Anda di halaman 1dari 13

1

TUGAS ANALISIS BANJIR RENCANA


‘’HIDROLOGI’’

Dususun Oleh :

I Jero Nyoman Siki


24
(2115124120)

POLITEKNIK NEGERI BALI


2021/2022

HIDROLOGI TERAPAN – POLITEKNIK NEGERI BALI MADE MUDHINA


2

II. ANALISIS
BANJIR RENCANA

HIDROLOGI TERAPAN – POLITEKNIK NEGERI BALI MADE MUDHINA


3

2.1.DISTRIBUSI HUJAN JAM-JAMAN


Distribusi hujan (agihan hujan) jam-jaman ditetapkan dengan cara pengamatan langsung
terhadap data pencatatan hujan jam-jaman pada stasiun yang paling berpengaruh pada DPS.
Bila tidak ada maka bisa menirukan perilaku hujan jam-jaman yang mirip dengan daerah
setempat pada garis lintang yang sama. Distribusi tersebut diperoleh dengan pengelompokan
tinggi hujan ke dalam range dengan tinggi tertentu.
Dari data yang telah disusun dalam range tinggi hujan tersebut dipilih distribusi tinggi hujan
rancangan dengan berdasarkan analisis frekuensi dan frekuensi kemunculan tertinggi pada
distribusi hujan jam-jaman tertentu.

2.2.KOEFISIEN PENGALIRAN
Besarnya koefisien pengaliran suatu daerah dipengaruhi oleh kondisi karakteristik, sebagai
berikut (Subarkah, 1980: 51) :
1. Keadaan hujan.
2. Luas dan bentuk daerah pengaliran.
3. Kemiringan daerah pengaliran dan kemiringan dasar pegunungan.
4. Daya infiltrasi tanah dan perkolasi tanah.
5. Kebasahan tanah.
6. Suhu, udara, angin dan evaporasi.
7. Letak daerah aliran terhadap arah angin.
8. Daya tampung palung sungai dan daerah sekitarnya.

Bila tidak terdapat pengukuran limpasan yang terjadi maka untuk DPS tertentu besarnya
koefisien pengaliran dapat dilihat pada tabel berikut (Sosrodarsono, 1978: 145) :

Tabel 5.1.
Koefisien Pengaliran menurut Dr. Mononobe

Kondisi Daerah Koefisien Pengaliran


Daerah pegunungan berlereng terjal 0,75 – 0,90

HIDROLOGI TERAPAN – POLITEKNIK NEGERI BALI MADE MUDHINA


4

Daerah perbukitan 0,70 – 0,80


Daerah bergelombang yang bersemak-semak 0,50 – 0,75
Daerah dataran yang digarap 0,45 – 0,60
Daerah persawahan irigasi 0,70 – 0,80
Sungai di daerah pegunungan 0,75 – 0,85
Sungai kecil di daerah dataran 0,45 – 0,75
Sungai besar dengan wilayah pengaliran yang lebih dari
seperduanya terdiri dari dataran 0,50 – 0,75
Sumber : Sosrodarsono, 1978: 145

2.3.HUJAN NETTO JAM-JAMAN


Hujan netto adalah bagian total yang menghasilkan limpasan langsung (direct run-off), yang
terdiri dari limpasan permukaan dan limpasan bawah permukaan. Dengan menganggap bahwa
proses tranformasi hujan menjadi limpasan langsung mengikuti proses linier dan tidak berubah
oleh waktu (linier and time invariant process), maka hujan netto Rn dinyatakan sebagai
berikut :
Rn = C*R
dimana :
Rn = hujan netto
C = koefisien pengaliran
R = intensitas curah hujan

Tabel 5.2.
Distribusi Hujan Netto dalam Beberapa Kala Ulang

HIDROLOGI TERAPAN – POLITEKNIK NEGERI BALI MADE MUDHINA


5

jam ke ratio % hujan neto jam - jaman (mm)


x - 10tahun x - 25 tahun x - 50 tahun x - 100 tahun
1 25 11,284 12,225 12,923 13,616
2 14 6,319 6,846 7,237 7,625
3 13 5,868 6,357 6,720 7,081
4 31 13,993 15,160 16,025 16,884
5 7 3,160 3,423 3,619 3,813
6 10 4,514 4,890 5,169 5,447
total 100 45,138 48,902 51,694 54,466
hujan neto (mm) 45,138 48,902 51,694 54,466
hujan rencana (mm) 62,691 67,919 71,797 75,647
koefisien pengaliran (c) 0,72 0,72 0,72 0,72

