ADHITYA D11103022
BAB II.
a. Banjir.
Suatu keadaan aliran sungai, dimana permukaan airnya lebih tinggi dari pada
suatu ketinggian tertentu ( pada umumnya ditetapkan sama dengan titik tinggi
bantaran sungai).
b. Debit Banjir.
Besarnya aliran sungai diukur dalam satuan ( m3/detik ) pada waktu banjir.
d. Intensitas Hujan.
Intensitas hujan yaitu besarnya curah hujan jangka pendek yang umum
dinyatakan dalam mm/jam, yaitu besarnya curah hujan dalam satu jam.
Besarnya curah hujan yang terjadi pada dua atau tiga hari berturut-turut.
Besarnya curah hujan dua atau tiga harian yang tertinggi dalam satu tahun.
i. Curah hujan wilayah.
Curah hujan wilayah ( regional rainfall ), adalah besarnya curah hujan rata-rata
dalam mm di seluruh wilayah yang ditinjau. Besarnya curah hujan ini diperkirakan
berdasar data curah hujan dari titik-titik pada wilayah yang bersangkutan.
j. Probabilitas.
dengan probabilitas 80 % adalah 120 m3/detik dimana data yang ada 120 data,
berarti 80 % x 120 data = 96 data mempunyai nilai sama atau lebih kecil dari 120
m3/detik. Demikian juga kalau pada suatu stasiun diketahui ada 25 data curah hujan
harian dan curah hujan dengan probailitas 60 % adalah 126 mm, berarti bahwa 60 %
x 25 data = 15 data mempunyai nilai sama atau lebih kecil dari 126 mm.
k. Periode ulang.
Periode ulang adalah kemungkinan terjadinya suatu kejadian satu kali dalam
sejumlah tahun. Dalam hubungan dengan debit banjir, kalau dikatakan bahwa curah
hujan sebesar 60 mm itu adalah curah hujan harian dari suatu stasiun dengan
periode ulang 5 tahun, maka curah hujan sama atau lebih besar dari 60 mm itu
peluang terjadinya satu kali dalam 5 tahun.
Pemilihan periode ulang yang tinggi akan menghasilkan debit banjir yang
cukup besar, sedangkan periode ulang yang pendek akan menuntut resiko kerusakan
bangunan yang cukup tinggi.
P = 1 - ( 1 - 1 / T )N
dimana :
P adalah resiko.
N adalah umur rencana.
T adalah periode ulang.
Daftar II.1.Resiko keruntuhan pada berbagai nilai periode ulang dan umur rencana.
Periode ulang
Umur
Rencana 2 5 10 20 50 100 200 500
1 50.0 20.0 10.0 5.0 2.0 1.0 0.5 0.2
2 75.0 36.0 19.0 9.8 4.0 2.0 1.0 0.4
4 93.8 59.0 34.4 18.5 7.8 3.9 2.0 0.8
6 98.4 73.8 46.9 26.5 11.4 5.9 3.0 1.2
8 99.6 83.2 57.0 33.7 14.9 7.7 3.9 1.6
10 99.9 89.3 65.1 40.1 18.3 9.6 4.9 2.0
20 - 98.8 87.8 64.2 33.2 18.2 9.5 3.9
50 - - 99.5 92.3 63.6 39.5 22.2 9.5
100 - - - 99.4 86.7 63.4 39.4 18.1
200 - - - - 98.2 86.6 63.3 33.0
500 - - - - - 99.3 91.8 63.2
Jadi untuk umur rencana 100 tahun dan periode ulang 50 tahun, resiko
keruntuhannya adalah sebesar 86,7 %. Ini lebih kecil dibanding dengan resiko untuk
periode ulang 20 tahun yaitu 99,4 %. Dengan demikian maka dengan mengambil
periode ulang 50 tahun, maka resiko keruntuhannya semakin kecil.
