Anda di halaman 1dari 84

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN UMKM

DALAM MENGAMBIL PINJAMAN MELALUI PEER TO PEER


LENDING FINTECH SYARIAH
(Studi Kasus Pada UMKM di Kota Lhokseumawe)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – tugas Dan


Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

MIFTAHUL KHAIRINA
NIM. 170440105

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE-ACEH
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa

syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT, karena hanya dengan lindungan,

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini.

Shalawat bernadakan salam kepada penghulu kita Nabi Muhammad SAW, yang

telah membawa umatnya dari alam kejahilan dan kebodohan ke alam yang penuh

ilmu pengetahuan.

Penelitian skripsi ini tentang “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Keputusan Umkm Dalam Mengambil Pinjaman Melalui Peer To Peer

Lending Fintech Syariah (Studi Kasus Pada Umkm Di Kota Lhokseumawe)”,

sebagai salah satu syarat guna mencapai gelar kesarjanaan pada jurusan Ekonomi

Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Malikussaleh Lhokseumawe.

Penulisan skripsi ini banyak mendapat dukungan baik secara langsung ataupun

tidak langsung dari berbagai pihak.Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya.

1. Bapak Prof. H.Herman Fitra, S.T., MT.,IPM selaku Rektor Universitas

Malikussaleh Lhokseumawe.

2. Bapak Dr. Hendra Raza, S.E., M.Si.,Ak.,CA selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh Lhokseumawe.

3. Bapak Mukhlis Muhammad Nur, Lc., MA selaku Ketua Program Studi

Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh


Lhokseumawe yang telah memberi akses kepada penulis dalam kegiatan

akademis dan Dosen wali hingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu.

4. Bapak Munardi, SE., M.Ec selaku Sekretaris Prodi Ekonomi Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh Lhokseumawe yang

telah memberi arahan kepada penulis dalam menyelesaikan proposal skripsi

ini.

5. Bapak Nazli Hasan, Lc., M.A selaku Ketua Laboratorium Prodi Ekonomi

Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh

Lhokseumawe.

6. Bapak Falahuddin, SE., M.S.M selaku Ketua Unit Jaminan Mutu Prodi

Ekonomi Syariah sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang sangat sabar dan

memberikan motivasi bagi penulis.

7. Bapak Anwar Puteh, S.E., M.E selaku dosen penguji pertama yang telah

banyak memberikan arahan dan masukan bagi penulis.

8. Bapak Ahmad Fauzul Hakim Hasibuan, S.E.I, ME.I selaku dosen penguji

kedua yang telah banyak memberikan arahan dan masukan bagi penulis.

9. Terimakasih kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan

dorongan dan motivasi serta do’anya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

10. Bapak, Ibu Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Malikussaleh yang telah membantu dan memberikan ilmu bermanfaat bagi

penulis.
Akhirnya atas segala bantuan yang telah penulis terima, semoga

mendapatkan balasan dari Allah SWT, dan penulis berharap semoga proposal

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Lhokseumawe, 20 Oktober 2021


Penulis

Miftahul Khairina
NIM. 170440105
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 15
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................... 15
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 17


2.1 Landasan Teoritis...................................................................... 17
2.1.1 TAM.................................................................................. 17
2.1.1.1 Pengertian TAM................................................... 17
2.1.1.2 Faktor-faktor TAM.............................................. 16
2.1.2 Behavioural Intention....................................................... 18
2.1.2.1 Pengertian Behavioural Intention........................ 18
2.1.2.2 Faktor-faktor Behavioural Intention.................... 17
2.1.2.3 Indikator Behavioural Intention........................... 20
2.1.3 Norma Subjektif............................................................. 22
2.1.3.1 Pengertian Norma........................................... 22
2.1.3.2 Pengertian Norma Subjektif............................ 22
2.1.3.3 Aspek Norma Subjektif................................... 23
2.1.3.4 Indikator Norma Subjektif.............................. 23
2.1.4 Effort Expectancy........................................................... 24
2.1.4.1 Pengertian Effort Expectancy.......................... 24
2.1.4.2 Indikator Effort Expectancy............................ 25
2.1.5 Peer To Peer Lending Fintech Syariah.......................... 25
2.1.5.1 Pengertian Fintech Peer To Peer Lending....... 25
2.1.5.2 Pengertian Fintech P2PL Syariah.................... 26
2.1.5.3 Contoh Fintech P2PL Syariah......................... 27
2.2 Penelitian Terdahulu.................................................................... 27
2.3 Kerangka Konseptual................................................................... 31
2.4 Hipotesis...................................................................................... 32

BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 33


3.1 Objek dan Lokasi Penelitian....................................................... 33
3.2 Populasi dan Sampel.................................................................... 33
3.2.1 Populasi............................................................................. 33
3.2.2 Sampel............................................................................... 33
3.3 Jenis dan Metode Pengumpulan data........................................... 35
3.3.1 Jenis Data........................................................................... 35
3.3.1.1 Data Primer............................................................ 35
3.3.1.2 Data Sekunder........................................................ 35
3.3.2 Instrumen Pengumpulan Data............................................ 35
3.3.3 Skala Pengukuran data........................................................ 36
3.4 Definisi Operasional Variabel...................................................... 37
3.5 Metode Analisis Data.................................................................. 40
3.6 Uji Kualitas Data........................................................................... 41
3.6.1 Uji Validitas ....................................................................... 41
3.6.2 Uji Reliabilitas.................................................................... 41
3.7 Uji Asumsi Klasik........................................................................ 42
3.7.1 Uji Normalitas................................................................... 42
3.7.2 Uji Heteroskedastisitas...................................................... 43
3.7.3 Uji Multikolinearitas.......................................................... 43
3.8 Pengujian Hipotesis................................................................... 44
3.8.1 Uji Parsial (t)..................................................................... 44
3.8.2 Uji Simultan (F)........................................................ 45
3.9 Korelasi dan Determinasi........................................................... 46
3.9.1 Koefisien Korelasi (R)....................................................... 46
3.9.2 Koefisien Determinasi (R2)................................................ 47

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 48
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu

kelompok usaha yang memiliki jumlah yang paling besar. UMKM menunjukkan

antusiasme terhadap layanan Peer To Peer Lending syariah. Pemerintah saat ini

tengah giat mendorong sektor ekonomi kreatif yang menghasilkan usaha-usaha

dan ide baru yang tengah berkembang di masyarakat ini diharapkan mampu

menjadi pendorong utama bagi stimulus perekonomian dan akhirnya mampu

menggerakkan roda perekonomian bangsa. Oleh karena itu pemerintah sangat

mendorong adanya pertumbuhan yang baik dari sektor bisnis. UMKM merupakan

salah satu kekuatan pendorong paling depan dalam pembangunan ekonomi.

Salah satu masalah yang umumnya dihadapi oleh UMKM adalah

terbatasnya permodalan tersebut, tentunya UMKM akan mencari dan

menginginkan sarana atau mekanisme yang cepat dan praktis. Kurangnya peran

perantara keuangan menjadi faktor utama penghambat pertumbuhan sektor

ekonomi kreatif. Lembaga perbankan dan lembaga pembiayaan lainnya dianggap

kurang mampu berperan sebagai perantara karena dipandang kurang fleksibel dari

segi aturan dan pemenuhan kebutuhan. Hal tesebut menjadi latar belakang

munculnya inovasi baru yaitu financial technology (fintech) Peer to Peer

Lending.
Melihat latar belakang dari sifat dasar Peer To Peer Lending tersebut

merupakan praktik penggalangan dana dari sejumlah orang untuk memberikan

modal bagi suatu proyek atau usaha. Peer To Peer Lending adalah praktik

meminjam dan memberikan pinjaman secara online melalui sebuah wadah yang

disebut online marketplace. Peer To Peer Lending mampu menjadi jembatan bagi

kebutuhan bisnis UMKM karena dapat menjadi penghubung antara pihak yang

membutuhkan pinjaman (borrower) dan pihak pemberi pinjaman (lender). Lalu

yang selanjutnya seperti yang kita tahu bahwa Peer To Peer Lending

konvensional mengikut pada hukum positif yang berlaku di Indonesia, sedangkan

Peer To Peer Lending syariah adalah jenis kegiatan pinjam-meminjam antar

perseorangan yang menggunakan prinsip etis sesuai syariah Islam.

Sistem Fintech Peer To Peer Lending yang dibangun berdasarkan pada

ketentuan Islam dengan segala aturan dan larangan. Peluang investasi pada konsep

ini dipandu oleh nilai-nilai moral dan etika. Menarik ditelaah terkait Peer To Peer

Lending Syariah yang dimana mekanisme maupun aturan dasarnya bergantung

pada fatwa maupun aturan hukum positif sesuai dengan prinsip-prinsip syariah

juga. Hal ini memberikan media bagi para pelaku kegiatan pembiayaan melalui

penyelenggaran Fintech untuk melaksanakan transaksi berdasarkan prinsip

syariah. Pada sektor pembiayaan syariah, kehadirannya sangat diperlukan Oleh

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mengetahui peran Fintech untuk

Indonesia yaitu dapat mendorong pemerataan tingkat kesejahteraan penduduk,


membantu pemenuhan kebutuhan pembiayaan dalam negeri yang masih sangat

besar, mendorong distribusi pembiayaan nasional yang masih belum merata,

meningkatkan inklusi keungan serta mendorong kemampuan ekspor UMKM yang

saat ini masih rendah dan juga agar para pelaku UMKM di Indonesia tidak lagi

hanya semata-mata mengandalkan pinjaman bank untuk mendapatkan modal

usaha karena seperti yang kita ketahui bahwa pinjaman bank biasanya memiliki

bunga yang cukup tinggi, belum lagi prosedur dan persyaratan yang umumnya

cukup sulit.

Fintech saat ini merupakan tuntutan global bagi industri keuangan. Saat ini

masalah yang dihadapi oleh Negara maju dan Negara berkembang seperti

Indonesia adalah sama yaitu bagaimana mengembangkan Fintech. Harapannya

kemudian hari pertumbuhan Fintech di Indonesia dapat berkembang dengan baik

dan aman (Rizal, 2018). Untuk meminimalisir risiko dan mengendalikan

perkembangan Fintech, pemerintah membuat berbagai peraturan. Peraturan

Fintech di Indonesia dibuat oleh tiga institusi pemerintah seperti Kominfo, OJK

dan Bank Indonesia.

Sebagai langkah dasar, OJK menerbitkan POJK No. 77/2016 mengenai

layanan peminjaman uang berbasis Fintech. Peraturan selanjutnya yang masih

berkaitan yaitu Surat Edaran OJK (SEOJK) nomor 18/SEOJK.02/2017, POJK

tersebut mengatur kegiatan usaha Peer To Peer Lending mulai dari penyediaan,

pengelolaan hingga pengoperasian layanan pinjaman uang berbasis teknologi

informasi, maksimum pinjaman yang diatur oleh OJK ialah sebesar Dua Miliar
Rupiah. Aspek perlindungan konsumen yang diatur oleh OJK Peer To Peer

Lending No. 1/POJK.07/2013 mengatur mengenai penyedia jasa juga memiliki

kewajiban untuk menggunakan istilah sederhana pada berbagai aplikasi yang

digunakan untuk kegiatan Peer To Peer Lending agar mudah dipahami oleh

pengguna. Selain itu penyedia jasa berkewajiban untuk memiliki SOP berkaitan

dengan dokumen elektronik, serta poin yang terpenting ialah penyedia jasa wajib

merahasiakan data pengguna.

Perusahaan online Peer To Peer Lending muncul secara legal pada tahun

2017 (Otoritas Jasa Keuangan, 2018). Berdasarkan data Direktori Fintech Otoritas

Jasa Keuangan (OJK) sampai dengan bulan Juni 2018, sudah terdaftar 64

perusahaan Fintech Peer To Peer Lending yang beroperasi secara legal di

Indonesia. Sedangkan yang belum mendaftar ke OJK juga tidak sedikit. Hal ini

menunjukkan bahwa model bisnis pembiayaan ini sangat potensial dan memiliki

prospek pertumbuhan yang bagus. Dari 64 perusahaan Fintech tersebut, hanya dua

perusahaan yang bergerak dengan prinsip syariah. Padahal peluang penyaluran

pembiayaan syariah sangat tinggi. Hal ini diidentifikasi oleh OJK dikarenakan

kurang paham msyarakat terhadap produk keuangan syariah.

Dengan kata lain, peluang penyaluran pembiayaan syariah harus didukung

oleh literasi masyarakat terhadap produk pembiayaan itu sendiri. Fintech Peer To

Peer Lending berdasarkan prinsip syariah merupakan penyelenggaraan layanan

jasa keuangan berdasarkan prinsip syariah yang mempertemukan atau

menghubungkan pemberi pembiayaan dengan penerima pembiayaan dalam


rangka melakukan akad pembiayaan melalui sistem elektronik dengan

menggunakan jaringan internet. Konsep Fintech Peer To Peer Lending

berdasarkan prinsip syariah merupakan konsep penyelenggaraan layanan

pembiayaan berbasis teknologi dengan tujuan untuk menghindari praktik dilarang

oleh hukum Islam.

Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah, sejak pasca krisis ekonomi tahun 1997-1998 jumlah UMK tidak

mengalami penurunan, sebaliknya terus mengalami peningkatan jumlah unit

usaha. Per Desember 2018, kelompok usaha mikro, kecil dan menengah

memberikan kontribusi sebesar 61.07% dari total keseluruhan produk domestic

bruto (PDB) Indonesia dengan nominal Rp.14,038,598.5 Milyar (Kemenkop

2018). Kelompok usaha mikro dan kecil juga berkontribusi besar terhadap

penyerapan tenaga kerja di Indonesia. UMK penyerap 93% dari total seluruh

jumlah tenaga kerja di Indonesia dengan angka sebanyak 113,207,796 tenaga

kerja. Hal tersebut membuktikan bahwa kelompok usaha mikro dan kecil (UMK)

memiliki peran yang besar dalam menguangi angka pengangguran dan memiliki

peran yang sangat penting dalam upaya pengentasan kemiskinan.

Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah Usaha Mikro dan Kecil di Indonesia
Tahun 2016-2018
Jumlah Usaha Jumlah Usaha Total
Tahun
Mikro Kecil UMKM
2016 60,863,578 731,047 61,594,625
2017 62,106,900 757,09 62,863,990
2018 63,350,222 783,132 64,133,354
Sumber: Kementrian Koperasi dan UMKM, 2018
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Maret 2020 jumlah

Peer To Peer Lending yang terdaftar atau berizin ada 161 perusahaan dengan

detail 149 perusahaan konvensional dan 12 perusahaan berdasarkan prinsip

syariah. Sampai saat ini, Peer To Peer Lending di Indonesia telah menyalurkan

pinjaman sebesar Rp.74.54 triliun dengan jumlah akumulasi rekening lender

sebanyak 591,662 entitas dan jumlah akumulasi rekening borrower sebanyak

17,244,998 entitas. Akumulasi penyaluran pinjaman perusahaan Peer To Peer

Lending di Indonesia mengalami peningkatan yang pesat dari tiga triliun rupiah

pada Januari 2018, menjadi tiga belas triliun rupiah pada September 2018 dan

terus tumbuh hingga pada Maret 2020 mencapai seratus dua triliun rupiah

(OJK,2020). Perusahaan Peer To Peer Lending menyediakan berbagai layanan,

yaitu pembiayaan konsumtif dan pembiayaan produktif. Salah satu layanan

pembiayaan produktif yang disediakan oleh perusahaan Peer To Peer Lending

adalah pembiayaan untuk kelompok usaha mikro dan kecil (UMK).

Fintech Peer To Peer Lending merupakan alternatif potensial sumber

pembiayaan bagi masyarakat terutama untuk pembiayaan bagi usaha mikro, kecil,

dan menengah (UMKM). Dalam pelaksanaan operasionalnya, sistem Fintech

Peer To Peer Lending sangat mudah untuk dijangkau maupun diakses baik oleh

pemberi pinjaman maupun penerima pinjaman. Layanan keuangan digital atau

Fintech dilaksanakan berlandaskan aturan hukum. Hal ini berdasarkan dengan

dikeluarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 tentang

layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi adalah


penyelenggara layanan jasa keuangan untuk mempertemukan pemberi pinjaman

dengan penerima pinjaman dalam rangka melalakukan perjanjian pinjam

meminjam dalam mata uang rupiah secara langsung melalui sistem elektronik

dengan menggunakan jaringan internet.

Alternatif strategi untuk mengoptimalisasikan peran Fintech Peer To Peer

Lending syariah yang sudah di rumuskan oleh para pakar Fintech syariah dinilai

mampu untuk mendorong bisnis UMKM. Sampai saat ini sudah ada sembilan

penyelenggara Fintech Peer To Peer Lending syariah yang sudah terdaftar dan

berizin di Otoritas Jasa Keuangan. Menurut Zain (PT Ammana Fintek) Fintech

Peer To Peer Lending syariah dapat mengembangkan ekonomi islam kepada

pelaku UMKM yang merupakan masyarakat kecil. Pelaku UMKM yang

melakukan pembiayaan terhadap Fintech Peer To Peer Lending syariah sudah

banyak dan Fintech merupakan salah satu pangsa pasar yang bias dimanfaatkan

pelaku UMKM untuk mendapatkan modal usaha.

Hadirnya Fintech Peer To Peer Lending syariah menjadi solusi

pembiayaan UMKM salah satunya (Alami Sharia) Fintech Peer To Peer Lending

syariah yang sudah diberikan pembiayaan dengan rata-rata pembiayaan sebesar

Rp. 700.000.000 – Rp. 800.000.000. Dengan banyaknya UMKM yang mendapat

pembiayaan melalui Fintech Peer To Peer Lending syariah sedikit banyak akan

membantu pelaku UMKM untuk mengembangkan bisnisnya dan memberikan

peluang bagi masyarakat untuk membuka bisnis sehingga perekonomian di

Indonesia akan meningkatkan dan penyerapan tenaga kerja akan lebih banyak.
Menurut Bappenas (2018) dalam Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia

2019-2024, skema Fintech yang mempunyai kontribusi paling besar dan memiliki

pertumbuhan asset tertinggi adalah Peer To Peer Lending. Perusahaan Fintech

Peer To Peer Lending memberikan fasilitas kepada pihak yang membutuhkan

dana pinjaman (borrower) dengan para pihak berinvestasi (lender) untuk

memberikan pembiayaan tanpa perlu mengunjungi kantor perusahaan Peer To

Peer Lending.

Di kota Lhokseumawe terdapat 2.354 UMKM yang terdaftar di dinas

koperasi dan UMKM Provinsi Aceh. Kebanyakan dari merekea bergerak di

sektor kuliner namun ada juga yang bergerak di sektor fashion dan juga agribisnis.

Para pelaku UMKM mengaku bahwa keberadaan Peer To Peer Lending dapat

mendongkrak perkembangan UMKM terutama di masa pandemi. Mereka

mengaku kesulitan mendapatkan dukungan dari pihak pemerintah hingga

cenderung mencari sumber pendaaan lain yang dapat menunjang kebutuhan

UMKM yang dia jalankan.

Namun demikian, penggunaan layanan Peer To Peer Lending Syariah juga

harus di dukung oleh akses internet yang memadai. Berdasarkan tata letak kota

Lhokseumawe yang berada di pesisir utara Provinsi Aceh, dapat dikatakan bahwa

kecepatan internetnya cukup memadai. Namun masih terdapat beberapa wilayah

yang mengalami penurunan kecepatan internet yang cukup drastis. Akan tetapi,

permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menggunakan layanan internet dari

provider lain sehingga kecepatannya bisa merata. Pengunaan Peer To Peer


Lending juga harus didukung oleh pengetahuan user terhadap penggunaan gawai.

Di kota Lhoksemawe, para pelaku UMKM rata-rata sudah tidak terlalu awam

dalam penggunaan teknologi. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan zaman yang

menuntut digitalisasi di segal sektor kehidupan.

Penelitian ini dilakukan di Kota Lhokseumawe dengan alasan untuk

mendukung perkembangan UMKM mengingat wilayah ini merupakan salah satu

kawasan ekonomi khusus dan pernah berjuluk wilayah “Petro Dollar”. Hal

tersebut menyababkan Kota Lhokseumawe menjadi salah satu wilayah transit

ataupun wilayah perdagangan yang banyak dikunjungi oleh masyarakat luar. Hal

tersebut dapat mendongkrak perekonomian masyarakat dengan berdirinya

berbagai jenis UMKM yang dapat menyerap tenaga kerja lokal sehingga angka

pengangguran juga dapat ditekan.

Salah satu kendala seperti dari aspek keuangan, disadari bahwa disiplin

melakukan pembukuan belum membudaya di Indonesia. Masih sedikitnya

UMKM yang melakukan pembukuan secara formal disebabkan oleh beberapa

factor yang menjelaskan mengapa hal ini terjadi. Pertama, terbatasnya skill

manajemen dari perilaku UMKM khususnya mengenai aspek pembukuan dan

akuntansi. Kedua, biaya masih terlalu tinggi untuk menyelenggarakan sistem

pembukuan yang standard (Rohman, 2011). Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)

melalui Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) pada tanggal 19 Mei 2009

telah mengesahkan Standar Akuntansi Untuk Entitas Publik (SAK ETAP) khusus

bagi entitas tanpa akuntabilitas publik yaitu salah satunya (UMKM) dan telah
berlaku efektif per 1 Januari 2011. SAK ETAP bertujuan agar usaha kecil dan

menengah dapat menyusun laporan keuangan dan mendapatkan kepercayaan dari

perbankan/lembaga keuangan lainnya ketika akan melakukan akses peningkatan

modal dan tentunya mampu bersaing di era dan pasar bebas saat ini.

Untuk UMKM laporan keuangan sangat penting selain untuk memperoleh

bantuan kredit dari pihak bank atau pihak lain, laporan keuangan juga sebagai alat

pengendalian asset, kewajiban dan modal serta perencanaan pendapatan dan

efisiensi biaya (Winarni, 2009). Minat diasumsikan dapat menangkap faktor-

faktor motivasional yang mempunyai suatu dampak pada suatu perilaku. Minat

berperilaku ditentukan oleh tiga faktor penentu yaitu: sikap terhadap perilaku,

norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen, 1991).

Peer To Peer Lending dapat menjembatani UMKM peminjam yang

layak/credit worthly menjadi bankable dengan menyediakan pinjaman tanpa

agunan. Technology Acceptance Model (TAM) mendasarkan diri pada Theory of

Reasoned Action (TRA) yang dikemukakan (Ajzen & Fishbein, 1980). TRA

menjelaskan adanya reaksi dan persepsi pengguna Teknologi Informasi (TI) yang

pada akhirnya akan mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan terhadap

teknologi tersebut. Tujuan utama TAM adalah memberikan penjelasan tentang

perilaku atau sikap pengguna dalam populasi (Davis, 1989).

Salah satu model psikologi sosial yang paling sering digunakan untuk

meramalkan perilaku adalah The Theory of Planned Behavior (TPB). Dharmesta

(1998) dalam salah satu risetnya menyebutkan bahwa minat itu sendiri
dipengaruhi oleh sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku. Minat berperilaku

(behavioral intention) mengukur kekuatan tujuan untuk melakukan tindakan

tertentu (Fishbein & Ajzen, 1975). Kemampuan teori perilaku perencanaan dalam

menganalisis suatu situasi di saat individu-individu tidak memiliki kontrol sendiri

terhadap sumber daya yang mereka perlukan, pengetahuan, dan kesempatan yang

mereka peroleh, teori ini mampu menganalisis kondisi ini dibanding teori

tindakan beralasan. Inti dari The Theory of Planned Behavior (TPB). Adalah

minat individu untuk melakukan perilaku tertentu.

Dalam konteks pengadopsian sistem informasi, model teori tindakan

beralasan ini memiliki keterbatasan. Keterbatasan teori ini diungkapkan oleh

Jogiyanto ( 2007) yaitu hanya dimaksudkan untuk menjelaskan perilaku-perilaku

yang akan dikerjakan secara sukarela, tidak untuk perilaku-perilaku yang

diwajibkan. Teori ini dikembangkan oleh Ajzen (1985), dengan menambahkan

sebuah konstruk yaitu persepsi kontrol keperilakuan (perceived behavioural

control) yang dipersepsikan akan mempengaruhi niat dan perilaku. Konstruk ini

ditambahkan di The Theory of Planned Behavior (TPB) untuk mengontrol

perilaku individual yang dibatasi oleh sekurang-kurangnya dan keterbatasan dari

kekurangan sumber daya yang digunakan untuk peilaku (Grafiti, 2014).

Mas’ud (2012) menyebutkan bahwa intention, dipergunakan. Sikap

(attitude) adalah perasaan positif atau negatif seseorang terhadap suatu perilaku

atau obyek. Norma-norma subjektif (subjective norms) adalah pengaruh social

yang mempengaruhi seseorang untuk berperilaku. Seseorang yang memili


keinginan terhadap suatu obyek atau perilaku seandainya ia terpengaruh oleh

orang-orang disekitarnya mendukung terhadap apa yang ia lakukan. Mas’ud

(2012) memperkirakan perilaku yang akan datang dari seorang konsumen,

khususnya perilaku pembelian mereka, adalah aspek yang sangat penting dalam

peramalan dan perencanaan pemasaran. Ketika merencanakan strategi, para

pemasar perlu memprediksikan perilaku pembelian dan perilaku penggunaan

konsumen beberapa minggu, bulan, atau bahkan beberapa tahun sebelumnya.

Ajzen (1991) menyatakan bahwa niat perilaku menunjukkan keputusan

seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu. Niat

perilaku menunjukkan seberapa banyak uaha yang dilakukan individu untuk

berkomitmen dalam melakukan suatu perilaku. Besarnya suatu komitmen pada

konsumen UMKM mendefinisikan terwujudnya perilaku tersebut.

Faktor yang mempengaruhi penggunaan layanan Peer To Peer Lending

syariah adalah Effort Expectancy (EE). Effort Expectancy adalah tingkat

kemudahan terkait dengan penggunaan sistem informasi. Venkatesh et al., (2003)

menyatakan bahwa effort expectancy merupakan tingkat kemudahan yang

berhubungan dengan suatu sistem. Jika sistem tersebut mudah dipergunakan maka

usaha-usaha akan dilaku kan tidaklah sulit, dan sebaliknya jika suatu system

tersebut sulit digunakan, maka diperlukan usaha yang lebih tinggi untuk

menggunakannya.

Dalam penelitian Henny Triyana Hasibuan pada tahun 2021 yang berjudul

“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Menggunakan Layanan Financial


Technology Peer To Peer Lending Syariah” penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui factor-

faktor yang akan mempengaruhi minat individu dalam menggunakan Fintech

Peer To Peer Lending syariah tersebut. Populasi yang merupakan keseluruhan

kelompok orang, peristiwa atau hal-hal menarik yang ingin diteliti. Populasi

dalam penelitian ini adalah individu atau pengusaha yang menggunakan layanan

Fintech Peer To Peer Lending syariah akan bertindak sebagai peminjam.

