Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN

PRAKTEK KERJA DRAINASE

disusun oleh

Destiadi Pindonta Surbakti


181121046
IB-KSI

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

PRODI D-III TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

JURUSAN TEKNIK SIPIL

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan YME, karena dengan karunia-Nya saya dapat
menyelesaiakan “Laporan Drainase”. Laporan ini bertujuan untuk memberikan data-data hasil
praktikum yang telah didapatkan. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses
pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan laporan tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu
dan membimbing saya dalam mengerjakan laporan ini. Saya juga mengucapkan terimakasih
kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun
tidak langsung dalam pembuatan laporan ini.

Saya menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
sempurnanya laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa
Politeknik Negeri Bandung khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Bandung, 30 Juni 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Ruang Lingkup.................................................................................................... 1

1.3 Tujuan Umum .................................................................................................... 1

BAB II DASAR TEORI ......................................................................................................... 4

2.1 Definisi Drainase ............................................................................................... 4

2.2 Fungsi dan Tujuan Pekerjaan Drainase .............................................................. 5

2.3 Penggunaan Drainase ......................................................................................... 6

2.4 Jenis Saluran ...................................................................................................... 7

2.5 Sistem Saluran ................................................................................................... 7

2.6 Penampang Saluran ............................................................................................ 8

2.7 Posisi Saluran ..................................................................................................... 8

2.8 Jenis Air Buangan .............................................................................................. 8

2.9 Klasifikasi Sistem Pembuangan Air .................................................................. 9

2.10 Peralatan yang digunakan untuk Kerja Drainase ............................................. 10

BAB III LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA DRAINASE .............................. 11

BAB IV PRAKTEK KERJA DRAINASE .......................................................................... 13

4.1 Menentukan Kemiringan Galian dengan menggunakan Borning Rod ............ 13

1
4.2 Pemasangan Stake Out dan Galian Tanah Pasangan Tertutup ......................... 16

BAB V PENUTUP ................................................................................................................. 22

5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 22

5.2 Saran ................................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 23

LAMPIRAN ........................................................................................................................... 31

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya sistem drainase yang kita jumpai ada beberapa jenis, diantaranya yaitu
drainase pertanian yang biasa digunakan untuk pengeringan lahan pertanian. Drainase jalan
raya berfungsi untuk menjaga kondisi jalan raya tidak tergenang air hujan sehingga merusak
badan jalan bahkan dengan genangan air ini akan merusak badan jalan bahkan dengan
genangan air ini akan merusak konstruksi jalan raya itu. Drainase perkotaan berfungsi untuk
mengeringkan areal perkotaan dari air limbah rumah tangga dan air hujan yang merupakan
prioritas utama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat kota. Drainase gedung yang
berfungsi untuk menjaga pengaliran air limbah gedung secara baik dan memenuhi syarat
kesehatan.

1.2 Ruang Lingkup

Sistem drainase merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pebangunan
gedung oleh karena itu perencanaan dan perancangan sistem drainase haruslah dilakukan
bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan dan perancangan gedung itu
sendiri.

Perencanaan dan perancangan sistem drainase dimulai dengan rencana konsep, rencana
dasar, rancangan pendahuluan, dan gambar-gambar pelaksanaan, dengan selalu
memperhatikan koordinasi dan keserasian dengan perencanaan dan perancangan element
lainnya dalam gedung.

1.3 Tujuan Umum

1.3.1 Mahasiswa/i dapat menjelaskan pengertian drainase

1.3.2 Mahasiswa/i dapat menjelaskan sistem drainase

1.3.3 Mahasiswa/i dapat menjelaskan lokasi saluran drainase

1.3.4 Mahasiswa/i dapat menentukan dan merancang penampang saluran drainase

3
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Definisi Drainase

Drainase merupakan pekerjaan pembuatan saluran pembuangan. Baik air buangan


hujan, air permukaan maupun air buangan dari kamar mandi, dapur dan wc (buangan
domestic). Secara umum drainase didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks pemanfaatan tertentu.

Sedangkan drainase perkotaan adalah ilmu drainase yang mengkhususkan pengakajian


pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan fisik dan lingkungan
social budaya yang ada di kawasan kota tersebut.

Dengan demikian kriteria desain drainase perkotaan memiliki kekhususan, sebab untuk
perkotaan ada tambahan variabel design seperti keterkaitan dengan tata guna lahan,
keterkaitan dengan master plan drainase kota, keterkaitan dengan masalah sosial budaya
(kurangnya kesadaran masyarakat dalam ikut memelihara fungsi drainase kota) dan lain-lain.

