Anda di halaman 1dari 22

Irigasi dan Bangunan Air I

BAB V
PERENCANAAN SALURAN
IV.1 UMUM..........................................................................................................
IV.1.1 Beberapa pengertian...............................................................................

IV.1.2 Kriteria Hidrolis Saluran..........................................................................


IV.2 DASAR PERHITUNGAN...................................................................................
IV.2.1 Perhitungan debit Rencana.....................................................................

IV.2.2 Kapasitas Saluran...................................................................................

IV.2.3 Rumus-rumus kecepatan.........................................................................


IV.3 PERENCANAAN SALURAN TANAH.................................................................100
IV.3.1 Karakteristrik Saluran Tanah..................................................................100

IV.3.2 Contoh perhitungan perencanaan saluran tanah.....................................102


IV.4 PERENCANAAN SALURAN PASANGAN...........................................................104
IV.4.1 Jenis - jenis Saluran Pasangan dan kegunaannya...................................104

IV.4.2 Karerkteristrik Saluran Pasangan...........................................................104

IV.4.3 Contoh perhitungan perencanaan saluran pasangan...............................106


IV.5 PERENCANAAN SALURAN PEMBUANG...........................................................107
IV.5.1 Jaringan Pembuang...............................................................................107

IV.5.2 Debit pembuang untuk padi sawah........................................................108

IV.5.3 Debit pembuang untuk daerah bukan sawah..........................................109

IV.5.4 Debit pembuang untuk sungai alami......................................................109

IV.5.5 Karakteristrik Saluran Pembuang...........................................................111

IV.5.6 Contoh perhitungan :............................................................................113

95
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I

BAB V.
PERENCANAAN SALURAN.
V.1 UMUM.
V.1.1 Beberapa pengertian.
1. Saluran irigasi.
Saluran irigasi adalah saluran yang berfungsi untuk mengalirkan air dari bangunan
utama sampai ke petak sawah.
2. Saluran Pembuang
Saluran Pembuang adalah saluran yang berfungsi membuang air kelebihan keluar
daerah irigasi agar tidak terjadi genangan.
3. Saluran tanah
Saluran tanah yaitu saluran irigasi yang digali pada tanah asal atau pada tanah
timbunan, tanpa lapisan yang memperkuat dinding maupun dasar saluran.
4. Saluran pasangan
Saluran pasangan adalah saluran yang dinding dan dasar salurannya dilapisi dengan
bahan yang kedap air.
5. Debit rencana.
Debit rencana adalah debit yang harus dialirkan oleh suatu saluran sesuai dengan
luas areal yang dilayaninya.
6. Kapasitas saluran.
Kapasitas saluran adalah kemampuan saluran untuk mengalirkan debit.

V.1.2 Kriteria Hidrolis Saluran.

Perencanaan saluran, harus memenuhi beberapa kriteria hidrolis yaitu :


1. Kapasitas saluran sama atau lebih besar dari debit rencana.
2. Tidak mengalami sedimentasi sehingga mendangkalkan saluran.
3. Tidak mengalami erosi baik pada dinding maupun dasar saluran.
Untuk dapat mengalirkan debit yang direncanakan, maka saluran irigasi harus
mempunyai penampang basah dan kemiringan memanjang saluran yang memadai sehingga
didapat rencana penampang dan kecepatan aliran yang mampu mengalirkan debit yang
direncanakan.

Agar tidak terjadi sedimentasi yang menyebabkan pendangkalan saluran, maka


kecepatan aliran yang didapat tidak boleh terlalu rendah sehingga pada kecepatan yang
rendah tersebut, pengendapan akan terjadi. Untuk itu kemiringan memanjang saluran serta
penampang yang direncanakan harus menjamin tidak terjadinya endapan.

Agar tidak terjadi erosi, maka kecepatan aliran tidak boleh melebihi kecepatan yang
diijinkan sesuai dengan karakteristik saluran tersebut dibuat.

V.2 DASAR PERHITUNGAN.


V.2.1 Perhitungan debit Rencana.

Debit yang direncanakan untuk dialirkan sebuah saluran irigasi dihitung beradas
rumus berikut ini :

c . NFR . A
Q
e
dimana :
Q = Debit rencana, l/detik.

96
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
c = koeffisien pengurangan akibat sistem golongan.
NFR = kebutuhan air di sawah ( netto ), liter/detik/ha.
A = luas daerah yang diairi, ha.
e = effisiensi irigasi.
Besarnya kebutuhan air disawah ( NFR).

Besarnya kebutuhan bersih air disawah dihitung berdasar :


a. Besarnya Evapotransirasi tanaman ( Etc ).
b. Besarnya perkolasi ( P ).
c. besarnya curah hujan effektif ( Re ).
d. Besarnya kebutuhan air untuk penggantian air ( WLR ).
Besarnya kebutuhan air disawah telah dibahas pada bab II mengenai Kebutuhan air
irigasi.

Koeffisien pengurangan sistem golongan.

Koeffisien pengurangan sistem golongan, adalah pengurangan debit puncak akibat


diadakannya rotasi teknis. Melalui rotasi teknis ini areal irigasi dibagi menjadi beberapa
kelompok atau golongan dan permulaan tanam dari setiap golongan ditentukan berbeda 15
hari. Dengan adanya rotasi teknis ini maka kebutuhan air puncak yang umumnya terjadi
pada saat pengolahan lahan terbagi merata sehingga terjadi pengurangan debit puncak,
seperti telah dibahas dalam bab II.

Keuntungan adanya rotasi ini adalah :


1. Berkurangnya kebutuhan pengambilan puncak.
2. Kebutuhan pengambilan berangsur-angsur pada awal waktu pemberian air irigasi ( pada
periode penyiapan lahan ), seiring dengan makin bertambahnya debit sungai ;
kebutuhan puncak dapat ditunda.
Sedangkan kerugian adanya rotasi ini adalah :
1. Timbulnya komplikasi sosial.
2. Eksploitasi lebih rumit.
3. Kehilangan air akibat eksploitasi sedikit lebih tinggi,
4. Jangka waktu irigasi untuk tanaman pertama lebih lama, akibatnya lebih sedikit waktu
tersedia untuk tanaman kedua.
Dengan adanya kerugian tersebut, maka menurut Standar Perencanaan Irigasi, untuk
Proyek Irigasi yang kurang dari 10.000 ha dan menambil air langsung dari sungai tidak ada
pengurangan debit rencana atau koeffisien pengurangan C = 1.

Effisiensi irigasi.

Besarnya kehilangan air di jaringan irigasi menurut Standar Perencanaan Irigasi


adalah sebagai berikut :
15 22,5 % di petak tersier, antara bangunan sadap tersier dan sawah.
7,5 % - 12,5 % di saluran sekunder.
7,5 % 12,5 % di saluran utama.
Dan besarnya effisiensi irigasi = 100 % kehilangan air, sehingga :
et ( effisiensi jaringan tersier ) = 77,5 % - 85 %
es ( effisiensi jaringan sekunder ) = 87,5 % - 92,5 %
ep ( effisiensi jaringan primer ) = 87,5 % - 92,5 %
Sehingga effisiensi total ( e ) = et x es x ep mempunyai nilai antara 0,59 0,73.