Penarikan sampel ini dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu teknik

penarikan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi

setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Sampel dari

penelitian ini adalah seluruh pengguna layanan Fintech Peer To Peer Lending

syariah yang pernah menggunakan layanan Fintech Peer To Peer Lending syariah.

Penelitian ini menyebarkan sebanyak 200 kuesioner kepada responden yang

menggunakan layanan Peer To Peer Lending syariah di Indonesia. Jenis data yang

dipergunakan adalah data primer meliputi data yang berhubungan dengan

pernyataan responden terhadap penggunaan layanan Fintech Peer To Peer

Lending syariah.

Kuesioner yang berhasil disebarkan yaitu sebanyak 200 kuesioner yang

disebarkan secara online melalui aplikasi google form, dengan kriteria, responden

yang menggunakan layanan Peer To Peer Lending syariah. Dari hasil penyebaran

kuesioner yang berhasil dikembalikan sebanyak 173 kuesioner, tetapi kuesioner

yang layak untuk dapat diolah sebanyak 143 kuesioner dan sebanyak 30 kuesioner
dinyatakan tidak memenuhi kriteria sebagai data disebabkan responden bukan

pemakai Peer To Peer Lending syariah dan data kuesioner tidak lengkap

pengisiannya.

Dalam penelitian Jadzil Baihaqi pada tahun 2018 yang berjudul “Financial

Technology Peer To Peer Lending Berbasis Syariah Di Indonesia” penelitian ini

bertujuan untuk menjelaskan konsep Financial Technology Peer To Peer Lending

yang dijalankan dengan prinsip syariah. Desain studi literatur adalah serangkaian

kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca

dan mencatat, serta mengelolah bahan penelitian .Studi pustaka dilakukan dengan

mengumpulkan berbagai sumber sebagai topik baru yang diangkat dalam

penelitian. Semua data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan

menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu dengan menggambarkan fakta-

fakta yang diikuti dengan analisis yang tidak hanya menggambarkan, tetapi juga

memberikan pemahaman dan penjelasan yang memadai.

Dalam penelitian Nida Hafia, Ahmad Mulyadi Kosim, dan Abrista Devi

pada tahun 2019 yang berjudul “Peran Financial Technology Pada Pembiayaan

Peer To Peer Syariah Terhadap Pertumbuhan Usaha Kecil: Pendekatan Analytic

Network Process” metode yang dilakukan pada penelitian ini kualitatif deskriptif,

metode tersebut digunakan untuk mambangun analisa pengembangan pada

penerapan Financial Technology Peer To Peer Syariah bagi bisnis UMKM. Dan

data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan sekunder

Data primer yang didapat berdasarkan hasil wawancara dengan pakar, regulator
dan praktisi yang memiliki pemahaman mengenai Fintech Peer To Peer Lending

syariah serta permasalahan yang yang di bahas.

Dilanjutkan dengan mengisi kuesioner pada pertemuan kedua dengan

responden. Adapun responden penelitian ini terdiri dari 2 orang akademisi yaitu

Dosen Institut Pertanian Bogor, dan Dosen Universitas Islam Negeri Jakarta; 2

orang regulator yaitu Kepala Bagian IKNB Syariah Otoritas Jasa Keuangan, dan

Otoritas Jasa Keuangan; dan 3 orang praktisi yaitu Officer RMC PT Ammana

Fintek Syariah, CEO dan Founder PT Alami Sharia, dan Head Of Product PT

Alami Sharia.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan

dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh keputusan UMKM dalam

mengambil pinjaman melalui Peer To Peer Lending Fintech Syariah di Kota

Lhokseumawe.

1.3. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan

penelitian ini yaitu untuk mengetahui berapa besar pengaruh keputusan UMKM

dalam mengambil pinjaman melalui Peer To Peer Lending Fintech Syariah di

Kota Lhokseumawe.

1.4. Manfaat penelitian

Suatu penelitian ilmiah tentunya dapat bermanfaat secara teoritis maupun

praktis. Adapun penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat diantaranya adalah:


1) Secara teoristis bagi peneliti adalah sebagai sarana untuk mengembangkan

dan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dan penelitian ini

diharapkan bias bermanfaat untu menambah literatur serta bias membantu

bagi aktivitas akademika untuk menambah informasi.

2) Secara praktis bagi penulis penelitian ini dapat menambah wawasan dan

pengetahuan tentang masalah yang diteliti serta sebagai sarana belajar dan

masukan bagi penulis dalam mengaplikasikan berbagai teori yang telah di

pelajari terhadap kasus yang nyata dan relevan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teoritis

2.1.1. Technology Acceptance Model (TAM)

2.1.1.1. Pengertian Technology Acceptance Model (TAM)

Berdasarkan teori dari Davis (1989) menjelaskan bahwa Technology

Acceptance Model (TAM) adalah suatu model untuk memprediksi dan

menjelaskan bagaimana pengguna teknologi menerima dan menggunakan

teknologi yang berkaitan dengan pekerjaan pengguna. Model TAM berasal dari

teori psikologis untuk menjelaskan perilaku pengguna teknologi informasi yang

berlandaskan pada kepercayaan (belief), sikap (attitude), niat (intention) dan

hubungan perilaku pengguna (user behaviour relationship).

2.1.1.2.Faktor-Faktor TAM

Adapun faktor-faktor yang menjadi penentu penerimaan suatu teknologi

berbasis informasi secara umum dan menjelaskan perilaku pengguna akhir dari

teknologi informasi tersebut dengan variasi yang cukup luas dari populasi

pengguna yaitu:

1. Kepercayaan (Trust)

Kepercayaan menjadi aspek yang paling penting untuk mengidentifikasi

perilaku seseorang dalam menggunakan sistem teknologi, karena dalam hal


apapun, setiap interaksi membutuhkan kepercayaan, terutama yang dilakukan

pada lingkungan teknologi informasi.

2. Kepatuhan Syariah (Sharia Compliance)

Sharia Compliance (SHC) merupakan bagian penting bagi industri keuangan

syariah dalam segi pengelolaan maupun operasionalnya. Oleh karena itu

harus ada Dewan Pengawas Syariah (DPS) bagi setiap institusi keuangan

yang berbasis syariah untuk mengawasi setiap aktivitasnya.

3. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan wujud dari setiap perasaan baik itu positif atau negatif yang

dihasilkan ketika seseorang menggunakan sebuah teknologi baru. Ketika

seorang pengguna memiliki sikap positif yang lebih tinggi terhadap kehadiran

sebuah teknologi baru, maka niat untuk menggunakan teknologi tersebut akan

relatif lebih tinggi (Huei et al., 2018).

4. Resiko (Risk)

Resiko merupakan suatu keadaan yang sangat dihindari dalam melakukan

aktivitas apapun, termasuk dalam penggunaan Fintech. Hal tersebut wajar

terjadi karena selain manfaat yang dirasakan sebuah inovasi tidak lepas dari

adanya resiko.

2.1.2. Behavioural Intention

2.1.2.1.Pengertian Behavioral Intention

Dharmmesta (2008) mendefinisikan bahwa behavioural intention

merupakam suatu perilaku atau sikap konsumen yang memiliki keinginan untuk
menggunakan jasa secara terus menerus. Saha dan Theingi (2009) mendefinisikan

behavioural intention sebagai kemungkinan pelanggan untuk melakukan suatu

perilaku tertentu misalnya word-ofmouth yang positif tentang suatu penyedia jasa

kepada orang lain, memiliki niat membeli ulang dan kesetiaan terhadap penyedia

penyedia jasa.

Kotler (2010) behavioural intention adalah kondisi dimana pelanggan

memiliki intensi atau sikap loyal pada brand, product dan company dan secara rela

menceritakan keunggulannya kepada pihak lain.Sementara menurut Schiffman et

al. (2008) menjelaskan bahwa behavioural intention menentukan kemungkinan

konsumen akan melakukan tindakan tertentu di masa yang akan datang. Penelitian

Gounaris, Dimitriadis, dan Stathakopoulos (2010) dalam jurnal penelitiannya

yang berjudul “An examination of the effects of service quality and satisfaction on

customers behavioural intentions in e-shopping” yang meneliti pengaruh e-

service quality terhadap e-satisfaction dan pengaruh e-satisfaction terhadap

behavioural intention. Sampel penelitian yang digunakan adalah pelanggan yang

pernah mengakses situs online shop di Greece, adapun jumlah sampel yang

digunakan adalah sebanyak 240 responden.

2.1.2.2.Faktor-Faktor Behavioural Intention

Adapun faktor-faktor yang membentuk niat untuk melakukan sesuatu

menurut Crow & Crow (1989) adalam Atika (2028) adalah:


1. Faktor pendorong dari dalam (The factor inner urge), merupakan

rangsangan yang datang dari lingkungan/ruang lingkup yang sesuai

dengan keinginan/kebutuhan seseorang akan menimbulkan niat.

2. Faktor motif sosial (The factor social motif) adalah niat seseorang terhadap

obyek/suatu hal, disamping hal dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri

manusia juga dipengaruhi oleh motif social.

3. Faktor emosi (Emotional factor) adalah faktor perasaan dan emosi

mempunyai pengaruh terhadap subyek.

Berdasarkan teori tersebut penelitian ini didasari niat Croe dan Crow

(1989) dalam Alika (2018) yang menjelaskan penyebab niat menggunakan salah

satunya berasal dari faktor emosional yaitu niat yang mempunyai hubungan yang

erat dengan emosi. Bila seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktivitas akan

menimbulkan perasaan senang, dan hal tersebut akan memperkuat niat terhadap

aktivitas-aktivitas tersebut. Jika seseorang mendapatkan pengaruh positif terhadap

pemakaian digital wallet maka diharapkan dapat menimbulkan niat yang kuat

pada pengguna untuk digital wallet.

2.1.2.3.Indikator Behavioral Intention

Penelitian Gounaris, Dimitriadis, dan Stathakopoulos (2010) dalam jurnal

penelitiannya yang berjudul “An examination of the effects of service quality and

satisfaction on customers behavioural intentions in e-shopping” yang meneliti

pengaruh e-service quality terhadap e-satisfaction dan pengaruh e-satisfaction

terhadap behavioural intention.


1. E-service Quality

E-service quality sebagai penilaian konsumen terhadap kualitas pelayanan

secara keseluruhan dari suatu bisnis internet. Menurut Zeithaml dalam

Kotler (2010) e-service quality dalam lingkungan layanan tradisional

merupakan penilaian konsumen secara global terhadap keunggulan suatu

pelayanan jika dibandingkan dengan kualitas layanan yang ditawarkan

pesaingnya.

2. Attitude Toward the Website

Beberapa peneliti mengartikan attitudes toward the web site konsumen

sebagai tanggapan baik maupun tidak baik yang ditujukan terhadap suatu

web site. Dharmmesta (2004) memberi pengertian attitude sebagai

dorongan psikologi yang ditunjukkan dengan menilai seberapa tinggi rasa

suka atau ketidaksukaan seseorang terhadap sesuatu.

3. Customer Satisfaction

Menurut Kotler (2014), costumer satisfaction merupakan suatu reaksi

yang cenderung muncul setelah suatu pelayanan diberikan. Menurut

Zeithaml et al. (2006), customer satisfaction merupakan dugaan konsumen

terhadap suatu jasa, apakah suatu jasa telah memenuhi kebutuhan dan

ekspektasi dari konsumen.


2.1.3. Norma Subjektif

2.1.3.1.Pengertian Norma

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), norma adalah aturan

atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat. Dimana

sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yang sesuai. Setiap

masyarakat juga harus menaati norma-norma yang berlaku di lingkungan

masyarakat.

2.1.3.2.Pengertian Norma Subjektif

Norma subjektif adalah persepsi atau pandangan seseorang terhadap

kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi minat untuk

melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku (Ajzen, 1991). Norma subjektif

merupakan fungsi dari harapan yang dipersepsikan individu dimana satu atau

lebih orang di sekitarnya (misalnya, saudara, teman sejawat) menyetujui perilaku

tertentu dan memotivasi individu tersebut untuk mematuhi mereka.

Ajzen (2005) mengatakan norma subjektif merupakan fungsi yang

didasarkan oleh belief yang disebut normative belief, yaitu belief mengenai

kesetujuan dan atau tidak setujuan yang berasal dari referent atau orang dan

kelompok yang berpengaruh bagi individu (significant others) seperti orang tua,

pasangan, teman dekat, rekan kerja atau lainnya terhadap suatu perilaku.

Menurut Jogiyanto (2007) norma subjektif adalah persepsi atau pandangan

seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan memengaruhi


intensi/minat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang

dipertimbangkan.

Menurut Mas’ud (2012) norma subjektif adalah pengaruh sosial yang

mempengaruhi seseorang untuk berperilaku, seseorang akan memiliki keinginan

terhadap suatu obyek atau perilaku seandainya ia terpengaruh oleh orang-orang di

sekitarnya untuk melakukan atau meyakini bahwa lingkungan atau oang-orang

disekitarnya mendukung terhadap apa yang ia lakukan.

2.1.3.3.Aspek Norma Subjektif

Ajzen (2005) mendefinisikan norma subjektif sebagai persepsi individu

tentang tekanan sosial untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku.

