Anda di halaman 1dari 90

HIDROGEOLOGI

LIMPASAN,
EROSI,
SEDIMENTASI
AIR PERMUKAAN & AIR TANAH
TERMINOLOGI CEKUNGAN
Secara umum cekungan dibagi menjadi 3, yaitu:
 Cekungan geologi: tempat dimungkinkannya terjadi akumulasi
material yang kemudian tersedimentasikan, dibatasi oleh
struktur, litologi dan stratigrafi
 Cekungan topografi: tempat yang secara morfologi bentuknya
cekung, dibatasi oleh tinggian atau punggungan. Cekungan ini
biasanya berasosiasi dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) dimana
tinggian atau punggungan merupakan batas antar DAS
 Cekungan airtanah: unit hidrogeologi yang mengandung suatu
unit akifer yang besar atau beberapa unit akifer yang
berhubungan dan saling mempengaruhi. Basementnya berupa
lapisan batuan yang merupakan bagian dasar dari sistem airtanah
yang ada, bersifat impermeabel dan tidak dapat dieksploitasi lagi
CEKUNGAN GEOLOGI
TERMINOLOGI CEKUNGAN

Cekungan topografi
Air yang mengalir dipermukaan tanah = run off = limpasan
TERMINOLOGI CEKUNGAN

Batuan sedimen atau batuan endapan


Mengendap di cekungan geologi
Seluruh batuan dicekungan geologi
TERMINOLOGI CEKUNGAN

Cekungan airtanah
Air yang masuk kedalam tanah = infiltrasi
Curah hujan = run off + infiltrasi + evaporasi
Air yang mengalir di dalam tanah = aliran airtanah
DAS VS CEKUNGAN AIRTANAH

MENGAPA DAS
PENTING
CEKUNGAN TOPOGRAFI
HUJAN & DAS
DAS
 Daerah Aliran Sungai (DAS/drainage basin): suatu
kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi di air hujan
yang jatuh, terkumpul dalam kawasan tersebut.
 Guna DAS: menerima, menyimpan, dan mengalirkan air
hujan yang jatuh di atasnya melalui sungai.
 Fungsi hidrologis DAS sangat dipengaruhi oleh jumlah
curah hujan dan geologi. Fungsi hidrologis DAS:
1. Mengalirkan air
2. Menyangga kejadian puncak hujan (Banjir)
3. Melepas air secara bertahap
4. Memelihara kualitas air
5. Kontrol erosi dan sedimentasi
KERUSAKAN DAS
 Lahan pertanian, tanahnya gundul, tandus, dan
kritis akibat limpasan permukaan dan erosi
 Luapan sungai
 Banjir
 Dataran pantai (muara sungai) bertambah luas
akibat sedimentasi
 Sedimentasi di kanan kiri sungai
DAS
 Masalah utama di DAS yaitu BANJIR, EROSI DAN
SEDIMENTASI
 Infrastruktur di DAS:
 Bendungan / Waduk
 Bendung
 Embung
 Sabo dam
 Bendungan mengurangi banjir, namun tidak bebas
dari masalah sedimentasi akibat erosi
 Sabo dam untuk menahan laju sedimentasi akibat
erosi
TAMBANG TERBUKA = MINIATUR DAS

