BAB I . PENDAHULUAN.
I.1 JENIS-JENIS BENDUNGAN......................................................................................1
I.3.5 Penentuan lokasi bendung dalam hubungannya dengan lokasi jaringan irigasi. 12
BAB I
PENDAHULUAN.
I.1 JENIS-JENIS BENDUNGAN.
Bendungan ( dam ) adalah bangunan air yang dibangun melintang sungai untuk
menyimpan air dibagian hulunya. Bendungan ini bisa terbuat dari lapisan kedap air atau
semi kedap air sehingga terbentuk waduk. Air dari waduk ini akan digunakan pada saat
diperlukan. Ketinggian muka air di bagian hulu ini, begitu pula banyaknya air yang
tersimpan tergantung keperluannya. Menurut Dr.B.C.Punmia dan Dr. Pande B.B. Lal
dalam bukunya Irrigation and Water Power Engineering, jenis-jenis bendungan adalah
seperti diuraikan sebagai berikut ini.
1. Waduk ( reservoir ).
Waduk atau bendungan penyimpan berfungsi menampung air pada saat debit
sungai berlebih yang umumnya terjadi pada musim hujan dan mengeluarkannya sesuai
dengan keperluan. Dengan dibangunnya bendungan, akan terbentuk semacam danau
buatan dihulu bendungan. Air yang tertampung itu digunakan untuk berbagai keperluan
sesuai perencanaannya, seperti irigasi, pembangkit listrik, air baku air minum atau
serba guna yang merupakan kombinasi dari beberapa tujuan tersebut. Untuk keperluan
ini, maka kriteria perencanaan didasarkan atas volume air yang tertampung, sesuai
dengan debit yang diperlukan pada periode yang direncanakan. Misalnya banyaknya air
yang harus ditampung dalam musim hujan untuk memenuhi kebutuhan air irigasi
selama musim kemarau. Konstruksi bendungan penyimpan ini dapat dibuat dari
pasangan batu, beton maupun urugan tanah/batu. Termasuk dalam bendungan
penyimpan ini selain waduk adalah embung,
2. Bendungan pembagi.
Bendungan pembagi ini bertujuan untuk menaikkan muka air sampai tinggi yang
diperlukan agar dengan ketinggian tersebut air dapat dialirkan ke tempat yang
dinginkan melalui saluran pembawa. Pada bendungan ini volume air yang tertampung
tidak menjadi tujuan, tapi ketinggian muka air yang menjadi kriteria perencanaan. Dan
untuk irigasi, ketinggian muka air rencana disesuaikan dengan ketinggian sawah
tertinggi ditambah dengan kehilangan tinggi disaluran dan bangunan. Pada waktu debit
sungai berlebih, misalnya pada waktu banjir, muka air di bendung akan naik menjadi
lebih tinggi dari yang direncanakan. Untuk itu harus dibuat pelimpah untuk menyalurkan
kelebihan air agar tidak menggenangi lahan di hulunya dan yang dapat merusak
konstruksi. Karena bendung ini harus dapat melimpahkan air kelebihan, maka umumnya
bendung ini terbuat dari beton atau pasangan batu. Bendungan ini yang umum
digunakan untuk irigasi, industri maupun untuk air perkotaan. Termasuk dalam kategori
ini adalah bendung ( weir ), bendung gerak ( barrage ).
3. Bendungan Pengendali.
pengedali diharapkan dapat menyebar didalam tanah untuk menaikkan muka air tanah
di lahan sebelah hilirnya. Bendungan pengendali ini dapat juga untuk mengendalikan
aliran yang mengandung sedimen, seperti bendungan pengendali banjir lahar yang
dipasang pada kaki gunung berapi. Karena itu konstruksi bangunan bendungan
pengendali ini dapat menggunakan bahan yang sama dengan bahan yang digunakan
untuk membangun waduk. Termasuk dalam bendungan pengendali ini adalah : waduk
banjir, bendung pengendali banjir lahar serta bendungan pengendali sedimen.
Seringkali suatu bendungan dibangun tidak hanya untuk satu kegunaan, tapi merupakan
kombinasi dari ketiga kegunaan tersebut. Suatu bendungan yang dibangun untuk
pembangkit listrik, misalnya juga dimaksudkan sebagai bendungan pengendali banjir.
1. Bendungan pelimpah.
Bendungan jenis pelimpah ini adalah bendungan yang memiliki mercu untuk
melimpahkan air. Ketinggian mercu ini direncanakan sebagai ketinggian rencana muka
air pada bendungan. Kalau muka air dihulu bendungan lebih tinggi dari muka air
rencana, maka kelebihan air tersebut akan melimpah melalui atas mercu. Oleh
karenanya pula ketinggian mercu ini lebih rendah dari bagian bendung lainnya seperti
tembok tegak, sayap dan sebagainya.
