Anda di halaman 1dari 63

CARA MENGHITUNG DESIGN FLOOD

CARA MENGHITUNG
•. .'
DESIGN FLOOD

TAKJl.AN
TBANG
1ekerjaan umum

:. 5
'
D E P A R T E M E N PEKERJAAN U MUM
DIREKTORAT JENDERAL PENGAIRAN
II DIRE K T 0 RAT SUN GAl
CARA MENGHITUNG
DESIGN FLOOD

llHLI K PEHPLST.\ K \AN


P U S L I 'f B A N G PU

D E P A R T E M E N PEKERJAAN U MUM
DIREKTORAT JENDERAL PENGAIRAN
D R E K T 0 RAT S U N G A I
DEPARTE M EN PEKERJA AN UMUM
PUS LITBA NG
! PERP USTA KAA N
Dit2r ima tg l ; I ~ 83 - / 8/H/T/ l
N.l. : .:L~/8 3
N.K.: !::, :2.. ~ ~ (I N D/e! _J
~- - -
SEPATAH KATA PENERBIT

Teknik persungaian merupakan hal baru di Indonesia. Oleh karena itu literatur
tentang teknik ini dalam bahasa Indonesia masih terbatas. Buku-buku tentang teknik
persungaian pada umumnya dari luar negeri, yang ditulis dalam bahasa asing dan ditulis
berdasarkan keadaan dan pengalaman serta percobaan di Sana.

Sungai sekalipun sama ujudnya, tetapi mempunyai sifat yang berlainan. Sungai-
sungai di Indonesia mempunyai karakter tersendiri. Penanganan sungai di Indonesia
sekalipun masih terbatas ternyata sudah dirintis agak lama. Pengalaman teknisi Indonesia
dalam masalah ini sekalipun masih sedikit namun sebenarnya sudah berkembang. Berbagai
seminar dan lokakarya masalah teknik persungaian telah sering dilakukan. Salah satu dari
hasH kegiatan itu adalah buku ini. Oleh karena itu Badan Penerbit merasa gembira men-
dapat izin dari Direktur Jenderal Pengairan untuk menerbitkan buku ini. Dengan mener-
bitkan buku ini Badan Penerbit mendapat kehormatan untuk turut menyebar luaskan
teknik persungaian di kalangan teknisi Indonesia.

Mungkin buku ini masih banyak kesalahan dan kekurangannya, untuk itu diharap-
kan saran-saran perbaikan dari para pemakai buku ini.

Jakarta, Ju Ii 1980.

BADAN PENERBIT PEKERJAAN UMUM


KATA SAMBUTAN

Salah satu tugas Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum, adalah
mengembangkan wilayah sungai dengar:t pemanfaatan air sebagai dasar perencanaan pe-
ngembangan.
Sungai-sungai di tancth air kita yang airnya telah secara intensif dipergunakan oleh ma-
syarakat justru banyak yang telah kritis keadaannya ; kritis dalam pengertian bahwa
perbedaan antara debit besar dan kecil telah melampaui batas-batas yang semestinya.
Bahkan ada sungai yang pada waktu musim kemarau boleh dikatakan kering, sedangkan
pada waktu musim hujan menimbulkan bencana banjir.

Dalam membuat rencana teknis (design) bangunan-bangunan pengairan, baik itu.


bangunan irigasi atau pembangunan pengatur banjir dan dalam perencanaan pengaturan
sungai, penetapan "debit banjir rencana" atau '~design flood" sangatlah penting, karena
hal ini akan menyangkut ukuran-ukuran b.angunan (structures) yang akan dibangun yang
berarti pula menyangkut biaya pembangunannya. Bangunan sungai menuntut suatu ke-
telitian yang tinggi, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya. Ketelitian peren-
canaan bangunan sungai, diantaranya ditentukan oleh ketepatan dari penetapan debit
sungai. Teknik-teknik penetapan debit banjir rencana ternyata telah berkembang dengan
pesatnya; berbagai metode dan sistem telah diterapkan diberbagai negara. Oleh karena
itu di Indonesia, kita memerlukan pedoman dalam menetapkan debit banjir rencana itu,
agar kita tidak ragu-ragu dalam menangani perencanaan sungai dan bangunan-bangunan
perbaikan sungai serta bangunan-bangunan pengatur banjir.

Perlu kiranya diingatkan pula, bahwa para teknisi yang berkecimpung dalam bipang
m1 dituntut untuk tidak hanya membangun bangunan perbaikan sungai dan pengatur
banjir yang cukup kuat saja, akan tetapi dituntut pula supaya bangunan sungai itu diba-
ngun secara ekonomis dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu, dalam penetapan
debit banjir rencana tidak boleh hanya dilihat dari segi teknis saja, tetapi perlu ditinjau
dari segi-segi lain, yang berkaitan dengan segi pembangunannya itu sendiri dan segi pe-
manfaatannya.
Disadari bahwa teknik persungaian bagi teknisi Indonesia relatif masih merupakan hal
baru ; oleh karena itu setiap usaha untuk lebih meningkatkannya perlu mendapat perha-
tian yang lebih besar lagi.

Berhubung dengan itu usaha untuk menerbitkan buku yang sederhana ini sangat
dihargai, karena ini merupakan salah satu cara untuk menyebar luaskan dan memajukan
teknik persungaian itu, khususnya cara-cara perhitungan debit banjir rencana.
Dalam hubungan ini kami ingin mengucapkan penghargaan dan terima kasih atas Team
yang telah menyusun buku ini ; begitu pula kepada Badan Penerbit Pekerjaan Umum
yang telah menerbitkannya.
Kepada para pembaca kami minta dapat kiranya memberikan tanggapan-tanggapan serta
saran-saran perbaikan untuk dapat menyempurnakan penerbitan ini.

Semoga buku ini akan bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, Juli 1980.


DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN

lr. SUYONO SOSRODARSONO


KATA PENGANTAR

Peningkatan serta perkembangan tugas-tugas Direktorat Jenderal Pengairan yang


meluas dengan sangat pesatnya, terutama dalam kegiatan menunaikan kewajiban-ke-
wajiban dalam Pelita, sangat memerlukan adanya peningkatan ketrampilan bagi para
petugas Direktorat Jenderal Pengairan.

Lebih-lebih bagi para petugas yang ditempatkan di daerah-daerah, sangat diperlukan


ketrampilannya untuk dapat menetrapkan dasar bagi design-design bangunan pengairan
yang sesuai dengan tingkat kemajuan teknologi yang telah dicapai selama ini.

Sebagai salah satu dasar utama membuat perencanaan bangunan penga.iran, adalah
bidang Hydrologi, yaitu guna memperkirakan debit-debit aliran air sungai yang akan
mengalir melalui bangunan-bangunan pengairan tersebut.
Telah banyak dari para petugas Dit. Jen. Air yang memperoleh pendidikan. dan latihan
dipelbagai negara di bidang Hydrologi yang tentunya sesuai dengan tingkat kemajuan
teknologi setempat dengan karakteristik masing-masing, serta metode penerapan setem-
pat, sehingga sekembalinya ke tanah air berusaha menerapkan pengetahuan yang diper-
olehnya ditempat tugasnya masing-masing.

Sebagaimana telah kita maklumi bahwa kondisi serta karakteristik hydrologi di


tanah air kita berbeda dengan negara lain.
Oleh karena itu diadakanlah suatu seminar hydrologi pada bulan Pebruari 1976 dengan
tema:
"CARA PERHITUNGAN DESIGN FLOOD"
yang pada kesempatan ini telah dibahas berbagai masalah yang berhubungan dengan
bidang Hydrologi, khususnya yang bersangkutan dengan "Cara Perhitungan Design
Flood".

Menyadari akan pentingnya hasil-hasil dari seminar tersebut, maka oleh Bapak
Direktur Jenderal Pengairan, dengan surat keputusan beliau tertanggal 3 Juni 1976, No.
94/KPTS/Ditjenair/1976, telah menugaskan kepada suatu Team untuk : mengumpulkan,
meneliti, iTlembahas serta menyusun hasil-hasil seminar "CARA PERHITUNGAN DE-
SIGN FLOOD".

Setelah team melaksanakan tugasnya, ditemukan suatu kesimpulan umum, bahwa


dalam seminar tersebut belum semua problema dapat dibahas. Yang sempat dibahas ada-
lah " Cara Perhitungan Design Flood" untuk merencanakan bangunan pengairan, sehing-
ga hasil perumusan team adalah suatu Pedoman atau Petunjuk yang dilengkapi dengan
contoh-contoh praktis, yang dapat dipakai secara langsung untuk melakukan perhitungan-
perhitungan Design Flood, disesuaikan dengan tersedianya data-data hydrologi pada se-
tiap sungai di seluruh tanah air, yang hasilnya dapat dipergunakan untuk merencanakan
bangunan pengairan.
Dapat disadari bahwa buku Pedoman ini tidak luput dari berbagai kekurangan, baik pada
tata susunannya, maupun mutunya.
Dengan segala keterbatasan yang ada pada team, kiranya masih banyak yang perlu dilaku-
kan dan untuk itu para pemakai dan pembaca diundang untuk memberikan tanggapan,
guna menye:mpurnakan buku ini, agar kegunaannya dapat dicapai sebaik-baiknya.-

Jakarta, J u Ii 1977

afn. Team Penyusun

~·Q >

( lr. KUSDARYONO )

ii
DAFTAR lSI

Halaman

Kata Pengantar. i - ii.

Bab I. Pendahuluan ..................... ..................... . . 1


1.1. Uraian Umum............. ....................... ... 1
1.2. Berbagai lstilah Penting. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

Bab II. Metoda Penunjang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3


2.1. Menaksir Pola Curah Hujan Tiap Jam . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
2.2. Curah hujan daerah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
2.2.1. Cara Perhitungan Rata-rata. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
2.2.2. Cara Polygon Thiesen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
2.2.3. Cara lsochyt . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
2.3. Hubungan antara tinggi curah hujan pada suatu titik dengan
curah hujan daerah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
2.3.1. Cara Melchior . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
2.3.2. Cara Weduwen. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
2.3.3. Cara Haspers . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
2.4. Perhitungan Statistik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
2.4.1. Pembagian secara NORMAL. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
2.4.2. Pembagian secara LOG N<?RMAL. . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
2.4.3. Cara Gumbel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
2.4.4. Cara VENTE CHOW............. ............... 11
2.4.5. Cara LOG PEARSON TYPE Ill................... . 12
2.4.6. Pemeriksaan Kecocokan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
2.5. Perhitungan angka wilayah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
2.6. Hujan terbesar yang mungkin terjadi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13

Bab Ill. Metoda Pokok . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15


3.1. Cara Perhitungan Melchior . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
3.2. Cara Perhitungan Weduwen. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
3.3. Cara Perhitungan Haspers . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
3.4. Cara Perhitungan Rational dari Jepang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
3.5. Cara Perhitungan Unit Hydrograph . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
3.6. Cara Perhitungan Cossar Model . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30

Bab IV. Lain -lain .................... .................... ..... 36

Ba b V. P e n u t u p .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37
Lampiran- lampiran :

1. Hasil Perumusan Seminar Rainfall - Run off Relation dan


Design Flood. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 38

2. Surat Keputusan Dir. Jen. Pengairan No. : 94/KPTS/Ditjen Air/


1976 tertanggal 3 Juni 1976, tentang pembentukan Team
Penyusun Buku Seminar Perhitungan Design Flood.. . . . . . . . . . 43

3. Surat Keputusan Dir.Jen. Pengairan No. 108/KPTS/Dit.Jen. Air


/1976 tertanggal 13 Juli 1976, tentang Penambahan Team
Penyusun Hasil Buku Seminar Perhitungan Design Flood . . . . . . 46

K e p ust a k a a n ................... .. ......... ......... 48


BAB I.

