CARA MENGHITUNG
•. .'
DESIGN FLOOD
TAKJl.AN
TBANG
1ekerjaan umum
:. 5
'
D E P A R T E M E N PEKERJAAN U MUM
DIREKTORAT JENDERAL PENGAIRAN
II DIRE K T 0 RAT SUN GAl
CARA MENGHITUNG
DESIGN FLOOD
D E P A R T E M E N PEKERJAAN U MUM
DIREKTORAT JENDERAL PENGAIRAN
D R E K T 0 RAT S U N G A I
DEPARTE M EN PEKERJA AN UMUM
PUS LITBA NG
! PERP USTA KAA N
Dit2r ima tg l ; I ~ 83 - / 8/H/T/ l
N.l. : .:L~/8 3
N.K.: !::, :2.. ~ ~ (I N D/e! _J
~- - -
SEPATAH KATA PENERBIT
Teknik persungaian merupakan hal baru di Indonesia. Oleh karena itu literatur
tentang teknik ini dalam bahasa Indonesia masih terbatas. Buku-buku tentang teknik
persungaian pada umumnya dari luar negeri, yang ditulis dalam bahasa asing dan ditulis
berdasarkan keadaan dan pengalaman serta percobaan di Sana.
Sungai sekalipun sama ujudnya, tetapi mempunyai sifat yang berlainan. Sungai-
sungai di Indonesia mempunyai karakter tersendiri. Penanganan sungai di Indonesia
sekalipun masih terbatas ternyata sudah dirintis agak lama. Pengalaman teknisi Indonesia
dalam masalah ini sekalipun masih sedikit namun sebenarnya sudah berkembang. Berbagai
seminar dan lokakarya masalah teknik persungaian telah sering dilakukan. Salah satu dari
hasH kegiatan itu adalah buku ini. Oleh karena itu Badan Penerbit merasa gembira men-
dapat izin dari Direktur Jenderal Pengairan untuk menerbitkan buku ini. Dengan mener-
bitkan buku ini Badan Penerbit mendapat kehormatan untuk turut menyebar luaskan
teknik persungaian di kalangan teknisi Indonesia.
Mungkin buku ini masih banyak kesalahan dan kekurangannya, untuk itu diharap-
kan saran-saran perbaikan dari para pemakai buku ini.
Jakarta, Ju Ii 1980.
Salah satu tugas Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum, adalah
mengembangkan wilayah sungai dengar:t pemanfaatan air sebagai dasar perencanaan pe-
ngembangan.
Sungai-sungai di tancth air kita yang airnya telah secara intensif dipergunakan oleh ma-
syarakat justru banyak yang telah kritis keadaannya ; kritis dalam pengertian bahwa
perbedaan antara debit besar dan kecil telah melampaui batas-batas yang semestinya.
Bahkan ada sungai yang pada waktu musim kemarau boleh dikatakan kering, sedangkan
pada waktu musim hujan menimbulkan bencana banjir.
Perlu kiranya diingatkan pula, bahwa para teknisi yang berkecimpung dalam bipang
m1 dituntut untuk tidak hanya membangun bangunan perbaikan sungai dan pengatur
banjir yang cukup kuat saja, akan tetapi dituntut pula supaya bangunan sungai itu diba-
ngun secara ekonomis dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu, dalam penetapan
debit banjir rencana tidak boleh hanya dilihat dari segi teknis saja, tetapi perlu ditinjau
dari segi-segi lain, yang berkaitan dengan segi pembangunannya itu sendiri dan segi pe-
manfaatannya.
Disadari bahwa teknik persungaian bagi teknisi Indonesia relatif masih merupakan hal
baru ; oleh karena itu setiap usaha untuk lebih meningkatkannya perlu mendapat perha-
tian yang lebih besar lagi.
Berhubung dengan itu usaha untuk menerbitkan buku yang sederhana ini sangat
dihargai, karena ini merupakan salah satu cara untuk menyebar luaskan dan memajukan
teknik persungaian itu, khususnya cara-cara perhitungan debit banjir rencana.
Dalam hubungan ini kami ingin mengucapkan penghargaan dan terima kasih atas Team
yang telah menyusun buku ini ; begitu pula kepada Badan Penerbit Pekerjaan Umum
yang telah menerbitkannya.
Kepada para pembaca kami minta dapat kiranya memberikan tanggapan-tanggapan serta
saran-saran perbaikan untuk dapat menyempurnakan penerbitan ini.
Sebagai salah satu dasar utama membuat perencanaan bangunan penga.iran, adalah
bidang Hydrologi, yaitu guna memperkirakan debit-debit aliran air sungai yang akan
mengalir melalui bangunan-bangunan pengairan tersebut.
Telah banyak dari para petugas Dit. Jen. Air yang memperoleh pendidikan. dan latihan
dipelbagai negara di bidang Hydrologi yang tentunya sesuai dengan tingkat kemajuan
teknologi setempat dengan karakteristik masing-masing, serta metode penerapan setem-
pat, sehingga sekembalinya ke tanah air berusaha menerapkan pengetahuan yang diper-
olehnya ditempat tugasnya masing-masing.
Menyadari akan pentingnya hasil-hasil dari seminar tersebut, maka oleh Bapak
Direktur Jenderal Pengairan, dengan surat keputusan beliau tertanggal 3 Juni 1976, No.
94/KPTS/Ditjenair/1976, telah menugaskan kepada suatu Team untuk : mengumpulkan,
meneliti, iTlembahas serta menyusun hasil-hasil seminar "CARA PERHITUNGAN DE-
SIGN FLOOD".
