Anda di halaman 1dari 11

RANGKUMAN

TAHAPAN PERENCANAAN BENDUNG


(Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama KP-02)

Disusun Oleh :
DEDE RIZQI FAUZI R

20120110048

ENDRI SUTRISNO

20120110049

ARDIANTO FAJAR R

20120110050

FATHURROHMI S NISSA

20120110052

RONY WAHYU WIDYANTO

20120110054

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

PERENCANAAN BANGUNAN BENDUNG


A. DEFINISI BENDUNG
Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi untuk
meninggikan muka air sungai agar bisa disadap. Bendung merupakan salah
satu bagian dari bangunan utama.
Bangunan Utama adalah bangunan air (hydraulic structure) yang
terdiri dari bagian-bagian: bendung (weir structure), bangunan pengelak
(diversion structure), bangunan pengambilan (intake structure), bangunan
pembilas (flushing structure) dan bangunan kantong lumpur (sediment trap
structure).
Fungsi

utama

dari

bangunan

utama/bendung

adalah

untuk

meninggikan elevasi muka air dari sungai yang dibendung sehingga air bisa
disadap dan dialirkan ke saluran lewat bangunan pengambilan (intake
structure).
Syarat-syarat konstruksi bendung harus memenuhi beberapa faktor,
yaitu :
1. Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu
2.

banjir.
Pembuatan bendung harus memperhitungkan kekuatan daya dukung

3.

tanah di bawahnya.
Bendung harus dapat menahan bocoran (seepage) yang disebabkan

4.

oleh aliran air sungai dan aliran air yang meresap ke dalam tanah.
Tinggi ambang bendung harus dapat memenuhi tinggi muka air

5.

minimum yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi.


Bentuk peluap harus diperhitungkan, sehingga air dapat membawa
pasir, kerikil dan batu-batu dari sebelah hulu dan tidak menimbulkan
kerusakan pada tubuh bendung.

B. JENIS BENDUNG

a. Bendung tetap (fixed weir, uncontrolled weir)


Bendung

tetap

adalah

jenis

bendung

yang

tinggi

pembendungannya tidak dapat diubah, sehingga muka air di hulu bendung


tidak dapat diatur sesuai yang dikehendaki.
Pada bendung tetap, elevasi muka air di hulu bendung berubah
sesuai dengan debit sungai yang sedang melimpas (muka air tidak bisa
diatur naik ataupun turun). Bendung tetap biasanya dibangun pada daerah
hulu sungai. Pada daerah hulu sungai kebanyakan tebing-tebing sungai
relative lebih curam dari pada di daerah hilir. Pada saat kondisi banjir,
maka elevasi muka air di bendung tetap (fixed weir) yang dibangun di
daerah hulu tidak meluber kemana-mana (tidak membanjiri daerah yang
luas) karena terkurung oleh tebing-tebingya yang curam.
b. Bendung gerak/bendung berpintu (gated weir, barrage)
Bendung

gerak

adalah

jenis

bendung

yang

tinggi

pembendungannya dapat diubah sesuai dengan yang dikehendaki.


Pada bendung gerak, elevasi muka air di hulu bendung dapat
dikendalikan naik atau turun sesuai yang dikehendaki dengan membuka
atau menutup pintu air (gate). Bendung gerak biasanya dibangun pada
daerah hilir sungai atau muara. Pada daerah hilir sungai atau muara sungai
kebanyakan tebing-tebing sungai relative lebih landai atau datar dari pada
di daerah hilir. Pada saat kondisi banjir, maka elevasi muka air sisi hulu
bendung gerak yang dibangun di daerah hilir bisa diturunkan dengan
membuka pintu-pintu air (gate) sehingga air tidak meluber kemana-mana
(tidak membanjiri daerah yang luas) karena air akan mengalir lewat pintu
yang telah terbuka kea rah hilir (downstream).