BANJIR / GENANGAN
EROSI
SEDIMENTASI
HUJAN & TAMBANG
DEWATERING / PENIRISAN TAMBANG
HIDROGEOLOGI
TOPOGRAFI

TANGKAPAN
HUJAN EROSI &
SEDIMENTASI

DIMENSI : SALURAN, SUMP, POMPA, PIPA


HUJAN
 Hujan Penting pada siklus air di suatu wilayah.
Hujan merupakan sumber utama air di suatu
wilayah.
 Variabel hujan (presipitasi): curahan (tebal),
lama (durasi), dan intensitas hujan
 Curah hujan: jumlah air hujan yang turun pada
suatu daerah dalam waktu tertentu.
 Curah hujan diukur dalam jumlah harian,
bulanan, dan tahunan.
HUJAN
 Presipitasi merupakan faktor utama siklus hidrologi.
Presipitasi merupakan kendala sekaligus kesempatan dalam
usaha pengelolaan sumber daya tanah dan air.
 Presipitasi atau curah hujan dibagi atas curah hujan terpusat
(point rainfall) dan curah hujan daerah (areal rainfall).
 Curah hujan terpusat (point rainfall) adalah curah hujan yang
didapat dari hasil pencatatan alat pengukur hujan atau data curah
mentah yang tidak dapat langsung dipakai.
 Curah hujan daerah (areal rainfall) adalah curah hujan yang
diperlukan untuk penyusunan rancangan pemanfaatan air dan
pengendalian banjir, yaitu curah hujan rata-rata daerah tersebut
(bukan pada titik tertentu), dalam mm.
 Bila dalam suatu daerah terdapat beberapa stasiun curah
hujan, maka curah hujan daerah adalah harga rata-ratanya.
Istilah-istilah dan
HUJAN bacaan

 Data hujan, yaitu :


 Intensitas = laju hujan yaitu tinggi air persatuan waktu misalnya,
mm/menit, mm/jam, mm/hari.
 Intensitas curah hujan = ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu
kurun waktu dimana air tersebut terkonsentrasi, dengan satuan mm/jam.
 Besarnya intensitas curah hujan sangat diperlukan dalam perhitungan
debit banjir rencana berdasar metode rasional durasi adalah lamanya
suatu kejadian hujan.
 Lama waktu = lamanya curah hujan (durasi) dalam menit atau jam.
 Tinggi hujan = jumlah hujan yang dinyatakan dalam ketebalan air
di atas permukaan datar, dalam mm.
 Frekuensi = frekuensi kejadian, biasanya dinyatakan dengan
waktu ulang (return period) T, misalnya sekali dalam T (tahun).
 Luas = luas geografis curah hujan
DERAJAT HUJAN DAN INTENSITAS HUJAN
HUJAN
 Dalam analisis hidrologi suatu daerah diperlukan
hujan reratanya.
 Metode untuk menentukan hujan rerata di suatu
DAS
 Aritmatik
 Poligon Thiessen
 Isohiet
Aritmatik
 Metode paling sederhana. Jumlah hujan di tiap stasiun
hujan dibagi dengan jumlah stasiun hujan. Kelemahan
metode ini tidak terlalu teliti.
Poligon Thiessen
 Dilakukan karena penyebaran hujannya tidak
merata dan bervariasi. Tapi metode ini cukup akurat.
Poligon Thiessen
Poligon Thiessen
Poligon Thiessen
Poligon Thiessen
Poligon Thiessen
Isohiet
 Tidak jauh berbeda dengan Poligon Thiessen, hanya saja luasannya
diperoleh dengan cara membentuk garis-garis hasil interpolasi nilai
kedalaman hujan antar stasiun hujan. seperti bikin garis kontur.
 Kelemahannya, kalau dalam satu DAS jumlah stasiun hujannya
terlalu sedikit, interpolasinya susah.
Isohiet
Isohiet dari pantauan satelit
Curah Hujan Rancangan
 Curah hujan rancangan adalah curah hujan terbesar yang
mungkin terjadi disuatu daerah dengan peluang tertentu.
 Metode analisis hujan rancangan pemilihannya
tergantung dari kesesuaian parameter statistik, atau
berdasarkan pertimbangan teknis lainnya.
 Penentuan metode yang sesuai, maka terlebih dahulu
dihitung parameter statistik yaitu koefisien kemencengan
(skewness / Cs), dan koefisien kepuncakan (kurtosis / Ck).
 Persamaan Cs dan Ck:
3
  𝑛∑ ( 𝑥 − 𝑥
´)   𝑛2 ∑ ( 𝑥 − 𝑥´ )4
𝐶𝑠= 3 𝐶𝑘 =
(𝑛 − 1)( 𝑛 − 2) 𝑆 (𝑛 −1) ( 𝑛 −2) 𝑆4
Curah Hujan Rancangan
 Hasil perhitungan Cs dan Ck tersebut kemudian
disesuaikan dengan syarat pemilihan metode
frekuensi :
 Tabel Pemilihan Metode Frekuensi
Jenis Metode Ck Cs
Gumbel < 5,4002 1,1396
Normal 3,0 0
Log Person Tipe III bebas bebas

