PUSAT
MODUL FASILITASI TEKNIS
PERENCANAAN INFRASTRUKTUR DAERAH
DAN PEMPROGRAMAN
Jalan Pattimura Nomor 20, Kebayoran Baru, Jakarta 12110,
Telepon 021-27932834, Fax. 021-27932834
Pekerjaan :
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN
DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
BANTUAN TEKNIS
PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TA. 2021
MODUL
PERENCANAAN TEKNIS
DAN PEMROGRAMAN
Nomor Kontrak : KU.02.02/17.29.1-S5/IV/2021
Tanggal Kontrak : 29 April 2021
KATA PENGANTAR
Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan Alokasi yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kepada Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Pemerintah
Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Sejalan dengan arah kebijakan DAK bidang
irigasi, perencanaan teknis dan pemrograman merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
Melalui perencanaan teknis dan pemrograman yang disusun dengan baik oleh pemerintah
daerah dapat diketahui kebutuhan pembiayaan dan rekomendasi prioritas penanganan serta
peningkatan sistem kinerja irigasi. Sehubungan dengan pentingnya penyusunan data teknis
daerah, maka dengan ini kami sampaikan :
Tim Penyusun
ii
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
DAFTAR ISI
iii
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
iv
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
DAFTAR TABEL
v
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
vi
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
DAFTAR GAMBAR
vii
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Gambar 2 - 29 Potongan Saluran Lining Ferrocement Berbentuk Tapal Kuda ............... 2-60
Gambar 2 - 30 Tipe – Tipe Pasangan Saluran .................................................................. 2-61
Gambar 2 - 31 Koefisien Debit Pada Aliran di Atas Skot Balok Segi Empat .................. 2-63
Gambar 2 - 32 Koefisien K Untuk Debit Tenggelam ....................................................... 2-64
Gambar 2 - 33 Koefisien Debit q Masuk Permukaan Pintu Datar Atau Lengkung ......... 2-64
Gambar 2 - 34 Type bangunan terjun tegak ..................................................................... 2-67
Gambar 2 - 35 Tipe Bangunan Terjun Miring.................................................................. 2-68
Gambar 2 - 36 Gambar Hidrolis Got Miring .................................................................... 2-69
Gambar 2 - 37 Dimensi Kolam Olak Pada Got Miring .................................................... 2-71
Gambar 2 - 38 Potongan Memanjang Got Miring ............................................................ 2-72
Gambar 2 - 39 Type Kolam Olak Pada Got Miring ......................................................... 2-73
Gambar 2 - 40 Penutup diatas siphon ............................................................................... 2-74
Gambar 2 - 41 Pelimpah corong dan pembuang .............................................................. 2-78
Gambar 2 - 42 Profil-profil aliran disepanjang pelimpah samping .................................. 2-79
Gambar 2 - 43 Lokasi keseimbangan slope antara hasil endapan sedimen dengan
kemiringan dasar saluran akan sama untuk menentukan lokasi bangunan Pengeluar
sedimen ............................................................................................................................. 2-81
Gambar 3 - 1 Bagan Alir Proses Survai, Investigasi, dan Desain (SID) Reklamasi Rawa
........................................................................................................................................ …3-2
Gambar 3 - 2 Tata Letak Tipikal Jaringan Reklamasi Rawa ............................................ 3-25
Gambar 3 - 3 Contoh Tipikal Tata Guna Lahan dan Tata Letak Pemukiman .................. 3-31
Gambar 3 - 4 Contoh Tipikal Tata Guna Lahan dan Tata Letak Pemukiman (Lanjutan) 3-32
Gambar 3 - 5 Kategori Hidrotopografi Rawa Pasang Surut ............................................. 3-35
Gambar 3 - 6 Diagram Keputusan Penetapan Satuan Lahan............................................ 3-44
Gambar 3 - 7 Bagan Alir Penentuan Water Management Zone ....................................... 3-47
Gambar 3 - 8 Daerah Pengelolaan Air I - Tanaman Perkebunan pada Tanah Gambut .... 3-49
Gambar 3 - 9 Daerah Pengelolaan Air II - Tanaman Perkebunan pada Tanah Kurang Subur
.......................................................................................................................................... 3-50
Gambar 3 - 10 Daerah Pengelolaan Air III-Padi Sawah didaerah Irigasi Pasang Surut .. 3-51
Gambar 3 - 11 Daerah Pengelolaan Air IV dan V: Palawija pada Pyritic / Non Pyritic Soil
.......................................................................................................................................... 3-52
Gambar 3 - 12 Daerah Pengelolaan Air VI: Tanaman Perkebunan pada Pyritic/ Non Pyritic
Soil .................................................................................................................................... 3-53
viii
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Gambar 3 - 13 Daerah Pengelolaan Air VII: Padi Sawah pada Non Pyritic Soil ............. 3-54
Gambar 3 - 14 Daerah Pengelolaan Air VIII: Padi Sawah pada Pyritic dan Muck Soil .. 3-55
Gambar 3 - 15 Tipikal Sistem Aliran Satu Arah .............................................................. 3-59
Gambar 3 - 16 Modul Drainase untuk padi sawah dan jalur hijau ................................... 3-79
Gambar 3 - 17 Modul drainase untuk palawija dan lahan pekarangan ............................ 3-80
Gambar 3 - 18 Modul Drainase untuk tanaman keras ...................................................... 3-81
Gambar 3 - 19 Tipikal Potongan Melintang Saluran ........................................................ 3-87
Gambar 4 - 1 Tahapan Penyusunan Rencana Anggran dan Biaya ..................................... 4-1
Gambar 4 - 2 Alur Kegiatan Pemrograman ........................................................................ 5-1
ix
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1-1
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
1. Maksud
Maksud dari penyusunan modul perencanaan dan pemrograman ini adalah untuk
menyusun modul tentang perencanaan dan pemrograman yang dapat digunakan sebagai
acuan dan untuk mempermudah bagi pemda penerima DAK dalam merencanakan irigasi
secara sederhana.
2. Tujuan
Tujuan dari penyusunan modul ini adalah tersusunnya modul perencanaan dan
pemrograman sebagai acuan bagi pemda penerima DAK dalam pelaksanaan kegiatan
perencanaan dan pemrograman bidang irigasi.
3. Referensi
1-2
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
2 BAB II
PERENCANAAN IRIGASI PERMUKAAN
Irigasi permukaan adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi
untuk menunjang pertanian yang pengalirannya dilakukan secara gravitasi. Pada irigasi
permukaan, air diberikan secara langsung melalui permukaan tanah dari suatu saluran atau
pipa dimana elevasi permukaan airnya lebih tinggi dari elevasi lahan yang akan diairi.
Pembagian kewenangan pengembangan dan pengelokaan daerah irigasi permukaan
kepada pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota,
selain berdasarkan letak, juga berdasarkan luasan daerah irigasi. Daerah irigasi dengan luas
diatas 3.000 Ha merupakan kewenangan pusat, daerah irigasi dengan luas 1.000 ha – 3.000
Ha merupakan kewenangan provinsi, dan daerah irigasi dengan luas di bawah 1.000 Ha
menjadi kewenangan kabupaten/kota. Modul ini membahas perencanaan untuk irigasi
sederhana kewenangan provinsi dan kabupaten/kota.
Secara umum tahapan perencanaan irigasi dibagi menjadi 2 (dua), yaitu tahap survai
dan investigasi dan tahap perencanaan detail. Bagan alur perencanaan irigasi permukaan
dapat dilihat pada gambar berikut.
2-1
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Pekerjaan Persiapan
Mobilisasi personil dan peralatan 1. Persiapan Administrasi 1. Peta topografi skala 1:50.000 dan
2. Persiapan teknis dan Operasi skala 1:25.000
2. Data hidrologi dan klimatologi
3. Data / peta geologi permukaan
1. Inspeksi lapangan pendahuluan Kompilasi & Evaluasi Data 4. Data skema bangunan / peta
2. Pengumpulan Data Sekunder : Mengkaji laporan terdahulu dan daerah irigasi
Data topografi klarifikasi tambahan informasi baru 5. Data pendukung O&P
Data hidrologi dan klimatologi 6. Laporan rencana mutu kontrak
Data/peta geologi permukaan 7. Peta dasar daerah irigasi dan peta
Data skema bangunan / peta
ikhtisar
daerah irigasi
Data pendukung O&P
8. Konsep laporan pendahuluan
Studi-studi terdahulu
3. Updating peta dasar daerah irigasi
4. Hasil e-Paksi 1. Berita acara diskusi konsep laporan
5. Data teknis irigasi Diskusi konsep laporan pendahuluan pendahuluan
2. Final laporan pendahuluan
Analisis data
1. Survey hidrologi
Mengkaji hidrologi banjir dan
2. Survey dan pengukuran topografi
irigasi
sungai, irigasi, dan bangunan 1. Laporan analisis hidrologi
Menghitung dan menggambar
3. Survey hidrometri 2. Lapoan Pengukuran
hasil pengukuran topografi sungai,
SURVEI DAN INVENTARISASI
2-2
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
A. Pengumpulan Data
1. Data Hidrometeorologi
2-3
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
a. Curah Hujan
b. Evapotranspirasi
2-4
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
irigasi dan, jika perlu untuk studi neraca air di daerah aliran sungai. Studi ini mungkin
dilakukan bila tidak tersedia data aliran dalam jumlah yang cukup.
Data-data iklim yang diperlukan untuk perhitungan ini adalah yang berkenaan
dengan :
1) Temperatur: harian maksimum, minimum dan rata-rata
2) Kelembaban relatif
3) Sinar matahari: lamanya dalam sehari
4) Angin: kecepatan dan arah
5) Evaporasi: catatan harian
Tabel 2 - 2 Parameter Perencanaan Evapotranspirasi
Metode Data Parameter Perencanaan
Dengan pengukuran Kelas Pan A harga-harga Jumlah rata-rata 10 harian atau 30
evapotransiprasi harian, untuk setiap tengah bulanan
atau minguan
Perhitungan dengan rumus Temperatur kelembapan relatif sinar Harga rata-rata tengah bulanan,
penman atau yang sejenis matahari angin atau rata-rata mingguan
a) Banjir Rencana
Banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alamiah dengan
periode ulang (rata-rata) yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan tanpa
membahayakan irigasi dan stabilitas bangunan- bangunan.
Untuk keperluan analisis, data yang data pencatatan 20 tahun. Faktor lain yang
lebih sulit adalah tidak adanya hasil pengamatan tinggi permukaanair (debit) puncak
dari catatan data yang tersedia. Data debit puncak yang hanya mencakup jangka waktu
yang pendek akan mempersulit dan bahkan berbahaya bagi si pengamat.
Harga–harga debit rencana sering ditentukan dengan menggunakan metode
hidrologi empiris, atau analisis dengan menghubungkan debit banjir dengan curah
hujan. Debit banjir dari waktu kewaktu mengalami kenaikan, semakin membesar
seiring dengan penurunan fungsi daerah tangkapan air.
Pembesaran debit banjir dapat menyebabkan kinerja irigasi berkurang yang
mengakibatkan desain bangunan kurang besar. Antisipasi keadaan ini perlu dilakukan
dengan memasukan faktor koreksi besaran 110% - 120% untuk debit banjir. Faktor
koreksi tersebut tergantung pada kondisi perubahan DAS.
Perhitungan debit rencana diringkas pada Tabel 2-3
2-5
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
b) Pengukuran Debit
Ada beberapa metode dalam pengukuran debit air suatu sungai atau sumber air
di dalam kawasan, mulai dari metode yang cukup sederhana (menggunakan alat-alat
sederhana) sampai dengan menggunakan metode yang cukup rumit dan mahal
(menggunakan alat manual dan automatik).
Bagi petugas di lapangan, metode pengukuran debit air secara sederhana dapat
membantu mempermudah pengambilan data debit air suatu sumber mata air yang ada
di dalam kawasan. Karena seperti diketahui bersama, terkadang petugas lapangan tidak
cukup dilengkapi dengan alat-alat pengukuran debit air. Akan tetapi dengan segala
keterbatasan tersebut petugas lapangan tetap dapat melakukan pengukuran dan data
tersebut tetap valid.
Untuk perencanaan sebuah Daerah Irigasi (DI) aliran sungai yang efektif untuk
bisa mengairi daerah irigasinya adalah menggunakan debit terendah (base flow) pada
saat kemarau, dikarenakan debit ini yang akan bisa mengalir disaat musim kering.
Berikut ini uraian metode pengukuran secara sederhana beserta cara
perhitungannya :
2-6
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
2-7
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
11. Lepaskan benda terapung pada titik awal lintasan (start) bersamaan dengan
menekan stop watch (tanda start) dan tekan kembali stop watch (tanda stop) pada
titik akhir lintasan (finish) dan hitung waktunya (T).
12. Ulangi pengukuran waktu tempuh 5 kali ulangan.
13. Catat waktu tempuh benda apung dan hitung waktu rata-ratanya.
14. Hitung kecepatannya (V) menggunakan variabel luas penampang rata-rata (A)
dan waktu rata-rata (T) sesuai rumus.
15. Hitung Debit air (Q) yang mengalirnya sesuai rumus.
Untuk hasil survai dan pengukuran debit air dengan metode apung digunakan
blanko pencatatan seperti di bawah ini.
2-8
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Maka :
1. Langkah pertama adalah mencari Luas Penampang Basah pada sungai (A)
A = (B+m.h)h
A = (6.5+1x2.5)2.5 = 22.5
2. Langkah kedua adalah mencari Keliling Basah (P)
P = B+2h√(𝒎𝟐 + 𝟏)
P = 6.5+2(2.5)√(12 + 1)
P = 6.5+2(2.5)(1.41) = 13.55
3. Langkah ketiga mencari Jari-jari Hidrolik (R)
R = A/P
R = 22.5/13.55 = 1.66
4. Langkah keempat mencari Kecepatan Aliran (V)
2-9
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
(QBanjirTerbesar) = A x V
(QBanjirTerbesar) = ((6.5+1.5)/2)x2.5 x 6.97
(QBanjirTerbesar) = ((6.5+1.5)/2)x2.5 x 6.97 = 69.7 m3/det
Luas penampang (A) merupakan hasil perkalian antara Lebar rata-rata (L)
saluran/aliran dengan Kedalaman rata-rata (H) saluran/aliran air.
A = L rata-rata x H rata-rata
Dimana :
A = Luas Penampang (m2)
L rata-rata = Lebar rata-rata (m)
H rata-rata = kedalaman rata-rata (m)
Contoh Perhitungan :
Tabel 2 - 6 Contoh Perhitungan Luas Penampang Sungai (A)
Kedalaman (H)
Lebar (L)
Titik (Meter)
(Meter)
H1 H2 H3 H rata-rata
Titik 1 6.6 0.2 0.8 0.15 0.38
Titik 2 6.8 0.15 0.7 0.15 0.33
Titik 3 6.7 0.5 1.2 0.5 0.73
Titik 4 6.4 0.6 1.5 0.8 0.97
2-10
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Kedalaman (H)
Lebar (L)
Titik (Meter)
(Meter)
H1 H2 H3 H rata-rata
Titik 5 6.8 0.12 0.8 0.3 0.41
Jumlah (L) 33.3 Jumlah (H) 2.82
Rata-Rata (L) 6.66 Rata-Rata (H) 0.56
A = L rata-rata x H rata-rata
A = 6.66 x 0.56
A = 3.76 m2
2. Perhitungan Kecepatan (V)
Kecepatan (v) adalah hasil pembagian antara panjang saluran/aliran (P) dibagi dengan
waktu rata-rata (T rata-rata).
𝐏
𝑽=
𝐓 𝐫𝐚𝐭𝐚 − 𝐫𝐚𝐭𝐚
dimana :
V = Kecepatan (m/det)
P = Panjang saluran (m)
T rata-rata = Waktu rata-rata (det)
Contoh Perhitungan :
Tabel 2 - 8 Contoh Perhitungan Kecepatan
Pengulangan Waktu Pengukuran (T) (Detik)
Pengukuran 1 5.6
Pengukuran 2 6
Pengukuran 3 5.8
Pengukuran 4 5.5
Pengukuran 5 5.5
2-11
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
𝐏
𝑽=
𝐓 𝐫𝐚𝐭𝐚 − 𝐫𝐚𝐭𝐚
7
𝑽=
5.68
V = 1.23 (m/det)
3. Perhitungan Debit Aliran (Q)
Debit aliran (Q) merupakan hasil perkalian antara luas penampang (A) saluran/aliran
dengan kecepatan (V) aliran air.
Q=AxV
dimana:
Q = Debit aliran (m3/detik)
A = Luas penampang saluran (m2)
V = Kecepatan aliran air (m/detik)
Contoh Perhitungan :
Q=AxV
Q = 3.76 x 1.23
Q = 4.63 (m3/detik)
Debit banjir rencana juga dapat ditentukan dengan melakukan analisis hidrologi
dengan menggunakan data curah hujan, metode-metode perhitungan debit banjir rencana
dapat dilihat pada KP-01 pada Lampiran 1 tentang rumus banjir empiris
o Debit Andalan
Debit andalan (dependable flow) adalah debit minimum sungai untuk kemungkinan
terpenuhi yang sudah ditentukan yang dapat dipakai untuk irigasi. Kemungkinan terpenuhi
ditetapkan 80% (kemungkinan bahwa debit sungai lebih rendah dari debit andalan adalah
20%). Debit andalan ditentukan untuk periode tengah – bulanan. Debit minimum sungai
diantalisis atas dasar data debit harian sungai. Agar analisisnya cukup tepat dan andal,
2-12
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
catatan data yang diperlukan harus meliputi jangka waktu paling sedikit 20 tahun. Jika
persyaratan ini tidak bisa dipenuhi, maka metode hidrologi analitis dan empiris bisa dipakai.
Dalam menghitung debit andalan, kita harus mempertimbangkan air yang diperlukan
dari sungai di hilir pengambilan.
Dalam praktik ternyata debit andalan dari waktu kewaktu mengalami penurunan
seiring dengan penurunan fungsi daerah tangkapan air.
Penurunan debit andalan dapat menyebabkan kinerja irigasi berkurang yang
mengakibatkan pengurangan area persawahan. Antisipasi keadaan ini perlu dilakukan
dengan memasukan faktor koreksi besaran 80% - 90%untuk debit andalan. Faktor koreksi
tersebut tergantung pada kondisi perubahan DAS.
Tabel 2 - 9 Debit Andalan
Parameter
Catatan Debit Metode
Perencanaan
1a Data cukup (20 tahun Analisis frekuensi distribusi frekuensi normal Debit rata-rata tengah
atau lebih) bulan dengan
kemungkinan tak
terpenuhi 20%
1b Data terbatas Analisis frekuensi rangkaian debit dihubungkan Seperti pada 1a dengan
dengan rangkaian curah hujan yang mencakup ketelitian kurang dari itu
waktu lebih lama
2 Data Minimal atau a. Model simulasi pertimbangan air dari Dr. Seperti pada 1b dengan
tidak ada Mock atau metode Enreca dan yang serupa ketelitian kurang dari itu
lainnya curah hujan didaerah aliran sungai,
evapotranspirasi, vegetasi, tanah dan
karakteristik geologis daerah aliran sebagai data
masukan
b. Perbandingan dengan daerah aliran sungai
didekatnya
3 Data tidak ada Metode kapasitas saluran Aliran rendah dihitung Seperti pada 1b dengan
dari permukaanair rendah, potongan melintang ketelitian kurang dari itu
sungai dan kemiringan yang sudah diketahui.
Metode tidak tepat hanya sebagai cek
2. Pengukuran Topografi
2-13
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
a. Potret bentuk tanah (landform), relief mikro dan bentuk fisik harus jelas : ini akan
langsung menentukan tata letak dan lokasi saluran irigasi, saluran pembuang dan
jalan.
b. Ketelitian elevasi tanah:
Di daerah-daerah datar kemiringan saluran mungkin kurang dari 10 cm/km;
ketepatan dalam hal ketinggian sangat penting karena akan menunjukkan apakah
suatu layanan irigasi dan pembuang yang memadai akan dapat dicapai.
c. interval garis kontur
1) tanah datar < 2 % Interval 0,5 m
2) tanah berombak dan randai/rolling 2-5% Interval 1,0 m
3) berbukit-bukit 5 - 20% Interval 2,0 m
4) bergunung-gunung > 20% Interval 5,0 m
d. Ketelitian planimetris
Identifikasi lapangan dilakukan relatif sampai titik yang sudah ditentukan di
lapangan dan ketepatan peta sekitar 1 mm dapat diterima.
e. Jaringan irigasi dan pembuang:
Bila jaringan irigasi yang baru akan dibangun pada jaringan yang sudah ada,
maka jaringan lama ini juga harus ikut diukur.
f. Beberapa titik di sungai pada lokasi bendung akan dicakup dalam pengukuran
topografi.
g. Batas-batas administratif kecamatan dan desa akan digambar.
h. Data-data dasar tanah seperti misalnya tipe medan, jenis utama vegetasi dan cara
pengolahan tanah, daerah-daerah berbatu singkapan, atau daerah-daerah yang
berpasir dan berbatu-batu akan dicatat.
i. Jika peta-peta topografi yang dibuat juga akan dipakai untuk perencanaan tersier,
saluran-saluran kecil yang ada akan diukur pula.
2-14
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
garis kontur interval 1,0 m, kecuali di dasar sungai garis-garis kontur pada
interval 0,50 m. Peta memuat batas-batas penting seperti batas-batas desa,
sawah dan semua prasarananya. lokasi titik tetap (benchmark) disekeliling
daerah lengkap dengan koordinat.
b) Potongan memanjang sungai dengan potongan melintang setiap 50 m.
Panjang potongan memanjang serta skala horisontalnya dibuat sama dengan
untuk peta sungai skala vertikalnya 1:200 atau 1:500, bergantung kepada
kecuraman medan. Potongan melintang skala 1:200 horisontal dan 1:200
vertikal. Panjang potongan melintang adalah 50 m kemasing-masing sisi
sungai. Elevasi diukur pada jarak maksimum 25 m atau untuk beda tinggi
0,25 m mana saja yang bisa dicapai lebih cepat.
c) Pengukuran detail lokasi bendung, peta berskala 1: 200 atau 1: 500 untuk area
seluas kurang lebih 50 ha (1000 x 500 m²). Peta yang menunjukkan lokasi
seluruh bagian bangunan utama termasuk lokasi kantong pasir dan tanggul
penutup. Peta dilengkapi dengan titik rincik ketinggian dan garis-garis kontur
setiap 0,25 rn.
2-15
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Inventarisasi kondisi fisik jaringan dan bangunan irigasi bertujuan untuk mengetahui
kondisi saluran dan bangunan irigasi. Kegiatan ini mengacu pada hasil e-Paksi. Dari hasil
e-Paksi dibuat sket gambar inventarisasi sarana dan prasarana irigasi eksisting. Dari hasil
inventarisasi dapat dibuat:
2-16
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Penghitungan neraca air dilakukan untuk mengecek apakah air yang tersedia
cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan air irigasi. Perhitungan didasarkan pada
periode mingguan atau tengah bulanan.
Dibedakan adanya tiga unsur pokok :
1. Tersedianya air,
2. Kebutuhan air dan
3. Neraca air.
Tabel 2 - 10 Perhitungan Neraca Air
Bidang Parameter Referensi Neraca air Kesimpulan
Hidrologi Debit andalan KP-01 Pasal Debit minimum
4.2.5 mingguan atau per
setengah bulan
periode 5 tahun
kering pada bangunan
utama
1. Ketersediaan Air
2-17
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
praktis dapat diandaikan kehilangan 10%. Hasil analisis variasi dalam jangka waktu
mingguan atau tengah bulanan dan pengaruhnya terhadap pengambilan yang
direncanakan akan memberikan angka yang lebih tepat.
Pengamatan di bagian hilir dapat lebih membantu memastikan debit minimum
hilir yang harus dijaga. Para pengguna air irigasi di daerah hilir harus sudah diketahui
pada tahap studi. Hal ini akan dicek lagi pada tahap perencanaan. Kebutuhan mereka akan
air irigasi akan disesuaikan dengan perhitungan debit dan waktu. Juga di daerah irigasi
air mungkin saja dipakai untuk keperluan selain irigasi.
Analisis ketersediaan air dapat mengacu pada KP-01 Lampiran 3 pada sub bab A.3.3
tentang debit andalan.
2. Kebutuhan Air
Di sini dibedakan tiga bidang utama seperti yang dirinci pada Tabel 2-10, bidang-
bidang yang dimaksud adalah:
a. Meteorologi
b. Agronomi dan tanah serta
c. Jaringan irigasi
Dalam memperhitungkan kebutuhan air harus dipertimbangkan kebutuhan untuk
domestik dan industri.
Ada berbagai unsur yang akan dibicarakan secara singkat dibawah ini. Pada KP-
01 Lampiran 2 menyajikan uraian yang lebih terinci dengan contoh-contoh.
1) Evaporasi
2) Curah hujan efektif
Untuk irigasi tanaman padi, curah hujan efektif tengah-bulanan diambil
70% dari curah hujan rata-rata mingguan atau tengah-bulanan dengan kemungkinan
tidak terpenuhi 20%.
Untuk proyek-proyek irigasi besar, tersedia data-data curah hujan harian,
hendaknya dipertimbangkan studi simulasi. Hal ini akan mengarah pada
diperolehnya kriteria yang lebih mendetail.
3) Pola tanam
Pola tanam seperti yang diusulkan dalam Tahap Studi akan ditinjau dengan
memperhatikan kemampuan tanah menurut hasil-hasil survai. Jika perlu akan
diadakan penyesuaian-penyesuaian.