Bendungan kaku ( rigid dam ) dibangun dengan menggunakan bahan yang kaku
seperti pasangan batu, beton dsb.
Bendungan tidak kaku ( non rigid dam ), adalah bendungan yang dibangun dari
bahan yang tidak kaku seperti tanah atau batu. Termasuk dalam jenis ini adalah :
a) Bendungan type urugan tanah.
b) Bendungan type urugan batu.
c) Bendungan type urugan batu kombinasi urugan tanah.
1. Bendungan Gravitasi.
Bendungan berusuk terdiri dari rusuk atau pilar yang membagi lebar sungai yang
dibendung menjadi beberapa bagian. Untuk menahan tekanan air diantara pilar
dipasang busur atau plat rata. Kalau dipasang busur, sering disebut bendungan busur
majemuk.
4. Bendungan urugan.
Bendungan urugan dibangun dengan menggunakan tanah dan batu yang ada
disekitar lokasi bendungan, yang umumnya memanfaatkan tanah dan batu dalam
keadaan apa adanya tanpa banyak pengolahan. Bendungan ini umumnya untuk
bendungan yang tingginya sedang, namun dengan kemajuan mekanika tanah serta
teknologi pemindahan tanah mekanis, bendungan ini dewasa ini lebih umum digunakan
walaupun untuk ketinggian yang cukup tinggi.
Kondisi tanah dasar yang diperlukan bendungan urugan ini tidak perlu sekeras
untuk bendungan type yang lainnya.
yang mungkin terjadi. Baik perkiraan debit berdasar data pengamatan debit maupun
berdasar data curah hujan, besarnya debit maksimum atau curah hujan maksimum
dihitung berdasar prinsip statistik, dengan probabilitas atau periode ulang tertentu.
Semakin tinggi probabilitasnya, semakin kecil resiko keruntuhan bangunan namun
bendung yang perlu dibangun akan cukup besar. Karena itu perhitungan perkiraan debit
banjir rencana menjadi penting, baik menggunakan data pengamatan debit maupun
data curah hujan. Dan perhitungan debit Banjir Rencana ini akan dibahas dalam bab II
berikut ini.
Pemilihan lokasi bendung, merupakan awal karena bertolak dari pemilihan lokasi
bendung inilah perencanaan jaringan irigasi akan dilakukan. Setelah lokasi bendung
ditetapkan, beberapa penyelidikan yang mengikutinya seperti pemetaan sungai dan
Kriteria umum pemilihan lokasi bendung menurut Direktorat Irigasi Ditjen Pengairan
adalah :
a) Bendung akan dibangun di ruas sungai yang stabil dengan lebar yang hampir sama
dengan lebar normal sungai; jika sungai mengangkut terutama sedimen halus, maka
pengambilan harus dibuat diujung tikungan luar yang stabil; jika sungai mengangkut
terutama bongkah dan kerikil, maka bendung sebaiknya dibangun di ruas lurus
sungai.
b) Sawah tertinggi yang akan diairi dan lokasinya.
c) Lokasi bendung harus sedemikian rupa sehingga trase saluran primer bisa dibuat
sederhana dan ekonomis.
d) Beda tinggi energi diatas bendung dibatasi sampai 6 meter.
e) Lokasi kantong lumpur dan kemudahan pembilasan, bilamana perlu.
f) Topografi pada lokasi bendung yang diusulkan; lebar sungai.
g) Kondisi geologi dari subbase untuk keperluan pondasi.
h) Metoda pelaksanaan ( diluar sungai atau di sungai ).
i) Angkutan sedimen oleh sungai.
j) Panjang dan tinggi tanggul banjir.
k) Mudah dicapai.
Bendung irigasi dibangun untuk mengairi sawah yang termasuk dalam wilayah
pelayanannya. Agar semua sawah dapat terairi, maka yang menjadi pedoman adalah
sawah tertinggi. Kalau yang tertinggi sudah terairi, maka yang lain juga akan terairi.
Namun air yang diambil dari bendung, dalam perjalanannya ke sawah tertinggi tertebut
akan mengalami kehilangan tinggi.
Kehilangan tinggi disaluran ini diperhitungkan baik pada saluran induk, saluran
sekunder maupun saluran tersier. Besarnya kehilangan adalah panjang saluran dikalikan
kemiringan memanjang saluran. Pada perencanaan awal kemiringan memanjang saluran
sering diperkirakan sebesar 0,00025 atau beda tinggi 0,25 m untuk setiap km saluran.
