Ayu, Acong, Ones, Icha,
Raden, Mely, Iqbal ) yang telah menemani dan memberi dukungan kepada
penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
12. Abang Leo Pasaribu yang telah membantu dan memberi banyak masukan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Kakek dan Nenek penulis yang selalu memberikan doa dan dukungan dalam
menyusun skripsi ini.
14. Saladi dan Yudistira Fei yang telah memberikan semangat dan masukan kepada
penulis.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan yang
dijadikan penilaian untuk pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan. Tujuan dari penerbitan laporan keuangan adalah untuk dapat
memberikan gambaran kepada pihak eksternal mengenai keadaan yang terjadi dalam
suatu perusahaan, baik itu berupa keadaan operasional maupun keadaan finasial
perusahaan tersebut. Keberadaan laporan keuangan juga diharapkan dapat menyediakan
infomasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja keuangan. serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan.Untuk dapat dikatakan baik atau tidaknya kinerja perusahaan
investor dapat mengetahuinya pada laporan keuangan. Laporan keuangan (Financial
Statement) merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu
saat tertentu (Agus dan Martono, 2012).
Kualitas laporan keuangan adalah penting bagi para pengguna laporan keuangan
karena untuk pengambilan keputusan investasi dan tujuan kontrak (Schipper dan
Vincent, 2003). Bagi investor, laporan mengenai laba dianggap mempunyai informasi
untuk menganalisis saham yang telah diterbitkan oleh perusahaan. Peristiwa semacam
itu bisa mengindikasikan bahwa adanya upaya manajemen laba oleh perusahaan, dimana
laba yang besar dipergunakan untuk menarik minat pasar dan laba yang kecil
dipergunakan untuk pelaporan kewajiban perpajakan perusahaan. Berkaitan dengan laba
yang kecil tersebut, itu dilakukan untuk meminimalisasi beban pajak yang seharusnya
ditanggung perusahaan. menurut Fahmi (2013), kinerja keuangan dapat di ukur dengan
menggunakan indikator return on asset (ROA) laba bersih setelah pajak dan total aset
dapat di hitung dengan mebagikan laba bersih setelah pajak dengan total total asset
perusahaan pada tahun yang sama. ROA sebagai tingkat pengukur tingkat kinerja
perusahaan karena rasio ini dapat mengukur seberapa efisien suatu perusahaan dalam
mengelola asetnya untuk menghasilkan laba selama suatu periode. Sehingga proksi
Return On Assets (ROA) ini dapat membantu manajemen dan investor untuk melihat
seberapa baik suatu perusahaan mampu mengkonversi investasinya pada aset menjadi
keuntungan atau laba (profit). 
Sehubungan dengan Return On Asset (ROA) yang menajadi tolak ukur dalam
menilai kinerja keuangan perusahaan, peneliti menemukan sebuah fonomena umum
yang berkaitan dengan perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang
peneliti ambil dari www.kontan.co.id. melaporkan bahwa sepanjang tahun 2020, indeks
harga saham gabungan (IHSG) merosot 31,25% ke level 4.330,67. industri dasar dan
kimia menjadi penyebab paling besar terhadap penurunan (IHSG) tersebut yakni
43,53% secara year to date (ytd). Dari 71 perusahaan sektor industri dasar dan kimia
terdapat 7 perusahaan yang membukukan pertumbuhan pendapatan dengan kisaran 2%-
32% secara tahunan. Sebaliknya emiten ini justru memperoleh laba bersih yang menurun
dengan kisaran20-32% year to date  (ytd). Indeks tersebut diisi oleh emiten-emiten yang
bergerak di industri semen, peternakan unggas, bubur kertas dan kertas (pulp and
paper), keramik, porselin, hingga bahan kimia Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia.
Pajak bagi negara merupakan salah satu pendapatan yang di gunakan untuk
memenuhi kepentingan suatu negara, namun bagi perusahaan pajak merupakan beban
yang mengurangi penghasilan atau laba perusahaan. Menurut PSAK No. 46,
mengharuskan perusahaan atau Wajib Pajak untuk memperlakuakan konsekuensi
perpajakan dari suatu transaksi keuangan yang sama dengan perlakukan akuntansi
terhadap transaksi tersebut. Dalam PSAK No. 46, juga menjelaskan mengenai pajak
penghasilan yang dapat menimbulkan perbedaan dalam pengakuan dan perlakuaanya,
yaitu adanya beda temporer dan beda permanen. Terjadinya beda temporer itu sendiri
dapat menimbulkan pajak tangguhan. Pajak tangguhan merupakan dampak dari PPh di
masa yang akan datang yang disebabkan perbedaaan temporer (waktu) antara perlakuan
akuntansi dan perpajakan, serta rugi fiskal yang masih dapat dikompensasikan di masa
mendatang yang perlu disajikan dalam laporan keuangan Suatu periode tertentu.
Pengakuan pajak tangguhan diduga berdampak terhadap berkurangnya laba atau
rugi bersih sebagai akibat adanya kemungkinan pengakuan beban pajak tangguhan atau
manfaat pajak tangguhan. Sehingga perusahaan memanfaatkan adanya beban (manfaat)
pajak tangguhan untuk memperkecil pajak. Menurut Waluyo (2017) Beban
(penghasilan) pajak tangguhan adalah jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan yang
muncul akibat adanya pengakuan atas liabilitas atau aset pajak tangguhan. Liabilitas
pajak tangguhan dapat terjadi apabila perbedaan waktu menyebabkan koreksi negatif
yang berakibat beban pajak menurut akuntansi komersial lebih besar dibanding beban
pajak menurut undang-undang pajak. Liabilitas pajak tangguhan ini timbul sebagai
akibat perbedaan temporer kena pajak Sedangkan, aset pajak tangguhan dapat teradi
apabila perbedaan waktu menyebabkan koreksi positif yang berakibat beban pajak
menurut akuntansi komersial lebih kecil dibanding beban pajak menurut undang-undang
pajak (Waluyo, 2017). Pengukuran beban pajak tangguhan, dimana penghitungan beban
pajak tangguhan dihitung dengan menggunakan indikator membobot beban pajak
tangguhan dengan total aktiva atau total aset. Hal itu dilakukan untuk pembobotan
beban pajak tanggungan dengan total aset pada periode t-1 untuk memperoleh nilai
yang terhitung dengan proposional.
Tahap akhir dari siklus akuntansi adalah mengomunikasikan laporan keuangan
kepada pemangku kepentingan atau biasa disebut stakeholder. Setiap entitas atau
perusahaan, wajib membayar pajak kepada negara sehingga laporan keuangan harus
dibedakan untuk kepentingan pajak dan komersial. Perbedaan yang tidak terlalu besar
antara laba akuntansi dengan laba fiskal merupakan cerminan kinerja yang baik pada
sebuah perusahaan. Hal itu dapat dilihat pada rasio laba pajak terhadap laba akuntansi
( tax to book ratio)( hermana dan Susana :2014). Tax to book ratio adalah perbandingan
antara rasio penghasilan kena pajak (taxable) terhadap laba akuntasi (book income)
dimana tentang rasio kena pajak terdapat pada catatan atas laporan keuangan suatu
perusahaan.Menurut hadimukti (2012), tax to book ratio di ukur dengan menggunakan
indikator laba fiskal ( perusahaan i tahun t) dengan laba akuntansi ( perusahaan i tahun t)
dapat dihitung dengan cara laba fiskal atau laba kena pajak dibagi dengan laba akuntasi
atau laba sebelum pajak. Dengan menggunakan Indikator tersebut akan menghasilkan
besaran rasio TBR ( Tax To Book Ratio).

Gambar 1.1

Grafik perkembangan beban pajak tangguhan, Tax to Book Ratio (TBR) dan kinerja
keuangan (sampel) 8 perusahaan manufakatur sektor industri dan kimia yang terdaftar di
bursa efek Indonesia tahun 2015-2019.

Dalam persen(%)

PAJAK TANGGUHAN DAN KINERJA KEAUANGAN


180.00% 9.00%
160.00% 8.00%
7.00%
TAX TO BOOK RATIO

140.00%
120.00% 6.00%
5.00%
100.00%
4.00%
80.00%
3.00%
60.00% 2.00%
40.00% 1.00%
20.00% 0.00%
0.00% -1.00%
2015 2016 2017 2018 2019 RATA-RATA

Grafik : Sumber data BEI, diolah kembali oleh penulis (2020)

Berdasarkan Gambar 1.1, diatemukan gap yang bertentangan dengan teori purba
(2009), yang menyatakan bahwa pengakuan pajak tangguhan dapat berdampak terhadap
laba bersih atau rugi bersih. Dimana semakin tinggi pajak tangguhan semakin rendah
nilai profitabilitas. Gambar 1.1 menunjukkan bahwa terjadi kesenjangan pada tahun
2017. Dimana pada tahun 2017 ketika beban pajak tangguhan mengalami penurunan,
kinerja keuangan juga mengalami penurunan. Selain itu juga menunjukkan penurunan
rasio kineja kauangan hapir setiap tahunnya dimana pada 5 tahun terakhir kinerja
keuangan tertinggi terdapat pada tahun 2015 namun tahun seterusnya mengalami
penurunan kecuali pada tahun 2018 mengalami peningkatan namun tidak melampaui
rasio kinerja keaungan pada tahun 2015.
Beban Pajak tangguhan (Deffered Tax Expense – DTE) diduga dapat
mempengaruhi laba perusahaan. maka laba perusahaan tersebut juga akan berpengaruh
pada rasio Return on Asset (ROA), Semakin tinggi rasio ROA, maka seharusnya beban
pajak tangguhan (DTE) yang dibayarkan semakin rendah. Hasil dari penelitian yang
dilakukan oleh Harmana (2014) yaitu pajak tangguhan memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja perusahaan yang artinya perusahaan yang mempunyai
manajemen pajak yang baik maka dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Kinerja
perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan mendapatkan laba atau disebut
dengan profitabilitas. Sedangkan untuk Tax to Book Ratio tidak berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan.
Hasil penelitian mengenai kinerja keuangan dengan pajak tangguhan dan tax to
book ratio sebagai variabel independen yang dilakukan oleh peneliti terdahulu
menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk
meneliti kembali mengenai pengaruh pajak tangguhan dan tax to book ratio terhadap
kinerja keuangan perusahaan.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Manufaktur sektor industri dasar dan
kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019. Alasan peneliti
mengambil perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia karena BEI
mengumumkan perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia menjadi faktor
yang paling besar mepengaruhi penurunan (IHSG) pada tahun 2020. Di sisi lain
perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar Dan Kimia sebagian besar unit perusahaan
mengakui pajak tangguhan pada laporan keuanggannya. selain itu, terdapat gap yang
menunjukkan penurunan kinerja keuangan selama 5 tahun terakhir dari rasio hasil
perhitungan.
Berdasarkan teori, fenomena serta penelitian sebelumnya peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH PAJAK TANGGUHAN DAN TAX
TO BOOK RATIO TERHADAP KINERJA KEAUANGAN PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI DASAR DAN KIMIA YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2015-2019”.
1.2 Identifikasi Dan Perumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, pajak tangguhan dan tax
to book ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang menyebabkan penurunan dan
kenaikan laba yan signifikan terhadap kinerja perusahaan. hal ini telah di buktikan dari
hasil perhitungan perbandingan skala rasio pajak tangguhan dan rasio tax to book ratio
terhadap rasio kinerja keaungan dengan menggunakan skala Return On Asset (ROA)
yang dimana keanaikan dan penurunan pajak tangguhan dan tax to book ratio
mempengaruhi kenaikan dan penurunan kinerja keuangan perusahaan. Sektor industri
dasar dan kimia mengalami penurunan kinerja keuangan selama 5 tahun terakhir,
sebagian besar hal ini disebabkan oleh fluktuasi pengakuan pajak tangguhan dan tax to
book ratio. Gap lain yang ditemukan dari perhitungan adalah adanya ketidak sesuaian
antara teori fakta di lapangan dimana menurut teori semakin tinggi pajak tangguhan
yang di hasilkan maka semakin rendah nilai profitabiliras yang dihasilkan perusahaan .
Selain dari perhitungan yang telah dibuktikan, peneliti juga menemukan gap umum yang
berhubungan dengan penurunan kinerja keuangan perusahaan manufaktur sektor industri
dasar dan kimia dimana pada tahun 2020 indeks harga saham gabungan (IHSG) yang
dilaporkan oleh bursa efek Indonesia mengalami penurunan. Bursa Efek Indonesia
melaporkan bahwa sebagian besar penurunan IHSG dipengaruhi oleh kineja keuangan
perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang mengalami penurunan
kinerja keuangan di beberapa subsektornya.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dijelaskan di atas, maka beberapa
masalah didalam penelitian ini, dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah pajak tangguhan berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada
perusahaan manufaktur sub sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI
periode 2015-2019?

2. Apakah tax to book ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada


perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI
periode 2015-2019?

3. Apakah pajak tangguhan dan tax to book ratio berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pada perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang
terdaftar di BEI periode 2015-2019 ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud peneliti melakuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan
infomasi yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi yaitu membuat kesimpulan
mengenai “Pengaruh Pajak Tangguhan dan Tax To Book Ratio Terhadap Kinerja
Keuangan ”, serta informasi yang relevan guna melengkapi teori yang berkaitan dengan
penelitian dan penulisan skripsi.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan maksud penelitian di atas yang sebelumnya telah dijabarkan, maka
dapat disumpulkan bahwa tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh pajak tangguhan terhadap kinerja keuangan pada
perusahaan manufaktur sektor Industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI
periode 2015-2019.
2. Untuk mengetahui pengaruh tax to book ratio terhadap kinerja keuangan pada
perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI
periode 2015-2019.
3. Untuk mengetahui pengaruh pajak tangguhan dan tax to book ratio terhadap
Kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia
yang terdaftar di BEI periode 2015-2019.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapakan dapat membantu dan mengantisipasi masalah yang
ada dalam lokasi penelitianya berhubungan dengan ilmu akuntansi perpajakan
khususnya mengenai pengaruh pajak tangguhan dan tax to book ratio terhadap kinerja
keuangan.
1.4.2 Kegunaan Akademis
Penelitian ini diharapakan dapat di gunakan sebagai bahan referensi dalam
melakukan penelitian selanjutnya, serta memberikan kontribusi dan pengembangan ilmu
terkait pajak tangguhan, tax to book ratio dan kinerja keuangan pada perusahaan
manufaktur sektor industri dasar dan kimia di BEI periode 2015-2019.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 pajak

2.1.1 Pengertian Pajak

Pajak menurut P.J.A Adriani dalam Waluyo ( 2008:2 ), yaitu:

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang
wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat
prestasikembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang
menyelenggarakan pemerintahan.”