Jakarta, J u Ii 1977
~·Q >
( lr. KUSDARYONO )
ii
DAFTAR lSI
Halaman
Ba b V. P e n u t u p .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37
Lampiran- lampiran :
PENDAHULUAN
1
1.2. BERBAGAI ISTILAH PENTING.
Agar tidak timbul keragu-raguan dalam mengartikan suatu istilah, dibawah ini di-
jelaskan mengenai arti dari istilah-istilah pokok yang dipakai di dalam buku ini, dengan
penjelasan singkat seperlunya.
1.2.1. B a n j i r.
Suatu keadaan aliran sungai, dimana permukaan airnya lebih tinggi dari pada
suatu ketinggian tertentu (pada umumnya ditetapkan sama dengan titik tinggi bantaran
sungai).
2
BAB II.
METODA PENUNJANG
a. Pola curah hujan tiap jam dari data-data catatan curah hujan harian.
b. Pola curah hujan daerah (areal rainfall) yang biasanya dihitung dengan cara :
- Curah hujan rata-rata arithmetic (arithmetic mean)
- Poligon thiesen.
- lsohet.
c. Pola hujan pada suatu titik yang dirubah menjadi pola hujan suatu daerah pengaliran
disekeliling titik tersebut (point rainfall to catchment rainfall).
yang dihitung dengan cara-cara sebagai berikut :
- Cara Melchior
- Cara Weduwen
- Cara Haspers.
Dengan melakukan ke enam analisa-analisa curah hujan tersebut di atas, maka akan dapat
diketahui karakteristika curah hujan suatu daerah pengaliran yang hasilnya akan sangat
berguna untuk melakukan perhitungan-perhitungan hydrologis selanjutnya, termasuk
perhitungan-perhitungan untuk memperoleh debit banjir pada titik-titik tertentu sebuah
sungai.
3
2.1. MENAKSIR POLA CURAH HUJAN TIAP JAM DARI DATA-DATA CURAH
HUJAN HARlAN.
Pada umumnya data-data curah hujan di tanah air terutama di pulau Jawa telah
tercatat dalam periode yang melebihi 15 tahun, bahkan dibeberapa tempat di Pulau Jawa
telah tercatat 5ejak 1879.
Akan tetapi data-data tersebut diambil dari pos penakar hujan biasa, yang dicatat setiap
24 jam, sehingga merupakan data curah hujan harian.
Untuk meramalkan besarnya debit banjir yang lebih mendekati kenyataan, perlu didasar-
kan pada catatan curah hujan setiap jam, yang datanya hanya dapat diperoleh dari pos-
pos penakar hujan otomatis.
Untuk mengatasi masalah ini, seorang hydrolog Jepang, Tanimoto telah mengadakan
study lanjutan yang didasarkan pada hasil-hasil study Boerema dan diperoleh hujan lebat
harian di Pulau Jawa dengan distribusi jam-jam-an seperti yang tertera pada halaman 6
tabel 2: 1.1.
Tabel 2.1.1. : Memperkirakan pembagian Curah Hujan Tiap Jam dari Curah
Hujan Harian sebesar 170 mm, 230 mm, 350 mm dan 470 mm.
r=========-===============-=============-============-================
·j Jam 170 mm 230 mm 350 mm 470 mm
1. 87 90 96 101
2. 28 31 36 42
3. 18 20 26 31
4. 11 14 20 25
5. 8 11 16 22
6. 6 9 14 20
7. 6 8 13 19
8. 4 7 12 18
9. 2 5 10 15
10. 5 10 15
11. 4 9 14
12. 4 9 14
13. 4 9 14
14. 4 9 14
15. 3 8 12
16. 3 8 11
17. 3 7 13
18. 3 7 13
19. 2 7 13
20. 7 11
21. 7 11
22. 6 11
23. 4 10
e=========================-=============-============-================
Catatan : Untuk nilai-nilai curah hujan lainnya digunakan cara interpolasi.
4
2.2. CURAH HUJAN DAERAH.
Guna menghitung curah hujan daerah, dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara sebagai
berikut:
R 1 + R2 + R3 + . . . . . . . . . Rn
n
dimana :
Contoh perhitungan :
530 + 365 + 250 + 455 + 230 + 400 + 565 + 725 + 350 + 500 + 650 +
15
830 + 765 + 640 + 825
= 538,7 mm
15
Stasiun hujan
Daerah Pengaliran
Gambar : 2.2.1.
ARITHMATIC MEAN
5
2.2.2. Cara Poligon Thiesen.
Cara ini diperoleh dengan membuat poligon yang memotong tegak lurus pada
tengah-tengah garis hubung dua pos penakar hujan. Dengan demikian setiap pos menakar
hujan Rn akan terletak pada suatu wilayah poligon tertutup dengan luas An.
Dengan menghitung % luas untuk setiap pos = An/A dimana A luas daerah pe-
ngaliran (daerah penampungan) dan memperbanyak dengan harga curah hujan Rn, maka
Rn x (An/A) ini menyatakan curah hujan berimbang.
Curah hujan rata-rata diperoleh dengan cara menjumlahkan curah hujan berim-
bang i(li untuk semua luas yang terletak di dalam batas daerah penampungan. Apabila
ada n buah pos penakar hujan di dalam daerah penampungan dan di sekitarnya yang
mempengaruhi daerah penampungan, maka curah hujan rata-rata (Rave) adalah :
n An
Rave = L - - R
1 A n
======-========-=======-=============
Rn An % luas R berimbang
(mm) total (mm)
(km 2 )
kol 1 x kol 3
1 2 3 4
65 7 1 1
146 120 19 28
192 109 18 35
269 120 19 51
154 20 3 5
298 92 15 45
500 82 13 65
450 76 12 54
175
6
Urutan perhitungan adalah sebagai berikut :
* Luas areal diantara dua buah isohit diukur dengan planimeter :
An, n-1
* Curah hujan rata-rata antara ·dua buah isohit :
Rn, n-1, t
* Volume hujan pada isohit n :
Rn, n-1, t x An, n-1
* Volume seluruhnya
n
~ ( Rn, n-1, t x An, n-1 )
0
Stasiu'1 hujan
isohit
Gambar : 2.2.3.