PENDAHULUAN

1.1. URAIAN UMUM.

Sesuai dengan karakteristik penomena hydrologi suatu daerah pengaliran sungai,


debit sungai yang bersangkutan berubah-ubah tidak beraturan, oleh karenanya sukarlah
untuk meramalkan besarnya debit yang akan melintasi suatu penampang sungai secara
pasti pada suatu saat tertentu.
Dari hidrograf suatu sungai akan dapat diketahui, bahwa besarnya puncak debit
banjir suatu sungai akan berbeda-beda dari tahun ke tahu·n.
Apabila diperhatikan puncak banjir setiap tahunnya, kadang-kadang terjadi puncak debit
banjir yang sangat besar pada tahun tertentu, dan kadang-kadang pada tahun-tahun yang
lainnya terjadi puncak banjir cukup rendah dan apabila angka-angka yang diperoleh
disusun berurutan, akan tampak bahwa angka puncak debit banjir tersebut besarnya
sangat tidak beraturan (random).
Jika pada suatu saat di sebuah sungai direncanakan akan dibangun suatu bangunan
pengairan, bangunan tersebut diharapkan untuk mampu mempertahankan existensinya
sesuai dengan umur efektip yang direncanakan.
Di dalam periode existensinya, bangunan ini diharapkan untuk dapat dilalui dengan
aman oleh banjir-banjir sampai dengan ketinggian dan debit tertentu tanpa terjadi keru-
sakan ataupun kehancuran pada bangunan yang bersangkutan.
Apabila diinginkan suatu bangunan derigan angka keamanan yang lebih tinggi, pembuat-
annya dikerjakan dengan meningkatkan kemampuan untuk melewatkan debit banjir
yang lebih besar.
Bangunan semacam ini akan lebih mahal dan barangkali dapat melampaui batas-batas
ekonomis yang dapat dipertanggung jawabkan.
Sebaliknya apabila dibangun dengan kemampuan yang lebih kecil, bangunan tersebut
akan selalu terancam dan tidak aman, jika sewaktu-waktu terjadi banjir yang melampaui
batas-batas kemampuannya.
Angka debit banjir mana yang sepantasnya dipergunakan dalam merencanakan suatu
bangunan pengairan pada suatu alur sungai, adalah merupakan suatu angka yang sangat
penting dan angka ini disebut : Debit Banjir Rencana atau Design Flood.
Dalam menetapkan "debit banjir rencana", selain tehnis dan ekonomis, harus diperhati-
kan juga pertimbangan-pertimbangan non teknis lainnya, seperti nilai-nilai yang patut,
yang cocok dan yang sesuai dengan waktu dan keadaan setempat.
Perhitungan-perhitungan yang diuraikan di bawah ini lebih dititik beratkan pada per-
hitungan-perhitungan yang menyangkut masalah hydrologi dan statistik untuk memper-
oleh suatu debit banjir dengan berbagai kemungkinan ulangnya.
Disesuaikan dengan tingkat tersedianya data-data setempat, perhitunganpun akan meng-
hasilkan angka-angka dalam berbagai ketelitian.
Walaupun demikian akan cukup memadai kiranya untuk dapat dipergunakan, sebagai
dasar perencanaan bangunan-bangunan pengairan sederhana.

1
1.2. BERBAGAI ISTILAH PENTING.

Agar tidak timbul keragu-raguan dalam mengartikan suatu istilah, dibawah ini di-
jelaskan mengenai arti dari istilah-istilah pokok yang dipakai di dalam buku ini, dengan
penjelasan singkat seperlunya.

1.2.1. B a n j i r.
Suatu keadaan aliran sungai, dimana permukaan airnya lebih tinggi dari pada
suatu ketinggian tertentu (pada umumnya ditetapkan sama dengan titik tinggi bantaran
sungai).

1.2.2. Debit banjir.


Besarnya aliran sungai yang diukur dalam satuan (m3/dt) pada waktu banjir.

1.2.3. Debit banjir rencana.


Debit banjir yang dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan kemampuan
dan ketahanan suatu bangunan pengairan yang akan dibangun pada alur suatu sungai.

1.2.4. Metode penunjang.


Metode-metode yang dipergunakan untuk melakukan analisa terhadap dat~
meteorologi dan atau hydrologi untuk memperoleh angka-angka yang dapat memberikan
gambaran karakteristik dari pada keadaan meteorologi dan atau hydrologi daerah peng-
aliran tersebut.

1.2.5. Metode Pokok.


Metode-metode yang dipergunakan untuk mencari hubungan antara hujan yang
jatuh pada suatu daerah pengaliran dengan besar banjir-banjir yang diakb<:~tny.

2
BAB II.

METODA PENUNJANG

Faktor yang dipergunakan di dalam rumus-rumus banjir untuk memperoleh angka-


angka banjir rencana pada umumnya hanya didasarkan pada faktor hujan.
Sebagaimana diketahui bahwa karakteristika hujan untuk suatu daerah akan sangat
berbeda dengan daerah lainnya, dengan demikian untuk dapat memperkirakan besarnya
curah hujan yang akan terjadi pada suatu daerah, hanya dapat dilakukan berdasar pengu-
kuran-pengukuran besarnya curah hujan pada waktu-waktu tertentu dimasa yang telah
lalu dengan menggunakan peralatan-peralatan yang disebut " Pos penakar curah hujan ".
Agar dapat diperoleh gambaran karakteristik curah hujan suatu daerah, maka dari
hasil-hasil pencatatan pos-pos penakar curah hujan dilakukan perhitungan-perhitungan
sebagai berikut :

a. Pola curah hujan tiap jam dari data-data catatan curah hujan harian.

b. Pola curah hujan daerah (areal rainfall) yang biasanya dihitung dengan cara :
- Curah hujan rata-rata arithmetic (arithmetic mean)
- Poligon thiesen.
- lsohet.

c. Pola hujan pada suatu titik yang dirubah menjadi pola hujan suatu daerah pengaliran
disekeliling titik tersebut (point rainfall to catchment rainfall).
yang dihitung dengan cara-cara sebagai berikut :
- Cara Melchior
- Cara Weduwen
- Cara Haspers.

d. Pola analisa frekwensi (freqwency analysis) dengan perhitungan-perhitungan statistik


sebagai berikut :
- Distribusi normal (normal distribution)
- Distribusi normal logaritmis (log normal distribution)
- Harga extreem Gumbel (Gumbel extreem value).
- Logaritma Pearson type Ill.
- Pemeriksaan kecocokan (testing the goodness of fitness).

e. Analisa regional (regional analysi,s).

f. Probable maximum precipitation (PMP).

Dengan melakukan ke enam analisa-analisa curah hujan tersebut di atas, maka akan dapat
diketahui karakteristika curah hujan suatu daerah pengaliran yang hasilnya akan sangat
berguna untuk melakukan perhitungan-perhitungan hydrologis selanjutnya, termasuk
perhitungan-perhitungan untuk memperoleh debit banjir pada titik-titik tertentu sebuah
sungai.

3
2.1. MENAKSIR POLA CURAH HUJAN TIAP JAM DARI DATA-DATA CURAH
HUJAN HARlAN.

Pada umumnya data-data curah hujan di tanah air terutama di pulau Jawa telah
tercatat dalam periode yang melebihi 15 tahun, bahkan dibeberapa tempat di Pulau Jawa
telah tercatat 5ejak 1879.
Akan tetapi data-data tersebut diambil dari pos penakar hujan biasa, yang dicatat setiap
24 jam, sehingga merupakan data curah hujan harian.
Untuk meramalkan besarnya debit banjir yang lebih mendekati kenyataan, perlu didasar-
kan pada catatan curah hujan setiap jam, yang datanya hanya dapat diperoleh dari pos-
pos penakar hujan otomatis.
Untuk mengatasi masalah ini, seorang hydrolog Jepang, Tanimoto telah mengadakan
study lanjutan yang didasarkan pada hasil-hasil study Boerema dan diperoleh hujan lebat
harian di Pulau Jawa dengan distribusi jam-jam-an seperti yang tertera pada halaman 6
tabel 2: 1.1.

Tabel 2.1.1. : Memperkirakan pembagian Curah Hujan Tiap Jam dari Curah
Hujan Harian sebesar 170 mm, 230 mm, 350 mm dan 470 mm.
r=========-===============-=============-============-================
·j Jam 170 mm 230 mm 350 mm 470 mm

1. 87 90 96 101
2. 28 31 36 42
3. 18 20 26 31
4. 11 14 20 25
5. 8 11 16 22
6. 6 9 14 20
7. 6 8 13 19
8. 4 7 12 18
9. 2 5 10 15
10. 5 10 15
11. 4 9 14
12. 4 9 14
13. 4 9 14
14. 4 9 14
15. 3 8 12
16. 3 8 11
17. 3 7 13
18. 3 7 13
19. 2 7 13
20. 7 11
21. 7 11
22. 6 11
23. 4 10
e=========================-=============-============-================
Catatan : Untuk nilai-nilai curah hujan lainnya digunakan cara interpolasi.

4
2.2. CURAH HUJAN DAERAH.

Guna menghitung curah hujan daerah, dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara sebagai
berikut:

2.2.1. Cara Perhitungan Rata-rata.


Cara menghitung rata-rata aritmatis (arithmatic mean) adalah cara yang paling
sederhana.
Cara ini biasanya dipergunakan untuk daerah yang datar, dengan jumlah pos curah
hujan yang cukup banyak dan dengan anggapan bahwa curah hujan di daerah tersebut
bersifat uniform (uniform distribution), dengan rumus sebagai berikut :

R 1 + R2 + R3 + . . . . . . . . . Rn
n

dimana :

Rave = Curah hujan rata-rata

R1 .... Rn Besarnya curah hujan pada masing-masing pos


n Banyaknya pos hujan.

Contoh perhitungan :
530 + 365 + 250 + 455 + 230 + 400 + 565 + 725 + 350 + 500 + 650 +
15
830 + 765 + 640 + 825
= 538,7 mm
15

Stasiun hujan

Daerah Pengaliran

Gambar : 2.2.1.

ARITHMATIC MEAN

5
2.2.2. Cara Poligon Thiesen.
Cara ini diperoleh dengan membuat poligon yang memotong tegak lurus pada
tengah-tengah garis hubung dua pos penakar hujan. Dengan demikian setiap pos menakar
hujan Rn akan terletak pada suatu wilayah poligon tertutup dengan luas An.
Dengan menghitung % luas untuk setiap pos = An/A dimana A luas daerah pe-
ngaliran (daerah penampungan) dan memperbanyak dengan harga curah hujan Rn, maka
Rn x (An/A) ini menyatakan curah hujan berimbang.
Curah hujan rata-rata diperoleh dengan cara menjumlahkan curah hujan berim-
bang i(li untuk semua luas yang terletak di dalam batas daerah penampungan. Apabila
ada n buah pos penakar hujan di dalam daerah penampungan dan di sekitarnya yang
mempengaruhi daerah penampungan, maka curah hujan rata-rata (Rave) adalah :
n An
Rave = L - - R
1 A n

======-========-=======-=============
Rn An % luas R berimbang
(mm) total (mm)
(km 2 )
kol 1 x kol 3

1 2 3 4

65 7 1 1
146 120 19 28
192 109 18 35
269 120 19 51
154 20 3 5
298 92 15 45
500 82 13 65
450 76 12 54
175

626 100 284


I .
Gambar : 2.2.2. ~=±

POLIGON THIESEN 284 mm.

2.2.3. Cara lsohit.


lsohit adalah garis lengkung yang menunjukkan harga curah hujan yang sama.
Umumnya sebuah garis lengkung menunjukkan angka yang bulat.
lsohit ini diperoleh dengan cara interpolasi harga-harga curah hujan yang tercatat pada
pos penakar hujan lokal ( Rnt ).
Dengan· demikian dapat kiranya dijelaskan bahwa pada poligon Thiesen, garis-
garis batas poligonnya tidak berubah, sedang pola lsohit berubah-ubah dengan terjadinya
perubahan harga-harga Rnt·

6
Urutan perhitungan adalah sebagai berikut :
* Luas areal diantara dua buah isohit diukur dengan planimeter :
An, n-1
* Curah hujan rata-rata antara ·dua buah isohit :
Rn, n-1, t
* Volume hujan pada isohit n :
Rn, n-1, t x An, n-1
* Volume seluruhnya
n
~ ( Rn, n-1, t x An, n-1 )
0

* Curah hujan rata-rata :


n
~
0 Rn, n-1, t .x An, n-1
Rave A

Stasiu'1 hujan

isohit

Gambar : 2.2.3.