2-18
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
4) Koefisien tanaman
Koefisien tanaman diberikan untuk menghubungkan evapotranspirasi (ETo)
dengan evapotranspirasi tanaman acuan (ETtanaman) dan dipakai dalam rumus
Penman. Koefisien yang dipakai harus didasarkan pada pengalaman yang terus
menerus proyek irigasi di daerah itu.
5) Perkolasi dan rembesan
Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-data mengenai
perkolasi akan diperoleh dari penelitian kemampuan tanah. Tes kelulusan tanah akan
merupakan bagian dari penyelidikan ini.
Apabila padi sudah ditanam di daerah proyek, maka pengukuran laju perkolasi
dapat dilakukan langsung di sawah. Laju perkolasi normal pada tanah lempung
sesudah dilakukan penggenangan berkisar antara 1 mm/hr sampai 3 mm/hr. Di
daerah-daerah miring perembesan dari sawah ke sawah dapat mengakibatkan banyak
kehilangan air. Di daerah-daerah dengan kemiringan diatas 5%, paling tidak akan
terjadi kehilangan 5 mm/hari akibat perkolasi dan rembesan.
6) Penyiapan lahan
Untuk petak tersier, jangka waktu yang dianjurkan untuk penyiapan lahan adalah
1,5 bulan. Bila penyiapan lahan terutama dilakukan dengan peralatan mesin, jangka
waktu satu bulan dapat dipertimbangkan.
Kebutuhan air untuk pengolahan lahan sawah (puddling) bisa diambil 200 mm.
Ini meliputi penjenuhan (presaturation) dan penggenangan sawah; pada awal
transplantasi akan ditambahkan lapisan air 50 mm lagi.
Angka 200 mm diatas mengandaikan bahwa tanah itu "bertekstur berat, cocok
digenangi dan bahwa lahan itu belum berair (tidak ditanami) selama lebih dari 2,5
bulan. Jika tanah itu dibiarkan berair lebih lama lagi, ambillah 250 mm sebagai
kebutuhan air untuk penyiapan lahan. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan termasuk
kebutuhan air untuk persemaian.
7) Efisiensi Irigasi
8) Rotasi/Golongan
Analisis kebutuhan air untuk irigasi dapat mengacu pada KP-01 Lampiran
2 yang memuat tentang kebutuhan air di sawah untuk padi
2-19
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
3. Neraca Air
C. Perencanaan Desain
2-20
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
2-21
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
tanggul banjir
pengambilan
bukit
bendung
kolam olak
pembilas
sun
kantong lumpur
gai
konstruksi
lindungan
sungai
- bronjong
- krib
r
mpu
ng lu
pembilas
k anto
an
ran kan saluran
lu r
s a ime pembilas
pr
sa
p ri
lur r kiri
me
an
jemb
atan
2-22
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
1) Bangunan Bendung
Bangunan bendung adalah bagian dari bangunan utama yang benar-benar
dibangun di dalam air. Bangunan ini diperlukan untuk memungkinkan dibelokkannya air
sungai ke jaringan irigasi, dengan jalan menaikkan permukaanair di sungai atau dengan
memperlebar pengambilan di dasar sungai seperti pada tipe bendung saringan bawah
(bottom rack weir).
Bila bangunan tersebut juga akan dipakai untuk mengatur elevasi air di sungai,
maka ada dua tipe yang dapat digunakan, yakni:
a) bendung pelimpah dan
b) bendung gerak (barrage)
Beberapa tipe denah dan potongan melintang bendung gerak dan potongan
melintang bendung saringan bawah dapat dilihat pada gambar berikut
A A
pengambilan
utama pembilas
dinding pemisah
denah bendung
gerak dengan
pintu radial
jembatan
pintu radial
blok
halang
potongan A-A
pelat pancang
pelat pancang
2) Pengambilan
Pengambilan adalah sebuah bangunan berupa pintu air. Air irigasi dibelokkan
dari sungai melalui bangunan ini. Pertimbangan utama dalam merencanakan sebuah
bangunan pengambilan adalah debit rencana pengelakan sedimen. Contoh denah
bangunan pengambilan dapat dilihat pada gambar berikut.
2-24
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Saluran primer
pangkal pangkal
bendung bendung
A pintu pengambilan A
pengambilan utama
pembilas
3) Pembilas
Bangunan pembilas dibuat di hilir pengambilan pada tubuh bendung, guna
Pembilas bawah
mencegah masuknya bahan sedimen kasar ke dalam jaringan saluran irigasi. Pembilas
dapat direncanakan sebagai: POTONGAN A - A
2-25
pengambilan utama
pembilas
Modul
DENAH Perencanaan
dinding pemisah
Teknis
C dan Pemprograman C
pilar
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
B
Pembilas bawah
POTONGAN A - A
mercu
bendung
kolam olak
POTONGAN B-B
POTONGAN C-C
Gambar 2 - 7 Pembilas
4) Kantong Lumpur
Kantong lumpur mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih besar dari
fraksi pasir halus, tetapi masih termasuk pasir halus dengan diameter butir berukuran
0,088 mm dan biasanya ditempatkan persis di sebelah hilir pengambilan. Bahan-bahan
yang lebih halus tidak dapat ditangkap dalam kantong lumpur biasa dan harus diangkut
melalui jaringan saluran ke sawah-sawah. Bahan yang telah mengendap di dalam
kantong kemudian dibersihkan secara berkala. Pembersihan ini biasanya dilakukan
dengan menggunakan aliran air yang deras untuk menghanyutkan bahan endapan
tersebut kembali ke sungai. Dalam hal-hal tertentu, pembersihan ini perlu dilakukan
dengan cara lain, yaitu dengan jalan mengeruknya atau dilakukan dengan tangan.
2-26
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
(b) Tanggul banjir untuk melindungi lahan yang berdekatan terhadap genangan akibat
banjir.
(c) Saringan bongkah untuk melindungi pengambilan atau pembilas, agar bongkah
tidak menyumbat bangunan selama terjadi banjir.
(d) Tanggul penutup untuk menutup bagian sungai lama atau, bila bangunan bendung
dibuat di kopur, untuk mengelakkan sungai melalui bangunan tersebut.
6) Bangunan Pelengkap
Bangunan-bangunan atau perlengkapan yang akan ditambahkan ke bangunan
utama diperlukan keperluan :
(a) Pengukuran debit dan permukaanair di sungai maupun di saluran.
(b) Rumah untuk operasi pintu.
(c) Peralatan komunikasi, tempat teduh serta perumahan untuk tenaga operasional,
gudang dan ruang kerja untuk kegiatan operasional dan pemeliharaan.
(d) Jembatan di atas bendung, agar seluruh bagian bangunan utama mudah di jangkau,
atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum.
(e) Instalasi tenaga air mikro atau mini, tergantung pada hasil evaluasi ekonomi serta
kemungkinan hidrolik. Instalasi ini bisa dibangun di dalam bangunan bendung atau
di ujung kantong lumpur atau di awal saluran.
Bangunan tangga ikan (fish ladder) diperlukan pada lokasi yang senyatanya
perlu dijaga keseimbangan lingkungannya sehingga kehidupan biota tidak
terganggu. Pada lokasi diluar pertimbangan tersebut tidak diperlukan tangga ikan.
7) Bendung Tetap
2-27
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
a) Ambang tetap yang lurus dari tepi kiri ke tepi kanan sungai artinya as ambang
tersebut berupa garis lurus yang menghubungkan dua titik tepi sungai.
b) Ambang tetap yang berbelok-belok seperti gigi gergaji. Tipe seperti ini diperlukan
bila panjang ambang tidak mencukupi dan biasanya untuk sungai dengan lebar yang
kecil tetapi debit airnya besar. Maka dengan menggunakan tipe ini akan didapat
panjang ambang yang lebih besar, dengan demikian akan didapatkan kapasitas
pelimpahan debit yang besar. Mengingat bentuk fisik ambang dan karakter
hidrolisnya, disarankan bendung tipe gergaji ini dipakai pada saluran. Dalam hal
diterapkan di sungai harus memenuhi syarat sebagai berikut:
(1) Debit relatif stabil
(2) Tidak membawa material terapung berupa batang-batang pohon
(3) Efektivitas panjang bendung gergaji terbatas pada kedalaman air pelimpasan
tertentu.
Perencanaan bendung tetap mengacu pada KP-02, secara terperinci perencanaan
bendung tetap dapat dilihat pada KP-02, Bab 4, sub bab 4.2.
Adapun kriteria hidrolis tipe bendung pelimpah dapat diuraikan sebagai berikut :
2-28
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
2-29
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Contoh Perhitungan :
2-30
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Contoh Perhitungan :
Bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisiensi debit yang jauh lebih
tinggi (44%) dibandingkan dengan koefisiensi bendung ambang lebar. Harga koefisiensi
debit menjadi lebih tinggi karena lengkung streamline dan tekanan negatif pada mercu.
Tekanan pada mercu adalah fungsi perbandingan antara H1 dan r (H1 /r).
Untuk bendung dengan dua jari-jari (R2). Jari-jari hilir akan digunakan untuk
menemukan harga koefisien debit. Pada sungai, ini akan banyak memberikan
2-31
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
keuntungan karena bangunan ini akan mengurangi tinggi permukaanair hulu selama
banjir.
Untuk menghindari bahaya kavitasi lokal, tekanan minimum pada mercu bendung
harus dibatasi sampai – 4 m tekanan air jika mercu terbuat dari beton; untuk pasangan
batu tekanan subatmosfir sebaiknya dibatasi sampai –1 m tekanan air.
Persamaan tinggi energi dan debit bendung ambang pendek dengan pengontrol segi
empat adalah :
Q = Cd 2/3 √𝐠𝐛𝟑/𝟐 H11,5
Di mana: Q = debit, m3/dt
Cd = koefisien debit (Cd = C0C1C2)
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (. 9,8)
b = panjang mercu, m
H1 = tinggi energi di atas mercu, m.
Koefisien debit Cd adalah hasil dari:
- C0 yang merupakan fungsi H1/r
- C1 yang merupakan fungsi p/H1
- C2 yang merupakan fungsi p/H1 dan kemiringan permukaan
hulu bendung
b) Mercu Ogee
Mercu Ogee berbentuk tirai luapan bawah dari bandung ambang tajam aerasi.
Untuk merencanakan permukaan mercu Ogee bagian hilir, U.S. Army Corps of
Engineers telah mengembangkan persamaan berikut:
2-32
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
𝑦 1 𝑋 𝑛
= [ ]
ℎ𝑑 𝑘 ℎ𝑑
di mana x dan y adalah koordinat-koordinat permukaan hilir (lihat Gambar 4) dan hd
adalah tinggi energi rencana di atas mecu. Harga-harga K dan n adalah parameter.
Harga-harga ini bergantung kepada kecepatan dan kemiringan permukaan belakang.
Kemiringan
K n
Permukaan Hilir
Vertical 2.000 1,850
3:1 1,936 1,836
3:2 1,939 1,810
1:1 1,873 1,776
2-33
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
c) Pangkal Bendung
Pangkal pangkal bendung menghubungkan bendung dengan tanggul tanggul
sungai dan tanggul banjir, pangkal bendung harus mengalirkan air dengan tenang di
sepanjang permukaannya dan tidak menimbulkan turbulensi. Elevasi pangkal bendung
di sisi hulu bendung sebaiknya lebih tinggi dari pada elevasi air selama terjadi debit
rencana. Tinggi jagaan adalah 0,75 1,50 m, tergantung pada kurva debit sungai di
tempat itu. Untuk kurva debit datar digunakan 0,75 m dan kurva yang curam digunakan
1,50 m untuk memberikan tingkat keamanan yang sama.
0.50 m
R1>h1
=3
0-
45 . R2>0.5h2 R=1.5a
maks 1:1 ° R3>1m maks 1:1 a
Q100
h2
Q100
hmaks
h1
h3
d) Peredam Energi
Bila kita membuat bendung pada aliran sungai baik pada palung maupun pada
sodetan, maka pada sebelah hilir bendung akan terjadi loncatan air. Kecepatan pada daerah
itu masih tinggi, hal ini akan menimbulkan gerusan setempat (local scauring).
Untuk meredam kecepatan yang tinggi itu, dibuat suatu konstruksi peredam energi.
Bentuk hidrolisnya merupakan suatu pertemuan antara penampang miring, lengkung, dan
lurus. Secara garis besar konstruksi peredam energi dibagi menjadi 4 (empat) tipe, yaitu:
(1) Ruang Olak tipe Vlughter
(2) Ruang Olak tipe Schoklitsch
(3) Ruang Olak tipe Bucket
(4) Ruang Olak tipe USBR
2-34
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Irigasi desa (kecil) yang tipe bendungnya < 7m bisa menggunakan tipe ruang
olak Vlughter, schoklitsch dan Bucket. Selain untuk pertimbangan pembuatannya yang
lebih mudah, debit yang lewat bisa dikatakan cukup aman untuk menggunakan ruang
olak seperti ini. Untuk perhitungan hidrolisnya adalah seperti berikut :
(i) Ruang Olak tipe Vlughter
Ruang olak ini dipakai pada tanah aluvial dengan aliran sungai tidak membawa
batuan besar.Bentuk hidrolis kolam ini akan dipengaruhi oleh tinggi energi di hulu di
atas mercu (He), dan perbedaan energi di hulu dengan permukaanair banjir hilir
(Z).Sebagai batasan tipe ini maka daam lantai olakan dari mercu bendung 8,00 m dan
Z 4,50 m.
Perhitungan hidrolisnya sebagai berikut:
Untuk 1/3 ≤ Z/He ˂ 4/3, maka :
D = L = R 0,6 = He + 1,4 Z
a = 0,20 He √𝐻𝑒/𝑧
Untuk 4/3 ≤ Z/He ≤, maka :
D = L = R = He + 1,1 Z
a = 0,15 He √𝐻𝑒/𝑧
Dengan:
D = kedalaman kolam diukur dari puncak mercu sampai permukaan kolam
L = panjang kolam yang diukur dari perpotongan bidang miring dan horizontal
R = jari-jari kolam, dengan titk pusat sejajar dengan elevasi mercu.
a = end sill
Contoh hitungan:
Qd = 350 m3/det, Be = 41,88 m , p = 2,50 m, He = 2,435 m, seperti terlihat pada gambar
maka :
Z = 50 + 2,435 –48,50 = 3,935 m
2-35
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
2,435
a = 0,15 2,435 √3,935 = 0,30
Peredam tipe ini mempunyai bentuk hidrolis yang sama sifatnya dengan
peredam energi tipe Vlughter. Berdasarkan percobaan, bentuk hidrolis kolam
peredam energi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor :
Tinggi energi di atas mercu
Perbedaan tinggi energi di hulu dan permukaanair banjir di hilir (Z)
Perhitungan Hidrolis Tipe ini adalah sama sifatnya dengan tipe Vlughter dan dipakai
apabila pada tipe Vlughter besarnya D, L, R lebih besar dari atau sama dengan 8,00 m,
atau apabila Z ≥ 4,50 m.
r3 ≥ 0,15 W
1 1
s = q (W ' / g ) 4
2
s min = 0,10 W’
0,15W '
0,50 < α < 0,10
t = W’
I = ½ W’
L = α W’
2-36
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
2-37
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Ketiga tipe ini mempunyai bentuk hampir sama dengan tipe Vlughter,
perbedaannya sedikit pada ujung ruang olakan. Umumnya peredam ini digunakan
bilamana sungai membawa batuan sebesar kelapa (boulder). Untuk menghindarkan
kerusakan lantai belakang maka dibuat lantai yang melengkung sehingga bilamana
ada batuan yang terbawa kan melanting ke arah hilirnya.
Solid bucket
2-38
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Peredam ini digunakan bila loncatan air rendah maupun tinggi dan deras
akan lebih baik karena di ujung olakan dibuat pemecah arus.
Sky jump
Jenis bucket ini digunakan bila keadaan loncatan air sangat tinggi dan
keadaan air di belakang kolam kecil. Tipe ini akan lebih baik digunakan bila
letak kolam pada daerah batuan yang sangat kokoh. Selain itu lantai olakan ini
akan lebih tahan terhadap terjangan banjir yang membawa batu-batuan.
Perhitungan hidrolisnya :
V1 = √2. 𝑔 (𝐻 − 𝐻𝑑)
R = 0,305 .10𝑝 (VT. Chow)
P = (V1 + 6,4 Hd + 4,88) (3,6 Hd + 19,5)
R = 0,6 √𝐻. 𝐻𝑑 ((Varshney)
𝑅
√𝐹1 = 0,09 𝐷 + 1,95
1
𝐹1 = 13. 𝑅 2 -19,5
Untuk jarak loncatan air (x) dan tinggi loncatan air terhadap lip (y) adalah sebagai
berikut:
x = (𝑉 2 sin 2∅) /g
y = h sin 2∅
Contoh hitungan:
elevasi mercu = +50,00 m
Hd = 2,289 m
He = 2,435 m, hc = 1,925 m
Elevasi M
AB di hilir = +48,50 m
Elevasi dasar sungai di hilir = +46,50 m
Maka :
H = Z = 50 + 2,435 –48,50 = 3,935 m
2-39
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Perencanaan kolam olak secara lengkap dapat mengacu pada KP-02 Bab 4 Sub bab
4.2.6 sampai dengan Sub bab 4.2.10, dan SNI 8063:2015.
e) Lantai Muka
Pada saat air terbendung maka akan terjadi perbedaan tekanan antara hilir dan udik
bendung. Perbedaan ini akan menimbulkan adanya aliran di bawah bendung, lebih-lebih
bila tanah dasar bersifat tiris (porous).
2-40
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Aliran air ini akan menimbulkan tekanan pada butir-butir tanah di bawah
bendung. Bila tekanan ini cukup besar untuk mendesak butir-butir tanah, maka lama
kelamaan akan timbul penggerusan, terutama di ujung belakang bendung.
Air yang mendapat hambatan akan mencari jalan keluar melalui hambatan
yang paling kecil, hambatan yang paling kecil di sini adalah pertemuan antara tanah
dengan bangunan, biasanya hal ini di sebut creep line. Bila creep line ini pendek,
maka hambatannya akan kecil dan tekanan yang di timbulkan oleh air itu akan besar.
Untuk memperkecil tekanan air ini, maka hambatan harus diperbesar atau
diperpanjang. Cara lain adalah dengan membuat lantai permukaan atau juga dengan
dinding vertikal (cut off wall).
Tekanan air ini bergerak kesegala jurusan, demikian juga air yang berada di
bawah bendung. Gaya tekan air yang menakan di bawah bendung ini disebut sebagai
“uplift –pressure”, yang hakikatnya berusaha mendorong bendung ke atas.
Jumlah pengurangan tekanan sebesar ∆h di atas akan terbagi pada seluruh creep
line-nya. (ABCD). Beberapa teori untuk mencari pembagian besarnya pengurangan
tekanan tersebut, antara lain :
2-41
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
2-42
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
2-43
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
q B A 2G Z
Dimana :
Q = debit rencana, m3/dt
µ = koefisien debit, untuk bukaan di bawah permukaan air dengan kehilangan
tinggi energi kecil, µ = 0,80
b = lebar bukaan, m
a = tinggi bukaan, m
g = percepatan grafitasi, m/dt2
z = kehilangan tinggi energi pada bukaan, m
Elevasi mercu bendung direncana 0,10 m di atas elevasi pengambilan yang
dibutuhkan untuk mencegah kehilangan air pada bendung akibat gelombang.
Contoh perhitungannya :
Luas area irigasi yang akan diairi = 226 ha
2-44
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
d. Bangunan Pembilas
Lantai pembilas merupakan kantong tempat mengendapnya bahan bahan kasar di
depan pintu pembilas. Sedimen yang terkumpul dapat dibilas dengan jalan membuka
pintu pembilas secara berkala guna menciptakan aliran terkonsentrasi tepat di depan pintu
pengambilan. Beberapa pedoman menentukan lebar pintu pembilas :
1) Lebar pembilas ditambah tebal pilar pembagi sebaiknya sama dengan 1/6 - 1/10 dari
lebar bersih bendung untuk sungai dengan lebar kurang dari 100 m
2) Lebar pembilas sebaiknya diambil 60% dari lebar total pengambilan termasuk pilar-
pilarnya.
Biasanya lantai pembilas pada kedalaman rata rata sungai, tetapi jika hal ini
terlalu dekat dengan ambang pengambilan, maka lantai pembilas ditempatkan lebih
rendah.
e. Bangunan Ukur
Agar pengelolaan air irigasi menjadi efektif, maka debit harus diukur pada hulu
saluran primer, pada cabang saluran dan pada bangunan sadap tersier. Ada berbagai
macam bangunan pengukur debit. Namun demikian, pemakaian dan pemilihan bangunan
pengukur debit harus sesuai dan cocok dengan kondisi yang diperlukan.
Rekomendasi pernilihan jenis bangunan ukur antara lain :
1) Kecocokan bangunan untuk keperluan pengukuran debit
2) Ketelitian pengukuran lapangan
3) Bangunan yang kokoh sederhana dan ekonomis
4) Rumus debit sederhana dan teliti
5) Ekploitasi dan pembacaan papan duga mudah
6) Pemeliharaan sederhana dan murah
7) Cocok dengan kondisi setempat dan dapat diterima oleh petani
Ada parameter penentuan jenis bangunan ukur dan pokok perencanaan. Berikut
adalah parameter pemilihan bangunan pengukur debit :
2-45
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
BANGUNAN PENGUKUR DEBIT (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) KETERANGAN
(1)= Eksponen U
BANGUNAN
ALAT UKURPENGUKUR DEBIT (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Dianjurkan KETERANGAN
untuk
BANGUNAN PENGUKUR DEBIT (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) KETERANGAN dalam Q = K
AMBANG 0,1 h1 pengukur debit
dianjurkan untuk
dianjurkan 1
U
huntuk 1. Eksponen U
ALAT UKUR 0,1 h1 pengukur debit 1. Eksponen
dalam Q =U
MENGUKUR SAJA
AMBANG LEBAR
ALAT UKUR 1,6 2 1,6
% sampai
2 % 0,1+h1
sampai + ++ +1 + rendah
1 jika
rendahpermukaanair
pengukur debit
jika muka air dalam
u Q =
AMBANG 1,6 2 %h sampai + + + 1 rendah jika muka air Kh1u
LEBAR 0,33 1 0,33 h1 harus tetap bebas
harus tetap
2. Kh
(2) = % kesalahan
% 1kesalahan
LEBAR 0,33 h1 harus
bebastetap 2. % kesalahan
SAJA
dalam tabel
bebas dalam table
SAJA
CIPOLETTI
ALAT UKUR 0,1 h1
h1 jika
+ muka
pengukur debit
ALAT UKUR
- -0,05
dalam Q =
AMBANG 1,6 2%
1,5 sampai
5 1,5
%+ ++
0,05
51 %mrendah air
- -2.- Kh
- u
-1 - sedang
1 Tidak dianjurkan
sedang tidak dianjurkan 3. kehilangan
energi yang
MENGUKUR
1
LEBAR m
CIPOLETTI
ALAT UKUR 0,33 h1
h1 harus tetap
+ 0,05 % kesalahan diperlukan
energi yang
1,5 5 % bebas - dalam
- - - 1 sedang tidak dianjurkan
MENGUKUR SAJA
CIPOLETTI m debit
tabel
(3) = Kehilangan pada h1
diperlukan
ALAT UKUR h1 + 0,05
3. kehilangan
energi yang
4. pada
energy yang Kemampuan
h1
1,5 5% -- -- 1 sedang tidak dianjurkan
ALAT UKUR CIPOLETTI m
0,5 h1 diperlukan Sangat Tidak dianjurkan melewatkan
4. Kemampuan
0,5 h1
pada h1 diperlukan sedimen
melewatkan
ALAT PARSHALL
UKUR 1,6 3 1,6
% sampai
3 % +
sampai
+ + 4. Kemampuan
+melewatkan+ + 1 mahal
1
sangat
pada h1 5. sedimen
tidak dianjurkan Kemampuan
PARSHALLALAT UKUR 0,5 h1 0,5 h1 sedimen mahal
ALAT UKUR
PARSHALL
1,6 3% sampai +
1,6 ++ 0,2
1 h1 0,2
sangat h
tidak
3 % mahalsampai dianjurkan
1
+ 5. Kemampuan
+ + 1
sangat
tidak dianjurkan
melewatkan
5. Kemampuan
PARSHALL 0,2 h1 melewatkan
mahal benda-benda
0,2 h1 benda-benda melewatkan
ALAT UKUR hanyut
6. Jumlah
(4) = hanyut
benda-benda
Dianjurkan jika U 6. Jumlah
1 bacaan
Kemampuanhanyut
MENGUKUR DAN MENGATUR
ROMYN
ALAT UKUR
1,6 3% 0,03 h1 + + atau mahal
dianjurkan jika u papan duga
1 bacaan
MENGUKUR DAN MENGATUR
ALAT UKUR
w= dianjurkan
ROMIJN CRUMP DE 0,5 3% -+ - 2 sedang harus 1,6(5) = Kemampuan
7. pada
Biayaaliran
ALAT UKUR GRUYTER
bukaan harus = 0,5
+ + baik sekali 2
≤ h1
pintu
+ baik
Dianjurkan jika U moduler
pembuatan
CRUMP ≤ h1 w - + memadai melewatkan
ALAT UKURORIFIS DE - tidak 7. Biaya
relatif
CRUMP DEDENGAN 0,5 3 0,5
% W
3 % paling
w = -+ - -memadai
+ -2 sedang
2 harus 0,5
sedang
dianjurkan jika u
benda-bendapembuatan
GRUYTER
TINGGI 0,5
>7
> 0,03 m - -- 3
mahal≤ h1
bukaan w
tidak dianjurkan - - jelek harus = 0,5
GRUYTER ENERGI
ALAT UKUR %
W= pintu
w = dianjurkan hanyut
jika u
+ + baik sekali
relatif
MENGUKUR
CRUMP DE
TETAP
0,5 3 % - + - 2 sedang + baik
bukaan bukaan (6)= Jumlah+- +
harus = 0,5
+ memadai
baik sekali
GRUYTER
ORIFIS pintu pintu -
bacaan papan tidak
MENGUKUR
+ baik
DENGAN memadai
TINGGI ORIFIS 0,5
> 7
> 0,03 m - - - 3
paling duga pada-- +- jelek
tidak dianjurkan
memadai
ORIFIS % mahal - tidak
ENERGI
DENGAN aliran moduler
memadai
TETAP DENGAN
TINGGI 0,5 >7%
0,5 >>%7
0,03 - m
> 0,03 - -- -3 - Paling
3
paling
Tidak dianjurkan
mahal
(7) = Biaya - - jelek
tidak dianjurkan
ENERGITINGGI
m mahal pembuatan
TETAP ENERGI
relative
TETAP
+ + baik sekali
ALAT UKUR
Dianjurkan jika + baik
LONG papan duga b
0,5 –
saluran hilir
>2% > 0,03 + + + 1 tersedia cukup
THROATED ambang
bc 2,5 m sedang untuk ruang - + memadai
FLUME
p mendapatkan
saluran hulu peralihan
leher
peralihan
pelebaran
aliran yang stabil - tidak memadai
penyempitan
sebelum masuk - - jelek
flume
2-46
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Bangunan ukur ambang lebar dianjurkan, karena bangunan itu kokoh dan
mudah dibuat. Karena bisa mempunyai berbagai bentuk, mercu bangunan ini mudah
disesuaikan dengan tipe saluran apa saja. Hubungan tunggal antara permukaanair
hulu dan debit mempermudah pembacaan debit secara langsung dari papan duga,
tanpa memerlukan tabel debit. Alat ukur ambang lebar adalah bangunan aliran atas,
untuk ini tinggi energi hulu lebih kecil dari panjang mercu.
