KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga laporan
akhir ini dapat disusun dengan mempertimbangkan Kerangka Acuan Kerja (KAK). Laporan akhir
ini disusun untuk memenuhi syarat perjanjian kerjasama antara Kelompok Kerja (Pokja) SNVT
Pengembangan, Pengendalian dan Pelaksanaan Pekerjaan Strategis Bidang PU dan PR Lainnya
Kementerian PUPR dengan PT. Paramita Mitrapratama tentang pekerjaan “Penyusunan Profil
Informasi PHLN Bidang PUPR ”.
Laporan akhir ini berisi 5 (lima) bab yaitu, pendahuluan, tinjauan kebijakan dan landasan teori,
profil Kementerian PUPR, profil pelaksanaan PHLN Bidang PUPR, serta progres pelaksanaan
PHLN Bidang PUPR.
Laporan akhir ini merupakan tahapan akhir dalam pelaporan pelaksanaan pekerjaan yang
disusun berdasarkan masukan dan perbaikan dari pelaporan sebelumnya, untuk itu kami
mengharapkan masukan demi kesempurnaan laporan ini, sehingga sesuai dengan yang
diharapkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK).
Demikian laporan akhir ini disampaikan, atas masukan dan saran untuk penyempurnaan
laporan ini kami sampaikan banyak terima kasih.
Hormat Kami,
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang menangani infrastruktur
pekerjaan umum dan perumahan rakyat, sebagai bagian dari bidang infrastruktur, berkewajiban
untuk mendukung hal tersebut melalui pelaksanaan pembangunan yang terpadu, efektif dan
efisien serta berlandaskan tata kelola pemerintahan yang baik dalam proses pencapaian tujuan
pembangunan nasional.
Kompleksitas yang dihadapi dalam pembangunan infrastruktur PUPR yang terpadu dengan
pengembangan wilayah harus diimbangi dengan kapasitas kemampuan dan sumber daya yang
salah, satunya adalah pendanaan untuk mendukung hal tersebut. Pendanaan dalam pembiayaan
isu-isu strategis pembangunan infrastruktur PUPR yang terpadu dengan pengembangan
wilayah, perlu dipersiapkan kerangkanya terkait sumber dan mekanismenya baik dari
pembiayaan pemerintah maupun pembiayaan yang lainnya untuk merencanakan pencapaian
sasaran-sasaran pembangunan infrastruktur PUPR yang terpadu dengan pengembangan
wilayah berdasarkan perkiraan realistis kebutuhan investasi dan kemampuan mendanai.
Pinjaman luar negeri dan penerimaan hibah terdiri dari berbagai macam jenis dan dengan
sumber yang berbeda-beda. Pinjaman luar negeri terdiri pinjaman tunai dan pinjaman kegiatan
dengan sumber dari kreditor multilateral, kreditor bilateral, kreditor swasta asing, dan lembaga
penjamin kredit ekspor. Selain itu, bentuk kegiatan PHLN yang telah dilakukan dalam lingkup
bidang PUPR juga bermacam-macam. Oleh karena itu perlu disusun suatu profil informasi PHLN
bidang PUPR yang telah dilakukan sebagai bahan masukan pimpinan dalam merumuskan
kebijakan di tahun-tahun mendatang.
1.2.1 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah menyusun profil informasi PHLN bidang PUPR
untuk mendukung administrasi kegiatan PHLN yang dikoordinasikan oleh Biro Perencanaan
Anggaran dan KLN.
1.2.2 Sasaran
Sasaran dari pelaksanaan kegiatan ini adalah tersedianya profil informasi PHLN bidang PUPR
yang terstruktur dan informatif sebagai bahan masukan pimpinan dalam merumuskan kebijakan
di tahun-tahun mendatang.
Mengingat waktu pelaksanaan kegiatan yaitu selama 3 (tiga) bulan, maka ruang lingkup kegiatan
ini meliputi :
Merupakan tahap identifikasi struktur organisasi dan program kegiatan di setiap bidang di
lingkungan Kementerian PUPR.
b. Melakukan pengumpulan data primer melalui survey lapangan dan konsultasi dengan
perangkat daerah yang terkait;
c. Melakukan rapat koordinasi dan diskusi (pembahasan / FGD), dalam rangka menjaring
saran dan masukan serta klarifikasi terhadap hasil identifikasi awal dalam perumusan
program dan kegiatan terkait PHLN bidang PUPR;
d. Menyusun laporan hasil pelaksanaan survey dan pengumpulan data; dan
e. Kompilasi data.
Berdasarkan ruang lingkup kegiatan diatas, maka batasan materi dalam kegiatan ini meliputi :
a. Kreditor multilateral;
b. Kreditor bilateral;
c. Kreditor swasta asing; dan
d. Lembaga penjamin kredit ekspor.
2. Hibah
a. Uang tunai;
b. Uang untuk membiayai kegiatan;
c. Barang/jasa; dan
d. Surat berharga.
d. Perusahaan asing yang berdomisili dan melakukan kegiatan di wilayah negara republik
indonesia;
e. Lembaga lainnya; dan
f. Perorangan.
a. Negara asing;
b. Lembaga di bawah perserikatan bangsa-bangsa;
c. Lembaga multilateral;
d. Lembaga keuangan asing;
e. Lembaga non keuangan asing;
f. Lembaga keuangan nasional yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di luar
wilayah negara republik indonesia; dan
g. Perorangan.
Kegiatan ini dilaksanakan secara kontraktual di Jakarta dan pengambilan data (survey) ke
Provinsi Jawa Timur.
Gambar 1.1
Peta Ruang Lingkup Wilayah Perencanaan
Manfaat yang dapat diperoleh dari terlaksananya kegiatan ini adalah tersusunnya profil
informasi PHLN bidang PUPR. Dengan adanya profil tersebut, dapat terpetakan kegiatan PHLN
bidang PUPR sesuai jenis dan sumbernya sehingga dapat menjadi bahan masukan pimpinan
dalam merumuskan kebijakan di masa mendatang.
A. Pendekatan Normatif
Dalam pekerjaan Penyusunan Profil Informasi PHLN Bidang PUPR, aspek normatif
atau kebijakan dan peraturan perundangan-undangan merupakan aspek yang
diperhatikan. Kebijakan dan peraturan perundangan-undangan tersebut merupakan
landasan dan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
12. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2011 tentang Rencana Kebutuhan Pinjaman
Luar Negeri 2010 – 2014;
13. Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019;
14. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur;
15. Peraturan Presiden No. 15 tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat;
16. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Bappenas No. 4 tahun 2011 tentang tata cara perencanaan, pengajuan usulan,
penilaian, pemantauan, dan evaluasi kegiatan yang di biayai oleh pinjaman luar
negeri dan hibah;
17. Peraturan Menteri Keuangan No. 52/ PMK.010/2006 tentang tata cara
pemberian hibah Kepada Daerah;
18. Peraturan Menteri Keuangan No. 53 /PMK.010/2006 tentang tata cara
pemberian pinjaman daerah yang dananya bersumber dari pinjaman luar
negeri;
19. Peraturan Menteri Keuangan No. 168/PMK.07/2008 tentang Hibah Daerah;
20. Peraturan Menteri Keuangan No. 169./PMK.07./2008 tentang Tata Cara
Penyaluran Hibah Kepada Pemerintah Daerah;
21. Peraturan Menteri Keuangan No. 207/PMK.05/2008 tentang Tata Cara
Penarikan Pinjaman Dana/Atau Hibah Luar Negeri yang diterus pinjamkan
kepada Badan Usaha Milik Negara/Pemerintah Daerah sebagaimana diubah
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 216/PMK.05/2009;
22. Peraturan Menteri Keuangan No. 191/PMK.05/2011 tentang Mekanisme
Pengelolaan Hibah;
23. Peraturan Menteri Keuangan No. 230/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi
Hibah;
24. Peraturan Menteri Keuangan No. 244/PMK.07/2011 tentang Peta Kapasitas
Fiskal Daerah;
25. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 15 tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat; dan
26. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 13 Tahun 2015
tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Tahun 2015-2019.
Identifikasi
dan
Elaborasi
Gambar 1.2
Pendekatan Normatif
Keinginan pemerintah untuk melibatkan pihak lain (swasta atau badan usaha) dalam
penyediaan infrastruktur ditandai dengan keluarnya peraturan yang menjadi acuan
utama adalah Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Peraturan Presiden ini
mengatur secara umum tentang proyek kerjasama antara pemerintah dan swasta.
Merespon Perpres ini, Menteri Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan
No. 38 Tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengendalian dan Pengelolaan
Risiko atas Penyediaan Infrastruktur. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 tentang
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur yang
kemudian direvisi melalui Peraturan Presiden No. 13 Tahun 2010 tentang Perubahan
Atas Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur.
Gambar 1.3
Jenis – Jenis dan Cakupan Infrastruktur Dalam Perpres No. 38 Tahun 2015
Berdasarkan Pasal 2 ayat (2) dalam Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 tentang
Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur,
kerjasama pemerintah dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur
C. Pendekatan Partisipatif
yang tersusun akan lebih responsif, aspiratif dan akomodatif berbagai kepentingan
seluruh lapisan masyarakat, sehingga nantinya lebih mudah dioperasionalkan.
Selanjutnya diharapkan pula hasil penyusunan profil informasi PHLN bidang PUPR
yang tersusun nantinya dapat dimasyarakatkan secara terbuka dan transparan
melaui media cetak, media elektronik dan forum pertemuan, agar semua lapisan
masyarakat mempunyai akses yang sama terhadap informasi kebijakan dan peluang-
peluang pembangunan yang dimaksud.
Gambar 1.4
Model Pendekatan Partisipasi
Gambar 1.5
Peranan Stakeholders Dalam Perencanaan
Kegiatan
Lokakarya / FGD
Unsur
Unsur Swasta
Pemerintah
Unsur
Masyarakat /
Asosiasi
Stakeholders
Perumusan
Aspirasi
Gambar 1.6
Proses Aspirasi Stakeholders
D. Pendekatan Teoritis
Pendekatan ini dilakukan dengan cara melakukan kajian literatur terhadap bebagai
teori yang terkait dengan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri. Pendekatan teoritis
dilakukan agar azas keselarasan yang diinginkan dalam penyusunan profil informasi
dapat terwujud yaitu keselarasan antara teori dan praktek. Lebih jelasnya mengenai
pendekatan teoritis dapat dilihat pada Gambar 1.7.
Pendekatan pola pikir perencanaan yang diuraikan tidak dapat dipisahkan dari
kinerja dan permasalahan spesifikasi program masing-masing tugas bidang dalam
lingkup Kementerian PUPR. Peta kondisi sosial khususnya telah mengalami
pertumbuhan penduduk sangat pesat dan berdampak pada semakin meningkatnya
kebutuhan akan infrastruktur PUPR. Untuk lebih jelasnya pendekatan pola pikir
perencanaan dalam Penyusunan Profil Informasi PHLN Bidang PUPR dapat dilihat
pada Gambar 1.8.
Gambar 1.7
Metode Pendekatan Teoritis
Gambar 1.8
Pendekatan Pola Pikir Perencanaan
A. Tahap Persiapan
1. Mobilisasi tim;
2. Penyempurnaan rencana kerja dan metodologi;
3. Koordinasi antara Tim Konsultan dengan pemberi kerja;
Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan melakukan survey, baik survey
primer (survey lapangan) maupun survey sekunder (survey data instansional), yang
bertujuan untuk dapat mengidentifikasi isu permasalahan, kebijakan dan program
pembangunan infrastruktur PUPR, sumber pembiayaan dan kelembagaan serta
struktur organisasi pada setiap bidang di Kementerian PUPR terkait dengan PHLN.
Kegiatan survey dan pengumpulan data dilakukan pada tingkat pusat dan tingkat
daerah. Untuk lingkup pusat, survey akan dilakukan pada lingkup Kementerian
PUPR,s edangkan pada lingkup daerah, survey dan pengumpulan data dilakukan di
Provinsi Jawa Timur.
Adapun Metode yang digunakan dalam tahap survey dan pengumpulan data adalah :
1. Survey Sekunder
2. Survey Primer
Survey primer atau yang biasa disebut survey lapangan dilakukan dengan
mencari informasi secara langsung di lapangan untuk menguji kebenaran atas
fakta yang diperolah dari survey sekunder dan untuk mengetahui kondisi
dilapangan yang sebenarnya melalui wawancara dengan narasumber yang dapat
dipercaya secara selektif dan melakukan FGD / workshop dan diskusi terhadap
permasalahan tertentu yang memerlukan pandalaman informasi.
Survey primer yang dilakukan terkait pengambilan data berupa kondisi eksisting
terkait isu strategis terkait pembangunan infrastruktur PUPR, kelembagaan yang
mengelola, pembiayaan serta teknologi informasi yang digunakan.
metode pengumpulan data primer juga disertai dengan FGD / workshop dan
diskusi kelompok terarah secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu
diskusi yang dilakukan secara sistematis dan terarah atas suatu isu atau masalah
tertentu. Meski sebuah FGD / workshop dan diskusi tidaklah sama dengan
pembicaraan beberapa orang seperti di kedai kopi. Karena FGD / workshop dan
diskusi tidak hanya sebuah diskusi tetapi terarah dan sistematis. Dengan kata
lain, FGD / workshop dan diskusi adalah sebuah bentuk diskusi yang dirancang
sedemikian rupa untuk mendapat informasi tertentu. Peserta, proses dan topik
diskusi dirancang sedemikian rupa untuk mendapatkan informasi tertentu.
Tabel 1.1
Karakteristik FGD / Workshop
Aspek Karakteristik
Format Diskusi
Jumlah Peserta Diskusi Antara 10 – 40 orang
Panjang / Lama Diskusi Antara 2 – 3 jam tiap sesi
Peserta Diseleksi atau ditentukan oleh penyelenggara sesuai dengan tujuan riset
Gerak tubuh dan bahasa non verbal
Bentuk data Mempunyai karakteristik atau ciri yang sama
Percakapan (termasuk intonasi atau mimik muka)
Pengambilan data Rekaman diskusi (bisa audio atau video)
Transkrip hasil diskusi
Moderator Menggunakan petunjuk pelaksanaan diskusi
Dilengkapi dengan topik-topik yang akan didiskusikan termasuk alokasi
waktu dari masing-masing topik
Format laporan Deskripsi dan narasi dengan pengutipan pilihan komentar atau pendapat
Analisis dari aspek yang banyak dibicarakan (misalnhya argumentasi
yang banyak muncul, sudut pandang yang banyak keluar dari peserta
dsb)
Sumber : Panduan Menyelenggarakan FGD oleh Lingkaran Survei Indonesia
C. Tahap Analisis
praktis. Analisis yang akan dilakukan dalam Penyusunan Profil Informasi PHLN
Bidang PUPR meliputi :
D. Perumusan Indikator dan Rencana Program dan Kegiatan Pokok Bidang PUPR
• Kualitas; dan
• Biaya.
3. Achievable: Target kinerja dapat dicapai terkait dengan kapasitas dan sumber
daya yang ada
4. Relevant: Mencerminkan keterkaitan (relevansi) antara target dalam Output
dalam rangka mencapai target Outcome yang ditetapkan; serta antara target
dalam Outcome dalam rangka mencapai target Impact yang ditetapkan
5. Time Bound: Waktu/periode pelaporan pencapaian kinerja ditetapkan
Program /
Sasaran Indikator Outcome
Subprogram
Program /
Sasaran Indikator Outcome
Subprogram
peningkatan, dan rehabilitasi Meningkatnya luas layanan jarigan
jaringan irigasi, serta operasi irigasi air tanah seluas …. ha dan
dan pemeliharaan jaringan tingkat layanan sebesar ….
irigasi. Meningkatnya luas layanan jarigan
irigasi rawa seluas …. ha dan tingkat
layanan sebesar ….
Meningkatnya ketersediaan Meningkatnya ketersediaan air baku
air baku untuk kebutuhan air permukaan sebesar ….
pokok sehari-hari, perkotaan, Meningkatnya ketersediaan
dan industri. prasarana air tanah untuk
mensuplai air baku untuk
kebutuhan pokok sehari-hari
sebesar …
Gambar 1.9
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Bab 1 Pendahuluan
Berisi mengenai pembahasan dan uraian latar belakang, tujuan dan sasaran yang akan dituju,
ruang lingkup yang terdiri dari ruang lingkup kegiatan dan wilayah, keluaran dan manfaat, serta
pendekatan dan metodologi pelaksanaan pekerjaan.
Berisi mengenai hasil kajian terhadap kebijakan peraturan perundang – undangan terkait
dengan PHLN, serta tinjauan teori mengenai PHLN.
Berisi mengenai informasi tentang Kementerian PUPR, meliputi visi dan misi, tujuan dan sasaran
strategis, struktur organisasi, program dan kegiatan Bidang PUPR, serta kerangka pendanaan
Kementerian PUPR.
Berisi mengenai pembahasan tentang informasi hasil pelaksanaan PHLN Bidang PUPR, dasar
penyusunan profil PHLN Bidang PUPR, permasalahan pelaksanaan PHLN Bidang PUPR, istilah
dan definisi, jenis dan sumber PHLN Bidang PUPR, informasi pelaksanaan PHLN Bidang PUPR
yang didanai oleh Kelompok Multilateral dan Kelompok Bilateral.
Berisi mengenai pembahasan tentang progres pelaksanaan PHLN Bidang PUPR yang dirinci
menurut Satminkal dan Donor, serta target kumulatif dan penyerapan anggaran PHLN Bidang
PUPR.
Peraturan perundangan yang menjadi dasar bagi Penyusunan Profil Informasi PHLN Bidang
PUPR meliputi :
20. Peraturan Menteri Keuangan No. 169./PMK.07./2008 tentang Tata Cara Penyaluran Hibah
Kepada Pemerintah Daerah;
21. Peraturan Menteri Keuangan No. 207/PMK.05/2008 tentang Tata Cara Penarikan Pinjaman
Dana/Atau Hibah Luar Negeri yang diterus pinjamkan kepada Badan Usaha Milik
Negara/Pemerintah Daerah sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 216/PMK.05/2009;
22. Peraturan Menteri Keuangan No. 191/PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pengelolaan
Hibah;
23. Peraturan Menteri Keuangan No. 230/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Hibah;
24. Peraturan Menteri Keuangan No. 244/PMK.07/2011 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah;
25. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 15 tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; dan
26. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 13 Tahun 2015 tentang
Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-
2019.
Pembangunan jangka panjang nasional ditetapkan dalam Undang – Undang No. 17 Tahun 2007
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 yang kemudian dijabarkan
ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). RPJMN yang saat ini telah
sampai pada tahap ketiga, diarahkan untuk mempersiapkan proses tinggal landas menuju
masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur, yaitu dengan memantapkan
pembangunan yang menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian pada daya
saing kompetitif, perekonomian berdasarkan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya
manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat.
Strategi pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun ke depan sebagaimana yang tercantum
dalam Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2015 – 2019 berdasarkan kepada :
2. Dimensi Pembangunan
3. Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil. Hal ini meliputi kepastian dan
penegakan hukum, keamanan dan ketertiban, politik dan demokrasi, serta tata kelola dan
reformasi birokrasi.
4. Quickwins. Quickwins dilakukan agar output pembangunan segera dapat terwujud dan
dirasakan hasilnya dan sekaligus dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi masyarakat.
Gambar 2.1
Tahapan Pembangunan Nasional
Gambar 2.2
Strategi Pembangunan Nasional Tahun 2015 – 2019
Untuk menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan
berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan 9 (sembilan) agenda prioritas yang disebut
NAWA CITA, yaitu :
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa
aman kepada seluruh warga negara;
2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya;
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan;
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya;
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia;
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga
bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya;
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik;
8. Melakukan revolusi karakter bangsa; dan
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, pembangunan nasional 2015-2019 akan
diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang mencakup :
1. Sasaran Makro, meliputi pembangunan manusia dan masyarakat serta ekonomi makro;
2. Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat, meliputi kependudukan dan keluarga
berencana; pendidikan; kesehatan, kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan,
serta perlindungan anak;
3. Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan, meliputi kedaulatan pangan; ketahanan energi,
maritim dan kelautan, pariwisata dan industri manufaktur, serta ketahanan air,
infrastruktur dasar dan konektivitas;
4. Sasaran Dimensi Pemerataan meliputi penurunan kesenjangan antar kelompok
ekonomi, serta peningkatan cakupan pelayanan dasar dan akses terhadap ekonomi
produktif masyarakat kurang mampu;
5. Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antarwilayah, meliputi pemerataan pembangunan
antar wilayah; dan
6. Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan meliputi politik dan demokrasi, tata
kelola dan reformasi birokrasi, penguatan tata kelola pemerintah daerah, serta
pertahanan dan keamanan.
Prinsip-prinsip yang harus dipenuhi Pinjaman atau Hibah Luar Negeri (PHLN) sebagaimana
ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan
Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah, meliputi sebagai berikut :
1. Transparan;
2. Akuntabel;
3. Efisien dan efektif;
4. Kehati-hatian;
5. Tidak disertai ikatan politik; dan
6. Tidak memiliki muatan yang dapat mengganggu stabilitas keamanan negara.
Terkait dengan pembangunan infrastruktur yang dibiayai oleh hibah luar negeri, dengan
menerapkan prinsip-prinsip transparan, dapat dipertanggung jawabkan, efissien dan efektif;
Indonesia telah mempunyai mekanisme pengaturan penerimaan hibah luar negeri dan tata cara
penyaluran hibah tersebut hingga sampai di tangan pemanfaat hibah (kementerian / lembaga
atau pemerintahan provinsi / kabupaten / kota) sebagaimana yang (terbaru) ditetapkan melalui
antara lain peratura- perundangan sebagai berikut :
a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara
Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah;
b. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2011 tentang tata cara
perencanaan, pengajuan usulan, penilaian, pemantauan, dan evaluasi kegiatan yang di biayai
oleh pinjaman luar negeri dan hibah;
c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 18/PRT/M/2006 tentang
Petunjuk Teknis Pengendalian Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri Bidang Pekerjaan
Umum;
d. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 52/ PMK.010/2006 tentang tata
cara pemberian hibah kepada Daerah;
e. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 168/PMK.07/2008 tentang Hibah
Daerah;
f. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 169./PMK.07./2008 tentang Tata
Cara Penyaluran Hibah Kepada Pemerintah Daerah;
g. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 207/PMK.05/2008 tentang Tata
Cara Penarikan Pinjaman Dan/Atau Hibah Luar Negeri yang diterus pinjamkan kepada
Badan Usaha Milik Negara/Pemerintah Daerah sebagaimana sudah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 216/PMK.05/2009;
h. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 191/PMK.05/2011 tentang
Mekanisme Pengelolaan Hibah; dan
i. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 230/PMK.05/2011 tentang Sistem
Akuntansi Hibah.
Pinjaman Luar Negeri adalah setiap pembiayaan melalui utang yang diperoleh Pemerintah dari
Pemberi Pinjaman Luar Negeri yang diikat oleh suatu perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk
surat berharga negara, yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu. Sedangkan
yang dimaksud dengan Hibah Pemerintah adalah setiap penerimaan negara dalam bentuk
devisa, devisa yang dirupiahkan, rupiah, barang, jasa dan/atau surat berharga yang diperoleh
dari Pemberi Hibah yang tidak perlu dibayar kembali, yang berasal dari dalam negeri atau luar
negeri.
Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) termasuk obyek pengaturan Perbendaharaan Negara,
sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara. Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara,
termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD.
Dalam hal ini Menteri Keuangan diberi kewenangan oleh negara untuk mengadakan hutang
negara atau hibah baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Undang-undang APBN.
Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah No. 10 tahun
2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah yang mengatur bahwa
baik pinjaman maupun hibah harus ditatausahakan, diadministrasikan dan diakuntasikan secara
baik sehingga laporan yang disajikan akan memberikan manfaat bagi pengambil keputusan.
Oleh karena PHLN menjadi obyek perbendaharaan negara, maka dilaksanakan penatausahaan
Pinjaman Luar Negeri (PLN) dan Hibah, sebagaimana ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah
10 Tahun 2011 tersebut, sebagai berikut :
1. Menteri Keuangan melaksanakan penatausahaan atas Pinjaman Luar Negeri dan Hibah.
2. Penatausahaan Pinjaman Luar Negeri dan Hibah mencakup kegiatan:
a. Administrasi pengelolaan; dan
b. Akuntansi pengelolaan.
3. Setiap Perjanjian Pinjaman Luar Negeri dan Perjanjian Hibah wajib diregistrasi oleh
Kementerian Keuangan.
Sebagaimana ditegaskan dalam dokumen Petunjuk Pengusulan Kegiatan yang dibiayai dari
pinjaman dan / atau hibah luar negeri tahun 2010 – 2014, Kementerian Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, edisi Januari 2012,
diuraikan sebagai berikut :
A. Surat Usulan
Instansi pengusul menyampaikan usulan kegiatan untuk dibiayai dari Pinjaman Luar Negeri
kepada Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas melalui surat yang ditandatangani oleh :
Khusus usulan kegiatan untuk penyertaan modal negara pada BUMN, usulan kegiatan
disampaikan melalui Kementerian Keuangan, yang selanjutnya disampaikan kepada Menteri
Negara PPN/Kepala Bappenas.
Kelengkapan surat usulan kegiatan Pinjaman Luar Negeri harus dilengkapi dengan
persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara Perencanaan
c. Usulan dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai penerusan pinjaman luar
negeri, persyaratan khususnya adalah Surat Menteri yang menyelenggarakan
urusan BUMN mengenai persetujuan atas usulan kegiatan dan kemampuan finansial
BUMN yang bersangkutan, serta Surat Dewan Komisaris mengenai persetujuan atas
usulan kegiatan BUMN yang bersangkutan. Surat persetujuan Menteri BUMN
memuat persetujuan terhadap pemberian penerusan pinjaman luar negeri kepada
BUMN yang bersangkutan dan pernyataan bahwa BUMN yang bersangkutan
memiliki kemampuan finansial untuk mengelola dan mengembalikan pinjaman luar
negeri tersebut. Kelengkapan persyaratan usulan untuk setiap kegiatan yang
diusulkan disampaikan dalam bentuk cetakan (hardcopy) dan elektronik (softcopy).
Seluruh kelengkapan usulan dalam bentuk softcopy dapat disampaikan ke alamat
email: bluebook@bappenas.go.id.
DIPK Pinjaman adalah dokumen yang berisi ringkasan informasi untuk pengusulan
kegiatan yang dibiayai dari pinjaman luar negeri.
1. Umum
a. Judul Kegiatan
Judul kegiatan harus menggambarkan kegiatan yang diusulkan secara singkat dan
jelas.
b. Bentuk Kegiatan
Terdapat 2 (dua) pilihan bentuk kegiatan, yaitu Project Assistance (PA) dan
Technical Assistance (TA). Project Assistance adalah suatu kegiatan pembangunan
yang memanfaatkan berbagai sumber daya luar negeri dengan kegiatan utama
meningkatkan aset fisik instansi pengusul atau masyarakat. Technical Assistance
adalah suatu rencana kegiatan yang menggunakan sumber daya luar negeri yang
diarahkan untuk meningkatkan kapasitas/kemampuan sumber daya manusia dan
sistem manajemen pemerintahan melalui pemanfaatan tenaga ahli, pendidikan dan
pelatihan, penelitian, maupun lokakarya atau seminar.
Instansi penanggung jawab adalah instansi yang bertanggung jawab atas kegiatan
yang dibiayai dari pinjaman luar negeri, yang terdiri dari Kementerian/Lembaga,
Pemerintah Daerah, dan BUMN.
d. Instansi Pelaksana
e. Durasi Pelaksanaan
2. Pembiayaan
Dalam penyusunan perhitungan pembiayaan bagi usulan kegiatan ini, digunakan mata
uang USD sesuai asumsi nilai tukar dalam APBN tahun berjalan.
Nilai pembiayaan menjelaskan rincian biaya dari setiap instansi pelaksana yang terlibat
dalam kegiatan dan dari setiap lokasi tempat kegiatan dilaksanakan, baik nilai
pinjaman, hibah, maupun pendanaan dalam negeri.
a. Bagian ini memuat rujukan bidang pembangunan, prioritas bidang dan fokus
prioritas dari kegiatan yang diusulkan untuk dibiayai dari pinjaman luar
negeri, sesuai dengan RPJMN 2015-2019. Bidang pembangunan tersebut
yaitu :
Latar belakang merupakan ringkasan dari latar belakang yang terdapat dalam
Dokumen Usulan Kegiatan Pinjaman.
Ruang lingkup kegiatan merupakan ringkasan dari ruang lingkup kegiatan yang
terdapat dalam Dokumen Usulan Kegiatan Pinjaman.
d. Sasaran
Bagian ini menggambarkan outcome dan output dari usulan kegiatan yang dibiayai
dari pinjaman luar negeri. Outcome ditujukan untuk melihat keterkaitan antara
usulan kegiatan dengan fokus prioritas sebagaimana tercantum dalam RPJMN
2010-1014. Adapun output dari kegiatan disajikan beserta indikator keluaran
(indikator output) yang terukur, misalnya :
Judul Kegiatan : Pembangunan jalur kereta api antara kota A dan kota B
Output : Tersedianya 300 km jalur kereta api double track antara kota A dan Kota B
Outcome : Tersedianya transportasi massal yang memadai antara kota A dan kota
B.
Bagian ini berisi informasi apakah kegiatan yang diusulkan sudah pernah
dicantumkan dalam dokumen perencanaan sebelumnya DRPLN-JM 2011-2014
atau merupakan usulan kegiatan baru.
a. Persyaratan umum
b. Persyaratan khusus
DUK Pinjaman adalah dokumen yang memuat latar belakang, tujuan, ruang lingkup, sumber
daya yang dibutuhkan, hasil yang diharapkan, termasuk rencana pelaksanaan untuk
mendapatkan gambaran kelayakan atas usulan kegiatan yang dibiayai dari pinjaman luar
negeri. Penyampaian format dan isi DUK Pinjaman dapat berbeda-beda sesuai dengan
karakteristik kegiatan yang diusulkan. DUK Pinjaman harus diotorisasi (ditandatangani)
oleh pejabat penanggung jawab usulan (setingkat eselon 1). DUK Pinjaman sekurang-
kurangnya berisi informasi sebagai berikut:
1. Latar Belakang
2. Tujuan
Tujuan menggambarkan hal-hal apa yang ingin dicapai dengan kegiatan yang
direncanakan.
Ruang lingkup kegiatan menjelaskan aktivitas yang akan dilaksanakan dalam melakukan
suatu kegiatan. Ruang lingkup kegiatan perlu diuraikan dari kegiatan yang umum sampai
ke bagian yang khusus.
Sumber Daya yang dibutuhkan adalah hal-hal yang dibutuhkan untuk melaksanakan
kegiatan tersebut, misalnya sumber daya manusia, barang dan jasa, serta
biaya/kebutuhan dana.
Hasil yang diharapkan menggambarkan output dan outcome dari pelaksanaan kegiatan,
yang disajikan secara kuantitatif dan kualitatif. Pada bagian ini dijelaskan pula bahwa
kegiatan ini tidak overlap dengan kegiatan lain, serta perlu dijelaskan mengenai
keberlanjutan dari kegiatan tersebut.
Jenis dan Sumber Pinjaman Luar Negeri (PLN), sebagaimana ditegaskan dalam
Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman
Luar Negeri dan Penerimaan Hibah, menurut jenisnya terdiri atas :
a. Kreditor Multilateral;
b. Kreditor Bilateral;
c. Kreditor Swasta Asing; dan
d. Lembaga Penjamin Kredit Ekspor.
Dalam hal pinjaman luar negeri (PLN) digunakan untuk diteruspinjamkan kepada
Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah selanjutnya dapat meneruspinjamkan
dan/atau menerushibahkan pinjaman luar negeri tersebut kepada Badan Usaha Milik
Daerah.
Perencanaan Pinjaman Luar Negeri (PLN) terdiri dari Perencanaan Pembiayaan dan
Perencanaan Kegiatan. Dalam hal perencanaan pembiayaan, PLN merupakan bagian
dari Nilai Bersih Pinjaman yang disetujui Dewan Perwakilan Rakyat. Perubahan
pinjaman yang tidak menambah selisih lebih dari Nilai Bersih Pinjaman, tidak
memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Persetujuan Dewan Perwakilan
dimaksud merupakan bagian dari persetujuan APBN. Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas menyusun rencana batas maksimal PLN
yang ditinjau setiap tahun. Rencana batas maksimal PLN disusun dengan
mempertimbangkan:
2. Pengusulan Kegiatan
Sedangkan yang dimaksud dengan Daftar Kegiatan adalah daftar rencana kegiatan
yang telah tercantum di dalam DRPPLN dan siap untuk diusulkan kepada dan/atau
dirundingkan dengan calon Pemberi Pinjaman Luar Negeri.
- struktur organisasi,
- pembagian kerja dan tanggung jawab pelaksana kegiatan, dan
- mekanisme kerjanya.
Hibah Terencana adalah Hibah yang diterima Pemerintah dari donor/pemberi hibah dan
dibelanjakan oleh Kementerian/Lembaga yang pencairan dananya melalui Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN). Adapun hibah terencana ini memiliki ciri antara lain :
Mekanisme pencairan dananya dengan menggunakan mekanisme Transfer ke Rekening Kas
Umum Negara (R-KUN), Direct Payment (Pembayaran langsung), Letter of Credit, Special Account
(Rekening Khusus) dan Pre Financing (pembiayaan pendahuluan). Kementerian dapat
membelanjakan dana hibah dari donor setelah Dokumen Anggaran diperoleh. Sedangkan Hibah
Langsung adalah Hibah yang berasal dari pemberi hibah yang diterima secara langsung oleh
Kementerian/Lembaga dan dibelanjakan secara langsung tanpa melalui pencairan dana dari
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Agar mekanisme penerimaan dan
penggunaan hibah oleh Kementerian/Lembaga sesuai dengan mekanisme Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN), maka Kementerian/Lembaga wajib melakukan registrasi, ijin
pembukaan rekening, revisi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan pengesahan. Adapun
ciri-ciri hibah langsung ini antara lain : Perjanjian hibah ditandatangani langsung oleh
Kementerian/Lembaga, pencairan dananya tidak melalui KPPN, namun pengesahannya akan
dilakukan di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Hibah dapat diperoleh secara
langsung dari pihak pemberi hibah dalam bentuk uang, barang/jasa, dan surat berharga (khusus
Bendahara Umum Negara – BUN).
Transaksi hibah baik penerimaan dan pengeluaran hibah sewajarnya dikelola secara on budget
dan on treasury artinya hibah dari mulai tahap perencanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, dan dalam hal diterima dalam bentuk tunai maka rekening yang digunakan untuk
menampung uang tersebut telah disetujui oleh Menteri Keuangan. Namun dalam
pelaksanaannya, banyak hibah yang diterima diterima dan digunakan secara langsung sehingga
tidak melalui mekanisme on budget dan on treasury.
Pertanggungjawaban atas penerimaan dan penggunaan hibah merupakan wujud dari tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance), lebih efektif, efisien, transparan dan akuntabel,
sebagai amanat Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Penyajian dan
pengungkapan (disclosure) laporan yang akurat dan informatif juga merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dalam mendukung aspek akuntabilitas dan tranparansi.
Perencanaan dan pembangunan infrastruktur yang dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan
Belanja Nasional (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ataupun
yang dibiayai oleh panjaman luar negeri dan/atau hibah luar negeri (hibah yang direncanakan
atau hibah langsung) untuk semua bidang pembangunan, termasuk untuk sektor-sektor sanitasi,
drainase dan persampahan pada dasarnya diselenggarakan oleh pemerintah Indonesia /
Provinsi / Kabupaten / Kota, diselenggarakan dengan menggunakan norma / standard /
prosedur / kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya yang meliputi aspek-aspek: pengaturan,
pembinaan, pembangunan dan pengawasan (monitoring, evaluasi kegiatan dan evaluasi kinerja)
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Terkait transparansi untuk setiap perencanaan dan pembangunan di Indonesia, termasuk untuk
perencanaan dan pembangunan infrasruktur yang dibiayai oleh hibah luar negeri telah dijamin
oleh Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Undang-undang
tersebut menempatkan keterbukaan informasi publik sebagai sarana dalam mengoptimalkan
pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan Badan Publik lainnya dan segala
sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik.
Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau
diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan
negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan
Undang-Undang tersebut serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik. Dalam
hal ini, Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi
dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh
dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, atau organisasi nonpemerintah sepanjang sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri.
Hibah yang diterima Pemerintah, sebagaimana ditegaskan dalam PP Nomor 10 Tahun 2011
tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah, dilaksanakan
sebagai bagian dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Hibah digunakan
untuk:
Hibah yang diterima Pemerintah dalam bentuk uang tunai disetorkan langsung ke Rekening
Kas Umum Negara atau rekening yang ditentukan oleh Menteri Keuangan sebagai bagian dari
penerimaan APBN.
Sedangkan hibah yang diterima Pemerintah dalam bentuk uang untuk membiayai kegiatan
dicantumkan dalam dokumen pelaksanaan anggaran, dalam hal ini Pemerintah dapat
menerima hibah dalam bentuk uang untuk membiayai kegiatan melalui Dana Perwalian.
Hibah yang diterima Pemerintah dalam bentuk barang/jasa dinilai dengan mata uang Rupiah
pada saat serah terima barang/jasa untuk dicatat dalam Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat. Sementara hibah yang diterima Pemerintah dalam bentuk surat berharga dengan
mata uang Rupiah berdasarkan nilai nominal yang disepakati pada saat serah terima oleh
pemberi hibah dan Pemerintah untuk dicatat di dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Hibah terencana atau hibah yang direncanakan adalah hibah yang dilaksanakan melalui
mekanisme perencanaan, sedangkan hibah langsung adalah hibah yang dilaksanakan tidak
melalui mekanisme perencanaan.
Sedangkan hibah yang bersumber dari luar negeri bisa berasal dari:
Negara asing;
Lembaga di bawah perserikatan bangsa-bangsa;
Lembaga multilateral;
Lembaga keuangan asing;
Lembaga non keuangan asing;
Lembaga keuangan nasional yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di luar
wilayah negara republik indonesia; dan
Perorangan.
RPH memuat arah kebijakan, strategi, dan pemanfaatan hibah jangka menengah sesuai
dengan prioritas pembangunan nasional, dengan berpedoman pada RPJMN. Menteri
Negara PPN/Kepala Bappenas menetapkan RPH paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
RPJMN, namun RPH dapat diperbaharui dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan.
f. Berdasarkan DRKH tersebut Menteri mengusulkan kegiatan yang dibiayai dengan hibah
kepada calon pemberi hibah.
4. Penerusan Hibah
Penerusan Hibah, sebagaimana ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2011
tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah, dilaksanakan
dengan ketentuan sebagai berikut :
5. Pengusulan Kegiatan
a. Kegiatan dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pengusul hibah tersebut,
dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
Tugas dan fungsi instansi pengusul hibah,
Prioritas instansi pengusul hibah yang tercantum dalam rencana strategis.
b. Kegiatan yang direncanakan untuk diterushibahkan kepada Pemerintah Daerah dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
Urusan Pemerintah Daerah dan diprioritaskan untuk Pemerintah Daerah yang
memiliki kapasitas fiskal rendah,
Manfaat bagi masyarakat di daerah tersebut, dan/atau
Bidang tugas instansi pengusul hibah;
c. kegiatan yang direncanakan untuk dipinjamkan kepada Pemerintah Daerah dan/atau
BUMN, sepanjang diatur dalam perjanjian Hibah.
Adapun persyaratan umum usulan kegiatan yang dibiayai dari hibah mencakup:
a. Daftar Isian Pengusulan Kegiatan (DIPK) Hibah, yaitu dokumen yang berisi ringkasan
informasi untuk pengusulan kegiatan yang dibiayai dari Hibah; dan
b. Dokumen Usulan Kegiatan (DUK) Hibah, yaitu dokumen yang memuat latar belakang,
tujuan, ruang lingkup, sumber daya yang dibutuhkan, dan hasil yang diharapkan
termasuk rencana pelaksanaan untuk mendapatkan gambaran kelayakan atas usulan
kegiatan yang dibiayai dari Hibah.
Untuk usulan kegiatan instansi pengusul hibah yang direncanakan untuk diterushibahkan
kepada Pemerintah Daerah harus dilampiri dengan surat usulan Pemerintah Daerah calon
penerima penerusan hibah. Dalam menyusun usulan kegiatan tersebut instansi pengusul
hibah diharuskan :
Terkait dengan kriteria kesiapan (readiness criteria) untuk kegiatan/proyek yang akan
dibiayai dari Hibah Luar Negeri, cukup fleksibel dan disesuaikan dengan kriteria yang
ditentukan oleh pihak donor. Namun demikian Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas
menetapkan kriteria umum yang mencakup beberapa aspek yang harus dipenuhi dalam
rangka penilaian kelayakan usulan kegiatan dimaksud.
a. Menteri Keuangan untuk digunakan sebagai bahan pengusulan kepada calon Pemberi
Hibah; dan
b. Menteri pada Kementerian/Pimpinan Lembaga yang usulan kegiatannya tercantum
dalam DRKH.
Dalam hal usulan kegiatan yang belum tercantum dalam DRKH namun telah memenuhi
kelayakan dan kesiapan, dapat diajukan kepada calon pemberi hibah dengan ketentuan
bahwa usulan tersebut dicantumkan dalam DRKH tahun berikutnya.
a. Umum
Pendapatan Hibah adalah hibah yang diterima oleh Pemerintah Pusat dalam bentuk
uang, barang, jasa dan/atau surat berharga yang diperoleh dari pemberi hibah yang tidak
perlu dibayar kembali, yang berasal dari dalam negeri atau luar negeri, yang atas
Pendapatan Hibah tersebut, Pemerintah mendapat manfaat secara langsung yang
digunakan untuk mendukung tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga (K/L) atau
diteruskan kepada Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD). Sedangkan Belanja Hibah adalah setiap pengeluaran
Pemerintah Pusat dalam bentuk uang, barang, jasa dan/atau surat berharga kepada
Pemerintah Daerah, pemerintah lainnya atau perusahaan daerah, yang secara spesifik
telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak
secara terus menerus.
SIKUBAH merupakan subsistem dari Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-
BUN) dan menghasilkan laporan keuangan berupa :
Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara yang (SA-BUN) tersebut di atas adalah
serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan
data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi
keuangan yang dilaksanakan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara
(BUN).
Dokumen sumber yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan Pendapatan Hibah
dan Belanja Hibah adalah :
Pendapatan Hibah dalam bentuk uang diakui pada saat kas diterima atau pada saat
pengesahan dilakukan oleh KPPN.
Pendapatan Hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga diakui pada saat
dilakukan pengesahan oleh DJPU.
Pengembalian Pendapatan Hibah pada periode penerimaan, dibukukan sebagai
pengurang pendapatan.
Pengembalian Pendapatan Hibah atas penerimaan tahun anggaran yang lalu,
dibukukan sebagai pengurang ekuitas dana.
Pendapatan Hibah dalam bentuk uang dicatat sebesar nilai nominal hibah yang
diterima. Pendapatan Hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga dicatat
sebesar nilai nominal hibah yang diterima pada saat terjadi serah terima
barang/jasa/surat berharga.
Dalam hal nilai nominal Pendapatan Hibah tersebut di atas tidak diketahui, UAKPA
penerima hibah dapat melakukan estimasi nilai wajarnya.
Pendapatan Hibah dilaksanakan berdasarkan azas bruto:
- Membukukan penerimaan bruto; dan
Pendapatan Hibah Langsung dalam bentuk uang yang sampai dengan akhir tahun
belum digunakan dan belum disahkan, disajikan dalam Neraca K/L.
Pendapatan Hibah Langsung dalam bentuk uang yang telah disahkan dan masih
terdapat sisa pada akhir tahun anggaran, disajikan dalam Neraca K/L dan merupakan
bagian dari Saldo Anggaran Lebih.
Aset yang diperoleh dari Pendapatan Hibah dalam bentuk barang disajikan dalam
Neraca K/L.
Aset yang diperoleh dari Pendapatan Hibah dalam bentuk surat berharga disajikan
dalam Neraca BUN Pengelola Investasi Pemerintah.
Belanja Hibah dalam bentuk barang/surat berharga yang sampai dengan akhir tahun
anggaran belum diserahkan kepada penerima hibah, disajikan dalam Neraca BUN
Pengelola Hibah.
Pendapatan Hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga dan belanja barang
untuk pengesahan persediaan dari hibah, belanja modal untuk pengesahan aset
tetap/aset lainnya dari hibah, pengeluaran pembiayaan untuk pengesahan surat
berharga, tidak dibukukan dalam Laporan Arus Kas.
Entitas akuntansi dan entitas pelaporan menyajikan klasifikasi pendapatan menurut
jenis pendapatan dalam Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Hibah, dan rincian
lebih lanjut jenis pendapatan, disajikan pada CaLK.
Entitas akuntansi dan entitas pelaporan menyajikan klasifikasi Belanja Hibah
menurut organisasi dan menurut fungsi dalam Laporan Realisasi Anggaran Belanja.
Dalam rangka pelaksanaan SIKUBAH, K/L penerima hibah mencatat realisasi belanja
yang bersumber dari hibah, belanja barang untuk pengesahan persediaan dari hibah,
belanja modal untuk pengesahan aset tetap/aset lainnya dari hibah dalam Laporan
Realisasi Anggaran dan mengungkapkan Pendapatan Hibah dalam CaLK.
Dalam rangka pelaksanaan SIKUBAH, UAP-BUN Pengelola Investasi Pemerintah
mencatat realisasi pengeluaran pembiayaan untuk pengesahan surat berharga dari
hibah dalam Laporan Realisasi Anggaran dan mengungkapkan Pendapatan Hibah
dalam CaLK.
Uraian secara rinci mengenai akuntansi Pendapatan Hibah, Belanja Hibah, belanja
barang untuk pengesahan persediaan dari hibah, belanja modal untuk pengesahan
aset tetap/aset lainnya dari hibah dan pengeluaran pembiayaan untuk pengesahan
surat berharga dari hibah, dituangkan dalam Modul SIKUBAH yang menjadi bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Keuangan ini.
Dalam hal ini Kepala Daerah bertanggung jawab terhadap penetapan dan
perhitungan biaya serta penggunaan dana.
Dokumen terkait tersebut di atas telah mendapat pertimbangan terlebih dahulu dari
Kementerian Negara/Lembaga terkait sebelum disampaikan kepada KPA-HPD.