I SOH IT

Dari ketiga cara ini, hasil perhitungan untuk curah hujan rata-rata dengan menggunakan
data curah hujan yang sama, diperoleh hasil'sebagai berikut :
* Harga rata-rata aritmatik 538,7 mm
* Poligon Thiesen = 547,6 mm

* lsohit = 550,6 mm.

7
Untuk kondisi di Indonesia, maka cara kedua merupakan cara yang cukup memadai,
walaupun demikian kedua cara lainnya dapat pula dipergunakan.

2.3. HUBUNGAN ANTARA TINGGI CURAH HUJAN PADA SUATU TITIK DENGAN
CURAH HUJAN DAERAH.

2.3.1. Cara Melchior.


Transfer hujan pada suatu titik di dalam daerah pengaliran ke curah hujan daerah
pengaliran yang bersangkutan (point rainfall to catchment rainfall) dinyatakan dengan
koefisien reduksi (reduction coeficient) dalam rumus sebagai berikut :

F = 1970 - 3960 + 1720 {3


{3 -0,12

R = f3 R

Dimana
F luas daerah pengaliran
{3 = koefisien reduksi

Contoh perhitungan :
Luas daerah pengaliran F = 68,1 km2
Curah hujan pada suatu stasiun 207 mm
Dengan menggunakan rumus tersebut diatas diperoleh {3 = 0,9.
Besarnya curah hujan pada daerah pengaliran tersebut adalah 0,9 x 207 = 186 mm.

2.3.2. Cara Weduwen.


Koefisien reduksi {3 dapat diperoleh dengan rumus-rumus sebagai berikut :

q f (F, I)
67,65 - 1,45 q
t
q

20 + ..i2._l F
t + 9
{3
120 + F

Dimana :
q Run-off per satuan luas ( m 3 fdet/km 2 }, hubungannya dengan F dan 1 dinya-
takan dengan tabel (Kepustakaan 4).
F Luas daerah pengaliran ( km2)
Gradien sungai.
t = Durasi yang dominan dari h"ujan yang mengakibatkan banj ir (jam ) .

Contoh perhitungan :
Curah hujan pada suatu stasiun 207 mm
Luas daerah pengaliran F = 68,1 km2
Gradient sungai I = 0,006

8
Dari tabel diperoleh q = 4,6 m3fdet/km2.

t = 67,65- 1,45 x 4,6 = 13,26 jam


4,6

20 + 13,26 + 1 X 68,1
p = _ _...:::....:...:..=...:..
13,26_ + 9_ _ _ = 0,34
120 + 68,1

Curah hujan daerah pengaliran = 0,34 x 270 mm = 70 mm.


2.3.3. Cara Haspers.
Koefisien reduksi diperoleh dari rumus-rumus sebagai berikut :

t = o, 1 L o,8 . r0,3

t + 3,7 x 1o-0,4 F 0 •75


1
-= 1 ~ X
p t2 + 15 12

Dimana
t = Durasi yang dominan dari hujan yang mengakibatkan banjir (jam)
L = Panjang sungai (km)
I = Gradien sungai
F = Luas daerah pengaliran (km2)

Contoh perhitungan. :
Curah hujan pada suatu stasiun 207 mm
Luas daer~h perigaliran F =· 68,1 km2
Panjang sungai L = 600 km. I = 0,006

t = o. 1 x 6oo 0 ·8 x o,oo6-o,3
= 3,59 jam ..
3,59 + 3,1 x 1o-0 .4 68 10,75
p = 1 + X - -' - - = 0,79
3,592 + 15 12

Curah hujan daerah pengaliran = 0, 79 x 207 mm = 164 mm.

2.4. PERHITUNGAN STJ.\TISTIK.

Penomena-penomena Hidrologi seperti banjir, hujan dan sebagainya besar dan


waktu terjadinya sangat tidak beraturan (random).
Walaupun demikian, diharapkan agar semua bangunan pengairan sedapat mungkin masih
akan tetap bertahan sampai habis umur ekonomisnya. ,
" Pengharapan " tersebut dituangkan kedalam bentuk " Kemungkinan " dengan suatu
" Resiko ".
Yang dimaksud dengan " Kemungkinan " adalah suatu perkiraan perulangan dari pada
suatu kejadian.
Hujan 100 tahunan artinya hujan yang diperkirakan akan disamai atau dilampaui tinggi-

9
nya satu kali dalam 100 tahun, atau diperkirakan akan terjadi setiap tahun dengan ke-
mungkinan 1 : 100.
Frequency analysis adalah suatu teori yang membahas mengenai kemungkinan perulangan
kejadian tersebut.
Mengenai "Resiko" dapat dijelaskan secara umum dengan sebuah contoh sederhana
sebagai berikut :
Suatu bendung direncanakan untuk dapat bertahan terhadap banjir 100 tahunan
(k = 100}.
Diharapkan bendung ini akan tetap dapat bertahan selama 50 tahun ( N =50}.
Besarnya " Resiko " adalah :

p = 1 ( 1-1-)N
k
1 50
= 1 ( 1--}
100
0,39
= 39%.

Biasanya " Resiko " tersebut pada umumnya tergantung kepada pertimbangan-pertim-
bangan yang non teknis, misalnya : ekonomi, sosial, kepantasan, keserasian dan estetika.
Dalam buku ini hanya dibahas mengenai "Teori kemungkinan "saja.
" Resiko " yang termasuk dalam ruang lingkup Feasibility study dan Engineering Eco-
nomy karena tidak ada naskah yang masuk dalam seminar, tidak akan dibahas.
Masalah utama .dalam ilmu Hidrologi seperti halnya dengan ilmu-ilmu lain yang
mempelajari tingkah laku alam dengan penomenanya yang random adalah mencari hubu-
ngan (bridging} antara hasil pengamatan (sample} dengan karakteristiknya (population}.
Secara garis besar proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Sample 2 Sample-sample
mendatang

Sample n

t =0
Waktu
N

10
N Waktu pengumpulan sample.
N0 = Waktu untuk analysa data, hasilnya dalam masalah banjir adalah flood
frequency
N1 = Sample yang seukuran dengan umur ekonomi, dengan bermacam-macam
pembagiannya (distribution).

Dibawah ini diuraikan secara garis besar pemakaian praktis dari 6 distributions (cara
pembagian).
Persamaan dasar untuk perhitungan banjir dengan return period tertentu untuk 6 dis~r­

butions tersebut adalah sama yaitu

XT = X+ KSx, dimana :

XT = estimated value untuk return period T.


X rata-rata variable X.
K frequency factor untuk return period T.
Sx = Standard deviasi dari X.

2.4.1. Pembagian secara "Normal".


Untuk Normal Distribution, K adalah "standard dised normal variate" untuk
return period T a tau .l probabi I ity.
T
Cara yang praktis untuk pembuatan _Normal Distributions Curve adalah plotting pada
"Normal Probability Paper" dengan X diplot pada 0,5 probability, (X-Sx) pada 0,16
dan (X+ Sx) pada 0,84 probability.
Curve akan merupakan garis lurus dan harga XT dapat dicari darinya.

2.4.2. Pembagian secara " Log Normal ".


Log Normal Distribution adalah distribution dari 1n x (logaritma Naperian
dari X). Plottingnya pada "Logarithmic probability paper" dengan X diplot pada 0,5
probability, anti log (log X + 2,3263 log Sx) pada 0,01 dan anti log (log X - 2,3263
log Sx) pada 0,99 probability.

K - ( 0,45 + 0,78 In In (___I_))


T-1

2.4.4. Cara "Ven Te Chow".

K = _v([
T

= 0,7797 {-loge [-loge ( 1 - ~ 8} -0,45005

11
0= Euler's constant= 0,5772

2.4.5. Car a " Log Pearson Type Ill ".


Dalam Log. Pearson Type Ill. K adalah koordinat-koordinat Pearson Type Ill
yang dinyatakan dengan jumlah standard deviasi dari rata-rata untuk bermacam-macam
return period atau persentase kemungkinan.
Nilai K untuk setiap return period dapat dicari dalam tabel yang dibuat oleh H. Leon
Hunter setelah menghitung terlebih dahulu coefficient of skewness C 5 yang besarnya :

N
cs =
(N-1) (N-2)

N jumlah tahun pengamatan yang terus menerus.

Pearson Type Ill distriuution dengan skew nol adalah identik dengan Normal Distribution.

2.4.6. Pemeriksaan Kecocokan Daripada Cara Pembagian Yang Digunakan.

Ke enam distributions tersebut diatas akan memberikan hasil perhitungan yang


berbeda-beda, oleh karena itu perlu ditest hasil mana yang terbaik, yaitu suatu hasil
dengan penyimpangan terkecil.
Test yang diadakan biasanya berdasarkan pada perbedaan antara nilai-nilai yang diamati
atau yang dihitung dengan nilai-nilai yang diharapkan atau yang diperoleh secara teoritis.
P3.S.A. Sub Proyek Serayu telah melaksanakan Chi-square test untuk menguji hasil-
hasil dari distributions yang dipilih.
Dalam Chi-square test, statistik Chi-square (X 2 ) dihitung dengan persamaan :

(0·- E-) 2
Chi-square (X 2 ) K I I ' dimana
~
E·I
i= 1.

Oi nilai X yang diamati.


Ej nilai X yang diharapkan.
Ada pula cara lain untuk menguji yaitu Kolmogorov-Smirnovtest. Metode ini sangat
cocok untuk menguji distributions pada penggunaan data yang sedikit. Dalam test ini
(Ej-Oj/N):,.,ax dibandingkan dengan tabel yang telah tersedia. Apabila hasilnya lebih
besar dari nilai didalam tabel, distributions yang diuji tersebut tidak sesuai sehingga ti·
dak dipakai (Kepustakaan No. 9 memuat contoh-contoh penggunaan cara-cara ini).

2.5. PERHITUNGAN ANGKA WILAYAH (ANALISA REGIONAL}.


Metode ini adalah untuk menghitung banjir dan frekwensinya untuk daerah peng-
aliran yang tidak terdapat catatan debit banjir, yaitu dengan dihubungkan dengan daerah
pengaliran lain yang karakteristik iklim maupun kondisi fisiknya hampir sama dan telah
terdapat catatan debit (gauged catchment).
Prinsipnya adalah dengan membuat flood frekwensi curves dari gauged catchment ke-
mudian membuat hubungan antara banjir-banjir selektif (biasanya banjir dengan frekwen-
si 2 dan 100 tahun apabila floodfrequency lurus), dengan luas daerah pengalirannya

12
de ITJan menggunakan kertas logaritma.
Dari hubungan tersebut banjir-banjir pada ungagued catchment dapat dihitung yaitu
dengan melihat luas daerah pengaliran nya. Tetapi dalam prakteknya methoda in i sangat
complex khususnya dalam membuaf hubn~a antara banjir selektif dengan luas daerah
pengaliran. Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi banjir disuatu tempat yang
berbeda dengan tempat lain misalnya fakt?r meteorologis, distribusi daerah hujan, oro-
gratis, drainage patern, drainage density, geology dan sebagainya, sehingga biasanya hasil
plotting pada kertas logaritma agak tersebar.
Oleh karena itu perlu pertimbangan yang teliti dalam menarik hubungan apakah dengan
mathematical fitting (misalnya dengan garis regresi) atau secara grafical fitting yang ber-
dasarkan pertimbangan subjektif.