Defenisi pajak yang dikemukakan Soeparman Soemahamidjaja dalam Waluyo


( 2008:2), yaitu :

pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa
berdasarkan norma-norma hukum. guna menutup biaya produksi barang-barang dan
jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. Dari definisi di atas tidak
tampak istilah “dipaksakan” karena bertitik tolak pada istilah “iuran wajib "'. Sisi
lainnya yang berhubungan dengan Membuka pada mewujudkan kontraprestasi itu
diperlukan pajak.

Defenisi pajak menurut Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang pajak
penghasilan :

Pajak adalah harta kekayaan rakyat (swasta) yang berdasarkan undang-undang


sebagiannya wajib diberikan oleh rakyat kepada negara-tanpa mendapat kontra prestasi
yang diterima rakyat secara individual dan langsung dari negara, serta bukan merupakan
penalti-yang berfungsi sebagai dana untuk penyelenggaraan negara, dan sisanya, jika
ada, digunakan untuk pembangunan, serta berfungsi sebagai instrumen untuk mengatur
kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Pada zaman dulu harta kekayaan rakyat yang
wajib diberikan kepada negara bisa berbentuk tenaga (kekuatan fisik, keterampilan, atau
keahlian) atau harta benda, seperti hasil bumi dan barang-barang lainnya. Namun, zaman
sekarang pada umumnya sudah berupa uang.
Definisi pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli adalah sebagai berikut.

1. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat
jasa timbal-balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
2. Prof. Dr. P. ]. A Andriani Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat
ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pcngeluaran-pengeluaran
umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
3. Prof Dr. M.I.H. Smeets Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang
melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya
kontraprestasi yang dapat ditunjuldcan secara individual; maksudnya adalah
untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat
pada pengertian pajak, adalah sebagai berikut:

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaanya yang


sifatnya dapat dilaksanakan.
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kotraprestasi
individual oleh pemerintah.
3. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang apabila
dari pemasukannya masuh dapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public
investment.
5. Pajak dapat pula bertujuan selain budgeter, yaitu mengatur.

2.1.2 Subjek dan Objek Pajak

Subjek pajak diartikan sebagai orang yang dituju oleh undang-undang untuk
dikenakan pajak. Pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak berkenaan dengan
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.
Pengertian subjek pajak meliputi orang pribadi, warisan yang belum terbagi
menjadi satu kesatuan, badan, dan bentuk usaha tetap, sebagai berikut :

1. Orang pribadi
Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di
Indonesia ataupun diluar Indonesia.
2. Warisan yang belum terbagi menjadi satu kesatuan, menggantikan yang berhak.
Warisan yang belum terbagi dimaksud merupakan subjek pajak pengganti
menggantikan mereka yang bergak yaitu ahli waris. Masalah penujukan warisan
yang belum terbagi sebagai subjek pajak pengganti dimaksudkan agar pengenaan
pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tetap dapat dilaksanakan.
3. Badan
Pengertian badan mengacu pada undang-undang KUP, bahwa badan adalah
sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melaksanakan usaha maupun tidak melaksanakan usaha yang meliputi Perseroan
Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan Lainnya, Badan Usaha Milik Negara
atau Daerah dengan nama dan bentuk apa pun, firma, Kongsi, Koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik, atau organisasi sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan badan lainnya.
Dalam hal ini termasuk reksadana. BUMN atau BUMD sebagai subjek pajak
tanpa memperhatikan nama dan bentuknnya. Sebagai contoh lembaga atau badan
yang dimiliki Pemerintah Pusat atau Daerah yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan.
Khusus masalah perkumpulan sebagai subjek pajak adalah perkumpulan
yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan untuk memperoleh
penghasilan dan atau memberikan jasa kepada anggiota. Perkumpulan mencakup
pula asosiasi, persatuan, perhimpunan atau ikatan dari pihak-pihak yang
mempumyai kepentingan yang sama. Sesuai dengan Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak Nomor SE 26/Pj.42/1999 Tanggal 21 juni 1999 tentang perlakuan
pajak bagi partai politik juga termasuk sebagai subjek pajak yang telah termsuk
dalam pengertian badan dalam undang-undang ketentuan umum dan tatacara
perpajakan tahun 2000.
4. Bentuk Usaha Tetap.
Yang dimaksud dengan bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang
dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia, untuk melaksanakan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.
Bentuk usaha tetap ini ditentukan sebagai subjek pajak terdiri terpisah dari
badan. Perlakuan perpajakannya dipersamakan dengan subjek sendiri dan tidak
termasuk dalam pengertian badan.

Objek pajak dapat diartikan sebagai sasaran pengenaan pajak dan dasar untuk
menghitung pajak terhutang. Yang menjadi objek pajak PPh adalah penghasilan yaitu
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apapun.
Dilihat dari mengalirnya (inflow) tambahan kemampuan ekonomis kepada
subjek pajak, penghasilan dapat dikelompokkan menjadi:
1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan keja dari pekerjaan bebas seperti
gaji, honorarium, pengahasilan dari praktik dokter, notaris, aktuaris, akuntan,
pengacara, dan sebagainya.
2. Penghasilan dari usaha kegiatan.
3. Penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta tak gerak seperti
bunga, dividen, royalty, sewa, keuntungan penjualan harta atau hak yang tidak
dipergunakan untuk usaha, dan lain sebagainya.
4. Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan hutang, hadiah dan lain sebagainya.

Menurut pasal 4 ayat (1) Undang-undang nomor 17 tahun 2000 yang termasuk
penghasilan sebagai objek pajak antara lain :

1. Penghasilan atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang


diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
bonus, gratifikasi, uang pensiun, premi asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
yang dibayar oleh pemberi kerja, imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan lain dalam Undang-undang pajak penghasilan.
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
3. Laba usaha.
4. Keuntungan karena penjualan atau karena penghasilan harta termasuk :
a. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.
b. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya
karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota.
c. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan atau pengambilalihan usaha.
d. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau
sumbangan, kecuali yang diberikan keluarga sedarah dalam segaris
keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi
yang ditetapkan oleh menteri keuangan sepanjang tidak ada hubungannya
dengan usaha, pekerjaan, kependidikan atau penguasaan antara pihak-
pihak yang bersangkutan.
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebabagai
biaya.
6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
7. Dividen, dengan nama dalam bentuk apa pun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi.
8. Royalti.
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan pengguanaan harta.
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
11. Keuntungan karena pembebasan hutang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
14. Premi asuransi.
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.

2.1.3 Pengecualian Objek Pajak

Pasal 4 ayat (3) terdapat penghasilan yang tidak termasuk kategori


penghasilan yang dikenakan PPh, yaitu :

1. bantuan atau sumbangan,


a. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah dan para penerima zakat yang berhak.
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga atau sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat dan oleh atau badan pendidikan atau badan
sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh
menteri keuangan.
Sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan,
atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.
2. Warisan.
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti
saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.
4. Penggantian atau imbalan sebuhungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari wajib
pajak atau pemerintah.
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa.
6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau yang diperoleh perseroan
terbatas sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri, Koperasi, badan usaha milik
Negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia, denan syarat :
a. Dividen berasal dari cadangan laba ditahan, dan
b. Bagi Perseroan Terbatas, BUMN dan BUMD yang diterima dividen,
kepemilikan saham pada badan yang meberikan dividen paling rendah
25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang di setor dan harus
mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut.
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendirinya telah
disahkan oleh menteri keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai.
8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun (perhatikan
angka 7) dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan keputusan
menteri keuangan
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma
dan kongsi.
10. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5
(lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemerian izin usaha.
Perusahaan reksadana adalah perusahaan yang kegiatan utamanya melakukan
investasi, investasi kembali atau jual beli sekuritas. Dari sisi pemodal kecil,
perusahaan reksadana merupakan salah satu pilihan yang aman untuk
menanamkan modalnya. Penghasilan yang diterima atau diperoleh reksa dana
tersebut dapat berupa dividen atau bunga obligasi.
11. Penghasilan yang diterima atau yang diperoleh perusahaan modal ventura
berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan
usaha tersebut :
a. Merupakan perusahaan kecil, menengah atau menjalankan kegiatan
dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan keputusan menteri
keuangan, dan
b. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

Perusahaan Modal Ventura adalah suatu perusahaan yang kegiatan usahanya


membiayai badan usaha ( sebagai pasangan usaha) dalam bentuk penyertaan
modal untuk suatu jangka tertentu.
2.2 pajak tangguhan
2.2.1 Pengertian Pajak Tangguhan dan Pajak Kini
;Pajak tangguhan adalah saldo akun di neraca sebagai manfaat pajak yang
jumlahnya merupakan jumlah estimasi yang akan dipulihkan dalam periode yang akan
datang sebagai akibat adanya perbedaan sementara antara standar akuntansi keunangan
dengan peraturan perpajakan dan akibat adanya saldo kerugian yang dapat dikompensasi
pada periode mendatang menurut PSAK No.46 (IAI,2010). Pajak tangguhan pada
prinsipnya merupakan dampak PPh di masa yang akan datang yang disebabkan oleh
perbedaan temporer (waktu) antara standar akuntansi dan perpajakan dalam pengakuan
pendapatan dan beban yang sifatnya sementara, serta kerugian fiskal yang masih dapat
dikompensasikan di masa yang akan datang. Dampak PPh di masa yang akan datang
tersebut harus diakui, dihitung, disajikan, serta diungkapkan dalam laporan keuangan,
baik neraca maupun laba rugi koprehensif. Di dalam PSAK No.46, diatur mengenai
pengakuan aset pajak tangguhan yang berasal dari sisi rugi yang dapat dikompensasikan
ke tahun berikutnya. Penyajian pajak penghasilan pada laporan keuangan dan
pengungkapan informasi yang berhubungan dengan pajak penghasilan.
Pajak tangguhan dikasifikasikan sebagai kewajiban pajak tangguhan dan aktiva
pajak tangguhan. Jika laba akuntansi lebih besar dari pada laba pajak maka akan
terbentuk kewajiban pajak tangguhan. Sebaliknya bila laba akuntansi lebih kecil dari
pada laba pajak maka akan terbentuk aset pajak tangguhan. Pajak tangguhan tidak bisa
dihindari dan muncul sebagai akibat adanya dua pendekatan yang harus dijalani dalam
menghitung beban pajak. Pajak tangguhan dalam bentuk aset/manfaat membuat wajib
pajak mengetahui bahwa seharusnya nilai beban pajak yang harus dibayar dapat
dipulihkan pada masa mendatang sedangkan pajak tangguhan dalam bentuk kewajiban
menimbulkan adanya beban pajak yang akan terutang di masa yang akan datang.
Sehingga besarnya laba kena pajak dipengaruhi juga oleh besaran beban pajak
tangguhan tahun berjalan. Kewajiban pajak tangguhan (deffered tax liabilities) adalah
jumlah pajak penghasilan terhutang (payable) untuk periode mendatang sebagai akibat
adanya perbedaan temporer kena pajak. Sedangkan aktiva pajak tangguhan (deffered tax
asset) adalah jumlah pajak penghasilan terpulihkan (recoverable) pada periode
mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer yang dikurangkan dan sisa
kompensasi kerugian.
Pajak Kini (current tax) adalah jumlah pajak penghasilan yang terutang atas
Penghasilan Kena Pajak dalam periode atau tahun pajak berjalan. Jumlah pajak kini
sama dengan beban pajak yang dilaporkan dalam SPT, Waluyo (2009,229).
Sedangkan menurut PSAK 46 pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan yang
terhutang ( dipulihkan) atas laba kena pajak ( rugi pajak) untuk satu periode
2.2.2 Perbedaan Temporer dan Perbedaan Permanen
Perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat aset atau liabilitas di
laporan keuangan yang disusun secara akuntasi dengan DPP-nya yang disebabkan
karena penerapan metode pengakuan dan pengukuran penghasilan antara akuntansi dan
perpajakan. DPP aset atau liabilitas adalah yang diakui oleh DJP dalam perhitungan laba
fiskal.
Dyckman, Dukes dan Davis (2001,247) mengatakan bahwa :
“ Perbedaan sementara akan timbul apabila peraturan pengukuran untuk laporan
keuangan (GAAP) berbeda dengan peraturan pelaporan pajak ( Internal
Revenua Code) dalam hal waktu (timing) diakuinya berbagai pendapatan,
keuntungan, beban, kerugian, aktiva, atau kewajiban.”

Dyckman, Dukes dan Davis (2001,247) juga mengatakan perbedaan ini


mempengaruhi perhitungan laba kena pajak atau laba akuntansi sebelum pajak dalam
satu periode, dan dalam bebarapa periode atau periode berikutnya mempengaruhi
perhitungan jenis laba lainnya. Perbedaan ini bersifat sementara karena muncul dalam
satu ( atau lebih) periode, lalu membalik dan mempunyai pengaruh yang berlawanan
dalam satu ( atau lebih) periode masa depan.
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) aset pajak tangguhan adalah jumlah yang dapat
dikurangkan untuk tujuan fiskal terhadap setiap manfaat ekonomis ( penghasilan) kena
pajak yang akan diterima WP pada saat memulihkan nilai tercatat aset tersebut
( Wirawan B. Ilyas dan Diaz Priantara, 2015,75).
Sedangkan menurut PSAK 46 (2015, paragraf 07) DPP aset pajak tangguhan adalah
sebagai berikut :
”Dasar pengenaan aset pajak adalah jumlah yang dapat dikurangkan untuk tujuan
pajak terhadap setiap manfaat ekonomik kena pajak yang akan mengalir ke
entitas ketika memulihkan jumlah tercatat aset tersebut. Jika manfaat ekonomik
tersebut tidak akan dikenakan pajak, maka dasar pengenaan pajak aset tersebut
sama dengan jumlah tercatat aset.”

