Skipsi
Dibuat oleh :
Donal Siadari
022115226
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2020
DAFTAR ISI
JUDUL ..................................................................................................................... i
ABSTRAK................................................................................................................ ii
LEBAR PENGESAHAN PROGRAM STUDI AKUNTANSI............................. iv
LEMBAR PERNYATAAN TELAH DISIDANGKAN........................................ v
HAK CIPTA............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR.............................................................................................. vii
DAFTAR ISI............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ xiii
BAB I PENDADAHULUAN............................................................................ 3
1.1 Latar Belakang Penelitian.......................................................... 3
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah........................................ 8
1.2.1 Identifikasi Masalah............................................................ 8
1.2.2 Perumusan Masalah............................................................ 8
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian.................................................. 9
1.3.1 Maksud Penelitian............................................................... 9
1.3.2 Tujuan Penelitian................................................................ 9
1.4 Kegunaan Penelitian................................................................... 9
1.4.1 Kegunaan Praktis................................................................ 9
1.4.2 Keguanaan Akademis......................................................... 9
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “
Pengaruh Pajak Tangguhan dan Tax to Book Ratio Terhadap Kinerja Keuangan
Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri dan Kimia Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu
syarat dalam mencapai gelar Sarjana Akuntansi Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Pakuan Bogor.
Penulis menyadari dalam pembuatan skripsi ini mendapatkan dukungan dan
bantuan serta kritik yang membangun dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih khususnya kepada :
1. Orang Tua penulis, Bapak Mangatur Siadari dan Ibu Rosmaida Nainggolan yang
selalu memberikan dukungan serta doa kepada penulis sehingga dalam
penyusunan skripsi ini berjalan dengan lancar.
2. Dr. Hendro Sasongko, Ak., M.M., CA Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pakuan.
3. Dr. Arief Tri Herdiyanto,Ak,MBA,CCSA, CA, CESP,QIA. Selaku Ketua
Program Studi Akuntansi Universitas Pakuan.
4. Selaku Sekretaris Program Studi Fakultas Ekonomi
Universitas Pakuan.
5. Bapak Monang Situmorang M.M. S.E Selaku Ketua Komisi pembimbing yang
telah memberikan banyak masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik.
6. Bapak Haqi Fadillah M.Ak. S.E Selaku Anggota Komisi pembimbing yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Para Sktruktural, Dosen, dan Staff Tata Usaha Fakultas Ekonomi Universitas
Pakuan Bogor yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis selama di
bangku perkuliahan.
8. Bibi Tarida Saragi dan Om Imam Mulyono yang selalu memberikan semangat,
doa dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Wilona dan Albert yang selalu bersedia membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
10. Karmile Siadari yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis.
11. Teman-teman satu kosan gang menteng sultan ( Mifta, Ayu, Acong, Ones, Icha,
Raden, Mely, Iqbal ) yang telah menemani dan memberi dukungan kepada
penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
12. Abang Leo Pasaribu yang telah membantu dan memberi banyak masukan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Kakek dan Nenek penulis yang selalu memberikan doa dan dukungan dalam
menyusun skripsi ini.
14. Saladi dan Yudistira Fei yang telah memberikan semangat dan masukan kepada
penulis.
BAB 1
PENDAHULUAN
Gambar 1.1
Grafik perkembangan beban pajak tangguhan, Tax to Book Ratio (TBR) dan kinerja
keuangan (sampel) 8 perusahaan manufakatur sektor industri dan kimia yang terdaftar di
bursa efek Indonesia tahun 2015-2019.
Dalam persen(%)
140.00%
120.00% 6.00%
5.00%
100.00%
4.00%
80.00%
3.00%
60.00% 2.00%
40.00% 1.00%
20.00% 0.00%
0.00% -1.00%
2015 2016 2017 2018 2019 RATA-RATA
Berdasarkan Gambar 1.1, diatemukan gap yang bertentangan dengan teori purba
(2009), yang menyatakan bahwa pengakuan pajak tangguhan dapat berdampak terhadap
laba bersih atau rugi bersih. Dimana semakin tinggi pajak tangguhan semakin rendah
nilai profitabilitas. Gambar 1.1 menunjukkan bahwa terjadi kesenjangan pada tahun
2017. Dimana pada tahun 2017 ketika beban pajak tangguhan mengalami penurunan,
kinerja keuangan juga mengalami penurunan. Selain itu juga menunjukkan penurunan
rasio kineja kauangan hapir setiap tahunnya dimana pada 5 tahun terakhir kinerja
keuangan tertinggi terdapat pada tahun 2015 namun tahun seterusnya mengalami
penurunan kecuali pada tahun 2018 mengalami peningkatan namun tidak melampaui
rasio kinerja keaungan pada tahun 2015.
Beban Pajak tangguhan (Deffered Tax Expense – DTE) diduga dapat
mempengaruhi laba perusahaan. maka laba perusahaan tersebut juga akan berpengaruh
pada rasio Return on Asset (ROA), Semakin tinggi rasio ROA, maka seharusnya beban
pajak tangguhan (DTE) yang dibayarkan semakin rendah. Hasil dari penelitian yang
dilakukan oleh Harmana (2014) yaitu pajak tangguhan memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja perusahaan yang artinya perusahaan yang mempunyai
manajemen pajak yang baik maka dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Kinerja
perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan mendapatkan laba atau disebut
dengan profitabilitas. Sedangkan untuk Tax to Book Ratio tidak berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan.
Hasil penelitian mengenai kinerja keuangan dengan pajak tangguhan dan tax to
book ratio sebagai variabel independen yang dilakukan oleh peneliti terdahulu
menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk
meneliti kembali mengenai pengaruh pajak tangguhan dan tax to book ratio terhadap
kinerja keuangan perusahaan.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Manufaktur sektor industri dasar dan
kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019. Alasan peneliti
mengambil perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia karena BEI
mengumumkan perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia menjadi faktor
yang paling besar mepengaruhi penurunan (IHSG) pada tahun 2020. Di sisi lain
perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar Dan Kimia sebagian besar unit perusahaan
mengakui pajak tangguhan pada laporan keuanggannya. selain itu, terdapat gap yang
menunjukkan penurunan kinerja keuangan selama 5 tahun terakhir dari rasio hasil
perhitungan.