Penyaluran hibah berupa uang yang sumbernya berasal dari pendapatan APBN
dilakukan melalui pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke
Rekening Kas Umum Daerah (RKUD). Pemerintah Daerah dalam rangka penyaluran
hibah membuka rekening tersendiri yang bersifat khusus untuk menampung dana
hibah sebagai bagian dari RKUD sesuai peraturan perundang-undangan. Kepala
Daerah atau kuasanya menyampaikan nomor rekening, nama rekening dan nama
bank kepada KPA-HPD yang dilampiri dengan copy bukti pembukaan rekening.
Permintaan atas penyaluran hibah, untuk tahap pertama dilampiri dengan dokumen
terkait, antara lain :
Permintaan atas penyaluran hibah di atas, untuk tahap berikutnya dilampiri dengan
dokumen terkait, antara lain :
Dalam hal permintaan atas penyaluran hibah untuk hibah yang diatur secara khusus
dalam peraturan perundang-undangan, dapat tanpa dilampiri dokumen laporan
kemajuan pelaksanaan kegiatan (progress report). Dalam hal penyaluran hibah tahap
terakhir telah dilakukan oleh KPA-HPD, Kepala Daerah atau kuasanya
menyampaikan dokumen antara lain :
1. Copy SP2D yang disahkan oleh BUD dan dokumen pendukung terkait; dan
2. Laporan penggunaan hibah dan laporan penggunaan dana pendamping secara
keseluruhan yang ditetapkan oleh SKPD dan dokumen pendukung terkait.
Penyaluran hibah yang sumbernya berasal dari penerusan pinjaman luar negeri
sebagai hibah atau penerusan hibah luar negeri dilakukan melalui pemindahbukuan
dari Rekening Khusus ke RKUD (Rekening Kas Umum Daerah). Pemerintah Daerah
dalam rangka penyaluran hibah membuka rekening tersendiri yang bersifat khusus
untuk menampung dana hibah sebagai bagian dari RKUD. Kepala Daerah atau
kuasanya menyampaikan nomor rekening, nama rekening dan nama bank kepada
KPA-HPD yang dilampiri dengan copy bukti pembukaan rekening. Permintaan atas
penyaluran hibah tersebut, untuk tahap pertama dilampiri dengan dokumen terkait
paling kurang meliputi :
Dalam hal penyaluran hibah tahap terakhir telah dilakukan oleh KPA-HPD, Kepala
Daerah atau kuasanya menyampaikan dokumen terkait paling kurang meliputi :
1. Copy SP2D yang disahkan oleh BUD dan dokumen pendukung terkait; dan
2. Laporan penggunaan hibah dan laporan penggunaan dana pendamping secara
keseluruhan yang ditetapkan oleh SKPD dan dokumen pendukung terkait.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pinjaman
Luar Negeri dan Penerimaan Hibah, bahwa Pinjaman Luar Negeri adalah setiap
penerimaan negara baik dalam bentuk devisa danlatau devisa yang dirupiahkan,
rupiah, maupun dalam bentuk barang danlataujasa yang diperoleh dari pemberi
pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.
Pemberi pinjaman luar negeri adalah negara asing (bilateral), lembaga multilateral,
lembaga keuangan dan lembaga non keuangan asing, dan lembaga keuangan non
asing yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha diluar wilayah negara
Republik Indonesia.
Menurut Giri Tribroto (2001), pinjaman luar negeri dapat ditelaah dari sudut
pandang yang berbeda-beda, Dari sudut pandang pemberi pinjaman atau kreditor,
penelaahan akan lebih ditekankan pada berbagaif aktor yang memungkinkan
pinjaman itu kembali pada waktunya dengan perolehan manfaat tertentu. Sedangkan
bagi penerima pinjaman, penelaahan akan lebih ditekankan pada berbagai faktor
yang memungkinkan pemanfaatannya secara maksimal dengan nilai tambah dan
Pinjaman yang disanggupi oleh suatu negara donor atau kreditor atau yang
dijanjikan secara efektif belum merupakan pinjaman dalam arti nyata. Demikian juga
pinjaman luar negeri yang telah ditandatangan dan dituangkan dalam surat
perjanjian secara riil belum merupakan pinjaman atau hutang. Pinjaman luar negeri
disebut nyata dan efektif setelah ditarik atau digunakan. Jumlah yang drtarik atau
digunakan oleh penerima disebut pinjaman, sedangkan jumlah yang dijanjikan,
disanggupi atau yang ditandatangani hanyalah pinjaman dalam formal dan bukan
pinjaman dalam arti faktual. Secara umum pinjaman luar negeri adalah sebuah
pinjaman yang menimbulkan kewajiban membayar kembali terhadap luar negeri
baik dalam valuta asing maupun dalam rupiah.
Hibah Luar Negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa atau
non devisa yang dirupiahkan, rupiah, maupun dalam bentuk barang dan jasa yang
diperoleh dari pemberi hibah luar negeri yang tidak perlu dibayar kembali. Sesuai
dengan Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pinjaman Luar
Negeri dan Penerimaan Hibah, bahwa Pemberi hibah adalah pemerintah suatu
negara asing, lembaga rnultilateral, lembaga keuangan dan lembaga non keuangan
asing, serta lembaga keuangan non asing yang berdomisili dan melakukan kegiatan
usaha diluar wilayah negara Republik Indonesia yang memberikan hibah kepada
pemerintah.
Menurut Giri Tribroto (2001), jenis-jenis pinjaman luar negeri dapat ditinjau dari berbagai segi,
yaitu :
a. Pinjaman jangka pendek, yaitu pinjaman dengan jangka waktu sampai dengan 5 tahun;
b. Pinjaman jangka menengah, yaitu pinjaman dengan jangka waktu diatas 5 tahun sampai
dengan 15 tahun; dan
c. Pinjaman jangka panjang, yaitu pinjaman dengan jangka waktu diatas 15 tahun.
2. Dari segi status penerima pinjaman, terdiri atas pinjaman pemerintah dan pinjaman swasta
3. Dari segi persyaratan pinjaman, terdiri atas :
a. Pinjaman lunak, yaitu pinjaman yang berasal dari lembaga multilateral maupun bilateral
yang dananya berasal dari iuran anggota (multilateral) atau dari anggaran negara yang
bersangkutan (bilateral) dan ditujukan untuk meningkatkan pembangunan. Tingkat
bunga pinjaman lunak sangat rendah (maksimum 3,5 %), jangka waktu pengembalian 25
tahun atau lebih dan masa tenggang cukup panjang (sekurang-kurangnya 7 tahun) dan
biasanya mengandung hibah sekurang-kurangnya 35 % dari total pinjaman;
b. Pinjaman setengah lunak, yaitu pinjaman yang memiliki persyaratan pinjaman yang
sebagian lunak dan sebagian lagi komersial. Bentuk pinjaman yang masuk kategori ini
adalah fasilitas kredit ekspor dan purchasing and installments sales agreement (PISA);
c. Pinjaman komersial, yaitu pinjaman yang bersumber dari Bank/Lembaga Keuangan
dengan persyaratan yang berlaku di pasar internasional pada umumnya. Tingkat bunga
yang berlaku di pasar internasional antara lain LIBOR ditambah margin sekitar 0,5 %
sampai dengan 1,5 %. Bentuk pinjaman komersial ini dapat berupa pinjaman siaga,
pinjaman sindikasi yang diterima dari sindikat bank-bank internasional dalam bentuk
uang tunai untuk membiayai suatu proyek atau pembiayaan lainnya, dan sewa beli atau
installment sale financing.
a. Pinjaman dari lembaga internasional (multilateral), yaitu pinjaman yang berasal dari
badan-badan internasional seperti World Bank dan Asian Development Bank yang pada
dasarnya merupakan pinjaman yang bersyarat ringan (pinjaman lunak); dan
b. Pinjaman dari negara-negara anggota IGGI/CGI (bilateral), yaitu pinjaman yang berasal
dari lembaga internasional, pinjaman dari negara bilateral anggota IGI/CGI yang
biasanya juga berupa pinjaman lunak.
a. Bantuan proyek, yaitu bantuan luar negeri yang digunakan untuk keperluan proyek
pembangunan dengan cara memasukan barang modal, barang dan jasa;
b. Bantuan teknik;
c. Bantuan program, yaitu pinjaman luar negeri dalam valuta asing yang dapat dirupiahkan
dan digunakan untuk pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Pengelolaan pinjaman luar negeri merupakan kunci pokok dari keberhasilan suatu negara dalam
menerima pinjaman luar negeri. Pengelolaan pinjaman diperlukan agar pinjaman yang diterima
dapat ditangani dengan baik dan dapat diketahui posisi pinjaman luar negeri yang telah diterima
baik untuk keperluan praktis administrasi maupun dalam menlusun berbagai kebijakan dan
strategi pinjaman luar negeri.
Perhatian terhadap utang memiliki arti penting dalam analisis keuangan pemerintah. Menurut
Ulfa (2004) pada dasarnya tidak ada satu negara pun yang tidak memiliki utang, karena
ketidakseimbangan modal umumnya terjadi dan utang tidak selalu merugikan sejauh dikelola
dengan baik. Pinjaman akan aman bagi kondisi fiskal suatu negara jika pemerintah mampu
memelihara kestabilan antara penerimaan pinjaman yang diperoleh dengan kemampuan
pembayaran kembali.
Berangkat dari Loan-pull Theory (Hallberg, 1986), pola permintaan pinjaman luar negeri yang
dilakukan suatu negara dilakukan dalam dua pola. Pola pertama adalah permintaan pinjaman
luar negeri yang digunakan untuk pembiayaan pembangunan betul-betul dilandasi oleh
perhitungan yang matang dan jelas mengenai proyek-proyek yang akan dibiayai. Proyek ini
secara jelas terkait dengan proses peningkatan kapasitas ekonomi nasional yang dapat
meningkatkan kemampuan membayar kembali pinjaman. Pola kedua adalah permintaan
pinjaman luar negeri ditentukan oleh faktor-faktor random yang terkait erat dengan perilaku elit
kekuasaan yang korup. Proyek yang dibiayai tidak terkait dengan peningkatan kapasitas
produksi riil nasional sehingga tidak menimbulkan kapasitas pembayaran kembali, kalaupun
ada, kapasitasnya sangat jauh dibawah yang seharusnya.
Menurut Tuwo (2006) agar utang tidak membebani keuangan pemerintah dan utang dapat
dimanfaatkan secara maksimal untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, maka dalam
pengelolaan pinjaman dan hibah luar negeri harus mengikuti prinsip sebagai berikut :
4. Pinjaman luar negeri dikelola secara hati-hati dan mengikuti kaidah tata pemerintahan yang
baik, efektif, efisien, terbuka, transparan, bertanggungjawab, bertanggung gugat, serta
komitmen pada kelestarian lingkungan hidup. Pinjaman luar negeri harus dimanfaatkan
terutama untuk membangun proyek- proyek yang produktif yang dikemudian hari
menguntungkan bagi rakyat banyak.
5. Pengelolaan dana pinjaman dilaksanakan dengan dasar mekanisme APBN sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1. Menurunkan rasio pinjaman terhadap produk domestik bruto (PDB) dalam rangka
tercapainya ketahanan fiskal yang berkesinambungan;
2. Memperluas ruang gerak fiskal dengan cara menurunkan pembayaran pokok dan bunga
pinjaman luar negeri; dan
3. Mempercepat pembayaran pinjaman luar negeri jika keuangan negara memungkinkan.
Bentuk dan skema pinjaman dan hibah luar negeri sangat penting untuk dipahami karena hal
tersebut menjadi salah satu faktor berpengaruh pada saat perencanaan atau penyiapan usulan
kegiatan. Bentuk dan skema tersebut juga mencerminkan persyaratan atau terms and conditions
pinjaman dan/atau hibah luar negeri.
Bentuk dan skema untuk pinjaman dan hibah luar negeri adalah :
1. Pinjaman dan hibah luar negeri yang dapat diterima adalah yang bersumber dari Negara
asing; Lembaga Multilateral; Lembaga keuangan dan Lembaga non keuangan asing; dan
Lembaga Keuangan non asing yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di luar
wilayah negara Republik Indonesia;
2. Pinjaman Luar Negeri dapat berbentuk Pinjaman Program dan/atau Pinjaman Proyek;
3. Pinjaman Luar Negeri terdiri atas Pinjaman lunak, Fasilitas Kredit Ekspor, Pinjaman
Komersial dan Pinjaman Campuran;
4. Pinjaman Bilateral adalah pinjaman luar negeri yang berasal dari pemerintah suatu negara
melalui suatu lembaga keuangan dan/atau lembaga non keuangan yang ditunjuk oleh
pemerintah negara yang bersangkutan untuk melaksanakan pemberian pinjaman;
5. Pinjaman Multilateral adalah pinjaman luar negeri yang berasal dari lembaga multilateral;
6. Pinjaman Program adalah pinjaman luar negeri dalam valuta asing yang dapat dirupiahkan
dan digunakan untuk pembiayaan APBN;
7. Pinjaman Proyek adalah pinjaman luar negeri yang digunakan untuk membiayai kegiatan
pembangunan tertentu;
8. Pinjaman Lunak adalah pinjaman yang masuk dalam kategori Official Development
Assistance (ODA) Loan atau Concessional Loan, yang berasal dari suatu negara atau lembaga
multilateral, yang ditujukan untuk pembangunan ekonomi atau untuk peningkatan
kesejahteraan sosial;
9. bagi negara penerima dan memiliki komponen hibah sekurang-kurangnya 35 %;
10. Fasilitas Kredit Ekspor adalah pinjaman komersial yang diberikan oleh lembaga keuangan
atau lembaga non-keuangan di negara pengekspor yang dijamin oleh lembaga penjamin
kredit ekspor;
11. Pinjaman Komersial adalah pinjaman luar negeri Pemerintah yang diperoleh dengan
persyaratan yang berlaku di pasar dan tanpa adanya penjaminan dari lembaga penjamin
kredit ekspor;
12. Pinjaman Campuran adalah kombinasi antara dua unsur atau lebih yang terdiri dari hibah,
pinjaman lunak, fasilitas kredit ekspor, dan pinjaman komersial;
13. Hibah Luar Negeri terdiri atas Bantuan teknik, Bantuan proyek, Kerjasama teknik, dan
Kerjasama Keuangan;
14. Hibah Luar Negeri dapat digunakan untuk:
15. Menunjang peningkatan fungsi pemerintahan;
16. Menunjang penyediaan layanan dasar umum;
17. Menunjang peningkatan kemampuan sumber daya manusia;
18. Membantu penyiapan rancangan kegiatan pembangunan;
19. Mendukung pelestarian sumber daya alam, lingkungan hidup, dan budaya;
20. Mendukung pengembangan riset dan teknologi;
21. Bantuan kemanusiaan.
Dalam struktur APBN, pinjaman dan hibah luar negeri dimaksudkan sebagai penerimaan
pembangunan yang berasal dari pinjaman program dan pinjaman proyek. Pinjaman proyek
merupakan pinjaman luar negeri yang sejak awal direncanakan untuk membiayai proyek-
proyek tertentu, sedangkan pinjaman program digunakan untuk membiayai proyek-proyek
pembangunan.
Pada saat ini Pemerintah mengajukan pilihan pada pinjaman dan hibah luar negeri karena
pinjaman dan hibah luar negeri mempunyai fungsi (Dumairy,1997) :
Sumber dalam negeri seperti pencetakan uang tidak dilakukan, karena hal tersebut akan
mengakibatkan tingginya inflasi dalam negeri yang dapat merusak sendi perekonomian
Indonesia.
Manajemen pinjaman mencakup seluruh aktivitas yang terkait dengan pinjaman mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, hingga pengawasan dan evaluasi. Manajemen
pinjaman sangat penting mengingat pinjaman luar negeri sangat rentan dengan berbagai resiko.
Resiko pinjaman luar negeri adalah :
1. Refinancing risk, yaitu resiko kemampuan pembiayaan pinjaman yang jatuh tempo;
2. Risiko nilai tukar, yaitu resiko yang dihadapi akan terjadinya perubahan nilai tukar pada saat
pinjaman jatuh tempo; dan
3. Risiko tingkat suku bunga, yaitu resiko akan terjadinya perubahan suku bunga yang sangat
besar saat pinjaman jatuh tempo terutama untuk pinjaman dengan suku bunga
mengambang.
Perencanaan yang matang akan menghasilkan suatu output yang optimal, dan perencanaan yang
buruk pasti akan menghasilkan output yang buruk. Dalam merencanakan pinjaman luar negeri,
ada tiga hal pokok yang harus dipertimbangkan yaitu :
1. Faktor risiko;
2. Biaya pinjaman yang tercermin dari terms and conditions pinjaman; dan
3. Efektivitas pinjaman. Efektivitas pinjaman penting karena walaupun biaya pinjaman murah,
tetapi jika pinjaman tidak segera direalisasikan maka manfaat pinjaman juga menjadi
berkurang.
Pinjaman luar negeri diperlukan karena dua hal, yaitu untuk menutupi kekurangan pembiayaan
pembangunan yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan perencanaan
pembangunan dan menunjang neraca pembayaran atau menutup defisit yang terjadi pada
neraca pembayaran. Pinjaman luar negeri baru bermanfaat jika benar-benar digunakan untuk
kegiatan investasi yang dapat meningkatkan pendapatan dimasa depan. Pinjaman luar negeri
harus diartikan sebagai pelengkap dalam memacu pencapaian sasaran pembangunan. Dalam
melakukan pinjaman luar negeri dibatasi dengan :
3. Prinsip membangun atas kemampuan sendiri, yang berarti pinjaman luar negeri hanya
berperan sebagai pelengkap; dan
4. Penerimaan pinjaman luar negeri tidak disertai dengan ikatan politik.
Usulan kegiatan Kementerian / Lembaga sekurang kurangnya dilampiri dengan kerangka acuan
kerja dan dokumen studi kelayakan kegiatan. Usulan ini akan dinilai di Kementerian
Pembangunan Nasional / Bappenas dengan memperhatikan rencana kebutuhan pinjaman luar
negeri dan prioritas bidang pembangunan yang dapat dibiayai dengan pinjaman dan hibah luar
negeri.
Seperti halnya Kementerian / Lembaga, manajemen pinjaman ke Daerah dimulai sejak adanya
perencanaan untuk mengusulkan kegiatan untuk dibiayai pinjaman dan hibah luar negeri.
Sebelum diundangkannya PP No. 2 Tahun 2006, Pemerintah Daerah mengajukan usulan
kegiatan yang dibiayai melalui pinjaman pemerintah kepada Menteri Keuangan dan Menteri
Perencanaan dengan tembusan kepada Menteri Kementerian teknis. Namun dengan adanya PP
No. 2 Tahun 2006, maka Pemerintah Daerah harus mengajukan usulan kegiatan investasi untuk
mendapatkan penerusan pinjaman luar negeri Pemerintah kepada Menteri Perencanaan.
Menurut PP No. 2 Tahun 2006, Syarat syarat usulan kegiatan Pemerintah Daerah untuk dibiayai
melalui pinjaman pemerintah adalah :
Bangunan, Penerimaan sumber daya alam, dan bagian daerah lainnya seperti Pajak
Penghasilan Perseorangan, serta Dana Alokasi umum, setelah dikurangi Belanja Wajib,
dengan penjumlahan angsuran pokok, bunga, dan biaya pinjaman lainnya yang jatuh tempo,
paling sedikit 2,5 %; dan
5. Memenuhi kriteria usulan proyek Daerah.
Sebelum diundangkannya PP No. 2 Tahun 2006, penilaian usulan kegiatan dilakukan oleh
Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan dengan membentuk Tim Penilai. Tim Penilai akan
melakukan penilaian terhadap :
Namun dengan berlakunya PP No. 2 Tahun 2006, maka penilaian usulan kegiatan hanya
dilakukan oleh Menteri Perencanaan dengan memperhatikan rencana kebutuhan pinjaman luar
negeri dan prioritas bidang pembangunan yang dapat dibiayai dengan pinjaman luar negeri.
kemudian perundingan dan penandatanganan PPLN dilakukan oleh Menteri Keuangan.
3.1.1 Visi
Rumusan visi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019 adalah
“Terwujudnya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Yang Handal Dalam
Mendukung Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong
Royong”.
3.1.2 Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut, dalam Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019 dirumuskan 5 (lima) Misi sebagai berikut :
3.1.3 Tujuan
Tujuan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat merupakan rumusan kondisi
yang hendak dituju di akhir periode perencanaan. Tujuan ini merupakan penjabaran dari visi
serta dilengkapi dengan rencana sasaran strategis yang hendak dicapai dalam rangka mencapai
sasaran nasional yang tertuang dalam RPJMN tahun 2015-2019. Tujuan Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat secara umum adalah menyelenggarakan infrastrukutur
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan tingkat dan kondisi ketersediaan, keterpaduan,
serta kualitas dan cakupan pelayanan yang produktif dan cerdas, berkeselamatan, mendukung
kesehatan masyarakat, menyeimbangkan pembangunan, memenuhi kebutuhan dasar, serta
berkelanjutan yang berasaskan gotong royong guna mencapai masyarakat yang lebih sejahtera.
Lebih lanjut, tujuan tersebut di jabarkan sebagai berikut :
Goals Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (dampak/Impact pada level
stakeholders) yang dalam hal ini merupakan kondisi yang mencerminkan dampak dari pengaruh
hasil sasaran-sasaran strategis (outcome/impact pada level customer yang dilayani) yaitu
meningkatnya kehandalan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam
mewujudkan: kedaulatan pangan, ketahanan air, dan kedaulatan energi; konektivitas bagi
penguatan daya saing; layanan infrastruktur dasar; dan keseimbangan pembangunan
antardaerah, antar sektor dan antar tingkat pemerintahan sehingga dapat memenuhi
kesejahteraan masyarakat.
Sementara sasaran strategis (outcome/impact pada level customers) dalam hal ini merupakan
kondisi yang hendak dicapai secara nyata oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat sebagai penjabaran dari tujuan yang mencerminkan pengaruh yang ditimbulkan oleh
adanya hasil (outcome) satu atau beberapa program. Sasaran-sasaran strategis tersebut
digambarkan dalam sebuah peta strategi sebagai petunjuk jalan untuk mencapai visi.
Kemudian agar kebutuhan customers dapat terpenuhi maka diperlukan upaya-upaya dalam
internal proses yang harus dilakukan dengan baik, yaitu :
3.2.1 Umum
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 15 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat untuk membantu
Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya air,
penyelenggaraan jalan, penyediaan perumahan dan pengembangan kawasan permukiman,
pembiayaan perumahan, penataan bangunan gedung, sistem penyediaan air minum, sistem
pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan, dan pembinaan jasa
konstruksi;
2. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat;
3. Pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
4. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat;
5. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di daerah;
6. Pelaksanaan penyusunan kebijakan teknis dan strategi keterpaduan pengembangan
infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat;
7. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pekerjaan umum dan perumahan
rakyat;
8. Pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang pekerjaan umum dan
perumahan rakyat; dan
9. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Adapun susunan organisasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat terdiri atas :
1. Sekretariat Jenderal;
2. Inspektorat Jenderal;
3. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air;
A. Kedudukan
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri, yang dipimpin oleh Direktur Jenderal.
