Anda di halaman 1dari 18

ABSTRAK

Indonesia memiliki lebih dari 5.590 sungai yang sebagian besar di antaranya
memiliki kapasitas tampung yang kurang memadai sehingga tidak bisa terhindar dari
bencana alam banjir, kecuali sungai-sungai di Pulau Kalimantan dan beberapa sungai di
Jawa. Secara umum sungai-sungai yang berasal dari gunung berapi (volcanic)
mempunyai perbedaan slope dasar sungai yang besar antara daerah hulu (upstream),
tengah (middlestream) dan hilir (downstream) sehingga curah hujan yang tinggi dan
erosi di bagian hulu akan menyebabkan jumlah sedimen yang masuk ke sungai sangat
tinggi. Tingginya sedimen yang masuk akhirnya menimbulkan masalah pendangkalan
sungai terutama di daerah hilir yang relatif lebih landai dan rata, sehingga sering terjadi
banjir di dataran rendah. Sungai-sungai tersebut dikelompokkan menjadi 90 (sembilan
puluh) Satuan Wilayah Sungai (SWS) yang terdiri dari 73 SWS propinsi dan 17 SWS
pusat yang berlokasi dilintas propinsi.

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan dan pengelolaan sungai,


meliputi: (i) ketidakjelasan peran dan batasan wewenang antara kabupaten, kota,
propinsi, dan pusat dalam penanganan, pengelolaan dan pembiayaan sungai; (ii)
kecenderungan peningkatan potensi konflik pemanfaatan air di daerah dan wilayah
sungai; (iii) tidak terkendalinya penambangan galian c (pasir) di badan sungai sehingga
menurunkan fungsi bangunan pengambilan air; (iv) sedimentasi tinggi akibat rusaknya
daerah hulu/catchment area; (v) makin cepatnya penurunan kapasitas pengaliran air
sungai dan bangunan pengendali banjir; (vi) makin besarnya perbedaan aliran dasar
sungai pada musim hujan dan musim kemarau (Qmax-Qmin); (vii) makin menurunnya
kualitas air sungai, khususnya di daerah aliran tengah dan hilir; (viii) tidak
terkendalinya permukiman penduduk di daerah bantaran sungai sehingga meningkatkan
risiko banjir; (ix) belum memadainya database sungai.

Kajian Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kondisi


penambahan kapasitas Foodway Palangwot-Sedayu Lawas pada model dengan hasil
perhitungan. Kajian hidrolika pada model fisik dilakukan dengan menganalisis profil
aliran diatas pelimpah, melakukan perbandingan melalui 4 teori yakni: De Marchi, Side
Weir, Percabangan Sungai dan Aliran Melalui Pulau serta menganalisis kestabilan
bangunan pengontrol ambang. Profil aliran berdasarkan teori, didapatkan perubahan
secara konstan pada profil aliran diatas pelimpah. Perhitungan melalui 4 metode
didapatkan beberapa perbedaan terhadap debit yang melewati Hilir Sungai Bengawan
Solo dan Floodway Plangwot-Sedayu Lawas dengan lebar pelimpah 82,5 m.
Perhitungan pada teori percabangan anak sungai menghasilkan ketinggian muka air
yang debitnya akan diuji pada metode aliran melalui pulau. Analisis stabilitas bangunan
ambang dalam keadan stabil terhadap gaya-gaya yang bekerja.

Kata kunci: profil aliran, kapasitas debit, lebar pelimpah

1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Banjir merupakan bencana tahunan yang selalu terjadi di Indonesia bila musim
penghujan tiba. Salah satu penyebabnya adalah tingginya curah hujan yang melanda
khususnya di Indonesia. Salah satunya yang dialami oleh wilayah hilir Sungai
Bengawan Solo. Khususnya terjadi daerah hilir yakni Kabupaten Gresik, Kabupaten
Lamongan, Bojonegoro serta Tuban.

Saat ini banyak Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia mengalami kerusakan
atau penurunan kualitas yang cukup cepat, terutama di Pulau Jawa. Menurut Sunaryo
(2008), sebanyak 116 dari 141 daerah aliran sungai atau DAS di Pulau Jawa dalam
kondisi memprihatinkan. Adanya degradasi kualitas lahan membuat daya serap
tanah/infiltrasi terhadap air hujan mengalami penurunan. Tanpa penanganan serius,
ancaman banjir akan terus terjadi walau curah hujan relatif normal. Pada dasarnya banjir
terjadi karena sebagian besar dari hujan yang jatuh ke bumi tidak masuk kedalam tanah
mengisi akuifer, tetapi mengalir di atas permukaan yang pada gilirannya masuk ke
sungai dan mengalir sebagai banjir ke bagian hilir.