Apabila data yang tersedia antara 3 sampai 10 tahun, maka metode yang
dapat dipakai adalah metoda debit puncak diatas ambang, dimana debit rencana
dihitung berdasar puncak banjir yang didapat dari Pos Duga Air Otomatik yang
melebihi harga ambang yang disepakati.
Kalau data curah hujan itu juga tidak cukup tersedia, maka yang dapat
digunakan adalah metode pengamatan lapangan yaitu berdasar pengamatan atau
informasi tentang tinggi muka air banjir puncak yang didapat dari penduduk atau
tanda-tanda yang ada. Data tinggi muka air banjir puncak ini di konversikan menjadi
besarnya debit banjir puncak dengan menghitung luas penempang aliran dan
kecepatan yang terjadi. Analisa kecepatan didasarkan atas perkiraan koeffisien
kekasaran, kemiringan energi yang terjadi pada saat banjir puncak, sesungguhnya
menghasilkan perhitungan yang tidak pasti dan tidak tepat. Metode ini juga disebut
metode kemampuan palung sungai karena menghitung banyaknya air yang dapat
dialirkan oleh penampang sungai dalam keadaan banjir.
Metode ini sebaiknya digunakan untuk menilai apakah besarnya debit banjir
puncak yang didapat dari kedua metode terdahulu masuk akal atau tidak. Kalau debit
banjir yang didapat dari hasil analisa terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka perlu
ditinjau kembali periode ulang yang digunakan dalam perhitungan. Dalam keadaan
luas daerah aliran sungai terlalu sulit ditentukan, maka cara ini adalah satu-satunya
cara yang mungkin digunakan untuk menentukan debit banjir. Perlu diperhatikan
bahwa perhitungan banjir pada daerah tepi pantai yang terpengaruh pasang surut,
maupun debit banjir pada sungai yang Daerah Pengalirannya saling berhubungan,
diperlukan perhitungan tersendiri.
Metode Analisa frekwensi terhadap data banjir ini hanya dapat dilakukan kalau
data banjir tahunan cukup tersedia minimal untuk jangka waktu 20 tahun. Analisa
frekwensi ini dapat menggunakan metode yang umum dipakai seperti : Gumbell dan
Log-normal.
Rumus umum dari metode frekwensi ini adalah :
Xt = X + K . Sx
dimana :
Xt = Perkiraan nilai untuk periode ulang T.
K = Faktor frekwensi untuk periode ulang T.
Sx = Standar deviasi dari X.
dimana :
T = Periode Ulang.
P = Probabilitas.
Penggambaran garis probabilitas, dapat juga ditentukan berdasar persamaan
probabilitas sebagai berikut :
y =a(x-u) ; a = Sn/Sx ; u = x - yn/a ; Sn ( yn )
2
( y n )
2 ;
2 1 2
( yn ) ym
n
2 2
(Xi X ) N 2
Sx atau Sx (X X )
n 1 N 1
N yn Sn N yn Sn N yn Sn
5 0.4588 0.7928 31 0.5371 1.1159 57 0.5511 1.1709
6 0.4690 0.8388 32 0.5380 1.1193 58 0.5515 1.1722
7 0.4774 0.8749 33 0.5388 1.1225 59 0.5518 1.1734
8 0.4843 0.9043 34 0.5396 1.1256 60 0.5521 1.1747
9 0.4902 0.9288 35 0.5403 1.1285 61 0.5524 1.1759
10 0.4952 0.9496 36 0.5411 1.1313 62 0.5527 1.1770