C. BAGIAN-BAGIAN BANGUNAN UTAMA


1. Bangunan Bendung

Bangunan bendung adalah bagian dari bangunan utama yang benar


benar

dibangun di

dalam

air. Bangunan ini

diperlukan

untuk

memungkinkan dibelokkannya air sungai ke jaringan irigasi, dengan jalan


menaikkan muka air di sungai atau dengan memperlebar pengambilan di
dasar sungai seperti pada tipe bendung saringan bawah (bottom rack weir
).
2. Bangunan Pengambilan
Pengambilan adalah sebuah bangunan berupa pintu air. Air irigasi
dibelokkan dari sungai melalui bangunan ini. Pertimbangan utama dalam
merencanakan sebuah bangunan pengambilan adalah debit rencana
pengelakan sedimen.
3. Bangunan Pembilas
Pada tubuh bendung tepat di hilir pengambilan, dibuat bangunan
pembilas guna mencegah masuknya bahan sedimen kasar ke dalam
jaringan saluran irigasi. Pembilas dapat direncanakan sebagai:
a. Pembilas pada tubuh bendung dekat pengambilan.
b. Pembilas bawah ( undersluice ).
c. Shunt undersluice.
d. Pembilas bawah tipe boks.
4. Kantong Lumpur
Kantong lumpur mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih
besar dari fraksi pasir halus tetapi masih termasuk pasir halus dengan
diameter butir berukuran 0,088 mm dan biasanya ditempatkan persis di
sebelah hilir pengambilan. Bahan-bahan yang lebih halus tidak dapat
ditangkap dalam kantong lumpur biasa dan harus diangkut melalui
jaringan saluran ke sawah-sawah. Bahan yang telah mengendap di dalam
kantong kemudian dibersihkan secara berkala. Pembersihan ini biasanya
dilakukan

dengan

menggunakan

aliran

air

yang

deras

untuk

menghanyutkan bahan endapan tersebut kembali ke sungai. Dalam halhal


tertentu, pembersihan ini perlu dilakukan dengan cara lain, yaitu dengan
jalan mengeruknya atau dilakukan dengan tangan.

5. Bangunan Perkuatan Sungai


Pembuatan bangunan perkuatan sungai khusus di sekitar bangunan
utama untuk menjaga agar bangunan tetap berfungsi dengan baik, terdiri
dari:
a. Bangunan perkuatan sungai guna melindungi bangunan terhadap
kerusakan akibat penggerusan dan sedimentasi. Pekerjaan pekerjaan
ini umumnya berupa krib, matras batu, pasangan batu kosong dan/atau
dinding pengarah.
b. Tanggul banjir untuk melindungi lahan yang berdekatan terhadap
genangan akibat banjir.
c. Saringan bongkah untuk melindungi pengambilan atau pembilas, agar
bongkah tidak menyumbah bangunan selama terjadi banjir.
d. Tanggul penutup untuk menutup bagian sungai lama atau, bila
bangunan bendung dibuat di kopur, untuk mengelakkan sungai melalui
bangunan tersebut.
6. Bangunan Pelengkap
Bangunan-bangunan atau perlengkapan yang akan ditambahkan ke
bangunan utama diperlukan keperluan :
a. Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran;
b. Rumah untuk opreasi pintu;
c. Peralatan komunikasi, tempat teduh serta perumahan untuk tenaga
operasional, gudang dan ruang kerja untuk kegiatan operasional dan
pemeliharaan;
d. Jembatan di atas bendung, agar seluruh bagian bangunan utama mudah
di jangkau, atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum.
e. Instalasi tenaga air mikro atau mini, tergantung pada hasil evaluasi
ekonomi serta kemungkinan hidrolik. Instalasi ini bisa dibangun di
dalam bangunan bendung atau di ujung kantong lumpur atau di awal
saluran.
f.