 Curah hujan rancangan dihitung dengan


menggunakan metode Log Person Tipe III, karena
metode ini dapat dipakai untuk semua sebaran data
tanpa harus memenuhi syarat koefisien Cs dan Ck
Cara hitung distribusi Log Person Tipe III

1. Mengubah data curah hujan harian maksimum tahunan dalam


bentuk logaritma
2. Menghitung nilai rerata logaritma dengan rumus :

3. Menghitung besarnya simpangan baku (standar deviasi)


dengan rumus :
Cara hitung distribusi Log Person Tipe III

4. Menghitung koefisien kemencengan dengan rumus :

5. Menghitung logaritma curah hujan rancangan dengan periode


ulang tertentu :

6. Mencari antilog dari Log X untuk mendapatkan curah hujan


rancangan dengan kala ulang tertentu.
FAKTOR SIFAT DISTRIBUSI LOG PERSON TIPE III YANG MERUPAKAN FUNGSI KOEFISIEN
KEMENCENGAN (CS) TERHADAP KALA ULANG ATAU PROBABILITAS (P
Koef.Kemencengan Periode Ulang (tahun)
(CS) 2 5 10 20 50 100

-2,00 0,2366 -0,6144 -1,2437 -1,8916 -2,7943 -3,5196


-1,80 0,2240 -0,6395 -1,2621 -1,8928 -2,7578 -3,4433
-1,60 0,2092 -0,6654 -1,2792 -1,8901 -2,7138 -3,3570
-1,40 0,1920 -0,6920 -1,2943 -1,8827 -2,6615 -3,2001
-1,20 0,1722 -0,7186 -1,3057 -1,8696 -2,6002 -3,1521
-1,00 0,1495 -0,7449 -1,3156 -1,8501 -2,5294 -3,0333
-0,80 0,1241 -0,7700 -1,3201 -1,8235 -2,4492 -2,9043
-0,60 0,0959 -0,7930 -1,3194 -1,7894 -2,3660 -2,7665
-0,40 0,0654 -0,8131 -1,3128 -1,7478 -2,2631 -2,6223
-0,20 0,0332 -0,8296 -1,3002 -1,5993 -2,1602 -2,4745
0,00 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
0,20 -0,0332 0,8296 1,3002 1,5993 2,1602 2,4745
0,40 -0,0654 0,8131 1,3128 1,7478 2,2631 2,6223
0,60 -0,0959 0,7930 1,3194 1,7894 2,3660 2,7665
0,80 -0,1241 0,7700 1,3201 1,8235 2,4492 2,9043
1,00 -0,1495 0,7449 1,3156 1,8501 2,5294 3,0333
1,20 -0,1722 0,7186 1,3057 1,8696 2,6002 3,1521
1,40 -0,1920 0,6920 1,2943 1,8827 2,6615 3,2001
1,60 -0,2092 0,6654 1,2792 1,8901 2,7138 3,3570
1,80 -0,2240 0,6395 1,2621 1,8928 2,7578 3,4433
2,00 -0,2366 0,6144 1,2437 1,8916 2,7943 3,5196
PENTINGNYA DATA CURAH HUJAN
 Pertanian
 Memperkirakan Sumber daya air permukaan dan
air tanah
 Memperkirakan debit limpasan / banjir
 Infrastruktur air / Bangunan air: Bendungan,
embung, bendung, sabo dam, saluran
 Memperkirakan laju erosi dan sedimentasi