I SOH IT
Dari ketiga cara ini, hasil perhitungan untuk curah hujan rata-rata dengan menggunakan
data curah hujan yang sama, diperoleh hasil'sebagai berikut :
* Harga rata-rata aritmatik 538,7 mm
* Poligon Thiesen = 547,6 mm
7
Untuk kondisi di Indonesia, maka cara kedua merupakan cara yang cukup memadai,
walaupun demikian kedua cara lainnya dapat pula dipergunakan.
2.3. HUBUNGAN ANTARA TINGGI CURAH HUJAN PADA SUATU TITIK DENGAN
CURAH HUJAN DAERAH.
R = f3 R
Dimana
F luas daerah pengaliran
{3 = koefisien reduksi
Contoh perhitungan :
Luas daerah pengaliran F = 68,1 km2
Curah hujan pada suatu stasiun 207 mm
Dengan menggunakan rumus tersebut diatas diperoleh {3 = 0,9.
Besarnya curah hujan pada daerah pengaliran tersebut adalah 0,9 x 207 = 186 mm.
q f (F, I)
67,65 - 1,45 q
t
q
20 + ..i2._l F
t + 9
{3
120 + F
Dimana :
q Run-off per satuan luas ( m 3 fdet/km 2 }, hubungannya dengan F dan 1 dinya-
takan dengan tabel (Kepustakaan 4).
F Luas daerah pengaliran ( km2)
Gradien sungai.
t = Durasi yang dominan dari h"ujan yang mengakibatkan banj ir (jam ) .
Contoh perhitungan :
Curah hujan pada suatu stasiun 207 mm
Luas daerah pengaliran F = 68,1 km2
Gradient sungai I = 0,006
8
Dari tabel diperoleh q = 4,6 m3fdet/km2.
20 + 13,26 + 1 X 68,1
p = _ _...:::....:...:..=...:..
13,26_ + 9_ _ _ = 0,34
120 + 68,1
t = o, 1 L o,8 . r0,3
Dimana
t = Durasi yang dominan dari hujan yang mengakibatkan banjir (jam)
L = Panjang sungai (km)
I = Gradien sungai
F = Luas daerah pengaliran (km2)
Contoh perhitungan. :
Curah hujan pada suatu stasiun 207 mm
Luas daer~h perigaliran F =· 68,1 km2
Panjang sungai L = 600 km. I = 0,006
t = o. 1 x 6oo 0 ·8 x o,oo6-o,3
= 3,59 jam ..
3,59 + 3,1 x 1o-0 .4 68 10,75
p = 1 + X - -' - - = 0,79
3,592 + 15 12
9
nya satu kali dalam 100 tahun, atau diperkirakan akan terjadi setiap tahun dengan ke-
mungkinan 1 : 100.
Frequency analysis adalah suatu teori yang membahas mengenai kemungkinan perulangan
kejadian tersebut.
Mengenai "Resiko" dapat dijelaskan secara umum dengan sebuah contoh sederhana
sebagai berikut :
Suatu bendung direncanakan untuk dapat bertahan terhadap banjir 100 tahunan
(k = 100}.
Diharapkan bendung ini akan tetap dapat bertahan selama 50 tahun ( N =50}.
Besarnya " Resiko " adalah :
p = 1 ( 1-1-)N
k
1 50
= 1 ( 1--}
100
0,39
= 39%.
Biasanya " Resiko " tersebut pada umumnya tergantung kepada pertimbangan-pertim-
bangan yang non teknis, misalnya : ekonomi, sosial, kepantasan, keserasian dan estetika.
Dalam buku ini hanya dibahas mengenai "Teori kemungkinan "saja.
" Resiko " yang termasuk dalam ruang lingkup Feasibility study dan Engineering Eco-
nomy karena tidak ada naskah yang masuk dalam seminar, tidak akan dibahas.
Masalah utama .dalam ilmu Hidrologi seperti halnya dengan ilmu-ilmu lain yang
mempelajari tingkah laku alam dengan penomenanya yang random adalah mencari hubu-
ngan (bridging} antara hasil pengamatan (sample} dengan karakteristiknya (population}.
Secara garis besar proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Sample 2 Sample-sample
mendatang
Sample n
t =0
Waktu
N
10
N Waktu pengumpulan sample.
N0 = Waktu untuk analysa data, hasilnya dalam masalah banjir adalah flood
frequency
N1 = Sample yang seukuran dengan umur ekonomi, dengan bermacam-macam
pembagiannya (distribution).
Dibawah ini diuraikan secara garis besar pemakaian praktis dari 6 distributions (cara
pembagian).
Persamaan dasar untuk perhitungan banjir dengan return period tertentu untuk 6 dis~r
XT = X+ KSx, dimana :
K = _v([
T
11
0= Euler's constant= 0,5772
N
cs =
(N-1) (N-2)
Pearson Type Ill distriuution dengan skew nol adalah identik dengan Normal Distribution.
(0·- E-) 2
Chi-square (X 2 ) K I I ' dimana
~
E·I
i= 1.
12
de ITJan menggunakan kertas logaritma.
Dari hubungan tersebut banjir-banjir pada ungagued catchment dapat dihitung yaitu
dengan melihat luas daerah pengaliran nya. Tetapi dalam prakteknya methoda in i sangat
complex khususnya dalam membuaf hubn~a antara banjir selektif dengan luas daerah
pengaliran. Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi banjir disuatu tempat yang
berbeda dengan tempat lain misalnya fakt?r meteorologis, distribusi daerah hujan, oro-
gratis, drainage patern, drainage density, geology dan sebagainya, sehingga biasanya hasil
plotting pada kertas logaritma agak tersebar.
