BAB V
PERENCANAAN SALURAN
IV.1 UMUM..........................................................................................................
IV.1.1 Beberapa pengertian...............................................................................
95
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
BAB V.
PERENCANAAN SALURAN.
V.1 UMUM.
V.1.1 Beberapa pengertian.
1. Saluran irigasi.
Saluran irigasi adalah saluran yang berfungsi untuk mengalirkan air dari bangunan
utama sampai ke petak sawah.
2. Saluran Pembuang
Saluran Pembuang adalah saluran yang berfungsi membuang air kelebihan keluar
daerah irigasi agar tidak terjadi genangan.
3. Saluran tanah
Saluran tanah yaitu saluran irigasi yang digali pada tanah asal atau pada tanah
timbunan, tanpa lapisan yang memperkuat dinding maupun dasar saluran.
4. Saluran pasangan
Saluran pasangan adalah saluran yang dinding dan dasar salurannya dilapisi dengan
bahan yang kedap air.
5. Debit rencana.
Debit rencana adalah debit yang harus dialirkan oleh suatu saluran sesuai dengan
luas areal yang dilayaninya.
6. Kapasitas saluran.
Kapasitas saluran adalah kemampuan saluran untuk mengalirkan debit.
Agar tidak terjadi erosi, maka kecepatan aliran tidak boleh melebihi kecepatan yang
diijinkan sesuai dengan karakteristik saluran tersebut dibuat.
Debit yang direncanakan untuk dialirkan sebuah saluran irigasi dihitung beradas
rumus berikut ini :
c . NFR . A
Q
e
dimana :
Q = Debit rencana, l/detik.
96
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
c = koeffisien pengurangan akibat sistem golongan.
NFR = kebutuhan air di sawah ( netto ), liter/detik/ha.
A = luas daerah yang diairi, ha.
e = effisiensi irigasi.
Besarnya kebutuhan air disawah ( NFR).
Effisiensi irigasi.
Mengingat posisi bangunan sadap itu dapat berada pada saluran sekunder maupun
saluran primer, maka kebutuhan air di bendung bagi petak tersier yang menyadap dari
saluran sekunder, ketiga kehilangan air tersebut akan diperhitungkan dalam menghitung
97
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
kebutuhan airnya. Tapi bagi petak tersier yang menyadap langsung ke saluran primer,
kehilangan yang diperhitungkan hanya kehilangan di saluran tersier dan di saluran primer.
Luas daerah yang diairi oleh saluran tersier adalah luas petak tersier yang
bersangkutan. Mengingat ada petak tersier yang menyadap langsung ke saluran primer dan
ada yang menyadap dari saluran sekunder, maka diberikan notasi yang berbeda terhadap
keduanya :
Luas petak tersier yang menyadap langsung ke saluran primer : Atp.
Luas petak tersier yang menyadap ke saluran sekunder : Ats.
Sedangkan luas daerah irigasi yang diairi oleh saluran sekunder adalah jumlah luas
petak petak tersier yang menyadap pada saluran sekunder yang bersangkutan. Kalau luas
yang diari oleh saluran sekunder adalah As, maka :
As = Ats.
Untuk menghitung luas daerah yang diairi oleh saluran primer adalah luas daerah
yang diairi oleh saluran sekunder dan saluran tersier yang mengambil air dari saluran primer
tersebut. Kalau luas daerah irigasi yang diairi oleh saluran primer ini adalah Ap, maka :
Ap = As + Atp
Berdasar uraian tersebut diatas, maka besarnya debit rencana seperti yang
diasmpaikan pada awal bab ini penerapannya adalah sebagai berikut :
Saluran Tersier.
c . NFR . Ats c . NFR . Atp
Q atau Q
et et
Saluran sekunder.
Saluran primer.
Contoh perhitungan.
Pada gambar III.19 terdahulu adalah skema Daerah Irigasi Sanggau Ledo yang
mempunyai luas areal 1.516 Ha yang dialirkan melalui dua saluran primer. Saluran primer
kiri adalah saluran primer Tebudak Kiri yang melayani areal seluas 827 Ha. Bagian hilir
saluran primer ini yaitu pada BTU Kr 4, mencabang saluran sekunder Paket A. Sedangkan
saluran primer kanan adalah saluran primer Tebudak Kanan, melayani 689 Ha. Sebagian
areal dilayani oleh saluran sekunder Transos seluas 430 Ha dam saluran sekunder Jawa
seluas 114 Ha.