Mengingat posisi bangunan sadap itu dapat berada pada saluran sekunder maupun
saluran primer, maka kebutuhan air di bendung bagi petak tersier yang menyadap dari
saluran sekunder, ketiga kehilangan air tersebut akan diperhitungkan dalam menghitung

97
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
kebutuhan airnya. Tapi bagi petak tersier yang menyadap langsung ke saluran primer,
kehilangan yang diperhitungkan hanya kehilangan di saluran tersier dan di saluran primer.

Luas daerah yang diairi.

Luas daerah yang diairi oleh saluran tersier adalah luas petak tersier yang
bersangkutan. Mengingat ada petak tersier yang menyadap langsung ke saluran primer dan
ada yang menyadap dari saluran sekunder, maka diberikan notasi yang berbeda terhadap
keduanya :
Luas petak tersier yang menyadap langsung ke saluran primer : Atp.
Luas petak tersier yang menyadap ke saluran sekunder : Ats.
Sedangkan luas daerah irigasi yang diairi oleh saluran sekunder adalah jumlah luas
petak petak tersier yang menyadap pada saluran sekunder yang bersangkutan. Kalau luas
yang diari oleh saluran sekunder adalah As, maka :

As = Ats.

Untuk menghitung luas daerah yang diairi oleh saluran primer adalah luas daerah
yang diairi oleh saluran sekunder dan saluran tersier yang mengambil air dari saluran primer
tersebut. Kalau luas daerah irigasi yang diairi oleh saluran primer ini adalah Ap, maka :

Ap = As + Atp

I.6. Debit rencana untuk saluran tersier, sekunder dan primer.

Berdasar uraian tersebut diatas, maka besarnya debit rencana seperti yang
diasmpaikan pada awal bab ini penerapannya adalah sebagai berikut :

Saluran Tersier.
c . NFR . Ats c . NFR . Atp
Q atau Q
et et

Saluran sekunder.

c . NFR . As c . NFR . Ats


Q atau Q
es es. et

Saluran primer.

c . NFR . As c . NFR . Atp c . NFR . Ats c . NFR . Atp


Q atau Q
es. ep et . ep et. es. ep et. ep

Contoh perhitungan.

Pada gambar III.19 terdahulu adalah skema Daerah Irigasi Sanggau Ledo yang
mempunyai luas areal 1.516 Ha yang dialirkan melalui dua saluran primer. Saluran primer
kiri adalah saluran primer Tebudak Kiri yang melayani areal seluas 827 Ha. Bagian hilir
saluran primer ini yaitu pada BTU Kr 4, mencabang saluran sekunder Paket A. Sedangkan
saluran primer kanan adalah saluran primer Tebudak Kanan, melayani 689 Ha. Sebagian
areal dilayani oleh saluran sekunder Transos seluas 430 Ha dam saluran sekunder Jawa
seluas 114 Ha.

Untuk Daerah Irigasi tersebut, ditentukan :


1. Kebutuhan air normal adalah 1,184 liter /detik/ha.
2. Effisiensi jaringan tersier 0.8 atau kehilangan air 20 %.
3. Effisiensi jaringan sekunder 0,90 atau kehilangan air 10 %.
4. Effisiensi jaringan primer 0,95 atau kehilangan air 5 %.
5. Koeffisien pengurangan = 1

98
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Kebutuhan air untuk saluran tersier TS 2 kn.

Luas areal yang dilayani 98 ha.

c . NFR . Ats 1 . 1,184 . 98


Q 145,04 liter/ detik .
et 0,8
Kebutuhan air untuk saluran sekunder Transos Ruas 1 :

Luas yang dilayani 430 ha.

c . NFR . Ats 1 . 1,184 . 430


Q 707,11 liter/ detik .
et . es 0,8 . 0.90
Kebutuhan air saluran primer Tebudak Kanan Ruas 6 :

Luas areal yang dilayani 569 ha terdiri dari :

Langsung dari Saluran primer ( Atp) : 139 ha.

Lewat saluran sekunder ( Ats) : 430 ha.

c . NFR . Atp c . NFR . Ats 1 . 1,184 . 139 1 . 1,184 . 430


Q 960.87 liter/ detik .
et . ep et . es . ep 0,8 . 0,95 0,8 . 0,9 . 0,95
V.2.2 Kapasitas Saluran

Kapasitas Saluran atau Debit yang dapat dialirkan oleh suatu penampang, dapat
dihitung melalui rumus :

Q=v.A

dimana :

Q = Debit yang dialirkan, m3/detik.


v = Kecepatan aliran, m/detik.
A = Luas penampang basah, m2.
Besarnya kecepatan aliran dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini
sedangkan luas penampang basah dihitung berdasar bentuk penampang, serta kedalaman
basahnya.

V.2.3 Rumus-rumus kecepatan.

a) Rumus Strickler.

v = k . R2/3 . I

dimana :

v = kecepatan aliran, meter/detik.


k = koeffisien kekasaran Stickler.
R = Jari-jari hiraulis = A/P
A = Luas penampang basah,m2.
P = Keliling basah, m.
I = Kemiringan memanjang saluran.
Elemen penampang saluran yaitu :

99
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
luas penampang ( A ),
keliling basah ( P ) dan
jari-jari hidraulis ( R ),
tergantung bentuk penampang seperti berikut ini.
Daftar IV.3. Elemen penampang saluran.

Bentuk penampang Luas penampang


Keliling basah Jari-jari hidraulis
persegi

b.h b+2h b.h


b 2h

trapesium
( b mh ) h
( b + mh ) h b 2h ( 1 m2 ) 2
b 2h (1 m )

V.3 PERENCANAAN SALURAN TANAH.


V.3.1 Karakteristrik Saluran Tanah.

Koeffisien Stickler.

Besarnya koeffisien Stickler ( k ), tergantung kepada faktor-faktor berikut ini :


kekasaran permukaan saluran,
ketidak teraturan permukaan saluran,
trase,
vegetasi ( tetumbuhan ),
sedimen.
Bentuk dan besar/kecilnya partikel di permukaan saluran merupakan ukuran
kekasaran. Akan tetapi untuk saluran tanah ini hanya merupakan bagian kecil saja dari
kekasaran total. Pada saluran irigasi, ketidak teraturan permukaan yang menyebabkan
perubahan dalam keliling basah dan potongan melintang mempunyai pengaruh yang lebih
penting pada koefisien kekasaran saluran daripada kekasaran permukaan. Perubahan-
perubahan mendadak pada permukaan saluran akan mcmperbesar koefisien kekasaran.
Perubahan-perubahan ini dapat disebabkan oleh penyelesaian konstruksi saluran yang jelek
atau karena erosi pada talut saluran. Terjadinya riak-riak di dasar saluran akibat interaksi
aliran di perbatasannya juga berpengaruh terhadap kekasaran saluran.

Pengaruh vegetasi terhadap resistensi sudah jelas; panjang dan kerapatan vegetasi
adalah faktor-faktor yang menentukan. Akan tetapi tinggi air dan kecepatan aliran sangat
membatasi pertumbuhan vegetasi. Vegetasi diandaikan minimal untuk harga-harga k yang
dipilih dan dipakai dalam perencanaan saluran. Pengaruh trase saluran terhadap koefisien
kekasaran dapat diabaikan, karena dalam perencanaan saluran tanpa pasangan akan
dipakai tikungan berjari-jari besar.

