UNIVERSITAS TRISAKTI
PROPOSAL
Diajukan oleh:
Arnandi
023001704150
TRISAKTI UNIVERSITY
PROPOSAL
Submitted by:
Arnandi
023001704150
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah memberikan
limpahan karunia, berkat dan hikmat yang tidak pernah berhenti sampai saat ini
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sesuai batas waktu yang diharapkan
dan dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Penulisan proposal ini sebagai salah
satu syarat untuk memenuhi nilai ujian akhir semester metodologi penelitian di
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna dan masih
proposal ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
memberikan sumbangan pikiran bagi para pembaca dan untuk berbagai pihak.
Penulis,
Arnandi
023001704150
iii
DAFTAR ISI
iv
2.1.7 Kinerja Auditor ................................................................................. 24
2.1.7.1 Pengukuran Kinerja Auditor ...................................................... 25
2.1.7.2 Indikator-Indikator Kinerja Auditor .......................................... 25
2.2 Penelitian Terdahulu .................................................................................. 26
2.3 Kerangka Pemikiran .................................................................................. 29
2.4 Pengembangan Hipotesis ........................................................................... 30
2.4.1 Pengaruh Profesionalisme terhadap Kinerja Auditor .................... 30
2.4.2 Pengaruh Perilaku Etis terhadap Kinerja Auditor ......................... 32
2.4.3 Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Auditor ......... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 35
3.1 Rancangan Penelitian ................................................................................. 36
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ......................................... 36
3.2.1 Variabel Independen .......................................................................... 36
3.2.1.1 Profesionalisme .................................................................... 36
3.2.1.2 Perilaku Etis ......................................................................... 38
3.2.1.3 Kecerdasan Emosional ......................................................... 41
3.2.2 Variabel Dependen ............................................................................. 43
3.2.2.1 Kinerja Auditor .................................................................... 43
3.3 Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 44
3.3.1 Populasi ............................................................................................ 45
3.3.2 Sampel .............................................................................................. 45
3.4 Prosedur Pengumpulan Data ...................................................................... 45
3.5 Metode Analisis data .................................................................................. 46
3.5.1 Uji Kualitas Data .............................................................................. 46
3.5.1.1 Uji Validitas ......................................................................... 46
3.5.1.2 Uji Reliabilitas ..................................................................... 47
3.5.2 Analisis Data ..................................................................................... 47
3.5.2.1 Statistik Deskriptif ............................................................... 47
3.5.2.2 Pengujian Hipotesis.............................................................. 48
3.5.2.2.1 Analisis Linear Berganda ........................................... 48
v
3.5.2.2.2 Uji Koefisien Determinasi (R2) .................................. 49
3.5.2.2.3 Uji Pengaruh (Uji t).................................................... 49
3.5.2.3.4 Uji Hubungan (Uji F) ................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 51
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Kantor Akuntan Publik adalah bagian profesi bidang jasa yang melakukan
merupakan badan usaha yang sudah diperoleh atas izinnya dari Menteri Keuangan
maka auditor itu harus mengikuti sesuai dengan peraturan yang berhubungan
dengan akuntan publik yang disebut Kode Etik Akuntan. Kode Etik Akuntan
merupakan suatu pedoman dalam sikap dan aturan yang harus dilakukan oleh
akuntan pada saat melakukan tugas dalam profesi akuntan. Jika adanya Kode Etik
Akuntan, maka seluruh masyarakat dan klien akan menilai seberapa mana auditor
telah bekerja sesuai dengan standar etika yang telah ditetapkan. Selain itu, auditor
supaya auditor dapat bertanggung jawab atas melakukan audit terhadap laporan
keuangan tersebut.
publik bertanggung jawab untuk melakukan suatu audit yang dapat memadai
bahwa apakah laporan keuangan itu dapat disesuaikan dengan PSAK tersebut.
Tugas dalam kantor akuntan publik adalah memeriksa dan memberikan pendapat
1
bahwa apakah laporan keuangan tersebut mendapatkan pendapatan wajar tanpa
ada pengecualiannya berdasarkan standar yang telah berlaku oleh IAI (Ikatan
menunjang profesionalisme yang tinggi .Hal ini disebabkan karena profesi auditor
tersebut harus mempunyai tanggung jawab yang besar kepada masyarakat, klien,
Selain itu auditor tidak hanya harus memiliki sifat professionalisme yang
tinggi, tetapi auditor juga harus memiliki berperilaku yang etis. Dengan auditor
yang memiliki berperilaku yang etis maka kinerja auditor tersebut akan
mentaati aturan dalam etika profesi.Tanpa adanya etika profesi dapat terjadi
tindakan semena-mena pada orang lain karena tidak ada yang mengetahui dalam
batasan dalam hal yang baik dan hal yang buruk. Lalu hak yang seharusnya tidak
didapatkan seseorang dapat menjadi miliknya karena tidak adanya batasan antara
hak dan kewajiban yang harus dijalankan. Akan adanya orang yang semena-mena
dan ada yang akan tertindas. Oleh karena itu, supaya tidak mudah tergoda dan
memiliki prinsip dan moral, serta perilaku etis yang sesuai dengan etika. Di
2
Indonesia, kode etik profesi akuntan sendiri sudah diatur oleh Ikatan Akuntan
Indonesia sehingga etika tersebut dapat dijadikan untuk bagaimana supaya bisa
bersikap terhadap dengan klien yang sesuai dengan aturan akuntan yang berlaku.
