Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH DRAINASE

TENTANG DRAINASE AIR HUJAN


Mata Kuliah : Drainase
Dosen Pengampu : Bapak Shidiq Waluyo, ST., MPd., MM., MT.

DISUSUN OLEH:
ANDRA FEBRY SETIAWAN
17.22.201.068

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang Tema Drainase Air Hujan pada
mata kuliah Drainase.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Dalam penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik pada tulisan
maupun materi. Untuk itu saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna
memperbaiki penyusunan makalah berikutnya agar lebih baik lagi. Semoga makalah ini memberi
manfaat bagi banyak pihak.

Tangerang, 7 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................…….. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 3
2.1 Air hujan......................................................................................................... 3
2.1.1 Pengertian........................................................................................ 3
2.1.2 Siklus Hidrologi............................................................................... 4
2.1.3 Sumber Air di Alam........................................................................ 4
2.1.4 Penakar Hujan................................................................................. 5
2.2 Drainase......................................................................................................... 7
2.2.1 Pengertian Drainase ....................................................................... 7
2.2.2 Kapasitas Saluran............................................................................ 7
2.2.3 Evaluasi Kapasitas Saluran Drainase.............................................. 7
2.2.4 Fungsi Drainase.............................................................................. 8
2.3 Jenis-Jenis Drainase....................................................................................... 8
2.3.1 Drainase Menurut Sejarah Terbentuknya......................................... 8
2.3.2 Drainase Menurut Letak Bangunannya............................................ 8
2.3.3 Drainase Menurut Konstruksinya..................................................... 9
2.3.4 Drainase Menurut Sistem Buangannya............................................ 9
2.3.5 Pola Jaringan Drainase …………………………………………… 9
BAB III DAMPAK DRAINASE............................................................................... 12
3.1. Dampak pada aspek lingkungan.................................................................. 12
3.2. Dampak pada aspek ekonomi...................................................................... 12
3.3. Dampak pada aspek sosial........................................................................... 13
BAB IV PENUTUP.................................................................................................... 14
4.1. Kesimpulan.................................................................................................. 14
4.2 .Saran............................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem drainase adalah rangkaian kegiatan yang membentuk upaya pengaliran air, baik air
permukaan (limpasan/run off), maupun air tanah (underground water) dari suatu daerah atau
kawasan.Sistem drainase merupakan bagian penting pada suatu kawasan perumahan.Suatu
kawasan perumahan yang tertata dengan baik haruslah juga diikuti dengan penataan sistem
drainase yang berfungsi untuk mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau
lahan sehingga tidak menimbulkan genangan air yang dapat menganggu aktivitas masyarakat dan
bahkan dapat menimbulkan kerugian sosial ekonomi terutama yang menyangkut aspek- aspek
kesehatan lingkungan permukiman.
Pada dasarnya, saluran drainase adalah salah satu prasarana yang berperan sebagai pengering
dan pengalir air hujan dari suatu wilayah, yang meliputi pemukiman, kawasan industri dan
perdagangan, sekolah, rumah sakit, lapangan olahraga, lapangan parkir, instalasi militer, instalasi
listrik dan telekomunikasi, pelabuhan udara, pelabuhan laut, serta tempat-tempat lainnya yang
merupakan bagian dari sarana kota. Saluran drainase berfungsi mengendalikan kelebihan air
permukaan, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif, seperti banjir. Dengan demikian,
saluran drainase dibangun untuk dapat memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia
secara umum.
Karena fungsinya yang bersifat mengalirkan air pada kawasan terbuka, air yang masuk ke
dalam saluran drainase harus bersifat tidak berbahaya dan tidak menyebabkan terjadinya
pencemaran lingkungan. Air buangan yang berasal dari rumah tangga atau sarana umum yang lain
yang tidak berbahaya dan tidak mencemari dapat langsung dibuang di saluran drainase. Tetapi air
limbah yang berasal dari kegiatan industri yang berpotensi mencemari lingkungan, sebelum masuk
ke saluran drainase, harus diolah dahulu sedmikian rupa, sehingga tidak akan mencemari. Hanya
air yang telah memenuhi baku mutu tertentu yang dapat dimasukkan ke saluran drainase saja,
sehingga tidak merusak lingkungan (Suripin, 2004).
Pada umumnya, permasalahan saluran drainase adalah masuknya air limbah yang berbahaya
dan mencemari yang berasal dari sumber pembuangan, khususnya dari kegiatan industri.
Akibatnya, saluran drainase tersebut membawanya masuk ke dalam kawasan publik, seperti
kawasan permukiman, dan mencemari lingkungan di kawasan tersebut. Air yang tercemar yang
masuk ke dalam saluran drainase akan semakin mudah mencemari lingkungan apabila ditunjang
oleh kondisi saluran drainase yang buruk. Kondisi fisik saluran drainase yang masih berupa tanah
akan memudahkan air merembes masuk ke dalam tanah. Akibatnya, bahan tercemar yang
terkandung di dalam air tersebut masuk ke dalam tanah dan mencemari tanah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dikaji dalam makalah ini adalah
1. Apa pengertian dari air hujan dan jenis-jenis air tanah?
2. Apa pengertian dari drainase?
3. Apa saja jenis-jenis dari drainase?
4. Bagaimana dampak dari pembuatan drainase yang kurang baik dalam suatu wilayah?.