Gambar 2 - 24 Alat ukur ambang lebar dengan mulut pemasukan yang dibulatkan
Persamaan debit alat ukur ambang lebar dengan bagian pengontrol segi empat adalah:
2-47
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
dimana :
Q = debit rencana, m3/dt
Cd = Koefisien debit
Cd adalah 0,93 + 0, 10 H1/L , untuk 0,1 < H1/ L < 1,0
H1 adalah tinggi energi hulu
L adalah panjang mercu
Cv = Koefisien kecepatan datang
g = Percepatan gravitasi, m/dt2
bc = Lebar mercu, m
h1 = Kedalaman air hulu terhadap ambang bangunan ukur, m
Harga Koefisien datang dapat dilihat pada gambar berikut :
Untuk alat ukur ambang lebar dengan bentuk trapezium persamaanya hidrolisnya
adalah sebagai berikut :
2 0,5
Q=C {b y + m } {2g (H – y )
d c c c 1 c
Dimana :
bc = lebar mercu pada bagian pengontrol, m
yc = kedalaman air pada bagian pengontrol, m
2-48
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Perencanaan bangunan ukur secara lengkap dapat mengacu pada KP-04 pada Bab 2
4. Bangunan Lindung
Pembuatan bangunan perkuatan sungai khusus di sekitar bangunan utama untuk
menjaga agar bangunan tetap berfungsi dengan baik, terdiri dari:
a. Bangunan perkuatan sungai guna melindungi bangunan terhadap kerusakan akibat
penggerusan dan sedimentasi. Pekerjaan-pekerjaan ini umumnya berupa krib, matras
batu, pasangan batu kosong dan/atau dinding pengarah.
b. Tanggul banjir untuk melindungi lahan yang berdekatan terhadap genangan akibat
banjir.
c. Saringan bongkah untuk melindungi pengambilan atau pembilas, agar bongkah tidak
menyumbat bangunan selama terjadi banjir.
d. Tanggul penutup untuk menutup bagian sungai lama atau, bila bangunan bendung
dibuat di kopur, untuk mengelakkan sungai melalui bangunan tersebut.
Secara lengkap perencanaan bangunan lindung dapat mengacu pada KP-02 pada
Bab 8.
a. Stasiun Pompa
Stasiun pompa adalah bangunan yang dilengkapi dengan sejumlah pompa, yang
fungsinya mengambil air dari sungai dan dialirkan ke tempat-tempat yang memerlukan.
Biasanya bangunan ini didirikan apabila secara teknis dan ekonomis tidak
menguntungkan apabila didirikan atau membuat sebuah bendung.
Pompa digunakan bila bangunan-bangunan pengelak yang lain tidak dapat
memecahkan permasalahan pengambilan air dengan gravitasi, atau kalau pengambilan
2-49
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
air relatif sedikit dibandingkan dengan lebar sungai. Dengan instalasi pompa
pengambilan air dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Namun dalam operasionalnya
memerlukan biaya operasi dan pemeliharaannya cukup mahal terutama dengan makin
mahalnya bahan bakar dan tenaga listrik.
Dari cara instalasinya pompa dapat dibedakan atas pompa yang mudah dipindah-
pindahkan karena ringan dan mudah dirakit ulang setelah dilepas komponennya dan pompa
tetap (stationary) yang dibangun/dipasang dalam bangunan rumah pompa secara permanen.
Dalam pemilihan lokasi rumah/stasiun pompa harus memperhatikan beberapa faktor-
faktor penting, yaitu:
1) Dapat melakukan pengambilan air secara maksimum pada permukaanair rendah atau
permukaanair tinggi.
2) Air tidak mengandung banyak bahan sedimen
3) Air tidak mambawa bahan hanyutan berupa sampah atau kayu
4) Ada jalan masuk (akses) untuk melakukan pekerjaan konstruksi/instalasi dan kegiatan
operasi pemeliharaan ( O & P ),
5) Terlindung dari banjir
6) Terletak pada tanah yang stabil
7) Rumah/stasiun pompa dapat dikombinasikan dengan bangunan utama yang lain-lain
seperti waduk, bendung biasa atau bendung gerak.
b. Jenis Pompa
Ada beberapa jenis pompa didasarkan pada tenaga penggeraknya, antara lain:
1) Pompa air yang digerakkan oleh tenaga manusia (pompa tangan)
2) Pompa air dengan penggerak tenaga air (air terjun dan aliran air)
3) Pompa air dengan penggerak berbahan bakar minyak
4) Pompa air dengan penggerak tenaga listrik.
Analisis perencanaan pompa secara lengkap dapat mengacu pada KP-02 pada
Bab 4 sub bab 4.5
c. Bangunan Pelengkap
Stasium pompa harus dilengkapi dengan bangunan pelengkap, bangunan
pelengkap pada stasium pompa antara lain :
1) Bangunan hidrolis yang terdiri dari bangunan pengambilan, pintu-pintu, kantong
2-50
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
2. Bangunan Lindung
Pompa harus terlindung dari panas matahari dan hujan agar tidak cepat rusak.
Untuk itu, harus dibuat rumah pelindung atau rumah pompa/stasiun pompa yang
konstruksinya cukup kuat terhadap getaran pompa, gempa dan tahan kebakaran.
a. Pengambilan Bebas
2-51
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
b. Bangunan Pengambilan
Pengambilan dibuat di tempat yang tepat sehingga dapat mengambil air dengan
baik dan sedapat mungkin menghindari masuknya sedimen. Terlepas dari pemilihan
lokasi pengambilan yang benar di sungai, masuknya sedimen dipengaruhi oleh sudut
antara pengambilan dan sungai, penggunaan dan ketinggian ambang penahan sedimen
(skimming wall), kecepatan aliran masuk dan sebagainya.
sungai H1 h1
h2
a pengambilan h2
dimana:
Q = debit, m3/dt
K = faktor untuk aliran tenggelam
= koefisiensi debit
a = bukaan pintu, m
b = lebar pintu, m
g = percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8)
h1 = kedalaman air di depan pintu di atas ambang,m
2-52
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
1.0
0.8
0.6
h1
0.4 /a
15 =2
3
4
2
5
6
10
0
8
0.2
K
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
h2/a
Gambar 2 - 28. Koefisien K untuk Debit Tenggelam (dari Schmidt)
Pengambilan bebas sebaiknya diseliki dengan model agar pengambilan itu dapat
ditempatkan di lokasi yang tepat supaya jumlah sedimen yang masuk dapat diusahakan
sesedikit mungkin.
c. Bangunan Lindung
Pembuatan bangunan perkuatan sungai khusus di sekitar bangunan pengambilan
untuk menjaga agar bangunan tetap berfungsi dengan baik. Pekerjaan-pekerjaan ini
umumnya berupa krib, matras batu, pasangan batu kosong dan/atau dinding pengarah.
Perencanaan teknik bangunan lindung pada sungai dapat mengacu pada SNI 03-
3441-1994, SNI 2400:1:2016 (bagian 1 – 5).
2. Perencanaan Saluran
a. Kapasitas Perencanaan
1) Debit Rencana Saluran
Untuk mendapatkan dimensi saluran yang direncanakan maka perlu
diketahui debit rencananya. Debit rencana saluran dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
𝐜 𝐱 𝐍𝐅𝐑 𝐱 𝐀
𝑸=
𝐞
Keterangan :
Qren = Debit rencana saluran ( l/det )
NFR = Kebutuhan air bersih di sawah, (l/det.ha) (1.5 – 2.0)
A = luas bersih daerah irigasi di hilir ruas saluran tersebut, (ha)
C = Koefisien rotasi
2-53
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
e = Efisiensi
Contoh Perhitungan :
NFR = 1.71 (l/det.ha)
A = 100 (ha)
C = 1 (Karena tidak ada rotasi)
E = 77.5%
1 x 1.71 x 100
𝑸=
0.775
𝑸 = 0.22 l/det
3) Efisiensi Irigasi
Untuk tujuan perencanaan, dianggap bahwa seperempat sampai sepertiga dari
jumlah air yang diambil akan hilang sebelum air itu sampai di sawah. Kehilangan ini
disebabkan oleh kegiatan ekploitasi, evapotranspirasi dan perembesan. Pada
umumnya kehilangan air di jaringan irigasi dapat dibagi sebagai berikut :
a) 15 - 22,5 % di petak teriser, antara bangunan sadap tersier dan sawah
b) 7,5 - 12,5 % di saluran sekunder
2-54
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
2-55
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
2-56
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
kapasitas angkut sedimen relatif lebih tinggi, sehingga kriteria erosi bisa menjadi faktor
pembatas.
Rumus dan perencanaan hidrolis saluran tanpa pasangan secara terperinci
dapat mengacu pada KP-03 pada Bab 3 yang memuat tentang saluran tanpa
pasangan.
1) Jenis-jenis Pasangan
Banyak bahan yang dapat dipakai untuk pasangan saluran, tetapi pada
praktiknya di Indonesia hanya ada empat bahan yang dianjurkan pemakaiannya
:
a) Pasangan batu
b) Beton,
c) Tanah
d) Dapat juga menggunakan beton Ferrocement
Pasangan batu dan beton lebih cocok untuk semua keperluan, kecuali
untuk perbaikan stabilitas tanggul. Pasangan tanah hanya cocok untuk
pengendalian rembesan dan perbaikan stabilitas tanggul.
2-57
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
3) Tanah
Tebal pasangan tanah diambil 60 cm untuk dasar saluran dan 75 cm untuk
talut saluran.
Pasangan campuran (kombinasi) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4-2.
dapat dipakai juga. Pemilihan jenis pasangan akan bergantung kepada kondisi dan
bahan yang tersedia. Detail konstruksi pasangan diperlihatkan dalam Gambar
Perencanaan Standar.
4) Lining Ferrocement
Ferrocement adalah suatu tipe dinding tipis beton bertulang yang dibuat
dari mortar semen hidrolis diberi tulangan dengan kawat anyam/kawat jala
2-58
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
(wiremesh) yang menerus dan lapisan yang rapat serta ukuran kawat relatif kecil.
Anyaman ini bisa berasal dari logam atau material lain yang tersedia. Kehalusan
dan komposisi matriks mortar seharusnya sesuai dengan sistem anyaman dan
selimut (pembungkusnya). Mortar yang digunakan dapat juga diberi serat/fiber.
Perbedaan ferrocement dengan beton bertulang antara lain :
a) Sifat Fisik
(1) Lebih tipis
(2) Memiliki tulangan yang terdistribusi pada setiap ketebalannya
(3) Penulangan 2 arah
(4) Matriksnya hanya terdiri dari agregat halus dan semen
b) Sifat Mekanik
(1) Sifat-sifat seragam dalam 2 arah
(2) Umumnya memiliki kuat tarik dan kuat lentur yang tinggi
(3) Memiliki ratio tulangan yang tinggi
(4) Proses retak dan perluasan retak yang berbeda pada beban tarik
(5) Duktilitas meningkat sejalan dengan peningkatan rasio tulangan anyam
(6) Kedap air tinggi
(7) Lemah terhadap temperatur tinggi
(8) Ketahanan terhadap beban kejut lebih tinggi
(9) Proses/pembuatan/pemeliharaan/perbaikan
(10) Metode pembuatan berbeda dengan beton bertulang
(11) Tidak memerlukan keahlian khusus.
(12) Sangat mudah dalam perawatan dan perbaikan
(13) Biaya konstruksi untuk aplikasi di laut lebih murah dibandingkan kayu,
beton bertulang atau
5) Material komposit.
Bahan Ferrocement terdiri atas campuran semen, pasir yang diberi tulangan
besi beton dengan diameter 6 mm atau 8 mm dan kawat anyam. Perbandingan
semen dan pasir yang umum digunakan adalah 1:3. Untuk lebih seksama perbandingan
ditetapkan dari pengujian laboratorium.
Kelebihan dari lining saluran menggunakan Ferrocement ini antara lain:
a) biaya konstruksi lebih rendah daripada linning konvensional lainnya
2-59
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
2-60
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
a. Bangunan Bagi/Sadap
Apabila air irigasi dibagi dari saluran primer atau sekunder, maka akan dibuat
bangunan bagi. Bangunan ini terdiri atas pintu pengatur yang mengalirkan air ke berbagai
2-61
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
saluran juga mengatur tinggi permukaanair, sedangkan pintu lainnya ke petak tersier
merupakan pintu sadap.
Bangunan sadap akan memberi air ke saluran sekunder ataupun langsung ke petak
tersier. Pemakaian tipe bangunan sadap yang dipilih disesuaikan dengan besarnya debit,
lebar saluran sekunder dan besarnya kehilangan tinggi energi yang diizinkan.
1) Pintu Skot Balok
Pintu skot balok merupakan pintu pengatur yang paling sederhana. Balok-balok
profil segi empat ditempatkan tegak lurus arah aliran. Dalam bangunan irigasi pintu skot
balok dibuat untuk lebar maksimurn 1,5 m atau lebih kecil lagi dengan maksud untuk
kemudahan operasional.
Aliran pada skot balok dapat diperkirakan dengan menggunakan Persamaan
hidrolis sebagai berikut :
Q C d C v 2 / 3 2 / 3 g bc h1
1, 5
keterangan :
Q = debit, m3/dt
Cd = koefisien debit
Cv = koefisien kecepatan datang
g = percepatan grafitasi, m/dt2
b = lebar normal, m
h1 = kedalaman air di atas skot balok, m
Kelebihan yang dimiliki pintu skot balok diantaranya :
1. Konstruksinya sederhana dan kuat
2. Biaya pelaksanaannya kecil
Sedangkan kelemahan yang dimiliki skot balok adalah :
1. Pemasangan dan pemindahan balok memerlukan sekurangnya dua orang dan
banyak menghabiskan waktu
2. Tinggi permukaanair diatur setahap demi setahap dengan ketinggian sama
dengan tinggi sebuah balok
3. Skot balok mudah dipindahkan dan diambil orang
4. Skot balok bisa dioperasikan oleh orang yang tidak berwenang
5. Karakteristik tinggi debit aliran pada balok belum diketahui
2-62
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Gambar 2 - 31 Koefisien Debit Pada Aliran di Atas Skot Balok Segi Empat
2) Pintu Sorong
dimana :
Q = debit, m3/dt
K = faktor aliran tenggelam
µ = koefisien debit
a = bukaan pintu , m
b = lebar bukaan, m
g = percepatan grafitasi, m/dt2
h1 = kedalaman air di atas skot balok, m
2-63
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
c) Gorong-gorong
2-64
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Untuk tujuan perencanaan, kecepatan diambil 1,50 m/dt untuk saluran irigasi
dan 3,0 m/dt untuk gorong-gorong di saluran pembuang.
Kehilangan tinggi energi yang diperhitungkan untuk bangunan gorong-gorong
yang mengalir penuh dengan panjang < 20 m digunakan persamaan sebagai berikut :
Q A 2 g z
Dimana :
Q = debit, m3/t
µ = koefisen debit
A = luas penampang, m2
g = percepatan gravitasi, m/dt2
Z = kehilangan tinggi energi yang terjadi, m
Untuk gorong-gorong yang lebih panjang dari 20 m atau ditempat yang memerlukan
perhitungan yang lebih teliti, kehilangan tinggi energi yang terjadi dapat diperhitungkan
dengan persamaan berikut :
Va V 2
H masuk masuk
3) Kehilangan masuk 2g
Va V 2
H keluar keluar
4) Kehilangan keluar 2g
V2 V2L
H f C f
5) Kehilangan akibat gesekan 2g C2 R
Dimana :
C = K R1/6, K adalah koefisien kekasaran Strickler
R = Jari-jari hidrolis, m
2-65
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
L = Panjang pipa, m
v = Kecepatan aliran dalam pipa, m/dt
V. = Kecepatan aliran dalam saluran, m/dt
d. Bangunan Terjun
Bangunan terjun diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam dari
pada kemiringan maksimum saluran yang diijinkan, bangunan terdiri dari empat bagian
fungsional yang masing-masing mempunyai sifat perencanaan sebagai berikut :
1) Bagian hulu pengontrol, yaitu bagian dimana aliran menjadi super kritis
2) Bagian dimana air dialirkan ke elevasi yang lebih rendah
3) Bagian tepat di sebelah hilir yaitu tempat di mana energi diredam
4) Bagian peralihan saluran memerlukan lindungan untuk mencegah erosi
Bangunan terjun terdiri atas 2 tipe, yaitu :
a) Terjun tegak untuk elevasi (Z) 0,0 < Z < 1,00 m
b) Terjun miring untuk elevasi (Z) 1,0 < Z < 4,50 m
c) Got Miring (Z) > 4,50 m
Keterangan :
B = lebar efektif (m)
Q = debit rencana (m3/det)
m = koefisien (=1,00)
H = tinggi energi dihulu saluran (m)
h1 = kedalaman air dihulu saluran (m)
V1 = kecepatan aliran dihulu saluran (m/det)
g = grafitasi 9,80
Bentuk bangunan terjun tegak disajikan seperti dalam Gambar berikut :
2-66
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
a = 0,50 dc
Keterangan :
A = tinggi ambang ujung (m)
Dc = Kedalaman kritis bukaan
Q = debit rencana
B = lebar bukaan
Keterangan :
L = Panjang kolam olak
Z = tinggi terjunan
2-67
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Kedalaman Kritis :
Jika :
Kedalaman air diujung hulu kolam :
H
0,50 2 .00 h d 2, 4 h c 0, 40 H
hc
H
2,00 15 .00 , h d 3,00 h c 0, 40 H
hc
2-68
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Nilai hu, dicari dengan metoda iterasi sampai diperoleh nilai yang sama dari kedua ruas
persamaan diatas.
2
H u 2.h d / 1 8 Q .hu / g .hu 1
bc
Tinggi Ambang ujung :
hc
d 0.28 h c
H
Kolam Olak :
- Lebar Kolam : b = bc + 0,30
- Panjang Kolam : Lj = R = Z atau
Lj = 4,50 hd (diambil nilai yang terbesar)
- Elevasi Kolam olak : Elv.3 = Elv.1 - Z
v2 v2
Z H h d d - h 1 1
2g 2g
a) Got Miring
Got Miring terjadi dari bagian masuk, bagian peralihan, bagian normal dan kolam olak
seperti gambar berikut :
Bagian masuk dapat dianggap sebagai mercu ambang lebar. Lebar dari bangian
masuk dihitung sebagai berikut :
Qd = Cd . 1,7 . bc . h3/2
2-69
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
B = 0,80 b1
Keterangan :
Q = debit (m3/dt)
Cd = koefisien debit = 1
bc = lebar celah masuk (m)
b1 = lebar dasar saluran dihulu (m)
h = tinggi air disaluran hulu (m)
1. Bagian Normal
Dalam bagian ini diperoleh aliran yang seragam. Karena adanya penyerapan udara,
rumus-rumus seperti yang dipakai untuk saluran biasa tidak dapat digunakan. Ada
rumus-rumus khusus untuk ini yang dikembangkan oleh Vreedenburg dan Hilgen
(1926) sebagai berikut :
Keterangan :
n = Perbandingan kedalaman dan lebar
b = lebar dasar (m)
hb = kedalaman air total (m)
Fb = luas basah total (m2)
Ob = keliling basah total (m)
Rb = jari-jari hidrolis total (m)
ko = koefisien kekasaran Strickler (m1/3/dt)
kt = kekasaran yang telah disesuaikan (m1/3/dt)
= kemiringan got (miring dengan satuan derajat)
V2 = kecepatan pada got miring
2-70
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Dalam rumus ini, kedalaman air (hb) ditentukan dengan cara coba-coba.
2) Bagian Peralihan
V2 - V1 m 2gH
H V2 - V1 / 2 gm 2
2
L H/I
Keterangan :
V1 = kecepatan aliran dibagian masuk (m/dt)
V2 = kecepatan aliran bagian normal (m/dt)
m = 0,80 0,90
H = beda tinggi antara z1 dan z2
I = kemiringan got miring
L = panjang bagian peralihan
H dapat dihitung dengan metoda coba-coba. Setelah mengjitung H, panjang dari bagian
peralihan dapat ditentukan.
3) Bagian Kolam Olak
2-71
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Keterangan :
V2 = kecepatan aliran pada bagian normal (m/dt)
z2 = kedalaman air total (m)
h2 = kedalaman air dikolam olak (m)
Lj = panjang kolam olak (m)
d = dalam kolam olak (m)
h = kedalaman air pada saluran hilir (m)
Besarnya lubang peredam gelombang bisa dihitung dengan rumus :
Q F 2gz
Keterangan :
Q = debit rencana (m3/dt)
= koefisien debit (= 0.80)
z = beda tinggi energi (=0.30)
Untuk debit kecil, lubang-lubang peredam gelombang dapat dibuat disatu sisi dan untuk
debit yang lebih besar, lubang-lubang tersebut dibuat di kedua sisi kolam olak.
a. Jagaan
Minimum tinggi jagaan dari got miring adalah 0,30 m
b. Material bangunan
Selain untuk bagian masuk dan bagian keluar, terutama pada bagian peralihan dari
got miring dianjurkan memakai beton bertulang.
c. Sepatu Beton pada Got Miring
Untuk mencegah terjadinya peluncuran pada got miring, beberapa sepatu beton
digunakan sebagai pondasi. Ukuran dan dimensi dari sepatu beton digambarkan
seperti pada gambar berikut :
2-72
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
e. Siphon
2-73
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Keterangan :
V2 = kecepatan aliran (m/det)
h = tinggi air (m)
B = lebar saluran
A2 = luas penampang basah (m2)
P2 = keliling penampang basah saluran (m)
R2 = jari-jari hidrolis (m)
I = kemiringan saluran
V4 = (m/det) sama dengan kecepatan aliran pada hulu saluran.
2-74
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
b) Kehilangan Tinggi
2-75
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
f. Talang
Talang atau flum adalah penampang saluran buatan dimana air mengalir dengan
permukaan bebas, yang dibuat melintasi cekungan, saluran, sungai jalan atau sepanjang
lereng bukit. Bangunan ini dapat didukung dengan pilar atau konstruksi lain. Konstruksi
talang yang umum dapat terbuat dari kayu, beton bertulang, besi atau baja. Talang
dilengkapi dengan peralihan masuk atau keluar.
Batas kecepatan air dalam talang :
a) Talang kayu atau beton V = (1,50 – 2,00) m/dt.
b) Besi / baja V = (2,50 – 3,00) m/dt.
Dasar talang harus cukup tinggi dari permukaanair maksimum sungai atau
saluran pembuang, karena adanya benda kasar yang hanyut pada sungai atau saluran
pembuang, contoh batang-batang kayu.
Kehilangan energi keluar dan masuk dihitung dengan rumus :
Keterangan :
H masuk = kehilangan energi masuk talang (m)
H keluar = kehilangan energi keluar talang (m)
Kehilangan energi karena gesekan:
Dimana :
Hf = kehilangan energi akibat gesekan talang (m)
V = kecepatan aliran sebelum masuk dan setelah keluar talang / pipa (m/dt)
Va = kecepatan aliran dalam talang (m/dt)
g = grafitasi
L = panjang talang (m)
I = kemiringan hidrolis talang / pipa.
K = koefisien kekasaran
R = Jari-jari hidrolis.