Norma subjektif ditentukan oleh normative belief dan motivation to comply.

normative belief adalah belief mengenai kesetujuan atau ketidaksetujuan yang

berasal dari referent. motivation to comply adalah motivasi individu untuk

mematuhi harapan referent. Individu yang percaya bahwa referent akan

mendukung ia untuk melakukan sebuah perilaku akan merasakan tekanan sosial

untuk melaku kan perilaku tersebut, dan begitu juga sebaliknya.

2.1.3.4.Indikator Norma Subjektif

Indikator-indikator norma subjektif pada penelitian ini adalah:

1. Kepedulian konsumen terhadap produk

Misalnya hanya menggunakan kosmetik yang sudah berlabel halal. Karena

takut berdosa apabila tidak menggunakan yang berlabel halal karena tidak

mengetahui dengan pasti kandungan yang ada pada kosmetik.


2. Motivasi mematuhi

Misalnya sudah ada aturan dari keluarga terutama orang tua menganjurkan

anak perempuannya menggunakan kosmetik berlabel halal.

3. Kepercayaan normatif

Misalnya karena kelompok individu, teman dan orang yang dianggap penting

juga mengunakan kosmetik berlabel halal.

2.1.4. Effort Expectancy

2.1.4.1.Pengertian Effort Expectancy

Effort Expectancy adalah tingkat kemudahan terkait dengan penggunaan

sistem informasi. Venkatesh et al., (2003)mengatakan bahwa Effort Expectancy

merupakan tingkat kemudahan yang berhubungan dengan suatu sistem. Jika

sistem tersebut mudah dipergunakan maka usaha yang dilakukan tidaklah terlalu

tinggi dan sebaliknya jika suatu sistem sulit digunakan, maka diperlukan usaha

yang tinggi untuk menggunakannya.

Effort Expectancy adalah tingkat kesederhanaan untuk menggunakan

sistem tertentu yang menunjukkan seberapa banyak usaha yang dilakukan oleh

pengguna untuk menggunakan sistem. Kemudahan penggunaan teknologi

informasi akan menimbulkan perasaan minat dalam diri seseorang bahwa sistem

mempunyai kegunaan dan karenanya menimbulkan rasa yang nyaman bila bekerja

dengan menggunakannya.
Venkatesh et al., (2003) mendefinisikan effort expectancy sebagai “the

degree of ease associated with the use of the system”. Atau tingkat kemudahan

dalam menggunakan produk/layanan yang baru.

2.1.4.2.Indikator Effort Expectancy

Venkatesh et al. (2003) menyatakan bahwa effort expectancy berasal dari

tiga variabel utama, yaitu:

1. Perceived Ease Of The Use

Merupakan sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan sebuah

sistem akan bebas dari upaya tertentu (free of effort.)

2. Complexity

Merupakan salah satu konstruk pada teori MPCU. Complexity didefinisikan

sebagai sejauh mana sistem dipersepsikan sulit untuk dipahami dan

digunakan.

3. Ease Of Use

Digunakan dalam model IDT, dimana konstruk ini diartikan sebagai sejauh

mana sebuah inovasi dipersepsikan sulit untuk digunakan oleh konsumen.

2.1.5. Peer To Peer Lending Fintech Syariah

2.1.5.1.Pengertian Fintech Peer To Peer Lending

Fintech berasal dari istilah Financinal Technology Menurut The National

Research Centre (NDRC) di Dubllin Irlandia, mendefinisikan Fintech sebagai

innovation infinancial service atau inovasi dalam keuangan, Fintech merupakan


suatu inovasi pada sektor finansial yang mendapat sentuhan teknologi modern

(Muzdalifa et al., 2018).

Menurut Peraturan OJK No.77/POJK.01/2016, Fintech Peer To Peer

Lending adalah penyelenggaraan layanan jasa keuangan untuk mempertemukan

pemberi pinjaman (lender) dengan penerima pinjaman (borrower) dalam rangka

melakukan perjanjian pinjam meminjam dalam mata uang rupiah secara langsung

melalui sistem elektronik dengan menggunakan jaringan internet. Fintech Peer To

Peer Lending diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dana tunai secara cepat,

mudah, dan efisien serta meningkatkan daya saing serta dapat menjadi salah satu

solusi untuk membantu pelaku usaha skala UMKM dalam memperoleh akses

pendanaan.

Peer To Peer Lending tersebut merupakan praktik penggalangan dana dari

sejumlah orang untuk membarikan modal bagi suatu proyek atau usaha. Peer To

Peer Lending adalah praktik meminjam dan memberikan pinjaman secara online

melalui sebuah wadah sebagai tempat dipertemukannya penjual dan pembeli atau

disebut sebagai online marketplace.

2.1.5.2.Pengertian Fintech Peer To Peer Lending Syariah

Menurut Lee & Chuen (2015) Fintech syariah diartikan sebagai bisnis

berbasis teknologi dengan jasa atau produk keuangan inovasi dengan

menggunakan skema islam atau syariah. Fintech memberikan peluang untuk

memimpin dan mempengaruhi semua bentuk keuangan global.


Peer To Peer Lending Syariah adalah jenis kegiatan pinjam-meminjam

antar perseorangan yang menggunakan prinsip etis sesuai syariah Islam. Sistem

yang dibangun berdasarkan pada ketentuan Islam dengan segala aturan dan

larangan. Peluang investasi pada konsep ini dipandu oleh nilai-nilai moral dan

etika.

2.1.5.3.Contoh Fintech Peer To Peer Lending Syariah

Berikut merupakan beberapa contoh platform Peer To Peer Lending

Syariah.

Tabel 2.1
Daftar Platform UMKM
N Platform P2PL
o Syariah
1 Investree Syariah
2 Amartha Syariah
3 Alami Sharia
4 Duha Syariah
5 Ammana.id
6 Dana Syariah
7 Danakoo
8 Qazwa
9 Bsalam
10 Ethis
11 Capital Boost
12 Papitupi Syariah
13 Berkah Fintek Syariah

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini dimaksudkan untuk menggali informasi tentang

ruang penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. Dalam studi literatur ini,

penulis mencantumkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan oleh beberapa


pihak, sebagai bahan rujukan dalam mengembangkan materi yang ada dalam

penelitian yang dibuat oleh penulis. Beberapa penelitian yang memiliki korelasi

dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Henny Triyana Hasibuan (2021), Penelitian dengan judul “Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Minat Menggunakan Layanan Financial Technology

Peer To Peer Lending Syariah” penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

akan mempengaruhi minat individu dalam menggunakan Fintech Peer To

Peer Lending syariah tersebut. Populasi yang merupakan keseluruhan

kelompok orang, peristiwa atau hal-hal menarik yang ingin diteliti. Populasi

dalam penelitian ini adalah individu atau pengusaha yang menggunakan

layanan Fintech Peer To Peer Lending syariah akan bertindak sebagai

peminjam. Penarikan sampel ini dilakukan dengan cara purposive sampling

yaitu teknik penarikan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan

yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi

sampel (Sugiyono, 2016:84). Sampel dari penelitian ini adalah seluruh

pengguna layanan Fintech Peer To Peer Lending syariah yang pernah

menggunakan layanan Fintech Peer To Peer Lending syariah. Penelitian ini

menyebarkan sebanyak 200 kuesioner kepada responden yang menggunakan

layanan Peer To Peer Lending syariah di Indonesia. Jenis data yang

dipergunakan adalah data primer meliputi data yang berhubungan dengan


pernyataan responden terhadap penggunaan layanan Fintech Peer To Peer

Lending syariah.

Kuesioner yang berhasil disebarkan yaitu sebanyak 200 kuesioner

yang disebarkan secara online melalui aplikasi google form, dengan kriteria,

responden yang menggunakan layanan Peer To Peer Lending syariah. Dari

hasil penyebaran kuesioner yang berhasil dikembalikan sebanyak 173

kuesioner, tetapi kuesioner yang layak untuk dapat diolah sebanyak 143

kuesioner dan sebanyak 30 kuesioner dinyatakan tidak memenuhi kriteria

sebagai data disebabkan responden bukan pemakai Peer To Peer Lending

syariah dan data kuesioner tidak lengkap pengisiannya.

2. Jadzil Baihaqi (2018) penelitian dengan judul “Financial Technology Peer To

Peer Lending Berbasis Syariah Di Indonesia” penelitian ini bertujuan untuk

menjelaskan konsep Financial Technology Peer To Peer Lending yang

dijalankan dengan prinsip syariah. Desain studi literatur adalah serangkaian

kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka,

membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan penelitian (Creswell, 2010).

Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan berbagai sumber sebagai

topik baru yang diangkat dalam penelitian. Semua data yang telah

dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis

deskriptif, yaitu dengan menggambarkan fakta-fakta yang diikuti dengan

analisis yang tidak hanya menggambarkan, tetapi juga memberikan

pemahaman dan penjelasan yang memadai.


3. Nida Hafia, Ahmad Mulyadi Kosim, dan Abrista Devi (2019), Penelitian

dengan judul “Peran Financial Technology Pada Pembiayaan Peer To Peer

Syariah Terhadap Pertumbuhan Usaha Kecil: Pendekatan Analytic Network

Process” metode yang dilakukan pada penelitian ini kualitatif deskriptif,

metode tersebut digunakan untuk mambangun analisa pengembangan pada

penerapan Financial Technology Peer To Peer Syariah bagi bisnis UMKM.

Dan data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan

sekunder Data primer yang didapat berdasarkan hasil wawancara dengan

pakar, regulator dan praktisi yang memiliki pemahaman mengenai Fintech

Peer To Peer Lending syariah serta permasalahan yang yang di bahas.

4. Dalam penelitian Serlika Aprita (2021), Penelitian dengan judul “Peranan

Peer To Peer Lending Dalam Menyalurkan Pendanaan Pada Usaha Kecil Dan

Menengah” jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif yaitu

penelitian hokum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang

menggunakan objek kajian penulisan berupa pustaka-pustaka yang ada, baik

berupa buku-buku, majalah, dan peraturan-peraturan yang mempunyai

korelasi pembahasan masalah, sehingga penulisan ini juga bersifat penulisan

pustaka (library research)

5. Dalam penelitian Mira Misissaifi dan Jaka Srikaya (2021), Penelitian dengan

judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Menggunakan Fintech

Syariah” penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yang dilaksanakan di

Yogyakarta pada tahun 2020 dengan populasi yaitu masyarakat yang


berdomisili di Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan

purposive sampling, dengan tujuan agar dapat memperhatikan proporsi

kategori dalam populasi pada penelitian ini. Pengambilan sampel berdasarkan

pada masyarakat yang menggunakan Fintech, sehingga sampel diperoleh

sebanyak 150 responden. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah

kuesioner dan kepustakaan, data yang dikumpulkan kemudian dianalisis

menggunakan analisis structure equation model partial least square (SEM-

PLS) dengan menggunakan alat bantu berupa software SmaetPLS Versi 3.2.9.

2.3. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan kerangka berpikir yang menggambarkan

hubungan dan pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Berdasarkan rumusan penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, dan hasil

penelitian sebelumnya, maka sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis,

dibuatlah dalam satu bagan kerangka konseptual sebagai berikut:

Norma Subjektif
Behavioural
Intention
Effort Expectancy

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan (Sugiyono, 2013). Dikatakan sementara

karena jawaban yang diberikan melalui hipotesis baru didasarkan teori dan belum

menggunakan fakta. Hipotesis memungkinkan kita menghubungkan teori dengan

pengamatan atau pengamatan dengan teori. Hipotesis mengemukakan pernyataan

peneliti tentang hubungan variabel-variabel dalam persoalan.

H1 : Diduga norma subjektif berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Behavioural Intenton.

H2 : Diduga effort expectancy berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Behavioural Intenton.

H3 : Diduga norma subjektif dan effort expectancy berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Behavioural Intenton.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Objek dan Lokasi penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi ruang lingkup penelitian adalah para

pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang menggunakan layanan

Peer To Peer Lending. Objek penelitiannya adalah TAM, Norma subjektif dan

Effort Expectancy Keputusan Umkm Dalam Mengambil Pinjaman Melalui Peer

To Peer Lending Fintech Syariah (Studi Kasus Pada Umkm Di Kota

Lhokseumawe).

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi dapat diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya [CITATION

sug14 \l 1033 ].. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pelaku

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kota Lhokseumawe yang

berjumlah 2.354 orang. Data ini diperoleh dari Dinas Koperasi dan UMKM Aceh.

3.2.2. Sampel
Sampel adalah contoh yang dipandang oleh peneliti dapat mewakili suatu

populasi ataupun bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Adapun tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan metode non probability yaitu insidental sampling.

Penentuan ukuran sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan rumus Slovin sebagai berikut [CITATION sug14 \l 1033 ].

N
n= 2
(1+( N × e ))

Keterangan : n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = Tingkat signifikasi 1% ( 0,01)

N
n= 2
(1+( N × e ))

2354
n=
(1+(2354 × 0,01))

2354
n= n=94 orang
(25)

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah 9 4 orang. Kelemahan dari teknik penarikan sampel

dengan cara ini adalah sampel yang terpilih kemungkinan besar tidak mewakili

populasi, sehingga generalisasi yang dilakukan oleh peneliti akan terbatas.


subjektif. Namun subjektifitas ini dapat direduksi berdasarkan asumsi bahwa

karyawan relatif memiliki karakteristik yang serupa.

3.3. Jenis Dan Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data penelitian. Sumber data dalam penelitian ini mencakup dua

jenis data, yang pertama data primer dan kedua data sekunder.