Dasar pengenaan pajak (DPP) liabititas pajak tangguhan adalah nilai tercatat
liabilitas dikurangi dengan setiap jumlah yang dapat dikurangkan ( Wirawan B. Ilyas
dan Diaz Priantara 2015,75).
Sedangkan menurut PSAK 46 (2015, paragraf 08) DPP liabilitas pajak tangguhan adalah
sebagai berikut:
“dasar pengenaan pajak atas liabitias adalah tercatat liabilitas, dikurangi dengan
liabilitas tersebut pada periode masa depan. Dalam hal pendapatan diterima di
muka, maka dasar pengenaan pajak yang ditimbulkan liabilitas pajak tersebut
merupakan jumlah tercatat liabilitas dikurangi setiap jumlah pendapatan yang
tidak dikenakan pajak pada periode mendatang.”

Dalam buku akuntasi perpajakan (Wirawan B. Ilyas dan Diaz Priantara, 2015,75)
perbedaan temporer dapat berupa :
1. Perbedaan temporer kena pajak ( taxable temporary difference)
Perbedaan temporer kena pajak adalah perbedaan temporer yang menimbulkan
suatu jumlah kena pajak ( taxabel amount) dalam perhitungan laba fiskal periode
mendatang pada saat nilai tercatat aset dipulihkan ( recoveded) atau nilai tercatat
liabilitas tersebut dilunasi ( settled).
Pengakuan suatu aset mengandung makna bahwa nilai tercatat aset tersebut akan
terpulihkan dalam bentuk manfaat ekonomi yang akan diterima oleh perusahaan pada
periode mendatang. Apabila nilai tercatat aset lebih besar dari pada DPP-nya, jumlah
ekonomi yang kena pajak akan melebihi jumlah yang dapat dikurangkan untuk tujuan
fiskal. Perbedaan ini merupakan perbedaan temporer kena pajak dan liabilitas pajak
tangguhan. Pada saat perusahaan memulihkan (recover) nilai tercatat aset, perbedaan
temporer kena pajak akan terealisasi menjadi laba fiskal. Hal ini dapat mengakibatkan
timbulnya liabilitas pajak. Oleh karena itu, semua perbedaan temporer kena pajak diakui
sebagai liabilitas pajak tangguhan, kecuali jika timbul perbedaan temporer kena pajak :
a. Dari goodwill yang amortisasinya tidak dapat dikurangkan untuk tujuan
fiskal
b. Pada saat pengakuan awal aset atau liabilitas dari suatu transaksi yang :
- Bukan transaksi penggabungan usaha, dan
- Pada saat transaksi tidak mempengaruhi laba akuntansi dan laba fiskal
Beberapa perbedaan temporer timbul apabila penghasilan atau beban diakui dalam
penghitungan laba akuntansi yang berbeda dengan periode saat penghasilan atau beban
tersebut diakui dalam perhitungan laba fiskal.

2. Perbedaan temporer yang dikurangkan (deductible temporary differences)


Perbedaan temporer adalah perbedaan yang menimbulkan suatu jumlah yang
boleh dikurangkan (deductibel amount) dalam penghitungan laba fiskal periode
mendatang pada saat nilai tercatat aset terpulihkan (recovered) atau nilai liabilitas
dilunasi (settled).
Aset pajak tangguhan diakui untuk seluruh perbedaan temporer yang boleh
dikurangkan. Sepanjang besar kemungkinan perbedaan temporer yang boleh
dikurangkan tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba fiskal pada masa yang
akan datang, kecuali aset pajak tangguhan yang timbul dari :
a. Goodwill negatif yang diakui sebagai pendapatan tangguhan sesuai dengan
PSAK Nomor 22 tentang Akuntansi Penggabungan Usaha; atau
b. Pengakuan awal aset atau liabilias pada suatu transaksi yang:
- Bukan transaksi penggabungan usaha; dan
- Tidak mempengaruhi baik laba akuntansi maupun laba fiskal
Pengakuan suatu liabilitas mengandung makna bahwa nilai tercatat liabilitas
akan diselesaikan pada masa yang akan datang dengan menggunakan sumber daya. Pada
saat sumber daya tersebut digunakan untuk menyelesaikan liabilias, sebagian atau
seluruh jumlah sumber daya tersebut mungkin dapat dikurangkan dari laba fiskal
periode setelah pengakuan liabilitas. Dalam hal ini,perbedaan temporer adalah selisih
antara nilai tercatat liabilitas dan DPP-nya. Oleh karena itu, timbul aset pajak tangguhan
berupa PPh yang dapat dipulihkan pada masa yang akan datang yaitu bagian dari
liabilitas tersebut dapat dipulihkan pada masa yang akan datang.
Penggunaan perbedaan temporer yang boleh dikurangkan pada masa yang akan
datang terjadi dalam bentuk pengurangan laba fiskal. Namun, manfaat ekonomi berupa
pengurangan pembayaran pajaknya akan dinikmati oleh perusahaan apabila perusahaan
pempunyai laba fiskal dalam jumlah yang memadai sehingga realisasi tersebut dapat
dimanfaatkan. Oleh karena itu, perusahaan mengakui aset pajak tangguhan hanya
apabila perbedaan temporer tersebut dapat dimanfaatkan. Apabila tedapat kerugian yang
dapat dikompensasi tetapi laba fiskal mungkin tersedia dalam jumlah yang memadai
untuk dapat dikompensasi dengan saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi, maka
pajak tangguhan tidak diakui.
Permanent difference atau perbedaan permanen ini terjadi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan, ada bebarapa penghasilan yang tidak objek
pajak, sedangkan secara komersial penghasilan tersebut diakui sebagai penghasilan.
Begitu juga sebaliknya, ada bebarapa biaya yang sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan, termasuk biaya fiskal yang tidak dikurangkan. Sedangkan
komersial biaya tersebut diperhitungkan sebagai biaya. Perbedaan permanen merupakan
perbedaan yang mutlak yang tidak ada titik temunya atau saldo tandingannya.
Pada dasarnya perbedaan permanen tersebut muncul disebabkan oleh kebijakan
ekonomi atau disebabkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat yang menghendaki
penghapusan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang memberatkan salah satu
subsektor dari subsektor perekonomian. Perbedaan permanen tersebut dapat berupa :
1. Pengahasilan tertentu, baik sebagian maupun seluruhnya dikecualikan dari
pengenaan pajak penghasilan.
2. Kelompok wajib pajak tertentu, baik sebagian maupun seluruhnya dibebaskan
dari pembeyaran pajak.
3. Pengurangan khusus yang diberikan kepada wajib pajak atau pengurangan secara
selektif yang diberlakukan terhadap wajib pajak tertentu.

Pebedaan permanen tersebut sesuai Zain (2005,203) adalah sebagai berikut :


1. Bagi akuntansi keuangan merupakan penghasilan, tetapi bagi akuntansi pajak
penghasilan tersebut bukan merupakan penghasilan (tidak objek pajak) atau
perupakan penghasilan yang ditangguhkan pengenaan pajaknya.
2. Bagi akuntansi keuangan sudah merupakan pengeluaran, tetapi bagi akuntansi
pajak pengeluaran tersebut tidak dapat dikurangkan sebagai biaya.
3. Bagi akuntansi kauangan tidak atau belum merupakan biaya, tetapi bagi akuntasi
pajak pengeluaran tersebut dapat dikurangkan sebagai biaya,
4. Ketentuan penghitungan penghasilan dan biaya yang diatur secara khusus
terutama transaksi yang dipengaruhi hubungan istimewa.

Pada umumnya perbedaan permanen disebabkan oleh pengaturan yang berbeda


berkenan dengan pengakuan penghasilan dan biaya antara standar akuntasi keuangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang terdapat pada
pasal 4 ayat (2) mengenai pajak penghasilan yang bersifat final yang dikenakan
pajak dengan tarig progresif pada akhir tahun, 4 ayat (3) mengenai apa saja yang
bukan merupakan objek pajak penghasilan, pasal 9 ayat (1) dan (2) mengenai yang
termasuk dalam non deductible expense atau beban pajak yang tidak dapat
dikurangkan terhadap penghasilan bruto, undang-undang nomor 7 tahun 1983
tentang pajak penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir

2.2.3 Aset Pajak Tangguhan Dan Liabilitas Pajak Tangguhan


Defenisi aset pajak tangguhan menurut PSAK 46 (revisi 2018), yaitu jumlah
pajak penghasilan yang dapat dipulihkan pada periode masa depat sebagai akibat adanya
1. Perbedaan temporer dapat dikurangkan
2. Akumulasi rugi pajak belum dikompensasi, dan
3. Akumulasi kredit pajak belum dimanfaatkan, dalam hal peraturan perpajakan
mengizinkan

Gunadi (2013), menyatakan bahwa aktiva pajak tangguhan bukan merupakan piutang
atau pembayaran pendahuluan pajak yang dapat dikreditkan, dikompensasikan atau
direstitusi, melainkan jumlah PPh yang terpulihkan di masa depat karena laba komersial
< laba kena pajak yang boleh diperhitungkan dan sisa rugi yang masih dapat
dikompensasikan ( paling lama lima tahun ).
Liabilitas pajak tangguhan akan menimbulkan kewajiban pajak tangguhan,
kewajiban pajak tangguhan ( deffered tax liabities) timbul apabila beda waktu
menyebabkan terjadinya koreksi negatif sehingga beban pajak menurut akuntansi lebih
besar dari pada beban pajak menurut peraturan perpajakan. Kewajiban pajak tangguhan
adalah jumlah PPh terhutang untuk periode kena pajak (Sukrisno Agoes, 2009,243).
Adapun menurut waluyo (2012,214) beban (penghasilan ) pajak tangguhan adalah
jumlah beban ( penghasilan ) yang mumcul akibat adanya pengakuan atas kewajiban
atau aset pajak tangguhan. Kewajiban pajak tangguhan ( deffered tax liabilites ) adalah
jumlah beban pajak terhutang untuk periode menatang akibat adanya perbedaan
temporer kena pajak (taxable temporary differences ).
Perbedaan temporer dimaksudkan sebagai perbedaan antara dasar pengenaan
pajak (tax base) dari suatu aset atau kewajiban dengan nilai tercatat pada aset atau
kewajiban yang berakibat pada perubahan laba fiskal periode mendatang. Terjadinya
perubahan tersebut dapat bertambah (future taxable amount) atau berkurang ( future
deductible amount) pada saat aset dipulihkan atau kewajiban dilunasi/dibayar.
Perbedaan temporer ini berakibat harus diakuinya aset dan/atau kewajiban pajak
tangguhan. Hal ini dapat terjadi pada kondisi :
1. Penghasilan atau beban yang harus diakui untuk menghitung laba fiskal atau laba
komersial dalam periode yang berbeda
2. Goodwill atau goodwill negatif yang terhadi saat konsolidasi
3. Perbedaan ini tercatat dengan tax base dari suatu aset atau kewajiban pada saat
pengakuan awal.
4. Bagian dari biaya perolehan saat penggabungan usaha yang bermakna akuisisi di
alokasikan ke aset atau kewajiban tertentu atas dasar nilai wajar, perlakuan
akuntansi demikian tidak diperkenankan oleh undang-undang pajak.

Menurut Harnanto (2011,115) kewajiban pajak tangguhan adalah kewajiban


yang timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi ( laba dalam laporan
keuangan untuk pihak eksternal ) dengan laba fiskal ( laba yang digunakan sebagai dasar
perhitungan pajak ). Selisih dari perbedaan pengakuan antara laba akuntansi komersial
dengan laba akuntansi fiskal yang akan menghasilkan koreksi berupa koreksi positif dan
koreksi negatif. Koreksi positif akan menghasilkan aset pajak tangguhan sedangkan
koreksi negatif akan menghasilkan beban pajak tangguhan. Koreksi negatif terjadi
apabila laba menurut fiskal berkurang. Koreksi negatif biasanya dilakukan akibat adanya
( Sukrisno Agoes, 2009,219) :
a. Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak
b. Penghasilan yang dikenakan PPh bersifat final
c. Penyusutan komersial lebih kecil daripada penyusutan fiskal
d. Amortisasi komersial lebih kecil daripada amortisasi fiskal
e. Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya
f. Penyesuaian fiskal negatif lainnya

2.2.4 Pengukuran Beban Pajak Tangguhan


Pengukuran beban pajak tangguhan, dimana perhitungan beban pajak tangguhan
dihitung dengan menggunakan indikator membobot beban pajak tangguhan dengan total
aktiva atau aset. Hal itu dilakukan untuk pembobotan beban pajak tangguhan dengan
total aset pada periode t-1 untuk memperoleh nilai yang terhitung dengan nilai
proposional.
Menurut hadimukti (2012) pajak tangguhan dapat dihitung dengan cara :

DTEit
Deferred Tax =
ATA i

Dimana :
DTEit : Deffered Tax Expense (perusahaan i tahun t)
ATAit : Average Total Assets yang diperoleh dari total aset perusahaan i tahun t
ditambah dengan perusahaan i tahun t-1 kemudian dibagi 2.