98
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Kebutuhan air untuk saluran tersier TS 2 kn.
Kapasitas Saluran atau Debit yang dapat dialirkan oleh suatu penampang, dapat
dihitung melalui rumus :
Q=v.A
dimana :
a) Rumus Strickler.
v = k . R2/3 . I
dimana :
99
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
luas penampang ( A ),
keliling basah ( P ) dan
jari-jari hidraulis ( R ),
tergantung bentuk penampang seperti berikut ini.
Daftar IV.3. Elemen penampang saluran.
trapesium
( b mh ) h
( b + mh ) h b 2h ( 1 m2 ) 2
b 2h (1 m )
Koeffisien Stickler.
Pengaruh vegetasi terhadap resistensi sudah jelas; panjang dan kerapatan vegetasi
adalah faktor-faktor yang menentukan. Akan tetapi tinggi air dan kecepatan aliran sangat
membatasi pertumbuhan vegetasi. Vegetasi diandaikan minimal untuk harga-harga k yang
dipilih dan dipakai dalam perencanaan saluran. Pengaruh trase saluran terhadap koefisien
kekasaran dapat diabaikan, karena dalam perencanaan saluran tanpa pasangan akan
dipakai tikungan berjari-jari besar.
100
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Perbandingan b/h.
Pada debit yang kecil perbandingan b/h diambil = 1, sedangkan pada debit yang
lebih besar b/h diambil lebih dari 1. Kalau b/h diambil kurang dari 1, maka saluran menjadi
tidak stabil. Menurut Standar Perencanaan Irigasi Ditjen Pengairan, besarnya perbandingan
b/h untuk berbagai debit adalah seperti pada daftar IV.4 berikut ini.
Daftar IV.4. Karakteristik saluran tanah menurut Standar Perencanaan Irigasi.
Debit dalam kemiringan talut perbandingan b/h faktor kekasaran
m3/detik 1:m Stickler ( k )
0,15 0,30 1,0 1,0 35
0,30 0,50 1,0 1,0 1,2 35
0,50 0,75 1,0 1,2 1,3 35
0,75 1,00 1,0 1,3 1,5 35
1,00 1,50 1,0 1,5 1,8 40
1,50 3,00 1,5 1,8 2,3 40
3,00 4,50 1,5 2,3 2,7 40
4,50 5,00 1,5 2,7 2,9 40
5,00 6,00 1,5 2,9 3,1 42,5
6,00 7,50 1,5 3,1 3,5 42,5
7,50 9,00 1,5 3,5 3,7 42,5
9,00 10,00 1,5 3,7 3,9 42,5
10,00 11,00 2,0 3,9 4,2 45
11,00 15,00 2,0 4,2 4,9 45
15,00 25,00 2,0 4,9 6,5 45
25,00 40,00 2,0 6,5 9,0 45
Kecepatan Rencana.
Tinggi jagaan ( w )
Jagaan atau freeboard suatu saluran ialah jarak vertikal dari puncak saluran ke
permukaan air pada kondisi rencana.
Meningginya muka air disaluran dapat pula terjadi akibat pengaliran air buangan ke
saluran. Timbulnya gelombang antara lain disebabkan oleh gerakan angin.
Besarnya tinggi jagaan minimum yang diberikan pada saluran primer dan sekunder
pada debit rencana saluran adalah seperti pada Daftar IV.5 berikut ini.
101
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Daftar IV.5. Tinggi jagaan untuk saluran tanah.
Luas areal yang dilayani 569 ha terdiri dan dari contoh perhitungan terdahulu
didapat : Q = 960,87 liter/detik = 0,96 m3/detik.
m = 1,0 --> b = h
2 2
v 0,60
I 0,000828.
2/3 2/3
k .R 35. 0,46
Luas areal yang dilayani 569 ha terdiri dan dari contoh perhitungan terdahulu
didapat : Q = 960,87 liter/detik = 0,96 m3/detik.
102
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Direncanakan dengan saluran tanah dengan kemiringan memanjang saluran sama
dengan kemiringan medan : 0,00056
m = 1,0 --> b = h
Saluran pasangan adalah saluran yang dinding dan dasar salurannya dilapisi dengan
bahan yang kedap air. Banyak bahan yang dapat digunakan untuk pasangan, namun
menurut Standar Perencanaan Irigasi jenis pasangan yang dianjurkan adalah :
pasangan batu,
beton,
tanah.
