Halaman
Daftar Isi...............................................................................................................................i
BAB I DESKRIPSI
1.1. Maksud dan Tujuan................................................................................1
1.1.1 Maksud......................................................................................1
1.1.2 Tujuan........................................................................................1
1.2. Ruang Lingkup.......................................................................................1
1.3. Pengertian..............................................................................................1
1.4. Fungsi Drainase Perkotaan....................................................................3
1.4.1 Secara Umum............................................................................3
1.4.2 Berdasarkan Fungsi Layan........................................................3
1.4.3 Berdasarkan Fisiknya................................................................4
BAB II KETENTUAN-KETENTUAN
2.1. Umum.....................................................................................................5
2.2. Teknis.....................................................................................................5
2.2.1 Data dan Informasi....................................................................5
2.2.2 Kala Ulang.................................................................................6
2.2.3 Kriteria Perencanaan Hidrologi..................................................6
2.2.4 Kriteria Hidrolika........................................................................7
2.2.5 Kriteria Konstruksi.....................................................................7
2.2.6 Parameter Penentuan Prioritas Penanganan............................8
i
BAB IV PERENCANAAN TEKNIK PERHITUNGAN KOLAM RETENSI DAN
POLDER
4.1. Tahap Perencanaan Daerah Kolam Retensi dan Polder.....................10
4.2. Tahap Perencanaan Hidrologi.............................................................17
4.3. Tahap Perencanaan Hidrolika..............................................................18
4.4. Tahap Perencanaan Kapasitas Kolam Retensi dan Pompa................18
ii
BAB I
DESKRIPSI
1.1.2 Tujuan
Tujuan tata cara pembuatan kolam retensi dan polder ini adalah tersedianya
Tata Cara Pembuatan Kolam Retensi dan Polder yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam perencanaan dan penyelenggaraan prasarana sarana
drainase perkotaan di daerah.
1.3 Pengertian
Pengertian tentang drainase kota pada dasarnya telah diatur dalam SK
menteri PU 239 tahun 1987. Menurut SK tersebut, yang dimaksud drainase
kota adalah: “Jaringan pembuangan air yang berfungsi mengeringkan
bagian-bagian wilayah administrasi kota dan daerah urban dari genangan air,
baik dari hujan lokal maupun luapan sungai yang melintas di dalam kota”.
Untuk memahami drainase secara menyeluruh, berikut ini diperlihatkan
beberapa pengertian pokok tentang drainase :
1
1) Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke
badan air atau ke bangunan resapan buatan.
2) Drainase perkotaan adalah sistem drainase dalam wilayah administrasi
kota dan daerah perkotaan (urban) yang berfungsi untuk mengendalikan
atau mengeringkan kelebihan air permukaan di daerah permukiman yang
berasal dari hujan lokal, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan
dapat memberikan manfaat bagi kehidupan hidup manusia.
3) Drainase berwawasan lingkungan adalah pengelolaan drainase yang
tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi lingkungan. Terdapat 2
pola yang dipakai :
a. Pola detensi (menampung air sementara), misalnya dengan
membuat kolam penampung.
b. Pola retensi (meresapkan ), antara lain dengan membuat sumur
resapan, bidang resapan atau kolam resapan
4) Pengendali banjir adalah bangunan untuk mengendalikan tinggi muka
air agar tidak terjadi limpasan atau genangan yang menimbulkan
kerugian.
5) Badan penerima air adalah sungai, danau, atau laut yang menerima
aliran dari sistem drainase perkotaan.
6) Bangunan pelengkap adalah bangunan yang ikut mengatur dan
mengendalikan sistem aliran air hujan agar aman dan mudah melewati
jalan, belokan daerah curam, bangunan tersebut seperti gorong-gorong,
pertemuan saluran, bangunan terjunan, jembatan, street inlet, pompa,
pintu air.
7) Daerah genangan adalah kawasan yang tergenang air akibat tidak ada
ataupun tidak berfungsinya sistem drainase.
8) Daerah pengaliran adalah daerah tangkapan air yang mengalirkan air ke
dalam saluran.
