Oleh :
SUFRIANDIO
18110109
PADANG
2021
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................8
2.1 Zakat.......................................................................................................................8
2.1.1 Pengertian Zakat...............................................................................................8
iii
4.7 Analisis dan Pembahasan....................................................................................82
4.7.1 Transparansi...................................................................................................83
4.7.2 Akuntabilitas..................................................................................................84
BAB V PENUTUP..............................................................................................................100
5.1 Kesimpulan.........................................................................................................100
5.2 Saran...................................................................................................................103
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................105
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti yang diberitakan kompasiana pada tahun 2017, beberapa alasan yang
menjelaskan sebab pengelolaan zakat yang tidak efektif di Indonesia yaitu kurangnya
kesadaran masyarakat terhadap peran zakat bagi perekonomian, dari realitas ini
masyarakat harus kembali digalakkan pemahamannya tentang zakat, karena awamnya
yang dipahami masyarakat hanya berupa zakat fitrah yang dikeluarkan saat bulan
Ramadhan saja. Disamping kurangnya kesadaran masyarakat, faktor lain yang
1
menyebabkan tidak efektifnya zakat di Indonesia adalah ketidakpercayaan
masyarakat terhadap lembaga pemerintah yang lemah dan tidak transparan.
Transparansi sangat diperlukan untuk kebutuhan informasi oleh pihak yang
berkepentingan dengan zakat, salah satu penyampaian informasi tersebut dengan
dibentuknya Digital zakat, menurut direktur pemberdayaaan zakat dan wakaf Ditjen
Bimas Islam Fuad Nasar mengharapkan kehadiran platform digital zakat dan waqaf
dapat meningkatkan penerimaan dana dan memperluas manfaatnya bagi ummat yang
membutuhkan serta menekan biaya operasional. Disisi lain pemanfaatan tekhnologi
digital dibidang keuangan untuk donasi keagamaan juga akan lebih mendorong
transparansi dan akuntabilitas serta validasi pelaporan penerimaan sumbangan dana
masyarakat dan untuk kepentingan ummat.
Harus diakui bahwa Badan Amil Zakat (BAZ) Daerah yang dibentuk
pemerintah masih jauh dari prinsip professional–productive. Badan Amil Zakat
Daerah yang dibentuk oleh pemerintah hanya menerima pengumpulan yang sifatnya
masih terbatas pada pegawai negeri dan zakat profesi. Meskipun tidak semua, tapi
kebanyakan masyarakat lebih memilih Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk
oleh non – pemerintah, karena lebih dapat dipercaya dan lebih fleksibel untuk
pengumpulannya. Selain itu, kurangnya dukungan negara untuk proaktif dalam
berjalannya Undang - Undang tentang Zakat.
2
kepercayaan masyarakat kepada pemerintah, dikarenakan buruknya sistem
pemerintahan ditengah maraknya korupsi pejabat negara. Disamping itu distribusi
zakat hanya untuk kepentingan konsumtif masyarakat, zakat yang disalurkan untuk
konsumsi masyarakat tidaklah salah, karena tujuan zakat untuk memenuhi kebutuhan
dasar mustahiq. Namun alangkah baiknya juga dislaurkan pada sektor produktif,
sehingga manfaatnya bisa dirasakan oleh mustahiq dalam waktu jangka panjang.
(Kompasiana.com)
3
menjadi lebih professional, sehingga manfaaatnya bagi mustahiq makin besar. Selain
itu, pengelolaan zakat yang makin baik juga akan membuat muzakki semakin
mempercayakan dana zakatnya kepada organisasi pengelola. World Zakat Forum
(WZF) saat ini juga memproses dokumen teknis mengenai manajemen pengelolaan
zakat. (Yulianto, 2017)
Potensi zakat di Kota Padang sangat besar, Ketua Badan Amil Zakat Nasional
Kota Padang, Epi Santoso menyebutkan prakiraan potensi zakat yang bisa
dikumpulkan di daerah itu dalam satu tahun mencapai 120 miliar. Jumlah ini
termasuk potensi yang dikumpulkan BAZNAS dan lembaga lainnya, beliau
menerangkan 120 miliar dapat dicapai dengan penghitungan uang yang beredar di
Padang dengan jumlah kepala keluarga yang terdaftar. Akan tetapi pada
kenyataannya tahun ini baru lebih kurang 40 persen yang telah dicapai oleh lembaga
zakat yang sebagian besar disumbang oleh BAZNAS sebesar 25 miliar. Meski tren
jumlah pengumpulan zakat terus meningkat namun budaya masyarakat untuk
berzakat masih sulit. Khusus BAZNAS, menurut beliau pada tahun 2016 dengan
jumlah 25 miliar proporsi muzakki atau pemberi zakat 78 persen berasal dari zakat
pegawai dan 22 persen dari pihak ketiga atau masyarakat. Menanggapi kondisi
tersebut Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Padang terus berupaya
meningkatkan partisipasi pihak ketiga atau masyarakat dan diupayakan melalui
sosialisasi dan ajakan (Sumbar.antaranews.com).
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Padang merupakan salah satu
lembaga pengelola zakat yang memiliki fungsi untuk mengelola zakat, mulai dari
pengumpulan zakat, pendistribusian zakat, dan penyaluran zakat. Dalam melakukan
kegiatan operasionalnya tersebut BAZNAS Kota Padang dituntut untuk lebih
profesional didalam menjalankan manajemen pengelolaan zakat. Terutama sekali
terkait transparansi, akuntabilitas, responsibility, independent, dan fairness didalam
menjalankan sistem pengelolaan zakat. Penerapan nilai-nilai tersebut sangat
diperlukan agar kepercayaan publik terhadap BAZNAS semakin kuat dan
mempercayakan penyaluran dana zakatnya melalui lembaga tersebut.
4
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode replika dari
penelitian Anggit (2020) dengan judul “Analisis Implementasi Good Corporate
Governance” dan Penerapan PSAK 109 Tentang Akuntansi Zakat Pada Yayasan
Solo Peduli Ummat. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis
lembaga amil zakat yayasan solo peduli ummat telah melaksanakan prinsip-prinsip
tata kelola perusahaan yang baik dan menguji konsistensi penyajian zakat dan infaq.
Serta penghitungan zakat di Lembaga Amil Zakat Yayasan Solo Peduli Ummat
apakah sesuai dengan PSAK 109. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan
Good Coorporate Governance dan PSAK 109 di Yayasan Solo Peduli telah efektif
dilaksanakan.
Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian ini adalah dasar teori yang
menggunakan Good Corporate Governance (GCG) sedangkan penelitian ini
5
menggunakan dasar teori Zakat Core Principle (ZCP). Objek penelitian ini dilakukan
pada BAZNAS Kota Padang. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Padang
berdiri pada tanggal 11 April 2006, organisasi ini beralamat di Jalan By Pass Km 12
Kelurahan Sungai Sapih, Kecamatan Kuranji, Kota Padang. Dalam hal ini penulis
tertarik untuk meneliti pada BAZNAS Kota Padang, dikarenakan lembaga tersebut
merupakan lembaga pemerintah non struktural, sehingga memungkinkan unsur terkait
transparansi dan akuntabilitas masih harus diperbaharui, demi kelancaran akses
publik terkait informasi pelayanan dan pembayaran zakat. Berdasarkan hal tersebut,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitan tentang “ Analisis Implementasi Good
Amil Governance berdasarkan Zakat Core Principle dan Penerapan PSAK 109
Tentang Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah pada BAZNAS Kota Padang”.
Alasan penulis menganalisis Good Amil Governance dari sisi manajemen dan
PSAK 109 dari sisi Akuntansi bertujuan untuk, menghindari terjadinya modus
korupsi dikalangan pejabat publik, meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam hal
pembayaran zakat, dan untuk transparansi pengelolaan keuangan agar terciptanya
organisasi yang jujur dan amanah.
1. Bagaimana penerapan Good Amil Governance pada Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) Kota Padang berdasarkan Zakat Core Principle
2. Bagaimana Implementasi Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan (PSAK) 109
pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Padang
6
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini
bertujuan:
1. Mengetahui bagaimana penerapan Good Amil Governance pada Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) Kota Padang berdasarkan Zakat Core Principle
2. Mengetahui Bagaimana Implementasi Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan
(PSAK) 109 pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Padang
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Zakat
8
beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk
(kepada Allah)”(QS. Al-Ma'idah [5]: 55).
Sementara itu, hadist riwayat muslim juga mengatakan bahwa : Rasulullah
bersabda,”Tidak ada seorang pun yang mempunyai emas dan perak yang dia tidak
berikan zakatnya, melainkan pada hari kiamat dijadikan hartanya itu beberapa keping
api neraka. Setelah dipanaskan, digosoklah lambungnya, dahinya, belakangnya
dengan kepingan itu; setiap-setiap dingin, dipanaskan kembali pada suatu hari yang
lamanya 50 ribu tahun, sehingga Allah menyelesaikan urusan hambanya”.
Pengembangan harta akibat zakat, bukan hanya ditinjau dari aspek spiritual
keagamaan berdasarkan ayat Allah “memusnahkan riba dan mengembangkan
sedekah/zakat” (QS 2: 276). Zakat juga harus ditinjau secara ekonomis-psikologis,
yakni dengan adanya ketenangan batin dari pemberi zakat, ia akan dapat lebih
mengkonsentrasikan usaha dan pemikirannya guna pengembangan hartanya. Di
samping itu, pemberian zakat mendorong terciptanya daya beli baru, dan terutama
daya produksi dari para penerima tersebut.
9
2.1.4 Syarat Objek Zakat
Zakat adalah kewajiban bagi pihak yang telah memenuhi semuas kriteria dari syarat
wajib zakat di atas. Zakat adalah hutang kepada Allah SWT dan harus disegerakan
pembayarannya, serta ketika membayar harus diniatkan untuk menjalankan perintah
Allah dan mengharapkan ridha-Nya. Tetapi tidak semua harta kekayaan yang dimiliki
merupakan harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. Ada beberapa syarat yang harus
dimiliki oleh harta kekayaan untuk kemudian dinyatakan sebagai objek zakat.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nurhayati dan Wasilah (2014) bahwa syarat
harta kekayaan yang wajib dizakatkan atau objek zakat yaitu:
a. Halal
Harta tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik dan yang halal (sesuai
dengan tuntutan syariah). Dengan demikian, harta yang haram, baik karena
zatnya maupun cara perolehannya (diperoleh dengan cara yang dilarang Allah
SWT dan Rasul-Nya), bukan merupakan objek zakat. Oleh karena itu, Allah
tidak akan menerima zakat dari harta yang haram, sebagaimana dalam hadits
berikut ini: “Barang siapa mengumpulkan harta dari jalan haram, lalu dia
menyedekahkannya,maka dia tidak mendapatkan pahala, bahkan
mendapatkan dosa” (HR Huzaimah dan Ibnu Hiban dishahihkan oleh Imam
Hakim).
b. Milik Penuh
Milik penuh artinya kepemilikan di sini berupa hak untuk penyimpanan,
pemakaian, pengelolaan yang diberikan Allah SWT kepada manusia, dan di
dalamnya tidak ada hak orang lain.
c. Berkembang
Menurut ahli fikih, “harta yang berkembang” secara terminologi berarti “harta
tersebut bertambah”, tetapi menurut istilah bertambah itu terbagi dua yaitu
bertambah secara nyata dan bertambah tidak secara nyata. Bertambah secara
nyata adalah bertambah harta tersebut akibat keuntungan atau pendapatan dari
pendayagunaan asset, misalnya melalui perdagangan, investasi dan yang
sejenisnya. Sedangkan bertambah tidak secara nyata adalah kekayaan itu
10
berpotensi berkembang, baik di tangan pemiliknya maupun di tangan orang
lain atas namanya. Syarat ini secara implisit mendorong setiap muslim untuk
memproduktifkan harta yang dimilikinya.
d. Cukup Nisab
Nisab yaitu jumlah minimal yang menyebabkan harta terkena kewajiban
zakat. Nisab merupakan keniscayaan sekaligus merupakan kemaslahatan,
sebab zakat itu diambil dari orang yang kaya (mampu) dan diberikan kepada
orang-orang yang tidak mampu. Dengan kata lain dikatakan bahwa nisab
merupakan indikator tentang kemampuan seseorang. Namun, jika seseorang
memiliki harta kekayaan kurang dari nisab, Islam memberikan jalan keluar
untuk berbuat kebajikan dengan mengeluarkan sebagian dari penghasilan
yaitu melalui infaq dan shadaqah.
e. Cukup Haul
Haul adalah jangka waktu kepemilikan harta di tangan si pemilik sudah
melampaui dua belas bulan Qamariyah. Persyaratan setahun ini hanya untuk
objek zakat berupa ternak, uang, dan harta benda dagang. Untuk objek zakat
berupa hasil pertanian, buah-buahan, madu, logam mulia, harta karun, dan
lain-lain yang sejenis, akan dikenakan zakat setiap kali dihasilkan, tidak
dipersyaratkan satu tahun. Perbedaan ini menurut Ibnu Qudamah, bahwa
kekayaan yang dipersyaratkan wajib zakat setelah setahun, mempunyai
potensi untuk berkembang.
f. Bebas Dari Hutang
Dalam menghitung cukup nisab, harta yang akan dikeluarkan zakatnya harus
bersih dari hutang, karena ia dituntut atau memiliki kewajiban untuk melunasi
hutangnya itu.
g. Lebih Dari Kebutuhan Pokok
Kebutuhan adalah sesuatu yang betul-betul diperlukan untuk kelangsungan
hidup secara rutin, seperti kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan ini akan berbeda
untuk setiap orang karena tergantung situasi, keadaan, dan jumlah
tanggungan. Mengenai syarat ini, sebagian ulama berpendapat bahwa amat
11
sulit untuk menentukan besarnya kebutuhan pokok seseorang, sehingga
mereka berpendapat bahwa syarat nisab sudahlah cukup.
12
orang-orang yang wajib zakat dan macam zakat yang diwajibkan padanya, juga
besar harta yang wajib di zakati, kemudian mengetahui para mustahiq (penerima
zakat), berapa jumlah mereka, berapa kebutuhan mereka serta besar biaya yang
dapat mencukupi dan hal-hal lain yang perlu ditangani misalnya
pengadministrasian dan pelaporan sumber dan penggunaan dana zakat.
d. Mu’allaf
Mu’allaf adalah mereka yang dihadapkan kecenderungan hatinya atau
keyakinannya, dapat bertambah pada Islam atau menghalangi niat jahat mereka
atas kaum muslimin atau harapan akan ada manfaatnya mereka dalam membela
dan menolong kaum muslimin dari musuh (Qardhawi, 1996 dalam Nurhayati dan
Wasilah (2014). Sedangkan menurut Peraturan Badan Amil Zakat Nasional yang
selanjutnya disingkat PERBAZNAS No. 3 Tahun 2018 tentang Pendistribusian
dan Pendayagunaan Zakat Bab 1 Pasal 3 Ayat 4, mu’allaf adalah orang yang
sedang dikuatkan keyakinannya karena baru masuk Islam.
e. Orang yang belum merdeka (Fi Ar-Riqab)
Fi ar-Riqab adalah budak belian. Budak yang tidak memiliki harta dan ingin
memerdekakan dirinya, berhak mendapatkan zakat sebagai uang tebusan. Dalam
konteks yang lebih luas, budak zaman sekarang seperti tenaga kerja yang dianiaya
dan diperlakukan tidak manusiawi.
f. Orang yang berhutang (Gharimin)
Menurut PERBAZNAS No. 3 Tahun 2018 tentang Pendistribusian dan
Pendayagunaan Zakat Bab 1 Pasal 3 Ayat 6, gharimin merupakan orang yang
berhutang untuk:
i. Kemaslahatan diri yang tidak berlebihan seperti untuk nafkah, mengobati
orang sakit, membangun rumah, dan lain sebagainya.
ii. Kemaslahatan umum seperti mendamaikan dua orang muslim atau lebih
yang sedang berselisih sehingga perlu adanya biaya yang harus
dikeluarkan untuk menyelesaikannya; atau
iii. Kemaslahatan umum lainnya seperti membangun sarana ibadah dan tidak
sanggup membayar pada saat jatuh tempo pembayaran.