 Ingat, Pada kegiatan penambangan tidak terlepas dari Sumber


daya air, banjir / genangan, dan pembangunan bangunan air
SEKEDAR GAMBARAN
 Seorang ahli tambang juga bisa bekerja di bidang
pengairan, infrastruktur air, dan pengelolaan
DAS, perencanaan dsb.
LIMPASAN PERMUKAAN
 Limpasan permukaan adalah aliran air yang
mengalir di permukaan tanah.
 Limpasan ini terjadi apabila intensitas hujan di
suatu DAS melebihi kapasitas infiltrasi.
 Sebagian air hujan yang jatuh ke permukaan
tanah meresap ke dalam tanah dan selebihnya
mengalir sebagai limpasan permukaan
 Aliran permukaan tanah disebut runoff.
LIMPASAN PERMUKAAN
 Daerah aliran suatu sungai disebut DAS, merupakan wilayah
ekosistem yang dibatasi oleh pemisah topografi.
 DAS berfungsi sebagai pengumpul, penyimpan dan penyalur
air permukaan dan sedimen serta unsur hara lainnya.
Mempunyai outlet tunggal.
 Bagian hulu terjadi erosi vertikal, bagian tengah terjadi erosi
vertikal dan lateral, dan hilir terjadi erosi lateral.
 Aliran sungai mengerosi, mengangkut, dan mengendapkan,
sehingga lembah sungai mengalami perubahan.
 Lembah dapat bertambah panjang akibat terjadi erosi lateral.
Terbentuknya meander menyebabkan bertambah
panjangnya lembah.
 Meander = kelokan sungai.
Meander
LIMPASAN PERMUKAAN
 Aliran air sungai tergantung pada
 Curah hujan
 Kemiringan lereng dan luas DAS
 Tanah, batuan dan banyaknya tumbuhan
 Daerah yang terdiri dari batu gamping tidak
menyebabkan terdapatnya aliran permukaan
LIMPASAN PERMUKAAN

 ALAT UKUR DEBIT / ALIRAN SUNGAI


 Limpasan air dari suatu daerah aliran sungai (DAS)
yang besar biasanya dimonitor dengan alat AWLR
(Automatic Water Level Recorder). untuk
mendapatkan data debit berupa output data berupa
debit air.
 Current meter adalah alat untuk mengukur
kecepatan aliran (kecepatan arus) air sungai atau
aliran air lainnya.
 Pelampung dan luas penampang sungai (secara
manual)
LIMPASAN PERMUKAAN
 Beberapa metode yang sering digunakan dalam menghitung atau
memperkirakan besarnya debit rencana, seperti Metode Rasional, Melchior,
Weduwen, Haspers, dll.
 Metode Rasional digunakan untuk menghitung debit puncak sungai pada daerah
pengaliran terbatas.
 Q = 0,278 x C x I x A
 Keterangan :
 Q = debit puncak limpasan permukaan (m3/det).
 C = angka pengaliran (tanpa dimensi)
 A = luas daerah pengaliran (Km2)
 I = intensitas curah hujan (mm/jam).
 Jika digunakan untuk menghitung debit rencana periode ulang tertentu, maka :
 Qτ= 0,278 x C x Iτ x A
 Keterangan :
 QT = debit puncak limpasan permukaan dengan periode ulang T tahun (m3/det).
 C = angka pengaliran (tanpa dimensi)
 A = luas daerah pengaliran (Km2)
ANALISA DEBIT BANJIR RANCANGAN
 Debit banjir rancangan adalah debit banjir terbesar
tahunan dengan suatu kemungkinan terjadi yang
tertentu, atau debit dengan suatu kemungkinan
periode ulang tertentu.
 Metode Rasional Modifikasi merupakan
pengembangan dari metode Rasional, dimana
waktu konsentrasi curah hujan yang terjadi lebih
lama.
 Metode Rasional Modifikasi mempertimbangkan
pengaruh tampungan dalam memperkirakan
debit puncak limpasan.
ANALISA DEBIT BANJIR RANCANGAN
 Rumus Metode Rasional Modifikasi dalam menentukan
debit puncak:
Q = 0,278.Cs. C. I. A
Q = debit puncak dengan kala ulang tertentu (m3/dt)
I = intensitas hujan rata-rata dalam t jam (mm/jam)
C = koefisien limpasan
A = luas daerah pengaliran /DAS (Km2)
Cs = koefisien tampungan
0,278 = faktor konversi