Oleh karena itu perlu pertimbangan yang teliti dalam menarik hubungan apakah dengan
mathematical fitting (misalnya dengan garis regresi) atau secara grafical fitting yang ber-
dasarkan pertimbangan subjektif.
13
Dan ternyata diperoleh dua harga tertinggi sebesar 710 mm dan 702 mm, yang tercatat
masrng-masing di Tapanuli bulan Nopember 1962 dan di Ambon pada bulan Agustus
1933.
Dari data-data "tersebut maka dianggap bahwa angka 700 mm sebagai angka curah hu-
jan harian tertinggi untuk kepulauan Nusantara, angka mana merupakan 40 % dari
angka dunta tertinggi.
c. Dengan mempergunakan rumus Hersfield sebagai berikut :
RFpmp = RFave + K x S
Dimana :
RFpmp = Curah hujan PMP.
RFave = Curah hujan maximum rata-rata tahunan
S = Standar deviasi curah hujan harian maximum.
K = Konstanta = 15.
14
BAB Ill.
METODA POKOK
Cara menghitung "Debit banjir rencana" tergantung kepada data yang tersedia.
a. Apabila "Data Debit" yang tersedia cukup panjang, maka Debit Banjir Rencana dapat
dihitung langsung dengan menggunakan cara-cara Statistik sebagaimana dijelaskan
dalam Metoda penunjang.
b. Apabila "Data Debit" yang tersedia tidak cukup panjang, tetapi "Data Hujan" tersedia
cukup panjang, maka Debit Banjir Rencana tidak dapat dihitung dengan cara langsung.
Berdasarkan data hujan yang ada terlebih dahulu dihitung "Hujan Rencana" dengan
menggunakan cara-cara Statistik. Kemudian "Debit Banjir Rencana" dihitung dengan
menggunakan metoda-metoda pokok sebagaimana akan dijelaskan dalam bab mengenai
Metoda Pokok ini.
·c. Apabila data debit dan data hujan dari daerah penampungan tidak cukup panjang
Debit Banjir Rencana dapat dikira-kira dengan Cara Perhitungan angka wilayah atau
yang biasa disebut "Regional Analysis".
Hasil perhitungan dengan menggunakan metoda pokok akan berbeda-beda tergantung
dari methoda yang digunakan.
Perhitungan dengan menggunakan methoda-methoda Melchior, Weduwen, Haspers
dan Rational (dari Jepang) hanya akan menghasilkan suatu angka debit yaitu puncak
banjirnya saja. Metode Unit Hydrograph menghasilkan suatu hydrograph. Perhitungan
dengan menggunakan Cossar Model dapat menghasilkan suatu deretan hydrograph.
Qmax = Q f3 q f
q = f ( F, T)
T = 1000 L
v
v = f ( ll, {3, q, f, i ) dinyatakan secara grafis.
15
Perhitungan dilakukan dengan cara " Trial and error ".
Pertama-tama ditaksir nilai q dengan tabel dibawah ini :
f=-~
~ nF q nF q nF q
l
14.0 11.85 432 3.05 2880 1.00
29.0 9.00 504 2.85 4320 0. 70
12.0
108.0
6.25
5.24 lI 5 76
648
2.65
2.45
5 760
7200
o.54
0.48
=~-
nF = luas ellip.
Perhatian :
Grafik hanya untuk ~ = 0.52 1/5
~
Untuk ~ :;t: 0.52 harga v harus dikalikan dengan ( 0. 52 )
16
Harga q ini kemudian dikoreksi, dengan tabel koreksi seperti dibawah ini :
F=========%======================-=================-==================
T (men it) Pening.gian (%) T (men it) Peninggian (%)
0 - 40 2 1330 - 1420 18
40 - 115 3 1420 - 1510 19
115 - 190 4 1510 - 1595 20
190 - 270 5 1595 - 1680 21
270 - 360 6 1680 - 1770 22
360 - 450 7 1770 - 1860 23
450 - 540 8 1860 - 1950 24
540 - 630 9 1950 - 2035 25
630 - 720 10 2035 - 2120 26
720 - 810 11 2120 - 2210 27
810 - 895 12 2210 - 2295 28
895 - 980 13 2295 - 2380 29
980 - 1070 14 2380 - 2465 30
1070 - 1150 15 2465 - 2550 31
1150 - 1240 16 2550 - 2640 32
1240 ·-- 1330 17 2640 - 2725 33
-================-===============d=================-==================
Untuk T = 460 menit besarnya koreksi 8%
q = 108 x 3,95 = 4.27 m3jkm2jdet.
100
Hujan maksi.mum yang diperhitungkan :
Q = 198 X Q f. q.
200
= 198 X 0.52 X 169 X 4.27
200
= 375 m3/det.
17
f = Luas daerah pengaliran.
Q = Debit dengan kemungkinan ulang T tahun.
Q = o:{3qf
120 + ~ f
t + 9
p
120 + f
67,65
q
t + 1,45
0: 1-~
q+7
0,476 f0.375
t
( 0: {3 q )0.125 10.25
Perhitungan dapat dilakukan dengan cara Trial and eror atau dengan menggur akan
Nomogram.
.r:.
"0
t yang dicari
~ t ditaksir
18
Dengan menggunakan Nomogram.
R7o
Q70 = ( 0: i' Q) X f X--
240
7,71 X 24 X 225
240
Dasar dari metoda ini sama dengan dua metoda yang terdahulu yaitu Rational.
QT = a {3 qf.