2.6. CURAH HUJAN TERBESAR YANG MUNGKIN TERJADI (PMP)


Curah hujan terbesar yang mungkin terjadi disuatu daerah pengaliran (penampung-
an) dalam suatu periode tertentu akan merupakan data yang sangat vital untuk menaksir
besarnya "Probable Maximum Discharge".
Sejak tahun 1940 bangunan pelimpah pada bendungan-bendungan di Amerika dan Ero-
pah telah mulai direncanakan untuk dapat menampung Probable Maximum Discharge
tersebut, terutama bendungan-bendungan yang di daerah hilirnya merupakan areal-areal
yang sudah berkembang serta berpenduduk padat. Hal tersebut dilakukan karena salah
satu penyebab uta.ma jebolnya bendungan-bendungan (terutama bendungan tipe urugan)
adalah disebabkan keterbatasan kemampuan bangunan pel impahnya, sehingga terjadi
pel impasan (over topping) pada mercu bendungan yang bersangkutan yang biasanya
menyebabkan bencana dan kerugian yang sangat besar bagi daerah-daerah disebelah
hilirnya.
Pada umumnya PMP mempunyai besaran 4 sampai 6 kali dari harga periode perulangan
100 tahunan.
Cara yang terbaik untuk menaksir harga PMP adalah der'lgan melakukan pengujian-peng-
ujian pada sejumlah besar data-data historis (data-data yang telah terjadi dan tercatat)
dari hujan-hujan lebat termasuk hujan curahan dan memanfaatkan data-data hujan
curahan dan kecepatan serta arah angin yang bertiup ke daerah pengaliran sungai.
Guna memperoleh angka PMP yang relevant diperlukan catatan data yang panjang ter-
utama data-data curah hujan setiap jam pada saat terjadinya hujan curahan, termasuk
data-data curah hujan untuk hujan curahan yang dahsat diberbagai tempat baik di daerah
pengaliran yang bersangkutan maupun di daerah-daerah sekitarnya.
Berhubung penelitian mengenai PMP ini sangat kompleks maka diharapkan agar pada
sungai-sungai penting yang sedang atau sudah ditangani, supaya segera dapat dimulai
penelitiannya, sehingga pada saat dilakukan penanganan sungai-sungai di Indonesia
secara menyeluruh, telah diketahui karakteristika PMP pada sungai-sungai yang ber-
sangkutan.
Selain dengan dasar harga periode perulangan 100 tahun, PMP dapat pula diperoleh
dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Dengan membandingkan catatan-catatan hasil observasi di dunia dengan jangka waktu
yang berbeda-beda.
b. Untuk di Indonesia, Kaul seorang expert yang diperbantukan di Direktorat Jenderal
Pengairan telah mengumpulkan data-data curah hujan harian yang melebihi 400 mm.

13
Dan ternyata diperoleh dua harga tertinggi sebesar 710 mm dan 702 mm, yang tercatat
masrng-masing di Tapanuli bulan Nopember 1962 dan di Ambon pada bulan Agustus
1933.
Dari data-data "tersebut maka dianggap bahwa angka 700 mm sebagai angka curah hu-
jan harian tertinggi untuk kepulauan Nusantara, angka mana merupakan 40 % dari
angka dunta tertinggi.
c. Dengan mempergunakan rumus Hersfield sebagai berikut :
RFpmp = RFave + K x S

Dimana :
RFpmp = Curah hujan PMP.
RFave = Curah hujan maximum rata-rata tahunan
S = Standar deviasi curah hujan harian maximum.
K = Konstanta = 15.

14
BAB Ill.

METODA POKOK

Cara menghitung "Debit banjir rencana" tergantung kepada data yang tersedia.
a. Apabila "Data Debit" yang tersedia cukup panjang, maka Debit Banjir Rencana dapat
dihitung langsung dengan menggunakan cara-cara Statistik sebagaimana dijelaskan
dalam Metoda penunjang.
b. Apabila "Data Debit" yang tersedia tidak cukup panjang, tetapi "Data Hujan" tersedia
cukup panjang, maka Debit Banjir Rencana tidak dapat dihitung dengan cara langsung.
Berdasarkan data hujan yang ada terlebih dahulu dihitung "Hujan Rencana" dengan
menggunakan cara-cara Statistik. Kemudian "Debit Banjir Rencana" dihitung dengan
menggunakan metoda-metoda pokok sebagaimana akan dijelaskan dalam bab mengenai
Metoda Pokok ini.
·c. Apabila data debit dan data hujan dari daerah penampungan tidak cukup panjang
Debit Banjir Rencana dapat dikira-kira dengan Cara Perhitungan angka wilayah atau
yang biasa disebut "Regional Analysis".
Hasil perhitungan dengan menggunakan metoda pokok akan berbeda-beda tergantung
dari methoda yang digunakan.
Perhitungan dengan menggunakan methoda-methoda Melchior, Weduwen, Haspers
dan Rational (dari Jepang) hanya akan menghasilkan suatu angka debit yaitu puncak
banjirnya saja. Metode Unit Hydrograph menghasilkan suatu hydrograph. Perhitungan
dengan menggunakan Cossar Model dapat menghasilkan suatu deretan hydrograph.

3.1. Cara Perhitungan Melchi.or.


Dasar dari methoda ini adalah Rational.
Bentuk persamaan diambil berdasar persamaan Pascher

Qmax = Q f3 q f

Q R'un off Coefisien


(3 = Reduction Coefisien
= hujan rata-rata pada daerah dan waktu yang sama
hujan maksimum
q = I ntensitas hujan (m3/km2/sec.)
f = Luas daerah pengaliran (km2)
Qmax = Debit Maximum

Metoda ini dijelaskan dengan terperinci dalam kepustakaan No. 4.

3.1.1. Prosedure perhitungan.

q = f ( F, T)
T = 1000 L
v
v = f ( ll, {3, q, f, i ) dinyatakan secara grafis.

15
Perhitungan dilakukan dengan cara " Trial and error ".
Pertama-tama ditaksir nilai q dengan tabel dibawah ini :

f=-~

~ nF q nF q nF q

1 0.144 29.60 144 4.75 720 2.30


0.72 22.45 216 4.00 1080 1.85
1.44 19.90 288 3.60 1440 1.53
7.2 14.15 360 3.30 2160 1.20

l
14.0 11.85 432 3.05 2880 1.00
29.0 9.00 504 2.85 4320 0. 70
12.0
108.0
6.25
5.24 lI 5 76
648
2.65
2.45
5 760
7200
o.54
0.48
=~-

nF = luas ellip.

Perhatian :
Grafik hanya untuk ~ = 0.52 1/5
~
Untuk ~ :;t: 0.52 harga v harus dikalikan dengan ( 0. 52 )

3.1.2. Contoh Perhitungan.


Kali Pekalen
f 169 km2
a 28.4 km
b 18.9 km
L = 39.2 km
h = 1700 m (beda tinggi)
Stasiun hujan 4 buah
Curah hujan : 146 mm., 165 mm., 165 mm., 244 mm., 236 mm.
nF = 1f4 1r ab = 422 km2
q diamati 3 m3fkm2fdet.
I 0.9 L = 35.5 km.
= 1.700 = 0.048
35.500
Dengan grafik didapat v = L35 mfdet.

T = 1000 L = 484 menit.


60 v
q = 3. 75 m3fkm2fdet. =fo. 3 m3fkm2fdet.
Demikian seterusnya hingga didapat
q· = 3.95 m3fkm2fdet. dengan T = 460 menit.

16
Harga q ini kemudian dikoreksi, dengan tabel koreksi seperti dibawah ini :

F=========%======================-=================-==================
T (men it) Pening.gian (%) T (men it) Peninggian (%)

0 - 40 2 1330 - 1420 18
40 - 115 3 1420 - 1510 19
115 - 190 4 1510 - 1595 20
190 - 270 5 1595 - 1680 21
270 - 360 6 1680 - 1770 22
360 - 450 7 1770 - 1860 23
450 - 540 8 1860 - 1950 24
540 - 630 9 1950 - 2035 25
630 - 720 10 2035 - 2120 26
720 - 810 11 2120 - 2210 27
810 - 895 12 2210 - 2295 28
895 - 980 13 2295 - 2380 29
980 - 1070 14 2380 - 2465 30
1070 - 1150 15 2465 - 2550 31
1150 - 1240 16 2550 - 2640 32
1240 ·-- 1330 17 2640 - 2725 33
-================-===============d=================-==================
Untuk T = 460 menit besarnya koreksi 8%
q = 108 x 3,95 = 4.27 m3jkm2jdet.
100
Hujan maksi.mum yang diperhitungkan :

R = 146 + 165 + 244 + 236 = 198 m


4

Grafik-grafik dibuat untuk R 200m

Q = 198 X Q f. q.
200
= 198 X 0.52 X 169 X 4.27
200
= 375 m3/det.

3.2. CARA PERHITUNGAN WEDUWEN.

Oasar metoda ini sama dengan metoda Melchior yaitu : Rational

a run off coefisien


{3 = reduction coefisien
q = lntensitas hujan yang diperhitungkan (m3/km2jdet).

17
f = Luas daerah pengaliran.
Q = Debit dengan kemungkinan ulang T tahun.

Nornogram-nomogriiJm dan penjelasan secara detail dapat dibaca pada kepustakaan


No.4.

3.2.1. Prosedure perhitungan.

Q = o:{3qf

120 + ~ f
t + 9
p
120 + f
67,65
q
t + 1,45

0: 1-~
q+7

0,476 f0.375
t
( 0: {3 q )0.125 10.25

Perhitungan dapat dilakukan dengan cara Trial and eror atau dengan menggur akan
Nomogram.

Dengan trial and eror.

Mula-mula ditaksir harga t


{3, q dan o: dapat dihitung.
Kemudian t dihitung lagi.
Demikian dilakukan untuk beberapa harga t.
Dibuat lengkung hubungan antara t yang ditaksir dan t yang dihitung.
Titik potong antara lengkung ini dengan garis miring 45° yang melalui 0 (0,0) adalah
merupakan harga t yang dicari.

.r:.
"0

t yang dicari

~ t ditaksir

18
Dengan menggunakan Nomogram.

Ditaksir Periode pengamatan 40 tahun.


Hujan maximum kedua 205 mm.
Luas daerah pengaliran. f = 24 krP2.
Rata-rata kemiringan I = 0.005
Dihitung Debit yang mungkin akan terjadi sekali dalam 5 tahun, atau akan terJadi
setiap tahun dengan kemungkinan 20 %.

Perhitungan Periode pengamatan 40 tahun, :n = 0.915

R 205 mm, R - 205 '-= 225 m.


70 - 0.915

24 krn2 dan I = 0.005


q 7,71 m3/krn2/km2/detik.

R7o
Q70 = ( 0: i' Q) X f X--
240
7,71 X 24 X 225
240

3.3. Cara perhitungan Haspers.

Dasar dari metoda ini sama dengan dua metoda yang terdahulu yaitu Rational.

QT = a {3 qf.

o: = Run off coefisien


Reduction coefisien
lntensitas hujan yang diperhitungkan (m3/km2/det.)
Luas daerah pengaliran
Debit dengan kemungkinan ulang T tahun.
Metoda ini dijelaskan secara terperinci dalam Kepustakaan No.4.

3.3.1. Prosedure perhitungan.

Q = a {3 qf

1 + 0.012 f0· 7
a =
1 + o.075 t 0 · 7

t + 3.7 x 1o-0.4 t f 0.75


1 = 1+ X
{3 t 2 + 15 12

t 0.1 L 0.8 ,-0.3

19
p
q ( t .dalam jam )
3.6. t
p
= <.t dalam hari )
86,4 t
t R
p
t + 1 0.0008 (26o-R) (2-t)2
( untuk t < 2 jam )
t R
/J untuk 2 jam<. t < 19 jam
t + 1

p 0.707 R ~ untuk 19 jam < t<30 hari

3.3.2. Contoh perhitungan.

Diketahui : Luas daerah pengaliran f = 100 km2


Panjang sungai L = 10 km
Kemiringan I = 0.001
Penode pengamatan 22 tahun
Curah hujan maximum R= 139 mm
Max. tahunan rata-rata R= 96 mm
Dihitung : Debit yang mungkin akan terjadi sekali dalam 100 tahun, atau akan terjadi
setiap tahun dengan kernungkinan 1 %.
Perhitungan :
1 + 0.012 t 0 · 7
a =
1 + o.075 t 0 · 7
1 + 0.012 X 1000.7
=1 + 0.075 X 100°· 7

0.45
0.1 L 0.8 1-0.3

0.1 X 10~· 8 X 0.001-0.3

5 jam

5 + 3.7 x 1o-0·4 t 1oo0.75


1 = 1 + X
12

5 + 3.7 X 10-0.4 X 5 1000.75


= 1 + X
5 2 + 15 12

= 1.33

(j 0.75
139 - 96
s = = 21.3
2.02

20
R100 R + su 100

= 96 + 21.3 X 3.43
= 169 mm
tR
= ---
t + 1
5 X 169
=
5 + 1
= 141 mm.

q R 100
3.6 t
141
-
3.6 X 5
= 7.83 m3/km2jdet.