Selain memiliki sifat yang berprofesional, menurut IAPI (2011) ada 4 karakter
yang harus dipunyai oleh auditor yaitu Integritas, Objektivitas, Kompetensi dan
membatasi tindakan dan sikap auditor untuk selalu ada dijalur yang benar dan
tidak memanfaatkan profesinya demi keuntungan dirinya dan kode etik sebagai
periaku etis dan kode etik akuntan. Kode etik akuntan merupakan bagian yang
terpenting karena dapat dijadikan sebagai pedoman dalam bekerja dan dapat
didukung oleh penelitian yang menunjukkan bahwa dua puluh persen dari
lebih sering diketahui sebagai IQ). 80% lainnya berdasarkan kecerdasan emosi,
yaitu kemampuan untuk memahami diri sendiri dan berinteraksi dengan orang. Di
kreatifitas, ketahanan mental kebijaksanaan dan penguasaan diri. Oleh karena itu
seperti self awamess (percaya diri), self motivation (memotivasi diri), self
regulation (mengatur diri), dan interpersonal (terhadap orang lain) seperti empati,
3
kemampuan memahami orang lain dan socialskill yang memungkinkan setiap
kemampuan seseorang untuk menilai emosi dalam diri dan orang lain,memahami
makna emosi-emosi ini, dan mengatur emosi seseorang secara teratur. Dengan
kecerdasan emosional yang baik, auditor bisa membuat sifat yang tegas dan
mampu membuat keputusan yang baik dalam berpikir jernih walaupun dalam
biasanya suka bertindak sesuai etika, berpegang pada prinsip dan memiliki
diri, rasa empati dan bisa bersosialisasi terhadap klien tersebut yang tujuannya
adalah untuk mendeteksi laporan keuangan yang disediakan oleh klien serta
kesuksesan seluruh dunia kerja terutama kantor akuntan publik karena mampu
mengelola dirinya sendiri, memotivasi diri sendiri dan orang lain, dan secara
membangun satu sama lain. Karena bukan IQ saja yang membuat orang berhasil,
Dari semua yang dijelaskan diatas itu sangat berhubungan dengan kinerja
Auditor. Kinerja auditor adalah hasil kerja dari auditor yang dapat memenuhi
4
kualitas, kuantitas dan tepat waktu. Di dalam kualitas kerja itu terdapat mutu kerja
dalam auditor, kuantitas kerja terdapat hasil kerja auditor dan tepat waktu
merupakan ketentuan waktu yang dapat disesuaikan. Oleh karena itu, kinerja
auditor sangat penting bagi profesi dalam auditor karena kinerja auditor
merupakan sebagai tolak ukur kesuksesan suatu tugas untuk mengatasi masalah
yang terjadi pada beberapa kasus dalam kantor akuntan publik. Makanya dari itu
5
1.3 Tujuan Penelitian
adalah :
1. Bagi Penulis
2. Bagi Akademis
6
3. Bagi Kantor Akuntansi Publik
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi kantor akuntan
4. Bagi Akuntan
BAB I : PENDAHULUAN
sistematika penulisan.
7
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
“Audit adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh
pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut.”
yang dapat diverifikasi dan beberapa standar (kriteria) yang dapat digunakan
auditor untuk mengevaluasi informasi tersebut. Selain itu, untuk memenuhi tujuan
audit, auditor harus memperoleh bukti kualitas dan jumlah bukti yang diperlukan
serta mengevaluasi apakah informasi itu sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan. Auditor harus memiliki kompetensi yang kuat untuk mengetahui jenis-
jenis bukti yang akan dikumpulkan guna medapatkan kesimpulan yang tepat
setelah memeriksa bukti tersebut. Auditor juga harus memiliki independen. Orang
9
yang melakukan audit tidak akan ada nilainya jika auditor tidak independen dalam
Laporan seperti ini memiliki sifat yang berbeda-beda dan dapat bervariasi mulai
dari jenis yang sangat teknis yang biasanya dikaitkan dengan audit laporan
keuangan hingga laporan lisan yang sederhana dalam audit operasional atas
1. Audit Operasional
2. Audit Ketaatan
kriteria tertentu.
