Anda di halaman 1dari 42

SALURAN TERBUKA

A. INTRO
Dua bentuk transport aliran air dari satu tempat ke tempat
yang lain adalah dengan pipe system dan open channel.
Dalam tata pipa, aliran air di bawah suatu tekanan tertentu,
sementara aliran air melalui saluran terbuka mempunyai
permukaan bebas (fresurface). Teori dasar untuk kedua
bentuk aliran ini adalah sama, namun ada satu perbedaan yang
penting yaitu dalam hal kondisi batasnya (boundary
condition).

Analisa aliran melalui saluran terbuka ternyata lebih sukar


karena pengaruh muka air bebas, berbagai kemungkinan
konfigurasi tampang saluran dan perubahan posisi muka air
terhadap jarak dan waktu. Akibat semua factor ini maka
penyelesaian aliran melalui saluran terbuka kadang kala
dilakukan secara empiris.

Saluran terbuka dapat berupa saluran alami (sungai) dan


saluran buatan dalam bentuk saluran pasangan atau tanpa
pasangan, flume, terjunan, culvert, terowongan, pipa-pipa yang
terisi sebagian oleh aliran air dari sumbernya ke tempat
distribusinya.

B. ELEMEN TAMPANG SALURAN


Aliran di dalam saluran terbuka diakibatkan oleh gaya
gravitasi; jadi dasar saluran harus mempunyai suatu
kemiringan tertentu searah aliran. Tampang saluran yang tegak
lurus terhadap arah aliran disebut tampang melintang saluran.
Suatu saluran dengan tampang melintang dan kemiringan
memanjang yang konstan disebut saluran prismatik.

Tampang melintang dan profil memanjang suatu saluran


terbuka seperti terlihat pada Gambar 1. Definisi dari berbagai
elemen geometri saluran terbuka adalah sbb. :
HIDROLIKA I Page 1
1. h = y = kedalaman aliran (depth of flow)

= jarak vertikal dari dasar saluran ke permukaan


bebas.

2. d = kedalaman tampang aliran (depth of flow section)

= kedalaman aliran yang diukur tegak lurus searah aliran.


Y
= cos

1 Garis Horizontal 2
Garis Energi, Sf

V 21
1
2g

hf
Muka Air Bebas, Sw

V 22
2
2g

Y 1 V1 d1 Q

V 2

d2 Y2
Dasar Saluran, S0

Z1
Z2
Datum Line

Longitudinal Profile
T

HIDROLIKA I Page 2
1 Y = 1,2 m
1

m1 = 1,25 P
m2 = 1,5

B=5m

Channel Section

Gambar 1. : Tampang saluran Terbuka

3. T = lebar puncak (top width)

= lebar tampang saluran pada muka air bebas.

4. A = luas basah (wetted area or flow area)

= luas tampang melintang aliran yang tegak lurus arah


aliran.

5. P = keliling basah (wetted perimeter)

= panjang permukaan melintang saluran yang kontak


dengan air.

6. R = jejari hidrolis (hydraulic radius)

= perbandingan antara luas basah dengan keliling basah.

= A/P

7. D = kedalaman hidrolis (hydraulic depth)

= perbandingan antara luas basah dengan lebar puncak.

= A/T

8. S = kemiringan hidrolis (hydraulic slope)

= kemiringan atau gradien garis energi total.

= hf/L

HIDROLIKA I Page 3
9. S0= kemiringan dasar saluran (slope of channel bed)

= perbandingan antara beda elevasi dasar saluran di


bagian hulu dan

bagian hilir dengan panjang horizontal saluran.

Pada aliran seragam, S0 = Sw = Sf.

10. Z = faktor penampang (section factor)

Untuk aliran kritis : Zc= A D


2/3
Untuk aliran seragam : Zn=AR

11. K = hantaran (conveyance) : K=Q / S

Tgs 04 : hitung besarnya elemen geometri


terbuka yaitu 1 -11. Besarnya debit, Q =
7,5 m3/s dan kemiringan dasar saluran, S 0 =
0,005. Data yang kurang di lengkapi

C. TIPE ALIRAN
Pengelompokan aliran melalui saluran terbuka didasarkan
kepada perubahan kedalaman aliran yang tergantung pada
jarak dan waktu seperti pada table berikut ini.

TYPE OF FLOW EXAMPLE


Steady uniform flow Laboratory channel
Steady gradually varied Irrigation, navigation
flow channel
Steady rapidly varied flow Flow over a weir, hydraulic
Unsteady gradually varied jump
flow Stream flow, flood wave
Unsteady rapidly varied Surges, pulsating flow

HIDROLIKA I Page 4
flow

Pada GVF dan RVF, tidak ada tambahan aliran masuk maupun
aliran yang keluar dari sistem saluran. Namun jika ada
tambahan atau pengurangan aliran di suatu lokasi tertentu,
maka aliran berubah tersebut dinamakan aliran berubah
setempat (spatially varied flow, SVF). Jadi untuk tujun
identifikasi dan analisis aliran melalui saluran terbuka dapat
diklasifikasikan sebagai berikut : UNIFORM

GRADUALLY

STEAD
RAPIDLY
VARIED
SPATIALLY
VARIED
OPEN
CHANNEL
GRADUALLY
VARIED

UNSTEAD RAPIDLY
Y VARIED

SPATIALLY
VARIED

D. KONDISI ALIRAN
Viskositas dan gravitasi pasti mempengaruhi kondisi aliran di
dalam saluran terbuka. Bilangan Reynolds dan bilangan Froude
sangat relevan dalam analisa saluran terbuka. Bilangan
Reynolds (Re) adalah perbandingan gaya inersia terhadap gaya
viskos dan di dalam saluran terbuka dinyatakan dengan,
VR
Re =
V

(1)

dimana : V = kecepatan aliran rerata


HIDROLIKA I Page 5
R = jejari hidrolis

= viskositas kinematik.

