Dususun Oleh :
II. ANALISIS
BANJIR RENCANA
2.2.KOEFISIEN PENGALIRAN
Besarnya koefisien pengaliran suatu daerah dipengaruhi oleh kondisi karakteristik, sebagai
berikut (Subarkah, 1980: 51) :
1. Keadaan hujan.
2. Luas dan bentuk daerah pengaliran.
3. Kemiringan daerah pengaliran dan kemiringan dasar pegunungan.
4. Daya infiltrasi tanah dan perkolasi tanah.
5. Kebasahan tanah.
6. Suhu, udara, angin dan evaporasi.
7. Letak daerah aliran terhadap arah angin.
8. Daya tampung palung sungai dan daerah sekitarnya.
Bila tidak terdapat pengukuran limpasan yang terjadi maka untuk DPS tertentu besarnya
koefisien pengaliran dapat dilihat pada tabel berikut (Sosrodarsono, 1978: 145) :
Tabel 5.1.
Koefisien Pengaliran menurut Dr. Mononobe
Tabel 5.2.
Distribusi Hujan Netto dalam Beberapa Kala Ulang
1. Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak hidrograf (time to peak magnitude)
2. Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf (time log)
3. Tenggang waktu hidrograf (time base of hydrograph)
4. Luas daerah aliran
5. Panjang aliran sungai terpanjang (length of the longest channel)
6. Koefisien pengaliran
Dimana:
Qp = debit puncak banjir (m3/det)
Ro = hujan satuan (mm)
Tp = tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
T 0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai
menjadi 30% dari debit puncak
Tp = Tg + 0,8 Tr
T 0,3 = x Tg
Tg adalah time lag yaitu waktu antara hujan sampai debit puncak banjir (jam) Tg dihitung
dengan ketentuan sebagai berikut:
Sungai dengan panjang lebih dari 15 km maka
Tg = 0,40 + 0,058 L
Sungai dengan panjang kurang dari 15 km, maka
Tg = 0,21 L 0,70
L = panjang sungai
Persamaan satuan hidrograf adalah:
Pada kurva naik
0 t Tp
[ ]
2,4
t
Qt=Qp
Tp
Pada Kurva Turun:
a. Tp t (Tp + T 0,3)
[t−Tp]
T 0,3
Qt=Qpx0,3
b. (Tp + T0,3 (Tp + T0,3 + 1,5 T0,3)
[ ]
t−Tp+0,5T
0,3
1,5T
0,3
Qt = Qp x 0,3
Qt = Qp x 0,3
[ t−Tp+1,5T 0,3
2T 0,3 ]
Rumus tersebut di atas merupakan rumus empiris, oleh karena itu dalam penerapannya terhadap
suatu daerah aliran harus didahului dengan pemilihan parameter-parameter yang sesuai dengan
tipe dan pola distribusi hujan agar didapatkan suatu pola hidrograf yang mendekati dengan
hidrograf banjir yang diamati.
Tabel 5.3.
Tabel 5.4.
Tabel 5.5.
PERHITUNGAN DEBIT BANJIR DENGAN METODE NAKAYASU UNTUK Q-50 Tahun
Tabel 5.6.
Perhitungan Debit Banjir Dengan Metode Nakayasu
Untuk Q-100 Tahun
Tabel 5.7.
HIDROGRAF NAKAYASU DARI BEBERAPA KALA ULANG
Jam ke Q-10 tahun Q-25 tahun Q-50 tahun Q-100 tahun
0 5,00 5,00 5,00 5,00
1 13,16 13,84 14,35 14,85
2 17,84 18,91 19,70 20,49
3 17,42 18,45 19,22 19,98
4 23,10 24,61 25,73 26,84
5 21,01 22,34 23,33 24,31
6 16,58 17,55 18,26 18,98
7 12,13 12,73 13,17 13,60
8 8,10 8,36 8,55 8,74
9 6,49 6,61 6,71 6,80
10 5,66 5,72 5,76 5,80
11 5,33 5,35 5,37 5,39
12 5,15 5,17 5,18 5,19
13 5,05 5,05 5,06 5,06
14 5,02 5,02 5,02 5,02
15 5,00 5,00 5,00 5,00