10
2.1.2 Auditor
Ada beberapa jenis auditor dewasa ini yang berpraktik. Jenis yang paling
perusahaan lain yang cukup besar, dan banyak perusahaan serta organisasi
nonkomersial yang lebih kecil. Oleh karena itu, laporan keuangan yang
telah diaudit dalam sudah lazim yang digunakan istilah auditor dan kantor
seluruh Indoneia. Auditor BPKP juga sangat dihargai dalam profesi audit.
11
Auditor Badan Pemeriksa Keuangan adalah auditor yang bekerja untuk
Tanggung jawab BPK adalah untuk melaksanakan fungsi audit DPR, sama
keuangan yang dibuat oleh berbagai macam badan pemerintah baik pusat
maupun daerah sebelum diserahkan kepada DPR. Oleh karena itu, audit
oleh undang-undang.
Hasil dari tanggung jawab BPK yang besar untuk mengaudit pengeluaran-
4. Auditor Pajak
peraturan pajak. Salah satu tanggung jawab dalam Ditjen Pajak adalah
untuk melakukan audit SPT wajib pajak yang menentukan apakah SPT itu
sudah mematuhi peraturan pajak yang berlaku. Audit ini bersifat audit
ketaatan.
Dari sudut pandang bahwa audit atas SPT wajib Pajak untuk menilai
12
sederhana, tetapi kenyataannya peraturan pajak itu sangat sulit dan ada
pengurangan pajak standar, hingga SPT Pajak yang sangat kompleks yang
5. Auditor Internal
yang dikerjakan oleh auditornya. Ada staf audit internal melakukan audit
ketaatan sekitar satu atau dua karyawan yang dilakukan secara rutin.
Auditor internal lainnya terdiri atas lebih dari 100 karyawan biasanya yang
langsung kepada direktur utama, salah satu pejabat tinggi eksekutif yang
ada di perusahaan, atau komite audit dalam dewan komisaris. Akan tetapi,
13
auditor internal tidak dapat sepenuhnya independen dari perusahaan
karyawan. Jika tidak ada independensi, maka para pemakai dari luar
Etika Profesi adalah suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik
dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap
pengetahuan khusus sebagai Akuntan. Etika berasal dari kata yunani kuno disebut
mempelajari nilai atau kualitas dalam standar dan penilaian moral. Etika
menjelaskan tentang analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik,
etika. Etika harus melakukan refleksi yang memerlukan sikap kritis, metodis, dan.
Karena itulah etika merupakan suatu bagian dari ilmu. Sebagai ilmu, objek dari
etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain
adalah mempelajari dan meneliti tingkah laku manusia. Maksudnya etika melihat
dari sisi yang baik dan sisi yang buruk terhadap perbuatan manusia.
14
2.1.3.1 Prinsip-prinsip Dasar Etika Profesional
adalah untuk diterapkan pada seluruh anggota dan bukan hanya mereka yang
1. Integritas.
Para auditor terus terang dan jujur serta melakukan praktik secara adil dan
2. Objektivitas.
terpengaruh dari orang lain. Hal ini auditor harus menjaga perilaku ketika
15
4. Kerahasiaan.
Para auditor harus bisa menjaga rahasia terhadap informasi yang diperoleh
informasi yang bersifat rahasia kepada pihak lain tanpa seizin dari klien
5. Perilaku Profesional.
Para auditor harus mengendalikan diri dari setiap perilaku yang akan
2.1.4 Profesionalisme
di media massa, jurnal ilmiah, atau buku teks. Akan tetapi, ternyata arti yang
16
melakukan, sedangkan profesionalisme merupakan ciri suatu profesi atau orang
mematuhi standar-standar kode etik yang telah ditetapkan oleh IAI, antara lain:
a) prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh IAI yaitu standar ideal dari perilaku
etis yang telah ditetapkan oleh IAI seperti dalam terminologi filosofi,
d) ketetapan etika seperti seorang akuntan publik wajib untuk harus tetap
dimiliki. Sikap ini adalah ekspresi terhadap pekerjaan dari penyerahan diri
secara total. Pekerjaan yang dimaksudkan adalah sebagai tujuan hidup dan
17
tidak hanya untuk mencapai tujuan. Penyerahan diri secara total
sumbangan.
18
3) Kemandirian (autonomy demands)
mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak yang lain
profesi, dan bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam
Menurut Arfan Ikhsan Lubis (2011:78) sikap adalah suatu hal yang
pada perilaku. Oleh karena itu, sikap merupakan sarana untuk mencapai sesuatu
dalam membimbing perilaku. Sikap tidak sama dengan nilai, tetapi berhubungan.