Jika aliran di dalam saluran terbuka didominasi oleh gaya


Re < 500
viskositas maka kondisi aliran laminer terjadi bila .
Re > 2000
Pada kondisi turbulen dan pada kondisi transisi
500 Re 2000
.

Pengaruh gravitasi dinyatakan dalam Bilangan Froude sebagai


perbandingan antara gaya inersia terhadap gaya gravitasi
sbb. :
V
Fr =
(gD)

(2)

Dimana : Fr = Bilangan Froude

V = kecepatan aliran rerata

D = kedalaman hidrolik.

Apabila ; Fr =1, aliran dalam kondisi kritis.

F r 1, aliran dalam kondisi subkritis dengan


kecepatan yang rendah.

Fr 1, aliran dalam kondisi superkritis dengan


kecepatan tinggi.

E. KOEFISIEN KECEPATAN DISTRIBUSI


Akibat adanya muka air bebas dan pengaruh gesekan di
sepanjang dinding dan dasar saluran maka distribusi kecepatan
HIDROLIKA I Page 6
di suatu tampang saluran menjadi tidak seragam. Dalam
perhitungan tinggi kecepatan di suatu cross section biasanya
dipakai kecepatan rerata, V. Umumnya nilai hitungan lebih kecil
dari pada nilai distribusi yang sebenarnya.

Jika dipakai prinsip energi, koreksi tinggi kecepatan dinyatakan


dengan (V/2g). Nilai diketahui sebagai koefisien koreksi
energi kinetik atau koefisien Coriolis yang dinyatakan sbb. :
v A
=
VA

(3)

dimana : v = kecepatan pada elemen luas A

V = kecepatan rerata pada penampang tersebut dan

A = luas penampang total.

Jika dipakai prinsip momentum, maka momentum sebenarnya


dapat dinyatakan dengan QV/g. Nilai diketahui sebagai
koefisien momentum atau koefisien Boussinesq yang
dihitung berdasarkan persamaan :
v A
=
VA

(4)

Andaikata tidak digunakan persamaan (3) dan (4) maka Tabel


berikut ini dapat dipakai untuk menentukan nilai dan .

Tabel : Koefisien Distribusi Kecepatan untuk


Energi dan Momentum
TIPE SALURAN NILAI NILAI
Min. Rerata Min. Rerata
Maks. Maks.
Saluran Tampang 1,10 1,15 1,03 1,05
Teratur, 1,20 1,07
Flume, Pelimpah
Saluran Alami 1,15 1,30 1,05 1,10
Sungai yang Tertutup 1,50 1,17

HIDROLIKA I Page 7
Es 1,20 1,50 1,07 1,17
Bantaran 2,00 1,33
1,50 1,75 1,17 1,25
2,00 1,33

EX. 01 : Dari hasil pengukuran kecepatan dan luas (debit)


pada suatu saluran terbuka, diperoleh ninilai kecepatan pada
setiap penampang seperti disajikan pada Gambar berikut ini.
Tentukan nilai koefisien energy, dan nilai koefisien
momentum, .

(1) (2) (3) (4) (5)


(6) (7)
A = 120
A = 80
V = 1,20
V = 0,95
A = 540 A=
480
V = 1,43 V=
1,92
A = 880 A = 800
V = 2,30 V = 2,52
A = 920
V = 2,42

SOLUSI :
Q= AV = A 1 V 1 + A 2 V 2 + A 3 V 3 +

3820 V =( 120 ) 1,20+ ( 540 ) 1,43+ ( 880 ) 2,30+ ( 920 ) 2,42+

( 800 ) 2,52+ ( 680 ) 1,92+ ( 80 ) 0,95=8180,2

8180,2 ft
V= =2,14 =0,7 m/ s
3820 s

TABEL HITUNGAN NILAI DAN

Numb Area Veloci A.V3 A.V2


er A ty
Secti (ft2) V
on (ft/s)

HIDROLIKA I Page 8
1 120 1,20 207,36 172,80
2 540 1,43 1.579,0 1.104,2
3 880 2,30 7 5
4 920 2,42 10.706, 4.655,2
5 800 2,52 96 0
6 480 1,92 13.038, 5.387,8
7 80 0,95 69 9
TOTA 3.82 12.802, 5.080,3
L 0 41 2
3.397,3 1.769,4
9 7
68,59 72,20
41.800, 18.261
50 ,93
Jadi nilai :
2,14


3
Koefisien energy kinetic, 3820 dan
v A 41.800,50
= =
VA

2,14


2
Koefisien momentum, 3820
v A 18.261,93
= =
VA

F. PRINSIP KONTINUITAS, ENERGI DAN


MOMENTUM
Ada tiga prinsip konservasi fisika yang dipakai guna
menyelesaikan semua bentuk persoalan aliran di dalam
rekayasa hidrolika yaitu :

1) PRINSIP KONTINUITAS, merupakan hukum konservasi


massa. Jika air dianggap takmampumampat, berarti volumenya
dapat dipakai sebagai pengganti massa-nya. Persamaan

HIDROLIKA I Page 9
kontinuitas, dimana aliran air tidak ada yang masuk atau keluar
dari saluran selama pengaliran adalah sbb. :
Q= A V = A V = [L 3T-1]
(5)

dimana : Q = nilai aliran atau debit

A1,A2, = luas tampang melintang di tampang 1,2,

V1,V2, = kecepatan aliran di tampang 1,2,

2) PRINSIP KONSERVASI ENERGI, dinyatakan sebagai


tekanan air total dan sama dengan jumlah elevasi di atas
datum, tinggi tekanan dan tinggi kecepatan di suatu ruas
aliran. Berdasarkan prinsip energi, tinggi energi total pada
tampang hulu (1) sama dengan tinggi energi total pada
tampang hilir (2), termasuk kehilangan energi yang terjadi di
antara kedua tampang itu. Jadi :

V 21 V 22
Z 1 +Y 1 + 1 =Z 2+ Y 2+ 2 +h [L] (6)
2g 2g f

Prs.(6) diketahui sebagai persamaan energi atau persamaan


Bernoulli.

