KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
membimbing kami sehingga mampu menyelesaikan laporan akhir Grand Design
Pembangunan Kependudukan Kabupaten Tabalong Tahun 2022-2042.
Grand Design ini merupakan rancangan pengambangan untuk mengetahui sejauh
mana tingkat keberhasilan penduduk Kabupaten Tabalong. Penelitian ini di jadikan acuan
kinerja pemerintah selama dua puluh lima tahun terakhir di Kabupaten Tabalong.
Laporan pendahuluan ini, penyusun menerangkan instrumen dan proses
pengumpulan data, tanggapan terhadap KAK (Kerangka Acuan Kerja), analisis, asumsi hasil
yang diharapkan. Pada bab I berisi tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, pengertian,
kedudukan, ruang lingkup, dan pendekatan pengembangan Grand Design Pembangunan
Kependudukan. Bab II berisi tentang analisis situasi kependudukan dan Capaian
Pembangunan Kependudukan. Bab ini berisikan analisis situasi kependudukan dan capaian
pelaksanaan pembangunan 5 pilar kependudukan yang mendeskripsikan sejumlah temuan
yang merupakan hasil dari kajian dokumen kebijkan, kajian praktik program unggulan,
maupun kajian akademik. Pada bab III berisikan tentang metodologi pelaksanaan
penyusunan Grand Design Pembangunan Kependudukan. Pada bab IV berisikan
pembangunan kependudukan di Kabupaten Tabalong. Pada bab V Road Map pembangunan
kependudukan di Kabupaten Tabalong. Pada bab VI berisikan rekomendasi serta pada bab
VII penutup.
Kami ucapkan terima kasih kepada BAPPEDA Kabupaten Tabalong yang
memberikan kepercayaan kepada kami untuk melaksanakan GDPK ini. Kepada semua Tim
yang telah bekerja keras hingga GDPK ini bisa disusun sesuai dengan yang telah
direncanakan.
Harapan kami semoga laporan pendahuluan ini bisa memberikan gambaran sejauh
mana progras pelaksanaan kegiatan telah dilakukan.
Banjarmasin
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Maksdu dan Tujuan ................................................................................................. 2
1.3 Sasaran .................................................................................................................... 2
1.4 Pengertian Umum.................................................................................................... 3
1.5 Kedudukan .............................................................................................................. 7
1.6 Dasar Hukum .......................................................................................................... 7
1.7 Ruang Lingkup....................................................................................................... . 8
1.8 Pendekatan Pengembangan Grand Design Pembangunanan Kependudukan ......... 9
iii
4.2 Peningkatan Kuantitas Penduduk ............................................................................ 59
4.2.1 Demensi Kesehatan ................................................................................................. 60
4.2.2 Dimensi Pendidikan ................................................................................................ 60
4.2.3 Demensi Ekonomi ................................................................................................... 60
4.2.4 Strategi Pengendalian Kuantitas ............................................................................. 61
4.3 Strategi Pembangunan Keluarga ............................................................................. 61
4.3.1 Pembangunan Keluarga .......................................................................................... 61
4.3.2 Strategi Pembangunan Keluarga ............................................................................. 62
4.3.3 Pengarahan Mobilitas Penduduk ............................................................................. 64
4.4 Pembangunan Sistem Informasi dan Administrasi Data Kependudukan ............... 65
iv
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN KABUPATEN
TABALONG
TAHUN 2022-2042
BAB I
PENDAHULUAN
1
diharapkan dapat memperbaiki political will dan komitmen Pemerintah Daerah terhadap
kependudukan sekaligus mampu meningkatkan kepedulian para policy makers terhadap
keterkaitan antara isu kependudukan dengan pembangunan. Dengan tersusunnya GDPK
diharapkan pemerintah daerah dapat merumuskan perencanaan pembangunan
kependudukan untuk jangka waktu 25 tahun ke depan dan dijabarkan setiap lima tahunan
yang berisi tentang isu penting kependudukan saat ini, kondisi kependudukan yang
diinginkan, program kependudukan, serta roadmap pembangunan kependudukan
1.3 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam Penyusunan Strategi Grand Design
Pembangunan Kependudukan Kabupaten Tabalong adalah:
1. Diharapkan bermanfaat sebagai dasar pengambilan kebijakan strategi bagi
pemerintah daerah dalam pembangunan SDM.
2
2. Kepala OPD se-Kabupaten Tabaling dan stakeholder terkait di Kabupaten
Tabalong.
3. Mewujudkan administrasi Kependudukan yang tertib, akurat, dan dapat dipercaya.
4. Sumber informasi bagi masyarakat dan institusi lainnya dalam merancang atau
menyediakan program pemberdayaan bagi masyarakat.
5. Keluarga berkualitas yang memiliki ciri ketahanan sosial, ekonomi, budaya tinggi
serta mampu merencanakan sumber daya keluarga secara optimal.
6. Pencapaian window of opportunity melalui pengelolaan kualitas penduduk dengan
cara pengendalian angka kelahiran, penurunan angka kematian, dan pengarahan
mobilitas penduduk.
3
mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam
meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin.
8. Keluarga berkualitas adalah kondisi keluarga yang mencakup aspek pendidikan,
kesehatan, ekonomi, sosial budaya, kemandirian keluarga dan mental spiritual
serta nilai-niai agama yang merupakan dasar untuk mencapai keluarga sejahtera.
9. Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan
seimbang antarangota dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan
10. Pembangunan Berkelanjutan adalah pembangunan terencana di segala bidang untuk
menciptakan perbandingan ideal antara perkembangan kependudukan dengan daya
dukung alam dan daya tampiung lingkungan serta memenuhi kebutuhan generasi
sekarang tanpa harus menurangi kemampuan dan kebutuhan generasi mendatang,
sehingga menunjang kehidupan bangsa.
11. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban
dalam penertiban dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk,
pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta
pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lai
12. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh instansi
pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang
dihasilkan dari pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil
13. Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/ atau data agregat yang struktur
sebagai hasil dari kegiatan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil
14. Mobilitas Penduduk adalah gerak keruangan penduduk dengan melewati batas
Administrasi Daerah Tingkat II.
15. Profil adalah grafik atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal tertentu
(Sunaryo Urip-BPS)
16. Persebaran Penduduk adalah kondisi sebaran penduduk secara keruangan
17. Penyebaran Penduduk adalah upaya mengubah sebaran penduduk agar serasi,
selaras dan seimbang dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan
18. Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata penduduk, pencatatan atas
pelaporan peristiwa kependudukan dan pendataan penduduk rentan Administrasi
Kependudukan serta penerbitan Dokumen Kependudukan berupa kartu identitas,
atau surat keterangan kependudukan
4
19. Pencatatan Sipil adalah pencatatan peristiwa penting yang dialami oleh seseorang
dalam register pencatatan sipil pada instansi pelaksana.
20. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami penduduk yang harus
dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu
Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan/atau Surat Kependudukan lainnya meliputi
pindah datang, perubahan alamt, serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.
21. Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi kelahiran,
kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak,
perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan
22. Nomor Induk Kependudukan adalah Nomor identitas penduduk yang bersifat
unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai
penduduk Indonesia
23. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan, selanjutnya disebut SIAK adalah
sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
memfasilitasi pengelolaan informasi andministrasi kependudukan ditingkat
penyelenggara dan instansi pelaksana sebagai satu kesatuan.
24. Data adalah fakta yang ditulis dalam bentuk catatan, gambar atau direkam
kedalam bentuk media.
25. Fertilitas diartikan sebagai kemampuan seorang wanita atau sekelompok wanita
untuk melahirkan dalam jangka waktu satu generasi atau selama masa subur.
26. Kematian atau Mortalitas adalah satu dari tiga komponen demografi yang
berpengaruh terhadap struktur dan jumlah penduduk.
27. Angka Kelahiran Total adalah rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang
wanita sampai dengan masa reproduksinya.
28. Ratio Jenis Kelamin adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan jenis
kelamin antara banyaknya penduduk laki–laki dan penduduk perempuan disuatu
daerah pad awaktu tertentu.
29. Perkembangan Kependudukan adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan
perubahan keadaan penduduk yang meliputi kuantitas, kualitas dan mobilitas yang
mempunyai pengaruh terhadap pembangunan dan lingkungan hidup.
30. Mobilitas Penduduk adalah gerak penduduk dari daerah asal ke daerah tujuan dalam
batas waktu tertentu dan kembali ke daerah asal pada hari yang sama.
31. Mobilitas penduduk permanen (Migrasi) adalah perpindahan penduduk dengan
tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas
5
administrative ( Migran Internal ) atau batas politik/ Negara ( Migrant
Internasional).
32. Mobilitas penduduk non permanen adalah perpindahan penduduk dengan tujuan
untuk tidak menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif.
33. Migrasi Kembali adalah banyaknya penduduk yang pada waktu diadakan senssus
bertempat tinggal di daerah yang sama dengan tempat lahir dan pernah bertempat
tinggal didaerah yang berbeda.
34. Migrasi seumur hidup adalah bentuk migrasi dimana pada waktu diadakan sensus
tempat tinggal sekarang berbeda dengan tempat tinggal kelahirannya.
35. Migrasi risen adalah bentuk migrasi melewati batas administrasi
(desa/Kec/Kab/Provinsi) dimana pada waktu diadakan sensus bertempat tinggal di
daerah yang berbeda dengan tempat tinggal lima tahun yang lalu.
36. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk secara suka rela untuk meningkatkan
kesejahteraan dan menetap di wilayah pengembangan transmigrasi atau lokasi
permukiman transmigrasi.
37. Penduduk usia kerja angkatan kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun sampai
dengan 64 tahun.
38. Angka partisipasi angkatan kerja adalah proporsi angkatan kerja terhadap penduduk
usia kerja.
39. Angkatan Pengangguran adalah proporsi jumlah pengang guran terhadap angkatan
kerja.
40. Bukan angkatan kerja adalah penduduk usia 15 tahun kebawah dan penduduk usia
64 tahun keatas.
41. Lahir Hidup adalah suatu kelahiran bayi tanpa memper hitungkan lamanya di dalam
kandungan, dimana si bayi menunjukkan tanda – tanda kehidupan pada saat
dilahirkan.
42. Lahir Mati adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling
sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan pada saat dilahirkan.
43. Angka Kematian bayi/IMR adalah banyaknya kematian bayi usia kurang dari satu
tahun (9-11 bulan) pada suatu periode per 1.000 kelahiran hidup pada pertengan
periode yang sama.
44. Angka Kematian Ibu/MMR adalah banyaknya kematian ibu pada waktu hamil atau
selama 42 hari sejak terminasi kehamilan per 100.000 kelahiran hidup, tanpa
6
memandang lama dan tempat kelahiran yang disebabkan karena keha milannya
atau pengelolaannya.
45. Angka partisipasi total adalah proporsi penduduk bersekolah menurut golongan
umur sekolah yaitu 7-12, 13-15, 16-18 dan 19-24 tahun.
46. Angka partisipasi murni adalah persentase jumlah peserta didik SD usia 7-12 tahun,
jumlah peserta didik SLTP usia 13-15 tahun, jumlah peserta didik SLTA usia 16-
18 tahun dan jumlah peserta didik PTN/PTS usia 19-24 tahun dibagi jumlah
penduduk kelompok usia dari masing-masing jenjang pendidikan.
47. Angka partisipasi kasar adalah persentase jumlah peserta didik SD, jumlah peserta
didik SLTP, jumlah peserta didik SLTA, jumlah peserta didik PTN/PTS dibagi
dengan jumlah penduduk kelompok usia masing – masing jenjang pendidikan (SD
usia 7-12 tahun, SLTP usia 13–15 tahun, SLTA usia 16-18 tahun, PTN/PTS usia 19–
24 tahun.
1.5 Kedudukan
Sebagai fungsi dan arah penyusunan kebijakan pemerintah daerah dalam
pembangunan di bidang kependudukan.
7
7. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1965 Pembentukan Daerah Tingkat II Tanah Laut,
Daerah Tingkat II Tapin Dan Derah Tingkat II Tabalong.
8. Peraturan mentri dalam negeri Nomor 80 tahun 2015 Peraturan produk hukum
daerah.
9. Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2016 tentan Pedoman Nomenklatur
Perangkat Daerah bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
10. Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 Tentang Tata Cara
Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi
Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta Tata Cara
Perubahan Rencana Pembangunan Daerah.
11. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor
163 Tahun 2016 tentang Pedoman Nomenklatur Tugas dan Fungsi Dinas
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana di Provinsi, Kabupaten, dan Kota.
12. Peraturan Daerah Kabupaten Tabalong Nomor 06 Tahun 2015 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Kabupaten Tabalong Nomor 06 Tahun 2008 Tentang
Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
13. Peraturan Bupati Tabalong Nomor 13 tahun 2021 uraian tugas dinas pemberdayaan,
perempuan, perlindungan anak, pengendalian penduduk dan keluarga berencana
Kabupaten Tabalong.