Penggunaan bahan-bahan yang lain tidak dianjurkan, karena sulitnya memperoleh
persediaan bahan, teknik pelaksanaan yang lebih rumit dan kelemahan-kelemahan bahan
itu sendiri. Tebal minimum untyuk pasangan batu diambil 30 cm dan untuk beton tebal
103
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
minimum 8 cm untuk saluran kecil ( sampai 6 m3/detik ) yang dikonstruksi dengan baik dan
10 cm untuk saluran yang lebih besar. Untuk saluran pasangan semen tanah atau semen
tanah yang dipadatkan, tebal minimum diambil 10 cm untuk saluran kecil dan 15 cm untuk
saluran yang lebih besar. Tebal saluran pasangan tanah diambil 60 cm untuk dasar saluran
dan 75 cm untuk talud saluran.
Kegunaan saluran pasangan ini dimaksudkan untuk :
mencegah kehilangan air akibat rembesan,
mencegah gerusan dan erosi,
mencegah merajalelanya tumbuhan air,
mengurangi biaya pemeliharaan,
memberi kelonggaran untuk lengkung yang lebih besar,
tanah yang dibebaskan lebih kecil.
Besarnya rembesan dapat dihitung dengan rumus Moritz ( USBR ) :
S = 0,035 . C . ( Q/v )
dimana :
S = kehilangan akibat rembesan, m3/dt per km panjang saluran.
Q = debit, m3/detik.
v = kecepatan, m/detik.
0,035 = faktor konstanta, m/km.
Besarnya harga C adalah sebagai berikut :
Jenis tanah Harga C,
m/hari
kerikil sedimentasi dan lapisan penahan ( hard pan) dengan geluh pasiran
0,10
lempung dan geluh lempungan
0,12
geluh pasiran 0,20
abu volkanik 0,21
pasir dan abu volkanik atau lempung
0,37
lempung pasiran dengan batu
0,51
batu pasiran dan kerikilan 0,67
Koeffisien Stickler.
Perbandingan b/h.
Untuk saluran pasangan tidak ada ketentuan untuk perbandingan b/h, namun
idealnya penampang saluran tahan erosi seperti saluran pasangan ini didisain sebagai
penampang hidrolis terbaik, yaitu penampang yang memiliki keliling basah terkecilsehingga
memiliki hantaran terbaik. Untuk saluran irigasi dimana bentuk penampang yang umum
dipakai adalah penampang persegi dan penampang trapesium, penampang hidrolis terbaik
tersebut adalah sebagai berikut :
104
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Bentuk penampang Luas penampang Keliling Jari-jari hidraulis
basah
persegi, setengah bujur
sangkar
b = 2h 2 h2 4h 0,5 h
Jenis tanah h < 0,75 meter 0,75 meter < h < 1,5 meter
Kecepatan Rencana.
Besarnya tinggi jagaan minimum yang diberikan pada saluran primer dan sekunder
pada debit rencana saluran adalah seperti pada Daftar IV.8 berikut ini.
105
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Saluran primer Tebudak Kanan Ruas 6 :
Luas areal yang dilayani 569 ha terdiri dan dari contoh perhitungan terdahulu
didapat : Q = 960,87 liter/detik = 0,96 m3/detik. Sebagian dari ruas ini diberi pasangan batu
yang mempunyai kemiringan memanjang lebih curam dari bagian saluran yang tidak diberi
pasangan.
Bagian yang diberi pasangan denganm pasangan batu kecepatan rencana diambil 2
meter/detik.
bandingkan dengan saluran yang tidak diberi pasangan dengan lebar 0,90 meter dan tinggi
h = 0,90 meter.
A = h2 3 = 0.48 dan P = 2 h 3 = 1,83 sehingga R = A / P = 0,48/1,83 = 0,2622
Rumus Stickler : v = k . R2/3 . I
v = 2 meter/detik ; k = 60 ; R = 0,26
2 2
v 2
I 0,00669.
k . R 2/3 2/3
60. 0,26
v 2
Bilangan Freude Fr 0,87 ternyata < 1 berarti masih sub kritis.
gh 9,8. 0,53
Luas areal yang dilayani 569 ha terdiri dan dari contoh perhitungan terdahulu
didapat : Q = 960,87 liter/detik = 0,96 m3/detik.