2.2 Fungsi dan Pekerjaan Drainase

2.2.1 Untuk Pengeringan

Adakalanya disekitar suatu kompleks perumahan penduduk terdapat rawa-rawa atau


suatu lapangan yang digenangi air. Keadaan lingkuangan yang seperti ini dapat mendatangkan
wabah penyakit bagi penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Oleh karena genangan air
tersebut atau rawa-rawa pada umumnya terdapat sarang nyamuk dan menyebabkan berrbagai
penyakit, seperti malaria, cholera, demam berdarah dengue dan lain-lainya. Untuk
menghindari hal itu diperlukan suatu sistem pengeringan yang baik, agar penduduk yang
mendiami kompleks itu sehat, aman dan sejahtera.

2.2.2 Untuk Pencegahan Banjir

Ada daerah-daerah tertentu yang hujanya turun sering berlebihan, dan ini bisa
menimbulkan malapetaka banjirbagi penduduk daerah tersebut. Lebih parah lagi kalau daerah

4
tersebut tidak terdapat saluran-saluran pembuangan atau kalau ada tetapi tidak berfungsi
sebagaimana mestinya. Untuk mencegah suatu banjir yang disebabkan curah hujan dapat
dibuat suatu sistem saluran pembuangan yang memenuhi syarat, yaitu sesuai dengan debit air
yang akan mengaliri saluran tersebut dan kemiringannya merupakan suatu kesatuan.
Pokoknya untuk itu semua memang dibuat suatu sistem pencegahan banjir dengan ruang
lingkup :

 Pembuatan salauran yang baik pada kiri kanan badan jalan, begitu pula saluran
pembuangan dari rumah penduduk.

 Dibangun bak-bak control pada saluran tersebut, guna untuk pemisah sampah dan
pengendap lumpur.

 Dibuat saluran-saluran pelimpah ditempat yang dipandang perlu.

2.2.3 Untuk Pembuangan Air Kotor

Air buangan dari industri adalah penyebab tercemarnya lingkungan, karena air buangan
ini mengandung berbagai macam bahan kimia, sampah-sampah pabrik, dll. Banyak ikan-ikan
dan ternak piaraan penduduk mati disebabkan air dilingkungan mereka tercemar oleh air
buangan dari industri. Untuk mencegah agar di lingkungan tempat tinggal penduduk tidak
tercemar, maka air bunagan dari industry harus dialirkan secara khusus, atau saluran yang
terpisah dan di buang ke :

 Bak pengolahan air limbah, lalu dialirkan keperesapan yang baik saringannya.

 Septictank dan dialirkan ke peresapan yang baik dan saringannya.

2.2.4 Pensuplaian Air Untuk Penduduk

Dalam suatu kota pada umumnya, air yang dibutuhkan penduduk didatngkan dari suatu
tempat di luar kota dan dialirkan ke rumah-rumah penduduk melalui pipa-pipa yang
diinstalasi sedemikian rupa. Tetapi karena tidak sempurna pengejaannya, sering pipa-pipa
tersebut bocor dan air megalir kemana-mana. Air yang berasal dari pipa yang bocor tersebut
dapat merusak jalan raya, bangunan, lingkungan dan air terbuang percuma. Untuk hal tersebut
diperlukan teknologi yang baik dalam hal penyambungan pipa-pipa saluran serta
perletakkannya.

5
2.3 Penggunaan Drainase

Pemakaian atau pekerjaan drainase digunakan pada berbagai keperluan perawatan


bangunan secara berkesinambungan sejauh hal tersebut masih berhubungan dengan pekerjaan
pengeringan atau pembuangan zat cair (air) yang dapat mengurai umur pakai maupun
merusak fungsi bangunan tersebut.

Bangunan-bangunan tersebut adalah :

 Rumah tinggal.

 Pekerjaan penyaluran/pembuangan air hujan dan limbah domestic (buangan dari


kamar mandi/WC, dapur, cucian, kulkas, AC), garasi, halaman.

 Perkantoran.

 Pekerjaan penyaluran/pembuangan air hujan dan limbah domestic (buangan dari


kamar mandi/WC, dapur, cucian, kulkas, AC), garasi, halaman, tempat parkir.

 Asrama.

 Hotel.

 Kampus/Sekolah.

 Pekerjaan penyaluran/pembuangan air hujan dan limbah domestic (buangan dari


kamar mandi/WC, dapur, cucian, kulkas, AC), garasi, halaman, tempat parkir,
limbah bengkel/Laboratorium.