Pengaruh faktor-faktor di atas terhadap koefisien kekasaran saluran akan bervariasi


menurut ukuran saluran. Ketidakteraturan pada permukaan akan menyebabkan perubahan
kecil di daerah potongan melintang di saluran yang besar ketimbang di saluran kecil.
Koefisien-koefisien kekasaran untuk perencanaan saluran irigasi disajikan pada daftar IV.4.
berikut ini.

100
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Perbandingan b/h.

Pada debit yang kecil perbandingan b/h diambil = 1, sedangkan pada debit yang
lebih besar b/h diambil lebih dari 1. Kalau b/h diambil kurang dari 1, maka saluran menjadi
tidak stabil. Menurut Standar Perencanaan Irigasi Ditjen Pengairan, besarnya perbandingan
b/h untuk berbagai debit adalah seperti pada daftar IV.4 berikut ini.
Daftar IV.4. Karakteristik saluran tanah menurut Standar Perencanaan Irigasi.
Debit dalam kemiringan talut perbandingan b/h faktor kekasaran
m3/detik 1:m Stickler ( k )
0,15 0,30 1,0 1,0 35
0,30 0,50 1,0 1,0 1,2 35
0,50 0,75 1,0 1,2 1,3 35
0,75 1,00 1,0 1,3 1,5 35
1,00 1,50 1,0 1,5 1,8 40
1,50 3,00 1,5 1,8 2,3 40
3,00 4,50 1,5 2,3 2,7 40
4,50 5,00 1,5 2,7 2,9 40
5,00 6,00 1,5 2,9 3,1 42,5
6,00 7,50 1,5 3,1 3,5 42,5
7,50 9,00 1,5 3,5 3,7 42,5
9,00 10,00 1,5 3,7 3,9 42,5
10,00 11,00 2,0 3,9 4,2 45
11,00 15,00 2,0 4,2 4,9 45
15,00 25,00 2,0 4,9 6,5 45
25,00 40,00 2,0 6,5 9,0 45
Kecepatan Rencana.

Pada dasarnya kecepatan rencana ditentukan berdasar kecepatan yang diijinkan.


Besarnya kecepatan yang diijinkan ini besarnya tergantung pada :
Jenis Tanah.
Nilai Banding Rongga.
Perbandingan antara Jari-jari lengkungan terhadap lebar permukaan air.
Kedalaman air rencana.
Namun untuk Irigasi sederhana dan tanah lempung yang normal ( tidak terlalu
berpasir dan tidak terlalu banyak butir halus ) nilai kecepatan rencana ini sebaiknya diambil
antara 0,20 meter/detik sampai 0,60 meter/detik. Untuk saluran kecil sebaiknya
menggunakan kecepatan yang lebih rendah.

Tinggi jagaan ( w )

Jagaan atau freeboard suatu saluran ialah jarak vertikal dari puncak saluran ke
permukaan air pada kondisi rencana.

Jagaan ini berguna untuk menjaga kerusakan tanggul saluran akibat :


Meningginya muka air diatas muka air maksimum sehingga air melimpah lewat
atas tanggul.
Mencegah kerusakan tanggul saluran akibat gelombang yang terjadi pasa
saluran.
Meningginya muka air melebihi tinggi yang telah direncanakan, dapat terjadi oleh
penutupan pintu secara tiba-tiba disebelah hilir maupun akibat bertambah besarnya
debit.

Meningginya muka air disaluran dapat pula terjadi akibat pengaliran air buangan ke
saluran. Timbulnya gelombang antara lain disebabkan oleh gerakan angin.

Besarnya tinggi jagaan minimum yang diberikan pada saluran primer dan sekunder
pada debit rencana saluran adalah seperti pada Daftar IV.5 berikut ini.

101
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Daftar IV.5. Tinggi jagaan untuk saluran tanah.

Debit = Q ( m3/detik ) Tinggi jagaan ( w ). Gambar penampang


< 0,5 0,40
0,5 1,5 0,50
1,5 5,0 0,60
5,0 10,0 0,75
10,0 15,0 0,85
> 15,0 1,00

V.3.2 Contoh perhitungan perencanaan saluran tanah.

Kasus I : Kemiringan memanjang dicari.

Saluran primer Tebudak Kanan Ruas 6 :

Luas areal yang dilayani 569 ha terdiri dan dari contoh perhitungan terdahulu
didapat : Q = 960,87 liter/detik = 0,96 m3/detik.

Sesuai dengan daftar IV.4 diatas, untuk Q = 0,96 m3/detik didapat :


Kemiringan talut : m = 1,0
b/h = 1,3 1,5
Koeffisien kekasaran Stikler k = 35
Kecepatan rencana diperkirakan sebesar : 0,60
meter/detik.

Q = v . A --> 0,96 = 0,60 A --> A = 1,60 m2

m = 1,0 --> b = h

A = ( b + mh ) h --> 1,60 = ( b + b ) b --> 2 b2 = 1,60 --> b = 0,894 meter

----> diambil lebar 0,90 meter dan tinggi h = 0,90 meter.


A = ( b + mh ) h = (0,9 + 1 . 0,9) 0,9 = 1,62 m2
P = b 2 h ( 1 m 2 ) = 0,90 + 2 . 0,90 2 = 3,55
R = A / P = 1,62/3,55 = 0,46
Rumus Stickler : v = k . R2/3 . I

v = 0,60 meter/detik ; k = 35 ; R = 0,46

2 2
v 0,60
I 0,000828.
2/3 2/3
k .R 35. 0,46

Kasus II : Kemiringan medan diketahui dan kemiringan memanjang saluran =


kemiringan medan.

Saluran primer Tebudak Kanan Ruas 6 :

Luas areal yang dilayani 569 ha terdiri dan dari contoh perhitungan terdahulu
didapat : Q = 960,87 liter/detik = 0,96 m3/detik.

102
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Direncanakan dengan saluran tanah dengan kemiringan memanjang saluran sama
dengan kemiringan medan : 0,00056

Sesuai dengan daftar IV.4 diatas, untuk Q = 0,96 m3/detik didapat :


Kemiringan talut : m = 1,0
b/h = 1,3 1,5
Koeffisien kekasaran Stikler k = 35
Kecepatan rencana diperkirakan sebesar : 0,50 meter/detik.

Q = v . A --> 0,96 = 0,50 A --> A = 1,92 m2

m = 1,0 --> b = h

A = ( b + mh ) h --> 1,92 = ( b + b ) b --> 2 b2 = 1,92 --> b = 0,97 meter

----> diambil lebar 1,00 meter

Rumus Stickler : v = k . R2/3 . I

k = 35 ; I = 0,00056 ; b = 1,00 meter dan m = 1.