Q100 = 0: 13 qf
= 0.45 X 0.75 X 7.83 X 100
= 264.26 m3jdet.

3.4. CARA PERHITUNGAN RATIONAL DARI JEPANG.

Dasar :
Rumus dasarnya adalah sebagai berikut :
Q = o: r. f ( English Unit), atau
o: r. f 13,6 )("(Metric Unit) ................. ( 1 ).
dimana : o: = run off coefisien (empiris).
r = intensitet hujan selama time of concentration (mmjjam).
t luas daerah pengalir~ (km2).
Q = debit maximum (m3;sec.).

3.4.1. Run Off Coefisien ( o: ).


Besarnya run off coef tergantung dari faktor-faktor daerah pengalirannya seperti
misalnya : jenis tanah, kemiringannya, keadaan hutan penutupnya dan sebagainya juga
tergantung dari besar kecilnya banjir.

Dibawah ini adalah data-data run off coef ( o: ) yang didapat di Jepang.

Keadaan daerah pengaliran Run off Coef

Bergunung dan cur.am 0,75 0,90


Pegunungan Tertier 0,70 0,80
Sungai dengan tanah dan hutan dibagian
atas dan bawahnya 0,50 0,75
Tanah dasar yang ditanami 0,45 0,60
Sawah waktu diairi 0,70 0,80

21
1 :ungai bergunung 0,75 0,85
~i dataran 0,45 0,75

3.4.2. lntensitas hujan.


Karena kata intensitas hujan pada umumnya sukar didapat, juga di Indonesia,
maka untuk mendapatkan intensitas hujan (r) selama time of concentration (t), yang
biasanya 24 jam, dipergunakan hujan sehari (R).
Untuk ini dipergunakan rumus Dr. Mononobe sebagai berikut :

R (2).
r =-
24 t

dimana : r = intensitas hujan selama time of concentration (mmjjam)


R = Hujan sehari (mm)
t = time of concentration (jam)

3.4.3. Time of Concentration (t).


Disini dianggap bahwa lamanya hujan yang akan menyebabkan debit banjir adalah
sama dengan time of ·concentration (t).
Dan untuk menghitung t, dipakai rumus :

t = L (3).
v
dimana : L = panjang · sungai (km)
V = kecepatan perambatan banjir (kmfjam)
t = time of concentrationjwaktu perambatan banjir (jam)
Dan untuk menghitung V dipakai rumus : Dr. Rziha sebagai berikut :

H 0,6
v = 72 ( - ) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4).
L

dimana : H = beda tinggi antara titik terjauh dan mulut daerah pengaliran (km)
L = panjang sungai (km)
V = kecepatan perambatan banjir (kmfjam)

3.4.4. Prosedure perhitungan.


Dengan rumus-rumus dibawah ini perhitungan debit maximum dilakukan
a. a ditentukan dari daftar di point 3.4.1.
b. RT dihitung dengan rumus :
log ( RT + b ) Y +l Z ( lihat contoh diatas)
a
R ( 24 )2/3
c. r =
24 t
d. t L
v

22
e. v = 72 eli) 0 ' 6
L

f. Q = .!:.1:_
3,6

3.4.5. Contoh perhitungan.


Diketahui : Daerah pengaliran sungai bergunung luas (f) 100 km 2
panjang sungai (L) 10 km
beda tinggi (H) 10 m = 0,01 km.
hujan max. ( R 100 ) 140 mm
Kita ingin menghitung Q 100 (debit dengan return period 100 tahun, disini pianggap
bahwa probility untuk Q = probility untuk (R).

1. Dari daftar dimuka,


0,75 + 0,85
Q = = 0,80
2
H 0,6
2. V= 72 ( - )
L
06
72 ( 0,01 )0,6 = 72 (0,001) .
10
= 1.141 kmfjam

3. t L = 10 = 8,8 jam
v 1,141
_ R 24 2 /3.
4. r - -(-)
24 t
= 140 24 213
-<->
24 8,8

11 mmfjam.

5. Q=~
3.6
;: 0,80 X 11 X 100
3,6

= 880 = 244 m 3fdet.


3,6

3.5. CARA PERHITUNGAN UNIT HYDROGRAPH.

Konsepsi Unit Hydrograph (U.H.) dicetuskan oleh Sherman pada tahun 1936.
Konsepsi ini ternyata sangat bermanfaat untuk analisa hidrologi dan sampai saat inipun
masih dianggap sebagai pendekatan yang sangat baik dalam memperbaiki relasi antara
rainfall dan run off, walaupun akhir-akhir ini timbul pendapat-pendapat lain yang me-
nyatakan bahwa prinsip-prinsip dasar dari teori U.H., mengandung kesalahan.

23
Namun demikian, dalam batas-batas tertentu, teori U.H. masih sangat dapat memenuhi
kebutuhan kita akan suatu cara perhitungan yang relatif sederhana dan cukup teliti.
Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk pemakaian U.H. keadaan daerah pengaliran
harus cukup merat.a (geologi, tanaman penutup) dan luas daerah pengaliran tidak boleh
terlalu besar (Anggapan utama dari teori U.H.).
Dalam beberapa texbook diberi maximum 2.500 mile persegi.
Segi-segi utama dari teori U.H. (anggapan utama dari teori U.H.) adalah bahwa untuk
suatu daerah pengaliran area tertentu suatu curah hujan tertentu selalu menghasilkan
suatu hydrograph yang bentuknya tertentu pula.
Jadi dengan perkataan lain, suatu implus tertentu (hujan) selalu menghasi'lkan suatu
response (hidrograph) yang bentuknya tertentu.
Hidrograf akibat unit implus (hujan) disebut Unit Hidrograf dan U.H. ini adalah sifat
khas dari daerah pengaliran area tersebut.

3.5.1. Azas-azas yang dianut.


Azas linearitas.
Menurut prinsip ini, suatu kelipatan dari unit rainfall menghasilkan suatu hidro-
graf yang merupakan kelipatan pula dari U.H.
Superposisi.
Beberapa komj:>onen hujan masing-masing menghasilkan hidrograf. Hidrograf
resultan dapat diperoleh dengan mengadakan superposisi dari hidrograf-hidrograf kom-
ponen.

3.5.2. Penerapan teori. U.H.


Sherman mengembangkan teori U.H. berdasarkan analisa observasi-observasi
hujan dan run off.
Demikian juga kita dapat membuat analisa untuk menentukan bentuk unit hidrograf
dengan mempelajari rainfall dan run-off, yang berarti harus diadakan usaha-usaha obser-
vasi dulu untuk mengumpulkan datanya.
Karena umumnya justru data ini menjadi halangan, maka beberapa cara perhitungan
telah dikembangkan untuk dapat mengatasi kekurangan akan data ini.
Jalan yang ditempuh umumnya sebagai berikut :
a. Bentuk teoritis dari unit hidrograf dinyatakan dengan suatu fungsi matematik.
b. Fungsi matematik ini mengandung beberapa parameter (kerap kali parameter topo-
grafi) yang dapat ditentukan dari peta atau pengukuran di lapangan.
c. Dengan dapat ditentukannya parameter-parameter tersebut, bentuk unit hidrograf
dapat ditentukan.

Perlu dikemukakan bahwa umumnya masih terdapat suatu parameter yang harus diper-
kirakan, suatu parameter setempat. Dari adanya parameter ini jelas bahwa cara ini harus
diterapkan dengan hati-hati sekali.
Hal ini bukan mengurangi pentingnya cara-cara ini, tetapi harus disadari bahwa tiap cara
perhitungan yang didasarkan atas perkiraan selalu menghasilkan sesuatu yang sifatnya
juga perkiraan.

24
3.5.3. Hubungan analisa hujan dan teori Unit Hydrograph.
Karena benruk unit hydrograph umumnya ditentukan oleh curah hujan dalam
waktu tertentu (unit duration atau standard duration), maka perlu diperhatikan bagai-
mana curah hujan harian (yang umumnya tersedia pada kita) dapat dipecah-pecahkan
menjadi sejumlah komponen curah hujan sesuai dengan unit duration atau standard
duration yang ditentukan dalam teori yang kita pakai.
Pada beberapa paper dipakai rumus :

= R24
R
t

Ro = hujan rata-rata tiap jam (mmfjam)


Rt intensitas hujan dalam T jam (mmjjam)
R24 = hujan harian effektip (mm)
T = waktu dari mulai hujan Uam)
t waktu konsentrasi hujan (jam)
Rumus-rumus ini dengan sendirinya juga merupakan suatu pendekatan yang tak ada
salahnya kalau dibandingkan dengan penyeleidikan-penyelidikan yang telah diadakan
di Indonesia (Boerema).
Dari data Boerema dapat dibuat suatu depth duration curve yang juga dapat dipakai
untuk membagi-bagi hujan dalam komponen-komponen yang dikehendaki sesuai dengan
teori yang dipakai.

3.5.4. Parameter-parameter dari Unit Hydrograph.


Yang dimaksudkan dengan parameter-parameter unit hydrograph adalah angka-
angka tertentu yang menentukan bentuk hidrograf.
Parameter-parameter ini adalah :
tp = Time lag, yaitu waktu antara titik berat hujan dan titik berat hydrograph.
Tp Peak Time, yaitu waktu antara saat mulainya hidrograf dan saat debit mak-
simum.
Tb Time base of hydrograph.

Umumnya dapat dikatakan bahwa cara apapun yang kita pakai, kalau ketiga parameter
ini sama untuk tiap cara, rriaka akhirnya tidak banyak beda satu sama lain.

25
t

·E
E

Tb

3.5.5. Prosedure Perhitungan.

A.Cara Snyder Alexeyev.

tr

--
E

) 0,3
= 0,75 Ct {L. Lc

Time lag {jam )


= Panj_ang sungai { km )
= Panjang sungai dari cek point sampai titik di sungai yang terdekat dengan
titik berat daerah pengairan {km)
= Coeficient antara 1,1- 1,4

= 275 cP A
tp
= Puncak Unit Hydrograph yang diakibatkan oleh hujan setinggi 1 mm, dengan
duration tr, dinyatakan dalam ( 1/det. ).