2.3 Tax to Book Ratio


2.3.1 Pengertian Laba Akuntansi dan Laba Fiskal
Laporan keuangan merupakan gambaran keadaan keuangan perusahaan dan hasil
dari usaha perusahaan dalam jangka tertentu. Jenis dalam laporan keuangan yaitu
laporan laba/rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan posisi keuangan. Laporan
keuangan menjadi dasar informasi bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan
karena laporan keuangan dapat menggambarkan kondisi keuangan perusahaan, hasil dari
usaha perusahaan, dan arus dana (kas) perusahaan dalam periode tertentu. Laporan
keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal disusun dengan cara yang berbeda.
Resmi (2009) menyebutkan laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal
berbeda karena adanya perbedaan standar akuntansi, metode dan prosedur akuntansi
yang berbeda, pengakuan penghasilan dan biaya yang berbeda, serta perlakuan
penghasilan dan biaya yang berbeda.
Adanya perbedaan standar dalam penyusunan laporan keuangan komersial dan
laporan keuangan fiskal menyebabkan adanya laba akuntansi dan laba kena pajak (laba
fiskal). Laba akuntansi adalah laba atau rugi bersih perusahaan dalam satu periode
sebelum dikurangi nilai beban pajak, sesuai dengan sistem serta prosedur pembukuan
yang wajar yang diakui dalam Standar Akuntansi Keuangan yang dapat menggambarkan
kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya yang diperoleh dari kegiatan usaha
perusahaan. Laba kena pajak atau laba fiskal adalah laba atau rugi perusahaan dalam
satu periode yang dibuat berdasarkan pada peraturan perpajakan yang telah ditetapkan
oleh otoritas perpajakan atas pajak penghasilan yang terutang. Laba kena pajak
merupakan laba yang dihitung setelah adanya koreksi fiskal (positif maupun negatif).
Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yaitu perusahaan
sebagai Wajib Pajak Badan maka perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar
pajak terutang. Perusahaan dituntut untuk menyesuaikan laporan keuangannya sesuai
dengan ketentuan perpajakan yang telah ditetapkan sehingga jumlah pajak yang harus
dibayar oleh perusahaan dapat diketahui. Proses ini disebut dengan rekonsiliasi fiskal
atau koreksi fiskal.
Adanya perbedaan prinsip dalam pembuatan laporan keuangan komersial dan
laporan keuangan fiskal akan menimbulkan rekonsiliasi. Koreksi fiskal atau rekonsiliasi
fiskal yaitu laba komersial yang disesuaikan dengan laba fiskal (laba kena pajak) untuk
menghasilkan laba kena pajak yang sesuai pada ketentuan perpajakan. Penyesuaian atas
laba tersebut menimbulkan adanya koreksi antara laba komersial dengan laba fiskal
(laba kena pajak) dimana koreksi fiskal tersebut dapat dibagi menjadi koreksi positif dan
koreksi negatif. Menurut Resmi (2013) koreksi positif dan koreksi negatif akan terjadi
apabila:
a. Koreksi positif
Koreksi positif dilakukan apabila:
1. Pendapatan menurut fiskal lebih besar daripada menurut akuntansi atau suatu
penghasilan diakui menurut fiskal tetapi tidak diakui menurut akuntansi.
2. Biaya/pengeluaran menurut fiskal lebih kecil daripada menurut akuntansi atau
suatu biaya/pengeluaran tidak diakui menurut fiskal tetapi diakui menurut
akuntansi.
b. Koreksi negatif
Koreksi negatif dilakukan apabila:
1. Pendapatan menurut fiskal lebih kecil daripada menurut akuntansi atau suatu
penghasilan tidak diakui menurut fiskal (bukan Objek Pajak) tetapi diakui menurut
akuntansi.
2. Biaya/pengeluaran menurut fiskal lebih besar daripada menurut akuntansi atau
suatu biaya/pengeluaran diakui menurut fiskal tetapi tidak diakui menurut
akuntansi.
3. Suatu pendapatan telah dikenakan pajak penghasilann bersifat final.
Tax to book ratio merupakan rasio perbandingan antara laba akuntansi dan laba
fiskal dimana laba akuntansi berdasarkan pada standar akuntansi keuangan yang berlaku
di Indonesia sedangkan laba fiskal berdasarkan pada ketentuan perpajakan yang telah
ditetapkan di Indonesia.
2.3.2 Pengertian Tax to Book Ratio
Menurut Hadimukti (2012, 472) pengertian Tax to Book Ratio yaitu:
“Tax to Book Ratio adalah perbandingan antara ratio penghasilan kena pajak (taxable
income) terhadap Laba Akuntansi (book income) dimana penjelasan tentang rasio pajak
terdapat pada catatan atas laporan keuangan suatu perusahaan”.
Menurut Suparman (2011, 13) pengertian tax to book ratio adalah sebagai berikut:
“Persepsi Rasio Pajak adalah perbandingan antara rasio penghasilan kena pajak terhadap
Laba Akuntansi dimana penjelasan tentang rasio pajak terdapat pada catatan atas laporan
keuangan suatu perusahaan”.
Menurut Hilda (2016, 17) menjelaskan bahwa tingkat perbedaan antara laba
akuntansi dan laba fiskal dapat diindikasi melalui rasio ini dimana jika laba akuntansi
lebih kecil daripada laba fiskal (laba akuntansi < laba fiskal) maka terjadi koreksi positif
yang membuat laba fiskal bertambah, sedangkan jika laba akuntansi memiliki nilai yang
lebih besar daripada laba fiskal (laba akuntansi > laba fiskal) maka terjadi koreksi
negatif yang membuat laba fiskal lebih kecil dan akibatnya pajak yang dibayar juga akan
semakin rendah serta berpengaruh pada jumlah laba akuntansi setelah pajak begitu pula
sebaliknya saat laba fiskal tinggi maka pajak yang akan dibayar juga semakin tinggi dan
berpengaruh pada laba bersih perusahaan. Keberhasilan perusahaan dapat dihitung
dengan menggunakan rasio profitabilitas melalui laba akuntansi. Adanya perbedaan laba
akuntansi dan laba kena pajak dapat menggambarkan kualitas dari laba perusahaan yang
menggambarkan keberhasilan perusahaan. Semakin besar perbedaan laba akuntansi dan
laba kena pajak yang dilaporkan oleh perusahaan, maka kualitas laba akan semakin
rendah yang memiliki artipersistensi laba yang rendah.
2.3.3 Pengukuran Tax to Book Ratio
Menurut Resmi (2013) tax to book ratio dapat dihitung dengan cara:

Tl i t
Tax Book Ratio=
PTBl it

Dimana :
Tl i t = Laba fiskal atau kena pajak (perusahaan i tahun t)
PTBlit = Laba akuntansi atau laba sebelum pajak (perusahaan i tahun t)
2.4 Kinerja Keuangan

2.4.1 Pengertian Kinerja Keuangan


Menurut Irham Fahmi (2013, 2) kinerja keuangan merupakan gambaran dan
Pencapaian keberhasilan perusahaan dan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai
atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Keberhasilan suatu perusahaan dalam
mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan masyarakat sangat tergantung kepada kinenja
pemsahaan dan manajer perusahaan dalam melaksanakan semua tanggung jawabnya
Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai prestasi organisasi atau pemsahaan dinilai
secara kuantitatif dalam bentuk uang yang dilihat dari segi pengelolaannya,
pergerakannya maupun tujuannya.
Kinerja perusahaan dapat digambarkan melalui laporan keuangan. Laporan
keuangan merupakan salah satu sumber infomasi penting bagi para pengguna laporan
keuangan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi untuk mempredxksi yang
teljadi pada perusahaan pada masa yang akan datang. Oleh karena itu para pengguna
laporan keuangan perlu melihat dan mengidentifikasi performa perusahaan melalui
laporan keuangan selama periode tertentu yang digunakan sebagai alat ukur dalam
menilai kinerja keuangan.
2.4.2 Pengukuran Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan
keuangan. Informasi posisi keuangan dari kinerja keuangan di masa lalu sering kali
digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja perusahaan di
masa depan dan hal-hal yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran
dividen, upah, pergerakan harga, sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
komitmennya ketika jatuh tempo (Ikatan Akuntansi Indonesia 2002,4)
Menurut Sucipto (2007), penilaian kinerja keuangan dimanfaatkan oleh
manajemen untuk hal-hal berukut ini:

1. Mengelola operasi organisasi secara efekrif dan efisien melalui pemotivasian


karyawan secara maksimum. Dalam mengelolah perusahaan, manajemen
menetapkan sasaran yang akan dicapai dimasa yang akan datang dan didalam
proses tersebut dinamakan planning.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti
promosi, transfer dan pemberhentian. Penilaian kinerja akan menghasilkan data
yang dapat dipakai secara dasar pengambilan keputusan yang bersangkutan
dengan karyawan yang dinilai berdasarkan kinerjanya.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk
menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. Jika
manajemen puncak tidak mengenal kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya,
sulit bagi manajemen untuk mengevakuasi dan memilih program pelatihan
karyawan yang sesuai dengan kebutuhan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka
menilai kinerja mereka. Dalam organisasi perusahaan, manajemen atas
mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada manajemen dibawah mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan. Hasil pengukuran tersebut
juga dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen selama ini apakah mereka
telah bekerja secara efektif atau tidak. Jika berhasil mencapai target yang
ditentukan mereka dikatakan berhasil mencapai target untuk periode atau
beberapa periode. Namun sebaliknya jika gagal atau tidak berhasil mencapai
yang telah ditentukan, ini akan menjadi pelajaran bagi manajemen dan harus
diselidiki letak kesalahannya agar kejadian tersebut tidak terulang.
2.4.3 Jenis Jenis Rasio Profitabilitas

Berikut adalah jenis-jenis rasio profitabilitas yang lazim digunakan dalam


praktik untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengasilkan laba (Hery,
2015, 228) :
1. Hasil Pengembalian atas Aset (Return on Assets)
Hasil pengembalian atas aset merupakan rasio yang menunjukkan seberapa
besar kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini
digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari
setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Rasio ini dihitung dengan
membagi laba bersih terhadap total aset.
Semakin tinggi hasil pengembalian atas aset berarti semakin tinggi pula jumlah
laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset.
Sebaliknya, semakin rendah hasil pengembalian atas asset berarti semakin rendah pula
jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam
total aset.
2. Hasil Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity)
Hasil pengembalian atas ekuitas merupakan rasio yang menunjukkan seberapa
besar kontribusi ekuitas dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini
digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari
setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas. Rasio ini dihitung dengan
membagi laba bersih terhadap ekuitas.
Semakin tinggi hasil pengembalian atas ekuitas brarti semakin tinggi pula laba
bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dan ekuitas. Sebaliknya,
semakin rendah hasil pengembalian atas ekuitas berarti semakin rendah pula jumlah
laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam ekuitas.
3. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Margin laba kotor merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya
persentase laba kotor atas penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba
kotor terhadap penjualan bersih. Laba kotor sendiri dihitung sebagai hasil pengurangan
antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan. Yang dimaksud dengan
penjualan bersih di sini adalah penjualan (tunai maupun kredit) dikurangi retur dan
penyesuaian harga jual serta potongan penjualan.
Semakin tinggi margin laba kotor berarti semakin tinggi pula laba kotor yang
dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini dapat disebabkan karena tingginya harga jual
dan/atau rendahnya harga pokok penjualan. Sebaliknya, semakin rendah margin
laba kotor berarti semakin rendah pula laba kotor yang dihasilkan dari penjualan
bersih. Hal ini dapat disebabkan karena rendahnya harga jual dan/atau tingginya harga
pokok penjualan.
4. Margin Laba Operasional (Operating Profit Margin).
Margin laba operasional merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
besarnya persentase laba operasional atas penjualan bersih. Rasio ini dihitung
dengan membagi laba operasional terhadap penjualan bersih. Laba operasional
sendiri dihitung sebagai hasil pengurangan antara laba kotor dengan beban operasional.
Beban operasional di sini terdiri atas beban penjualan maupun beban umum dan
administrasi.
Semakin tinggi margin laba operasional berarti semakin tinggi pula laba
operasional yang dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini dapat disebabkan karena
tingginya laba kotor dan/atau rendahnya beban operasional. Sebaliknya, semakin
rendah margin laba operasional berarti semakin rendah pula laba operasional yang
dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini dapat disebabkan karena rendahnya laba kotor
dan/atau tingginya beban operasional.
5. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Margin laba bersih merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya
persentase laba bersih atas penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba
bersih terhadap penjualan bersih. Laba bersih sendiri dihitung sebagai hasil
pengurangan antara laba sebelum pajak penghasilan dengan beban pajak penghasilan.
Yang dimaksud dengan laba sebelum pajak pengasilan di sini adalah laba operasional
ditambah pendapatan dan keuntungan lain-lain, lalu dikurangi dengan beban dan
kerugian lain-lain.
Semakin tinggi margin laba bersih berarti semakin tinggi pula laba bersih yang
dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini dapat disebabkan karena tingginya laba
sebelum pajak penghasilan. Sebaliknya, semakin rendah margin laba bersih berarti
semakin rendah pula laba bersih yang dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini dapat
disebabkan karena rendahnya laba sebelum pajak penghasilan.
2.4.4 Return On Assets

Menumt Hery (2017.144), “Return On Assets merupakan rasio yang menunjukkan


has" (return) atas penggunaan aset perusahaan dalam menemukan laba bersih.” Menurut
Kasmu' (2015 202), “ROA merupakan rasxo yang menunjukkan hasll (return) atas
jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROA Juga merupakan suatu ukuran
tentang efektivitas manajemen dalam mengelola Investasinya”.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa rasio ini digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan
(laba) secara keseluruhan berdasarkan Jumlah aset yang digunakan.