8
1.8 Pendekatan Pengembagan Grand Design Pembangunan Kependudukan
ISSUE Analisa
Kependudukan Permasalah RPJMNAS
Kabupaten an/Kebutuh
Tabalong an
RPJMD KAB
GDPK KAB
TABALONG 20
TAHUN
IMPLEMENTASI
PROGRAM/KEGIATAN
SKPD
9
BAB II
ANALISIS SITUASI KEPENDUDUKAN DAN CAPAIAN PEMBANGUNAN
KEPENDUDUKAN
10
Karakteristik penduduk Kabupaten Tabalong menurut jenis kelamin ditandai
dengan angka sex rasio yang berada diatas 94.37% sepanjang tahun 2016 – 2020. Pada
tahun 2017 sex rasio mencapai 98,45%. Artinya penduduk laki-laki masih lebih banyak
dibanding penduduk perempuan meskipun selisih antara laki-laki dan perempuan setiap
tahun berjumlah 4.295,6 penduduk.
131.181
126.000
129.330
124.000
126.613
127.571
122.000
124.992
125.605
120.000
123.238
119.671
121.501
123.806
118.000
116.000
114.000
112.000
2016 2017 2018 2019 2020
Laki - Laki Perempuan
11
kerja terserap dalam pasar kerja, maka produktifitas per kapita akan meningkat b.
Peranan perempuan, perempuan cenderung mempunyai anak lebih sedikit dan masuk
ke pasar kerja sehingga berperan dalam peningkatan produksi per kapita. c. Tabungan.
Semakin banyak penduduk dalam pasar kerja, maka semakin banyak pula tingkat
tabungan dan investasi. Investasi yang produktif akan memicu penyerapan tenaga kerja,
menaikkan pendapatan per kapita dan memenuhi kebutuhan dasar yaitu kesehatan dan
pendidikan. d. Modal Manusia. Jumlah penduduk dan pertumbuhannya merupakan
faktor yang penting dalam menentukan proses perjalanan dan kecepatan pertumbuhan
ekonomi
48,60 48,51
48,40 48,30
48,20 48,11
48,00 47,92
47,80 47,71
47,60
47,40
47,20
2016 2017 2018 2019 2020
Berdasarkan gambar 2.3 Pergeseran distribusi umur penduduk dan penurunan rasio
ketergantungan membentuk keadaan ideal yang berpotensi terjadinya bonus demografi.
Kesempatan ini harus dipahami oleh pengambil kebijakan sampai tingkat daerah
khususnya Kabupaten Tabalong agar dapat memanfaatkan bonus demografi untuk
kesejahteraan rakyat. Harus disadari juga bahwa pada masa yang akan datang, angka
ketergantungan akan kembali meningkat yang disebabkan karena fertilitas rendah dan
angka harapan hidup yang tinggi. Rasio ketergantungan penduduk Kabupaten Tabalong
sepanjang 2016–2020 konsisten mengalami penurunan yaitu sebanyak 0.8 persen. Pada
2016 menjadi 48,51 persen dan pada tahun 2017 mengalami penurunan sebesar 48.30
persen. Begitu pula tahun 2017 sampai tahun 2018 mengalami penurunan sebesar
12
0.19%. Dengan artian setiap tahun rasio ketergantungan mengalami penurunan yang
dapat disimpulkan bonus demografi di Kabupaten Tabalong benarbenar sudah
dimanfaatkan terutama di umur 47-48 tahun.
2.1.2 Kesehatan
Kesehatan merupakan suatu kebutuhan utama dan investasi berharga
dalam pembangunan. Kesehatan adalah hak asasi manusia yang menjadi
salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita
bangsa Indonesia. Setiap masyarakat berhak untuk memperoleh pelayanan
kesehatan dari fasilitas pelayanan kesehatan guna mewujudkan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Mewujudkan derajat kesehatan merupakan
upaya untuk meningkatkan keadaan kesehatan yang lebih baik dari
sebelumnya
Tingkat kesehatan penduduk dapat terlihat dari banyaknya penduduk
yang mengalami keluhan kesehatan dan menderita sakit. Penduduk dikatakan
menderita sakit jika mengalami keluhan kesehatan hingga terganggu aktifitasnya
dan ditunjukkan dengan Angka Kesakitan (morbiditas). Angka kesakitan didefinisikan
sebagai persentase penduduk yang mengalami gangguan kesehatan yang
mengakibatkan terganggunya aktifitas sehari-hari yang terjadi baik dalam
melakukan pekerjaan, bersekolah, mengurus rumah tangga maupun
melakukan aktivitas lainnya selama satu bulan sebelum pencacahan. Semakin
banyak penduduk yang mengalami gangguan kesehatan dan memiliki angka
kesakitan yang tinggi berarti semakin rendah derajat kesehatan di wilayah
tersebut.
Tabel 2.1. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dalam Satu
Bulan Terakhir dan Angka Kesakitan Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten
Tabalong, 2020
Jenis Kelamin Mengalami Keluhan Angka Kesakitan
Kesehatan (%)
(1) (2) (3)
Laki – Laki 33,49 NA
Perempuan 52,66 NA
Jumlah 86,16 NA
Sumber : BPS Kabupaten Tabalong tahun 2020
13
Hasil BPS tahun 2020 diatas menunjukkan bahwa persentase penduduk yang
mempunyai keluhan kesehatan dalam satu tahun terakhir sebesar 86,16 persen.
Penduduk laki-laki yang mempunyai keluhan kesehatan dalam satu tahun terakhir hanya
sebesar 23,49 persen lebih rendah jika dibandingkan penduduk perempuan yang
mempunyai keluhan kesehatan dalam satu bulan terakhir sebesar 52,66 persen.
Keinginan semua orang untuk hidup sehat merupakan hal utama yang tidak
mengenal usia, baik orang tua maupun oleh anak-anak. Berbagai cara dan upaya
dilakukan sehingga orang tetap dalam kondisi sehat, seperti melakukan olah raga
maupun memeriksakan kesehatan pada petugas kesehatan. Ketersediaan sarana dan
prasarana kesehatan bagi masyarakat diharapkan akan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat di sekitarnya. Dengan adanya fasilitas kesehatan yang lengkap dan
memadai, maka masyarakat akan dengan mudah dan cepat untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan. Di tahun 2020, sebanyak 86.16 persen penduduk yang mengalami
kesehatan memilih untuk berobat jalan ke fasilitas kesehatan dalam satu bulan terakhir.
Penjelasan ini dapat di lihat pada tabel.2.2 dibawah ini.
14
Tabel 2.3. Persentase Penduduk yang Memiliki Jaminan Kesehatan
di Kabupaten Tabalong, 2020
Jaminan Kesehatan Persentase
(1) (3)
BPJS Kesehatan*) 25,00
Jamkesda 28,30
Asuransi Swasta 11,80
Perusahaan/Kantor 22,70
Tidak ada jaminan
10,60
kesehatan
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong 2020
Rokok merupakan produk yang mengandung bahan kimia yang cukup berbahaya
bagi kesehatan tubuh manusia. Kebiasaan merokok ini sudah menjadi hal umum di
masyarakat. Tanpa disadari zat yang dikandung dalam rokok yang selalu dihisap dapat
membuat rasa ketagihan dan candu yang sangat sulit untuk berhenti. Meskipun bahaya
merokok sudah diketahui sejak lama oleh masyarakat, akan tetapi merokok dianggap
lumrah dan menjadi suatu kebutuhan pokok yang harus terpenuhi di setiap harinya bagi
perokok. Perilaku merokok menjadi perilaku yang sudah menembus batas usia maupun
jenis kelamin. Banyak anak yang belum cukup umur sudah membiasakan diri untuk
mengonsumsi rokok. Hal ini diakibatkan lingkungan sekitar mereka yang menjadi
perokok aktif sehingga menimbulkan rasa ingin mencoba untuk merokok. Terlepas dari
itu, rokok juga sangat berbahaya bagi kesehatan para perokok pasif. Perokok pasif
adalah seseorang yang tidak merokok secara langsung namun menghirup asap rokok
dari orang-orang yang merokok di sekitarnya seperti di rumah maupun di lingkungan
kerja. Asap rokok yang dihirup oleh perokok pasif yang memiliki berbagai senyawa
kimia yang berbahaya, maka perokok pasif tentu saja berpotensi mendapatkan risiko
gangguan kesehatan. Meski tidak secara langsung merokok, perokok pasif bisa terkena
dampak buruknya juga.
15
Sementara itu, penduduk yang tidak merokok sebesar 99.95%. Hal ini menunjukkan
masih banyak penduduk yang memiliki kesadaran untuk tidak merokok.
2.1.3 Pendidikan
Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pendidikan upaya
peningkatan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan Selain memberi kontribusi secara
signifikan terhadap pembangunan ekonomi, pendidikan juga menetaskan sumber daya
manusia yang berkualitas, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai
teknologi, serta dapat menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan kondusif bagi
pertumbuhan ekonomi. Kegagalan dalam membangun pendidikan akan melahirkan
berbagai problem krusial, seperti pengangguran, kriminalitas, penyalahgunaan narkoba,
serta permasalahan sosial politik.
Permasalahan pendidikan yang masih dihadapi oleh bangsa Indonesia sampai saat
ini antara lain adalah kurangnya pemerataan pendidikan, kurangnya kualitas
pendidikan, kurangnya relevansi pendidikan, dan kurangnya efisiensi dan efektivitas
manajemen pendidikan. Untuk mengetahui seberapa banyak penduduk yang
memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat dilihat dari persentase penduduk menurut
partisipasi sekolah. Untuk melihat partisipasi sekolah dalam suatu wilayah biasa dikenal
beberapa indikator untuk mengetahuinya, antara lain: Angka Partisipasi Sekolah (APS),
Angka Partisipasi Kasar (APK), serta Angka Partisipasi Murni (APM).
APS merupakan indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses pada
pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Indikator ini juga dapat digunakan
untuk melihat struktur kegiatan penduduk yang berkaitan dengan sekolah. APS yang
tinggi menunjukkan tingginya partisipasi sekolah dari penduduk usia tertentu. Namun
demikian meningkatnya APS tidak selalu dapat diartikan sebagai meningkatnya
pemerataan kesempatan masyarakat untuk mengenyam pendidikan.
16
Gambar 2.4. Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Umur di Kabupaten
Tabalong, 2016 – 2020
100,00
90,00 98,52 99,65 99,98 99,21 99,82
80,00
70,00 79,01 77,37 79,42 79,7
75,55
60,00
64,18
50,00 60,84 61,16 61,11 61,09
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
2016 2017 2018 2019 2020
Usia 7-12 tahun merupakan usia penduduk menempuh pendidikan dasar 6 tahun
pertama. Namun hingga tahun 2020, angka partisipasi sekolah untuk penduduk 7–12
tahun cenderung stabil menuju angka 100 persen. Penurunan APS penduduk 7–12 tahun
pada tahun 2020 sesungguhnya tidak menunjukkan penurunan partsipasi sekolah namun
lebih disebabkan usia yang belum genap memasuki 7 tahun pada tahun ajaran
2020/2021.
Gambar 2.4 diatas juga menunjukkan bahwa meskipun masih rendah, APS
untuk usia 13-15 tahun meningkat sebesar 0,69 persen dan usia 16–18 tahun namun
mengalami kecenderungan meningkat sebesar 0,25 persen. Meskipun pada tingkat
SLTP biaya langsung untuk bersekolah, seperti seragam, SPP maupun buku sebagian
sudah dibayarkan pemerintah melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS), namun
sebagian penelitian menunjukkan bahwa biaya tidak langsung untuk sekolah yang
merupakan opportunity cost menjadi pertimbangan orang tua untuk menyekolahkan
anaknya pada jenjang SLTP apalagi jenjang yang lebih tinggi. Opportunity cost tersebut
adalah biaya tidak langsung bisa dalam bentuk hilangnya waktu anak untuk membantu
orang tua mengerjakan pekerjaan rutin rumah tangga sehari-hari (khususnya bagi ana
perempuan), membantu mengasuh adiknya, atau bekerja di sektor informal. Apabila
biaya tidak langsung ini nilainya dianggap melebihi manfaat yang bisa diperoleh dari
17
sekolah, maka hal ini membuat orang tua sulit dalam mengambil
keputusan untuk investasi uangnya di bidang pendidikan anaknya. (Hartono,
2008).
Angka Partisipasi Kasar (APK), menunjukkkan partisipasi penduduk yang sedang
mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. Angka Partisipasi Kasar
(APK) merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada suatu
jenjang pendidikan (berapapun usianya) terhadap jumlah penduduk usia sekolah yang
sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. APK digunakan untuk mengukur
keberhasilan program pembangunan Pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka
memperluas kesempatan bagi penduduk untuk mengenyam pendidikan. APK
merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia
sekolah di masing-masing jenjangpendidikan. Nilai APK bisa lebih dari 100%. Hal ini
disebabkan karena populasi murid yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan
mencakup anak berusia di luar batas usia sekolah pada jenjang pendidikan yang
bersangkutan. Sebagai contoh, banyak anak-anak usia diatas 12 tahun, tetapi masih
sekolah di tingkat SD atau juga banyak anak-anak yang belum berusia 7 tahun tetapi
telah masuk SD. Adanya siswa dengan usia lebih tua dibanding usia standar di jenjang
Pendidikan tertentu menunjukkan terjadinya kasus tinggal kelas atau terlambat masuk
sekolah. Sebaliknya, siswa yang lebih muda dibanding usia standar yang duduk di suatu
jenjang pendidikan menunjukkan siswa tersebut masuk sekolah di usia yang
lebih muda dapat dilihat pada table 2.5 dibawah.