9) Kala ulang adalah selang waktu pengulangan kejadian hujan atau debit
banjir rencana yang mungkin terjadi.
10) Tinggi jagaan adalah ketinggian yang diukur dari permukaan air
maksimum sampai permukaan tanggul saluran.
11) Waktu pengaliran permukaan adalah waktu yang diperlukan oleh titik air
hujan yang jatuh ke permukaan tanah dan mengalir ke titik saluran
drainase yang diamati.
12) Waktu drainase adalah waktu yang diperlukan oleh titik air hujan yang
mengalir dari satu titik ke titik lain dalam saluran drainase yang diamati.
13) Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh titik air hujan
yang jatuh pada permukaan tanah mengalir sampai di suatu titik di
saluran drainase yang terpanjang.
14) Zona adalah sub sistem pelayanan satu aliran saluran drainase.
15) Kolam Retensi adalah kolam/waduk penampungan air hujan dalam
jangka waktu tertentu. Fungsinya untuk memotong puncak banjir yang
terjadi dalam badan air/sungai.
16) Sistem Polder adalah sistem penanganan drainase perkotaan dengan
cara mengisolasi daerah yang dilayani dari pengaruh limpasan air hujan /
air laut dengan penanggulangan / prasarana lain (jalan, jalan kereta api),
dan sistem drainasenya dengan pemompaan.
17) SOP adalah Standar Operasi Prosedur
2.1 Umum
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
- Pembuatan Kolam Retensi dan Sistem Polder disusun dengan
memperhatikan faktor sosial ekonomi antara lain perkembangan kota dan
rencana prasarana dan sarana kota.
- Kelayakan pelaksanaan Kolam Retensi dan Sistem Polder harus
berdasarkan tiga faktor antara lain : biaya konstruksi, biaya operasi dan
biaya pemeliharaan.
- Ketersediaan dan tata guna lahan
- Kolam Retensi dan Kolam Polder dilaksanakan berdasarkan prioritas
zona yang telah ditentukan dalam Rencana Induk Sistem Drainase.
2.2 Teknis
2.2.1 Data dan Informasi
Data dan informasi yang diperlukan adalah sebagai berikut :
a. Data klimatologi yang terdiri dari data hujan, angin, temperatur dari BMG
terdekat.
b. Data hidrologi terdiri dari data tinggi muka air sungai, debit, laju sedimen,
peil banjir, pengaruh back water, karakteristik daerah aliran, data pasang
surut sungai / laut.
c. Data sistem drainase yang ada yaitu daerah genangan/banjir,
permasalahannya dari hasil studi rencana induk sistem.
d. Data peta yang terdiri dari peta dasar, peta sistem drainase, sistem
jaringan jalan, peta tata guna lahan, peta tofograpi dengan skala antara
1 : 5000 sampai dengan 1 : 50.000 disesuaikan dengan tipologi kota.
e. Data kependudukan yang terdiri dari jumlah, kepadatan, laju pertumbuhan
dan penyebarannya serta data kepadatan bangunan.
2.2.2 Kala ulang
Kala ulang untuk desain kolam retensi & polder harus memenuhi kriteria
sebagai berikut :
a. Kala ulang yang dipakai berdasarkan luas daerah pengaliran (catchment
area), tipologi kota yang akan direncanakan kolam retensi / polder.
Tabel 1 Kala ulang berdasarkan tipologi kota & luas daerah pengaliran
Catcment Area ( Ha )
Tipologi Kota
< 10 10 - 100 100 - 500 > 500
3.1 Survey
1) Gunakan peta Topografi skala 1 : 5000 s/d 1 : 50.000 untuk
mengidentifikasikan Daerah Aliran Polder / Kolam retensi.
2) Hitung luas masing-masing DAS / daerah tangkapan air.
3) Petakan rencana sistem retensi/polder dengan pengukuran geodetik.
Dibuat garis kontur ketinggian lahan dengan interval setiap ketinggian
0.25 s/d 0.50 m.