P= 2 dan A = ( b + mh) h dan R = A / P dengan, dengan cara coba


b 2h (1 m )
coba :

h A P R v Q Dari daftar disamping ini dapat


0.90 1.71 3.55 0.48 0.51 0.87 dilihat bahwa untuk h = 0,95
0.91 1.74 3.57 0.49 0.51 0.89 meter akan memberi nilai Q =
0.92 1.77 3.60 0.49 0.52 0.91 0,97 m3/detik.
0.93 1.79 3.63 0.49 0.52 0.93
0.94 1.82 3.66 0.50 0.52 0.95 Dengan demikian dimensi Saluran
0.95 1.85 3.69 0.50 0.52 0.97 primer Tebudak Kanan Ruas 6
0.96 1.88 3.72 0.51 0.53 0.99 adalah :
0.97 1.91 3.74 0.51 0.53 1.01 b = 1,00 meter
0.98 1.94 3.77 0.51 0.53 1.03 h = 0,95 meter
0.99 1.97 3.80 0.52 0.53 1.05 m = 1,0
1.00 2.00 3.83 0.52 0.54 1.07 w = 0,50 meter
I = 0,00056
A = 1,91 m2

Kontrol terhadap kecepatan :


Q = v . A --> 0,96 = v . 1,91 ---> v = 0.50 meter/detik. Kecepatan ini lebih kecil
dibanding dengan kecepatan pada kemiringan 0.00086 yaitu 0,60 meter/detik.

V.4 PERENCANAAN SALURAN PASANGAN.


V.4.1 Jenis - jenis Saluran Pasangan dan kegunaannya.

Saluran pasangan adalah saluran yang dinding dan dasar salurannya dilapisi dengan
bahan yang kedap air. Banyak bahan yang dapat digunakan untuk pasangan, namun
menurut Standar Perencanaan Irigasi jenis pasangan yang dianjurkan adalah :
pasangan batu,
beton,
tanah.
Penggunaan bahan-bahan yang lain tidak dianjurkan, karena sulitnya memperoleh
persediaan bahan, teknik pelaksanaan yang lebih rumit dan kelemahan-kelemahan bahan
itu sendiri. Tebal minimum untyuk pasangan batu diambil 30 cm dan untuk beton tebal

103
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
minimum 8 cm untuk saluran kecil ( sampai 6 m3/detik ) yang dikonstruksi dengan baik dan
10 cm untuk saluran yang lebih besar. Untuk saluran pasangan semen tanah atau semen
tanah yang dipadatkan, tebal minimum diambil 10 cm untuk saluran kecil dan 15 cm untuk
saluran yang lebih besar. Tebal saluran pasangan tanah diambil 60 cm untuk dasar saluran
dan 75 cm untuk talud saluran.
Kegunaan saluran pasangan ini dimaksudkan untuk :
mencegah kehilangan air akibat rembesan,
mencegah gerusan dan erosi,
mencegah merajalelanya tumbuhan air,
mengurangi biaya pemeliharaan,
memberi kelonggaran untuk lengkung yang lebih besar,
tanah yang dibebaskan lebih kecil.
Besarnya rembesan dapat dihitung dengan rumus Moritz ( USBR ) :
S = 0,035 . C . ( Q/v )
dimana :
S = kehilangan akibat rembesan, m3/dt per km panjang saluran.
Q = debit, m3/detik.
v = kecepatan, m/detik.
0,035 = faktor konstanta, m/km.
Besarnya harga C adalah sebagai berikut :
Jenis tanah Harga C,
m/hari
kerikil sedimentasi dan lapisan penahan ( hard pan) dengan geluh pasiran
0,10
lempung dan geluh lempungan
0,12
geluh pasiran 0,20
abu volkanik 0,21
pasir dan abu volkanik atau lempung
0,37
lempung pasiran dengan batu
0,51
batu pasiran dan kerikilan 0,67

V.4.2 Karerkteristrik Saluran Pasangan.

Koeffisien Stickler.

Besarnya koeffisien Stickler ( k ) untuk saluran pasangan yang dianjurkan dipakai


menurut Standar Perencanaan Irigasi adalah :
pasangan batu 60
pasangan beton 70
pasangan tanah 35 45

Perbandingan b/h.

Untuk saluran pasangan tidak ada ketentuan untuk perbandingan b/h, namun
idealnya penampang saluran tahan erosi seperti saluran pasangan ini didisain sebagai
penampang hidrolis terbaik, yaitu penampang yang memiliki keliling basah terkecilsehingga
memiliki hantaran terbaik. Untuk saluran irigasi dimana bentuk penampang yang umum
dipakai adalah penampang persegi dan penampang trapesium, penampang hidrolis terbaik
tersebut adalah sebagai berikut :

Daftar IV.6. Elemen penampang saluran dengan penampang hidrolis terbaik.

104
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Bentuk penampang Luas penampang Keliling Jari-jari hidraulis
basah
persegi, setengah bujur
sangkar

b = 2h 2 h2 4h 0,5 h

trapesium, setengah segi


enam
m = 1/3 3
h2 3 2 h 3 h
b = 1/3 h
3

Menurut standar perencanaan Irigasi kemiriniungan talud saluran ( m ) untuk saluran


pasangan besarnya ditentukan berdasar kondisi tanah dasarnya, seperti pada daftar berikut
ini.

Daftar IV.7. Harga harga kemiringan talut untuk saluran pasangan.

Jenis tanah h < 0,75 meter 0,75 meter < h < 1,5 meter

lempung pasiran tanah pasiran 1 1


kohesif

tanah pasiran lepas 1 1,25

geluh pasiran, lempung berpori 1 1,5

tanah gambut lunak 1,25 1,5

Kecepatan Rencana.

Kecepatan kecepatan maksimum untuk aliran subkritis berikut ini diajurkan


pemakaiannya menurut Standar Perencanaan Irigasi :
pasangan batu : 2 m/detik.
pasangan beton : 3 m/detik
pasangan tanah : kecepatan maksimum yang diijinkan.
Tinggi jagaan ( w )

Besarnya tinggi jagaan minimum yang diberikan pada saluran primer dan sekunder
pada debit rencana saluran adalah seperti pada Daftar IV.8 berikut ini.

Daftar IV.8. Tinggi jagaan untuk saluran pasangan.


Debit = Q ( m3/detik ) Tanggul ( F ) ( m ) Pasangan ( F1 ) ( m )
< 0,5 0,40 0,20
0,5 1,5 0,50 0,20
1,5 5,0 0,60 0,25
5,0 10,0 0,75 0,30
10,0 15,0 0,85 0,40
> 15,0 1,00 0,50

V.4.3 Contoh perhitungan perencanaan saluran pasangan.

Kasus I : Kemiringan memanjang dicari.

105
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Saluran primer Tebudak Kanan Ruas 6 :

Luas areal yang dilayani 569 ha terdiri dan dari contoh perhitungan terdahulu
didapat : Q = 960,87 liter/detik = 0,96 m3/detik. Sebagian dari ruas ini diberi pasangan batu
yang mempunyai kemiringan memanjang lebih curam dari bagian saluran yang tidak diberi
pasangan.

Bagian yang diberi pasangan denganm pasangan batu kecepatan rencana diambil 2
meter/detik.