Return On Assets (ROA) atau dalam beberapa literatur disebut return on


investment (ROI) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk
mengukur efektivitas manajemen perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk
menghasilkan labaReturn On Assets (ROA) atau dalam beberapa literatur disebut return
on investment (ROI) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk
mengukur efektivitas manajemen perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk
menghasilkan laba. Dalam prakteknya. ada banyak tujuan dan manfaat yang dapat
diperoleh diantaranya : (Hery, 2017 192-193)

1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasllkan laba selama


penode tertentu
2. Untuk menilai posisi perusahaan tahun sebelumnya dan tahun yang sekarang.
3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Untuk mengukur seberapa besar perkembangan laba bersih yang akan di hasilkan
dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset.
Para pihak yang berkepentingan dengan perusahaan seperti pemegang saham dan
kreditur akan sangat memperhatikan bagaimana perkembangan dari dana yang mereka
investasikan pada perusahaan tersebut. Dari rasio ini, bnyak pandangan yang dapat
diberikan kepada pemegang saham dan kreditur tentang kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan seluruh aset yang dimilikinya, baik yang diperoleh melalui
ekuitas pemengang saham maupun utang. Perusahaan yang memliki return on assets
yang lebih tinggi akan cenderung lebih disukai, karena kemampuan perusahaan tersebut
dalam menjalankan kegiatan operasionalnya secara efisien.
Semakin tinggi return on assets menunjukan bahwa perusahaan telah
menggunakan aset yang dimiliki secara efektif untuk menghasilkan keuntungan. Hal ini
juga diungkapkan oleh kasmir (2014, 202) yang berpendapat bahwa, semakin kecil
(rendah) rasio ini, semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini
digunakan untuk mengukur efektifitas dari keseluruh operasi perusahaan. Kedua
pernyataan tersebut dapat memberikan arti bahwa semakin tinggi return on assets suatu
perusahan mengindikasikan kondisi profitabilitas yang lebih baik, dan juga memberikan
gambaran mengenai efektivitas dari kegiatan operasional perusahaan.
Adapaun formulasi untuk menghitung return on assets adalah sebagai berikut:

Net Income
ROA=
Total Asset

Net income = Laba bersih perusahaan setelah dikurangi beban pajak


Total asset = Asset keseluruhan pada tahun tersebut
2.5 Peneliti Sebelumnya

no Nama Judul Variable Indikator Hasil Publikasi


Penulis Penelitian

1 Dewi Pengaruh Aktiva Pajak dengan Beban pajak Skripsi


Pindiharti aktiva Tangguhan menggunaka tangguhan
(2011) pajak (X1) n statistika memiliki
tangguhan deskriptif pengaruh
dan beban Beban Pajak dan regresi positif dan
pajak Tangguhan( logistic signifikan
tangguhan X2) dengan terhadap
dan akrual menggunaka manajemen
Akrual (X3)
terhadap n bantuan laba,
earning Earning SPSS versi sedengankan
manageme management 16 aktiva pajak
nt (Y) tangguhan
tidak
memiliki
pengaruh
signifikan

2 Gina Pengaruh Pajak Penelitian Secara persial skripsi


Oktavianti pajak Tangguhan deskriptif DTA dan
(2017) tangguhan (X1) dan DTL tidak
terhadap verifikatif memiliki
kinerja Kinerja pengaruh
keuangan Keuangan terhadap
pada (Y) ROA.
perusahaan Kemudian
subsector DTE
food and memiliki
baverages pengaruh
yang terhadap
terdaftar di signifikan
BEI terhadap
ROA.
Sedangkan
DTA,DTL
dan DTE
secara
simultan
berpengaruh
signifikan
terhadap
ROA

3 Nurul Apreni Pengaruh Pengaruh Penelitian Secara persial Skripsi


Sindah pajak Pajak deskriptif DTA dan
(2018) tangguhan Tangguhan dan DTL tidak
terhadap (X1) verifikatif memiliki
profitabilita pengaruh
s pada Profitabilitas terhadap
perusahaan (Y) ROA.
manufaktur Kemudian
yang DTE
terdafatar memiliki
di BEI pengaruh
periode terhadap
2012-2016 signifikan
terhadap
ROA.
Sedangkan
DTA,DTL
dan DTE
secara
simultan
berpengaruh
signifikan
terhadap
ROA

4 Poppy Hilda Pengaruh Pajak Alat analisis Didapat skripsi


Miranida pajak Tangguhan yang kesimpulan
(2016) tangguhan (X1) digunakan bahwa
dan tax to dalam terdapat
book ratio Tax To penelitian pengaruh
terhadap Book Ratio ini meliputi pajak
profitabilia (X2) uni asumsi tangguhan
s dan klasik, terhadap
Peofitabilita
persistensis analisis persistensi
s (Y)
laba pada regresi laba dimasa
perusahaan Peristensis linear yang akan
manufaktur (Y) berganda datang
yang dan
terdaftar di pengujian perushaan.
BEI hipotersis.

5 Herdawati Analisis Perencanaan Laba bersih Hasil skripsi


Pengaruh Pajak (X1) setelah pajak penelitian
Perencanaa menyatakan
n Pajak Beban Pajak Laba bahwa
Dan Beban (X2) sebelum
Pajak pajak 1. Pere
Manajemen ncan
Tangguhan
Laba (Y) Beban pajak aan
Terhadap
tangguhan paja
Manajemen
Laba Studi k
Total aset
Kasus Pada mem
sebelumnya
Perusahaan iliki
Manufaktur Laba bersih peng
Yang aruh
Tercatat Di Harga posit
BEI saham if
dan
Lembar tidak
saham yang signi
beredar fikan
terha
dap
man
ajem
en
laba
2. Beba
n
paja
k
tang
guha
n
berp
enga
ruh
posit
if
dan
tidak
signi
fikan
terha
dap
prob
abilit
as
peru
saha
an
mela
kuka
n
man
ajem
en
laba

6 Alex Pengaruh Beban Pajak Alat analisis Beban pajak


Mandala pajak Tangguhan yang tangguhan
Putra (2015) tangguhan DTE (X1) digunakan (DTE)
dan tax to dalam berpengaruh
book ratio Tax To penelitian namun tidak
terhadap Book Ratio ini meliputi signifikan
kinerja (X2) uni asumsi terhadap EPS,
perusahaan klasik, sedangkan tax
Kinerja
(pada analisis to book ratio
Perusahaan ,
perusahaan regresi berpengaruh
Earning Per
manufaktur linear signifikan
Share EPS
yang berganda terhadap EPS
(Y)
terdapat di dan
BEI tahun pengujian
(2012- hipotersis.
2013)

7 Ratna Eka Pengaruh Perencanaan Analisis Hasil Skripsi


Puji Astutik, perencanaa Pajak (X1) regresi linier penelitian
Titik n pajak dan berganda secara persial
Mildawati pajak Beban Pajak dengan menunjukkan
2016 tangguhan Tangguhan pengujian bahwa
terhadap (X2) asumsi perencanaan
manajemen klasik yang pajak dan
Manajemen
laba meliputi uji beban pajak
Laba (Y)
normalitas, tangguhan
multikolinier masing-
itas, masing
heteroskedas mempunyai
tisitas dan pengaruh
autokorelasi, terhadap
serta manajemen
pegujian
hipotesis laba

8 Elisabet I. Pengaruh Pajak Statistik Pajak Skripsi


Marpaung, pajak Tangguhan deskriptif, tangguhan
Lauw Tjun tangguhan (X1) asumsi berpengaruh
Tjun (2016) dan tax to klasik positif dan
book ratio Tax To menggunaka signifikan
terhadap Book Ratio n uji terhadap
kinerja (X2) normalitas, kinerja
perusahaan heteroskedas perusahaan.
Kinerja
tisitas, Sedangkan
Perusahaan
multikolinea tax to book
(Y)
ritas, dan ratio tidak
autokolrelasi berpengaruh
. Analisis terhadap
regresi tang kinerja
digunakan perusahaan.
dalam
penelitian
ini yaitu
analisis
regersi linier
berganda

9 I Made Dwi Pengaruh Pajak Asumsi Pajak skripsi


Hermana pajak Tangguhan klasik tangguhan
(2014) tangguhan (X1) menggunaka berpengaruh
dan tax to n uji positif dan
book ratio Tax To normalitas, signifikan
terhadap Book Ratio heteroskedas terhadap
kinerja (X2) tisitas, kinerja
perusahaan multikolinea perusahaan.
Kinerja
(studi ritas, dan Sedangkan
Perusahaan
empiris autokorelasi tax to book
(Y)
pada yang di ratio tidak
perusahaan gunakan berpengaruh
manufaktur dalam terhadap
yang listing penelitian kinerja
di BEI ini adalah perusahaan.
tahun analisis
(2010- regresi linier
2011) berganda

10 Ikhsan Fikri pengaruh Beban Pajak Beban pajak Beban pajak e-journal,
beban Tangguhan tangguhan tangguhan universitas
Aulia pajak (X1) dan ukuran bung hatta
tangguhan, Total aset perusahaan 2014
Ukuran
ukuran Perusahaan DER tidak
perusahaan (X2) berpengaruh
dan tingkat Model jones signifikan
hutang Tingkat dimodifikasi terhadap
terhadap Hutang (X3) manajemen
manajemen laba
Manajemen
laba pada
Laba (Y) Sedangkan
perusahaan
manufaktur tingkat
yang hutang
terdaftar di berpengaruh
bursa efek signifikan
Indonesia terhadap
manajemen
laba

11 Vincent Pengaruh Beban Pajak Beban pajak Beban pajak Riau, 2016
Junery beban Tangguhan tangguhan tangguhan
pajak (X1) dan beban
tangguhan, Total aset pajak kini
beban Beban Pajak berpengaruh
Kini (X2) Tarif pajak
pajak kini signifkan
Kompensasi efektif
dan terhadap
kompensasi Manajemen manajemen
Laba bersih
manajemen (X3) laba
terhadap Discretionar sementara
Manajemen
manajemen y accruals kompensasi
Laba (Y)
laba (studi manajemen
empiris tidak
pada bank berpengaruh
dan signifikan
lembaga terhadap
keuangan manajemen
yang laba
terdaftar di
BEI 2010-
2013

12 Dewi Purwati Pengaruh Beban Pajak Beban pajak Beban pajak Skripsi
beban Tangguhan tangguhan tangguhan universitas
pajak (X1) dan pakuan
tangguhan Total asset profitabilitas tahun 2019
profitabilita Profitabilitas tidak
(X2) Laba bersih
s dan berpengaruh
perencanaa Harga terhadap
Manajemen
n pajak saham manajemen
Laba (Y)
terhadap laba
manajemen volume Perencanaan
laba pajak
berpengaruh
terhadap
manajemen
laba

2.6 Kerangka Pemikiran


2.6.1 pengaruh pajak tangguhan( Deferred tax expense) terhadap ROA ( Return
On asset)

perusahaan mendapatkan laba atau disebut dengan profitabilitas. Sedangkan untuk


Tax to Book Ratio tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Purba (2005)
mengungkapkan bahwa pengakuan pajak tangguhan dapat berdampak terhadap
berkurangnya laba bersih atau berkurangnya rugi bersih. Pengakuan pajak tangguhan
yang dapat berpengaruh terhadap laba bersih perusahaan maka pajak tangguhan juga
dapat berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Profitabilitas menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba dimana dapat diukur dengan menggunakan
rasio Return on Asset yang didapat dari pembagian laba bersih setelah pajak dengan total
aset. Pajak tangguhan yang mempengaruhi laba bersih maka laba bersih tersebut juga
akan berpengaruh pada Return on Asset dimana akan menunjukkan laba bersih sesudah
pajak per rupiah keseluruhan aset yang artinya bahwa setiap rupiah aset menghasilkan
sejumlah rupiah laba setelah pajak. Semakin tinggi rasio Return on Asset maka semakin
baik dan hal ini menunjukkan hasil profit sebuah perusahaan.
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Harmana (2014) yaitu pajak tangguhan
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan yang artinya
perusahaan yang mempunyai manajemen pajak yang baik maka dapat meningkatkan
kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan dapat dilihat dari kemampuan
2.6.2 Pengaruh Tax To Book Ratio ( TBR) Terhadap ROA ( Return On Asset)
Menurut Resmi (2009) koreksi positif terjadi saat pendapatan menurut fiskal lebih
besar daripada menurut akuntansi atau suatu penghasilan diakui menurut fiskal tetapi
tidak diakui menurut akuntansi, sedangkan koreksi negatif terjadi saat pendapatan
menurut fiskal lebih kecil daripada menurut akuntansi atau suatu penghasilan tidak
diakui menurut fiskal tetapi diakui menurut akuntansi. Terjadinya koreksi positif dimana
laba fiskal bertambah yang berarti penghasilan kena pajak akan semakin besar
dibandingkan dengan laba akuntansi, sehingga pajak yang akan dibayar oleh perusahaan
juga akan semakin besar dan berdampak pada laba bersih setelah pajak berkurang.
Koreksi negatif yaitu laba fiskal berkurang dimana pajak yang dikenakan akan semakin
kecil, sehingga laba bersih perusahaan akan semakin besar. Laba bersih perusahaan
berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan yang akan menggambarkan keberhasilan
perusahaan.
Hasil penelitian dari Poppy Hilda Miranidia (2016), menyatakan bahwa tax to
book ratio berpengaruh signifikan dalam memprediksi profitabilitas (ROA) ditahun yang
akan datang. Ini menggambarkan semakin tinggi tingkat perbedaan laba sebelum pajak
dan laba setelah pajak, maka akan semakin tinggi nilai tax to book ratio maka akan
semakin rendahnya profitabilitas perusahaan.
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah: beban
pajak tangguhan dan tax to book ratio mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas suatu
perusahaan dalam memperoleh laba.
Maka kerangka pemikiran yang telah dibuat mengenai pengaruh beban pajak tangguhan
(Deffered Tax Expense – DTE) dan tax to book ratio (TBR) terhadap profitabilitas
menggunakan proksi Return On Asset (ROA), dapat disimpulkan menjadi kerangka
pemikiran yang berbentuk grafik sebagai berikut :

Beban Pajak H1
Tangguhan
(Deffered Tax Profitabilitas
Expense – DTE) H3 (Return On
Asset – ROA)
Tax to Book Ratio H2 (Y)
(TBR)
(X2)