Kehilangan tinggi pada bangunan terjadi mulai pada bangunan sadap, dimana
saluran tersier menyadap air dari saluran sekunder atau saluran induk. Pada bangunan
ini kehilangan tinggi terjadi pada pintu tersier, akibat perbedaan tinggi muka air
sebelum dan sesudah pintu. Perbedaan tinggi ini yang menghasilkan terjadinya aliran
melalui pintu sesuai dengan persamaan : V = ( 2 g h ), dimana h adalah perbedaan
tinggi muka air dihulu dan dihilir pintu. Sedangkan besarnya debit yang dapat dialirkan
oleh pintu adalah : Q = b . h . V, dimana b adalah lebar pintu dan h adalah kedalaman
air dipintu. Debit yang harus dialirkan pintu sadap tersier tergantung dengan luas petak
tersier yang harus dilayani, sehingga besarnya debit ini sudah tertentu pada saat
perencanaan. Dengan demikian besarnya kehilangan tinggi tergantung dari lebarnya
pintu. Semakin lebar pintu kehilangan tinggi muka air semakin kecil. Dalam
perencanaan awal kehilangan tinggi pada pintu sadap ini diambil antara 0,05 m sampai
0,10 meter. Sedangkan kehilangan tinggi pada bangunan bagi, prinsipnya sama. Karena
debit yang dialirkan oleh saluran sekunder atau primer jauh lebih besar dibanding
dengan pada saluran tersier, maka kehilangan tinggi pada bangunan bagi ini juga lebih
besar. Dalam perencanaan awal umumnya diambil nilai antara 0,10 sampai 0,25 meter.
1. Alur sungai.
Untuk bendung di letakkan pada bagian hulu sungai yang banyak membawa
batu-batu besar, maka penempatan bendung sebaiknya diletakkan pada bagian sungai
yang lurus. Begitu pula untuk bendung yang mempunyai dua pintu pengambilan,
bendung hanya bisa diletakkan pada sungai yang lurus dengan pengambilan dikedua
sisi tanggul sungai. Pada sungai seperti ini, penempatan bendung dengan pintu
pengambilan pada tikungan luar memberi kemungkinan terendapnya batu-batu besar
pada pintu pengambilan. Selain itu, penempatan bendung pada tikungan sungai juga
dapat ditempatkan pada sudetan/coupure sungai.
a) Pada saat pembangunan bendung, pekerjaan konstruksi tidak terganggu air karena
dilakukan pada tempat yang kering.
c) Ketinggian dasar terusan di bagian hulu dapat diambil lebih tinggi dari dasar sungai
yang ada, walaupun ketinggian dasar sungai di sebelah hilir harus tetap sama
dengan ketinggian dasar sungai.
a) Diperlukan tanggul penutup untuk menutup sungai lama. Penutupan ini harus
dilakukan dengan baik, kalau tidak akan menimbulkan masalah rembesan atau
keruntuhan. Karena tanggul ini menutup palung sungai, maka ketinggian tanggul
menjadi cukup tinggi, sehingga volume tanggul menjadi cukup besar.
b) Biaya penutupan sungai seringkali cukup mahal, kalau volume tanggul cukup
besar atau kalau penutupan tersebut memerlukan konstruksi khusus.
Tanggul penutup yang cukup tinggi akan membawa konsekwensi volume tanggul
yang cukup besar serta rawannya stabilitas tanggul. Keduanya akan membawa resiko
biaya yang cukup tinggi. Karena itu pemilihan lokasi bendung harus diupayakan agar
tanggul penutup yang diperlukan serendah mungkin. Tanggul penutup tersebut, selain
untuk menutup sungai asal ( untuk bendung yang dibangun pada sudetan ), juga untuk
tanggul penutup dikiri kanan bendung untuk menahan air sewaktu banjir. Untuk
mengurangi ketinggian tanggul, maka lokasi bendung harus digeser kehulu. Namun
penggeseran ini harus ditinjau kembali : potongan memanjang sungai, ketinggian mercu
bendung. Selain itu perlu diingat bahwa semakin kehulu lokasi bendung, semakin kecil
luas cacthment yang berarti semakin kecil pula debit yang tersedia di sungai.
b) Adanya patahan/sesar.
Adanya patahan/sesar akan mempengaruhi kestabilan bendung, karena kemungkinan
terjadi longsor cukup besar.