Tabel 2.5. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM)
Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Tabalong, 2016 – 2020
Jenjang APK APM
Pendidikan 2016 2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
SD 108,20 109,35 109,69 107,83 105,97 98,52 99,65 99,98 99,21 99,82
SLTP 96,17 83,75 91,78 93,38 94,37 79,01 75,55 77,37 79,42 79,70
SLTA 84,66 84,82 79,99 89,27 87,77 60,84 64,18 61,16 61,11 61,09
Sumber : BPS Kabupaten Tabalong
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase jumlah anak pada
kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan
yang sesuai dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia
sekolah yang bersangkutan. Bila APK digunakan untuk mengetahui seberapa
banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas
18
pendidikan di suatu jenjang pendidikan tertentu tanpa melihat berapa usianya,
maka Angka Partisipasi Murni (APM) mengukur proporsi anak yang bersekolah
tepat waktu. Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat waktu, maka
APM akan mencapai nilai 100. Secara umum, nilai APM akan selalu lebih rendah
dari APK karena nilai APK mencakup anak diluar usia sekolah pada jenjang
pendidikan yang bersangkutan. Selisih antara APK dan APM menunjukkan
proporsi siswa yang terlambat atau terlalu cepat bersekolah. Keterbatasan APM adalah
kemungkinan adanya under estimate karena adanya siswa diluar kelompok
usia yang standar di tingkat pendidikan tertentu.
APK untuk jenjang SD sepanjang 2016-2020 selalu berada diatas 100
persen. Ini menunjukkan banyak anak diluar usia 7-12 yang sekolah di SD. Anak
usia 7-12 tahun yang sedang sekolah di SD terlihat dari angka APM, yaitu sebesar
99,44 persen. Selisih antara APK dan APM terlihat semakin besar pada jenjang
yang lebih tinggi, yaitu SLTP dan SLTA. Hal ini merupakan indikasi bahwa pada
jenjang SLTP dan SLTA, kasus tinggal kelas semakin meningkat.
2.1.4 Ekonomi
Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan suatu daerah adalah tingkat
pertumbuhan ekonominya. Dengan asumsi bahwa dengan pertumbuhan yang tinggi
akan menyerap tenaga kerja yang tinggi pula, yang pada hakekatnya meningkatkan
pendapatan dan daya beli masyarakat. Sehingga pertumbuhan yang tinggi tersebut
diharapkan dapat meningkatkan kemakmuran penduduk. PDRB adalah jumlah nilai
tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di
wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). PDRB ADH
dasar harga berlaku merupakan jumlah nilai PDRB termasuk dan pajak tidak langsung
Netto dimana nilai seluruh perhitungan item berdasarkan harga yang berlaku pada saat
itu, dimana dalam hal ini perubahan harga terakomodasi. PDRB ADH Konstan
merupakan jumlah nilai PDRB termasuk penyusutan dan pajak tidak langsung netto
dimana kuantum barang dan jasa di hitung berdasarkan harga yang berlaku pada tahun
dasar (tidak pengaruh perkembangan harga).
19
Gambar 2.5. Perkembangan Nilai PDRB ADH Berlaku dan ADH Konstan di
Kabupaten Tabalong, 2016 – 2020 (triliun rupiah)
20 18,20
17,31 17,75
18 16,21
15,27 14,87
16 14,35 14,48
13,31 13,82
14
12
10
8
6
4
2
0
2016 2017 2018 2019 2020
Berdasarkan gambar 2.5 dimana nilai PDRB ADH Berlaku tahun 2016-2019
mengalami peningkatan sebesar 2.93 Triliun rupiah sedangkan pada tahun 2019-2020
mengalami penurunan sebesar 0.45 Triliun rupiah. PDRB ADH Konstan pada tahun
2016-2020 mengalami peningkatan sebesar 1.57 Triliun rupiah.
Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi pembangunan manusia melalui dua
jalur yaitu kegiatan rumah tangga dan kebijakan pemerintah. Pemanfaatan
pendapatan rumah tangga untuk konsumsi makanan yang sehat, obat-obatan, buku
pelajaran dan lain-lain akan meningkatkan kemampuan anggota rumah tangga.
Sumber daya manusia yang berkualitas akan meningkatkan produktifitas
ekonomi. Sedangkan kebijakan pemerintah untuk mendorong lapangan kerja akan
meningkatkan permintaan pasar terhadap sumber daya manusia yang berkualitas.
Pemerintah juga dapat mendorong pembangunan manusia melalui pengeluaran
pemerintah. Semakin kaya suatu negara maka semakin besar pula dana yang
tersedia bagi pemerintah untuk pembangunan manusia. Dengan kata lain,
pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan dua arah
yang saling timbak balik. Untuk mengukur tingkat perkembangan ekonomi suatu
daerah yang merupakan pencerminan tingkat kesejahteraan masyarakat diperlukan
suatu indikator pengukuran yakni Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
20
Gambar 2.6. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tabalong, 2016 – 2020
5
3,74 3,78 3,67
4
3,14
3
0
2016 2017 2018 2019 2020
-1
-2 -2,62
-3
2.1.5 Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan saat ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan
dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun
sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan tantangan
21
terbesar dalam pembangunan karena kemiskinan memiliki dampak yang menyebar
terhadap aspek aspek yang ada di masyarakat secara menyeluruh. Keberhasilan
pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat permasalahan
mendasar dalam masyarakat dapat teratasi, diantaranya pengentasan kemiskinan.
Idealnya pembangunan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ditandai
dengan berkurangnya kemiskinan sebagai dampak peningkatan pendapatan per kapita.
Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.7 dibawah.
6,30
15,40 15,40
6,20
6,09 15,22
15,20 6,10
6,01
6,00
15,00 15,00 5,92
5,90
14,87
14,80
5,80
14,70
14,60 5,72 5,70
5,60
14,40
5,50
14,20 5,40
2016 2017 2018 2019 2020
22
banyak penduduk Kabupaten Tabalong yang merupakan kelompok rentan
miskin, yaitu kelompok yang berada sedikit diatas garis kemiskinan. Penduduk
pada kelompok ini sangat rentan terperosok dalam kemiskinan ketika garis
kemiskinan meningkat sedikit saja. Hal ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.8. Distribusi Pengeluaran Per Kapita Menurut Kriteria Bank Dunia
Kabupaten Tabalong, 2020
50
45 43,02
41,69
40,1739,23 39,73 39,39 39,57
40 37,69 38,5
36,93
35
30
25 21,71
20,6 20,62 21,05 20,05
20
15
10
0
2016 2017 2018 2019 2020
23
dari penduduk miskin dengan garis kemiskinan, yang dinyatakan sebagai suatu rasio
dari kemiskinan. Penurunan pada P1 mengidentifikasikan adanya perbaikan secara rata-
rata pada kesenjangan antara standar hidup penduduk miskin dibandingkan dengan garis
kemiskinan. Hal ini juga berarti bahwa rata-rata pengeluaran dari penduduk miskin
cenderung mendekati garis kemiskinan, yang mengidentifikasi berkurangnya
kedalaman insiden kemiskinan. Sedangkan tingkat keparahan kemiskinan (poverty
severity indeks atau P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran
diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan
pengeluaran diantara penduduk miskin dapat di lihat pada gambar dibawah ini.
7 0,24 0,34
0,92 0,23 0,29
0,95 1,17 1,04
6 0,21
6,35 0,72
6,09 5,95 6,01
5 5,72
0
2016 2017 2018 2019 2020
P0 P1 P2
24
Adanya ketimpangan yang besar antara si kaya dan si miskin dapat
mengindikasikan bahwa pembangunan di daerah tersebut masih belum berhasil karena
hanya dinikmati oleh sebagian orang saja, terutama orang kaya. Sedangkan orang yang
miskin akan semakin menderita karena adanya ketimpangan tersebut. Hal ini dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.
0,34 0,45
0,33
0,4
0,33
0,32 0,35
0,32
0,31 0,31 0,3
0,31 0,25
0,3 0,2
0,29
0,15
0,29
0,1
0,28
0,05
0,27 0
2015 2016 2017 2018 2019
25
2.1.6 Ketenagakerjaan
78 4,17 4,5
3,88
75,63 4
76
74,64 3,29 3,5
3,09 3,07
74 73,15 3
2,5
72 71,02
2
70 69,27 1,5
1
68
0,5
66 0
2016 2017 2018 2019 2020
TPAK TPT
26
hanya 75,63 persen pada tahun 2018. Kenaikan ini menunjukkan bahwa
persentase penduduk yang aktif secara ekonomi naik. Sedangkan pada tahun 2018-2020
mengalami kondisi penurunan sebesar 6.36 persen. Kondisi ketenagakerjaan akan lebih
tergambarkan dengan Tingkat Pengangguran Terbuka TPT di Kabupaten Tabalong
terlihat berfluktuasi dengan tingkat pengangguran tertinggi pada tahun 2016 yaitu
sebesar 4,17 persen dan mencapai pengangguran terendah pada tahun 2018 yaitu hanya
3.09 persen.
Banyaknya penduduk yang bekerja di Kabupaten Tabalong menurut
lapangan usaha dapat memberikan informasi awal tentang potensi ekonomi
penduduk Tabalong. Semakin banyak orang yang bekerja di suatu sektor,
maka semakin tinggi pula potensi ekonomi sektor tersebut. Hingga tahun 2020, sebagian
besar penduduk yang bekerja di Kabupaten Tabalong bekerja pada
sektor primer yaitu pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan
sebesar 46,52 persen. Tingginya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian
tersebut terkait erat dengan tingginya potensi agraris yang sangat tinggi di
Kabupaten Tabalong. Selain itu, sektor pertanian relatif lebih akomodatif,
karena tidak membutuhkan SDM tingkat pendidikan yang lebih tinggi, keahlian
khusus serta kemampuan modal untuk usaha yang rendah. Oleh karenanya tidak
mudah bagi tenaga kerja di sektor pertanian untuk berpindah ke sektor lainnya. Hal ini
dapat dilihat pada gambar 2.12 dibawah ini.
50 46,52
45 40,78
39,11
40 37,49
35
30
25
20,11
20 15,99
15
10
5
0
2019 2020
27
Berdasarkan gambar 2.12 diatas dimana persentase penduduk yang bekerja menurut
lapangan usaha di kabupaten Tabalong dari tahun 2019-2020 dimana mayoritas masih
ditempati usaha dibidang pertanian ada peningkatan sebesar 5.74%. Sedangkan di posisi
ke dua ditempati usaha di bidang jasa dimana tahun 2019 sebesar 39.11% sedangkan
ditahun 2020 menurun menjadi 37.49%. Posisi ke tiga ditempati ditempati bidang usaha
industri dimana tahun 2019 sebesar 20.11% sedangkan tahun 2020 mengalami
penurunan menjadi 15.99%.
Penduduk Kabupaten Tabalong tahun 2020 dapat dilihat dari status pekerjaan
dimana terbagi menjadi usaha sendiri, usaha dibantu buruh tidak tetap, usaha dibantu
buruh tetap, buruh/pegawai, pekerja bebas dan pekerja keluarga. Hal ini dapat pada tabel
2.6 dibawah ini.
28
pekerja bebas dan pekerja tidak dibayar digunakan sebagai proksi pekerja sektor
informal.
Jika dilihat dari status pekerjaannya, ternyata sebagian besar penduduk
yang bekerja di Kabupaten Tabalong merupakan pekerja/pegawai. Jika diperluas lagi,
maka sebagian besar penduduk yang bekerja berada pada sektor informal yaitu
mencapai 71,04 persen pada tahun 2020. Sebagian orang menyebut sektor
informal sebagai sektor penyelamat. Elastisitas sektor informal dalam menyerap
tenaga kerja menjadikan sektor ini selalu bergairah meskipun nilai tambah yang
diciptakannya mungkin tidak sebesar nilai tambah sektor formal.
29
menentukan posisi relatif capaian IPM sekaligus mengukur relevansi pembangunan
manusia di kabupaten itu dengan tingkat pemerintahan di atasnya.
72,5 72,19
72
71,78
71,5 71,14
70,91
71 70,76 70,72
30
Gambar 2.14. IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan, 2020
90
80 70,91
70
60
50
40
30
20
10
0
Kab/Kota Kalsel
31
menunjukkan bahwa pembangunan di Kabupaten Tabalong sudah berada di atas
kemajuan pembangunan sebanua enam pada umumnya.
32
Untuk mengukur kecepatan perkembangan IPM dalam suatu kurun waktu
digunakan ukuran pertumbuhan IPM per tahun. Pertumbuhan IPM menunjukkan
perbandingan antara capaian yang telah ditempuh dengan capaian sebelumnya.
Semakin tinggi nilai pertumbuhan, semakin cepat IPM suatu wilayah untuk
mencapai nilai maksimalnya.