3) PRINSIP MOMENTUM, didasarkan pada hukum Newton


ke II tentang gerak dimana resultan gaya luar yang bekerja
pada suatu benda sama dengan nilai perubahan momentum
yang terjadi pada benda tersebut.

Nilai momentum didefinisikan sebagai hasil kali nilai aliran


massa (Q) dan kecepatannya (V). Perubahan nilai momentum
antara tampang (1) dan (2) sama dengan gaya resultan antara
kedua tampang itu.

Jadi :

HIDROLIKA I Page 10
Q ( 2 V 2 1 V 1 ) =p 1 p2 +W sin F f
[MLT-2] (7)

dimna : P1, P2 = resultan gaya tekan pada tampang 1 dan 2

W = berta zat cair antara tampang 1 dan 2

Ff = gaya geser yang bekerja di sepanjang


permukaan kontak

antara zat cair dan saluran.

Prs.(7) dipakai guna menentukan besarnya gaya yang terjadi


akibat aliran. Perlu dicatat bahwa persamaan energi akan
menghasilkan jumlah scalar sementara persamaan momentum
akan menghasilkan jumlah vector.

EX.02 : Hitung besarnya debit per-satuan lebar yang melintas


di atas ambang lebar (weir) yang ditempatkan pada suatu
saluran empat persegi panjang seperti tergambar. Abaikan
kehilangan energy sekunder dan anggap 1 = 2 = 1 serta 1 =
2 = 1.

SOLUSI :
A SECTION WHERE THE RELATIONSHIP BETWEEN THE WATER SURFACE
Control Section (1) =
ELEVATION AND THE DISCHARGE IS KNOWN.

1 Horizontal Line

2
3
3m
1m
p1 p2
1,75

1,25 m WEIR
p3

3 3

HIDROLIKA I Page 11
Jika diabaikan pengaruh approach velocity pada control
section (1) maka persamaan energy antara tampang 1 dan 2 di
pusat ambang adalah sbb. :

V 22
3=1,25+1+
2g

V 2=3,83 m/s

Debit per satuan lebar :


q= A V 2=( 1 x 1 ) (3,83 )=3,83 cms/m'

o 1. Anggap Ff = 0 dan dasar saluran horizontal sehingga,


Wsin=0

o 2. Tekanan yang bekerja di :


Tampang 1 :
3


1 1
p1= bY 21= ( 1 )
2 2

Tampang 2 :
1


1 1
p2= b Y 22= ( 1 )
2 2

Tekanan air pada weir di tampang 2 :


1
p3= h [ ( Y 1h )+ Y 1 ]
2
1
( 1,25 ) [ ( 31,25 ) +3 ] =2,97
2

o 3. Persamaan momentum antara tampang 1 dan 2 :


1
q ( V 2V 1) =4,5 2,97 =1,03
g 2

o 4. Dari persamaa kontinuitas :


q q 1
q= A1 V 1 V 1= = = q
A1 (1 x 3) 3

HIDROLIKA I Page 12
q q
q= A2 V 2 V 2 = = =q
dan juga A2 (1 x 1)

o Substitusi nilai tahap 4 ke tahap 3 akan menghasilkan :


1 2 1
g ( )
q 1 =1.03 sehingga q=3,89 cms/m'
3

Perbedaan hasil perhitungan ini disebabkan oleh karena


kecepatan pendekatan kita abaikan pada persamaan
energy.

G. KONSEP ENERGI SPESIFIK


Energi yang terjadi di suatu tampang saluran yang ditetapkan
dengan dasar saluran sebagai bidang acuan-nya disebut
energi spesifik. Dari prs.(6) dengan nilai Z = 0 dan dianggap
= 1 maka energi spesifik, E dapat dinyatakan dengan
persamaan :
V
E=Y +
2g

(8)

Karena V = Q/A, maka prs.(8) dapat dinyatakan dengan


Q
E=Y +
2 gA

(9)

Suku 1 = Y = energi statis (energi potensial)

Suku 2 = V/(2g) = Q/(2gA) = energi kinetik.

Untuk debit, Q yang konstan maka dapat digambarkan


hubungan antara Y dan E dalam Diagram Energi Spesifik
berikut ini.

HIDROLIKA I Page 13
Y, Kedalaman
Energi Kinetik

Energi
Potensial P

KURVA ENERGI SPESIFIK TOTAL

ALIRAN

Yc C
ALIRAN
KRITIS

Y ALIRAN
SUPERKRITIS
45

0 Ecmin E
E, Energi Spesifik

Gambar : Diagram Energi Spesifik

Garis OP merupakan garis asymtot bagian atas dari kurva


energi spesifik dan membentuk sudut 45 dengan absis E. Perlu
dicatat bahwa :

1. Untuk satu nilai E, ada dua nilai kedalaman aliran yaitu Y


dan Y yang

disebut kedalaman alternatif, kecuali di titik C.

2. Titik C ialah titik kritis dimana energi menjadi minimum, E cmin.


Pada titik C

terjadi kedalaman kritis, Yc dengan kecepatan kritis, Vc.

HIDROLIKA I Page 14
3. Jika, Y = Yc , terjadi aliran kritis

Y Yc , terjadi aliran subkritis

Y Yc , terjadi aliran superkritis.

Untuk kondisi energi spesifik minimum maka haruslah dE/dY =


0. Jadi turunan prs.(9) untuk Q, konstan adalah sbb. :
dE 2Q dA
=1 =0
dY 2 gA dY

(a)

Jika dimasukkan nilai dA/dY = T dan A/T = D ke prs.(a) maka


diperoleh persamaan dasar guna menentukan aliran pada
kondisi aliran kritis sbb. :
Q Tc Q 1
= =1
gAc gAc Dc

(10)

Juga karena Q/A = V, maka :


V V
=1 Fr= =1
gD atau (gD )

(11)

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, F r adalah bilangan Froude


yang sangat penting guna menentukan kondisi aliran di dalam
saluran terbuka.