Gambar 7 Sistem polder dengan pompa dan kolam tipe storage memanjang
Kelengkapan Sistem:
- Storage Memanjang
- Stasion Pompa
- Pintu Outlet
- Tangggul Keliling
- Saringan sampah
- Kolam penangkap sedimen
Kesesuaian tipe:
- Mengoptimalkan saluran drainase yang ada karena lahan tidak
tersedia
- Kapasitasnya terbatas
- Mengganggu aliran yang ada
- Pelaksanaan lebih sulit
4.2 Tahap Perencanaan Hidrologi
1) Kumpulkan data curah hujan harian maksimum tahunan untuk periode
minimum terakhir selama 10 tahun yang berurutan, dari beberapa
stasion curah hujan di daerah pengaliran saluran (DPSAL);
2) Hitung tinggi curah hujan harian rata-rata dari butir 1) diatas dengan
metode Aritmatik atau Thiesen atau Isohyt, apabila tidak ada peta
stasion curah hujan dianjurkan menggunakan metode Aritmatik;
3) Hitung hujan rencana beberapa kala ulang dengan menggunakan
persamaan Log Pearson Tipe III atau persamaan Gumbel, dengan
menggunakan data curah hujan harian rata-rata dari butir 2);
4) Tentukan koefisien pengaliran (C) berdasarkan literatur dan penelitian di
lapangan sesuai dengan tata guna lahan (lihat lampiran A.6.2)
5) Tentukan koefisien pengaliran ekivalen (Ceq), apabila daerah pengaliran
saluran (DPSAL) terdiri dari beberapa sub-DPSAL;
6) Hitung waktu konsentrasi (tc) dengan menggunakan rumus Kirpich;
7) Kolam Retensi dipakai apabila diinginkan memotong puncak banjir yang
terjadi, juga untuk mengurangi dimensi saluran;
8) Sistem Polder dipilih apabila daerah yang akan dikeringkan, relatif lebih
rendah dari muka air tinggi sungai / badan air penerima atau muka air
laut pasang
9) Hitung intensitas curah hujan dengan menggunakan rumus Mononobe
dari nilai hujan rencana dari butir 3), dan waktu konsentrasi dari butir 6);
10) Hitung debit banjir rencana dengan metode rasional praktis dengan
koefisien pengaliran dari butir 4) atau dari butir 5), dan intensitas curah
hujan dari butir 7);
11) Hitung debit banjir rencana dengan menggunakan unit hidrograph untuk
daerah perkotaan;
12) Hitung debit banjir rencana dengan metode Rasional Modifikasi.
4.3 Tahap Perencanaan Hidrolika
1) Hitung profil basah saluran eksisting sesuai bentuknya (lingkaran,
trapesium, atau segiempat);
2) Hitung keliling basah saluran eksisting sesuai bentuknya (lingkaran,
trapesium, atau segiempat);
3) Hitung jari-jari hidraulis saluran dari perbandingan butir 1 dan butir 2;
4) Hitung kemiringan dasar saluran rata-rata dari penelitian hasil lapangan;
5) Hitung kecepatan aliran rata-rata maksimum menggunakan rumus
Manning. Apabila kekasaran dinding bervariasi maka harus dihitung
kekasaran dinding ekivalen;
6) Hitung kapasitas maksimum saluran eksisting;
7) Bandingkan kapasitas maksimum saluran eksisting dari butir 6) dengan
debit banjir rencana dari butir 10), 11) dan 12) di sub-bab 4.2.
8) Dari ketiga perhitungan debit banjir rencana tersebut pilih yang terbesar.
Apabila kapasitas eksisting lebih besar dari debit banjir rencana yang
terbesar, maka saluran eksisting tidak perlu direhabilitasi.
ELEV. PEMASUKAN
7.1 Laporan
Laporan mengenai pembuatan kolam retensi dan polder dijelaskan sebagai
berikut :
1) Setiap aspek perencanaan baik yang menyangkut bangunan baru maupun
bangunan lama agar dilaporkan dan dikonsultasikan kepada instansi yang
berwenang dan bertanggung jawab atas pembuatan kolam retensi dan
polder;
2) Laporan perlu dibuat secara berkala oleh perencana, dan dilaporkan
kepada instansi yang berwenang dan bertanggung jawab atas pembuatan
kolam retensi dan polder.