Berdasarkan teori, fenomena serta penelitian sebelumnya peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH PAJAK TANGGUHAN DAN TAX
TO BOOK RATIO TERHADAP KINERJA KEAUANGAN PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI DASAR DAN KIMIA YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2015-2019”.
1.2 Identifikasi Dan Perumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, pajak tangguhan dan tax
to book ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang menyebabkan penurunan dan
kenaikan laba yan signifikan terhadap kinerja perusahaan. hal ini telah di buktikan dari
hasil perhitungan perbandingan skala rasio pajak tangguhan dan rasio tax to book ratio
terhadap rasio kinerja keaungan dengan menggunakan skala Return On Asset (ROA)
yang dimana keanaikan dan penurunan pajak tangguhan dan tax to book ratio
mempengaruhi kenaikan dan penurunan kinerja keuangan perusahaan. Sektor industri
dasar dan kimia mengalami penurunan kinerja keuangan selama 5 tahun terakhir,
sebagian besar hal ini disebabkan oleh fluktuasi pengakuan pajak tangguhan dan tax to
book ratio. Gap lain yang ditemukan dari perhitungan adalah adanya ketidak sesuaian
antara teori fakta di lapangan dimana menurut teori semakin tinggi pajak tangguhan
yang di hasilkan maka semakin rendah nilai profitabiliras yang dihasilkan perusahaan .
Selain dari perhitungan yang telah dibuktikan, peneliti juga menemukan gap umum yang
berhubungan dengan penurunan kinerja keuangan perusahaan manufaktur sektor industri
dasar dan kimia dimana pada tahun 2020 indeks harga saham gabungan (IHSG) yang
dilaporkan oleh bursa efek Indonesia mengalami penurunan. Bursa Efek Indonesia
melaporkan bahwa sebagian besar penurunan IHSG dipengaruhi oleh kineja keuangan
perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang mengalami penurunan
kinerja keuangan di beberapa subsektornya.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dijelaskan di atas, maka beberapa
masalah didalam penelitian ini, dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah pajak tangguhan berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada
perusahaan manufaktur sub sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI
periode 2015-2019?
3. Apakah pajak tangguhan dan tax to book ratio berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pada perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang
terdaftar di BEI periode 2015-2019 ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud peneliti melakuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan
infomasi yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi yaitu membuat kesimpulan
mengenai “Pengaruh Pajak Tangguhan dan Tax To Book Ratio Terhadap Kinerja
Keuangan ”, serta informasi yang relevan guna melengkapi teori yang berkaitan dengan
penelitian dan penulisan skripsi.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan maksud penelitian di atas yang sebelumnya telah dijabarkan, maka
dapat disumpulkan bahwa tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh pajak tangguhan terhadap kinerja keuangan pada
perusahaan manufaktur sektor Industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI
periode 2015-2019.
2. Untuk mengetahui pengaruh tax to book ratio terhadap kinerja keuangan pada
perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI
periode 2015-2019.
3. Untuk mengetahui pengaruh pajak tangguhan dan tax to book ratio terhadap
Kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia
yang terdaftar di BEI periode 2015-2019.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapakan dapat membantu dan mengantisipasi masalah yang
ada dalam lokasi penelitianya berhubungan dengan ilmu akuntansi perpajakan
khususnya mengenai pengaruh pajak tangguhan dan tax to book ratio terhadap kinerja
keuangan.
1.4.2 Kegunaan Akademis
Penelitian ini diharapakan dapat di gunakan sebagai bahan referensi dalam
melakukan penelitian selanjutnya, serta memberikan kontribusi dan pengembangan ilmu
terkait pajak tangguhan, tax to book ratio dan kinerja keuangan pada perusahaan
manufaktur sektor industri dasar dan kimia di BEI periode 2015-2019.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 pajak
“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang
wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat
prestasikembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang
menyelenggarakan pemerintahan.”
pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa
berdasarkan norma-norma hukum. guna menutup biaya produksi barang-barang dan
jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. Dari definisi di atas tidak
tampak istilah “dipaksakan” karena bertitik tolak pada istilah “iuran wajib "'. Sisi
lainnya yang berhubungan dengan Membuka pada mewujudkan kontraprestasi itu
diperlukan pajak.
Defenisi pajak menurut Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang pajak
penghasilan :
1. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat
jasa timbal-balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
2. Prof. Dr. P. ]. A Andriani Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat
ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pcngeluaran-pengeluaran
umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
3. Prof Dr. M.I.H. Smeets Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang
melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya
kontraprestasi yang dapat ditunjuldcan secara individual; maksudnya adalah
untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat
pada pengertian pajak, adalah sebagai berikut:
Subjek pajak diartikan sebagai orang yang dituju oleh undang-undang untuk
dikenakan pajak. Pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak berkenaan dengan
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.
Pengertian subjek pajak meliputi orang pribadi, warisan yang belum terbagi
menjadi satu kesatuan, badan, dan bentuk usaha tetap, sebagai berikut :
1. Orang pribadi
Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di
Indonesia ataupun diluar Indonesia.
2. Warisan yang belum terbagi menjadi satu kesatuan, menggantikan yang berhak.
Warisan yang belum terbagi dimaksud merupakan subjek pajak pengganti
menggantikan mereka yang bergak yaitu ahli waris. Masalah penujukan warisan
yang belum terbagi sebagai subjek pajak pengganti dimaksudkan agar pengenaan
pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tetap dapat dilaksanakan.