Tiga komponen sikap yaitu pengertian (cognition), pengaruh (affect) dan perilaku
(behavior) komponen perilaku dari suatu sikap merunjuk pada suatu maksud
19
untuk berperilaku dengan suatu cara tertentu terhadap seseorang. Sikap itu bisa
dipelajari dan dikembangkan dengan baik, tetapi sulit untuk diubah. Orang-orang
yang mempunyai sikap tersebut biasanya dari pengalaman pribadi, orang tua,
dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Dalam kaitannya
dengan etika profesi, sikap dan perilaku etis merupakan sikap dan perilaku yang
sesuai dengan etika profesi tersebut. Pola perilaku etis dalam diri masing-masing
1) Integritas
2) Objektivitas
pertimbangan bisnisnya,
20
Setiap praktisi wajib memelihara pengetahuan dan keahlian
secara profesional dan sesuai dengan standar profesi dan kode etik
4) Kerahasiaan
tanpa persetujuan dari klien atau pemberi kerja, kecuali jika terdapat
5) Perilaku profesional
seseorang untuk menilai emosi dalam diri dan orang lain, memahami makna
emosi-emosi ini, dan mengatur emosi seseorang secara teratur. Menurut Uno
21
kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.
kecerdasan emosi. Kalau sampai melepaskan kendali dalam emosi maka membuat
orang pandai menjadi bodoh. Tanpa kecerdasan emosi, maka tidak akan mampu
lebih positif. Seseorang yang memiliki EQ tinggi akan sangat bermanfaat dan
berpengaruh pada peningkatan kualitas hidup yang lebih baik, sehingga kehidupan
dirinya sendiri, seperti berhati hati dalam mengambil suatu keputusan untuk opini
auditnya, jika opini audit sesuai dengan kode etik maka kualitas auditnya tidak
diragukan lagi. Secara khusus auditor membutuhkan EQ yang tinggi karena dalam
lingkungan kerjanya auditor akan berinteraksi dengan orang banyak baik di dalam
terlihat semakin baik kecerdasan emosional maka kualitas audit yang ditampilkan
juga akan semakin baik, penggunaan maupun pengendalian emosi yang tepat dan
22
2.1.6.1 Indikator-indikator Kecerdasan Emosional
4) Empati (Emphaty)
23
Relationship Mangement adalah kemampuan untuk menangani emosi
Dapat disimpulkan dari penulis bahwa kinerja auditor adalah hasil tugas
yang diberikan kepada auditor yang telah diselesaikan dalam waktu tertentu dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan dalam
rangka mencapai hasil kerja yang lebih baik ke arah tercapainya tujuan organisasi
baik secara kualitas maupun kuantitas.
24
2.1.7.1 Pengukuran Kinerja Auditor
berikut:
1) Kinerja berorientasi pada input. Cara ini merupakan cara tradisional yang
2) Kinerja yang berorientasi pada proses. Melalui cara ini, kinerja auditor yang
diukur dengan cara menilai sikap dan perilaku seorang auditor dalam
tetap tidak difokuskan langsung pada kuantitas dan kualitas hasil yang
3) Kinerja yang berorientasi pada ouput. Sistem ini biasanya juga disebut dengan
individu. Sistem ini memfokuskan pada hasil yang diperoleh atau dicapai oleh
Satwika Adhi Nugraha dan I Wayan Ramantha (2015) mengatakan ada 3 kategori
25
yang digunakan untuk mengukur kinerja auditor profesional secara individual,
sebagai berikut:
a. Kualitas kerja
b. Kuantitas kerja
Kuantitas pekerjaan adalah jumlah hasil kerja yang dihasilkan dengan target
c. Ketepatan waktu
waktu yang tersedia. Ketepatan waktu dapat dilihat dari tingkat suatu aktivitas
etis dan kecerdasan emosional terhadap kinerja Auditor di kantor akuntan publik
Tabel 2.1
26
Organisasi, Kecerdasan berpengaruh positif
Profesionali Emosional terhadap Kinerja
sme dan Auditor
Perilaku Variabel
Etis Profesionalisme
Terhadap berpengaruh positif
Kinerja terhadap Kinerja
Auditor Di Auditor
Kantor Variabel Perilaku Etis
Akuntan berpengaruh positif
Publik terhadap Kinerja
Wilayah Auditor.
Yogayakarta
2. Yuliana Grece Pengaruh Tidak meneliti Variabel kecerdasan
Setiawan dan Made Kecerdasan variabel intelektual
Yenni Latrini Intelektual, profesionalism berpengaruh positif
(2016) Kecerdasan e dan perilaku terhadap kinerja
Emosional, etis auditor.
