NAMA KELOMPOK:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
KATA PENGANTAR
Puja dan Puji Syukur hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kasih
sayang-Nya dan memberikan waktu kepada penulis untuk menyelesaikan tugas paper mata kuliah
Hidrologi dan Drainase yang berjudul Sistem Drainase Perkotaan. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu dalam penyelesaian paper ini.
Paper tentang ulasan mengenai Sistem Drainase Perkotaan ini diajukan untuk memenuhi
salah satu tugas semester III mata kuliah Hidrologi dan Drainase. Penulisan paper ini bertujuan
untuk memaparkan tentang Sistem Drainase Perkotaan.
Penulis sangat menyadari bahwa paper ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran baik secara tertulis ataupun secara lisan, khususnya kepada
Dosen pengampu mata kuliah Hidrologi dan Drainase agar penulis bisa mengembangkan ilmu
pengetahuannya, memahami tentang Hidrologi dan Drainase khususnya mengenai Sistem
Drainase Perkotaan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
2.8.2 Paralel ............................................................................................................. 11
2.8.3 Grid Iron.......................................................................................................... 12
2.8.4 Alamiah ........................................................................................................... 12
2.8.5 Radial .............................................................................................................. 13
2.8.6 Jaring-jaring .................................................................................................... 13
2.9 Bentuk Saluran ............................................................................................................... 14
2.9.1 Trapesium ....................................................................................................... 14
2.9.2 Kombinasi trapesium dan segi empat ............................................................. 14
2.9.3 Kombinasi trapesium dengan setengah lingkaran........................................... 14
2.9.4 Segi empat ....................................................................................................... 15
2.9.5 Kombinasi segi empat dengan setengah lingkaran ......................................... 15
2.9.6 Setengah lingkaran .......................................................................................... 15
2.10 Bangunan-Bangunan Sistem Drainase dan Pelengkapnya ............................................. 15
2.10.1 Bangunan-bangunan Sistem Saluran Drainase ............................................... 15
2.10.2 Bangunan Pelengkap Saluran Drainase .......................................................... 16
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 18
3.2 Saran ............................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pertumbuhan kota dan perkembangan industri menimbulkan dampak yang cukup besar pada
siklus hidrologi sehingga berpengaruh besar terhadap sistem drainase perkotaan.
Siklus keberadaan air di suatu lokasi dimana manusia bermukim, pada masa tertentu akan
mengalami keadaan berlebih, sehingga dapat mengganggu kehidupan manusia. Selain itu, semakin
kompleksnya kegiatan manusia dapat menghasilkan limbah berupa air buangan yang dapat
mengganggu kelangsungan hidupnya, dan dengan adanya keinginan untuk meningkatkan
kenyamanan dan kesejahteraan hidup maka manusia mulai berusaha untuk mengatur
lingkungannya dengan cara melindungi daerah pemukimannya dari air berlebih dan air buangan.
Di daerah yang belum berkembang/pedesaan, drainase terjadi secara alamiah sebagai bagian
dari siklus hidrologi. Drainase alam ini berlangsung tidak secara statis melainkan terus berubah
secara konstan menurut keadaan fisik lingkungan sekitar. Seiring dengan berkembangnya kawasan
perkotaan yang ditandai dengan banyak didirikannya bangunan-bangunan yang dapat menunjang
kehidupan dan kenyamanan masyarakat kota, maka sejalan dengan itu diperlukan pula suatu sistem
pengeringan dan pengaliran air yang baik untuk menjaga kenyamanan masyarakat kota. Sehingga
drainase perkotaan harus saling padu dengan sampah, sanitasi, dan pengendalian banjir perkotaan.
1
g. Apa saja bangunan-bangunan sistem drainase?
Paper ini dibuat untuk menambah pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya tentang sistem drainase perkotaan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
Drainase yang berasal dari bahasa Inggris drainage mempunyai arti mengalirkan,
menguras, membuang, atau mengalihkan air. Dalam bidang teknik sipil, drainase secara umum
dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik yang
berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan/lahan, sehingga
fungsi kawasan/lahan tidak terganggu. Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk
mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. Secara umum, sistem drainase
dapat didefinisikan serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau
membuang kelebihan air dari suatu kawasan/lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara
optimal.