Penyebab utama terjadinya penurunan kualitas DAS di Pulau Jawa adalah adanya
tekanan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat tiap tahunnya, hal ini berdampak
pada perubahan fungsi lahan. Disamping itu, adanya konversi lahan menjadi
pemukiman dan perkembangan industri yang terus meningkat serta makin marak
terjadinya penggundulan hutan merupakan penyebab yang lain. Hal tersebut
menyebabkan terjadinya perubahan iklim secara global serta meningkatnya erosi, banjir
dan kekeringan. Dengan demikian itu perlu adanya suatu alat ukur/instrumen yang
digunakan untuk menilai kualitas DAS. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui
kondisi DAS terkini, dengan mengetahui kondisi DAS terkini akan membantu dalam
pengambilan keputusan oleh pihak terkait dalam usaha/upaya konservasi dan
rehabilitasi DAS yang tepat untuk menjaga bahkan memperbaiki kondisi DAS. Perlu
diketahui bahwasanya kriteria kondisi DAS dapat dikatakan baik bilamana debit sungai
yang konstan dan kualitas airnya baik dari tahun ke tahun, serta fluktuasi antara debit
maksimum dan minimum kecil. Namun, kriteria tersebut jarang ditemui pada
kenyataannya. Hal ini juga terjadi di Sub DAS Bengawan Solo Hilir, Kabupaten
Bojonegoro, Jawa Timur.

Sungai Bengawan Solo, merupakan sungai terbesar di Pulau Jawa dengan panjang
sungai sekitar 600 km yang mengalir di dua propinsi berbeda yaitu Propinsi Jawa
Tengah dan Propinsi Jawa Timur dengan luas daerah aliran sungai (DAS) sebesar
16.100 km2. Daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo dibagi menjadi Sub DAS
Bengawan Solo hulu dengan luas 6.072 km2, Sub DAS Kali Madiun dengan luas 3.755
km2 dan Sub DAS Bengawan Solo Hilir seluas 6.273 km2. Aliran air mengalir dari Sub
DAS Bengawan Solo Hulu dan dari Sub DAS Kali Madiun yang kemudian keduanya
bertemu di Ngawi dan mengalir ke hilir hingga Lamongan. Aliran air Sungai Bengawan
Solo hilir selain berasal dari Sub DAS Bengawan Solo Hulu dan Sub DAS Kali Madiun
juga berasal dari Sub-Sub DAS dari anak-anak sungai di sepanjang Sungai bagian hilir
(PU, 2009).

2
Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo dengan sungai utamanya Bengawan
Solo mengalami masalah yang kompleks yang berpangkal pada tekanan penduduk yang
sangat berat sehingga fungsi dan manfaat DAS menurun. Tercatat terjadi beberapa
banjir besar akibat luapan Bengawan Solo yaitu sekitar tahun 60-an, 1987, 1993 dan
pada tahun 2007 banjir menggenangi delapan kabupaten antara lain Kota Solo, Kab
Sragen, Ngawi, Madiun, Bojonegoro, Blora, Tuban dan Lamongan. Banjir tersebut
menelan korban jiwa 67 orang, terbesar selama 40 tahun terakhir.

Pengendalian banjir yang telah dilaksanakan, salah satunya terletak pada Sungai
Bengawan Solo Hilir melalui pembangunan Sudetan Banjir (Floodway) Plangwot-
Sedayu Lawas sepanjang 12,4 km dengan kapasitas 640m3/dt. Kejadian banjir dengan
frekuensi yang selalu meningkat mengakibatkan perlunya dilakukan upaya percepatan
perbaikan pembangunan infrastruktur pengendali banjir serta melakukan konservasi
terhadap Sumber Daya Air khususnya Wilayah Sungai Bengawan Solo guna
meminimalisir terjadinya banjir diwilayah hilir.

1.2. Identifikasi Masalah

Upaya yang telah dilakukan dalam pembangunan pengendal banjir, salah satunya
pada abad ke-18 melalui pembangunan infrastruktur SDA telah dilakukan oleh
pemerintah Belanda melalui Pembangungan Kanal Solo Vallei Werken dan saluran
kanal banjir Bengawan Solo melalui Plangwot-Sedayu Lawas.

Floodway ini berada di Kecamatan Laren hingga Kecamatan Sedayu Lawas


Kabupaten Gresik, mulai Kabupaten Lamongan hingga Laut Jawa dengan panjang 12,4
km, lebar rata-rata 100 m dengan kapasitas 640 m3/dt. Debit yang mengalir pada saluran
floodway berasal dari Bengawan Solo itu sendiri serta Rawa Jabung yang berada di
wilayah hulu.Perlunya penanganan yang cepat untuk meminimalisir terjadinya bencana
alam khususnya banjir, salah satu caranya dengan meningkatkan kapasitas debit pada
Floodway Plangwot Sedayu Lawas agar dapat tercapainya kapasitas dengan debit yang
maksimal.