2.4.ANALISA DEBIT BANJIR RENCANA


Pada umumnya debit banjir rencana (design flood) di Indonesia ditentukan berdasarkan data
curah hujan yang tercatat, karena data debit banjir jarang sekali dapat diterapkan karena
keterbatasan masa pengamatan.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penentuan banjir dari data hujan untuk daerah aliran
sungai adalah sebagai berikut :
1. Membuat analisis hubungan antara curah hujan dan debit banjir yang tercatat.
2. Membuat analisa frekuensi curah hujan harian maksimum tahunan.
3. Dari kedua analisis di atas ditentukan besarnya banjir untuk beberapa kala ulang tertentu.
Ada beberapa metode dan rumus yang biasa digunakan untuk mentukan debit banjir rencana
(design flood) yaitu :
1. Metode rasional
2. metode karakteristik cekungan (basin characteristic)
3. metode hidrograf satuan (unit hydrograph)
4. metode simulasi matematika.
Dari ke empat metode di atas yang paling banyak dipakai adalah metode hidrograf satuan (unit
hydrograph). Pada analisa kali ini metode penentuan debit banjir rencana akan dilakukan
dengan metode hidrograf satuan sintetik metode Nakayasu
Penggunaan metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu, diperlukan beberapa karakteristik
parameter daerah alirannya, seperti:

1. Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak hidrograf (time to peak magnitude)
2. Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf (time log)
3. Tenggang waktu hidrograf (time base of hydrograph)
4. Luas daerah aliran
5. Panjang aliran sungai terpanjang (length of the longest channel)
6. Koefisien pengaliran

HIDROLOGI TERAPAN – POLITEKNIK NEGERI BALI MADE MUDHINA


6

Rumus dari hidrograf satuan Nakayasu adalah:

Qp = (A x Ro)/ 3,6 (0,3Tp + T 0,3)

Dimana:
Qp = debit puncak banjir (m3/det)
Ro = hujan satuan (mm)
Tp = tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
T 0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai
menjadi 30% dari debit puncak

Untuk menentukan Tp dan T 0,3 digunakan pendekatan rumus, sebagai berikut:

Tp = Tg + 0,8 Tr
T 0,3 =  x Tg

Tg adalah time lag yaitu waktu antara hujan sampai debit puncak banjir (jam) Tg dihitung
dengan ketentuan sebagai berikut:
 Sungai dengan panjang lebih dari 15 km maka
Tg = 0,40 + 0,058 L
 Sungai dengan panjang kurang dari 15 km, maka
Tg = 0,21 L 0,70
L = panjang sungai
Persamaan satuan hidrograf adalah:
 Pada kurva naik
0  t  Tp

[ ]
2,4
t
Qt=Qp
Tp
 Pada Kurva Turun:
a. Tp  t  (Tp + T 0,3)

[t−Tp]
T 0,3

Qt=Qpx0,3
b. (Tp + T0,3  (Tp + T0,3 + 1,5 T0,3)

[ ]
t−Tp+0,5T
0,3
1,5T
0,3
Qt = Qp x 0,3

c. t ≥ (Tp + T0,3 + 1,5 T0,3)

HIDROLOGI TERAPAN – POLITEKNIK NEGERI BALI MADE MUDHINA


7

Qt = Qp x 0,3
[ t−Tp+1,5T 0,3
2T 0,3 ]
Rumus tersebut di atas merupakan rumus empiris, oleh karena itu dalam penerapannya terhadap
suatu daerah aliran harus didahului dengan pemilihan parameter-parameter yang sesuai dengan
tipe dan pola distribusi hujan agar didapatkan suatu pola hidrograf yang mendekati dengan
hidrograf banjir yang diamati.

HIDROLOGI TERAPAN – POLITEKNIK NEGERI BALI MADE MUDHINA


8

Tabel 5.3.