B. Tugas
C. Fungsi
Sumber : Permen PUPR No. 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR
Gambar 3.2
Struktur Organisasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya air yang terpadu dan
berkelanjutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan
sumber daya air;
4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengelolaan sumber daya
air;
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengelolaan sumber daya air;
6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air; dan
7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
D. Struktur Organisasi
Tabel 3.1
Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Tahun 2015 – 2019
A. Kedudukan
Direktorat Jenderal Bina Marga berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri, yang dipimpin oleh Direktur Jenderal.
B. Tugas
Sumber : Permen PUPR No. 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR
Gambar 3.3
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
C. Fungsi
D. Struktur Organisasi
Sumber : Permen PUPR No. 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR
Gambar 3.4
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bina Marga
Gambar 3.5
Kebijakan, Strategi dan Program Strategis Direktorat Jenderal Bina Marga 2015 – 2019
Tabel 3.2
Program Penanganan Jalan Direktorat Jenderal Bina Marga
A. Kedudukan
Direktorat Jenderal Cipta Karya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri, yang dipimpin oleh Direktur Jenderal.
B. Tugas
C. Fungsi
D. Struktur Organisasi
Sumber : Permen PUPR No. 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR
Gambar 3.6
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Cipta Karya
A. Kedudukan
B. Tugas
C. Fungsi
Tabel 3.3
Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2015 – 2019
D. Struktur Organisasi
A. Kedudukan
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri, yang dipimpin oleh Direktur Jenderal.
B. Tugas
C. Fungsi
D. Struktur Organisasi
Sumber : Permen PUPR No. 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR
Gambar 3.7
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
Sumber : Permen PUPR No. 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR
Gambar 3.8
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
A. Kedudukan
B. Tugas
C. Fungsi
D. Struktur Organisasi
A. Kedudukan
Inspektorat Jenderal berada di bawah dan bertangung jawab kepada Menteri, yang
dipimpin oleh Inspektur Jenderal.
B. Tugas
C. Fungsi
Sumber : Permen PUPR No. 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR
Gambar 3.9
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan
D. Struktur Organisasi
A. Kedudukan
Sekretariat Jenderal berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri, yang
dipimpin oleh Sekretaris Jenderal.
B. Tugas
Sumber : Permen PUPR No. 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR
Gambar 3.10
Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal
C. Fungsi
D. Struktur Organisasi
A. Kedudukan
B. Tugas
C. Fungsi
Sumber : Permen PUPR No. 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR
Gambar 3.11
Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal
D. Struktur Organisasi
1. Sekretariat Badan;
2. Pusat Perencanaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
3. Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat;
4. Pusat Pengembangan Kawasan Strategis; dan
5. Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan.
A. Kedudukan
B. Tugas
Sumber : Permen PUPR No. 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR
Gambar 3.12
Struktur Organisasi Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
C. Fungsi
D. Struktur Organisasi
1. Sekretariat Badan;
2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air;
3. Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan;
4. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman; dan
5. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan dan Penerapan Teknologi.
A. Kedudukan
B. Tugas
Sumber : Permen PUPR No. 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR
Gambar 3.13
Struktur Organisasi Badan Penelitian dan Pengembangan
C. Fungsi
D. Struktur Organisasi
1. Sekretariat Badan;
2. Pusat Penilaian Kompetensi dan Pemantauan Kinerja;
3. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi;
4. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman, dan
Pengembangan Infrastruktur Wilayah; dan
5. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen dan Pengembangan Jabatan
Fungsional.
Sumber : Permen PUPR No. 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR
Gambar 3.14
Struktur Organisasi Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Meskipun investasi pemerintah dalam pembangunan infrastruktur PUPR yang terpadu dengan
pengembangan wilayah masih relatif belum sebesar dibandingkan dengan kebutuhan lainnya
ataupun dibandingkan dengan negara lainnya namun sangat penting sebagai bentuk nyata
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sehingga dari sisi belanja pemerintah, investasi tersebut
perlu dikelola Kementerian PUPR secara cermat agar dapat berkontribusi secara optimal dalam
pencapaian sasaran-sasaran pembangunan infrastruktur PUPR yang terpadu dengan
pengembangan wilayah. Demikian pula pembiayaan/investasi dari non pemerintah/ investasi
yang berasal dari investasi masyarakat atau swasta sangat diperlukan untuk meningkatkan
kinerja pembangunan infrastruktur PUPR yang terpadu dengan pengembangan wilayah. Agar
peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat terwujud, kerangka pendanaan pembangunan
infrastruktur PUPR yang terpadu dengan pengembangan wilayah diarahkan pada kebijakan
pembiayaan terpadu sebagai berikut :
Tabel 3.4
Kerangka Pendanaan Kementerian PUPR per Program Tahun 2015 – 2019
Alokasi (Miliar Rupiah)
Total
No Program 2015 2016 2017 2018 2019
Renstra Renstra Renstra Renstra Renstra Renstra RPJMN
1 Pengelolaan Sumber Daya Air *) 30.813 62.215 72.407 75.436 75.690 316.562 208.577
2 Penyelenggaraan Jalan 57.051 69.948 52.105 55.121 43.952 278.177 278.177
3 Pembinaan Dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman 15.830 24.201 26.855 29.668 31.552 128.107 124.885
4 Pengembangan Perumahan 7.768 8.780 52.732 55.410 59.973 184.663 33.099
5 Pengembangan Pembiayaan Perumahan **) 342 362 383 406 430 1.924 1.049
6 Pembinaan Konstruksi Dan Fasilitasi Pengusahaan Konstruksi 723 924 1.144 1.365 1.587 5.743 3.558
Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
7 198 214 237 264 297 1.210
Kementerian Pu Dan Perumahan Rakyat 1.985
8 Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur Kementerian Pu-Pr 401 512 531 376 406 2.226
Peningkatan Pengawasan Dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian
9 105 113 120 129 142 609 414
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
Penelitian Dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum Dan
10 520 608 772 790 818 3.508 1.582
Perumahan Rakyat
Pengembangan Sumber Daya Manusia Bidang Pekerjaan Umum Dan
11 569 625 688 757 832 3.471 2.429
Perumahan Rakyat
12 Pengembangan Infrastruktur Wilayah 526 949 1.188 1.303 1.421 5.385 3.467
Permasalahan utama dalam proyek PHLN adalah kurangnya penyerapan anggaran terhadap
biaya total pinjaman atau hibah, hal ini dikarenakan oleh lemahnya pengawasan teknis
pelaksanaan pekerjaan (fisik dan non fisik) serta lemahnya pengawasan anggaran yang
dilakukan untuk pembangunan infrastruktur PUPR.
Dari uraian diatas, berikut ini adalah permasalahan terkait dengan pelaksanaan PHLN Bidang
PUPR, meliputi :
1. Keterlambatan dalam memenuhi dokumen feasibility study (FS), dan dokumen kesiapan
proyek lainnya;
2. Kapasitas penyerapan proyek rendah;
3. Pelaksanaan proyek lebih lambat dari yang direncanakan;
4. Proyek dilaksanakan kurang sesuai dengan desain sehingga membutuhkan realokasi biaya
dan penambahan/pengurangan komponen kegiatan;
5. Keterlambatan proses pengadaan jasa (kontraktor dan konsultan);
6. Masih dalam proses pelelangan;
7. Sulitnya pembebasan lahan;
8. Metode pelelangan yang belum disepakati;
9. Tidak tercantum dalam DIPA TA 2015;
10. Kelengkapan dokumen PHLN yang masih belum lengkap; dan
11. Proses pencatatan hibah di KPPN mengalami penundaan.
Tabel 4.1
APBN – P dan Realisasi Pinjaman Luar Negeri Menurut Satminkal di Kementerian PUPR Tahun 2015
Status : 1 Oktober 2015
APBN-P (Rp Ribu) Realisasi (Rp Ribu) Fisik
No Unit Organisasi
RPM PLN Total % RPM PLN Total % (%)
2 Ditjen Sumber Daya Air 28.810.776.054 1.751.726.200 30.562.502.254 26 12.804.582.926 891.865.411 13.696.448.337 44,81 51,28
3 Ditjen Bina Marga 53.593.207.258 3.381.608.600 56.974.815.858 48 23.150.561.686 1.511.279.751 24.661.841.436 43,29 53,05
4 Ditjen Cipta Karya 17.224.870.921 2.566.095.572 19.790.966.493 17 7.162.282.590 1.093.306.303 8.255.588.893 41,71 46,26
Total 111.024.512.616 7.699.430.372 118.723.942.988 100 46.484.396.251 3.496.451.465 49.980.847.715 42,10 48,59
Sumber : SNVT Pengembangan, Pengendalian dan Pelaksanaan Pekerjaan Strategis Bidang PU dan PR Lainnya, Sekretariat Jenderal, Kementerian PUPR, 2015
13. Kreditor Bilateral adalah pemerintah negara asing atau lembaga yang ditunjuk oleh
pemerintah negara asing atau lembaga yang bertindak untuk pemerintah negara asing yang
memberikan pinjaman kepada Pemerintah.
14. Kreditor Multilateral adalah lembaga keuangan internasional yang beranggotakan beberapa
negara, yang memberikan pinjaman kepada Pemerintah.
15. Kreditor Swasta Asing adalah lembaga keuangan asing, lembaga keuangan nasional, dan
lembaga non keuangan asing yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di luar wilayah
Negara Republik Indonesia yang memberikan pinjaman kepada Pemerintah berdasarkan
perjanjian pinjaman tanpa jaminan dari Lembaga Penjamin Kredit Ekspor.
16. APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) yang selanjutnya disingkat, adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat.
17. BAST (Berita Acara Serah Terima) adalah dokumen serah terima barang/jasa sebagai bukti
penyerahan dan peralihan hak/kepemilikan atas barang/jasa/surat berharga dari Pemberi
Hibah kepada penerima hibah.
18. Closing Date adalah batas akhir waktu untuk pencairan dana PHLN melalui penerbitan SP2D
oleh KPPN.
19. Daftar Kegiatan adalah daftar rencana kegiatan yang telah tercantum di dalam DRPPLN dan
siap untuk diusulkan kepada dan/atau dirundingkan dengan calon Pemberi Pinjaman Luar
Negeri.
20. DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) atau dokumen lain yang dipersamakan adalah
suatu dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh menteri/pimpinan lembaga selaku
Pengguna Anggaran dan disahkan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara
yang berfungsi sebagai dokumen pelaksanaan anggaran dan dokumen pendukung akuntansi
pemerintahan.
21. DRKH (Daftar Rencana Kegiatan Hibah) adalah daftar rencana kegiatan yang layak dibiayai
dengan Hibah dan telah mendapatkan indikasi pendanaan dari Pemberi Hibah.
22. DRPLN-JM (Daftar Rencana Pinjaman Luar Negeri Jangka Menengah) adalah daftar rencana
kegiatan yang layak dibiayai dari Pinjaman Luar Negeri untuk periode jangka menengah.
23. DRPPLN (Daftar Rencana Prioritas Pinjaman Luar Negeri) adalah daftar rencana kegiatan
yang telah memiliki indikasi pendanaan dan siap dibiayai dari Pinjaman Luar Negeri untuk
jangka tahunan.
24. Neraca adalah laporan yang menyajikan informasi posisi keuangan pemerintah yaitu aset,
utang, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.
25. Nilai nominal adalah nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi
berlangsung seperti nilai yang tertera pada lembar surat utang pemerintah.
26. Nilai tercatat (carrying amount) kewajiban adalah nilai buku kewajiban yang dihitung dari
nilai nominal setelah dikurangi atau ditambah diskonto atau premium yang belum
diamortisasi.
27. Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali, dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun
tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
28. SIKUBAH (Sistem Akuntansi Hibah) adalah serangkaian prosedur manual dan
terkomputerisasi meliputi pengumpulan data, pengakuan, pencatatan, pengikhtisaran, serta
pelaporan posisi dan operasi hibah pemerintah.
Pinjaman luar negeri Bidang PUPR yang telah berjalan berasal dari 2 (dua) kelompok sumber
pinjaman, yaitu Kreditor Multilateral dan Kreditor Bilateral. Kreditor Mutilateral merupakan
lembaga keuangan internasional yang beranggotakan beberapa negara, yaitu Bank Dunia (World
Bank), Asian Development Bank (ADB), Islamic Development Bank (IDB). Sedangkan Kreditor
Bilateral merupakan pemerintah negara asing atau lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah
negara asing atau lembaga yang bertindak untuk pemerintah negara asing, yaitu Jepang, China
(Tiongkok), Korea, Australia, Spanyol, dan Jerman.
Hibah luar negeri Bidang PUPR yang telah dan sedang berjalan berdasarkan jenisnya dapat
dikelompokan menjadi :
1. Hibah terencana luar negeri, yang terdaftar dalam DIPA tahun anggaran 2015;
2. Hibah langsung luar negeri, yang tidak terdaftar dalam DIPA tahun anggaran 2015
(berbentuk barang dan jasa); dan
3. Hibah langsung luar negeri, yang sudah ditutup dan tidak terdaftar dalam DIPA tahun
anggaran 2015 (berbentuk barang dan jasa).
Sedangkan untuk sumber hibah luar negeri pada Bidang PUPR bersumber dari lembaga
multilateral dan negara asing. Sumber hibah luar negeri dari lembaga multilateral pada Bidang
PUPR terdiri dari Bank Dunia (World Bank), Asian Development Bank (ADB), USAID, UNDP.
Sedangkan sumber hibah luar negeri dari negara asing pada Bidang PUPR terdiri dari Jepang,
Australia, Jerman, Korea, China (Tiongkok) Belanda, dan Swiss.
Berdasarkan hal tersebut, rincian pelaksanaan PHLN Bidang PUPR yang akan disajikan, terdiri
dari materi sebagai berikut :
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian tabel dan gambar berikut ini.
Instansi Pelaksana
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PUPR
Lokasi Proyek
a. Provinsi Lampung
b. Provinsi Jawa Barat
c. Provinsi Jawa Tengah
d. Provinsi Sulawesi Selatan
e. Provinsi Kalimantan Timur
f. Provinsi NTB
Tujuan Proyek
a. Meningkatkan keamanan dan fungsi sehubungan dengan pasokan air curah besar dari waduk milik Kementerian PU
b. Memperkuat keamanan dan operasional kebijakan manajemen, peraturan dan kapasitas administrative dari kementerian PU
Ruang Lingkup
a. Peningkatan Operasi dan Keamanan Bendungan dan Studi
b. Peningkatan Operasi dan Pemeliharaan dan Peningkatan Kemampuan
c. Pengurangan Sedimentasi pada Waduk
d. Peningkatan Institusi Keamanan Bendungan
e. Manajemen Proyek
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
1 Barang-barang, pelayanan, jasa konsultan dan biaya operasional tambahan untuk bagian pertama dari proyek 28.619.000
2 Barang-barang, pelayanan, jasa konsultan dan biaya operasional tambahan untuk bagian kedua dari proyek 9.798.000
3 Barang-barang, pelayanan, jasa konsultan dan biaya operasional tambahan untuk bagian ketiga dari proyek 5.135.000
4 Barang-barang, pelayanan, jasa konsultan dan biaya operasional tambahan untuk bagian keempat dari proyek 3.362.000
5 Barang-barang, pelayanan, jasa konsultan dan biaya operasional tambahan untuk bagian kelima dari proyek 3.086.000
Total 50.000.000
Tindak Lanjut
Surat Usulan Perpanjangan Loan Closing Date dari Sekjen Kementerian PUPR ke Deputi Pendanaan Bappenas dan Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan
Tanggal 13 April 2015.
Instansi Pelaksana
a. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PUPR
b. Direktorat Jenderal Sarana dan Prasarana, Kementerian Pertanian
c. Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Desa, Kementerian Dalam Negeri
d. Diraktorat Pengairan dan Irigasi, Kementerian Pembangunan Nasional
Lokasi Proyek
Provinsi NAD, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Provinsi Lampung, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah,
Provinsi DI. Yogyakarta, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi NTT
Tujuan Proyek
Untuk membantu peminjam untuk meningkatkan kapasitas sumber daya air wilayah sungai dan pengelolaan irigasi dan meningkatkan produktivitas pertanian irigasi di wilayah proyek.
Ruang Lingkup
a. Pengembangan sumber daya air wilayah sungai
b. Pengembangan dan partisipasi pengelolaan irigasi
c. Pngembangan dan pengelolaan irigasi Jatiluhur
d. Manajemen proyek dan dukungan pelaksanaan
Tindak Lanjut
a. NPMU sedang melakukan evaluasi progres penyerapan loan dan perhitungan sisa loan serta target sampai dengan tahun 2015
b. NPMU melakukan koordinasi dengan para NPIU untuk pemanfaatan sisa loan untuk penambahan target areal rehab irigasi
c. NPMU sedang menyiapkan usulan perpanjangan loan closing date dan realokasi loan ke Bank Dunia
d. NPIU PSDA segera mengambil tindakan yang diperlukan agar masalah ini dapat diselesaikan
e. Agar dilakukan pertemuan/rapat koordinasi rutin dengan daerah untuk mendapat informasi progres yang akurat.
3. JAKARTA URGENT FLOOD MITIGATION PROJECT/ JAKARTA EMERGENCY DREDGING INITIATIVE (JUFMP/JEDI)
Jangka Penyerapan Kumulatif Progress DIPA Kemen. PUPR TA. 2015
Lender Donor ID Nilai Pinjaman (USD) Sisa Pinjaman (USD)
Waktu USD % Varians (%) Target (Rp) Realisasi (Rp) %
8 Agust 2012
IBRD 8121- s/d 101.785.016.000* 43.236.831.000* 42,48*
World Bank 139.640.000 31.955.000 22,88 107.685.000 -37,83
ID 31 Maret 55.178.376.000** 22.795.781.000** 41,31**
2017
Sumber : SNVT Pengembangan, Pengendalian dan Pelaksanaan Pekerjaan Strategis Bidang PU dan PR Lainnya, Sekretariat Jenderal, Kementerian PUPR, 2015
Ket: Angka progres penyerapan kumulatif berdasarkan World Bank - Client Connection as of 01 June 2015 : USD 1 = Rp. 13.140,53
* Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
** Direktorat Jenderal Cipta Karya
Instansi Pelaksana
a. Ditjen Sumber Daya Air Kemen PUPR
b. Ditjen Cipta Karya Kemen PUPR
c. Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta
Lokasi Proyek
Provinsi DKI Jakarta
Tujuan Proyek
Berkontribusi dalam pengembangan operational dan pemeliharaan bagian prioritas system banjir Jakarta
Ruang Lingkup
a. Bagian 1 pengerukan dan rehabilitasi aliran banjir terpilih, kanal-kanal dan cekungan penampung
b. Bagian 2 bantuan teknis untuk manajemen proyek, perlindungan social dan pembangunan kapasitas.
Tindak Lanjut
a. Dilakukan koordinasi yang lebih intensif dengan pihak PT.PLN
b. Pihak BBWS Ciliwung-Cisadane hanya dapat memberikan Rp 200 juta untuk pemindahan tiang listrik dan belum ada kesepakatan antara BBWS Cilcis dan PT.PLN
c. Terus berkoordinasi dengan Pihak DPU DKI untuk mengatur waktu pemompaan air pada waktu jam kerja tertentu.
d. Sudah dilakukan musyawarah bersama antara pejabat Pemerintah Daerah, warga setempat, kontraktor, PIU dan konsultan supervisi, telah disepakati pelebaran hulu S.Tanjungan
e. Pihak BBWS Ciliwung-Cisadane telah mengirimkan surat ke Pemprov. DKI serta melakukan koordinasi secara intensif, namun sampai saat ini belum ada kepastian untuk melakukan
pembebasan tanah.
f. Masih menunggu respon dari Pemprov. DKI Jakarta.
Instansi Pelaksana
a. Ditjen Sumber Daya Air Kemen PUPR
b. Ditjen Sarana dan Prasarana Pertanian, Kementerian Pertanian
c. Ditjen Bina Pembangunan Desa, Kementerian Dalam Negeri
d. Direktorat Pengairan dan Irigasi, Bappenas
e. 6 Pemerintah Daerah Provinsi dan 27 Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Lokasi Proyek
a. Provinsi Lampung (Kab.Lampung, Kab.Lampung Tengah, Kab.Lampung Timur)
b. Provinsi Banten (Kab.Pandeglang, Kab.Lebak)
c. Provinsi Jawa Barat (Kab.Indramayu, Kab.Cirebon, Kab.Garut, Kab.Kuningan)
d. Provinsi Jawa Tengah (Kab.Purworejo, Kab.Cilacap, Kab.Tegal, Kab.Brebes)
Tujuan Proyek
Untuk mencapai pengelolaan desentralisasi dari system irigasi secara berkelanjutan dan peningkatan hasil tanaman irigasi.
Ruang Lingkup
a. Bagian A. Pengelolaan irigasi
b. Bagian B. informasi sumber daya air & pengelolaan asset.
c. Bagian C. Monitoring dan koordinasi proyek
Tindak Lanjut
Instansi Pelaksana
a. Ditjen Sumber Daya Air Kemen PUPR
b. Dit.Pengairan dan Irigasi, Bappenas
c. BBWS Citarum
d. Kementerian Lingkungan Hidup
e. Kementerian Pertanian
f. Kementerian Kesehatan
Lokasi Proyek
a. Jawa Barat (S.Citarum dengan luas 6.600 km2) Tarum Kanal Timur: S.Ciherang, S.Cilamaya, S.Ciasem, S.Cipunegara, S.Cipancuh
b. Tarum Kanal Barat: S.Cikarang dan S.Bekasi
Tujuan Proyek
Meningkatkan pengelolaan sumber daya air terintegrasi di CRB dengan hasil yang diharapkan adalah :
a. Meningkatkan keandalan pasokan air ke Jakarta dan daerah irigasi yang disuplai oleh Kanal Tarum Barat.
b. Meningkatkan efisiensi penggunaan air dan meningkatkan hasil untuk irigasi sawah di tiga distrik di CRB
c. Peningkatan signifikan dalam jumlah inisiatif organisasi non-pemerintah untuk peningkatan air dan pengelolaan daerah tangkapan air di CRB.
d. Meningkatkan kualitas air di saluran air dan reservoir CRB
Ruang Lingkup
a. Bagian 1 : dukungan untuk institusi dan perencanaan untuk pengelolaan sumber daya air terintegrasi
b. Bagian 2 : Pengelolaan dan pengembangan sumber daya air
c. Bagian 3 : Perlindungan lingkungan
d. Bagian 4 : Pengelolaan program investasi
Tindak Lanjut
a. Mempercepat progres fisik di lapangan mengingat seluruh lahan/tanah sudah dibebaskan
b. Mengawasi Right of Way (ROW) Saluran Tarum Barat agar warga tidak kembali lagi ke lahan yang sudah dibebaskan
c. Sedang dalam proses finalisasi nota penjelasan pada Dit.Sungai dan Pantai untuk permintaan persetujuan ke Ditjen SDA
d. Rencana penarikan yang harus dikejar 3 triwulan kedepan adalah sebesar Rp 123 M (paket 2500-INO) dan Rp 114 M (paket 2501-INO), dan Rp 278 M (DIPA 2015)
Instansi Pelaksana
Ditjen Bina Marga Kemen PUPR
Lokasi Proyek
a. Provinsi Jambi
b. Provinsi Sumatera Selatan
c. Provinsi Lampung
d. Provinsi Banten
e. Provinsi Jawa Barat
f. Provinsi Jawa Tengah
g. Provinsi Jawa Timur
Tujuan Proyek
Untuk meningkatkan daya saing ekonomi dengan cara meningkatkan kapasitas dan kualitas jalan nasional strategis di pulau Jawa dan
Sumatera, meningkatkan keamanan jalan dan meningkatkan efisiensi, kualitas dan transparansi pengadaan pekerjaan dan implementasi
di Peminjam Kementerian PU.