11 0.4996 0.9676 37 0.5417 1.1339 63 0.5530 1.1782
12 0.5035 0.9833 38 0.5424 1.1365 64 0.5532 1.1793
13 0.5070 0.9971 39 0.5430 1.1390 65 0.5535 1.1803
14 0.5100 1.0095 40 0.5436 1.1413 66 0.5538 1.1814
15 0.5128 1.0206 41 0.5442 1.1436 67 0.5540 1.1824
16 0.5154 1.0306 42 0.5448 1.1458 68 0.5543 1.1834
17 0.5177 1.0397 43 0.5453 1.1479 69 0.5545 1.1844
18 0.5198 1.0481 44 0.5458 1.1499 70 0.5548 1.1854
19 0.5217 1.0557 45 0.5463 1.1518 71 0.5550 1.1863
20 0.5236 1.0628 46 0.5468 1.1537 72 0.5552 1.1872
21 0.5252 1.0694 47 0.5472 1.1555 73 0.5555 1.1881
22 0.5268 1.0755 48 0.5477 1.1573 74 0.5557 1.1890
23 0.5282 1.0812 49 0.5481 1.1590 75 0.5559 1.1898
24 0.5296 1.0865 50 0.5485 1.1607 76 0.5561 1.1907
25 0.5309 1.0914 51 0.5489 1.1623 77 0.5563 1.1915
26 0.5321 1.0961 52 0.5493 1.1638 78 0.5565 1.1923
27 0.5332 1.1005 53 0.5497 1.1653 79 0.5567 1.1931
28 0.5343 1.1047 54 0.5501 1.1668 80 0.5569 1.1938
29 0.5353 1.1086 55 0.5504 1.1682 81 0.5571 1.1946
30 0.5362 1.1124 56 0.5508 1.1695 82 0.5573 1.1953
Dengan memasukkan nilai y untuk berbagai periode ulang ( Yt ) dalam
persamaan garis probabilitas : y = a ( x - u ) akan didapat harga X, yaitu debit banjir
rencana.
Besarnya Reduce Variate untuk periode ulang tertentu, dihitung menurut rumus :
T
Y t ln ln
T 1
Secara analitis, besarnya debit banjir rencana menurut metode Gumbell ini dihitung
menurut rumus :
X t X K .S x
Nilai K untuk perhitungan dengan metode Gumbell adalah sebagai berikut :
Yt Yn
K
Sn
Daftar II.4. Besarnya K untuk berbagai periode ulang(T) dan banyaknya data (N).
N Periode Ulang ( T )
Gambar IV.1.
y
P T
KERTAS PROBABILITAS GUMBELL
(%) (tahun)
1000
7,0
99,9
99.8 500
99,7 400
6,0
99,6 300
99,6 250
99.5 200
99 100
90
80
70
60
4,0
98 50
97,5 40
96,6 30
20
3,0
95
90 10
9
8 2,0
7
6
5
80
4
75
3 1,0
66
50 2
1,9
1,8
1,7
1,6 0,0
1,5
1,4
1,3
16 1,2
9 1,1
-1,0
0,99 1,01
0,099 1,001
-2,0
Contoh Perhitungan.
Xi
X
n
Dimana :
2 2
(Xi X ) N 2
Sx atau Sx (X X )
n 1 N 1
Perhitungan debit rata-rata dan deviasi standar, menggunakan daftar II.8. berikut ini.
Besarnya Yt untuk periode ulang yang diinginkan, dapat diambil dari daftar
II.3. terdahulu.
Yt Yn
K =(X .S x )
Sn
N +1
m Tahun Debit = X T= X2 X-X
m
1 1965 181.2 22.00 32,833.44 9,217.8287
2 1971 179.5 11.00 32,220.25 8,894.2863
3 1968 120.1 7.33 14,424.01 1,218.6749
4 1981 110.2 5.50 12,144.04 625.4763
X = 85.19 X2 8,705.75
X
2
= 7,257.42 Sx 39.00 39.00
T Yt Yn Sn Sx K
5 1.4999 0.5252 1.0694 38.9968 0.91
10 2.2504 0.5252 1.0694 38.9968 1.61
25 3.1985 0.5252 1.0694 38.9968 2.50
50 3.9019 0.5252 1.0694 38.9968 3.16
100 4.6001 0.5252 1.0694 38.9968 3.81
Dengan memasukkan besarnya nilai K dalam rumus berikut ini akan didapat
besarnya debit banjir untuk periode ulang yang diinginkan.