Kecerdasan Variabel kecerdasan
Spiritual, emosional
dan berpengaruh positif
Indepensi terhadap kinerja
Terhadap auditor.
Kinerja Variabel kecerdasan
Auditor spiritual berpengaruh
positif terhadap
kinerja auditor.
Variabel Indepensi
berpengaruh positif
terhadap kinerja
auditor.
27
3 Kompiang Martina Pengaruh Tidak meneliti Variabel
Dinata Putri dan Indepensasi, variabel Independensi
I.D.G Dharma Profesionali kecerdasan berpengaruh positif
Suputra (2013) sme, dan emosional terhadap kinerja
Etika auditor.
Profesi Variabel
Terhadap Profesionalisme
Kinerja berpengaruh positif
Auditor terhadap Kinerja
Pada Kantor Auditor
Akuntan Variabel Etika
Publik di Profesi berpengaruh
Bali positif terhadap
Kinerja Auditor.
28
dalam
proses audit
laporan
keuangan
6 Afria Lisda (2009) Pengaruh Tidak meneliti Variabel kemampuan
Kemampuan profesionalism intelektual tidak
Intelektual, e. berpengaruh
Kecerdasan signifikan terhadap
Emosional, Kinerja Auditor
dan Variabel kemampuan
Kecerdasan emosional
spiritual berpengaruh
Terhadap signifikan terhadap
Perilaku Kinerja Auditor
Etis Auditor Variabel Kecerdasan
serta Spiritual berpengaruh
dampaknya signifikan terhadap
pada kinerja kinerja auditor
Variabel Perilaku etis
berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja auditor
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini terdapat dalam gambar yang ada
29
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Profesionalisme
(X1)
Kinerja Auditor
Perilaku Etis (Y)
(X2)
Kecerdasan Emosional
(X3)
diajukan dalam rumusan masalah. Hipotesis tersebut harus diuji atau dibuktikan
pembuktian yang dilakukan oleh penelitian, maka hipotesis yang dibuat dapat
terbukti benar atau salah dan dapat diterima atau ditolak. Jika diterima dan
terbukti benar, maka hipotesis itu akan menjadi tesis. Berdasarkan uraian di atas
maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
jawab yang tinggi, sebab profesi ini bertanggung jawab kepada publik atas
laporan audit yang dilakukan oleh perusahaan, dan kinerjanya menjadi tolak ukur
dalam menjalankan profesinya. Salah satu untuk meilhat kinerja seseorang bisa
30
bekerja, dan juga sikap dan perilaku saat ia berkerja. Dalam meningkatkan
bahwa profesi sangat harus dijaga dan penting berguna bagi publik dengan
untuk berniat untuk melakukan kesalahan, harus jujur dan mandiri dalam
bertindak; keyakinan: auditor yakin bahwa profesinya melindungi dari apapun dan
membuat keputusan dalam kerja. Jika 5 karakater ini ada didalam diri seorang
31
2.4.2 Pengaruh Perilaku Etis terhadap kinerja auditor
Kode Etik pada sebuah profesi pada dasarnya untuk melindungi profesi
dari niat jahat orang yang ingin menyalahkan sebuah profesi dan juga melindungi
masyrakat dari kelalaian yang diperbuat oleh orang yang berprofesi tersebut.