13
g. Orang yang berjuang di jalan Allah (Fisabilillah)
Fisabilillah adalah perang di jalan Allah untuk menegakkan kalimat Allah di muka
bumi. Fisabilillah ini meliputi para mujahidin yang berperang melawan orang-
orang kafir, pembelian alat–alat perang, dan sarana-sarana lain untuk keperluan
jihad di jalan Allah. Para mujahid berhak mendapatkan zakat walaupun mereka
sebenarnya kaya. Sebagian ulama mengatakan bahwa orangorang yang waktunya
tersita untuk belajar ilmu agama, termasuk para santri di pesantren- pesantren yang
tidak sempat untuk bekerja, mereka termasuk fisabilillah, karena ilmunya akan
bermanfaat bagi kaum muslimin. Rasulullah shallallahu‘alaihi wassalam bersabda:
"Barang siapa yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu maka dia berada di
jalan Allah hingga pulang." (Hadits Hasan Riwayat Tirmidzi).
h. Orang yang melakukan perjalanan (Ibnu Sabil)
Ibnu Sabil adalah seorang musafir yang kehabisan bekal di tengah perjalanan,
sehingga dia tidak bisa melanjutkan perjalanan atau kembali ke kampung
halamannya. Orang seperti ini, walaupun dia kaya di kampung halamannya,
berhak untuk mendapatkan zakat sekedarnya sesuai dengan kebutuhannya
sehingga dia sampai tujuan. Adapun yang termasuk ke dalam golongan ini yaitu
seperti para pelajar, pedagang yang melakukan perjalanan jauh, orang yang
tersesat dalam perjalanan mulia, orang yang diusir dan minta suaka, tunawisma,
dan anak buangan.
14
termasuk salah satu sedekah dari sedekah-sedekah biasa”. (HR. Ibnu Abbas).
Seorang muslim wajib membayar zakat fitrah untuk dirinya dan orang- orang yang
menjadi tanggungjawabnya seperti istri, anak, dan pembantunya yang muslim. Akan
tetapi boleh bagi seorang istri atau anak atau pembantu membayar zakat sendiri.
Menurut jumhur ulama, syarat kewajiban zakat fitrah bagi fakir adalah apabila ia
memiliki kelebihan makan pokok bagi dirinya dan orang yang menjadi tanggung
jawabnya di malam dan pada hari rayanya. Kelebihan itu tidak termasuk rumah,
perabotnya dan kebutuhan pokok lainnya termasuk binatang ternak yang
dimanfaatkan, buku yang dipelajari ataupun perhiasan yang dipakainya. Akan tetapi,
jika telah melebihi dan memungkinkan untuk dijual serta dimanfaatkan untuk
keperluan zakat fitrah, maka membayar zakat fitrah hukumnya wajib karena ia
mampu melakukannya.
Zakat fitrah tidak mengenal nisab, dan dibayar sebesar 1 (satu) sha’ makanan
pokok suatu masyarakat. 1 (satu) sha’ adalah 4 (empat) mud’ dan ukuran 1 mud’
adalah genggaman 2 tangan orang dewasa (atau kira-kira 2,176 kg). Jika ingin
dibayar dengan uang (menurut Imam Abu Hanifah) dibolehkan walaupun sebaiknya
yang diberikan adalah makanan. Sebagaimana dasar pelaksanaannya adalah sebagai
berikut: Rasulullah bersabda: “Telah diwajibkan zakat fitrah untuk membersihkan
orang yang berpuasa dari omongan yang tidak ada manfaatnya dan omongan kotor,
serta untuk memberi makanan pada orang-orang miskin.” (HR. Ibnu Abbas) .
2. Zakat Harta
Zakat harta adalah zakat yang boleh dibayarkan pada waktu yang tidak tertentu,
mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta
temuan, emas dan perak serta hasil kerja (profesi) yang masing-masing memiliki
perhitungan sendiri-sendiri. Pada masa Rasulullah SAW kelompok harta yang
ditetapkan menjadi objek zakat terbatas pada :
a. Emas dan perak, di zaman Rasullullah uang terbuat dari emas atau perak,
Tumbuh-tumbuhan tertentu seperti gandum, jelai, kurma dan anggur
b. Hewan ternak tertentu seperti domba atau biri-biri, sapi dan unta
c. Harta perdagangan (tijarah)
15
d. Harta kekayaan yang ditemukan dalam perut bumi (rikaz).
e. Sementara Allah merumuskan apa yang wajib dizakati dengan rumusan yang
sangat umum yaitu “kekayaan” seperti firman-Nya: “Pungutlah olehmu zakat
dari kekayaan mereka.....”.“Di dalam kekayaan mereka terdapat hak peminta-
minta dan orang yang melarat”. Hal ini dapat disebabkan karena pada zaman
Rasul harta jenis itulah yang dianggap sebagai kekayaan. Seiring dengan
kemajuan transaksi yang dapat meningkatkan kekayaan, maka penting untuk
mengetahui apa yang dimaksud kekayaan. Kekayaan atau amwal (kata jamak
dari maal) menurut bahasa Arab adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali
oleh manusia untuk menyimpan dan memilikinya (Qardhawi, 2002 dalam
Nurhayati dan Wasilah (2014)). Atas dasar definisi tersebut, maka setiap
benda berwujud yang diinginkan manusia untuk disimpan atau dimilikinya
setelah memenuhi syarat-syarat wajib zakat, harus dikeluarkan zakatnya.
Seiring dengan perkembangan zaman, jenis objek zakat terus berkembang.
Para ahli fikih terus mengadakan pengkajian, melakukan ijtihad untuk menentukan
harta-harta objek zakat yang belum dikenal di zaman Rasulullaah (ketika zaman
Rasul hanya dikenal 5 objek zakat). Imam Syafi’i, Imam Maliki, Imam Hambali dan
Imam Hanafi banyak memberikan tambahan harta sebagai objek zakat. Pada zaman
Umar bin Abdul Azis, sudah dikenal zakat penghasilan yaitu zakat dari upah
karyawannya. Para ulama juga mengatakan bahwa sektor-sektor ekonomi modern
juga merupakan objek zakat yang potensial, misalnya penghasilan yang diperoleh dari
keahlian/profesi, peternakan ayam, lebah, perkebunan, usaha-usaha properti, dan
surat-surat berharga seperti saham dan lain-lain.
2.2 Badan Amil Zakat
Badan amil zakat merupakan salah satu badan nirlaba yang bertujuan mengelola dan
menyalurkan zakat kepada pihak yang membutuhkan dengan menerapkan akuntansi
dalam pencatatan dan pelaporan keuangannya. Sejarah terbentuknya dua Organisasi
Pengelola Zakat yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ)
yaitu diprakarsai oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaaan
Zakat. Lahirnya undang-undang tersebut muncul di latar belakangi oleh kenyataan
16
bahwa masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam harus memenuhi
kewajibannya yaitu dalam membayar Zakat. BAZ dan LAZ merupakan lembaga
formal yang disahkan oleh Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2011 sebagai lembaga
yang diizinkan mengelola zakat. Oleh karena itu dua lembaga tersebut memiliki peran
yang sangat penting dalam pemberdayaan sosial maupun ekonomi umat. Di
Indonesia, berdasarkan UU No.23 Tahun 2011 pasal 18 ayat (2), dikemukakan bahwa
suatu Organisasi Pengelola Zakat harus memiliki persyaratan teknis sebagai berikut:
a. Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola
bidang pendidikan, dakwah, dan sosial.
b. Berbentuk lembaga berbadan hukum.
c. Mendapat rekomendasi dari BAZNAS.
d. Memiliki pengawas syariat.
e. Memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan untuk
melaksanakan kegiatannya.
f. Bersifat nirlaba.
g. Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan
umat dan
h. Bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala.
Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Zakat (selanjutnya cukup disebut UU Nomor 23/2011), mendeskripsi Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS, )sebagai "lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat
mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri". Pengertian
BAZNAS sedemikian rupa merniliki 3 (tiga) sifat dasar yang melekat padanya, yaitu:
a. Lembaga pemerintah nonstruktural.
b. Bersifat mandiri.
c. Bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri.
Secara umum, tugas dan fungsi BAZNAS adalah melakukan upaya pengumpulan,
pendistribusian, pendayagunaan, pelaporan dan pertanggung jawaban atas
pelaksanaan pengelolaan zakat. BAZNAS merupakan lembaga pengelola zakat yang
memiliki tugas utama pengelolaan zakat secara nasional. Dalam rangka
17
melaksanakan tugasnya sebagai lembaga pengelola zakat nasional, BAZNAS
mejalankan fungsi-fungsi utama, sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) UU
Nomor 23/2011 adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan Pengumpulan, Pendistribusian, dan Pendayagunaan Zakat
b. Pelaksanaan Pengumpulan, Pendistribusian, dan Pendayagunaan Zakat
c. Pengendalian Pengumpulan, Pendistribusian, dan Pendayagunaan Zakat dan
d. Pelaporan dan Pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.
2.3 Amil Zakat
Secara umum, amil zakat sering dipahami sebagai orang atau pihak yang bertugas
membagi-bagi zakat. Dalam praktik di berbagai negara, yang membagi zakat ini bisa
individual atau organisasi atau bahkan lembaga negara, namun juga terkadang
muzakki sendiri yang membagikan zakatnya kepada mustahik. Dana ZIS akan jauh
lebih optimal manfaatnya apabila dikelola oleh lembaga amil daripada disalurkan
sendiri oleh muzakki. Meskipun penyaluran ZIS boleh dilakukan sendiri, tetapi para
ulama menyarankan untuk disalurkan melalui lembaga amil. Oleh karena itu lembaga
amil harus kompeten. SDM yang kompeten adalah yang memiliki keterampilan
(skill), pengetahuan (knowledge) dan kemampuan (ability) untuk melaksanakan suatu
pekerjaan.
18
golongan mustahiq yang mana saja. Bentuk pembayaran zakat dapat melalui cash
atau non cash.
2. Dana Infaq/Shadaqah
Tidak jauh berbeda dengan zakat, dana infaq/shadaqah juga memiliki dua sifat
yaitu bersifat umum jika pemberian kepada OPZ tidak disertai persyaratan tertentu
dan bersifat khusus jika terdapat persyaratan tertentu. OPZ juga dapat menerima
infaq/shadaqah dari bentuk kas tunai maupun berupa aset non kas.
3. Dana Waqaf
Waqaf adalah menahan diri dari berbuat sesuatu terhadap hal yang manfaatnya
diberikan kepada orang tertentu dengan tujuan yang baik.
4. Dana Amil
Dana amil atau pengelola merupakan hak amil yang digunakan untuk membiayai
kegiatan operasional lembaga yang bersumber dari hak amil dari dana zakat, bagian
tertentu dari bagian infaq/shadaqah dan sumber lain yang tidak bertentangan dengan
syariah.
19
d. Kepastian hukum, hal tersebut berkaitan dengan legalitas organisasi pengelola
zakat, serta muzakki dan mustahiq harus memiliki jaminan dan kepastian hukum
dalam proses pengelolaan zakat.
e. Terintegrasi, Hal ini berkaitan dengan sinergi organisasi pengelola zakat dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya sehingga mampu meningkatkan kinerja
pengumpulan pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
20
Zakat Core Principle adalah tulang punggung tata kelola zakat yang penting
bagi otoritas pengawas zakat untuk mengatur kerangka kerja tata kelola untuk
lembaga zakat. Selain itu, Good Amil Governance adalah aspek penting bagi otoritas
pengawas zakat untuk memastikan perilaku zakat yang baik manajemen melalui kode
etik, uji kelayakan dan kepatutan, dan komposisi zakat naik. Pengawas zakat
menentukan bahwa lembaga zakat memiliki tata kelola amil yang kuat kebijakan dan
proses yang mencakup kepatuhan syariah, alat strategis, control Tata Kelola Amil
yang baik, lingkungan, pengetahuan manajemen zakat, dan tanggung jawab zakat
Dewan Lembaga.
a. Kriteria penting
1. Hukum syariah, peraturan, dan pengawas zakat menentukan konsep dan
definisi amil masih bisa diterapkan di lembaga zakat saat ini. Amil pantas
untuk mendapatkan bagian dari zakat dengan tidak lebih dari 1/8 atau 12,5%
dari total zakat yang dikumpulkan. Jika bagian zakat tidak cukup untuk
mendukung operasi organisasi zakat, itu dapat dibayar dari sumber lain
dengan persetujuan dewan Islam.
2. Pengawas zakat memberikan panduan kepada lembaga zakat tentang harapan
untuk tata kelola amil yang sehat.
3. Pengawas zakat secara teratur menilai kebijakan tata kelola amil lembaga
zakat dan praktik yang sepadan dengan peraturan syariah dan kepentingan
sistemik.
4. Pengawas zakat menetapkan struktur dan persyaratan tata kelola amil yang
sesuai untuk mencalonkan dan menunjuk tenaga kejujuran tersebut, dapat
dipercaya, jujur, dan berbudi luhur.
5. Pengawas zakat menentukan bahwa Dewan lembaga zakat:
a. Menyetujui dan secara aktif mengawasi pelaksanaan pengawasan zakat
arah dan strategi;
b. Membangun dan mengkomunikasikan budaya dan nilai-nilai Islam
melalui kode mengadakan;
21
c. Menetapkan standar fit and proper dalam memilih petugas amil yang
memiliki yang baik karakter, integritas, dan tiga pengetahuan dasar
(pengumpulan zakat, zakat pencairan, dan manajemen keuangan);
d. Menetapkan kebijakan konflik kepentingan dan lingkungan kontrol
yang kuat; dan
e. Memastikan efektivitas tata kelola amil terhadap lembaga-lembaga
zakat seluruh manajemen.
6. Pengawas zakat
Pengawas zakat memiliki kekuatan untuk merekomendasikan perubahan
komposisi Dewan lembaga zakat jika dibuktikan secara hukum bahwa siapa
pun tidak memenuhi tugas mereka.
7. Dengan tidak adanya hukum nasional yang mengatur zakat
Prinsip-prinsip tata kelola amil dan penilaiannya, dan tanggung jawab Dewan
lembaga zakat, termasuk proses sukses harus secara eksplisit dan jelas
disebutkan dalam konstitusi organisasi zakat.
b. Kriteria tambahan
1. Pengawas zakat memiliki rencana sukses untuk meningkatkan kualitas amil
petugas melalui sertifikasi.
Good Amil Governance memastikan bahwa tata kelola amil dapat ditingkatkan
untuk pengelolaan lembaga zakat yang lebih baik. Tata kelola amil alih-alih tata
kelola perusahaan adalah untuk menunjukkan bahwa ada perbedaan mendasar antara
amil dan istilah perusahaan secara filosofis dan praktis, meskipun keduanya mungkin
memiliki nilai inti yang sama seperti profesional dan akuntabel (Republika.co.id,
2017). Untuk mendorong pengoptimalan zakat dalam pengembangan kehidupan
beragama dan Negara, Pemerintah mengeluarkan Undang-undang (UU) No. 23 tahun
2011 tentang Manajemen dari Zakat. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi layanan
dalam tata kelola zakat dan meningkatkan pemanfaatan dan pemberdayaan zakat
untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, pemberdayaan masyarakat dan
menanggulangi kemiskinan.
22
2.5 Unsur Good Amil Governance
1. Transparancy (Keterbukaan)
Transparansi merupakan keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan.
Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi Publik
menyatakan bahwa informasi publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan,
dikelola, dikirim, dan atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan
penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan atau penyelenggara, dan
penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang ini serta
informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik. Berikut ini indikator dari
transparansi yang dipapakarkan oleh (Kurniasari, 2017) sebagai berikut:
a. Mempublikasi laporan keuangan agar terwjudnya pengelolaan organisasi
yang transparan sebagai wujud tanggungjawab .
b. Mengembangkan sistem akuntansi yang berbasis standar akuntansi yang
menjamin adanya laporan keuangan dan pengungkapan yang berkualitas
c. Mengembangkan Information Tecnology (IT) dan Management Information
System sebagai jaminan adanya kinerja yang memadai dan proses
pengambilan keputusan yang efektif.
Tujuan dari transparansi adalah membangun rasa saling percaya antara
pemerintah dengan publik dimana pemerintah harus memberi informasi akurat bagi
publik yang membutuhkan. Terutama informasi handal yang berkaitan dengan
masalah hukum, peraturan, dan hasil yang dicapai dalam proses pemerintahan.
Adanya mekanisme yang memungkinkan masyarakat mengakses informasi yang
relevan, adanya peraturan yang mengatur kewajiban Pemerintah Daerah.
2. Accountability (Dapat Dipertanggungjawabkan)
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau
menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang, badan hukum dan
pimpinan organisasi, kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk
meminta keterangan atau pertanggungjawaban (Adisasmita, 2011: 89). Selanjutnya
dalam Sedarmayanti (2009:289), akuntabilitas yakni adanya pembatasan dan
23
pertanggungjawaban tugas yang jelas. Akuntabilitas merujuk pada pengembangan
rasa tanggungjawab publik bagi pengambil keputusan di pemerintahan, sektor privat
dan organisasi kemasyarakatan sebagaimana halnya kepada pemilik (stakeholder).
Berikut ini beberapa indikator dari akuntabilitas yang dipapakarkan oleh (Kurniasari,
2017) sebagai berikut:
a. Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggungjawab organ
masing-masing perusahaan dan semua karyawan secara jelas, dan selaras
dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan (corporate value), dan strategi
perusahaan.
b. Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ dan karyawan mempunyai
kemampuan sesuai tugas, tanggungjawab, dan perannya.
c. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, setiap organ perusahaan dan
semua karyawan harus berpegang pada etika dan perilaku (code of conduct)
yang telah disepakati.
3. Responsibility (Pertanggungjawaban)
Prinsip dasar responsibilitas adalah perusahaan atau organisasi harus mematuhi
peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap
masyarakat dan lingkungan, sehingga dapat terpelihara kesinambungan program
dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan dan kepercayaan dari pemangku
kepentingan dan masyarakat (Yulianti, 2016). Secara ideal konsep tersebut pada
umumnya terbangun dari pemahaman penerapan indikator berikut (Yulianti, 2016):
a. Anggaran Dasar dan Peraturan Perundang-undangan
b. Kewajiban sosial perusahaan (CSR)
c. Kemitraan dengan masyarakat atau bina lingkungan
d. Keterbukaan informasi sesuai regulasi
e. Etika, moral, dan akhlak
Lembaga Pengelola Zakat harus berupaya melaksanakan tanggungjawab sosial dan
peduli lingkungan dengan memberdayakan sumber daya manusia (SDM) yang
dimiliki dalam pelaksanaannya. Prinsip transparancy tersebut sesuai dengan firman
Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Isra' ayat 36. Para Amil Zakat di Lembaga
24
Pengelola Zakat (LPZ) perlu untuk selalu berusaha dalam mengoptimalkan penerapan
prinsip responsibility agar semakin baik.
4. Independency (Kemandirian)
Prinsip independensi atau kemandirian adalah suatu keadaan di mana perusahaan
dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari
pihak mana pun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip organisasi yang sehat. Lembaga Pengelola Zakat (LPZ)
harus dikelola secara independen sehingga masing-masing unit atau divisi tidak
saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain (Yulianti, 2016).
Secara ideal konsep tersebut pada umumnya terbangun dari pemahaman dalam
penerapan indikator-indikator berikut (Yulianti, 2016):
a. Kondisi saling menghormati hak, kewajiban, dan tugas masing-masing
bidang/devisi.
b. Kondisi bahwa selain pengurus dilarang mencampuri urusan lembaga.
c. Kondisi menghindari benturan kepentingan dalam keputusan.
d. Adanya pedoman yang jelas dan tegas tentang eksistensi setiap bidang/devisi
dalam lembaga.
Prinsip independency tersebut sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surah
Al-Baqarah ayat 256. Lembaga Pengelola Zakat (LPZ) harus berupaya menciptakan
suatu keadaan di mana lembaga dikelola secara profesional tanpa benturan
kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun. Sehingga semua pengurus
Amil Zakat harus memiliki niat yang kuat dan berkomitmen untuk mengembangkan
serta mengoptimalkan pengelolaan dana Zakat, Infak dan Shadaqah (ZIS) secara
maksimal.
5. Fairness (Keadilan dan Kesetaraan)
Keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul
berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan, melalui perlakuan amil
yang setara terhadap muzakki seperti kesetaraan sistem pembayaran zakat yang
sederhana dan perlindungan kepentingan muzakki. Adapun Indikator keadilan adalah
sebagai berikut (Kurniasari, 2017):
25
a. Sistem pembayaran zakat yang mudah dan sederhana.
b. Jumlah pembayaran zakat muzakki sama dengan jumlah yang telah disepakati
sebelumnya.
c. Manajemen BAZNAS terbuka dalam menerima kritik dan saran dari pihak
lain
d. Pembayaran zakat dapat melalui media online sehingga tidak perlu datang ke
kantor BAZNAS.
e. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 pasal 2 disebutkan bahwa
pengelolaan zakat harus berasaskan keadilan, yang dimaksud dengan asas
keadilan adalah pengelolaan zakat dalam pendistribusiannya dilakukan secara
adil. Sesuai dengan Q.S. At-Taubah (9) ayat 60: Artinya: “Sesungguhnya
zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang
dilunakan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk
(membebaskan) orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang
yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha
Mengetahui, Maha bijaksana” (QS At-Taubah [9]: 60).
2.6 PSAK 109
1. Akuntansi Zakat dan Infaq / Sedeqah
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 109 bertujuan untuk mengatur
pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi zakat dan
infaq/sedeqah. Pernyataan ini berlaku untuk amil yang menerima dan
menyalurkan zakat dan infaq/sedeqah. Pernyataan ini tidak berlaku untuk
entitas syariah yang menerima dan menyalurkan zakat dan infaq/sedeqah
tetapi bukan sebagai kegiatan utamanya. Entitas syariah tersebut mengacu
kepada PSAK 101 : Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
2. Pengakuan dan Pengukuran
A. Penerimaan Zakat:
a. Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset non kas diterima.
b. Zakat yang diterima dari muzakki diakui sebagai penambah dana zakat
sebesar :
26
i. Jumlah yang diterima, jika dalam bentuk kas
ii. Nilai wajar, jika dalam bentuk non kas
c. Penentuan nilai wajar aset nonkas yang diterima menggunakan harga
pasar. Jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat menggunakan
metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai dengan SAK yang
relevan.
d. Jika muzakki menentukan mustahik yang menerima penyaluran zakat
melalui amil, maka tidak ada bagian amil atas zakat yang diterima.
Amil dapat memperoleh ujrah atas kegiatan penyaluran tersebut. Ujrah
ini berasal dari muzakki, diluar dana zakat. Ujrah tersebut diakui
sebagai penambah dana amil.
e. Jika terjadi penurunan nilai aset zakat nonkas, maka jumlah kerugian
yang ditanggung diperlakukan sebagai pengurang dana zakat atau
pengurang dana amil bergantung pada penyebab kerugian tersebut.
f. Penurunan nilai aset zakat diakui sebagai:
a) Pengurang dana zakat, jika tidak disebabkan oleh kelalaian
amil
b) Kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh
kelalaian amil.
B. Penyaluran zakat
1) Zakat yang disalurkan kepada mustahik, termasuk amil, diakui sebagai
pengurang dana zakat sebesar :
a) Jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas.
b) Jumlah tercatat, jika dalam bentuk aset nonkas.
2) Efektifitas dan efisiensi pengelolaan zakat bergantung pada profesionalisme
amil. Dalam konteks ini, amil berhak mengambil bagian dari zakat untuk
menutup biaya operasional dalam rangka melaksanakan fungsinya sesuai
dengan kaidah atau prinsip syariah dan tata kelola organisasi yang baik.
27
3) Penentuan jumlah atau persentase bagian untuk masing-masing mustahik
ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah, kewajaran, etika, dan
ketentuan yang berlaku yang dituangkan dalam bentuk kebijakan amil.
4) Beban penghimpunan dan penyaluran zakat harus diambil dari porsi amil.
Amil dimungkinkan untuk meminjam dana zakat dalam rangka menghimpun
zakat. Pinjaman ini sifatnya jangka pendek dan tidak boleh melebihi satu
periode (haul).
5) Bagian dana zakat yang disalurkan untuk amil diakui sebagai penambah dana
amil.
6) Zakat telah disalurkan kepada mustahik non amil jika sudah diterima oleh
mustahik non amil tersebut. Zakat yang disalurkan melalui amil lain, tetapi
belum diterima oleh mustahik nonamil, belum memnuhi pengertian zakat
telah disalurkan. Amil lain tersebut tidak berhak mengambil bagian dari dana
zakat, namun dapat memperoleh ujrah dari amil sebelumnya. Dalam keadaan
tersebut, zakat yang diakui disalurkan sebagai piutang penyaluran, sedangkan
bagi amil yang menerima diakui sebagai liabilitas penyaluran. Piutang
penyaluran dan liabilitas penyaluran tersebut akan berkurang ketika zakat
disalurkan secara langsung kepada musyahik nonamil.
7) Dana zakat yang diserahkan kepada mustahik nonamil dengan keharusan
untuk mengembalikannya kepada amil, belum diakui sebagai penyaluran
zakat.
8) Dana zakat yang disalurkan dalam bentuk perolehan aset tetap (aset kelolaan),
misalnya rumah sakit, sekolah, mobil ambulan, dan fasilitas umum lain diakui
sebagai :
i. Penyaluran zakat seluruhnya jika aset tetap tersebut diserahkan untuk
dikelola kepada pihak lain yang tidak dikendalikan amil.
ii. Penyaluran zakat secara bertahap jika aset tetap tersebut masih dalam
pengendalian amil atau pihak lain yang dikendalikan amil. Penyaluran
secara bertahap diukur sebesar penyusutan aset tetap tersebut sesuai
dengan pola pemanfaatannya.
28
2.7 Hubungan Good Amil Governance dengan PSAK 109
No Good Amil Governance PSAK 109
1. Transparansi 1. Menyediakan / mempublikasikan
informasi keuangan serta
informasi lainnya yang material
dan berdampak signifikan pada
kinerja perusahaan / organisasi
2. Untuk meningkatkan kepercayaan
investor / publik.
3. Untuk menghindari terjadinya
benturan kepentingan.
2. Akuntabilitas 1. Untuk mengukur dan melakukan
(Pertanggungjawaban) klasifikasi penyajian dan laporan
keuangan oleh komite audit.
2. Kejelasan fungsi, hak, kewajiban,
wewenang, dan tanggung jawab
divisi.
3. Untuk meninjau atas reliabilitas
dan integritas informasi dalam
laporan keuangan dan laporan
operasional.
Good Amil
Governance
Organisasi
Pengelola Zakat
a. Transparancy
a. Pengakuan dan b. Accountability
pengukuran zakat c. Responsibility
b. Penyajian dan d. Independent
pengungkapan zakat e. Fairness
31
metode wawancara semi berstuktur untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, dan
wawancara ini sebagai teknik pengumpulan data utama selain observasi dan
dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukan Secara garis besar OPZ di Indoensia telah
menerapkan prinsip Good Amil Governance walaupun terdapat beberapa aspek yang
belum diungkapkan dalam laporan keuangan maupun website perusahaan. Komitmen
organisasi untuk meningkatkan akuntabilitas dan tranparansi dalam pengelolaan
organisasi dapat tergambar dari adanya mekanisme struktur organisasi serta
pengawasan baik secara internal maupun eksternal dimana terdapat dewan pengawas
dan auditor eksternal yang mengawasi kinerja organisasi. Untuk meningkatkan
potensi zakat pun keempat organsiasi ini telah memanfaatkan fintek dan teknologi
untuk meningkatkan kontribusi zakat.
33
Fajar Surya Ari Anggara and Ely Windarti Hastuti (2018), meneliti mengenai
Performance Comparison Amil Zakat Institutions on Ponorogo towards Good Amil
Governance. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja lembaga amil
zakat di wilayah Ponorogo terhadap Good Amil Governance, dan mengetahui
bagaimana tingkat pengukuran kinerja lembaga Amil Zakat di Kabupaten Ponorogo
yang dinilai berdasarkan standar indikator kinerja yang dikeluarkan oleh Indonesia
Magnificence of Zakat. Jenis data pada penelitian ini adalah data kualitatif ,
sementara sumber data pada penelitian ini berupa data primer. Teknik analisis data
yang diperlukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dengan menggunakan
model interaktif. Dalam model ini terdapat tiga komponen analisis yaitu reduksi,
penyajian data, penarikan kesimpulan Metode analisis data yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Tata Kelola Amil Zakat Institute belum
sepenuhnya Professional dalam manajemennya, dan kurangnya kuantitas dan kualitas
sumber daya manusia di setiap lembaga amil zakat, serta kurangnya dukungan publik
terutama komunitas muslim yang ada di pedesaan.
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus,
dimana didalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa,
aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan
aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan
berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan
(Kusumastuti dkk, 2019) yang menggambarkan secara deskriptif tentang Good Amil
Governance pada BAZNAS Kota Padang. Untuk melengkapi hasil analisis, peneliti
juga melakukan wawancara dengan bagian amil zakat kota padang. Karena pihak-
pihak tersebut memiliki pengetahuan yang cukup untuk menjawab pertanyaan
peneliti. Yang diamati dalam penelitian ini terdapat pada 3 aspek :
1. UU No 23 Tahun 2011
Didalam UU ini menjelaskan tata pengelolaan zakat yang termuat didalam pada
bab 1 ketentuan umum pasal 2, yakni pengelolaan zakat berasaskan syariat islam,
amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi, dan akuntabilitas.
Zakat Core Principle memuat 18 regulasi didalam pengaturan zakat, penelitian ini
mengambil regulasi pada Zakat Core Principle 8 yang menjelaskan tentang Tata
Kelola Amil, adapun ketentuan yang dimuat didalamnya terkait pengawas zakat
35
menentukan bahwa lembaga zakat memiliki kebijakan dan proses tata kelola amil
yang kuat yang mencakup kepatuhan syariah, alat strategis, lingkungan kontrol,
pengetahuan manajemen zakat, dan tangggung jawab pengurus / dewan lembaga
zakat.
3. PSAK 109
Sumber data primer merupakan sumber data yang memuat data utama yakni data
yang diperoleh secara langsung di lapangan, misalnya narasumber atau informant.
Sumber data sekunder merupakan sumber data tambahan yang diambil tidak secara
langsung di lapangan, melainkan dari sumber yang sudah dibuat orang lain, misalnya:
buku, dokumen, foto, dan statistik. Sumber data sekunder dapat digunakan dalam
36
penelitian, dalam fungsinya sebagai sumber data pelengkap ataupun yang utama bila
tidak tersedia narasumber dalam fungsinya sebagai sumber data primer
(Nugrahani,2014)
Berbagai macam sumber data yang dapat dimanfaatkan dalam menggali informasi
dalam penelitian kualitatif, antara lain meliputi:
Menurut Guba & Lincoln (1981:228), yang dimaksud dengan dokumen dalam
penelitian kualitatif adalah setiap bahan tertulis ataupun film yang dapat digunakan
sebagai pendukung bukti penelitian.