Xt X K . Sx
T ( tahun ) 5 10 25 50 100
Dalam Log Pearson Type III, K adalah koordinat-koordinat Pearson Type III yang
dinyatakan dengan jumlah standard deviasi dan rata- rata untuk bermacam-macam
periode ulang atau persentase kemungkinan.
Dimana dalam metode ini data banjir dirubah dalam bentuk logaritma,
sehingga nilai rata-ratanya dihitung menurut rumus :
Log X i
Log X
n
Sedangkan besarnya standar deviasi dihitung menurut rumus :
2
( log X i Log X )
Slog x
n 1
Nilai K untuk setiap periode ulang dapat dilihat pada tabel berikut setelah
dihitung terlebih dahulu asimetri ( skewness ) yang besarnya dihitung menurut
rumus :
Cs
n. (logX i logX 2 )
(n1)(n 2)(logX ) 3
Dimana :
Contoh perhitungan.
Dengan menggunakan data yang sama ( pada daftar II.7 ), kalau debit banjir
rencana dihitung dengan menggunakan metoda Log Pearson Type III, maka langkah
yang dilakukan adalah seperti berikut ini :
Log X i
Log X
n
c. Menghitung srandar deviasi.
e. Mencari harga K.
Besarnya harga K dicari dari daftar berdasar nilai Cs dan Periode Ulang ( T )
yang diinginkan.
Besarnya nilai banjir rencana dapat dihitung dengan mengambil anti log dari
harga-harga log dari perhitungan diatas.
Daftar II. 11. Daftar perhitungan banjir rencana menggunakan metode Log Pearson III.
Daftar II. 11. Daftar perhitungan banjir rencana menggunakan metode Log Pearson III (
lanjutan ).
Distribusi log normal merupakan hasil transformasi dari distribusi normal. Persamaan
garis probabilitas dinyatakan sebagai model matematik dengan persamaan :
log X t log X K . S log x
Perhitungan debit banjir menurut metode ini dapat juga dilakukan secara grafis
dengan menggunakan kertas probabilitas. Sebagai sumbu mendatar menunjukkan
besarnya Log X dan sumbu tegak adalah periode ulang atau peluang.
Daftar II.6. Besarnya K ( nilai variabel Gauss ) untuk digunakan pada distribusi log-
normal.
T(tahun ) Peluang K T(tahun ) Peluang K
1.001 0.999 -3.050 3.330 0.300 0.52
1.005 0.995 -2.580 4 0.250 0.67
1.010 0.990 -2.330 5 0.200 0.84
1.050 0.950 -1.640 10 0.100 1.28
1.110 0.900 -1.280 20 0.050 1.64
1.250 0.800 -0.840 50 0.020 2.05
1.330 0.750 -0.670 100 0.010 2.33
Contoh perhitungan.
Dengan menggunakan data yang sama ( pada daftar II.7 ), kalau debit banjir
rencana dihitung dengan metode ini menggunakan rumus :
Besarnya Log X rata-rata dan standar deviasinya diambil dari perhitungan Log
Pearson, dimana :
Log X = 1.8909
Slog x = 0.1892
Daftar II.12. Hasil perhitungan debit bajir dengan metode Log Normal.
T 5 10 25 50 100
Kalau dibandingkan hasil dari ketiga metode tersebut, adalah seperti daftar
berikut ini .
T ( tahun ) 5 10 25 50 100
1) Puncak banjir harus terpisah dengan interval waktu lebih dari 3 kali dari waktu
terjadinya puncak banjir sebelumnya ( Ts > 3 Tr ).
2) Debit terendah antara dua puncak banjir harus lebih kecil 2/3 dari tinggi banjir
pertama ( qt < 2/3 q1 ).