3. Badan
Pengertian badan mengacu pada undang-undang KUP, bahwa badan adalah
sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melaksanakan usaha maupun tidak melaksanakan usaha yang meliputi Perseroan
Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan Lainnya, Badan Usaha Milik Negara
atau Daerah dengan nama dan bentuk apa pun, firma, Kongsi, Koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik, atau organisasi sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan badan lainnya.
Dalam hal ini termasuk reksadana. BUMN atau BUMD sebagai subjek pajak
tanpa memperhatikan nama dan bentuknnya. Sebagai contoh lembaga atau badan
yang dimiliki Pemerintah Pusat atau Daerah yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan.
Khusus masalah perkumpulan sebagai subjek pajak adalah perkumpulan
yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan untuk memperoleh
penghasilan dan atau memberikan jasa kepada anggiota. Perkumpulan mencakup
pula asosiasi, persatuan, perhimpunan atau ikatan dari pihak-pihak yang
mempumyai kepentingan yang sama. Sesuai dengan Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak Nomor SE 26/Pj.42/1999 Tanggal 21 juni 1999 tentang perlakuan
pajak bagi partai politik juga termasuk sebagai subjek pajak yang telah termsuk
dalam pengertian badan dalam undang-undang ketentuan umum dan tatacara
perpajakan tahun 2000.
4. Bentuk Usaha Tetap.
Yang dimaksud dengan bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang
dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia, untuk melaksanakan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.
Bentuk usaha tetap ini ditentukan sebagai subjek pajak terdiri terpisah dari
badan. Perlakuan perpajakannya dipersamakan dengan subjek sendiri dan tidak
termasuk dalam pengertian badan.
Objek pajak dapat diartikan sebagai sasaran pengenaan pajak dan dasar untuk
menghitung pajak terhutang. Yang menjadi objek pajak PPh adalah penghasilan yaitu
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apapun.
Dilihat dari mengalirnya (inflow) tambahan kemampuan ekonomis kepada
subjek pajak, penghasilan dapat dikelompokkan menjadi:
1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan keja dari pekerjaan bebas seperti
gaji, honorarium, pengahasilan dari praktik dokter, notaris, aktuaris, akuntan,
pengacara, dan sebagainya.
2. Penghasilan dari usaha kegiatan.
3. Penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta tak gerak seperti
bunga, dividen, royalty, sewa, keuntungan penjualan harta atau hak yang tidak
dipergunakan untuk usaha, dan lain sebagainya.
4. Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan hutang, hadiah dan lain sebagainya.
Menurut pasal 4 ayat (1) Undang-undang nomor 17 tahun 2000 yang termasuk
penghasilan sebagai objek pajak antara lain :
Dasar pengenaan pajak (DPP) liabititas pajak tangguhan adalah nilai tercatat
liabilitas dikurangi dengan setiap jumlah yang dapat dikurangkan ( Wirawan B. Ilyas
dan Diaz Priantara 2015,75).
Sedangkan menurut PSAK 46 (2015, paragraf 08) DPP liabilitas pajak tangguhan adalah
sebagai berikut:
“dasar pengenaan pajak atas liabitias adalah tercatat liabilitas, dikurangi dengan
liabilitas tersebut pada periode masa depan. Dalam hal pendapatan diterima di
muka, maka dasar pengenaan pajak yang ditimbulkan liabilitas pajak tersebut
merupakan jumlah tercatat liabilitas dikurangi setiap jumlah pendapatan yang
tidak dikenakan pajak pada periode mendatang.”
Dalam buku akuntasi perpajakan (Wirawan B. Ilyas dan Diaz Priantara, 2015,75)
perbedaan temporer dapat berupa :
1. Perbedaan temporer kena pajak ( taxable temporary difference)
Perbedaan temporer kena pajak adalah perbedaan temporer yang menimbulkan
suatu jumlah kena pajak ( taxabel amount) dalam perhitungan laba fiskal periode
mendatang pada saat nilai tercatat aset dipulihkan ( recoveded) atau nilai tercatat
liabilitas tersebut dilunasi ( settled).
Pengakuan suatu aset mengandung makna bahwa nilai tercatat aset tersebut akan
terpulihkan dalam bentuk manfaat ekonomi yang akan diterima oleh perusahaan pada
periode mendatang. Apabila nilai tercatat aset lebih besar dari pada DPP-nya, jumlah
ekonomi yang kena pajak akan melebihi jumlah yang dapat dikurangkan untuk tujuan
fiskal. Perbedaan ini merupakan perbedaan temporer kena pajak dan liabilitas pajak
tangguhan. Pada saat perusahaan memulihkan (recover) nilai tercatat aset, perbedaan
temporer kena pajak akan terealisasi menjadi laba fiskal. Hal ini dapat mengakibatkan
timbulnya liabilitas pajak. Oleh karena itu, semua perbedaan temporer kena pajak diakui
sebagai liabilitas pajak tangguhan, kecuali jika timbul perbedaan temporer kena pajak :
a. Dari goodwill yang amortisasinya tidak dapat dikurangkan untuk tujuan
fiskal
b. Pada saat pengakuan awal aset atau liabilitas dari suatu transaksi yang :
- Bukan transaksi penggabungan usaha, dan
- Pada saat transaksi tidak mempengaruhi laba akuntansi dan laba fiskal
Beberapa perbedaan temporer timbul apabila penghasilan atau beban diakui dalam
penghitungan laba akuntansi yang berbeda dengan periode saat penghasilan atau beban
tersebut diakui dalam perhitungan laba fiskal.
Gunadi (2013), menyatakan bahwa aktiva pajak tangguhan bukan merupakan piutang
atau pembayaran pendahuluan pajak yang dapat dikreditkan, dikompensasikan atau
direstitusi, melainkan jumlah PPh yang terpulihkan di masa depat karena laba komersial
< laba kena pajak yang boleh diperhitungkan dan sisa rugi yang masih dapat
dikompensasikan ( paling lama lima tahun ).