PERHITUNGAN DEBIT BANJIR DENGAN METODE NAKAYASU UNTUK Q-10 Tahun

Tp = 1,40 Jam BF = 5 (m³/det)


Tg = 0,60 Jam Alpha = 1,5
T0,3 = 1,04 Jam L= 4,50 Km
3
Qp = 1,63 m /det/mm A= 7,75 Km²
1,5 x T0,3 = 1,35 Jam R0 = 1 mm
Tr = 1 Jam

1 Unit Hidograf Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 BF Total


3 3 3
jam (m /det) 11,284 6,319 5,868 13,993 3,160 4,514 (m /det) (m /det)
0 0 0 0 0 0 0 0 5 5,00
1 0,72 8,16 0 0 0 0 0 5 13,16
2 0,73 8,27 4,57 0 0 0 0 5 17,84
3 0,31 3,54 4,63 4,24 0 0 0 5 17,42
4 0,15 1,70 1,98 4,30 10,12 0 0 5 23,10
5 0,06 0,68 0,95 1,84 10,25 2,29 0 5 21,01
6 0,03 0,35 0,38 0,88 4,39 2,31 3,26 5 16,58
7 0,02 0,18 0,19 0,35 2,11 0,99 3,31 5 12,13
8 0,01 0,09 0,10 0,18 0,84 0,48 1,42 5 8,10
9 0,00 0,05 0,05 0,09 0,43 0,19 0,68 5 6,49
10 0,00 0,03 0,05 0,22 0,10 0,27 5 5,66
11 0,00 0,02 0,11 0,05 0,14 5 5,33
12 0,00 0,06 0,03 0,07 5 5,15
13 0,00 0,01 0,04 5 5,05
14 0,00 0,02 5 5,02
15 0,00 5 5,00

HIDROLOGI TERAPAN – POLITEKNIK NEGERI BALI MADE MUDHINA


9

Tabel 5.4.

PERHITUNGAN DEBIT BANJIR DENGAN METODE NAKAYASU UNTUK Q-25 Tahun

Tp = 1,40 Jam BF = 5 (m³/det)


Tg = 0,60 Jam Alpha = 1,5
T0,3 = 1,04 Jam L= 4,50 Km
3
Qp = 1,63 m /det/mm A= 7,75 Km²
1,5 x T0,3 = 1,35 Jam R0 = 1 mm
Tr = 1 Jam

1 Unit Hidograf Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 BF Total


3 3 3
jam (m /det) 12,225 6,846 6,357 15,160 3,423 4,890 (m /det) (m /det)
0 0 0 0 0 0 0 0 5 5,00
1 0,72 8,84 0 0 0 0 0 5 13,84
2 0,73 8,96 4,95 0 0 0 0 5 18,91
3 0,31 3,84 5,02 4,60 0 0 0 5 18,45
4 0,15 1,84 2,15 4,66 10,96 0 0 5 24,61
5 0,06 0,73 1,03 2,00 11,11 2,48 0 5 22,34
6 0,03 0,38 0,41 0,96 4,76 2,51 3,54 5 17,55
7 0,02 0,19 0,21 0,38 2,28 1,07 3,58 5 12,73
8 0,01 0,10 0,11 0,20 0,91 0,52 1,54 5 8,36
9 0,00 0,05 0,06 0,10 0,47 0,20 0,74 5 6,61
10 0,00 0,03 0,05 0,24 0,11 0,29 5 5,72
11 0,00 0,03 0,12 0,05 0,15 5 5,35
12 0,00 0,06 0,03 0,08 5 5,17
13 0,00 0,01 0,04 5 5,05
14 0,00 0,02 5 5,02
15 0,00 5 5,00

HIDROLOGI TERAPAN – POLITEKNIK NEGERI BALI MADE MUDHINA


10

Tabel 5.5.
PERHITUNGAN DEBIT BANJIR DENGAN METODE NAKAYASU UNTUK Q-50 Tahun

Tp = 1,40 Jam BF = 5 (m³/det)


Tg = 0,60 Jam Alpha = 1,5
T0,3 = 0,90 Jam L= 4,50 Km
3
Qp = 1,63 m /det/mm A= 7,75 Km²
1,5 x T0,3 = 1,3541 Jam R0 = 1 mm
Tr = 1 Jam