5. Anak sungai.
Idealnya kedudukan bendung berada dihilir anak sungai, sehingga debit sungai
pada bagian tersebut lebih besar dibanding dengan dihulunya. Juga hal tersebut untuk
menghindari pembuatan talang yang diperlukan untuk menyeberangi sungai tersebut.
6. Peluapan banjir.
Selain itu kedudukan saluran pembawa juga perlu diperhatikan. Pada daerah
yang curam dan berbatu, penempatan saluran ini akan menimbulkan kesulitan dalam
pelaksanaannya. Apalagi saluran induk pembawa itu dilengkapi dengan jalan inspeksi,
sehingga cukup lebar dan memerlukan ruangan yang lebih besar. Tidak mustahil
rencana lokasi bendung terpaksa dipindahkan karena kesulitan menempatkan kantong
lumpur/pasir atau penempatan saluran induk pembawa.
a. Tubuh bendung.
Tubuh bendung ini berfungsi untuk menaikkan air. Semakin tinggi kenaikan muka
air yang direncanakan, semakin tinggi pula tubuh bendung. Karena fungsinya ini tubuh
bendung ini harus mampu menahan gaya-gaya yang bekerja, baik akibat kenaikan muka
air maupun akibat sampingannya. Gaya-gaya tersebut antara lain :
a) Tekanan air diudik bendung.
b) Tekanan air dihilir bendung.
c) Gaya tekan keatas akibat air yang berada pada pondasi bendung.
d) Gaya akibat gempa.
e) Gaya tekanan lumpur.
Gaya-gaya tersebut mempunyai titik tangkap yang berbeda-beda dan akhirnya
gaya-gaya tersebut akan menghasilkan suatu momen yang dapat menggulingkan tubuh
bendung. Momen ini dilawan oleh momen perlawanan yang terjadi akibat berat sendiri
tubuh bendung. Momen perlawanan ini harus lebih besar dari momen yang
menggulingkan. Perbandingan antara momen perlawanan dengan momen guling
disebut faktor keamanan. Semakin besar faktor keamanan, semakin stabil bendung
tersebut. Selain itu berat sendiri berikut gaya-gaya yang bekerja padanya, harus mampu
dipikul oleh daya dukung tanah pondasi.
b. Mercu bendung.
Mercu bendung ini merupakan bagian dari tubuh bendung, yang merupakan
batas tinggi muka air normal. Kalau muka air dihulu melebihi tinggi muka air normal,
maka air akan melimpah melalui mercu. Jadi fungsi mercu ini adalah melimpahkan air
yang ketinggiannya melebihi muka air normal. Air yang melimpah diatas mercu ini
mempunyai kecepatan yang cukup tinggi. Bahaya yang terjadi akibat aliran yang tinggi
adalah bahaya kavitasi atau timbulnya tekanan air yang negatif. Kalau tekanan negatif
ini cukup tinggi, maka dapat merusak mercu dan tubuh bendung karena tekanan negatif
tersebut akan mampu menghisap keluar pasangan batu yang membentuk tubuh
bendung. Untuk mengurangi bahaya ini maka bentuk mercu harus direncanakan dengan
baik.
c. Kolam olakan.
Kolam olakan dipasang dikaki bagian hilir tubuh bendung. Fungsi kolam olakan ini
adalah untuk meredam aliran dari mercu yang mempunyai kecepatan yang tinggi, agar
tidak terjadi penggerusan dikaki bendung. Kolam olakan ini harus mampu merubah
aliran dari mercu yang tergolong superkritis menjadi aliran subkritis, baik dengan prinsip
air loncat maupun dengan memasang penghalang-penghalang. Bentuk kolam olakan
harus memperhatikan pula kondisi aliran, terutama sedimen yang dibawanya. Kalau
sedimen yang terbawa berukuran besar, penggunaan penghalang perlu dihindari.
Pangkal bendung atau tembok tegak yang mengapit tubuh bendung dan mercu,
berfungsi sebagai :
Kepala/pangkal jembatan.
Tembok penahan tanah.
Karena itu tembok ini harus mampu menahan tanah dikiri dan kanan bendung,
maupun beban jembatan yang bertumpu pada pangkal bendung ini. Selain memenuhi
persyaratan tersebut, tembok tegak ini bersama konstruksi sayap bendung, harus
mampu mencegah terjadinya rembesan samping ( side seepage ). Kalau rembesan
samping ini cukup besar, maka tanah dibelakang tembok tegak akan terkikis dan
longsor.