Profesi auditor yang dimana profesi ini sebagai pihak ketiga dan sebagai perantara
antara perusahaan sebagai kliennya dan publik. Kode etik ini sebagai acuan
dan diharapkan auditor dapat mengambil keputusan yang etis. Perilaku etis
merekat pada nilai-nilai etis, sikap judgmental yang dapat tercurah dalam perilaku
kejujuran, loyalitas, tanggung jawab dengan begitu profesi ini membuat kode etik
tersebut, dan diharapkan auditor mematuhinya, dengan begitu publik akan percaya
akan semua perkejaan yang dilakukan auditor dan kepercayaan tersebut akan
Kode etik yang mengikat dirinya ke semua anggota profesi itu diperlukan
secara kebersamaan. Tanpa ada kode etik maka setiap individu akan memiliki
sikap yang berbeda – beda yang dinilai baik menurut dirinya sendiri dalam
berinteraksi dengan masyarakat maupun organisasi lainnya. Oleh karena itu, kode
etik diperlukan oleh masyarakat, organisasi, maupun negara agar semua berjalan
oleh keahlian, indepedensi dan kejujuran dari para auditor dalam menjalankan
satu sama lain termasuk beberapa auditor dapat merendahkan martabat profesi
32
auditor secara keseluruhan, sehingga dapat merugikan auditor lainnya. Oleh
yang dibuat sebagai prinsip moral atau aturan perilaku yang mengatur hubungan
Berkaitan dengan hal tersebut, maka penelitian dari Yola Mentari Putri
Auditor. Selain itu, penelitian dari Afria Lisda (2009) yang menyatakan bahwa
digunakan untuk mengelola diri sendiri, seorang auditor harus mampu memotivasi
diri sendiri untuk menyelesaikan tugasnya dalam audit, jika auditor menghadapi
situasi emosi yang kurang baik, sehingga perasaan gelisah akan memicu stres
yang akan mengganggu kemampuan berpikir, berempati dan berdoa, oleh karena
itu jika auditor mempunyai kecerdasan emosional yang baik maka dalam
dengan orang lain secara positif. Pengaruh kecerdasan emosional dengan kualitas
audit adalah bahwa faktor intelektual (IQ) saja kurang dapat menentukan kualitas
audit yang baik tetapi juga dilihat dari faktor emosinya. Seorang auditor yang
33
memiliki EQ yang baik mampu mengendalikan dirinya sendiri, seperti berhati hati
dalam mengambil suatu keputusan untuk opini auditnya, jika opini audit sesuai
dengan kode etik maka kualitas auditnya tidak diragukan lagi. Secara khusus
auditor membutuhkan EQ yang tinggi karena dalam lingkungan kerja auditor itu
harus berinteraksi dengan orang banyak baik di dalam maupun di luar lingkungan
moral disiplin terhadap auditor. Dengan demikian apabila seorang auditor mampu
kualitas audit yang ditampilkan juga akan semakin baik, penggunaan maupun
pengendalian emosi yang tepat dan efektif akan dapat mencapai tujuan dalam
emosional berpengaruh positif terhadap kinerja Auditor. Selain itu, penelitian dari
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
dengan cara tertentu berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada,
diteliti.
yang bertujuan untuk menguji hipotesa, yang pada umumnya menjelaskan tentang
kelompok atau interdependensi dari dua faktor atau lebih dalam suatu situasi
35
3.2 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
memengaruhi oleh variabel terikat atau variabel dependen. Variabel bebas pada
penelitian ini adalah Profesionalisme (X1), Perilaku Etis (X2) dan Kecerdasan
Emosional (X3).
individu untuk berprilaku yang lebih baik dari sekedar mematuhi undang-undang
dan peraturan masyarakat yang ada. Profesionalisme dapat diukur dalam indikator
sejauh mana tingkat auditor terhadap profesionalisme dalam 4 skala likert dengan
dengan 5 indikator, dimana (1) STS = Sangat tidak setuju (2) TS = Tidak Setuju
36
1. Saya menggunakan segenap pengetahuan, kemampuan dan pengalaman sa
2. Saya akan tetap teguh pada profesi sebagai auditor meskipun saya mendap
4. Pekerjaan sebagai auditor sudah menjadi cita-cita saya sejak dulu dan
sampai nanti.
5. Saya mau bekerja diatas batas normal untuk membantu KAP dimana saya
ini.
8. Saya berlangganan dan membaca secara rutin majalah dan jurnal tentang
b. Kewajiban Sosial
masyarakat.
b. Kemandirian
37
1. Saya merencanakan dan memutuskan hasil audit saya berdasarkan fakta ya
2. Dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan saya tidak beradad iba
ng masalah yang ada baik dalam satu organisasi maupun organisasi lain.
Perilaku etis itu adalah tindakan seseorang yang sesuai dengan norma-
norma yang ada dalam lingkungan dan biasanya diatur dalam undang-undang
38
tertulis dan tidak tertulis (Yola Mentari Putri, 2015). Adanya perilaku etis ini
manusia akan semakin sejahtera dan tidak bersikap egois terhadap orang lain
maupun organisasi. Perilaku etis dapat diukur dalam indikator berdasarkan IAPI
terhadap perilaku etis dalam 4 skala likert dengan point yang berbeda dalam
tidak setuju (2) TS = Tidak Setuju (3) S = Setuju (4) SS = Sangat Setuju, yaitu
sebagai berikut:
2. Saya melakukan audit walaupun ada yang tidak sesuai dengan Surat
Perintah Tugas.
kepentingan pribadi/kelompok.
4. Saya tidak menolak dan meninggalkan tugas tanpa alasan yang jelas.
7. Dalam melaksanakan tugas saya slalu bersikap obyektif dan tegas dalam
diperlukan.