3.3.1. Jenis data

3.3.1.1.Data primer

Data primer adalah data yang bersifat kuantitatif, yaitu data yang diambil

langsung dari responden menggunakan alat pengukuran berupa kuesioner.

Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya (Sugiyono, 2010).

3.3.1.2.Data sekunder

Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan

disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain misalnya dalam

bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Data sekunder penelitian ini diperoleh

dari buku, jurnal dan data-data yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.3.2. Instrumen Pengumpulan Data


pengumpulan adalah cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data

penelitian, seperti observasi, wawancara, kuesioner, dokumentasi dan analisis

data. Sedangkan instrument penelitian adalah alat yang digunakan peneliti agar

pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik. (Sugiyono, 2010).

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah

sejumlah daftar pertanyaan yang diajukan oleh peneliti untuk mendapatkan

informasi yang mendasar dari laporan tentang diri sendiri (self report) atau pada

pengetahuan atau keyakinan pribadi subyek atau informasi yang diteliti

(Sugiyono, 2010). Kuesioner ini dimaksud untuk memperoleh data, digunakan

kuesioner yang bersifat tertutup yaitu yang dibuat sedemikian rupa sehingga

responden dibatasi dalam memberi jawaban dan diberi beberapa alternatif pilihan

lain.

3.3.3. Skala Pengukuran Data

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan

untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga

alat ukur tesebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data

kuantitatif. Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur dengan

instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih

akurat, efisien dan komunikatif. (Sugiyono, 2010)

Skala pengukuran digunakan metode Likert Summated Ratings (LSR).

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang

atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2010). Dengan


alternatif pilihan 1 sampai dengan 5 jawaban pertanyaan dengan pemberian bobot

terhadap masing-masing ketentuan sebagai berikut:

a. Sangat Setuju (SS) =5

b. Setuju (S) =4

c. Netral =3

d. Tidak Setuju (TS) =2

e. Sangat Tidak Setuju (STS) =1

3.4. Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan rumusan hipotesis penelitian, variabel penelitian terdiri dari

dua variabel, 1 variabel independen (bebas) yaitu dan variabel Y sebagai variabel

dependen (terikat). Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini

yaitu:

1. Behavioural Intention(Y), menurut Dharmmesta (2008) mendefinisikan

bahwa behavioural intention merupakam suatu perilaku atau sikap konsumen

yang memiliki keinginan untuk menggunakan jasa secara terus menerus. Saha

dan Theingi (2009) mendefinisikan behavioural intention sebagai

kemungkinan pelanggan untuk melakukan suatu perilaku tertentu misalnya


word-ofmouth yang positif tentang suatu penyedia jasa kepada orang lain,

memiliki niat membeli ulang dan kesetiaan terhadap penyedia penyedia jasa.

2. Norma Subjektif (X1), menurut Ajzen (2005) mengatakan norma subjektif

merupakan fungsi yang didasarkan oleh belief yang disebut normative belief,

yaitu belief mengenai kesetujuan dan atau tidak setujuan yang berasal dari

referent atau orang dan kelompok yang berpengaruh bagi individu

(significant others) seperti orang tua, pasangan, teman dekat, rekan kerja atau

lainnya terhadap suatu perilaku.

3. Effort Expectancy (X2), menurut Venkatesh et al., (2003) mengatakan bahwa

effort expectancy merupakan tingkat kemudahan yang berhubungan dengan

suatu sistem. Jika sistem tersebut mudah dipergunakan maka usaha yang

dilakukan tidaklah tsrlalu tinggi dan sebaliknya jika suatu sistem sulit

digunakan, maka diperlukan usaha yang tinggi untuk menggunakannya.

Tabel 3.1
Devinisi Operasional Variabel
No. Variabel Definisi Variabel Indikator Skala
1 Behavioural Behavioral intention 1. E-service Likert
Intention merupakan suatu quality sebagai
(Y) perilaku atau sikap penilaian
konsumen yang konsumen
mengukur kekuatan terhadap
tujuan untuk kualitas
melakukan tindakan pelayanan
tertentu.. secara
keseluruhan
dari suatu
bisnis internet.
2. attitudes
toward the
web site
konsumen
sebagai
tanggapan
baik maupun
tidak baik
yang ditujukan
terhadap suatu
web site
3. costumer
2 Norma Norma subjektif 1. Adanya
satisfaction Likert
Subjektif adalah persepsi atau kepedulian
(X1) pandangan seseorang konsumen.
terhadap kepercayaan- 2. Motivasi
kepercayaan orang lain untuk
yang akan mematuhi
mempengaruhi minat pendapat
untuk melakukan atau terhadap suatu
tidak melakukan suatu produk
perilaku. tertentu.
3. Kepercayaan
normatif
terhadap
orang yang
dianggap
penting.

3 Effort Effort Expectancy 1. Sejauh mana


Expectancy adalah tingkat seseorang
(X2) kesederhanaan untuk percaya
menggunakan system bahwa
tertentu yang menggunakan
menunjukkan seberapa sebuah sistem
banyak usaha yang akan bebas
dilakukan oleh dari upaya
pengguna untuk tertentu.
menggunakan sistem. 2. Sejauh mana
sistem
dipersepsikan
sulit untuk
dipahami.
Sejauh mana
sebuah inovasi
dipersepsikan
sulit untuk
digunakan
oleh
konsumen.

3.5. Metode Analisis Data

Metode analisis data menurut (Sugiyono, 2015) merupakan kegiatan

setelah data terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan

data bedasarkan variabel, mentabulasi data berdasarkan variabel, menyajikan data

tiap variabel yang teliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan

masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Dalam menganalisi data, peneliti menggunakan metode Analisis Linear Berganda.

Analisis data menghasilkan data deskriptif kuantitatif, yang mengolah data-data

perhitungan sikap, kepercayaan, pengetahuan konsumen dan minat beli produk

kosmetik berlabel halal melalui sarana program Statistical Package For Social

Science (SPSS), dengan rumus persamaan sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

Dimana:
Y = Behavioural Intention

α = Konstanta

X1 = Norma subjektif

X2 = Effort Expectancy

β1, β2 = Koefisien regresi

e = Standar eror

3.6. Uji Kualitas Data

3.6.1. Uji Validitas

Uji validitas data digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertayaan pada kuesioner mampu

untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Jika

validitas ingin mengukur apakah pertayaan dalam kuesioner yang sudah dibuat

betul-betul dapat mengukur apa yang hendak diukur (Imam, 2009).

Metode uji validitas ini dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor

item dengan skor total item. Skor total item adalah penjumlahan dari keseluruhan

item. Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan SPSS

statistics dengan kriteria sebagai berikut:

Jika r hitung > r tabel, maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

Jika r hitung < r tabel, maka pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid.

3.6.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan


reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten atau

stabil dari waktu ke waktu. (Ghozali, 2011).

Menurut (Priyatno, 2012) reliabilitas merupakan tingkat keandalan suatu

instrument penelitian. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat

ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten

jika pengukuran tersebut diulang. Penguji yang dilakukan dengan menggunakan

SPSS statistis. Butir pertanyaan sudah dinyatakan valid dalam uji validitas akan

ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut :

jika r alpha > r tabel, maka pertanyaan reliabel

jika r alpha < r tabel, maka pertanyaan tidak reliable.

3.7. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk memastikan bahwa normalitas,

heterokedastisitas dan multikolinearitas tidak terdapat dalam penelitian ini. Hal

tersebut dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat. Model analisis regresi

berganda dalam penelitian ini mensyaratkan uji asumsi terdapat tiga pengujian

yaitu : Uji Normalitas, Uji Heterokedastisitas dan Uji Multikolinearitas.

3.7.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji variabel bebas dan variabel terikat

dalam model ini mempunyai distribusi normal atau tidak. Menurut (Ghozali,

2011) Uji normalitas data dapat dilakukan melalui dua cara yaitu analisis grafik

dan analisis statistik. Analisis grafik digunakan untuk melihat normalitas data

dilakukan dengan melihat kurva normal probabilityplot. Pada kurva normal


probabilityplot. Data dikatakan normal apabila titik-titik data menyebar disekitar

garis diagonal atau mengikuti arah garis diagonal.

Analisis statistik dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov test (K-S).

Uji ini dilakukan untuk memastikan secara statistik apakah data disepanjang garis

diagonal berdistribusi normal. Data dikatakan normal apabila hasil pengujian

menunjukkan nilai signifikan diatas 0,05 (5%) dan jika nilai signifikansinya lebih

kecil dari 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal.

3.7.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah salah satu pengujian di dalam uji asumsi

klasik. Menurut (Ghozali, 2011) uji heteroskedastisitas bertujuan menguji model

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu ke pengamatan yang lain. Untuk

mengukur ada tidaknya heterosdastisitas dapat dilakukan dengan salah satu cara

yaitu dengan melihat grafik scatterplot. Cara memprediksi pola gambar scatterplot

adalah sebagai berikut:

a. Titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0.

b. Titik-titik data mengumpul hanya di atas atau dibawah saja.

c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang

menyebar.

d. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.

3.7.3 Uji Multikolineritas

Uji multikolinearitas merupakan uji untuk mengetahui terdapat atau

tidaknya hubungan diantara variabel-variabel bebas. Menurut (Ghozali, 2011) uji


ini bertujuan menguji apakah pada model ditemukan adanya korelasi antar

variabel independen. Pada model yang baik seharusnya antar variabel independen

tidak terjadi kolerasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam

model adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa

tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model.

b. Jika nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa

ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model.

3.8 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara uji statistik terhadap regresi

linier berganda yang bertujuan untuk membuktikan hipotesis ada atau tidaknya

pengaruh yang signifikan terhadap variabel yang diteliti. Adapun pengujian yang

dilakukan melalui :

3.8.1 Uji Pengaruh Secara Parsial (Uji-t)

Uji t adalah jenis pengujian statistik yang digunakan untuk mengetahui

seberapa jauh pengaruh variabel independen dapat menerangkan variabel

dependen secara individual. Uji t dilakukan dengan tingkat keyakinan 95% dan

tingkat kesalahan analisis (α) 5% derajat kebebasan (degree of freedom) yang

digunakan adalah df = n-k. Taraf nyata inilah yang akan digunakan untuk

mengetahui kebenaran hipotesis. Dasar pengambilan keputusan pada uji t adalah

sebagai berikut (Ghozali, 2011):


1. Jika thitung < t tabel dan nilai probabilitas (signifikan) > 0,05, maka H1, H2,

H3, ditolak artinya secara parsial variabel independen tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

2. Jika thitung > t tabel dan nilai probabilitas < 0,05, maka H1, H2, H3, diterima

artinya secara parsial variabel independen berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen.

3.8.2 Uji Pengaruh Secara Simultan (Uji-F)

Menurut Ghozali (2012) uji F pada dasarnya untuk mengetahui apakah

semua variable independent atau bebas didalam penelitian ini dapat berpengaruh

secara bersama sama terhadap variable dependen atau terikat didalam penelitian

ini. Uji F dilakukan dengan tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan analisis

(α) 5% derajat kebebasan yang digunakan adalah df = n-k dan dk = k-1. Kriteria

pengujian secara simultan sebagai berikut:

1. Jika Fhitung < Ftabel dan nilai probabilitas (signifikan) > 0,05, maka H1, H2,

H3, ditolak artinya secara parsial variabel independen tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

2. Jika Fhitung > Ftabel dan nilai probabilitas < 0,05, maka H1, H2, H3,

diterima artinya secara parsial variabel independen berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen.


3.9 Korelasi dan Determinasi

3.9.1 Koefisien Korelasi (R)

Koefisien korelasi adalah pengukuran derajat kekuatan hubungan asosiasi

antara variabel sehingga bisa mendeskripsikan bagaimana gambaran yang lebih

bermanfaat dari data- data yang kita miliki. Jenis hubungan korelasi terbagi

menjadi dua:

1. Korelasi positif: kedua variabel memiliki hubungan searah yaitu jika nilai

variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Atau sebaliknya,

variabel X rendah, maka nilai variabel Y akan rendah pula.

2. Korelasi negatif, kedua variabel memiliki hubungan berbalik arah yaitu yaitu

jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan rendah. Atau

sebaliknya, variabel X rendah, maka nilai variabel Y akan tinggi.

Besaran nilai koefisien korelasi berkisar antara -1 hingga +1: bila koefisien

korelasi bernilai -1, artinya koefisien korelasi memiliki hubungan linear sempurna

negatif, sedangkan bila koefisien korelasi bernilai +1, artinya koefisien korelasi

memiliki hubungan linear sempurna positif, dan bila koefisien korelasi bernilai

nol, artinya tidak terdapat hubungan sama sekali antara kedua variabel. Adapun

tingkat nilainya:

0 = tidak ada korelasi antar variabel

>0 - 0.25 = korelasi antar variabel lemah

>0.25 - 0.5 = korelasi antar variabel sedang

>0.5 - 0.75 = korelasi antar variabel kuat


1 = korelasi antar variabel sempurna

3.9.2 Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi dari variabel dependen

atau variabel terikat. Koefisien determinasi juga menjelaskan besarnya masing

masing pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, sehingga dapat

diketahui variabel bebas mana yang memiliki efek paling dominan terhadap

variabel terikat [ CITATION Ima11 \l 1057 ].


DAFTAR PUSTAKA

Ajzen. (1985). From Intentions to Action: A Theory of Planned Behavior. Springer.

Ajzen. (1991). The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and


Human Decision Processes, 50.

Ajzen. (2005). The Influence of Attitudes on Behavior. In D. Albarracín, B. T.