1.3 Tujuan
Berdasar pada rumusan masalah, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Ingin mengetahui pengertian dari air hujan dan jenis-jenis air tanah.
2. Ingin mengetahui pengertian dari drainase.
3. Ingin mengetahui apa saja jenis-jenis dari drainase.
4. Ingin mengetahui bagaimana dampak dari pembuatan drainase yang kurang baik dalam suatu
wilayah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Hujan


2.1.1 Pengertian
Hujan adalah titik-titik air yang berjatuhan dari udara karena proses pendinginan (Setiawan,
2011). Hujan adalah butir curahan berupa air yang garis tengahnya lebih besar dari 0,5 mm (Pusat
Bahasa, 2008; Setiawan, 2011). Sementara Tjasyono (2006) menyatakan bahwa hujan adalah
hydrometeor yang jatuh berupa partikel-partikel air yang mempunyai diameter 0.5 mm atau lebih.
Hydrometeor yang jatuh ke tanah disebut hujan sedangkan yang tidak sampai tanah disebut Virga. Air
hujan adalah air yang menguap karena panas dan dengan proses kondensasi membentuk tetes air
yang lebih besar kemudian jatuh kembali ke permukan bumi. Pada waktu berbentuk uap air terjadi
proses transportasi. Ketika proses transportasi tersebut uap air tercampur dan melarutkan gas-gas
dan senyawa lain yang ada di udara (Sanropie, et. al., 1984).
Air hujan pada umumnya bersifat lebih bersih dari air permukaan dan air tanah. Namun air
hujan dapat bersifat korosif karena mengandung zat-zat yang terdapat di udara seperti NH3, CO2
agresif, SO2, O2, N2, juga zat-zat renik dan debu. Adanya konsentrasi SO2 yang tinggi di udara
yang bercampur dengan air hujan akan menyebabkan terjadinya hujan asam (acid rain) (Waluyo,
et. al., 2008; Sutrisno, 1996; Gambiro, 2013).
Ketersediaan air hujan tergantung pada besar kecilnya curah hujan, sehingga air tidak
mencukupi untuk persediaan umum karena jumlahnya berfluktuasi. Air hujan tidak dapat diambil
secara terus menerus, karena tergantung pada musim. Pada musim kemarau kemungkinan air akan
menurun karena tidak ada penambahan air hujan (Gambiro, 2013).

2.1.2 Siklus Hidrologi


Anonymous (2015) menyatakan bahwa siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak
pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi
(pengembunan), presipitasi (air hujan), evaporasi (penguapan) dan transpirasi (penguapan oleh
tumbuhan). Sedangkan menurut Asdak (2007), selama berlangsungnya siklus hidrologi, yaitu
perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke
laut dan tidak pernah habis. Air tersebut akan tertahan sementara di sungai, waduk atau danau,
dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia dan makhluk lain sebagaimana Gambar
1.