39
8. Saya tidak dapat diintmidasi serta tidak tunduk karena tekanan orang lain,
9. Saya selalu menyimpan rahasia jabatan dan rahasia pihak yang diaudit.
10. Saya selalu menggalang kerjasama yang sehat dengan sesama auditor
terhadap tugasnya
etik
17. Saya tidak pernah mengadu domba dan menjelek-jelekan perilaku sesama
auditor
dengan pihak yang diaudit dengan gaya bicara yang wajar,tidak berbelit-
40
20. Saya mampu menciptakan iklim kerja yang sehat dengan pihak yang
23. Saya mencari pihak yang tepat dan berkompeten dalam mencari informasi
orang lain, kemampuan memotivasi diri dan kemampuan mengelola emosi dengan
baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Kecerdasan
utama yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan
emosional dalam 4 skala likert dengan point yang berbeda dalam bentuk
= Sangat tidak setuju (2) TS = Tidak Setuju (3) S = Setuju (4) SS = Sangat Setuju,
a. Pengenalan Diri
1. Saya dapat mengetahui emosi serta kelebihan dan kekurangan yang saya
miliki.
41
3. Saya mempunyai kemampuan untuk mendapatkan apa yang saya inginkan.
b. Pengendalian Diri
1. Saya dapat mengelola dan mengendalikan emosi diri dalam situasi apapun.
4. Saya mempunyai banyak teman dekat dengan latar belakang yang beragam.
c. Motivasi
1. Saya mampu memotivasi dan memberikan dorongan untuk selalu maju kepada
3. Saya malas mencoba lagi jika pernah gagal pada pekerjaan yang sama.
d. Empati
1. Saya merasa canggung ketika berbicara dengan orang yang tidak saya kenal.
2. Dalam suatu pertemuan, apa yang saya sampaikan selalu menarik perhatian
orang lain.
saya.
macam orang.
5. Saya bisa merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, seperti kesedihan
dan kebahagiaan.
42
e. Keterampilan Sosial
1. Pada waktu berbicara dalam suatu diskusi, saya sering salah tingkah karena
2. Saya mempunyai cara yang meyakinkan agar ide-ide saya dapat diterima
orang lain.
mengakibatkan konflik.
6. Saya merasa sulit menemukan orang yang bisa diajak bekerja sama demi
tujuan bersama.
oleh variabel bebas atau variabel independen. Variabel terikat pada penelitian ini
Kinerja auditor adalah suatu hasil yang dicapai oleh auditor dalam
melaksanakan tugas waktu yang dapat diukur dalam indikator dengan kuantitas,
kualitas, dan ketepatan waktu. Dengan penelitian ini menggunakan 4 skala likert
pernyataan, dimana (1) STS = Sangat tidak setuju (2) TS = Tidak Setuju (3) S =
43
1. Semakin tinggi tingkat pendidikan auditor, maka kinerjanya semakin
profesional.
profesinya.
auditor.
5. Saya akan tetap bekerja sebagai auditor, walaupun gaji saya dipotong untuk
6. Pekerjaan yang saya lakukan memotivasi saya untuk berbuat yang terbaik
sebagai auditor.
melaksanakan kewajiban
9. Gaji yang saya terima memotivasi saya untuk berbuat yang terbaik terhadap
10. Saya berlangganan dan membaca secara sistematis jurnal auditing dan
publikasi lainnya
Jenis data yang digunakan merupakan data primer yang berasal dari
jawaban dari responden atas kuesioner yang dibagikan. Sumber data penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari jawaban
kuesioner para responden secara langsung yang dikirimkan kepada auditor yang
44
bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di DKI Jakarta. Data sekunder dalam
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta.
Berdasarkan data yang diperoleh penulis, dapat diketahu jumlah Kantor Akuntan
Publik di DKI Jakarta yaitu berjumlah 395 KAP dengan jumlah auditor sebanyak
10.506 auditor.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Teknik
pengambilan sampel penulis dengan menggunakan purposive sampling dengan
judgement sampling yaitu pengambilan sampel yang tidak acak dan sampel dipilih
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Sampel dalam penelitian ini
adalah :
1. Auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang
berada di DKI Jakarta.
2. Auditor yang bersedia menjadi responden dalam penelitian.
Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah DKI Jakarta. Hal ini dikarenakan
seluruh auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang mengalami
105 lembar.