=i
5,5
{jam)

A = Luas daerah pengaliran {km2)


Cp = Coeficient antara 0,56- 0,69

26
Tp Peak time, waktu unit hydngraph mulai naik sampai dengan puncaknya
(jam).

Untuk duration hujan tR :t= tr harus diadakan koreksi :

tp + 0,25 ( tR- tr )
c
Q p R= 275-p- A
tpR

T pR = tpR + 0·,5 tR

Tp X Qp

h X A
A Bilangan Alexeyev
Tp - Puncak Unit Hydrograph (m3jdet.)
,h = Tinggi satuan curah hujan yang digunakan, dalam hal ini 1 mm, dinyatakan
{ m2 ).
A = Lu.as daer:ah pengaliran ( m2 }.
Berdasarkan 'harga•harga A , Alexeyev menyusun tabel v~x.

t
X=--
Tp

a..
0

Tp

27
WATER DISCHARGE IN PROPORTION TO MAXIMUM DISCHARGE

;\.
X
0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1. 7 1.8 1.9 2.0 2.1

0.1 0.000 0.900 0.000


0.2 0.03 0.001 0.003 0.000 0.00 0.00 0.00
0.3 0.18 O.G1 0.03 0.02 0.01 0.003 0.003 0.00 0.00 II 0.00 0.000
0.4 0.39 0.28 0.19 0.12 0.08 0.04 0.02 0.01 0.006! 0.003 0.001 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.5 0.59 0.49 0.40 0.31 0.24 0.18 0.13 0.01 0.06 0.04 0.02 O.Q1 0.01 0.005 0.003 0.002 0.001 0.
0.6 0.75 0.69 0.61 0.54 0.47 0.39 0.33 0.27 0.22 0.18 0.14 0.11 . 0.10 0 ..... 0.05 0.04 0.03 0,
0.7 ,0.87 0.83 0.79 0.69 0.64 0.64 0.59 0.51 0.48 Io.43 10.39
0.34 0.30 0.26 0.22 0.19 0.16 0.
0.8 10.95 0.93 0.91 10.89 1o.87 0.84 0.81 0.78 0.75 '0.72 0.69 0.66 0.62 0.59 0.55 0.52 0.49 0.
I
0.910.99 0.98 0.98 0.93 0.87 0.96 0.96 0.95 0.94 0.93 ,0.92 0.91 0.90 0.89 0.88 0.87 0.85 0.
1.0 '1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 11.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.
I
1.1 jo.99 0.99 0.98 0.98 '0.97 0.97 0.96 l96 0.95 0.94 0.93 10.93 0.92 0.91 0.90 0.89 0.88 0.
I
I

1.2,0.96 0.95 0.94 0.92 0.91 0.8~ 0.87 ~ J.85 0.83 0.80 0.78 0.75 0.73 0.70 0.65 0.62 0.
,1).68
1.3 0.93 0.91 0.88 lo.85 0.821 0.78 0.75 0.71 0.68 0.64 0.60 0.56 0.52 0.48 0.44 0.41 I, 0.37 I 0.
I

1.4. :o.89 0.85 0.81 0.77 0.12! c.:n 0.62 0.57 0.52 0.48 0.43 0.38 0.34 0.30
,0.26
0.23 10.20 1 o.

11.510.84 0.79 0.74 0.68 0.62 0.57 0.50 0.44 0.39 0.34 0.29 0.25 0.21 0.17 0.14 0.12 10.0910.
1.6 !0.79 0.73 0.66 0.59 0.52 0.46 0.39 0.34 0.28 0.23 0.19 0.15 0.12 0.09 0.07 0.05 I 0.04 I 0.
I
1. 7
ii0.74 0.66 0.59 0.51 0.44 0.37 0.30 0.25 0.20 0.15 0.12 0.09 0.07 :0.05 0.03 0.02 0.02 0.
1.8jo.69 0.60 0.52 0.44 0.36 0.29 0.23 0.18 I 0.14 0.10 0.07 0.05 0.03 0.02 0.02 0.01 0.01 0.
1.9 0.641 0.55 0.46 0.37 0.29 0.23 0.17 0.13 0.09 0.06 0.04 0.03 0.02 0.01 0.01 10.004 0.002 0.
2.0 0.59 i 0.49 0.40 0.31 0.24 0.18 0.13 0.09 0.06 0.04 0.02 0.02 0.008 0.005 0.003 0.001 0.001 0.
2.2 0.50 0.40 0.30 0.21 0.15 0.10 0.07 0.04 o.o2 Io.o1 0.01 1 0.0Q5 0.002 0.00 0.00 0.00 0.00
2.4
2.6 0.35
0.42 0.32
0.25
0.22 0.15
0.16 ,0.10
0.10
0.06
0.06
0.03
0.03
0.02
0.02
0.01
0.01 0.005 0.002 0.001 0.00
0.004 0.002 0.001 0.0001
I I
II
I
I
I
2.8 0.29 0.19 0.12 0.07 0.04 0.02 0.01 0.004 0.001 0.001 0.000
I I
3.0 0.24 0.15 0.09 jo.o4 0.02 0.01 0.004 0.002 0.00
'

0.00 I I I

I
I
I
I
3.5. 0.15 0.08 0.04 0.02 0.01 0.002 0.00 0.00 I
I I
4.0 0.09 0.04 0.02 0.01 0.002 0.000

E 4.5 0.06

0
OM
0.01
0.02' 0.01

001
0.003 0.000
0.002 0.000
0.003 0.00

I
0 r001i0.000
I -

28
B. Cara Nakayasu.

E
E
il
0
a:

--+-- T 0,3 1,5 T 0,3 ----.f-

Tp = T g + 0,8 tr Q = - 1- AR X - - -1
----
max 3,6 o ( 0.3 T p + T o.3 )

T p = Peak time (jam).


Tg Time lag (jam).
Tr Satuan waktu yang digunakan.
A Luas daerah pengaliran (km2)
R0 = Curah hujan spesifik (mm).

Tg 0,4 + 0,058 L untuk L < 15 km.

Tg 0,21 L 0 •7 untuk L > 15 km.

Bila ada pengamatan yang. baik digunakan hasil pengamatan.

L = Panjang sungai. coefisien, antara 1,5-3,5

Bentuk Graph

0 < t < Tp

Qmax
Q
[;pf.4
Q
1 > > 0,3
Qmax

Q t-T
= 0,3 pangkat ( p)
Qmax
To3

0,3 > Q >0,09
Qmax

Q ( t - T p + 0,5 T 0,3
= 0,3 pangkat
Qmax 1,5 T 0 ,3

29'
Q
---< 0,09
Qmax

Q 0,3 pangkat ( t - T P + 1,5 T 0,3 )


2 To,3

3.6. CARA PERHITUNGAN COSSAR MODEL.

Cossar Program adalah conversational stream flow synthetic and reservoir regulation
program yang didesign untuk mendapatkan mathemational hydrologie dari suatu river
system dengan menggunakan electronic digital computer.
Stream flow dapat dibuat synthetic dengan mengevaiuasi proses hydrology rainfall -
runoff untuk tempat-tempat yang diinginkan pada suat'u Ri'~r System. River system yang
besar dipecah-pecah menjadi beberapa componen sub- basin, sedangkan channel storage
dapat dispecific-kan dengan channel reach yang menggambarkan delay dari runoff yang
ditinjau pada suatu river system yang kompleks.
Effek storage dari danau alam, reservoir-reservoir dapat dievaluasikan dengan kondisi
free-flow atau regulasi. Dengan demikian, maka stream flow pada anak-anak sungai atau
sungai utama dari suatu river system dapat dibuat synthetic.

3.6.1. Methode Dasar Routing.


Metode dasar Routing yang digunakan, diturunkan dari hukum kontinuitas :

11 + 12 t - 01-02
~-=t = 51- 52 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1).
2 2
Subskrip 1 dan 2 menunjukkan awal dan akhir periode t, dimana :
I Inflow.
0 = Outflow.
S = Volume Storage.
Dalam bentuk diferential, Inflow rata-rata lm dapat dinyatakan sebagai :

ds
I = 0 +-- (2).
m m dt

Untuk danau alam (natural lake) atau satu panjang diferential sungai (channel reach),
wedge storage dapat diabaikan dibandingkan dengan prismatic storage, sehingga storage
dapat dikatakan hanya sebagai fungsi dari outflow dengan T s sebagai faktor pembanding.

(3).

Diferential terhadap t :

dS .._ Ts dO (4).
dt dt

Substitusi ke persamaan (2)

I m = 0 m + Ts dO , dan
dt

30
Gambar : 3.6.1.

PRECIPITATION MODEL COSSARR

EVAPOTRANSPIRATION

MOISTURE

DIRECT
BASE FLOW

STREAM FLOW

31
Gambar : 3.6.2.

RESERVOIR ROUTING

INFLOW

I OUTFLOW

/
/
/
,.,-- --- - ',
HYDROGRAPH

.........

~
.... ts.2 / ~
co
w
~-r '
0
/
// ~ d02
~-+hL_ ~

dt

WAKTU

11 12
/1m= 2
~- .,.......
K I
_,...,
INfLOW _.,~dO
I- I _..,.. -- _..,.. dt
CO I .........
w J
Cl 02
COMPUTED OUTFLOW FROM 01

01
Periode routing t

WAKTU

32
Gambar : 3.6.3.

FLOW CHART

LOOK UP

E 1

>
!:::
>
j::
u
<
IE:
w
::J:
1- NO
0
w CALCULATE BASIN RAINFALL
::I FROM WEIGHTING STATION PRECIP
~ AND FIND PERIOD DISTRIBUTION
1-
z
8

FIND
ROP, SMI, RGP & RG
YES.

LOOK UP
KE AND ETI IN TABLE AND
CALCULATE SMI FOR NEXT PERIOD

CALCULATE
8.11 AND LOOK UP BEP
FIND RG 55 - RGP ( - BFP

PRINT
A LINE

LOOK UP
STS

LOOK UP SURFACE SUB-SURFACE SPLIT


FIND QRG, QBG, QSSG, QSG ROUTE
AND SUM TO FIND OUT

33
dO . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (5).
dt Ts
Persamaan (5) adalah bentuk dasar dari persamaan storage seperti yang diperlihatkan
pada Gambar 3.6.2. atas.
Untuk watershed dan channel, routing dapat diasumsikan sebagai melalui increment
yang berturut-turut dari suatu type reservoir.
Dengan kata lain watershed atau channel dapat dibayangkan sebagai deretan reservoir-
reservoir yang kecil-kecil untuk menggambarkan perlambatan runoff dari upstream dan
downstream.
Proses matematik dari storage routing untuk satu increment storage dan satu periode
routing diperlihatkan pada gambar 3.6.2. bawah.

1m - 01
02 - 01 lm t . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (6).
Ts + 11z t

1m - 01
02 t + 01 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (7).
T s + 1/2t

Inflow rata-rata.
Outflow pada permulaan periode.
t periode routing.
Ts time of storage.

Didalam program t dihitung untuk satu kondisi tertentu, kemudian diperbanyak


Ts + 11z t

dengan selisih lm dan 0 1 • sehingga didapatkan perbedaan outflow. Outflow ( 0 2 ) yang


dihitung dari increment routing yang pertama diambil sebagai initial outflow ( 0 1 ) untuk
periode routing selanjutnya.

3.6.2. Watershed Model.


Dengan diketahuinya curah hujan dan evapotranspirasi merupakan fungsi waktu,
dan hubungan curah hujan dan runoff, watershed model dapat menghitung besarnya
aliran dari suatu daerah aliran.
Dalam hal ini daerah aliran disebut watershed. Watershed tidak dibatasi oleh luasnya
daerah aliran, tetapi tergantung pada masalah homogenitas secara hidrologi dan pertim-
bangan-pertimbangan khusus dalam penyelesaian suatu masalah.
Simulasi watershed untuk suatu periode perhitungan meliputi perhitungan-perhitungan
hujan rata-rata dan evapotranspirasi rata-rata. Dari harga-harga ini volume hujan yang
menimbulkan runoff dihitung berdasarkan hubungan-hubungan yang menggambarkan
pengaruh soil moisture content dari infiltrasi base flow. Air yang tersedia menjadi runoff
dalam suatu periode perhitungan ini dipisahkan dalam tiga komponen-komponen ini
masing-masing dirouting melalui multiphase time of storage routing, sehingga menghasil-
kan banyaknya aliran pada akhir periode perhitungan. Proses ini dapat dilihat pada gam-
bar 3, sedangkan langkah-langkah perhitungan yang dispesifikasikan dalam program ini
diilustrasikan pada flow chart, dapat dilihat pada gambar 4.

34
3.6.3. Penggunaan.
Dalam water resources engjneering, program Cossarr ini digunakan untuk :
- Study tentang design-f.lood.
- Study tentang reservoir regulation.
- Streamflow reservoir regulation.·
- Extension data-data yang mana pengamatannya pendek menjadi. panjang sesuai
dengan data-data hujan yang ter~ia (dengan menggunakan watershed-model
atau river system-model).

35
BAB IV.
LAIN - LAIN

1. Cara perhitungan design floqd yang disajikan dalam buku petunjuk ini telah men-
cakup semua komponen-komponen dengan penjelasan secara singkat, sehingga buku
petunjuk diharapkan dapat diterapkan untuk seluruh sungai-sungai di Indonesia.