Ruang Lingkup
a. Bagian 1: Pengembangan Jalan Nasional Strategis
b. Bagian 2: Dukungan Pelaksanaan
c. Bagian 3: Pengembangan instusional sektor jalan
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
Tindak Lanjut
a. Pemda akan menyediakan anggaran (DIPA) dan akan menyelesaikan hal ini menggunakan DIPA 2014. Kontraktor mempercepat pelaksanaan pekerjaan
b. Pemda akan menyediakan anggaran (DIPA) dan akan menyelesaikan hal ini menggunakan DIPA 2014
c. Pemkot Palembang sedang menyelesaikan proses sertifikasi tanah, namun sampai akhir Juni belum selesai dikarenakan sertifikat asli umumnya digunakan sebagai agunan pinjaman
di Bank
Instansi Pelaksana
Ditjen Bina Marga Kemen PUPR
Lokasi Proyek
a. Provinsi Sumatera Utara
b. Provinsi Sumatera Barat
c. Provinsi Bengkulu
d. Provinsi Lampung
Tujuan Proyek
Untuk meningkatkan penggunaan yang efektif dari jalan nasional yang terpilih sepanjang koridor Sumatra bagian barat dengan cara
mengurangi biaya pengguna jalan
Ruang Lingkup
a. Tahap 1 : Perbaikan dan ekspansi kapasitas jalan nasional
b. Tahap 2 : Dukungan pelaksanaan
c. Tahap 3 : Pengembangan kelembagaan sektor jalan
d. Tahap 4 : Kemungkinan untuk respon resiko bencana
Tindak Lanjut
a. Pengendalian pelaksanaan pelelangan. Semua pihak terkait agar melakukan percepatan persiapan pelaksanaan (finalilsasi desain), persiapan lelang dan pelaksanaan pelelangan
Instansi Pelaksana
Ditjen Bina Marga Kemen PUPR
Lokasi Proyek
a. Provinsi Jawa Tengah
b. Provinsi Jawa Timur
c. Provinsi Kalimantan Utara
d. Provinsi Kalimantan Barat
Tujuan Proyek
a. IDB :
Proyek yang diusulkan mencakup rehabilitasi, perbaikan atau konstruksi baru jalan kira-kira sepanjang 476 km termasuk 3848 m
jembatan di empat provinsi di Indonesia (Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat dan provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah)
b. ADB :
Untuk meningkatkan efisiensi transportasi jalan dan keamanan jalan, meningkatkan pemeliharaan jalan, perencanaan dan
pengawasan, membangun kapasitas dalam instansi terkait sektor jalan dan meningkatkan akses untuk kesempatan ekonomi dan
layanan social di are proyek.
Ruang Lingkup
a. IDB :
- Road Development / pengembangan jalan
- Support to Road Sector Development Program / dukungan untuk Program pembangunan sektor jalan
- Start-up Workshop & Familiarization with IDB Procedures and Guidelines / start-up workshop dan sosialisasi dengan prosedur dan pedoman IDB
- Financial Audit: It will be done by the Government's already designated Audit Board (BPK) as an independent auditor/ Audit keuangan: akan dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) sebagai auditor independen
b. ADB :
- Component 1 - Development of National and Strategic Roads /Komponen 1: Pengembangan jalan nasional dan strategis
- Component 2 - Road Sector Development Program / Komponen 2: Program Pengembangan Sektor Jalan
Tindak Lanjut
a. IDB :
- Percepatan proses lelang agar segera mobilisasi
- Monitoring proses pelaksanaan agar sesuai dengan jadwal yang sudah ada
- Monitoring persetujuan BER ke IsDB agar dapat segera memulai kegiatan di lapangan
b. ADB :
- Monitoring proses pelaksanaan agar sesuai dengan jadwal yang sudah ada
- Monitoring persetujuan BER ke ADB agar dapat segera memulai kegiatan di lapangan
Instansi Pelaksana
Ditjen Cipta Karya Kemen PUPR
Lokasi Proyek
Kota Cimahi, Kota Palopo, Kota Pare – Pare, Kab. Sidrap, Kab. Prigi Moutong, Kota Palangkaraya, Kab. Barru, Kota Banda Aceh, Kab.
Morowali, Kota Sawahlunto
Tujuan Proyek
Untuk membantu peminjam dalam meningkatkan penyediaan layanan perkotaan dengan melibatkan ULGs dan tambahan partispasi
ULGs
Ruang Lingkup
a. Bagian A : Reformasi Perkotaan
b. Bagian B : Program dukungan investasi perkotaan untuk ULGs partisipasi dan tambahan ULGs partisipasi
Tindak Lanjut
a. CPMU memantau proses pelaksanaan fisik
b. CPMU memantau proses pelelangan
c. CPMU memantau perkembangan atas masalah tersebut
2. THIRD WATER SUPPLY AND SANITATION FOR LOW INCOME COMMUNITIES (PAMSIMAS)
Nilai Pinjaman Penyerapan Kumulatif Sisa Pinjaman Progress DIPA Kemen. PUPR TA. 2015
Lender Donor ID Jangka Waktu
(USD) USD % (USD) Varians (%) Target (Rp) Realisasi (Rp) %
6 Juni 2008
World Bank IDA Cr.4204-IND s/d 136.333.021 125.028.000 96,94 11.305.021 -3,06 - - 0
30 Juni 2013
Sumber : SNVT Pengembangan, Pengendalian dan Pelaksanaan Pekerjaan Strategis Bidang PU dan PR Lainnya, Sekretariat Jenderal, Kementerian PUPR, 2015
Ket: Angka progres penyerapan kumulatif berdasarkan World Bank - Client Connection as of 01 June 2015 : USD 1 = Rp. 13.140,53
Instansi Pelaksana
a. Ditjen Cipta Karya Kemen PUPR
b. Dit.Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup Ditjen Bina Pembangunan Daerah - Kementerian Dalam Negeri
c. Dit.Sumber Daya dan Teknologi Tepat Guna Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa - Kementerian Dalam Negeri
d. Dit.Penyehatan Lingkungan Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan - Kementerian Kesehatan
Lokasi Proyek
Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi
Kalimantan Selatan, Provinsi NTT, Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Selatan
Tujuan Proyek
Untuk meningkatkan jumlah populasi penduduk berpenghasilan rendah di pedesaan dan pinggiran kota mengakses fasilitas air dan
sanitasi yang sudah diperbaiki dan mempraktekkan perilaku hidup bersih sebagai bagian dari upaya penerima untuk mencapai WSS-
MDGs, melalui pengarusutamaan program dan peningkatan pendekatan berbasis masyarkat secara nasional.
Ruang Lingkup
a. Bagian A: Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan Lokal
b. Bagian B: Meningkatkan Perilaku dan Layanan Kebersihan dan Sanitasi
c. Pasokan Air dan Infrastruktur Sanitasi
d. Bagian D: Hibah Insentif Kabupaten atau Desa
e. Bagian E: Dukungan Pelaksanaan dan Pengelolaan Proyek
Tindak Lanjut
Diharapkan segera menyelesaikan Project Completion Report (PCR)
3. NATIONAL PROGRAM FOR COMMUNITY EMPOWERMENT IN URBAN AREAS PROJECT (PNPM MANDIRI PERKOTAAN)
Nilai Pinjaman Penyerapan Kumulatif Sisa Pinjaman Progress DIPA Kemen. PUPR TA. 2015
Lender Donor ID Jangka Waktu
(USD) USD % (USD) Varians (%) Target (Rp) Realisasi (Rp) %
29 Juli 2009
World Bank 7664-ID s/d 115.000.000 114.955.000 99,96 45.000 2.593.250.000 - 0
31 Des 2014
Sumber : SNVT Pengembangan, Pengendalian dan Pelaksanaan Pekerjaan Strategis Bidang PU dan PR Lainnya, Sekretariat Jenderal, Kementerian PUPR, 2015
Ket: Angka progres penyerapan kumulatif berdasarkan World Bank - Client Connection as of 01 June 2015 : USD 1 = Rp. 13.140,53
Instansi Pelaksana
Ditjen Cipta Karya Kemen PUPR
Lokasi Proyek
Provinsi NAD, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau, Provinsi Kep. Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Bengkulu, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Bangka Belitung,
Provinsi Lampung, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi DI. Yogyakarta, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi
Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan, Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Gorontalo, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi
Sulawesi Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi Bali, Provinsi NTB, Provinsi NTG, Provinsi Maluku, Provinsi Maluku Utara, Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat
Tujuan Proyek
Untuk membantu penerima memastikan bahwa masyarakat miskin di Kelurahan yang berpartisipasi mendapatkan manfaat dari perbaikan tata kelola sosial-ekonomi dan kondisi
pemerintahan setempat
Ruang Lingkup
a. Tahap 1 : Pembangunan Kapasitas Pemerintahan Lokal dan Masyarakat
b. Tahap 2 : Hibah Kelurahan dan Pinjaman Subsidi
c. Tahap 3 : Pelaksanaan dan Bantuan Teknis
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
Tindak Lanjut
Diharapkan segera menyelesaikan Project Completion Report (PCR)
Instansi Pelaksana
Ditjen Cipta Karya Kemen PUPR
Lokasi Proyek
a. Kabupaten Kapuas
b. Kabupaten Muara Enim
c. Kabupaten Bogor
Tujuan Proyek
Untuk meningkatkan dan menambah layanan pasokan air di area proyek dengan memperkuat utilitas air setempat supaya beroperasional
secara efisien dan berkelanjutan secara finansial.
Ruang Lingkup
a. Meningkatkan sistem pasokan air untuk Kota Bogor
b. Meningkatkan sistem distribusi air di Kabupaten Kapuas
c. Meningkatkan sistem pasokan air untuk Kabupaten Muara Enim.
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
1 Barang dan Pekerjaan di Bagian 1 dari proyek 9,060,000
2 Barang dan Pekerjaan di Bagian 2 dari proyek 4,150,000
3 Barang dan Pekerjaan di Bagian 3 dari proyek 10,350,000
Total 23.560.000
Tindak Lanjut
a. Kontraktor sudah diminta untuk memperbaiki administrasi proyek dan saat ini proses penagihan sisa kontrak sedang berjalan.
b. KPD-PP/PDAM agar melakukan monitoring secara ketat, sehingga penyelesaian pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu dan IPA Cikareteg dapat difungsikan.
5. THIRD NATIONAL PROGRAM FOR COMMUNITY EMPOWERMENT IN URBAN AREAS PROJECT (PNPM MANDIRI PERKOTAAN)
Nilai Pinjaman Penyerapan Kumulatif Sisa Pinjaman Progress DIPA Kemen. PUPR TA. 2015
Lender Donor ID Jangka Waktu
(USD) USD % (USD) Varians (%) Target (Rp) Realisasi (Rp) %
29 Juni 2010
World Bank 7866-ID s/d 149.980.000 149.980.000 100,00 0 - 31.205.967.000 - 0
31 Des 2013
Sumber : SNVT Pengembangan, Pengendalian dan Pelaksanaan Pekerjaan Strategis Bidang PU dan PR Lainnya, Sekretariat Jenderal, Kementerian PUPR, 2015
Ket: Angka progres penyerapan kumulatif berdasarkan World Bank - Client Connection as of 01 June 2015 : USD 1 = Rp. 13.140,53
Instansi Pelaksana
Ditjen Cipta Karya Kemen PUPR
Lokasi Proyek
Provinsi NAD, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau, Provinsi Kep. Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Bengkulu,
Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Bangka Belitung, Provinsi Lampung, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat,
Provinsi Jawa Tengah, Provinsi DI. Yogyakarta, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi
Kalimantan Selatan, Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Gorontalo, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi
Selatan, Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi Bali, Provinsi NTB, Provinsi NTG, Provinsi Maluku, Provinsi Maluku
Utara, Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat
Tujuan Proyek
Untuk membantu penerima memastikan bahwa masyarakat miskin di Kelurahan yang berpartisipasi mendapatkan manfaat udari perbaikan tata kelola social-ekonomi dan kondisi
pemerintahan setempat.
Ruang Lingkup
a. Tahap 1 : Pembangunan Kapasitas Masyarakat dan Pemerintahan Setempat
b. Tahap 2 : Hibah Kelurahan dan Pinjaman Subsidi
c. Tahap 3 : Pelaksanaan dan Bantuan Teknis
d. Tahap 4 : Rencana untuk respon resiko bencana
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
Tindak Lanjut
a. PMU memonitor progres di lapangan
b. Perlu dilakukan rapat tindak lanjut bersama-sama antara Bappenas, Kementerian Keuangan dan Kementerian PU.
6. NATIONAL PROGRAM FOR COMMUNITY EMPOWERMENT IN URBAN AREAS FOR 2012-2015 (PNPM MANDIRI PERKOTAAN)
Jangka Nilai Pinjaman Penyerapan Kumulatif Sisa Pinjaman Progress DIPA Kemen. PUPR TA. 2015
Lender Donor ID
Waktu (USD) USD % (USD) Varians (%) Target (Rp) Realisasi (Rp) %
1 Maret
2013
World Bank 8213-ID 266.000.000 179.791.000 67,59 86.209.000 -11,82 1.112.896.212.000 89.137.505.000 8,01
s/d
31 Des 2015
Sumber : SNVT Pengembangan, Pengendalian dan Pelaksanaan Pekerjaan Strategis Bidang PU dan PR Lainnya, Sekretariat Jenderal, Kementerian PUPR, 2015
Ket: Angka progres penyerapan kumulatif berdasarkan World Bank - Client Connection as of 01 June 2015 : USD 1 = Rp. 13.140,53
Instansi Pelaksana
Ditjen Cipta Karya Kemen PUPR
Lokasi Proyek
Provinsi NAD, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau, Provinsi Kep. Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Bengkulu,
Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Bangka Belitung, Provinsi Lampung, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat,
Provinsi Jawa Tengah, Provinsi DI. Yogyakarta, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi
Kalimantan Selatan, Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Gorontalo, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi
Selatan, Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi Bali, Provinsi NTB, Provinsi NTG, Provinsi Maluku, Provinsi Maluku
Utara, Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat
Tujuan Proyek
Untuk membantu penerima memastikan bahwa masyarakat miskin di Kelurahan yang berpartisipasi mendapatkan manfaat dari perbaikan pemerintahan setempat dan kondisi hidup
Ruang Lingkup
a. Tahap 1 :Pembangunan kapasitas untuk masyarakat dan pemerintahan setempat
b. Tahap 2 : Kelurahan Grants /Hibah Kelurahan
c. Tahap 3 : Pelaksanaan dan bantuan teknis
d. Tahap 4 :Rencana untuk respon resiko bencana
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
Tindak Lanjut
Sudah dilakukan pembahasan antara PMU dengan Bank Dunia secara lisan Bank Dunia sudah setuju, selanjutnya akan dibicarakan dengan Kementerian 'Keuangan dan Bappenas
7. ADDITIONAL FINANCING FOR THE THIRD WATER SUPPLY AND SANITATION FOR LOW INCOME COMMUNITIES (PAMSIMAS II)
Jangka Nilai Pinjaman Penyerapan Kumulatif Sisa Pinjaman Progress DIPA Kemen. PUPR TA. 2015
Lender Donor ID
Waktu (USD) USD % (USD) Varians (%) Target (Rp) Realisasi (Rp) %
2 Agust
2013
World Bank 8259-ID 99.900.000 48.100.000 48,15 51.800.000 -5,51 134.307.490.000 32.056.043.000 23,87
s/d
31 Des 2016
Sumber : SNVT Pengembangan, Pengendalian dan Pelaksanaan Pekerjaan Strategis Bidang PU dan PR Lainnya, Sekretariat Jenderal, Kementerian PUPR, 2015
Ket: Angka progres penyerapan kumulatif berdasarkan World Bank - Client Connection as of 01 June 2015 : USD 1 = Rp. 13.140,53
Instansi Pelaksana
a. Ditjen Cipta Karya Kemen PUPR
b. Dit.Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup Ditjen Bina Pembangunan Daerah - Kementerian Dalam Negeri
c. Dit.Sumber Daya dan Teknologi Tepat Guna Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa - Kementerian Dalam Negeri
d. Dit.Penyehatan Lingkungan Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan - Kementerian Kesehatan
Lokasi Proyek
Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi
Kalimantan Selatan, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi NTT, Provinsi Gorontalo, Provinsi Maluku, Provinsi
Papua Barat
Tujuan Proyek
Untuk meningkatkan jumlah populasi penduduk berpenghasilan rendah di pedesaan dan pinggiran kota mengakses fasilitas air dan
sanitasi yang sudah diperbaiki dan mempraktekkan perilaku hidup bersih sebagai bagian dari upaya penerima untuk mencapai WSS-
MDGs, melalui pengarusutamaan program dan peningkatan pendekatan berbasis masyarkat secara nasional
Ruang Lingkup
a. Bagian A: Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan setempat
b. Bagian B : Meningkatkan Perilaku dan Layanan Kesehatan dan Sanitasi
c. Bagian C : Pasokan air dan insfrastruktur sanitasi
d. Bagian D : Hibah Insentif Kabupaten atau Desa
e. Bagian E : Dukungan Pelaksanaan dan Pengelolaan Proyek
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
1 Barang, jasa non-konsultasi, workshops dan training dalam bagian A dari proyek 31.460.000
2 Barang dalam bagian C dari proyek 65.090.000
3 Jasa Konsultan 3.350.000
Total 99.900.000
Tindak Lanjut
a. PMU/Satker terus berupaya mengoptimalkan progress penyerapan proyek.
b. SK baru terbit pada bulan Mei 2015 dan diterima pada bulan Juni 2015
c. DIPA baru terbit bulan Juni 2015
d. Saat ini pelatihan sedang dilakukan
Instansi Pelaksana
Ditjen Cipta Karya Kemen. PUPR
Lokasi Proyek
Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Lampung, Provinsi Kepulauan Riau
Tujuan Proyek
a. Proyek ini akan mendukung pelaksanaa PNPM Mandiri dengan menyediakan sumber daya untuk memperluas cakupan RIS-PNPM dan meningkatkan pengelolaannya.
b. Proyek ini diharapkan mampu mengurangi kemiskinan dan meningkatkan leve pemerintahan setempat di provinsi yang berpartisipasi melalui peningkatan layanan bagi warga miskin,
hampir miskin dan wanita untuk layanan desa dan insfrastruktur pedesaan dasar.
c. Ruang lingkup proyek ini akan ditambah menjadi 1500 desa yang berpartisipasi di sekitar 37 Kabupatin yang berpartisipasi dan sekitar 215 Kecamatan yang berpartisipasi.
Ruang Lingkup
a. Tahap 1 : Menguatkan kapasitas untuk perencanaan dan pengembangan masyarakat
b. Tahap 2 : Meningkatkan layanan dan infrastruktur desa melalui hibah pengembangan masyarakat.
c. Tahap 3 : Meningkatkatkan kapasitas untuk Pelaksanaan proyek dan M&E.
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
1 Hibah Pengembangan Masyrakat untuk Sub-proyek 76,800,000
2 Pengelolaan Proyek 140,000
3 Monitoring Eksternal 50,000
4 Audit Tahunan 90,000
5 Pelatihan dan diskusi 1,000,000
6 Jasa Konsultasi 6,300,000
7 Kontingensi 0
Total 84.240.000
Tindak Lanjut
-
Instansi Pelaksana
Ditjen Cipta Karya Kemen. PUPR
Lokasi Proyek
a. Kota Medan
b. Provinsi DI. Yogyakarta
Tujuan Proyek
a. Dampak yang diharapkan dari proyek ini yaitu mengurangi polusi lingkungan di permukaan air dan air tanah dangkal di Kota yang
Berpartisipasi.
b. Hasil yang diharapkan dari proyek ini yaitu meningkatkan akses di layanan air limbah yang sudah diperbaiki di Kota yang nerpartisipasi.
Ruang Lingkup
a. Tahap 1 : Mobilisasi Masyarakat untuk peningkatan kesehatan dan kebersihan
b. Tahap 2 : Pengembangan infrastruktur untuk sistem pembuangan air kotor
c. Tahap 3 : Dukungan Pelaksanaan Proyek
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
1 Pekerjaan 25,660,000
2 Barang 2,060,000
3 Jasa Konsultasi 3,780,000
4 Belum teralokasi 3,500,000
Total 35.000.000
Tindak Lanjut
a. Usulan perpanjangan waktu closing date sudah disampaikan ke Bappenas dan Kementerian Keuangan
b. Terus berkoordinasi dengan Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Sumatera Utara untuk penyelesaian DELH
c. Tambahan biaya untuk pembangunan rumah pompa dan perbaikan metode kerja dengan steel pile untuk galian terbuka dan jacking dengan slurry telah disepakati dan dituangkan
dalam amandemen kontrak. Status sekarang sedang menunggu audit BPKP kemudian akan diproses disepakati dan dituangkan dalam amandemen kontrak. Status sekarang sedang
menunggu audit BPKP kemudian akan diproses untuk perpanjangan loan
Instansi Pelaksana
Ditjen Cipta Karya Kemen PUPR
Lokasi Proyek
Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Lampung, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi DI. Yogyakarta, Provinsi Jawa
Timur, Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Sulawesi Selatan
Tujuan Proyek
a. Dampak yanag diharapkan dari proyek ini yaitu mengurangi kemiskinan di dalam are proyek
b. Hasil yang diharapkan dari proyek ini yaitu peningkatan akses ke pelayanan kesehatan bagi masyrakat miskin, hamper miskin dan
wanita di masyarakat yang relevan dalam are proyek.
c. Proyek ini tertuang di DRPHLNJM 2011-2014.
Ruang Lingkup
a. Tahap 1 : Memperkuat kapasitas untuk perencanaan dan pengembangan masyarakat
b. Tahap 2 : peningkatan infrastruktur dasar pedesaan melalui hibah pengembangan masyarakat.
c. Tahap 3 : Pengembangan layanan sanitasi melalui hibah pengembangan lingkungan.
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
Tindak Lanjut
Perlu segera ada kepastian terhadap sisa dana tersebut dengan membuat justifikasi apakah masih akan dimanfaatkan atau cancellation
Instansi Pelaksana
Ditjen Cipta Karya Kemen PUPR
Lokasi Proyek
Tersebar
Tujuan Proyek
Untuk meningkatkan kondisi kehidupan di area perkotaan melalui peningkatan infrastruktur dan akses ke pelayanan di lingkungan miskin
perkotaan yang terpilih di kota yang berpartisipasi.
Keluaran
a. Penguatan kapasitas kelembagaan untuk mengelola pengembangan pro-urban
b. Memperbarui infrastruktur di kawasan yang berpartisipasi
c. Mendirikan pemukiman baru bagi keluarga miskin
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
1 Pekerjaan 65,000,000
2 Pelatihan dan Diskusi 1,900,000
3 Jasa konsultasi 7,500,000
Total 74.400.000
Tindak Lanjut
Terus melakukan koordinasi dengan pihak ADB untuk percepatan proses pengadaan
Instansi Pelaksana
Ditjen Cipta Karya Kemen PUPR
Lokasi Proyek
Provinsi Jambi, Kota Cimahi, Kota Makassar, Kota Pekanbaru
Tujuan Proyek
a. Untuk mengurangi polusi lingkungan dan meningkatkan kesehatan masyarakat di Kota Cimahi, Jambi, Makassar dan Pekanbaru.
b. Untuk meningkatan jumlah akses penduduk ke peningkatan layanan air limbah di kota-kota tersebut.