Keterangan:
IPMt : IPM suatu wilayah pada tahun t
IPMt-1 : IPM suatu wilayah pada tahun (t-1)
BALANGAN 0,64
TANAH BUMBU 0,61
BANJAR 0,58
HULU SUNGAI UTARA 0,55
TABALONG 0,53
TAPIN 0,52
TANAH LAUT 0,48
BARITO KUALA 0,47
HULU SUNGAI TENGAH 0,44
KOTABARU 0,44
HULU SUNGAI SELATAN 0,33
KOTA BANJARMASIN 0,29
KOTA BANJAR BARU 0,29
33
mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada
umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup
yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan
program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori
termasuk program pemberantasan kemiskinan. Penjelasan AHH dapat dilihat pada
gambar 2.18 berikut ini.
72
70 68,66
68
66
64
62
60
58
Kab/Kota Kalsel
34
Gambar 2.19. Peta Tematik Angka Harapan Hidup (AHH) Menurut
Kabupaten se Banua Anam, 2020
35
teknologi dalam pertumbuhan ekonomi. Knowledge yang menyatu (embodied)
dengan sumber daya manusia sebagai human capital dan teknologi menjadi pusat
pembangunan ekonomi. Dalam pengertian tradisional tentang fungsi produksi
maka terpusat pada buruh, modal, material dan energi. Sekarang pendekatan
analisis ekonomi berkembang sehingga knowledge merupakan bagian langsung
yang mempengaruhi faktor produksi. Untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem
pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan
(dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak digunakan indikator
Harapan Lama Sekolah (Expected Years of Schooling-EYS). Dimana salah satunya
melalui jalur pendidikan yang di ukur menggunakan Harapan Lama Sekolah (HLS).
Penjelasan HLS Kabupaten Tabalong dapat di lihat pada gambar 2.20 dibawah ini.
16,00
14,00 12,52
12,00
10,00
8,00
6,00
4,00
2,00
0,00
Kab/Kota Kalsel
36
Gambar 2.21. Peta Tematik Harapan Lama Sekolah (HLS) Menurut
Kabupaten se Banua Anam, 2020
37
Gambar 2.22. Rata-Rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Kalimantan Selatan, 2020
12,00
10,00
8,29
8,00
6,00
4,00
2,00
0,00
Kab/Kota Kalsel
38
Dengan menggunakan indikator ini, capaian pembangunan pendidikan di
Kabupaten Tabalong tertinggi di banding kabupaten/kota lain di wilayah sebanua enam.
Rata-rata lama sekolah Kabupaten Tabalong menduduki peringkat ke 1 dari banua
enam. Jika penduduk Kabupaten Tabalong mencapai kelas 3 SLTP.
16000,00
14000,00
12032,00
12000,00
10000,00
8000,00
6000,00
4000,00
2000,00
0,00
Kab/Kota Kalsel
39
Gambar 2.25. Peta Tematik Rata-Rata Pengeluaran Per Kapita yang Disesuaikan
Menurut Kabupaten/Kota se banua enam
40
penting untuk mempertahankan kesejahteraan rakyat. Namun pertumbuhan
ekonomi bukan merupakan akhir pembangunan manusia. Yang lebih penting
adalah bagaimana pertumbuhan ekonomi digunakan untuk memperbaiki
kapabilitas manusianya dan pada gilirannya rakyat menggunakan kapabilitasnya
(Kuncoro, 2013).
Sebaliknya, paradigma pembangunan saat ini meletakkan manusia sebagai tujuan
akhir pembangunan. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia selama periode
2016-2020 cenderung mengalami peningkatan, sementara pertumbuhan ekonomi
mengalami fluktuasi yang tajam. Sepanjang 4 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Tabalong konsisten tumbuh diatas 3 persen akan tetapi di tahun 2020
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tabalong terkoreksi tajam sebesar (-2.62 persen)
dikarenakan kondisi awal pandemi covid-19 melanda Nasional. Secara umum juga
dapat dilihat bahwa sepanjang 2016–2020, IPM Kabupaten Tabalong selalu berada di
atas IPM Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 70.91 yaitu tahun 2020., sebaliknya pada
tahun 2018 mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibanding pertumbuhan
ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan. Hal ini dapat dilihat pada gambar dibawah.
Gambar 2.26. Perkembangan IPM dan Pertumbuhan Ekonomi (Tahun Dasar 2010)
Kabupaten Tabalong dan Provinsi Kalimantan Selatan 2016 – 2020
3
70,5 70,07 70,17
2
70 69,65
IPM
1
69,5 69,05
0
69
-1,81 -1
68,5
68 -2,62 -2
67,5 -3
67 -4
2016 2017 2018 2019 2020
41
Berdasarkan gambar 2.62 diatas untuk mengukur perkembangan IPM dan
pertumbuhan ekonomi dimana untuk melihat karakterisik IPM Kabupaten Tabalong
khususnya dan Provinsi Kalimantan Selatan pada umumnya, maka diperlukan analisis
tipologi dengan mengadopsi klasifikasi Klassen, yaitu menggunakan indikator IPM dan
pertumbuhan ekonomi. Melalui analisis ini karakteristik IPM kabupaten/kota
dibandingkan dengan IPM Provinsi Kalimantan Selatan, sementara pertumbuhan
ekonomi kabupaten/kota dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi
Kalimantan Selatan. Disebut tinggi apabila indikator kabupaten/kota lebih tinggi
dibanding indikator yang sama di Provinsi Kalimantan Selatan dan digolongkan rendah
apabila lebih rendah dibanding indikator yang sama di Provinsi Kalimantan Selatan
42
yang memiliki pendapatan perkapita lebih tinggi akan tetapi pertumbuhan ekonominya
lebih rendah. Kuadran ke tiga ditempati oleh Kabupaten HSS, HST, Tapin, Batola dan
Banjar dimana daerah ini dikatagorikan sebagai daerah berkembang pesat atau dengan
kata lain daerah ini memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi akan tetapi
pendapatan perkapita lebih rendah. Kuadran empat ditempati Kabupaten Balangan,
Banjar, Tanah Laut dan Kota baru dimana daerah ini di katagorikan sebagai daerah yang
memiliki pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita lebih rendah. Tentu bagi
masyarakat Kabupaten Tabalong, terutama para stakeholder, posisi ini harus lebih di
tingkatkan lagi. Tingkat pembangunan manusia yang relatif tinggi akan mempengaruhi
kinerja pertumbuhan ekonomi melalui kapabilitas penduduk dalam peningkatan
produktifitas dan kreatifitas penduduk dalam menyerap dan mengelola sumber daya
alam (Brata, 2004). Sedangkan pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pembangunan
manusia adalah melalui mutu modal manusia terutama dalam bidang pendidikan dan
kesehatan. Pendidikan mempengaruhi kualitas modal manusia baik secara mikro
maupun makro. Pada level mikro, peningkatan pendidikan seseorang selalu dikaitkan
dengan peningkatan pendapatan atau upah. Jika upah mencerminkan produktifitas,
maka semakin tinggi Pendidikan seseorang, semakin tinggi produktifitasnya dan hasil
akhirnya ekonomi nasional akan tumbuh lebih tinggi. Selanjutnya untuk mengetahui
pola hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan IPM dapat dilakukan dengan korelasi
rank spearman. Formula korelasi rank spearman adalah sebagai berikut:
Bila koefisien korelasi bernilai nol, maka tidak ada korelasi dan bila bernilai
positif satu atau negative satu, maka terdapat korelasi sempurna.
43
Tabel 2.7. Korelasi Rank Spearman IPM dan Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan, 2020
Correlations
R IPM
Spearman's rho R Correlation 1,000 -,511
Coefficient
Sig. (2-tailed) . ,074
N 13 13
IPM Correlation -,511 1,000
Coefficient
Sig. (2-tailed) ,074 .
N 13 13
44
pendidikan dan kesehatan. Pengeluaran rumah tangga itu sendiri ditentukan oleh
pendapatan rumah tangga. Bagi penduduk miskin, sebagian besar bahkan seluruh
pendapatannya digunakan untuk kebutuhan makan sehingga penduduk miskin
tidak atau hanya sedikit memiliki kesempatan mendapat pendidikan dan kesehatan
yang memadai. Hasil-hasil pembangunan seharusnya dapat dinikmati oleh seluruh
masyarakat baik masyarakat kaya, menengah maupun miskin. Oleh karenanya,
keberhasilan pembangunan selain diindikasikan dengan peningkatan IPM, juga
diindikasikan dengan menurunnya tingkat kemiskinan.
P0 (Kemiskinan)
70,5 70,07 4,7
4
70 69,65
IPM
70,17
69,5 69,05 3
69
68,5 2
68
1
67,5
67 0
2016 2017 2018 2019 2020
45
Gambar 2.29. Tipologi Daerah Menurut IPM dan Persentase Penduduk
Miskin di Provinsi Kalimantan Selatan, 2020
46
akan bermuara pada kesejahteraan rakyat. Kebijakan pengentasan kemiskinan tentu
akan meningkatkan kualitas manusia melalui peningkatkan daya beli masyarakat,
peningkatan derajat pendidikan maupun peningkatan akses ke pelayanan kesehatan
dasar. Secara kuantitatif, erat tidaknya hubungan antara kemiskinan dengan IPM dapat
diuji dengan statistik korelasi rank spearman.
Tabel 2.8. Korelasi Rank Spearman IPM dan Persentase Penduduk Miskin
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan, 2020
Berdasarkan tabel 2.8 perhitungan diatas diketahui bahwa nilai korelasi rank
spearman antara IPM dan kemiskinan adalah sebesar 0.138 dengan tingkat
siginifikansi cukup tinggi. Secara statistik dapat dikatakan bahwa hubungan
antara tingkat kemiskinan dan IPM berbeda arah dan cukup erat. Oleh karenanya
kebijakan pembangunan yang paling efektif adalah kebijakan pembangunan
manusia yang terintegrasi dengan pengurangan kemiskinan.
47
BAB III
METODOLOGI
Gambar 3.1 Grafik Angka Kelahiran Total (TFR) Kabupaten Tabalong Tahun 2013-
2018
48
3.1.2 Keluarga Berencana
Pengendalian pertumbuhan penduduk merupakan salah satu kunci dari keberhasilan
pembangunan. Di Indonesia, pengendalian pertumbuhan jumlah penduduk dicerminkan
dari menurunnya angka kelahiran atau fertilitas. Dalam hal itu kebijakan yang efektif
digunakan melalui program keluarga berencana (KB). Berdasarkan Undang-Undang
No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,
keluarga berencana merupakan sebuah upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak dan
umur ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan dan bantuan
sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.
Pemakaian alat kontrasepsi akan mempengaruhi fertilitas wanita melalui status
fekunditasnya (kemampuan melahirkan). Melalui pemakaian alat kontrasepsi, wanita
dapat mengatur panjang pendeknya masa ekspose terhadap kehamilan dengan
menggunakan alat-alat kontrasepsi seperti pil, IUD, Implant, Kondom, Suntik, MOP
dan MOW. Namun penggunaan alat kontrasepsi tidak terlepas dari pengetahuan, sikap
dan praktek Keluarga Berencana.
Di Kabupaten Tabalong pada tahun 2013 yang lalu terdapat 47.851 jiwa pasangan
usia subur (PUS). Di tahun yang sama pencapaian Contraceptive Prevalence Rate (CPR)
adalah 73,08 persen. Contraceptive Prevalence Rate merupakan angka yang
menunjukkan banyaknya pasangan usia subur yang aktif memakai alat kontrasepsi.
Sementara untuk Unmet Need adalah 13,68 persen.
49
Gambar 3.2 Unmet Need Provinsi Kalimantan Selatan Mei 2020
Sumber : Sub Bidang Data dan Informasi BKKBN Provinsi Kalimantan Selatan
Sumber : Sub Bidang Data dan Informasi BKKBN Provinsi Kalimantan Selatan
Unmet Need sendiri adalah kondisi yang mengisyaratkan keinginan pasangan usia
subur terhadap suatu jenis alat kontrasepsi yang tidak tersedia sehingga mereka
mengambil keputusan tidak menggunakan alat kontrasepsi. Selanjutnya pada tahun
50
2020 CPR Kabupaten Tabalong 80.61 persen diatas capaian dari BKKBN Pusat sebesar
66.32 persen. Sedangkan unmet need Kabupatan Tabalong Melalui tabel 3.2 diatas jelas
menggambarkan bahwa terjadi penurunan terhadap pemakaian dan permintaan terhadap
alat kontrasepsi di Kabupaten Tabalong sebesar 8.20 persen dimana yang tertinggi ada
di Kabupaten Hulu Sungai Utara sebesar 2.09 persen. Dengan demikian perlu
meningkatkan kembali peningkatan Unmet Need di Kabuapten Tabalong.
Menurut data dari Dinas PPAPKB Kabupaten Tabalong, angka kelahiran total pada
tahun 2017 yang lalu 2,04. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa angka kelahiran total
di Kabupaten Tabalong relatif seperti yang diharapkan. Namun, dalam jangka panjang
angka kelahiran total stabil diangka 2,1 – 1,8. Selengkapnya angka kelahiran total
Kabupaten Tabalong dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
2,5 2,19
2,04
1,89 1,8 1,8
2
1,5
0,5
0
2022 2027 2032 2037 2042
51
berkualitas. Dalam rangka mengembangkan kualitas penduduk, Pemerintah Kabupaten
Tabalong akan berfokus pada aspek pendidikan, kesehatan dan ekonomi.