1
sehingga dapat dicapai sasaran penanggulangan banjir dan genangan. Asumsi
perhitungan yang digunakan sebagai berikut :
Total Inflow – Total out flow = Storage penampungan pada waktu (t)
Bentuk hidrograf aliran masuk (inflow) yang digunakan sesuai bagi
penggunaan rumus modifikasi Rational.
Rate dari flow dianggap konstan
Dalam lampiran ini akan diuraikan metode perhitungan hidrologi dan hidrolika
untuk kolam retensi dan polder beserta contoh perhitungannya yang disesuaikan
dengan kondisi perencanaan.
Penyelesaian :
Dari tabel 2 di atas untuk daerah Jakarta dengan luas catchment area seluas 500 Ha
didapatkan kala ulang rencana 10 tahunan.
R
R i
n
2. Menentukan harga penyimpangan standard (Sx) :
S
(R i R)2
x
n1
3. Menentukan faktor frekuensi (K) :
Yt Yn
K
Sn
dimana : K = faktor frekuensi
Yt = Reduced Variable (lihat tabel 3 hubungan antara waktu ulang T
dengan Yt)
Yn = Reduced Mean (lihat tabel 4 hubungan antara lamanya
pengamatan n dengan Yn)
Sn = Reduced Standard Deviation (lihat tabel 4 hubungan antara n
dengan Sn)
Ri = Curah hujan
n = Jumlah data
4. Menentukan curah hujan rencana dengan waktu ulang yang dipilih, dengan
rumus :
Rt R K.S x
5. Menentukan data variasi fungsi kala ulang (Yt)
Tabel 3 Data Variasi Fungsi Kala ulang (Yt)
T (tahun) Yt
2 0.3665
5 1.4999
10 2.2502
25 3.1985
50 3.9019
100 4.6001
Contoh Perhitungan 2 :
Dengan menggunakan data curah hujan maksimum selama 20 tahun yang terdapat pada
tabel 1, analisa frekuensi hujan dengan menggunakan metode Gumbel.
Penyelesaian :
1) Merangking data curah hujan harian maksimum yang didapat dari tabel 1
Tabel 5 Merangking data curah hujan harian
maksimum
No Urut CHHMax (Ri)
1 152
2 150
3 130
4 129
5 112
6 92
7 92
8 92
9 90
10 87
11 80
12 79
13 74
14 73
15 71
16 70
No Urut CHHMax (Ri)
17 67
18 58
19 26
20 23
X1 100 1100
2) Menghitung nilai prosentase (%) : P 4,8%
Xtotal 1 20 1
R 1747
3) Menentukan nilai hujan rata-rata : total 87,4
R r
X total 20
4) Menentukan selisih curah hujan maksimum terhadap hujan rata-rata:
R R 2 152 87,42 4179,6
1 r
5) Sehingga secara tabelaris dengan mengikuti langkah nomor 2), 3) dan 4) untuk urutan berikutnya
didapatkan hasilnya sebagai berikut:
Tabel 6 Perhitungan metode Gumbel
2
No Urut CHHMax (Ri) P (%) Ri - Rrata (Ri-Rrata)
1 152 4.8 64.7 4,179.6
2 150 9.5 62.7 3,925.0
3 130 14.3 42.7 1,819.0
4 129 19.0 41.7 1,734.7
5 112 23.8 24.7 607.6
6 92 28.6 4.7 21.6
7 92 33.3 4.7 21.6
8 92 38.1 4.7 21.6
9 90 42.9 2.7 7.0
10 87 47.6 -0.3 0.1
11 80 52.4 -7.3 54.0
12 79 57.1 -8.3 69.7
13 74 61.9 -13.4 178.2
14 73 66.7 -14.4 205.9
15 71 71.4 -16.4 267.3
16 70 76.2 -17.4 301.0
17 67 81.0 -20.4 414.1
18 58 85.7 -29.4 861.4
19 26 90.5 -61.4 3,763.8
20 23 95.2 -64.4 4,140.9
Total 1,747 1,000.0 0.000 22,595
R R
2 22,595
Sr i
n 1
20 1
r
34,48