 Rumah Sakit.

 Pekerjaan penyaluran/pembuangan air hujan dan limbah domestic (buangan dari


kamar mandi/WC, dapur, cucian, kulkas, AC), garasi, halaman, tempat parkir,
limbah bengkel/Laboratorium.

 Pabrik-pabrik/Industrial Estate.

 Stadion/Kompleks Olahraga.

6
 Kompleks Perumahan/Real Estate.

 Padang/Lembah Golf.

 Jalan Raya.

 Lapangan Terbang/Bandara.

 Pelabuhan Laut.

 Bendungan/Waduk.

 Bumi Perkemahan.

 Tempat-tempat rekreasi.

 Tempat Pengolahan dan Pengelolaan Akhir Sampah (TPPA), dll.

2.4 Jenis Saluran

Saluran drainase pada umumnya terbuka atau tertutup. Tetapi selayaknya pada saluran
terbuka hanya untuk mengalirkan air buangan yang relative tidak berbau, seperti air hujan
maupun air permukaan (rembesan sistem irigasi, mata air, dll).

Sedangkan saluran tertutup digunakan untuk mengalirkan air buangan dari kamar
mandi, WC, dapur, cucian maupun buangan hasil proses industri.

2.5 Sistem Saluran

Jenis saluran yang ada merupakan jaringan instalasi Sistem Terpisah yaitu satu saluran hanya
mengalirkan air kotor dari rumah tangga/industry, sedangkan saluran lainnya hanya
mengalirkan buangan air hujan. Sistem Kombinasi atau Sistem Gabungan merupakan satu
saluran yang membawa air buangan rumah tangga/industry dan buangan air hujan. Pada

7
sistem ini (sistem Kombinasi) sering dijumpai pada kota-kota di Negara berkembang, ooleh
karena factor ekonomi, tetapi pada daerah perdagangan dan pariwisata yang bertaraf
internasional di negara berkembang sudah menerapkan sistem terpisah. Sedangkan Sistem
Terpisah Sebagian hanya dipasang pada daerah tertentu saja, yaitu pada titik tertentu pada
saluran yang membawa air hujan yang dipasang Valve (Katub/Klep) atau pintu air yang
dihubungkan dengan saluran yang membawa limbah domestic untuk penggelontoran terhadap
endapan pada dasar saluran limbah ddomestik yang sewaktu-waktu dibutuhkan, yang
dioperasikan pada waktu air hujan cukup untuk penggelontoran (Flushing).

2.6 Penampang Saluran

Ada berbagai macam penampang saluran yang digunakan, tetapi pada saluranterbuka
banyak digunakan saluran berpenampang segi empat maupun trapezium. Untuk penampang
saluran tertutup, banyak digunakan pipa saluran berpenampang bulat.

2.7 Posisi Saluran

Sebagaimana seperti yang sering kita jumpai, posisi saluran du luar halaman rumah atau
gedung, yaitu di kedua sisi jalan, biasanya juga disebut drainase jalan. Oleh karena saluran
tersebut juga melayani bunagan limpasan hujan dari genting/atap rumah maupun bangnan
lainnya serta halaman, maka secara umum kita sebut saluran draunase.

2.8 Jenis Air Buangan

Jenis air buangan atau limbah baik yang mengandng kotoran manusia, hewan, bekas
tumbuhan dibagi menjadi 4 golongan :

2.8.1 Air kotor (3%) : yang berasal dari kloset, peturasan, bidet, dan air buangan yang
mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat-alat saniter lainnya.

2.8.2 Air bekas (1%) : air yang berasal dari baka mandi (bath tub), bak cuci tangan, bak
dapur dan sebagainya.

8
2.8.3 Air hujan : dari atap, halaman.

2.8.4 Air buangan : yang berasal dari pabrik, aboratorium rumah sakit, tempat pemotongan
hewan dan air buangan yang bersifat radioaktif.

2.9 Klasifikasi Sistem Pembuangan Air

Sistem pembuangan air umumnya dibagi dalam bebrapa klasifikasi menurut jenis air
buangan, cara membuang air, dan sifat-sifat lain dari lokasi dimana saluran itu dipasang.