Liabilitas pajak tangguhan akan menimbulkan kewajiban pajak tangguhan,
kewajiban pajak tangguhan ( deffered tax liabities) timbul apabila beda waktu
menyebabkan terjadinya koreksi negatif sehingga beban pajak menurut akuntansi lebih
besar dari pada beban pajak menurut peraturan perpajakan. Kewajiban pajak tangguhan
adalah jumlah PPh terhutang untuk periode kena pajak (Sukrisno Agoes, 2009,243).
Adapun menurut waluyo (2012,214) beban (penghasilan ) pajak tangguhan adalah
jumlah beban ( penghasilan ) yang mumcul akibat adanya pengakuan atas kewajiban
atau aset pajak tangguhan. Kewajiban pajak tangguhan ( deffered tax liabilites ) adalah
jumlah beban pajak terhutang untuk periode menatang akibat adanya perbedaan
temporer kena pajak (taxable temporary differences ).
Perbedaan temporer dimaksudkan sebagai perbedaan antara dasar pengenaan
pajak (tax base) dari suatu aset atau kewajiban dengan nilai tercatat pada aset atau
kewajiban yang berakibat pada perubahan laba fiskal periode mendatang. Terjadinya
perubahan tersebut dapat bertambah (future taxable amount) atau berkurang ( future
deductible amount) pada saat aset dipulihkan atau kewajiban dilunasi/dibayar.
Perbedaan temporer ini berakibat harus diakuinya aset dan/atau kewajiban pajak
tangguhan. Hal ini dapat terjadi pada kondisi :
1. Penghasilan atau beban yang harus diakui untuk menghitung laba fiskal atau laba
komersial dalam periode yang berbeda
2. Goodwill atau goodwill negatif yang terhadi saat konsolidasi
3. Perbedaan ini tercatat dengan tax base dari suatu aset atau kewajiban pada saat
pengakuan awal.
4. Bagian dari biaya perolehan saat penggabungan usaha yang bermakna akuisisi di
alokasikan ke aset atau kewajiban tertentu atas dasar nilai wajar, perlakuan
akuntansi demikian tidak diperkenankan oleh undang-undang pajak.
DTEit
Deferred Tax =
ATA i
Dimana :
DTEit : Deffered Tax Expense (perusahaan i tahun t)
ATAit : Average Total Assets yang diperoleh dari total aset perusahaan i tahun t
ditambah dengan perusahaan i tahun t-1 kemudian dibagi 2.
Tl i t
Tax Book Ratio=
PTBl it
Dimana :
Tl i t = Laba fiskal atau kena pajak (perusahaan i tahun t)
PTBlit = Laba akuntansi atau laba sebelum pajak (perusahaan i tahun t)
2.4 Kinerja Keuangan
Net Income
ROA=
Total Asset
10 Ikhsan Fikri pengaruh Beban Pajak Beban pajak Beban pajak e-journal,
beban Tangguhan tangguhan tangguhan universitas
Aulia pajak (X1) dan ukuran bung hatta
tangguhan, Total aset perusahaan 2014
Ukuran
ukuran Perusahaan DER tidak
perusahaan (X2) berpengaruh
dan tingkat Model jones signifikan
hutang Tingkat dimodifikasi terhadap
terhadap Hutang (X3) manajemen
manajemen laba
Manajemen
laba pada
Laba (Y) Sedangkan
perusahaan
manufaktur tingkat
yang hutang
terdaftar di berpengaruh
bursa efek signifikan
Indonesia terhadap
manajemen
laba
11 Vincent Pengaruh Beban Pajak Beban pajak Beban pajak Riau, 2016
Junery beban Tangguhan tangguhan tangguhan
pajak (X1) dan beban
tangguhan, Total aset pajak kini
beban Beban Pajak berpengaruh
Kini (X2) Tarif pajak
pajak kini signifkan
Kompensasi efektif
dan terhadap
kompensasi Manajemen manajemen
Laba bersih
manajemen (X3) laba
terhadap Discretionar sementara
Manajemen
manajemen y accruals kompensasi
Laba (Y)
laba (studi manajemen
empiris tidak
pada bank berpengaruh
dan signifikan
lembaga terhadap
keuangan manajemen
yang laba
terdaftar di
BEI 2010-
2013
12 Dewi Purwati Pengaruh Beban Pajak Beban pajak Beban pajak Skripsi
beban Tangguhan tangguhan tangguhan universitas
pajak (X1) dan pakuan
tangguhan Total asset profitabilitas tahun 2019
profitabilita Profitabilitas tidak
(X2) Laba bersih
s dan berpengaruh
perencanaa Harga terhadap
Manajemen
n pajak saham manajemen
Laba (Y)
terhadap laba
manajemen volume Perencanaan
laba pajak
berpengaruh
terhadap
manajemen
laba
Beban Pajak H1
Tangguhan
(Deffered Tax Profitabilitas
Expense – DTE) H3 (Return On
Asset – ROA)
Tax to Book Ratio H2 (Y)
(TBR)
(X2)
Hipotesis merupakan suatu asumsi atau dugaan sementara yang dibuat untuk
menjelaskan dugaan tersebut dengan melakukan pengujian kebenarannya lebih lanjut.
Berdasarkan kerangka pemikiran penulis menarik hipotesis bahwa semakin besar atau
tinggi beban pajak tangguhan (Deffered Tax Expense – DTE) dan Tax to Book Ratio
maka semakin menurun profitabilitas suatu perusahaan yang diukur melalui proksi
Return on Asset (ROA) dalam memperoleh laba.
H1: Beban Pajak Tangguhan (Deffered Tax Expense – DTE) berpengaruh positif
terhadap Profitabilitas menggunakan proksi Return on Asset (ROA).
H2: Tax to Book Ratio (TBR) berpengaruh positif terhadap Profitabilitas menggunakan
proksi Return on Asset (ROA).
H3: beban pajak tangguhan (Deffered Tax Expense – DTE) dan Tax to Book Ratio
(TBR) secara bersama – sama berpengaruh positif terhadap Profitabilitas
menggunakan proksi Return on Asset (ROA).