7) Menentukan nilai Yn dan Sn yang tergantung pada n (lihat tabel
3) N = 20, → Yn = 0,524
N = 20 , → Sn = 1,063
8) Menentukan variasi fungsi kala ulang Yt (lihat tabel
2) Variasi fungsi kala ulang 2 Thn € Yt = 0,367
9) Menentukan hujan rencana kala ulang
Yt Yn
K t 0,367 0,524
Sn 0,148
1,063
Rt Rr K t S x
R2thn 87,4 0,148 34,48 82mm
10) Sehingga secara tabelaris dengan mengikuti langkah nomor 8) dan 9) untuk data berikutnya
didapatkan hasilnya sebagai berikut:
Tabel 7 Menentukan Hujan Rencana Kala Ulang Metode Gumbel
Kala ulang Rt
Yt Kt
(Tahun) (mm)
2 0.367 0,148 82
5 1.500 0,919 119
10 2.250 1,625 143
25 3.199 2,517 174
50 3.902 3,179 197
100 4.600 3,836 220
log R
LogR
n
3. Menghitung harga penyimpangan standar (Sx):
LogR LogR
2
i
Sx
n1
4. Menghitung koefisien asimetri (Cs) :
n. LogRi log R 3
C
s n 1n 2xS 3
5. Menghitung besarnya logaritma hujan rencana dengan waktu ulang yang
dipilih, dengan rumus :
Contoh Perhitungan 3 :
Dengan menggunakan data curah hujan harian maksimum selama 20 tahun yang diperoleh di
tabel 1, analisa frekuensi hujan dengan menggunakan metode Log Pearson Type III.
Penyelesaian :
1) Merangking data curah hujan harian maksimum yang didapat dari tabel 1.
Tabel 9 Merangking data curah hujan harian
maksimum
No Urut CHHMax (Ri)
1 152
2 150
3 130
4 129
5 112
6 92
7 92
8 92
9 90
10 87
11 80
12 79
13 74
14 73
15 71
16 70
17 67
18 58
19 26
20 23
Total 1,747
2) Menghitung logaritma curah hujan maksimum (log Ri) :
log R
LogR 38 1,90
n 20
4) LogR1 log R 2.182 1,90 0,281
5)
LogR1 log R 2 0,281 0,079
2
6) LogR 1
log R 3 0,281 0,022
3
7) Sehingga secara tabelaris dengan mengikuti langkah nomor 2) s/d 6) untuk data berikutnya
didapatkan hasilnya sebagai berikut:
Tabel 10 Perhitungan metode Log Pearson III
LogR i
log R 2 LogRi log R
3
No Urut CHHMax (Ri) Log Ri LogR log R
i
LogR LogR
2
i 0,84155
Sx 20 1 0,211
n 1
9) Menghitung koefisien asimetri (Cs) :
C
n.
LogR log
20 0,208 1,305
R3
s n 1n 2Sx 3
19 18 0,21
3
A.4.3 Resume Hujan Rata-rata Metode Log Pearson III dan Metode Gumbel
Dengan cara yang sama dihitung pula data dari beberapa stasion lainnya,
diupayakan yang berdekatan dengan daerah studi, setidaknya mempunyai sifat
hujan yang sama. Hasil hitungan rata-rata dari beberapa stasion lainnya seperti
tabel berikut. Menghitung hujan rata-rata, dilakukan dengan rata-rata arimatik.
Tabel 12 Resume Hujan Rata-rata Metode Log Pearson III dan Metode Gumbel
I ⎜ ⎟
t
t
24 ⎝ ⎠
dimana : Rt = hujan rencana untuk berbagai kala ulang (mm)
t = waktu konsentrasi (jam), untuk satuan dalam menit, t dikalikan
60. It = intensitas hujan untuk berbagai kala ulang (mm/jam)
Contoh Perhitungan 4 :
Dengan menggunakan hasil rata-rata dari metode Log Pearson III dan metode Gumbel (lihat
tabel 12), analisa intensitas hujan dengan berbagai kala ulang.