Bangunan tangga ikan (fish ladder ) diperlukan pada lokasi yang


senyatanya perlu dijaga keseimbangan lingkungannya sehingga

kehidupan biota tidak terganggu. Pada lokasi diluar pertimbangan


tersebut tidak diperlukan tangga ikan.
D. TAHAP PERENCANAAN BANGUNAN BENDUNG
1. Penentuan Lokasi Bendung
Aspek yang mempengaruhi dalam pemilihan lokasi bendung
adalah :
a. Pertimbangan Topografi.
Dipilih lembah sempit dan tidak terlalu dalam dengan
mempetimbangkan topografi di daerah tangkapan air maupun
daerah layanan irigasi.
b. Kemantapan geoteknik fondasi bending
Dipilih dasar sungai yang mempunyai daya dukung kuat,
stratigrafi lapisan batuan miring ke arah hulu, tidak ada sesar aktif,
tidak ada erosi buluh, dan dasar sungai hilir bendung tahan
terhadap gerusan air. Disamping itu diusahakan keadaan batuan
tebing kanan dan kiri bendung cukup kuat dan stabil serta relatif
tidak terdapat bocoran samping.
c. Pengaruh hidraulik
Dipilih bagian sungai yang lurus. Jika bagian sungai lurus tidak
didapatkan, lokasi bendung ditolerir pada belokan sungai; dengan
syarat posisi bangunan intake harus terletak pada tikungan luar dan
terdapat bagian sungai yang lurus di hulu bendung. Kalau yang
terakhir inipun tidak terpenuhi perlu dipertimbangkan pembuatan
bendung di kopur atau dilakukan rekayasa perbaikan sungai
d. Pengaruh regime sungai
Hindari lokasi bendung pada bagian sungai dimana terjadi
perubahan kemiringan sungai secara mendadak, dan hindari bagian
sungai dengan belokan tajam. Pilih bagian sungai yang lurus
mempunyai kemiringan relatif tetap sepanjang penggal tertentu.
e. Tingkat kesulitan saluran induk

Pilih lokasi bendung sedemikian sehingga pembangunan


saluran induk dekat bendung tidak terlalu sulit dan tidak terlalu
mahal. Hindari trace saluran menyusuri tebing terjal apalagi
berbatu. Usahakan ketinggian galian tebing pada saluran induk
kurang dari 8 m dan ketinggian timbunan kurang dari 6 m.
f. Ruang untuk bangunan pelengkap bending
Lokasi bendung harus dapat menyediakan ruangan untuk
bangunan pelengkap bendung, utamanya untuk kolam pengendap
dan saluran penguras dengan panjang dan lebar masing-masing
kurang lebih 300 500 m dan 40 60 m.
g. Luas layanan irigasi
Lokasi bendung harus sedemikian sehingga dapat memberikan
luas layanan yang memadai terkait dengan kelayakan sistem
irigasi. Elaborasi tinggi bendung (yang dibatasi sampai denga 6 7
m), menggeser lokasi bendung ke hulu atau ke hilir, serta luas
layanan irigasi harus dilakukan untuk menemukan kombinasi yang
paling optimal.
h. Luas daerah tangkapan air
Lokasi bendung harus dipilih dengan mempertimbangkan luas
daerah tangkapan, terkait dengan debit andalan yang didapat dan
debit banjir yang mungkin terjadi menghantam bendung. Hal ini
harus dikaitkan dengan luas layanan yang didapat dan ketinggian
lantai layanan dan pembangunan bangunan melintang anak sungai
(kalau ada).
i. Tingkat kemudahan pencapaian
Lokasi bendung harus refatip mudah dicapai untuk keperluan
mobilisasi alat dan bahan saat pembangunan fisik maupun operasi
dan pemeliharaan. Kemudahan melakukan inspeksi oleh aparat
pemerintah juga harus dipertimbangkan masak-masak.
j. Biaya pembangunan