Keluaran
a. Konstruksi sekitar 52 kilometer Batang dan saluran pembuangan air utama, sekitar 61,000 sambungan rumah, dan empat pabrik pengolahan air limbah dengan total kapasitas
instalasi sekitar 59,000 meter kubik per hari (m3/hari) dan dengan pengadaan untuk ekspansi di masa depan
b. Penguatan kapasitas dari lembaga pelaksana proyek dengan memberikan dukungan pengelolan dan training di (i) pengawasan pengadaan dan konstruksi; dan (ii) desain dan O&m
dari sistem pembuangan limbah.
c. Pembentukan Pengelolaan kelembagaan dan kampanye kesadaran sanitasi.
Tindak Lanjut
Sedang dilakukan pengkajian sinkronisasi Guidelines for Procurement Under ADB Loan dengan Permen PU No. 14/PRT/M/2013
13. THE IDB PNPM-INTEGRATED COMMUNITY-DRIVEN DEVELOPMENT (PHASE-II) PROJECT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
Nilai Pinjaman Penyerapan Kumulatif Sisa Pinjaman Progress DIPA Kemen. PUPR TA. 2015
Lender Donor ID Jangka Waktu
(USD) USD % (USD) Varians (%) Target (Rp) Realisasi (Rp) %
IND-148 & IND-
149
IND-147 & IND- 24 Sept 2011
IDB 150 s/d 159,450,000 152.652.000 96,01 6.798.000 - - - -
IND-148 31 Des 2014
IND-149
IND-151
Sumber : SNVT Pengembangan, Pengendalian dan Pelaksanaan Pekerjaan Strategis Bidang PU dan PR Lainnya, Sekretariat Jenderal, Kementerian PUPR, 2015
Ket: Angka progres penyerapan kumulatif berdasarkan IDB – USD 1 = 13.140,53
Instansi Pelaksana
Ditjen Cipta Karya Kemen PUPR
Lokasi Proyek
Provinsi NAD, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau, Provinsi Kep. Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Bengkulu, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Bangka Belitung,
Provinsi Lampung, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Kalimantan Barat
Tujuan Proyek
Untuk mengurangi kemiskinan di area yang ditargetkan melaui proses pemberdayaan masyarakat.
Ruang Lingkup
a. Untuk meningkatkan kondisi social-ekonomi masyarakat di daerah target, khususnya wanita dan masyarakat miskin
b. Membangun kapasitas dan keterampilan masyarakat dan lembaga setempat
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
1 Blok Keuangan 102,660,000
2 Pembangunan kapasitas dan Pengembangan Institusional 7,200,000
3 Koordinasi dan fasilitas masyarakat 24,800,000
4 Masyarakat dan advokasi 2,200,000
5 Pengawasan dan Evaluasi 1,000,000
6 Study Program
7 Peningkatan kurikulum
8 Paparan keuangan mikro syariah
9 Jasa Konsultasi 6,640,000
10 Project Management Unit (PMU)
11 Workshop Orientasi 80,000
12 Sosialisasi prosedur IDB dan review misi 30,000
13 Audit keuangan 145,010,000
14 Kontingensi (sekitar 10% fisik & harga) 14,390,000
Total 159,450,000
Tindak Lanjut
PCR sedang disiapkan, target selesai akhir Februari 2015
Instansi Pelaksana
Ditjen Cipta Karya Kemen PUPR
Lokasi Proyek
Provinsi NAD, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Jambi, Provinsi Bengkulu, Provinsi
Riau, Provinsi Bangka Belitung, Provinsi Lampung, Provinsi Kep. Riau, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat,
Provinsi Banten
Tujuan Proyek
Untuk mencapai peningkatan berkelanjutan dalam kesejahteraan masyarakat miskin melalui pemberdayaan masyarakat
Ruang Lingkup
a. Meningkatkan infrastruktur fisik dan social di area yang ditargetkan
b. Meningkatkan perekonomian desa dengan menyediakan akses ke keuangan dan pasar
c. Membangun lembaga masyarakat dengan dukungan pemerintah setempat
Tindak Lanjut
Mengingat DIPA 2016 sudah disetujui, diharapkan agar segera melakukan percepatan penyerapan dana
Instansi Pelaksana
Ditjen Cipta Karya Kemen PUPR
Lokasi Proyek
Provinsi NAD, ProvinsiSumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Bangka Belitung, Provinsi Jambi,
Provinsi Bengkulu, Provinsi Riau, Provinsi Lampung, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi
Banten
Tujuan Proyek
Untuk memajukan sanitasi total yang dipimpin oleh masyarakat dengan meningkatkan pelayanan sanitasi dasar di area yang ditargetkan melalui proses mengembangkan sanitasi dan
perubahan perilaku higienis.
Ruang Lingkup
a. Meningkatkan jumlah rumah di 13 propinsi terhubung ke fasilitas sanitasi yang sudah ditngkatkan.
b. Memasang fungsional namun mudah digunakan dan memelihara tempat pengelolaan air limbah di 13 propiinsi.
c. Meningkatkan pembuangan limbah dan lumpur dan untuk menghilangkan kontaminasi potensi manusia dan lingkungan
d. Melatih masyarakat setempat dalam memelihara fasilitas tersebut
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
1 Pengadaan Infrastruktur Sanitasi Masyarakat 85,000,000
2 Pembangunan Kapasitas 160,000
3 Jasa Konsultasi PMC Nasional 1,650,000
4 Jasa Konsultasi PMC Daerah 6,960,000
5 Layanan Konsultasi Pengawasan & Konsultan Evaluasi 280,000
6 Dukungan untuk Manajemen Proyek Kantor Satuan berjalan biaya dan gaji 5,210,000
7 Dukungan untuk Manajemen Proyek Satuan Fasilitator Masyarakat 10,800,000
8 Dukungan untuk Manajemen Proyek Satuan Senior Advisor 80,000
9 Memulai Workshop dan Meninjau Misi 30,000
10 Kunjungan Pengenalan 40,000
11 Audit Keuangan Proyek 50,000
12 Anggaran Dasar 110,260,000
13 Kontingensi 6,740,000
Total 117,000,000
Tindak Lanjut
Terus berkoordinasi dengan pihak IDB Jeddah
Instansi Pelaksana
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PUPR
Lokasi Proyek
Provinsi Jawa Timur
Tujuan Proyek
Untuk Mengembalikan fungsi dan kapasitas ekonomi dan sosial yang ada untuk menguatkan kapasitas O&M dari organisasi O&M yang
bertanggung jawab.
Ruang Lingkup
a. Prediksi Banjir dan sistem peringatan
b. D/D dan Pengawasan Konstruksi
c. Studi Rekayasa di Daerah Aliraan Sungai di Solo dan struktur terkait
d. Pembangunan Kapasitas
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
Tindak Lanjut
a. Surat Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko tgl 22 April 2015 perihal Konfirmasi Pinjaman Aktif yang akan Closing pada Triwulan III TA 2015
b. BBWS Bengawan Solo sudah beberapa kali melakukan sosialisasi dan koordinasi namun belum ada kesepakatan. Perlu dilakukan koordinasi yang lebih intensif dengan melibatkan
Pemerintah Provinsi / Kabupaten dan Tokoh Masyarakat serta Tokoh Agama untuk penyelesaian pembebasan tanah
c. Rencana perpanjangan 2,5 tahun masa berlaku kegiatan. Lahan menunggu keputusan pengadilan
Instansi Pelaksana
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PUPR
Lokasi Proyek
Provinsi Lampung dan Provinsi Sumatera Selatan (Kab. OKU Timur,, Kab. OKU Selatan)
Tujuan Proyek
Untuk meningkatkan produksi beras, pendapatan petani, dan untuk mengurangi kemiskinan melalui pembangunan fasilitas irigasi dan
kelembagaan.
Ruang Lingkup
a. Daerah MuncakKabau (5,570 Ha) dan Daerah Selatan (10,931 Ha 800 Ha)
b. Konstruksi Pekerjaan (saluran sekunder, sub - sekunder kanal , drainase saluran dan pengembangan tersier inc . Pengembangan lahan)
c. Pengadaan Peralatan O&M
d. Jasa Konsultasi (D/D daerah Muncak Kabau, Pengawasan konstruksi dan penguatan manajemen pengelolaan air irigasi), dan optimalisasi pemanfaatan air irigasi)
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
1 Pekerjaan Sipil 92,053,454
2 Jasa Konsultasi 17,490,239
3 Kontingensi 4,602,259
Total 141.145.951
Tindak Lanjut
Sudah disetujui perihal realokasi kategori loan dari Civil Works ke Consulting Services oleh JICA tanggal 20 Februari 2015
3. URGENT DISASTER REDUCTION PROJECT FOR MT. MERAPI/PROGO AND MT. BAWAKARAENG
Nilai Pinjaman Penyerapan Kumulatif Sisa Pinjaman Progress DIPA Kemen. PUPR TA. 2015
Lender Donor ID Jangka Waktu
(USD) USD % (USD) Varians (%) Target (Rp) Realisasi (Rp) %
28 Juli 2005
Jepang
IP-524 s/d 159.759.559 - 0 159.759.559 -16,67 85.000.000 - 0
(JICA)
28 Juli 2014
Sumber : SNVT Pengembangan, Pengendalian dan Pelaksanaan Pekerjaan Strategis Bidang PU dan PR Lainnya, Sekretariat Jenderal, Kementerian PUPR, 2015
Ket: Angka progres penyerapan kumulatif 01 June 2015 : USD 1 = Rp. 13.140,53
Instansi Pelaksana
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PUPR
Lokasi Proyek
a. Provinsi DIY dan Provinsi Jawa Tengah (Gn. Merapi)
b. Provinsi Sulawesi Selatan (Gn. Bawakaraeng)
Tujuan Proyek
Gn. Merapi dan Komponen DAS Progo melindungi daerah Jogjakarta dan Jawa Tengah dari resiko bencana alam yang disebabkan oleh
erupsi vulkanik Gn. Merapi & sedimentasi pasir dengan cara menyediakan penanggulangan, pembangunan fasilitas sabo dan
pembentukan kerangka penambangan pasir yang berkelanjutan , sehingga berkontribusi untuk mengangkat kesejahteraan daerah.
Ruang Lingkup
a. Penggalian Sungai dan pembangunan Sabo Dam, dan Jembatan Draha
b. Tindakan pencegahan mitigasi bencana gunung berapi ( sabo dam , tanggul pelatihan , rute dan tempat )
c. Stabilisasi Sungai (Bantar groundsill, Kebon Agung groundsill
d. Pengadaan Peralatan
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
1 Pekerjaan Sipil 124,883,841
2 Jasa Konsultan 26,584,473
3 Kontingensi 8,291,245
Total 159.759.559
Tindak Lanjut
a. Penyiapan dokumen tender untuk proses permintaan persetujuan dari JICA
b. MoM sudah ada antara PU-PR dgn JICA perihal penentuan pengadaan paket pekerjaan yang menggunakan sistem full e-proc dan semi e-proc.
c. JICA sudah mengeluarkan surat untuk review of Draft RFP, Announcement, PQ dan evaluation Criteria pada tanggal 15 Januari 2015.
d. Balai untuk mempercepat proses pengadaan paket pekerjaan.
e. Proses lelang utk Paket Consulting Services & Paket CW dlm proses pengumuman dengan rencana penandatanganan kontrak bulan Agustus 2015.
Instansi Pelaksana
a. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PUPR
b. Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian PUPR
Lokasi Proyek
Semarang (Provinsi Jawa Tengah)
Tujuan Proyek
Untuk meningkatkan sumber daya air bagi penggunaan public dan industry di Kota Semarang, melindungi daerah rawan banjir dari
bencana alam dan memperbaiki sistem drainase di daerah pusat Kota Semarang , sehingga memberikan kontribusi untuk
mempertahankan kesejahteraan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi di wilayah tersebut.
Ruang Lingkup
a. Komponen A: Banjir Barat / Sungai Garang
b. Komponen B: Pembangunan Dam Serbaguna Jatibarang
c. Komponen C: Peningkatan Sistem drainase perkotaan
d. Komponen D: Jasa Konsultasi
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
Tindak Lanjut
a. Menunggu persetujuan perpanjangan loan closing date dari JICA Tokyo ke Kementerian Keuangan
b. Mengingat loan IP-534 akan berakhir pada 26 Juli 2015, diharapkan agar pekerjaan Disposal area untuk komponen C dapat diselesaikan tepat waktu
Instansi Pelaksana
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PUPR
Lokasi Proyek
Leuwi Gong Provinsi Jawa Barat
Tujuan Proyek
Untuk meningkatkan produksi beras melalui rehabilitasi dan perluasan sitem irigasi yang ada saat ini dan peningkatan sistem operasional
dan pemeliharaan di bagian barat Indonesia, sehingga berkontribusi dalam mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan di negara
ini.
Ruang Lingkup
a. Rehabilitasi dan perluasan sistem irigasi yang mencakup 105,240 hektar dari total air irigasi
b. Pemberdayaan WUA & Penguatan operasional dan pemeliharaan lembaga pemerintah untuk peningkatan pengelolaan air dan pengelolaan asset.
c. Program pendukung pertanian
d. Program pengelolaan DAS
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
Tindak Lanjut
a. Diperlukan pengembangan lahan padi, untuk menggantikan lahan yang telah dikonversi. Untuk meningkatkan produksi beras, metode SRI dapat meningkatkan produktivitas padi/
beras.
b. Telah dilakukan revisi desain untuk meminimalkan kebutuhan loan
Instansi Pelaksana
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PUPR
Lokasi Proyek
Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku
Tujuan Proyek
Untuk meningkatkan produksi beras melalui rehabilitasi dan perluasan sistem irigasi yang ada dan peningkatan sistem operasional dan
pemeliharaan di daerah Timur Indonesia, sehingga berkontribusi daam mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan di negara ini,
dan juga meningkatkan pendapatan rumah tangga di pedesaan.
Ruang Lingkup
a. Pekerjaan sipil untuk memngembangkan/meningkatkan sistem irigasi dan fasilititas sumber daya air
b. Peningkatan produktivitas pertanian
c. Peningkatan produktivitas air dengan partisipasi petani yang menerima manfaat.
d. Pembangunan kapasitas dari petani dan petugas pemeintahan setempat untuk terlibat dalam operasional dan pemeliharaan fasilitas irigasi.
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
1 Pekerjaan Sipil 56,642,549
2 Jasa Konsultasi (pengawasan proyek) 12,523,773
3 Jasa Konsultasi (Dukungan pengelolaan proyek) 2,491,511
4 Kontingensi 2,566,008
Total 74.223.840
Tindak Lanjut
BBWS/BWS agar mempercepat proses pelaksanaan fisik terutama paket-paket kegiatan tambahan yang baru
Instansi Pelaksana
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PUPR
Lokasi Proyek
Padang, Palembang, Bandung, Wonokromo – Surabaya, Brangkal – Surabaya, Gorontalo
Tujuan Proyek
Untuk mengurangi kerusakan banjir di kota-kota urban penting yang rentan terhadap banjir dengan meningkatkan infrastruktur
pengontrol banjir, membantu meningkatkan kapasitas administasi di kantor pengelola DAS dan menyiapkan rencana pengelolaan sumber
daya air terpadu dengan tujuan untuk mendukung agenda nasional adaptasi perubahan iklim.
Ruang Lingkup
a. Pekerjaan sipil
b. Jasa konsultasi (Pengawasan secara keseluruhan)
c. Jasa Konsultasi (Kegiatan untuk Pengelolaan sumber daya air terpadu dan bantuan untuk unit Manajemen proyek)
d. Jasa konsultasi (Perumusan kebijakan dalam pengelolaan sumber daya air terpadu dan pengawasan & evaluasi secara mandiri)
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
Tindak Lanjut
a. JICA sudah menyetujui proses realokasi kategori loan dari civil works ke consulting services
b. Dana pembebasan tanah sudah tersedia pada DIPA Reguler TA 2015 Rp 7,6 M
c. BWS Sulawesi II segera melakukan proses pembayaran kepada pemilik tanah pada lokasi kegiatan Package 3.
d. Surat DJPPR Kementerian Keuangan ke Bappenas untuk meminta tanggapan perihal usulan realokasi (tgl 22 April 2015)
Instansi Pelaksana
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PUPR
Lokasi Proyek
Wonogiri – Provinsi Jawa Tengah
Tujuan Proyek
Untuk mengamankan kapasitas waduk jangka panjang untuk irigasi, pembangkit listrik, sumber mata air bagi penggunaan umum dan
pengendalian banjir di propinsi Jawa tengah dan Propinsi Jawa Timur dengan melakukan penanggulangan untuk sedimentasi dengan
pembangunan spillway, penutupan tanggul, mengaliri tanggul di waduk Dam serbaguna, dan konservasi DAS, termasuk mebgecek dam
di DAS sungai Keduang, sehingga berkontribusi bagi pembangunan ekonomi di wilayah tersebut.
Ruang Lingkup
a. Spillway di Waduk Dam Serbaguna Wonogiri
b. Spillway gate di Waduk Dam Serbaguna Wonogiri
c. Pengadaan kapal keruk
d. Konservasi DAS I (mengecek pekerjaan dam, pekerjaan terasering, agro forest dan pekerjaan tanam tahunan)
e. Jasa konsultasi untuk spillway, spillway gate, kapal keruk, konservasi DAS I (Jasa keahlian teknik, Jasa pengawasan)
f. Desain rinci untuk cek dam II
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
1 Pekerjaan sipil 41,196,838
2 Jasa konsultasi (Pengelolaan proyek) 4,842,305
3 Kontingensi 4,122,167
Total 50.161.310
Tindak Lanjut
a. Diperkirakan setelah proses loan extention selesai bulan Mei 2015, direncanakan untuk melakukan realokasi kategori kontingensi ke jasa konsultansi
b. Kementerian PUPR dapat segera menyampaikan Explanatory Note kepada JICA
Instansi Pelaksana
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PUPR
Lokasi Proyek
Provinsi Jawa Barat
Tujuan Proyek
Untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan meningkatkan kegiatan sosial-ekonomi di Citarum Hulu dengan cara mewujudkan
mitigasi kerusakan banjir oleh pengelolaan banjir melalui tindakan structural dan langkah-langkah non-struktural, sehingga berkontribusi
terhadap pertumbuhan perkembangan standar ekonomi
Ruang Lingkup
a. Pekerjaan sipil dan pasokan peralatan
b. Jasa konsultasi
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
Tindak Lanjut
a. Seleksi jasa konsultan sampai pada tahap evaluasi teknis dokumen penawaran, penandatanganan kontrak direncanakan pada bulan Juni 2015
b. Alokasi dana untuk pembebasan tanah sudah tersedia dalam DIPA 2015 Dalam proses pembebasan tanah oleh BBWS Citarum
c. Mempercepat proses seleksi jasa konsultan, agar dapat segera dilaksanakan revisi desain sebagai dasar pelelangan jasa konstruksi untuk 5 paket civil works
10. URGENT DISASTER REDUCTION PROJECT FOR MT.MERAPI AND LOWER PROGO RIVER AREA II
Nilai Pinjaman Penyerapan Kumulatif Sisa Pinjaman Progress DIPA Kemen. PUPR TA. 2015
Lender Donor ID Jangka Waktu
(USD) USD % (USD) Varians (%) Target (Rp) Realisasi (Rp) %
24 Juni 2014
Jepang
IP-566 s/d 42.306.016 - - 42.306.016 - 85.000.000.000 - 0
(JICA)
23 Juni 2018
Sumber : SNVT Pengembangan, Pengendalian dan Pelaksanaan Pekerjaan Strategis Bidang PU dan PR Lainnya, Sekretariat Jenderal, Kementerian PUPR, 2015
Ket: Angka progres penyerapan kumulatif 01 June 2015 : USD 1 = Rp. 13.140,53
Instansi Pelaksana
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PUPR
Lokasi Proyek
Provinsi DI. Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah
Tujuan Proyek
Untuk melindungi Gunung Merapi dan daerah Sungai Progo Hilir terhadap aliran sedimen vulkanis yang terjadi secara besar-besaran dan
sering setelah erupsi 2010 dengan menyediakan baik langkah-langkah struktural dan non-struktural seperti pembangunan saluran
pengalihan dan sand pocket, review master plan dan kampanye publik mengenai sabo, sehingga berkontribusi untuk melindungi
kehidupan, asset dan infrastruktur sosial daerah
Ruang Lingkup
a. Pekerjaan sipil
b. Jasa Konsultasi
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
1 Pekerjaan Sipil 36,097,933
2 Jasa Konsultasi 4,403,600
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
3 Kontingensi 1,804,483
Total 42.306.016
Tindak Lanjut
a. MoM sudah ada antara Kementerian PUPR dgn JICA perihal penentuan pengadaan paket pekerjaan yang menggunakan sistem full e-proc dan semi e-proc.
b. ICA sudah mengeluarkan surat untuk review of Draft RFP, Announcement, PQ dan Evaluation Criteria pada tanggal 15 Januari 2015
c. BBWS Serayu Opak untuk mempercepat proses pengadaan paket pekerjaan.
d. Proses lelang utk Paket Consulting Services & Paket CW dlm proses pengumuman dengan rencana penandatanganan kontrak bulan Agustus 2015.
Instansi Pelaksana
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PUPR
Lokasi Proyek
Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur
Tujuan Proyek
Untuk mengamankan kapasitas waduk jangka panjang untuk irigasi, pembangkit listrik, sumber daya air untuk penggunaan umum, dan pengendalian banjir di propinsi Jawa Tengah dan
Jawa Timur dengan melakukan penanggulangan untuk dedimentasi dengan konstruksi spillway, penutupan tanggul, mengaliri tanggul di dam serbaguna Wonogiri.
Ruang Lingkup
a. Pekerjaan sipil dan Peralatan
b. Jasa Konsultasi
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
1 Pekerjaan Sipil 29,062,106
2 Konservasi DAS 5,578,997
3 Jasa Konultasi 4,635,369
4 Kontingensi 1,729,986
Total 41.006.457
Tindak Lanjut
a. MoM sudah ada antara Kementerian PUPR dgn JICA perihal penentuan pengadaan paket pekerjaan yang menggunakan sistem full e-proc dan semi e-proc.
b. JICA sudah mengeluarkan surat untuk PQ document dan evaluasi kriteria pada tanggal 29 Januari 2015.
c. BBWS Serayu Opak untuk mempercepat proses pengadaan paket pekerjaan.
d. Proses lelang untuk paket consulting services sedang evaluasi dokumen PQ dan paket 1 civil works closure dyke sedang dalam proses
Instansi Pelaksana
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PUPR
Lokasi Proyek
Jatigede – Sumedang – Provinsi Jawa Barat
Tujuan Proyek
Untuk meningkatkan produksi padi dengan memanfaatkan semaksimal mungkin jaringan irigasi yang telah ada (sistem irigasi rentang)
Ruang Lingkup
Pembangunan Waduk Jatigede
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
Tindak Lanjut
a. Proses amandemen loan ke-25 mengenai Additional Loan sudah disampaikan kepada China Exim Bank tanggal 20 April 2015 untuk perpanjangan waktu
b. BBWS Cimanuk-Cisanggarung akan segera menyampaikan usulan amandemen ke-27 Jatigede Dam Project mengenai Additional Loan 2 ke Bappenas untuk selanjutnya akan
diteruskan ke China Exim Bank dengan perkiraan waktu kontrak akan berakhir pada 31 Desember 2016
Instansi Pelaksana
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PUPR
Lokasi Proyek
Banten (S. Ciberang)
Tujuan Proyek
a. Untuk memasok kebutuhan sumber daya air di wilayah Jaodetabek
b. Untuk meningkatkan produktivitas pertanian melalui penyediaan air
c. Untuk mengurangi dampak bahaya banjir yang disebabkan oleh S.Ciujung
Ruang Lingkup
a. Pekerjaan sipil
b. Teknik hidro
c. Jasa konsultasi
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
Tindak Lanjut
a. Mempercepat proses pengadaan paket pembangunan bendungan Karian dengan perkiraan rencana kontrak bulan Juli 2015
b. Pembukaan penawaran biaya tanggal 7 Mei 2015, rencana tandatangan kontrak tanggal 23 Juli 2015
Instansi Pelaksana
Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Lokasi Proyek
Provinsi DKI Jakarta
Tujuan Proyek
Untuk memperkuat jaringan jalan di daerah Metropolitan Jakarta dan menyediakan fungsi bypass untuk mengurangi kemacetan lalu
lintas yang serius di daerah Metropolitan Jakarta terutama di daerah sekitar Pelabuhan Tanjung Priok, dan dengan demikian berkontribusi
dalam meningkatkan iklim invetasi dan pengembangan ekonomi di wilayah tersebut.