2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu asumsi atau dugaan sementara yang dibuat untuk
menjelaskan dugaan tersebut dengan melakukan pengujian kebenarannya lebih lanjut.
Berdasarkan kerangka pemikiran penulis menarik hipotesis bahwa semakin besar atau
tinggi beban pajak tangguhan (Deffered Tax Expense – DTE) dan Tax to Book Ratio
maka semakin menurun profitabilitas suatu perusahaan yang diukur melalui proksi
Return on Asset (ROA) dalam memperoleh laba.
H1: Beban Pajak Tangguhan (Deffered Tax Expense – DTE) berpengaruh positif
terhadap Profitabilitas menggunakan proksi Return on Asset (ROA).
H2: Tax to Book Ratio (TBR) berpengaruh positif terhadap Profitabilitas menggunakan
proksi Return on Asset (ROA).
H3: beban pajak tangguhan (Deffered Tax Expense – DTE) dan Tax to Book Ratio
(TBR) secara bersama – sama berpengaruh positif terhadap Profitabilitas
menggunakan proksi Return on Asset (ROA).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian verifikatif mengenai Beban
Pajak Tangguhan (Deffered Tax Expense–DTE) dan Tax to Book Ratio (TBR) serta
pengaruhnya terhadap kinerja keuangan menggunakan proksi Return On Asset (ROA)
pada perusahaan Manufaktur Sektor Industri dasar dan Kimia yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Pengajuan hipotesis pada penelitian ini akan dibuktikan dengan metode
statistik. Sampel penelitian ini diperoleh dengan memanfaatkan laporan keuangan
perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015-2019.
3.2 Objek, Unit Analisis, dan Lokasi Penelitian
Objek penelitian pada penelitian ini adalah variabel-variabel yang meliputi Pajak
Tangguhan, namun disini saya lebih memfokuskan kepada Beban Pajak Tangguhan
(Deffered Tax Expenses-DTE) dan Tax to Book Ratio serta pengaruhnya terhadap
Profitabilitas menggunakan proksi Return On Assets (ROA). Untuk memperoleh data
dan informasi yang diperlukan maka penulis melakukan penelitian atas variabel-variabel
tersebut pada perusahaan Manufaktur Sektor Industri dan Kimia yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2015 -2019.
Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kelompok
organisasi yaitu sumber data yang unit analisis nya merupakan respon dari divisi
organisasi/perusahaan. Dalam hal ini unit analisis adalah divisi organisasi yaitu
perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Lokasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar
dan Kimia. Penelitian ini penelitian sekunder maka dari itu lokasi penelitian nya
diperoleh melalui situs Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).
3.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis data penelitian ini adalah data kuantitatif dengan sumber data penelitian
data sekunder yaitu, data yang diperoleh tidak secara langsung yang peneliti dapatkan
dari Bursa Efek Indonesia berasal dari situs www.idx.co.id berupa laporan keuangan
tahunan perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang meliputi laporan
posisi keuangan dan laporan laba rugi komprehensif pada tahun 2015 sampai dengan
2019.
3.4 Operasionalisai Variabel
Untuk memudahkan proses analisis, maka terlebih dahulu penulis
mengklasifikasikan variabel – variabel penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Variabel Independen (Variabel Bebas).
Merupakan Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya
atau timbulnya variabel dependen. Variabel ini berfungsi untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
independen adalah Beban Pajak Tangguhan (Deffered Tax Expenses-DTE) dan Tax to
Book Ratio (TBR).
2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat karena adanya variabel bebas.
Dalam sebuah penelitian variabel ini diamati dan diukur untuk mengetahui pengaruh
dari variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah
Profitabilitas dengan menggunakan proksi Return On Asset (ROA) pada perusahaan
Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Adapun penjabaran dan pengukuran dari operasionalisasi variabel ini dijabarkan
dalam tabel berikut:
Tabel 3.1
Operasionalisai Variabel
Pengaruh Pajak Tangguhan dan Tax to Book Ratio terhadap Profitabilitas
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019).

Variabel Indikator Ukuran Skala


Beban Pajak  Deffered Tax
Tangguhan Expense DTEit Rasio
(Deffered Tax Deferred Tax=
(perusahaan i tahun ATA i
Expense – DTE) t)
 Average total asset
(total aset
perusahaan I tahun
t ditambah
dengan perusahaan
i tahun t-1
kemudian dibagi 2)
Tax to Book Ratio  Laba fiskal
(TBR) (Perusahaan i Tl i t Rasio
Tax Book Ratio=
tahun t) PTBl it
 Laba akuntansi
(Perusahaan i
tahun t)
Profitabilitas -  Laba setelah pajak
Return On Asset  Total asset Net Income Rasio
ROA=
(ROA) Total Asset

Sumber : Referensi yang diolah penulis (2021)


3.5 Metode Penarikan Sampel
Penelitian ini menggunakan sampel data perusahaan Manufaktur Sektor Industri
dan Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penarikan sampel pada Manufaktur
Subsektor Industri Dasar Dan Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
menggunakan metode penarikan sampel purposive sampling yaitu sampel yang dipilih
dengan cermat sehingga relevan dengan rancangan penelitian.
Pada penelitian ini menggunakan sampel data perusahaan Manufaktur Sektor
Industri Dasar dan Kimia yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada
September 2020 sub sektor ini berjumlah 71 emiten (perusahaan tercatat). Namun pada
penelitian ini penulis hanya mengambil 8 perusahaan yang lebih lanjut, yang memenuhi
kriteria sebagai berikut.
Perusahaan yang dipilih sebagai sampel harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan tidak keluar (delisting)
selama periode 2015-2019.
2. Perusahaan Manufaktur Sektor Industri dan Kimia yang menerbitkan laporan
keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen untuk tahun yang berakhir
2015-2019.
3. Perusahaan Manufaktur Sektor Industri dan Kimia yang menggunakan mata uang
Rupiah dalam laporan keuangannya.Perusahaan pada periode 2015-2019.
4. Perusahaan Manufaktur Sektor Industri dan Kimia yang melaporkan laba secara
berturut-turut selama periode 2015-2019.
5. Perusahaan Manufaktur Sektor Industri dan Kimia yang melaporkan laporan
keuangan yang terdapat informasi yang lengkap terkait dengan semua variabel
yang diteliti yaitu Beban Pajak Tangguhan, Tax to Book Ratio dan ROA serta
melakukan rekonsiliasi fiskal selama periode 2015-2019.

Tabel 3.2
Kriteria Perusahaan yang Menjadi Sampel

No Keterangan Jum
lah
1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan tidak keluar 60
(delisting) selama periode 2012-2019.
2. Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dan Kimia yang menerbitkan laporan 50
keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen untuk tahun yang
berakhir 2015-2019.
3. Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dan Kimia yang menggunakan mata 52
uang Rupiah dalam laporan keuangannya.Perusahaan pada periode 2015-
2019.
4. Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dan Kimia yang melaporkan laba 25
secara berturut-turut selama periode 2015-2019.
5. Perusahaan Manufaktur Sektor Industri dan Kimia yang melaporkan laporan 8
keuangan yang terdapat informasi yang lengkap terkait dengan semua
variabel yang diteliti yaitu Beban Pajak Tangguhan, Tax to Book Ratio dan
ROA serta melakukan rekonsiliasi fiskal selama periode 2015-2019.
Jumlah Perusahaan yang akan menjadi sampel 8
(Sumber: www.idx.co.id diolah oleh penulis, 2020)
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka sebanyak 8 Perusahaan
Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang akan menjadi sampel dalam
penelitian ini. Berikut nama - nama perusahaan yang dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3
Nama Perusahaan yang Menjadi Objek Penelitian
No. Kode Emiten Nama Emiten Tgl listing

1. INTP Indocement Tunggal Perkasa 05/12/1989

2. WTON Wijaya Karya Beton Tbk 08/07/1991

3. ARNA Arwana Citramulia Tbk 17/07/2001

4. TOTO Surya Toto Indonesia Tbk 30/10/1990

5. AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk 18/12/1992

6. INCI Intanwijaya Internasional Tbk 24/07/1990

7. LION Lion Metal Works Tbk 20/08/1993

8. CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 18/03/1991

(Sumber: www.idx.co.id diolah oleh penulis, 2021)


3.6 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data diperoleh melalui penelusuran dengan
komputer, yaitu dengan cara mengakses dan mengunduh data sekunder yang berupa
laporan keuangan perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar Dan Kimia yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2015-2019 yang telah dipublikasi di
website Bursa Efek Indonesia (BEI).
3.7 Metode Pengolahan / Analisis Data
Dalam melakukan penelitian, analisis merupakan bagian terpenting untuk
memperoleh kesimpulan dari masalah-masalah yang diteliti. Kesimpulan tersebut dapat
berupa hubungan maupun pengaruh dari variabel-variabel yang terdapat di dalam
penelitian.
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak SPSS adalah
kepanjangan dari Statistical Package for Social Sciences yaitu software yang berfungsi
untuk meganalisis data, melakukan perhitungan statistik baik untuk statistik parametrik
maupun non-parametrik dengan basis windows (Imam Ghozali, 2016, 15). Dengan
program IBM SPSS 23 yaitu versi terakhir. Data yang telah dikumpulkan mengenai
semua variabel penelitian kemudian diolah atau dianalisis dengan cara sebagai berikut:
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari
nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range,
kurtosis, dan skewness (kemencegan distribusi) menurut (Imam Ghozali, 2016, 19).
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Regresi yang memiliki satu variabel dependen dan lebih dari satu variabel
independent. Model persamaan regresi linear sederhana sebagai berikut:

Y =α +b 1 X 1+b 2 X 2+ e
Y = Profitabilitas menggunakan proksi Return on asset (ROA)
α = Konstanta
b 1 = Koefisien regresi beban pajak tangguhan (Deffered Tax Expense – DTE)
X 1 = Beban pajak tangguhan (Deffered Tax Expense – DTE)
b 2 = Koefisien regresi Tax to Book Ratio
X 2 = Tax to Book Ratio
e = Kesalahan residual
3. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka peneliti
melakukan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji
autokorelasi..
a. Uji Normalitas
Menurut Imam Ghozali (2016, 154) Uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan f mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi
tidak valid untuk jumlah sample kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan Analisis
statistik
1) Analisis grafik
Menurut Imam Ghozali (2016, 154) menyatakan metode yang lebih handal
adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi
kumulatif dari distribusi normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi
dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik atau dengan
melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan:
a) Jika data menyebar disekitar gratis diagonal atau grafik histogramnya
menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
b) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjakkan pola distribusi normal,
maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2.) Analisis statistik
Selain analisis grafik untuk melihat data berdistibusi dengan normal atau tidak,
dilengkapi dengan analisis statistik agar tidak menyesetkan dalam membaca
data. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas adalah uji
statistik non parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dilakukan dengan membuat
hipotesis :
H0 : Data residual berdistribusi normal
H1 : Data residual tidak berdistribusi normal
a) jika signifikan kurang dari 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai
perbedaan signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak
normal atau H0 ditolak
b) jika signifikan lebih dari 0,05 berarti data tersebut berdistribusi normal atau
H0 diterima.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk menguji ada
atau tidaknya multikolinieritas didalam model regresi dapat dilihat dari (1) nilai
tolerance dan lawannya, (2) Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Dalam pengertian ini sederhana setiap variabel independen
menjadi variabel dependen dan diregres terhadap variabel independen lainnya.
Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama
dengan VIF tinggi (karena VIF=1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai
untuk menunjukan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance<0,10 atau sama
dengan nilai VIF>10 menurut (Imam Ghozali, 2016, 107).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika variance dari residual pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan juga berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Kriteria
pengujian menggunakan tingkat signifikan 0,05 dengan uji 2 sisi:
1) jika korelasi antar variabel independen dengan residual didapat signifikan lebih
dari 5% maka tidak ada heteroskedastisitas pada model regresi.
2) jika korelasi antar variabel independen dengan residual didapat signifikan
kurang dari 5% maka terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
Dasar analisis uji heteroskedastisitas adalah grafik plot menurut (Imam Ghozali,
2016, 134) :
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, seta titik-titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena adanya observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena
residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi
lainnya. Hal ini sering ditemukan pada runtut waktu karena “gangguan” pada
seseorang individu atau kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada
individu atau kelompok yang sama pada periode berikutnya (Imam Ghozali, 2016,
107).
Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi pada model regresi
menggunakan uji Durbin-Watson (DW test). Uji Durbin Watson hanya digunakan
untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan
adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag di
antara variabel independen. Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0)
HA : ada autokorelasi (r ≠ 0)
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi:
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada Autokorelasi Positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada Autokorelasi Positif No Decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada Autokorelasi Negatif Tolak 4-dl < d < 4
Tidak ada korelasi Negatif No Decision 4-du ≤ d ≤ 4-dl
Tidak ada Autokorelasi, Positif Tidak Ditolak du < d < 4-du
atau Negatif
Sumber : Imam Ghozali, 2016
4. Uji Hipotesis
a. Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Imam Ghozali (2016, 95) koefisien determinasi (R2) digunakan untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang
kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjalaskan variasi
variabel depemden amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen.
b. Uji Signfikasi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Menurut Imam Ghozali (2016, 97) uji statistik t menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Untuk melihat pengaruh secara parsial
atau secara sendiri-sendiri antara X1 terhadap Y, X2 terhadap Y. Pengambilan
keputusan menggunakan dua cara sebagai berikut:
1) Jika thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan ada pengaruh secara parsial antara
variabel independen dengan variabel dependen.
2) Jika thitung < ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh secara
parsial antara variabel independen dengan variabel dependen.
Berdasarkan tingkat signifikansi:
1. H0.1 Jika Sig. > 0,05 maka DTE secara parsial tidak berpengaruh terhadap
ROA.
H1.1 Jika Sig. < 0,05 maka DTE secara parsial berpengaruh terhadap
ROA.
2. H0.2 Jika Sig. > 0,05 maka Tax to Book Ratio secara parsial tidak berpengaruh
terhadap ROA.
H1.2 Jika Sig. < 0,05 maka Tax to Book Ratio secara parsial berpengaruh
terhadap ROA.
c. Uji Signifikansi Keseluruhan Dari Regresi Sample (Uji Statistik F).
Menurut Imam Ghozali (2016, 96) menyatakan Tidak seperti uji t yang menguji
signifikansi koefisien parsial regresi secara individu dengan uji hipotesis terpisah
bahwa setiap setiap koefisien regresi sama dengan nol. Untuk melihat pengaruh
secara simultan atau secara bersama-sama X1 dan X2 terhadap Y. Pengambilan
keputusan menggunakan dua cara sebagai berikut:
1) Jika Fhitung > Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh secara
simultan antara semua variabel independen dengan variabel dependen.
2) Jika Fhitung < Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh secara
simultan antara semua variabel independen dengan variabel dependen.
Berdasarkan tingkat signifikansi:
1) H0.3 ditolak jika Sig. > 0,05 maka DTE dan Tax to Book Ratio secara simultan
tidak berpengaruh terhadap ROA.
2) H1.3 diterima jika Sig. < 0,05 maka DTE dan Tax to Book Ratio secara
simultan berpengaruh terhadap ROA.

