Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN HIDROLOGI

1. PENDAHULUAN
Penentuan muka air banjir dari dasar sungai merupakan faktor kritis dalam penentu
elevasi jembatan. Penentuan muka air banjir pada paket perencanaan desain
jembatan ini menggunakan rumus rational. Dimana rumus ini di formulasikan dengan
persamaan sebagai berikut:

Q = 0.278 x C x I x A
Rumus rational formula ini terdapat 3 faktor penentu yaitu luasan catchment area
(A), intensitas hujan rencana sesuai dengan periode ulang desain (untuk penentuan
MAB rencana menggunakan periode ulang 50 tahun) dan koefisien pengaliran yang
tergantung dari tata guna lahan pada catchment area.

2. DATA CURAH HUJAN

Dalam perencanaan pekerjaan ini, data curah hujan yang dipakai yaitu data curah
hujan Klimatologi Jawa Barat (parung) dengan Jarak Pos Hujan dan Lokasi pekerjaan
sebagai berikut :

Gambar 1 -1 Gambar Lokasi Pos Hujan

1
SUMMARY LAPORAN HIDROLOGI

Jarak lokasi stasiun hujan terdekat dengan lokasi jembatan sebesar 8 km, dengan
rentang data sebanyak 15 tahun, dengan data sebagai berikut :

Tabel 1.1 Data Curah Hujan Bulanan Maksimum


Klimatologi Jabar
Tahun
Xi (mm)
2007 155.50
2008 104.50
2009 115.10
2010 144.50
2011 97.60
2012 116.00
2013 97.40
2014 169.10
2015 155.80
2016 108.60
2017 117.60
2018 134.50
2019 141.00
2020 122.90
2021 95.90

2
SUMMARY LAPORAN HIDROLOGI

3. METODOLOGI PENENTUAN DEBIT BANJIR

Gambar 1-2 Metodologi Analisis Hidrologi

3.1. Penentuan Catchment Area (A)


Penentuan catchment area pada daerah aliran sungai menggunakan peta topography
yang dikeluarkan oleh Pusat Sumber Daya Air Tanah & Geologi Lingkungan dibawah
kewenangan Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral. Penentuan suatu daerah
sebagai batasan catchment adalaha sebagai berikut:
a. Punggung – punggung Gunung
b. Puncak – puncak Bukit ( Stream devide Range )
c. Sungai disebelahnya.
d. Batas daerah aliran atau titik – titik tertinggi muka bumi berbentuk punggungan
(Stream Devide)

3
SUMMARY LAPORAN HIDROLOGI

LOKASI JEMBATAN

Gambar 1-3 Catchment Area Jembatan


Dari hasil deliniasi Catchment area diperoleh luasan catchment (A) sebesar 19,71 km 2, Panjang
Sungai 17.976 Km.

3.2. Penentuan Koefisien Pengaliran (C)


Koefisien pengaliran di definisikan sebagai perbandingan air hujan yang melimpas
pada permukaan suatu bidang dan terhadap air yang meresap kedalam tanah,
dengan kata lain semakin sulit air menembus pada suatu bidang maka koefisien
pengaliran akan makin besar (mendekati 1) contohnya adalah asphal, beton dan
semakin mudah air meresap kedalam tanah maka koefisien pengaliran akan makin
kecil (mendekati 0) contohnya adalah daerah hutan, perkebunan, dll.