Ruang Lingkup
a. Pembangunan jalan akses Tanjung Priok, Phase I seksi E sepanjang ± 8 km
b. Jasa Konsultan : DED Phase I dan Phase II, tender Assistance dan Supervisi Phase I
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
1 Pekerjaan Sipil 182,559,025
2 Jasa Konsultasi (Pengawasan proyek) 19,948,640
3 Kontingensi 15,238,774
Total 217.764.439
Tindak Lanjut
a. Satker/ PPK segera memberi arahan untuk optimalkan peralatan dan SDM
Instansi Pelaksana
Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Lokasi Proyek
Provinsi DKI Jakarta
Tujuan Proyek
Untuk menguatkan jaringan jalan di daerah Metropolitan Jakarta dan untuk menyediakan fungsi bypass untuk mengurangi kemacetan
lalu lintas serius di daerah Metropolitan Jakarta terutama di sekitar Pelabuhan Tanjong Priok, dan dengan demikian berkontribusi dalam
peningkatan iklim investasi dan pengembangan ekonomi di daerah tersebut.
Ruang Lingkup
Implementasi fungsi bypass di sekitar Tanjung Priok dengan membangun bagian Barat (3,65 km) dan Link Utara-Selatan (0,38 km)
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
1 Pekerjaan Sipil 185,580,292
2 Jasa Konsultasi (Pengawasan proyek) 16,207,235
3 Kontingensi 18,558,029
Total 220.345.557
Tindak Lanjut
a. Segera dilakukan langkah sesuai prosedur untuk percepatan pelaksanaan pekerjaan di lapangan
Instansi Pelaksana
a. Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
b. Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Lokasi Proyek
Aceh
Tujuan Proyek
Meningkatkan akses dan aktivitas ekonomi ke daerah yang terkena dampak konflik dengan merekonstruksi infrastruktur ke tingkat yang
lebih baik daripada sebelum bencana, sehingga berkontribusi untuk meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat yang terkena tsunami
dan konflik, meningkatkan perekonomian daerah dan perdamaian yang berkelanjutan di Aceh dan Nias.
Ruang Lingkup
a. Pembangunan Jalan Geumpang - Pameu (64,8 km)
b. Banda Aceh Drainage (Kr.Neng)
c. Meulaboh Drainage.
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
1 Pekerjaan sipil 83,610,461
2 Jasa konsultasi (Pengawasan proyek) 8,161,560
3 Kontingensi 4,188,387
Total 95.960.407
Tindak Lanjut
a. Satker/PPK terkait segera mengambil langkah sesuai prosedur untuk memaksimalkan kinerja kontraktor
b. Segera dilakukan koordinasi dengan Pemda untuk menyelesaikan permasalahan lahan
Instansi Pelaksana
Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Lokasi Proyek
Bali, NTT, NTB Kalsel, Kalteng, Kalbar, Sulsel, Sulteng, Sulut, Sultra, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat
Tujuan Proyek
a. Melanjutkan peningkatan sistem jaringan jalan nasional di Indonesia
b. Mendukung program pekerjaan peningkatan jalan dan jembatan nasional di seluruh wilayah Timur Indonesia
c. Meningkatkan ruas-ruas tersebut untuk mencapai standar yang sesuai dengan status barunya serta mendukung program jaringan jalan
nasional
d. agar mempunyai standar pelayanan dan aksesbilitas yang handal dan mampu mendukung pengembangan ekonomi lokal dan ekonomi
wilayah
Ruang Lingkup
a. AWP 1 Batch 1: 9 Paket
b. AWP 2 Batch 2: 4 Paket
c. AWP 2: 7 Paket
d. AWP 3: 5 Paket
e. Barang: 1 Paket
f. Jasa Konsultan: 3 Paket
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
1 Pekerjaan sipil dibawah Bagian 1 dari proyek ini 207,728,792
2 Barang 3,946,721
3 Tambahan biaya operasional dibawah Bagian 2 551,854
4 Jasa Konsultasi dibawah bagian 2 24,281,586
Total 236.508.954
Tindak Lanjut
a. Satker/ PPK terkait segera mengambil langkah percepatan sesuai prosedur agar pekerjaan selesai tidak jauh melampaui target/ jadwal
Instansi Pelaksana
Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Lokasi Proyek
Kota Padang – Provinsi Sumatera Barat
Tujuan Proyek
a. Untuk mengurangi kemacetan di Provinsi Sumatera Barat dengan memperluas kapasitas jalan yang sudah ada & memperbaiki kondisi
berbagai struktur seperti jembatan , underpass , dll
b. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tinggal di daerah tersebut dan meningkatkan pengembangan ekonomi setempat.
Ruang Lingkup
a. Perluasan jalan sepanjang 27 km (Gaung-Duku) termasuk jembatan-jembatan, gorong-gorong, pipa, dll dan pembangunan jembatan layang, underpass, Jasa konsultasi
b. Penyusunan DED
c. Penyusunan dokumen penawaran untuk konstruksi
d. Pengawasan untuk pembangunan jalan
e. Bantuan lainnya dalam pengelolaan proyek
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
1 Pekerjaan sipil 41,703,000
2 Jasa Konsultasi 4,152,000
3 Biaya jasa 58,000
4 Kontingensi 12,087,000
Total 58.000.000
Tindak Lanjut
a. Memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan disesuaikan dengan kondisi cuaca
b. Monitor proses amandemen no.1 agar tidak mengganggu progres konsultan
c. Show Cause Meeting (SCM) dilaksanakan 12 Maret - 12 April 2015 dan diundur sampai 26 April 2015 karena kontraktor tidak mencapai 10,5% test case
Instansi Pelaksana
Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Lokasi Proyek
Kabupaten Sanggau – Provinsi Kalimantan barat
Tujuan Proyek
Pembangunan Jembatan
Ruang Lingkup
Pembangunan Jembatan Tayan beserta Jalan Pendekatnya sepanjang 2,03 Km.
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
Tindak Lanjut
a. Rencana perpanjangan masa berlaku pinjaman
b. Monitor proses konstruksi serta percepatan progres lapangan oleh satker terkait
c. Mempercepat proses pengajuan amandemen kontrak kepada pihak RRT
Instansi Pelaksana
Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Lokasi Proyek
Provinsi Jawa Barat
Tujuan Proyek
Pembangunan jalan tol sepanjang 6,35 km dengan 4 jalur 2 arah
Ruang Lingkup
Jasa Konstruksi : Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Cileunyi-Sumedang-Dawuan.
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
Tindak Lanjut
a. Mempercepat proses pembebasan lahan
b. Instruksi formal telah disampaikan pada kontraktor
c. Pembayaran dengan mata uang asing tidak dilakukan
d. Pengajuan amandemen kontrak telah disampaikan kepada Kementerian Keuangan
Jangka Nilai Pinjaman Penyerapan Kumulatif Sisa Pinjaman Progress DIPA Kemen. PUPR TA. 2015
Lender Donor ID
Waktu (USD) USD % (USD) Varians (%) Target (Rp) Realisasi (Rp) %
s/d
11 Nop 2018
Sumber : SNVT Pengembangan, Pengendalian dan Pelaksanaan Pekerjaan Strategis Bidang PU dan PR Lainnya, Sekretariat Jenderal, Kementerian PUPR, 2015
Ket: Angka progres penyerapan kumulatif 01 June 2015 : USD 1 = Rp. 13.140,53
Instansi Pelaksana
Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Lokasi Proyek
Medan – Provinsi Sumatera Utara
Tujuan Proyek
Pembangunan jalan tol sepanjang 6,35 km dengan 4 jalur 2 arah
Ruang Lingkup
Peningkatan Jalan Bebas Hambatan sebagai aksesibilitas bandar udara Kualanamu
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
Tindak Lanjut
a. Telah dilakukan koordinasi dengan PPK Pembebasan Tanah Jalan Tol Medan - Kualanamu - Tebing Tinggi dan Subdit. Teknik Jalan Bebas Hambatan
b. Mempercepat proses usulan perpanjangan waktu paket fisik CSU-01
c. Ditjen Bina Marga akan meminta arahan dan persetujuan Menteri PUPR mengenai Amandemen Kontrak No. 2, sebab Amandemen tersebut hanya disetujui oleh Satker
d. Pengajuan amandemen kontrak telah disampaikan kepada Kementerian Keuangan
Instansi Pelaksana
Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Lokasi Proyek
Medan – Provinsi Sumatera Utara
Tujuan Proyek
Pengadaan rangka baja jembatan sebanyak 69 unit dengan panjang total 3,475 m
Ruang Lingkup
Pembangunan dan Rehabilitasi Jembatan
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
1 Pekerjaan Sipil 27.713.905
Total 27.713.905
Tindak Lanjut
Pejabat terkait agar memonitor ketersediaan DIPA TA 2015 untuk pembayaran kekurangan di TA 2014 dan kebutuhan TA 2015
Instansi Pelaksana
a. Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
b. Direktorat Pengembangan Wilayah, Bappenas
c. Direktorat Pemerintahan Desa dan Kelurahan, Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Kemendagri
Lokasi Proyek
Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Jambi, Provinsi Bengkulu, Provinsi Bangka Belitung, Provinsi NTB, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi
Kalimantan Selatan, Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi Sulawesi Selatan
Tujuan Proyek
Untuk mempercepat pembangunan ekonomi setempat, pengurangan disparitas regional dan pengentasan kemiskinan di pedesaan, meningkatkan level pemerintahan setempat dan
menguatkan lembaga setempat di daerah pedesaan Indonesia:
a. Pengadaan layanan infrastruktur sosial dan ekonomi dasar dan meningkatkan kesempatan ekonomi di daerah pedesaan berdasarkan kebutuhan masyarakat miskin.
b. Menyoroti pembangunan kapasitas kelembagaan baik pemerintah pusat dan daerah, dengan fokus khusus kepada administrasi kabupaten, kecamatan dan di Pedesaan Indonesia
c. Mendukung pembangunan sosial , penguatan kapasitas dan melembagakan pemberdayaan masyarakat dan kepercayaan diri melalui pendekatan partisipatif
Ruang Lingkup
a. Pembangunan infrastruktur dasar desa
b. Kredit mikro
c. Jasa konsultasi
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
1 Pekerjaan pembangunan 172,717,145
2 Kredit mikro 1,481,662
3 Jasa konsultan 11,770,525
4 Kontingensi 8,707,871
Total 194.677.203
Tindak Lanjut
a. Diharapkan agar PMU segera melakukan rekonsiliasi dengan Kementerian Keuangan sebelum Loan Closing Account
Instansi Pelaksana
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Lokasi Proyek
Provinsi Bali
Tujuan Proyek
Untuk memperluas tingkat cakupan sistem pembuangan kotoran di Denpasar, Sanur, Kuta dan daerah lainnya di Provinsi Bali, dan untuk
meningkatkan sistem operasional dan pemeliharaan yang dipimpin oleh pemerintahan daerah, sehingga berkontribusi terhadap
peningkatan kondisi alam dan lingkungan.
Ruang Lingkup
a. Paket ICB :
Saluran utama dan sekunder (98,628 m), Pompa IPAL (1 unit), Genset (3 unit), Sludge drying bed (1 unit), perlengkapan pemeliharaan (1 unit)
b. Paket LCB :
Saluran tersier (10,200 m), Koneksi rumah ( 8.700 Unit ) , Restorasi jalan ( 57.000 m ) , lubang ( 185 Unit )
c. Paket Konsultan :
Supervisi pekerjaan konstruksi, Mendukung kegiatan sosialisasi
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
1 Pekerjaan konstruksi 42,289,461
2 Jasa konsultan 5,281,009
3 Kontingensi 2,127,303
Total 49.697.773
Tindak Lanjut
Usulan rencana pemanfaatan dan realokasi dana pinjaman luar negeri kegiatan DSDP II sudah disampaikan oleh Sekjen Kementerian PUPR ke Bappenas dan Kemenkeu
Instansi Pelaksana
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Lokasi Proyek
Mamminasta – Provinsi Sulawesi Selatan
Tujuan Proyek
Meningkatkan sistem pengelolaan limbah padat pada Mamminasata Area Metropolitan di Prop.Sulawesi Selatan, termasuk sanitasi TPA
sehingga berkontribusi pada perbaikan kehidupan dan kondisi sanitasi masyarakat, perlindungan lingkungan hidup, dan peningkatan
kapasitas administrasi Pemerintah Daerah
Ruang Lingkup
a. TPA Sanitary Landfill
b. Tempat pengomposan
c. Tempat Pemilahan
d. Alat berat untuk operasional RISWMC
e. Truk transportasi sekunder
f. Stasiun Transfer
g. Fasilitas Pendukung TPA Sanitary Landfill
h. Fasilitas kompensasi
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
1 Pekerjaan Konstruksi 24,103,917
2 Jasa Konsultan 4,014,560
3 Kontingensi 1,208,507
Total 29.326.984
Tindak Lanjut
Saat ini masih menunggu jawaban Kementerian Keuangan dan Bappenas mengenai usulan penutupan Loan Agreement tersebut
4. RURAL SETTLEMENT INFRASTRUCTURE AND KABUPATEN STRATEGIC AREA DEVELOPMENT (RISE II)
Nilai Pinjaman Penyerapan Kumulatif Sisa Pinjaman Progress DIPA Kemen. PUPR TA. 2015
Lender Donor ID Jangka Waktu
(USD) USD % (USD) Varians (%) Target (Rp) Realisasi (Rp) %
23 Juni 2014
Jepang
IP-564 s/d 83.014.485 2.758.000 3,32 80.256.485 -15,01 202.966.743.000 20.766.915.000 10,23
(JICA)
23 Juni 2019
Sumber : SNVT Pengembangan, Pengendalian dan Pelaksanaan Pekerjaan Strategis Bidang PU dan PR Lainnya, Sekretariat Jenderal, Kementerian PUPR, 2015
Ket: Angka progres penyerapan kumulatif 01 June 2015 : USD 1 = Rp. 13.140,53
Instansi Pelaksana
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Lokasi Proyek
Tersebar di 34 Provinsi di Indonesia
Tujuan Proyek
Untuk mempercepat pembangunanekonomi setempat dan meningkatkan level pemerintahan setempat dan menguatkan lembaga
setempat di daerah pedesaan Indonesia melalui:
a. Pengadaan layanan infrastruktur sosial-ekonomi dasar dan meningkatkan kesempatan ekonomi di daerah pedesaan.
b. Menyoroti pembangunan kapasitas kelembagaan baik pemerintah pusat dan daerah, dengan fokus khusus kepada administrasi
kabupaten, kecamatan dan di Pedesaan Indonesia
c. Mendukung pembangunan sosial , penguatan kapasitas dan melembagakan pemberdayaan masyarakat dan kepercayaan diri
melalui pendekatan partisipatif, sehingga berkontribusi dalam mengurangi kemiskinan melalui pembangunan ekonomi daerah
berkelanjutan dan pengurangan kesenjangan.
Ruang Lingkup
a. Konstruksi infrastruktur dasar pedesaan
b. Jasa Konsultasi
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
Tindak Lanjut
Perlu segera dilakukan percepatan penarikan dana, mengingat DIPA untuk kegiatan PNPM hanya sampai dengan Akhir TA. 2015
5. METROPOLITAN SANITATION MANAGEMENT INVESTMENT PROGRAM: ENGINEERING SERVICES FOR SEWERAGE SYSTEM DEVELOPMENT IN DKI JAKARTA
Nilai Pinjaman Penyerapan Kumulatif Sisa Pinjaman Progress Varians DIPA Kemen. PUPR TA. 2015
Lender Donor ID Jangka Waktu
(USD) USD % (USD) (%) Target (Rp) Realisasi (Rp) %
24 Feb 2014
Jepang
IP-565 s/d 16.290.010 - 0 16.290.010 -13,10 - - 0
(JICA)
23 Juni 2021
Sumber : SNVT Pengembangan, Pengendalian dan Pelaksanaan Pekerjaan Strategis Bidang PU dan PR Lainnya, Sekretariat Jenderal, Kementerian PUPR, 2015
Ket: Angka progres penyerapan kumulatif 01 June 2015 : USD 1 = Rp. 13.140,53
Instansi Pelaksana
a. Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
b. Provinsi DKI Jakarta
Lokasi Proyek
Provinsi DKI Jakarta
Tujuan Proyek
Untuk memperbaiki lingkungan air di DKI Jakarta dengan memperkenalkan sistem pembuangan air kotor, yang terdiri dari jaringan
saluran pembuangan, tempat pembuangan air limbah beserta operasional dan pemeliharaan, sehingga berkontribusi untuk
meningkatkan sanitasi perkotaan dan kesehatan warganya
Ruang Lingkup
Jasa Konsultasi
Alokasi Dana
No Kategori
(USD)
Tindak Lanjut
a. Surat permohonan persetujuan tersebut dikirim dari Direktur Pengembangan PLP kepada Ditjen Cipta Karya pada tanggal 17 Pebruari 2015.
b. Saat ini sedang dilakukan pembahasan kesepakatan bersama antara Menteri PUPR dan Gubernur DKI Jakarta untuk rencana pembangunan Sistem Air Limbah Terpusat di Jakarta
Instansi Pelaksana
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Lokasi Proyek
Banda Aceh – Provinsi NAD
Tujuan Proyek
Untuk merehabilitasi drainase
Ruang Lingkup
Pembersihan, perbaikan, Pipa saluran baru, perbaikan gate, gate baru, embung, gardu pompa, genset, pompa mobile, gedung
perkantoran.
Tindak Lanjut
-
Instansi Pelaksana
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Lokasi Proyek
Provinsi Bali
Tujuan Proyek
Pengembangan dan Pembangunan TPA
Ruang Lingkup
a. Pembangunan sel TPA bersih sesuai dengan SNI dan standar internasional, termasuk ekstraksi gas TPA dan fasilitas pembakaran dan semua infrastruktur lainnya dalam perimeter
TPA yang dibutuhkan untuk pengoperasian dengan benar (koleksi lindi dan perawatan, jalur internal, jembatan berat, administrasi dan bangunan sanitasi, peralatan mobile untuk
TPA, perimeter pagar dll)
b. Tempat pemilihan untuk campuran limbah padat perkotaan
c. Tempat pengomposan khusus untuk sampah organik
d. Konsultasi Pelaksanaan (IC) untuk membantu unit pengelolaan program nasional yang akan didirikan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya di Kementerian Pekerjaan Umum dan unit
pengelolaan proyek setempat yang akan didirikan oleh program.
Tindak Lanjut
Kontrak masih menunggu persetujuan Bapak Menteri PUPR karena kedua paket yang sedang dilelang tergolong paket besar
Sampai dengan Triwulan III Tahun 2015 terdapat 47 proyek Bidang PUPR yang dibiayai dari
pinjaman luar negeri. Pinjaman luar negeri tersebut dilaksanakan melalui skema pinjaman lunak
(soft loan). Pinjaman lunak (soft loan) merupakan pinjaman yang dikelola oleh
Kementerian/Lembaga, BUMN dan Pemerintah Daerah yang berasal dari kreditor multilateral
maupun bilateral.
Pinjaman luar negeri yang dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) bidang utama, yaitu Bidang Sumber Daya Air, Bidang
Bina Marga dan Bidang Cipta Karya. Hal ini dikarenakan pada 3 (tiga) tersebut sudah
menunjukan adanya pinjaman luar negeri dibanding dengan bidang – bidang lainnya. Untuk
lebih jelasnya mengenai bidang – bidang PUPR yang sudah menunujukan adanya pinjaman luar
negeri dan penyerapan proyek pinjaman luar negeri per Satminkal di Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat pada Triwulan III Tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan
dan Gambar 5.1.
Untuk penyerapan proyek pinjaman luar negeri yang dirinci per donor sampai dengan Triwulan
III Tahun 2015, sumber pembiayaan luar negeri Bidang PUPR berasal dari Kreditor Multilateral
dan Kreditor Bilateral, dengan jumlah proyek sebanyak 47 proyek dan jumlah pinjaman sebesar
USD. 4.162.902.
Kreditor Mulitelateral yang dimaksud terkait dengan sumber pinjaman luar negeri terdiri dari
World Bank (IBRD), Asian Development Bank (ADB) dan Islamic Development Bank (IDB).
Sedangkan Kreditor Bilateral terdiri dari Negara Jepang (JICA), China (Tiongkok), Australia,
Korea, Spanyol dan Jerman.
Dari sumber pinjaman luar negeri (donor) diatas, Jepang (JICA) merupakan sumber pinjaman
luar negeri (donor) yang paling banyak memberikan pinjaman, yaitu sebesar 18 proyek dengan
jumlah pinjaman sebesar USD. 1.385.142.
Dari jumlah total pinjaman diatas, realisasi penyerapan pinjaman kumulatif baru sebesar USD.
2.128.740 atau 51,14 %, yang mengalami deviasi keterlambatan sebesar -29,67 %, dengan sisa
pinjaman yang belum ditarik sebesar USD. 2.034.162 atau 48,86 %.
Untuk lebih jelasnya mengenai penyerapan proyek pinjaman luar negeri yang dirinci per donor
di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada Triwulan III Tahun 2015 dapat
dilihat pada Tabel 5.2 serta Gambar 5.2 dan Gambar 5.3.
5.1.3 Overview Proyek Pinjaman Luar Negeri Per Satminkal dan Donor
Sbegaimana telah disampaikan diatas, bahwa jumlah pinjaman luar negeri Bidang PUPR di
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebesar USD 4.162.902 yang terdiri dari
47 proyek dengan sumber pinjaman berasal dari Kreditor Multilateral dan Kreditor Bilateral.
Rincian dari jumlah pinjaman, proyek dan sumber pinjaman tersebut dirinci menurut Satminkal
terdiri dari :
Untuk lebih jelasnya mengenai penyerapan proyek pinjaman luar negeri yang dirinci per
Satminkal dan Donor di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada Triwulan
III Tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 5.3 dan Gambar 5.4.