Posisi narasumber sebagai sumber data penelitian sangat penting perannya sebagai
individu yang memiliki informasi. Narasumber bukan sekedar memberikan tanggapan
terhadap masalah yang ditanyakan, tetapi juga memilih arah dan selera dalam
menyajikan informasi yang dimilikinya. Karena itu, menurut Sutopo (2002:50), untuk
menghadapi narasumber diperlukan sikap lentur, terbuka, dan kritis dari peneliti
dalam memahami beragam informasi yang penting, dan berdampak langsung
terhadap kualitas penelitian.
a. Wawancara/interview
Dalam penelitian kualitatif, pada umumnya sumber data utamanya (primer)
adalah manusia yang berkedudukan sebagai informan. Oleh sebab itu, wawancara
37
mendalam merupakan teknik penggalian data yang utama yang sangat
memungkinkan peneliti untuk mendapatkan data yang sebanyak-banyaknya, yang
lengkap, dan mendalam. Untuk keperluan triangulasi data dan triangulasi sumber
data, teknik pengamatan juga penting untuk dilakukan. Selain itu, teknik
dokumentasi ataupun kuesioner juga dapat dimanfaatkan sebagai teknik yang
memperkaya atau memperkuat pemerolehan data jika sumber data primer sudah
digali melalui teknik yang lainnya.
38
1. Menemukan siapa informan yang akan diwawancarai. Dalam tahap ini
peneliti mencari narasumber yang paling banyak memiliki informasi
seputar masalah yang dikaji untuk diwawancarai.
2. Menghubungi/mengadakan kontak dengan informan untuk
mengkonfirmasikan wawancara yang akan dilakukan. Dalam hal ini akan
lebih baik jika peneliti/pewawancara melakukannya sendiri dan tidak
membiarkan pihak lain untuk menggantikan perannya.
3. Melakukan persiapan yang matang untuk melakukan wawancara. Hal-hal
yang perlu dilakukan dalam tahap persiapan ini antara lain adalah latihan
memperkenalkan diri, menyusun ikhtisar penelitian untuk disampaikan
sebelum wawancara, menyiapkan alat perekam, menyiapkan pokok-pokok
pertanyaan, menetapkan tempat dan waktu wawancara sesuai kesepakatan.
b. Observasi
Observasi merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian kualitatif.
Melalui observasi peneliti dapat mendokumentasikan dan merefleksi secara
sistematis terhadap kegiatan dan interaksi subjek penelitian. Semua yang
dilihat dan didengar dalam observasi dapat dicatat dan direkam dengan teliti
jika itu sesuai dengan tema dan masalah yang dikaji dalam penelitian. Alasan
perlunya pengamatan yaitu karena peneliti dapat menganalisis dan melakukan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku individu atau kelompok
secara langsung, sehingga memperoleh gambaran yang luas tentang masalah
yang diteliti. Selain itu, peneliti dapat mengamati secara visual objek yang
dikaji sehingga validitas datanya lebih mudah dipenuhi.
Tahapan Observasi pada penelitian kualitatif :
1. Pengamatan deskriptif. Merupakan pengamatan yang dilaksanakan pada
tahap eksplorasi secara umum. Pada tahap ini peneliti melakukan
pengamatan terhadap sebanyak mungkin elemen situasi sosial yang diamati
untuk mendapatkan gambaran umum.
39
2. Pengamatan terfokus. Peneliti melakukan pengamatan deskriptif, yaitu
pengamatan terhadap detail dari rincian domain yang menjadi fokus
penelitian.
3. Pengamatan terseleksi. Peneliti terfokus pada data yang diperlukan sesuai
masalah penelitian dan mengelompokkan untuk persiapan analisisnya.
c. Dokumen
Menurut Yin(2000:109), kegiatan dalam menganalisis isi dokumen, disebut
dengan content analysis,sebab dalam kegiatan itu peneliti bukan sekedar
mencatat isi penting yang tersurat dalam dokumen, tetapi juga memahami
makna yang tersirat dalam dokumen dengan hati-hati, teliti, dan kritis.
Pengkajian isi dokumen merupakan satu teknik pengumpulan data dengan
memanfaatkan catatan, arsip, gambar, film, foto, dan dokumen-dokumen
lainnya. Termasuk dalam dokumen itu adalah catatan penting yang
berhubungan dengan masalah, yang memungkinkan pemerolehan data secara
lengkap, sah, dan bukan berdasarkan perkiraan saja. Dibandingkan dengan
teknik pengumpulan data yang lain, teknik ini dipandang lebih mudah, sebab
peneliti tinggal menyusun lembar yang sesuai untuk memasukkan atau
memindahkan data yang relevan dari satu dokumen ke dalam catatan.
d. Kredibilitas dan Konfirmabilitas Data
1. Uji Kredibiltas Data
Uji kredibilitas merupakan syarat untuk menentukan tingkat kepercayaan yang
tinggi yaitu terdapat kesesuaian antara fakta dilapangan yang dilihat dari
pandangan atau paradigma informan, narasumber ataupun partisipan dalam
penelitian. Langkah atau strategi untuk meningkatkan kredibilitas data antara
lain perpanjangan pengamatan, ketekunan penelitian, triangulasi, diskusi
teman sejawat, analisis kasus negative, dan memberchecking. Dalam hal ini
peneliti hanya menggunakan beberapa teknik didalam uji kredibiltas data
a. Perpanjangan pengamatan
Memeperpanjang keikutsertaan dalam pengumpulan data dilapangan sangat
diperlukan. Hal ini mengingat karena dalam penelitian kualitatif, peneliti
40
merupakan instrumen utama dalam penelitian. Dengan semakin lamanya
peneliti terlibat dalam pengumpulan data, akan semakin memungkinkan
meningkatnya derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Dengan
menambah waktu pengamatan dilapangan berarti kegiata peneliti akan
bertambah, seperti melakukan wawancara pada semua narasumber baik lama
atau baru untuk memperoleh informasi yang baru.
b. Meningkatkan ketekunan
Kegiatan meningkatkan ketekunan dapat berarti melakukan pengamatan
secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka
kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan
sistematis. Meningkatkan ketekunan dapat dilakukan dengan cara membaca
berbagai referensi buku maupun hasil penelitian serta dokumentasi yang
berkaitan dengan temuan data yang akan diteliti.
c. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik untuk melakukan pengecekan data dari berbagai
sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan teknik triangulasi
memungkinkan diperoleh variasi informasi seluas-luasnya atau selengkap-
lengkapnya. Triangulasi dibagi dalam tiga jenis yaitu triangulasi sumber,
triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Dalam hal ini peneliti menggunakan
pengecekan data dengan triangulasi sumber.
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sunber adalah triangulasi yang dilakukan dengan melakukan
pengecekan data yang diperoleh dari beberapa sumber.
Atasan Teman
Bawahan
41
2. Uji Konfirmabilitas Data
Uji Confirmability dalam penelitian kauntitatif disebut dengan uji
objektivitas penelitian. Penelitian dapat dikatakan objektif apabila hasil
penelitian tersebut telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif
standar konfirmabilitas ini lebih terfokus pada pemeriksaan kualitas dan
kepastian hasil penelitian, apa yang benar berasal dari pengumpulan data
dilapangan. Selain itu kriteria konfirmabilitas juga merujuk pada tingkat
kemampuan hasil penelitian dapat dikonfirmasikan oleh orang lain.
Perbedaan istilah dalam pengujian keabsahan data antara metode Kualitatif dan
Kuantitiatif :
Dalam penelitian ini, fokus peneliti untuk mewawancarai pimpinan Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Padang, Bagian Keuangan, Bagian Pengumpulan
dan Bagian Umum dan SDM. Pemilihan pihak-pihak tersebut untuk diwawancarai,
karena merekalah yang mengetahui, menjalankan, dan membuat keputusan didalam
penerapan Good Amil Governance pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Kota Padang.
42
A. Analisis Data Model Miles dan Huberman
Analisis menurut Miles dan Huberman (1992) dibagi dalam tiga alur kegiatan
yang terjadi secara bersamaan. Ketiga alur tersebut adalah
c. penarikan simpulan.
43
mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi
itu, maka wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-
data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.
2. Penyajian Data
44
BAB IV
DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS PEMBAHASAN
Pada tahun 1942 Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang memperjuangkan
kepentingan umat Islam telah mencoba mendirikan Baitul Maal yang bertugas
mengumpulkan dana zakat di Indonesia. MIAI itu sendiri kemudian dibubarkan,
tahun 1967 draf Undang-Undang zakat diajukan kepada DPRGR dan pada tahun
1968 Menteri Agama mengeluarkan dua peraturan tentang zakat, yaitu peraturan
Menteri Agama No. 4 Tahun 1968 tentang pembentukan Badan Amil Zakat dan
peraturan Menteri Agama No. 5 Tahun 1968 tentang Pembentukan Baitul Maal.
Kedua peraturan Menteri Agama tersebut dilengkapi dengan instruksi Menteri Agama
No. 16 Tahun 1968 tentang pedoman Pelaksanaan dan Penjelasan mengenai
Peraturan Menteri Agama No. 4 dan No. 5 Tahun 1968, namun presiden melalui
pidato yang disampaikan dalam peringatan Isra’ Mi’raj pada tanggal 28 Oktober 1968
menyampaikan kebijakan Menteri Agama tersebut kemudian ditangguhkan atau
ditunda pelaksanaannya. Penundaan tersebut dituangkan dalam instruksi Menteri
Agama No. 1 Tahun 1969 tentang Penundaan Pelaksanaan Peraturan Menteri Agama
No. 4 dan No. 5 Tahun1968.
Disisi lain sebelum ditetapkannya peraturan menteri diatas, di daerah Sumatera Barat
sudah ada lembaga yang mengelola ZIS, yaitu Yayasan Dana Sosial Islam (YDSI)
provinsi Sumatera Barat yang lahir pada tahun 1973. Seiring dengan adanya
keputusan bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama Nomor 29 Tahun
1991 dan Nomor 47 tahun 1991, kegiatan pengumpulan, penyaluran, pemanfaatan
zakat, infak, dan sedekah, yang sejak tahun 1973 dilakukan oleh YDSI Sumatera
Barat, selanjutnya dilaksanakan oleh Badan Amil Zakat, Infak, dan Sedekah (BAZIS)
provinsi Sumatera Barat. BAZIS secara istilah antara lain ditemukandalam Surat
Keputusan Bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri Dan Menteri Agama Nomor 29
Tahun 1991/47 Tahun 1991 Tentang Pembinaan Badan Amil Zakat, Infak, dan
45
Sedekah. Dalam pasal 1 SKB tersebut disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
BAZIS adalah Lembaga Swadaya Masyarakat yang mengelola penerimaan,
pengumpulan, penyaluran dan pemanfaatan zakat, infak, dan sedekah secara berdaya
guna dan berhasil guna.
BAZNAS Kota Padang memiliki visi “Terwujudnya BAZNAS Kota Padang sebagai
Lembaga Pengelola Zakat yang profesional dan berlandaskan syari’at”. Sedangkan
misinya adalah sebagai berikut:
a. Amanah
Amanah berasal dari kata amuna yang bermakna tidak meniru, terpercaya, jujur, atau
titipan. Sifat amanah merupakan sifat wajib yang harus dimiliki oleh semua staff yang
bekerja pada BAZNAS Kota Padang karena dalam hubungan antar sesama manusia,
amanah menjadi jaminan terpeliharanya keselamatan hubungan tersebut.
b. Profesional
Supaya dana yang terkumpul mampu diolah dengan baik, maka amanah saja tidak
cukup, perlu adanya SDM yang kompeten dan bertanggung jawab terhadap tugas
47
yang diberikan oleh karena itu profesional sangat dituntut dalam organisasi pengelola
zakat.
c. Transparan
Dengan transparansi pengelolaan zakat, akan tercipta suatu divisi kontrol yang baik
karena tidak hanya melibatkan pihak internal organisasi saja, akan tetapi juga akan
melibatkan pihak eksternal seperti para muzakki maupun masyarakat umum. Dengan
adanya transparansi ini, rasa curiga dan ketidakpercayaan masyarakat akan dapat
diminimalisir agar terwujud suatu kepercayaan (trust) terhadap Lembaga Pengelola
Zakat di tengah-tengah masyarakat.
d. Ikhlas
Pada prinsipnya, program kerja BAZNAS Kota Padang disusun setiap tahunnya
melalui kegiatan rapat kerja. Sesuai dengan visi dan misi BAZNAS Kota Padang
serta hasil Rapat Kerja (Raker) yang dilakukan setiap tahunnya. Gambaran jumlah
zakat yang telah berhasil dikumpulkan oleh BAZNAS Kota Padang semenjak tahun
2015 hingga 2021 terlihat pada tabel dibawah ini:
Berdasarkan rapat kerja dan jumlah dana yang terkumpul maka BAZNAS Kota
Padang merumuskan program kerja sebagai berikut:
1. Padang Religius
48
tingkat kelurahan, kecamatan, maupun tingkat kota. Untuk merealisasikan program
Padang Religius ini dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan syi’arIslam
b. Pembinaan pendidikanIslam
2. Padang Sejahtera
3. Padang Sehat
4. Padang Cerdas
Padang Cerdas adalah kegiatan memberikan bantuan biaya kepada anak didik dalam
peningkatan prestasi pendidikan serta bantuan biaya bagi anak didik putus sekolah
dan atau terancam putus sekolah. Untuk Padang Cerdas dilakukan kegiatan sebagai
berikut:
5. Padang Makmur
49
a. Memberikan bantuan perbaikan rumah
6. Padang Peduli
Padang Peduli adalah program yang dilakukan dalam rangka ikut serta dan peduli
terhadap masyarakat yang ditimpa musibah dan bencana serta orang terlantar dengan
tujuan dapat meringankan beban penderitaan yang bersangkutan. Bentuk program ini
adalah:
1. Konsultasi ZIS
Layanan konsultasi zakat, infak dan sedekah (ZIS) ditujukan bagi muzakki
(perorangan atau perusahaan) yang memerlukan informasi/konsultasi tentang zakat.
Muzakki bisa langsung datang ke BAZNAS Kota Padang, atau datang ke Kantor
Camat/BAZ Kecamatan terdekat.Atau dapat pula menghubungi BAZNAS Kota
Padang di nomor 0751-841506. Atau juga dapat mengunjungi kantor BAZNAS Kota
Padang dan petugas Amil zakat yang bersangkutan. Fax: (+62751) 841506, e-mail:
BAZNASpdg@yahoo.co.id atau facebook: BAZNAS Padang.
2. Jemput ZIS
BAZNAS Kota Padang siap menjemput zakat, infak dan sedekah jika para muzakki
tinggal di Kota Padang dan sekitarnya, silahkan hubungi 0751-841506. BAZNAS
Kota Padang juga ada di UPZ kelurahan, instansi pemerintah dan swasta, pemotongan
gaji melalui Bank/Pos/ATM (khusus Bank Nagari telah memiliki penyaluran ATM
online) atau dapat juga melalui petugas Amil zakat yang bersangkutan.
50
3. Bank/Pos/ATM Bank/Pos/ATM (khusus Bank Nagari telah memiliki penyaluran
ATM online). Rekening Bank Zakat BAZNAS Kota Padang:
BAZNAS Kota Padang juga memiliki program dari berbagai divisi yaitu sebagai
berikut:
1. Divisi Pengumpulan
Program pengumpulan dana zakat yang dilaksanakan oleh Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) Kota Padang diupayakan dapat menyentuh sumber dana lain di
luar zakat, seperti infak, sedekah, kafarat, hibah dan lain sebagainya. Berdasarkan
pengalaman yang telah lalu, dipandang perlu merumuskan bentuk-bentuk lain dari
pengumpulan diluar yang telah dilaksanakan selama ini. Karena masih banyak
potensi-potensi yang belum diberdayakan dengan maksimal untuk dapat diraih pada
tahun yang akan datang. Program yang akan dilakukan:
51
2. Divisi Pendistribusian
Pendistribusian dana zakat oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Padang
dari tahun ke tahun diupayakan sebaik mungkin dengan melahirkan ide-ide baru.