Debit batas ambang banjir ( qo) diambil sedikit dibawah nilai puncak banjir
yang terjadi dua atau tiga kali setahun selama tahun pengamatan. Sedangkan
besarnya debit banjir rata-rata tahunan dihitung berdasar rumus berikut ini.
1 M
Q q o ( 0,5772 ln L ) m 3 / det ( q qo ) L M
M i 1 i N
dimana :
M = Kejadian banjir diatas ambang.
N = Jumlah tahun pencatatan data.
qo = Debit batas ambang ( m3 /detik )
Contoh perhitungan.
Dari hasil pencatatan debit dari suatu sungai, didapat data puncak-puncak
banjir sebagai berikut ini.
Daftar II.14. Data debit puncak banjir dengan metode puncak banjir diatas ambang.
Dari data tersebut dapat kita ambil sebagai debit batas ambang adalah 50
m3/detik, sehingga semua data yang ada diatas selalu lebih besar dari 50 m3/detik.
Dari data tersebut kita lihat bahwa jumlah data ada 18 data dari 8 tahun
pengamatan. Sedangkan besarnya dan Q rata-rata tahunan yang dihitung menurut
rumus diatas, adalah seperti berikut ini.
Daftar III. 15. Perhitungan dengan metode puncak banjir diatas ambang.
qi 92.9 127.5 107.3 121.9 73.2 59.1 126.7 70.4 103.5
qi - qo 42.9 67.5 57.3 71.9 23.2 9.1 76.7 20.4 53.5
ln L ) m 3/ det 50 52.72
Q q o ( 0,5772 ln 2.25) 123.19
( 0,5772 m3/dt.
Metode ini digunakan kalau data debit banjir yang ada tidak memadai. Metode
ini menggunakan hubungan antara besarnya curah hujan dengan limpasan permu-
kaan. Hubungan ini ditunjukkan menurut rumus sebagai berikut :
Qp = 0,00278 . C . I . A
Dimana :
Qp = debit puncak banjir ( m3 / detik ).
C = koeffisien limpasan.
I = intensitas hujan selama waktu konstentrasi ( mm/jam ).
A = Luas daerah pengaliran ( ha ).
Insentitas curah hujan yang digunakan, dihitung berdasar data curah hujan
perjam atau per menit yang didapat dari pengukur hujan otomatis atau diperkirakan
dari data curah hujan harian maksimum. Waktu untuk menghitung intensitas,
disesuaikan dengan waktu konsentrasi yaitu waktu yang diperlukan oleh air hujan dari
pinggir daerah pengaliran untuk sampai ke sungai.
R 24 24 2 / 3
I
24 t
dimana :
R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm).
t = lamanya curah hujan dalam jam.
m = konstanta/tetapan, yang umumnya besarnya m diambil 2/3.
Selain dengan cara tersebut, kalau tersedia data yang memadai, intensitas
curah hujan dengan frekwensi tertentu dapat dihitung berdasar rumus : Talbot,
Sherman atau Ishiguro.
a. Metode Der Weduwen untuk luas daerah aliran sungai sampai 100 km2.
b. Metode Melchior untuk luas daerah aliran sungai lebih dari 100 km2.
Metode der Weduwen ini digunakan untuk daerah pengaliran yang lebih kecil
dari 100 km2. Metode ini pada dasarnya merupakan pengembangan dari metode
rasional, dimana pada catchment yang agak luas curah hujan yang terjadi pada
seluruh daerah pengaliran tidak akan sama dengan curah hujan yang terjadi pada
salah satu stasiun curah hujan yang ada.
t1
120 A
b. Koeffisien reduksi ( ) dihitung dengan rumus : t9
120 A
c. Waktu konsentrasi dihitung menurut rumus : t 0,25L Q 025I 0,25
Rn 67,65
d. Curah hujan maksimum dihitung menurut rumus : q n
240 t 1,45
dimana :
Q = Debit banjir ( m3/detik ).
