Indonesia memiliki lebih dari 5.590 sungai yang sebagian besar di antaranya
memiliki kapasitas tampung yang kurang memadai sehingga tidak bisa terhindar dari
bencana alam banjir, kecuali sungai-sungai di Pulau Kalimantan dan beberapa sungai di
Jawa. Secara umum sungai-sungai yang berasal dari gunung berapi (volcanic)
mempunyai perbedaan slope dasar sungai yang besar antara daerah hulu (upstream),
tengah (middlestream) dan hilir (downstream) sehingga curah hujan yang tinggi dan
erosi di bagian hulu akan menyebabkan jumlah sedimen yang masuk ke sungai sangat
tinggi. Tingginya sedimen yang masuk akhirnya menimbulkan masalah pendangkalan
sungai terutama di daerah hilir yang relatif lebih landai dan rata, sehingga sering terjadi
banjir di dataran rendah. Sungai-sungai tersebut dikelompokkan menjadi 90 (sembilan
puluh) Satuan Wilayah Sungai (SWS) yang terdiri dari 73 SWS propinsi dan 17 SWS
pusat yang berlokasi dilintas propinsi.
1
PENDAHULUAN
Banjir merupakan bencana tahunan yang selalu terjadi di Indonesia bila musim
penghujan tiba. Salah satu penyebabnya adalah tingginya curah hujan yang melanda
khususnya di Indonesia. Salah satunya yang dialami oleh wilayah hilir Sungai
Bengawan Solo. Khususnya terjadi daerah hilir yakni Kabupaten Gresik, Kabupaten
Lamongan, Bojonegoro serta Tuban.
Saat ini banyak Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia mengalami kerusakan
atau penurunan kualitas yang cukup cepat, terutama di Pulau Jawa. Menurut Sunaryo
(2008), sebanyak 116 dari 141 daerah aliran sungai atau DAS di Pulau Jawa dalam
kondisi memprihatinkan. Adanya degradasi kualitas lahan membuat daya serap
tanah/infiltrasi terhadap air hujan mengalami penurunan. Tanpa penanganan serius,
ancaman banjir akan terus terjadi walau curah hujan relatif normal. Pada dasarnya banjir
terjadi karena sebagian besar dari hujan yang jatuh ke bumi tidak masuk kedalam tanah
mengisi akuifer, tetapi mengalir di atas permukaan yang pada gilirannya masuk ke
sungai dan mengalir sebagai banjir ke bagian hilir.
Penyebab utama terjadinya penurunan kualitas DAS di Pulau Jawa adalah adanya
tekanan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat tiap tahunnya, hal ini berdampak
pada perubahan fungsi lahan. Disamping itu, adanya konversi lahan menjadi
pemukiman dan perkembangan industri yang terus meningkat serta makin marak
terjadinya penggundulan hutan merupakan penyebab yang lain. Hal tersebut
menyebabkan terjadinya perubahan iklim secara global serta meningkatnya erosi, banjir
dan kekeringan. Dengan demikian itu perlu adanya suatu alat ukur/instrumen yang
digunakan untuk menilai kualitas DAS. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui
kondisi DAS terkini, dengan mengetahui kondisi DAS terkini akan membantu dalam
pengambilan keputusan oleh pihak terkait dalam usaha/upaya konservasi dan
rehabilitasi DAS yang tepat untuk menjaga bahkan memperbaiki kondisi DAS. Perlu
diketahui bahwasanya kriteria kondisi DAS dapat dikatakan baik bilamana debit sungai
yang konstan dan kualitas airnya baik dari tahun ke tahun, serta fluktuasi antara debit
maksimum dan minimum kecil. Namun, kriteria tersebut jarang ditemui pada
kenyataannya. Hal ini juga terjadi di Sub DAS Bengawan Solo Hilir, Kabupaten
Bojonegoro, Jawa Timur.