100,00%
80,00%
60,00%
40,00%
20,00%
0,00%
2022 2027 2032 2037 2042
Sedangkan untuk rata-rata lama sekolah, di tahun 2020 adalah 9,1 tahun. Jika dilihat
dari tingkat pendidikannya, maka rata-rata sekolah masih pada tahap SMP. Hal ini harus
ditingkatkan lagi, terlebih lagi Kabupaten Tabalong dikenal sebagai Kota yang memiliki
52
fasilitas pendidikan yang berkualitas. Dalam hal tersebut, kondisi yang ingin dicapai
pada tahun 2042 mendatang adalah meningkatnya rata-rata lama sekolah hingga
mencapai 15 tahun. Ini dapat untuk diwujudkan karena Pemerintah Kabupaten Tabalong
memiliki program wajib belajar 12 tahun yang dapat meningkatkan akses pendidikan
masyarakat luas.
Pada aspek kesehatan target utama yang ingin dicapai adalah meningkatnya derajat
kesehatan yang mana hal itu dapat diukur dari angka kematian bayi (AKB), balita
(AKABA) dan ibu (AKI), jumlah balita gizi buruk serta angka harapan hidup. Untuk
angka kematian bayi, kondisi yang diinginkan adalah terjadi penurunan dimana
diharapkan pada tahun 2042 hanya ada 3 kasus bayi meninggal. Sementara untuk angka
kematian balita kondisi yang diinginkan adalah hanya terdapat 5 kasus balita meninggal.
Di sisi lain dalam hal angka kematian ibu, pada tahun 2042 mendatang tidak terdapat
kasus ibu yang meninggal. Hal ini tentu dapat dicapai dalam jangka waktu yang sudah
ditetapkan melalui program promosi hidup sehat yang saat ini sedang kuat digalakkan
di Kabupaten Tabalong. Selanjutnya, peningkatan akses dan kualitas kesehatan yang
diberikan juga akan membuat target ini dapat dicapai. Terlebih lagi pada saat ini terdapat
banyak fasilitas kesehatan yang berada di dekat dengan tempat tinggal masyarakat
sehingga memberikan kemudahan dalam hal perawatan, pengobatan dan konsultasi.
Sejalan dengan menurunnya angka kematian bayi, balita dan ibu, pada tahun 2042
ditargetkan juga tidak terdapat kasus balita gizi buruk. Hal ini tentu dapat dicapai
mengingat saat ini kasus balita gizi buruk sedikit jumlahnya. Ditambah, saat ini
Pemerintah Kabupaten Tabalong melalui Dinas Kesehatan berfokus pada masalah gizi
buruk dan setiap tahunnya memiliki program perbaikan gizi masyarakat. Sementara
dalam hal angka harapan hidup Kabupaten Tabalong, kondisi yang diinginkan untuk
dicapai adalah peningkatan angka harapan hidup dari 70,44 tahun di tahun 2020 menjadi
74,12 tahun pada tahun 2042. Peningkatan usia harapan hidup ini sejalan dengan
perbaikan pada taraf.
53
Gambar 3.6 Proyeksi Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Tabalong 2022 – 2042
16 15
13,5 14,1
14
12 10,3
9,5
10
8
6
4
2
0
2022 2027 2032 2037 2042
54
BAB IV
PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN KABUPATEN TABALONG
55
Gambar 4. 1. Kebijakan Pengaturan Fertilitas
56
4. Perhatian penyediaan kontrasepsi bagi penduduk miskin.
57
sangat penting. Untuk itu, diperlukan revitalisasi program KB yang berkelanjutan di
Kabupaten Tabalong. Dalam melakukan revitalisasi program KB, pendekatan
pelaksanaan program KB perlu diubah orientasinya dari supply ke demand side
approach. Pendekatan ini berguna untuk mendorong hadirnya Pemerintah Daerah
Kabupaten Tabalong dalam pengendalian kuantitas penduduk. Pendekatan demand side
approach yang dipilih Kabupaten Tabalong adalah melihat bahwa pendekatan yang
bersifat supply tidak cukup mendorong perilaku dan kesadaran keluarga untuk
mengendalikan kelahiran yang akan mengancam kelebihan penduduk di Kabupaten
Tabalong.
Forecasting Tahapan
Kuantitas Penduduk Perencanaan 5 Rencana Jangka
tahunan Panjang
Bonus Demografi
2042 Pertumbuhan
Intervensi kebijakan
Penduduk Seimbang
pengendalian
kuantitas penduduk Tahun 2042
Dinamika masalah
sosial&ekonomi
58
kebijakan jangka panjang Kabupaten Tabalong. Operasionalisasi dari tahapan strategi
pengendalian kuantitas penduduk dijelaskan sebagai berikut:
59
4.2.1 Dimensi Kesehatan
Dimensi kesehatan memainkan peranan penting dalam menunjang peningkatan
kualitas penduduk Kabupaten Tabalong. Dalam GDPK Kabupaten Tabalong Tahun
2022-2042 ini, rencana peningkatan kualitas penduduk dengan menggunakan
pendekatan dimensi kesehatan dilakukan dengan beberapa tahapan jangka panjang
yang berkelanjutan dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat. Peningkatan
kebijakan kualitas penduduk
Kabupaten Tabalong dilakukan dengan empat kebijakan utama;
1. Menurunkan angka kematian
2. Meningkatkan angka harapan hidup
3. Penurunan angka gizi buruk
4. Penurunan angka stunting
5. Peningkatan pola hidup sehat masyarakat
60
Population Dynamics and Sustainable Development in Indonesia menjelaskan bahwa
faktor-faktor ekonomi seperti komsumsi dan aktivitas ekonomi seringkali menimbulkan
masalah-masalah seperti lingkungan, kualitas hidup tenaga kerja, dan peningkatan
kesenjangan antar penduduk yang semakin melebar.
Kabupaten Tabalong menjadi kota strategis dengan posisi sebagai hinterland atau
sub-urban dari Kota besar strategis seperti Banjarmasin, Banjarbaru, dan Tanah
Bumbu. Untuk itu, penyusunan GDPK Kabupaten Tabalong Tahun 2022-2042 ini
sangat memperhatikan tantangan ekonomi dan peluang ekonomi regional yang
memposisikan Kabupaten Tabalong sebagai aktor utama atau aktor pendukung
pembangunan ekonomi regional. Untuk itu, rencana peningkatan kualitas penduduk
dibidang ekonomi dijelaskan dengan kebijakan utama sebagai berikut:
1. Meningkatkan status ekonomi penduduk Kabupaten Tabalong dengan prinsip
perluasan kesempatan kerja untuk Angkatan Kerja dan Penduduk Usia Produktif
2. Mengurangi Ketimpangan dan Kemiskinan Perkotaan dan pedesaan secara
berkelanjutan
3. Peningkatan pendapatan penduduk melalui pengembangan mata pencaharian
hidup yang berkelanjutan
4. Mengembangkan ekonomi regional berbasiskan pada pengembangan on demand
ekonomi dengan pemanfaatan inovasi dan teknologi.
61
Kebijakan pembangunan keluarga dalam GDPK Kabupaten Tabalong Tahun 2022-2042
adalah mengembangkan pemberdayaan strategis yang akan menginternalisasi nilai-nilai
pembangunan keluarga dengan tujuan meningkatkan pembangunan modal sosial
keluarga di Kabupaten Tabalong.
Sasaran dari pokok kegiatan pembangunan keluarga tersebut adalah seluruh
keluarga di Kabupaten Tabalong yang terdiri dari keluarga dengan siklus keluarganya;
keluarga yang memiliki potensi dan sumber kesejahteraan sosial; keluarga yang rentan
secara ekonomi dan sosial; serta keluarga yang bermasalah secara sosial ekonomi dan
sosial psikologis. Untuk itu pokok-pokok pembangunan keluarga dalam GDPK
Kabupaten Tabalong Tahun 2022-2042 adalah sebagai berikut :
1. membangun keluarga yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. membangun iklim berkeluarga berdasarkan perkawinan yang sah
3. membangun keluarga berketahanan, sejahtera, sehat, maju, mandiri, dan harmonis
yang berkeadilan dan berkesetaraan gender
4. membangun keluarga yang berwawasan nasional dan berkontribusi kepada
masyarakat, bangsa, dan negara
5. membangun keluarga yang mampu merencanakan sumber daya keluarga.
62
3. Komitmen Pemerintah Indonesia yang hanya mengakui perkawinan antara laki-
laki dan perempuan
4. Perkawinan yang dilakukan menurut hukum agama dan negara.
5. Perkawinan yang mensyaratkan diketahui oleh keluarga dan masyarakat.
Indikator keberhasilan dalam membangun iklim berkeluarga berdasarkan
perkawinan yang sah adalah:
63
manajemen keuangan rumah tangga, manajemen stres, serta manajemen waktu dan
pekerjaan keluarga.
Indikator
Keluarga mampunyai perencanaan berkeluarga
Keluarga mempunyai perencanaan investasi anak. Hal ini dapat dilihat dari tingkat
partisipasi sekolah wajib belajar, tabungan/asuransi pendidikan anak, dan angka drop-
out menurun
Keluarga mempunyai perencanaan keuangan. Hal ini dapat diukur dari tabungan
keluarga, partisipasi keluarga menabung di bank, dan perencanaa membeli rumah
64
7. Meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia
8. Meningkatkan infrastruktur permukiman, meningkatkan daya saing wilayah baru,
dan mningkatkan penyediaan pangan bagi masyarakat
65
5. Mengembangkan konektivitas sistem informasi kependudukan dengan OPD dan
Instansi dalam satu kesatuan sistem. Dalam mendukung tujuan dan tahapan
pengembangan sistem informasi dan administrasi data kependudukan maka sasaran
kebijakan akan fokus sebagai berikut;
1) Pemantapan layanan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) untuk
Instansi pemerintah terkait lainnya atau lebih dikenal dengan konsep Government
to Government (G2G), layanan SIAK untuk masyarakat atau dikenai dengan
istilah Government to Citizen (G2C), layanan Sistem Administrasi Kependudukan
(SAK) untuk dunia bisnis (G2B), dan Pemantapan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK) dengan berbagai penyempurnaan dan penyesuaian fitur
agar sesuai dengan amanat UU No.23 Tahun 2006.
2) Cara SIAK dapat memberikan layanan prima untuk mendukung hubungan sesama
instansi pemerintah (G2G), hubungan kepada masyarakat (G2C) dan hubungan
dengan dunia bisnis, atau dikenal dengan Goverment to Business (G2B). Pada
periode ini, ditargetkan database kependudukan untuk menjadi acuan bagi
perencanaan pemerintah daerah dan nasionai dan pemanfaatan dunia bisnis,
seperti untuk kebutuhan marketing research, e-payment, e-commerce, dan
transaksi bisnis berbasis elektronik Iainnya.
3) Pemantapan fungsi dan peranan Database Kependudukan Daerah terintegrasi
Nasional yang beriandaskan pada tertib administrasi kependudukan dan layanan
prima administrasi kependudukan. Database Kependudukan Daerah dalam Sistem
Informasi dan Administrasi Data Kependudukan Kabupaten Tabalong ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pemerintah, dunia bisnis, dan dunia
intemasional. Database Kependudukan Daerah telah memiliki tingkat
kepercayaan (trust) yang tinggi dan diakui olehdunia internasional. Kepercayaan
yang tinggi terhadap Database Kependudukan Daerah dapat digunakan untuk
mendukung kerjasama multilateral bidang pertahanan dan keamanan, seperti
cross border cybercrime, bidang perekonomian (foreign and domestic
investment), dan bidang Iainnya, sehingga Kabupaten Tabalong memiliki daya
saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan global, nasional, dan regional.
66
Tabel 4.5 Tahapan Pengembangan Pembangunan Sistem Informasi dan Administrasi
Data Kependudukan dan Isu-Isu Strategis
Indikator
Penyusunan Link and Match Data Kependudukan dengan Kegiatan Pembangunan
Semua keluarga memiliki kartu keluarga
Semua keluarga melaporkan setiap kematian
Semua keluarga melaporkan pindah dating
Semua penduduk usia 17 tahun keatas memiliki e-KTP
Semua penduduk memiliki akte kelahiran dan akte kematian bagi penduduk mati
Semua penduduk memiliki akte nikah
Semua penduduk memiliki akte adopsi
Dalam 20 tahun kedepan, baik dalam dokumen perencanaan GDPK maupun diluar
itu pengelolaan informasi kependudukan merupakan salah satu pertimbangan strategis
dalam pengambilan kebijakan sektoral lainnya. Pengembangan kebijakan sistem
informasi dan data kependudukan juga bagian dari membentuk sistem informasi
terintegrasi, dimana penggunaan informasi kependudukan dapat dijadikan basis layanan
kependudukan, pengawasan, dan juga tindakan-tindakan pendukung kebijakan strategis
lainnya.