2-76
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
4.Bangunan Lindung
Bangunan ini dipakai untuk melindungi saluran dan bangunan terhadap kerusakan
yang diakibatkan oleh jumlah air yang berlebihan. Lindungan ini bisa dicapai dengan
beberapa tipe bangunan yang memerlukan persyaratan yang berbeda-beda.
a. Saluran Pelimpah
2-77
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
2-78
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Debit di saluran pelimpah samping tidak seragam dan oleh karena itu,
persamaan kontinyuitas untuk aliran mantap yang kontinyu (terus menerus) tidak
berlaku. Jenis aliran demikian disebut "aliran tak tetap berubah berangsur" (gradually
varied flow). Pada dasarnya aliran dengan debit yang menurun dapat dianggap sebagai
cabang aliran di mana air yang dibelokkan tidak mempengaruhi tinggi energi. Hal ini
telah dibuktikan kebenarannya baik dengan teori maupun eksperimen.
Bergantung kepada kondisi aliran di atau dekat lubang/pintu masuk pelimpah,
ada empat jenis aliran (Schmidt, 1954) seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2-44.
Ada dua metode perencanaan pelimpah samping yang umum digunakan, yaitu :
metode bilangan dan metode grafik. Keduanya akan dijelaskan di bawah ini.
2-79
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
2-80
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
(4) Saluran pengeluar sedimen tidak cocok untuk saluran yang banyak mengandung
lumpur atau lempung, karena sedimen halus ini melayang tercampur merata dalam
aliran air.
Dengan mempertimbangkan kemudahan operasional dan harga
pembangunannya yang murah, serta tidak ada kendala masalah ketersediaan lahan
maka bangunan pengeluaran sedimen ini sebaiknya diletakkan berdampingan dengan
bangunan pelimpah samping. Idealnya, lokasi bangunan Pengeluar Sedimen ini di
lokasi proses pengendapan sedimen yang akan mempunyai kemiringan endapan yang
seimbang dengan kemiringan saluran ( hasil dari survai lapangan seperti gambar 2-
49 di bawah ini )
Permukaan air
2-81
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
b. Sungai Alam
Sungai alam dapat digunakan sebagai saluran pembuang sedimen dari prasarana
bangunan pengeluar sedimen
2-82
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
3 BAB III
PERENCANAAN IRIGASI RAWA
Irigasi rawa adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air melalui
jaringan irigasi rawa pada kawasan budi daya pertanian.
Sistem irigasi rawa adalah kesatuan pengelolaan irigasi rawa yang terdiri atas
prasarana jaringan irigasi rawa, air pada jaringan irigasi rawa, manajemen irigasi rawa,
kelembagaan pengelolaan irigasi rawa, dan sumber daya manusia.
Kegiatan-kegiatan perencanaan dilakukan pada dua tingkat : tingkat studi
pendahuluan (atau studi prakelayakan) dan tingkat studi desain rinci (studi kelayakan, desain
rinci untuk pelaksanaan). Kedua jenis studi tersebut dapat diterapkan pada area-area baru,
area-area yang belum dikembangkan atau pada jaringan-jaringan rawa yang sudah ada.
Pada area-area yang baru, studi ini menyangkut kegiatan survai dan desain awal guna
menilai kondisi fisik, sosial ekonomi dan biologi secara umum di area tersebut, dan memilih
bagian mana dari area tersebut yang betul-betul sesuai untuk jenis pembangunan yang
direncanakan. Studi pendahuluan ini akan mencakup pembuatan pola induk (masterplan)
untuk pengembangan bagian-bagian area tersebut yang menunjukknan prasarana yang
diperlukan, dan akan menyajikan rekomendasi-rekomendasi untuk studi-studi desian rinci
selanjutnya. Pada jaringan yang sudah ada, studi pendahuluan ini bertujuan untuk
menentukan kebutuhan-kebutuhan bagi peningkatan dan penyempurnaan prasarana yang
sudah ada. Hasil studi tersebut akan berbentuk pola induk dan rekomendasi–rekomendasi
untuk studi desain rinci. Bagan alir proses perencanaan irigasi rawa dapat dilihat pada
gambar berikut.
3-1
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Hidrologi
Gambar 3 - 1 Bagan Alir Proses Survai, Investigasi, dan Desain (SID) Reklamasi Rawa
3-2
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
A. Pengumpulan Data
Jenis survai untuk proyek reklamasi rawa pasang surut berbeda dengan jenis survai
untuk area-area dataran tinggi umumnya dalam hal hidrologi dan tanah. Hal yang paling
penting adalah menetapkan hubungan antara tinggi topografi lahan dan fluktuasi tinggi
permukaan air harian dan musiman pada sungai-sungai yang memotong area tersebut. Di
samping itu, hadirnya tanah gambut dan tanah asam sulfat sangat menentukan potensi area
untuk pengembangan.
Persyaratan survai untuk proyek reklamasi rawa pasang surut tergantung atas tingkat
dan tujuan studi untuk apa survai tersebut dilaksanakan. Uraian berikut menyajikan
gambaran luas mengenai perbedaan pokok antara persyaratan survai untuk studi kelayakan
dan untuk desain rinci. Kegiatan survai investigasi daerah rawa pada umumnya akan
meliputi aspek-aspek berikut ini.
1. Survai topografi;
2. Survai hidrologi;
3. Survai hidrometri;
4. Survai tanah pertanian;
5. Survai mekanika tanah;
6. Survai tataguna lahan, tumbuhan, marga satwa yang sekarang;
7. Survai aspek sosial ekonomi agro dan aspek hukum (kepemilikan lahan); dan
8. Survai pada jaringan yang sudah ada : inventarisasi prasaran yang ada.
1. Survai Topografi
Pada lokasi-lokasi yang telah ditetapkan sebagai lokasi daerah rawa, akan dilakukan
dilakukan survai topografi sesuai dengan kebutuhan pada skala 1 : 5.000 atau 1 : 1000, yaitu
masing-masing lokasi terikat pada referensi peta dasar yang dipakai, yaitu peta 1 : 50.000
dari Bakosurtanal (proyeksi UTM). Survai untuk desain rinci harus memungkinkan untuk
pembuatan peta sifat-sifat topografi dan tanah pada skala 1:5.000. Sedangkan survai
lapangan tambahan diperlukan setelah desain-desain awal dipersiapkan, misalnya alinemen
untuk saluran-saluran baru, dan investigasi mekanika tanah pada lokasi bangunan
mendatang.
Berikut ini disajikan petunjuk dan kriteria untuk kegiatan survai topografi yang umum
digunakan. Petunjuk ini tidak termasuk penggunaan survai yang menggunakan peralatan
3-3
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
komputer sistem GPS dan peralatan pemetaan walaupun harus disadari bahwa penggunaan
peralatan semacam itu akan semakin penting dan dapat sangat meningkatkan keabsahan
hasil-hasil survai, dan memudahkan prosedur-prosedur pemetaan. Berikut menyajikan
gambaran luas mengenai perbedaan pokok antara persyaratan survai untuk studi Kelayakan
dan untuk Desain Rinci.
Tabel 3 - 1 Tingkat Kedalaman Survai Topografi
Uraian Studi Kelayakan Desain Rinci
N = Area Baru
E = Jaringan yang sudah ada
Lingkup pekerjaan survai topografi yang paling pokok adalah pengukuran situasi.
Pengukuran ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran topografi daerah yang disurvai
dengan sasaran tinggi dan posisi detail lapangan. Pengukuran situasi tapak bangunan diukur
dengan metode trigonometri/tachimetri dengan dasar pengikatan kerangka pemetaan,
dimana detail-detailnya diambil dengan teliti kalau perlu pengukuran jarak memakai
metband dan ketinggian yang penting memakai waterpass dengan ketelitian 1 cm.
Pengukuran topografi untuk survai studi kelayakan pada jaringan-jaringan rawa yang baru
maupun survai topografi untuk desain rinci sedikitnya harus meliputi hal-hal berikut ini
a. Peta Dasar
Peta dasar dari area survai dipersiapkan dari peta-peta, foto udara yang sudah ada,
dan/atau dari gambar-gambar satelit geo yang telah diperbaiki.
Skala peta dasar biasanya 1 : 50.000 sampai 1 : 150.000 untuk survai studi kelayakan,
dan 1 : 5.000 sampai 1 : 10.000 untuk survai rinci.
Peta dasar tersebut harus memperlihatkan perbatasan area survai dan sifat-sifat
lapangan alam dan lapangan buatan manusia seperti sungai, anak sungai, garis pantai,
jalan, desa, dan saluran.
3-4
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Lokasi garis survai harus ditentukan dari peta dasar dan dipilih sedemikian rupa
sehingga garis survai tersebut meliputi ciri-ciri lahan yang diketahui pada area yang
disurvai tersebut.
Koreksi terhadap peta dasar dapat dilakukan atas dasar hasil-hasil survai.
b. Titik Referensi
Titik referensi adalah bechmark yang terbuat dari beton yang sebagai titik kontrol
dan titik referensi untuk survai topografi yang sekarang dan yang akan datang. Semua
pengukuran koordinat dan elevasi harus merujuk pada titik refenensi tersebut :
Jika pada lokasi survai sudah terdapat patok BM yang dapat dijadikan titik referensi
yang koordinatnya dan elevasinya telah diketahui. Elevasi titik refensi menjadi tinggi
referensi proyek atau PRL.
Jika di lokasi yang disurvai tidak dijumpai patok BM yang dapat dijadikan titik
referensi atau dijumpai BM tetapi koordinatnya dan elevasinya tidak diketahui, harus
dibuat titik referensi yang dijadikan bechmark utama yang akan diberi koordinat
referensi dengan pengamatan GPS yang sebaiknya dipilih dengan tingkat ketelitian
yang sangat tinggi (1 cm/km ).
Jika terdapat dua area survai atau lebih yang terletak berdekatan satu sama lainnya,
maka sangat disarankan agar mempergunakan satu PRL yang sama untuk semua area
survai tersebut. Hal ini akan memungkinkan pemahaman yang lebih baik dan
keseragaman tentang hasil-hasil survai (khususnya hidrometrik), sementara
kesalahan pada salah satu survai lebih mudah diketahui.
Semua registrasi tinggi permukaanair dari hasil survai hidrometrik juga akan
dinyatakan dalam PRL ini.
Jika survai hidrometrik meliputi registrasi timggi permukaanair jangka panjang dekat
muara sungai, maka hubungan antara PRL dan tinggi laut rata-rata (MSL) harus
dibuat.
c. Benchmark
Sistem bechmark yang terbuat dari beton dapat dipergunakan sebagai titik kontrol dan
titik referensi untuk survai topografi yang sekarang dan yang akan datang :
Lokasi bechmark harus dipertimbangkan dikaitkan dengan pemetaan kerangka dasar
dan posisinya harus dikaitkan dengan penggunaan mendatang dari Bechmark yang
3-5
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
akan dibuat, misalnya untuk pematokan saluran atau alinemen tangul, lokasi
bangunan, dll.
Untuk kebutuhan studi kelayakan kerapatan minimum sistem bechmark baru harus 4
buah per 500 ha. Untuk desain rinci kerapatan minimum sistem bechmark baru harus
8 buah per 500 ha. Setiap bechmark baru yang dipasang harus dilengkapi dengan
control point (CP)
Bechmark tambahan harus dipasang dekat semua lokasi yang direncanakan akan
dilakukan pencatatan tinggi permukaanair
Bechmark dan CP harus dipasang pada lokasi yang aman dan mudah ditemukan.
Spesifikasi untuk pemasangan bechmark dan CP diperlihatkan pada Gambar 2.1 dan
2.2
Untuk setiap bechmark harus dibuat sketsa situasi yang memperlihatkan jarak ke
benda-benda tetap, nomor identifikasi benchmark, koordinat, dan tanggal
pemasangan.
3-6
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Jumlah keseluruhan titik polygon antara dua titik kontrol azimut paling banyak 50
titik.
Koreksi sudut antara dua titik kontrol azimut adalah 20”
Maksimum kesalahan penutupan koordinat adalah 1 : 5000
Ketelitian pemetaan : paling tidak 90 % dari tempat yang telah diketahui dilapangan
digambarkan pada peta dengan kesalahan planimetrik kurang dari 0,8 mm.
3-7
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Penampang melintang diukur tegak lurus terhadap susunan saluran, dan harus
diperluas dengan jarak minimum 25 meter ke kiri dan kanan untuk saluran tersier dan
sekunder dan minimum 100 meter ke kiri dan kanan untuk saluran primer.
Penampang melintang dan memanjang harus memperlihatkan tinggi dasar saluran.
(titik terendah dan sedikitnya 3 titik lainnya per penampang melintang), dan tinggi
tepian alam kiri dan kanan, tinggi puncak tanggul dan berm (jika ada)
Penampang melintang harus diambil pada selang jarak 100m
Penampang melintang dan profil memanjang harus diukur dengan mempergunakan
alat ukur levelling otomatis. Ketelitian yang harus diperoleh adalah 15 VD.mm, D =
jarak sirkuit dalam km.
Gambar profil memanjang harus dibuat pada skala horizontal 1 : 5,000 dan skala
vertikal 1 : 100. Gambar penampang melintang harus dibuat pada skala horizontal 1
: 200 (saluran primer) atau 1 : 100 (salurn sekunder dan tersier) dan pada skala
vertikal 1 : 100.
3-8
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
i. Survai Sungai
Penampang melintang sungai-sungai yang besar harus diambil dekat persimpangan
saluran primer, sedikitnya 100 m sebelum dan setelah pesimpangan tersebut. Dari sungai-
sungai kecil dan sungai alam yang terdapat diarea survai, penampang melintang harus
diambil pada lokasi dimana sungai kecil atau sungai alam tersebut memotong saluran-
saluran lainnya dan atau jalan.
2. Survai Hidrologi
N = Area Baru
E = Jaringan yang sudah ada
Data-data hidrologi yang perlu dikumpulkan untuk studi kelayakan dan untuk desain
rinci.serta kegunaannya adalah sbb
a. Pengumpulan Data Iklim
Pengumpulan data cuaca/iklim yang lain (terbaru) selama minimum 5 tahun berturut-
turut dari stasiun iklim terdekat.
Data cuaca tersebut harus mencakup temperatur rata-rata bulanan, kelembaban,
kecepatan angin, lama hari cerah dan curah hujan, dan harus meliputi sedikitnya
periode 5 tahun, sebaiknya lebih lama.
Evapo-transpirasi referensi tanaman diperhitungkan dari data cuaca rata-rata untuk
setiap bulan dengan mempergunakan metode Penman.
3-9
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
3-10
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
3. Survai Hidrometri
Untuk kajian daerah rawa, pengolahan data hidrologi setidaknya diarahkan untuk
hitungan ketersediaan air, kebutuhan air, neraca air dan debit limpasan untuk perancangan
saluran. Dengan diketahuinya kondisi neraca air bulanan, maka dapat diketahui pola tanam
yang sesuai dengan jenis tanaman yang akan dibudidayakan (padi dan palawija) atau
tanaman keras. Selanjutnya dengan diketahuinya limpasan yang harus diantisipasi dengan
saluran drainase, dapat ditetapkan rancangan dimensi saluran yang optimal. Tabel berikut
menyajikan gambaran luas mengenai perbedaan tingkat kedalaman survai hidrologi dan
hidrometri untuk studi kelayakan dan untuk desain rinci.
Tabel 3 - 3 Tingkat Kedalaman Survai Hidrologi dan Hdrometri
Uraian Studi Kelayakan Desain Rinci
Tinggi permukaanair jangka Min 15 hari dlm musim Sebaiknya lebih dari 1
panjang hujan dan musim kemarau tahun
Min 2 x 25 jam
Tinggi permukaanair serempak Ya Min 2 x 25
jangka pendek Tidak Ya
Tanda banjir disepanjang sungai 2 Kali saat survai Ya
Pengukuran pengeluaran 2 Kali pada musim hujan
Pengukuran salinitas, pH 5 sampel per lokasi dan 2 Kali kemarau
5 sampel per lokasi pada
Contoh air Tidak awal dan akhir survai
Contoh endapan Ya Ya
Penampang melintang sungai Ya
N = Area Baru
E = Jaringan yang sudah ada
3-11
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
menit selama periode paling tidak 15 hari baik dari musim hujan maupun musim
kemarau, guna menetapkan sifat pasang dan perbedaan tinggi permukaanair pasang
surut antara pasang rendah dan pasang tinggi.
Pencatatan tinggi permukaan air selama paling tidak 25 jam harus dilakukan satu kali
selam air pasang tinggi dan satu kali selama air pasang rendah pada tempat-tempat
yang dipilih yang menyebar pada daerah survai (satu stasiun per 1,000 sampai 2,000
ha), serentak dengan pengamatan aliran, keasaman, salinitas dan curah hujan. Semua
stasiun pencatatan tinggi permukaan air harus dihubungkan dengan tinggi referensi
survai topografi melalui benchmark beton yang terdapat dekat masing-masing
stasiun.
Tinggi permukaan air harus diamati secara serentak dengan selang jarak 30 menit
sedikitnya selama satu putaran pasang surut penuh (25 jam) pada stasiun-stasiun
yang berjarak 20 sampai 30 km di sepanjang semua sungai besar yang memotong
atau membatasi area, guna menilai kelembabn fluktuasi pasang surut. Pengukuran-
pengukuran ini harus dikombinasikan dengan pengamatan arah aliran secara visual,
dan pengukuran pH dan salinitas secara serentak (lihat penjelasan berikutnya).
Elevasi nol dari semua stasiun tinggi permukaan air harus dihubungkan pada garis-
garis survai dari survai topografi terdekat.
Sangat dianjurkan agar alat pencatat tinggi permukaan air otomatis dipasang pada
saat melakukan survai studi kelayakan, dengan pencatatan yang berlanjut setelah
kegiatan survai sehingga pada waktu studi-studi rinci, registrasi tinggi permukaanair
jangka panjang akan tersedia.
c. Pengukuran Salinitas
Intruisi salinitas maksimum selama air pasang tinggi harus ditetapkan dengan
menggunakan ‘metode speed-boat yang bergerak : melakukan pengukuran salinitas
setiap 2 sampai 5 km di sepanjang sungai pada waktu air tinggi tenang, dimulai dari
muara sungai, bergerak ke hulu dengan kecepatan yang sama seperti kecepatan
gelombang pasang surut.
Salinitas tersebut ditentukan dengan cara mengukur daya konduksi listrik (EC) dari
air permukaan. Rumus tukar berikut ini dapat dipergunakan antara daya konduksi
listrik dengan salintas :
Salinitas (dalam mg/l) = EC (dalam mS/cm) x 640
3-12
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Catatan : EC air laut adalah 45 sampai 55 mS/cm, sama dengan salinitas yang
besarnya 30,000 sampai 35,000 mg/l.
Di salah satu stasiun tinggi permukaan air sebelah hulu muara sungai, salinitas harus
diukur selama putaran pasang surut penuh (25 jam) serentak dengan pengamatan
tinggi permukaan air.
Informasi mengenai fluktuasi intruisi salinitas musiman harus diperoleh dari para
penduduk yang tinggal di area tersebut. Tumbuh-tumbuhan yang terdapat di
sepanjang tepian sungai (pohon nipah) sering merupakan petunjuk yang cukup
tentang adanya intruisi salinitas rata-rata selama musim kemarau.
d. Banjir
Tinggi maksimum batas banjir pada berbagai tempat di sepanjang sungai, seperti
diberitahukan oleh penduduk setempat atau diaamati dari perubahan warna
tumbuhan, harus ditetapkan berdasarkan tinggi permukaan air yang diamati selama
survai.
Lamanya tinggi maksimum permukaan air sungai dan perkiraan jangkauan pasang
surut selama permukaan air sungai tinggi dan rendah harus dinilai dari hasil
wawancara dengan penduduk setempat.
Luas banjir harus ditetapkan dari peta-peta, foto udara dan gambar radar (jika
tersedia), pengamatan tanda-tanda banjir, wawancara dengan penduduk setempat.
e. Kualitas Air
Kualitas air yang terdapat di luar zona intrusi salinitas harus ditentukan dengan
analisis contoh air di loboratorium.
Satu contoh air harus diambil pada waktu air tanah rendah di semua sungai dan anak
sungai yang memotong area. Tanggal, waktu, lokasi, warna air, pH dan temperatur
air pada waktu pengambilan contoh harus dicatat.
Pada stasiun tinggi permukaan air paling hulu pada setiap sungai besar, pH air sungai
harus diukur selam putaran pasang surut penuh (25 jam) serentak dengan pengamatan
tinggi permukaan air.
3-13
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Kerapatan pengeboran yang diperlukan tergantung atas ketelitian peta tanah yang
diperlukan. Kerapatan tersebut biasanya bervariasi antara satu pengeboran per ha untuk
setiap survai yang sangat rinci (skala peta 1:10,000) sampai pada satu pengeboran per 25 ha
(skala 1 : 50,000). Tabel 3 4 menyajikan gambaran mengenai tingkat kedalaman survai tanah
pertanian untuk studi kelayakan dan untuk desain rinci.
Tabel 3 - 4 Tingkat Kedalaman Survai Tanah Pertanian
Uraian Studi Kelayakan Desain Rinci
Pengeboran s/d kedalaman 1,20 m 1 pengeboran per 250 ha 1 pengeboran per 125 ha
Lubang profil tanah 1 lubang tanah per 2500 ha 1 lubang per 10 pengeboran
Contoh tanah untuk analisis laboratorium 4 contoh per lubang 4 contoh per lubang
N = Area Baru
E = Jaringan yang sudah ada
Dengan merujuk pada Tabel 3-4 tersebut di atas, maka survai tanah pertanian
sedikitnya harus meliputi hal-hal berikut ini:
3-14
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
a. Pengeboran
Survai tanah pertanian dengan pengeboran sampai kedalaman paling kecil 1.20 m
dilakukan harus mengikuti garis-garis survai yang sama seperti survai topografi.
Koordinat (x,y) setiap lokasi lubang bor harus dicari dengan menggunakan bantuan
GPS (Hand Held GPS)
Dalam garis survai terebut, tanah harus dibor dengan kerapatan titik bor antara 1
pengeboran per 250 ha untuk Studi Kedalayakan dan 1 pengeboran per 125 ha untuk
Desain Rinci.
Investigasi dalam setiap lubang bor harus meliputi :
- Tekstur tanah, tingkat kematangan
- Tebal lapisan gambut dan tingkat pembususkan (tanah gambut harus dinilai
sampai pada kedalaman 3 m)
- Kedalaman lapisan pirit, dengan menggunakan metode oksidasi cepat dengan
Hydrogen-peroxide (H2O2) : catat sifat buih dan SO2.
- Kedalaman air tanah dangkal atau banjir
- Kandungan pH dan Fe2+ pada air tanah dangkal, mempergunakan lembaran
kertas uji.
- Tataguna lahan sekarang/tumbuhan pada daerah pengeboran.
3-15
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
- Kepadatan besar dari tanah atas (0-30 cm) dan tanah bawah ( > 30 cm) yang
merupakan indikasi kematangan.
Analisis laboratorium untuk tanah gambut akan mencakup total kandungan abu
sehingga kandungan abu mineral termasuk P, K, Ca dan Mg.
Untuk pelaksanaan analisis stabilitas dan untuk desain pondasi bangunan, sifat-sifat
mekanika tanah perlu diinvestigasi melalui pengeboran terganggu/tidak terganggu,
pengujian penetrasi kones, pengujian vane shear dan pengujian laboratorium. Jumlah dan
jenis investigasi yang diperlukan tergantung atas jenis pekerjaan yang akan dibangun serta
tergantung atas keadaan setempat dan harus ditetapkan pada setiap kesempatan. Tabel 3-5
menyajikan gambaran mengenai tingkat kedalaman survai mekanika tanah untuk studi
kelayakan dan untuk desain rinci.
Tabel 3 - 5 Tingkat Kedalaman Survai Mekanika Tanah
Uraian Studi Kelayakan Desain Rinci
3-16
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
3-17
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
c. Tes Pit
Ukuran Test Pits adalah 1,25 x 1,25 dengan kedalaman sampai dengan 5 meter, pada
permukaan air tanah dangkal dilakukan dengan pengeboran sampai kedalaman 5 meter. Pada
Test Pits ini diambil contoh tanah terganggu (disturbed). Hasil penyelidikan adalah deskripsi
tanah berupa log test-pit sebanyak 4 titik serta contoh tanah terganggu (disturbed sample)
untuk pemadatannya di laboratorium.
d. Tes Permeabilitas
Tes permeabilitas dilakukan dilakukan sekali per 1,5-3 meter dari kedalaman test pit.
Sebagai prinsip, panjang masing-masing tahap harus kurang dari 5,0 meter dan tahap-tahap
selanjutnya harus dibor setelah tes sebelumnya selesai.
3-18
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
ditutup dengan lak secara baik dan disimpan sebagaimana mestinya sebelum
diangkut ke laboratorium. Sebelum ditutup dengan lak, pembacaan penetrometer
jinjing harus dilakukan di kedua ujung bahan contoh tersebut.
Pada kedalaman 2, 3, 5 dan 5 meter di bawah permukaan harus dilakukan pengujian
Vane.
Catatan mengenai lapangan harus disimpan, yang menguraikan tentang jenis dan
kekentalan tanah, jenis alat pengambilan contoh dan penemuan.
Pada area-area yang baru akan dikembangkan mungkin diperlukan survai yang lebih
rinci mengenai sumber alam yang ada daripada pengamatan tata guna lahan yang dilakukan
selama survai tanah. Tabel 3-7 menyajikan gambaran luas mengenai perbedaan tingkat
kedalaman survai hutan dan alam untuk studi kelayakan dan untuk desain rinci. Survai-
survai tersebut sama dengan survai-survai pada area-area yang tak berawa dan oleh karena
tidak diuraikan secara rinci di sini.