Q = a {3 qf
1 + 0.012 f0· 7
a =
1 + o.075 t 0 · 7
19
p
q ( t .dalam jam )
3.6. t
p
= <.t dalam hari )
86,4 t
t R
p
t + 1 0.0008 (26o-R) (2-t)2
( untuk t < 2 jam )
t R
/J untuk 2 jam<. t < 19 jam
t + 1
0.45
0.1 L 0.8 1-0.3
5 jam
= 1.33
(j 0.75
139 - 96
s = = 21.3
2.02
20
R100 R + su 100
= 96 + 21.3 X 3.43
= 169 mm
tR
= ---
t + 1
5 X 169
=
5 + 1
= 141 mm.
q R 100
3.6 t
141
-
3.6 X 5
= 7.83 m3/km2jdet.
Q100 = 0: 13 qf
= 0.45 X 0.75 X 7.83 X 100
= 264.26 m3jdet.
Dasar :
Rumus dasarnya adalah sebagai berikut :
Q = o: r. f ( English Unit), atau
o: r. f 13,6 )("(Metric Unit) ................. ( 1 ).
dimana : o: = run off coefisien (empiris).
r = intensitet hujan selama time of concentration (mmjjam).
t luas daerah pengalir~ (km2).
Q = debit maximum (m3;sec.).
Dibawah ini adalah data-data run off coef ( o: ) yang didapat di Jepang.
21
1 :ungai bergunung 0,75 0,85
~i dataran 0,45 0,75
R (2).
r =-
24 t
t = L (3).
v
dimana : L = panjang · sungai (km)
V = kecepatan perambatan banjir (kmfjam)
t = time of concentrationjwaktu perambatan banjir (jam)
Dan untuk menghitung V dipakai rumus : Dr. Rziha sebagai berikut :
H 0,6
v = 72 ( - ) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4).
L
dimana : H = beda tinggi antara titik terjauh dan mulut daerah pengaliran (km)
L = panjang sungai (km)
V = kecepatan perambatan banjir (kmfjam)
22
e. v = 72 eli) 0 ' 6
L
f. Q = .!:.1:_
3,6
3. t L = 10 = 8,8 jam
v 1,141
_ R 24 2 /3.
4. r - -(-)
24 t
= 140 24 213
-<->
24 8,8
11 mmfjam.
5. Q=~
3.6
;: 0,80 X 11 X 100
3,6
Konsepsi Unit Hydrograph (U.H.) dicetuskan oleh Sherman pada tahun 1936.
Konsepsi ini ternyata sangat bermanfaat untuk analisa hidrologi dan sampai saat inipun
masih dianggap sebagai pendekatan yang sangat baik dalam memperbaiki relasi antara
rainfall dan run off, walaupun akhir-akhir ini timbul pendapat-pendapat lain yang me-
nyatakan bahwa prinsip-prinsip dasar dari teori U.H., mengandung kesalahan.
23
Namun demikian, dalam batas-batas tertentu, teori U.H. masih sangat dapat memenuhi
kebutuhan kita akan suatu cara perhitungan yang relatif sederhana dan cukup teliti.
Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk pemakaian U.H. keadaan daerah pengaliran
harus cukup merat.a (geologi, tanaman penutup) dan luas daerah pengaliran tidak boleh
terlalu besar (Anggapan utama dari teori U.H.).
Dalam beberapa texbook diberi maximum 2.500 mile persegi.
Segi-segi utama dari teori U.H. (anggapan utama dari teori U.H.) adalah bahwa untuk
suatu daerah pengaliran area tertentu suatu curah hujan tertentu selalu menghasilkan
suatu hydrograph yang bentuknya tertentu pula.
Jadi dengan perkataan lain, suatu implus tertentu (hujan) selalu menghasi'lkan suatu
response (hidrograph) yang bentuknya tertentu.
Hidrograf akibat unit implus (hujan) disebut Unit Hidrograf dan U.H. ini adalah sifat
khas dari daerah pengaliran area tersebut.
Perlu dikemukakan bahwa umumnya masih terdapat suatu parameter yang harus diper-
kirakan, suatu parameter setempat. Dari adanya parameter ini jelas bahwa cara ini harus
diterapkan dengan hati-hati sekali.
Hal ini bukan mengurangi pentingnya cara-cara ini, tetapi harus disadari bahwa tiap cara
perhitungan yang didasarkan atas perkiraan selalu menghasilkan sesuatu yang sifatnya
juga perkiraan.
24
3.5.3. Hubungan analisa hujan dan teori Unit Hydrograph.
Karena benruk unit hydrograph umumnya ditentukan oleh curah hujan dalam
waktu tertentu (unit duration atau standard duration), maka perlu diperhatikan bagai-
mana curah hujan harian (yang umumnya tersedia pada kita) dapat dipecah-pecahkan
menjadi sejumlah komponen curah hujan sesuai dengan unit duration atau standard
duration yang ditentukan dalam teori yang kita pakai.
Pada beberapa paper dipakai rumus :
= R24
R
t
Umumnya dapat dikatakan bahwa cara apapun yang kita pakai, kalau ketiga parameter
ini sama untuk tiap cara, rriaka akhirnya tidak banyak beda satu sama lain.
25
t
·E
E
Tb
tr
--
E
) 0,3
= 0,75 Ct {L. Lc
= 275 cP A
tp
= Puncak Unit Hydrograph yang diakibatkan oleh hujan setinggi 1 mm, dengan
duration tr, dinyatakan dalam ( 1/det. ).
=i
5,5
{jam)
26
Tp Peak time, waktu unit hydngraph mulai naik sampai dengan puncaknya
(jam).
tp + 0,25 ( tR- tr )
c
Q p R= 275-p- A
tpR
T pR = tpR + 0·,5 tR
Tp X Qp
h X A
A Bilangan Alexeyev
Tp - Puncak Unit Hydrograph (m3jdet.)