Gambar 1. Siklus hidrologi (Anonymous, 2017)


Gangguan siklus hidrologi mengakibatkan banjir dan kekeringan, karena air hujan yang
seharusnya meresap ke dalam tanah menjadi “air larian”. Banjir dan kekeringan disertai
pencemaran di beberapa bagian sungai merupakan gambaran suatu krisis air yang sedang dan akan
dihadapi pada masa mendatang. Usaha mengatasi masalah banjir dan kekeringan adalah
meningkatkan besaran resapan air ke dalam tanah yang antara lain bisa dilakukan dengan menjaga
kelestarian hutan dan menghambat laju “air larian” melalui pembuatan sumur resapan atau
penampungan (Santoso, 2005). Jadi air hujan yang turun dan berada di permukaan tanah sebelum
masuk ke selokan atau saluran pembuangan dibelokkan terlebih dahulu ke sumur resapan sehingga
kesempatan air meresap ke dalam tanah menjadi lebih besar atau dibelokkan ke dalam kolam
penampungan.
2.1.3 Sumber Air di Alam
Tersedianya sumber air baku dalam suatu sistem penyediaan air bersih sangat penting.
Sumber-sumber air tersebut secara kuantitas harus cukup dan dari segi kualitas harus memenuhi
syarat untuk mempermudah proses pengolahan. Di samping itu letak sumber air dapat
mempengaruhi bentuk jaringan transmisi, distribusi dan sebagainya. Secara umum air berasal dari
sumber-sumber sebagai berikut:
a. Air Hujan
Air hujan adalah uap air yang sudah mengalami kondensasi, kemudian jatuh ke bumi berbentuk
air. Air hujan juga merupakan sumber air baku untuk keperluan rumah tangga, pertanian, dan lain-
lain. Air hujan dapat diperoleh dengan cara menampung air hujan yang jatuh dari atap rumah.
b. Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini
akan mengalami penurunan kualitas selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang
kayu, daun-daun, limbah industri kota dan sebagainnya. Macam-macam air permukaan yaitu air
rawa/danau dan air sungai.
c. Air Tanah
Air tanah merupakan air hujan atau air permukaan yang meresap kedalam tanah dan bergabung
dalam pori-pori tanah yang terdapat pada lapisan tanah yang biasanya disebut aquifer. Air tanah
dapat dibagi dalam beberapa jenis yaitu:
1) Air Tanah Dangkal
Air tanah dangkal terjadi karena adanya proses peresapan air dari permukaan tanah. Air tanah
biasanya jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) daripada
air permukaan.

2) Air Tanah Dalam


Air tanah dalam terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam tidak
semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa
kedalamnya (biasanya kedalaman bor antara 10-100 m) akan didapat suatu lapisan air.
3) Mata Air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal
dari air tanah dalam hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas/kuantitasnya.
2.1.4. Penakaran Air Hujan
Penakar hujan adalah instrumen yang digunakan untuk mendapatkan dan mengukur jumlah
curah hujan pada satuan waktu tertentu. Panakar hujan mengukur tinggi hujan seolah-olah air
hujan yang jatuh ke tanah menumpuk ke atas merupakan kolom air. Air yang tertampung
volumenya dibagi dengan luas corong penampung, hasilnya adalah tinggi atau tebal, satuan yang
dipakai adalah milimeter (mm).
Salah satu tipe pengukur hujan manual yang paling banyak dipakai adalah tipe
observatorium (obs) atau sering disebut ombrometer. Curah hujan dari pengukuran alat ini dihitung
dari volume air hujan dibagi dengan luas mulut penakar. Alat tipe observatorium ini merupakan
alat baku dengan mulut penakar seluas 100 cm2 dan dipasang dengan ketinggian mulut penakar
1,2 meter dari permukaan tanah. Alat pengukur hujan otomatis biasanya memakai prinsip
pelampung, timbangan atau jungkitan. Keuntungan menggunakan alat ukur otomatis ini antara lain
seperti, waktu terjadinya hujan dapat diketahui, intensitas setiap terjadinya hujan dapat dihitung,
pada beberapa tipe alat, pengukuran tidak harus dilakukan tiap hari karena periode pencatatannya
lebih dari sehari, dan beberapa keuntungan lain.
Tinggi curah hujan diasumsikan sama di sekitar tempat penakaran, luasan yang tercakup
oleh sebuah penakar hujan bergantung pada homogenitas daerahnya maupun kondisi cuaca
lainnya. Penakar hujan dibagi dalam dua golongan yaitu tipe manual dan tipe otomatis. Bila yang
diinginkan hanyau jumlah hujan harian, maka dipakai tipe manual. Informasi lebih banyak
diperoleh dari alat otomatis. Alat yang dipakai yang ada di lapangan. Makin canggih suatu alat
makin banyak ketrampilan dan kemampuannya.
Kepadatan minimum jaringan penakar hujan untuk kepentingan hidro – meteorologis umum
menurut Linsley (1982) direkomendasikan sebagai berikut :
1. Untuk daerah datar, beriklim sedang, mediteranean dan zona tropis 600 – 900 km2 untuk setiap
stasiun.
2. Untuk daerah-daerah pegunungan beriklim sedang, mediteranean dan zone tropis, 100 – 250 km2
untuk setip stasiun.