Johnson, & M. P. Zanna (Eds.). The Handbook of Attitudes.

Ajzen, I., & Fishbein, M. (1980). Understanding Attitudes and Predicting Social
Behavior Englewood Cliffs. Prentice-Hall.

Bappenas. (2018). Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024. Kementerian


Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional, 1–443. https://knks.go.id/storage/upload/1573459280-Masterplan
Eksyar_Preview.pdf

Davis. (1989). Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of
Information Technolog. MIS Quarterly, 13.

Fishbein, M., & Ajzen, I. (1975). Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An
Introduction to Theory and Research, Reading. MA: Addison-Wesley.

Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:


Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Huei, C. T., Cheng, L. S., Seong, L. C., Khin, A. A., & Leh Bin, R. L. (2018).
Preliminary study on consumer attitude towards fintech products and services
in malaysia. International Journal of Engineering and Technology(UAE),
7(2), 166–169. https://doi.org/10.14419/ijet.v7i2.29.13310

Imam, G. (2009). aplikasi analisis multivariate dengan program spss (edisi kheem).
badan penerbit universitas diponegoro.

Jogiyanto, H. M. (2007). Metode Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-


Pengalaman. BPFE.

Lee, D., & Chuen, K. (2015). Handbook of Digital Currency. Handbook of Digital
Currency, January. https://doi.org/10.1016/c2014-0-01905-3

54
55

Mas’ud, M. (2012). Multimedia Pembelajaran dengan Lactora. Pustaka Shoni.

Muzdalifa, I., Rahma, I. A., & Novalia, B. G. (2018). Peran Fintech Dalam
Meningkatkan Keuangan Inklusif Pada UMKM Di Indonesia (Pendekatan
Keuangan Syariah). Jurnal Masharif Al-Syariah: Jurnal Ekonomi Dan
Perbankan Syariah, 3(1). https://doi.org/10.30651/jms.v3i1.1618

Otoritas Jasa Keuangan. (2018). Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 77


/POJK.01/2016 Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis
Teknologi Informasi. Otoritas Jasa Keuangan, 1–29.

Priyatno, D. (2012). Cara Kilat Belajar Analisis Data Dengan SPSS 20. Andi Offset.
Rizal, A. (2018). Economic Value Estimation of Mangrove Ecosystems in Indonesia.
Biodiversity International Journal, 2(1), 98–100.

Rizki, A. R., & Dewantara, Y. (2017). Pengaruh Kemudahan Penggunaan Dan


Kemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Minat Menggunakan Situs Jual
Beli Online (Studi Kasus Pada Pengguna Situs Jual Beli “Z”). Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 52, 4.
Rohman. (2011). ajian Terhadap Kapabilitas Pembukuan Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) dalam Mendukung Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal
Akuntansi, XV.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantutatif, Kualitatif Dan R&D. Alfabeta.


Bandung.

Sugiyono. (2014). metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif


dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R d B). Alfabeta.

Venkatesh, V., Morris, M. G., Davis, G. B., & Davis, F. D. (2003). User acceptance
of information technology: Toward a unified view. MIS Quarterly:
Management Information Systems, 27(3), 425–478.
https://doi.org/10.2307/30036540
56

Yarli, D. (2018). Analisis Akad Tijarah pada Transaksi Fintech Syariah dengan
Pendekatan Maqhasid. Urnal Pemikiran Hukum Dan Hukum Islam, 9, 245-
256.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

PT Pegadaian cabang CPS Lhokseumawe di terletak di jalan Pasar Inpress

nomor 10, Kecamatan Banda Sakti, kota Lhokseumawe. Pegadaian ini

melayani rahn bisnis, gadai syariah, arrum, amanah, emasku, mulia, tabungan

emas, MPO (Pembelian dan Pembayaran Tagihan Telepon, Listrik, Air, Tiket,

internet, TV berbayar, Pembayaran Iuran BPJS, dll).

PT Pegadaian persero ini menyediakan berbagai layanan terkait dengan

produk-produk PT Pegadaian. Layanan produk PT Pegadaian yang tersedia

mulai dari investasi emas pegadaian, cek harga emas pegadaian, tabungan

emas, pendaftaran pegadaian digital atau pegadaian online, Kredit Cepat

Aman (KCA) pegadaian, pegadaian syariah dan lainnya. Pada kantor ini juga

nasabah bisa mengajukan pinjam uang atau kredit dengan jaminan muali dari

surat BPKB kendaraan motor atau mobil, surat tanah dan lainnya.

4.1.2. Distribusi Karakteristik Responden


57

Berdasarkan hasil penelitian di lhokseumawe terhadap 94 responden yang

menggunakan peer to peer lending pada umkm di kota Lhokseumawe

Tabel 4.1
Jenis Kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Laki-Laki 47 50,0 50,0 50,0
Valid Perempuan 47 50,0 50,0 100,0
Total 94 100,0 100,0
Sumber: Data Primer (Diolah tahun 2021)

Berdasarkan tabel 4.1, maka dapat dilihat bahwa jumlah responden laki- laki

pada penelitian ini sebanyak 47 orang (50,0%) dan jumlah responden perempuan

sebanyak 47 orang (50,0%).

Tabel 4.2
Usia
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
23 Tahun 2 2,1 2,1 2,1
Valid 25 Tahun 5 5,3 5,3 7,4
26 Tahun 5 5,3 5,3 12,8
27 Tahun 12 12,8 12,8 25,5
28 Tahun 7 7,4 7,4 33,0
29 Tahun 5 5,3 5,3 38,3
30 Tahun 7 7,4 7,4 45,7
31 Tahun 3 3,2 3,2 48,9
32 Tahun 4 4,3 4,3 53,2
34 Tahun 9 9,6 9,6 62,8
35 Tahun 6 6,4 6,4 69,1
36 Tahun 3 3,2 3,2 72,3
37 Tahun 2 2,1 2,1 74,5
38 Tahun 1 1,1 1,1 75,5
39 Tahun 2 2,1 2,1 77,7
40 Tahun 3 3,2 3,2 80,9
41 Tahun 1 1,1 1,1 81,9
58

42 Tahun 1 1,1 1,1 83,0


43 Tahun 2 2,1 2,1 85,1
45 Tahun 4 4,3 4,3 89,4
47 Tahun 2 2,1 2,1 91,5
48 Tahun 1 1,1 1,1 92,6
49 Tahun 4 4,3 4,3 96,8
50 Tahun 1 1,1 1,1 97,9
51 Tahun 2 2,1 2,1 97,9

Total 94 100,0 100,0

Sumber: Data Primer (Diolah tahun 2021)

Berdasarkan tabel 4.2, maka dapat dilihat bahwa umur responden 20-30 tahun

pada penelitian ini sebanyak 13 orang (17,6%), 30-40 tahun sebanyak 26 orang

(35,1%), dan responden yang berusia 40-50 tahun sebanyak 35 orang (47,3%).

Tabel 4.3
Lama Usaha
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
1 Tahun 13 13,8 13,8 13,8
10 Tahun 2 2,1 2,1 16,0
12 Tahun 2 2,1 2,1 18,1
13 Tahun 1 1,1 1,1 19,1
14 Tahun 1 1,1 1,1 20,2
2 Tahun 15 16,0 16,0 36,2
3 Tahun 12 12,8 12,8 48,9
Valid
4 Tahun 6 6,4 6,4 55,3
5 Tahun 15 16,0 16,0 71,3
6 Tahun 9 9,6 9,6 80,9
7 Tahun 5 5,3 5,3 86,2
8 Tahun 5 5,3 5,3 91,5
9 Tahun 8 8,5 8,5 100,0
Total 94 100,0 100,0
Sumber: Data Primer ( Diolah tahun 2021)
59

Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa jumlah responden pada lama

usaha pada penelitian ini 1 Tahun sebanyak 13 orang (13,8%), 10 Tahun sebanyak 2

orang (2,1%), 12 Tahun sebanyak 2 orang (1,1%), 14 Tahun sebanyak 1 orang

(2,1%), 2 Tahun sebanyak 15 orang (16,0%), 3 Tahun sebanyak 12 orang (12,8%), 4

Tahun sebanyak 6 orang (6,4%), 5 Tahun sebanyak 15 orang (16,0%), 6 Tahun

sebanyak 9 orang (9,6%), 7 Tahun sebanyak 5 orang (5,3%), 8 Tahun sebanyak 5

orang (5,3%), 9 Tahun sebanyak 18 orang (8,5%).

Tabel 4.4
Aset Awal
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Rp.1.000.000 2 2,1 2,1 2,1
Rp.1.500.000 1 1,1 1,1 3,2
Rp.10.000.000 41 43,6 43,6 46,8
Rp.11.000.000 4 4,3 4,3 51,1
Rp.12.000.000 3 3,2 3,2 54,3
Rp.13.000.000 2 2,1 2,1 56,4
Rp.15.000.000 4 4,3 4,3 60,6
Rp.2.000.000 6 6,4 6,4 67,0
Rp.2.500.000 1 1,1 1,1 68,1
Valid Rp.25.000.000 1 1,1 1,1 69,1
Rp.3.000.000 4 4,3 4,3 73,4
Rp.4.000.000 5 5,3 5,3 78,7
Rp.5.000.000 5 5,3 5,3 84,0
Rp.6.000.000 2 2,1 2,1 86,2
Rp.7.000.000 8 8,5 8,5 94,7
Rp.8.000.000 2 2,1 2,1 96,8
Rp.9.000.000 3 3,2 3,2 100,0
Total 94 100,0 100,0
Sumber: Data Primer ( Diolah tahun 2021)
60

Berdasarkan tabel 4.4, dapat dilihat bahwa jumlah responden dengan aset

awal per bulan Rp.1.000.000 pada penelitian ini sebanyak 2 orang (2,1%), responden

dengan asset awal per bulan Rp.1.500.000 pada penelitian ini sebanyak 1 orang

(1,1%), responden dengan aset awal per bulan Rp.10.000.000 pada penelitian ini

sebanyak 41 orang (43,6%) responden dengan aset awal per bulan Rp. 11.000.000

sebanyak 4 orang (4,3%), responden dengan aset awal per bulan Rp. 12.000.000

sebanyak 3 orang (3,2%), responden dengan aset awal per bulan Rp. 13.000.000

sebanyak 2 orang (2,1%), responden dengan aset awal per bulan Rp. 15.000.000

sebanyak 4 orang (4,3%), responden dengan aset awal per bulan Rp. 2.000.000

sebanyak 6 orang (6,4%), responden dengan aset awal per bulan Rp. 2.500.000

sebanyak 1 orang (1,1%), responden dengan aset awal per bulan Rp. 25.000.000

sebanyak 1 orang (1,1%), responden dengan aset awal per bulan Rp. 3.000.000

sebanyak 4 orang (4,3%), responden dengan aset awal per bulan Rp. 4.000.000

sebanyak 5 orang (5,3%), responden dengan aset awal per bulan Rp. 5.000.000

sebanyak 5 orang (5,3%), responden dengan aset awal per bulan Rp. 6.000.000

sebanyak 2 orang (2,1%), responden dengan aset awal per bulan Rp. 7.000.000

sebanyak 8 orang (8,5%), responden dengan aset awal per bulan Rp. 8.000.000

sebanyak 2 orang (2,1%), dan responden dengan aset awal per bulan Rp. 9.000.000

sebanyak 3 orang (3,2%)

Tabel 4.5
Jenis Usaha yang dijalankan
61

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Usaha Kuliner 39 41,5 41,5 41,5
Usaha Fashion 33 35,1 35,1 76,6
Valid Usaha
22 23,4 23,4 100,0
Agribisnis
Total 94 100,0 100,0
Sumber: Data Primer (Diolah tahun 2021)

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa responden yang

menjalankan usaha (UMKM) di sektor kuliner sebanyak 39 orang (41,5%), responden

yang bergerak di sektor usaha fashion sebanyak 33 orang (23,4%), dan responden

yang bergerak di sektor usaha agribisnis adalah sebanyak 22 orang (23,4%).