H. PERHITUNGAN ALIRAN KRITIS

HIDROLIKA I Page 15
Telah diketahui bahwa : A D=Q/ g maka karena Zc= A D

dan bila diikutsertakan koefisien energi kinetik, tentu saja,


Q
Zc=
g
( )

(12)

Prs.(12) dapat digunakan untuk :

1) Menghitung debit Q, jika diberikan kedalaman kritis


Yc .

Hitung faktor penampang Zc untuk Yc yang diketahui itu lalu


tentukan Q

dengan menggunakan prs.(12).

2) Menghitung kedalaman kritis Yc, jika diketahui debit


Q.
g
Hitung Q/ ( ) yang sama dengan Zc . Untuk tampang yang

sederhana Zc

dapat dinyatakan dengan suatu persamaan dalam fungsi Y c


lalu persamaan

ini diselesaikan. Untuk tampang saluran yang rumit, dipakai


cara grafis

dengan membuat kurva kedalaman, Y versus faktor


penampang, Z =A D . Berdasarkan nilai Zc yang sama dengan
Q g/ , kedalaman kritis dapat ditentukan secara langsung
dari kurva tersebut.

Kemiringan dasar saluran dimana kedalaman normal aliran


seragam sama dengan kedalaman kritis, diketahui sebagai
kemiringan kritis, Sc. Kemiringan yang lebih kecil dari S c adalah
landai (Mild) atau kemiringan subkritis dan kemiringan yang

HIDROLIKA I Page 16
lebih besar dari Sc adalah curam (Steep) atau kemiringan
superkritis.

EX. 03 : Suatu saluran empat persegi panjang, lebar dasar


saluran = 7,6 m mengalirkan debit 14,0 cms pada kecepatan
aliran 1,5 m/s. Hitunglah :

(a) Energi spesifik

(b) Kedalaman kritis dan (c) Kecepatan kritis aliran tersebut.

SOLUSI : Rectangular Channel

(a) Dari persamaan kontinuitas


:
Q 14
A= = =9,33 m 2
Y V 1,5

9,33
BY =9,33 m2 atau Y = =1,23 m
B=7,6 7,6

V (1,5)2
Energi spesifik : E=Y + =1,23+ =1,34 m
2g 2(9,81)

(b) Section factor untuk aliran kritis :


Q 14
ZC = = =4,47
g 9,81

Jika YC = kedalaman kritis, maka untuk saluran empat


persgi panjang
A=B Y C =7,6 Y C
nilai : dan hydraulic depth,
A 7,6 Y C
D= = =Y C
T 7,6

Juga : Z C =A D=7,6 Y 3/C 2=4,47

Sehingga diperoleh nilai kedalaman kritis


HIDROLIKA I Page 17
2/ 3
4,47
Y C =[ ] =0,702 m
7,6

(c) Kecepatan kritis :


V C = gD= 9,81(Y C )= 9,81(0,702)=2,62 m/ s

EX. 04 : Saluran trapezium seperti tergambar mengalirkan air


30 cms.
T = 4 + 8Y
Tentukan :

(a)
Kedalaman kritis

1 Y 1 (b)
Kecepatan kritis dan
m=4 m=4 (c)
Energi spesifik minimum
jika
= 1,0.

B=4m

Trapezoidal Channel.

SOLUSI :
Q 30
ZC = = =9,58
(a) Dari persamaan : g 9,81

Pada kedalaman Y :

o Wetted area : A = 0,5Y[4 + (4 + 8Y)] = (4 + 4Y)Y


o Top width : T = 4 + 8Y
A
T
o Juga :

Z C =A D=A

Dengan persamaan ini dihitung nilai Z C untuk berbagai


nilai Y seperti pada tabel :

HIDROLIKA I Page 18
FAKTOR PENAMPANG PADA SALURAN
TRAPESIUM

Y A = (4 + A3/2 T=4+ T1/2 ZC =


A1,5
0,5
(m 4Y)Y 8Y T
) (m2) (m)
1, 8 22,63 12 3,46 6,54
0 15 58,09 16 4,00 14,52
1, 24 117,58 20 4,47 26,30
5 35 207,06 24 4,90 42,26
2,
0
2,
5

o Gambarkan kurva Y (kedalaman) vs ZC (factor


penampang).
Y (m) Untuk ZC = 9,58 diperoleh nilai YC = 1,22 m

2,5 (b)
Kecepatan kritis :

2,0 AC
Y =1,22
= (4 + 4YC)Y
m
C
C

1,5
= [4 + 4(1,22)]1,22

1,0 AC
= 10,834 m2 maka :

0,5
Q 30
V C= = =2,77 m/s
A C 10,834

0 10 20 30 40 50 ZC
ZC=9,58
m

V 2C (2,77)2
(c) Energi spesifik minimum : E=Y C + =1,22+ =1,61 m
2g 2(9,81)

HIDROLIKA I Page 19
I. ALIRAN SERAGAM DI DALAM SALURAN
TERBUKA
Ketentuan utama aliran seragam di dalam saluran terbuka
adalah sbb. :

1. Elemen geometri saluran terbuka Y, A, debit, Q dan distribusi


kecepatan

di seluruh penampang yang ditinjau tidak berubah


(konstan).

2. Garis kemiringan energi, permukaan air dan dasar saluran


harus sejajar

satu dengan yang lain atau Sf = Sw = So.

1 Garis Horizontal 2
Garis Energi, Sf

Muka Air Bebas, Sw

F1 WSin

Ff Dasar Saluran, S0
F2

1 Garis Datum 2

Gbr. : Komponen Gaya Aliran Seragam di Dalam Saluran


Terbuka.

Gaya-gaya yang bekerja searah aliran antara tampang 1 dan


2:

HIDROLIKA I Page 20
a. Gaya tekan hidrostatis F1 dan F2.

b. Berat sendiri air, W dengan komponen searah aliran = W


Sin.

c. Gaya tahan (gaya geser) pada dasar dan dinding saluran, F f .