5.1.4 Overview Proyek Pinjaman Luar Negeri Per Donor dan Satminkal
Jika dilihat penyerapan proyek pinjaman luar negeri bidang PUPR di Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat pada Triwulan III Tahun 2015 yang dirinci menurut sumber
pinjaman (donor), baik Kreditor Multilateral maupun Kreditor Bilateral. Dari total 47 proyek,
Jepang (JICA) merupakan sumber pinjaman (donor) yang membiayai proyek terbanyak di
Bidang PUPR, yaitu sebanyak 18 proyek, kemudian disusul oleh ADB sebanyak 8 proyek, World
Bank (IBRD) sebanyak 6 proyek, IDB sebanyak 5 proyek, China (Tiongkok) sebanyak 4 proyek,
Korea dan Spanyol masing – masing sebanyak 2 proyek serta Australia dan Jerman masing –
masing sebanyak 1 proyek.
Sedangkan bila dilihat dari besaran jumlah pinjaman menurut sumber pinjaman (donor), dari
jumlah pinjaman luar negeri sebesar USD. 4.162.902, Jepang (JICA) masih merupakan negara
pendonor dengan jumlah pinjaman terbesar, yaitu sebesar USD. 1.385.142 (18 proyek),
kemudian disusul oleh World Bank (IBRD) sebesar USD. 955.540 (6 proyek), ADB sebesar USD.
559.098 (6 proyek), China (Tingkok) sebesar USD. 399.705 (4 proyek), IDB sebesar USD. 370.000
(5 proyek), Australia sebesar USD. 223.026 (1 proyek), Korea sebesar USD. 158.000 (2 proyek),
Jerman sebesar USD. 84.200 (1 proyek), serta Spanyol sebesar USD. 28.190 (2 proyek).
Untuk lebih jelasnya mengenai penyerapan proyek pinjaman luar negeri yang dirinci per Donor
dan Satminkal di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada Triwulan III Tahun
2015 dapat dilihat pada Tabel 5.4 dan Gambar 5.5.
Tabel 5.1
Overview Proyek – Proyek Pinjaman Luar Negeri Dirinci Menurut Satminkal di Kementerian PUPR Tahun 2015
Status : 31 Juli 2015
Jumlah
Progres Penyerapan Pinjaman Tahun 2015
Pinjaman Kinerja Penyerapan Pinjaman Kumulatif (dalam ribuan USD)
(dalam ribuan Rupiah)
Sesuai
Loan
Jumlah Agreement
No Satminkal Deviasi
Proyek (dalam Target Realisasi Sisa Pinjaman Target DIPA Realisasi
ribuan Keterlambatan
USD)
USD USD % USD % % USD % Rp. Rp. %
1 2 3 4 5 6=5/4 7 8=7/4 9=7-5 10 11=10/4 12 13 14=13/12
1 Ditjen Sumber Daya Air 17 1.283.436 1.058.708 82,49 815.040 63,50 -18,99 468.396 36,50 1.804.904.576 627.226.992 34,75
2 Ditjen Bina Marga 13 1.583.516 1.420.465 89,70 744.360 47,01 -42,70 839.155 52,99 3.260.344.672 1.084.040.767 33,25
3 Ditjen Cipta Karya 17 1.295.950 884.669 68,26 569.340 43,93 -24,33 726.610 56,07 1.883.475.952 582.698.690 30,94
T O T A L 47 4.162.902 3.363.842 80,81 2.128.740 51,14 -29,67 2.034.162 48,86 6.948.725.200 2.293.966.449 33,01
Sumber : SNVT Pengembangan, Pengendalian dan Pelaksanaan Pekerjaan Strategis Bidang PU dan PR Lainnya, Sekretariat Jenderal, Kementerian PUPR, 2015
Catatan :
- USD 1 = Rp. 13.374,79
- YEN 1 = Rp. 108,66
- AUD 1 = Rp. 9.943,09
- KRW 1 = Rp. 11,70
- EUR 1 = 14.754,42
- Based on 'World Bank Client Connection' as of 08 Agustus 2015
- Based on 'ADB -LFIS as of 03 Agustus 2015
- Based on 'JICA statement of disbursement' as of 28 Juli 2015
- Angka Target Penyerapan Pinjaman Kumulatif merupakan angka dari Appraisal/Loan Agreement/MoD
- Angka 'Progres Penyerapan Pinjaman Kumulatif' merupakan angka realisasi dari sejak Pinjaman efektif s.d. tanggal cetak laporan ini
- Angka Pagu DIPA 2015 dan Realisasi berdasarkan "emonitoring-pu.web.id" Status 06 Agustus 2015; 16:00 WIB
Sumber : SNVT Pengembangan, Pengendalian dan Pelaksanaan Pekerjaan Strategis Bidang PU dan PR Lainnya, Sekretariat Jenderal, Kementerian PUPR, 2015
Gambar 5.1
Diagram Pinjaman, Target, dan Penyerapan Pinjaman Luar Negeri Kumulatif Kementerian PUPR Tahun 2015
Tabel 5.2
Overview Proyek – Proyek Pinjaman Luar Negeri Dirinci Menurut Donor di Kementerian PUPR Tahun 2015
Status : 31 Juli 2015
Jumlah Progres Penyerapan Pinjaman Tahun 2015
Kinerja Penyerapan Pinjaman Kumulatif (dalam ribuan USD)
Pinjaman (dalam ribuan Rupiah)
Sesuai Loan
Jumlah
No Donor Agreement Deviasi
Proyek Target Realisasi Sisa Target DIPA Realisasi
(dalam ribuan Keterlambatan
USD)
USD USD % USD % % USD % Rp. Rp. %
1 2 3 4 5 6=5/4 7 8=7/4 9=7-5 10 11=10/4 12 13 14=13/12
1 IBRD 6 955.540 800.920 83,82 406.311 42,52 -41,30 549.229 57,48 1.779.176.354 711.985.754 40,02
2 ADB 8 559.098 391.927 70,10 179.307 32,07 -38,03 379.791 67,93 926.281.539 173.118.265 18,69
3 IDB 5 370.000 206.957 55,93 101.997 27,57 -28,37 268.003 72,43 789.591.059 305.628.323 38,71
4 JICA 18 1.385.142 1.225.253 88,46 997.014 71,98 -16,48 388.128 28,02 1.977.761.105 681.301.749 34,45
5 CHINA 4 399.705 364.705 91,24 192.760 48,23 -43,02 206.945 51,77 925.889.528 283.707.972 30,64
6 AUSTRALIA 1 223.026 223.026 100,00 217.492 97,52 -2,48 5.534 2,48 141.928.632 65.404.629 46,08
7 KOREA 2 158.000 70.566 44,66 7.167 4,54 -40,13 150.833 95,46 360.096.983 72.819.757 20,22
8 SPANYOL 2 28.190 28.190 100,00 26.692 94,69 -5,31 1.498 5,31 4.000.000 0 0,00
9 GERMAN 1 84.200 52.298 62,11 0 0,00 -62,11 84.200 100,00 44.000.000 0 0,00
T O T A L 47 4.162.902 3.363.842 80,81 2.128.740 51,14 -29,67 2.034.162 48,86 6.948.725.200 2.293.966.449 33,01
Sumber : SNVT Pengembangan, Pengendalian dan Pelaksanaan Pekerjaan Strategis Bidang PU dan PR Lainnya, Sekretariat Jenderal, Kementerian PUPR, 2015
Catatan :
- USD 1 = Rp. 13.374,79 - YEN 1 = Rp. 108,66 - AUD 1 = Rp. 9.943,09 - KRW 1 = Rp. 11,70 - EUR 1 = 14.754,42
- Based on 'World Bank Client Connection' as of 08 Agustus 2015
- Based on 'ADB -LFIS as of 03 Agustus 2015
- Based on 'JICA statement of disbursement' as of 28 Juli 2015
- Angka Target Penyerapan Pinjaman Kumulatif merupakan angka dari Appraisal/Loan Agreement/MoD
- Angka 'Progres Penyerapan Pinjaman Kumulatif' merupakan angka realisasi dari sejak Pinjaman efektif s.d. tanggal cetak laporan ini
- Angka Pagu DIPA 2015 dan Realisasi berdasarkan "emonitoring-pu.web.id" Status 06 Agustus 2015; 16:00 WIB
JICA
1,385,142
33.27%
ADB
559,098
IDB 13.43%
370,000
8.89%
Sumber : SNVT Pengembangan, Pengendalian dan Pelaksanaan Pekerjaan Strategis Bidang PU dan PR Lainnya, Sekretariat Jenderal, Kementerian PUPR, 2015
Gambar 5.2
Diagram Pinjaman Luar Negeri Dirinci Per Donor di Kementerian PUPR Tahun 2015
4.500.000
4.000.000
3.500.000
3.000.000
2.500.000
2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000
-
JUMLAH IBRD ADB IDB JICA CHINA AUSTRALIA KOREA SPANYOL GERMAN
PINJAMAN 4.162.902 955.540 559.098 370.000 1.385.142 399.705 223.026 158.000 28.190 84.200
TARGET 3.363.842 800.920 391.927 206.957 1.225.253 364.705 223.026 70.566 28.190 52.298
PENYERAPAN 2.128.740 406.311 179.307 101.997 997.014 192.760 217.492 7.167 26.692 0
Sumber : SNVT Pengembangan, Pengendalian dan Pelaksanaan Pekerjaan Strategis Bidang PU dan PR Lainnya, Sekretariat Jenderal, Kementerian PUPR, 2015
Gambar 5.3
Diagram Pinjaman, Target, dan Penyerapan Pinjaman Luar Negeri Kumulatif Dirinci Per Donor di Kementerian PUPR Tahun 2015
Tabel 5.3
Overview Proyek – Proyek Pinjaman Luar Negeri Dirinci Menurut Satminkal dan Donor di Kementerian PUPR Tahun 2015
Status : 31 Juli 2015
Progres Penyerapan Pinjaman Tahun 2015
Jumlah Kinerja Penyerapan Pinjaman Kumulatif (dalam ribuan USD)
(dalam ribuan Rupiah)
Pinjaman
Sesuai Loan
Jumlah Agreement
No Satminkal / Donor Deviasi
Proyek (dlm ribuan Target Realisasi Sisa Target DIPA Realisasi
Keterlambatan
USD)
1.000.000 1.200.000
800.000 1.000.000
600.000 800.000
600.000
400.000
400.000
200.000
200.000
0
JUMLAH IBRD ADB JICA CHINA KOREA 0
JUMLAH IBRD ADB IDB JICA AUSTRALIA KOREA CHINA SPANYOL
PINJAMAN 1.283.436 339.640 49.698 677.099 117.000 100.000
PINJAMAN 1.583.516 250.000 180.000 65.000 496.594 223.026 58.000 282.705 28.190
TARGET 1.058.708 255.000 41.167 605.436 117.000 40.105 TARGET 1.420.465 200.000 156.000 44.290 490.793 223.026 30.461 247.705 28.190
PENYERAPAN 815.040 130.658 25.997 583.193 73.263 1.929 PENYERAPAN 744.360 27.862 27.965 0 319.614 217.492 5.239 119.497 26.692
1.400.000
DITJEN CIPTA KARYA
1.200.000
1.000.000
800.000
600.000
400.000
200.000
0
JUMLAH IBRD ADB IDB JICA GERMAN
PINJAMAN 1.295.950 365.900 329.400 305.000 211.450 84.200
TARGET 884.669 345.920 194.760 162.667 129.024 52.298
PENYERAPAN 569.340 247.791 125.345 101.997 94.207 -
Sumber : SNVT Pengembangan, Pengendalian dan Pelaksanaan Pekerjaan Strategis Bidang PU dan PR Lainnya, Sekretariat Jenderal, Kementerian PUPR, 2015
Gambar 5.4
Diagram Pinjaman, Target dan Penyerapan Pinjaman Luar Negeri Kumulatif Dirinci Menurut Satminkam di Kementereian PUPR Tahun 2015
Tabel 5.4
Overview Proyek – Proyek Pinjaman Luar Negeri Dirinci Menurut Donor dan Satminkal di Kementerian PUPR Tahun 2015
Status : 31 Juli 2015
Progres Penyerapan Pinjaman Tahun 2015
Jumlah Kinerja Penyerapan Pinjaman Kumulatif (dalam ribuan USD)
(dalam ribuan Rupiah)
Pinjaman
Sesuai Loan
Jumlah Agreement
No Donor / Satminkal Deviasi
Proyek (dalam Target Realisasi Sisa Target DIPA Realisasi
Keterlambatan
ribuan USD)
58.000
223.026 28.190 84.200
30.461
223.026 5.239 28.190 52.298
217.492 26.692 0
100.000
40.105
1.929
223.026 84.200
28.190
223.026 52.298
158.000 28.190
217.492 70.566 0
26.692
PINJAMAN PINJAMAN PINJAMAN PINJAMAN
7.167
TARGET TARGET TARGET TARGET
PENYERAPAN PENYERAPAN PENYERAPAN PENYERAPAN
Sumber : SNVT Pengembangan, Pengendalian dan Pelaksanaan Pekerjaan Strategis Bidang PU dan PR Lainnya, Sekretariat Jenderal, Kementerian PUPR, 2015
Gambar 5.5
Diagram Pinjaman, Target dan Penyerapan Pinjaman Luar Negeri Kumulatif Masing – Masing Donor di Kementerian PUPRTahun 2015
Berdasarkan hasil identifikasi dan diskusi dengan pihak – pihak terkait di lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, terkait dengan hibah terencana luar
negeri pada Bidang PUPR bila dirinci menurut satminkal, terdapat 10 proyek yang didanai
melalui hibah luar negeri, dengan jumlah hibah sebesar USD. 221.485. Adapun satminkal yang
dimaksud adalah Ditjen Bina Marga dengan 2 proyek hibah luar negeri sebesar USD. 15.211 dan
Ditjen Cipta Karya dengan 8 proyek hibah luar negeri sebesar USD. 206.274. Hibah terencana
luar negeri pada Bidang PUPR merupakan hibah terencana yang terdaftar dalam DIPA Tahun
Anggaran 2015.
Sumber hibah terencana luar negeri pada Bidang PUPR berasal dari World Bank (IBRD), Jepang,
Australia dan Jerman, dengan rincian jumlah proyek menurut sumber hibah sebagai berikut :
Bila dilihat dari kinerja penyerapan hibah terencana luar negeri, secara kumulatif antara target
dan realisasi sudah terlaksana sekitar 73,83 %. Artinya penyerapan hibah masih mengalami
keterlambatan sebesar -26,17 % dari target yang sudah ditentukan. Hal ini disebabkan oleh
lemahnya pengawasan teknis pelaksanaan pekerjaan (fisik dan non fisik) serta lemahnya
pengawasan anggaran yang dilakukan untuk pembangunan infrastruktur PUPR. Selain itu,
lemahnya koordinasi antara Kementerian / Lembaga dalam pembangunan infrastruktur PUPR
merupakan salah satu penyebab dalam kurangnya penyerapan anggaran hibah.
Untuk lebih jelasnya mengenai penyerapan proyek – proyek hibah terencana luar negeri
menurut satminkal dan donor dapat dilihat pada Tabel 5.5 dan Tabel 5.6.
Hibah langsung luar negeri merupakan hibah yang diterima suatu Kementerian /
Lembaga yang dapat berbentuk uang, barang, jasa dan/atau surat berharga yang
diperoleh dari pemberi hibah (luar negeri) yang tidak perlu dibayar kembali.
Terkait dengan hibah langsung luar negeri on going pada Bidang PUPR, bila dilihat
menurut Satminkal terdapat 21 proyek hibah yang berbentuk barang dan jasa sebesar
USD. 67.017 yang tersebar pada Ditjen Sumber Daya Air dengan jumlah 7 proyek sebesar
USD. 40221, Ditjen Bina Marga dengan jumlah 4 proyek sebesar USD. 11.772, Ditjen Cipta
Karya dengan jumlah 8 proyek sebesar USD. 10.223, Ditjen Bina Konstruksi dengan
jumlah 1 proyek sebesar USD. 1.800, serta Badan Penelitian dan Pengembangan dengan
jumlah 1 proyek sebesar USD. 3.000. Hibah langsung luar negeri yang dimaksud pada
Bidang PUPR merupakan hibah yang tidak terdaftar dalam DIPA Tahun Anggaran 2015.
Sedangkan bila dilihat dari sumber hibah langsung on going pada Bidang PUPR berasal
dari Asian Development Bank (ADB), Jepang (JICA), Korea, China (Tiongkok), dan Belanda.
Kinerja penyerapan hibah langsung luar negeri on going pada Bidang PUPR antara target
dan realisasi baru mencapai 32,31 %, yang mengalami keterlambatan -63,40 %. Untuk
lebih jelasnya mengenai penyerapan proyek – proyek hibah langsung on going pada
Bidang PUPR dirinci menurut Satminkal dan donor dapat dilihat pada Tabel 5.7 dan
Tabel 5.8.
Hibah langsung luar negeri closed pada Bidang PUPR merupakan hibah yang sudah
selesai berdasarkan jangka waktu pelaksanaan hibah, dimana tidak terdaftar dalam DIPA
Tahun Anggaran 2015. Sama halnya dengan hibah langsung luar negeri on going, hibah
langsung luar negeri closed berbentuk barang dan jasa.
Jumlah proyek hibah langsung luar negeri closed yang sudah dilakukan sampai dengan
tahun 2015pada Bidang PUPR, terdapat 24 proyek dengan jumlah hibah sebesar USD.
455.171.
Berdasarkan hasil pelaksanaan hibah langsung luar negeri closed sampai dengan Tahun
Anggaran 2015 yang sudah dilakukan, bila dilihat menurut Satminkal, jumlah proyek dan
besaran hibah, terdapat 3 (tiga) Satminkal yang telah mendapatkan hibah, yaitu Ditjen
Bina Marga dengan jumlah 9 proyek sebesar USD. 35.512, Ditjen Bina Marga dengan
jumlah 7 proyek sebesar 396.927, dan Ditjen Cipta Karya dengan jumlah 8 proyek
sebesar 22.732.
Sedangkan bila dilihat dari sumber hibah luar negeri closed pada Bidang PUPR berasal
dari Asian Development Bank (ADB), Jepang (JICA), Korea (KOICA), USAID, UNDP, Swiss
(SECO) dan Jerman (KfW). Pemberi hibah terbesar dalam bentuk barang dan jasa berasal
USAID dengan jumlah hibah sebesar USD. 371.388.
Untuk lebih jelasnya mengenai penyerapan proyek – proyek hibah langsung closed
sampai dengan tahun 2015 pada Bidang PUPR dirinci menurut Satminkal dan donor
dapat dilihat pada Tabel 5.9 dan Tabel 5.10.
Tabel 5.5
Overview Proyek – Proyek Hibah Terencana Luar Negeri Dirinci Menurut Satminkal di Kementerian PUPR (Terdaftar Dalam DIPA TA. 2015)
Status : 31 Juli 2015
Kinerja Penyerapan Hibah Kumulatif
(USD '000)
Jumlah Hibah
Jumlah
No Satminkal (Grant Agreement) Deviasi
Proyek Target Realisasi Sisa
(USD '000) Keterlambatan
1 Ditjen Bina Marga 2 15.211 15.211 100,00 8.717 57,31 -42,69 6.494,5 42,69
2 Ditjen Cipta Karya 8 206.274 206.274 100,00 154.806 75,05 -24,95 51.467,3 24,95
Tabel 5.6
Overview Proyek – Proyek Hibah Terencana Luar Negeri Dirinci Menurut Donor di Kementerian PUPR (Terdaftar Dalam DIPA TA. 2015)
Status : 31 Juli 2015
Kinerja Penyerapan Hibah Kumulatif
(USD '000)
Jumlah Hibah
Jumlah
No Donor (Grant Agreement) Deviasi
Proyek Target Realisasi Sisa
(USD '000) Keterlambatan
Tabel 5.7
Overview Proyek – Proyek Hibah Langsung Luar Negeri (On Going) Dirinci Menurut Satminkal di Kementerian PUPR
(Tidak Terdaftar Dalam DIPA TA. 2015 / Hibah Langsung Barang dan Jasa)
Status : 31 Juli 2015
Kinerja Penyerapan Hibah Kumulatif
(USD '000)
Jumlah Hibah
Jumlah
No Satminkal (Grant Agreement) Deviasi
Proyek Target Realisasi Sisa
(USD '000) Keterlambatan
1 Ditjen Sumber Daya Air 7 40.221 37.346 92,85 18.378 45,69 -47,16 21.843 54,31
2 Ditjen Bina Marga 4 11.772 11.772 100,00 1.315 11,17 -88,83 10.457 88,83
3 Ditjen Cipta Karya 8 10.223 10.223 100,00 1.960 19,17 -80,83 8.263 80,8
4 Ditjen Bina Konstruksi 1 1.800 1.800 100,00 0 0,00 -100,00 1.800 100,0
5 Badan Penelitian dan Pengembangan 1 3.000 3.000 100,00 0 0,00 -100,00 3.000 100,0
Tabel 5.8
Overview Proyek – Proyek Hibah Langsung Luar Negeri (On Going) Dirinci Menurut Donor di Kementerian PUPR
(Tidak Terdaftar Dalam DIPA TA. 2015 / Hibah Langsung Barang dan Jasa)
Status : 31 Juli 2015
Kinerja Penyerapan Hibah Kumulatif
(USD '000)
Jumlah Hibah
Jumlah
No Donor (Grant Agreement) Deviasi
Proyek Target Realisasi Sisa
(USD '000) Keterlambatan
2 Jepang (JICA) 7 17.729 17.729 100,00 2.113 11,92 -88,08 15.615 88,08
3 Korea (KOICA) 5 14.400 14.400 100,00 774 5,38 -94,62 13.626 94,62
4 China (Tiongkok) 1 12.804 9.929 77,55 5.138 40,13 -37,42 7.666 59,87
Tabel 5.9
Overview Proyek – Proyek Hibah Langsung Luar Negeri (Closed) Dirinci Menurut Satminkal di Kementerian PUPR
(Tidak Terdaftar Dalam DIPA TA. 2015 / Hibah Langsung Barang dan Jasa)
Status : 31 Juli 2015
Kinerja Penyerapan Hibah Kumulatif
(USD '000)
Jumlah Hibah
Jumlah
No Satminkal (Grant Agreement) Deviasi
Proyek Target Realisasi Sisa
(USD '000) Keterlambatan
Ditjen Sumber Daya Air 9 35.512 35.512 100,00 31.812 89,58 -10,42 3.700 10,42
1
Belum BAST 7
Ditjen Bina Marga 7 396.927 396.927 100,00 270.776 68,22 -31,78 126.151 31,78
2
Belum BAST 4
Ditjen Cipta Karya 8 22.732 22.732 100,00 16.297 71,69 -28,31 6.435 28,31
3 Belum BAST 6
Belum Registrasi 1
Tabel 5.10
Overview Proyek – Proyek Hibah Langsung Luar Negeri (Closed) Dirinci Menurut Donor di Kementerian PUPR
(Tidak Terdaftar Dalam DIPA TA. 2015 / Hibah Langsung Barang dan Jasa)
Status : 31 Juli 2015
Kinerja Penyerapan Hibah Kumulatif
(USD '000)
Jumlah Hibah
Jumlah
No Donor (Grant Agreement) Deviasi
Proyek Target Realisasi Sisa
(USD '000) Keterlambatan
2 Jepang (JICA) 15 59.054 59.054 100,00 52.236 88,46 -11,54 6.817 11,54