Q = v . A --> 0,96 = 2 A --> A = 0,48 m2

digunakan penampang hidrolis terbaik, A = h2 3 = 0,48

h = 0,53 meter, --> b = 1/3 h 3 = 0,30 meter

bandingkan dengan saluran yang tidak diberi pasangan dengan lebar 0,90 meter dan tinggi
h = 0,90 meter.
A = h2 3 = 0.48 dan P = 2 h 3 = 1,83 sehingga R = A / P = 0,48/1,83 = 0,2622
Rumus Stickler : v = k . R2/3 . I

v = 2 meter/detik ; k = 60 ; R = 0,26

2 2
v 2
I 0,00669.
k . R 2/3 2/3
60. 0,26

---> bandingkan dengan kemiringan saluran tanah = 0,000828.

Cek : apakah aliran masih subkritis :

v 2
Bilangan Freude Fr 0,87 ternyata < 1 berarti masih sub kritis.
gh 9,8. 0,53

Kasus II : Kemiringan medan diketahui dan kemiringan memanjang saluran =


kemiringan medan.

Saluran primer Tebudak Kanan Ruas 6 :

Luas areal yang dilayani 569 ha terdiri dan dari contoh perhitungan terdahulu
didapat : Q = 960,87 liter/detik = 0,96 m3/detik.

Direncanakan sebagian ruas diberi saluran


pasangan dengan kemiringan memanjang saluran
sama dengan kemiringan medan : 0,00056, dengan
Koeffisien kekasaran Stikler k = 60 dan kecepatan
rencana diperkirakan sebesar : 2 meter/detik.

Q = v . A --> 0,96 = 2 A --> A = 0,48 m2


Penampang hidrolkis terbaik :
lebar saluran = b = 1/3 h 3
A = h2 3 ; P = 2 h 3; R = A / P
Rumus Stickler : v = k . R2/3 . I
v = 2 meter/detik ; k = 60 ; I = 0,00056, dengan cara coba coba :

106
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Dari daftar disamping ini dapat
h b A P R v Q dilihat bahwa untuk h = 0,55
0.90 0.32 1.17 3.12 0.37 0.74 0.86 meter dan b = 0,27 meter akan
0.91 0.32 1.19 3.15 0.38 0.74 0.89 memberi nilai Q = 0,95 yang
0.92 0.32 1.22 3.19 0.38 0.75 0.91 mendekati dengan harga Q =
0.93 0.33 1.25 3.22 0.39 0.75 0.94 0,96.
0.94 0.33 1.27 3.26 0.39 0.76 0.97
0.95 0.33 1.30 3.29 0.40 0.77 1.00 Dengan demikian dimensi
0.96 0.33 1.33 3.33 0.40 0.77 1.02 Saluran primer Tebudak Kanan
0.97 0.33 1.36 3.36 0.40 0.78 1.05 Ruas 6 adalah :
0.98 0.33 1.39 3.39 0.41 0.78 1.08
b = 0,94 meter
0.99 0.33 1.41 3.43 0.41 0.79 1.11
h = 0,33 meter
1.00 0.33 1.44 3.46 0.42 0.79 1.14 F tanggul = 0,50 meter
F1 = 0,20 meter.
I = 0,00056
A = 1,27 m2
Kecepatan yang terjadi dari daftar tersebut : 0,76 meter/detik.

Cek : apakah aliran masih subkritis :

v 0,76
Bilangan Freude Fr 0,42 ternyata < 1 berarti masih sub kritis.
gh 9,8. 0,33

Dibanding dengan saluran tanah dengan kemiringan yang sama, dengan penampang
: lebar 1,00 meter dan h = 0,86 meter, penampang ini lebih kecil. Namun kecepatan yang
didapat tidak jauh berbeda, dimana pada saluran tanah sebesar : 0,60 meter/detik.

V.5 PERENCANAAN SALURAN PEMBUANG.


V.5.1 Jaringan Pembuang.

Jaringan Pembuang pada suatu daerah irigasi mempunyai dua fungsi :

Pembuang Intern untuk mengalirkan kelebihan air dari sawah untuk mencegah
terjadinya genangan dan kerusakan tanaman, atau untuk mengatur banyaknya air tanah
sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman.

Pembuang ekstern untuk mengalirkan air dari luar daerah irigasi.

Jaring pembuang intern terdiri dari saluran pembuang kuarter, tersier, sekunder dan
primer yang berturut-turut mengalirkan air kelebihan dari petak sawah ke sungai atau laut.
Sedangkan pembuang ekstern dilayani oleh sungai-sungai atau parit yang masuk dari luar
daerah Irigasi dan melintasi daerah irigasi.

Perencanaan jaringan pembuang yang membuang langsung ke sungai alami, perlu


memperhatikan kondisi aliran sungai tersebut, terutama akibat banjir yang mengakibatkan
tertahannya aliran saluran pembuang oleh muka air sungai.

Khusus pada daerah pantai, dimana muka air sungai sangat dipengaruhi pasang
surut laut atau saluran pembuang berhubungan dengan laut, maka naik turunnya muka air
sungai akibat pasang surut laut perlu dipertimbangkan.

Kalau dirasa perlu di hilir saluran pembuang dilengkapi dengan bangunan pengatur
pembuangan, baik dalam bentuk pintu sorong maupun dalam bentuk pintu klep otomatis
yang menutup pada waktu muka air sungai naik.

107
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
V.5.2 Debit pembuang untuk padi sawah.

Padi yang dinaman di sawah, tumbuh dalam keadaan tergenang. Oleh karenanya
kalau terjadi air kelebihan baik dari hujan maupun dari melimpahnya air irigasi yang
berlebihan, maka air kelebihan tersebut akan menambah genangan pada petak sawah.

Namun genangan yang melebihi 20 cm harus dihindari karena akan mengurangi


hasil panen. Besar kecilnya penurunan hasil panen yang diakibatkan oleh air kelebihan
tergantung pada :
Dalamnya air kelebihan itu.
Berapa lamanya genangan tersebut terjadi.
Tahap pertumbuhan tanaman.
Varietas padi.
Menurut Standar Perencanaan Irigasi, jika tanaman tergenang sedalam lebih dari 20
cm selama jangka waktu lebih dari 3 hari, maka hampir dapat dipastikan bahwa tidak akan
ada panenan.

Untuk itu perhitungan debit pembuang didasarkan atas limpasan pembuang yang
dihitung menurut rumus berikut ini :

D(n) = R (n)T + n ( I Et P ) - S.

dimana :
D (n) = limpasan pembuang selama n hari berurut-turut dan sesuai dengan
lamanya genangan, n diambil 3 hari.
R (n)T = curah hujan dalam mm, selama n hari berurut-turut dengan periode ulang T
tahun, sesuai dengan diatas, n diambil 3 hari dan T diambil 5 tahun.
I = Pemberian air irigasi, mm/hari. Besarnya I = 0 kalau irigasi dihentikan, kalau
irigasi tidak dihentikan I = Et.
Et = Evapotranspirasi, mm/hari.
P = Perkolasi, mm/hari. Untuk daerah datar P diambil = 0 sedangkan pada
daerah terjal P = 3 mm/hari.
S = tampungan tambahan, mm. Tampungan tambahan disawah 150 mm
lapisan air maksimum, tampungan tambahan S pada akhir hari-hari
berturutan n diambil maksimum 50 mm.
Berdasar limpasan pembuang tersebut dihitung besarnya modulus pembuang
dengan rumus sebagai berikut :

D(3)
Dm
3 x 8,64

dimana :
Dm = modulus pembuang, lt/detik.ha.
D(3) = limpasan pembuang selama 3 hari.
1 mm/hari = 8,64 liter/detik.ha.
Besarnya debit pembuang rencana, dihitung menurut rumus :

Qd = 1,62 Dm A0,92

dimana :
Qd = debit pembuang rencana, liter/detik.
Dm = modulus pembuang, liter/detik.ha.
A = luas daerah yang dibuang airnya , ha.
Faktor pengurangan luas 1,62 A 0,92 diambil menurut Standar Perencanaan Irigasi,
karena semakin luas areal, semakin jauh juga pusat curah hujan sampai daerah curah hujan

108
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
dan dengan demikian tampungan sementara yang relatif lebih besar, maka dipakai harga
pembuang yang lebih kecil.