106
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Dari daftar disamping ini dapat
h b A P R v Q dilihat bahwa untuk h = 0,55
0.90 0.32 1.17 3.12 0.37 0.74 0.86 meter dan b = 0,27 meter akan
0.91 0.32 1.19 3.15 0.38 0.74 0.89 memberi nilai Q = 0,95 yang
0.92 0.32 1.22 3.19 0.38 0.75 0.91 mendekati dengan harga Q =
0.93 0.33 1.25 3.22 0.39 0.75 0.94 0,96.
0.94 0.33 1.27 3.26 0.39 0.76 0.97
0.95 0.33 1.30 3.29 0.40 0.77 1.00 Dengan demikian dimensi
0.96 0.33 1.33 3.33 0.40 0.77 1.02 Saluran primer Tebudak Kanan
0.97 0.33 1.36 3.36 0.40 0.78 1.05 Ruas 6 adalah :
0.98 0.33 1.39 3.39 0.41 0.78 1.08
b = 0,94 meter
0.99 0.33 1.41 3.43 0.41 0.79 1.11
h = 0,33 meter
1.00 0.33 1.44 3.46 0.42 0.79 1.14 F tanggul = 0,50 meter
F1 = 0,20 meter.
I = 0,00056
A = 1,27 m2
Kecepatan yang terjadi dari daftar tersebut : 0,76 meter/detik.
v 0,76
Bilangan Freude Fr 0,42 ternyata < 1 berarti masih sub kritis.
gh 9,8. 0,33
Dibanding dengan saluran tanah dengan kemiringan yang sama, dengan penampang
: lebar 1,00 meter dan h = 0,86 meter, penampang ini lebih kecil. Namun kecepatan yang
didapat tidak jauh berbeda, dimana pada saluran tanah sebesar : 0,60 meter/detik.
Pembuang Intern untuk mengalirkan kelebihan air dari sawah untuk mencegah
terjadinya genangan dan kerusakan tanaman, atau untuk mengatur banyaknya air tanah
sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman.
Jaring pembuang intern terdiri dari saluran pembuang kuarter, tersier, sekunder dan
primer yang berturut-turut mengalirkan air kelebihan dari petak sawah ke sungai atau laut.
Sedangkan pembuang ekstern dilayani oleh sungai-sungai atau parit yang masuk dari luar
daerah Irigasi dan melintasi daerah irigasi.
Khusus pada daerah pantai, dimana muka air sungai sangat dipengaruhi pasang
surut laut atau saluran pembuang berhubungan dengan laut, maka naik turunnya muka air
sungai akibat pasang surut laut perlu dipertimbangkan.
Kalau dirasa perlu di hilir saluran pembuang dilengkapi dengan bangunan pengatur
pembuangan, baik dalam bentuk pintu sorong maupun dalam bentuk pintu klep otomatis
yang menutup pada waktu muka air sungai naik.
107
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
V.5.2 Debit pembuang untuk padi sawah.
Padi yang dinaman di sawah, tumbuh dalam keadaan tergenang. Oleh karenanya
kalau terjadi air kelebihan baik dari hujan maupun dari melimpahnya air irigasi yang
berlebihan, maka air kelebihan tersebut akan menambah genangan pada petak sawah.
Untuk itu perhitungan debit pembuang didasarkan atas limpasan pembuang yang
dihitung menurut rumus berikut ini :
D(n) = R (n)T + n ( I Et P ) - S.
dimana :
D (n) = limpasan pembuang selama n hari berurut-turut dan sesuai dengan
lamanya genangan, n diambil 3 hari.
R (n)T = curah hujan dalam mm, selama n hari berurut-turut dengan periode ulang T
tahun, sesuai dengan diatas, n diambil 3 hari dan T diambil 5 tahun.
I = Pemberian air irigasi, mm/hari. Besarnya I = 0 kalau irigasi dihentikan, kalau
irigasi tidak dihentikan I = Et.
Et = Evapotranspirasi, mm/hari.
P = Perkolasi, mm/hari. Untuk daerah datar P diambil = 0 sedangkan pada
daerah terjal P = 3 mm/hari.
S = tampungan tambahan, mm. Tampungan tambahan disawah 150 mm
lapisan air maksimum, tampungan tambahan S pada akhir hari-hari
berturutan n diambil maksimum 50 mm.
Berdasar limpasan pembuang tersebut dihitung besarnya modulus pembuang
dengan rumus sebagai berikut :
D(3)
Dm
3 x 8,64
dimana :
Dm = modulus pembuang, lt/detik.ha.