Jumlah semua komponen gaya itu dapat dinyatakan dengan


persamaan :

F1 + W Sin F2 Ff = 0

Karena F1 = F2 maka : W Sin Ff = 0


(a)

Berat air total, W = AL

Jika dianggap kemiringan dasar saluran cukup kecil maka: Sin


= So = Sf

sehingga komponen gaya berat dapat dinyatakan dengan


persamaan,

W Sin = ALS o
(b)

Menurut ANTOINE CHEZY, gaya tahan per-luas satuan


dasar saluran berbanding lurus dengan kuadrat
kecepatan rerata atau,

o = K V2
(c)

dimana : o = tegangan geser dinding dan dasar saluran

K = suatu konstanta

V = kecepatan rerata.

Jadi gaya tahan total dapat dinyatakan sbb. :

F f = oPL = KV2PL
(d)

HIDROLIKA I Page 21
Substitusi prs. (b) dan (d) ke prs. (a), diperoleh persamaan
sbb. :

AL S 0 = KV2PL

atau V =[ ( K )( AP ) S ]
o 0,5

A
=C =R
Dalam persamaan ini, K dan P sehingga nilai

kecepatan aliran rerata

dapat dinyatakan dengan persamaan sbb. :


V =C R So

(1)

dimana : V = kecepatan aliran rerata

C = faktor tahanan (koefisien) Chezy

R = jejari hidrolis

So= kemiringan dasar saluran.

Beberapa formula guna menentukan koefisien Chezy :

1. Formula MANNING :
1
C= R1 /6
n

(2)
1
V = R 2/ 3 So1 /2
dan n

dimana : n = koefisien Manning

2. Formula GANGUILLET-KUTTER :

HIDROLIKA I Page 22
0,00155 1
23+ +
So n
C=
n 0,00155
1+ [23+ ]
R So

(3)

3. Formula BAZIN :
87
C=

1+ b
R

(4)

dimana : b = koefisien kekasaran Bazin.

Menurut STRICKLER, nilai kecepatan rerata , V adalah sbb. :

V =k s R 2/ 3 S o1/ 2

(5)

dimana : ks = koefisien kekasaran Strickler yang dapat juga


ditentukan dari
1 R
k s= =26( )
persamaan, n d 35 1/6

(6)

dimana : d35 = diameter (dalam meter) yang berkaitan


dengan 35% berat dari

material dengan diameter yang lebih besar.

4. Formula Pavlovski :
1 x
C= R
n

(7)

dimana : x=2,5 ( n0,13 )0,75 R( n0,10) dan

n = koefisien Manning.

HIDROLIKA I Page 23
Persamaan ini sering digunakan oleh USSR.

Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Robert


Manning, diperoleh hubungan empiris antara koefisien C dan n
seperti pada prs.(2) dan sejumlah nilai n seperti pada tabel
berikut ini.

TABLE : Typical Value of Mannings n

Channel Surface n
Smooth steel surface 0,012
Corrugated metal 0,024
Smooth concrete 0,011
Concrete culvert (with 0,013
connection) 0,013
Glazed brick 0,022
Earth excavation, clean 0,030
Natural stream bed, clean, 0,035
straight 0,050
Smooth rock cuts 0,1
Channel not maintained

Perhitungan aliran seragam pada umumnya terdiri dari


enam variable yaitu :

o 1. Debit, Q
o 2. Kecepatan aliran, V
o 3. Kedalaman normal, Yn
o 4. Koefisien kekasaran, n atau C
o 5. Kemiringan dasar saluran, So dan
o 6. Elemen geometri saluran misalnya, B dan m, dsb.

Berdasarkan variable tersebut ada lima tipe persoalan aliran


seragam sbb. :
Problem Given Required
type
1 Yn, n, So, Geometric elements Q and V
2 Q, Yn, n, Geometric elements So
3 Q, Yn, So, Geometric elements n
4 Q, n, So, Geometric elements Yn
5 Q, Yn, n, So, Geometric Geometric

HIDROLIKA I Page 24
elements

Persoalan tipe 1, 2 dan 3 umumnya mempunyai explicit


solution dan dapat diselesaikan dengan mudah. Namun tipe 4
dan 5 umumnya tidak mempunyai explicit solution dan
diselesaikan dengan trial and error solution procedures.

EX. 05 : Triangular Channel dengan = 60o.


T Jika Q = 0,9 cms

So = 0,0001

1 Y n = 0,012 tentukan
besarnya :
m
60o (a) Kedalaman kritis dan (b)
Kedalaman normal.

SOLUSI :

o (a) Kedalaman kritis, Yc.


1
m=tan =tan 30=0,577
Kemiringan talud, 2

Syarat untuk kondisi aliran kritis :


3 2
Q 2 A c (m Y c ) 1 2 5
= = = m Yc
g T c 2 mY c 2

atau :
2( 0,9)2 1 /5
2 Q2 1 /5
Y c =[ ] =[ ] =0,868 m
g m2 9,81( 0,577)2

o (b) Kedalaman normal, Yn.


=600 T =2m Y n=1,1547 Y n

1
A= ( 1,1547 Y n ) Y n =0,577 Y 2n
2

P=2 Y 2n+(0,577 Y n )=2,3094 Y n

HIDROLIKA I Page 25
A
R= =0,25 Y n
P

Dari persamaan Manning,


1
Q= A R2 /3 S o1 /2
n

0,25 Y n


1
0,9=
0,012
( 0,577 Y 2n )

8 /3
Atau : Y n =4,71652 danY n =1,789 m

EX.06 : Diketahui tampang melintang saluran seperti


tergambar.
Jika So = 1/5000 dan
n = 0,025
1 tentukan besarnya debit
dengan rumus :
2
1,25 m (a) Ganguillet-Kutter dan
(b) Manning.