Tabel 4.6
Omzet Penjualan Sebelum Menggunakan P2PL
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Rp.1.500.000 2 2,1 2,1 2,1
Rp.12.000.000 5 5,3 5,3 7,4
Rp.13.000.000 1 1,1 1,1 8,5
Rp.15.000.000 1 1,1 1,1 9,6
Rp.17.000.000 1 1,1 1,1 10,6
Rp.2.000.000 4 4,3 4,3 14,9
Rp.2.500.000 1 1,1 1,1 16,0
Rp.20.000.000 1 1,1 1,1 17,0
Valid Rp.3.000.000 18 19,1 19,1 36,2
Rp.4.000.000 11 11,7 11,7 47,9
Rp.5.000.000 11 11,7 11,7 59,6
Rp.6.000.000 11 11,7 11,7 71,3
Rp.7.000.000 15 16,0 16,0 87,2
Rp.8.000.000 8 8,5 8,5 95,7
Rp.9.000.000 84 4,3 4,3 100,0
Total 94 100,0 100,0
Sumber: Data Primer ( Diolah tahun 2021)
62

Berdasarkan tabel 4.4, dapat dilihat bahwa jumlah responden dengan omzet

penjualan sebelum menggunakan P2PL per bulan Rp.1.500.000 pada penelitian ini

sebanyak 2 orang (2,1%), responden dengan omzet penjualan sebelum menggunakan

P2PL per bulan Rp.12.000.000 sebanyak 5 orang (5,3%), responden dengan omzet

penjualan sebelum menggunakan P2PL per bulan Rp.13.000.000 sebanyak 1 orang

(1,1%), responden dengan omzet penjualan sebelum menggunakan P2PL per bulan

Rp.15.000.000 sebanyak 1 orang (1,1%), responden dengan omzet penjualan sebelum

menggunakan P2PL per bulan Rp.17.000.000 sebanyak 1 orang (1,1%), responden

dengan omzet penjualan sebelum menggunakan P2PL per bulan Rp.2.000.000

sebanyak 4 orang (4,3%), responden dengan omzet penjualan sebelum menggunakan

P2PL per bulan Rp.2.500.000 sebanyak 1 orang (1,1%), responden dengan omzet

penjualan sebelum menggunakan P2PL per bulan Rp.20.000.000 sebanyak 1 orang

(1,1%), responden dengan omzet penjualan sebelum menggunakan P2PL per bulan

Rp.3.000.000 sebanyak 18 orang (19,1%), responden dengan omzet penjualan

sebelum menggunakan P2PL per bulan Rp.4.000.000 sebanyak 11 orang (11,7%),

responden dengan omzet penjualan sebelum menggunakan P2PL per bulan

Rp.5.000.000 sebanyak 11 orang (11,7%), responden dengan omzet penjualan

sebelum menggunakan P2PL per bulan Rp.6.000.000 sebanyak 11 orang (11,7%),

responden dengan omzet penjualan sebelum menggunakan P2PL per bulan

Rp.7.000.000 sebanyak 15 orang (16,0%), responden dengan omzet penjualan


63

sebelum menggunakan P2PL per bulan Rp.8.000.000 sebanyak 8 orang (8,5%), dan

responden dengan omzet penjualan sebelum menggunakan P2PL per bulan

Rp.9.000.000 sebanyak 4 orang (4,3%).

Tabel 4.7
Omzet Penjualan Sesudah Menggunakan P2PL
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Rp.1.500.000 1 1,1 1,1 1,1
Rp.10.000.000 3 3,2 3,3 4,3
Rp.11.000.000 2 2,1 2,1 6,4
Rp.12.000.000 1 1,1 1,1 7,4
Rp.13.000.000 2 2,1 2,1 9,6
Rp.14.000.000 1 1,1 1,1 10,6
Rp.15.000.000 3 3,2 3,2 13,8
Rp.18.000.000 1 1,1 1,1 14,9
Rp.2.000.000 2 2,1 2,1 17,0
Rp.2.500.000 1 1,1 1,1 18,1
Valid Rp.20.000.000 1 1,1 1,1 19,1
Rp.3.000.000 8 8,5 8,5 27,7
Rp.4.000.000 12 12,8 12,8 40,4
Rp.5.000.000 10 10,6 10,6 51,1
Rp.6.000.000 8 8,5 8,5 59,6
Rp.7.000.000 16 17,0 17,0 76,6
Rp.8.000.000 8 8,5 8,5 85,1
Rp.8.500.000 1 1,1 1,1 86,2
Rp.9.000.000 13 13,8 13,8 100,0
Total 94 100,0 100,0
Sumber: Data Primer ( Diolah tahun 2021)

Berdasarkan tabel 4.4, dapat dilihat bahwa jumlah responden dengan omzet

penjualan sesudah menggunakan P2PL per bulan Rp.1.500.000 pada penelitian ini
64

sebanyak 1 orang (1,1%), responden dengan omzet penjualan sesudah menggunakan

P2PL per bulan Rp.10.000.000 sebanyak 3 orang (3,2%), responden dengan omzet

penjualan sesudah menggunakan P2PL per bulan Rp.11.000.000 sebanyak 2 orang

(2,1%), responden dengan omzet penjualan sesudah menggunakan P2PL per bulan

Rp.12.000.000 sebanyak 1 orang (1,1%), responden dengan omzet penjualan sesudah

menggunakan P2PL per bulan Rp.13.000.000 sebanyak 2 orang (2,1%), responden

dengan omzet penjualan sesudah menggunakan P2PL per bulan Rp.14.000.000

sebanyak 1 orang (1,1%), responden dengan omzet penjualan sesudah menggunakan

P2PL per bulan Rp.15.000.000 sebanyak 3 orang (3,2%), responden dengan omzet

penjualan sesudah menggunakan P2PL per bulan Rp.18.000.000 sebanyak 1 orang

(1,1%), responden dengan omzet penjualan sesudah menggunakan P2PL per bulan

Rp.2.000.000 sebanyak 2 orang (2,1%), responden dengan omzet penjualan sesudah

menggunakan P2PL per bulan Rp.2.500.000 sebanyak 1 orang (1,1%), responden

dengan omzet penjualan sesudah menggunakan P2PL per bulan Rp.20.000.000

sebanyak 1 orang (1,1%), responden dengan omzet penjualan sesudah menggunakan

P2PL per bulan Rp.3.000.000 sebanyak 8 orang (8,5%), responden dengan omzet

penjualan sesudah menggunakan P2PL per bulan Rp.4.000.000 sebanyak 12 orang

(12,8%), responden dengan omzet penjualan sesudah menggunakan P2PL per bulan

Rp.5.000.000 sebanyak 10 orang (10,6%), responden dengan omzet penjualan

sesudah menggunakan P2PL per bulan Rp.6.000.000 sebanyak 8 orang (8,5%),


65

responden dengan omzet penjualan sesudah menggunakan P2PL per bulan

Rp.7.000.000 sebanyak 16 orang (17,0%), responden dengan omzet penjualan

sesudah menggunakan P2PL per bulan Rp.8.000.000 sebanyak 8 orang (8,5%),

responden dengan omzet penjualan sesudah menggunakan P2PL per bulan

Rp.8.500.000 sebanyak 1 orang (1,1%), dan responden dengan omzet penjualan

sesudah menggunakan P2PL per bulan Rp.9.000.000 sebanyak 13 orang (13,8%).

4.1.3. Dekripsi Jawaban Responden Terkait Dengan Variabel Penelitian

4.1.3.1. Variabel Norma Subjektif

Variabel norma subjektif terdiri dari 3 pertanyaan yaitu :

1. Saya akan selalu menggunakan pembiayaan P2PL syariah walaupun ada

pilihan yang lebih efisien namun tidak berlandaskan syariah.

2. Saya akan mengikuti saran pegawai P2PL Syraiah untuk melakukan

pembiayaan
66

3. Saya akan mengikuti saran teman-teman saya untuk mengambil

pembiayaan P2PL Syariah.

4. Dari masing masing pertanyaan maka frekuensinya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8
Dekripsi Jawaban Responden Pada Variabel
Norma Subjektif
Item
Jawaban STS TS N S SS
Jawaban
Frekuensi 3 10 56 25
1
Persentase 3,2 10,6 59,6 26,6
Frekuensi 6 15 53 20
2
Persentase 6,4 16 56,4 21,3
Frekuensi 6 30 33 25
3 Persentase 6,4 31,9 35.1 26,6

Sumber: Data Primer (Diolah tahun 2021)

Bedasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa untuk poin pernyataan

pertama yang menjawab sangat setuju adalah sebanyak 25 orang atau 26,6%,

responden yang menjawab setuju sebanyak 56 orang atau 59,6%, yang

memilih untuk memberi jawaban netral sebanyak 10 orang atau 10,6%, yang

memilih untuk memberi jawaban tidak setuju sebanyak 3 orang atau 3,2%,

serta tidak ada responden yang memilih untuk menjawab sangat tidak setuju.

Pada poin pernyataan kedua, responden yang menjawab sangat setuju adalah

sebanyak 20 orang atau 21,3%, responden yang menjawab setuju sebanyak 53


67

orang atau 56,4%, yang memilih untuk memberi jawaban netral sebanyak 15

orang atau 16%, yang memilih untuk memberi jawaban tidak setuju sebanyak

6 orang atau 6,4%,serta tidak ada responden yang memilih untuk menjawab

sangat tidak setuju. Pada poin pernyataan ketiga, responden yang menjawab

sangat setuju adalah sebanyak 25 orang atau 26,6%, responden yang

menjawab setuju sebanyak 33 orang atau 35,1%, yang memilih untuk

memberi jawaban netral sebanyak 30 orang atau 31,9%, yang memilih untuk

memberi jawaban tidak setuju sebanyak 6 orang atau 6,4%,serta tidak ada

responden yang memilih untuk menjawab sangat tidak setuju.

4.1.3.2. Variabel Effort Expectancy

Variabel effort expectancy terdiri dari 3 pertanyaan yaitu :

1. Pembiayaan melalui P2PL syariah sudah terjamin dan minim resiko.

2. Saya mampu dan mengerti dengan jelas dalam menggunakan P2PL Syariah.

3. Masih terdapat kekurangan pada platform pelayanan P2PL sehingga

terkadang cukup menyulitkan pengguna.

Tabel 4.7
Dekripsi Jawaban Responden Pada
Variabel Effort Expectancy
Item
Jawaban STS TS N S SS
Jawaban
1 Frekuensi 4 15 51 24
68

Persentase 4,3 16 54,3 25,5


Frekuensi 6 34 33 21
2
Persentase 6,4 36,2 35,1 22,3
Frekuensi 20 36 38
3
Persentase 21,3 38,3 40,4
Sumber: Data Primer (Diolah tahun 2021)

Bedasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa untuk poin pernyataan

pertama yang menjawab sangat setuju adalah sebanyak 24 orang atau 25,5%,

responden yang menjawab setuju sebanyak 51 orang atau 54,3%, yang memilih untuk

memberi jawaban netral sebanyak 15 orang atau 16%, yang memilih untuk memberi

tidak setuju sebanyak 4 orang atau 4,3%, serta tidak ada responden yang memilih

untuk menjawab sangat tidak setuju. Pada poin pernyataan kedua, responden yang

menjawab sangat setuju adalah sebanyak 21 orang atau 22,3%, responden yang

menjawab setuju sebanyak 33 orang atau 35,1%, yang memilih untuk memberi

jawaban netral sebanyak 34 orang atau 36,2%, yang memilih untuk memberi jawaban

tidak setuju sebanyak 6 orang atau 6,4%,serta tidak ada responden yang memilih

untuk menjawab sangat tidak setuju.

Pada poin pernyataan ketiga yang menjawab sangat setuju tidak ada

responden, responden yang menjawab setuju sebanyak 38 orang atau 40,4%, yang

memilih untuk memberi jawaban netral sebanyak 36 orang atau 38,3%, yang memilih

untuk memberi tidak setuju sebanyak 20 orang atau 21,3%, serta tidak ada responden

yang memilih untuk menjawab sangat tidak setuju. memilih untuk menjawab tidak

setuju dan sangat tidak setuju.


69

4.1.4. Uji Kualitas

4.1.4.1. Uji Validalitas

Untuk mengetahui hasil uji validalitas dalam penelitian ini dapat

dilihat dari table sebagai berikut.

Tabel 4.9
Uji Validitas
nilai Nilai
Variabel Poin Ket
Rhitung Rtabel
Norma subjektif (X1) 1 0, 603 0, 203 Valid
2 0, 771 0, 203 Valid
3 0, 857 0, 203 Valid
Effort Expectancy (X2) 1 0, 743 0, 203 Valid
2 0, 774 0, 203 Valid
3 0, 799 0, 203 Valid
Behavioural Intention(Y) 1 0, 850 0, 203 Valid
2 0, 767 0, 203 Valid
3 0, 739 0, 203 Valid
Sumber: Data Primer (Diolah tahun 2021)

Berdasarkan tabel tabel di atas, pada pengujian validitas untuk masing-

masing variabel dapat dilihat bahwa nilai rhitung > 0,203 sehingga dapat disimpulkan

bahwa setiap item pernyataan dalam kuesioner dinyatakan valid.

4.1.4.2. Uji Reliabilitas

Tabel 4.10
Hasil Uji Reliabilias
Cronbach
Variabel Keterangan
Alpha
Norma Subjektif
0,611 Reliabel
(X1)
Effort Expectancy 0,657 Reliabel
70

(X2)
Behavioural
0, 691 Reliabel
Intention (Y)
Sumber: Data Primer (Diolah tahun 2021)

Berdasarkan tabel diatas dapat diliat bahwa dalam variabel penelitian ini nilai

Cronbach’s Alpha > 0.600. Hal ini menunjukan bahwa setiap pertanyaan dalam

variabel penelitian ini dapat dikatakan sudah reliabel dan dapat digunakan untuk

penelitian berikutnya.

4.1.5. Uji Asumsi Klasik

4.1.5.1. Uji Normalitas


71

Sumber: Data Primer (Diolah tahun 2021)

Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Probability plot (P.P.Plot)
Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa garis yang menggambarkan

data sesungguhnya mengikuti garis diagonal. Dengan demikian, berdasarkan kriteria

pengujian dapat diambil kesimpulan bahwa data terdistribusi dengan normal dan telah

memenuhi asumsi normalitas data.

4.1.5.2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah didalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual atau pengamatan ke

pengamatan yang lain (Ghozali,2010). Apabila asumsi tersebut tidak terpenuhi

maka akan terjadi masalah heteroskedastisitas yang suatu keadaan dimana varian

dari kesalahan pengganggu tidak sama untuk semua nilai variable bebas.
72

Sumber: Data Primer (Diolah tahun 2021)

Sumber: Data Primer (Diolah tahun 2021)

Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Probability plot (P.P.Plot)

Berdasarkan gambar di atas maka dapat dijelaskan titik titik menyebar secara

acak diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Maka dapat disimpulkan bahwa

tidak terjadi heterokedastitas pada data yang digunakan dalam penelitian ini.