= Koeffisien aliran.
= Koeffisien reduksi.
f = Luas daerah pengaliran ( km2 ).
q = Hujan maksimum (m3 /km2 /detik ).
Rn = Curah hujan harian dengan priode ulang n tahunan ( mm).
t = lamanya curah hujan.
Curah hujan maksimum ( R n ) yang digunakan dalam perhitungan tersebut
diatas, adalah curah hujan harian dengan periode ulang tertentu yang didapat
sebagai hasil analisa frekwensi dari data curah hujan harian maksimum yang terjadi
setiap tahun dan sekurang-kurangnya ada 10 tahun pengamatan. Analisa frekwensi
ini dapat menggunakan metode Gumbell , Log Pearson III atau Log normal seperti
yang digunakan untuk analisa frekwesni data banjir seperti yang dibahas terdahulu.
Dari rumus-rumus tersebut diatas nampak adanya saling ketergantungan dari
masing-masing variabel. Lamanya curah hujan tergantung dari besarnya debit,
sedangakan besarnya debit tergantung dari curah hujan maksimum. Curah hujan
maksimum ini besarnya juga tergantung dari lamanya hujan.
Oleh karena itu dalam perhitungan, lamanya hujan diperkirakan dahulu. Dari
perkiraan ini dihitunglah besarnya debit banjir. Berdasar debit banjir yang didapat,
dihitung lamanya hujan. Kalau lamanya hujan dari hasil perhitungan ini tidak sama
dengan perkiraan awal, maka angka hasil perhitungan digunakan sebagai perkiraan
awal kemudian dihitung debit banjir dan kemudian lamanya hujan. Iterasi ini
dihentikan sampai besarnya lamanya hujan pada perkiraan sama dengan hasil
perhitungan.
Contoh perhitungan.
Ternyata lamanya hujan dari hasil perhitungan ini ( 4,55 jam ), belum sama
dengan perkiraan semula. Untuk itu perhitungan diulangi dengan menggunakan nilai
t = 4,55 jam.
Dari perhitungan tersebut didapat debit banjir rencana sebesar 350 m3/detik.
Metode Melchior ini pada dasarnya sama dengan metode Weduwen, hanya
rumus yang digunakan untuk menghitung koeffisien pengaliran maupun koeffisien
reduksi berbeda. Metode Melchior ini dapat digunakan untuk luas daerah pengaliran
yang lebih dari 100 km2.
Rumus yang digunakan oleh Melchior adalah sebagai berikut :
Q n qn A
dimana :
Qn = Debit banjir rencana ( m3/dt ).
= Koeffisien pengaliran.
= Koeffisien reduksi.
qn = curah hujan dalam m3/dt.km2.
A = Luas daerah aliran sungai ( catchment area ).
a. Besarnya koeffisien pengaliran ( ) berkisar 0,42 - 0,62.
Kelompok
Tanah penutup Hidrologis
C D
Termasuk kelompok D ( potensi limpasan air hujan tinggi ) adalah tanah yang
memiliki laju infiltrasi yang rendah pada waktu tanah basah sama sekali, terutama
terdiri dari tanah lempung dengan potensi mengembang yang tinggi, tanah dengan
lapis lempung penahan ( claypan ) di atau dekat permukaan serta tanah dangkal
diatas bahan yang hampir kedap air. Tanah ini memiliki laju tranmisi air yang sangat
lambat.
1970
b. Koeffisien reduksi dihitung dari persamaan : F 3960 1720
0,12
Dimana F adalah
luas daerah pengaruh
hujan dalam km2 .
Daerah pengaruh
hujan ini merupakan
kawasan berbentuk ellips,
yang mengelilingi daerah
aliran sungai ( catchment
area ), dengan sumbu
pendek sekurang-
kurangnya 2/3 dari sumbu
panjang.
Beberapa nilai
untuk beberapa luas
menurut rumus tersebut
adalah seperti pada daftar
berikut ini.