3. Untuk pulau-pulau dengan pegunungan kecil dengan hujan yang beraturan, 25 km2 untuk setiap
stasiun.

4. Untuk zone-zone kering dan kutub, 1500 - 10.000 km2 untuk setiap stasiun.
2.2 Drainase

2.2.1 Pengertian Drainase


Drainase atau pengatusan adalah pembuangan massa air secara alami atau buatan dari
permukaan atau bawah permukaan dari suatu tempat.Pembuangan ini dapat dilakukan dengan
mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Drainase yang berasal dari bahasa
inggris drainage mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air.
Drainase secara umum dapat didefenisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi
kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu
kawasan/lahan, sehingga fungsi kawasan/lahan tidak terganggu. Drainase dapat juga di artikan
sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. Jadi, darinase
menyangkut tidak hanya air permukaan tapi juga air tanah (Suripin, 2004).
2.2.2 Kapasitas Saluran
Kapasitas saluran drainase dihitung dengan menggunakan Rumus Manning dan Rumus
Kontinuitas:
a. Rumus Manning b. RumusKontinuitas
v = 1/n . R2/3 . S1/2 (6) Q = A .v (7)
catatan :
v = Kecepatan aliran rata-rata dalam saluran(m/dt)
R = jari-jari hidrolis (m)
S = kapasitas Saluran
n = koefisien kekasaran manning
A = luas penampang basah (m2)
P = keliling basah saluran (m)
Q = debit (m3/dt)

2.2.3 Evaluasi Kapasitas Saluran Drainase


Membandingkan debit rencana (Qr) dengan kapasitas saluran (Qs). Apabila:
Qr < Qs berarti saluran mampu menampung debit yang terjadi.
Qr > Qs berarti saluran tidak mampu menampung debit yang terjadi.
2.2.4 Fungsi Drainase
Drainase memiliki banyak fungsi, diantaranya (Moduto, dalam jurnal Ainal Muttaqin 2011):
1) Untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehigga lahan dapat difungsikan
secara optimal.
2) Sebagai pengendali air kepermukaan dengan tindakan untuk memperbaiki
daerah becek, genangan air/banjir.
3) Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
4) Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
5) Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehinga tidak terjadi bencana banjir.
6) Mengelola kualitas air.

2.3 Jenis-Jenis Drainase

2.3.1 Drainase Menurut Sejarah Terbentuknya


Menurut Hadi Hardjaja (2009) Jenis drainase dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Drainase Alamiah (Natural Drainage)
Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-bangunan penunjang, saluran
ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena gravitasi yang lambat laun membentuk jalan
air yang permanen seperti sungai.
2. Drainase Buatan
Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan bangunan-
bangunan khusus seperti selokan pasangan batu, gorong-gorong, dan pipa-pipa.
2.3.2 Drainase Menurut Letak Bangunannya
1) Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage)
Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi untuk mengalirkan air
limpasan permukaan.
2) Drainase Bawah Permukaan Tanah (Subsurface Drainage)
Saluran drainase yang bertujuan untuk mengalirkan air limpasan permukaan melalui media di
bawah permukaan tanah (pipa-pipa) dikarenakan alasan - alasan tertentu. Ini karena alasan tuntutan
artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran dipermukaan
tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, dan taman.
2.3.3 Drainase Menurut Konstruksinya
1) Saluran Terbuka
Saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di daerah yang mempunyai luasan
yang cukup, ataupun untuk drainase air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan atau
menganggu lingkungan.
2) Saluran Tertutup
Saluran yang pada umumnya sering di pakai untuk aliran air kotor (air yang mengganggu
kesehatan atau lingkungan) atau untuk saluran yang terletak di tengah kota.

2.3.4 Drainase Menurut Sistem Buangannya


Menurut Hadi Hardjaja ( 2009) Pada sistem pengumpulan air buangan sesuai dengan
fungsinya maka pemilihan sistem buangan dibedakan menjadi :
1) Sistem Terpisah (Separate System)
Dimana air kotor dan air hujan dilayani oleh sistem saluran masing-masing secara terpisah.
2) Sistem Tercampur (Combined system)
Dimana air kotor dan air hujan disalurkan melalui satu saluran yang sama.
3) Sistem Kombinasi (Pscudo Separate system)
Merupakan perpaduan antara saluran air buangan dan saluran air hujan dimana pada waktu musim
hujan air buangan dan air hujan tercampur dalam saluran air buangan, sedangkan air hujan
berfungsi sebagai pengenceran penggelontor .kedua saluran ini tidak bersatu tetapi dihubungkan
dengan sistem perpipaaan interceptor.