3-19
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
N = Area Baru
E = Jaringan yang sudah ada
N = Area Baru
E = Jaringan yang sudah ada
Variabel-variabel yang penting dalam analisis survai kajian sosial-budaya, ekonomi
dan kelembagaan sebagai berikut :
Pengumpulan informasi statistik mengenai penduduk, lahan pertanian, dll.
Verifikasi nama, lokasi, batas, dan ukuran pemukiman yang ada, baik penduduk lokal
maupun warga transmigrasi, yang seluruh atau sebagian terletak dalam daerah survai.
3-20
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Wawancara dengan petugas pemerintah setempat, kepala desa, dan nara sumber
lainya. Untuk studi desain, contoh yang diambil secara acak kira-kira 3 % dari jumlah
penduduk diarea tersebut harus diwawancarai.
Investigasi kegiatan ekonomi yang sekarang di area tersebut, lengkap dengan biaya
dan manfaat.
Penilaian ketersediaan buruh, suplai masukan dan fasilitas pemasaran, jaringan
transportasi dan distribusi.
Inventarisasi kepemilikan lahan, konsesi hutan, dan tuntutan hukum dan biasa atas
area tersebut.
Pada jaringan-jaringa yang sudah ada :
Inventarisasi organisasi petani dan daerah kerja petugas pemerintah di lapangan
(Pengamat, Juru Pengairan, PPL, dll)
Inventarisasi data agronomi : pola tanam, varitas, penggunaan masukan, hama dan
penyakit, anggaran tanaman.
Uraian dan peta mengenai pengendalian air, lahan rumah dan lahan usaha, jalan dan
jalan setapak, dll.
Mempersiapakan peta yang memperlihatkan tataletak pemikuman, jalan peghubung,
dan area-arael yang telah diusahakan untuk musim hujan dan kemarau pada skala
1:20.000.
8. Inventarisasi Prasarana
3-21
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
N = Area Baru
E = Jaringan yang sudah ada
B. Perencanaan Jaringan
Perencanaan sistem jaringan untuk jaringan baru maupun untuk peningkatan jaringan
yang sudah ada meliputi :
1) Perencanaan awal tata letak sistem saluran;
2) Perencanaan untuk tata guna lahan;
3) Perencanaan zona pengelolaan air;
4) Fungsi prasarana hidrolik;
5) Tata letak dan jenis bangunan pengendali air pada saluran; dan
6) Pengamanan banjir.
Tabel berikut menyajikan gambaran luas mengenai aspek-aspek desain dan konstruksi
yang paling khas dilahan rawa.
3-22
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Sangat dianjurkan agar mengikuti pola-pola drainase, sungai alam, area rendah, dll.
Menempatkan saluran-saluran drainase melalui area-area yang paling rendah membantu
mencegah kondisi tersumbat pada area-area rendah ini dan akumulasi air drainase yang
berkualitas buruk di area-area yang lebih tinggi.
Perbedaan paling mendasar antara fungsi saluran pada jaringan Irigasi dan jaringan
rawa adalah pada fungsi saluran. Dalam pengembangan irigasi yang direncanakan dan
dibangun terlebih dahulu adalah saluran supply (pembawa), mulai dari bangunan utama
(bendung atau bendungan), saluran primer, saluran sekunder dan akhirnya saluran tersier
bahkan kuarter. Pembangunan jaringan rawa dimulai dari saluran primer, saluran sekunder
dan akhirnya saluran tersier dan kuarter.
Jaringan mula-mula dibangun tanpa bangunan air (open system), dan secara bertahap
bangunan pengatur air ditambahkan. Hal ini berarti bahwa setelah tahap pengembangan
pertama dimana jaringan salurannya masih berupa sistem terbuka untuk memfasilitasi
terjadinya pematangan tanah dan membuang pembuangan air yang berlebihan keluar dari
lahan, maka selanjutnya pada tahap pengembangan berikutnya adalah meningkatkan sistem
pengelolaan air dengan melengkapi bangunan pengatur air pada jaringan saluran yang ada.
3-23
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Jaringan saluran menduduki fungsi sentral dalam pengembangan jaringan rawa dan
tata letak lahan rawa pada dasarnya mengikuti tata letak dari jaringan saluran.
Pengembangan jaringan saluran pada daerah rawa pasang surut dimaksudkan untuk
mencapai beberapa tujuan:
a) Tercapainya keseimbangan air antara evapotranspirasi, air hujan, air pasang yang
menggenangi lahan;
b) Tersedianya pasokan air yang mencukupi pada waktu pasang secara penggenangan
(infiltrasi);
c) Mengencerkan air bermutu jelek (air sulfat masam beracun) waktu pasang dan
membuangnya pada waktu air surut.
d) Jika kondisi hidrotopografi lahan memungkinkan saluran juga difungsikan sebagai
saluran supply.
Tata letak rencana pemukiman pada dasarnya mengikuti tata letak dari jaringan
saluran. Tata letak sistem saluran, yang pada gilirannya sangat ditentukan oleh sifat-sifat
fisik lahan, kondisi perbatasan hidrologi, dan jenis tata guna lahan yang diperkirakan.
Sistem reklamasi secara tradisional dikenal dengan istilah sistem handil, sedangkan
yang dikembangkan dengan lebih terencana dan kawasan yang lebih luas antara lain dengan
sistem anjir, sistem garpu, dan atau sistem sisir.
Untuk lahan rawa, baik pasang surut, prinsip maupun rawa-lebak yang penting dalam
setiap desain haruslah memanfaatkan fluktuasi permukaanair secara maksimum guna
menghindari terjadinya kondisi air yang tergenang, dan membiasakan unsur-unsur asam dan
racun keluar dari saluran bilamana memungkinkan. Berdasarkan bentuk dari sistem jaringan
tata air yang telah dikembangkan dalam reklamasi rawa pasang surut yang telah diterapkan
di Indonesia, terdapat empat sistem jaringan pengelolaan air yaitu sistem handil (tradisional),
sistem anjir (semi teknis), sistem garpu, dan sistem sisir Gambar 3-2.
3-24
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
2 Km
2 Km
c) Sistem Sisir
3 Km 3 Km 3 Km 3 Km
3 Km 3 Km 3 Km 3 Km
3.6 Km
2.2 Km
2 Km
d) Sistem Garpu
Saluran primer merupakan saluran yang paling pertama dibangun. Saluran ini
mengumpulkan beban drainase dari sejumlah saluran sekunder. Dalam jaringan rawa
dengan sitem sisir terdapat lebih dari satu saluran primer yang masing-masing
mengalirkan air buangan langsung kesungai. Jika terdapat sungai utama yang cukup
berdekatan, sistem jaringan primer sistem sisr dapat dibuat sedemikian sehingga terdapat
pemisahan antara jaringan saluran supply dan drain, sehingga aliran bersifat 1 arah.
Dalam jaringan rawa dengan system garpu terdapat tiga saluran primer yang ketiganya
kemudian mengalirkan air ke saluran primer pengumpul terhubung langsung kesungai.
3-25
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Jika kondisi topografi memungkinkan, bentuk petak primer sehaiknya segi empat untuk
mempermudah pengaturan tata letak dan memungkinkan drainase dan supply air secara
efisien. Panjang saluran primer sebaiknya kurang dari 10000 m; meski terkadang panjang
saluran ini ada yang mencapai 15000 m.
Saluran sekunder merupakan kelompok saluran yang paling dibangun. Saluran ini
mengumpulkan beban drainase dari sejumlah saluran tersier. Biasanya saluran sekunder
mengalirkan ke bangunan pengatur air sekunder yang terletak dekat pertemuan dengan
saluran primer. Jika kondisi topografi memungkinkan, bentuk petak sekunder sehaiknya
bujur sangkar atau segi empat untuk mempermudah pengaturan tata letak dan
memungkinkan drainase dan supply air secara efisien. Panjang saluran sekunder sebaiknya
kurang dari 2000 m; tetapi pada saluran sekunder yang terbuka dikedua ujungnya kadang-
kadang panjang saluran ini mencapai 3000 m s/d 4000 m.
Luas petak sekunder sangat bergantung kepada jenis tanaman yang akan ditanam dan
jumlah petani dalam satu petak sekunder. Untuk daerah rawa yang ditanami padi, luas petak
yang ideal antara 100-200 ha, sedang untuk kelapa sawit, luas petak yang ideal antara 20-20
ha, kadang-kadang sampai 30 ha. Petak yang kelewat besar akan mengakibatkan
pembuangan air yang tidak efisien.
Saluran sekunder merupakan kelompok saluran ketiga yang dibangun. Saluran ini
mengumpulkan beban drainase dari lahan pertanian. Perencanaan dasar yang berkenaan
dengan unit lahan rawa adalah petak tersier. Jika kondisi topografi memungkinkan, bentuk
petak tersier sehaiknya bujur sangkar atau segi empat untuk mempermudah pengaturan tata
letak dan memungkinkan drainase dan supply air secara efisien. Panjang saluran kuarter
Iebih baik di bawah 500 m, tetapi praktiknya kadang-kadang sampai 800 m.
Luas petak tersier sangat bergantung pada jenis tanama yang akan ditanam dan jumlah
petani dalam satu petak tersier. Untuk daerah rawa yang ditanami padi, luas petak yang ideal
antara 10-20 ha, sedang untuk kelapa sawit, luas petak yang ideal antara 20-20 ha, kadang-
kadang sampai 30 ha. Petak yang kelewat besar akan mengakibatkan pembuangan air yang
3-26
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
tidak efisien. Di petak tersier pengaturan air, eksploitasi dan pemeliharaan menjadi tanggung
jawab para petani (P3A/GP3A) yang bersangkutan, di bawah bimbingan pemerintah.
Sebelum pekerjaan desain dimulai, harus sudah ada keputusan tentang mengenai
tataguna lahan yang direncakan sesuai dengan jenis model lahan pertanian yang harus
dipenuhi oleh daerah proyek (berbagai bagian dari daerah proyek), khususnya dikaitkan
dengan berbagai persyaratan drainase untuk tanaman padi, palawija dan tanaman keras.
Keputusan seperti itu harus didasari kesesuaian lahan, khususnya aspek-aspek pengelolaan
air, pertimbangan kebijaksanaan, aspirasi petani dan pengembangan yang diperkirakan
dimasa mendatang. Secara umum, diharapkan agar palawija, juga pada waktu musim hujan
akan memperoleh kepentingan dan desain tersebut harus mengantisipasi perkembangan
tersebut.
Kesepakatan yang luas mengenai tataguna lahan yang direncanakan adalah penting
untuk desain prasarana serta untuk merencanakan program perluasan, fasilitas pendukung
dll. Namun demikian, mengingat sulitnya meramalkan kecenderungan mendatang dalam
produksi pertanian, maka sangat dianjurkan agar menjaga prasarana fisik tetap sehingga
perubahan-perubahan mendatang terhadap tataguna lahan dapat disesuaikan dengan mudah.
3-27
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Pada area-area baru, langkah pertama dalam perencanaan sistem adalah menetapkan
model pertanian yang sesuai untuk area baru tersebut dan dikaitkan dengan pengelolaan
sistem. Secara hukum, pemilik lahan menurut program transmigrasi memperoleh lahan
seluas 2,25 ha, yang biasanya terbagi sebagai berikut :
1) Lahan rumah seluas 0,25 ha
2) Lahan usaha pertama seluas 1,0 ha untuk tanaman sawah (padi atau palawija)
3) Lahan usaha kedua seluas 1,0 ha untuk tanaman sawah atau tanaman keras, yang
akan dikembangkan pada tahap berikutnya.
Lahan usaha pertama dan kedua harus dekat dengan lahan rumah dan harus memiliki
akses langsung kesaluran tersier. Lahan usaha tersebut dapat berdampingan atau tidak
berdampingan satu sama lainnya. Model pertanian alternatif lain yang dapat
dipertimbangkan adalah pengembangan untuk usaha perkebunan atau tambak.
3-28
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Tata letak petak lahan untuk area permukiman di lahan rawa mempunyai persyaratan
sebagai berikut:
a) Drainase : lahan rumah dan lahan usaha semuanya harus memiliki akses yang mudah
dicapai oleh jaringan drainase. Pemukiman memerlukan lahan kering, drainase harus
mampu menurunkan air tanah minimal sedalam 50 cm dari permukaan lahan. Ini
biasanya memerlukan saluran-saluran tersier yang memotong area-area lahan usaha
sehingga masing-masing atau paling tidak setiap lahan usaha lainnya berbatasan
dengan saluran. Jarak saluran tersier selanjutnya menjadi dua kali atau empat kali
lebar lahan usaha. Biasanya, diterapkan jarak antara 200 m dan 400 m untuk saluran-
saluran tersier tersebut. Tata letak harus dibuat sedemikian rupa sehingga jalan aliran
air menjadi sedekat mungkin.
b) Fasilitas Umum : Lahan fasilitas umum berada dalam satu hamparan yang terdiri
atas perkantoran pemerintahan daerah paling tidak kelurahan, fasilitas olah raga
minimal sebesar lapangan sepak bola, fasilitas pasar dan daerah pertokoan,
penjernihan air minum, fasilitas peribadatan, penggilingan padi, fasilitas terminal
kendaraan darat, fasilitas jaringan listrik dan kantor PLN, fasilitas perbankkan,
fasilitas keamanan, jembatan penyebrangan saluran/ sungai, penyediaan BBM. Jarak
jangkau dari fasilitas umum ke lahan pekarangan penduduk tidak boleh terlalu jauh
supaya memudahkan pelayanan dari pemerintahan daerah dan penggunaan fasilitas
pengadaan saprodi dan pemasaran hasil pertanian..
c) Mudah dicapai : pada banyak jaringan, jalan masuk menuju jaringan adalah melalui
air. Pusat-pusat Permukiman penduduk di lahan rawa berada di pinggir saluran
primer atau saluran navigasi atau sungai alam dengan sistem drainase lahan
pemukiman yang mandiri tidak bersatu dengan sistem drainase lahan usaha budidaya
tanaman pangan yang memerlukan air tinggi. Angkutan internal biasanya melalui
darat dan oleh karena itu lahan rumah harus terletak dekat dengan seluruh jalan yang
menghubungkan lahan rumah dengan pusat desa. Jalan-jalan kecil akan menyediakan
akses kelahan usaha pertanian. Pemukiman di daerah rawa konvensional (dibuka
penduduk) selalu terletak di pinggir sungai dan pada tempat yang lebih tinggi.
Pemukiman di daerah rawa yang dibuka oleh pemerintah harus dekat dengan sarana
transportasi air dan jalan darat, selalu menghadap saluran primer atau saluran
navigasi atau sungai alami, tersedia sarana transportasi yang menuju fasilitas umum.
3-29
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
d) Jarak Perjalanan : lahan usaha pertanian harus berada dalam jarak perjalanan yang
mudah dijangkau dari lahan rumah. Lahan rumah juga harus berada pada jarak
perjalanan yang dekat dari pusat desa. Jarak dari fasilitas umum ke perumahan
penduduk < 5 km. Jarak tempuh dari pemukiman ke lahan usaha budidaya tidak
terlalu lama, atau sekitar 1.5 – 2 km
e) Garis Sempadan saluran dan jalan : harus cukup lebar untuk memungkinkan
perubahan-perubahan dimasa mendatang. Pada Awalnya, seringkali hanya dipasang
jaringan drainase minimum, yang dikemudian hari harus ditingkatkan dengan
pembuatan saluran-saluran tambahan. Sama halnya di kebanyakan area, jalan masuk
mungkin akan bermanfaat dalam jangka panjang. Alinemen saluran dan jalan untuk
waktu mendatang harus sudah dimasukan dalam desain awal guna menghindari
masalah-masalah yang menyangkut kepemilikan lahan dikemudian hari.
f) Perbedaan tataguna lahan : Biasanya, lahan usaha pertama digunakan untuk
pengusahaan tanaman padi sedangkan lahan usah akedua diharapkan untuk tanaman
lahan kering atau tanaman keras. Persyaratan pengelolaan air yang berbeda
menghendaki agar lahan usaha yang memiliki tatagun yang sama sedapat mungkin
dikelompokan menjadi satu. Lahan padi dapat mengaliri area-area tanaman keras,
namun area-area tanaman keras tidak dapat mengaliri lahan padi.
g) Batas Pembukaan Lahan : Biasanya lahan rumah dan lahan usaha pertama dibuka
oleh pemerintah dan selanjutnya membentuk blok-blok yang berdampingan.
h) Suplai air untuk keperluan rumah tangga : untuk suplai air keperluan rumah
tangga, lokasi lahan rumah yang dekat dengan saluran-saluran (primer atau sekunder)
sering lebih disukai.
i) Keluesan pengalokasian lahan : mengingat adanya perbedaan sifat-sifat lahan
setempat yang penting yang tidak dapat direncanakan, maka tata letak harus
memungkinkan bagi perubahan-perubahan mendatang dan relokasi lahan pertanian
jika relokasi ini akan ditempatkan pada lahan yang kurang sesuai.
Pertimbangan-pertimbangan diatas biasanya ditujukan pada pemukiman-pemukiman
memanjang yang membentang disepanjang saluran-saluran, dengan lahan usaha terletak
disepanjang saluran tersier tegak lurus terhadap saluran primer/sekunder. Contoh tipikal tatal
letak pemukiman yang diterapkan selama ini diperlihatkan pada Error! Reference source
not found..
3-30
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
4000 m 4000 m
Sumatera, Kalimantan
Pekarangan
lahan
pekarangan LU I LU II
2000 m
Padi Padi
2000 m 2000 m
Tanaman Tahunan
Padi
Tanaman Tahunan
Pekarangan Pekarangan
ke sungai
Gambar 3 - 3 Contoh Tipikal Tata Guna Lahan dan Tata Letak Pemukiman
3-31
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Gambar 3 - 4 Contoh Tipikal Tata Guna Lahan dan Tata Letak Pemukiman
(Lanjutan)
Zona penyangga atau jalur hijau masing-masing lebar 100 m, 200 m dan 300 m harus
dipertahankan sepanjang sungai, sungai alam dan laut. Jalur hijau ini berguna untuk
mempertahankan keseimbangan lingkungan, untuk perkembangan biota darat, menahan
3-32
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
angin sehingga kelembaban bias dipertahankan evapotranspirasi akan rendah. Jalur hijau di
pantai untuk kehidupan biota air laut terutama tempat hidupnya udang, binatang laut yang
dipantai, menahan erosi dari ombak, dll. Jalur hijau pada jaringan-jaringan yang sudah ada,
dimana batasnya telah terganggu dan telah diusahakan, harus dianggap sebagai bagian area
jaringan yang telah diusahakan. Bagi jaringan Daerah rawa seperti ini, diharuskan membuat
jalur hijau walaupun lebar jalur hijau 100 m, 200 m dan 300 m tidak terpenuhi.
a. Hidro-Topografi
3-33
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
1) Kategori A : Merupakan area lahan rawa yang dapat terluapi air pasang, baik di
musim hujan maupun di musim kemarau. Lahan dapat diluapi oleh air pasang paling
sedikit 4 atau 5 kali selama 14 hari siklus pasang purnama, baik musim hujan maupun
musim kemarau. Permukaan lahan umumnya masih lebih rendah jika dibandingkan
elevasi air pasang tinggi rata-rata. Umumnya area ini terletak di lahan cekungan atau
dekat dengan muara sungai. Lahan ini potensial untuk ditanami dua kali padi sawah
setahun, karena ada jaminan suplai air pada setiap musim.
2) Kategori B : Merupakan area lahan rawa yang hanya dapat terluapi air pasang di
musim hujan. Permukaan lahan umumnya masih lebih tinggi dari elevasi air pasang
tinggi rata-rata di musim kemarau, namun masih lebih rendah jika dibandingkan
elevasi air pasang tinggi rata-rata di musim hujan. Lahan dapat diluapi oleh air
pasang paling sedikit 4 atau 5 kali selama 14 hari siklus pasang purnama hanya pada
musim hujan saja. Lahan ini potensial ditanami padi sawah di musim hujan,
sedangkan di musim kemarau ditanami palawija.
3) Kategori C : Merupakan lahan rawa yang tidak dapat terluapi oleh air pasang
sepanjang waktu (atau hanya kadang-kadang saja). Permukaan lahan umumnya
relatif lebih tinggi jika dibandingkan kategori A dan B, sehingga air pasang hanya
berpengaruh pada permukaanair tanah dengan kedalaman kurang dari 50 cm dari
permukaan lahan. Karena lahan tidak dapat terluapi air pasang secara reguler, akan
tetapi air pasang masih mempengaruhi permukaanair tanah. Elevasi lahan yang
relatip tinggi dapat mengakibatkan banyaknya kehilangan air lewat rembesan. Lahan
ini cocok untuk sawah tadah hujan/tegalan, dan ditanami padi tadah hujan atau
palawija.
4) Kategori D : Merupakan lahan rawa yang cukup tinggi sehingga sama sekali tidak
dapat terjangkau oleh luapan air pasang (lebih menyerupai lahan kering). Permukaan
air tanah umumnya lebih dalam dari 50 cm dari permukaan lahan. Variasi kapasitas
drainase tergantung perbedaan antara permukaantanah di lahan dan permukaanair di
sungai terdekat dengan lahan. Lahan cocok diusahakan untuk lahan kering/tegalan,
ditanami padi gogo/palawija dan tanaman keras.
3-34
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
3-35
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
A (Salinitas Padi (MH) Drainase air (MH) padi; Optimasi suplai pasang
pada musim Palawija (MK) Drainase air (MK) surut, saluran besar,
kemarau), B palawija ; jaringan saluran yang rapat,
Drainibilitas (MH) padi; saluran ganda.
Irigasi pasang surut (MK) Jika diperlukan:
padi; perlindungan banjir
Perlindungan banjir (MH); Varietas lokal: sistem
saluran terbuka.
Padi HYV: bangunan
pengatur permukaanair
dan/atau kolam air, pengatur
salinitas air di saluran
tersier/kuarter.
Irigasi pasang menghendaki penggenangan lahan pada saat air pasang tinggi minimal
4 - 5 hari dalam putaran pasang tinggi/pasang rendah rata-rata 15 hari. Dengan
penggenangan yang lebih rendah, maka suplai air tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
persyaratan irigasi.
3-36
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Apakah suatu area dapat diirigasi pasang atau tidak, tergantung pada elevasi area
tersebut dihubungkan dengan elevasi permukaanair pasang surut di sungai dan faktor
kelembaman tinggi permukaanair tinggi tersebut pada sistem saluran. Faktor kelembaman
ini sebaliknya tergantung atas dimensi saluran dan bangunan, serta kondisi ada tidaknya
penggenangan pasang surut antara sungai dan area tersebut. Makin besar penggenangan
umumnya akan makin besar pula kerugian tinggi.
Potensi irigasi pasang (kelas hidrotopografi) hanya dapat ditentukan secara akurat
dengan menggunakan program komputer atas dasar perhitungan aliran tidak tetap, setelah
dimensi-dimensi saluran ditentukan. Indikasi paling awal dapat diperoleh sebagai berikut:
1) Tinggi permukaanair penentu di sungai adalah tinggi permukaanair tinggi harian
dengan kemungkinan terlampaui sebesar 30 % (yaitu tinggi permukaanair terlampaui
4 - 5 hari dari putaran 15 hari. Tinggi permukaanair ini ditentukan berdasarkan
analisis frekuensi tinggi permukaanair tinggi harian selama musim tanam.
2) Kelembaman tinggi permukaanair tinggi dari sungai ke sawah diperkirakan secara
kasar sebagai berikut:
Jika tidak ada penggenangan antara sungai dengan area bersangkutan, maka
faktor kelembaman adalah = 2 cm/km.
Jika ada penggenangan antara sungai dengan area bersangkutan, maka faktor
kelembaman adalah = 5 cm/km.
3) Tambahan kerugian tinggi terjadi pada tempat dimana air harus melalui pintu-pintu
(sempit) gorong-gorong. Berbeda dengan aliran drainase, perubahan-perubahan pada
tinggi dasar saluran diperkirakan tidak akan mempengaruhi tinggi permukaanair
tinggi pasang surut.
4) Kelembaman total dikurangi dari tinggi permukaanair penentu di sungai, dan jika
elevasi lahan ternyata lebih rendah daripada tinggi permukaanair yang diperoleh,
maka lahan tersebut kemungkinan dapat diirigasi dengan air pasang.
Dalam rangka desain rinci, potensi irigasi pasang harus ditentukan untuk setiap/bagian
unit tersier atas dasar kerugian tinggi yang telah diperhitungkan dan elevasi lahan rata-rata
pada setiap (bagian) unit tersier tersebut. Selanjutnya area-area yang mempunyai potensi
irigasi pasang dapat digambarkan pada peta. Walaupun adanya proses penurunan/subsidensi
lahan diperkirakan dapat meningkatkan potensi irigasi pasang dalam jangka panjang, namun
dalam perencanaan keuntungan irigasi tersebut akan sulit diwujudkan.
3-37
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
3-38
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
2) Curah hujan yang akan di drainase adalah curah hujan bulanan yang paling tinggi
yang terjadi satu kali dalam 5 tahun selama bulan paling basah dalam musim tanam,
diperkirakan akan terbagi rata selama bulan tersebut.