Sungai Bengawan Solo, merupakan sungai terbesar di Pulau Jawa dengan panjang
sungai sekitar 600 km yang mengalir di dua propinsi berbeda yaitu Propinsi Jawa
Tengah dan Propinsi Jawa Timur dengan luas daerah aliran sungai (DAS) sebesar
16.100 km2. Daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo dibagi menjadi Sub DAS
Bengawan Solo hulu dengan luas 6.072 km2, Sub DAS Kali Madiun dengan luas 3.755
km2 dan Sub DAS Bengawan Solo Hilir seluas 6.273 km2. Aliran air mengalir dari Sub
DAS Bengawan Solo Hulu dan dari Sub DAS Kali Madiun yang kemudian keduanya
bertemu di Ngawi dan mengalir ke hilir hingga Lamongan. Aliran air Sungai Bengawan
Solo hilir selain berasal dari Sub DAS Bengawan Solo Hulu dan Sub DAS Kali Madiun
juga berasal dari Sub-Sub DAS dari anak-anak sungai di sepanjang Sungai bagian hilir
(PU, 2009).
2
Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo dengan sungai utamanya Bengawan
Solo mengalami masalah yang kompleks yang berpangkal pada tekanan penduduk yang
sangat berat sehingga fungsi dan manfaat DAS menurun. Tercatat terjadi beberapa
banjir besar akibat luapan Bengawan Solo yaitu sekitar tahun 60-an, 1987, 1993 dan
pada tahun 2007 banjir menggenangi delapan kabupaten antara lain Kota Solo, Kab
Sragen, Ngawi, Madiun, Bojonegoro, Blora, Tuban dan Lamongan. Banjir tersebut
menelan korban jiwa 67 orang, terbesar selama 40 tahun terakhir.
Pengendalian banjir yang telah dilaksanakan, salah satunya terletak pada Sungai
Bengawan Solo Hilir melalui pembangunan Sudetan Banjir (Floodway) Plangwot-
Sedayu Lawas sepanjang 12,4 km dengan kapasitas 640m3/dt. Kejadian banjir dengan
frekuensi yang selalu meningkat mengakibatkan perlunya dilakukan upaya percepatan
perbaikan pembangunan infrastruktur pengendali banjir serta melakukan konservasi
terhadap Sumber Daya Air khususnya Wilayah Sungai Bengawan Solo guna
meminimalisir terjadinya banjir diwilayah hilir.
Upaya yang telah dilakukan dalam pembangunan pengendal banjir, salah satunya
pada abad ke-18 melalui pembangunan infrastruktur SDA telah dilakukan oleh
pemerintah Belanda melalui Pembangungan Kanal Solo Vallei Werken dan saluran
kanal banjir Bengawan Solo melalui Plangwot-Sedayu Lawas.
Berdasarkan master plan jangka pendek Provinsi Jawa Timur, maka kemampuan
pengaliran floodway harus dinaikkan, debit semula 640 m3/dt menjadi 2500 m3/dt
dengan asumsi mampu mengalirkan Q50. Peningkatan kemampuan pengaliran diuji
dengan melakukan melalui pelebaran saluran floodway serta penggunaan ambang lebar.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan melalui empat alternatif, maka
didapatkan hasil yang diharapkan dengan menggunakan alternatif terakhir yaitu,
penambahkan ambang pada inlet floodway dengan lebar inlet 100 m dan penerapan tanggul
nasional, dengan hasil debit yang melalui floodway tidak melebihi 2500 (m3/dt).
Disimpulkan bahwa jurnal skripsi ini membahas mengenai uji fisik Floodway Plangwot
guna mengatasi banjir di Sungai Bengawan Solo yang melanda daerah Bojonegoro, Gresik,
Lamongan dan sekitarnya melalui
penambahan kapasitas Q50
dan Q1000
3
Dalam kajian uji model fisik ini agar tidak menyimpang dari pokok pembahasan
maka batasan masalah yang digunakan dalam laporan ini antara lain:
1. Lokasi studi di hilir Sungai Bengawan Solo, tepatnya pada daerah inlet
floodway.
2. Perbaikan di fokuskan terhadap peningkatan debit banjir yang telah ditetapkan
meliputi: lebar floodway, tinggi muka air banjir serta ambang lebar.
3. Kondisi hidrologi mengacu pada data rencana induk Wilayah Sungai Bengawan
Solo.
4. Pembahasan laporan mengenai, pelebaran saluran floodway pada Hilir Sungai
Bengawan Solo, backwater, perencanaan pada ambang, elevasi muka air saat
pertemuan anak sungai, stabilitas pelimpah dan perencanaan sheet pile.
4
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang ada, maka diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana profil aliran pada bangunan ambang floodway kondisi model tes?
2. Bagaimana hasil percobaan terhadap peningkatan kapasitas debit Q 50 2800 m3/dt
dan Q1000 3500 m3/dt bila di bandingkan melalui metode Side Weir, De Marchi,
percabangan sungai dan aliran melalui pulau?