,h = Tinggi satuan curah hujan yang digunakan, dalam hal ini 1 mm, dinyatakan
{ m2 ).
A = Lu.as daer:ah pengaliran ( m2 }.
Berdasarkan 'harga•harga A , Alexeyev menyusun tabel v~x.
t
X=--
Tp
a..
0
Tp
27
WATER DISCHARGE IN PROPORTION TO MAXIMUM DISCHARGE
;\.
X
0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1. 7 1.8 1.9 2.0 2.1
1.2,0.96 0.95 0.94 0.92 0.91 0.8~ 0.87 ~ J.85 0.83 0.80 0.78 0.75 0.73 0.70 0.65 0.62 0.
,1).68
1.3 0.93 0.91 0.88 lo.85 0.821 0.78 0.75 0.71 0.68 0.64 0.60 0.56 0.52 0.48 0.44 0.41 I, 0.37 I 0.
I
1.4. :o.89 0.85 0.81 0.77 0.12! c.:n 0.62 0.57 0.52 0.48 0.43 0.38 0.34 0.30
,0.26
0.23 10.20 1 o.
11.510.84 0.79 0.74 0.68 0.62 0.57 0.50 0.44 0.39 0.34 0.29 0.25 0.21 0.17 0.14 0.12 10.0910.
1.6 !0.79 0.73 0.66 0.59 0.52 0.46 0.39 0.34 0.28 0.23 0.19 0.15 0.12 0.09 0.07 0.05 I 0.04 I 0.
I
1. 7
ii0.74 0.66 0.59 0.51 0.44 0.37 0.30 0.25 0.20 0.15 0.12 0.09 0.07 :0.05 0.03 0.02 0.02 0.
1.8jo.69 0.60 0.52 0.44 0.36 0.29 0.23 0.18 I 0.14 0.10 0.07 0.05 0.03 0.02 0.02 0.01 0.01 0.
1.9 0.641 0.55 0.46 0.37 0.29 0.23 0.17 0.13 0.09 0.06 0.04 0.03 0.02 0.01 0.01 10.004 0.002 0.
2.0 0.59 i 0.49 0.40 0.31 0.24 0.18 0.13 0.09 0.06 0.04 0.02 0.02 0.008 0.005 0.003 0.001 0.001 0.
2.2 0.50 0.40 0.30 0.21 0.15 0.10 0.07 0.04 o.o2 Io.o1 0.01 1 0.0Q5 0.002 0.00 0.00 0.00 0.00
2.4
2.6 0.35
0.42 0.32
0.25
0.22 0.15
0.16 ,0.10
0.10
0.06
0.06
0.03
0.03
0.02
0.02
0.01
0.01 0.005 0.002 0.001 0.00
0.004 0.002 0.001 0.0001
I I
II
I
I
I
2.8 0.29 0.19 0.12 0.07 0.04 0.02 0.01 0.004 0.001 0.001 0.000
I I
3.0 0.24 0.15 0.09 jo.o4 0.02 0.01 0.004 0.002 0.00
'
0.00 I I I
I
I
I
I
3.5. 0.15 0.08 0.04 0.02 0.01 0.002 0.00 0.00 I
I I
4.0 0.09 0.04 0.02 0.01 0.002 0.000
E 4.5 0.06
0
OM
0.01
0.02' 0.01
001
0.003 0.000
0.002 0.000
0.003 0.00
I
0 r001i0.000
I -
28
B. Cara Nakayasu.
E
E
il
0
a:
Tp = T g + 0,8 tr Q = - 1- AR X - - -1
----
max 3,6 o ( 0.3 T p + T o.3 )
Bentuk Graph
0 < t < Tp
Qmax
Q
[;pf.4
Q
1 > > 0,3
Qmax
Q t-T
= 0,3 pangkat ( p)
Qmax
To3
•
0,3 > Q >0,09
Qmax
Q ( t - T p + 0,5 T 0,3
= 0,3 pangkat
Qmax 1,5 T 0 ,3
29'
Q
---< 0,09
Qmax
Cossar Program adalah conversational stream flow synthetic and reservoir regulation
program yang didesign untuk mendapatkan mathemational hydrologie dari suatu river
system dengan menggunakan electronic digital computer.
Stream flow dapat dibuat synthetic dengan mengevaiuasi proses hydrology rainfall -
runoff untuk tempat-tempat yang diinginkan pada suat'u Ri'~r System. River system yang
besar dipecah-pecah menjadi beberapa componen sub- basin, sedangkan channel storage
dapat dispecific-kan dengan channel reach yang menggambarkan delay dari runoff yang
ditinjau pada suatu river system yang kompleks.
Effek storage dari danau alam, reservoir-reservoir dapat dievaluasikan dengan kondisi
free-flow atau regulasi. Dengan demikian, maka stream flow pada anak-anak sungai atau
sungai utama dari suatu river system dapat dibuat synthetic.
11 + 12 t - 01-02
~-=t = 51- 52 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1).
2 2
Subskrip 1 dan 2 menunjukkan awal dan akhir periode t, dimana :
I Inflow.
0 = Outflow.
S = Volume Storage.
Dalam bentuk diferential, Inflow rata-rata lm dapat dinyatakan sebagai :
ds
I = 0 +-- (2).
m m dt
Untuk danau alam (natural lake) atau satu panjang diferential sungai (channel reach),
wedge storage dapat diabaikan dibandingkan dengan prismatic storage, sehingga storage
dapat dikatakan hanya sebagai fungsi dari outflow dengan T s sebagai faktor pembanding.
(3).