2.9.1 Klasifikasi menurut jenis air buangan

 Sistem pembuangan air kotor

 Sistem pembuangan air bekas

 Sistem pembuangan air hujan

 Sistem pembuangan air khusus

 Sistem pembuangan air dapur

2.9.2 Klasifikasi menurut cara pembuangan air

 Sistem pembuangan air campuran

 Sistem pembuangan terpisah

 Sistem pembuangan tak langsung

2.9.3 Klasifikasi menurut cara pengaliran

 Sistem grafitasi

 Sistem bertekanan

2.9.4 Bak Kontrol

Bak kontrol di pasang dimana pipa bawah tanah membelok tajam, berubah diameternya,
bercabang atau pada lokasi-lokasi yang mirip penempatan lobang pembersih. Ukuran bak

9
kontrol harus sesuai dengan ukuran pipa dan cukup besar untuk memudahkan pembersihan.
Pada dasar bak kontrol untuk pembuangan air hujan dipasang tumpukan batu koral setabal
15cm atau lebih. Jarak antara bak kontrol sebaiknya tidak lebih dari 120 kali diameter dalam
pipanya. Dibawah ini diperlihatkan contoh bak kontrol dengan pasangan batu bata.

2.10 Klasifikasi Sistem Pembuangan Air

2.10.1 Alat ukur dan pengatur

a. Benang

b. Waterpass selang

c. Siku-siku

d. Meteran gulung

2.10.2 Alat pemukul dan pemutar

a. Palu besi

b. Palu kayu

c. Palu kayu bundar

2.10.3 Alat galian tanah dan pasangan manual

a. Blincok

b. Linggis

c. Sekop runcing

d. Sekop ujung rata

e. Sendok semen

f. Skrap

g. Ruskam kayu

10
BAB III

LAPORAN KEGIATAN

PRAKTIK KERJA DRAINASE

KAMIS, 13 JUNI 2019

No. Waktu Praktikum Keterangan

Materi
disampaikan oleh
 Pemberian materi tentang penentuan
1. 07.30 s.d. 08.30 Pak Asep
kemiringan dengan
Sundara dan Pak
R. Desutama

 Praktek Drainase meliputi :


1. Pembuatan Bouwplank Menyiapkan alat
2. 08.30 s.d. 11.00
2. Pengukuran dan bahan
3. Penggalian tanah

3. 11.00 s.d. 13.00  Istirahat ISOMA

 Melanjutkan praktek Drainase hingga


4. 13.00 s.d. 14.30
selesai

11
BAGAN ALUR PERENCANAAN PEMBUATAN DRAINASE

Penyampaian Teori di ruang kelas mengenai Drainase

Penggambaran sketsa untuk menentukan lokasi pembuatan Drainase

Menyiapkan alat dan bahan serta menuju titik lokasi

Pembuatan Bouwplank

Pengukuran lokasi yang akan digunakan sebagai Drainase trampesium dan Drainase persegi

Menentukan titik-titik patok dengan jarak yang sudah ditentukan

Menentukan Bouwplank dan mulai menarik benang dari satu Bouwplank ke Bouwplank yang
berhadapan

Menggali tanah hingga kedalaman 50 cm

Mengatur level dengan menggunakan Waterpass Selang

Mengatur kemiringan saluran dengan Boning Rod

Mengatur bentuk saluran : Trampesium untuk saluran C-D dan Persegi untuk saluran A-B

Melepaskan Bouwplank, patok, dan benang yang digunakan sebagai acuan untuk membangun drainase

12
BAB IV

PRAKTEK KERJA DRAINASE

4.1 MENENTUKAN KEMIRINGAN GALIAN DENGAN MENGGUNAKAN


BORNING ROD

4.1.1 Tujuan Pelajaran

 Mahasiswa/i mampu menerangkan cara penggunaan Boning Rod.

 Mahasiswa/i mampu menentukan kemiringan dasar galian untuk pembuatan saluran


dengan Boning Rod.

4.1.2 Dasar Teori

Bila kita ingin membuat sebuah saluran baik terbuka atau tertutup, maka perlu terlebih
dahulu diketahui kemana arah air yang akan dialirkan supaya air yang akan dibuang mengalir.
Lalu kita perlu menentukan perbandingan kemiringan dasar saluran yang akan dibuat.

Pelaksanaan praktek ini bertujuan bagaimana menentukan kemiringan dasar saluran


dengan menggunakan alat yang paling sederhana yaitu Boning Rod. Alat ini terbuat dari
papan yang berukuran lebar 7 cm, panjang horizontal 40 cm, dan batang tegak 70 cm, dipaku
berbentuk T dengan sudut 900.