Penyelesaian :
1) Dengan interval 2 tahun diperoleh hujan rencana untuk berbagai kala ulang sebesar 97 mm/hari
(lihat tabel 12). Maka untuk waktu t = 10 menit didapatkan intensitas hujan sebesar :
R ⎛ 24 ⎞2 3
I t ⎜ ⎟
t
t
24 ⎝ ⎠
I t 97 ⎜⎛ 24 ⎟⎞2 3
24 10 60
⎝ ⎠
111mm / jam
2) Sehingga secara tabelaris dengan mengikuti langkah nomor 1) untuk waktu berikutnya
didapatkan hasilnya sebagai berikut:
Tabel 13 Analisa Intensitas Hujan (mm/jam)
t 97 151 190 238 278 325
(Menit) It 2 Thn It 5 Thn It 10 Thn It 25 Thn It 50 Thn It 100 Thn
10 111 173 217 272 318 372
20 70 109 137 172 200 234
30 53 83 105 131 153 179
40 44 69 86 108 126 148
50 38 59 74 93 109 127
60 34 52 66 83 96 113
70 30 47 59 74 87 102
80 28 43 54 68 80 93
90 26 40 50 63 74 86
100 24 37 47 59 69 80
110 22 35 44 55 64 75
130 20 31 39 49 58 67
150 18 28 36 45 52 61
170 17 26 33 41 48 56
190 16 24 31 38 45 52
210 15 23 29 36 42 49
230 14 21 27 34 39 46
250 13 20 25 32 37 44
Qt 0,278C.I.A
dimana : Qt = Debit banjir (m3/det)
C = Koefisien
pengaliran
I = Intensitas hujan (mm/jam)\
A = Luas Daerah Aliran (km2)
Tabel 14 Koefisien pengaliran (C)
Qt 0,278C.Cs .I.A
2tc
Cs
2tc td
tc to td
L
t
d
V
dimana : Q = Debit banjir rencana (m3/det)
C = Koefisien Pengaliran yang tergantung dari permukaan tanah daerah
perencanaan.
Cs = Koefisien Penyimpangan
I = Intensitas hujan (mm/jam)
A = Luas daerah aliran (catchment area) (Km 2)
tc = Waktu konsentrasi, untuk daerah saluran drainase perkotaan terdiri dari
to dan td
to = Waktu yang diperlukan air untuk mengalir melalui permukaan tanah ke
saluran terdekat (menit).
td = Waktu yang diperlukan air untuk mengalir didalam saluran ke tempat
yang direncanakan (menit)
Tabel 15 Koefisien pengaliran
Lempung Lempung
Kemiringan Permukaan Tanah Loam berpasir
siltloam padat
0–5% 0,10 0,30 0,40
Hutan kemiringan 5 – 10 % 0,25 0,35 0,50
10 – 30 % 0,30 0,50 0,60
Padang rumput/ 0–5% 0,10 0,30 0,40
semak-semak 5 – 10 % 0,15 0,35 0,55
kemiringan 10 – 30 % 0,20 0,40 0,60
0–5% 0,30 0,50 0,60
Tanah pertanian
5 – 10 % 0,40 0,60 0,70
kemiringan
10 – 30 % 0,50 0,70 0,80
Secara matematis harga Q pada modifikasi ini akan lebih kecil dari pada Q
sebelum dimodifikasi. Dari gambar berikut dapat dilihat :
Qp
Waktu (menit)
Bahwa Qp 0,278C..I.A
Setelah dimodifikasi maka bentuk curve diatas akan menjadi sebagai berikut:
0, 77
t 0,0195 ⎛⎜ L ⎟⎞
⎝S⎠
dimana
:
t = waktu konsentrasi (menit)
L = panjang sungai/saluran dari hulu sampai titik yang diambil debitnya
(m) s = kemiringan daerah saluran/sungai = H / L
Contoh Perhitungan 5 :
Analisa debit banjir saluran drainase hujan periode ulang 10 tahunan pada Contoh
Perhitungan 4 dengan data perencanaan sebagai berikut :
Luas catchment area (A) = 500 Ha = 5 km2
Koefisien pengaliran (C) = 0,73