Diferential terhadap t :
dS .._ Ts dO (4).
dt dt
I m = 0 m + Ts dO , dan
dt
30
Gambar : 3.6.1.
EVAPOTRANSPIRATION
MOISTURE
DIRECT
BASE FLOW
STREAM FLOW
31
Gambar : 3.6.2.
RESERVOIR ROUTING
INFLOW
I OUTFLOW
/
/
/
,.,-- --- - ',
HYDROGRAPH
.........
~
.... ts.2 / ~
co
w
~-r '
0
/
// ~ d02
~-+hL_ ~
dt
WAKTU
11 12
/1m= 2
~- .,.......
K I
_,...,
INfLOW _.,~dO
I- I _..,.. -- _..,.. dt
CO I .........
w J
Cl 02
COMPUTED OUTFLOW FROM 01
01
Periode routing t
WAKTU
32
Gambar : 3.6.3.
FLOW CHART
LOOK UP
E 1
>
!:::
>
j::
u
<
IE:
w
::J:
1- NO
0
w CALCULATE BASIN RAINFALL
::I FROM WEIGHTING STATION PRECIP
~ AND FIND PERIOD DISTRIBUTION
1-
z
8
FIND
ROP, SMI, RGP & RG
YES.
LOOK UP
KE AND ETI IN TABLE AND
CALCULATE SMI FOR NEXT PERIOD
CALCULATE
8.11 AND LOOK UP BEP
FIND RG 55 - RGP ( - BFP
PRINT
A LINE
LOOK UP
STS
33
dO . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (5).
dt Ts
Persamaan (5) adalah bentuk dasar dari persamaan storage seperti yang diperlihatkan
pada Gambar 3.6.2. atas.
Untuk watershed dan channel, routing dapat diasumsikan sebagai melalui increment
yang berturut-turut dari suatu type reservoir.
Dengan kata lain watershed atau channel dapat dibayangkan sebagai deretan reservoir-
reservoir yang kecil-kecil untuk menggambarkan perlambatan runoff dari upstream dan
downstream.
Proses matematik dari storage routing untuk satu increment storage dan satu periode
routing diperlihatkan pada gambar 3.6.2. bawah.
1m - 01
02 - 01 lm t . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (6).
Ts + 11z t
1m - 01
02 t + 01 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (7).
T s + 1/2t
Inflow rata-rata.
Outflow pada permulaan periode.
t periode routing.
Ts time of storage.
34
3.6.3. Penggunaan.
Dalam water resources engjneering, program Cossarr ini digunakan untuk :
- Study tentang design-f.lood.
- Study tentang reservoir regulation.
- Streamflow reservoir regulation.·
- Extension data-data yang mana pengamatannya pendek menjadi. panjang sesuai
dengan data-data hujan yang ter~ia (dengan menggunakan watershed-model
atau river system-model).
35
BAB IV.
LAIN - LAIN
1. Cara perhitungan design floqd yang disajikan dalam buku petunjuk ini telah men-
cakup semua komponen-komponen dengan penjelasan secara singkat, sehingga buku
petunjuk diharapkan dapat diterapkan untuk seluruh sungai-sungai di Indonesia.
2. Cara perhitungan Design Flood ini baru membahas mengenai faktor-faktor Hydro-
logi dan Frequency Analysis, sehingga untuk aplikasinya secara umum dapat diguna-
kan petunjuk-petunjuk yang telah dirumuskan dalam "SEMINAR RAINFALL-
RUNOFF AND DESIGN FLOOD".
Untuk menentukan design flood bangunan-bangunan yang penting, maka debit
banjir rencana ditetapkan berdasarkan Feasibility Study, baik teknis maupun eko-
nomis serta pertimbangan-pertimbangan lainnya.
3. Dengan semakin berkembangnya ilmu dibidang hidrologi ini, maka telah banyak
dikembangkan cara-cara perhitungan yang semakin mendekati keadaan yang sebe-
narnya dan dengan demikian perlu kiranya cara-cara perhityngan yang telah diper-
gunaka!1 selama ini dikembangkan untuk disempurnakan dengan mengadakan pe-
nyesuaian-penyesuaian terhadap rumus-rumus tersebut. Hal tersebut dapat dilaksa-
nakan dengan suatu research-research tertentu antara lain dengan model basin,
model-model computer, dan metode-metode penelitian lainnya.
5. Perlu pula diadakan pengamatan sampai dimanakah mutu alat-alat pencatat hydro-
logi yang ada di Indonesia baik alat-alat penakar hujan dan alat-alat pencatat debit,
maupun station-station meteorologi.
36
BAB V.
PENUTUP
-oOo-
37
LAMPIRAN I
I. Kesimpulan Seminar.
38
2. Rainfall - Run-off ( untuk Qt ).
2.1. unit hydrograph.
2.2. rational method.
2.3. simulation method.
2.3.1. tank model.
2.3.2. storage function.
2.3.3. SSARR.
3. Design Flood (Peak).
3.1. Melchior.
3.2. De Weduwen.
3.3. Haspers.
3.4. Correlation method.
3.5. Unit flood hydrograph.
A. Return period.
A.l. Earth I Rockfill dams 1000 th.
( crest = freeboard + fetsh + wase )
A.2. Masonry & Concrete dams 500- 1000 th.
A.3. Weir 50- 100th.
A.4. Flood diversion canal 20- 50 th. (tergantung socio economic
factors).
_,,_
A.5. Tanggul 10- 20th.
A.6. Drainage canal sawah 5- 10th.
_,,_
p = 1- ( 1- ..!..) N
T
p = resiko
T = return period
N = life time
Catatan : Return period hendaknya diambil sesuai dengan daftar yang diusulkan
tersebut.
Resiko yang ditentukan dengan risk concept ini harus berada dalam
batas-batas yang wajar.