BAB III
METODE PENELITIAN
Tabel 3.2
Kriteria Perusahaan yang Menjadi Sampel
No Keterangan Jum
lah
1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan tidak keluar 60
(delisting) selama periode 2012-2019.
2. Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dan Kimia yang menerbitkan laporan 50
keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen untuk tahun yang
berakhir 2015-2019.
3. Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dan Kimia yang menggunakan mata 52
uang Rupiah dalam laporan keuangannya.Perusahaan pada periode 2015-
2019.
4. Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dan Kimia yang melaporkan laba 25
secara berturut-turut selama periode 2015-2019.
5. Perusahaan Manufaktur Sektor Industri dan Kimia yang melaporkan laporan 8
keuangan yang terdapat informasi yang lengkap terkait dengan semua
variabel yang diteliti yaitu Beban Pajak Tangguhan, Tax to Book Ratio dan
ROA serta melakukan rekonsiliasi fiskal selama periode 2015-2019.
Jumlah Perusahaan yang akan menjadi sampel 8
(Sumber: www.idx.co.id diolah oleh penulis, 2020)
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka sebanyak 8 Perusahaan
Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang akan menjadi sampel dalam
penelitian ini. Berikut nama - nama perusahaan yang dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3
Nama Perusahaan yang Menjadi Objek Penelitian
No. Kode Emiten Nama Emiten Tgl listing
Y =α +b 1 X 1+b 2 X 2+ e
Y = Profitabilitas menggunakan proksi Return on asset (ROA)
α = Konstanta
b 1 = Koefisien regresi beban pajak tangguhan (Deffered Tax Expense – DTE)
X 1 = Beban pajak tangguhan (Deffered Tax Expense – DTE)
b 2 = Koefisien regresi Tax to Book Ratio
X 2 = Tax to Book Ratio
e = Kesalahan residual
3. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka peneliti
melakukan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji
autokorelasi..
a. Uji Normalitas
Menurut Imam Ghozali (2016, 154) Uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan f mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi
tidak valid untuk jumlah sample kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan Analisis
statistik
1) Analisis grafik
Menurut Imam Ghozali (2016, 154) menyatakan metode yang lebih handal
adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi
kumulatif dari distribusi normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi
dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik atau dengan
melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan:
a) Jika data menyebar disekitar gratis diagonal atau grafik histogramnya
menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
b) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjakkan pola distribusi normal,
maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2.) Analisis statistik
Selain analisis grafik untuk melihat data berdistibusi dengan normal atau tidak,
dilengkapi dengan analisis statistik agar tidak menyesetkan dalam membaca
data. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas adalah uji
statistik non parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dilakukan dengan membuat
hipotesis :
H0 : Data residual berdistribusi normal
H1 : Data residual tidak berdistribusi normal
a) jika signifikan kurang dari 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai
perbedaan signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak
normal atau H0 ditolak
b) jika signifikan lebih dari 0,05 berarti data tersebut berdistribusi normal atau
H0 diterima.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk menguji ada
atau tidaknya multikolinieritas didalam model regresi dapat dilihat dari (1) nilai
tolerance dan lawannya, (2) Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Dalam pengertian ini sederhana setiap variabel independen
menjadi variabel dependen dan diregres terhadap variabel independen lainnya.
Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama
dengan VIF tinggi (karena VIF=1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai
untuk menunjukan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance<0,10 atau sama
dengan nilai VIF>10 menurut (Imam Ghozali, 2016, 107).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika variance dari residual pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan juga berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Kriteria
pengujian menggunakan tingkat signifikan 0,05 dengan uji 2 sisi:
1) jika korelasi antar variabel independen dengan residual didapat signifikan lebih
dari 5% maka tidak ada heteroskedastisitas pada model regresi.
2) jika korelasi antar variabel independen dengan residual didapat signifikan
kurang dari 5% maka terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
Dasar analisis uji heteroskedastisitas adalah grafik plot menurut (Imam Ghozali,
2016, 134) :
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, seta titik-titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena adanya observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena
residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi
lainnya. Hal ini sering ditemukan pada runtut waktu karena “gangguan” pada
seseorang individu atau kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada
individu atau kelompok yang sama pada periode berikutnya (Imam Ghozali, 2016,
107).
Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi pada model regresi
menggunakan uji Durbin-Watson (DW test). Uji Durbin Watson hanya digunakan
untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan
adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag di
antara variabel independen. Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0)
HA : ada autokorelasi (r ≠ 0)
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi:
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada Autokorelasi Positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada Autokorelasi Positif No Decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada Autokorelasi Negatif Tolak 4-dl < d < 4
Tidak ada korelasi Negatif No Decision 4-du ≤ d ≤ 4-dl
Tidak ada Autokorelasi, Positif Tidak Ditolak du < d < 4-du
atau Negatif
Sumber : Imam Ghozali, 2016
4. Uji Hipotesis
a. Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Imam Ghozali (2016, 95) koefisien determinasi (R2) digunakan untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang
kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjalaskan variasi
variabel depemden amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen.
b. Uji Signfikasi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Menurut Imam Ghozali (2016, 97) uji statistik t menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Untuk melihat pengaruh secara parsial
atau secara sendiri-sendiri antara X1 terhadap Y, X2 terhadap Y. Pengambilan
keputusan menggunakan dua cara sebagai berikut:
1) Jika thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan ada pengaruh secara parsial antara
variabel independen dengan variabel dependen.
2) Jika thitung < ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh secara
parsial antara variabel independen dengan variabel dependen.
Berdasarkan tingkat signifikansi:
1. H0.1 Jika Sig. > 0,05 maka DTE secara parsial tidak berpengaruh terhadap
ROA.
H1.1 Jika Sig. < 0,05 maka DTE secara parsial berpengaruh terhadap
ROA.
2. H0.2 Jika Sig. > 0,05 maka Tax to Book Ratio secara parsial tidak berpengaruh
terhadap ROA.