67
BAB V
ROAD MAP PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
5.1.1 Kekuatan
Dalam mendukung kebijakan pembangunan kependudukan Kabupaten Tabalong
Tahun 2022-2042, Kabupaten Tabalong memiliki kekuatan dijelaskan sebagai berikut:
1. Kebijakan pengendalian kuantitas penduduk Kabupaten Tabalong menunjukkan
keberhasilan dalam enam tahun terakhir menunjukkan angka kelahiran (total
fertility rate) dan pengendalian pertumbuhan penduduk menuju pertumbuhan
penduduk seimbang.
2. Angka Penurunan Kelahiran (TFR) Kabupaten Tabalong turun secara fluktuatif
dari pada tahun 2013 sebesar 2,21 dan turun secara fluktuatif pada tahun 2014
sebesar 2,15, tahun 2015 naik menjadi 2,23 dan turun menjadi 2,14 pada tahun
2018.
3. Kebijakan peningkatan kualitas penduduk dilihat dari Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) Kabupaten Tabalong meningkat secara konstan pada tahun 2016
sebesar 69,05 meningkat menjadi 69,65 pada tahun 2017.
4. Angka Partisipasi Murni SD-SMA pada tahun 2016 mencapai lebih 100 persen.
Angka Harapan Hidup Kabupaten Tabalong juga naik secara konstan pada 2010
sebesar 69,96 menjadi 73,9 pada tahun 2018. Angka Kematian Bayi sebesar
21/1000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Ibu sebesar 7/100.000 kelahiran
hidup.
68
5. Kabupaten Tabalong sedang memasuki masa awal bonus demografi, dimana
kondisi penduduk usia produktif lebih banyak dibanding dengan jumlah penduduk
usia produktif yang menjadi kekuatan dan peluang dalam pengelolaan kebijakan
kualitas penduduk Kabupaten Tabalong dalam mendukung pembangunan sumber
daya manusia yang kompetitif dan unggul.
6. Dalam pembangunan Keluarga Sejahtera, Kabupaten Tabalong mengembangkan
pendataan mikro sistematis dari keluarga sejahtera dan pra sejahtera sebagai target
dari kebijakan peningkatan kesejahteraan keluarga berkelanjutan yang mampu
meningkatkan sumber daya keluarga yang berkelanjutan.
7. Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan Kabupaten Tabalong sudah
melaksanakan dan mengembangkan berbagai sumber data, terutama dari hasil
Sensus Penduduk, SDKI, Susenas, Profil Kependudukan, dan hasil layanan
kependudukan.
8. Dukungan pengembangan kelembagaan lintas SKPD dalam mendukung
peningkatan kebijakan pembangunan kependudukan dengan meningkatkan peran
pembangunan kelembagaan strategis.
5.1.2 Kendala
Meskipun terdapat kekuatan dalam kebijakan pembangunan kependudukan
Kabupaten Tabalong. Dalam periode kedepan terdapat juga kendala dijelaskan sebagai
berikut ;
1. Jumlah penduduk yang meningkat secara konstan di Kabupaten Tabalong dengan
distribusi yang relatif fluktuatif dan tidak merata pada setiap Kecamatan, dengan
kepadatan penduduk tahun 2017 sebesar 4.180 (jiwa/km).
2. Perkembangan pembangunan perkotaan terutama tantangan pembangunan ekonomi
lokal yang dapat berdampak pada Kualitas Pembangunan Penduduk juga menjadi
kendala yang harus dikelola agar memiliki solusi kebijakan yang efektif.
3. Dampak perkembangan pembangunan daerah pasca otonomi daerah yang memiliki
dampak pada pembangunan kebijakan Kabupaten Tabalong harus memiliki
konektivitas dan koordinasi yang berkelanjutan lintas SKPD.
4. Pengembangan kebijakan Data dan Informasi Kependudukan terkendala koordinasi
birokrasi, sehingga proses integrasi menghasilkan Satu Data Kependudukan harus
terus diperbaiki dalam rangka meningkatkan peran Sistem Informasi Kependudukan.
69
5.1.3 Peluang
Kabupaten Tabalong sebagai Kota sub-urban strategis memiliki peluang dalam
pemanfaatan posisi kewilayahan maupun pengelolaan kebijakan kependudukan,
sebagai berikut :
1. Disahkan UU Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah tentang
adanya pembagian urusan atau kewenangan dalam menjalankan Program KKBPK
serta peningkatan kelembagaannya.
3. Penyusunan Rencana Jangka Pendek dan Jangka Panjang Perencanaan Kabupaten
Tabalong yang memuat visi strategis peningkatan pembangunan Kabupaten
Tabalong yang berorientasi pengembangan Sumber Daya Manusia.
4. Bonus Demografi Kabupaten Tabalong didukung dengan penduduk usia produktif
yang besar dan aktivitas on-demand economy seperti industri kreatif dan peluang
peningkatan lapangan kerja yang dapat menunjang sektor produktif baru di
Kabupaten Tabalong.
5. Peningkatan komitmen Pemerintah Kabupaten Tabalong dalam mewujudkan
kemitraan antar aktor dalam memberdayakan sumber daya manusia dan kegiatan
pembangunan yang akan berdampak pada peningkatan kebijakan kependudukan
Kabupaten Tabalong.
5.1.4 Ancaman
1. Terjadinya ledakan penduduk yang tidak terkendali akibat lemahnya sosialisasi dan
pengawasan dari pemerintah daerah.
2. Adanya arus migrasi yang tidak terkendali akibat kemajuan ekonomi khususnya
daerah Kabupaten Tabalong yang memiliki potensi ekonomi sumber daya alam.
3. Terjadinya penurunan Indeks Pembangunan Manusia
4. Menipisnya lahan pertanian akibat perubahan situasi dan kondisi lahan untuk
kebutuhan perumahan.
5.2 Kebijakan dan Road Map Pengendalian Kuantitas Penduduk
Road Map GDPK pengendalian kuantitas penduduk dalam jangka panjang sampai
dengan tahun 2042 masa akhir GDPK Kabupaten Tabalong ini adalah kondisi dimana
terciptanya pertumbuhan penduduk seimbang dengan kondisi stasioner. Faktor resiko
dan peluang juga menjadi pilihan utama dalam penyusunan Road Map GDPK
70
Kabupaten Tabalong agar dapat menjadi basis perencanaan dan data bagi terciptanya
target jangka pendek dan panjang pembangunan Kabupaten Tabalong.
Untuk itu, Road Map ini berjalan dengan sistematis apabila evaluasi sasaran pada
periode lima tahunan, kebijakan dan strategi, dan program dapat berjalan dengan baik
dan berkelanjutan dengan target sebagai berikut:
71
jangka panjang akan menciptakan penyelarasan antara kuantitas penduduk yang
seimbang dengan kualitas penduduk yang ada, terutama dalam menghadapi bonus
demografi.
72
Namun kondisi itu bisa menjadi masalah jika tidak dikelola secara baik. Oleh karena
itu, pengendalian kuantitas penduduk dalam jangka panjang juga diperlukan untuk
memastikan bahwa meningkatnya pertumbuhan penduduk juga diikuti dengan distribusi dan
penyediaan sumber daya yang memadai dalam mengelola, mengembangkan, dan
meningkatkan kualitas jumlah penduduk dalam mendukung pembangunan Kabupaten
Tabalong menuju Kota Jasa dan Perindustrian pertambangan.
Pertumbuhan jumlah penduduk dan bonus demografi yang terjadi seperti yang
ditunjukan pada tabel diatas, harus diikuti dengan pengembangan kualitas penduduk
sehingga bonus demografi tersebut bisa memberikan manfaat yang besar bagi
Kabupaten Tabalong. Dalam hal itu, pengembangan kualitas penduduk dapat dilihat
peningkatan angka partisipasi sekolah di kelompok umur 7 – 12 tahun, 13 – 15 tahun,
16 – 18 tahun dan 19 – 24 tahun. Selain itu, pada aspek pendidikan yang lain,
peningkatan kualitas penduduk juga dapat dilihat dari semakin meningkatnya rata-rata
lama sekolah. Pada tabel diatas, aspek pendidikan tersebut mengalami peningkatan yang
relatif signifikan. Hal ini penting untuk mendukung bonus demograpi yang sebentar lagi
akan dinikmati. Sebagai contoh, peningkatan kualitas penduduk yang diinginkan dalam
pendidikan adalah tercapainya angka partisipasi sekolah 100 persen di kelompok umur
7 – 12 tahun, 13 – 15 tahun dan 16 – 18 tahun pada tahun 2042. Hal ini tentu sejalan
dengan program wajib belajar 12 tahun dari Pemerintah Kabupaten Tabalong. Bahkan,
73
kondisi yang ingin dicapai pada 2042 tidak ada lagi bayi gizi buruk di Kabupaten
Tabalong. Sedangkan untuk angka harapan hidup, ditargetkan akan mencapai 74,12
tahun di tahun 2042. Kondisi yang ingin dicapai pada angka hidup sejalan dengan
perbaikan derajat kesehatan masyarkat secara umum.
Dalam aspek ekonomi, pada tahun 2042 mendatang, kondisi yang diharapkan
tercapai adalah Product Domestic Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tabalong 19,99
Triliun Rupiah dengan pendapatan per kapita penduduk dalam setahun 52,15 juta
Rupiah. Hal ini sangat mungkin dicapai bila mengingat peluang Kabupaten Tabalong
yang berada pada wilayah strategis yang menghubungkan pusat-pusat industri dan
bisnis di Kalimantan Selatang, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Dalam hal
angka atau tingkat kemiskinan dan rasio gini, kondisi yang ingin dicapai pada 2042
adalah terjadi penurunan pada kedua variabel ini dimana untuk rasio gini diharapkan
berada pada angka 0,22 dan tingkat kemiskinan di kisaran 4,4 persen. Untuk tingkat
pengangguran diharapkan akan terus mengalami penurunan hingga mencapai 2,10
persen. Sedangkan untuk indeks pembangunan manusia ditargetkan akan terus naik
sampai pada 77,12 di tahun 2042 mendatang. ada aspek kesehatan, kondisi yang ingin
dicapai adalah semakin meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Peningkatan itu
ditandai dengan semakin menurunnya angka kematian bayi. Di tahun 2020 terdapat 4
kasus kematian bayi. Namun, ditargetkan dalam 20 tahun mendatang angka itu menurun
dan hanya ada proyeksi 2 kasus kematian bayi. Sejalan dengan hal itu, untuk bayi yang
menderita gizi buruk juga akan semakin menurun seiring berjalannya waktu.
74
dari sisi jumlah penduduk dan kualitas penduduk Kabupaten Tabalong dalam jangka
panjang.
Penyelenggaraan pengarahan mobilitas penduduk, pemerintah daerah
provinsi/kab/kota pengumpulan dan analisis data-data mobilitas/persebaran penduduk
sebagai dasar perencanaan pembangunan daerah; pengembangan sistem informasi
kesempatan kerja, peluang usaha dan pasar kerja serta kondisi daerah tujuan;
pengembangan sistem database dan penertiban pelaksanaan pengumpulan/laporan,
pengolahan, analisis data dan informasi yang berkaitan dengan mobilitas penduduk;
sosialisasi dan advokasi mengenai kebijakan pengarahan mobilitas penduduk pada
instansi terkait; komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai kebijakan dan
pengelolaan pengarahan mobilitas penduduk kepada masyarakat; pembinaan dan
fasilitasi pengarahan mobilitas penduduk pada seluruh instansi terkait; pelaporan data
statistik mobilitas penduduk; pemantauan dan evaluasi serta pengawasan terhadap
pelaksanaan kebijakan pengarahan mobilitas penduduk; pengendalian dampak
mobilitas penduduk terhadap pembangunan kewilayahan.
Untuk itu road map penataan persebaran dan pengarahan mobilitas penduduk
dalam GDPK Kabupaten Tabalong Tahun 2022-2042 dijelaskan sebagai berikut;
Gambar 5.3 Road Map Sasaran Penataan Persebaran dan Pengarahan Mobilitas
Penduduk
75
Tabel 5.4 Road Map Sasaran Kuantitatif Berdasarkan Strategi Kebijkan
Dalam hal persebaran dan mobilitas penduduk, kondisi yang diinginkan adalah
terciptanya persebaran penduduk yang merata sesuai daya dukung dan daya tampung
di seluruh Kecamatan di Kabupaten Tabalong dan menurunnya angka migrasi netto
antar kecamatan. Dalam rangka untuk mewujudkan persebaran penduduk yang baik
itu, membuat fasilitas-fasilitas publik mudah untuk dijangkau oleh seluruh penduduk
Kabupaten Tabalong menjadi kebijakan yang baik untuk diterapkan. Berdasarkan
hasil proyeksi, kepadatan penduduk semakin meningkat di seluruh Kecamatan
Kabupaten Tabalong. Seperti yang dapat dilihat pada tabel 5.4 kepadatan penduduk
di tahun 2022 adalah 69,36 jiwa namun di tahun 2042 kondisi kepadatan penduduk
mencapai 80,67 jiwa. Sementara untuk migrasi, menurunkan jumlah penduduk yang
keluar adalah target utama yang akan di capai. Secara spesifik pada tahun 2022 lebih
banyak penduduk Kabupaten Tabalong yang keluar dan sebagaian besar merupakan
penduduk usia produktif yang memiliki potensi untuk mengembangkan Kabupaten
Tabalong. Sehingga ditargetkan pada 2042 migrasi netto berkurang menjadi -1.230
jiwa.