4.1.5.3. Uji Multikolinearitas


73

Tabel 4.11
Uji Multikolinearitas
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 Total.X1 ,664 1,506
Total.X2 ,664 1,506
Sumber: Data Primer (Diolah Tahun 2021)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwasanya norma Subjektif dan variable

effort expectancy memiliki nilai Tolerance diatas 0,10 dan nilai VIF dibawah 10.

Sehingga dapat di simpulkan penelitian ini terbebas dari multikolinearitas.

4.1.5.4. Uji Autokorelasi

Tabel 4.12
Hasil Uji Autokorelasi
Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-
Square the Estimate Watson
a
1 ,758 ,574 ,562 1,615 1,762
Sumber: Data Primer (Diolah Tahun 2021)

Berdasarkan hasil tabel diatas diketahui untuk nilai DW = 1,762

dibandingkan dengan nilai tabel signifikansi 5% (0,05) dengan jumlah sampel

sebanyak 74 dan jumlah variabel independen 3 (K=3), dl= 1.567, du= 1.678.

Sehingga 4-dl = 2,432 dan 4-du = 2,321. Dikarenakan du < d < 4-du = 1.678 <

1,762 < 2,321maka tidak terdapat autokorelasi.

4.1.6. Metode Analisi Data


74

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kuantitatif dengan persamaaan regresi linear berganda. Analisis kuantitatif

yaitu analisis yang digunakan untuk menganalisa data yang diperoleh dari

pertanyaan yang memerlukan perhitungan statistik, sehingga analisis ini

sering disebut dengan analisis statistik. Hasil pengolahan data analisis regresi

berganda dengan menggunakan program SPSS ditunjukkan dalam tabel

berikut:

Tabel 4.13
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 2,304 1,008 2,286 ,025
1 Total_x1 ,558 ,093 ,548 6,000 ,000
Total_x2 ,226 ,090 ,228 2,501 ,014
Sumber: Data Primer (Diolah tahun 2021)

Berdasarkan tabel diatas diperoleh persamaan-persamaaan regresi linear

berganda adalah sebagai berikut:

Y = 2,304+ 0, 558X1+ 0, 226X2

Dari persamaan regresi dapat dilihat bahwa besar nilai konstanta adalah 1,519

hal ini berarti jika variabel norma subjektif (X1) dan variabel effort expectancy (X2)

konstan (bernilai 0), maka behavioural intention (Y) nilainya sebesar 2,304.

Koefisien regresi variael norma subjektif (X1) sebesar 0, 558 yang berarti bahwa jika

terjadi perubahan pada variabel effort expectancy sebesar 1 satuan skala likert maka
75

behavioural intention (Y) akan meningkat sebesar 0, 558. Koefisien regresi variabel

effort expectancy (X2) sebesar 0, 226 yang berarti bahwa jika terjadi perubahan pada

variabel norma subjektif (X1) sebesar 1 satuan skala likert maka behavioural

intention (Y) akan meningkat sebesar 0,226.

4.2. Pengujian Hipotesis

4.2.1. Uji Parsial (Uji t)

Pengujian secara parsial (Uji t) dimaksudkan untuk mengetahui apakah secara

individu (parsial) ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini merupakan uji dua sisi yang dilakukan

dengan cara membandingkan antara tingkat signifikansi (sig) dengan tingkat

kesalahan (α)=5%. Pengujian setiap koefisien regresi dikatakan signifikan bila nilai

probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0.05 (tingkat kepercayaan yang dipilih) maka

hipotesis alternatif (Ha) diterima, sebaliknya dikatakan tidak signifikan apabila nilai

probabilitas signifikansi lebih besar dari 0.05 (tingkat kepercayaan yang dipilih)

maka hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji-

t, yaitu:

1. Apabila thitung> ttabel, maka Tolak Ho Terima Ha artinya secara parsial terdapat

pengaruh Norma subjektif terhadap Behavioural intention.

2. Apabila thitung< ttabel, maka Terima Ho Tolak Ha artinya secara parsial tidak ada

pengaruh effort expectancy terhadap behavioural intention..


76

Tabel 4.13
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 2,304 1,008 2,286 ,025
1 Total_x1 ,558 ,093 ,548 6,000 ,000
Total_x2 ,226 ,090 ,228 2,501 ,014
Sumber: Data Primer (Diolah tahun 2021)

Hasil pengujian uji t dijelaskan sebagai berikut:

1. Norma Subjektif

a. Apabila thitung > ttabel, maka Tolak Ho Terima Ha artinya secara parsial norma

subjektif berpengaruh terhadap behavioural intention.

b. Apabila thitung< ttabel, maka Terima Ho Tolak Ha artinya secara parsial norma

subjektif berpengaruh terhadap behavioural intention.

Hasil perhitungan regresi menunjukkan bahwa hipotesis alternatif Ha

diterima, hal ini berarti norma subjektif berpengaruh positif dan signifikan terhadap

behavioural intention. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai thitung sebesar 6,000 lebih

besar dari nilai t tabel (df = n-k) pada n = 94 sebesar 1.661 pada α = 5% dan nilai

signifikansi sebesar .000 < 0.05.

2. Variabel Effort Expectancy

a. Apabila thitung > ttabel, maka Tolak Ho Terima Ha artinya secara parsial effort

expectancy berpengaruh terhadap behavioural intention.


77

b. Apabila thitung > ttabel, maka Tolak Ho Terima Ha artinya secara parsial effort

expectancy berpengaruh terhadap behavioural intention.

Hasil perhitungan regresi menunjukkan bahwa hipotesis alternatif Ha

diterima, hal ini berarti bahwa effort expectancy berpengaruh positif dan signifikan

terhadap behavioural intention. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai t hitung sebesar

2,501 lebih besar dari nilai t tabel (df = n-k) pada n = 94 sebesar 1.661 pada α = 5% dan

nilai signifikansi sebesar .000 < 0.05.

4.2.2. Uji Simultan (Uji F)

Pengujian secara simultan (F) menurut (Ghozali, 2006) dilakukan untuk

mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel

dependen dengan melihat nilai signifikan F. Bila F hitung > Ftabel dengan tingkat

signifikan 5%, maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel independen

berpengaruh terhadap variabel dependen atau menerima hipotesis. Jika F hitung < Ftabel

dengan tingkat signifikan 5%, maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan

variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen maka menolak

hipotesis.

Tabel 4.15
Hasil Uji F
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 157,233 2 78,616 44,937 ,000b
1 Residual 159,203 91 1,749
Total 316,436 93
78

Sumber: Data Primer (Diolah tahun 2021)

Dari diatas dapat diketahui bahwasanya nilai F hitung sebesar 44,937 dan nilai

signifikansi sebesar 0.000. dengan melihat kriteria pengujian secara simultan (df = N-

K = 94-3 = 91dan dk = K-1 = 3-1 = 2) sehingga di dapatkan nilai f-tabel sebesar 3.13.

Maka dapat di simpulkan nilai f-hitung > f-tabel sebesar 44,937 > 3.13 dan nilai

signifikan sebesar 0.000 < 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwasanya terdapat

pengaruh secara bersamaan antara variabel norma subjektif dan variabel effort

expectancy terhadap behavioural intention dan signifikan.

4.3. Uji Korelasi dan Determinasi

4.3.1. Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi adalah pengukuran derajat kekuatan hubungan asosiasi

antara variabel sehingga dapat mendeskripsikan bagaimana gambaran yang lebih

bermanfaat dari data-data yang kita miliki.

Tabel 4.16
Hasil Uji Koefisien Korelasi
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square
Estimate
1 ,705 ,497 ,486 1,323
Sumber: Data Primer (Diolah tahun 2021)

Tabel di atas menginterpretasikan bahwa besarnya koefesien korelasi variabel

norma subjektif (X1), effort expectancy (X2), dengan behavioural intention (Y)

adalah 0 , 705 atau 70,5% sehingga dikategorikan memiliki tingkat korelasi kuat

yaitu berada pada rentang 0,610 –0,800. Nilai tersebut juga menunjukkan terdapat
79

hubungan positif dengan behavioural intention karena koefisien korelasinya bernilai

positif.

4.3.2. Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi (R 2) dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

ketepatan paling baik dalam analisa regresi dimana hal yang ditunjukkan oleh

besarnya koefisien determinasi (R 2) antara 0 (nol) dan 1 (satu). Koefisien

determinasi (R2) nol variabel independen sama sekali tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen. Apabila koefisien determinasi semakin mendekati satu, maka

dapat dikatakan bahwa variabel independent berpengaruh terhadap variabel

dependent.

Selain itu koefisien determinasi (R 2) dipergunakan untuk mengetahui

persentase perubahan variabel tidak bebas (Y) yang disebabkan oleh variabel bebas

(X). Koefisien determinasi (R 2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependent. Nilai koefisien determinasi

adalah antara nol dan satu(Ghozali, 2001).

Tabel 4.17
Hasil Uji Determinasi
Model R R Square Adjusted R Std. Error of
Square the Estimate

1 ,705 ,497 ,486 1,323


Sumber: Data Primer (Diolah tahun 2021)
80

Berdasarkan Tabel di atas, koefisien determinasi dilihat pada nilai R Square

yaitu sebesar 0,497. Maka dapat kita simpulkan bahwa variabel norma subjektif dan

effort expectancy memiliki kemampuan dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap

behavioural intention yaitu sebesar 49,7%. Sisanya sebesar 42,6% dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain yang tidak diteliti atau di luar model penelitian ini.

4.4. Hasil Pembahasan Penelitian

4.4.1. Pengaruh Variabel Norma Subjektif Terhadap Behavioural Intention

Berdasarkan hasil uraian di atas, dapat kita ketahui bahwa variabel

pembiayaan Arrum BPKB berpengaruh positif dan signifikan terhadap

perkembangan usaha UMKM. Hal ini dapat ditunjukkan dengan nilai thitung

sebesar 3,882 > ttabel (df = n-k) n = 74 sebesar 1.666 pada nilai α = 5% dan

nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. maka terdapat pengaruh antara X 1

dengan Y. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan untuk hipotesis

variabel pembiayaan Arrum BPKB terhadap perkembangan usaha UMKM

terdapat pengaruh yang positif dan signifikan. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa pembiayaan Arrum BPKB yang diberikan oleh

PT.Pegadaian Syariah Cabang Lhokseumawe memiliki pengaruh yang cukup

besar terhadap perkembangan usaha UMKM.


81

4.4.2. Pengaruh Variabel Effort Expectancy Terhadap Behavioural

Intention

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan untuk hipotesis

variabel strategi pemasaran terhadap perkembangan usaha UMKM

terdapat pengaruh positif dan signifikan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan

nilai thitung sebesar 7,243 > ttabel (df = n-k) n = 74 sebesar 1.666 pada nilai α

= 5% dan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. maka terdapat pengaruh

antara X2 dengan Y. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan untuk

hipotesis variabel strategi pemasaran terhadap penggunaan perkembangan

usaha UMKM terdapat pengaruh yang positif dan signifikan. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa strategi pemasaran yang diterapkan

oleh PT.Pegadaian Syariah Cabang Lhokseumawe memiliki pengaruh

yang cukup besar terhadap perkembangan usaha UMKM.


82

BAB V
PENUTUP

1.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu

sebagai berikut:

1. Variabel pembiayaan Arrum BPKB berpengaruh positif dan signifikan terhadap

perkembangan usaha UMKM pada PT.Pegadaian Syariah cabang Lhokseumawe.

2. Variabel strategi pemasaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap

perkembangan usaha UMKM pada PT.Pegadaian Syariah cabang Lhokseumawe.

3. Secara simultan variabel pembiayaan Arrum BPKB dan strategi pemasaran

berpengaruh berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan usaha

UMKM pada PT.Pegadaian Syariah cabang Lhokseumawe.

1.2. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh pembiayaan

Arrum BPKB dan strategi pemasaran terhadap perkembangan usaha UMKM pada

PT.Pegadaian Syariah cabang Lhokseumawe. maka terdapat saran yang harus

diperhatikan:

1. Bagi PT.Pegadaian Syariah cabang Lhokseumawe


83

Berdasarkan hasil penelitian ini, pihak PT.Pegadaian Syariah cabang

Lhokseumawe sebagai pemberi pembiayaan diharapkan dapat lebih

mempertimbangkan dan meningkatkan kualitas pembiayaan yang diberikan. Hal

tersebut perlu dilakukan agar para nasabah merasa nyaman dan dapat memperoleh

benefit semaksimal mungkin dari usaha atau UMKM yang mereka jalankan.

Misalnya dengan meningkatkan jumlah pembiayaan yang diberikan serta

memberikan pembekalan atau penguatan literasi terkait dengan pengetahuan

pembiayaan Arrum BPKB.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Adapun beberapa saran yang perlu diperhatikan bagi peneliti selanjutnya yang

tertarik meneliti tentang pengaruh pembiayaan Arrum BPKB dan strategi pemasaran

terhadap perkembangan usaha UMKM, diantaranya yaitu:

a. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengkaji lebih banyak sumber maupun

referensi yang terkait faktor- faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan

UMKM agar hasil penelitiannya dapat lebih baik dan lebih lengkap lagi.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih mempersiapkan diri dalam proses

pengambilan dan pengumpulan data sehingga penelitian dapat dilaksanakan

dengan lebih baik. Penelitian selanjutnya juga diharapkan agar dapat ditunjang

pula dengan wawancara bersama dengan sumber yang lebih berkompeten

dalam kajian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap


84

perkembangan UMKM selain dari faktor pembiayaan Arrum BPKB dan faktor

strategi pemasaran.

Anda mungkin juga menyukai