Dalam rangka memudahkan proses pendistribusian dan semakin terkontrolnya setiap
pendistribusian dana zakat tersebut dipandang perlu menyusun mekanisme teknis
pendistribusian melalui penguatan organisasi BAZNAS yang diketahui oleh semua
pengurus, Program pendistribusian meliputi:
f. Bantuan Makanan.
g. Bantuan Keterampilan.
h. Bantuan Gharimin.
52
3. Divisi Pengembangan
d. Dalam hal mustahik yang telah menerima zakat, dikembangkan agar berubah
statusnya dari mustahik menjadi muzakki.
4. Divisi Pemberdayaan
e. Pemberdayaan tenaga relawan yang dilatih, tenaga harian dan fundriser lainnya
untuk pencapaian program BAZNAS.
53
5. Divisi Publikasi dan Humas
b. Melakukan sosialisasi
d. Dokumentasi
6. Divisi Muzakki
7. Divisi Mustahik
54
STRUKTUR BAZNAS KOTA PADANG
55
A. Struktur Pengurus (Pimpinan) BAZNAS Kota Padang Periode 2016-2021:
56
Staff Riki Hendra, SH
Mekanisme dan tata kerja Pengurus BAZNAS Kota Padang didasarkan pada
ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 dan Peraturan Pemerintah (PP)
57
nomor 14 tahun 2014 tentang Pengelolaan Zakat. Adapun fungsi dan tugas pokok
dari unsur pengurus ini masing-masing adalah sebagai berikut:
1. Bidang Kesekretariatan
Tugas Pokok:
e. Bertindak dan bertanggung jawab untuk dan atas nama Badan Amil Zakat
3. Rapat Pleno yang terdiri dari Badan Pelaksana ditambah ketua dana anggota divisi-
divisi dilaksanakan 1 X triwulan
4. Rapat Pleno yang diperluas adalah rapat yang dihadiri pengurus harian, ketua dan
anggota divisi serta Ketua BAZ Kecamatan
58
6. Dalam hal-hal tertentu apabila diperlukan, rapat-rapat dapat dilakukan diluar
ketentuan diatas
8. Rincian tugas Badan Pelaksana diatur dalam uraian tugas yang ditetapkan dalam
rapat pengurus.
2. Bidang Pengumpulan
Tugas Pokok:
c. Membina hubungan dengan menjaga komunikasi dengan donatur agar tetap terjalin
dengan baik
59
3. Bidang Pendistribusian.
Tugas Pokok:
4. Bidang Pengembangan.
Tugas Pokok:
e. Dalam hal mustahik yang telah menerima zakat, dikembangkan agar berubah
statusnya dari mustahik menjadi muzakki.
h. Pemberdayaan tenaga relawan yang dilatih, tenaga harian dan fundriser lainnya
untuk pencapaian program BAZNAS KotaPadang.
60
Dari uraian di atas, bahwa BAZNAS Kota Padang sudah memiliki prosedur dan tugas
pokok masing-masing yang memudahkan terwujudnya good amil governance. Hal ini
menunjukkan bahwa BAZNAS memiliki kinerja yang dapat menjadi tolak ukur
dalam good amil governance.
Penelitian ini akan menjabarkan unsur good amil governance yang terdiri dari lima
unsur yaitu transparansi (keterbukaan), akuntabilitas (pertanggungjawaban),
responsibilitas (tanggung jawab), independent (kemandirian), dan fairness (keadilan).
Dimana yang pertama dilihat adalah dari pemahaman amil terhadap transparansi
(keterbukaan), akuntabilitas (pertanggungjawaban), responsibilitas (tanggung jawab),
independent (kemandirian), dan fairness (keadilan). Kemudian apakah transparansi,
akuntabilitas, responsibilitas, independent, dan fairness telah diwujudkan dalam
pengelolaan zakat. Penulis telah melakukan wawancara dengan Wakil Ketua Baznas,
kepala bidang pengumpulan, sumber daya manusia (SDM), dan keuangan. Hasilnya,
penulis berhasil mengetahui dan menggali informasi dari wawancara dengan pihak
amil/pengelola zakat sebagai berikut.
61
manusia, dan bagian keuangan. Berdasarkan hasil wawancara amil telah memahami
konsep transparansi dalam pengelolaan zakat. Seperti yang telah dijelaskan oleh
wakil ketua Baznas dalam wawancara, berikut kutipan wawancara dengan wakil
ketua Baznas :
“iya baik, jadi alhamdulillah sistem Baznas ini juga sudah begitu komplit
yaa, lengkap termasuk juga dalam hal transparansi. Artinya masyarakat umum bisa
mengakses. Baznas sudah punya namanya SIMBA, SIMBA itu sitem informasi
Manjemen Baznas. Jadi dari SIMBA itu bisa mau melihat apa, bisa melihat data
muzakki atau orang – orang yang bezakat, kemudian kemana saja penggunaan dana
zakat, itu semua bisa dilihat dari SIMBA”.
Transparansi yang telah dilakukan oleh Baznas kota padang adalah dengan
cara melalui akses Sistem Informasi Manjemen Baznas (SIMBA). Dalam hal ini
masyarakat umum bisa mengakses terkait informasi apa yang dibutuhkan oleh pihak–
pihak yang berkepentingan.
“kami juga kalau misalnya ada orang yang memberikan zakat tidak hanya
kami doakan, tapi juga ada bukti fisik, naaah bukti fisik ini berupa kwitansi atau
bukti penyetoran dan ada yang kami cetak untuk diberikan kepada yang
bersangkutan. Kemudian juga, kita melaporkan penggunaan keuangan Baznas juga
secara transparan baik kepada walikota padang, kemudian kepada Baznas Provinsi,
dan sampai tembusan ke Baznas Pusat. Itu semua kita lakukan baahkan ada
pelaporannya semesteran atau sekali enam bulan dan ada juga yang tahunan. Jadi
insya Allah Transparansi pada Baznas bisa diuji”.
62
Publikasi informasi yang dilakukan Baznas Kota Padang untuk
memperlihatkan kepada muzakki dan masyarakat (publik) bahwa Baznas Kota
Padang telah merealisasikan zakat dari pada muzakki yang dikelola dengan baik
adalah dengan cara mempublikasikan informasi tersebut melaui media elektronik dan
media cetak. Sebagaimana yang diungkapkan oleh kepala bidang sumber daya
manusia dalam wawancara sebagai berikut :
“sudah, kita juga sudah di audit oleh KAP dengan hasil Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP), jika sudah keluar hasil opininya akan kita publikasikan di
koran, media massa, dan kita laporkan juga ke bapak walikota, dan pihak – pihak
terkait yang berelasi dengan Baznas Kota Padang”.
63
keuangan pengelolaan zakat. Laporan keuangan tersebut telah di audit dan di publish
untuk publik, penyampaian informasi melalui media online, dan media cetak. Dalam
organisasinya BAZNAS Kota Padang telah memiliki sistem informasi manajemen
dalam pembayaran zakatnya. Tetapi jika mengakses informasi keuangan melalui web
belum tercapai karena masih dalam proses perbaikan.
“ok, jadi memang prinsip pengelolaan zakat itu dalam undang – undang no
23 tahun 2011 jelas disebutkan. Salah satu prinsipnya adalah adanya akuntabilitas,
akuntabilitas itu artinya adanya pelaporan keuangan yang disertai dengan bukti
fisik. Basnaz menyiapkan itu semua, jadi baik audit eksternal maupun pihak yang
64
ingin memeriksa Baznas misalnya Laporannya, dan mana bukti fisiknya ini, ini bisa
dia temukan semuanya. Bahkan ada yang mengejarnya kelapangan langsung, seperti
orang yang menerima zakat, nanti ditanya benar bapak/ibu menerima bantuan
Baznas , dan segini jumlahnya. Jadi insya Allah itu akan ketemu semuanya, jadi betul
– betul kita sudah menerapkan akuntabilitas yang bisa diuji “.
“ ini sudah ada, nanti bisa didapatkan menurut tupoksi mulai dari ketua, para
wakil ketua, kepala pelaksana, sekretaris, kepala bidang, bahkan sampai ke security.
Didalam tupoksi ada dijelaskan secara detail terkait tugas dan tanggung jawab
karyawan “.
Semua karyawan telah mempunyai kemampuan sesuai tugas, tanggung jawab dan
perannya dalam pelaksanaan tata kelola amil Baznas. Sebagaimana telah
diungkapkan oleh kepala bidang SDM berikut :
“ secara umum tidak ada kendala di kita, semua sesuai arahan pimpinan, dan
kita memang menempatkan karyawan sesuai dengan kemampuannya. Yang misalnya
65
standarnya saja kalu dia tamat SMP/SMA itu dia bawa mobil. Setidaknya setelah
direkrut oleh Baznas, bidang SDM menyesuaikan penempatannya sesuai dengan
kemampuannya “.
karyawan dalam melaksanakan tugas dan wewenang setiap divisi dan semua
karyawan harus berpegang pada kode etik dan perilaku yang telah diatur oleh Baznas.
Sebgaimana telah diungkapkan oleh kepala bidang SDM berikut :
“ Jadi tupoksi tadi kan di sk kan oleh pimpinan, kemudian tupoksi masing –
masing divisi itu diuraikan dan disosialisasikan. Kemudian baru mereka mempelajari
sembari diarahkan oleh pimpinan, baik pimpinan secara struktural atau tertinggi
ataupun atasan langsungnya. Misalnya kepala bidang berkewajiban mengarahkan
tupoksi ke bawahannya, dan untuk di SDM sendiri bawahan kita itu seperti bagian
pelayanan, security, dan juga petugas kebersihan “.
Para pegawai harus mematuhi segala aturan yang ada dalam setiap divisi, jika ada
yang melanggar dari ketentuan maka BAZNAS Kota Padang akan memberikan
sanksi kepada pegawai yang melanggar dari sistem dan ketentuan yang telah ada.
Sebagaimana diungkapkan oleh kepala bidang SDM berikut:
“ Jadi kita ada regulasinya, pertama jika ada pegawai yang menyalahi
aturan kita beri teguran terlebih dahulu. Teguran ini ada dalam 2 bentuk, ada secara
lisan dan ada dalam bentuk tertulis. Setelah kita berikan teguran, jika masih
bermasalah lagi baru kita berikan surat peringatan, baik itu peringatan 1, 2, dan 3.
Biasanya untuk surat peringatan 3 itu sudah dilakukan pemutusan hubungan kerja
(PHK). Kemudian biasanya kita secara komprehensif melakukan langkah – langkah
dalam hal teguran, biasanya pegawai tersebut kita panggil terlebih dahulu dan kita
lakukan monitoring “.
Baznas Kota Padang selalu memonitoring dan mengevaluasi program kerja kegiatan
yang telah dilaksanakan oleh setiap bidang atau devisi. Sebagaimana diungkapkan
oleh kepala bidang SDM berikut :
66
“ Kita di Baznas ada dua bentuk dalam hal monitoring dan evaluasi kerja,
pertama ada monitoring langsung dan yang kedua monitoring tidak langsung. Kalau
monitoring langsung, itu kan memang nampak, kita langsung melihat bagaimana dia
kerja. Kemudian memberikan arahan langsung terkait kerja yang akan dilakukan.
Kalau monitoring tidak langsung, secara berkala kita akan melihat pola kerjanya,
kemudian kita juga meminta pendapat dari bidang lain “.
Baznas Kota Padang juga memberikan evaluasi kepada karyawan jika target kerja
tidak sesuai dengan yang diharapakan. Sebgaimana diungkapkan oleh wakil ketua
Baznas Kota Padang berikut :
“ iya, jadi kita kan juga punya sistem, naah diantaranya pertam dengan
absensi, itu kan untuk mengontrol kehadiran pegawai, masuk dan pulangnya jam
berapa. Nanti mengenai kinerjanya, kita minta laporan dari atasan langsungnya,
seperti apa kinerja pegawainya. Kemudian kita adakan evaluasi berkala secara
triwulan, sekali enam bulan dan sekali setahun. Naah bagi pegawai yang bernilai
sangat baik kita kasih reward, bahkan setiap tahun kita ada pemilihan pegawai
teladan. Kemudian juga kalau ada pegawai itu memang dia tidak mencapai standar
minimal yang kita tetapkan, kita kasih surat peringatan, jika sekiranya surat
peringatannya sudah 2, maka kita sudah tidak bisa lagi melanjutkan kerja dengan
pegawai tersebut “.
Dari penjelasan beberapa kutipan di atas, BAZNAS Kota Padang telah melakukan
akuntabilitas yang sangat baik, dalam hal ini Baznas telah memiliki ukuran kinerja
yang jelas untuk semua jajaran, yang konsisten dengan sasaran program Baznas
sendiri, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi dalam hal pencapaian kinerja.
Baznas Kota Padang juga telah memberikan pedoman yang jelas terkait tugas dan
tanggung jawab setiap organ Baznas, dan semua karyawan harus berpegang pada
etika dan pedoman perilaku yang telah di atur oleh Baznas.
67
4.5.3 Responsibilitas (Tanggung jawab)
Prinsip dasar responsibilitas adalah perusahaan atau organisasi harus
mematuhi peraturan perundang – undangan serta melaksanakan tanggunng jawab
terhadap masyarakat dan lingkungan, sehingga dapat terpelihara kesinambunngan
program dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan dan kepercayaan dari
pemangku kepentingan masyarakat.
68
“ Kalau kewajiban Corporate Sosial Responsibility (CSR) Baznas tidak ada,
karna Baznas itu bukan lembaga profit, tetapi menyalurkan CSR dari lembaga iya.
Jadi salah satu fungsi Baznas, secara umum Baznas itu kan fungsinya ada dua.
Pertama mengumpulkan dana zakat, infak dan sedekah, yang kedua menyalurkan
dana yang terkumpul. Kalu CSR itu kan kewajiban perusahaan terhadap
lingkungannya, biasanya itu diwajibkan kepada perusahaan yang profit oriented.
Kalau kita kan memang sudah kerja kita itu, menghimpun dana yang terkumpul, lalu
menyalurkannya sesuai dengan porsi dan ketentuannya”.
Baznas Kota Padang tidak ada didalam pembuatan penyusunan Anggaran Dasar dan
legalitas Baznas sendiri diatur oleh undang – undang yang berlaku. Seperti yang
diungkapkan oleh kepala bagian SDM sebagai berikut :
“Jadi Baznas itu tidak berdasarkan Anggaran Dasar Rumah Tangga (ADRT),
karna Baznas bukan ormas. Tetapi Baznas itu merupakan lembaga pemerintah yang
non struktural. Jadi hadirnya Baznas itu berdasarkan Undang – Undang no 23 tahun
2011 jadi itu payung hukumnya. Kemudian legalitas Baznas itu diterbitkan oleh
Dirjen Bimas Islam kementerian Agama No DJ.11/37 th 2015 tentang perubahan
atas keputusan Dirjen Bimas Islam Kementrian Agama No 468 th 2014 tentang
pembentukan badan amil zakat nasional kabupaten kota se Indonesia “.
Baznas kota Padang melakukan kemitraan dengan masyarakat, dalam hal ini Baznas
kota padang bermitra terkait pengumpulan zakat, pembuatan peralatan
donasi,kesehatan dan dalam hal pengumpulan sedekah di outlet swalayan yang ada di
kota padang. Seperti yang diungkapkan oleh kepala bagian SDM sebagai berikut :
69
merekalah yang melakukan khitanan tersebut. Jadi sesuai dengan keahlian mereka.
Termasuk juga penghimpunan dana kemitraan, yang paling bagus sekarang itu
Baznas kota Padang bermitra dengan swalayan budiman. Yang mana untuk setiap
sisa belanja konsumen, bisanya ditawarkan oleh kasir apakah mau di infak kan. Itu
masuknya ke Baznas. Jadi setiap satu bulan mereka rekap diseluruh outlet swalayan
di kota padang dan diberikan ke Baznas. Lalu Baznas menyalurkan kembali kepada
masyarakat sesuai dengan aturan yang berlaku. Setelah itu Baznas melaporkan
kembali kepada masyarakat terkait dana yang telah di infak kan tersebut, biasanya
kita membuat sebuah banner yang nantinya di letakkan di depan pintu masuk
swalayan tersebut “.