3m

SOLUSI : Elemen geometri tampang saluran sbb. :


1 2
A= ( 3+5,5 ) 1,25=5,3125 m
2

P=1,25+3+ (2,5)2+(1,25)2=7,0451m

A 5,3125
R= = =0,754 m
P 7,0451

(a) Koefisien Chezy, C berdasarkan rumus Ganguillet-


Kutter :

HIDROLIKA I Page 26
0,00155 1
23+ +
So n
C= n 0,00155
1+ (23+ )
R So

0,00155 1
23+ +
1 0,025
( )
5000
C= =37,527
0,00155 0,025
1+[23+ ]
1 0,754
5000 ( )
Dari rumus Chezy diperoleh nilai debit :
Q= A (C R S o)

[
5,3125 37,527 0,754
1
( 5000 )]=2,448 cms
(b) Berdasarkan rumus Manning nilai debit :
1
Q= A R2 /3 S o1 /2
n

1 ( 1 1/ 2
5,3125 ) (0,754)2 /3 ( ) =2,489 cms
0,025 5000

EX. 07 : Saluran trapezium seperti tergambar mengalirkan air


10 cms.
T = 5 + 2 mY Talud
saluran 1V : 1H atau m = 1

Kemiringan
dasar saluran, So = 0,0005

1 Y 1 Saluran
terbuat dari pasangan batu,
m=1 m=1 n = 0,025.

Hitung kedalaman aliran


melalui saluran tersebut.

HIDROLIKA I Page 27
B=5m

SOLUSI :
Y
A=[ B+ ( B+2 mY ) ]
o Luas basah : 2

Y
[5+ ( 5+2 x 1 x Y ) ] =( 5+Y ) Y
2

o Keliling basah : P=B+2(Y 1+ m )


2

5+2 ( Y 1+1 ) =5+2 2 Y


2

A ( 5+Y ) Y
R= =
o Jejari hidrolis : P 5+2 2 Y

o Dari rumus Manning :


1
Q= A R2 /3 S o1 /2
n

1 ( 5+Y ) Y 2/ 3
10= ( 5+ Y ) Y [ ] (0,0005)1/2
0,025 5+2 2 Y

( 5+Y ) Y 2 /3
11,1803=( 5+Y ) Y [ ]
5+2 2Y

o Persamaan ini diselesaikan dengan trial and error method


dan hasilnya kedalaman aliran : Y = 1,59 m.

J. EQUIVALENT ROUGHNESS

HIDROLIKA I Page 28
Berdasarkan tipe pemukaan saluran terbuka, pada suatu
tampang tertentu maka nilai koefisien kekasaran bisa
berbeda-beda. Misalnya :
Saluran yang dindingnya saja di-lining (saluran
pasangan sebagian).
Laboratory flume, dinding gelas namun dasarnya kasar.
Sungai dengan dasar pasir di bagian air yang dalam
sedangkan bantaran banjirnya terdiri dari vegetasi, dll.

Pada kondisi saluran seperti ini, dibutuhkan koefisien kekasaran


ekivalen yang cocok untuk keliling basah tertentu jika dipakai
formula Manning.

Kekasaran ekivalen (composite roughness) merupakan


gambaran nilai rerata dari koefisien kekasaran. Kekasaran
ekivalen dapat ditentukan dengan bergai cara yang
semuanya didasarkan pada sejumlah asumsi dan
pendekatan yang dianggap efektif dan sesuai dengan
kebutuhannya. Salah satu metoda perhitungan kekasaran
ekivalen akan dijelaskan berikut ini.

P1
PN
n1
nN

P2 A, P, n
n2

P i , ni
Gambar : Multi-roughness type perimeter.

Perhatikan suatu saluran yang terdiri dari N tipe


kekasaran.
P1, P2,, Pi,, PN adalah panjang memasing bagian N dan
n1, n2,, ni,, nN adalah koefisien kekasaran secara
berurutan.
Misalkan setiap bagian, P i berkaitan dengan luas basah, A i
sehingga :
N

Ai =A 1 + A 2 ++ A i+ + A N = A=Total Area
i=1

HIDROLIKA I Page 29
Anggap kecepatan rerata di setiap bagian luas adalah
kecepatan rerata V
yang melalui seluruh tampang saluran tersebut
sehingga :
V 1=V 2==V i==V N =V

Dengan formula Manning :

0,5 V 1 n1 V 2 n2 V i ni V N nN Vn
So = = == == =
R
2/3
1 R
2/ 3
2 R
2 /3
i R
2 /3
N R
2 /3 (8)

dimana n = kekasaran ekivalen

Dari prs. (8):


2/ 3 2/ 3 1,5
Ai ni P i ni P i
[ ] = 2 /3
A i= A 1,5
A nP n P

Atau :
1,5
ni Pi


2/3 (9)

Ai =A= A 1,5
(n i P i)
sehingga:n=
n1,5 P

Prs. (9) merupakan estimasi nilai rerata dari kekasaran ekivalen


suatu saluran yang mempunyai kekasaran yang beragam
dalam fungsi keliling basah-nya.

EX. 08 : Saluran trapezium seperti tergambar terbuat dari


tanah (n = 0,025).
T = 5 + 2mY Dalam
suatu economic study untuk

mengatasi
seepage maka diajukan

1 Y n = 1,1 m 1 dua
proposal pilihan yaitu :

HIDROLIKA I Page 30
m=1,5 m=1,5 (i) Taludnya saja
yang di-lining
(ii) Dasarnya saja
yang di-lining

B=5m

Jika lining terbuat dari pasangan beton (n = 0,012), maka


untuk kedua pilihan tersebut tentukanlah :

(a) Kekasaran ekivalen tampang saluran tersebut.

(b) Kemiringan dasar saluran untuk debit rencana = 10 cms.