Berdasarkari hasil perhitungan aliran dapat ditentukan ketinggian permukaanair
rata-rata pada saluran tersier. Perkiraan awal dapat dilakukan dengan rumus aliran tetap
(Manning), dengan menggunakan tinggi permukaanair pasang surut rata-rata pada pintu
saluran keluar sebagai dasar drainase dan memperkirakan drainase tersebut akan
berlangsung selama 12 jam per hari. Tipikal kerugian tinggi pada saluran-saluran yang
akan diperkirakan adalah sebagai berikut:
Kerugian tinggi pada saluran primer .................... 2 cm/km
Kerugian tinggi pada saluran sekunder adalah ...... 5 cm/km
Kerugian tinggi pada saluran tersier adalah .......10 cm/km
Kerugian tinggi pada bangunan pengendali air (jika ada) adalah kira-kira 10 cm. Pada
tempat dimana terjadi kenaikan pada dasar saluran (misalnya pada waktu transisi
saluran primer ke saluran sekunder atau saluran sekunder ke saluran tersier),
kerugian tinggi tambahan sebagai akibat pengaruh air bendungan harus
dipertimbangkan, yakni sekitar 5 cm sebagai kerugian tinggi minimum pada setiap
transisi dalam sistem saluran tersebut.
Dengan demikian tinggi permukaanair rata-rata yang ditemukan pada saluran tersier
ditambah 10 cm lagi untuk kerugian tinggi pada aliran air tanah. Potensi drainase yang
sekarang diartikan sebagai kedalaman tinggi permukaanair tanah yang ditemukan dibawah
permukaan lahan. Potensi drainase di masa mendatang perlu mempertimbangkan terjadinya
penyusutan/subsidensi lahan.
Potensi kedalaman drainase untuk setiap unit tersier ditentukan berdasarkan elevasi
lahan rata-rata pada unit tersier tersebut. Jika terdapat unit tersier yang luas dan informasi
yang cukup akurat, maka unit tersier tersebut dapat dibagi lagi menjadi dua bagian atau lebih
dan kemampuan drainase untuk masing-masing bagian dapat ditentukan secara terpisah.
Pada area-area dimana batas drainabilitas tersebut tidak dapat dicapai, maka
diperlukan tindakan-tindakan khusus, seperti perubahan-perubahan dalam tata letak saluran,
atau pemasangan bangunan-bangunan drainase (pintu kelep) guna mencegah antar aliran
pada waktu air pasang tinggi dan/atau untuk mendrainase hanya pada waktu tinggi
permukaanair sangat rendah diluar bangunan. Pilihan terakhir ini akan mengurangi waktu
3-39
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
drainase sampai kurang dari 12 jam per hari, yang harus diimbangi dengan dimensi saluran
yang lebih luas untuk mendrainase jumlah air yang sama pada waktu yang lebih singkat.
Naik turunnya permukaan air laut ini memasuki muara sungai dan selanjutnya
merambat ke arah menimbulkan intrusi air asin. Intrusi air asin mencapai jarak terjauh pada
saat puncak pasang tinggi, tepat sebelum air mulai mengalir ke luar lagi, dan mencapai jarak
terdekat pada saat surut terendah tepat sebelum air mulai mengalir masuk ke sungai. Karena
air asin sedikit lebih berat dari pada air tawar, maka air tawar akan berada dipermukaan
sedangkan air asin berada di bagian yang lebih dalam, sehingga disebut intrusi air asin
berlapis. Walaupun demikian, pada kebanyakan kasus, air asin dan air tawar akan bercampur
dengan baik dan disebut intrusi air asin campuran.
Adanya pengaruh intrusi air asin (salin) merupakan pembatas untuk pengusahaan
pertanian di daerah pasang-surut, terutama di musim kemarau. Pengaruh akibat salinitas
terhadap penurunan hasil pada tanaman umumnya terjadi berangsur/bertahap, tergantung
dari toleransi tanaman, tipe tanah, metoda irigasi, iklim, dan faktor ketergantungan waktu
(seperti lama suplai air, tingkat pertumbuhan). Batas toleransi salinitas pada musim hujan
relatif lebih tinggi, mengingat adanya pengaruh penetralan dari air hujan.
Nilai kritikal salinitas untuk tanaman padi adalah DHL = 5 mS/cm ini memperlihatkan
periode intrusi salin yang diperhitungkan dalam sistem tata saluran. Berdasarkan sampainya
pengaruh air pasang surut di musim hujan dan intrusi air asin atau payau di musim kemarau,
lahan rawa pasang surut dapat dibagi menjadi dua zona rawa sbb
a) Zona Rawa Pasang Surut I (Rawa Pasang-surut Payau/Salin)
Rawa pasang-surut yang dipengaruhi pasang-surut air laut, khususnya pada sungai-sungai
utamanya, dimana terjadi intrusi air asin/payau di musim kemarau. Intrusi air asin (dhl
5 ms/cm) di saluran utama berlangsung > 1 bulan. Bila lahan ini mendapat intrusi atau
pengaruh air laut lebih dari 4 bulan dalam setahun dan kandungan na dalam larutan 8-
15%, lahan ini disebut lahan salin.
3-40
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
musim hujan namun tidak pernah mengalami intrusi air asin/payau sepanjang tahun.
intrusi air asin (DHL 5 mS/cm) di saluran berlangsung 1 bulan.
3-41
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
dangkal, maka bisa mengakibatkan tanahnya tidak cocok untuk digarap sebagai lahan
pertanian .
3) Lahan Gambut :
Potensi lahan untuk pengembangan pertanian tergantung pada ketebalan lapisan organik
dan kualitas dari bahan organiknya, khususnya tingkat kematangannya dan kandungan
campuran tanah mineralnya. Lahan rawa yang seringkali mempunyai lapisan gambut
dari berbagai ketebalan, yang secara umumu dikategorikan menjadi tanah gambut dan
tanah bergaambut
Tanah bergambut (peaty soil). Tanah dengan lapisan organik <50 cm atau dengan
kadar abu >25% berdasarkan berat disebut lahan bergambut (peaty soil).
Tanah gambut yaitu tanah dengan lapisan organik >50cm mulai dari dangkal/tipis
(50-100 cm), sedang (100-200 cm), dalam/tebal (200-300 cm), sampai dengan
sangat dalam/tebal (>300 cm) atau dengan kadar abu 25% berdasarkan berat
disebut lahan gambut (peat soil)
Semakin rendah kadar abunya semakin kurang kesuburan tanahnya. Bobot dari gambut
dapat mengakibatkan penurunan permukaantanah pada tanah mineral di bawahnya.
Setelah reklamasi, lapisan tanah gambut perlahan-lahan akan menghilang (pengeringan
dan oksidasi) dan akhirnya tinggal tanah mineral yang lebih rendah dengan drainasi
yang buruk. Di banyak tempat, ketebalan gambut bertambah semakin jauh dari pinggir
sungai, dan di kubah gambut ketebalannya dapat mencapai beberapa meter. Bilamana
lapisan gambutnya tebal, maka proses subsiden hampir mustahil dapat dihentikan, cepat
atau lambat, penggunaan pompa untuk keperluan drainase tidak bisa dihindarkan,
sehingga budidaya pertaniannya tidak akan layak .
4) Tanah ”muck”
Tanah ”muck” adalah tanah mineral yang kaya dengan kandungan bahan organik. Tanah
ini dibedakan dari tanah gambut karena kandungan kadar abunya yang berbeda. Kadar
abu, adalah residu, dinyatakan dalam % berat terhadap tanah kering aslinya, setelah
tanah dipanaskan mencapai 600 oC .
Tanah dengan kadar abu diatas 25 % biasanya disebut sebagai tanah muck, tanah dengan
kadar abu yang lebih rendah dengan ketebalan lapisan organiknya 0.40 sampai 0.50
meter disebut sebagai tanah gambut. Tanah ”muck” seringkali mengandung bahan pirit.
Dalam kondisi tergenang, bahan organik melepaskan asam organiknya yang pada
3-42
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
gilirannya akan memperburuk kadar racun besi . Karena pertimbangan itu, dari segi
pengelolaan air, tanah ”muck” memunculkan masalah yang sama, dan memerlukan
perlakuan pengelolaan air yang serupa dengan tanah sulfat asam.
5) Tanah lahan kering .
Dikawasan lahan reklamasi rawa pasang surut, biasanya ditemukan juga jenis tanah
tanah lahan kering atau merupakan peralihan dari lahan rawa ke lahan kering, umumnya
hanya didapati pada area yang tidak luas. I Tanah mineral dengan nilai kapasitas tukar
kation (KTK) 5 me/100g, biasanya disertai kejenuhan aluminium yang tinggi
(kejenuhan Al >50%), merupakan formasi tua, dengan kapasitas tukar kation (KTK).
Kesuburannya berkisar rendah ke sangat rendah , sifat fisiknya tidak begitu berbeda
dengan tanah lahan kering pada umumnya. Dari segi pengelolaan airnya, perlakuannya
serupa dengan tanah lahan kering . Biasanya, tanah ini memiliki permeabilitas rendah
dan kapasitas menahan air yang buruk, sehingga tanah ini sangat rentan terhadap
kekeringan .
3-43
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
3-44
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
3-45
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
3-46
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
pihak yang melaksanakan program di lokasi tersebut. Pada gambar 3-7 ditunjukkan suatu
bagan alir untuk menentukan Zona Penngelolaan air.
3-47
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Berdasarkan tipe penggunaan lahan yang ada dan karakteristik satuan lahan (land-unit)
dijumpai 8 (delapan) kategori ZPA di daerah pasang surut dengan pola pengelolaan air yang
spesifik. Pembagian kategori lebih lanjut masih dimungkinkan jika diperlukan.
Tabel 3 - 14 Pembagian Zona Pengelolaan Air di Daerah Pasang Surut
No ZPA Satuan Lahan Deskripsi ZPA
1 ZPA I VI Tanah gambut, ditanami tanaman keras.
2 ZPA II VII Tanah peralihan, kesuburan rendah, ditanami tanaman
keras.
3 ZPA III I Tanah irigasi pasut, ditanami padi sawah.
4 ZPA IV IV, V Tanah berpirit/muck, ditanami padi sawah irigasi
pompa.
5 ZPA V VIII, IX Tanah tidak berpirit, ditanami padi sawah irigasi
pompa.
6 ZPA VI III, V, IX Tanah berpirit/muck, drainabilitas >60 cm, ditanami
tanaman keras.
7 ZPA VII VIII, IX, X Tanah tidak berpirit, ditanami padi tadah hujan.
8 ZPA II, III, IV, V Tanah berpirit/muck, ditanami padi tadah hujan.
VIII
Setiap ZPA meliputi batas kawasan yang dikendalikan menurut struktur kontrol
tertentu (biasanya berupa unit sekunder), sehingga dapat diterapkan pengelolaan air yang
sama/seragam dalam satu wilayah ZPA. Pada tahap ini juga dianalisis berbagai
permasalahan yang ada, baik bersifat teknis maupun non teknis, dan merumuskan cara
pemecahannya dalam rangka pengembangan
Perencanaan ZPA menjadi dasar pertimbangan yang kemudian diguanakan untuk
mengevaluasi layout tata saluran awal sehingga didapat layout saluran yang lebih sesuai dan
ketentuan pengoperasian bangunan-bangunan air yang ada. Dalam masing-masing ZPA
akan ditentukan suatu rencana pengelolaan air (water management plan) yang mencakup
sistem instruksi pengoperasian infrastruktur.
.
3-48
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
3-49
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
3-50
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Gambar 3 - 10 Daerah Pengelolaan Air III-Padi Sawah didaerah Irigasi Pasang Surut
3-51
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
3-52
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
3-53
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Gambar 3 - 13 Daerah Pengelolaan Air VII: Padi Sawah pada Non Pyritic Soil
3-54
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Gambar 3 - 14 Daerah Pengelolaan Air VIII: Padi Sawah pada Pyritic dan Muck Soil
3-55
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Tata letak sistem saluran sebagian mengikuti rencana pemukiman, dan sebagian lagi
mengikuti fungsi sistem yang pada gilirannya sangat ditentukan oleh sifat-sifat fisik lahan,
kondisi perbatasan hidrologi, dan jenis tata guna lahan yang diperkirakan. Fungsi prasarana
hidraulik tersebut meliputi:
a) Drainase air yang berlebihan;
b) Retensi air;
c) Pengendalian salinitas;
d) Pengembangan tanah : pencucian unsur asam dan racun;
e) Pengeluaran unsur racun melalui pembilasan saluran;
f) Irigasi pasang surut;
g) Mencegah drainase yang berlebihan, mengisi air tanah;
h) Irigasi pompa;
i) Suplai air untuk keperluan rumah tangga; dan
j) Navigasi.
3-56
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
asumsi bahwa petani akan mengintensifkan jaringan drainase. Sudah pasti bahwa semakin
dekat jarak saluran, maka kesempatan petani untuk memasang sistem kuarter yang efektif
menjadi semakin baik. Panjang saluran optimal tergantung atas luas drainase, penampang
melintang saluran dan apakah saluran tersebut ujungnya terbuka atau tertutup. Saluran-
saluran tersier kecil yang lebar dasarnya kurang dari 1,00 m dan kedalaman 0,70 sampai 1,00
m harus tidak boleh lebih panjang 800 sampai 1000 m. Saluran-saluran sekunder yang
ujungnya tertutup sebaiknya tidak lebih panjang dari 1 (satu) sampai 2 (dua) km. Saluran-
saluran yang ujungnya terbuka (yang kedua ujungnya dihubungkan pada saluran yang lebih
besar) pada umumnya harus dua kali panjang saluran yang ujungnya tertutup.
b. Retensi Air
Padi tumbuh sangat baik dengan lapisan air mantap pada lahan. Tingginya daya
tembus tanah bagian atas. Namun demikian, menjadikan sulit untuk mempertahankan
lapisan air tersebut. Selain tindakan-tindakan yang dilakukan petani sendiri, seperti
penggalangan lahan, dan pelumpuran tanah pada tempat yang memungkinkan,
mempertahankan tinggi permukaanair tinggi pada saluran tersier merupakan cara lain untuk
memperkecil kerugian perkulasi dari lahan-lahan tersebut. Tindakan ini memerlukan
bangunan-bangunan pengendali air, yang sebaiknya pada saluran-saluran tersier. Pada
tempat dimana retensi air adalah penting, saluran tersier dan saluran sekunder yang dalam
harus dihindari. Retensi air dengan mudah dapat mengakibatkan kondisi air tergenang dan
kualitas air yang merugikan, khususnya pada area-area yang memiliki tanah pirit atau tanah
organik. Mempertahankan tinggi permukaan air pada kedalaman tertentu di bawah
permukaan (drainase terkendali) dalam keadaan ini mungkin lebih baik dari pada retensi air
maksimum.
Kebanyakan tanah pada lahan rawa pasang surut, oksidasi pirit dan bahan organik
membebaskan unsur asam dan unsur-unsur lain yang berbahaya bagi pertumbuhan tanaman.
Unsur-unsur ini harus sebanyak mungkin dibuang dari tanah. Jika tidak tersedia irigasi
pasang surut yang memungkinkan, dan sumber air irigasi lainnya juga tidak ada, pencucian
tersebut dapat dilakukan dengan air hujan yang mengalir menuju saluran-saluran melalui
tanah. Hal ini menghendaki tinggi permukaan air yang terkendali pada saluran-saluran
tersebut (cukup dalam untuk memungkinkan terjadinya aliran air tanah, tetapi tidak terlalu
3-57
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Air drainase yang asam dan terkena polusi yang memasuki saluran-saluran harus
selalu dibilas ke luar dan diganti dengan air yang berkualitas lebih baik. Tanpa bangunan-
bangunan pengendali pembilasan ini sering sulit untuk dicapai khususnya pada saluran yang
panjang. Karena tidak semua air akan mengalir keluar selama pasang rendah dan/ atau
terdorong masuk kembali pada waktu pasang tinggi. Dengan pintu-pintu pengendali, saluran
tersebut dapat didrainase selama satu atau beberapa kali pasang rendah dengan cara
mencegah aliran masuk pada waktu pasang tinggi, dan mengisi saluran tersebut kembali
hanya setelah air yang terkena polusi dikeluarkan.
Pembilasan paling baik dilakukan dengan cara menciptakan aliran saluran satu arah,
atau sirkulasi air. Aliran satu arah berarti bahwa aliran air baik selama drainase maupun
selama pengisian saluran memiliki arah yang sama. Hal itu menghendaki saluran
dihubungkan dikedua ujungnya pada saluran susunan saluran lebih tinggi, sedangkan
bangunan pengendali diperlukan untuk mengatur aliran. Aliran satu arah dapat terjadi
disemua tingkatan saluran, lihat tipikal contoh saluran pada Error! Reference source not
found.. Jika terdapat saluran yang ujungnya tertutup dimana aliran satu arah tidak
memungkinkan, maka pembilasan menghendaki operasi pintu secara hati-hati pada pangkal
saluran, untuk mengalirkan air selama satu atau beberapa kali pasang rendah berturut-turut
3-58
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
(tanpa aliran masuk pada waktu pasang tinggi) diikuti oleh pengisian kembali dengan air
yang berkualitas baik.
3-59
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Pada tempat dimana pembilasan saluran dan pencegahan kondisi air tergenang penting
dilakukan (ini terjadi hampir disetiap tempat), desain harus menghindari pembuatan saluran
yang tertutup. Pembilasan dapat berlangsung sangat baik pada saluran-saluran yang mudah
dimasuki air pasang. Itu berarti bahwa tinggi dasar saluran harus berada antara tinggi
permukaanair pasang surut rendah pada bagian luar dan tinggi permukaanair rata-rata.
Dengan tinggi dasar saluran yang lebih rendah, maka drainase seluruh bagian saluran
mungkin sulit dilakukan.
Pada area-area yang dapat diirigasi dengan air pasang surut (hidro-topografi A dan B,
biasanya hanya sebagian kecil jaringan) dianjurkan agar mendesain sistem saluran yang
dipergunakan untuk suplai air dengan irigasi pasang surut. Persyaratan-persyaratan suplai
air tersebut ditentukan dari penggunaan konsumtif tanaman (evaporasi referensi kali faktor
tanaman) dikurangi dengan curah hujan efektif dan mempertimbangkan nilai perkolasi
sebesar 8 mm/hari. Nilai perkolasi yang tinggi ini diperlukan dan disarankan oleh Lembaga
Penelitian Padi Internasional (IRRI), untuk mempertahankan zona akar agar bebas dari
unsur-unsur asam dan racun lainnya. Hal ini telah ditegaskan oleh penelitian yang
dilaksanakan di daerah Karang Agung Sumatera Selatan.
Perkiraan kasar pertama mengenai dimensi saluran yang dibutuhkan dapat diperoleh
dari hasil perhitungan aliran dalam keadaan mantap yang didasari atas kebutuhan air di atas,
waktu suplai yang tersedia, dan beda tinggi yang ada antara sungai dan sawah. Karena suplai
yang terbatas (biasanya tidak lebih dari beberapa jam pada hari-hari terjadi pasang sangat
tinggi), maka kapasitas saluran yang dibutuhkan akan menjadi beberapa kali lebih besar
daripada kebutuhan air tanaman maksimum. Diperlukan jaringan saluran-saluran tersier
besar yang rapat (jarak saluran tidak melebihi 100 sampai 200 m ). Estimasi dimensi saluran
yang lebih dapat dipercaya menghendaki keadaan yang tidak mantap, yang diperhitungkan
melalui komputer.
Sebagai ganti memperluas saluran, alternatif untuk menambah saluran-saluran
tambahan juga harus dipertimbangkan, khususnya jika fungsi suplai berbeda dengan fungsi-
fungsi lain saluran. Untuk meningkatkan suplai netto, pemasangan bangunan-bangunan
pengendali air guna mencegah aliran keluar selama pasang rendah perlu dipertimbangkan.
Namun demikian, keuntungan secara cepat diimbangi oleh kerugian tinggi pada saluran itu
sendiri.
3-60
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Pada area-area irigasi pasang surut tidak memungkinkan, tetapi air dapat memasuki
saluran-saluran tersier pada waktu pasang tinggi, aliran masuk dapat berguna untuk mengisi
permukaan air tanah yang turun pada waktu musim kemarau, dan untuk mencegah drainase
yang berlebihan dan terbukanya pirit. Pengamatan tinggi permukaan air tanah di Telang-
Saleh memperlihatkan penurunan 1 sampai 2 cm/hari pada periode-periode tanpa curah
hujan dan pengisian, dan selama periode kering yang panjang, permukaan air tanah tersebut
pada akhirnya turun sejauh tinggi permukaan pasang surut rata-rata pada sistem saluran.
Karena rendahnya daya tembus tanah lapisan bawah, dan mungkin karena tahanan masuk
pada dasar saluran dan lereng sisi, maka penurunan tersebut mungkin dapat dikurangi.
Jumlah air yang dapat disuplai melalui infiltrasi tergantung atas banyak faktor tanah
yang belum diketahui dan hampir tidak dapat ditentukan jumlahnya. Namun demikian,
jumlah tersebut sepadan dengan kepadatan saluran (total panjang saluran per Ha). Untuk
desain, ini berarti bahwa jika infiltrasi harus ditingkatkan, maka diperlukan jaringan saluran
tersier dan kuarter yang rapat. Tinggi dasar saluran tersier harus berada di bawah tinggi
permukaanair tinggi pasang surut di sungai pada waktu musim kemarau. Saluran-saluran
tersier yang terlalu dalam, namun demikian beresiko drainase yang berlebihan dan
terbukanya pirit. Pada umumnya, saluran-saluran tersier yang dalamnya lebih daripada 1,25
m harus dihindari. Mencegah drainase yang berlebihan juga penting dilakukan pada area-
area gambut, dimana jika tidak dapat dilaksanakan, mungkin akan terjadi pengeringan
gambut.
g. Irigasi Pompa
Irigasi dengan menggunakan pompa biasanya terbatas untuk tanaman palawija dan
tanaman sayur-sayuran pada waktu musim kemarau. Area-area yang diirigasi biasanya kecil
dan walaupun area-area tersebut dapat bertambah luas pada tahun-tahun mendatang, area-
area yang luas tidak mungkin mendapatkan suplai air melalui irigasi pompa. Oleh karena
itu, untuk menentukan ukuran saluran, tidak perlu mempertimbangkan persyaratan irigasi.
Suatu pengecualian yang perlu diperhatikan adalah tinggi dasar saluran. Jika irigasi pompa
akan diterapkan, dasar saluran pada lokasi pompa harus berada dibawah tinggi permukaanair
pasang surut rata-rata pada saluran yang bersangkutan di musim kemarau untuk
memungkinkan pemompaan selama siang hari penuh. Sebagai alternatif, dianjurkan agar
3-61
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
memasang bangunan-bangunan. retensi air untuk memasukan air pada waktu pasang tinggi
dan mencegah air keluar saat surut.
Untuk kegiatan irigasi pompa, unit-unit pompa jinjing yang kecil, yang dapat
memompa air dari saluran tersier langsung ke sawah, sering merupakan pilihan yang terbaik.
Dengan cara ini, diperoleh keluesan maksimum, karena tidak dibutuhkan parit-parit irigasi
yang panjang (di atas ketinggian sawah) yang memerlukan pemeliharaan intensif, mudah
bocor, dan dapat menyulitkan drainase dan angkutan. Selain itu, jika ditinjau dari segi
organisasi, pompa yang dimiliki dan dioperasikan sendiri oleh masing-masing petani lebih
disukai dari pada unit-unit pompa yang lebih besar.
h. Navigasi
i. Pengendalian Salinitas
Jika air asin harus dicegah agar tidak memasuki saluran drainase, outlet saluran harus
ditempatkan di sebelah hulu zona intrusi salinitas di sungai, atau harus di pasang pintu
pengendali. Namun demikian, kecuali untuk area-area yang terletak langsung di sepanjang
pantai, instrusi air payau kedalam saluran pada umumnya terbatas hanya pada waktu musim
kemarau, dan jarang mempengaruhi kualitas air tanah. Oleh karena itu, pemasangan pintu-
pintu hanya untuk mengendalikan salinitas tidak selalu dibenarkan.
3-62
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Dalam konsep pengembangan jaringan pasang surut secara bertahap, pada mulanya
sering direncanakan sistem saluran terbuka, tanpa mempergunakan bangunan pengendali air.
Bangunan-bangunan pengendali air dan pengelolaan air yang telah disempurnakan
diperkenalkan pada tahap berikutnya. Kebutuhan akan bangunan dapat dipertimbangkan
apabila telah tersedia pengetahuan yang lebih tepat mengenai kondisi perbatasan hidrolik
(tinggi banjir, tinggi pasang surut, instrusi garam), dan apabila ketinggian lahan, sebagai
akibat penyusutan, dan kondisi tanah telah menjadi lebih stabil dari pada tahap awal.
Bangunan-bangunan pengatur permukaanair berfungsi mengatur permukaanair di jaringan
rawa sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan permukaanair tanah
dilahan yang konstan. Bangunan pengatur mempunyai potongan pengontrol aliran yang
dapat disetel atau tetap. Untuk bangunan-bangunan pengatur yang dapat disetel dianjurkan
untuk menggunakan pintu sorong, pintu klep, bangunan tabat atau lainnya.
Kebutuhan akan bangunan pengendali air terutama tergantung dengan fungsi sistem
saluran. Kebutuhan akan bangunan harus mempertimbangkan kembali secara hati-hati
disetiap kesempatan. Disamping aspek-aspek pengelolaan air, pertimbangan khusus harus
diberikan pada persyaratan operasi bangunan dikaitkan dengan tenaga kerja yang tersedia,
dan pada biaya konstruksi dan Operasi dan Pemeliharaan. Sama halnya dengan penentuan
dimensi saluran, dimensi bangunan hidrolik pada awalnya dapat ditetapkan dengan
mempergunakan rumus aliran dalam keadaan mantap untuk bangunan penghalang (weir).