Dari

berbagai

alternatif

lokasi

bendung

dengan

mempertimbangkan faktor-faktor yang dominan, akhirnya dipilih


lokasi bendung yang beaya konstruksinya minimal tetapi
memberikan ouput yang optimal.
2. Data-Data yang diperlukan untuk Perencanaan
a. Data kebutuhan air multisektor, merupakan data kebutuhan air yang
diperlukan dan meliputi jumlah air yang diperlukan untuk irigasi
pertanian, jumlah kebutuhan air minum, jumlah kebutuhan air baku
dan air untuk stabilitas aliran sungai dan kehidupan biota alami.
b. Peta topografi (skala 1 : 25000, 1 : 1 : 2000 dan skala 1 : 100), untuk
menentukan tata letak bendung.
c. Data geologi teknik lokasi tapak bendung, untuk menentukan
karakteristik pondasi bendung, kondisi umum permukaan tanah daerah
yang bersangkutan,keadaan geologi lapangan, kedalaman lapisan
keras, sesar, kelulusan tanah, bahaya gempa bumi, parameter yang
harus dipakai.
d. Data hidrologi data aliran sungai yang meliputi data banjir yang andal.
Data ini harus mencakup beberapa periode ulang, daerah hujan, tipe
tanah, dan vegetasi yang terdapat didaerah aliran. Elevasi tanah dan
luas lahan yang akan didrain menyusut luas.
e. Data mekanika tanah : bahan pondasi, bahan konstruksi, sumber bahan
timbunan, parameter tanah yang harus digunakan.
f. Data lingkungan dan ekologi.
g. Data morfologi sungai, untuk menentukan besaran angkutan sedimen.
h. Data karakteristik sungai, untuk menentukan hubungan antara besaran
debit sungai dengan elevasi muka air banjir.
i. Keadaan batas pada jaringan irigasi, untuk menentukan dimensi
bendung dan bangunan intake.
j. Bangunan-bangunan yang sudah ada (exsisting structure) atau
bangunan yang sedang direncanakan pada sungai tersebut, baik di hulu
maupun hilir calon bendung.

3. Perencanaan Hidraulik Bendung


a. Perencanaan bendung (weir), meliputi :
1) Mercu bendung
2) Bangunan pengambilan
3) Bangunan pembilas
4) Kolam peredam energy
5) Peritungan panjang rembesan
6) Perencanaan Rip-rap
7) Pemilihan kombinasi antara tipe mercu, tipe intake dan tipe
peredam energy yang tepat.
b. Analisis stabilitas pada kombinasi tipe mercu, tipe intake dan tipe
peredam energy, meliputi :
1) Analisis gaya-gaya yang bekerja, yaitu :
a) Gaya tekan hidrostatis
b) Gaya tekan lumpur
c) Gaya akibat berat bendung
d) Gaya angkat
e) Gaya gempa
2) Stabilitas pada bendung, meliputi :
a) Stabilitas terhadap guling
b) Stabilitas terhadap geser
c) Stabilitas terhadap daya dukung tanah

4. Rencana Anggaran Biaya (RAB)


Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah perhitungan biaya suatu
konstruksi berdasarkan gambar dalam persyaratan terlampir. Perhitungan
rencana angaran biaya (RAB) bertujuan untuk membandingkan besar
biaya yang dibutuhkan pada beberapa macam kombinasi bendung.

5. Pemilihan Tipe Bendung


Pertimbangan pemilihan tipe bendung yang meliputi kombinasi
tipe mercu bendung, tipe intake dan tipe kolam peredam energi
berdasarkan pada :
a. Sesuai dengan kondisi lapangan.
b. Dapat menangkap, mengarahkan debit rencana sebesar 3,0 m3/dt.
c. Aman terhadap stabilitas bendung.
d. Biaya yang paling rendah diantara bendung dengan kombinasi dari tipe
mercu, tipe intake dan tipe peredam energi

FLOWCHART

Gambar. Flowchart Tahapan Perencanaan Bendung

Anda mungkin juga menyukai