SOLUSI :

Case (i) : Lining On the Sides Only


P1=5,0 m dann 1=0,025
Dasar saluran :

Dinding saluran : P2=2 1+(1,5)2 ( 1,1 )=3,966 m dan n2=0,012

Sehingga : P=P1 + P2=5+3,966=8,966 m

(a.i) Kekasasaran ekivalen berdasarkan prs.(9) :

n1,5
i Pi



2/3

0,012

1,5
5 x ( 0,025 ) +3,966 x

2/3


n=

Case (ii) : Lining On the Bottom Only


P1=5,0 m dann 1=0,012
Dasar saluran :

P2=3,966 m dan n2=0,025


Dinding saluran :

HIDROLIKA I Page 31
P=8,966 m
Total Keliling basah :

(a.ii) Kekasasaran ekivalen berdasarkan prs.(9) :


1,5
n i Pi


2/ 3

0,025

1,5
5 x ( 0,012 ) +3,966 x

2/ 3


n=

(b) Kemiringan dasar saluran untuk Q = 10 cms


Yn
o Luas basah : A=[ B+ ( B+ 2m Y n ) ]
2

1,1
[ 5+ ( 5+2 x 1,5 x 1,1 ) ] =7,315 m2
2

o Keliling basah : P=8,966 m


A 7,315
R= = =0,81586 m
o Jejari hidrolis : P 8,966

o Berdasarkan rumus Manning maka kemiringan dasar


saluran, So dapat
dinyatakan sebagai berikut :

Q 2 n2
S o=
A2 R4 /3

(b.i) Case (i) : Lining On the Sides Only with n =


0,020

(10)2 (0,020)2
S o= =0,00098
( 7,315)2 (0,81586)4 / 3

HIDROLIKA I Page 32
(b.ii) Case (ii) : Lining On the Bottom Only with n =
0,018

(10)2 (0,018)2
S o= =0,00079
( 7,315)2 (0,81586)4 / 3

K. HYDRAULICALLY EFFICIENT CHANNEL


SECTION
Daya hantar saluran, Q dengan luas tampang melintang, A
tertentu akan meningkat jika keliling basah-nya, P berkurang.
Jadi suatu tampang saluran terbuka dengan luas aliran yang
diberikan, mempunyai P minimum agar diperoleh nilai hantaran
maksimum.

Dengan kemiringan, koefisien kekasaran dan luas aliran yang


ditetapkan, nilai P minimum mencerminkan tampang saluran
yang efisien secara hidrolis yang mampu menghantarkan
debit maksimum. Tampang saluran seperti ini disebut juga
tampang terbaik (best section).

Berdasarkan pertimbangan efisiensi secara hidrolis maka


tampang saluran lingkaran merupakan tampang terbaik dari
semua bentuk tampang lainnya untuk saluran terbuka; karena
saluran lingkaran mempunyai keliling basah paling kecil untuk
suatu luas tampang yang diberikan. Namun dimensi saluran
tidak hanya ditetapkan berdasarkan pertimbangan efisiensi
hidrolis semata tetapi juga berdasarkan pertimbangan praktis
dan biaya konstruksi, dll.

Properti berikut ini terkait dengan tampang hidrolis terbaik


kecuali harus diubah berdasarkan pertimbangan praktis.

(1) Tampang trapesium, untuk tampang hidrolis terbaik, tidak


pernah lebar

dasar saluran lebih besar dari kedalaman air.

HIDROLIKA I Page 33
(2) Tampang empat persegi, untuk tampang hidrolis terbaik,
lebar dasar dua

kali kedalaman air.

(3) Tampang segi tiga, talud dinding saluran harus diseleksi


berdasarkan

pertimbangan praktis.

Hubungan antara berbagai elemen geometri saluran untuk


memperoleh tampang terbaik dapat ditentukan sebagai berikut
:

A. RECTANGULAR SECTION
Lebar dasar saluran
=B

Y Kedalaman aliran
=Y

Luas basah
= A = BY

B Keliling basah P
A
+2 Y
= B + 2Y = Y

Jika P menjadi minimum dengan A, konstan, maka :


dP A
= +2=0
atau A=2Y 2e
dY Y 2

Jadi :
Y e =0,5 Be
; B e =2Y e dan Re =0,5 Y e

HIDROLIKA I Page 34
Suffix e = elemen geometri tampang efisien secara hodrolis.

B. TRAPEZOIDAL SECTION
T = B + 2mY

Lebar
dasar saluran = B

1 Y 1 Kedalaman
aliran =Y
m m Talud = 1
vert. : m hor. (simetris)
Lebar
puncak =T
mY B mY

Luas basah, A= ( B+mY ) Y , konstan

A
B= mY
Jadi, Y

(a)
A
P=B+2 Y m2 +1 mY + 2Y m2 +1
Keliling basah, = Y (b)

Jika nilai A dan m dijaga tetap, maka untuk tampang trapesium


yang efisien secara hidrolis haruslah,
dP
=AY 2m+2 m2 +1=0
dY

Sehingga luas basah menjadi :

A e =(2 m2 +1m)Y 2e

(c)

Masukkan prs.(c) ke prs.(a) dan (b) maka diperoleh :

B e =2Y e ( m 2 +1m)

(d)

HIDROLIKA I Page 35
Pe =2 Y e (2 m2+ 1m)

(e)

A e (2 m2+1m)Y 2e 1
Re = = = Y
dan juga : Pe 2 Y e (2 m2 +1m) 2 e

(f)

EX.09 : Suatu saluran drainase terbuat dari pasangan batu


bata atau brick-lined (n = 0,017), talud, m = 1 dengan
kemiringan dasar saluran, So = 0,004. Jika debit rencana, Q = 3
cms, rencanakan dimensi tampang ekonomis/efisien secara
hidrolis untuk saluran drainase tersebut.