2.3.5 Pola Jaringan Drainase


Pola jaringan drainase terdiri dari enam macam, antara lain:
1) Siku, digunakan pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi daripada sungai.
Sungai sebagai saluran pembuangan akhir berada di tengah kota.
2) Paralel, saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Apabila terjadi perkembangan kota,
saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.
3) Grid iron, digunakan untuk daerah dengan sungai yang terletak di pinggir kota, sehingga saluran-
saluran cabang dikumpulkan dahulu pada saluran pengumpul.
4) Alamiah, sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar.
5) Radial, digunakan untuk daerah berbukit, sehingga pola saluan memencar ke segala arah.
6) Jaring-jaring, mepunyai saluran-saluran pembuangan yang mengikuti arah jalan raya dan cocok
untuk daerah dengan topografi datar.
Pola jaring-jaring terbagi lagi menjadi 4 jenis :
a. Pola perpendicular, Adalah pola jaringan penyaluran air buangan yang dapat digunakan untuk
sistem terpisah dan tercampur sehingga banyak diperlukan banyak bangunan pengolahan.
b. Pola interceptor dan pola zone, adalah pola jaringan yang digunkan untuk sistem tercampur.
c. Pola fan, adalah pola jaringan dengan dua sambungan saluran / cabang yang dapat lebih dari dua
saluran menjadi satu menuju ke sautu banguan pengolahan. Biasanya digunakan untuk sistem
terpisah.
d. Pola radial, adalah pola jaringan yang pengalirannya menuju ke segala arah dimulai dari tengah
kota sehingga ada kemungkinan diperlukan banyak bangunan pengolahan.
Contoh Saluran Drainase Disekitar Lingkungan Saya
a. Saluran Drainase di kompleks Perumahan Citra Raya Cikupa

Saluran Drainase ini mempunyai


lebar sekitar 5 meter dan
kedalaman 3 meter, di sampingnya
ada jalan baru di kompleks
perumahan Citra Raya

b. Saluran Drainase di desa Cihideung

Saluran ini dengan leabr 0,5 m


dengan kedalaman 1 m, didekatnya
ada warung makan
BAB III
DAMPAK DRAINASE

3.1. Dampak Pada Aspek Lingkungan


Pengelolaan sistem drainase yang tidak baik merupakan salah satu sumber kerusakan
lingkungan. Sistem drainase konvensional yang selama ini diterapkan telah menimbulkan berbagai
dampak yang tidak baik, antara lain:
- Peningkatan debit banjir dan kelangkaan air tanah: Meningkatnya lapisan kedap air akibat
pembangunan kota menyebabkan limpasan permukaan meningkat dan pengisian air tanah
menurun. Air hujan sebagian besar menjadi limpasan permukaan, sementara yang bmeresap ke
dalam tanah sangat kecil. di lain pihak pengambilan air tanah cendeung meningkat sehingga terjadi
defisit air tanah. Kualitas air buruk: Sistem drainase konvensional menggunakan sistem tercampur
(air hujan dan air limbah) menyebabkan kualitas air pada badan air penerima, khususnya pada
musim kemarau, buruk. Pada badan air yang digunakan sebagai sumber air baku air minum
mengakibatkan biaya pengolahan air minum menjadi mahal.
- Kontaminasi air tanah: Tidak semua komponen sistem drainase dibuat kedap air, sehingga air
dalam sistem drainase dapat meresap ke dalam tanah dan mencemari air tanah, khususnya air tanah
dangkal.
- Penurunan muka tanah: Defisit air tanah akibat ketidak seimbangan antara pengisian dan
pengambilan air tanah mengakibatkan terjadinya penurunan muka tanah (land subsidence).
- Menurunnya estetika dan kesehatan lingkungan: banyaknya sampah, air limbah masuk ke sistem
drainase menimbulkan pandangan yang kurang baik dan sering menimbulkan bau tidak sedap.
Terjadinya genangan dan saluran yang tidak lancar dapat menjadi sarang nyamuk dan sumber
berbagai penyakit (water borne deseases).