D(3) = limpasan pembuang selama 3 hari.
1 mm/hari = 8,64 liter/detik.ha.
Besarnya debit pembuang rencana, dihitung menurut rumus :
Qd = 1,62 Dm A0,92
dimana :
Qd = debit pembuang rencana, liter/detik.
Dm = modulus pembuang, liter/detik.ha.
A = luas daerah yang dibuang airnya , ha.
Faktor pengurangan luas 1,62 A 0,92 diambil menurut Standar Perencanaan Irigasi,
karena semakin luas areal, semakin jauh juga pusat curah hujan sampai daerah curah hujan
108
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
dan dengan demikian tampungan sementara yang relatif lebih besar, maka dipakai harga
pembuang yang lebih kecil.
Untuk lahan yang bukan sawah, seperti daerah permukiman, lahan kering diantara
sawah, maka perhitungan debit rencana dihitung dengan rumus drainase yang umum
dipakai yaitu sebagai berikut :
dimana :
Qd = debit rencana, liter/detik.
= koeffisien limpasan air hujan, lihat daftar berikut ini.
R(1)5 = curah hujan harian dengan periode ulang 5 tahun, mm
A = luas daerah yang dibuang airnya, ha.
Tanah yang laju infiltrasinya rendah apabila dalam keadaan jenuh sama sekali dan
terutama terdiri dari tanah dengan lapisan yang menahan gerak turun air atau tanah
dengan tekstur agak halus sampai halus. Tanah-tanah ini memiliki laju penyebaran
( transmisi ) air yang rendah.
Tanah yang memiliki laju infiltrasi amat rendah apabila dalam keadaan jenuh sama
sekali dan terutama terdiri dari tanah lempung dengan potensi mengembang tinggi,
tanah dengan muka air tanah tinggi yang permanen, tanah dengan lapisan liat di
atau di dekat permukaan dan tanah dangkal pada bahan yang hampir kedap air.
Tanah-tanah ini memiliki laju penyebaran yang lamban.
Kalau pada suatu daerah irigasi melintas sungai alami, maka debit yang harus
dibuang melalui sungai tersebut dihitung sebagai debit banjir rencana sungai tersebut.
109
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Metode der Weduwen untuk daerah aliran < 100 km2,
Metode Melchior untuk daerah aliran lebih dari 100 km2,
b. Metoda kapasitas saluran, hanya untuk mencek metoda lainnya.
Kerena itu perhitungan debit banjir untuk sungai alami yang melintasi daerah irigasi,
umumnya digunakan metode Weduwen sebagai berikut ini. Metode ini pada dasarnya
merupakan pengembangan dari metode rasional, dimana pada catchment yang agak luas
curah hujan yang terjadi pada seluruh daerah pengaliran tidak akan sama dengan curah
hujan yang terjadi pada salah satu stasiun curah hujan yang ada.
t 0,25 L Q 025 I 0, 25
Rn 67,65
qn
240 t 1,45
Qn qn A
dimana :
Q = Debit banjir ( m3/detik ).
= Koeffisien aliran.
= Koeffisien reduski.
A = Luas daerah pengaliran ( km2 ).
q = Hujan maksimum (m3 /km2 /detik ).
Rn = Curah hujan harian dengan priode ulang n tahunan ( mm).
t = lamanya curah hujan.
Curah hujan maksimum ( Rn ) yang digunakan dalam perhitungan tersebut diatas,
adalah curah hujan harian dengan periode ulang tertentu yang didapat sebagai hasil analisa
frekwensi dari data curah hujan harian maksimum yang terjadi setiap tahun dan sekurang-
kurangnya ada 10 tahun pengamatan. Analisa frekwensi ini dapat menggunakan metode
Gumbell , atau metoda lainnya.
Oleh karena itu dalam perhitungan, lamanya hujan diperkirakan dahulu. Dari
perkiraan ini dihitunglah besarnya debit banjir. Berdasar debit banjir yang didapat, dihitung
lamanya hujan. Kalau lamanya hujan dari hasil perhitungan ini tidak sama dengan perkiraan
110
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
awal, maka angka hasil perhitungan digunakan sebagai perkiraan awal kemudian dihitung
debit banjir dan kemudian lamanya hujan. Iterasi ini dihentikan sampai besarnya lamanya
hujan pada perkiraan sama dengan hasil perhitungan.