2. Cara perhitungan Design Flood ini baru membahas mengenai faktor-faktor Hydro-
logi dan Frequency Analysis, sehingga untuk aplikasinya secara umum dapat diguna-
kan petunjuk-petunjuk yang telah dirumuskan dalam "SEMINAR RAINFALL-
RUNOFF AND DESIGN FLOOD".
Untuk menentukan design flood bangunan-bangunan yang penting, maka debit
banjir rencana ditetapkan berdasarkan Feasibility Study, baik teknis maupun eko-
nomis serta pertimbangan-pertimbangan lainnya.

3. Dengan semakin berkembangnya ilmu dibidang hidrologi ini, maka telah banyak
dikembangkan cara-cara perhitungan yang semakin mendekati keadaan yang sebe-
narnya dan dengan demikian perlu kiranya cara-cara perhityngan yang telah diper-
gunaka!1 selama ini dikembangkan untuk disempurnakan dengan mengadakan pe-
nyesuaian-penyesuaian terhadap rumus-rumus tersebut. Hal tersebut dapat dilaksa-
nakan dengan suatu research-research tertentu antara lain dengan model basin,
model-model computer, dan metode-metode penelitian lainnya.

4. Selanjutnya guna memperoleh hasil perhitungan yang relevant, tentunya disamping


metode-metode perhitungan yang cocok, diperlukan adanya data-data yang betul-
betul bermutu baik. Hingga saat ini belum dapat ditetapkan sampai dimanakah
tingkatan mutu data-data yang sudah ada dan yang akan dikumpulkan.

5. Perlu pula diadakan pengamatan sampai dimanakah mutu alat-alat pencatat hydro-
logi yang ada di Indonesia baik alat-alat penakar hujan dan alat-alat pencatat debit,
maupun station-station meteorologi.

6. Perlu pula ditetapkan berdasarkan hasil-hasil penelitian, berapa sebaiknya kerapatan


penakar hujan untuk sungai-sungai di Indonesia. tipe standard y·ang cocok serta
syarat-syarat lainnya agar hasil pencatatannya betul-betul merupak:an data yang
baik dan terpercaya.

7. Penelitian perlu pula dilaksanakan untuk penyesuaian rumus-rumus yang diperoleh


dari luar.

36
BAB V.
PENUTUP

Buku " Perhitungan Banjir Rencana Untuk Perencanaan Bangunan Pengairan di


Indonesia " ini disusun berdasarkan bahan-bahan dan hasil perumusan Seminar Cara
Perhitungan Design Flood yang diadakan di Bandung pada bulan Pebruari 1976.
Dari seluruh bahan yang masuk, ternyata Analisa Ekonomi hanya dibahas sampai Fre-
quency Analysis saja, sedang mengenai Feasibility-nya tidak ada yang membahas, sehingga
yang dimaksud dengan BANJIR RENCANA disini barulah sebagaimana tersebut dalam
uraian Umum buku ini.
Cara-cara dan Metode-metode lain yang tidak dibahas dalam Seminar tidak dising-
gung dalam buku ini.
Para pemakai buku ini yang mempunyai pengalaman mengenai cara-cara atau me-
tode-metode lain tersebut sangat diharapkan bantuannya untuk memberikan saran-saran
guna memantapkan isi buku ini.

-oOo-

37
LAMPIRAN I

HASIL PERUMUSAN SEMINAR 'RAINFALL RUNOFF RELATION


AND DESIGN FLOOD
TANGGAL 27 - 30 AGUSTUS 1974 Dl BANDUNG

I. Kesimpulan Seminar.

Seminar dalam pembahasannya telah membicarakan berbagai metode dan peng-


gunaannya dalam berbagai proyek baik yang sedang dalam rangka study maupun
dalam pembangunan dan operasi.
Dari pembahasan-pembahasan tersebut dapat diambil kesimpulan yang berupa pe-
doman untuk study maupun perencanaan proyek-proyek pengairan.
Adapun pedoman tersebut adalah sebagai berikut :
1.1. Bangunan kecil, data cukup, tahap preliminary study.
1.2. Bangunan kecil, data cukup, tahap feasibility study.
1.3. Bangunan kecil, data cukup, tahap design.
1.4. Bangunan kecil, data cukup, tahap evaluasi.
2.1. Bangunan kecil, data tidak ~ukp, tahap preliminary study.
2.2. Bangunan kecil, data tidak cukup, tahap feasibility study.
2.3. Bangunan kecil, data tidak cukup, tahap evaluasi.
3.1. Bangunan besar, data cukup, tahap feasibility.
3.2. Bangunan besar, data cukup, tahap feasibility.
3.3. Bangunan besar, data cukup, tahap design.
3.4. Bangunan besar, data cukup, tahap evaluasi.
4.1. Bangunan besar, data tidak cukup, tahap preliminary study.
4.2. Bangunan besar, data tidak cukup, tahap feasibility study.
4.3. Bangunan besar, data tidak cukup, tahap design.
4.4. Bangunan besar, data tidak cukup, tahap evaluasi.

II. Klasifikasi metode.

1. Rainfall & Run-off (untuk volume kumulatif).


1.1. hydrograph.
1.2. water balance.
1.3. consolution integral method.
1.4. rational method.
1.5. correlation method.
1.6. simulation method.
1.6.1. tank model
1.6.2. storage function.
1.6.3. SSARR.

38
2. Rainfall - Run-off ( untuk Qt ).
2.1. unit hydrograph.
2.2. rational method.
2.3. simulation method.
2.3.1. tank model.
2.3.2. storage function.
2.3.3. SSARR.
3. Design Flood (Peak).
3.1. Melchior.
3.2. De Weduwen.
3.3. Haspers.
3.4. Correlation method.
3.5. Unit flood hydrograph.

Ill. Klasifikasi kriteria.

A. Return period.
A.l. Earth I Rockfill dams 1000 th.
( crest = freeboard + fetsh + wase )
A.2. Masonry & Concrete dams 500- 1000 th.
A.3. Weir 50- 100th.
A.4. Flood diversion canal 20- 50 th. (tergantung socio economic
factors).
_,,_
A.5. Tanggul 10- 20th.
A.6. Drainage canal sawah 5- 10th.
_,,_

IV. Konsep Perhitungan Resiko.

p = 1- ( 1- ..!..) N
T

p = resiko
T = return period
N = life time
Catatan : Return period hendaknya diambil sesuai dengan daftar yang diusulkan
tersebut.
Resiko yang ditentukan dengan risk concept ini harus berada dalam
batas-batas yang wajar.
Pemakaian cara-cara perhitungan (Metoda dan kriteria ).

39
Untuk klasifikasi Proyek :

Bangunan 1.1. Disarankan dipakai metoda-metoda :


1.2.; 1.4.; 1.5.; 2.2.; 3.1.; 3.2.; 3.3.; dan 3.4.
Bangunan 1.2. Disarankan dipakai metoda-metoda :
1.1.; 1.2.; 1.3.; 1.4.; 1.5.; 1.6.; 2.1.; 2.2., 2.3.; 3.1.; 3.2.; 3.3.; 3.4.; 3.5.;
dan kriteria A dan B.
Bangunan 1.3. Disarankan dipakai metoda-metoda :
1.1.; 1.2.; 1.3.; 1.4.; 1.5.; 1.6.; 2.1.; 2.2.; 2.3.; 3.1.; 3.2.; 3.3.; 3.4. dan
3.5. serta kriteria A dan B.
Bangunan 1.4. Disarankan dipakai metoda-metoda :
1.2.; 2.1.; dan 3.5. serta kriteria A dan B.
Bangunan 2.1. Disarankan dipakai metoda-metoda :
1.2.; 1.4.; 2.2.; 3.1.; 3.2.; 3.3. dan 3.4.
Bangunan 2.2. Disarankan dipakai metoda-metoda :
1.2.; 1.4.; 2.2.; 3.1.; 3.2.; 3.3.; dan 3.4.
Bangunan 2.3. Disarankan dipakai metoda-metoda :
1.2.; 1.4.; 2.2.; 3.1.; 3.2.; 3.3. dan 3.4.
Bangunan 2.4. Disarankan dipakai metoda-metoda :
1.2.; 2:1. dan 3.5. serta kriteria A dan B.
Bangunan 3.1. Disarankan dipakai metoda-metoda :
1.1.; 1.2.; 1.3.; 1.4.; 1.5.; 1.6.; 2.1.; 2.2.; 2.3.; 3.1.; 3.2.; 3.3.; 3.4. dan
3.5.
Bangunan 3.2. Disarankan dipakai metoda-metoda :
1.1.; 1.2.; 1.3.; 1.4.; 1.5.; 1.6.; 2.1.; 2.3.; 3.4.; dan 3.5. serta kriteria
A dan B.
Bangunan 3.3. Disarankan dipakai metoda-metoda :
1.1.; 1.2.; 1.3.; 1.5.; 1.6.; 2.1.; 2.2.; 2.3.; 3.4. dan 3.5. serta kriteria
A dan B.
Bangunan 3.4. Disarankan dipakai metoda-metoda :
1.5.; 1.6.; 2.3.; 3.4. dan 3.5. serta kriteria A dan B.
Bangunan 4.1. Disarankan dipakai metoda-metoda :
1.2.; 1.4.; 1.5.; 1.6.; 2.2.; 2.3.; 3.1.; 3.2.; 3.3. dan 3.4.
~ngua 4.2. Disarankan untuk diusahakan mengadakan pencatatan data paling
sedikit selama 1 tahun dan selanjutnya dipergunakan metoda-metoda
dan kriteria sesuai dengan bangunan 3.2.
Bangunan 4.3. Disarankan untuk diusahakan mengadakan pencatataPI data paling
sedikit 2 tahun atau meliputi 20 flood dan selanjutnya dipergunakan
metoda-metoda dan kriteria sesuai dengan bangunan 3.3.
Bangunan 4.4. Disarankan untuk diusahakan mengadakan pencatatan data paling
sedikit 5 tahun dan selanjutnya dipergunakan metoda-metoda dan
kriteria sesuai dengan bangunan 3.4.

40
Definisi :
Yang dimaksudkan dengan bangunlln besar dan barrgunan kecil adalah sebagai berikut :

P-=·~

No. Besar Kecil

1. Catchment area
(daerah pengaliran) 100 km 2 100 km 2
2. Debit tercatat 500 m 3 /det. 500 m 3 /det.
3. Daerah pengaruh
(commanding area) 5000 ha. 5000 ha.
I
4. Kegunaan (purpose) serba guna eka guna
5. Pengaruh bila terjadi ada kerugian 'tidak ada
kecelakaan. jiwa
===================================-=================-================
Yang dimaksud dengan data cukup (adequate) dan data tidak cukup (inadequate) adalah
sebagai berikut :
r=====-============================-=================-================
No. K r it er ia data cukup tidak cukup
( adequate ) (inadequate)

1. Jangka waktu pengamatan 10 th. 10 th.


2. Rehabi I itasi ya tidak
3. K6ntinuitas ya tidak
4. Curah hujan dan pengaliran kedua-duanya salah satu
atau tidak
======-============================-=================-================
4. Saran - saran :
4.1. Untuk meningkatkan fungsi DPMA sebagai "Clearing House" Hidrologi disaran-
kan agar semua informasi tentang hidrologi dapat diintensifkan pelaporannya
kepada DPMA untuk dihimpun, diolah dan hasilnya disebar luaskan.
4.2. Perlu diadakan standardisasi cara-cara pengukuran dan pengolahan data-data
Hidrologi.
4.3. Kursus-kursus hidrologi yang diadakan oleh DPMA supaya lebih ·ditingkatkan lagi.
4.4. Supaya sebanyak mungkin memanfaatkan computer untuk pengelolaan data-data
hidrologi.
4.5. Guna meningkatkan kemanipuan· dan dapat mengikuti perkembangan-perkem-
bangan baru dibidang hidrologi perlu diadakan seminar lokakarya, diskusi panel
dan pertemuan-pertemuan secara berkala.

41
4.6. Metoda-metoda panjang untuk penyempurnaan perhitungan-perhitungan hidro-
logi seper'ti misalnya metoda-metoda statistik, probabilistik, stectochastic dan
lain-lain perlu dipelajari lebih lanjut.
4.7. Perlu diadakan penelitian untuk mendapatkan dan menyempurnakan berbagai
parameter pada metoda-metoda perhitungan hidrologi.
4.8. Kerjasama antara instansi yang bersangkutan dengan hidrotogi perlu lebih diting-
katkan.