V.5.3 Debit pembuang untuk daerah bukan sawah.

Untuk lahan yang bukan sawah, seperti daerah permukiman, lahan kering diantara
sawah, maka perhitungan debit rencana dihitung dengan rumus drainase yang umum
dipakai yaitu sebagai berikut :

Qd = 0,116 R(1)5 A0,92

dimana :
Qd = debit rencana, liter/detik.
= koeffisien limpasan air hujan, lihat daftar berikut ini.
R(1)5 = curah hujan harian dengan periode ulang 5 tahun, mm
A = luas daerah yang dibuang airnya, ha.

Daftar III. Besarnya koeffisien limpasan air hujan.


Penutup tanah Kelompok hidrologis tanah
C D
Hutan lebat 0,60 0,70
Hutan tidak lebat 0,65 0,75
Tanaman ladang atau daerah 0,75 0,80
terjal
Kelompok hidrologis tanah C :

Tanah yang laju infiltrasinya rendah apabila dalam keadaan jenuh sama sekali dan
terutama terdiri dari tanah dengan lapisan yang menahan gerak turun air atau tanah
dengan tekstur agak halus sampai halus. Tanah-tanah ini memiliki laju penyebaran
( transmisi ) air yang rendah.

Kelompok hidrologis tanah D :

Tanah yang memiliki laju infiltrasi amat rendah apabila dalam keadaan jenuh sama
sekali dan terutama terdiri dari tanah lempung dengan potensi mengembang tinggi,
tanah dengan muka air tanah tinggi yang permanen, tanah dengan lapisan liat di
atau di dekat permukaan dan tanah dangkal pada bahan yang hampir kedap air.
Tanah-tanah ini memiliki laju penyebaran yang lamban.

Kelompok A dab B tidak digunakan disini.

V.5.4 Debit pembuang untuk sungai alami.

Kalau pada suatu daerah irigasi melintas sungai alami, maka debit yang harus
dibuang melalui sungai tersebut dihitung sebagai debit banjir rencana sungai tersebut.

Menurut Standar Perencanaan Irigasi, perhitungan debit banjir rencana dapat


dilakukan dengan berbagai metoda :

1. Data banjir pada sungai tersedia.


a. Analisis frekuensi dengan distribusi frekuensi ekstrim, kalau data yang ada
cukup.
b. Analisis frekuensi dengan metode debit diatas ambang, kalau data yang
ada kurang dari 20 tahun.
2. Data banjir tidak tersedia.

a. Hubungan empiris antara curah hujan limpasan hujan :

109
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Metode der Weduwen untuk daerah aliran < 100 km2,
Metode Melchior untuk daerah aliran lebih dari 100 km2,
b. Metoda kapasitas saluran, hanya untuk mencek metoda lainnya.

Kerena itu perhitungan debit banjir untuk sungai alami yang melintasi daerah irigasi,
umumnya digunakan metode Weduwen sebagai berikut ini. Metode ini pada dasarnya
merupakan pengembangan dari metode rasional, dimana pada catchment yang agak luas
curah hujan yang terjadi pada seluruh daerah pengaliran tidak akan sama dengan curah
hujan yang terjadi pada salah satu stasiun curah hujan yang ada.

Untuk itu Weduwen menggunakan koeffisien reduksi, untuk mendapatkan besarnya


curah hujan yang mewakili besarnya curah hujan yang merata di seluruh daerah pengaliran.
Koeffisien reduksi ini bersama dengan luasnya daerah pengaliran, oleh Weduwen dihitung
mempengaruhi besarnya koeffisien pengaliran.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Koeffisien aliran dihitung menurut rumus :
4,1
1
q7

b. Koeffisien reduksi ( ) dihitung dengan rumus :


t 1
120 A
t9

120 A

c. Waktu konsentrasi dihitung menurut rumus :

t 0,25 L Q 025 I 0, 25

d. Curah hujan maksimum dihitung menurut rumus :

Rn 67,65
qn
240 t 1,45

e. Debit banjir dihitung menurut rumus :

Qn qn A
dimana :
Q = Debit banjir ( m3/detik ).
= Koeffisien aliran.
= Koeffisien reduski.
A = Luas daerah pengaliran ( km2 ).
q = Hujan maksimum (m3 /km2 /detik ).
Rn = Curah hujan harian dengan priode ulang n tahunan ( mm).
t = lamanya curah hujan.
Curah hujan maksimum ( Rn ) yang digunakan dalam perhitungan tersebut diatas,
adalah curah hujan harian dengan periode ulang tertentu yang didapat sebagai hasil analisa
frekwensi dari data curah hujan harian maksimum yang terjadi setiap tahun dan sekurang-
kurangnya ada 10 tahun pengamatan. Analisa frekwensi ini dapat menggunakan metode
Gumbell , atau metoda lainnya.

Dari rumus-rumus tersebut diatas nampak adanya saling ketergantungan dari


masing-masing variabel. Lamanya curah hujan tergantung dari besarnya debit, sedangakan
besarnya debit tergantung dari curah hujan maksimum. Curah hujan maksimum ini
besarnya juga tergantung dari lamanya hujan.

Oleh karena itu dalam perhitungan, lamanya hujan diperkirakan dahulu. Dari
perkiraan ini dihitunglah besarnya debit banjir. Berdasar debit banjir yang didapat, dihitung
lamanya hujan. Kalau lamanya hujan dari hasil perhitungan ini tidak sama dengan perkiraan

110
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
awal, maka angka hasil perhitungan digunakan sebagai perkiraan awal kemudian dihitung
debit banjir dan kemudian lamanya hujan. Iterasi ini dihentikan sampai besarnya lamanya
hujan pada perkiraan sama dengan hasil perhitungan.

V.5.5 Karakteristrik Saluran Pembuang.

Koeffisien Stickler.