Dimensi-dimensi ini selanjutnya diperiksa dan jika perlu disesuaikan melalui model
komputer.
3-63
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
a. Fungsi Bangunan
Bangunan pengendali air dilengkapi dengan daun pintu yang dipergunakan untuk
memblok aliran air sebagian atau seluruhnya dalam satu atau dua arah. Fungsi bangunan erat
kaitannya dengan fungsi saluran dan mencakup :
1) Pencegahan banjir
Untuk mencegah banjir, saluran harus ditutup dengan mempergunakan daun pintu
bangunan atau tanggul saluran yang ditinggikan. Semakin tinggi permukaan tanah yang
terdapat disekitar saluran, maka semakin sedikit bangunan (walaupun lebih besar) yang
dibutuhkan dan semakin pendek tanggul yang diperlukan.
2) Meningkatkan Kapasitas drainase saluran
Menutup saluran selama terjadi pasang tinggi mencegah masuknya air, yang jika tidak
dilakukan harus dikosongkan kembali selama pasang rendah, sebelum dapat dimulai
drainase yang ”sesungguhnya”. Namun demikian, pengaruh pintu untuk tujuan ini
sering agak kecil, namun dapat menjadi berarti pada area-area rendah yang memiliki
waktu drainase efektif yang terbatas. Untuk tujuan ini, bangunan dapat berada pada
setiap ketinggian dalam hirarki saluran.
3) Drainase terkendali
Mempertahankan tinggi permukaanair saluran beberapa dm dibawah permukaan tanah
dengan cara menutup sebagian pintu bangunan (pintu sekat) dapat meningkatkan
pencucian tanah.
4) Pembilasan saluran
Dengan cara mengatur keluar masuknya aliran air, air yang terkena polusi dapat berhasil
dikosongkan dari saluran.
5) Retensi air
Menjaga agar pintu tetap tertutup selama periode curah hujan rendah dapat membantu
mempertahankan tinggi permukaanair tinggi pada saluran dan sawah-sawah.Bangunan
untuk tujuan ini sangat baik ditempatkan ditingkat tersier untuk menyesuaikan tinggi
permukaanair tersebut dengan perbedaan topografi.
6) Suplai air
Dengan cara membuka pintu hanya pada waktu tinggi permukaanair pada bagian luar
lebih tinggi daripada tinggi permukaanair pada bagian dalam, suplai air netto kesaluran
dapat dicapai.
3-64
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
d. Lokasi Bangunan
Lokasi yang terbaik dari bangunan-bangunan pengendali air tergantung dengan fungsi
bangunan tersebut. Bangunan yang dipergunakan untuk mencegah agar banjir atau air asin
tidak memasuki area pada prinsipnya sangat baik ditempatkan pada tingkat primer yang
paling tinggi yang menghendaki hanya sedikit bangunan (walaupun besar) dan tanggul
pengaman banjir hanya disepanjang sungai. Namun demikian, dapat bertentangan
denganpersyaratan navigasi. Bangunan-bangunan untuk pengendalian air internal (drainase,
retensi air, suplai) pada prinsipnya sangat baik ditempatkan pada tingkat tersier yang
terendah atau bahkan pada tingkat kuarter. Kendatipun hal ini menghendaki sejumlah besar
bangunan, pengelolaan air dapat disesuaikan dengan cara yang lebih baik dengan kondisi-
kondisi khusus di area yang bersangkutan.
Jika bangunan diperlukan baik untuk pengendalian air internal maupun untuk
pengaman banjir dan salinitas, bangunan tersebut pada umumnya dapat dikombinasikan ke
dalam satu bangunan, yang ditempatkan pada tingkat tersier (diperlukan banyak bangunan
kecil dilengkapi dengan tanggul banjir disepanjang seluruh saluran primer dan sekunder)
atau pada tingkat yang lebih tinggi (diperlukan sedikit bangunan dan tanggul, tetapi
pengendalian internal menjadi kurang efektip. Sebagai alternatip, disarankan agar
membangun bangunan-bangunan di kedua tingkat pada sistem saluran, yaitu pada tingkat
tersier untuk pengendalian air internal dan di tingkat yang lebih tinggi untuk mencegah agar
banjir air asin tidak masuk. Bangunan-bangunan yang terdapat pada saluran primer atau
sekunder juga akan memungkinkan pengendalian air yang lebih baik pada saluran primer /
saluran sekunder tersebut, yang pada gilirannya dapat meningkatkan daya guna bangunan
pengendali air tersier.
3-65
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Pertimbangan penting lainnya yang perlu diingat adalah jalan masuk menuju bangunan
tersebut. Bahkan pintu kelep otomatis pun perlu diperiksa setiap harinya untuk mengetahui
apakah pintu tersebut beroperasi sebagaimana mestinya. Pada area-area yang berada diluar
pemukiman, pemeriksaan harian semacam itu tidak mungkin dilakukan, dan dalam keadaan
demikian, bangunan harus dipindahkan ke tempat lain atau tidak dibangun sama sekali.
Sebaliknya, jika akan ditugaskan seorang penjaga pintu yang permanen, rumah penjaga pintu
bangunan tersebut harus dibangun dekat bangunan.
Kebanyakan bangunan pengendali air ditempatkan pada pangkal saluran yang
bercabang, dengan ketinggian bandul sama dengan ketinggian dasar saluran. namun
demikian, tinggi saluran induk sering lebih rendah dan erosi dasar saluran akan terjadi pada
bagian pangkal saluran yang bercabang tersebut. Bila dikombinasikan dengan beda tinggi
yang diciptakan oleh bangunan (tertutup), hal ini akan membahayakan stabilitas bangunan,
dan oleh karena itu bangunan harus ditempatkan pada jarak yang cukup jauh dari saluran
induk (sedikitnya 20 kali perbedaan tinggi dasar dari dua saluran tersebut). Sebagai
alternatif, dapat dipertimbangkan untuk menempatkan bangunan terjun pada tinggi dasar
kedalam bangunan tersebut, walaupun hal ini akan menaikan biaya konstruksi. Pengaman
dasar dan lereng sisi bangunan juga diperlukan, dan harus meluas lebih jauh disisi hilir
daripada di sisi hulu bangunan.
Pintu bangunan yang dianggap paling sesuai untuk bangunan pengendali air di
jaringan-jaringan rawa adalah pintu sekat, pintu ulir dan pintu kelep. Keuntungan dan
kerugian dari berbagai jenis pintu bangunan tersebut diuraikan di bawah ini dan disimpulkan
dalam Tabel 3-15.
Tabel 3 - 15 Keuntungan dan Kerugian Berbagai Pintu
Pintu Fungsi Keuntungan Kerugian
Sekat - Drainase - Konstruksi - Pintu Sekat
Terkendali Sederhana Mudah Hilang
- Retensi Air - Pemeliharaan - Bocor Antara
Mudah Pintu
- Operasi Semakin
Sulit Pada
Saluran-Saluran
Yang Lebih Besar
Ulir - Retensi Air - Operasi Mudah - Relatip Mahal
- Mencegah
Masuknya Air
3-66
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
3-67
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
kepingan karet pada balok sekat. Yang pasti, pintu sekat merupakan pilihan yang baik
untuk saluran-saluran tersier kecil, namun untuk saluran-saluran tersier yang lebih besar
dan saluran-saluran sekunder pintu sekat menjadi terlalu sulit untuk dioperasikan.
2) Pintu Ulir
Pintu ulir mudah dioperasikan (jika dibangun sebagaimana mestinya) dan disamping itu
pelumasan alat angkatnya memerlukan sedikit pemeliharaan. Karena pintu ulir biasanya
merupakan pintu untuk aliran air bagian bawah, pintu ulir sangat baik dioperasikan
dengan cara terbuka penuh atau tertutup penuh, dan oleh karena itu merupakan pilihan
terbaik untuk operasi darurat, misalnya pada tempat-tempat dimana saluran kadang-
kadang harus ditutup untuk menjaga agar banjir yang tinggi atau air asin tetap berada
diluar saluran. Mempertahankan tinggi air minum sulit dilakukan dan hanya
pengalaman yang dapat membantu untuk memutuskan pintu yang mana yang harus
dibuka agar dapat mempertahankan tinggi permukaan air tertentu pada saluran sebelah
hulu. Sebagai alternatif, dapat dipertimbangkan pintu ulir yang dilengkapi dengan pintu
aliran atas sebagai ganti pintu aliran bawah, namun konstruksi dan pemeliharaannya
lebih rumit dan pintu lebih mudah rusak.
3-68
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
kelep-kelep yang berat untuk memungkinkan agar aliran air berbalik sering tidak praktis
untuk dilaksanakan. Untuk memungsikan pintu kelep sebagaimana mestinya ; yaitu
bebas dari kebocoran, memerlukan standard konstruksi yang tinggi yang tidak selalu
tersedia pada proyek-proyek rawa yang terpencil. Karena itulah penggunaan pintu kelep
tidak selalu dianjurkan.
4) Kombinasi pintu
Mengkombinasikan dua atau seluruh dari tiga jenis pintu ke dalam satu bangunan akan
menambah keuntungan dan sangat meningkatkan fleksibilitas operasi, sementara biaya
konstruksi hampir tidak akan lebih tinggi daripada biaya konstruksi untuk satu bangunan
yang hanya dilengkapi dengan satu jenis bangunan. Mengkombinasikan pintu sekat
dengan pintu kelep memungkinkan drainase otomatis yang terkendali, dan mungkin
merupakan suatu bangunan yang ideal untuk saluran-saluran tersier kecil.
e. Desain Bangunan
Setelah fungsi, jenis, dan lokasi bangunan ditetapkan, desain bangunan tersebut dapat
dimulai. Aspek-aspek lain yang perlu dipertimbangkan dalam desain bangunan pengendali
air adalah :
Kondisi tanah lokal untuk fondasi
Ukuran bangunan
Harga bahan relatif
Kemampuan tenaga kerja yang tersedia
Beban yang diperkirakan
Keputusan penting yang selanjutnya harus diambil adalah mengenai pemilihan bahan
bangunan, metoda fondasi.
a) Bahan bangunan
Keputusan penting yang harus diambil adalah mengenai pemilihan bahan bangunan :
kayu, beton atau ferrosemen. Beberapa keuntungan dan kerugian mengenai bahan-
bahan bangunan ini diuraikan dalam Tabel 3-16. Perhatian khusus harus diberikan pada
daya tahan bahan bangunan bila dipergunakan dalam lingkungan agresip (asam,asin).
Kayu, beton dan unsur baja memerlukan tindakan pengamanan khusus.
Pada prinsipnya, bangunan juga dapat dibuat dari baja atau alumunium, namun
ketersediaan bahan tersebut merupakan masalah dan sampai sekarang ini belum ada
3-69
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
b) Metode Fondasi
Tanah lapisan bahwa yang lembut sampai sangat lembut yang terdapat pada lahan rawa
pasang surut perlu diperhatikan secara khusus bila akan dipergunakan untuk fondasi
bangunan. Fondasi tiang sering diperlukan, dengan tiang yang dirancang atas gesekan,
tiang gelam dapat dipergunakan jika tiang-tiang tersebut terendam secara permanen.
Untuk mengatasi terbatasnya panjang tiang gelam yang tersedia, maka dipergunakan
sejumlah tiang dengan jarak yang rapat.
c) Tinggi Bandul
3-70
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Walaupun lebih banyak dari desain saluran, desain bangunan harus mempertimbangkan
penyusutan lahan serta perubahan tata guna lahan yang mungkin terjadi dikemudian
hari. Jika tinggi bandul dirancang atas dasar tinggi lahan yang sudah ada, drainase akan
lebih cepat menjadi tidak cukup setelah terjadi penyusutan lahan. Sama halnya jika
bandul dirancang untuk lahan padi yang memerlukan kedalaman drainase yang relatif
dangkal, dan setelah beberapa waktu, akan lebih disukai perubahan ketanaman lahan
kering atau tanaman keras yang menghendaki kedalaman drainase yang lebih dalam.
Meletakkan bandul lebih rendah daripada yang sangat dibutuhkan sekarang tidak
banyak menambah biaya bangunan, namun merendahkan bandul setelah konstruksi
hampir tidak mungkin dilakukan.
d) Bangunan pengendali air dikombinasikan dengan penyeberangan jalan
Mengkombinasikan bangunan pengendali air dengan penyeberangan jalan kedalam satu
bangunan lebih murah daripada membangun dua bangunan yang terpisah. Namun
demikian, pada praktiknya, dua bangunan kadang-kadang lebih disukai, karena lokasi
yang diperlukan tidak betul-betul sesuai (penyebrangan jalan harus mengikuti alinemen
jalan yang sering dekat dengan saluran utama, sementara bangunan pengendali air pada
saluran yang sering dekat dengan saluran utama, sementara bangunan pengendali air
pada saluran yang bercabang kadang-kadang lebih disukai berada pada jarak tertentu
dari saluran utama) , atau karena dua bangunan tersebut dimiliki oleh instansi yang
berbeda, dll
e) Saringan Sampah
Saringan sampah, yang khususnya penting untuk pintu kelep, harus melindungi pintu
bangunan dari puing-puing yang mengapung dalam saluran. Saringan sampah harus
dirancang terbuat dari batang besi vertikal sehingga petugas dapat dengan mudah
mengeluarkan puing-puing tersebut dengan mempergunakan alat pengait, sambil berdiri
diatas rak saringan sampah tersebut. Masalah yang terjadi pada saluran-saluran dimana
terdapat puing dalam jumlah besar adalah bahwa puing-puing kotoran tersebut
berakumulasi pada bagian depan rak saringan sampah sehingga menghalangi aliran air.
Mengeluarkan puing-puing tersebut dari saluran dan meletakannya ditempat lain adalah
sulit dilakukan, dan akan lebih efisien jika puing-puing kotoran tersebut dibiarkan
mengalir keluar jaringan mengikuti aliran air. Hal ini memerlukan saringan sampah
yang mudah diangkat.
f) Papan Duga
3-71
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Bangunan pengendali air pada saluran primer dan sekunder harus dilengkapi dengan
dua buah papan duga, yaitu satu papan duga pada bagian hulu dan satu buah lagi pada
bagian hilir pintu bangunan, yang dipergunakan untuk memeriksa tinggi permukaanair
dan memudahkan operasi pintu. Papan duga tersebut harus memiliki elevasi nol yang
sama. Pada bangunan tersier, satu buah papan duga mungkin sudah cukup, yang
diletakan pada sisi hulu (sisi dimana tinggi permukaanair dikendalikan oleh pintu
bangunan). Elevasi nol dari semua papan duga harus dinyatakan dalam Ketinggian
Referensi Proyek (PRL) sehingga tinggi permukaanair tersebut dapat dibandingkan satu
sama lain dan dengan elevasi lahn pada area yang dikendalikan oleh saluran. Untuk
memudahkan pasangan kembali papan duga tersebut setelah diganggu, titik tetap pada
beton setiap bangunan harus ditandai sebagai bench mark. dengan elevasi dalam PRL
yang dicat berdampingan dengan elevasi tersebut.
Jalan utama yang ditempatkan sepanjang saluran primer, selain berfungsi sebagai jalan
inspeksi juga sebagai pengubung berbagai lokasi permukiman. Dengan semakin
berkembangnya daerah rawa, transportasi darat akhirnya akan lebih utama dibanding
transportasi air. Jalan-jalan inspeksi sekunder diperlukan untuk inspeksi, eksploitasi dan
pemeliharaan jaringan sekunder. Masyarakat boleh menggunakan jalan-jalan inspeksi ini
untuk keperluan-keperluan tertentu saja. Apabila saluran dibangun sejajar dengan jalan
umum di dekatnya, maka tidak diperlukan jalan inspeksi di sepanjang ruas saluran tersebut.
Biasanya jalan inspeksi terletak di sepanjang sisi saluran rawa pasang surut. Jembatan
dibangun untuk saling menghubungkan jalan-jalan inspeksi di seberang saluran rawa atau
untuk menghubungkan jalan inspeksi dengan jalan umum.
3-72
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
8. Pengamanan Banjir
Pengaman banjir diperlukan untuk melindungi daerah rawa terhadap banjir yang
berasal dari sungai atau saluran pembuang yang besar. Tanggul-tanggul diperlukan untuk
melindungi daerah rawa terhadap banjir yang berasal dari sungai atau saluran pembuang
yang besar. Pada umumnya tanggul diperlukan di sepanjang sungai di sebelah hulu pintu
sekunder atau di sepanjang saluran primer. Fasilitas-fasilitas eksploitasi diperlukan untuk
eksploitasi jaringan rawa secara efektif dan aman. fasilitas-fasilitas tersebut meliputi antara
lain : kantor-kantor di lapangan, bengkel, perumahan untuk staf rawa , jaringan kamunikasi,
patok hektometer, papan eksploitasi, papan duga, dan sebagainya. Pengaman banjir yang
diperlukan untuk lahan rawa tergantung dengan jenis banjir:
Berlangsungnya banjir pasang surut terbatas sampai beberapa jam per hari. Jika
kedalaman banjir tersebut tidak melebihi 2 atau 3 desimeter, galangan sawah yang dibuat
petani akan memberikan proteksi yang cukup. dengan banjir yang lebih dalam, diperlukan
tanggul yang rendah yang tingginya tergantung dengan tinggi permukaanair maksimum,
tinggi bebas yang diperlukan dan penyusutan tanah yang diperkirakan. Setiap saluran yang
memotong tanggul harus ditutup dengan bangunan yang memiliki pengaman yang sama
seperti tanggul guna mencegah tinggi banjir yang berlebihan, atau tanggul harus diperluas
sepanjang saluran yang bercabang.
Di bagian hulu zona pasang surut, terjadi banjir yang berlangsung lama di musim
hujan. Tanggul yang diperlukan untuk area-area pertanian biasanya berdasarkan atas kriteria
1 kali banjir dalam waktu 20 tahun yang harus ditetapkan berdasarkan hasil studi hidrologi
sungai, dengan mempertimbangkan perkiraan pengembangan mendatang pada area
tangkapan serta pengaruh dari tanggul itu sendiri. Tanggul yang diperlukan biasanaya lebih
tinggi dari pada di zona pasang surut.
Banjir ini menyangkut limpasan permukaan dari area gambut dan mengalir melalui
tempat-tempat yang dangkal atau sungai alam. Dikarenakan topografi yang datar dan tidak
tersedianya data topografi dari area-area yang terdapat di luar jaringan, maka area-area
3-73
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
tangkapan dan aliran puncak yang diharapkan hanya dapat diperkirakan. Pengukuran-
pengukuran yang dilaksanakan pada sungai alam atau sungai-sungai kecil selama survai
hidrologi, namun demikian, dapat memberikan indikasi tentang susunan besaran aliran.
Area-area hutan bergambut jarang menimbulkan banjir mendadak yang berarti karena tanah
gambut berfungsi sebagai bunga karang yang sangat besar yang menyerap dan secara
berangsur-angsur melenyapkan curah hujan yang berlebihan.
Proteksi dapat disediakan dengan mempergunakan saluran penampung disepanjang
perbatasan jaringan, dengan tanggul pada bagian hilir saluran yang dibangun dari tanah
galian (atau jika perlu dari tanah yang didatangkan daerah luar daerah). Saluran penampung
tersebut akan mengalirkan limpasan air ke sungai yang terdekat atau kesalah satu saluran
utama yang ada pada jaringan. Pilihan yang terakhir ini menghendaki saluran tersebut
diperluas, dan tanggul saluran tersebut mungkin harus ditinggalkan.
Penutupan dan pengelakan sungai alam sering terbukti sulit untuk dilakukan. Sungai-
sungai alam adalah jalan drainase yang terbentuk secara alami yang melintasi area-area
rendah baik yang berada di luar maupun di dalam jaringan. Walaupun sungai alam tersebut
berhasil ditutup, namun area-area tersebut cenderung tetap berawa-rawa. Oleh karena itu,
sungai alam ini lebih baik dibiarkan dalam keadaan semula, paling tidak selama tahun-tahun
pertama penempatan dimana kondisi tanah/ air belum stabil dan sifat sungai alam tersebut
belum diketahui (luas dan kedalaman banjir di musim hujan). Jika saluran harus memotong
sungai alam, mungkin diperlukan pintu inlet pada tanggul guna memproteksi tanggul saluran
tersebut. Dalam segala hal, desain harus mempertimbangkan penyusutan lahan dan
penurunan tanah galian yang mungkin terjadi dikemudian hari yang menghendaki agar
tanggul diberikan kelebihan tinggi yang cukup..
Untuk menjaga agar panjang tanggul yang diperlukan tetap pendek, maka tanggul
pengaman banjir sangat baik diletakkan disepanjang batas jaringan bagian luar. Pada tempat
dimana saluran-saluran primer harus melintasi tanggul, diperlukan bangunan-bangunan
pintu, atau jika hal ini tidak memungkinkan, misalnya dikarenakan fungsi navigasi saluran
tersebut, maka tanggul banjir tersebut harus diperluas disepanjang saluran-saluran primer,
dan disepanjang saluran-saluran lainnya yang berhubungan terbuka dengan sungai.
Lokasi yang terbaik untuk tanggul pengaman banjir dan bangunan harus
dipertimbangkan secara hati-hati pada setiap situasi. Disamping biaya yang meningkat,
kerugian-kerugian lain akibat memperluas tanggul pengaman banjir disepanjang saluran
3-74
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
sekunder dan tersier adalah Hilangnya lahan pertanian dan Perusakan aliran drainase dari
lahan rumah dan lahan usaha (mungkin perlu dipasang gorong-gorong kecil berpintu).
Karena tinggi permukaan air dan aliran air pada area-area pasang surut berfluktuasi
secara permanen, maka rumus aliran air dalam keadaan mantap seperti rumus persamaan
manning tidak dapat diterapkan untuk pembuatan desain hidrolik. Rumus aliran dalam
keadan tidak mantap perlu diterapkan dengan mempergunakan model simulasi mathematika
komputer. Beberapa program komputer yang paling umum dipergunakan di Indonesia untuk
tujuan ini antara adalah PENPAS, DUFLOW, HEC-RAS dan SWMM. Program-program
tersebut menggunakan perhitungan aliran satu dimensi yang tidak mantap untuk
mensimulasikan gerak air pada muara, sungai dan sistem saluran pasang surut. Bangunan-
bangunan pengendali air dapat diikutsertakan dan pengaruh dari berbagai strategi operasi
dapat dievaluasi.
Simulasi mengenai kondisi lapangan aktual menghendaki informasi yang akurat
mengenai dimensi sungai atau saluran serta penampungan tepi dan kekerasan hidrolik.
Informasi yang terakhir ini jarang tersedia, namun pada tahap tertentu dapat diperkirakan
dari model kalibrasi (membandingkan hasil simulasi dengan tinggi permukaanair dan aliran
yang telah diukur). Pada tahap desain program tersebut sangat berguna untuk
membandingkan berbagai tata letak dan dimensi sistem saluran, dan berbagai jenis, lokasi
dan cara pengoperasian bangunan hidrolik. Uraian rinci mengenai program ini dan konsep-
konsepnya yang mendasar tidak termasuk dalam lingkup Manual Perencanaan. Bab ini
mengemukakan hanya sebagian aspek yang penting bagi penggunaan model-model dalam
merancang jaringan-jaringan rawa pasang surut.
Sebelum model dari sistem saluran dapat dibuat, tujuan dari simulasi dan kriteria
hidrolik yang harus dipenuhi harus dinyatakan secara jelas. Hal ini akan menentukan
masukan dan keluaran dari model yang diperlukan. Tabel 3-7 menunjukan kriteria desain
perencanaan saluran yang diadopsi dalam manual perencanaan ini.
Tabel 3 - 17 Kriteria Perencanaan Saluran
Kriteria Lokasi Satuan Nilai Keterangan
Drainase Semua saluran
maksimum
3-75
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
a. Drainase Maksimum
Selama terjadi hujan lebat, suatu hal yang tidak dapat dihindari adalah bahwa tinggi
permukaan air (tanah) untuk sementara waktu naik keatas tinggi permukaan air yang
diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Namun demikian, tinngi permukaan air ini akan
3-76
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
kembali normal dalam periode waktu tertentu. Tergantung atas jenis tanaman, kriteria ini
ditetapkan untuk tanaman sebagai berikut :
1) Tanaman Padi : Curah hujan selama 3 hari maksimum 1 kali dalam 5 tahun, dikurangi
dengan kenaikan penampungan lahan sebesar 50 mm, harus dikosongkan dalam
waktu 3 hari
2) Tanaman Palawija : Curah hujan selama 4 hari maksimum 1 kali dalam 5 tahun
harus dikosongkan dalam waktu 4 hari. Selama dua hari pertama pada umumnya
terjadi limpasan permukaan, dan selama dua hari berikutnya pada umumnya terjadi
limpasan air tanah.
3) Tanaman Keras : Curah hujan selama 6 hari maksimum 1 kali dalam 5 tahun harus
dikosongkan dalam waktu 6 hari. Selama tiga hari pertama pada umumnya terjadi
limpasan permukaan, dan selama tiga hari berikutnya terjadi limpasan air tanah.
Persyaratan untuk area-area rumah dan area-area komunal adalah sama seperti
persyaratan untuk tanaman keras. Kriteria ini merupakan dasar bagi perhitungan modul
drainase (persyaratan drainase dinyatakan dalam I/detik/ha), sebagaimana diperhatikan
dalam contoh pada Error! Reference source not found. sampai Error! Reference source
not found. yang mempergunakan data curah hujan untuk wilayah Sumatera Selatan.
Drainase harus dilakukan pada waktu tinggi permukaanair saluran tersier berada 10
cm di bawah tinggi permukaanair ( tanah ) yang diinginkan pada lahan tersebut Error!