Koeffisien Stickler.
0.0281 1,811
41,65
C S n
atau dalam metrik adalah :
n
0.00281
1 41,65
S R
0.00155 1
23
C S n
0.00155 n
1 23
S R
Kecepatan maksimum yang diijinkan untuk saluran pembuang pada dasarnya sama
dengan kecepatan maksimum untuk saluran irigasi. Pada saluran pembuang ini untuk
periode ulang yang tinggi, kecepata yang dijinkan dapat diambil lebih tinggi, karena
terjadinya banjir dengan periode ulang diatas 10 tahun sudah jarang terjadi.
111
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Geometri saluran.
Potongan melintang saluran pembuang direncanakan lebih dalam dari saluran irigasi
dengan alasan sebagai berikut :
untuk mengurangi biaya pelaksanaan dan pembebasan tanah,
variasi tinggi muka air lebih besar, perubahan perubahan pada debit
pembuangandapat diterima untuk jaringan pembuang permukaan.
saluran pembuang yang dalam akan memiliki aliran yang stabil pada debit yang
rendah, sedangkan pada saluran pembuang yang lebar akan menunjukkan aliran
yang berkelok-kelok.
Perbandingan b/h.
Perbandingan b/h saluran pembuang sekunder diambil antara 1 dan 3. Untuk saluran
pembuang yang lebih besar nilai ini diambil lebih dari 3. Untuk saluran pembuang primer
dan sekunder, lebar dasar minimum diambil 0,60 meter.
Kemiringan talut saluran pembuang mirip dengan saluran irigasi. Menurut Standarb
Perencanaan Irigasi, talut saluran pembuang adalah sebagai berikut :
kemiringan minimum talut
No. D = Kedalaman galian ( meter ).
( 1 horisontal dan m vertikal )
1 1,0
D 1,0
Jari-jari minimum lengkung sebagai diukur dalam as untuk saluran pembuang buatan
adalah sebagai berikut :
1 Q5 3 x lebar dasar
Jika diperlukan jari- jari yang lebih kecil, jari- jari tersebut dapat dikurangi sampai 3 x
lebar dasar dengan cara memberi pasangan bagian luar lengkung saluran.
Tinggi jagaan ( w )
Kareena debit pembuang rencana akan terjadi dengan periode ulang rata rata 5
tahun, maka tinggi muka air rencana maksumum diambil sama dengan tinggi muka tanah.
Untuk jaringan pembuang yang juga mengalirkan air hujan buangan dari daerah daerah
bukan sawah dan harus memberikan perlindungan penuh terhadapo banjir, maka tinggi
jagaan akan diambil 0,4 1,0 meter.
112
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
V.5.6 Contoh perhitungan :
Pada Daerah Irigasi Sanggau Ledo, sebagian dari petak primer kiri dibuang melalui
sungai Ngadan. Areal yang akan dibuang airnya melalui sungai tersebut mencapai areal
seluas 837 ha, 625 ha diantaranya berupa sawah dan sisanya adalah pemukiman serta
lahan kering. Luas Catchment sungai ini sampai batas daerah irigasi Sanggau Ledo adalah
5,6 km2 dengan panjang sungai = 3,3 km dan kemiringan sungai = 0,01.
Data curah hujan yang digunakan adalah dari Stasiun Seluas Kabupaten Sambas,
untuk tahun 1979 pada bulan Januari adalah sebagai daftar berikut ini.
Tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
C. 84. 0.2 1.4 7.6 13. 0 0 0 72. 90. 0 0 0 0 0 0
Hujan 8 2 3 3
Tanggal 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
C. 0 0 4.7 5.5 68. 9.0 0.5 8.2 20. 127.7 0. 4.8 0 73. 8.4
Hujan 1 0 9 3
Sedangkan besarnya curah hujan harian maksimum tahunan adalah sebagai berikut :
Tahun 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984
Curah Hujan 105 145 67 133 113 190 108
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa curah hujan maksimum harian adalah sebesar
127.7 mm yang terjadi pada tanggal 26. Namun curah hujan 3 harian terjadi pada tanggal 9,
10 dan 11 yaitu sebesar 162,6 mm. Dengan demikian, maka curah hujan harian maksimum
adalah 127,7 mm dan curah hujan 3 harian maksimum., maka R(3) 5 untuk stasiun Seluas
tersebut adalah 162,6 mm.