H1.2 Jika Sig. < 0,05 maka Tax to Book Ratio secara parsial berpengaruh
terhadap ROA.
c. Uji Signifikansi Keseluruhan Dari Regresi Sample (Uji Statistik F).
Menurut Imam Ghozali (2016, 96) menyatakan Tidak seperti uji t yang menguji
signifikansi koefisien parsial regresi secara individu dengan uji hipotesis terpisah
bahwa setiap setiap koefisien regresi sama dengan nol. Untuk melihat pengaruh
secara simultan atau secara bersama-sama X1 dan X2 terhadap Y. Pengambilan
keputusan menggunakan dua cara sebagai berikut:
1) Jika Fhitung > Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh secara
simultan antara semua variabel independen dengan variabel dependen.
2) Jika Fhitung < Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh secara
simultan antara semua variabel independen dengan variabel dependen.
Berdasarkan tingkat signifikansi:
1) H0.3 ditolak jika Sig. > 0,05 maka DTE dan Tax to Book Ratio secara simultan
tidak berpengaruh terhadap ROA.
2) H1.3 diterima jika Sig. < 0,05 maka DTE dan Tax to Book Ratio secara
simultan berpengaruh terhadap ROA.
LAMPIRAN
Kriterian penarikan sampel:
1. .Perusahaan Manufaktur sektor Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI
dan tidak (delisting) selama periode 2015-2019.
2. Perusahaan sampel mempublikasikan laporan keuangan yang telah di audit
dengan mempergunakan tahun buku yang berakhir 31 Desember..
3. Perusahaan yang memiliki laporan keuangan tahunan dalam mata uang rupiah.
4. Perusahaan yang melaporkan laba secara bertutut-tutut selama periode 2015-
2019
5. perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang melaporkan
laporan keuangan yang terdapat informasi yang lengkap terkait dengan semua
Variabel yang diteliti yaitu beban pajak tangguhan, Tax to book ratio dan ROA
serta melakukan rekonsiliasi fiskal selama periode 2015-2019.
Catatan: jumlah kriteria penarikan sampel telah dikurangi dan disempurnakan dari
jumlah penarikan sampel proposal yang diajukan karena terdapat kesamaan arti.
Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 20015-2019 sebanyak 71 emiten.
47 Tridomain Performance - - - - -
Material Tbk TDPM 09/04/2018
48 Chandra Asri Petrochemical √ - √ - -
Tbk TPIA 24/06/1996
49 Unggul Indah Cahaya Tbk UNIC 06/11/1989 √ √ √ - -
DTEit
Rumus : Deferred Tax=
ATA i
Dimana :
DTE it = Deferred tax expense (perusahaan i tahun t)
ATA i = Average total assets yang diperoleh dari total aset perusahaan i tahun t
ditambah dengan perusahaan i tahun t-1 kemudian dibagi 2.
PERIODE DEFFERED TAX EXPENCE TOTAL ASET I TAHUN T TOTAL ASET I TAHUN T-1 Tait+ TAit-1 ATAit DTE %
2015 -35.342.000.000 4.356.661.000.000 28.884.635.000.000 33.241.296.000.000 16.620.648.000.000 (0,002126391) -0,21%
2016 584.559.000.000 30.150.580.000.000 4.356.661.000.000 34.507.241.000.000 17.253.620.500.000 0,033880367 3,39%
INTP
2017 -90.610.000.000 28.863.676.000.000 30.150.580.000.000 59.014.256.000.000 29.507.128.000.000 (0,003070783) -0,31%
2018 -99.844.000.000 27.788.562.000.000 28.863.676.000.000 56.652.238.000.000 28.326.119.000.000 (0,003524803) -0,35%
2019 -107.923.000.000 27.707.749.000.000 27.788.562.000.000 55.496.311.000.000 27.748.155.500.000 (0,003889376) -0,39%
PERIODE DEFFERED TAX EXPENCE TOTAL ASET I TAHUN T TOTAL ASET I TAHUN T-1 Tait+ TAit-1 ATAit DTE %
2015 -8.296.426.377 4.456.097.502.805 3.802.658.881.174 8.250.459.959.617 4.125.229.979.809 (0,0020111428) -0,20%
2016 -18.969.341.070 4.662.319.785.318 4.456.097.502.805 9.099.447.949.069 4.549.723.974.535 (0,0041693389) -0,42%
WTON
2017 -15.602.388.244 7.067.975.095.043 4.662.319.785.318 11.714.692.494.134 5.857.346.247.067 (0,0026637299) -0,27%
2018 -3.567.885.761 8.881.778.299.672 7.067.975.095.043 15.946.185.510.972 7.973.092.755.486 (0,0004474908) -0,04%
2019 13.233.184.083 10.337.895.087.207 8.881.778.299.672 19.232.906.572.981 9.616.453.286.491 0,0013760982 0,14%
PERIODE DEFFERED TAX EXPENCE TOTAL ASET I TAHUN T TOTAL ASET I TAHUN T-1 Tait+ TAit-1 ATAit DTE %
2015 -653.977.624 1.430.779.475.454 1.259.938.133.543 2.690.717.608.997 1.345.358.804.499 (0,0004860990) -0,05%
2016 -2.605.428.255 1.543.216.299.146 1.430.779.475.454 2.973.995.774.600 1.486.997.887.300 (0,0017521398) -0,18%
ARNA