4.1.3 Peralatan

a. Meteran (7.5 m)

b. Selang plastik (waterpass air)

c. Martil besar (10 kg)

d. Gergaji potong

e. Pensil

13
f. Waterpass

g. Benang

h. Boning Rod

4.1.4 Bahan

Kayu Meranti 5/7 x 70 cm sejumlah 8 buah.

4.1.5 Langkah Kerja

a. Membuat patok dari dolken atau usuk sejumlah 8 buah.


70
cm

b. Menentukan lokasi dimana praktek akan dikerjakan, dan tandai dengan patok.

c. Mentukan penurunan galian sesuai dengan kemiringan yang sudah ditentukan


sebelumnya.

Diketahui : Panjang galian = 150 cm dan 300 cm

Kemiringan galian = 2%

Ditanyakan : Perbedaan ketinggian galian

Jawab : Perbedaan ketinggian galian = 300 cm x 2% = 6 cm


= 150 cm x 2% = 3 cm

d. Memasang sebuah patok pada ujung-ujung galian dengan ketinggian yang sama
(waterpass). Jarak patok A ke patok B = 1.5 meter dan jarak patok C ke patok D = 3
meter.

e. Menghitung penurunan saluran berdasarkan angka kemiringan yang sudah ditentukan.

14
f. Menandai patok B = 3 cm dan patok D = 6 cm.

g. Mengatur ketinggian agar se-level dnegan menggunakan waterpass selang.

h. Mendirikan boning-rod diatas patok A dan patok B dan patok C serta patok D,masing-
masing dipegang oleh satu orang, Boning-rod harus tegak lurus. Dan satu orang berdiri
kira-kira 1 (satu) meter dibelakang patok A lalu membidik permukaan atas Boning-rod
pada patok A dan patok B (dimana kedua permukaan Boning-rod harus betul-betul
horisontal dan satu garis). Dan satu orang lagi memegang Boning-rod dan
mendirikannya di atas salah satu patok antara.

i. Memukul patok hingga sejajar dengan garis kemiringan.

15
4.2 PEMASANGAN STAKE OUT DAN GALIAN TANAH PASANGAN
TERTUTUP

4.2.1 Tujuan Pelajaran

 Mahasiswa/i mampu menerangkan fungsi dan penggunaan Stake-Out (Bouw plank).

 Mahasiswa/i mampu memasang Stake-Out (Bouw plank) dengan konstruksi yang kokoh
dan ukuran tepat.

 Mahasiswa/i mampu menggali tanah dengan lebar yang sesuai ukuran pipa saluran yang
akan dipasang.

 Mahasiswa/i mampu mebuat dasar galian tanah dalam suatu kesatuan miring dan
mengontrolnya dengan Boning Rod.

 Mahasiswa/i mampu mengontrol elevasi Stake-Out (Bouw plank) dan elevasi dasar
galian pada titik-titik tertentu sesuai dengan gambar rencana kerja dnegan tepat.

4.2.2 Dasar Teori

Stake out merupaka papan duga (Bouwplank). Dingunakan untuk titik pedoman yang
menentukan letak pemasangan jalur pipa yang dilengkapi dengan penentuan arah aliran air
dan penentuan kemiringan pemasangan pipa/roil.sehingga dengan adanya stake out ini
menjadi tolok ukur semua pekerjaan yang dilaksanakan. Stake out dibuat dari papan yang
berukuran lembar 2 cm, panjang berkisar 120 cm dipaku pada dua batang patok kayu dolken
ataupun kayu meranti 5/7cm dengan panjang patok 100 cm. Stake out dipasang pada daerah
hulu saluran dan dihilirnya, dengan pajang saluran menurut gambar kerja. Galian tanah
merupakan pekerjaan selanjutnya setelah stake out dipasang. Galian tanah untuk saluran
tersebut sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan pada stake out, tanah digali mempuyai
talud yang sesuai dengan karakter tanah. Bila tanah cadas (keras) talud galian bisa tegak,
namun bila tanah berpasi maka talud ukuran dalam 1 juga ukuran miring. Sifat tanah dan
karakteristiknya perlu diketahui agar pada saat digali tidak terjadi longsoran yang akan
mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan.

16
4.2.3 Alat Kerja

a. Meteran

b. Pensil

c. Waterpass

d. Martil besar (bobot 10 – 20 kg)

e. Palu cakar

f. Gergaji potong

g. Ember

h. Unting-unting

i. Slang plastik

4.2.4 Bahan

a. Usuk Meranti 5/7 x 100 cm sejumlah 4 buah.

b. Papan 2/20

c. Paku 5 cm.

d. Benang.

e. Kapur / cat / meni.