113
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
f. Dengan demikian pembuangan yang harus dilakukan selama 3 hari ( n Dm ) adalah 94.6
mm.
g. Untuk setiap harinya limpasan pembuangan = 94,6/3 = 31,5 mm/hari
h. Dan modulus pembuangnya = 31,5/8,64 = 3,64 liter/detik/ha.
Atau dengan rumus :
D(n) = R (n)T + n ( I Et P ) - S = 162,6 + 3 ( 0 6 0 ) 50 = 94,6 mm
D(3) 31,5
Dm 3,64liter/detik/ha.
3 x 8,64 3 x 8,64
Dengan luas sawah 625 ha, maka debit pembuang rencana untuk daerah
persawahan adalah :
Luas bukan sawah = 837 625 = 212 ha. Karena lahan bukan sawah tersebut
umumnya permukiman dan tegalan, maka diambil untuk tanaman ladang dan sesuai
dengan kondisi tanah yang ada, kondisi tanah diperkirakan sesuai dengan kelompok C,
sehingga nilai = 0,75. Besarnya curah hujan maksimum harian adalah sebesar 127.7 mm (
sesuai dengan perhitungan diatas ), maka :
Qd = 0,116 R(1)5 A0,92 = 0,116 . 0,75 . 127,7 . 212 0,92 = 1534 liter/detik = 1,5
m3/detik.
Dengan demikian maka debit saluran pembuang adalah Q = 2,2 + 1,5 = 3,7
m3/detik.
114
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
dan jumlah data, dalam hal ini n = 23. Sedangkan kolom keempat y = - ln ( - ln ( i )) dari
nilai i pada kolom ketiga. Nilai yn didapat dari daftar , begitu juga nilai Sn, untuk n = 13.
S
x-x 2
x n -1
dimana nilai rata-rata x diambil dari rata-rata kolom kedua dan hasilnya didapat Sx =
34.28 mm. Dan dengan demikian nilai :
Untuk periode ulang 25 tahun, Probabilitasnya adalah 0,96, sehingga nilai y untuk
probabilitas ini adalah :
y = - ln ( - ln ( 1 - 0,96 )) = 3.20
Dengan nilai y = 3.20 tersebut didapat besarnya x dihitung dari persamaan :
y =a(x-u)
dan didapat : x = 210 mm.
Ternyata lamanya hujan dari hasil perhitungan ini ( 1,78 jam ), belum sama dengan
perkiraan semula. Untuk itu perhitungan diulangi dengan menggunakan nilai t = 1,78 jam.
Perhitungan tersebut hasilnya seperti pada daftar berikut ini.
No. to qn Qn t
1 9.00 0.98 5.66 0.67 20.94 1.78
2 1.78 0.97 18.30 0.83 82.66 1.50
3 1.50 0.97 20.05 0.84 91.60 1.48
4 1.48 0.97 20.18 0.85 92.27 1.48
Dari perhitungan tersebut didapat debit banjir rencana sebesar 92,27 m3/detik. Ini
berarti bahwa debitr sungai Ngadan pada bagian hulu, sampai batas daerah irigasi adalah
92,27 m3/detik. Sedangkan di bagian hilir, sesudah saluran pembuang debitnya adalah =
92,27 + 3,7 = 95,97 m3/detik.
Dimensi sungai Ngadan bagian hilir dihitung dengan menggunakan rumus Chezy
seperti diuraiakan diatas.
115
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
0.00155 1
23
S n
Q = V . A dan V C R S dimana C
0.00155 n
1 23
S R
Karena lebar sungai yang ada adalah 20 meter dan n diambil = 0,033 ( sungai
berumput ), kemiringan sungai = 0,01 untuk nilai h = 1,30 sampai 1,34 adalah sebagai
berikut :
b h A P R n C V Q
20 1.30 27.69 23.68 1.17 0.033 31.33 3.39 93.81
20 1.31 27.92 23.71 1.18 0.033 31.37 3.40 95.04
20 1.32 28.14 23.73 1.19 0.033 31.42 3.42 96.28
20 1.33 28.37 23.76 1.19 0.033 31.46 3.44 97.52
20 1.34 28.60 23.79 1.20 0.033 31.51 3.45 98.77
Karena debit sungai Ngadan bagian hilir adalah 95,97 m3/detik, maka kedalaman
sungai Ngadan pada waktu banjir adalah 1,32 meter.
116
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..