2017 52.249.334 1.601.346.561.573 1.543.216.299.146 3.144.562.860.719 1.572.281.430.360 0,0000332315 0,00%
2018 -2.987.905.181 1.652.905.985.730 1.601.346.561.573 3.254.252.547.303 1.627.126.273.652 (0,0018363081) -0,18%
2019 -257.045.936 1.799.137.069.343 1.652.905.985.730 3.452.043.055.073 1.726.021.527.537 (0,0001489239) -0,01%
PERIODE DEFFERED TAX EXPENCE TOTAL ASET I TAHUN T TOTAL ASET I TAHUN T-1 Tait+ TAit-1 ATAit DTE %
2015 -13.756.717.860 2.439.540.859.205 2.062.386.924.390 4.501.927.783.595 2.250.963.891.798 (0,0061114787) -0,61%
2016 -19.318.422.786 2.581.440.938.262 2.439.540.859.205 5.020.981.797.467 2.510.490.898.734 (0,0076950778) -0,77%
TOTO
2017 -12.363.287.636 2.826.490.815.501 2.581.440.938.262 5.407.931.753.763 2.703.965.876.882 (0,0045722795) -0,46%
2018 -10.221.478.756 2.897.119.790.044 2.826.490.815.501 5.723.610.605.545 2.861.805.302.773 (0,0035716891) -0,36%
2019 -17.464.822.943 2.918.467.252.139 2.897.119.790.044 5.815.587.042.183 2.907.793.521.092 (0,0060062115) -0,60%
PERIODE DEFFERED TAX EXPENCE TOTAL ASET I TAHUN T TOTAL ASET I TAHUN T-1 Tait+ TAit-1 ATAit DTE %
2015 -18.774.148.000 2.883.143.132.000 2.227.042.590.000 5.110.185.722.000 2.555.092.861.000 (0,0073477361) -0,73%
2016 5.577.257.000 2.615.909.190.000 2.883.143.132.000 5.499.052.322.000 2.749.526.161.000 0,0020284430 0,20%
AKPI
2017 -11.294.044.000 2.745.325.833.000 2.615.909.190.000 5.361.235.023.000 2.680.617.511.500 (0,0042132247) -0,42%
2018 -27.460.619.000 3.070.410.492.000 2.745.325.833.000 5.815.736.325.000 2.907.868.162.500 (0,0094435571) -0,94%
2019 9.882.410.000 2.776.775.756.000 3.070.410.492.000 5.847.186.248.000 2.923.593.124.000 0,0033802275 0,34%
PERIODE DEFFERED TAX EXPENCE TOTAL ASET I TAHUN T TOTAL ASET I TAHUN T-1 Tait+ TAit-1 ATAit DTE %
2015 -1.245.932.343 169.546.066.314 147.755.842.523 317.301.908.837 158.650.954.419 (0,0078532925) -0,79%
2016 -449.562.336 269.351.381.344 169.546.066.314 438.897.447.658 219.448.723.829 (0,0020485985) -0,20%
INCI
2017 176.184.286 303.788.390.330 269.351.381.344 573.139.771.674 286.569.885.837 0,0006148039 0,06%
2018 818.148.431 391.362.697.956 303.788.390.330 695.151.088.286 347.575.544.143 0,0023538723 0,24%
2019 896.264.851 405.445.049.452 391.362.697.956 796.807.747.408 398.403.873.704 0,0022496389 0,22%
PERIODE DEFFERED TAX EXPENCE TOTAL ASET I TAHUN T TOTAL ASET I TAHUN T-1 Tait+ TAit-1 ATAit DTE %
2015 1.419.730.224 639.330.150.373 605.165.911.239 1.244.496.061.612 622.248.030.806 0,0022816147 0,23%
2016 2.048.869.107 685.812.995.987 639.330.150.373 1.325.143.146.360 662.571.573.180 0,0030922985 0,31%
LION
2017 1.776.463.908 681.937.947.736 685.812.995.987 1.367.750.943.723 683.875.471.862 0,0025976424 0,26%
2018 2.996.970.322 696.192.628.101 681.937.947.736 1.378.130.575.837 689.065.287.919 0,0043493271 0,43%
2019 2.833.416.912 688.017.892.312 696.192.628.101 1.384.210.520.413 692.105.260.207 0,0040939104 0,41%
PERIODE DEFFERED TAX EXPENCE TOTAL ASET I TAHUN T TOTAL ASET I TAHUN T-1 Tait+ TAit-1 ATAit DTE %
2015 -30.584.000.000 24.684.915.000.000 20.841.795.000.000 45.526.710.000.000 22.763.355.000.000 (0,0013435629) -0,13%
2016 -16.748.000.000 24.204.994.000.000 24.684.915.000.000 48.889.909.000.000 24.444.954.500.000 (0,0006851312) -0,07%
CPIN
2017 -5.624.000.000 24.522.593.000.000 24.204.994.000.000 48.727.587.000.000 24.363.793.500.000 (0,0002308343) -0,02%
2018 -12.035.000.000 27.645.118.000.000 24.522.593.000.000 52.167.711.000.000 26.083.855.500.000 (0,0004613965) -0,05%
2019 20.906.000.000 29.353.041.000.000 27.645.118.000.000 56.998.159.000.000 28.499.079.500.000 0,0007335676 0,07%
Tax to Book Ratio
Tl i t
Tax Book Ratio=
PTBl it
Dimana :
Tl i t = Laba fiskal atau kena pajak (perusahaan i tahun t)
PTBlit = Laba akuntansi atau laba sebelum pajak (perusahaan i tahun t)
INTP
LABA FISKAL/LABA KENA LABA SEBELUM
PERIODE PAJAK PAJAK TBR %
2015 4.773.715.000.000 5.645.111.000.000 0,845637 84,56%
2016 2.740.050.000.000 4.145.632.000.000 0,6609487 66,09%
2017 1.499.995.000.000 2.287.274.000.000 0,6558003 65,58%
2018 608.157.000.000 1.400.228.000.000 0,4343271 43,43%
2019 1.495.853.000.000 2.274.427.000.000 0,6576835 65,77%
WTON
LABA FISKAL/LABA KENA LABA SEBELUM
PERIODE PAJAK PAJAK TBR %
2015 69.615.615.236 206.059.338.582 0,3378426 33,78%