1 Unit Hidograf Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 BF Total


3 3 3
jam (m /det) 12,923 7,237 6,720 16,025 3,619 5,169 (m /det) (m /det)
0 0 0 0 0 0 0 0 5 5,00
1 0,72 9,35 0 0 0 0 0 5 14,35
2 0,73 9,47 5,23 0 0 0 0 5 19,70
3 0,31 4,06 5,30 4,86 0 0 0 5 19,22
4 0,15 1,95 2,27 4,92 11,59 0 0 5 25,73
5 0,06 0,77 1,09 2,11 11,74 2,62 0 5 23,33
6 0,03 0,40 0,43 1,01 5,03 2,65 3,74 5 18,26
7 0,02 0,20 0,22 0,40 2,41 1,14 3,79 5 13,17
8 0,01 0,10 0,11 0,21 0,96 0,55 1,62 5 8,55
9 0,00 0,05 0,06 0,11 0,49 0,22 0,78 5 6,71
10 0,00 0,03 0,05 0,25 0,11 0,31 5 5,76
11 0,00 0,03 0,13 0,06 0,16 5 5,37
12 0,00 0,07 0,03 0,08 5 5,18
13 0,00 0,02 0,04 5 5,06
14 0,00 0,02 5 5,02
15 0,00 5 5,00

HIDROLOGI TERAPAN – POLITEKNIK NEGERI BALI MADE MUDHINA


11

Tabel 5.6.
Perhitungan Debit Banjir Dengan Metode Nakayasu
Untuk Q-100 Tahun

PERHITUNGAN DEBIT BANJIR DENGAN METODE NAKAYASU UNTUK Q-100 Tahun

Tp = 1,40 Jam BF = 5 (m³/det)


Tg = 0,60 Jam Alpha = 1,5
T0,3 = 0,90 Jam L= 4,50 Km
Qp = 1,63 m3/det/mm A= 7,75 Km²
1,5 x T0,3 = 1,3541 Jam R0 = 1 mm
Tr = 1 Jam

1 Unit Hidograf Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 BF Total


3 3 3
jam (m /det) 13,616 7,625 7,081 16,884 3,813 5,447 (m /det) (m /det)
0 0 0 0 0 0 0 0 5 5,00
1 0,72 9,85 0 0 0 0 0 5 14,85
2 0,73 9,98 5,51 0 0 0 0 5 20,49
3 0,31 4,28 5,59 5,12 0 0 0 5 19,98
4 0,15 2,05 2,39 5,19 12,21 0 0 5 26,84
5 0,06 0,82 1,15 2,22 12,37 2,76 0 5 24,31
6 0,03 0,42 0,46 1,07 5,30 2,79 3,94 5 18,98
7 0,02 0,21 0,23 0,42 2,54 1,20 3,99 5 13,60
8 0,01 0,11 0,12 0,22 1,01 0,57 1,71 5 8,74
9 0,00 0,06 0,06 0,11 0,52 0,23 0,82 5 6,80
10 0,00 0,03 0,06 0,27 0,12 0,33 5 5,80
11 0,00 0,03 0,14 0,06 0,17 5 5,39
12 0,00 0,07 0,03 0,09 5 5,19
13 0,00 0,02 0,04 5 5,06
14 0,00 0,02 5 5,02
15 0,00 5 5,00

HIDROLOGI TERAPAN – POLITEKNIK NEGERI BALI MADE MUDHINA


12

Tabel 5.7.
HIDROGRAF NAKAYASU DARI BEBERAPA KALA ULANG
Jam ke Q-10 tahun Q-25 tahun Q-50 tahun Q-100 tahun
0 5,00 5,00 5,00 5,00
1 13,16 13,84 14,35 14,85
2 17,84 18,91 19,70 20,49
3 17,42 18,45 19,22 19,98
4 23,10 24,61 25,73 26,84
5 21,01 22,34 23,33 24,31
6 16,58 17,55 18,26 18,98
7 12,13 12,73 13,17 13,60
8 8,10 8,36 8,55 8,74
9 6,49 6,61 6,71 6,80
10 5,66 5,72 5,76 5,80
11 5,33 5,35 5,37 5,39
12 5,15 5,17 5,18 5,19
13 5,05 5,05 5,06 5,06
14 5,02 5,02 5,02 5,02
15 5,00 5,00 5,00 5,00

HIDROLOGI TERAPAN – POLITEKNIK NEGERI BALI MADE MUDHINA


13

HIDROLOGI TERAPAN – POLITEKNIK NEGERI BALI MADE MUDHINA

Anda mungkin juga menyukai