Berdasarkan master plan jangka pendek Provinsi Jawa Timur, maka kemampuan
pengaliran floodway harus dinaikkan, debit semula 640 m3/dt menjadi 2500 m3/dt
dengan asumsi mampu mengalirkan Q50. Peningkatan kemampuan pengaliran diuji
dengan melakukan melalui pelebaran saluran floodway serta penggunaan ambang lebar.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan melalui empat alternatif, maka
didapatkan hasil yang diharapkan dengan menggunakan alternatif terakhir yaitu,
penambahkan ambang pada inlet floodway dengan lebar inlet 100 m dan penerapan tanggul
nasional, dengan hasil debit yang melalui floodway tidak melebihi 2500 (m3/dt).
Disimpulkan bahwa jurnal skripsi ini membahas mengenai uji fisik Floodway Plangwot
guna mengatasi banjir di Sungai Bengawan Solo yang melanda daerah Bojonegoro, Gresik,
Lamongan dan sekitarnya melalui
penambahan kapasitas Q50
dan Q1000

1.3. Batas an Mas alah

3
Dalam kajian uji model fisik ini agar tidak menyimpang dari pokok pembahasan
maka batasan masalah yang digunakan dalam laporan ini antara lain:

1. Lokasi studi di hilir Sungai Bengawan Solo, tepatnya pada daerah inlet
floodway.
2. Perbaikan di fokuskan terhadap peningkatan debit banjir yang telah ditetapkan
meliputi: lebar floodway, tinggi muka air banjir serta ambang lebar.
3. Kondisi hidrologi mengacu pada data rencana induk Wilayah Sungai Bengawan
Solo.
4. Pembahasan laporan mengenai, pelebaran saluran floodway pada Hilir Sungai
Bengawan Solo, backwater, perencanaan pada ambang, elevasi muka air saat
pertemuan anak sungai, stabilitas pelimpah dan perencanaan sheet pile.

4
1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang ada, maka diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut:

1. Bagaimana profil aliran pada bangunan ambang floodway kondisi model tes?
2. Bagaimana hasil percobaan terhadap peningkatan kapasitas debit Q 50 2800 m3/dt
dan Q1000 3500 m3/dt bila di bandingkan melalui metode Side Weir, De Marchi,
percabangan sungai dan aliran melalui pulau?
3. Bagaimanakah kondisi dari perencanaan bangunan ambang melalui
perhitungan stabilitas?

1.4.Tujuan

Tujuan evaluasi desain Floodway Plangwot ini antara lain adalah:

1. Untuk mengetahui pola aliran pada ambang floodway.


2. Untuk mengetahui hasil dari perencanaan lapangan terhadap peningkatan kapasitas
debit Q50 2800 m3/dt dan debit Q1000 3500 m3/dt bila di bandingkan melalui
metode Side Weir, De Marchi, percabangan sungai dan aliran melalui pulau.
3. Untuk mengetahui kestabilan bangunan pengontrol ambang.

1.5.Manfaat

Adapun manfaat yang didapat dari studi evaluasi penambahan kapasitas Floodway
Plangwot Sungai Bengawan Solo antara lain adalah:

1. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami metode yang tepat


guna untuk mengkaji permasalahan yang timbul dalam perencanaan
penambahan kapasitas salu-ran Floodway Sedayu Lawas.
2. Diharapkan menjadi masukan terhadap evaluasi kapasitas Floodway
Plangwot-Sedayu Lawas Sungai Bengawan Solo secara toritis.

5
2. METODE PERENCANAAN

2.1. Skala Model

Ketersediaan lahan pada lab model yang akan dipergunakan diketahui 10 m x 5 m


dengan kapasitas pompa 60 l/dt. Panjang Sungai Bengawan Solo yang akan dimodelkan
2 km serta panjang floodway 1km. Rasio skala distorsi ynag perlu diperhatikan adalah
1:4, sehingga bila dikoreksi dengan skala distorsi yang digunakan dalam pemodelan
floodway plangwot vertikal 50 dan horisontal 200, maka disimpulkan memenuhi
standart tersebut (Yuwono, 1996: 51).

2.2. Penyelesaian Masalah

Perbaikan penambahan kapasitas floodway Plangwot diharapkan mampu menjadi


salah satu jalan alternatif guna menghindari banjir di wilayah Sungai Bengawan Solo
Hilir. Melalui uji coba, baik dengan meningkatkan kapasitas, perubahan dimensi saluran
floodway dan penambahan bangunan ambang pada hulu floodway.
Diharapkan mampu menampung debit maksimum yang direncanakan serta dapat
menurunkan tingkat elevasi muka air banjir pada Sungai Bengawan Solo Hilir.

2.3. Tahap Penyelesaian

Berikut merupakan tahapan dari penyelesaian skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Persiapan data pelengkap, data fasilitas laboratorium dan data teknis Floodway
Plangwot-Sedayu Lawas.
2. Menganalisis debit melewati bangunan ambang, sehingga mampu menganalisis
profil aliran pada ambang Floodway Plangwot-Sedayu Lawas Q50 dan Q1000.
3. Menganalisis hasil percobaan terhadap peningkatan kapasitas debit Sungai
Bengawan Solo dengan Q50 2800 m3/dt dan Q1000 3500 m3/dt, melalui
perbandingan empat metode yaitu, Side Weir, De Marchi,percabangan sungai
dan aliran melalui pulau.
4. Menganalisis kestabilan dari bangunan ambang.

5. Kesimpulan dan Saran

6
3. DATA DAN ANALISA DATA

3.1. Pembacaan Lapangan

Pencapai debit yang diharapkan sesuai master plan Provinsi Jatim dapat diterapkan
dengan melebarkan saluran inlet floodway menjadi 100 m, tanggul nasional, dan
menambahkan bangunan ambang pada inlet floodway dengan Q50.
Menambahkan ambang dengan 2 tiang, pada sisi kiri pintu air floodway. Pelebaran
dilakukan hanya pada sisi kiri floodway. Menerapkan tanggul nasional yang telah ada
dengan lebar 150 m dari outlet floodway.
Dilakukan perubahan pada belokan inlet floodway dengan harapan mampu
membentuk aliran subkrtitis. Lebar saluran menuju inlet floodway 133,3 m sehingga
didapatkan jari-jari terkecil sebagai berikut: rc/b = 3, r1 = 3 x 133,3
= 400 m dan r2 = 3 x 150 = 450 m sehingga didapatkan jari-jari belokan r
= 400 m dan r = 450 m.
=
Tabel 1. Tabulasi Kondisi Eksisting dan Kondisi Model
No. Kondisi Eksisting Kondisi Model 3
1. Kapasitas floodway 640 m3/dt m3/dt640 m /dt – 2500
Kapasitas floodway
2. Lebar inlet floodway 52,5 m Lebar inlet floodway 100 m
3. Pintu air Pintu air
4. Tidak ada ambang Ambang lebar 47,5 m
5. Tanggul nasional Tanggul nasional
Sumber: Data Lapangan

7
3.2. Profil Aliran Di Atas Pelimpah atau Ambang

Perhitungan profil aliran di dapatkan dari bendung puncak tajam,dengan


persamaan debit pada pelimah ini sebagai berikut:
Q = Cd x B e x
Hd = He -
Debit yang melewati pelimpah dapat di cari melalui debit floodway dikurangi
dengan debit yang melewati pintu air floodway. Perhitungan tersebut dapat dilakukan
melalui pengaliran pada Sluice Gate salah satunya dengan kondisi pengaliran tenggelam.
Kondisi pengairan dikatakan tenggelam bila kedalaman air dibelakang pintu yaitu Y 1 >
Cc.Yg dengan Cc merupakan koefisien kontraksi dan Yg adalah tinggi bukaan pintu. Berikut
merupakan rumus dari pengaliran bebas (Anonim 1, 2011:8):
Q = Cd x B x Y g √

Gambar 1. Grafik Operasi Pintu Air Q50 Tinggi muka air pada saat pintu air tebuka
penuh adalah 5,6 m, sehingga berdasarkan dari grafik operasi pintu air Operasi Pintu
Air Q50 didapatkan debit yang melewa-ti bangunan pelimpah
sebesar 763,806 m3/dt.
Melalui persamaan debit pelimpah, maka didapatkan nilai Hd pada Q50 3,7m.
Berikut merupakan tabulasi hasil perhitungan profil aliran diatas ambang pada Q50.
Tabel 2. Profil Aliran Pada Ambang
Debit 552.664 m3/dt
Ketinggian Muka Air Di Atas Pelimpah
Z Yz Vz El. Dasar Pelimpah El. Muka Air
Fr
M M m²/dt m m
0 2.037 5.713 1.278 3 5.037
0.3 1.752 6.641 1.602 2.7 4.452
1 1.459 7.974 2.108 2 3.459
1.5 1.336 8.707 2.405 1.5 2.836
2 1.244 9.350 2.676 1 2.244

Sumber: hasil perhitungan

8
Gambar 2. Grafik Operasi Pintu Air
Q1000
Tinggi muka air pada saat pintu tebuka adalah 5,95 m, sehingga berdasarkan dari
grafik operasi pintu air Q1000 debit yang melewati pelimpah adalah sebesar 1078,318
m3/dt. Perhitungan yang sama dilakukan sehingga didapatkan nilai Hd 3,979 m. Berikut
merupakan tabulasi hasil perhitungan profil aliran diatas
ambang pada Q1000.
Tabel 3. Profil Aliran Pada Ambang
Debit 467,332 m3/dt
Ketinggian Muka Air Di Atas Pelimpah
Z Yz Vz El. Dasar Pelimpah El. Muka Air
Fr
M m m²/dt m m
0 1.377 7.145 1.944 3 4.377
0.3 1.283 7.667 2.161 2.7 3.983
1 1.133 8.687 2.606 2 3.133
1.5 1.056 9.315 2.894 1.5 2.556
2 0.995 9.889 3.165 1 1.995

Sumber: hasil perhitungan

3.3. Perhitungan Secara Teoritis Melalui Metode Side Weir, De Marchi,


Percabangan Anak Sungai dan Aliran Melalui Pulau. 3.3.1. Metode De
Marchi
Metode De Marchi berdasarkan pada pemecahan masalah secara analitis diberikan
oleh De Marchi. Melihat bahwa aliran adalah subkritis, panjang bangunan pelimpah
dapat di hitung sebagai berikut (Anonim 3, 2007:180):

Gambar. 3. Sketsa Definisi Untuk


Saluran Dengan Pelimpah Samping
(Anonim 3, 2007:180)

9
Tabel 4. Perhitungan Panjang Saluran
Pelimpah Samping Debit 2800 m3/dt
Δx Qo Ho ho ho-c qx Qo+qx Ax vx hx Δx

25 1467 9.193 9.048 4.048 471.198 1938.198 613.096 3.161 8.684 25


25 1938 9.193 8.684 3.684 409.076 2347.274 587.635 3.994 8.380 50
25 2347 9.193 8.380 3.380 359.520 2706.794 566.436 4.779 8.029 75
7.5 2707 9.193 8.029 3.029 91.515 2800 542.030 5.166 7.833 82.5
Σ 1333
Pembagian Debit Floodway 1333
Bengawan Solo 1467

Sumber: hasil perhitungan


Tabel 5. Perhitungan Panjang Saluran
Pelimpah Samping Debit 3500 m3/dt
Δx Qo Ho ho ho-c qx Qo+qx Ax vx hx Δx
m m^3/dt m m m m2 m^3/dt m2 m2/dt m m
25 1754 10.068 9.907 4.907 628.844 2383.189 673.415 3.539 9.430 25
25 2383 10.068 9.430 4.430 539.484 2922.672 639.895 4.567 9.005 50
25 2923 10.068 9.005 4.005 463.753 3386.426 610.103 5.551 8.498 75
7.5 3386 10.068 8.498 3.498 113.562 3500 574.676 6.090 8.178 82.5
Σ 1745.64
Pembagian Debit Floodway (m3/dt) 1745.64
Bengawan Solo (m3/dt) 1754.35

Sumber: hasil perhitungan

3.3.2. Metode Side Weir


Bendung dan pelimpah yang sejajar dengan saluran utama biasanya disebut
dengan bendung samping (side weir) atau pelimpah samping (side channel spillway).
Bendung samping merupakan salah satu dalam cara mengurangi kelebihan air yang
digunakan secara luas untuk pengelak hujan (Raju, 1986:258).

Gambar 4. Sketsa Bendung Samping Dengan Puncak Lebar (Raju,


1986:260)
Perhitungan perencanaan dimensi Side Weir dengan lebar inlet hulu floodway pada
lapangan 100 m.
Mencari nilai Q2 dan Qw yang tepat sehingga mendapatkan lebar pelimpah samping
yang sesuai dengan hasil percobaan. Melalui rumus sebagai dibawah ini:
E =h+

√ - 3Sin-1√
ø2 =
E1/hc =

10
koefisin debit, CM ; CM =
CM = (0,81 – 0,60F1)K Lebar efektif bendung Be ;
Be = B2 – 0,05 in m
Nilai K merupakan parameter yang mempertimbangkan pengaruh panjang puncak, dengan
nilai K sebagai berikut; K = 1,0 untuk (h1 - W)/L ≥ 2,0
K = 0,80 + 0,10 (h1 - W)/L untuk (h1 -
W)/L ≤ 2,0 dengan mengasumsikan harga W dan L dan E1 = E2 = E3.Melalui rumus yang telah
tertera diatas, maka pada Q50 didapatkan lebar pelimpah
82,5 m dengan Qhulu 2800 m3/dt Qhilir 1467 m3/dt dan Qfloodway 1333 m3/dt. Q1000 didapatkan
lebar pelimpah 82,5 m,
Qhulu 3500 m3/dt Qhilir 1900 m3/dt dan Qfloodway 1600 m3/dt.

3.3.3. Percabangan Anak Sungai


Metode percabangan anak sungai menggunakan metode tahapan standar. Metode
tahapan standar ini sangat baik bila digunakan pada saluran alam. Pada tahapan standar, bila
tidak mengetahui ketinggian air maka dapat menggunakan ketinggian air pada jarak yang
cukup jauh, diatas atau di bawah penampang awal (Chow, 1992: 317).
Melalui perhitungan teoritis maka didapatkan hasil sebagai berikut:
- Q50 didapatkan titik percabangan pada debit 1333 m3/dt section 0+200 (hair) = (15,711
x 0.333) + 1 = 6,23 m, pada debit 2800 m3/dt section 1+050 (hair) = (32,821 x
0.333) + (-4.2) = 6,7 m, dan pada debit 1467 m3/dt section 1+150 (hair) = (30,373 x 0,333) +
(-4.3) = 5,8 m.
Tabel 6. Hasil Perhitungan Panjang Air
Balik
Z L Floodway L Floodway L Floodway
M kaki m km
0,656 33058,430 55,042 0,055
Sumber: hasil perhitungan
- Q1000 didapatkan titik percabangan pada debit 1600 m3/dt section 0+200 (hair) =
(17,588 x 0.333) + 1 = 6,86 m, pada debit 3500 m3/dt

11
section 1+050 (hair) = (35,622 x 0.333) + (-4.2) = 7,65 m, dan pada debit 1900 m3/dt
section 1+150 (hair) = (35,272 x 0,333) + (-4.3) = 7,4 m.
Tabel 7. Hasil Perhitungan Panjang Air
Balik
z L Floodway L Floodway L Floodway
M kaki m km
0,733 41292,360 68,752 0,069
Sumber: hasil perhitungan

3.3.4. Aliran Melalui Pulau


Perhitungan aliran melewati pulau dengan mencari perpotongan nilai ketinggian
muka air pada suatu titik saat percabangan akibat melewati pulau. Kasus ini diterjadi pada
Hulu Sungai Bengawan Solo terhadap percabangan aliran sungai Hilir Sungai Bengawan
Solo dan floodway, di khususkan untuk
mencari Qhulu = Qhilir + Qfloodway. Melalui rumus debit sebagai berikut:
Q = K√ K =

Berdasarkan perhitungan standart stepmetode pada percabangan yang telah dilakukan


maka dapat dihitung Qhulu sebagai berikut:
Tabel 8. Ketinggian Muka Air Pada Hilir Sungai Bengwan Solo Q50
Debit Elv Sal. Dasar Saluran H air (m) Standart Step Metode
Cross
m3/dt m m m
1+200 1467 5.52 -4.5 10.02
1+150 1467 5.91 -4.2 10.11

Sumber : hasil perhitungan


Tabel 9. Ketinggian Muka Air Pada
Floodway Plangwot Q50
Debit Elv Sal. Dasar Saluran H air (m) Standart Step Metode
Cross
m3/dt m m m
0+450 1333 6.25 1 5.25
0+250 1333 6.09 1 5.09
0+200 1333 6.23 1 5.23

Sumber : hasil perhitungan


Dari data perpotongan tersebut, dapat dilihat bahwa tinggi muka air yang di dapat pada
section 0+200 hair 5,23 m dengan section 1+150 hair 10,11 m. Sehingga dapat
dipergunakan untuk mengetahui debit yang melalui hulu Sungai Bengawan Solo.
Q hulu = Q hilir + Q floodway
= 1377,039 + 1424,851
= 2802 m3/dt

12
Tabel 10. Ketinggian Muka Air Pada Hilir Sungai Bengwan Solo Q1000
Debit Elv Sal. Dasar Saluran H air (m) Standart Step Metode
Cross m3/dt m m m
1+200 1900 7.17 -4.5 11.67
1+150 1900 7.45 -4.3 11.75

Sumber : hasil perhitungan


Tabel 11. Ketinggian Muka Air Pada
Floodway Plangwot Q1000
Debit Elv Sal. Dasar Saluran H air (m) Standart Step Metode
Cross
m3/dt m m m
0+450 1600 6.86 1 5.86
0+250 1600 6.68 1 5.68
0+200 1600 6.86 1 5.86

Sumber : hasil perhitungan


Q1000 pada section 0+200 hair 5,86 m dengan section 1+150 hair 1,75 m.
Sehingga dapat dipergunakan untuk mengetahui debit yang melalui hulu Sungai
Bengawan Solo.
Q hulu = Q hilir + Q floodway
= 1652,581 + 1948,612
= 3601,193 m3/dt

3.4. Analisa Stabilitas Bangunan

Perlu menentukan beban-beban yang berkerja pada kontruksi bangunan. Keadaan


kontruksi bangunan mampu dinyatakan bahwa bangunan tersebut layak atau tidak untuk
dibangun, dinyatakan melalui kestabilan terhadap beban beban yang bekerja. Stabilitas
kontruksi bangunan perlu di kontrol terhadap:
1. Stabilitas terhadap guling
2. Stabilitas terhadap geser
3. Stabilitas terhadap daya dukung tanah

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan terhadap tiga kontrol stabilitas,


dapat disimpulkan bahwa keadaan pelimpah stabil terhadap gaya-gaya yang bekerja
baik dalam kondisi normal, gempa dan kondisi bangunan sendiri.

3.5. Pondasi Tiang Pancang

Perencanaan kontruksi bangunan dapat menggunakan berbagai macam tipe


pondasi, salah satunya adalah tiang pancang. Penggunaan tiang pancang salah satunya
biasa digunakan bila tanah dasar bangunan tidak mampu memikul berat bangunan atau
bila tanah keras mempunyai daya dukung yang tidak cukup untuk memikul berat
bangunan dan bebanya memiliki letak yang dalam (Sardjono, 1984:7)

Berdasarkan hasil survei mekanika tanah yang telah dilakukan kondisi tanah terdiri
dari lempung, lempung lanau sehingga perlu dipertimbangkan penggunaan pondasi
dalam dengan kelompok tiang (pile group) sehingga mampu mendukung bangunan
berat.
Penggunaan pile group terdiri dari 4 buah pile dengan panjang tiap pile 6 m. Besar
kemampuan tiang pancang tunggal :
Ptiang = fc x Atiang
= 200 x 30 x 30
= 180 KN
Beban yang diperkenankan pada setiap tiang:
Wn = Qtiang – W
= 16050 – 1296

13
= 14754 Kg
= 147,54 KN < Ptiang 180
KN ….. (Aman)
Tegangan maksimum kelompok tiang pancang sebesar:
Pmax =

= 45,993 KN < Qtiang


160,5 KN (Aman)

4. PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdsarkan analisa perhitungan dan pengujian pada model tes Floodway Plangwot-
Sedayu Lawas dengan skala distorsi yang telah dilakukan sesuai dengan rumusan
masalah pada kajian ini, maka disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Berdasarkan perhitungan yang telah diakukan, maka didapatkan hasil profil muka
air pada pelimpah:

Profil muka air diatas pelimpah dalam keadaan yang baik yakni perubahan secara
konstan, sehingga tidak menyebabkan gejala lokal.
Hd (tinggi tekan) USBR memiliki perbedaan yang tidak terlalu jauh dengan hasil
pengujian. Uji Q50 melalui pengujian model didapatkan 3,7 m sedangkan berdasarkan
perhitungan 3,7 m sehingga kesalahan relatif 0%. Uji Q1000 berdasarkan pengujian pada
model tes 4,03 m dan berdasarkan perhitungan 3,979 m, didapatkan kesalahan relative
1,265%.
2. Perhitungan secara teoritis melalui empat metode dapat disimpulkan
sebagai berikut:
- Metode De Marchi
Metode ini dipergunakan untuk mencari lebar pelimpah samping pada saluran floodway
dengan lebar pelimpah pada model 82,5 m.
Uji Q50 berdasarkan pengujian QFloodway 1316,476 m3/dt Pengujian
QHulu Bengawan Solo 1483,524 m3/dt,
berdasarkan Metode De Marchi didapatkan QFloodway 1333 m3/dt
3
QHulu Bengawan Solo 1467 m /dt
sehingga kesalahan relatif yang didapat pada QFloodway 1,255% dan
QBengawan Solo 1,114 % .
Uji Q1000 berdasarkan pengujian
1545,65 m3/dt Pengujian
QHulu Bengawan Solo 1954,35 m3/dt,
beradsarkan Metode De Marchi
QFloodway 1746 m3/dt QHulu Bengawan
3
Solo 1754,35 m /dt sehingga kesalahan relatif yang didapat pada
QFloodway 12,96% dan QBengawan Solo
10,28%.
- Metode Side Weir

14
Metode Side Weir dipergunakan untuk mengecek lebar pelimpah samping pada saluran
floodway dengan lebar pelimpah pada model 82,5 m. Q50 berdasarkan pengujian QFloodway
1316,476 m3/dt Pengujian
QHulu Bengawan Solo 1483,524 m3/dt,
beradasarkan Metode De Marchi didapatkan QFloodway 1333 m3/dt
3
QHulu Bengawan Solo 1467 m /dt
sehingga kesalahan relatif yang didapat pada QFloodway 1,255% dan
QBengawan Solo 1,114 % .

15
Uji Q1000 berdasarkan pengujian
1545,65 m3/dt pengujian
QHulu Bengawan Solo 1954,35 m3/dt,
beradsarkan Metode De Marchi didapatkan QFloodway 1600 m3/dt
3
QHulu Bengawan Solo 1900 m /dt
sehingga kesalahan relatif yang didapat pada QFloodway 3,516% dan
QBengawan Solo 2,781%.
- Metode Percabangan Anak Sungai Berdasarkan perhitungan
didapatkan profil aliran subkritis pada percabangan anak sungai dengan induk sungai,
dengan Q50 elevasi Hulu Bengawan Solo 6,7m, Hilir Bengawan Solo 5,8 m dan Hulu
Floodway 6,23 m. Elevasi
Q1000 pada Hulu bengawan Solo 7,65 m, Hilir Bengawan Solo 7,4 m
dan Hulu Floodway 6,86 m , serta adanya back water pada saluran floodway akibat
adanya bangunan pelimpah. Panjang back water akibat adanya pelimpah pada Q50
adalah 0,055 km dari hulu pelimpah
dan panjang back water Q1000 adalah 0,069 km.
- Metode Aliran Melalui Pulau Berdasarkan hasil perhitungan
didapatkan elevasi dipercabangan induk sungai dan anak sungai melalui metode
percabangan anak sungai. Berdasarkan perhitungan debit total yang mengalir pada hilir
+ floodway kesalahan relative dari
total debit Q50 perhitungan 2802 m3/dt dengan kesalahan relatif 0,071%
dan pada total debit yang mengalir
pada hilir + floodway Q1000 perhitungan
3601,193 m3/dt kesalahan relatifnya
2,891%.
3. Berdasarkan perhitungan stabilitas yang telah dilakukan terhadap bangunan
pelimpah, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
- Pelimpah stabil terhadap gaya-gaya yang bekerja baik dalam kondisi normal,
gempa dan kondisi bangunan sendiri.

16
- Bangunan menggunakan tiang pancang kelompok, dengan spesifikasi panjang
sheet pile 6 m, tiap kolom menggunakan 4 buah sheet pile berdiameter 30 cm.
- Berdasarkan spesifikasi tiang pancang WIKA, maka dapat dikategorikan dalam
kelas C dengan spesifikasi panjang pile 6 m, diameter 30 cm dan tegangan
maksimum 65,4 ton.

-
4.2. Saran

Berdasarkan analisa perhitungan dan pengujian model test Penambahan Kapasitas


Saluran Floodway Plangwot-Sedayu Lawas dengan skala distorsi, maka disarankan
mengenai beberapa hal sebagai berikut:
1. Pada pembacaan elevasi muka air, sangat perlu memperhatikan TWL karena
keadaan air yang yang tidak setabil mampu mengakibatkan hasil pengukuran
yang tidak akurat.
2. Analisa teori dapat diperluas melalui metode-metode yang lain sehingga
perbandingan hasil teori dengan percobaan semakin akurat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1. 2011. Buku Petunjuk Praktikum Hidrolika Saluran Terbuka: Malang

Anonim 3. 2007. KP 04 Bangunan

Chow,V.T. 1992. Hidrolika Saluran Terbuka, terjemahan E.V. Nensi


Rosalina. Jakarta: Erlangga.

Raju,R.K.G. 1986. Aliran Melalui Saluran Terbuka, terjemahan Yan Piter


Pangaribuan B.E., M.Eng. Jakarta: Erlangga.

Sardjono.1988. Pondasi Tiang Pancang Jilid II.Surabaya: Sinar Wijaya.

Yuwono. 1996. Perencanaan Model Hidraulik, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Djoni Irianto. 2001. Hidrolika II, Surabaya: Universitas Negeri Surabaya

https://fadlysutrisno.wordpress.com/2010/07/19/konfigurasi-sungai/

Rahmawati Aulia Miftah. 2015. KAJIAN UJI MODEL FISIK HIDROLIK FLOODWAY
PLANGWOT-SEDAYU LAWAS SEBAGAI PENGENDALI BANJIR SUNGAI BENGAWAN SOLO
HILIR, Malang : Universitas Brawijaya

18

Anda mungkin juga menyukai