LAMPIRAN
Kriterian penarikan sampel:

1. .Perusahaan Manufaktur sektor Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI
dan tidak (delisting) selama periode 2015-2019.
2. Perusahaan sampel mempublikasikan laporan keuangan yang telah di audit
dengan mempergunakan tahun buku yang berakhir 31 Desember..
3. Perusahaan yang memiliki laporan keuangan tahunan dalam mata uang rupiah.
4. Perusahaan yang melaporkan laba secara bertutut-tutut selama periode 2015-
2019
5. perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang melaporkan
laporan keuangan yang terdapat informasi yang lengkap terkait dengan semua
Variabel yang diteliti yaitu beban pajak tangguhan, Tax to book ratio dan ROA
serta melakukan rekonsiliasi fiskal selama periode 2015-2019.

Catatan: jumlah kriteria penarikan sampel telah dikurangi dan disempurnakan dari
jumlah penarikan sampel proposal yang diajukan karena terdapat kesamaan arti.

Matriks Penarikan Sampel

Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 20015-2019 sebanyak 71 emiten.

N NAMA EMITEN KODE TAHUN KRITERIA SAM


O SAHA LISTING PEL
1 2 3 4 5
M

1 Indocement Tunggal Perkasa INTP 05/12/1989 √ √ √ √ √ √

2 Semen Baturaja (Persero) Tbk SMBR 28/06/2013 √ √ √ √ -

3 Holcim Indonesia Tbk SMCB 10/08/1997 √ √ √ - -

4 Semen Indonesia (Persero) SMGR √ - √ - -


Tbk 08/07/1991
5 Wijaya Karya Beton Tbk WSBP 20/09/2016 - - - - -

6 Wijaya Karya Beton Tbk WTON 08/07/1991 √ √ √ √ √ √

7 SLJ Global Tbk SULI 21/03/1994 √ √ - √ √

8 Tirta Mahakam Resources Tbk TIRT 13/12/1999 √ √ √ - -

9 Asahimas Flat Glass Tbk AMFG 08/11/1995 √ √ √ - √

10 Arwana Citramulia Tbk ARNA 17/07/2001 √ √ √ √ √ √


11 Cahayaputra Asa Keramik - - √ - -
Tbk CAKK 31/10/2018
12 Intikeramik Alamasri Industri √ √ √ - -
Tbk IKAI 04/06/1997
13 Keramika Indonesia Assosiasi √ √ √ - -
Tbk KIAS 08/12/1994
14 Mark Dynamics Indonesia - - √ - -
Tbk MARK 12/07/2017
15 Mulia Industrindo Tbk MLIA 17/01/1994 √ - √ - -

16 Surya Toto Indonesia Tbk TOTO 30/10/1990 √ √ √ √ √ √

17 Argha Karya Prima Industry √ √ √ √ √ √


Tbk AKPI 18/12/1992
18 Asiaplast Industries Tbk APLI 01/05/2000 √ √ √ - -

19 Berlina Tbk BRNA 06/11/1989 √ √ - - -

20 Lotte Chemical Titan Tbk FPNI 21/03/2002 √ √ - - -

21 Champion Pacific Indonesia √ √ √ √ -


Tbk IGAR 05/11/1990
22 Impack Pratama Industri Tbk IMPC 17/12/2014 √ √ √ √ -

23 Indopoly Swakarsa Industry √ √ - √ √


Tbk IPOL 09/07/2010
24 Panca Budi Idaman Tbk PBID 13/12/2017 √ - √ - -

25 Tunas Alfin Tbk TALF 17/01/2014 - - - - -

26 Trias Sentosa Tbk TRST 02/07/1990 √ √ √ √ -

27 Yanaprima Hastapersada Tbk YPAS 05/03/2008 √ √ √ - -

28 Alkindo Naratama Tbk ALDO 12/07/2011 √ √ √ √ -

29 Fajar Surya Wisesa Tbk FASW 01/12/1994 √ √ √ - -

30 Indah Kiat Pulp & Paper Tbk INKP 16/07/1990 √ √ - - -


31 Toba Pulp Lestari Tbk INRU 18/06/1990 √ √ - √ √

32 Kertas Basuki Rachmat √ √ √ - -


Indonesia Tbk KBRI 11/07/2008
33 Kedawung Setia Industrial √ √ √ √ -
Tbk KDSI 29/07/1996
34 Suparma Tbk SPMA 16/11/1994 √ √ √ - -

35 Sriwahana Adityakarta Tbk SWAT 08/06/2018 - - - - -

36 Pabrik Kertas Tjiwi Kimia √ - √ - -


Tbk TKIM 03/04/1990
37 Polychem Indonesia Tbk ADMG 20/10/1993 √ √ √ √ √

38 Aneka Gas Industri Tbk AGII 20/09/2016 - - - - -

39 Barito Pacific Tbk BRPT 01/10/1993 - - - - -

40 Duta Pertiwi Nusantara Tbk DPNS 08/08/1990 √ - √ - -

41 Ekadharma International Tbk EKAD 14/08/1990 √ - √ - -

42 Eterindo Wahanatama Tbk ETWA 16/05/1997 √ - √ - -

43 Intanwijaya Internasional Tbk INCI 24/07/1990 √ √ √ √ √ √

44 Emdeki Utama Tbk MDKI 25/09/2017 - - - - -

45 Madusari Murni Indah Tbk MOLI 30/08/2018 - - - - -

46 Indo Acidatama Tbk SRSN 11/01/1993 √ √ √ √ -

47 Tridomain Performance - - - - -
Material Tbk TDPM 09/04/2018
48 Chandra Asri Petrochemical √ - √ - -
Tbk TPIA 24/06/1996
49 Unggul Indah Cahaya Tbk UNIC 06/11/1989 √ √ √ - -

50 Alakasa Industrindo Tbk ALKA 12/07/1990 √ - √ - -

51 Alumindo Light Metal √ √ √ - -


Industry Tbk ALMI 02/01/1997
52 Saranacentral Bajatama Tbk BAJA 21/12/2011 √ √ √ - -

53 Betonjaya Manunggal Tbk BTON 18/07/2001 √ - √ - -

54 Citra Tubindo Tbk CTBN 28/11/1989 √ √ - - -

55 Gunawan Dianjaya Steel Tbk GDST 23/12/2009 √ √ √ √ √

56 Indal Aluminium Industry Tbk INAI 05/12/1994 √ √ √ √ -

57 Steel Pipe Industry of √ - √ - -


Indonesia Tbk ISSP 22/02/2013
58 Jakarta Kyoei Steel Works √ √ √ - -
Tbk JKSW 06/08/1997
59 Krakatau Steel (Persero) Tbk KRAS 10/11/2010 √ √ - √ √

60 Lion Metal Works Tbk LION 20/08/1993 √ √ √ √ √ √

61 Lionmesh Prima Tbk LMSH 04/06/1990 √ √ √ - -

62 Pelat Timah Nusantara Tbk NIKL 14/12/2009 √ √ - √ √

63 Pelangi Indah Canindo Tbk PICO 23/09/1996 √ - √ - -

64 Tembaga Mulia Semanan Tbk TBMS 30/09/1993 √ √ - √ √

65 Charoen Pokphand Indonesia √ √ √ √ √ √


Tbk CPIN 18/03/1991
66 Central Proteina Prima Tbk CPRO 28/11/2006 √ √ √ - -

67 Japfa Comfeed Indonesia Tbk JPFA 23/10/1989 √ - √ - -

68 Malindo Feedmill Tbk MAIN 10/02/2006 √ √ √ - -

69 Sierad Produce Tbk SIPD 27/12/1996 √ √ √ - -

70 Indo Komoditi Korpora Tbk INCF 18/12/1989 - - - - -

71 Kirana Megatara Tbk KMTR 19/06/2017 - - - - -


Berdasarkan matrik di atas perusahaan yang memenuhi kriteria terdapat 8 perusahaan,
diataranya yaitu :

NO NAMA PERUSAHAAN KODE SAHAM

1 Indocement Tunggal Perkasa INTP

2 Wijaya Karya Beton Tbk WTON

3 Arwana Citramulia Tbk ARNA

4 Surya Toto Indonesia Tbk TOTO

5 Argha Karya Prima Industry Tbk AKPI

6 Intanwijaya Internasional Tbk INCI

7 Lion Metal Works Tbk LION

8 Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN

LAMPIRAN DATA PERHITUNGAN

Perhitugan Pajak Tangguhan

DTEit
Rumus : Deferred Tax=
ATA i

Dimana :
DTE it = Deferred tax expense (perusahaan i tahun t)
ATA i = Average total assets yang diperoleh dari total aset perusahaan i tahun t
ditambah dengan perusahaan i tahun t-1 kemudian dibagi 2.

PERIODE DEFFERED TAX EXPENCE TOTAL ASET I TAHUN T TOTAL ASET I TAHUN T-1 Tait+ TAit-1 ATAit DTE %
2015 -35.342.000.000 4.356.661.000.000 28.884.635.000.000 33.241.296.000.000 16.620.648.000.000 (0,002126391) -0,21%
2016 584.559.000.000 30.150.580.000.000 4.356.661.000.000 34.507.241.000.000 17.253.620.500.000 0,033880367 3,39%
INTP
2017 -90.610.000.000 28.863.676.000.000 30.150.580.000.000 59.014.256.000.000 29.507.128.000.000 (0,003070783) -0,31%
2018 -99.844.000.000 27.788.562.000.000 28.863.676.000.000 56.652.238.000.000 28.326.119.000.000 (0,003524803) -0,35%
2019 -107.923.000.000 27.707.749.000.000 27.788.562.000.000 55.496.311.000.000 27.748.155.500.000 (0,003889376) -0,39%

PERIODE DEFFERED TAX EXPENCE TOTAL ASET I TAHUN T TOTAL ASET I TAHUN T-1 Tait+ TAit-1 ATAit DTE %
2015 -8.296.426.377 4.456.097.502.805 3.802.658.881.174 8.250.459.959.617 4.125.229.979.809 (0,0020111428) -0,20%
2016 -18.969.341.070 4.662.319.785.318 4.456.097.502.805 9.099.447.949.069 4.549.723.974.535 (0,0041693389) -0,42%
WTON
2017 -15.602.388.244 7.067.975.095.043 4.662.319.785.318 11.714.692.494.134 5.857.346.247.067 (0,0026637299) -0,27%
2018 -3.567.885.761 8.881.778.299.672 7.067.975.095.043 15.946.185.510.972 7.973.092.755.486 (0,0004474908) -0,04%
2019 13.233.184.083 10.337.895.087.207 8.881.778.299.672 19.232.906.572.981 9.616.453.286.491 0,0013760982 0,14%

PERIODE DEFFERED TAX EXPENCE TOTAL ASET I TAHUN T TOTAL ASET I TAHUN T-1 Tait+ TAit-1 ATAit DTE %
2015 -653.977.624 1.430.779.475.454 1.259.938.133.543 2.690.717.608.997 1.345.358.804.499 (0,0004860990) -0,05%
2016 -2.605.428.255 1.543.216.299.146 1.430.779.475.454 2.973.995.774.600 1.486.997.887.300 (0,0017521398) -0,18%
ARNA
2017 52.249.334 1.601.346.561.573 1.543.216.299.146 3.144.562.860.719 1.572.281.430.360 0,0000332315 0,00%
2018 -2.987.905.181 1.652.905.985.730 1.601.346.561.573 3.254.252.547.303 1.627.126.273.652 (0,0018363081) -0,18%
2019 -257.045.936 1.799.137.069.343 1.652.905.985.730 3.452.043.055.073 1.726.021.527.537 (0,0001489239) -0,01%

PERIODE DEFFERED TAX EXPENCE TOTAL ASET I TAHUN T TOTAL ASET I TAHUN T-1 Tait+ TAit-1 ATAit DTE %
2015 -13.756.717.860 2.439.540.859.205 2.062.386.924.390 4.501.927.783.595 2.250.963.891.798 (0,0061114787) -0,61%
2016 -19.318.422.786 2.581.440.938.262 2.439.540.859.205 5.020.981.797.467 2.510.490.898.734 (0,0076950778) -0,77%
TOTO
2017 -12.363.287.636 2.826.490.815.501 2.581.440.938.262 5.407.931.753.763 2.703.965.876.882 (0,0045722795) -0,46%
2018 -10.221.478.756 2.897.119.790.044 2.826.490.815.501 5.723.610.605.545 2.861.805.302.773 (0,0035716891) -0,36%
2019 -17.464.822.943 2.918.467.252.139 2.897.119.790.044 5.815.587.042.183 2.907.793.521.092 (0,0060062115) -0,60%

PERIODE DEFFERED TAX EXPENCE TOTAL ASET I TAHUN T TOTAL ASET I TAHUN T-1 Tait+ TAit-1 ATAit DTE %
2015 -18.774.148.000 2.883.143.132.000 2.227.042.590.000 5.110.185.722.000 2.555.092.861.000 (0,0073477361) -0,73%
2016 5.577.257.000 2.615.909.190.000 2.883.143.132.000 5.499.052.322.000 2.749.526.161.000 0,0020284430 0,20%
AKPI
2017 -11.294.044.000 2.745.325.833.000 2.615.909.190.000 5.361.235.023.000 2.680.617.511.500 (0,0042132247) -0,42%
2018 -27.460.619.000 3.070.410.492.000 2.745.325.833.000 5.815.736.325.000 2.907.868.162.500 (0,0094435571) -0,94%
2019 9.882.410.000 2.776.775.756.000 3.070.410.492.000 5.847.186.248.000 2.923.593.124.000 0,0033802275 0,34%

PERIODE DEFFERED TAX EXPENCE TOTAL ASET I TAHUN T TOTAL ASET I TAHUN T-1 Tait+ TAit-1 ATAit DTE %
2015 -1.245.932.343 169.546.066.314 147.755.842.523 317.301.908.837 158.650.954.419 (0,0078532925) -0,79%
2016 -449.562.336 269.351.381.344 169.546.066.314 438.897.447.658 219.448.723.829 (0,0020485985) -0,20%
INCI
2017 176.184.286 303.788.390.330 269.351.381.344 573.139.771.674 286.569.885.837 0,0006148039 0,06%
2018 818.148.431 391.362.697.956 303.788.390.330 695.151.088.286 347.575.544.143 0,0023538723 0,24%
2019 896.264.851 405.445.049.452 391.362.697.956 796.807.747.408 398.403.873.704 0,0022496389 0,22%