42
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN
NOMOR : 94 I KPTS I DITJENAI R I 1976.

TENTANG

'EMBENTUKAN TEAM PENYUSUN BUKU HASIL SEMINAR


" CARA PERHITUNGAN DESIGN FLOOD "

DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN,

Mehimbang a. bahwa berdasarkan surat keputusan Direktur Jenderal Pen_gairan


No. 1231KPTS1Ditjenairl1975, telah diselenggarakan Seminar Cara
Perhitungan Design Flood pada tanggal 20 Maret sampai dengan
27 Maret 1976 di Bandung ;
b. bahwa sebagai tindak lanjut dari Seminar tersebut, perlu segera di-
susun hasil-hasil Seminar dalam bentuk buku, yang dapat diperguna-
kan sebagai pedoman bagi petugas-petugas Dit. Jen. Pengairan dalam
tugas-tugas yang bersangkutan dengan cara perhitungan design flood;
c. bahwa untuk merealisir maksud tersebut diatas, perlu dibentuk suatu
Team yang anggota-anggotanya terdiri dari mereka yang namanya
tersebut dalam lampiran surat keputusan ini;
d. bahwa untuk keperluan tersebut, perlu diatur dengan surat keputus-
an.

Mengingat 1. Keputusan Presiden R.I. No. 173 Tahun 1966 ;


2. Keputusan Presiden R.I. No. 44 dan 45 Tahun 1974 ;
3. Keputusan Menteri P.U.T.L. No. 145IKPTS11975 ;
4. Keputusan Direktur Jenderal Pengairan No. 271KPTSIDitjenairl1969
dengan segala perubahan dan tambahannya ;
5. Kepi:Atusan Direktur Jenderal Pengairan No. 1231KPTS1Ditjenairl
1975.

MEMUTUSKAN

Menetapkan
PERTAMA Membentuk Team Penyusun Hasil Seminar Cara Perhitungan Design
Flood yang selanjutnya dalam keputusan ini disebut "Team ", dengan
susunan anggota sebagaimana tersebut dalam lampiran surat keputusan
ini.
KEDUA Team bertugas :
- mengumpulkan, meneliti, membahas serta menyusun hasil-hasil Se-
minar Cara Perhitungan Design Flood tersebut dalam bentuk draft
buku yang dapat dipergunakan sebagai pedoman kerja bagi petugas-
petugas dilingkungan Direktorat Jenderal Pengairan khususnya dalam
menangani permasalahan Cara Perhitungan Design Flood.

43
KETIGA Tata cara kerja serta tugas-tugas terperinci selanjutnya dari pada Team
tersebut akan diatur lebih lanjut oleh Ketua Team.

KEEMPAT Team harus dapat menyelesaikan tugasnya dalam waktu 3 (tiga) bulan
terhitung mulai tanggal 3 Mei 1976 sampai dengan akhir bulan Juli
1976 dan melaporkan hasilnya kepada Direktur Jenderal Pengairan
melalui- Sekretaris Direktorat Jenderal Pengairan selaku Pemimpin
Umum Penyelenggara Seminar Cara Perhitungan Design Flood.

KELIMA Kepada Ketua, Sekretaris dan para anggota Team diberi tunjangan/
honorarium sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam
surat keputusan Direktur Jenderal Pengairan No. 126/KPTS/Ditjenair/
1975 dalam hal ini termasuk kategori A.

KEEN AM Segala biaya yang diperlukan sebagai akibat dikeluarkannya surat ke-
putusan ini, dibebankan kepada anggaran Direktorat Jenderal Pengairan
pada mata anggaran yang bersangkutan.

KETUJUH Surat keputusan · ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ke-
tentuan bahwa segala sesuatunya akan diadakan perubahan dan per-
baikan seperlunya, apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliru-
an dalam penetapan ini.

TEMBUSAN Surat keputusan ini disampaikan kepada Yth. :


1. Bapak Direktur Jenderal Pengairan.
2. Para Direktur dilingkungan Dit. Jen. Pengairan.
3. Para Kepala Bagian dalam Set. Dit. Jen. Pengairan.
4. Pemimpin Umum PROS IDA.
5. Pemimpin Umum P.3.SA.
6. A r sip.

KUTIPAN, disampaikan kepada yang bersangkutan untuk diketahui


dan dipergunakan seperlunya.

DITETAPKAN Dl JAKARTA.
PADA TANGGAL 3 JUNI 1976.

A.n. DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN


Sekretaris Direktorat Jenderal,

Cap I t.t.d.
( lr. H. Nainggolan ).

44
LAMPl RAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN
NOMOR : 94/KPTS/DITJENAIR/76.
TANGGAL : 3 JUNI 1976.

F=T~9

NO JABATAN
NAMA I SATMINKAL I KETERANGAN
URUT DALAM TEAM

1 2 3 4 5

1. I r. Koesdaryono Ketua Direktorat Sungai


2. lr. Muhadi Dipl. H.E. Wakil Ketua Dit. Penyelidikan Masalah Air
3. I lr. W i k am to Sekretaris Direktorat Sungai
4. I Dr. lr. Mursidi znggota P.M. G.
5. I lr. M. Y. Gayo Anggota Direktorat Sungai
6. I lr. Yusron Lubis I Anggota Dit. Penyelidikan Masalah Air
7. lr. Nob e I Anggota P R 0 SID A.
8. I Drs, Sudirman I Anggot'a Direktorat Sungai

C===========================================================================================================
Jakarta, 3 Juni 1976.
'
A.n. DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN
Sekretaris Direktorat Jenderal,
Cap I t.t.d.

lr. H. Nainggolan ).

~
(J1
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN
NOMOR : 108/KPTS/Ditjenair/1976.

TENTANG

PENAMBAHAN KEANGGOTA.AN PADA TEAM PENYUSUN HASIL


BUKU SEMINAR "CARA PERHITUNGAN DESIGN FLOOD".

DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN,

Menimbang a. bahwa berdasarkan surat keputusan Direktur Jenderal Pengairan


No. 94/KPTS/Ditjenair/1976 telah dibentuk suatu Team Penyusun
Buku Hasil Seminar Cara Perhitungan Design Flood yang bertugas
mengumpulkan, meneliti, membahas serta menyusun hasil-hasil
Seminar Cara Perhitungan Design Flood;

b. bahwa untuk memperlancar tugas-tugas Team tersebut, dipandang


perlu untuk menambah keanggotaan Team tersebut pada sub a ;

c. bahwa untuk maksud tersebut, perlu diatur dengan surat keputusan ;

Mengingat 1. Keputusan Presiden R.I. Nomor 173 Tahun 1966 ;


2. Keputusan Presiden R.I. Nomor 44 dan 45 Tahun 197-4 ;
3. Keputusan Menteri PUTL Nomor 145/KPTS/1975 ;
4. Keputusan Direktur Jenderal Pengairan No. 27/KPTS/Ditjenair/1969
dengan segala perubahan dan tambahannya ;
5. Keputusan Direktur Jenderal Pengairan No. 123/KPTS/Ditjenair/
1975;
6. Keputusan Direktur Jenderal Pengairan No. 94/KPTS/Ditjenair/1976.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan

PERTAMA Menambah keanggotaan Team Penyusun Buku Hasil Seminar Cara Per-
hitungan Design Flood, dengan menunjuk lr. Ny. INDRESWARI
GOERITNO, Pembantu Khusus Direktur Bina Program Pengairan se-
bagai Anggota Team tersebut, dengan ketentuan bahwa :

"'- kepada yang bersangkutan diperlakukan segala hak dan kewajiban


sebagaimana yang tersebut dalam keputusan Direktur Jenderal
Pengairan No. 94/KPTS/Ditjenair/1976.

KEDUA Keputusan ini mulai berlaku surut sejak tanggal 1 Juni 1976, dengan
ketentuan bahwa segala sesuatunya akan diadakan perubahan dan
perbaikan seperlunya, apabfla dikemudian hari ternyata terdapat ke-
keliruan dalam penetapan ini.

46
TEMBUSAN Surat keputusan ini disampaikan kepada Yth. :

1. Bapak Direktur Jenderal Pengairan.


2. Para Direktur dilingkungan Dit. Jen. Pengairan.
3. Para Kepala Bagian dalam Set. Dit. Jen. Pengairan.
4. Pemimpin Umum PROSIDA.
5. Pemimpin Umum P3.S.A.
6. A r s i p .-

KUTIPAN, disampaikan kepada yang bersangkutan untuk diketahui


dan dipergunakan seperlunya.

DITETAPKAN 01 : JAKARTA.
PADA TANGGAL : 13 Juli 1976.

A.n. DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN


Sekretaris Direktorat Jenderal,

Cap/ttd.

( lr. H. Nainggolan ).

47
KEPUSTAKAAN:

1. Technical Paper on Rainfall Aspect. - lr. Surine Sanganit.

2. The Estimate of Design Flood for A Small Reservoir in In-


donesia. -Mr. F. J. Kaul.

3. Climatology and Water Resources. -Mr. B. F. Boyd.

(YMenghitung debit maksimum dengan cara Melchier, Wedu-


wen, Haspers dan Rational. - lr. Muhadi Dipl. HE.

'(VHubungan curah hujan dengan debit dan analisa dengan


banjir menggunakan Syntetic Unit Hydrograph. - lr. Yusron Lubis.

6. Analisa system menghitung banjir Rencana. - Dr. ; . Sugandar.

7. Perhitungan Design Flood di Proyek Sungai Ular. - lr. Dartawan S.

8. Beberapa cara penentuan Design Flood di Proyek Sungai


Brantas. ~ - I r. C.D. Sumarto.

9. Penetrapan model mathematic pada perhitungan banjir


K. Serayu. - Drs. Sadiman P.

10. Analisa dan perhitungan Design Flood Rencana Waduk - lr. Suraji.
Gondang.

11. Beberapa perhitungan Debit Perencanaan Bendung Kali


Gending. - lr. Wusonoharjo.

12. Menentukan Hubungan antara Rainfall dengan Runoff


menggunakan computer Model (Cassar model). - !r. Yusron Lubis.

~Pentrap Metoda Perhitungan Hubungan antara hujan


l:/' dengan Banjir. - lr. Nani Setiawan.

14. Perhitungan untuk menentukan debit Banjir Rencana Kali


Cisanggarung. - lr. Subchi D.

15. Monogram untuk menghitung Debit Banjir dengan Cara - I r. Suharto


Ratio. I r. Leo Herman.
lr. K.J. Lukkien.
16. Hasil perumusan Seminar Rainfall - Runoff Relation And
Design Flood tanggal 27 - 30 Agustus 1974 di Bandung.

Catatan
Dalam mengemukakan permasalahan-permasalahannya para Penulis dari Naskah
Naskah tersebut, pada umumnya menyebut sumber pustakanya, sehingga secara
tidak langsung juga menjadi pustak~ dari buku petunjuk ini.
Para peminat dapat mendalami lebih jauh dengan mempelajari pustaka-pustaka
yang disebut.

48
TGL. PINJAM HARUS KEMBALI TGL. KEMBALI

f'-?/-?C( /S'- /;'-.(!~ 13-/~l(


I 3, E _ ~- tt5f _-£ _m- ~-?. -<Y s-
~ ) - ac -~ 7-- - 3-8 s- ~8- 2--l?s;-
v - 1- - '§' ':J~. t8 ~ 1- - 8 ~ 0 ~ - I --- N
-~ ?-'8 s- oz. -I-? 6-
iQ_ - 1-8~,6
r - -'i~ - ~8-,_(lf>
lf"{-tt-f1rs · _ 3- 1-e..-'i ~- Y-t ?_ _ J--r I
L ~ - ) - c ( . (j- ~! , f( 1.J- - ~- 16 .I
~o-3/cr ti-L!~c; M --- ;;;-8L?
PLL- ( -~ () o--__J-,_8(} "2-'- -- 6- "dl<p
tS-r,_~B ~-e:g ;c;-;-Jlg? ·
Oi

.- A

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai