Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.

6 Juni 2018 (397-410) ISSN: 2337-6732

EVALUASI KAPASITAS PENAMPANG SUNGAI TUGURARA KOTA


TERNATE TERHADAP DEBIT BANJIR
Dandy Ramdan Rivaldy
Tommy Jansen, Jeffry S. F. Sumarauw
Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: dandyrivaldy13@gmail.com

ABSTRAK
Sungai Tugurara merupakan jenis sungai ephemeral yang ada di kota Ternate yang pernah meluap
dan membanjiri Kawasan hilir sungai. Kawasan hilir tersebut sebagian merupakan tempat pemukiman
masyarakat dan lahan perkebunan, maka perlu dibutuhkan analisis debit banjir dan tinggi muka air
yang dapat terjadi.
Analisis dilakukan dengan mencari frekuensi hujan dengan metode Log Pearson III. Adapun data hujan
yang digunakan berasal dari Stasiun Meteorologi BMKG Ternate berupa data curah hujan harian
maksimum dari tahun 2001 s/d 2016.
Simulasi hujan aliran dengan HSS Snyder menggunakan program computer HEC-HMS mendapatkan
hasil untuk kala ulang 5 tahun, 10 tahun, 25 tahun, 50 tahun, dan 100 tahun masing – masing sebesar
3.5 m³/detik, 4.5 m³/detik, 5.7 m³/detik, 6.7 m³/detik, 7.8 m³/detik.
Simulasi pada program komputer HEC-RAS untuk simulasi tinggi muka air pada penampang yang
sesuai dengan kondisi pengukuran di lapangan dan data penampang elevasi dasar sungai yang
berubah akibat sedimen transport. Hasil simulasi menunjukkan bahwa semua penampang yang sesuai
dengan kondisi pengukuran di lapangan dapat menampung debit banjir untuk semua kala ulang
sedangkan Apabila elevasi dasar penampang sungai mengalami kenaikan akibat kedalaman sedimen
transport setinggi dua meter, hasil simulasi pada sta 0 + 250 tidak dapat menampung debit banjir
dimulai dari debit kala ulang 10 tahun sampai debit kala ulang 100 tahun.
Kata kunci: Kapasitas Penampang, Debit Banjir, HEC-HMS, HEC-RAS

PENDAHULUAN hujan yang lama dan kuantitas yang besar akan


menimbulkan bencana banjir dengan daya rusak
Latar Belakang yang besar.
Air merupakan unsur pokok kebutuhan Sungai Tugurara pernah meluap dan
mahluk hidup terutama manusia. Manusia membanjiri daerah pemukiman dibagian hilir
sangatlah membutuhkan air sebagai sarana sungai, terutama pada tahun 2011 yang
penunjang kehidupan baik dalam bidang sumber menimbulkan kerugian dan korban jiwa yang
daya air, irigasi, industri, listrik dan lain besar. Luapan dan banjir tersebut juga merubah
sebagainya. Selain manfaat air yang sangat besar, elevasi dasar sungai.
air juga dapat menimbulkan bencana kehidupan Berangkat dari hal tersebut perlu dilakukan
yang dapat menganggu aktivitas dan nyawa penanganan pengendalian banjir yang salah
manusia seperti halnya bencana Banjir. Banjir satunya dilakukan evaluasi kapasitas penampang
merupakan suatu peristiwa meluapnya air dari sungai. Evaluasi kapsitas penampang sungai dapat
suatu wadah seperti sungai, danau, waduk, dan dilakukan apabila data eksisting diketahui dan
lain sebagainya. Banjir disebakan Karena perlu dilakukan analisis hidrologi untuk
terjadinya peningkatan volume air yang besar dan memperoleh debit banjir rencana yang dapat di
tidak diimbangi dengan kapasitas penanmpang jadikan acuan.
atau wadah dalam menampung air sehingga
menyebabkan meluapnya air. Rumusan Masalah
Sungai Tugurara yang terletak di bawah kaki Berdasarkan latar belakang tersebut
gunung Gamalama akan teraliri air ketika musim diketahui bahwa Sungai Tugurara memiliki
hujan dengan membawa hasil erupsi berupa dampak banjir yang dapat merusak, merugikan
material pasir yang akan merubah elevasi dasar dan membahayakan pada daerah pemukiman di
sungai sehingga ketika terjadi hujan dengan durasi bagian hilir DAS .

397
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.6 Juni 2018 (397-410) ISSN: 2337-6732

Batasan Masalah terus menerus yang disebut dengan siklus


Batasan masalah yang menjadi acuan dari hidrologi (Triatmodjo, 2008).
penelitian ini adalah :
1. Melakukan analisis debit banjir maks untuk Daerah Aliran Sungai (DAS)
kala ulang 5,10,25,50 dan 100 tahun dengan Daerah aliran sungai (DAS) adalah daerah
data curah hujan dari Badan Metreologi yang dibatasi oleh punggung-punggung gunung/
Baabullah Ternate. pegunungan di mana air hujan yang jatuh di
2. Menggunakan data hujan maksimum selama daerah tersebut akan mengalir menuju sungai
16 tahun dari 2001-2016. utama pada suatu titik/stasiun yang ditinjau. DAS
3. Analisis hidrologi menggunakan aplikasi ditentukan dengn menggunakan peta topografi
HEC-HMS. yang dilengkapi dengan garis-garis kontur.
4. Evaluasi hidrolika menggunakan aplikasi
HEC-RAS. Analisis Curah Hujan
5. Penampang melintang sungai yang ditinjau Curah hujan rata–rata dari hasil pengukuran
sebanyak satu segmen sepanjang 250 meter di hujan di beberapa stasiun pengukuran dapat
sekitar kelurahan Tubo dan Dufa – dufa. dihitung dengan metode Polygon Thiessen.
Metode ini dipandang cukup baik karena
Tujuan Penelitian memberikan koreksi terhadap kedalaman hujan
Agar dapat mengevaluasi kapasitas sebagai fungsi luas daerah yang dianggap
penampang sungai yang dapat dijadikan acuan mewakili.
informasi untuk mengendalikan banjir sehingga Curah hujan rata–rata dengan cara Polygon
tidak menimbulkan kerusakan nantinya. Thiessen dihitung dengan persamaan sebagai
berikut :
Manfaat Penelitian
Memberikan informasi dan bahan A1 R1 +A2 R2 +…+An Rn
̅=
R …...…………… (1)
pertimbangan bagi pemerintah dan masyarakat A1 +A2 +…+An
dalam mengantisipasi terjadi bencana banjir.
. Analisis Frekuensi
Ilmu statistika telah umum untuk menyata-
LANDASAN TEORI kan komponen keterangan atau fakta dari suatu
fenomena yang biasanya berbentuk angka yang
Siklus Hidrologi disusun dalam tabel dan atau diagram. Sembarang
Siklus hidrologi merupakan proses kontinyu nilai yang menjelaskan ciri susunan data disebut
dimana air bergerak dari bumi ke atmosfer dan dengan parameter. Parameter yang digunakan
kemudian kembali ke bumi lagi. Air di permukaan dalam analisis susunan data dari sebuah variabel
tanah, sungai, danau dan laut menguap ke udara. disebut dengan parameter statistik.
Uap air tersebut bergerak dan naik ke atmosfer, Tujuan dari analisis frekuensi data hidrologi
yang kemudian mengalami kondensasi dan adalah mencari hubungan antara besarnya
berubah menjadi titik-titik air yang berbentuk kejadian ekstrim terhadap frekuensi kejadian
awan. Selanjutnya titik-titik air tersebut jatuh dengan menggunakan distribusi probabilitas
sebagai hujan ke permukaan laut dan daratan. (Triadmodjo, 2008).
Hujan yang jatuh sebagian tertahan oleh
tumbuh-tumbuhan (intersepsi) dan selebihnya Analisis Outlier
sampai ke permukaan tanah. Sebagian air hujan Data hidrologi yang diukur atau nilai yang
yang sampai ke permukaan tanah akan meresap ke diperolehnya sudah tentu mengandung kesalahan.
dalam tanah (infiltrasi) dan sebagian lainnya Dalam analisis hidrologi, output yang dihasilkan
mengalir di atas permukaan tanah (aliran mempunyai kesalahan yang besar karena input
permukaan atau surface runoff) mengisi cekungan datanya mempunyai kesalahan
tanah, danau dan masuk ke sungai dan akhirnya Data outlier adalah data yang menyimpang
mengalir ke laut. terlalu tinggi ataupun terlalu rendah dari
Air yang meresap ke dalam tanah sebagian sekumpulan data. Uji outlier dilakukan untuk
mengalir di dalam tanah (perkolasi) mengisi air mengoreksi data sehingga baik untuk digunakan
tanah yang kemudian keluar sebagai mata air atau pada analisis selanjutnya.
mengalir ke sungai. Akhirnya aliran air di sungai Uji data outlier mempunyai 3 syarat, yaitu:
akan sampai ke laut. Proses tersebut berlangsung

398
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.6 Juni 2018 (397-410) ISSN: 2337-6732

1. Jika Cslog ≥ 0,4 maka: uji outlier tinggi, suatu kurva frekuensi dari suatu distribusi
koreksi data, uji outlier rendah, koreksi data. tidak simetris atau menceng.
N
2. Jika Cslog ≤ -0,4 maka: uji outlier rendah, N 3
koreksi data, uji outlier tinggi, koreksi data. Cs = ̅ ) .. (9)
∑ (Xi - X
(N - 1)(N - 2) . S3 i-1
3. Jika -0,4 < Cslog < 0,4 maka: uji outlier tinggi
dan rendah, koreksi data. d) Koefisien Variasi
Koefisien variasi adalah nilai perbandingan
∑ log x antara deviasi standard dengan nilai rata–rata
̅̅̅̅̅̅
log x = .………….…………….………. (2)
N hitung dari suatu distribusi.
S
∑ ( log x - log x̅ )2 Cv = ...….…….………….…... (10)
̅
X
Slog = √ …………………. (3)
N-1 e) Koefisien Kurtosis.
n Pengukuran kurtosis dimaksudkan untuk
N mengukur keruncingan dari bentuk kurva
CsLog = ∑(xi - x̅)3 ... (4)
(N - 1) (N - 2)Slog 3 i=1
distribusi, yang umumnya dibandingkan
dengan distribusi normal. Koefisien kurtosis
• Outlier tinggi : digunakan untuk menentukan keruncingan
log xh = Log x̅ + Kn . Slog ........…… (5) kurva distribusi, dan dapat dirumuskan sebagai
berikut:
• Outlier rendah : N2
N
̅4
Ck = 4 ∑ (Xi -X) ….... (11)
log xl = Log x̅ - Kn . Slog .….....…… (6) (N-1)(N-2)(N-3) . S i=1
Parameter Statistik Distribusi Probabilitas
Menurut Triatmodjo (2008), Parameter Salah satu tujuan dalam analisa distribusi
statistik yang digunakan dalam analisis data peluang adalah menentukan periode ulang (return
hidrologi yaitu: rata–rata hitung (mean), period). Menurut Triatmodjo (2008), Periode
simpangan baku (standar deviasi), koefisien ulang didefinisikan sebagai waktu hipotetik
variasi, kemencengan (koefisien skewness) dan dimana debit atau hujan dengan suatu besaran
koefisien kurtosis. tertentu (𝑥𝑇 ) akan disamai atau dilampaui satu
a) Rata–rata hitung kali dalam jangka waktu tertentu.
Rata–rata hitung merupakan nilai rata–rata Fungsi distribusi peluang yang dipergunakan
dari sekumpulan data: dalam penelitian ini adalah: Distribusi Normal,
Distribusi Log-Normal Dua Parameter, Distribusi
N
1 Gumbel, Distribusi Pearson III, Distribusi Log-
̅ = ∑ Xi .……………………. (7)
X Pearson III.
N
i=1

b) Simpangan Baku Pemilihan Tipe Distribusi


Simpangan Baku adalah besar perbedaan dari Parameter–parameter yang digunakan
nilai sampel terhadap nilai rata-rata. Apabila sebagai langkah awal penentuan tipe distribusi
penyebaran data sangat besar terhadap nilai adalah Cs, Cv, Ck. Kriteria pemilihan untuk tiap
rata–rata maka nilai S akan besar, tetapi tipe distribusi berdasarkan parameter statistik
apabila penyebaran data sangat kecil terhadap adalah sebagai berikut:
nilai rata–rata maka S akan kecil. 1. Tipe distribusi Normal
Cs ≈ 0 ; Ck ≈ 3
2 2. Tipe distribusi Log Normal
̅)
∑Ni=1 (Xi - X Cs ≈ 3Cv
S= √ ……...………. (8)
N-1 3. Tipe distribusi Gumbel
Cs ≈ 1.139 ; Ck ≈ 5.4
c) Koefisien Skewness (Kemencengan). Bila kriteria ketiga sebaran di atas tidak
Kemencengan (Skewness) adalah suatu nilai memenuhi, kemungkinan tipe sebaran yang cocok
yang menunjukkan derajat ketidaksimetrisan adalah:
dari suatu bentuk distribusi. Pengukuran 4. Tipe distribusi Log Pearson III
kemencengan adalah mengukur seberapa besar

399
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.6 Juni 2018 (397-410) ISSN: 2337-6732

Hujan Efektif - Panjang aliran utama (L, km)


The Soil Conservation Service (SCS, 1972, - Jarak antara titik berat DAS dengan outlet
dalam Chow 1988) telah mengembangkan metode yang diukur di sepanjang aliran utama (Lc ,
untuk menghitung hujan efektif dari hujan deras km).
dalam bentuk persamaan berikut: Jika tr atau periode hujan sama dengan tp/5.5 maka
(P - 0,2 S)2 rumus perhitungan adalah sebagai berikut:
Pe = ......………………..…….. (12)
P + 0,8 S tp = 0.75 × Ct (L × Lc )0.3 ............................ (14)
25400
S= - 254 ...….…………...………… (13) Tp = 0.5 × tr + tp ........................................ (15)
CN
Cp
CN adalah Curve Number yang merupakan qp = 2.75 × ( ) .….….……...………... (16)
fungsi dari karakteristik DAS seperti tipe tanah, tp
tanaman penutup, tata guna lahan, kelembaman Tb = 72 + 3 × tp ........................................... (17)
dan cara pengerjaan tanah.
Jika tp/5.5 atau periode hujan tidak sama
Debit Rencana dengan tr melainkan sama dengan tR maka
Menurut I Made Kamiana (2011), Debit persamaan 14 akan menjadi:
banjir rencana adalah debit maksimum pada suatu
sungai dengan periode ulang tertentu. Data yang tp R = tp + (tR - tr ) / 4 ............................... (18)
dibutuhkan untuk menentukan debit banjir
rencana antara lain data curah hujan, luas Tp R = 0.5 × tR + tp R............................... (19)
catchment area dan data penutup lahan. Cp
qp R = 2.75 × ( ) ..….……………..… (20)
Hidrograf Satuan Sintetis tp R
Konsep Hidrograf Satuan Sintetis (HSS)
dikembangkan untuk menurunkan hidrograf
satuan suatu DAS dengan cara sintetis. Konsep
Hidrograf Satuan Sintetis didasarkan pada
karakteristik fisik dari DAS. Parameter –
parameter yang umum dipakai dalam perhitungan
Hidrograf Satuan Sintetis antara lain: Luas DAS,
Panjang sungai, Kelandaian DAS, jumlah
pertemuan sungai, kerapatan jaringan dan orde
sungai. Terdapat beberapa model Hidrograf
Satuan Sintetis yaitu HSS SCS, HSS Snyder, HSS
Nakayasu, HSS Gama – 1, HSS Limantara
(Triatmodjo, 2008).

Hidrograf Satuan Sintetis Snyder Gambar 1. Posisi L dan Lc pada DAS


Snyder (1938) mendapatkan dan Sumber: I Made Kamiana (2011)
mengembangkan hidrograf satuan DAS amerika
serikat yang berukuran 30 – 30.000 km2 dengan
menghubungkan unsur – unsur hidrograf satuan
dengan karakteristik DAS akibat hujan 1 cm.
Snyder memilih 3 parameter yaitu: lebar dasar
hidrograf, debit puncak, dan kelambatan lembah
yang dianggap memadai untuk mendefinisikan
hidrograf satuan (I Made Kamiana, 2011).
Unsur -unsur hidrograf satuan yang digunakan
dalam HSS snyder adalah:
- Debit puncak (Qp , m3/dt).
- Waktu dasar (Tb , jam).
- Durasi hujan (tr , jam). Gambar 2. HSS Standar (tp = 5.5 tr)
Karakteristik DAS yang digunakan adalah: Sumber: I Made Kamiana (2011)
- Luas DAS (A, km2)

400
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.6 Juni 2018 (397-410) ISSN: 2337-6732

Klasifikasi Aliran Pembagian Penampang Melintang untuk


Menurut Ven Te Chow (1985), Berdasarkan Perhitungan Daya Angkut
fungsi waktu, aliran dapat dibedakan menjadi: Total Daya Angkut dan koefisien kecepatan
a. Aliran permanen (steady flow) apabila untuk penampang melintang mengharuskan
kedalaman aliran tidak berubah atau konstan penampang melintang dibagi menjadi bagian–
sepanjang waktu tertentu. bagian dimana kecepatan tersalurkan secara
b. Aliran tidak permanen (unsteady flow) apabila seragam. Pendekatan dalam program computer
kedalaman aliran berubah sepanjang waktu HEC-RAS adalah dengan membagi aliran pada
tertentu. daerah bantaran sungai dengan input nilai n
Berdasarkan fungsi ruang, aliran dapat dibedakan Manning di titik pembagian (lokasi dimana nilai n
menjadi: berubah) sebagai dasar pembagian
a. Aliran Seragam (Uniform flow) apabila 1
V = R2⁄3 S1⁄2 ..…..………..……… (23)
kedalaman aliran pada setiap penampang n
saluran adalah sama
b. Aliran tidak seragam (varied flow) apabila 1
Q= AR2⁄3 S1⁄2 … …………...… (24)
kedalaman aliran berubah sepanjang saluran. n
Aliran ini dapat berupa “gradually varied
flow” atau “rapidly varied flow”. Aliran dapat 1
K= AR2/3 …………..….………… (25)
dikatakan sebagai “rapidly varied flow” n
apabila kedalaman air berubah secara cepat
pada jarak yang relatif pendek.

Aliran Langgeng
Aliran dikatakan langgeng (steady) jika
kecepatan tidak berubah selama selang waktu
tertentu. Aliran alami umumnya bersifat tidak
tetap, ini disebabkan karena bentuk geometris
hidroliknya saluran, sungai–sungai di lapangan Gambar 3. Standar Pembagian Daya Angkut
tidak teratur, adanya tanaman pada tebing saluran, Sumber: HEC-RAS Technical Reference Manual
adanya bangunan air, perubahan dasar saluran,
dan lainnya. Komponen pada model ini digunakan Nilai n Manning Kompoist untuk saluran
untuk menghitung profil muka air pada kondisi Untuk penentuan nilai nc , saluran utama
aliran langgeng (steady). Komponen pada steady dibagi menjadi n bagian, masing–masing dengan
flow dapat memodelkan profil muka air pada keliling basah yang diketahui (Pi ) dan koefisien
kondisi aliran subkritis, superkritis dan sistem kekasaran (ni ).
gabungan. 2/3
∑𝑁 1.5
𝑖=1 𝑃𝑖 𝑛𝑖
𝑛𝑐 = [ ] ...…………….… (26)
Persamaan Dasar untuk Perhitungan Profil 𝑃
Aliran
Dalam ilmu hidrolika dasar, diketahui bahwa
jumlah energi yang melalui suatu penampang Tinggi Energi Kinetik Rata–Rata
saluran dapat dinyatakan sebagai tinggi air, yang Dalam pemodelan aliran 1 dimensi,
setara dengan jumlah dari ketinggian di atas suatu hanya ada muka air tunggal dan tinggi energi
bidang persamaan, tinggi tekanan dan tinggi rata–rata dihitung pada masing–masing
kecepatan. Profil permukaan air dihitung dari satu penampang melintang.
titik temu menuju titik temu berikut dengan
memecahkan persamaan energi yang dinamakan [Q1 V21 + Q2 V22 +…+ QN V2N ]
α= 2
….… (27)
metode standar (U.S. Army Corps of Engineers, ̅
QV
2016). Persamaan energi ditulis sebagai berikut:
α1 V21 α2 V22 Evaluasi Kehinlangan Kontraksi dan Ekspansi
z1 +y1 + + he = z2 + y2 + .……. (21) Program mengasumsikan kontraksi terjadi
2g 2g
α2 V22 α1 V21 ketika tinggi kecepatan di daerah hilir lebih besar
he = L × S f + C | - | ..……… (22) dari tinggi kecepatan daerah hulu. Sebaliknya,
2g 2g ketika tinggi kecepatan di hulu lebih besar dari

401
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.6 Juni 2018 (397-410) ISSN: 2337-6732

tinggi kecepatan di hilir, program mengasumsikan maupun klimatologi. Survei data sekunder juga,
ekspansi aliran terjadi. diperoleh beberapa artikel berita mengenai
α1 V21 α2 V22 perubahan elevasi dasar sungai setinggi 2 meter.
hce = C | - | ..….………....… (28)
2g 2g
Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
METODOLOGI PENELITIAN 1. Survei Lokasi Penelitian
2. Studi Literatur
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Memanfaatkan buku-buku referensi yang
Lokasi daerah penelitian berada pada berhubungan dengan materi penulisan.
kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Tugurara 3. Pengumpulan Data
Gunung Api Gamalama, yang secara administrasi 4. Analisis Data
dihuni oleh masyarakat di tiga kelurahan yaitu, - Analisis hidrologi
Kelurahan Tubo, Kelurahan Akehuda dan Analisis hidrologi dilakukan untuk
Kelurahan Dufa-Dufa dengan letak geografisnya mendapatkan debit rencana dengan
berada pada posisi 0º 48’ LU dan 127º 19’ 30” BT, menggunakan aplikasi HEC-HMS.
lebih tepatnya berada di Kota Ternate Kecamatan - Analisis hidrolika
Ternate Utara, Provinsi maluku utara dengan letak Kontrol kapasitas penampang eksisting
geografis pada 0º-2º Lintang Utara dan 126º-128º sungai terhadap debit rencana dengan
Bujur Timur. menggunakan aplikasi HEC-RAS.

Diagram Penelitian

Mulai

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder


• Kondisi eksisting penampang • Data topografi diambil dari
sungai berdasarkan peta kontur
pengukuran • Data curah hujan
• Kondisi eksisting penampang • dll
sungai berdasarkan
wawancara warga

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian


Sumber : Peta-Kota.blogspot.co.id Analisis Hidrologi
- Analisis Curah Hujan
- Analisis Debit Banjir rencana
Survei Lokasi dan Pengambilan Data
Penelitian
Survei data primer dilakukan dengan Analisis Hidrolika
- Evaluasi Sungai Berdasarkan
pengukuran secara langsung pada penampang Kondisi Penampang
yang ada di lapangan dan wawancara dengan 1). Hasil Pengukuran
2). Hasil wawancara warga
masyarakat yang tinggal di sekitar sungai
Tugurara dan Pemerintah setempat. Penampang Kesimpulan & Saran
yang diukur berada di sekitar pemukiman di
bagian hilir. Dari hasil wawancara dengan Selesai

masyarakat sekitar, Sungai Tugurara pernah Gambar 5. Diagram Penelitian


meluap dan membanjiri beberapa desa di bagian
hilir sungai. Dari hasil wawancara juga ternyata
setelah kejadian banjir dasar sungai tertutup erosi HASIL DAN PEMBAHASAN
setinggi 2 meter hasil bawaan dari banjir.
Data sekunder diperlukan sebagai data yang Analisis Curah Hujan
mendukung mengenai sungai Tugurara seperti Analisis curah hujan di DAS Tugurara
peta rupa bumi kota ternate dan data hidrologi dihitung menggunakan data curah hujan harian

402
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.6 Juni 2018 (397-410) ISSN: 2337-6732

maksimum yang bersumber dari Stasiun Analisis Hujan Rata – Rata


Meteorologi Kelas I Sultan Baabullah Ternate Jumlah pos hujan yang berpengaruh pada
dengan periode pencatatan tahun 2001 sampai DAS Tugurara hanya 1 sehingga luas pengaruh
dengan 2016, Pos hujan yang digunakan adalah pos hujan yaitu seluruh DAS Tugurara.
Stasiun Meteorologi. Berikut merupakan data Selanjutnya menghitung hujan rata–rata.
hujan harian maksimum dari tahun 2001 sampai
2016.

Tabel 1. Data Curah Hujan Harian Maksimum


CURAH HUJAN HARIAN
TAHUN MAKSIMUM
Stasiun Baabullah Ternate
2001 148.00
2002 102.00
2003 87.00
2004 71.00
2005 154.00
2006 90.00
2007 93.00
2008 99.00
2009 87.00
2010 86.00
2011 144.00 Gambar 6. DAS Tugurara
2012 61.00 Sumber : Google Earth
2013 128.00
2014 89.00
2015 60.00 Tabel 3. Hujan Rata–Rata DAS Tugurara
2016 102.00 Tahun ̅
Sumber : BMKG Kelas I Sultan Baabullah 2001 148
2002 102
Analisis Data Outlier 2003 87
Analisis data outlier dilakukan untuk 2004 71
2005 154
menentukan berapa banyak data yang 2006 90
menyimpang terlalu tinggi dan terlalu rendah. 2007 93
Data yang menyimpang bisa dikarenakan 2008 99
kesalahan saat pencatatan data atau adanya 2009 87
kejadian ekstrim. 2010 86
2011 144
2012 61
Tabel 2. Data Curah Hujan Harian Maksimum 2013 128
Setelah Uji Outlier 2014 89
CURAH HUJAN HARIAN 2015 60
TAHUN MAKSIMUM 2016 102
Stasiun Baabullah Ternate
Sumber : Hasil Analisis
2001 148.00
2002 102.00
2003 87.00 Analisis Frekuensi Hujan
2004 71.00 Rata–rata hitung:
n
2005 154.00 1 1
2006 90.00 X̅ = ∑ Xi = × 1601
2007 93.00 n 16
i=1
2008 99.00 = 100.06
2009 87.00
2010 86.00
2011 144.00
Simpangan Baku:
2012 61.00 ̅)2
∑n (Xi - X 12714.94
2013 128.00 S =√ i=1 =√
2014 89.00 n-1 16 - 1
2015 60.00
2016 102.00
= 29.11
Sumber : Hasil Analisis

403
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.6 Juni 2018 (397-410) ISSN: 2337-6732

Koefisien Skewness (Kemencengan): Koefisien Skewness (Kemencengan):


n n
n n
Cs = ̅)3
∑(Xi -X CSlog x = ∑ ( log xi - log x̅)3
(n-1)(n-2) . S3 i-1 (n - 1) (n - 2) . Slog x 3
i=1
16
16 = x 0.003
Cs = ×215,302.95 (16 - 1)(16 - 2) x 0.1243
3
(16-1)(16-2) . 29.11 = 0.125
Cs = 0.66

Koefisien Variasi: Nilai 𝐾 untuk tiap kala ulang adalah sebagai


S 29.11 berikut:
Cv = = = 0.29 5 Tahun : 0.833
̅
X 100.06 10 Tahun : 1.297
Koefisien Kurtosis 25 Tahun : 1.802
n 50 Tahun : 2.133
n2
Ck = ̅)4
∑(Xi -X 100 Tahun : 2.436
4
(n-1)(n-2)(n-3) . S i=1
Tabel 5. Curah Hujan Rencana
162
Ck = 4
×23,823,435.26
(16-1)(16-2)(16-3) . 29.11 Kala Ulang Log Xn Xn

Ck = 3.11 5 Tahun 2.087 122.169 mm


10 Tahun 2.145 139.479 mm
Penentuan tipe distribusi adalah dengan 25 Tahun 2.207 161.143 mm
melihat kecocokan nilai dari parameter statistik 50 Tahun 2.248 177.161 mm
𝐶𝑠, 𝐶𝑣 dan 𝐶𝑘 dengan syarat untuk tiap tipe 100 Tahun 2.286 193.192 mm
distribusi. Sumber : Hasil Analisis

Tabel 4. Penentuan Jenis Sebaran Data Pola Distribusi Hujan Jam–Jaman


Parameter
Tipe Sebaran Syarat Parameter Statistik Hasil Keterangan
Dalam penelitian ini di asumsikan pola hujan
Perhitungan daerah Manado sama dengan pola hujan daerah
Cs = 0 0.66 Tidak
Normal
Ck = 3 3.11 Memenuhi
ternate, sehingga penelitian ini menggunakan pola
Cs = Cv3 + 3 . Cv
0.66
Tidak hujan daerah manado dan sekitarnya.
= 0.894 Memenuhi
Log Normal Ck =
Cv8 + 6Cv6 + 15Cv4 + 16Cv2 + 3 = 3.11
Tidak Tabel 6. Pola Distribusi Hujan Kota Manado
Memenuhi
3.092 dan Sekitarnya
Tidak
Cs = 1.14 0.66 Jam ke - 1 2 3 4 5 6 7 8
Memenuhi
Gumbel % Distribusi Hujan 54 22 8 6 3 1 3 3
Tidak
Ck = 5.40 3.11
Memenuhi Sumber : Haniedo Pratama Salem (2016)
Bila tidak ada parameter statistik
Tidak
Log Pearson III yang sesuai dengan ketentuan -
distribusi sebelumnya
Memenuhi Tabel 7. Distribusi Hujan Rencana
Sumber: Hasil Analisis Tiap Kala Ulang
Besar Hujan Jam Ke -
Kala Ulang
1 2 3 4 5 6 7 8
Analisis Curah Hujan Rencana 5 Tahun 65.97 26.88 9.77 7.33 3.67 1.22 3.67 3.67
10 Tahun 75.32 30.69 11.16 8.37 4.18 1.39 4.18 4.18
Analisis curah hujan rencana dengan tipe 25 Tahun 87.02 35.45 12.89 9.67 4.83 1.61 4.83 4.83
sebaran Log Pearson tipe III 50 Tahun 95.67 38.98 14.17 10.63 5.31 1.77 5.31 5.31
100 Tahun 104.32 42.50 15.46 11.59 5.80 1.93 5.80 5.80
Rata–rata hitung:
n Sumber : Hasil Analisis
1 1
x̅ = ∑ log xi = x 31.737 = 1.984
n 16 Perhitungan Nilai SCS Curve Number
i=1
Nilai 𝐶𝑁 ditentukan melalui jenis tutup lahan
Simpangan Baku: dan jenis tanah pada DAS. Pada daerah dengan
beberapa jenis tutup lahan, nilai 𝐶𝑁 dapat
∑n ( log xi - log x̅ )2 0.231
Slog x =√ i=1 =√ = 0.124 ditentukan dengan mengalikan presentase luas
n-1 16 - 1 area ke nilai 𝐶𝑁 area tersebut

404
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.6 Juni 2018 (397-410) ISSN: 2337-6732

Tabel 8. Jenis Luas Tutup Lahan DAS Tugurara


Jenis Tutup Lahan Luas Presentase %
Pemukiman 0.3025 km² 4.528
Hutan Alam 3.0275 km² 45.322
Perkebunan 3.35 km² 50.150
Luas Total 6.68 km² 100
Sumber: Hasil Analisis

Tabel 9. Nilai CN Rata–Rata DAS Tugurara


CN Tiap
No Jenis Tutup Lahan Luas % CN
Lahan

1 Pemukiman 0.3025 km² 4.528 77 3.487


2 Hutan Alam 3.0275 km² 45.322 70 31.725
3 Perkebunan 3.35 km² 50.150 78 39.117
Total 74.329 Gambar 8. Rangkuman Hasil Kalibrasi
Sumber: Hasil Analisis
Hasil kalibrasi menunjukkan nilai NSE yang
Analisis Debit Banjir Rencana memenuhi yaitu 0.367, dimana kriteria nilai NSE
Pertama, akan dihitung asumsi lag time awal terdapat pada tabel 10.
dari DAS Tugurara dengan data parameter DAS
sebagai berikut :
A = 6.68 km2
L = 5.62 km
Lc = 2.96 km
Ct = 1.6

Perhitungan dilakukan sebagai berikut:


tp = 0.75× Ct (L × Lc )0.3 Gambar 9. Parameter Hasil Kalibrasi
= 0.75×1.6×(5.62×2.96)0.3 Sumber: Hasil Analisis
= 2.789 jam

Dengan tr = 1 jam, nilai tp akan dimasukkan pada


tp
persamaan 5.5
= tr

2.789
= 0.507 Jam
5.5
tp
Karena 5.5 ≠ 1 jam, maka nilai lag time akan
dihitung dengan persamaan 2.25. dengan nilai Gambar 10. Grafik Debit Hasil Perhitungan
tR = 1 jam dan nilai tr = 0.507 jam dan Debit Terukur Kalibrasi
Sumber: Hasil Analisis
tp R = tp + (tR - tr ) / 4
= 2.789 + (1 - 0.51) / 4 Hasil kalibrasi menunjukkan nilai Nash-
= 2.912 Jam Sutcliffe Efficiency (NSE) yang memenuhi yaitu
0.367 Sehingga Parameter DAS hasil Kalibrasi
Kalibrasi Parameter DAS HSS Snyder dapat digunakan untuk perhitungan debit banjir
Kalibrasi merupakan suatu proses dimana rencana.
nilai hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai
hasil observasi lapangan. Kalibrasi Parameter Tabel 10. Kriterian Nilai NSE
HSS Snyder perlu dilakukan untuk mencari nilai NSE > 0,75 Baik
Peaking Coefficient (𝐶𝑝 ) dengan membandingkan 0,36 < NSE < 0,75 Memenuhi
hasil simulasi HEC–HMS dengan data debit NSE < 0,36 Tidak Memenuhi
terukur. Sumber: Motovilov, et al 1999

405
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.6 Juni 2018 (397-410) ISSN: 2337-6732

Tabel 11. Debit Banjir Rencana Tiap Kala Ulang


Simulasi Debit Banjir dengan Program Kala Ulang Debit
Komputer HEC-HMS 5 Tahun 3.5 m³/detik
10 Tahun 4.5 m³/detik
25 Tahun 5.7 m³/detik
50 Tahun 6.7 m³/detik
100 Tahun 7.8 m³/detik
Sumber: Hasil Simulasi

Hasil Simulasi Tinggi Muka Air dengan


Program Komputer HEC-RAS
Gambar 11. Hasil Simulasi Kala Ulang 5 Tahun Hasil simulasi pada tiap penampang dengan
menampilkan tinggi muka air semua debit kala
ulang.

TA-Tugurara 13-087
Geom: Geometri TA Flow: Steady TA
RS = 250
.04
7 Legend

EG 100 Tahun

EG 50 T ahun
6 EG 25 T ahun

EG 10 T ahun

WS 100 Tahun
5
Elev ation (m)

Crit 100 Tahun

WS 50 T ahun

Crit 50 T ahun
4 EG 5 Tahun

WS 25 T ahun

Gambar 12. Hasil Simulasi Kala Ulang 10 Tahun


Crit 25 T ahun
3 WS 10 T ahun

Crit 10 T ahun

WS 5 Tahun
2 Crit 5 Tahun

Ground

Bank St a
1
0 10 20 30 40
Station (m )

Gambar 16. Hasil Simulasi HEC-RAS Sesuai


Pengukuran Sta 0+250

TA-Tugurara 13-087
Geom: Geometri TA Flow: Steady TA
RS = 200
.04
6 Legend

EG 100 Tahun

Gambar 13. Hasil Simulasi Kala Ulang 25 Tahun 5


EG 50 T ahun

EG 25 T ahun

EG 10 T ahun

WS 100 Tahun
Elev ation (m)

Crit 100 Tahun

4 WS 50 T ahun

Crit 50 T ahun

EG 5 Tahun

WS 25 T ahun
3 Crit 25 T ahun
WS 10 T ahun

Crit 10 T ahun

2 WS 5 Tahun

Crit 5 Tahun

Ground

Bank St a
1
0 10 20 30 40
Station (m )

Gambar 17. Hasil Simulasi HEC-RAS Sesuai


Pengukuran Sta 0+200
Gambar 14. Hasil Simulasi Kala Ulang 50 Tahun TA-Tugurara 13-087
Geom: Geometri TA Flow: Steady TA
RS = 150
.04
6 Legend

EG 100 Tahun

EG 50 T ahun

EG 25 T ahun
5 EG 10 T ahun

WS 100 Tahun
Elev ation (m)

Crit 100 Tahun

4 WS 50 T ahun

Crit 50 T ahun

EG 5 Tahun

WS 25 T ahun
3 Crit 25 T ahun
WS 10 T ahun

Crit 10 T ahun

2 WS 5 Tahun

Crit 5 Tahun

Ground

Bank St a
1
0 10 20 30 40
Station (m )
Gambar 15. Hasil Simulasi Kala Ulang 100
Tahun Gambar 18. Hasil Simulasi HEC-RAS Sesuai
Pengukuran Sta 0+150

406
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.6 Juni 2018 (397-410) ISSN: 2337-6732

TA-Tugurara 13-087 TA-Tugurara 13-087 Plan: Plan 01 5/31/2018


Geom: Geometri TA Flow: Steady TA
RS = 100
.04
.04 7.0 Legend
5.0 Legend
EG 100 Tahun
EG 100 Tahun 6.5 EG 50 T ahun
4.5 EG 50 T ahun
EG 25 T ahum
EG 25 T ahun 6.0 EG 10 T ahun
4.0 EG 10 T ahun
WS 100 Tahun
5.5

Elevation (m)
WS 100 Tahun
Crit 100 Tahun
Elev ation (m)

Crit 100 Tahun


3.5 WS 50 T ahun 5.0 WS 50 T ahun

Crit 50 T ahun
Crit 50 T ahun
3.0 EG 5 Tahun 4.5 EG 5 Tahun

WS 25 T ahum
WS 25 T ahun

2.5 Crit 25 T ahun 4.0 Crit 25 T ahum

WS 10 T ahun
WS 10 T ahun

Crit 10 T ahun 3.5 Crit 10 T ahun


2.0 WS 5 Tahun
WS 5 Tahun

Crit 5 Tahun
3.0 Crit 5 Tahun
1.5 Ground
Ground

Bank St a
2.5 Bank St a

1.0
0 10 20 30 40 0 10 20 30 40
Station (m ) Station (m)

Gambar 19. Hasil Simulasi HEC-RAS Sesuai Gambar 23. Hasil Simulasi HEC-RAS akibat
Pengukuran Sta 0+100 Sedimen Transport Sta 0+250
TA-Tugurara 13-087 TA-Tugurara 13-087 Plan: Plan 01 5/31/2018
Geom: Geometri TA Flow: Steady TA
RS = 50
.04
.04 6.0 Legend
6 Legend
EG 100 Tahun
EG 100 Tahun 5.5 EG 50 T ahun
EG 50 T ahun
EG 25 T ahum

5
EG 25 T ahun 5.0 EG 10 T ahun
EG 10 T ahun
WS 100 Tahun
4.5

Elevation (m)
WS 100 Tahun
Crit 100 Tahun
Elev ation (m)

Crit 100 Tahun


WS 50 T ahun
4 WS 50 T ahun 4.0 Crit 50 T ahun
Crit 50 T ahun
EG 5 Tahun
EG 5 Tahun 3.5 WS 25 T ahum
WS 25 T ahun
3 Crit 25 T ahun 3.0 Crit 25 T ahum

WS 10 T ahun
WS 10 T ahun

Crit 10 T ahun 2.5 Crit 10 T ahun

WS 5 Tahun
2 WS 5 Tahun

Crit 5 Tahun 2.0 Crit 5 Tahun

Ground
Ground

Bank St a 1.5 Bank St a

1
0 10 20 30 40 0 10 20 30 40
Station (m ) Station (m)

Gambar 20. Hasil Simulasi HEC-RAS Sesuai Gambar 24. Hasil Simulasi HEC-RAS akibat
Pengukuran Sta 0+50 Sedimen Transport Sta 0+200
TA-Tugurara 13-087 TA-Tugurara 13-087 Plan: Plan 01 5/31/2018
Geom: Geometri TA Flow: Steady TA
RS = 0
.04
.04 6.0 Legend
5.0 Legend
EG 100 Tahun
EG 100 Tahun 5.5 EG 50 T ahun
4.5 EG 50 T ahun EG 25 T ahum
EG 25 T ahun 5.0 EG 10 T ahun

4.0 EG 10 T ahun
WS 100 Tahun
4.5
Elevation (m)

WS 100 Tahun
Crit 100 Tahun
Elev ation (m)

Crit 100 Tahun


3.5 WS 50 T ahun 4.0
WS 50 T ahun

Crit 50 T ahun
Crit 50 T ahun
EG 5 Tahun
3.0 EG 5 Tahun 3.5 WS 25 T ahum
WS 25 T ahun
Crit 25 T ahum
2.5 Crit 25 T ahun 3.0 WS 10 T ahun
WS 10 T ahun
Crit 10 T ahun
2.0 Crit 10 T ahun
2.5 WS 5 Tahun
WS 5 Tahun
Crit 5 Tahun

1.5
Crit 5 Tahun
2.0 Ground
Ground
Bank St a

1.0
Bank St a
1.5
0 10 20 30 40 0 10 20 30 40
Station (m ) Station (m)

Gambar 21. Hasil Simulasi HEC-RAS Sesuai Gambar 24. Hasil Simulasi HEC-RAS akibat
Pengukuran Sta 0+0 Sedimen Transport Sta 0+150
TA-Tugurara 13-087 TA-Tugurara 13-087 Plan: Plan 01 5/31/2018
Geom: Geometri TA Flow: Steady TA
Tugurara River
2.8 L eg en d
.04
EG 10 0 T ah un Legend

2.6
EG 50 Ta hu n
4.6 EG 100 Tahun
EG 25 Ta hu n
EG 10 Ta hu n
4.4 EG 50 T ahun
WS 10 0 T ah un 4.2 EG 25 T ahum
2.4 Cr it 10 0 T ah un
4.0 EG 10 T ahun
WS 50 Ta hu n

Cr it 50 Ta hu n
3.8 WS 100 Tahun
2.2 3.6
Elevation (m)
Elevation (m)

EG 5 T ah un
Crit 100 Tahun
WS 25 Ta hu n
3.4 WS 50 T ahun
2.0 Cr it 25 Ta hu n
WS 10 Ta hu n
3.2 Crit 50 T ahun
Cr it 10 Ta hu n 3.0 EG 5 Tahun
1.8 WS 5 T ah un
2.8 WS 25 T ahum
Cr it 5 T ah un
Gr o un d
2.6 Crit 25 T ahum
1.6 2.4 WS 10 T ahun
2.2 Crit 10 T ahun

1.4 2.0 WS 5 Tahun


1.8 Crit 5 Tahun

1.2
1.6 Ground
1.4 Bank St a
1.2
0 50 100 150 200 250 300 0 10 20 30 40
Main Channel Distance (m) Station (m)

Gambar 22. Hasil Simulasi HEC-RAS Sesuai Gambar 25. Hasil Simulasi HEC-RAS akibat
Pengukuran Potongan Memanjang Sedimen Transport Sta 0+100

407
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.6 Juni 2018 (397-410) ISSN: 2337-6732

TA-Tugurara 13-087 Plan: Plan 01 5/31/2018 TA-Tugurara 13-087 Plan: Plan 01 5/31/2018
Tugurara CL
Legend

.04 EG 100 Tahun


EG 50 Tahun
5.5 Legend
4.6 EG 25 Tahum
EG 100 Tahun EG 10 Tahun
5.0 EG 50 T ahun
4.4
WS 100 T ahun
Crit 100 Tahun
EG 25 T ahum
WS 50 Tahun
4.5 EG 10 T ahun Crit 50 Tahun
4.2

Elevation (m)
WS 100 Tahun EG 5 T ahun
Elevation (m)

4.0 Crit 100 Tahun WS 25 Tahum

WS 50 T ahun 4.0 Crit 25 Tahum


WS 10 Tahun
3.5 Crit 50 T ahun Crit 10 Tahun
EG 5 Tahun
3.8 WS 5 T ahun
Crit 5 T ahun
3.0 WS 25 T ahum
Ground
Crit 25 T ahum
3.6
2.5 WS 10 T ahun

Crit 10 T ahun
3.4
2.0 WS 5 Tahun

Crit 5 Tahun

1.5 Ground
3.2
Bank St a

0 10 20 30 40 3.0
0 50 100 150 200 250 300
Station (m) Main Channel Distance (m)

Gambar 26. Hasil Simulasi HEC-RAS akibat Gambar 27. Hasil Simulasi HEC-RAS akibat
Sedimen Transport Sta 0+50 Sedimen Transport Potongan Memanjang

TA-Tugurara 13-087 Plan: Plan 01 5/31/2018

.04
Legend

4.8 EG 100 Tahun


4.6 EG 50 T ahun
4.4 EG 25 T ahum
4.2 EG 10 T ahun
4.0 WS 100 Tahun
3.8
Elevation (m)

Crit 100 Tahun


3.6
3.4 WS 50 T ahun

3.2 Crit 50 T ahun

3.0 EG 5 Tahun

2.8 WS 25 T ahum

2.6 Crit 25 T ahum

2.4 WS 10 T ahun

2.2 Crit 10 T ahun

2.0 WS 5 Tahun

1.8 Crit 5 Tahun


1.6 Ground
1.4 Bank St a
1.2
0 10 20 30 40
Station (m)

Gambar 27. Hasil Simulasi HEC-RAS akibat


Sedimen Transport Sta 0+0

Tabel 12. Rekapitulasi Hasil Simulasi HEC-RAS Sesuai Pengukuran

Sumber : Hasil Analisis

408
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.6 Juni 2018 (397-410) ISSN: 2337-6732

Tabel 13. Rekapitulasi Hasil Simulasi HEC-RAS akibat Sedimen Transport mencapai Dua Meter

Sumber : Hasil Analisis

PENUTUP kala ulang 10 tahun, 25 tahun, 50 tahun, dan 100


tahun.
Kesimpulan
Hasil simulasi HEC-RAS untuk penampang Saran
sungai yang sesuai dengan kondisi pengukuran di Perlu ditambahkan ketinggian tanggul
lapangan menunjukan bahwa semua penampang sebelah kiri pada Sta 0 + 250 agar tidak terjadi
sungai dapat menampung debit banjir rencana luapan dan diupayakan agar selalu melakukan
dengan semua kala ulang. Apabila elevasi dasar pengerukan pada penampang sungai tersebut
penampang sungai mengalami kenaikan akibat
untuk mencegah kenaikan dasar sungai akibat
kedalaman sedimen transport setinggi dua meter,
menunjukan bahwa penampang sungai di Sta 0 +
material pasir dari sedimen transport
250 tidak dapat menampung debit banjir rencana

DAFTAR PUSTAKA

_________.2000. HEC-HMS Technical Reference Manual. Hydrologic Engineering Center, U.S Army
Corps of Engineers, USA.

_________.2016. HEC-RAS 5.0 Hydraulic Reference Manual. Hydrologic Engineering Center, U.S
Army Corps of Engineers, USA.

_________. Data Hujan Harian Maksimum Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Baabullah Ternate .
BMKG, Ternate.

409
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.6 Juni 2018 (397-410) ISSN: 2337-6732

Chow, V. T. 1985. Hidrolika Saluran Terbuka (Open Channel Hydraulics). Erlangga, Jakarta.

Harto, S. 1993. Analisis Hidrologi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Jansen, Tommy. 2016. Sedimentasi, Salinitas, Daan Intruisi Air Laut Pada Profil Sungai Chikug Japan.
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol. 6 No. 2, Mei 2016 (485-489) ISSN 2087-9334

Kamiana, I. M. 2011. Teknik Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Loebis, Joesron, dkk. 1993. Hidrologi Sungai. Yayasan Badan Penerbit PU, Jakarta.

Parwati Suadnya, Dewi. Analisis Debit Banjir Dan Tinggi Muka Air Sungai Sario Di Titik Kawasan
Citraland. Jurnal Sipil Statik Vol. 5 No.3 Mei 2017 (143-150) ISSN:2337-6732, Manado.

Ros Rante, Novia. 2016. Analisis Debit Banjir Anak Sungai Tikala Pada Titik Tinjauan Kelurahan
Banjer Link. V Kecamatan Tikala Dengan Menggunakan HEC-HMS Dan HEC-RAS. Tekno
Vol. 14/No.65/April 2016 ISSN: 0215-9617, Manado.

Siswoyo, Hari. 2012. Pengembangan Model Hidrograf Satuan Sintetis Snyder untuk Daerah Aliran
Sungai Di Jawa Timur. Jurnal Teknik Pengairan Vol. 2, No 1, Malang.

Soemarto, C. D. 1987. Hidrologi Teknik. Edisi Kedua. Erlangga, Jakarta.

Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisa Data. Nova, Bandung.

Saleh, Syakir. 2016. Material Gunung Gamalama Ancam Pemukiman Warga.


(http://m.rri.co.id/post/berita/297281/daerah/material_gunung_gamalama_ancam_pemuki
man_warga.html, diakses tanggal 25 Mei 2018)

Triatmodjo, Bambang. 2008. Hidrologi Terapan. Betta Offset, Yogyakarta.

410

Anda mungkin juga menyukai