Reference source not found. memperlihatkan modul drainase dan persyaratan tinggi
permukaanair yang ditetapkan untuk Proyek Telang-saleh di Sumatera Selatan. Dalam hal
ini, kriteria desain yang menolak adalah bahwa pengeluaran air tanah untuk tanaman
palawija dengan tinggi permukaanair rencana disaluran tersier berada 0,60 m dibawah
permukaan tanah, atau 0,10 m lebih rendah daripada tinggi permukaanair tanah rencana,
yaitu 0,50 m dibawah permukaan tanah.
Tabel 3 - 18 Modul drainase dan Kriteria tinggi permukaanair
Limpasan Permukaan Limpasan Permukaan Bawah
3-77
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
3-78
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
3-79
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
3-80
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
3-81
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
b. Persyaratan Drainase
c. Dasar Drainase
Dasar drainase akan diambil dari rata-rata fluktuasi permukaan air pasang surut pada
sungai yang memiliki tinggi permukaan air paling tinggi selama bulan musim tanam. Untuk
perhitungan awal dasar drainase dapat ditetapkan pada tinggi permukaanair rata-rata selam
periode tersebut. Selanjutnya, drainase biasanya dapat dilakukan kira-kira 12 jam per hari.
Jika dipilih dasar drainase yang lebih rendah, maka waktu drainase tersebut akan dikurangi
sebagaimana mestinya.
d. Kemampuan Drainase
Pada waktu terjadi curah hujan normal, sistem drainase harus mampu
mempertahankan kedalaman air tanah sebagai berikut :
Tanaman Padi 30 cm
Tanaman Lahan Kering ( Palawija ) 30 – 60 cm
Area Rumah dan Desa 30 – 50 cm
Tanaman Keras 60 cm
Curah hujan normal yang dimaksudkan di sini adalah curah hujan bulanan yang
tertinggi yang terjadi satu kali dalam 5 tahun yang terbagi rata sepanjang bulan yang
bersangkutan. Aliran air yang diinginkan selalu lebih kecil daripada waktu drainase badai,
namun mempengaruhi desain drainase untuk area-area rendah.
Perkiraan kasar pertama mengenai dimensi saluran yang dibutuhkan dapat diperoleh
dari hasil perhitungan aliran dalam keadaan mantap yang didasari atas kebutuhan air di atas,
waktu suplai yang tersedia, dan beda tinggi yang ada antara sungai dan sawah. Karena suplai
yang terbatas (biasanya tidak lebih dari beberapa jam pada hari-hari terjadi pasang sangat
tinggi), maka kapasitas saluran yang dibutuhkan akan menjadi beberapa kali lebih besar
daripada kebutuhan air tanaman maksimum.
3-82
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Reff Curah hujan efektif (90 % di musim hujan, 100% di musim kemarau
Persiapan lahan Jumlah air yang diperlukan pada awal musim tanam untuk persiapan
lahan, diperkirakan 150 mm untuk tanaman padi musim hujan dan
50 mm untuk tanaman palawija
Perkulasi/pencucian Perkulasi air dibawah zona akar. Pada lahanh rawa pasang surut, hal
ini penting untuk pencucian unsur-unsur asam dan racun. Untuk padi
sawah, IRR menganjurkan sebesar 8 mm/hari. Jumlah tambahan
diperlukan pada awal musim untuk mencuci unsur asam yang
berkembang selam periode sebelumnya.
Contoh-contoh perhitungan mengenai kebutuhan air disajikan dalam Tabel 3-19 s/d
Tabel 3-20, dihitung berdasarkan dengan amempergunakan data curah hujan dan
evapotranspirasi untuk wilayah Telang Saleh di Sumatera Selatan. Jika, misalnya
persyaratan irigasi adalah 12,5 mm/hari dan irigasi tersebut dapat terjadi selama 5 dari 14
hari yang tersedia, maka suplai air yang diperlukan adalah 12,5 x 14/5 = 35 mm/hari, dan
jika waktu yang tersedia adalah 3 jam per hari maka kapasitas saluran yang diperlukan adalah
35 x 104 /3/3600 = 32 lt/detik/ha.
Metode perhitungan diatas kapasitas agak kasar dan harus diperbaiki dengan
mempergunakan data curah hujan setengah bulanan atau data curah hujan harian sebagai
ganti data curah hujan bulanan. Namun demikian, karena banyaknya asumsi dan ketidak
tentuan mengenai dasar perhitungan, maka hasil-hasil perhitungan tesebut tidak begitu dapat
diandalkan.
3-83
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
No Kriteria Simbol Sat Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mai Jun Jul Ags Total
1 Curah hujan P mm 172 183 259 325 233 203 276 270 171 123 103 94 2412
2 Curah hujan effektif A % 100% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 100% 100% 100% 100%
3 Curah hujan effektif A mm 172 165 233 293 210 183 248 243 171 123 103 94 2237
4 Referensi Evapo-transpirasi ETo mm 117 117 111 110 111 107 115 116 117 108 117 125 1371
Musim hujan
5 Pengguna lahan % 25 75 100 100 75 25
6 Koefisien tanaman Kc - 1.15 1.25 1.35 1.35 1.25 1.1
7 Evapo-transpirasi tanaman ETc mm 34 104 149 150 100 32 568
9 Persiapan tanaman LP mm 100 50 150
8 Perkolasi/pencucian P mm 100 60 180 240 240 180 60 1060
Musim kemarau
5 Pengguna lahan % 25 75 100 100 75 25
6 Koefisien tanaman Kc - 1.15 1.25 1.35 1.35 1.25 1.1
7 Evapo-transpirasi tanaman ETc mm 33 109 158 146 110 34 590
8 Persiapan tanaman LP mm 50 25 75
9 Perkolasi/pencucian P mm 50 60 180 240 240 180 60 1010
10 Kebutuhan air tanaman a mm 100 194 334 389 390 330 235 314 398 386 290 94 3453
11 Evapo-transpirasi tanah ETt mm 117 88 28 0 0 27 58 29 0 0 29 94 469
12 Total kebutuhan air b mm 217 281 362 389 390 357 292 343 398 386 319 188 3921
13 Neraca air c mm -45 -117 -129 -96 -180 -174 -44 -100 -227 -263 -216 -94 -1684
14 Kebutuhan irigasi mm 45 117 129 96 180 174 44 100 227 263 216 94 1684
(b) Padi unggul - Padi unggul, curah hujan minimum satu kali per 5 tahun 8 mm/hari untuk perkolasi/pencucian
No Kriteria Simbol Satuan Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mai Jun Jul Ags Total
1 Curah hujan P mm 133 146 191 254 226 158 216 202 139 89 98 75 1927
2 Curah hujan effektif A % 100% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 100% 100% 100% 100%
3 Curah hujan effektif A mm 133 131 172 229 203 142 194 182 139 89 98 75 1788
4 Referensi Evapo-transpirasi ETo mm 117 117 111 110 111 107 115 116 117 108 117 125 1371
Pola tanam PADI UNGGUL PADI UNGGUL
Musim hujan
5 Pengguna lahan % 25 75 100 100 75 25
6 Koefisien tanaman Kc - 1.15 1.25 1.35 1.35 1.25 1.10
7 Evapo-transpirasi tanaman ETc mm 34 104 149 150 100 32 568
8 Persiapan tanaman LP mm 100 50 150
9 Perkolasi/pencucian L mm 100 60 25 240 240 180 60 905
Musim kemarau
5 Pengguna lahan % 25 75 100 100 75 25
6 Koefisien tanaman Kc - 1.15 1.25 1.35 1.35 1.25 1.10
7 Evapo-transpirasi tanaman ETc mm 33 109 158 146 110 34 590
8 Persiapan tanaman LP mm 50 25 75
9 Perkolasi/pencucian L mm 50 60 180 240 240 180 60 1010
10 Kebutuhan air tanaman a mm 100 194 179 389 390 330 235 314 398 386 290 94 3298
11 Evapo-transpirasi tanah ETt mm 117 88 28 0 0 27 58 29 0 0 29 94 469
12 Total kebutuhan air b mm 217 281 207 389 390 357 292 343 398 386 319 188 3766
13 Keseimbangan air c mm -84 -150 -35 -160 -186 -215 -98 -161 -259 -297 -221 -113 -1979
14 Kebutuhan irigasi mm 84 150 35 160 186 215 98 161 259 297 221 113 1979
Keterangan :
1, 2, 4, 5, 6 R dan ETo dari data cuaca. Kc dari literatur. Tataguna lahan diperkirakan
3 Curah hujan efektif A = R x curah hujan efektif (%)
7 ETc = ETo x Tataguna lahan
9 Perkolasi yang disarankan untuk menghindari asam adalah 8 mm/hari (IRRI)
10 Kebutuhan air tanaman = ETc + LP + L
11 Evapotranspirasi tanah (lahan tanpa tanam) = Eto x (100 - Tataguna lahan)
12 Total kebutuhan air = Kebutuhan air tanaman + Evapotranspirasi tanah
13 Keseimbangan air = Curah hujan efektif - total kebutuhan air
14 Kebutuhan air irigasi sama dengan kekurangan keseimbangan air selama musim tanam
3-84
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
No Kriteria Simbol Satuan Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mai Jun Jul Ags Total
1 Curah hujan P mm 172 183 259 325 233 203 276 270 171 123 103 94 2412
2 Curah hujan effektif A % 100% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 100% 100% 100% 100%
3 Curah hujan effektif A mm 172 165 233 293 210 183 248 243 171 123 103 94 2237
4 Referensi Evapo-transpirasi ETo mm 117 117 111 110 111 107 115 116 117 108 117 125 1371
Pola tanam PALAWIJA PALAWIJA
Musim hujan
5 Pengguna lahan % 25 75 100 93 50 7
6 Koefisien tanaman Kc - 0.55 0.65 0.85 0.95 0.85 0.65
7 Evapo-transpirasi tanaman ETc mm 16 54 94 98 45 5 312
9 Persiapan tanaman LP mm 50 50
8 Perkolasi/pencucian P mm 50 15 45 60 56 30 4 260
Musim kemarau
5 Pengguna lahan % 7 50 93 100 75 25
6 Koefisien tanaman Kc - 0.55 0.65 0.85 0.95 0.85 0.65
7 Evapo-transpirasi tanaman ETc mm 4.12 37 92 111 69 19 332
8 Persiapan tanaman LP mm 50 50
9 Perkolasi/pencucian P mm 4 30 56 60 45 15 210
10 Kebutuhan air tanaman a mm 50 81 99 154 154 134 77 148 171 114 34 0 1215
11 Evapo-transpirasi tanah ETt mm 117 88 28 0 8 46 49 8 0 27 88 125 584
12 Total kebutuhan air b mm 167 169 127 154 162 180 126 156 171 141 122 125 1798
(d) Palawija - Palawija, curah hujan minimum satu kali per 5 tahun 2 mm/hari untuk perkolasi/pencucian
No Kriteria Simbol Satuan Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mai Jun Jul Ags Total
1 Curah hujan P mm 133 146 191 254 226 158 216 202 139 89 98 75 1927
2 Curah hujan effektif A % 100% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 100% 100% 100% 100%
3 Curah hujan effektif A mm 133 131 172 229 203 142 194 182 139 89 98 75 1788
4 Referensi Evapo-transpirasi ETo mm 117 117 111 110 111 107 115 116 117 108 117 125 1371
Pola tanam PALAWIJA PALAWIJA
Musim hujan
5 Pengguna lahan % 25 75 100 93 50 7
6 Koefisien tanaman Kc - 0.55 0.65 0.85 0.95 0.85 0.65
7 Evapo-transpirasi tanaman ETc mm 16 54 94 98 45 5 312
8 Persiapan tanaman LP mm 50 0 50
9 Perkolasi/pencucian L mm 50 15 45 60 56 30 4 260
Musim kemarau
5 Pengguna lahan % 7 50 93 100 75 25
6 Koefisien tanaman Kc - 0.55 0.65 0.85 0.95 0.85 0.65
7 Evapo-transpirasi tanaman ETc mm 4.12 37 92 111 69 19 332
8 Persiapan tanaman LP mm 50 0 0 0 0 0 50
9 Perkolasi/pencucian L mm 4 30 56 60 45 15 210
10 Kebutuhan air tanaman a mm 50 81 99 154 154 134 77 148 171 114 34 0 1215
11 Evapo-transpirasi tanah ETt mm 117 88 28 0 8 46 49 8 0 27 88 125 584
12 Total kebutuhan air b mm 167 169 127 154 162 180 126 156 171 141 122 125 1798
13 Keseimbangan air c mm -34 -37 45 75 42 -37 68 26 -32 -52 -24 -50 -11
14 Kebutuhan irigasi mm 34 37 0 0 0 37 0 0 32 52 24 50 267
Keterangan :
1, 2, 4, 5, 6 R dan ETo dari data cuaca. Kc dari literatur. Tataguna lahan diperkirakan
3 Curah hujan efektif A = R x curah hujan efektif (%)
7 ETc = ETo x Tataguna lahan
9 Perkolasi yang disarankan untuk menghindari asam adalah 8 mm/hari (IRRI)
10 Kebutuhan air tanaman = ETc + LP + L
11 Evapotranspirasi tanah (lahan tanpa tanam) = Eto x (100 - Tataguna lahan)
12 Total kebutuhan air = Kebutuhan air tanaman + Evapotranspirasi tanah
13 Keseimbangan air = Curah hujan efektif - total kebutuhan air
14 Kebutuhan air irigasi sama dengan kekurangan keseimbangan air selama musim tanam
3-85
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
a. Navigasi
d. Dimensi Saluran
Dimensi saluran harus cukup besar untuk memenuhi masing-masing fungsi saluran.
Pada lahan-lahan yang memiliki kelas hidro-topografi A atau B, fungsi suplai air sering
menentukan. Pada lahan-lahan kelas C dan D, dan rawa lebak (yang tidak terpengaruh
pasang surut), persyaratan fungsi drainase dari pencucian/pembilasan yang menentukan.
Perkiraan awal dari dimensi yang diperlukan untuk drainase dan/atau suplai dapat diperoleh
dengan mempergunakan rumus aliran keadaan mantap (Persamaan Manning), yang
mempertimbangkan drainase maksimum atau kriteria suplai, yaitu tinggi permukaanair
pasang surut rata-rata atau tingkat permukaanair tinggi disungai, dan waktu drainase atau
suplai yang diperkirakan. Perkiraan dimensi saluran baik untuk lahan rawa pasang sururt
maupun lahan rawa lebak selanjutnya dipergunakan sebagai masukan untuk model komputer
sistem.
Persyaratan timbunan untuk tanggul sepanjang saluran dapat bertentangan dengan
dimensi yang diperlukan berdasarkan kebutuhan untuk drainase dan/atau suplai. Ukuran
satuan yang berlebihan untuk mengatasi pemeliharaan yang tidak baik dikemudian hari harus
dipertimbangkan untuk saluran-saluran primer dimana diperkirakan terjadi sedimentasi yang
besar, namun hal tersebut tidak efektif untuk saluran-saluran sekunder dan tersier. Gambar
3-86
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
3-87
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
e. Lebar Berm
Untuk mencegah agar tanggul tidak longsor serta untuk tujuan pemeliharaan, maka
harus diterapkan berm dengan lebar minimum 5 m sepanjang saluran primer/navigasi, 3 m
sepanjang saluran sekunder dan 2 m sepanjang saluran tersier. Persyaratan timbunan untuk
tanggul sepanjang saluran dapat bertentangan dengan dimensi yang diperlukan berdasarkan
kebutuhan untuk drainase dan/atau suplai. Ukuran satuan yang berlebihan untuk mengatasi
pemeliharaan yang tidak baik dikemudian hari harus dipertimbangkan untuk saluran-saluran
primer dimana diperkirakan terjadi sedimentasi yang besar, namun hal tersebut tidak efektif
untuk saluran-saluran sekunder dan.
b. Tinggi Bebas
d. Koefisien Kekasaran
Koefisien kekerasan manning yang harus diterapkan untuk desain saluran dikaitkan
dengan kedalaman saluran yang bersangkutan :
Kedalaman saluran < 1 m : n=0,050
Kedalaman saluran 1-2 m : n=0,040
Kedalaman saluran 2-3 m : n=0,033
Kedalaman saluran > 3 m : n=0,025
3-88
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Kecepatan maksimum aliran air di seluruh saluran tidak boleh melebihi 0,70 m/detik.
Pada barrel bangunan, kecepatan maksimum aliran air ini diperbolehkan sebesar 2,0 m.
f. Penyusunan Tanah
Untuk pembuatan tanggul, harus dipergunakan bahan tanah yang baik dan harus
diberikan kelebihan tinggi untuk mengantisipasi penurunan tanah galian, tanpa
mengindahkan standard persyaratan pemadatan tanah. Bahan tanah gambut tidak boleh
dipergunakan untuk pembuatan tanggul, dan harus dibuang. Untuk tanah yang belum
matang.
f. Pembilasan Saluran
Pengisian kembali tinggi permukaanair tanah melalui infiltrasi air dari saluran-saluran
menghendaki jaringan saluran yang padat. Besarnya infiltrasi air adalah sepadan dengan
kepadatan saluran (panjang total saluran per ha). Tinggi dasar saluran harus berada dibawah
3-89
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
tinggi permukaanair tinggi dimusim kemarau, untuk memungkinkan agar aliran air masuk
dengan mudah pada waktu air pasang. Bangunan pengendali air diperlukan untuk mencegah
agar aliran air tidak keluar pada waktu air surut.
h. Lebar Tanggul
Pada prinsipnya, tanggul harus memiliki lebar minimum sedemikian rupa sehingga
batas tanjakan rembesan air seluruhnya berada dalam badan tanggul. Karena tanggul berada
diatas tinggi banjir paling tinggi, maka tanggul dapat dipergunakan sebagai jalan masuk
menuju suatu area. Oleh karena itu, sebagian besar tanggul memiliki fungsi kedua yang
penting untuk angkutan, dan lebar tanggul tersebut juga tergantung dengan jenis lalu lintas
yang diperkirakan.
Standar lebar tanggul minimum ditetapkan sbb :
3-90
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
4 BAB IV
PENYUSUNAN RENCANA ANGGARAN BIAYA
4-1
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
5 BAB V
PEMROGRAMAN
Pemerintah daerah menyusun daftar urutan usulan prioritas sesuai dengan prioritas
daerah dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut:
1. Rehabilitasi Jaringan Irigasi:
a. merupakan D.I yang sudah terdaftar dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 14/PRT/M/2015 tentang kriteria dan penetapan status
daerah irigasi, sebagai kewenangan pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
daerah kabupaten/kota;
b. merupakan D.I. yang menjadi prioritas penanganan pemerintah daerah dalam
dokumen perencanaan (RPJMD/Renstra SKPD/Renstra DAK);
c. pekerjaan rehabilitasi wajib tuntas/menyeluruh dalam satu D.I sebelum beralih ke
D.I. lainnya, serta harus dapat langsung fungsional (dapat ditanami) setelah kegiatan
dilaksanakan;
d. memiliki dokumen teknis (DED) dan dokumen pendukung yang lengkap;
5-1
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
5-2
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
5-3
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
5-4
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
5-5
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
5-6
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
melakukan verifikasi dan persetujuan terhadap rencana kegiatan yang diajukan oleh Pemda
sesuai dengan penetapan alokasi DAK.
Tahapan pelaksanaan persetujuan RK, meliputi:
1. Tahap Persiapan
Dalam tahapan ini Kementerian PUPR akan mengundang Pemda secara resmi, dengan
menyampaikan jadwal dan lokasi penyelenggaraan, serta format data yang wajib
disiapkan Pemda. Pemda diwajibkan menyusun rencana kegiatan DAK berdasarkan
alokasi yang telah ditetapkan dan usulan rencana kegiatan yang disepakati dalam
tahapan verifikasi data teknis dan usulan rencana kegiatan. Adapun format rencana
kegiatan beserta data dukung yang wajib disampaikan pada saat konsultasi program,
terdiri dari:
a. Kegiatan Rehabilitasi/Peningkatan/Pembangunan Jaringan Irigasi
1) Berkas persetujuan pada verifikasi data teknis dan usulan rencana kegiatan;
2) Data Form Manfaat/RTI berdasarkan hasil ePaksi;
3) Laporan akhir perencanaan;
4) Gambar Desain DED;
5) Skema jaringan;
6) Skema bangunan;
7) Peta geospasial;
8) RAB, backup volume pekerjaan, harga satuan, dan analisis harga satuan
pekerjaan (AHSP);
9) Kerangka acuan pekerjaan (KAK);
10) Dokumentasi pekerjaan yang akan diusulkan;
11) Data pendukung lainnya
b. Kegiatan Peningkatan/Pembangunan Infrastruktur Pengendali Banjir
1) Berkas persetujuan pada verifikasi data teknis dan usulan rencana kegiatan
2) Data form manfaat/RTI berdasarkan hasil SID/DED;
3) Studi Pengendalian Banjir/Survai investigasi Design (SID) dan Detail
Enginering Design (DED);
4) Dokumen lingkungan (AMDAL, UKL, UPL);
5) Gambar Desain DED;
6) RAB, backup volume pekerjaan, harga satuan, dan analisis harga satuan
pekerjaan (AHSP);
5-7
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
7) Peta geospasial;
8) Data Pendukung (frekuensi banjir, tinggi genangan, lama genangan);
9) Dokumentasi lokasi pekerjaan yang diusulkan;
2. Tahap Verifikasi
a. Verifikasi Daerah (BBWS/BWS dan Dinas Provinsi)
Dalam tahapan ini, usulan dan data yang disiapkan oleh Pemerintah Daerah
diperiksa oleh verifikator BBWS/BWS dan Dinas Provinsi, yang terdiri dari
verifikasi:
1) Kesesuaian usulan kegiatan dengan data teknis dan karakteristik lokasi yang
diusulkan;
2) Kesesuaian DED, RAB, dengan karakteristik lokasi yang diusulkan;
3) Kewajaran nilai usulan kegiatan dengan harga satuan setempat;
4) Kesesuaian outcome, output, dengan skema jaringan dan bangunan;
5) Kelengkapan data;
b. Verifikasi Pusat
Dalam tahapan ini, usulan dan data yang disiapkan oleh Pemerintah Daerah
diperiksa oleh verifikator staf pusat, yang terdiri dari verifikasi:
1) Kelengkapan data teknis dan dokumen pendukung.
2) Kesiapan dan kelayakan desain teknis, dan
3) Kewajaran harga pekerjaan Rencana Kegiatan DAK
Dalam tahapan ini, jika seluruh data teknis dan rencana kegiatan Pemerintah Daerah
telah diverifikasi dan disetujui sampai dengan ke verifikator 1 Pusat, maka dapat
dilakukan persetujuan dalam lembar rencana kegiatan yang ditandatangani oleh
verifikator 2 pusat dan/atau pejabat Kementerian PUPR dan pejabat yang mewakili
Pemerintah Daerah.
Selanjutnya, Pemda menyerahkan berkas asli lembar rencana kegiatan yang telah
ditandatangani berserta kelengkapan data verifikasi ke petugas pengumpul berkas
Kementerian PUPR untuk pengarsipan.
Segera setelah proses persetujuan RK, Pemda wajib menyesuaikan kesepakatan tersebut
ke dalam Sistem Informasi Perencanaan dan Penganggaran yang Terintegrasi untuk
proses approval dan tanda tangan digital oleh pejabat Kementerian PUPR.
5-8
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
Sesuai dengan pengaturan terkait perubahan RK yang telah diatur dalam batang tubuh
dalam Pasal 9 dan Pasal 10, Pemerintah Daerah dapat mengajukan perubahan terhadap
Rencana Kegiatan Bidang Irigasi. Persetujuan terhadap perubahan RK Bidang Irigasi dapat
diberikan sepanjang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Mengikuti mekanisme yang diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
123 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus Fisik Tahun Anggaran
2020, pasal 6.
2. Usulan perubahan Rencana Kegiatan merupakan usulan yang telah disetujui dalam
tahapan verifikasi data teknis dan usulan rencana kegiatan.
3. Disetujui setelah mengikuti mekanisme verifikasi Rencana Kegiatan.
5-9
Modul Perencanaan Teknis dan Pemprograman
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2021
6 BAB VI
PENUTUP
A.Simpulan
Modul merupakan salah satu bentuk bahan pembelajaran yang dirancang untuk
membantu pembaca (pengguna) memahami dan menguasai materi dibidangnya secara
spesifik. Keberadaan modul dalam kegiatan Bantuan Teknis (Bantek) Dana Alokasi Khusus
(DAK) 2021 ini sangat diperlukan untuk membantu pemda penerima bantuan agar dapat
lebih memahami langkah-langkah pelaksanaan perencanaan teknis dan pemrograman.
Permasalahan yang sering terjadi dalam pelaksanaan perencanaan teknis adalah
seringkali ditemukan data yang digunakan dalam perencanaan teknis adalah data lama. Oleh
karena itu kegiatan pengumpulan data perlu menjadi perhatian dan dilakukan pembaharuan
data secara berkala agar hasil perencanaan lebih berkualitas dan dapat diandalkan.
Diharapkan dengan adanya modul perencanaan teknis dan pemrograman ini, pemda
penerima bantuan teknis dapat menyusun perencanaan teknis dengan lebih baik.
2. Saran
Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam perencanaan teknis dan
pemrograman, perlu adanya upaya peningkatkan pemahaman terhadap langkah-langkah
perencanaan teknis dan pemrograman, seperti dengan melakukan pelatihan-pelatihan secara
berkala.
6-1