76
Gambar 5.4 Road Map Sasaran Kebijakan Pembangunan Keluarga
77
BAB VI
REKOMENDASI
78
14. Ketersedian data pesebaran penduduk bagi migrasi keluar dari Kabupaten Tabalong dan
data bagi masyarakat yang memiliki peristiwa penting sehingga database kependudukan
dapat di akses secara online.
15. Melakukan sistem monitoring dan evaluasi secara menyeluruh setiap periode berjalan
agar dapat mengetahui tingkat data terupdate tentang pola pesebaran penduduk baik
yang sudah mengikuti program KB atau yang belum.
16. Melakukan program PIK bagi remaja yang bekerja sama dengan Perguruan Tinggi.
79
BAB VII
PENUTUP
80
2,1 per perempuan/pasangan subur dan dibawah 2,1 pada tahun 2042. Selanjutnya
secara berlanjut dalam jangka panjang angka TFR total menjadi 1,88 per perempuan
dan NRR menjadi 0,89 pada tahun 2042.
Permasalahan utama pembangunan keluarga Kabupaten Tabalong adalah masih
belum tercapainya pengembangan sumber daya keluarga berkelanjutan yang dapat
menjadi kondisi peningkatan status kesejahteraan keluarga. Pembangunan keluarga di
Kabupaten Tabalong dalam jangka panjang, akan meningkatkan sumber daya keluarga
dimana akan berdampak pada pengendalian kuantitas penduduk dan kualitas penduduk
di Kabupaten Tabalong.
Dalam mendukung target-target perencanaan kebijakan dalam GDPK Tahun 2022-
2042 maka pemerintah Kabupaten Tabalong akan meningkatkan peran kelembagaan
lintas OPD dalam mendukung pencapaian target kebijakan dalam GDPK Kabupaten
Tabalong.
81
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
Rencana Program, Kegiatan, target dan Pagub Indikatif SKPD
Kabupaten Tabalong Tahun 2022-2042
Jumlah Puskesmas
Peningkatan Mutu
yang meningkat mutu 14 14 14 14 14 550.000.000 600.000.000 650.000.000 700.000.000 750.000.000 APBD Dinkes
Pelayanan Kesehatan
pelayanannya
Persentase Lembaga
Pengembangan Lembaga
Ekonomi Pedesaan 23,58% 23,58% 28,30% 33,02% 37,74% 415,000,000 415,000,000 455,000,000 480,000,000 503,000,000 APBD DPMD
Ekonomi Pedesaan
yang dikembangkan
Pelatihan keterampilan Jumlah desa peserta
manajemen badan usaha pelatihan manajemen 131 Desa 131 Desa 131 Desa 131 Desa 131 Desa 100,000,000 100,000,000 110,000,000 115,000,000 120,000,000 APBD DPMD
milik desa badan usaha milik desa
Persentase
Meningkatnya
Peningkatan Keberdayaan
keberdayaan 84,97% 84,97% 90,63% 96,29% 100% 255,000,000 255,000,000 266,000,000 277,000,000 285,000,000 APBD DPMD
Masyarakat Perdesaan
masyarakat
perdesaan
Jumlah kelompok
Pembinaan Kelompok
masyarakat mandiri
Masyarakat Mandiri 40 40 40 40 40
pengelola air minum 45,000,000 45,000,000 48,000,000 52,000,000 55,000,000 APBD DPMD
Pengelola Air Minum dan kelompok kelompok kelompok kelompok kelompok
dan sanitasi yang
Sanitasi
dibina
Peningkatan Partisipasi Persentase Partisipasi
Masyarakat dalam masyarakat dalam 6,35% 6,35% 7,05% 7,75% 8,45% 900,000,000 900,000,000 950,000,000 975,000,000 990,000,000 APBD DPMD
Membangun Desa membangun desa
Indikator Program Target (%) Pagu Indikatif (Rp)
Sumber
Program dan Kegiatan (outcome) dan SKPD Pelaksana
Dana
Kegiatan (output)
2022 2027 2032 2037 2042 2022 2027 2032 2037 2042
Pembinaan Pelaksanaan Jumlah Kelompok 325 325 350 350 350
900,000,000 900,000,000 950,000,000 975,000,000 990,000,000 APBD DPMD
Kesejahteraan Keluarga Binaan PKK kelompok kelompok kelompok kelompok kelompok
Produksi Perikanan
Pengembangan Budidaya
Budidaya per Tahun 5,600.65 5,768.67 6,057.10 6,359.96 6,677.96 3,203,720,000 3,228,720,000 3,228,720,000 3,228,720,000 3,228,720,000 APBD Dinas Perikanan
Perikanan
(Ton)
- Jumlah Kelompok
Pembinaan dan
Nelayan Yang 40 kel 40 kel 40 kel 40 kel 40 kel 1,656,000,000 1,656,000,000 1,656,000,000 1,656,000,000 1,656,000,000 APBD Dinas Perikanan
Pengembangan Perikanan
Terlatih/Terbina
- Jumlah Kelompok
Pembudidaya Ikan APBDI/A
Pengembangan Sarana dan
yang memanfaatkan 5 kel 5 kel 5 kel 5 kel 5 kel 1,145,000,000 1,145,000,000 1,145,000,000 1,145,000,000 1,145,000,000 PBD Dinas Perikanan
Prasarana Budidaya
bantuan II/APBN
(POKDAKAN)
Peningkatan Produksi Meningkatnya 121.380 140.129 140.132 140.133 140.134
10,941,875,000 10,941,875,000 10,941,875,000 10,941,875,000 10,941,875,000 APBD Dinas Pertanian
Pertanian Produksi Pertanian ton ton ton ton ton
Jumlah Bibit Unggul
Pengembangan Bibit Unggul
pertanian yang 4 Paket 4 paket 4 paket 4 paket 4 paket 312,500,000 312,500,000 312,500,000 312,500,000 312,500,000 APBD Dinas Pertanian
Pertanian
dikembangkan
Jumlah Obat-obatan
2350 2350 2350 2350 2350
Penyediaan Sarana untuk pengendalian
(Kg/Botol/ (Kg/Botol/ (Kg/Botol/ (Kg/Botol/ (Kg/Botol/ 261,875,000 261,875,000 261,875,000 261,875,000 261,875,000 APBD Dinas Pertanian
Perlindungan Tanaman hama dan penyakit
Bks) Bks) Bks) Bks) Bks)
tanaman
Jumlah Sarana
Kegiatan Penyediaan Sarana
Produksi
Produksi Pengembangan 5000 Ha 5000 Ha 5000 Ha 5000 Ha 5000 Ha 5,000,000,000 5,000,000,000 5,000,000,000 5,000,000,000 5,000,000,000 APBD Dinas Pertanian
Pengembangan
Komoditas Padi
Komoditas Padi
Jumlah Sarana
Kegiatan Penyediaan Sarana
Produksi
Produksi Pengembangan 70 Ha 70 Ha 70 Ha 70 Ha 70 Ha 500,000,000 500,000,000 500,000,000 500,000,000 500,000,000 APBD Dinas Pertanian
Pengembangan
Komoditas Palawija
Komoditas Palawija
Pembinaan, Pengawalan
Laporan Hasil
Perlindungan Tanaman dan
Pengendalian Hama 1 dokumen 1 dokumen 1 dokumen 1 dokumen 1 dokumen 37,500,000 37,500,000 37,500,000 37,500,000 37,500,000 APBD Dinas Pertanian
DFI (Dampak Fenomena
dan Sinkronisasi DFI
Iklim)
Kegiatan Penyediaan Sarana Jumlah Sarana
Produksi Pengembangan Produksi Komoditas 113 113 113 113 113
130,000,000 130,000,000 130,000,000 130,000,000 130,000,000 APBD Dinas Pertanian
Komoditas Tanaman Benih Tanaman Ha/paket Ha/paket Ha/paket Ha/paket Ha/paket
Sayuran Sayuran
Kegiatan Penyediaan Sarana Jumlah Sarana
2300 2300 2300 2300 2300
Produksi Pengembangan Produksi Komoditas 250,000,000 250,000,000 250,000,000 250,000,000 250,000,000 APBD Dinas Pertanian
pohon pohon pohon pohon pohon
Komoditas Buah-Buahan Buah buahan
Optimalisasi Lahan Terbukanya Lahan
110 Ha 120 Ha 130 Ha 130 Ha 130 Ha 300,000,000 300,000,000 300,000,000 300,000,000 300,000,000 APBD Dinas Pertanian
(Pertanian) Tidur
Jumlah Jalan Usaha
Jalan Usaha Tani Tanaman
Tani Tanaman Pangan 3 unit 3 unit 3 unit 3 unit 3 unit 150,000,000 150,000,000 50,000,000 150,000,000 150,000,000 APBD Dinas Pertanian
Pangan
yang dibangun
Indikator Program Target (%) Pagu Indikatif (Rp)
Sumber
Program dan Kegiatan (outcome) dan SKPD Pelaksana
Dana
Kegiatan (output)
2022 2027 2032 2037 2042 2022 2027 2032 2037 2042
Penanganan Pasca Panen
Jumlah Sarana Pasca
dan Pengolahan Hasil 18 unit 18 unit 18 unit 18 unit 18 unit 4,000,000,000 4,000,000,000 4,000,000,000 4,000,000,000 4,000,000,000 APBD Dinas Pertanian
Panen
Pertanian
Program Peningkatan Peningkatan
Pemasaran Hasil Produksi Pemasaran Produksi 00.02 00.04 00.06 00.08 00.10 100,000,000 100,000,000 100,000,000 100,000,000 100,000,000 APBD Dinas Pertanian
Pertanian/Perkebunan Pertanian
Jumlah Pekebun yang
Sertifikasi Surat Tanda
mendapat surat 100 Persil 100 Persil 100 Persil 100 Persil 100 Persil 100,000,000 100,000,000 100,000,000 100,000,000 100,000,000 APBD Dinas Pertanian
Daftar Budidaya (STDB)
keterangan STDB
Program Peningkatan 333.783 342.329 342.340 342.360 342.375
Produksi Peternakan 1,302,064,400 1,302,064,400 1,385,000,000 1,385,000,000 1,385,000,000 APBD Dinas Pertanian
Produksi Hasil Peternakan kg Kg Kg Kg Kg
Pendistribusian Bibit Ternak Jumlah Bibit Ternak
640 Ekor 645 ekor 650 ekor 655 ekor 660 ekor 1,220,000,000 1,220,000,000 1,300,000,000 1,300,000,000 1,300,000,000 APBD Dinas Pertanian
Kepada Masyarakat yang Tersedia
Jumlah Obat obatan
Pelayanan Kesehatan dan
ternak dan vaksin yang 1 Paket 1 Paket 1 Paket Paket 1 Paket 82,064,400 82,064,400 85,000,000 85,000,000 85,000,000 APBD Dinas Pertanian
Pencegahan Penyakit Ternak
tersedia
Program Peningkatan Meningkatnya 707,878 719,808 719,908 720,908 721,908
9,646,000,000 9,646,000,000 9,646,000,000 9,646,000,000 9,646,000,000 APBD Dinas Pertanian
Produksi Perkebunan Produksi Perkebunan Ton Ton Ton Ton Ton
Jumlah sarana dan 181750 181750 181750 181750 181750
Penyediaan Sarana Produksi
produksi perkebunan (Btng/Ha/ (Btng/Ha/ (Btng/Ha/ (Btng/Ha/ (Btng/Ha/ 8,072,500,000 8,072,500,000 8,072,500,000 8,072,500,000 8,072,500,000 APBD Dinas Pertanian
Perkebunan
yang tersedia Kg) Kg) Kg) Kg) Kg)
Pengamatan dan
Luas lahan potensi
Pengendalian OPT 30 Ha 35 Ha 35 Ha 35 Ha 35 Ha 545,000,000 545,000,000 545,000,000 545,000,000 545,000,000 APBD Dinas Pertanian
OPT yang terkendali
Perkebunan
Prasarana Produksi Jalan Jumlah jalan produksi
2 unit 2 unit 2 unit 2 unit 2 unit 700,000,000 700,000,000 700,000,000 700,000,000 700,000,000 APBD Dinas Pertanian
Usaha Tani yang di bangun
Kegiatan Penanganan Pasca
Jumlah Alat Pasca
Panen dan Pengolahan Hasil 5 unit 5 unit 5 unit 5 unit 5 unit 328,500,000 328,500,000 328,500,000 328,500,000 328,500,000 APBD Dinas Pertanian
Panen
Perkebunan
Persentase Kelompok
Program Peningkatan
Perkebunan yang
Penerapan Teknologi 00.10 00.12 00.14 00.16 00.18 100,000,000 100,000,000 100,000,000 100,000,000 100,000,000 APBD Dinas Pertanian
menerapkan teknologi
Perkebunan
tepat guna
Jumlah Sarana dan
Kegiatan Pengadaan sarana
Prasana teknologi
dan Prasarana Teknologi 2 unit 2 unit 2 unit 2 unit 2 unit 100,000,000 100,000,000 100,000,000 100,000,000 100,000,000 APBD Dinas Pertanian
Perkebunan Tepat
Perkebunan Tepat Guna
Guna yang Tersedia
Prosentasi Kelompok
Program Peningkatan
Pertanian yang