Besarnya koeffisien Stickler ( k ), tergantung kepada faktor-faktor berikut ini :


kekasaran dasar dan talut saluran,
lebatnya vegetasi ( tetumbuhan ),
panjangnya batang vegetasi
ketidak teraturan permukaan saluran dan trase,
jari-jari hidrolis dan dalamnya saluran.
Karena saluran pembuang tidak selalu terisi air, vegetasi akan mudah sekali tumbuh
dan akan mengurangi harga k. Penyiangan yang teratur akan memperkecil pengureangan
harga k. Standar Perencanaan Irigasi menyarankan penggunaan harga k untuk saluran yang
vegetasinya dipotong secara teratur sebagai berikut :
Kedalaman air di saluran pembuang > 1,5 meter k = 30.
Kedalaman air di saluran pembuang 1,5 meter k = 25.
Untuk saluran saluran alami tidak ada harga k yang dapat diberikan. Standar
Perencanaan Irigasi menyarankan menggunakan harga k menurut kepustakaan yang relevan
seperti dalam buku Hidrolika Saluran Terbuka oleh Van Te Chow dimana koeffisien Chezy
menurut Ganguillet - Kutter yang dalam satuan Inggris adalah seperti berikut ini :

0.0281 1,811
41,65
C S n
atau dalam metrik adalah :
n
0.00281
1 41,65
S R
0.00155 1
23
C S n
0.00155 n
1 23
S R

( Theory & Design of Irrigation Structures oleh R.R. Varshney dkk ).

Sedangkan besarnya nilai n adalah seperti dalam daftar berikut ini :


No. Dispripsi saluran Nilai n
1 Tanah, lurus dan seragam.
a. Bersih lurus dan seragam 0,016 sampai 0,020
b. bersih setelah pembersihan 0,018 sampai 0,025
c. Rumput pendsek dengan sedikit gulma. 0,022 sampai 0,033
2 Galian batu.
a. halus dan seragam 0,025 sampai 0,040
b. Tidak beraturan 0,035 sampai 0,050
( Theory & Design of Irrigation Structures oleh R.R. Varshney dkk ).

Kecepatan Maksimum Yang diijinkan.

Kecepatan maksimum yang diijinkan untuk saluran pembuang pada dasarnya sama
dengan kecepatan maksimum untuk saluran irigasi. Pada saluran pembuang ini untuk
periode ulang yang tinggi, kecepata yang dijinkan dapat diambil lebih tinggi, karena
terjadinya banjir dengan periode ulang diatas 10 tahun sudah jarang terjadi.

111
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Geometri saluran.

Potongan melintang saluran pembuang direncanakan lebih dalam dari saluran irigasi
dengan alasan sebagai berikut :
untuk mengurangi biaya pelaksanaan dan pembebasan tanah,
variasi tinggi muka air lebih besar, perubahan perubahan pada debit
pembuangandapat diterima untuk jaringan pembuang permukaan.
saluran pembuang yang dalam akan memiliki aliran yang stabil pada debit yang
rendah, sedangkan pada saluran pembuang yang lebar akan menunjukkan aliran
yang berkelok-kelok.
Perbandingan b/h.

Perbandingan b/h saluran pembuang sekunder diambil antara 1 dan 3. Untuk saluran
pembuang yang lebih besar nilai ini diambil lebih dari 3. Untuk saluran pembuang primer
dan sekunder, lebar dasar minimum diambil 0,60 meter.

Kemiringan talut saluran.

Kemiringan talut saluran pembuang mirip dengan saluran irigasi. Menurut Standarb
Perencanaan Irigasi, talut saluran pembuang adalah sebagai berikut :
kemiringan minimum talut
No. D = Kedalaman galian ( meter ).
( 1 horisontal dan m vertikal )
1 1,0
D 1,0

2 1,0 D < 2,0 1,5

3 D > 2,0 2,0

Lengkung saluran pembuang.

Jari-jari minimum lengkung sebagai diukur dalam as untuk saluran pembuang buatan
adalah sebagai berikut :

No. Q rencana ( m3/detik ) Jari-jari minimum, meter

1 Q5 3 x lebar dasar

2 5 < Q 7,5 4 x lebar dasar

3 7,5 < Q 10 5 x lebar dasar

4 10 < Q 15 6 x lebar dasar

5 Q > 15 7 x lebar dasar

Jika diperlukan jari- jari yang lebih kecil, jari- jari tersebut dapat dikurangi sampai 3 x
lebar dasar dengan cara memberi pasangan bagian luar lengkung saluran.

Tinggi jagaan ( w )

Kareena debit pembuang rencana akan terjadi dengan periode ulang rata rata 5
tahun, maka tinggi muka air rencana maksumum diambil sama dengan tinggi muka tanah.
Untuk jaringan pembuang yang juga mengalirkan air hujan buangan dari daerah daerah
bukan sawah dan harus memberikan perlindungan penuh terhadapo banjir, maka tinggi
jagaan akan diambil 0,4 1,0 meter.

112
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
V.5.6 Contoh perhitungan :

Pada Daerah Irigasi Sanggau Ledo, sebagian dari petak primer kiri dibuang melalui
sungai Ngadan. Areal yang akan dibuang airnya melalui sungai tersebut mencapai areal
seluas 837 ha, 625 ha diantaranya berupa sawah dan sisanya adalah pemukiman serta
lahan kering. Luas Catchment sungai ini sampai batas daerah irigasi Sanggau Ledo adalah
5,6 km2 dengan panjang sungai = 3,3 km dan kemiringan sungai = 0,01.

Data curah hujan yang digunakan adalah dari Stasiun Seluas Kabupaten Sambas,
untuk tahun 1979 pada bulan Januari adalah sebagai daftar berikut ini.

Tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
C. 84. 0.2 1.4 7.6 13. 0 0 0 72. 90. 0 0 0 0 0 0
Hujan 8 2 3 3

Tanggal 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
C. 0 0 4.7 5.5 68. 9.0 0.5 8.2 20. 127.7 0. 4.8 0 73. 8.4
Hujan 1 0 9 3

Sedangkan besarnya curah hujan harian maksimum tahunan adalah sebagai berikut :
Tahun 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984
Curah Hujan 105 145 67 133 113 190 108

Tahun 1985 1986 1987 1988 1989 1990


Curah Hujan 69 124 157 130 96 99
Data tersebut merupakan curah hujan harian dan 3 harian yang terbesar dalam
tahun 1979 tersebut dan ternyata juga dari hasil analisa curah hujan dengan periode ulang
5 tahunan didapat bahwa curah hujan yang terjadi pada tahun 1979 itu merupakan curah
hujan dengan periode ulang 5 tahunan. Untuk itu akan dihitung berapa debit yang harus
dialirkan oleh saluran pembuang serta debit yang harus dialirkan oleh sungai Ngadan pada
DI Sanggau Ledo tersebut.

Debit Pembuangan dari sawah.

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa curah hujan maksimum harian adalah sebesar
127.7 mm yang terjadi pada tanggal 26. Namun curah hujan 3 harian terjadi pada tanggal 9,
10 dan 11 yaitu sebesar 162,6 mm. Dengan demikian, maka curah hujan harian maksimum
adalah 127,7 mm dan curah hujan 3 harian maksimum., maka R(3) 5 untuk stasiun Seluas
tersebut adalah 162,6 mm.

Gambar III. Contoh perhitungan Neraca Air disawah.