Baznas Kota Padang selalu mengedepankan etika, dan moral yang baik, baik didalam
tata kelola zakat. Seperti yang diungkapkan oleh kepala bagian SDM sebagai berikut :
“ Di Baznas kita secra umum, karna kita lembaga sosial tentu kita
menyesuaikan dengan etika sosial. Sebenarnya Baznas itu lebih ketat lagi, kenapa..?
Baznas itu lebih banyak melayani orang yang dalam kemampuan pendidikannya
menengah kebawah terutama terkait ekonomi. Dalam hal ini tentu kita harus
menyesuaikan dengan standar dan etika yang berlaku. Baznas juga merupakan
lembaga keagamaan, tentu standar akhlaknya juga harus diterapkan. Bahkan secara
personal di Baznas itu tidak boleh merokok. Kemudian ada standar ibadahnya, setiap
waktu shalat masuk, semua pegawai diwajibkan untuk shalat berjamaah “.
Dari penjelasan beberapa kutipan di atas, BAZNAS Kota Padang telah melakukan
responsibilitas yang baik terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar, baik dalam
kegiatan dan program kerja yang telah di wujudkan dalam bentuk penyaluran bantuan
bencana, sosial, ekonomi dan kesehatan. Walaupun Baznas Kota Padang tidak ada
kewajiban mengeluarkan CSR, namun lembaga tersebut memang sudah mempunyai
tanggung jawab terkait dengan kepedulian sosial. Karna fungsi utama Baznas sendiri
menghimpun dana, baik yang berasal dari zakat, infak/sedekah, CSR, ataupun dana
sosial lainnya.
70
4.5.4 Independent ( Kemandirian )
Prinsip dasar independent adalah untuk melancarkan pelaksanaan prinsip –
prinsip Good Amil Governance, perusahaan atau organisasi harus dikelola secara
independen sehingga masing – masing organ perusahaan atau organisasi tidak saling
mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
“ Jadi Baznas itu lembaga pemerintah yang bersifat non struktural, yang mau
tidak mau memang harus dibawah pemerintah. Karna sk pimpinan yang
mengeluarkan pemerintah. Biasanya untuk menghindari benturan kepentingan dalam
71
pengambilan keputusan dan termasuk juga program yang akan kita jalankan, kita
selalu berkonsultasi dengan pemerintah dalam hal mengkombinasikan program “.
Baznas kota padang saling menghormati hak dan kewajiban masing – masing divisi
atau bidang lain, dan juga divisi lain boleh membantu dalam haal urgent. Seperti yang
diungkapkan kepala bidang SDM sebagai berikut :
“ yaa., kita arahkan setiap ada kesempatan, kita setiap minggu ada kegiatan
briefing ataupun wirid untuk mengupgrade kembali semangat dan motivasi pegawai,
sekaligus menanamkan spirit mereka dalam bekerja. Dan terkait divisi atau bidang
lain boleh membantu dalam hal urgent ya boleh – boleh saja, asalkan tidak
mengganggu aktivitas utamanya. Apalagi dalam event – event besar, itu semuanya
bersinergi dan membaur. Bahkan kita sendiri di bidang SDM dalam kepanitiaan jika
kita ditempatkan pada kegiatan penyaluran bisa bisa saja. Karna biasanya setiap
event tertentu Baznas membentuk kepanitiaan dan dikeluarkan sk nya oleh pimpinan,
dan itu tidak memandang divisinya lagi “.
Baznas kota padang memiliki pedoman yang jelas terkait eksistensi setiap bidang atau
divisi didalam melakukan kegiatan kerja. Seperti yang diungkapkan kepala bidang
SDM sebagaai berikut :
“ Jadi biasanya kita setiap tahun Baznas menerbitkan buku panduan kerja,
ini berkaitan dengan tupoksi, tugas – tugas dan target Baznas ada didalam buku
tersebut. Disitulah nanti pedoman kerjanya “
Baznas Kota Padang belum memiliki komite audit sendiri, tetapi biasanya di Baznas
itu memiliki satuan audit internal (SAI) tetapi belum ada. Baznas hanya melakukan
penilaian laporan keuangan dengan pihak Kantor Akuntan Publik atau pihak
eksternal. Seperti yang diungkapkan kepala bidang SDM sebagai berikut :
“ Sampai tahun 2021 ini Baznas belum memiliki komite audit sendiri,
biasanya di Baznas itu kita ada Satuan Audit Internal, didalam aturannya
sebenarnya sudah harus ada, tetapi sampai sekarang belum ada. tetapi sejak tahun
2016 sampai 2020 laporan keuangan Baznas telah diaudit oleh Kantor Akuntan
72
Publik dengan hasil wajar tanpa pengecualian. Kemudian kita juga di audit oleh
audit syariah dari Dirjen Kemenag baru selesai beberapa bulan yang lalu dan masih
menunggu hasil “.
Baznas kota Padang merupakan lembaga pemerintah yang bersifat non struktural.
Dalam hal ini pihak – pihak yang terlibat didalam pengelolaan Baznas sendiri
terutama adalah pemerintah daerah yaitunya walikota padang, Baznas Provinsi
Sumbar dan Baznas Pusat. Seperti yang diungkapkan kepala bidang SDM sebagai
berikut :
“ memang ada, karna kita lembaga pemerintah yang bersifat non struktural.
Setidaknya pihak – pihak yang terlibat didalam Baznas ada walikota padang,
kemudian kemenag tingkat daerah. Karna fungsi kemenag adalah mengawasi
lembaga zakat. Kemudian Baznas Provinsi Sumbar dalam hal ini terkait regulasi,
jika ada pelanggaran maka kita akan melaporkan ke Baznas Provinsi dan merekalah
yang berkewajiban menegur kita. Terakhir itu Baznas pusat “.
Dari penjelasan beberapa kutipan diatas, Baznas kota padang telah menjalankan
prinsip independensi yang sangat baik. Walaupun ada pihak – pihak lain yang terlibat
didalam Baznas, namun itu semua tidak terlepas dari status Baznas sendiri yaitunya
Lembaga Pemerintah yang bersifat non struktural, dan dalam hal ini pihak – pihak
lain tersebut juga tidak bisa sewenang – wenang dalam hal pengambilan keputusan
ataupun mengintervensi terlalu dalam, karna harus sesuai dengan aturan syar’i dan
regulasi yang berlaku. Baznas kota padang juga telah mengeluarkan buku pedoman
kerja setiap tahunnya untuk dipelajari oleh seuruh pegawai, agar tidak ada dominasi
yang berlebih di setiap bidang atau divisi.
73
harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk memberikan
masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentigan perusahaan atau organisasi.
“ Alhamdulillah untuk Baznas sendiri sudah ada rambu – rambu terkait hal
tersebut. Bahkan mulai dari, seperti honor atau gaji pimpinan, pedomannya di sk
Ketua Baznas no 24 tahun 2018 sudah jelas diuraikan semuanya. Untuk gaji
pimpinan Baznas sendiri kita diberikan tawaran gaji 3 sampai 5 kali upah minimum
provinsi (UMP), tetapi ketua Baznas hanya mengambil 3,5 kali UMP. Sedangkan
untuk wakil ketua sendiri itu ditawarkan 2,5 sampai 4 kali UMP dan kita mengambil
3 kali UMP. Untuk pegawai sendiri kita ada 3 kategori, yang pertama itu pegawai
tetap, yang gajinya ditetapkan seperti gaji pegawai negeri sipil. Selanjutnya kita ada
pegawai honor, dalam hal ini mereka kita berikan honor sesuai dengan Upah
Minimum Provinsi ( UMP ). Sedangkan yang terakhir itu adalah relawan, biasanya
kita memberikan honor tergantung berapa pendapatan dana zakat, infak dan sedekah
yang dapat mereka kumpulkan. Biasanya kita mempersentasekan 10 % dikalikan
dengan pendapatan dana yang terkumpul oleh mereka. Sebanyak itulah honor yang
mereka dapatkan “.
74
“ Untuk pembayaran zakat kita sudah bisa lewat payroll dan langsung
dipotong gaji pegawai yang memang tergolong muzakki. Terus kita juga berikan
kemudahan melalui transfer dan kita juga melakukan jemput zakat jika ada muzakki
yang tidak bisa langsung datang ke Baznas. Kita juga membentuk unit pengumpul
zakat (UPZ) agar lebih memudahkan muzakki sehingga tidak perlu datang ke Baznas
“.
Dalam hal pembayaran zakat muzakki bisa membayar zakat nya sendiri sesuai
dengan mekanisme penghitungannya atau dihitung langsung oleh pihak baznas
berdasarkan nilai bruto dari penghasilannya atau hartanya. Seperti yang diungkapkan
oleh kepala bidang pengumpulan zakat sebagai berikut :
“ Yaa.., kita menetapkan zakat ini secara bruto, tapi tidak menutup
kemungkinan kita menerima dana zakat yang sudah dihitung sendiri oleh muzakki.
Tetapi ada juga muzakki yang yang minta dibantu untuk menghitung zakatnya, dan
dalam penghitungan inilah kita mengenakan dasar nilai bruto pada pendapatan
ataupun harta dari muzakki. Pada prinsipnya harus ada aturan yang jelas yang
harus diketahui oleh muzakki seperti haul zakat, nisab zakat dan sumber perolehan
dana zakat “.
Baznas Kota Padang melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat yang
masih belum paham dengan mekanisme pembayaran zakat dan penghitungannya.
Daalam hal ini Baznas melakukan berbagai cara seperti dengan membuat surat
undangan untuk instansi dan perusahaan, ataupun melalui selebaran brosur yang
disebar ke masyarakat agar masyarakat lebih paham akan pembayaran zakat. Seperti
yang diungkapkan oleh kepala bidang pengumpulan zakat sebagai berikut :
75
Baznas Kota padang sangat terbuka didalam pemberian masukan dan saran agar
Baznas lebih baik kedepan, baik dalam hal pelayanan maupun untuk instansi Baznas
sendiri. Seperti yang diungkapkan kepala bidang SDM sebagai berikut :
“ Kita Baznas tidak bersifat aktif, tapi Baznas itu posisinya pasiv, tapi jika
ada kritik dan saran ya kita terima dan kita jawab sesuai dengan regulasi yang ada.
misalkan kalau kritikan dan masukannya berupa tertulis maka kita jawab secara
tertulis. Siapapun yang datang ke Baznas dan bertanya terkait hal – hal yang ingin di
ketahui kita beritahu, tidak ada yang kita tutup – tutupi. Jadi kritikan dan saran kita
terima sesuai dengan porsinya “.
Pembayaran zakat pada Baznas Kota Padang bisa dilakukan melalui payroll, transfer,
mobile banking dan melalui web. Seperti yang diungkapkan kepala bidang
pengumpulan sebagai berikut :
Baznas Kota Padang telah memiliki kondisi lingkungan dan pemakaian peralatan
kerja yang sudah sesuai dengan standar opersional perusahaan (SOP)atau lembaga.
Seperti yang diungkapkan kepala bidang SDM sebagai berikut :
Untuk kondisi lingkungan dan peralatan kerja, rasanya sudah sesuai dengan
standar operasional perusahaan atau lembaga yang berlaku. Seperti yang sudah
diterapkan oleh Baznas, karna didalam perbaznas no 24 tahun 2018 setidaknya
secara struktural kita telah menyesuaikan. Seperti di Baznas kabupaten kota lain
belum ada istilah ketua dan sekretaris namun Baznas kota padang sudah ada,
dilengkapi dengan kepala bidang dibawahnya “.
76
Dari penjelasan beberapa kutipan diatas, Baznas kota padang telah
menjalankan prinsip fairness yang sangat baik. Baik itu terkait standar gaji yang
ditetapkan sampai dengan pembagiannya sesuai dengan status pegawai tersebut.
Baznas Kota Padang juga telah memberikan berbagai kemudahan untuk muzakki
terkait pembayaran zakat, dan Baznas turut aktif dalam memberikan edukasi dan
sosialisasi baik kepada instansi, perusahaan dan ke masyarakat. Hal ini bertujuan agar
publik atau masyarakat akan jauh lebih sadar untuk membayar zakat. Baznas kota
padang telah memberikan akses layanan pembayaran zakat melalui media online,
seperti pembayaran melalui website, payroll,transfer tunai, mobile banking, dan
bermitra dengan salah satu applikasi kita bisa.com “.
“ Ya.., pada prinsipnya kita sudah mengetahui, tapi untuk lebih detailnya
mungkin lebih pas dijawab oleh bidang keuangan “.
77
“ Ooh iya.., Penerimaan zakat kita akui saat kas atau aset non kas tersebut
diterima, dan itu kita akui sebagai pemasukan penerimaan dana zakat “.
Baznas kota padang mengakui penerimaan dana zakat dari muzakki sebagai
penambah dana zakat sebesar jumlah yang diterima jika dalam bentuk kas, dan nilai
wajar jika dalam bentuk aset non kas. Seperti yang diungkapkan kepala bidang
pengumpulan zakat sebagai berikut :
“ Terkait dengan penerimaan aset non kas, ,misalnya kita menerima berupa
barang itu kita nilai terlebih dahulu atau kita taksir sesuai dengan nilai wajar pada
saat itu “.
“ Terkait dana zakat ssebenarnya ada hak amil disana, kaarna ini sesuai
dengan aturan Al-Quran sendiri. Bahwa didalam hasnaf yang delapan atau orang
yang berhak menerima zakat, itu salah satunya adalah amil. Berhubung sudah ada
aturannya didalam syariat islam, maka kita gunakan untuk operasional amil, yang
diambil dari dana zakat. Terkait aturan PSAK sendiri bisa saja amil tidak
mendapatkan bagian, apabila muzakki menentukan mustahik yang menerimanya.
Tapi untuk hal itu nanti beralih ke ujrah lagi, yang biayanya dikeluarkan oleh
muzakki sendiri “.
Jika terjadi penurunan nilai aset zakat maka diakui sebagai pengurang dana zakat jika
tidak disebabkan oleh kelalaian amil. Diakui sebagai kerugian dan pengurang dana
amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil. Terkait hal ini, Baznas sendiri mempunyai
perhitungan sendiri terkait dengan penurunan nilai aset zakat. Seperti yang
diungkapkan oleh kepala bagian pengumpulan sebagai berikut :
“ Untuk aset tetap sendiri itu tidak kita ambil dari zakat, aset Baznas berupa
barang ini tidak diambil dari dana zakat, tetapi memang dari hak amil itu sendiri.
78
Jadi kalau dana zakat itukan sudah jelas penerimanya, dan itu kita salurkan ke
orangnya langsung, bukan berupa barang. Walaupun sebagian memperbolehkan
dana zakat untuk penggunaan pembangunan masjid, tetapi yang dikita langsung kita
berikan ke orangnya langsung. Misalnya ada orang yang sakit, ya kita berikan ke
orangnya langsung, bukan kedalam bentuk aset tetap. Adapun untuk aset tetap itu
kita peroleh dengan cara mencari sumber dana lain. Misalnya dari dana hibah, CSR
untuk membeli aset tersebut “.
Baznas kota padang memiliki beberapa strategi didalam prosedur pengumpulan zakat.
Seperti dengan cara digital dan melalui sosialisasi atau ajakan kepada masyarakat.
Bahkan Baznas sendiri juga membentuk unit pengumpul zakat di setiap wilayah.
Seperti yang diungkapkan oleh kepala bidang pengumpulan zakat sebagai berikut :
“ Jadi pertama kita ada beberapa strategi didalam pengumpulan zakat, ada
strategi berupa digital, sosialisasi bahkan dalam bentuk himbauan atau ajakan.