Penerapan Teknologi 00.11 00.12 16,20% 00.20 00.25 1,750,000,000 1,750,000,000 1,750,000,000 1,750,000,000 1,750,000,000 APBD Dinas Pertanian
Menerapkan Tepat
Pertanian
Guna
Jumlah Sarana dan
Kegiatan Pengadaan sarana
Prasarana Teknologi
dan Prasarana Teknologi 366 unit 393 unit 393 unit 393 unit 393 unit 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 APBD Dinas Pertanian
Pertanian Tepat Guna
Pertanian Tepat Guna
yang Tersedia
Indikator Program Target (%) Pagu Indikatif (Rp)
Sumber
Program dan Kegiatan (outcome) dan SKPD Pelaksana
Dana
Kegiatan (output)
2022 2027 2032 2037 2042 2022 2027 2032 2037 2042
Pengembangan Jaringan Jumlah Jaringan Irigasi
Irigasi, perpipaan/ Perpipaan atau 12 unit 12 unit 2 unit 12 unit 12 unit 750,000,000 750,000,000 750,000,000 750,000,000 750,000,000 APBD Dinas Pertanian
perpompaan Perpompaan
Persentase Pelaku
Program Pengembangan Usaha Indistri Kecil Dinas Perdagangan
18.50% 38.50% 59.20% 76.60% 100% 978,444,000 1,167,070,400 1,300,335,040 1,450,193,040 1,619,028,150 APBD
Industri Kecil Menengah dan Menengah yang Dan Perindustrian
di bina
Jumlah Pelaku Industri
Fasilitasi bagi Industri Kecil Kecil Menengah yang
Dinas Perdagangan
Menengah terhadap mendapat fasilitasi 9 IKM 10 IKM 10 IKM 10 IKM 10 IKM 118,949,000 207,843,900 228,628,290 251,491,119 276,640,230 APBD
Dan Perindustrian
Pemanfaatan Suber Daya sertifikasi halal dan
kemasan
Pembinaan Industri Kecil
Jumlah Pelaku Usaha
Menengah dalam Dinas Perdagangan
Indistri Kecil dan 300 IKM 300 IKM 300 IKM 300 IKM 300 IKM 137,820,000 165,384,000 198,480,000 238,152,960 285,783,552 APBD
Memperkuat Jaringan Dan Perindustrian
Menengah yang di bina
Klaster Industri
Jumlah Pelatihan Dasar
Pembinaan Kemampuan yang dilaksanakan bagi Dinas Perdagangan
7 Kali 7 Kali 7 Kali 7 Kali 7 Kali 281,845,000 310,029,500 341,032,450 375,135,695 412,649,265 APBD
Teknologi Indistri pelaku Industri Kecil Dan Perindustrian
Menengah
Jumlah Pelatihan
Pengembangan dan
Lanjutan bagi Pelaku Dinas Perdagangan
Pelayanan Teknologi 2 Kali 3 Kali 3 Kali 3 Kali 3 Kali 186,380,000 205,018,000 225,519,800 248,071,780 272,878,958 APBD
Industri Kecil Dan Perindustrian
Industri
Menengah
Program Peningkatan Presentase
Dinas Perdagangan
efisiensi perdagangan Pertumbuhan Jenis 0,29 0,3 0,31 0,32 0,33 400,000,000 400,000,000 440,000,000 484,000,000 532,400,000 APBD
Dan Perindustrian
dalam negeri Produk Unggulan (%)
Pengembangan Pasar dan
Jumlah paket sembako 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 Dinas Perdagangan
Distribusi barang / produk 400,000,000 400,000,000 440,000,000 484,000,000 532,400,000 APBD
yang dibeli masyarakat paket paket paket paket paket Dan Perindustrian
(Pasar Murah)
Peningkatan Ketahanan
Ketersediaan Pangan Dinas Ketahanan
Pangan 179.284 201.089 195.032 189.215 183.629 1,200,208,818 1,295,229,700 1,326,639,019 1,359,618,805 1,394,247,580 APBD
utama Pangan
(pertanian/perkebunan)
Pemanfaatan Pekarangan Jumlah Kelompok
5 5 5 5 5 APBD/AP Dinas Ketahanan
untuk Pengembangan Wanita Tani (KWT) 316,358,868 322,994,755 339,144,492.00 356,101,717.00 373,906,803.00
kelompok kelompok kelompok kelompok kelompok BN Pangan
Pangan yang dibina
Pengembangan Cadangan Jumlah Cadangan Dinas Ketahanan
20 ton 20 ton 20 ton 20 ton 20 ton 277,446,950 305,191,645 320,451,227.00 336,473,788.00 353,297,477.00 APBD
pangan Daerah pangan Pemerintah Pangan
Pengembangan Lumbung Lumbung pangan APBD/AP Dinas Ketahanan
2 lumbung 2 lumbung 2 lumbung 2 lumbung 2 lumbung 606,403,000 667,043,300 667,043,300.00 667,043,300.00 667,043,300.00
Pangan Desa masyarakat BN Pangan
Verifikasi dan Validasi Data Tersedianya Data
1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 478,800,000 478,800,000 478,800,000 478,800,000 478,800,000 APBD Dinas Sosial
PMKS PMKS
Pelatihan ketrampilan Jumlah keluarga
berusaha bagi keluarga miskin/penerima 100 Orang 100 Orang 100 Orang 100 Orang 100 Orang 900,000,000 900,000,000 900,000,000 900,000,000 900,000,000 APBD Dinas Sosial
miskin manfaat yang dilatih
Indikator Program Target (%) Pagu Indikatif (Rp)
Sumber
Program dan Kegiatan (outcome) dan SKPD Pelaksana
Dana
Kegiatan (output)
2022 2027 2032 2037 2042 2022 2027 2032 2037 2042
Bantuan stimulan
rehabilitasi rumah tidak
layak huni (RS- RTLH) Jumlah Rumah Tidak
wilayah perdesaan, Layak Huni yang 15 Unit 15 Unit 15 Unit 15 Unit 15 Unit 638,323,000 638,323,000 638,323,000 638,323,000 40,000,000 APBD Dinas Sosial
perkotaan, wilayah pesisir, direhab di pedesaan
pulau-pulau kecildan
perbatasan antar Negara)
Pelatihan Keterampilan dan
Jumlah anak terlantar
Praktek Belajar Kerja Bagi 14 Orang 14 Orang 14 Orang 14 Orang 14 Orang 347,187,699 347,187,699 347,187,699 347,187,699 347,187,699 APBD Dinas Sosial
yang dilatih
Anak Terlantar
Jumlah fakir miskin
Pendayagunaan Fakir
dan jompo yang 25 Orang 25 Orang 25 Orang 25 Orang 25 Orang 900,000,000 900,000,000 900,000,000 900,000,000 900,000,000 APBD Dinas Sosial
Miskin dan Jompo
dibantu
Jumlah para
Pendidikan dan pelatihan
penyandang cacat dan
bagi penyandang cacat dan 4 Orang 4 Orang 4 Orang 4 Orang 4 Orang 40,000,000 40,000,000 40,000,000 40,000,000 40,000,000 APBD Dinas Sosial
eks trauma yang
eks trauma
mendapatkan pelatihan
Jumlah penyandang
Pendayagunaan para
cacat dan eks trauma
penyandang cacat dan eks 25 Orang 25 Orang 25 Orang 25 Orang 25 Orang 293,753,000 293,753,000 293,753,000 293,753,000 293,753,000 APBD Dinas Sosial
yang menerima
trauma
bantuan
Pengadaan sarana dan Jumlah fakir miskin
prasarana pendukung usaha yang memperoleh 100 Orang 100 Orang 100 Orang 100 Orang 100 Orang 304,570,000 304,570,000 304,570,000 304,570,000 304,570,000 APBD Dinas Sosial
bagi keluarga miskin bantuan stimulan
Jumlah Penyandang
Disabilitas
Rehabilitasi Sosial Dasar
Terlantar,Anak
Penyandang Disabilitas
Terlantar,lanjut usia
Terlantar,Anak
terlantar dan 325 Orang 325 Orang 325 Orang 325 Orang 325 Orang 750,000,000 750,000,000 1,250,000,000 1,250,000,000 1,250,000,000 APBD Dinas Sosial
Terlantar,Lanjut Usia
Gelandangan Pengemis
Terlantar Serta Gelandangan
Terlantar di Luar Panti
Pengemis Diluar Panti
Yang Terpenuhi
Kebutuhan Dasarnya
Jumlah Korban
Bencana Alam dan
Sosial Terpenuhi
Perlindungan Sosial Korban
Kebutuhan Dasarnya 1500 orang 1500 orang 1500 orang 1500 orang 1500 orang 750,000,000 750,000,000 750,000,000 750,000,000 750,000,000 APBD Dinas Sosial
Bencana Alam Sosial
Pada Saat dan Setelah
Tanggap Darurat
Bencana
Program Pencegahan dini Persentase
dan penanggulangan menurunnya korban 3% 3% 3% 3% 3% 2,053,900,000 2,204,200,000 2,153,900,000 2,354,200,000 2,354,200,000 APBD BPBD
korban bencana alam terdampak bencana
Pemantauan Potensi Data dan Informasi
151 Lokasi 151 Lokasi 151 Lokasi 151 Lokasi 151 Lokasi 350,000,000 1.000,000,000 1.000,000,000 1.000,000,000 1.000,000,000 APBD BPBD
Bencana Potensi Bencana
Indikator Program Target (%) Pagu Indikatif (Rp)
Sumber
Program dan Kegiatan (outcome) dan SKPD Pelaksana
Dana
Kegiatan (output)
2022 2027 2032 2037 2042 2022 2027 2032 2037 2042
Jumlah sarana
Pengadaan sarana dan
kebencanaan
prasarana pencegahan 74 Unit 74 Unit 10 unit 15 unit 15 unit 1,953,900,000 2,104,200,000 1,953,900,000 2,104,200,000 2,104,200,000 APBD BPBD
Peringatan Dini
bahaya kebakaran
terpenuhi
Pencegahan dan Presentase
Penanggulangan Penanggulangan
100 100 100 100 100 98,920,000 98,920,000 600,000,000 800,000,000 800,000,000 APBD BPBD
Kebakaran Hutan dan Kebakaran Hutan
Lahan dan Lahan
Terlaksananya
penanganan bencana
Pemadaman Langsung 1 Kegiatan 5 Kegiatan 5 Kegiatan 5 Kegiatan 5 Kegiatan 57,820,000 357,820,000 500,000,000 670,000,000 450,000,000 APBD BPBD
kebakaran hutan dan
lahan
Jumlah penanganan
Penaksiran Kerugian 4 Kali 4 Kali 10 kali 10 kali 10 kali 41,100,000 41,100,000 250,000,000 350,000,000 350,000,000 APBD BPBD
pasca bencana
Presentase korban
Program Pasca Bencana bencana yang berhasil 100% 100% 100% 100% 100% 428,330,000 183,330,000 1,050,000,000 1,250,000,000 1,350,000,000 APBD BPBD
ditangani
Jumlah kawasan pasca
Rehabilitasi Pasca bencana
bencana yang 1 laporan 5 laporan 5 laporan 5 laporan 5 laporan 78,330,000 380,330,000 700,000,000 700,000,000 700,000,000 APBD BPBD
dan Rekonstruksi
dipulihkan
Penyusunan dan analisis
Informasi Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Kelompok Jumlah Data Penduduk
1 Dok 5 Dok 5 Dok 5 Dok 5 Dok 300,000,000 305,000,000 500,000,000 600,000,000 750,000,000 APBD BPBD
Rentan daerah bencana Kelompok Rentan
(Rehabilitasi dan
Rekonstruksi )
Analisis Dampak Kerusakan Jumlah pengkajian
dan Kerugian serta kebutuhan pasca 1 Dok 5 Dok 5 Dok 5 Dok 5 Dok 150,000,000 450,000,000 450,000,000 700,000,000 800,000,000 APBD BPBD
Kebutuhan Akibat Bencana bencana
Presentase korban
Program Tanggap Darurat bencana yang berhasil 100% 100% 100% 100% 100% 918,180,000 1,008,952,000 1,102,600,000 1,166,200,000 1,172,300,000 APBD BPBD
ditangani
Terpenuhinya Logistik
Pengadaan Logistik dan
dan Obat obatan Bagi
Obat-obatan Bagi Korban 200 paket 200 paket 500 paket 500 paket 500 paket 299,760,000 374,700,000 384,000,000 398,000,000 404,100,000 APBD BPBD
Korban Bencana Alam
Bencana/Musibah
dan Musibah
Jumlah Sarana dan
Pengadaan sarana dan
Prasarana Evakuas
prasarana evakuasi korban 5 Unit 6 Unit 10 Unit 25 Unit 15 Unit 364,100,000 354,500,000 364,100,000 404,100,000 404,100,000 APBD BPBD
Penanganan
bencana/Musibah
Kebencanaan
Tertanganinya Korban
Kegiatan reaksi cepat
Bencana Alam dan 1 1 1 1 1 254,320,000 279,752,000 354,500,000 364,100,000 364,100,000 APBD BPBD
penanggulangan bencana
Musibah