4
SUMMARY LAPORAN HIDROLOGI

Tabel 1.2 Koefisien pengaliran untuk berbagai kondisi permukaan

Berdasarkan tabel diatas maka koefisien pengaliran yang digunakan adalah C = 0,7 (Daerah
pemukiman, banyak rumah dan rapat)

3.3. Penentuan Intensitas Curah Hujan (I)


a. Penentuan nilai Tc (waktu kosentrasi)
Waktu konsentrasi didefenisikan sebagai waktu yang diperlukan air yang masuk
kedalam sungai pada titik terjauh sampai dengan lokasi jembatan rencana. Nilai
Tc ini di formulasikan dengan persamaan kirpich yang mengkorelasikan antara
kemiringan saluran sungai dan jarak lurus sungai dari titik terjauh sampai dengan
rencana jembatan, persamaan tersebut di tunjukkan pada formula sebagai
berikut :

( )
0.77
L
tc = 0.0078 0.385
S
Dimana : L = Panjang Sunga ( meter )
S = Kemiringan Rata – rata sungai
b. Penentuan Intensitas Hujan Rencana
Data curah hujan pada umumnya tidak tersedia pada waktu yang panjang,
dimana pada umumnya untuk jembatan menggunakan periode ulang banjir 50
tahun, sehingga untuk mengatasi keterbatasan data maka metode statistik di
gunakan untuk menginterpolasi data hujan dengan periode ulang tertentu.

5
SUMMARY LAPORAN HIDROLOGI

Penghitungan besarnya intensitas hujan rencana pada paket perencanaan


jembatan ini dengan menggunakan persamaan statistik sebagai berikut:
a. Persaamaan Gumbel
b. Persamaan log person tipe II
c. Persamaan Normal
d. Persamaan Log Normal
Dari keempat persamaan ini nilai dari intensitas hujan rencana terbesar
digunakan sebagai input analisa debit banjir (Q). Pada tabel berikut di tunjukkan
summary intensitas hujan maksimum untuk berbagai periode ulang dengan
menggunakan data curah hujan selama 15 tahun untuk masing-masing metode
statistik yang digunakan.

Tabel 1.3 Analisa Curah Hujan Untuk Berbagai Macam Periode Ulang

Tinggi Hujan dengan Berbagai Kala Ulang (R.. Th)


METODE ANALISA
R2 th R5 th R10 th R25 th R50 th R100 th
FREKUENSI
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
1. Metode Gumbel 122.000 149 167 189 206 223
2. Metode Log Pearson III 121.532 143 157 175 188 200
3. Metode Normal 125.000 144 155 163 173 180

4. Metode Log Normal 123.037 144 156 167 180 190

Tabel 1.4 Analisa Statistik Dasar


D.Curah
n Hujan (Xi) Xi - X = r r^2 r^3 r^4 Log Xi = X (X-X)^2 (X-X)^3 (X-X)^4
(mm)

1 156 29.89 893.466 26706.524 798282.2906 2.19173 0.01014 0.0010215 0.0001029


2 105 -21.11 445.594 -9406.078 198553.7624 2.01912 0.00517 -0.0003717 0.0000267
3 115 -10.51 110.441 -1160.634 12197.2127 2.06108 0.00090 -0.0000268 0.0000008
4 145 18.89 356.866 6741.532 127353.6605 2.15987 0.00474 0.0003264 0.0000225
5 98 -28.01 784.509 -21973.389 615454.6434 1.98945 0.01032 -0.0010478 0.0001064
6 116 -9.61 92.335 -887.252 8525.6835 2.06446 0.00071 -0.0000187 0.0000005
7 97 -28.21 795.753 -22447.463 633222.5345 1.98856 0.01050 -0.0010756 0.0001102
8 169 43.49 1,891.459 82261.279 3577617.8052 2.22814 0.01880 0.0025784 0.0003536
9 156 30.19 911.491 27518.742 830815.8280 2.19257 0.01031 0.0010472 0.0001063
10 109 -17.01 289.309 -4920.886 83699.7979 2.03583 0.00305 -0.0001681 0.0000093
11 118 -8.01 64.146 -513.747 4114.6499 2.07041 0.00042 -0.0000088 0.0000002
12 135 8.89 79.048 702.811 6248.6281 2.12872 0.00142 0.0000536 0.0000020
13 141 15.39 236.880 3645.800 56112.1736 2.14922 0.00339 0.0001971 0.0000115
14 123 -2.71 7.339 -19.882 53.8635 2.08955 0.00000 0.0000000 0.0000000
15 96 -29.71 882.630 -26222.137 779035.8628 1.98182 0.01192 -0.0013022 0.0001422
1,382 -8.14 7,841.267 60025.217 7731288.3966 31.35052 0.09179 0.00120 0.00100