3. Bagaimanakah kondisi dari perencanaan bangunan ambang melalui
perhitungan stabilitas?
1.4.Tujuan
1.5.Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dari studi evaluasi penambahan kapasitas Floodway
Plangwot Sungai Bengawan Solo antara lain adalah:
5
2. METODE PERENCANAAN
Berikut merupakan tahapan dari penyelesaian skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Persiapan data pelengkap, data fasilitas laboratorium dan data teknis Floodway
Plangwot-Sedayu Lawas.
2. Menganalisis debit melewati bangunan ambang, sehingga mampu menganalisis
profil aliran pada ambang Floodway Plangwot-Sedayu Lawas Q50 dan Q1000.
3. Menganalisis hasil percobaan terhadap peningkatan kapasitas debit Sungai
Bengawan Solo dengan Q50 2800 m3/dt dan Q1000 3500 m3/dt, melalui
perbandingan empat metode yaitu, Side Weir, De Marchi,percabangan sungai
dan aliran melalui pulau.
4. Menganalisis kestabilan dari bangunan ambang.
6
3. DATA DAN ANALISA DATA
Pencapai debit yang diharapkan sesuai master plan Provinsi Jatim dapat diterapkan
dengan melebarkan saluran inlet floodway menjadi 100 m, tanggul nasional, dan
menambahkan bangunan ambang pada inlet floodway dengan Q50.
Menambahkan ambang dengan 2 tiang, pada sisi kiri pintu air floodway. Pelebaran
dilakukan hanya pada sisi kiri floodway. Menerapkan tanggul nasional yang telah ada
dengan lebar 150 m dari outlet floodway.
Dilakukan perubahan pada belokan inlet floodway dengan harapan mampu
membentuk aliran subkrtitis. Lebar saluran menuju inlet floodway 133,3 m sehingga
didapatkan jari-jari terkecil sebagai berikut: rc/b = 3, r1 = 3 x 133,3
= 400 m dan r2 = 3 x 150 = 450 m sehingga didapatkan jari-jari belokan r
= 400 m dan r = 450 m.
=
Tabel 1. Tabulasi Kondisi Eksisting dan Kondisi Model
No. Kondisi Eksisting Kondisi Model 3
1. Kapasitas floodway 640 m3/dt m3/dt640 m /dt – 2500
Kapasitas floodway
2. Lebar inlet floodway 52,5 m Lebar inlet floodway 100 m
3. Pintu air Pintu air
4. Tidak ada ambang Ambang lebar 47,5 m
5. Tanggul nasional Tanggul nasional
Sumber: Data Lapangan
7
3.2. Profil Aliran Di Atas Pelimpah atau Ambang
Gambar 1. Grafik Operasi Pintu Air Q50 Tinggi muka air pada saat pintu air tebuka
penuh adalah 5,6 m, sehingga berdasarkan dari grafik operasi pintu air Operasi Pintu
Air Q50 didapatkan debit yang melewa-ti bangunan pelimpah
sebesar 763,806 m3/dt.
Melalui persamaan debit pelimpah, maka didapatkan nilai Hd pada Q50 3,7m.
Berikut merupakan tabulasi hasil perhitungan profil aliran diatas ambang pada Q50.
Tabel 2. Profil Aliran Pada Ambang
Debit 552.664 m3/dt
Ketinggian Muka Air Di Atas Pelimpah
Z Yz Vz El. Dasar Pelimpah El. Muka Air
Fr
M M m²/dt m m
0 2.037 5.713 1.278 3 5.037
0.3 1.752 6.641 1.602 2.7 4.452
1 1.459 7.974 2.108 2 3.459
1.5 1.336 8.707 2.405 1.5 2.836
2 1.244 9.350 2.676 1 2.244
8
Gambar 2. Grafik Operasi Pintu Air
Q1000
Tinggi muka air pada saat pintu tebuka adalah 5,95 m, sehingga berdasarkan dari
grafik operasi pintu air Q1000 debit yang melewati pelimpah adalah sebesar 1078,318
m3/dt. Perhitungan yang sama dilakukan sehingga didapatkan nilai Hd 3,979 m. Berikut
merupakan tabulasi hasil perhitungan profil aliran diatas
ambang pada Q1000.