3.2. Dampak Pada Aspek Sosial


Pengelolaan sistem drainase yang tidak baik juga bisa berdampak secara sosial, namun
dampak ini akibat pengaruh tidak langsung seperti : bertambahnya biaya sosial akibat bencana
banjir, seperti : kesehatan dan pendidikan

3.3. Dampak Pada Aspek Ekonomi


Buruknya drainase suatu tempat akan berdampak pula secara ekonomi, ketika turun hujan,
maka tempat tersebut akan tergenang air dan bisa jadi timbul bencana banjir. Biaya ekonomi yang
harus ditanggung masyarakat akibat banjir, seperti : produktifitas, perdagangan, jasa pelayanan.
Kerugian yang ditimbulkan dapat berupa kerugian material maupun non material. Beberapa
dampak negatif yang ditimbulkan akibat banjir antara lain:
1. Merusak berbagai macam sarana dan prasarana umum
Salah satu dampak yang paling besar dan paling terlihat dari adanya banjir adalah rusaknya
berbagai macam fasilitas umum dan juga sarana dan pra sarana yang ada di sekitar masyarakat.
Beberapa macam sarana dan pra sarana yang mungkin dapat rusak karena terjadinya banjir antara
lain jalan umum, jembatan, gedung, perumahan dan lain sebagainya sehingga akan
mengganggu ruang publik untuk kehidupan manusia.
2. Merusak aset pribadi
Selain merusak berbagai macam fasilitas umum ataupun sarana dan prasarana umum, banjir juga
merusak berbagai aset pribadi yang dimiliki oleh seseorang. Bagaimanapun juga material serta
kuatnya arus yang ditimbulkan oleh banjir dapat menghanyutkan berbagai macam barang yang
dimiliki oleh masyarakat. Tidak hanya barang saja, namun banjir juga dapat merusak bangunan-
bangunan rumah.
3. Merusak jaringan listrik
Dampak selanjutnya yang dihasilkan dari banjir adalah terganggunya aliran listrik. Bahkan bisa
saja aliran listrik menjadi putus ataupun mati total karena adanya banjir. Aliran dari air yang
ditimbulkan oleh banjir dapat berupa arus yang kuat, sehingga akan menyebabkan rusaknya tiang-
tiang listrik ataupun kabel- kabel listrik. Hal ini akan berakibat paad putusnya jaringan listrik.
Belum lagi jika ada pohon tumbang ataupun bangunan yang roboh.
4. Mengganggu aktivitas sehari- hari
Terjadinya banjir sudah otomatis mengganggu aktivitas sehari- hari masyarakat, atau bahkan
melumpuhkannya.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan Latar belakang penelitian, kajian teori terkait rumusan masalah, analisis
permasalahan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa perlu sinergitas antara penataan
kawasan yang cenderung bersifat fisik pembangunan dengan konservasi air, sehingga tercipta
penataan ruang daratan dengan memberikan ruang yang semestinya bagi air untuk dapat masuk
secara maksimal ke dalam tanah melalui proses infiltrasi atau peresapan, agar pembangunan
(penambahan ruang terbangun) tidak menimbulkan genangan. Secara spasial, teknologi drainase
yang diperlukan pada lokasi studi. ini merupakan kombinasi antara pola detensi (menampung
sementara) dan pola retensi (meresapkan).

B. Saran
Dengan kemampuannya, disarankan pengembang tidak semata-mata berorientasi pada nilai
ekonomi lahan tetapi juga harus menyeimbangkan nilai ekonomi lahan dengan nilai-nilai
konservasi yang manfaatnya tidak diukur dengan ekonomi saat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, L. 2012. Perencanaan Drainase. http://civilengineeringscience. lgspot.co.id/2012/12/drainase.html


Online Diakses tanggal 2 April 2017

Anonimus, 2017. Banjir Bandang : Pengertian, Karakteristik, Penyebab dan Dampaknya. Online
http://ilmugeografi.com/bencana-alam/banjir-bandang Diakses tanggal 2 April 2017

Wesli. 2008. Drainase Perkotaan. Jogjakarta: Graha Ilmu. Jayadi, R. 2000. Pengantar
Hidrologi,Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Takeda, K. 2006. Hidrologi Untuk Pengairan,Jakarta.

Soemarto, CD. 1999. Hidrologi Teknik. Edisi ke-2 (dengan perbaikan). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Subarkah, I. 1980. Hidrolika Untuk Perencanaan Bangunan Air. Bandung: Idea Dharma.

Anda mungkin juga menyukai