Tembok sayap ini berfungsi untuk mengarahkan arus, sehingga tidak terjadi
gerusan akibat arus yang arahnya tidak terkendali. Selain untuk mengarahkan arus,
tembok sayap ini bersama dengan tembok tegak harus cukup panjang sehingga
tahanan pada lintasan yang terjadi mampu mengimbangi tekanan air akibat perbedaan
tinggi muka air di hulu dan di hilir.
g. Pintu pembilas.
saluran induk melalui gorong-gorong yang berada pada tubuh bendung. Ukuran pintu
pengambilan ini disesuaikan dengan luasnya lahan yang akan diairi dan ini menentukan
banyaknya air yang harus dialirkan ke saluran induk.
i. Skimming wall.
Skimming wall adalah dinding bagian hulu pintu pengambilan yang berada dihulu
pintu pembilas. Dengan adanya dinding ini maka kedudukan ambang pengambilan
cukup tinggi terhadap lantai bendung, sehingga endapan yang terbawa aliran yang
umumnya berada pada 2/3 kedalaman air, tidak dapat masuk ke saluran induk lewat
pengambilan. Mengingat kedudukan ambang ambang pengambilan ditentukan oleh
tinggi muka air udik dan kedalaman yang diperlukan, kalau ketinggian skimming wall ini
kurang dari 2/3 kedalaman air, maka kedudukan lantai didepan pengambilan harus
diturunkan.
j. Tanggul penutup/banjir.
Tanggul penutup berfungsi menutup sungai asal, kalau bendung tidak dibangun
pada palung sungai tapi pada sudetan. Sedangkan tanggul banjir adalah tanggul yang
dipasang untuk mencegah melimpahnya air dibagian hulu bendung ke tempat yang
tidak diinginkan. Karena muka air banjir umumnya jauh lebih tinggi dari muka air sungai
asal, maka akibat pembendungan lahan atau cekungan yang mempunyai ketinggian
lebih rendah dari muka air banjir harus diberi tanggul penutup. Kalau tidak air akan
melimpah pada lahan yang rendah tersebut.
Baik tanggul penutup maupun tanggul banjir, harus cukup tinggi dan lebih tinggi
dari muka air banjir rencana. Juga tanggul tersebut harus mampu menahan tekanan air,
akibat perbedaan muka air didalam dan diluar tanggul. Selain itu ukuran tanggul harus
cukup besar, agar rembesan yang terjadi akibat perbedaan tinggi muka air tersebut
tidak membahayakan kestabilan tanggul.
k. Pintu/bangunan ukur.
Pintu ukur atau bangunan ukur berfungsi mengukur banyaknya air yang dialirkan
ke saluran induk. Pintu atau bangunan ukur ini dipasang disebelah hilir pintu
pengambilan dan dipasang pada tempat dimana aliran sudah mulai tenang. Umumnya
tempat ini berjarak sekitar 20 sampai 50 meter dari kolam olakan pintu pengambilan.
m. Jembatan.
Jembatan yang terpasang pada bendung, dapat berupa jembatan pelayanan atau
jembatan inspeksi. Jembatan pelayanan berfungsi sebagai tempat penjaga pintu untuk
mengoperasikan pintu, baik pintu pengambilan maupun pintu pembilas. Sedangkan
jembatan jalan inspeksi, menghubungkan jalan inspeksi yang ada dikiri dan dikanan
bendung. Baik jembatan pelayanan maupun jembatan inspeksi, harus mampu memikul
beban lalu lintas yang melewatinya. Untuk jembatan inspeksi kalau bentangnya cukup
panjang, perlu dilengkapi pilar untuk memperpendek bentang jembatan.
Selain perlengkapan pokok tersebut diatas, masih ada perlengkapan lain yang
melengkapi seperti :
a.Rumah pintu.
Rumah pintu ini berfungsi melindungi pintu dari kerusakan akibat kepanasan
maupun ke hujanan. Rumah pintu ini dapat dibuat dari konstruksi kayu, konstruksi baja
atau konstruksi beton.
Papan duga muka air ini dipasang untuk mengetahui tinggi muka air diatas
mercu bendung. Ini diperlukan dalam operasi dan pemeliharaan pintu, untuk
mengetahui besarnya debit yang melimpah. Selain itu papan duga ini mungkin juga
dipasang dibagian hilir bendung untuk mengetahui kedudukan muka air hilir.
c. Tangga-tangga.
Tangga ini dipasang didekat pintu pengambilan maupun pitu bilas. Kegunaan
tangga ini adalah untuk turun pada waktu perbaikan pintu.
d. Penahan sampah.
Pada gambar berikut ini disampaikan gambar denah bendung, dimana sebagian
perlengkapan bendung seperti yang diuraikan diatas dapat di tunjukkan.