Waktu awal (t0) = 10 menit
Waktu konsentrasi (tc) = 70 menit
Panjang saluran (L) = 5400 m
Kecepatan rata-rata/velocity (V) = 1,5 m/det
Hujan rencana kala ulang 10 tahunan (Rt) = 190 mm/hari (lihat tabel12)
Penyelesaian :
1) Waktu pengaliran sepanjang saluran :
td L
5400 60menit
60 60
V 1,5
2) Waktu konsentrasi :
tc to td 10 60 70menit
3) Koefisien penyimpangan :
Cs 2t 2 0,7
70
c
2 t c t d 2 70 60
4) Intensitas hujan:
R ⎛ 24 ⎞2 3
I t ⎜ ⎟
t
24 ⎝ t ⎠
190 ⎛ 24 ⎞ 2 3
I t 24 ⎜ 70 60⎟
⎝ ⎠
59mm / jam
5) Debit air yang masuk :
Qin 0,278C C s I A
0,278 0,73 0,70 59 5
42m 3 / det
Contoh Perhitungan 6 :
Gunakan data yang diperoleh dari Contoh Perhitungan 5 untuk menghitung volume kolam
retensi dan kapasitas pompa.
PENYELESAIAN :
1) Data yang digunakan :
Waktu pengaliran sepanjang saluran (td) = 60 menit
Waktu konsentrasi (tc) = 70 menit
Hujan rencana kala ulang 10 tahunan (Rt) = 190 mm/hari
Intensitas hujan (I) = 59 mm/jam
Debit air yang masuk (Qin) = 42 m3/det
2) Dari data diatas diperoleh hidrograf aliran masuk seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
50
3
Qin = 42m /det
40
Q (m3/det)
30
20
10
100
120
140
160
180
200
220
240
20
40
60
80
t (menit)
to td
tc tc + td
Gambar 5 Grafik hidrograph aliran masuk
3) Hitung kumulatif volume aliran masuknya dari grafik hidrograph diatas, hasilnya seperti terlihat
pada tabel berikut :
Tabel 17 Kumulatif aliran masuk Qin dimensi tc
4) Perhitungan Kapasitas Inflow, kritis dengan mencoba (trial & error) model hidrograf kondisi kolam
retensi kritis tc > t
Dicoba : kala ulang 10 tahunan dengan tc = 100 menit € i = 47 mm/jam (lihat tabel intensitas hujan)
Cs
2t 2 0.76
100
c
2tc td 2 100 60
Qin '
0.278C.Cs .i.A
0.278 0.73 0.76 47 5
36
m3 / det
5) Untuk hidrograf aliran masuknya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
9) Dari grafik kumulatif aliran di atas dihasilkan volume kolam retensi sebagai berikut :
Kapasitas pompa 5 m3/detik, maka volume kolam retensinya didapat 571650 m3
Kapasitas pompa 10 m3/detik, maka volume kolam retensinya didapat 498600 m3
A.7 ANALISA DIMENSI SALURAN
A.7.1 Penampang basah yang paling ekonomis untuk menampung debit
maksimum (Ae).
1. Saluran Bentuk Trapesium
h 1
m.h)h P b1 m 2
2h
Ae
R
P
Dimana :
B = lebar saluran (m)
h = dalamnya air (m)
m = perbandingan kemiringan talud
R = jari – jari hidrolis (m)
P = Keliling basah saluran (m)
Ae = Luas Penampang basah (m2)
2. Saluran Bentuk Segi Empat
Rumus yang digunakan :
Ae b.h
Ae
R
P
P b 2h
h
A.7.2 Penampang basah berdasarkan debit air (Q) dan kecepatan (V)
Dimensi saluran diperhitungkan dengan rumus Manning sebagai berikut :
Q V .A
1
V R 2 / 3 i 1 / 2
n
Dimana : Q : Debit air di saluran (m3/det)
V : Kecepatan air dalam saluran
(m/det) n : Koefisien kekasaran dinding.