Pemakaian cara-cara perhitungan (Metoda dan kriteria ).
39
Untuk klasifikasi Proyek :
40
Definisi :
Yang dimaksudkan dengan bangunlln besar dan barrgunan kecil adalah sebagai berikut :
P-=·~
1. Catchment area
(daerah pengaliran) 100 km 2 100 km 2
2. Debit tercatat 500 m 3 /det. 500 m 3 /det.
3. Daerah pengaruh
(commanding area) 5000 ha. 5000 ha.
I
4. Kegunaan (purpose) serba guna eka guna
5. Pengaruh bila terjadi ada kerugian 'tidak ada
kecelakaan. jiwa
===================================-=================-================
Yang dimaksud dengan data cukup (adequate) dan data tidak cukup (inadequate) adalah
sebagai berikut :
r=====-============================-=================-================
No. K r it er ia data cukup tidak cukup
( adequate ) (inadequate)
41
4.6. Metoda-metoda panjang untuk penyempurnaan perhitungan-perhitungan hidro-
logi seper'ti misalnya metoda-metoda statistik, probabilistik, stectochastic dan
lain-lain perlu dipelajari lebih lanjut.
4.7. Perlu diadakan penelitian untuk mendapatkan dan menyempurnakan berbagai
parameter pada metoda-metoda perhitungan hidrologi.
4.8. Kerjasama antara instansi yang bersangkutan dengan hidrotogi perlu lebih diting-
katkan.
42
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN
NOMOR : 94 I KPTS I DITJENAI R I 1976.
TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan
PERTAMA Membentuk Team Penyusun Hasil Seminar Cara Perhitungan Design
Flood yang selanjutnya dalam keputusan ini disebut "Team ", dengan
susunan anggota sebagaimana tersebut dalam lampiran surat keputusan
ini.
KEDUA Team bertugas :
- mengumpulkan, meneliti, membahas serta menyusun hasil-hasil Se-
minar Cara Perhitungan Design Flood tersebut dalam bentuk draft
buku yang dapat dipergunakan sebagai pedoman kerja bagi petugas-
petugas dilingkungan Direktorat Jenderal Pengairan khususnya dalam
menangani permasalahan Cara Perhitungan Design Flood.
43
KETIGA Tata cara kerja serta tugas-tugas terperinci selanjutnya dari pada Team
tersebut akan diatur lebih lanjut oleh Ketua Team.
KEEMPAT Team harus dapat menyelesaikan tugasnya dalam waktu 3 (tiga) bulan
terhitung mulai tanggal 3 Mei 1976 sampai dengan akhir bulan Juli
1976 dan melaporkan hasilnya kepada Direktur Jenderal Pengairan
melalui- Sekretaris Direktorat Jenderal Pengairan selaku Pemimpin
Umum Penyelenggara Seminar Cara Perhitungan Design Flood.
KELIMA Kepada Ketua, Sekretaris dan para anggota Team diberi tunjangan/
honorarium sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam
surat keputusan Direktur Jenderal Pengairan No. 126/KPTS/Ditjenair/
1975 dalam hal ini termasuk kategori A.
KEEN AM Segala biaya yang diperlukan sebagai akibat dikeluarkannya surat ke-
putusan ini, dibebankan kepada anggaran Direktorat Jenderal Pengairan
pada mata anggaran yang bersangkutan.
KETUJUH Surat keputusan · ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ke-
tentuan bahwa segala sesuatunya akan diadakan perubahan dan per-
baikan seperlunya, apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliru-
an dalam penetapan ini.
DITETAPKAN Dl JAKARTA.
PADA TANGGAL 3 JUNI 1976.
Cap I t.t.d.
( lr. H. Nainggolan ).
44
LAMPl RAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN
NOMOR : 94/KPTS/DITJENAIR/76.
TANGGAL : 3 JUNI 1976.
F=T~9
NO JABATAN
NAMA I SATMINKAL I KETERANGAN
URUT DALAM TEAM
1 2 3 4 5
C===========================================================================================================
Jakarta, 3 Juni 1976.
'
A.n. DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN
Sekretaris Direktorat Jenderal,
Cap I t.t.d.
lr. H. Nainggolan ).
~
(J1
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN
NOMOR : 108/KPTS/Ditjenair/1976.
TENTANG
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
PERTAMA Menambah keanggotaan Team Penyusun Buku Hasil Seminar Cara Per-
hitungan Design Flood, dengan menunjuk lr. Ny. INDRESWARI
GOERITNO, Pembantu Khusus Direktur Bina Program Pengairan se-
bagai Anggota Team tersebut, dengan ketentuan bahwa :
KEDUA Keputusan ini mulai berlaku surut sejak tanggal 1 Juni 1976, dengan
ketentuan bahwa segala sesuatunya akan diadakan perubahan dan
perbaikan seperlunya, apabfla dikemudian hari ternyata terdapat ke-
keliruan dalam penetapan ini.
46
TEMBUSAN Surat keputusan ini disampaikan kepada Yth. :
DITETAPKAN 01 : JAKARTA.
PADA TANGGAL : 13 Juli 1976.
Cap/ttd.
( lr. H. Nainggolan ).
47
KEPUSTAKAAN:
10. Analisa dan perhitungan Design Flood Rencana Waduk - lr. Suraji.
Gondang.
Catatan
Dalam mengemukakan permasalahan-permasalahannya para Penulis dari Naskah
Naskah tersebut, pada umumnya menyebut sumber pustakanya, sehingga secara
tidak langsung juga menjadi pustak~ dari buku petunjuk ini.
Para peminat dapat mendalami lebih jauh dengan mempelajari pustaka-pustaka
yang disebut.
48
TGL. PINJAM HARUS KEMBALI TGL. KEMBALI
.- A