2016 157.646.727.406 340.259.601.398 0,4633131 46,33%
2017 377.338.584.784 319.501.620.158 1,1810224 118,10%
2018 521.150.141.973 619.251.303.685 0,841581 84,16%
2019 400.612.431.917 626.270.544.710 0,6396795 63,97%
ARNA
LABA FISKAL/LABA KENA LABA SEBELUM
PERIODE PAJAK PAJAK TBR %
2015 101.219.898.338 95.514.316.424 1,0597354 105,97%
2016 140.607.440.875 123.838.299.924 1,1354116 113,54%
2017 173.619.819.161 166.203.941.034 1,0446191 104,46%
2018 227.468.115.081 211.729.940.176 1,0743314 107,43%
2019 291.434.657.877 291.607.365.374 0,9994077 99,94%
TOTO
LABA FISKAL/LABA KENA LABA SEBELUM
PERIODE PAJAK PAJAK TBR %
2015 440.375.335.272 381.573.896.617 1,1541024 115,41%
2016 326.079.146.947 251.320.891.921 1,2974614 129,75%
2017 444.353.402.406 377.660.867.510 1,1765937 117,66%
2018 443.971.244.220 451.998.563.901 0,9822404 98,22%
2019 253.054.673.326 185.479.305.304 1,3643283 136,43%
AKPI
LABA FISKAL/LABA KENA LABA SEBELUM
PERIODE PAJAK PAJAK TBR %
2015 18.329.533.000 51.138.966.000 0,358426 35,84%
2016 107.496.310.000 75.952.611.000 1,4153076 141,53%
2017 28.741.943.000 31.813.498.000 0,9034512 90,35%
2018 61.428.917.000 91.686.890.000 0,6699858 67,00%
2019 134.471.574.000 78.501.405.000 1,712983 171,30%
INCI
LABA FISKAL/LABA KENA LABA SEBELUM
PERIODE PAJAK PAJAK TBR %
2015 4.056.198.776 19.220.641.866 0,2110335 0,211033
2016 11.425.398.699 13.294.748.095 0,8593919 0,859392
2017 22.797.518.667 22.077.467.345 1,0326148 1,032615
2018 24.731.568.947 22.040.417.272 1,1221008 1,122101
2019 20.486.364.383 18.037.062.772 1,1357927 1,135793
LION
LABA FISKAL/LABA KENA LABA SEBELUM
PERIODE PAJAK PAJAK TBR %
2015 55.411.577.927 58.451.801.513 0,9479875 94,80%
2016 57.499.387.655 54.671.394.698 1,0517271 105,17%
2017 42.502.410.839 20.175.438.794 2,1066412 210,66%
2018 48.903.686.039 23.908.625.171 2,0454412 204,54%
2019 30.681.368.990 5.763.388.287 5,323495 532,35%
CPIN
LABA FISKAL/LABA KENA LABA SEBELUM
PERIODE PAJAK PAJAK TBR %
2015 2.601.483.000.000 2.281.628.000.000 1,1401872 114,02%
2016 2.870.991.000.000 3.983.661.000.000 0,7206916 72,07%
2017 3.405.247.000.000 3.255.705.000.000 1,0459323 104,59%
2018 3.092.084.000.000 5.907.351.000.000 0,5234299 52,34%
2019 4.952.037.000.000 4.595.238.000.000 1,0776454 107,76%
Kinerja keuagan dengan rasio ROA
Net Income
ROA=
Total Asset
DTE
KODE SAHAM RATA-RATA PERUSAHAAN
2015 2016 2017 2018 2019
INTP -0,002126391 0,033880367 -0,003070783 -0,003524803 -0,003889376 0,004253803
WTON -0,002011143 -0,004169339 -0,00266373 -0,000447491 0,001376098 -0,001583121
ARNA -0,000486099 -0,00175214 0,000033232 -0,001836308 -0,000148924 -0,000838048
TOTO -0,006111479 -0,007695078 -0,004572279 -0,003571689 -0,006006212 -0,005591347
AKPI -0,007347736 0,002028443 -0,004213225 -0,009443557 0,003380228 -0,003119169
INCI -0,007853292 -0,002048599 0,000614804 0,002353872 0,002249639 -0,000936715
LION 0,002281615 0,003092299 0,002597642 0,004349327 0,00409391 0,003282959
CPIN -0,001343563 -0,000685131 -0,000230834 -0,000461397 0,000733568 -0,000397471
RATA-RATA TAHUNAN -0,003124761 0,002831353 -0,001438147 -0,001572756 0,000223616 -0,000616139
TBR
KODE SAHAM RATA-RATA PERUSAHAAN
2015 2016 2017 2018 2019
INTP 0,845637048 0,66094868 0,655800311 0,434327124 0,657683452 0,650879323
WTON 0,337842564 0,46331309 1,181022446 0,841581017 0,639679505 0,692687724
ARNA 1,059735358 1,135411589 1,044619147 1,074331362 0,99940774 1,062701039
TOTO 1,154102362 1,297461363 1,176593713 0,982240387 1,364328343 1,194945234
AKPI 0,35842596 1,415307632 0,903451202 0,669985829 1,712983022 1,012030729
INCI 0,211033471 0,85939189 1,032614761 1,122100759 1,135792709 0,872186718
LION 0,947987513 1,051727105 2,106641212 2,045441161 5,323495045 2,295058407
CPIN 1,140187182 0,720691595 1,045932294 0,523429876 1,07764538 0,901577265
RATA-RATA TAHUNAN 0,756868932 0,950531618 1,143334386 0,961679689 1,613876899 1,085258305
GRAFIK
RATA-
2015 2016 2017 2018 2019 RATA
BEBAN PAJAK
TANGGUHAN -0,31% 0,28% -0,14% -0,16% 0,02% -0,06%
114,33 161,39
TAX TO BOOK RATIO 75,69% 95,05% % 96,17% % 108,53%
KINERJA KEUANGAN 7,73% 6,55% 5,78% 7,01% 5,79% 6,57%
120.00% 6.00%
5.00%
100.00%
4.00%
80.00%
3.00%
60.00% 2.00%
40.00% 1.00%
20.00% 0.00%
0.00% -1.00%
2015 2016 2017 2018 2019 RATA-RATA