Terkait sosialisasi kita langsung datang ke instansi – instansi atau perusahaaan
untuk melaksanakan sosialisasi tersebut. Baznas kota Padang juga membentuk unit
pengumpul zakat, baik di perusahaan ataupun lembaga vertikal. Setelah itu dana
zakat yang disetorkan muzakki kita catat, kita berikan bukti penerimannya da
sekaligus juga karna ini tuntunan Al Quran kita doakan muzakki tersebut “.
79
4.6.2.1 Pemahaman amil terhadap penyajian dan pengungkapan zakat
Baznas kota padang telah memahami terkait pedoman yang telah dikeluarkan
oleh ikatan akuntan indonesia (IAI) terkait akuntansi zakat. Seperti yang diungkapkan
oleh kepala bagian keuangan sebagai berikut :
“ PSAK 109 ini bukan hanya terkait akuntansi zakat saja, tetapi juga infak
dan sedekah.disini menjelaskan bagaimana pelaporan Zakat infak dan sedekah itu
apakah sudah sesuai dengan standar yang dibuat oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
Didalamnya ada terkait pernyataan, pengukuran dan pelaporan “.
“ untuk laporan kita ada terkait laporan perubahan dana untuk dana zakat
nya saja. Kalau diluar laporan perubahan dana itu kita ada realisasi dari rencana
strategi atau renstra, renstra ini rencana kerja Baznas diawal tahun, nanti setiap
bulannya ada realisasi dan kita bandingkan realisasi dengan rencana yang telah
dijalankan. Apakah sudah berjalan program Baznas ditahun berjalan. Lebih tepatnya
kita juga memiliki laporann realisasi anggaran “.
Laporan posisi keuangan yang disajikan oleh Baznas kota Padang telah sesuai dengan
aturan psak 109 baik terkait pos – pos akun yang disajikan secara terpisah dan unsur –
unsur yang terkait didalamnya :
“ Untuk laporan posisi keuangan kita ada pos – pos akun baik kas atau
setara kas, piutang, uang muka dibayar dimuka, dan diposisi liabilitas kita juga ada
hutang, serta di bagian ekuitas kita ada akun saldo awal zakat dan saldo awal amil
“.
Untuk laporan perubahan dana Baznas kota Padang menyediakan informasi terkait
saldo awal zakat infak dan sedekah dan penerimaan tahun berjalan. Seperti yang
diungkapkan kepala bagian keuangan sebagai berikut :
80
“ Untuk laporan perubahan dana kita menyajikan akun –akun seperti saldo
awal zakat infak dan sedekah, penerimaan tahun berjalan. Setelah itu dikurangi
dengan akun penyaluran zakat infak dan sedekah, lalu didapatkan hasil apakah
surplus atau defisit, terakhir saldo akhir “.
Baznas kota padang juga memiliki laporan perubahan aset kelolaan, terkait dengan
penyampaian informasi aset kelolaan yang Baznas miliki serta aset peruntukkan aset
kelolaan tersebut. Seperti yang diungkapkan kepala bagian keuangan sebagai berikut :
“ Baznas juga memiliki laporan aset kelolaan, dalam hal ini terkait aset tidak
lancar atau aset tetap, yang terdiri dari, misalnya kita beli gedung atau aset
mustahik untuk pengkaderan imam, dananya itu kita ambil dari dana zakat. Contoh
lain seperti kita ada pembangunan pusat studi Quran yang kita peruntukkan untuk
hafiz 30 juz, dan kita bekerjasama dengan yayasan turki sulaimani. Seperti itu aset
kelolaan yang kita miliki “.
Baznas kota padang menyampaikan lebih rinci terkait dengan laporan keuangannya
didalam catatan atas laporan keuangan. Disana pemakai laporan keuangan bisa
melihat informasi tambahan yang tidak disampaikan pada laporan keuangan. Seperti
yang diungkapkan oleh kepala bagian keuangan sebagai berikut :
Untuk penyajian laporan dana zakat dan dana amil, Baznas kota Padang menyajikan
dana tersebut secara terpisah didalam laporan keuangan. Seperti yang diungkapkan
kepala bagian keuangan sebagai berikut :
“ Kalau untuk dana zakat dan dana amil kita menyajikannya secara terpisah,
kalau dana zakat itu kita potong 12,5 persen untuk dana amil. Dan untuk laporannya
kita sajikan secara terpisah “.
81
Untuk pengungkapan laporan keuangan, Baznas menyampaikan menurut dengan
klasifikasi yang sesuai dengan SOP yang berlaku di Baznas. Seperti yang
diungkapkan kepala bagian keuangan sebagai berikut :
Bagian ini akan menjabarkan mengenai implementasi good amil governance yang
diperoleh di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Padang. Implementasi
good amil governance dilihat dari lima unsur diantaranya transparansi, akuntabilitas,
keadilan, kepatuhan, dan hukum syariah. Berikut ini adalah analisis pembahasan yang
didapatkan penulis mengenai implementasi good amil governance di Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Padang.
82
4.7.1 Transparansi
Untuk melihat transparansi menurut pemahaman amil, penulis telah melakukan
wawancara dengan Wakil Ketua Baznas, Kepala Bidang Pengumpulan, Bidang
Sumber Daya Manusia (SDM) dan Bidang Keuangan, dan penulis juga melakukan
wawancara terkait dengan transparansi. BAZNAS Kota Padang sebagaimana telah
dipaparkan oleh penulis dari hasil penelitian di atas, pada dasarnya setiap divisi telah
menjalankan transparansi dalam praktinya. Terbukti ketika penulis menanyakan
tentang transparansi. Pada umumya mengetahui prinsip transparansi merupakan suatu
prosedur didalam hal penyampaian informasi secara terbuka kepada publik atau pihak
yang berkepentingan.
Oleh karena itu, agar lembaga pengelola zakat dinilai transparan maka perlu
menerapkan indikator – indikator transparansi tersebut, karena tata kelola lembaga
83
pengelola zakat yang transparan bukan hanya kepentingan pengurus, tetapi sangat
terkait dengan kepentingan pemangku yang lain, yaitu muzakki.
Dari analisis wawancara yang penulis lakukan dengan wakil ketua dan beberapa
kepala bidang Baznas kota padang, dapat ditemukan bahwasanya Baznas kota padang
telah menjalankan prinsip transparansi yang sangat baik. Hal ini menjawab seluruh
indikator yang penulis tetapkan untuk unsur transparansi, baik berupa penyampaian
informasi yang bersifat operasional kegiatan, ataupun informasi keuangan yang
dibutuhkan oleh pemangku kepentingan atau publik.
4.7.2 Akuntabilitas
Untuk melihat akuntabilitas menurut pemahaman amil, penulis telah melakukan
wawancara dengan Wakil Ketua Baznas, Kepala Bidang SDM, Bidang Pengumpulan,
dan Bidang Keuangan, dan penulis juga melakukan wawancara terkait dengan
akuntabilitas. BAZNAS Kota Padang sebagaimana telah dipaparkan oleh penulis dari
hasil penelitian di atas, pada dasarnya setiap divisi telah menjalankan akuntabilitas
84
dalam praktinya. Terbukti ketika penulis menanyakan tentang akuntabilitas. Pada
umumya mengetahui prinsip akuntabilitas merupakan suatu prosedur didalam hal
bentuk pertanggung jawaban pekerjaan disetiap bidang atau divisi dan tugas serta
tanggung jawab setiap divisi.
Oleh karena itu, lembaga pengelola zakat dapat dinilai akuntabel jika ada kejelasan
fungsi dan struktur organisasi yang jelas dan memiliki rincian tugas, tanggungjawab
didalam melaksanakan kordinasi program kerja, monitoring program kerja, dan
evaluasi program kerja. Melalui penerapan kegiatan – kegiatan tersebut, merupakan
sarana yang cukup memadai untuk menerapkan prinsip akuntabel didalam
pengelolaan zakat.
Berdasarkan wawancara penulis dengan wakil ketua Baznas dan beberapa kepala
bidang ditemukan pemahaman mengenai akuntabilitas, dimana amil memahami
bahwasanya akuntabilitas adalah kejelasan akan fungsi dan tanggung jawab amil
85
terhadap pelaksanaan organisasi, yang telah sesuai dengan standar dan ketentuan
yang berlaku. Akuntabilitas pada BAZNAS Kota Padang sebagaimana yang telah
dipaparkan oleh penulis di atas, akuntabilitas dilakukan dengan dengan cara
diantaranya kejelasan dalam pelaksanaan organisasi berupa kejelasan akan ketentuan
dalam bekerja sebagai seorang amil. Sebelum menjadi pegawai (amil) di BAZNAS
Kota Padang pada saat requitment dibekali dengan adanya modul. Modul tersebut
berisi kinerja, mekanisme kerja, dan tanggung jawab masing- masing divisi dalam
BAZNAS Kota Padang dalam mengelolaa zakat.
Tugas dan fungsi dalam pelaksanaan organisasi di BAZNAS Kota Padang sebagai
pengelola dan pendistribusian zakat telah terlihat jelas dalam susunan dan struktur
organisasinya. Tanggung jawab dan wewenang dalam pelaksanaan dalam BAZNAS
Kota Padang juga sudah tergambar jelas pada setiap tugas dan fungsi dari masing-
masing divisi. Setiap divisi memiliki kepala bagian dan anggotanya yang saling
bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan dan program kerja yang telah diadakan
oleh BAZNAS Kota Padang.
Untuk monitoring dan evaluasi program kerja, Baznas melakukan dengan cara
monitoring secara langsung dan monitoring tidak langsung. Dalam hal ini Baznas
melihat bagaimana kerja amil secara langsung, jika terdapat ketidaktauan amil
didalam prosedur kerja maka langsung diberikan arahan sesuai dengan pedoman kerja
86
di bidang tersebut. Terkait dengan monitoring tidak langsung, biasanya amil
melakukan meminta pendapat dengan bidang lain dalam hal masukan, saran dan
evaluasi untuk kemajuan setiap divisi. Baznas memiliki regulasi yang ketat jika ada
amil yang melanggar ketentuan kerja dan tidak sesuai dengan standar operasional
kerja (SOP). Biasanya Baznas memberikan berupa teguran baik secara lisan maupun
tulisan, jika sudah sampai pada surat peringatan 3 biasanya amil sudah tidak bisa
melanjutkan pekerjaan pada lembaga zakat tersebut.
Dari analisis wawancara yang penulis lakukan dengan wakil ketua dan beberapa
kepala bidang Baznas kota padang, dapat ditemukan bahwasanya Baznas kota padang
telah menjalankan prinsip akuntabilitas yang sangat baik. Hal ini menjawab seluruh
indikator yang penulis tetapkan untuk unsur akuntabilitas, baik berupa kejelasan
fungsi dan struktur organisasi, rincian tugas dan tanggung jawab divisi, dan
monitoring, evaluasi program kerja yang dijalankan.
Oleh karena itu, menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) 2006,
penerapan prinsip responsibilitas perlu perencanan dan pelaksanaan yang memadai
dengan dukungan SDM yang handal. Dengan demikian, pengakuan masyarakat
terhadap LPZ semakin meningkat. Untuk itu LPZ perlu memberikan informasi secara
menyeluruh kepada para pengurus dan mengoptimalkan penerapan prinsip
responsibilitas aagar pengetahuan pengurus semakin baik.
Berdasarkan wawancara penulis dengan wakil ketua Baznas dan kepala bidang SDM
ditemukan pemahaman mengenai responsibilitas, dimana amil memahami
bahwasanya responsibilitas adalah bentuk tanggung jawab dan kepedulian Baznas
terhadap lingkungan dan masyarakat. Seperti yang disampaikan oleh wakil ketua
Baznas bahwa Baznas kota Padang sendiri memiliki program yang bernama Padang
Peduli. Peduli artinya bagaimana Baznas memberikan perhatian dan bantuan kepada
masyarakat yang membutuhkan dengan ketentuan syar’i dan regulasi yang berlaku,
seperti contoh apabila terjadi suatu musibah seperti banjir, maka Baznas memberikan
bentuk kepeduliannya dalam memberikan bantuan, baik berupa materil maupun non
materil. Sehingga masyarakat langsung mendapatkan atau merasakan manfaat yang
diberikan oleh Baznas apabila terjadi suatu bencana didaerah.
Baznas dalam hal ini tidak membuat anggaran dasar seperti organisasi lain, karna
Baznas bukan ormas atau perusahaan yang bersifat profit oriented, melainkan
lembaga pemerintah non struktural. Hadirnya Baznas berdasarkan Undang – Undang
Nomor 23 tahun 2011, payung hukum tersebut memuat terkait tata kelola, fungsi, dan
struktur organisasi lembaga pengelola zakat. Untuk pemberian CSR sendiri
88
sebenarnya Baznas tidak ada mengeluarkan bantuan tersebut, karna Baznas memang
merupakan lembaga yang bertugas untuk menghimpun dan menyalurkan dana sosial,
baik itu CSR, Hibah, ataupun dana sosial lainnya. Tetapi Baznas sangat aktif dalam
hal bermitra dengan masyarakat, seperti kerjasama pembuatan gerobak dengan CV
Ventura untuk bantuan bagi masyarakat yang mempunyai usaha sektor produktif
seperti UMKM. Baznas juga bekerjasama dengan swalayan Budiman dalam hal
pengumpulan sisa belanja konsumen dalam bentuk infak atau sedekah, sehingga
apabila sudah terkumpul dalam satu bulan, maka akan direkap oleh pihak swalayan
dan diberikan ke Baznas, kemudian Baznas menyalurkan kembali kepada masyarakat
sesuai dengan ketentuan syar’i dan regulasi yang berlaku. Untuk kegiatan atau
program kesehatan, Baznas juga bekerjasama dengan Rumah Sakit Ibnu Sina Padang
dalam hal khitanan massal. Jadi apabila ada masyarakat yang tidak mempunyai biaya
untuk khitanan anaknya, maka Baznas telah menyediakan program tersebut secara
gratis disetiap akhir libur semester sekolah.
Dari analisis wawancara yang penulis lakukan dengan wakil ketua dan kepala bidang
SDM Baznas kota padang, dapat ditemukan bahwasanya Baznas kota padang telah
menjalankan prinsip responsibilitas yang sangat baik. Hal ini menjawab seluruh
indikator yang penulis tetapkan untuk unsur responsibilitas, baik berupa anggaran
dasar dan peraturan perundang – undangan, pemberian CSR, serta kemitraan yang
dilakukan dengan berbagai pihak sehingga membuat masyarakat merasakan
kehadiran Baznas secara nyata dan langsung terhadap lingkungan dan sosial.
89
4.7.4 Independent (Kemandirian)
Untuk melihat Independensi menurut pemahaman amil, penulis telah melakukan
wawancara dengan Wakil Ketua Baznas dan Kepala Bidang SDM, penulis juga
melakukan wawancara terkait dengan independensi. BAZNAS Kota Padang
sebagaimana telah dipaparkan oleh penulis dari hasil penelitian di atas, pada dasarnya
telah menjalankan independensi dalam praktinya. Terbukti ketika penulis
menanyakan tentang independensi. Pada umumya mengetahui prinsip independensi
merupakan suatu prosedur dalam hal intervensi atau tekanan dari pihak luar atas
kegiatan operasional yang dilakukan oleh Baznas.