PERIODE DEFFERED TAX EXPENCE TOTAL ASET I TAHUN T TOTAL ASET I TAHUN T-1 Tait+ TAit-1 ATAit DTE %
2015 1.419.730.224 639.330.150.373 605.165.911.239 1.244.496.061.612 622.248.030.806 0,0022816147 0,23%
2016 2.048.869.107 685.812.995.987 639.330.150.373 1.325.143.146.360 662.571.573.180 0,0030922985 0,31%
LION
2017 1.776.463.908 681.937.947.736 685.812.995.987 1.367.750.943.723 683.875.471.862 0,0025976424 0,26%
2018 2.996.970.322 696.192.628.101 681.937.947.736 1.378.130.575.837 689.065.287.919 0,0043493271 0,43%
2019 2.833.416.912 688.017.892.312 696.192.628.101 1.384.210.520.413 692.105.260.207 0,0040939104 0,41%

PERIODE DEFFERED TAX EXPENCE TOTAL ASET I TAHUN T TOTAL ASET I TAHUN T-1 Tait+ TAit-1 ATAit DTE %
2015 -30.584.000.000 24.684.915.000.000 20.841.795.000.000 45.526.710.000.000 22.763.355.000.000 (0,0013435629) -0,13%
2016 -16.748.000.000 24.204.994.000.000 24.684.915.000.000 48.889.909.000.000 24.444.954.500.000 (0,0006851312) -0,07%
CPIN
2017 -5.624.000.000 24.522.593.000.000 24.204.994.000.000 48.727.587.000.000 24.363.793.500.000 (0,0002308343) -0,02%
2018 -12.035.000.000 27.645.118.000.000 24.522.593.000.000 52.167.711.000.000 26.083.855.500.000 (0,0004613965) -0,05%
2019 20.906.000.000 29.353.041.000.000 27.645.118.000.000 56.998.159.000.000 28.499.079.500.000 0,0007335676 0,07%
Tax to Book Ratio

Tl i t
Tax Book Ratio=
PTBl it

Dimana :
Tl i t = Laba fiskal atau kena pajak (perusahaan i tahun t)
PTBlit = Laba akuntansi atau laba sebelum pajak (perusahaan i tahun t)
INTP
LABA FISKAL/LABA KENA LABA SEBELUM
PERIODE PAJAK PAJAK TBR %
2015 4.773.715.000.000 5.645.111.000.000 0,845637 84,56%
2016 2.740.050.000.000 4.145.632.000.000 0,6609487 66,09%
2017 1.499.995.000.000 2.287.274.000.000 0,6558003 65,58%
2018 608.157.000.000 1.400.228.000.000 0,4343271 43,43%
2019 1.495.853.000.000 2.274.427.000.000 0,6576835 65,77%

WTON
LABA FISKAL/LABA KENA LABA SEBELUM
PERIODE PAJAK PAJAK TBR %
2015 69.615.615.236 206.059.338.582 0,3378426 33,78%
2016 157.646.727.406 340.259.601.398 0,4633131 46,33%
2017 377.338.584.784 319.501.620.158 1,1810224 118,10%
2018 521.150.141.973 619.251.303.685 0,841581 84,16%
2019 400.612.431.917 626.270.544.710 0,6396795 63,97%

ARNA
LABA FISKAL/LABA KENA LABA SEBELUM
PERIODE PAJAK PAJAK TBR %
2015 101.219.898.338 95.514.316.424 1,0597354 105,97%
2016 140.607.440.875 123.838.299.924 1,1354116 113,54%
2017 173.619.819.161 166.203.941.034 1,0446191 104,46%
2018 227.468.115.081 211.729.940.176 1,0743314 107,43%
2019 291.434.657.877 291.607.365.374 0,9994077 99,94%

TOTO
LABA FISKAL/LABA KENA LABA SEBELUM
PERIODE PAJAK PAJAK TBR %
2015 440.375.335.272 381.573.896.617 1,1541024 115,41%
2016 326.079.146.947 251.320.891.921 1,2974614 129,75%
2017 444.353.402.406 377.660.867.510 1,1765937 117,66%
2018 443.971.244.220 451.998.563.901 0,9822404 98,22%
2019 253.054.673.326 185.479.305.304 1,3643283 136,43%

AKPI
LABA FISKAL/LABA KENA LABA SEBELUM
PERIODE PAJAK PAJAK TBR %
2015 18.329.533.000 51.138.966.000 0,358426 35,84%
2016 107.496.310.000 75.952.611.000 1,4153076 141,53%
2017 28.741.943.000 31.813.498.000 0,9034512 90,35%
2018 61.428.917.000 91.686.890.000 0,6699858 67,00%
2019 134.471.574.000 78.501.405.000 1,712983 171,30%

INCI
LABA FISKAL/LABA KENA LABA SEBELUM
PERIODE PAJAK PAJAK TBR %
2015 4.056.198.776 19.220.641.866 0,2110335 0,211033
2016 11.425.398.699 13.294.748.095 0,8593919 0,859392
2017 22.797.518.667 22.077.467.345 1,0326148 1,032615
2018 24.731.568.947 22.040.417.272 1,1221008 1,122101
2019 20.486.364.383 18.037.062.772 1,1357927 1,135793

LION  
LABA FISKAL/LABA KENA LABA SEBELUM
PERIODE PAJAK PAJAK TBR %
2015 55.411.577.927 58.451.801.513 0,9479875 94,80%
2016 57.499.387.655 54.671.394.698 1,0517271 105,17%
2017 42.502.410.839 20.175.438.794 2,1066412 210,66%
2018 48.903.686.039 23.908.625.171 2,0454412 204,54%
2019 30.681.368.990 5.763.388.287 5,323495 532,35%

CPIN
LABA FISKAL/LABA KENA LABA SEBELUM
PERIODE PAJAK PAJAK TBR %
2015 2.601.483.000.000 2.281.628.000.000 1,1401872 114,02%
2016 2.870.991.000.000 3.983.661.000.000 0,7206916 72,07%
2017 3.405.247.000.000 3.255.705.000.000 1,0459323 104,59%
2018 3.092.084.000.000 5.907.351.000.000 0,5234299 52,34%
2019 4.952.037.000.000 4.595.238.000.000 1,0776454 107,76%
Kinerja keuagan dengan rasio ROA

Net Income
ROA=
Total Asset

Net income = Laba bersih perusahaan setelah dikurangi beban pajak


Total asset = Asset keseluruhan pada tahun tersebut
PERIODE LABA BERSIH TOTAL ASET ROA %
2015 4.356.661.000.000 27.638.360.000.000 0,157630952 15,76%
2016 3.870.319.000.000 30.150.580.000.000 0,12836632 12,84%
INTP
2017 1.859.818.000.000 28.863.676.000.000 0,064434551 6,44%
2018 1.145.937.000.000 27.788.562.000.000 0,041237722 4,12%
2019 1.835.305.000.000 27.707.749.000.000 0,066237968 6,62%

PERIODE LABA BERSIH TOTAL ASET ROA %


2015 171.784.021.770 4.456.097.502.805 0,038550328 3,86%
2016 281.567.627.374 4.662.319.785.318 0,060392174 6,04%
WTON
2017 340.458.859.391 7.067.975.095.043 0,048169222 4,82%
2018 486.640.174.453 8.881.778.299.672 0,054790849 5,48%
2019 510.711.733.403 10.337.895.087.207 0,049401907 4,94%

PERIODE LABA BERSIH TOTAL ASET ROA %


2015 71.209.943.348 1.430.779.475.454 0,049770034 4,98%
2016 91.375.910.975 1.543.216.299.146 0,059211344 5,92%
ARNA
2017 122.183.909.643 1.601.346.561.573 0,076300729 7,63%
2018 158.207.798.602 1.652.905.985.730 0,095714941 9,57%
2019 217.675.239.509 1.799.137.069.343 0,120988691 12,10%

PERIODE LABA BERSIH TOTAL ASET ROA %


2015 285.236.780.659 2.439.540.859.205 0,116922322 11,69%
2016 168.564.583.718 2.581.440.938.262 0,06529864 6,53%
TOTO
2017 278.935.804.544 2.826.490.815.501 0,098686259 9,87%
2018 346.692.796.102 2.897.119.790.044 0,119668091 11,97%
2019 140.597.500.915 2.918.467.252.139 0,048175117 4,82%
PERIODE LABA BERSIH TOTAL ASET ROA %
2015 27.644.714.000 2.883.143.132.000 0,009588395 0,96%
2016 52.393.857.000 2.615.909.190.000 0,020028928 2,00%
AKPI
2017 13.333.970.000 2.745.325.833.000 0,004856972 0,49%
2018 64.226.271.000 3.070.410.492.000 0,020917813 2,09%
2019 54.355.268.000 2.776.775.756.000 0,019574958 1,96%

PERIODE LABA BERSIH TOTAL ASET ROA %


2015 16.960.660.023 169.546.066.314 0,100035704 10,00%
2016 9.988.836.259 269.351.381.344 0,037084778 3,71%
INCI
2017 16.554.272.131 303.788.390.330 0,054492774 5,45%
2018 16.675.673.703 391.362.697.956 0,042609257 4,26%
2019 13.811.736.623 405.445.049.452 0,034065619 3,41%

PERIODE LABA BERSIH TOTAL ASET ROA %


2015 46.018.637.487 639.330.150.373 0,071979458 7,20%
2016 42.345.417.055 685.812.995.987 0,061744845 6,17%
LION
2017 9.282.943.009 681.937.947.736 0,013612592 1,36%
2018 14.679.673.993 696.192.628.101 0,02108565 2,11%
2019 926.463.199 688.017.892.312 0,001346568 0,13%

PERIODE LABA BERSIH TOTAL ASET ROA %


2015 1.832.598.000.000 24.684.915.000.000 0,074239591 7,42%
2016 2.225.402.000.000 24.204.994.000.000 0,091939787 9,19%
CPIN
2017 2.496.787.000.000 24.522.593.000.000 0,101815783 10,18%
2018 4.551.485.000.000 27.645.118.000.000 0,164639739 16,46%
2019 3.632.174.000.000 29.353.041.000.000 0,123740978 12,37%
Perhitungan Rata-Rata Tahunan Pajak Tangguhan, Tax To Book Ratio Dan
Kinerja Keuangan
ROA
KODE SAHAM RATA-RATA PERUSAHAAN
2015 2016 2017 2018 2019
INTP 0,157630952 0,12836632 0,064434551 0,041237722 0,066237968 0,091581503
WTON 0,038550328 0,060392174 0,048169222 0,054790849 0,049401907 0,050260896
ARNA 0,049770034 0,059211344 0,076300729 0,095714941 0,120988691 0,080397148
TOTO 0,116922322 0,06529864 0,098686259 0,119668091 0,048175117 0,089750086
AKPI 0,009588395 0,020028928 0,004856972 0,020917813 0,019574958 0,014993413
INCI 0,100035704 0,037084778 0,054492774 0,042609257 0,034065619 0,053657626
LION 0,071979458 0,061744845 0,013612592 0,02108565 0,001346568 0,033953823
CPIN 0,074239591 0,091939787 0,101815783 0,164639739 0,123740978 0,111275176
RATA-RATA TAHUNAN 0,077339598 0,065508352 0,05779611 0,070083008 0,057941476 0,0657337087222

DTE
KODE SAHAM RATA-RATA PERUSAHAAN
2015 2016 2017 2018 2019
INTP -0,002126391 0,033880367 -0,003070783 -0,003524803 -0,003889376 0,004253803
WTON -0,002011143 -0,004169339 -0,00266373 -0,000447491 0,001376098 -0,001583121
ARNA -0,000486099 -0,00175214 0,000033232 -0,001836308 -0,000148924 -0,000838048
TOTO -0,006111479 -0,007695078 -0,004572279 -0,003571689 -0,006006212 -0,005591347
AKPI -0,007347736 0,002028443 -0,004213225 -0,009443557 0,003380228 -0,003119169
INCI -0,007853292 -0,002048599 0,000614804 0,002353872 0,002249639 -0,000936715
LION 0,002281615 0,003092299 0,002597642 0,004349327 0,00409391 0,003282959
CPIN -0,001343563 -0,000685131 -0,000230834 -0,000461397 0,000733568 -0,000397471
RATA-RATA TAHUNAN -0,003124761 0,002831353 -0,001438147 -0,001572756 0,000223616 -0,000616139

TBR
KODE SAHAM RATA-RATA PERUSAHAAN
2015 2016 2017 2018 2019
INTP 0,845637048 0,66094868 0,655800311 0,434327124 0,657683452 0,650879323
WTON 0,337842564 0,46331309 1,181022446 0,841581017 0,639679505 0,692687724
ARNA 1,059735358 1,135411589 1,044619147 1,074331362 0,99940774 1,062701039
TOTO 1,154102362 1,297461363 1,176593713 0,982240387 1,364328343 1,194945234
AKPI 0,35842596 1,415307632 0,903451202 0,669985829 1,712983022 1,012030729
INCI 0,211033471 0,85939189 1,032614761 1,122100759 1,135792709 0,872186718
LION 0,947987513 1,051727105 2,106641212 2,045441161 5,323495045 2,295058407
CPIN 1,140187182 0,720691595 1,045932294 0,523429876 1,07764538 0,901577265
RATA-RATA TAHUNAN 0,756868932 0,950531618 1,143334386 0,961679689 1,613876899 1,085258305
GRAFIK

RATA-
  2015 2016 2017 2018 2019 RATA
BEBAN PAJAK
TANGGUHAN -0,31% 0,28% -0,14% -0,16% 0,02% -0,06%
114,33 161,39
TAX TO BOOK RATIO 75,69% 95,05% % 96,17% % 108,53%
KINERJA KEUANGAN 7,73% 6,55% 5,78% 7,01% 5,79% 6,57%

PAJAK TANGGUHAN DAN KINERJA KEAUANGAN


180.00% 9.00%
160.00% 8.00%
140.00% 7.00%
TAX TO BOOK RATIO

120.00% 6.00%
5.00%
100.00%
4.00%
80.00%
3.00%
60.00% 2.00%
40.00% 1.00%
20.00% 0.00%
0.00% -1.00%
2015 2016 2017 2018 2019 RATA-RATA

Anda mungkin juga menyukai