SOLUSI :
T e = Be + 2mYe Untuk
tampang ekonomis :

Lebar dasar
saluran = Be

1 Ye 1 Kedalaman
aliran = Ye
m=1 m=1 Talud = 1
vert. : m hor. (simetris)
Lebar puncak
= Te
mY e Be mY e S 0 = 0,004 ;
n = 0,017 dan Q = 3 cms

Untuk tampang saluran trapezium yang effisien maka :

A e =(2 m2 +1m)Y 2e

( 2 12 +11 ) Y 2e =1,8284 Y 2e

1
Dengan Re = 2 Y e dan Q = 3 cms maka dari rumus Manning,

HIDROLIKA I Page 36
1
Q= A R2 /3 S o1 /2
n

0,004


2/ 3
1 1
3=
0,017
( 1,8284 Y 2e ) Y e
2 ( )

0,7001

Atau : 8 /3

Y e =0,7001 dan Y e =

Jadi kedalaman aliran , Ye = 0,875 m

Sedangkan lebar dasar saluran :

B e =2Y e ( m2+ 1m )= 2(0,875) ( 12 +11 )

0,725 m

Jika dikoreksi kecepatan aliran melalui saluran drainase


tersebut maka :

A=1,8284 ( 0,875 )2=1,599 m2

Pe =2 ( 0,875 ) ( 2 1 +11 ) =3,199 m


2

Kecepatan aliran :
1
V = R 2/ 3 So1 /2
n

0,004


2/3
1 1,599
(
0,017 3,199 )

2,343 m/s<V max=5 m/ s OKE

HIDROLIKA I Page 37
L. COMPOUND SECTION
Pada umumnya saluran alami seperti sungai, terdiri dari
bantaran banjir (flood banks) yang bisa sempit atau lebar jika
dibandingkan saluran utama ( main channel) yang dalam.
Tampang saluran seperti ini disebut tampang majemuk
(compound section) seperti pada gambar berikut ini.

A K J
1 2 3
H

B C F
G
y
h

D E

Gambar : Compound Section

o Jika kedalaman aliran hanya terbatas pada saluran utama


y <h ) maka
saja, (artinya perhitungan debit misalnya
dengan formula Manning sangat sederhana. Namun jika

HIDROLIKA I Page 38
y >h ),
aliran melimpas melalui bantaran banjir, (artinya
masalah perhitungan debit menjadi complicated karena
perhitungan dapat mengakibatkan jejari hidrolis yang
lebih kecil untuk seluruh tampang aliran sehingga debit
dapat menjadi underestimated.
o Kesalahan nilai debit tersebut terjadi pada suatu batasan y
h< y < y m ym
yang kecil, katakanlah , dimana = nilai y
maximum dimana kesalahan debit tersebut tidak akan
ym
terjadi. Untuk nilai , maka perhitungan debit
dilakukan dengan memperhatikan seluruh penampang
sebagai satu kesatuan penampang yang utuh.
o Untuk nilai y pada batas h< y < y m , tampang saluran harus
dibuat menjadi beberapa sub-area lalu debit melalui
setiap sub-area dihitung secara terpisah. Debit total
diperoleh dengan menjumlahkan debit melalui semua sub-
ym
area tersebut. Nilai tentu saja tergantung dari
geometri saluran.
o Berdasarkan Gambar Compound Section di atas, tampang
saluran dibagi menjadi tampang elementer 1, 2 dan 3.
Dalam perhitungan keliling basah untuk setiap sub-area,
bagian imaginer CK dan FJ dianggap untuk bagian aliran
yang lebih dalam saja dan diabaikan untuk bagian yang
lebih dangkal. Dengan cara seperti ini maka tahanan
gesar yang terjadi pada pertemuan (interface) bagian
yang lebih dalam dan yang dangkal secara empiris sudah
ikut serta diperhitungkan.
o Debit dihitung sebagai jumlah debit setiap bagian (partial
QP
discharge) katakan . Debit juga ditentukan dengan
memperhatikan seluruh penampang (whole section)
QW
ABCDEFGH sebagai satu kesatuan utuh katakan, .
QP QW
Debit terbesar dari dan diambil sebagai debit
pada kedalaman y .

HIDROLIKA I Page 39
EX. 10 : Diketahui tampang majemuk seperti tergambar.
17 m

1 3

7m 2
y n
= 0,02
0,9 m S0
= 0,0002

3m
Tentukan debit pada kedalaman aliran : (a) Y = 1,2 m dan
(b) Y = 1,6 m.
SOLUSI :
Case (a) : y = 1,2 m
(i) Partial Area Method
Sub-area 1 : A 1=7,00,3=2,1m
P1=0,3+7,0=7,3 m

A1
R1= =0,288 m
P1

0,288


1
QP = (2,1)
1
0,02

Dengan cara yang sama :


QP =0,647 cms
3

A 2=3,01,2=3,6 m
Sub-area 2 :
P2=3+1,2+1,2=5,4 m

A2
R2= =0,6667 m
P2

0,6667


1
QP = (3,6)
2
0,02

QP =Total discharge by area

HIDROLIKA I Page 40
0,647+0,647+ 1,943=3,237 cms

(ii) Total Section Method

A = 2,1 + 2,1 + 3,6 = 7,8 m2


P = 0,3 + 7,0 + 0,9 + 3,0 + 0,9 + 7,0 + 0,3 = 19,4 m
R = A/P = 0,402 m
Maka :
0,402


1
QW = (7,8)
0,02

Karena,
QW <Q P
debit melalui saluran tersebut diambil
QP =Q=3,327 cms

Case (b) : y = 1,6 m


(i) Partial Area Method
Sub-area 1 : A 1=7,00,7=4,9 m
P1=0,7+7,0=7,7 m

A1
R1= =0,6364 m
P1

0,6364


1
QP = ( 4,9)
1
0,02

Dengan cara yang sama :


QP =2,563 cms
3

A 2=3,01,6=4,8 m
Sub-area 2 :
P2=1,6+3,0+1,6=6,2 m

A2
R 2= =0,742 m
P2

HIDROLIKA I Page 41
0,742


1
QP = ( 4,8)
2
0,02

QP =Total discharge by area

2,563+2,653+2,862=7,988 cms

(ii) Total Section Method

A = 4,9 + 4,9 + 4,8 = 14,6 m2


P = 0,7 + 7,0 + 0,9 + 3,0 + 0,9 + 7,0 + 0,7 = 20,2 m
R = A/P = 0,7228 m
Maka :
0,7228


1
QW = (14,6)
0,02

Karena,
QW >Q P
debit melalui saluran tersebut diambil
QW =Q=8,315 cms

HIDROLIKA I Page 42

Anda mungkin juga menyukai