4.2.5 Prosedur Kerja

a. Membuat patok dari dolken atau usuk sejumlah 4 buah.

100
cm

17
b. Menentukan lokasi dimana praktek akan dikerjakan, dan tandai dengan patok.

c. Menandai salah satu tiang dengan pensil pada ketinggian 89 cm dari tanah, lalu tanda
itu dipindahkan pada seluruh tiang-tiang dengan datar menggunakan slang plastik yang
diisi air.

d. Memasang papan Stake-Out tepat pada salah satu ujung A dan memberi tanda dengan
pensil.

e. Menentukan penurunan galian sesuai dengan kemiringan yang sudah ditentukan


sebelumnya.

A B

Rencana galian

3m

f. Menandai pertengahan panjang papan Stake-Out sebagai sumbu ( as ) saluran dengan


membidik as/patok dibawah papan Stake-Out menggunakan unting-unting.

18
PAPAN DUGA

Unting-unting
As galian / pipa

Patok trase saluran

g. Menandai garis garis tanda dengan memasang 2 (dua) buah paku sebagai pengikat benang
nantinya.

LEBAR GALIAN PAPAN DUGA

Unting-unting
As galian / pipa

Patok trase saluran

19
h. Menarik benang dari Stake-Out A ke Stake-Out B , yaitu benang tepi keduanya ,
memindahkan benang ke tanah tegak lurus dan menandai dengan bubuk kapur atau
pasang patok dan 1 (satu) paku diatasnya dan benang diikat, maka garis inilah sebagai
garis tepi galian.

LEBAR GALIAN PAPAN DUGA

Unting-unting

Patok trase saluran

i. Menggali tanah menggunakan cangkul dan sekop ( jika tanah terlalu keras penggalian
menggunakan belincong, jika trase saluran terdapat bekas bangunan misalnya, dibongkar
menggunakan mesin pahat/hammer beton ) . Tanah bekas galian harus kita tempatkan
pada salah satu sisi galian.

20
j. Menggali selapis demi selapis sampai sedalam 50 cm dan mengontrol kemiringan dasar
galian dengan Boning-rod , dengan mendirikannya di dasar galian dan membidik pada
kedataran kedua papan Stake Out tersebut .

PAPAN DUGA
LEBAR GALIAN

AS GALIAN / PIPA

Minimal 30 cm

21
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dalam kerja drainase sangat diperlukan ketelitian dimana saat menentukan ukuran-
ukuran yang harus kita patokan. Kerja drainase merupakan saah satu sifat yang harus
dilaksanakan di dalam teknik sipil karena pada pembuatan denah/bangunan harus dapat
pastikan dimana posisi kedudukannya.

Karena apabila tidak melakukannya dengan baik maka akan berakibat yang fatal karena
dalam pembuatan instalasi ini harus benar dan tepat, supaya air yang ingin dibuang mengair
ketempat yang telah kita tentukan terlebih dahulu.

5.2 Saran

Dalam kerja drainase untuk dapat elakukan pekerjaan yang sesuai dengan rencana baca
dan pahami teori atau langkah kerja dengan baik. Mengecek elevasi saluran dengan Boning
Rod agar hasil sesuai dengan yang direncanakan dan utamakan kerja sama tim.

22
DAFTAR PUSTAKA

Charits, Mohammad dkk, 2012. Modul Praktek Drainase. Malang : Politeknik Negeri
Malang.

23
12000
5000
3000

5000

5000
8000

POTONGAN A-A POTONGAN B-B


SKALA 1 : 100 SKALA 1 : 100

DRAINASE TIPE TRAMPESIUM DAN PERSEGI (U)


SKALA 1 : 100
10000
Bouwplank 100 x 20 x 2 cm
2000

7000

B
Drainase Trampesium

Bouwplank 120 x 20 x 2 cm

5000
2%
Drainase Persegi

15000
Tanah Urug
B
30000

Bak Kontrol
2%

Benang

A A

12000

TAMPAK ATAS DRAINASE


SKALA 1 : 100
PANJANG DRAINASE

ELEVASI TANAH
89 cm 92 cm 95 cm

ELEVASI TANAH PADA DRAINASE TRAMPESIUM


SKALA 1:1

PANJANG DRAINASE

95 cm 96,5 cm 98 cm
ELEVASI TANAH

ELEVASI TANAH PADA DRAINASE PERSEGI (U)


SKALA 1:1

Anda mungkin juga menyukai