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa :


a. Curah hujan kumulatif pada hari pertama adalah 72,3 mm sedangkan pada hari ke 2 dan
ke 3 sebesar 162,6 mm.
b. Pemberian air irigasi dihentikan sehingga I = 0 mm.
c. Besarnya genangan yang diijinkan ( S ) adalah 50 mm dan S maksimum pada hari
kedua belum mencapai 200 mm.
d. Evapotranspirasi diperkirakan 6 mm/hari sehingga untuk 3 hari ( n Et ) = 18 mm.
e. Besarnya perkolasi dihitung = 0 karena untuk tanah datar.

113
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
f. Dengan demikian pembuangan yang harus dilakukan selama 3 hari ( n Dm ) adalah 94.6
mm.
g. Untuk setiap harinya limpasan pembuangan = 94,6/3 = 31,5 mm/hari
h. Dan modulus pembuangnya = 31,5/8,64 = 3,64 liter/detik/ha.
Atau dengan rumus :
D(n) = R (n)T + n ( I Et P ) - S = 162,6 + 3 ( 0 6 0 ) 50 = 94,6 mm
D(3) 31,5
Dm 3,64liter/detik/ha.
3 x 8,64 3 x 8,64
Dengan luas sawah 625 ha, maka debit pembuang rencana untuk daerah
persawahan adalah :

Qd = 1,62 Dm A0,92 = 1,62 . 3,64 . 6250,92 = 2.202 liter/detik = 2,2 m3/detik.

Debit Pembuangan dari bukan sawah.

Luas bukan sawah = 837 625 = 212 ha. Karena lahan bukan sawah tersebut
umumnya permukiman dan tegalan, maka diambil untuk tanaman ladang dan sesuai
dengan kondisi tanah yang ada, kondisi tanah diperkirakan sesuai dengan kelompok C,
sehingga nilai = 0,75. Besarnya curah hujan maksimum harian adalah sebesar 127.7 mm (
sesuai dengan perhitungan diatas ), maka :
Qd = 0,116 R(1)5 A0,92 = 0,116 . 0,75 . 127,7 . 212 0,92 = 1534 liter/detik = 1,5
m3/detik.
Dengan demikian maka debit saluran pembuang adalah Q = 2,2 + 1,5 = 3,7
m3/detik.

Debit Pembuangan dari sungai Ngadan.


Untuk menghitung debit banjir rencana sungai Ngadan, kita harus menghitung dulu
besarnya curah hujan dengan periode ulang 25 tahunan dengan menggunakan metode
Gumbell sebagai berikut :
-ln(-ln )
x - x 2
orde x

1 67 0.07 -0.97 2577.51


2 69 0.14 -0.67 2378.43
3 96 0.21 -0.43 473.89
4 99 0.29 -0.23 352.28
5 103 0.36 -0.03 218.13
6 105 0.43 0.17 163.05
7 113 0.50 0.37 22.74
8 124 0.57 0.58 38.82
9 130 0.64 0.82 149.59
10 133 0.71 1.09 231.97
11 145 0.79 1.42 741.51
12 157 0.86 1.87 1539.05
13 190 0.93 2.60 5217.28
rata-rata 117.77 14104.30
n= 13 yn = 0.5070
Sx = 34.28 Sn = 0.9971
a= 0.02908395 u = 100.336938
4 2
T=25; P = 0.96
y 3.20
R25 210
Daftar tersebut menghitung curah hujan maksimum dengan periode ulang 25 tahun.
Pada daftar tersebut, kolom kedua adalah data curah hujan harian maksimum yang disusun
dari kecil ke besar. Kolom ketiga besarnya i = m / ( n + 1 ), dimana m adalah nilai kolom 1

114
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
dan jumlah data, dalam hal ini n = 23. Sedangkan kolom keempat y = - ln ( - ln ( i )) dari
nilai i pada kolom ketiga. Nilai yn didapat dari daftar , begitu juga nilai Sn, untuk n = 13.

Besarnya Sx dihitung berdasar rumus :

S
x-x 2
x n -1

dimana nilai rata-rata x diambil dari rata-rata kolom kedua dan hasilnya didapat Sx =
34.28 mm. Dan dengan demikian nilai :

a = Sn/Sx = 0,9971/34.28 = 0.029083954

u = x - yn/a = 117.77 - 0.5070/0.029083954 = 100.3369382

Untuk periode ulang 25 tahun, Probabilitasnya adalah 0,96, sehingga nilai y untuk
probabilitas ini adalah :
y = - ln ( - ln ( 1 - 0,96 )) = 3.20
Dengan nilai y = 3.20 tersebut didapat besarnya x dihitung dari persamaan :
y =a(x-u)
dan didapat : x = 210 mm.

Untuk perhitungan ini digunakan perkiraan lamanya hujan to = 9 jam, sehingga :


t 1 9 1
120 A 120 5.6
t9 99
0.98
120 A 120 56
4,1 4,1
1 1 0,67
q7 0,98 . 5,67 7
Rn 67,65 210 67,65
qn 5,66
240 t 1,45 240 9 1,45
Qn qn A 0,67 . 0,98 . 5,66 . 5,6 20,94
025 0, 25 0,125
t 0,25 L Q I 0,25 . 3,3 . 20,94 . 0,010, 25 1,78

Ternyata lamanya hujan dari hasil perhitungan ini ( 1,78 jam ), belum sama dengan
perkiraan semula. Untuk itu perhitungan diulangi dengan menggunakan nilai t = 1,78 jam.
Perhitungan tersebut hasilnya seperti pada daftar berikut ini.

Daftar III.17. Contoh perhitungan banjir rencana dengan menggunakan metode


Weduwen.

No. to qn Qn t
1 9.00 0.98 5.66 0.67 20.94 1.78
2 1.78 0.97 18.30 0.83 82.66 1.50
3 1.50 0.97 20.05 0.84 91.60 1.48
4 1.48 0.97 20.18 0.85 92.27 1.48

Dari perhitungan tersebut didapat debit banjir rencana sebesar 92,27 m3/detik. Ini
berarti bahwa debitr sungai Ngadan pada bagian hulu, sampai batas daerah irigasi adalah
92,27 m3/detik. Sedangkan di bagian hilir, sesudah saluran pembuang debitnya adalah =
92,27 + 3,7 = 95,97 m3/detik.

Dimensi sungai Ngadan.

Dimensi sungai Ngadan bagian hilir dihitung dengan menggunakan rumus Chezy
seperti diuraiakan diatas.

115
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
0.00155 1
23
S n
Q = V . A dan V C R S dimana C
0.00155 n
1 23
S R

Karena lebar sungai yang ada adalah 20 meter dan n diambil = 0,033 ( sungai
berumput ), kemiringan sungai = 0,01 untuk nilai h = 1,30 sampai 1,34 adalah sebagai
berikut :
b h A P R n C V Q
20 1.30 27.69 23.68 1.17 0.033 31.33 3.39 93.81
20 1.31 27.92 23.71 1.18 0.033 31.37 3.40 95.04
20 1.32 28.14 23.73 1.19 0.033 31.42 3.42 96.28
20 1.33 28.37 23.76 1.19 0.033 31.46 3.44 97.52
20 1.34 28.60 23.79 1.20 0.033 31.51 3.45 98.77
Karena debit sungai Ngadan bagian hilir adalah 95,97 m3/detik, maka kedalaman
sungai Ngadan pada waktu banjir adalah 1,32 meter.

116
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..

Anda mungkin juga menyukai