Rata-rata 125.61 2.09102

Jumlah Data (n) 15


Rata-rata hujan (X) 125.61
Standard Deviasi data (Sx) 23.081
Aritmatik
Koefisien "Kurtosis" (Cv) 0.184
Koefisien "skewness" (Cs) 0.402
Rata-rata log data (Log X) 2.09
Standard Deviasi Log data (Slog x) 0.078
Logaritmik
Koefisien "Kurtosis" (Cv) 0.2086
Koefisien "skewness" (Cs) 0.1840

6
SUMMARY LAPORAN HIDROLOGI

Tabel 1.5 Analisis Frekuensi Curah Hujan Maksimum Harian Metode – Gumbel

No. Tahun Xi Xi^2 Tr Yt R(T) Terpilih


(Tahun) (mm/hari) (mm/hari)
2 0.3665 122.434 122
1 2007 156 24180.25 5 1.4999 149.470 149
2 2008 104.5 10920.25 10 2.2502 167.367 167
3 2009 115.1 13248.01 25 3.1985 189.988 189
4 2010 144.5 20880.25 50 3.9019 206.766 206
5 2011 97.6 9525.76 100 4.6001 223.421 223
6 2012 116 13456.00
7 2013 97.4 9486.76
8 2014 169.1 28594.81
9 2015 155.8 24273.64
10 2016 108.6 11793.96
11 2017 118 13829.76
12 2018 134.5 18090.25 X rata-rata = 125.609
13 2019 141 19881.00 Sd = 23.081
14 2020 122.9 15104.41 Yn = 0.4996
15 2021 95.9 9196.81 Sn = 0.9676
Total 1876.00 242461.92 R(T) = 125.609 + 23.861
x rata-rata 125.07 = 149.470 mm
n 15

Tabel 1.6 Analisis Frekuensi Curah Hujan Maksimum Harian Metode Normal

No. Tahun Xi Xi^2 Tr Kt R(T) Terpilih


(Tahun) (mm/hari) (mm/hari)
2 0 125.067 125
1 2007 155.50 24180.25 5 0.84 144.941 144
2 2008 104.50 10920.25 10 1.28 155.351 155
3 2009 115.10 13248.01 25 1.64 163.868 163
4 2010 144.50 20880.25 50 2.05 173.569 173
5 2011 97.60 9525.76 100 2.33 180.193 180
6 2012 116.00 13456.00
7 2013 97.40 9486.76
8 2014 169.10 28594.81
9 2015 155.80 24273.64
10 2016 108.60 11793.96
11 2017 117.60 13829.76
12 2018 134.50 18090.25 X rata-rata = 125.067
13 2019 141.00 19881.00 Sd = 23.660
14 2020 122.90 15104.41
15 2021 95.90 9196.81
Total 1876.00 242461.92
x rata-rata 125.07
n 15

7
SUMMARY LAPORAN HIDROLOGI

Tabel 1.7 Analisis Frekuensi Curah Hujan Maksimum Harian Metode Log Normal

No. Tahun Xi Log Xi (Log Xi)^2 Tr KTR Log XTR Terpilih


(Tahun) (mm/hari) (mm/hari)
2 0 2.090 123
1 2007 155.50 2.19 4.80 5 0.84 2.158 144
2 2008 104.50 2.02 4.08 10 1.28 2.194 156
3 2009 115.10 2.06 4.25 25 1.64 2.223 167
4 2010 144.50 2.16 4.67 50 2.05 2.256 180
5 2011 97.60 1.99 3.96 100 2.33 2.279 190
6 2012 116.00 2.06 4.26
7 2013 97.40 1.99 3.95
8 2014 169.10 2.23 4.96
9 2015 155.80 2.19 4.81
10 2016 108.60 2.04 4.14
11 2017 117.60 2.07 4.29
12 2018 134.50 2.13 4.53 Log X rata-rata= 2.090
13 2019 141.00 2.15 4.62 Log Sd = 0.081
14 2020 122.90 2.09 4.37
15 2021 95.90 1.98 3.93
Total 31.35 65.62
x rata-rata 2.09 4.41
n 15 15