Tabel 3. Profil Aliran Pada Ambang
Debit 467,332 m3/dt
Ketinggian Muka Air Di Atas Pelimpah
Z Yz Vz El. Dasar Pelimpah El. Muka Air
Fr
M m m²/dt m m
0 1.377 7.145 1.944 3 4.377
0.3 1.283 7.667 2.161 2.7 3.983
1 1.133 8.687 2.606 2 3.133
1.5 1.056 9.315 2.894 1.5 2.556
2 0.995 9.889 3.165 1 1.995
9
Tabel 4. Perhitungan Panjang Saluran
Pelimpah Samping Debit 2800 m3/dt
Δx Qo Ho ho ho-c qx Qo+qx Ax vx hx Δx
√ - 3Sin-1√
ø2 =
E1/hc =
√
10
koefisin debit, CM ; CM =
CM = (0,81 – 0,60F1)K Lebar efektif bendung Be ;
Be = B2 – 0,05 in m
Nilai K merupakan parameter yang mempertimbangkan pengaruh panjang puncak, dengan
nilai K sebagai berikut; K = 1,0 untuk (h1 - W)/L ≥ 2,0
K = 0,80 + 0,10 (h1 - W)/L untuk (h1 -
W)/L ≤ 2,0 dengan mengasumsikan harga W dan L dan E1 = E2 = E3.Melalui rumus yang telah
tertera diatas, maka pada Q50 didapatkan lebar pelimpah
82,5 m dengan Qhulu 2800 m3/dt Qhilir 1467 m3/dt dan Qfloodway 1333 m3/dt. Q1000 didapatkan
lebar pelimpah 82,5 m,
Qhulu 3500 m3/dt Qhilir 1900 m3/dt dan Qfloodway 1600 m3/dt.
11
section 1+050 (hair) = (35,622 x 0.333) + (-4.2) = 7,65 m, dan pada debit 1900 m3/dt
section 1+150 (hair) = (35,272 x 0,333) + (-4.3) = 7,4 m.
Tabel 7. Hasil Perhitungan Panjang Air
Balik
z L Floodway L Floodway L Floodway
M kaki m km
0,733 41292,360 68,752 0,069
Sumber: hasil perhitungan
12
Tabel 10. Ketinggian Muka Air Pada Hilir Sungai Bengwan Solo Q1000
Debit Elv Sal. Dasar Saluran H air (m) Standart Step Metode
Cross m3/dt m m m
1+200 1900 7.17 -4.5 11.67
1+150 1900 7.45 -4.3 11.75
Berdasarkan hasil survei mekanika tanah yang telah dilakukan kondisi tanah terdiri
dari lempung, lempung lanau sehingga perlu dipertimbangkan penggunaan pondasi
dalam dengan kelompok tiang (pile group) sehingga mampu mendukung bangunan
berat.
Penggunaan pile group terdiri dari 4 buah pile dengan panjang tiap pile 6 m. Besar
kemampuan tiang pancang tunggal :
Ptiang = fc x Atiang
= 200 x 30 x 30
= 180 KN
Beban yang diperkenankan pada setiap tiang:
Wn = Qtiang – W
= 16050 – 1296
13
= 14754 Kg
= 147,54 KN < Ptiang 180
KN ….. (Aman)
Tegangan maksimum kelompok tiang pancang sebesar:
Pmax =
4. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdsarkan analisa perhitungan dan pengujian pada model tes Floodway Plangwot-
Sedayu Lawas dengan skala distorsi yang telah dilakukan sesuai dengan rumusan
masalah pada kajian ini, maka disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Berdasarkan perhitungan yang telah diakukan, maka didapatkan hasil profil muka
air pada pelimpah:
Profil muka air diatas pelimpah dalam keadaan yang baik yakni perubahan secara
konstan, sehingga tidak menyebabkan gejala lokal.
Hd (tinggi tekan) USBR memiliki perbedaan yang tidak terlalu jauh dengan hasil
pengujian. Uji Q50 melalui pengujian model didapatkan 3,7 m sedangkan berdasarkan
perhitungan 3,7 m sehingga kesalahan relatif 0%. Uji Q1000 berdasarkan pengujian pada
model tes 4,03 m dan berdasarkan perhitungan 3,979 m, didapatkan kesalahan relative
1,265%.
2. Perhitungan secara teoritis melalui empat metode dapat disimpulkan
sebagai berikut:
- Metode De Marchi
Metode ini dipergunakan untuk mencari lebar pelimpah samping pada saluran floodway
dengan lebar pelimpah pada model 82,5 m.
Uji Q50 berdasarkan pengujian QFloodway 1316,476 m3/dt Pengujian
QHulu Bengawan Solo 1483,524 m3/dt,
berdasarkan Metode De Marchi didapatkan QFloodway 1333 m3/dt
3
QHulu Bengawan Solo 1467 m /dt
sehingga kesalahan relatif yang didapat pada QFloodway 1,255% dan
QBengawan Solo 1,114 % .
Uji Q1000 berdasarkan pengujian
1545,65 m3/dt Pengujian
QHulu Bengawan Solo 1954,35 m3/dt,
beradsarkan Metode De Marchi
QFloodway 1746 m3/dt QHulu Bengawan
3
Solo 1754,35 m /dt sehingga kesalahan relatif yang didapat pada
QFloodway 12,96% dan QBengawan Solo
10,28%.
- Metode Side Weir
14
Metode Side Weir dipergunakan untuk mengecek lebar pelimpah samping pada saluran
floodway dengan lebar pelimpah pada model 82,5 m. Q50 berdasarkan pengujian QFloodway
1316,476 m3/dt Pengujian
QHulu Bengawan Solo 1483,524 m3/dt,
beradasarkan Metode De Marchi didapatkan QFloodway 1333 m3/dt
3
QHulu Bengawan Solo 1467 m /dt
sehingga kesalahan relatif yang didapat pada QFloodway 1,255% dan
QBengawan Solo 1,114 % .
15
Uji Q1000 berdasarkan pengujian
1545,65 m3/dt pengujian
QHulu Bengawan Solo 1954,35 m3/dt,
beradsarkan Metode De Marchi didapatkan QFloodway 1600 m3/dt
3
QHulu Bengawan Solo 1900 m /dt
sehingga kesalahan relatif yang didapat pada QFloodway 3,516% dan
QBengawan Solo 2,781%.
- Metode Percabangan Anak Sungai Berdasarkan perhitungan
didapatkan profil aliran subkritis pada percabangan anak sungai dengan induk sungai,
dengan Q50 elevasi Hulu Bengawan Solo 6,7m, Hilir Bengawan Solo 5,8 m dan Hulu
Floodway 6,23 m. Elevasi
Q1000 pada Hulu bengawan Solo 7,65 m, Hilir Bengawan Solo 7,4 m
dan Hulu Floodway 6,86 m , serta adanya back water pada saluran floodway akibat
adanya bangunan pelimpah. Panjang back water akibat adanya pelimpah pada Q50
adalah 0,055 km dari hulu pelimpah
dan panjang back water Q1000 adalah 0,069 km.
- Metode Aliran Melalui Pulau Berdasarkan hasil perhitungan
didapatkan elevasi dipercabangan induk sungai dan anak sungai melalui metode
percabangan anak sungai. Berdasarkan perhitungan debit total yang mengalir pada hilir
+ floodway kesalahan relative dari
total debit Q50 perhitungan 2802 m3/dt dengan kesalahan relatif 0,071%
dan pada total debit yang mengalir
pada hilir + floodway Q1000 perhitungan
3601,193 m3/dt kesalahan relatifnya
2,891%.
3. Berdasarkan perhitungan stabilitas yang telah dilakukan terhadap bangunan
pelimpah, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
- Pelimpah stabil terhadap gaya-gaya yang bekerja baik dalam kondisi normal,
gempa dan kondisi bangunan sendiri.
16
- Bangunan menggunakan tiang pancang kelompok, dengan spesifikasi panjang
sheet pile 6 m, tiap kolom menggunakan 4 buah sheet pile berdiameter 30 cm.
- Berdasarkan spesifikasi tiang pancang WIKA, maka dapat dikategorikan dalam
kelas C dengan spesifikasi panjang pile 6 m, diameter 30 cm dan tegangan
maksimum 65,4 ton.
-
4.2. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
https://fadlysutrisno.wordpress.com/2010/07/19/konfigurasi-sungai/
Rahmawati Aulia Miftah. 2015. KAJIAN UJI MODEL FISIK HIDROLIK FLOODWAY
PLANGWOT-SEDAYU LAWAS SEBAGAI PENGENDALI BANJIR SUNGAI BENGAWAN SOLO
HILIR, Malang : Universitas Brawijaya
18