Fungsi Drainase
a. Membebaskan suatu wilayah terutama yang padat pemukiman dari genangan air erosi
dan banjir.
b. Karena aliran lancar, maka drainase juga berfungsi memperkecil resiko kesehatan
lingkungan bebas dari malaria dan penyakit lainnya.
c. Kegunaan tanah pemukiman padat akan menjadi lebih baik karena terhindar dari
kelembaban.
d. Dengan sistem yang baik, tata guna lahan dapat dioptimalkan dan juga memperkecil
kerusakan-kerusakan tanah, bentuk jalan, dan bangunan-bangunan lainnya.
Jenis-jenis Drainase
3
Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-bangunan
penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan batu/beton, gorong-gorong dan
lain-lain. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena grafitasi
yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti sungai.
Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan
bangunan bangunan khusus seperti selokan pasangan batu/beton, gorong-
gorong, pipa-pipa dan sebagainya.
4
2.3.2 Menurut Letak Bangunan
a. Single Purpose
Saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan, misalnya air hujan
saja atau jenis air buangan yang lainnya seperti limbah domestik, air limbah
industri dan lain lain.
b. Multi Purpose
Saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air buangan baik secara
bercampur maupun bergantian.
a. Saluran Terbuka
Saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di daerah yang
mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non-hujan yang tidak
membahayakan kesehatan/mengganggu lingkungan.
5
b. Saluran Tertutup
Saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk aliran kotor (air yang
mengganggu kesehatan/lingkungan) atau untuk saluran yang terletak di
kota/permukiman.
Fungsi Jaringan
Pada sistem pengumpulan air buangan yang diperhatikan ada dua macam air buangan, yaitu
air hujan dan air kotor (bekas). Cara atau sistem buangan ada tiga, yaitu:
Air kotor dan air hujan dilayani oleh sIstem saluran masing-masing terpisah.
Pemilihan sistem ini didasarkan pada beberapa pertimbangan, antara lain:
Keuntungan:
Kerugian:
Harus membuat dua sistem saluran sehingga memerlukan tempat yang luas dan
biaya yang cukup besar.
6
2.4.2 Sistem Tercampur (Combined System)
Air kotor dan air hujan disalurkan melalui satu saluran yang sama. Saluran ini harus
tertutup. Pemilihan sistem ini didasarkan pada beberapa pertimbangan, antara lain:
Keuntungan:
Kerugian:
Merupakan perpaduan antara saluran air buangan dan saluran air hujan dimana pada
waktu musim hujan air buangan dan air hujan tercampur dalam saluran air buangan,
sedangkan air hujan berfungsi sebagai pengencer. Kedua saluran ini tidak bersatu
tetapi dihubungkan dengan sistem perpipaan interseptor. Beberapa faktor yang dapat
digunakan dalam pemillihan sistem ini adalah:
a. Perbedaan yang besar antara kuantitas air buangan yang akan disalurkan
melalui jaringan penyalur air buangan dan kuantitas curah hujan pada daerah
pelayanan.
b. Umumnya di dalam kota dilalui sungai-sungai dimana air hujan secepatnya
dibuang ke dalam sungai-sungai tersebut.
7
c. Periode musim kemarau dan musim hujan yang lama dan fluktuasi air hujan
yang tidak tetap.
1. Penataan sistem jaringan drainase primer, sekunder, dan tersier melalui normalisasi
maupun rehabilitasi saluran guna menciptakan lingkungan yang aman dan baik
terhadap genangan, luapan sungai, banjir kiriman, maupun hujan lokal. Dari masing-
masing jaringan dapat didefinisikan sebagai berikut :
2. Memenuhi kebutuhan dasar (basic need) drainase bagi kawasan hunian dan kota.
3. Menunjang kebutuhan pembangunan (development need) dalam menunjang
terciptanya scenario pengembangan kota untuk kawasan andalan dan menunjang
sektor unggulan yang berpedoman pada Rancana Umum Tata Ruang Kota.
8
umumnya sistem drainase makro ini disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan
utama (major sistem) atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran
yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-
sungai. Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai dengan periode ulang
antara 5 sampai10 tahun dan pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan
dalam perencanaan sistem drainase ini.
Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang
menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan
yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan,
saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kota
dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu
besar.Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa
ulang 2, 5 atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem drainase
untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro.
Saluran yang menerima air limpasan dari daerah yang diperkeras maupun yang
tidak diperkeras dan membawanya ke sebuah pipa keluar di sisi tapak (saluran
permukaan atau sungai), ke sistem drainase kota.
9
2.7.4 Saluran Air Terbuka
Merupakan saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas. Pada
saluran air terbuka ini jika ada sampah yang menyumbat dapat dengan mudah untuk
dibersihkan, namun bau yang ditimbulkan dapat mengurangi kenyamanan. Menurut
asalnya, saluran dibedakan menjadi:
10
2.7.5 Saluran Air Kombinasi
2.8.1 Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada sungai.
Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada akhir berada di tengah kota.
2.8.2 Paralel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Apabila terjadi perkembangan
kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.
11
2.8.3 Grid Iron
Digunakan untuk daerah dengan sungai yang terletak di pinggir kota, sehingga
saluran-saluran cabang dikumpulkan dahulu pada saluran pengumpul.
2.8.4 Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar.
12
2.8.5 Radial
Digunakan untuk daerah berbukit, sehingga pola saluan memencar ke segala arah.
2.8.6 Jaring-jaring
Mepunyai saluran-saluran pembuangan yang mengikuti arah jalan raya dan cocok
untuk daerah dengan topografi datar. Pola jaring-jaring terbagi lagi menjadi empat
jenis, yaitu:
a. Pola perpendicular
Adalah pola jaringan penyaluran air buangan yang dapat digunakan untuk sistem
terpisah dan tercampur sehingga banyak diperlukan banyak bangunan
pengolahan.
13
c. Pola fan
Adalah pola jaringan dengan dua sambungan saluran/cabang yang dapat lebih
dari dua saluran menjadi satu menuju ke satu bangunan pengolahan. Biasanya
digunakan untuk sistem terpisah.
d. Pola radial
Adalah pola jaringan yang pengalirannya menuju ke segala arah dimulai dari
tengah kota sehingga ada kemungkinan diperlukan banyak bangunan pengolahan.
Bentuk Saluran
2.9.1 Trapesium
Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang
besar. Sifat alirannya terus menerus dengan fluktuasi kecil. Bentuk saluran ini dapat
digunakan pada daerah yang masih cukup tersedia lahan.
Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang
besar dan kecil. Sifat alirannya berfluktuasi besar dan terus menerus tapi debit
minimumnya masih cukup besar.
Fungsinya sama dengan bentuk (2.9.2), sifat alirannya terus menerus dan berfluktuasi
besar dengan debit minimum kecil. Fungsi bentuk setengah lingkaran ini adalah
untuk menampung dan mengalirkan debit minimum tersebut.
14
2.9.4 Segi empat
Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang
besar. Sifat alirannya terus menerus dengan fluktuasi kecil.
Betuk saluran segi empat ini digunakan pada lokasi jalur saluran yang tidak
mempunyai lahan yang cukup/terbatas. Fungsinya sama dengan bentuk (2.9.2&2.9.3)
Berfungsi untuk menyalurkan limbah air hujan untuk debit yang kecil. Bentuk saluran
ini umum digunakan untuk saluran-saluran rumah penduduk dan pada sisi jalan
perumahan padat.
a. Bangunan Struktur
15
b. Bangunan Non-struktur
a. Catch Basin/Watershed
Bangunan dimana air masuk ke dalam sistem saluran tertutupdan air mengalir
bebas di atas permukaan tanah menuju match basin. Catch basin dibuat pada tiap
persimpangan jalan, pada tempat-tempat yang rendah, maupun tempat parkir.
b. Inlet
c. Headwall
Headwall adalah konstruksi khusus pada outlet saluran tertutup dan ujung
gorong-gorong yang dimaksudkan untuk melindungi dari longsor dan erosi.
16
d. Shipon
e. Bangunan terjun
f. Manhole
h. Gorong-gorong
Yaitu saluran tertutup (pendek) yang mengalirkan air melewati jalan raya, jalan
kereta api, atau timbunan lainnya.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Siklus keberadaan air di suatu lokasi dimana manusia bermukim, pada masa tertentu akan
mengalami keadaan berlebih, sehingga dapat mengganggu kehidupan manusia. Selain itu, semakin
kompleksnya kegiatan manusia dapat menghasilkan limbah berupaair buangan yang dapat
mengganggu kelangsungan hidupnya, dandengan adanya keinginan untuk meningkatkan
kenyamanan dan kesejahteraan hidup maka manusia mulai berusaha untuk mengatur
lingkungannya dengan cara melindungi daerah pemukimannya dari air berlebih dan air buangan.
Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan sistem drainase yang baik.
3.2 Saran
Sistem drainase harus terpadu dengan sanitasi, sampah, pengendalian banjir, dan lain-lain.
18
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum, 1990, Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan,
Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.
Anonymous, 1995, Diklat Kuliah Drainase Perkotaan, Universitas Taruma Negara, Jakarta.
19