Tabel 1.8 Analisis Frekuensi Curah Hujan Maksimum Harian Metode Log Person III

No. Tahun Xi Log Xi (Log Xi)^2 Tr KTR Log XTR Terpilih


(Tahun) (mm/hari) (mm/hari)
2 -0.066 2.085 122
1 2007 155.50 2.19 4.80 5 0.816 2.156 143
2 2008 104.50 2.02 4.08 10 1.317 2.197 157
3 2009 115.10 2.06 4.25 25 1.88 2.242 175
4 2010 144.50 2.16 4.67 50 2.261 2.273 188
5 2011 97.60 1.99 3.96 100 2.615 2.302 200
6 2012 116.00 2.06 4.26
7 2013 97.40 1.99 3.95
8 2014 169.10 2.23 4.96
9 2015 155.80 2.19 4.81
10 2016 108.60 2.04 4.14
11 2017 117.60 2.07 4.29
12 2018 134.50 2.13 4.53 Log X rata-rata= 2.090
13 2019 141.00 2.15 4.62 Log Sd = 0.081
14 2020 122.90 2.09 4.37 Cs=G = 0.183994
15 2021 95.90 1.98 3.93
Total 31.35 65.62
x rata-rata 2.09 4.41
n 15 15

8
SUMMARY LAPORAN HIDROLOGI

c. Penentuan Nilai Intensitas Hujan


Curah hujan yang didapat dari persamaan statistik merupakan nilai yang tanpa
mempertimbangkan karakterisitik catchment area. Setiap catchment area
memiliki karakterisitik sendiri, yaitu; panjang aliran air dari titik terjauh yang
melewati berbagai macam bentuk rupa bumi (kontur). Untuk mendapatkan
karakterisitk intensitas hujan pada suatu lokasi menggunakan rumus kirpich,
maka persamaan nilai intensitas hujan yang didapat dari persamaan statistik ini
perlu dibuat untuk berbagai jenis waktu konsentrasi hujan. Penentuan intensitas
hujan ini menggunakan persamaan mononobe dimana persamaan ini di
formulasikan sebagai berikut:
0 , 667
R24  R24 
I =  
24  t 
dimana :
R24 = Curah hujan (mm)
t = Waktu konsentrasi (jam)

Tabel 1.9 Nilai Tc Untuk Variasi Waktu Yang Berbeda


Nilai tc Nilai I (mm/jam) untuk berbagai kala ulang R - th (R-mm)
(menit) R 2 th R 5 th R 10 th R 25 th R 50 th R 100 th
122 149 167 189 206 223
1 0 648.221 791.680 887.319 1,004.212 1,094.538 1,184.864
3.19 0 139.655 170.562 191.167 216.351 235.811 255.271
3.76 0 106.577 130.163 145.888 165.107 179.958 194.808
4.32 1 67.139 81.998 91.904 104.011 113.366 122.722
10 1 51.237 62.576 70.136 79.375 86.515 93.654
15 1 42.295 51.655 57.896 65.523 71.416 77.310
20 1 36.449 44.515 49.893 56.466 61.545 66.624
25 2 32.277 39.420 44.183 50.003 54.501 58.998
30 2 29.125 35.571 39.868 45.120 49.178 53.236
35 2 26.644 32.541 36.472 41.277 44.989 48.702
40 2 24.632 30.083 33.718 38.160 41.592 45.024
45 3 22.961 28.043 31.431 35.571 38.771 41.970
50 3 21.548 26.316 29.496 33.381 36.384 39.386
55 3 20.333 24.833 27.833 31.500 34.333 37.167
60 3 19.277 23.543 26.387 29.863 32.549 35.235
65 4 18.348 22.408 25.115 28.424 30.980 33.537
70 4 17.523 21.401 23.986 27.146 29.588 32.029
80 4 16.120 19.687 22.066 24.973 27.219 29.465
85 4 16.334 19.949 22.359 25.305 27.581 29.857
90 4 15.913 19.434 21.782 24.651 26.869 29.086
95 5 13.856 16.922 18.966 21.465 23.395 25.326