Kemandirian adalah kata kunci dari prinsip independensi, lembaga pengelola zakat
harus dikelola secara independen sehingga masing – masing unit atau divisi tidak
saling mendominasi dan tidak dapat diinntervensi oleh pihak lain. Menurut Komite
Nasional Kebijakan Governance (KNKG) 2006, penerapan prinsip independensi
menjamin objektivitas pengambilan keputusan, karena masing – masing unit lembaga
tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan dan dari
segala pengaruh atau tekanan. Pada umumnya pemahaman mengenai prinsip
independensi dapat dituangkan pada indikator – indikator sebagai berikut :
4. Adanya pedoman yang jelas dan tegas tentang eksistensi organ dan lembaga.
Berdasarkan wawancara penulis dengan wakil ketua Baznas dan kepala bidang SDM
ditemukan pemahaman mengenai independensi, dimana amil memahami bahwasanya
independensi adalah bentuk kemandirian Baznas didalam melaksanakan kegiatan
operasionalnya tanpa di intervensi atau ditekan oleh pihak luar. Seperti yang
disampaikan oleh wakil ketua Baznas Kota Padang bahwasanya Baznas tidak ada di
intervensi oleh siapapun, bahkan walaupun ini lembaga milik pemerintah, pemerintah
90
juga tidak bisa misalnya mengambil alih atau mengintervensi dan menginginkan
seperti apa maunya secara lepas dan bebas. Tapi bukan berarti pemerintah tidak bisa
masuk, masuk kalau memang sesuai dengan irisannya dengan aturan syar’i dan
regulasi yang berlaku. Kita juga harus tahu karena Baznas itu yang dikelolanya
asalnya adalah dana zakat dari pegawai negeri sipil, di padang rata – rata setahun
zakat PNS berkisar sebesar 18 miliar bahkan cukup besar, dan ketika walikotanya
menginginkan tolong dibantu warga didaerah tertentu, dalam hal ini itu semua bukan
intervensi melainkan pemerintah ingin melibatkan Baznas dalam memperhatikan
warga kota padang.
Dari analisis wawancara yang penulis lakukan dengan wakil ketua dan kepala bidang
SDM Baznas kota padang, dapat ditemukan bahwasanya Baznas kota padang telah
menjalankan prinsip independensi yang sangat baik. Walaupun Baznas Kota Padang
lembaga pemerintah non struktural, namun pihak – pihak lain juga ikut andil didalam
kegiatan operaional yang dilaksanakan, seperti walikota padang dalam hal penerbitan
91
sk pimpinan, Baznas provinsi dalam hal regulasi. Namun pihak luar tersebut juga
tidak bisa semaunya dalam hal mengintervensi, semua itu harus sesuai dengan aturan
syar’i dan regulasi yang berlaku. Hal ini menjawab seluruh indikator yang penulis
tetapkan untuk unsur independensi, baik berupa pihak – pihak yang terlibat didalam
tata kelola Baznas ataupun eksistensi dan pedoman yang jelas terkait organ lembaga
dan pedoman kerja, serta saling menghormati hak, kewajiban dan tugas masing –
masing organ.
Prinsip fairness adalah suatu prinsip yang menjunjung tinggi kewajaran dan
kesetaraan dalam pengelolaan sebuah lembaga. Lembaga pengelola zakat harus selalu
memerhatikan kepentingan mustahik, muzakki, dan pengurus berdasarkan asas
kewajaran dan kesetaraan. Menurut al-Qardhawi perwujudan prinsip fairness tersebut
diantaranya adalah lembaga pengelola zakat berkewajiban mendistribusikan zakat
kepada seluruh golongan mustahik selama semua golongan itu ada dan memiliki
kebutuhan yang sama dan sesuai dengan jumlah dan kebutuhannya. Dalam
pendistribusian zakat, lembaga pengelola zakat seharusnya menetapkan skala
prioritas, sehingga golongan mustahik yang jumlah dan kebutuhannya lebih besar
mendapatkan jatah yang lebih besar pula. Pada umumnya pemahaman mengenai
prinsip independensi dapat dituangkan pada indikator – indikator sebagai berikut :
1. Terciptanya peran dan tanggung jawab setiap pengurus atau organ lembaga.
92
2. Keadaan memperlakukan muzakki dan mustahik secara adil dan jujur.
93
semua pihak, apabila ada masyarakat atau pihak luar yang memberikan kritikan, saran
dan masukan melalui surat, maka kita akan membalas dalam bentuk surat dan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Baznas.
Dari analisis wawancara yang penulis lakukan dengan wakil ketua Baznas dan Kepala
bidang Pengumpulan dan bidang SDM Baznas kota padang, dapat ditemukan
bahwasanya Baznas kota padang telah menjalankan prinsip fairness yang sangat baik.
Seperti dalam hal keadilan dan kewajaran pemberian gaji pegawai dan pelayanan
kepada muzakki dalam membayar zakat, serta keadilan bagi mustahik yang menerima
zakat baik secara ketentuan syar’i ataupun regulasi yang berlaku. Hal ini menjawab
seluruh indikator yang penulis tetapkan untuk unsur fairness, baik berupa peran dan
tanggung jawab setiap pengurus, keadaan memperlakukan muzakki secara adil dan
jujur, serta terbukanya Baznas didalam menerima masukan dan saran yang akan
membantu Baznas nantinya dalam hal tata kelola yang lebih baik lagi.
A. Penerimaan Zakat
1. Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset non kas diterima.
2. Zakat yang diterima dari muzakki diakui sebagai penambah dana zakat
sebesar :
b. kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil.
B. Penyaluran zakat
2. Bagian dana zakat yang disalurkan untuk amil diakui sebgai penambah dana
amil.
3. Dana zakat yang disalurkan dalam bentuk perolehan aset tetap diakui sebagai :
Baznas kota padang menyalurkan dana zakat sesuai dengan ketentuan syar’i dan
regulasi yang berlaku. Dalam hal ini Baznas menyalurkan dana zakat sesuai dengan
porsi yang telah ditetapkan oleh regulasi yang ada, dan itu semua diambil dari dana
zakat. Baik berupa kas atau uang tunai, ataupun berupa aset non kas seperti aset tetap.
Sedangkan untuk porsi amil, Baznas Kota Padang mengambil bagian dari dana zakat
tersebut, dan memisahkannya dalam bentuk dana amil. Sebab dana amil merupakan
bagian yang wajib dikeluarkan untuk pembiayaan operasional lembaga. Terkait
dengan zakat yang disalurkan dalam bentuk perolehan aset tetap, Baznas tidak ada
menyalurkan berupa aset tetap kepada mustahik, melainkan hanya dalam bentuk kas
atau uang tunai. Adapun untuk peralatan aset tetap lain seperti pemberian bantuan
96
gerobak untuk usaha produktif, itu biasanya diserahkan seluruhnya kepada mustahik
yang menerimanya.
Dari analisis wawancara yang penulis lakukan dengan Kepala bidang Pengumpulan
dan bidang Penyaluran Baznas kota padang, dapat ditemukan bahwasanya Baznas
kota padang telah menjalankan prinsip PSAK 109 dalam hal pengakuan dan
pengukuran zakat, terlihat pada proses pengumpulan zakat yang diterima sesuai
dengan penerimaan pada saat itu, apakah dalam bentuk kas maupun aset non kas.
Baznas kota padang juga telah menyalurkan dana zakat sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, baik untuk mustahik yang berhak menerimanya, maupun penyaluran dana
zakat yang diberikan. Hal ini menjawab seluruh indikator yang penulis tetapkan
untuk unsur pengakuan dan pengukuran zakat, baik terkait penerimaan maupun
penyaluran zakat.
2. Amil mengungkapkan hal – hal berikut terkait dengan transaksi zakat, tetapi
tidak terbatas pada :
98
pembangunan pusat studi Quran yang diperuntukkan untuk santri hafiz 30 juz. Untuk
Laporan Dana Amil itu disajikan secara terpisah dari dana zakat, sebab dari dana
zakat kita ambil bagian amil sebesar 12,5 % untuk kegiatan operasional. Baznas kota
padang juga mengungkapkan hal – hal lebih rinci terkait dengan pos – pos atau akun
laporan dana zakat pada Catatan Atas Laporan Keuangan. Seperti kebijakan
penyaluran zakat, jumlah rincian penyaluran zakat, penggunaan dana zakat serta
pihak – pihak yang berelasi.
Dari analisis wawancara yang penulis lakukan dengan Kepala bidang Keuangan
Baznas kota padang, dapat ditemukan bahwasanya Baznas kota padang telah
menjalankan prinsip PSAK 109 dalam hal penyajian dan pengungkapan zakat, terlihat
pada penyajian laporan keuangan yang telah disajikan dan memuat seluruh unsur
laporan keuangan yang telah ditentukan. Terbukti dengan telah diauditnya Baznas
Kota Padang oleh Auditor Eksternal dalam hal ini Kantor Akuntan Publik dengan
opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Hal ini menjawab seluruh indikator yang
penulis tetapkan untuk unsur penyajian dan pengungkapan zakat, baik terkait laporan
keuangan maupun pengungkapannya.
99
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian tentang Implementasi Good Amil Governance dan Penerapan PSAK 109
tentang Akuntansi Zakat pada BAZNAS Kota Padang yang telah penulis lakukan
dengan rentang waktu tiga bulan. Data yang telah penulis kumpulkan adalah
pemahaman amil dan Implementasi Good Amil Governance terhadap transparansi,
akuntabilitas, responsibility, independent, fairness dan penerapan PSAK 109 terkait
pengakuan dan pengukuran serta penyajian dan pengungkapan zakat pada BAZNAS
Kota Padang. Pengumpulan data penulis lakukan dengan cara wawancara, observasi
dan review dokumen. Berdasarkan temuan terhadap penelitian ini penulis dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut:
101
regulasi yang berlaku. Baznas kota padang juga telah mengeluarkan buku
pedoman kerja setiap tahunnya untuk dipelajari oleh seluruh pegawai, agar
tidak ada dominasi yang berlebih di setiap bidang atau divisi.
5.2 Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian ada beberapa saran yang diharapkan dapat
bermanfaat dan menjadi bahan pertimbangan diantaranya adalah:
1. Pemerintah
Metode analisis dengan menggunakan prinsip Good Amil Governance (GAG) dan
PSAK 109 dapat menjadi rekomendasi bagi Lembaga Amil Zakat atau Badan Amil
Zakat yang lain untuk menciptakan tata kelola amil zakat yang baik.
2. Akademisi
Motede kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini, diharapkan untuk penelitian
selanjutnya dapat menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan kuisioner
dan menggunakan obyek lebih dari satu sehingga dalam melakukan pengukuran
sebagai pembanding hasil penelitian.
103
IT, karena dua bidang tersebut akan membantu eksistensi kinerja BAZNAS Kota
Padang.
104
DAFTAR PUSTAKA
Nurhayati, Sri., dan Wasilah. 2014. Akuntansi Syariah di Indonesia Edisi 3.Jakarta :
Salemba Empat.
Permana, Eka Fuji. 2017. Forum Zakat Dunia bahas Good Amil Governance di
Surabaya diunduh
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/wakaf/17/11/12/ozakzi396-forum-
zakat-dunia-bahas-good-amil-governance-di-surabaya diakses Minggu 28 Maret
2021 pukul 18:21
105
Standar Akuntansi Keuangan. 2018. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) 109 tentang Akuntansi zakat dan infak/sedekah.
Zakat core principle. 2016. Prinsip inti pengawasan zakat yang efektif
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 109 Tentang Akuntansi Zakat dan
Infak/Sedekah
Agus Permana, “Manajemen Pengelolaan Lembaga Amil Zakat dengan Prinsip Good
Corporate Governance”,Al Masraf : Vol.3, No 02, 2018
106
LAMPIRAN
107
Lampiran Daftar Pertanyaan Wawancara
3. Bagaimana penerapan
prinsiptransparansi pada
baznas kota padang? Dan
seperti apa bentuk
penerapannya ?
4. Bagaimana penerapan
prinsipakuntabilitas
(pertanggung jawaban) pada
baznas kota padang ? Dan
seperti apa bentuk
penerapannya ?
5. Bagaimana penerapan
prinsip responsibility
(tanggung jawab) pada
Baznas Kota Padang ? Dan
seperti apa bentuk
108
penerapannya ?
6. Bagaimana penerapan
prinsip independent
(kemandirian) pada Baznas
Kota Padang ? Dan Seperti
apa bentuk penerapannya ?
7. Bagaimana penerapan
prinsip fairness
(kesetaraan/keadilan) pada
Baznas Kota Padang ? Dan
seperti apa bentuk
penerapannya ?
10.Bagaimana penerapan
PSAK 109 pada baznas
kota padang ?
109
11.Apakah baznas sumbar
mempunyai website sendiri
yang bisa diakses oleh
publik?
3. Apakah Information
Tecnology (IT) dan
Management Information
System oleh Baznas telah
memadai?
110
untuk diakses publik?
B. Indikator Akuntabilitas
(Pertanggungjawaban)
111
mengevaluasi program kerja
kegiatan yang telah
dilaksanakan oleh setiap
bidang/ divisi?
6. Apa bentuk evaluasi yang
bapak berikan kepada kepala
bagian jika target kerja tidak
sesuai dengan yang
diharapkan?
7. Apakah masyarakat bisa
mendapatkan laporan
keuangan secara cepat dan
tepat demi pengambilan
keputusan?
C. Indikator Responsibilitas
(Tanggungjawab)
112
Kota Padang?
4. Bagaimana Keterbukaan
informasi Baznas Kota
Padang?
5. Bagaimana penerapan
Etika, moral, dan akhlak di
lingkungan BAZNAS?
D. Indikator Independent
(Kemandirian)
1. Bagaimana cara BAZNAS
menghindari benturan
kepentingan dalam
pengambilan keputusan?
2. Bagaimana cara karyawan
saling menghormati hak,
kewajiban dan tugas
masing” divisi? Apakah
divisi lain boleh membantu
dalam hal urgent?
3. Apakah ada pedoman yang
jelas dan tegas tentang
eksistensi setiap
bidang/devisi dalam
lembaga baznas?
4. Apakah baznas memiliki
komite audit sendiri? Jika
ada, bagaimana tugas dan
fungsi dari komite audit
tersebut?
5. Apakah selain pengurus ada
113
pihak” lain yang
mencampuri urusan
lembaga? Jika ada, siapa
saja pihak tersebut?
E. Indikator Fairness
(Kewajaran/Keadilan)
1. Apakah sistem pembayaran
zakat yang mudah dan
sederhana telah dilakukan
oleh Baznas?
2. Bagaimana sistem
pembayaran zakat yang
mudah dan sederhana itu
diterapkan oleh Baznas?
3. Apakah jumlah pembayaran
zakat muzakkisama dengan
jumlah yang telah
disepakati sebelumnya?
4. Bagaimana cara baznas
dalam memperlakukan
muzakki yang kurang
paham dengan sistem
pembayaran zakat yang
masih belum mereka
ketahui?
5. Bagaimana manajemen
BAZNAS terbuka dalam
menerima kritik dan saran
dari pihak lain?
6. Apakah pembayaran zakat
114
dapat melalui media on-line
sehingga tidak perlu datang
ke kantor Baznas?
7. Bagaimana Baznas
menerepakan sistem online
dalam penerimaan zakat?
8. Apakah kondisi lingkungan
kerja di baznas sudah sesuai
dengan standar operasional
yang berlaku?
1. Bagaimana pemahaman
bapak terkait Pernyataan
Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) 109
tentang Akuntansi Zakat ?
115
zakat sebesar jumlah yang
diterima jika dalam bentuk
kas, dan nilai wajar jika
dalam bentuk non kas.
Bagaimana perlakuan atau
pengakuan dari Baznas
sendiri terkait hal tersebut ?
116
sebagai kerugian dan
pengurang dana amil, jika
disebabkan oleh kelalaian
amil. Bagaiamana perlakuan
atau pengakuan baznas
sendiri terkait hal tersebut ?
117
ketahui ?
118
bentuk aset non kas.
Bagaimana perlakuan atau
pengakuan Baznas sendiri
terkait penyaluran dana
zakat ?
119
penentuan jumlah atau
persentase pembagian
dana zakat untuk masing –
masing mustahik ?
120
dikelola kepada pihak lain
yang tidak dikendalikan
amil. Kedua penyaluran
zakat secara bertahap jika
aset tetap tersebut masih
dalam pengendalian amil
atau pihak lain yang
dikendalikan amil.
Penyaluran secara
bertahap diukur sebesar
penyusutan aset tetap
tersebut sesuai dengan
pola pemanfaatannya.
Bagaimana untuk Baznas
sendiri terkait hal terebut ?
122
terutama muzakki ?
126
Lampiran Dokumentasi Wawancara
127
Wawancara Bersama Kepala Bidang Keuangan
128
129