45
Kuesioner yang dibagikan terdiri dari 24 pertanyaan profesionalisme, 23
Responden diminta untuk memilih salah satu skala dalam kuesioner yang
sesuai dengan pemikirannya di antara rentang skala yang telah diberikan oleh
ordinal yaitu skala 1 sampai 4 untuk mendapatkan rentang jawaban sangat tidak
setuju sampai dengan sangat setuju dengan memberi tanda ceklist (). Berikut
Tabel 3.1
1 2 3 4
Menurut Sugiyono (2015:203) instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Pengujian validitas ini
46
Jika nilai kritisnya lebih kecil daripada koefisien korelasinya, maka
disebut valid. Menentukan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan,
biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05,
artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total.
yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan
penelitian yang valid dan reliabel. Namun, selain instrumen yang valid dan
reliabel kondisi obyek yang diteliti dan kemampuan orang yang menggunakan
penelitian yang valid dan reliabel. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai
berikut:
b. Jika nilai cronbach alpha < 0,6 maka pertanyaa-pertanyaan yang digunakan
teratur,ringkas, dan jelas mengenai suatu gejala, peristiwa atau keadaan, sehingga
dapat ditarik pengertian atau makna tertentu. Statistik desktiptif berkaitan dengan
47
metode bagaimana mengorganisasikan, menyimpulkan, dan mempresentasikan
data ke dalam suatu cara yang informatif. Pada dasarnya statistik deskriptif
penyusunan data bentuk table, tujuannya untuk memberikan gambaran suatu data
yang dilihat dari rata-rata (mean) dan deviasi standar (standard deviation) yang
diolah, data tersebut dapat berupa data kualitatif dan dasar kuantitatif.
Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda ini digunakan untuk
Dengan:
Y = kinerja auditor
X1 = Profesionalisme
X2 = Perilaku Etis
X3 = Kecerdasan Emosional
1 = Koefisien regresi X1
2 = Koefisien regresi X2
3 = Koefisien regresi X3
α = Konstanta
ε = error time
48
3.5.2.2.2 Uji Koefisien Determinasi (R2)
antara nol dan satu. Setiap tambahan satu variabel independen maka R2 pasti
terhadap variabel dependen, oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk
menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi yang
secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi
diambil:
a. Jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0
49
b. Jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0
sebagai berikut:
a. Jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
variabel dependen.
b. Jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
50
DAFTAR PUSTAKA
51
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), (2011). Standar Profesional Akuntan
Publik. Jakarta: Salemba Empat
Ismarhadi, Mochamad Iqbal (2016). Pengaruh Konflik Peran, Ketidakjelasan
Peran, Independensi, dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja
Auditor.Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Kreitner, Robert dan Angelo Kinicki. (2014). Perilaku Organisasi. Edisi 9. Buku
1. Salemba Empat. Jakarta.
Lubis, Arfan Ikhsan. (2011). Akuntansi Perilaku Edisi.2 . Jakarta: Salemba empat.
Nugraha, Ida Bagus Satwika Adhi dan Ramantha, I Wayan. Pengaruh
Profesionalisme, Etika Profesi dan Pelatihan Auditor terhadap Kinerja Auditor
Pada Kantor Akuntan Publik di Bali. E-jurnal akuntansi universitas udayana
vol.13.3 Desember (2015): 916-943.
Putri, Kompiang Martina Dinata dan Saputra, Dharma I.D.G. (2013). Pengaruh
Independensi , Profesionalisme, Dan Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor
Pada Kantor Akuntan Publik Di Bali. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
4.1 (2013): 39-53
Putri, Yola Mentari. (2015). Pengaruh Komitmen Organisasi,Profesionalisme,dan
Perilaku Etis terhadap Kinerja Auditor di Kantor Akuntan Publik Wilayah
Yogyakarta. Skripsi: Universitas Negeri Yogyakarta
Rezky Wulan Ramadhany. (2013). Pengaruh Pengalaman, Otonomi ,
profesionlisme dan Ambigustas Peran terhadap Kinerja Auditor (Studi
Empiris Kantor Akuntansi di Daerah Istimeawa Yogyakarta). Skripsi:
Universitas Negeri Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.
Robbins, S.P dan Timothy A. Judge. (2015). Perilaku Organisasi, Edisi 16.
Jakarta: Salemba Empat.
Setiawan, Yuliana Grece dan Latrini, Made Yeni. 2016. “Pengaruh Kecerdasan
Emosional, Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Emosional, dan Independensi
pada Kinerja Auditor”. E-Jurnal Akuntansi. Vol.6 No.2
Suadnyana, Pasek. 2015. Pengaruh Kecerdasan Intelektual pada Pemahaman
Akuntansi dengan Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual sebagai
Variabel Pemoderasi. Tesis. Universitas Udayana.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif
dan R&D). Penerbit CV. Alfabeta: Bandung.
Sulton.(2010).Pengaruh Kepemimpinan,Kepuasan Kerja, dan Motivasi kerja
terhadap Kinerja Auditor. (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di
Kota DKI Jakarta).Skripsi S1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
52
Suparyadi, H. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia Menciptakan
Keunggulan Bersaing Berbasis Kompetensi SDM, Edisi 1. Penerbit: ANDI,
Yogyakarta.
Uno, Hamzah B. 2012. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
53