9
SUMMARY LAPORAN HIDROLOGI

Gambar 1.4 kurva lengkung berdasarkan data curah hujan

Berdasarkan analisa kirpich untuk jembatan didapat nilai Tc adalah sebagai


berikut:
a. Jembatan  Tc = 1,42 jam sehingga I = 56,04 mm

3.4. Perhitungan Debit Banjir


Penentuan debit banjir yang melewati sebuah sungai dilakukan dengan persamaan
rasional, parameter-parameter yang di butuhkan telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya. Perhitungan debit banjir untuk masing-masing jembatan di tunjukkan
pada tabel berikut :

Tabel 1.10 Perhitungan Debit Banjir

10
SUMMARY LAPORAN HIDROLOGI

4. PERHITUNGAN ELEVASI MUKA AIR BANJIR


Penentuan elevasi air banjir dari suatu titik aliran sungai menggunakan beberapa
input parameter yaitu:
a. Debit banjir rencana
b. Koefisien kekasaran saluran/koefisien manning (n)
c. Luas Penampang basah
d. Keliling Penampang basah
Dari analisa penentuan muka air banjir untuk data koefisien kekasaran saluran (n)
dan Debit Banjir rencana (Q) diketahui, sementara untuk mendapatkan luas
penampang basah dan keliling penampang basah dilakukan dengan memv ariasikan
tinggi air rencana terhadap dasar saluran.
Metode perhitungan yang digunakan untuk menghitung elevasi muka air banjir ini
menggunakan rumus manning dengan nilai koefisien sebagai berikut :

Tabel 1.11 Tabel Koefisien Manning


No Jenis Nilai n
1. Saluran Kayu 0,012
2. Saluran Beton 0,013 – 0,022
3. Saluran Bersih 0,022
4. Tanah + Vegetasi 0,027 – 0,035
5. Saluran Alami 0,030
6. Saluran Belok-Belok 0,040

Berdasarkan tabel koefisien manning untuk masing-masing jembatan didapat


nilai n adalah 0,035
a. Metode perhitungan manning
1. Rumus Manning
1
V= x R2/3 x √ I
n
Dimana : V = Kecepatan aliran (m/det)
Q = Debit sungai (m3/det)
F = Luas penampang basah (m2)

11
SUMMARY LAPORAN HIDROLOGI

R = Jari-jari hidrolis penampang sungai (m)


O = Keliling basah (m)
n = Koefisien kekasaran Manning
I = Kemiringan Rata – rata Sungai

Hasil analisis Muka Air Banjir adalah sebagai berikut :

12
13
5. KESIMPULAN
Berdasarkan perhitungan dan analisis data yang telah di bahas di atas, maka dapat di
ambil
kesimpulan:

a. Stasiun Pengamatan yang dipergunakan dalam perhitungan debit banjir rencana,


yaitu Stasiun Klimatologi Jawa Barat dengan jarak 8 km dari lokasi jembatan
b. Hasil Perhitungan debit banjir rencana dengan periode ulang 50 tahun
menggunakan metode rasional dan didapat :
- Q50 = 214,94 m3/det
c. Dari hasil perhitungan Muka Air Banjir ,diperoleh ketinggian MAB untuk kala
ulang 50 tahun adalah sebesar 1,61 m

14
15

Anda mungkin juga menyukai