R : Jari-jari hidraulik (meter)
i : Kemiringan dasar saluran
A : Luas penampang basah (m2)
Tabel 20 Koefisien kekasaran dinding (n)
Tipe saluran n
Lapisan beton 0,017 – 0,029
Pasangan batukali diplester 0,020 – 0,025
Saluran dari alam 0,025 – 0,045
A.7.3 Kemiringan Talud.
1. Kemiringan Talud Saluran Tanah.
Kemiringan talud disesuaikan dengan karakteristik tanah setempat yang
pada umumnya berkisar antara 1 : 1,5 s/d 1 : 4.
Tabel 21 Kemiringan Talud Bahan dari Tanah
Kemiringan Talud
Bahan Tanah
(m = H/V)
Batu 0,25
Lempung kenyal, geluh 1 -2
Lempung pasir, tanah kohesi f 1,5 - 2,5
Pasir lanauan 2 -5
Gambut kenyal 1 -2
Gambut lunak 3 -4
Tanah dipadatkan dengan baik 1 - 1,5
Tinggi Air m
h < 0,40 m 0 (dinding tegak vertikal)
0,75 > h > 0,40 m 0,25 - 0,5
H > 0,75 m 0,50 - 1,0
t1 t2 x100 %
i L
Keterangan
:
t1 = tinggi tanah di bagian tertinggi ( m )
t2 = tinggi tanah di bagian terendah ( m
)
SALURAN BUATAN
2 saluran tanah yang dibuat dengan excavator 0.023 0.028 0.03 0.04
3 saluran pada dinding batuan, lurus, teratur 0.02 0.03 0.033 0.035
saluran pada dinding batuan, tidak lurus, tidak
4 0.035 0.04 0.045 0.045
teratur
saluran batuan yang diledakkan, ada tumbuh-
5 tumbuhan 0.025 0.03 0.035 0.04
6 dasar saluran dari tanah, sisi saluran berbatu 0.028 0.03 0.033 0.035
7 saluran lengkung, dengan kecepatan aliran rendah 0.02 0.025 0.028 0.03
SALURAN ALAM
8 Bersih, lurus tidak berpasir, tidak berlubang 0.025 0.028 0.03 0.033
9 seperti no.8, tetapi tidak ada timbunan atau kerikil 0.03 0.033 0.035 0.04
10 Melengkung bersih, berlubang dan berdinding pasir 0.033 0.035 0.04 0.045
Baik
No Tipe Saluran Baik Sedang Jelek
sekali
11 seperti no.10, dangkal tidak teratur 0.04 0.045 0.05 0.055
12 seperti no.10, berbatu dan ada tumbuh-tumbuhan 0.035 0.04 0.045 0.05
20 saluran beton pracetak dengan acuan baja 0.013 0.014 0.014 0.015
21 saluran beton pracetak dengan acuan kayu 0.015 0.016 0.016 0.018
Contoh Perhitungan 7 :
Analisa dimensi saluran trapesium dengan menggunakan data perencanaan sebagai berikut :
Debit air yang masuk (Qin) = 42 m3/det (diambil dari contoh perhitungan 5)
Lebar saluran (b) =5m
Dalamnya air (h) = 1,9 m
Perbandingan kemiringan talud (m) = 1,5
Kemiringan saluran yang diijinkan (i) = 0,0025
Koefisien kekasaran Manning (n) = 0,020
Ae (b m.h)h
5,0 1,5x1,9x1,9
14,92m2
2) Keliling basah saluran :
P b 2h 1 m2
5 2(1,9)1 1,52
11,9m
3) Jari-jari hidrolis :
Ae
R
P
14,92
11,9
1,26m
4) Kecepatan aliran :
1
V R 2 / 3 i 1 / 2
n
1
0 ,020 1, 26 2 / 3 0 , 1 / 2
0025
2 ,91 m / det
42
43,47
0,97 (OK )