F F F F
10 0.99 160 0.87 500 0.74 1400 0.57
20 0.98 180 0.86 550 0.72 1600 0.55
30 0.97 200 0.85 600 0.71 1800 0.53
40 0.96 220 0.84 650 0.70 2000 0.51
50 0.95 240 0.83 700 0.69 2200 0.49
60 0.94 260 0.82 800 0.66 2400 0.48
70 0.93 280 0.81 900 0.65 2600 0.46
80 0.92 340 0.79 1000 0.63 2800 0.45
100 0.91 360 0.78 1100 0.61 3000 0.44
120 0.90 400 0.77 1200 0.60 3200 0.43
140 0.88 450 0.75 1300 0.58 3400 0.42
seperti pada grafik berikut ini. Grafik tersebut disusun berdasarkan hasil pengukuran
di Observatorium Jakarta selama 28 tahun yaitu dari tahun 1866 1894.
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan air hujan yang jatuh dibagian
tepi cathment untuk mencapai mulut cathment. Menurut Melchior, hujan yang
mengakibatkan banjir adalah curah hujan yang durasinya sama dengan waktu
konsentrasinya.
T=L/v
dimana :
L = Panjang sungai ( km )
v = Kecepatan aliran, m/dt.
d. Kecepatan aliran ( V ) dihitung menurut rumus :
2 H
v 1,315 q A i i
0,9 L
dimana :
i = kemiringan sungai
L = Panjang sungai.
H = Perbedaan ketinggian dasar sungai antara hulu dan hilir.
Dengan demikian untuk menghitung besarnya debit banjir menurut metode
Melchior ini,langkah yang perlu diambil adalah sebagai berikut :
a) Tentukan besarnya curah hujan harian untuk periode ualng rencana yang dipilih.
b) Tentukan besarnya dari daftar III. 18 diatas.
c) Buatlah ellips diatas peta daerah aliran sungai ( catchment area ).
d) Hitunglah A, F, L dan i untuk daerah aliran tersebut.
e) Buatlah perkiraan nilai q dan untuk mempermudah gunakan daftar dibawah ini.
f) Hitunglah besarnya v dan T.
g) Berdasar nilai T yang didapat hitunglah q yang terjadi dengan memperhatikan
besarnya serta distribusi pada T tersebut.
h) Kalau nilai q yang didapat tidak sama dengan perkiraan, maka ulangi perhitungan
dengan menggunakan nilai q yang didapat untuk langkah ( e ).
i) Kalau sudah sama hitunglah Q = . . q . A
F q F q F q F q
0.144 29.6 72 6.25 432 3.05 1440 1.55
0.72 22.45 108 5.25 504 2.85 2160 1.2
1.44 19.9 144 4.75 576 2.65 2880 1.0
7.2 14.15 216 4 648 2.45 4320 0.7
14 11.85 288 3.6 720 2.3 5760 0.54
29 9 360 3.3 1080 1.85 7200 0.48
F (km2) 100 150 200 300 400 500 700 1000 1500 3000
To jam 7.0 7.5 8.5 10.0 11.0 12.0 14.0 16.0 18.0 24.0
Contoh perhitungan.
Akan dihitung debit banjir dari suatu sungai dengan data sebagai berikut :
2
v 1,31 5 q A i 1,31 5 0,65 . 2,11 . 525 . 0,0133 2 0,87 m/dt .
Untuk hujan dengan durasi 11,99 jam, prosentase curah hujan sebesar 90
% ( dari grafik III.2. ). Sehingga besarnya q adalah :
Karena grafik ini untuk curah hujan 200 mm, maka untuk curah hujan 240 mm,
besarnya q = 240/200 x 2,35 = 2,82.
2
v 1,31 5 q A i 1,31 5 2,82 . 525 . 0,0133 2 1,00 m/dt .
L 50 . 1000
T 13.85 jam .
v 1,00 . 60 . 60