 Rumus Metode Rasional (metode lama) dalam menentukan


debit puncak: Q = 0,278. C. I. A (tanpa memperhitungkan
koefisien tampungan)
KOEFISIEN LIMPASAN
 Koefisien pengaliran / limpasan adalah suatu
variabel yang didasarkan pada kondisi daerah
pengaliran dan karakteristik hujan yang jatuh di
daerah tersebut. Kondisi daerah pengaliran dan
karakteristik hujan meliputi:
 Keadaan hujan
 Luas dan bentuk daerah aliran
 Kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar sungai
 Daya infiltrasi dan perkolasi tanah
 Kelembaban tanah
 Suhu udara, angin, dan evaporasi
 Tata guna lahan
KOEFISIEN LIMPASAN
 Nilai koefisien pengaliran (C) adalah bilangan
yang menunjukkan perbandingan antara
besarnya air yang melimpas terhadap besarnya
curah hujan.
 Angka koefisien pengaliran merupakan salah
satu indikator untuk menentukan apakah suatu
DAS tersebut telah mengalami gangguan fisik
(Asdak, 2001 : 157).
 Nilai koefisien pengaliran (C) yang besar
menunjukkan jumlah limpasan permukaan yang
terjadi pada lahan tersebut besar, Sebaliknya
nilai koefisien pengaliran yang kecil
menunjukkan jumlah limpasan permukaan yang
terjadi pada lahan tersebut kecil
KOEFISIEN LIMPASAN
ANALISA DEBIT BANJIR RANCANGAN
 Karena C tidak homogen pada daerah yang luas
maka:

 Q = 0,278 x IT x (Σ Ai x Ci)


 Keterangan :
 Ci = Koefisien limpasan sub daerah pengaliran ke i
 Ai = luas sub daerah pengaliran ke i
 n = jumlah sub daerah pengaliran
LIMPASAN PERMUKAAN
Metode Rasional bisa dikembangkan dengan asumsi sebagai berikut :
 Hujan yang terjadi mempunyai intensitas seragam di seluruh daerah
pengaliran selama paling sedikit sama dengan waktu konsentrasi
(tc) daerah pengaliran.
 Periode ulang debit sama dengan periode ulang hujan. Koefisien
pengaliran adalah tetap untuk berbagai periode ulang. Perhitungan
debit rencana adalah sebagai berikut :
1. Jika koefisien limpasan suatu DAS adalah tidak seragam maka DAS
tersebut dibagi-bagi menjadi sub DAS (Ai) sesuai dengan tata guna
lahan (Ci).
2. Ukur tiap-tiap luas Ai
3. Hitung C Rata-rata
4. Hitung Σ Ai Ci
5. Hitung waktu konsentrasi
Waktu Konsentrasi (Tc)
bentuk DAS terhadap debit puncak

40

debit (m3 /dtk)


30

20

10

0 2 4 6 8 10 12 14
waktu (jam)

debit (m3 /dtk) 40

30

20

10

0 2 4 6 8 10 12 14
waktu (jam)
Waktu Konsentrasi (Tc)
bentuk DAS terhadap debit puncak

40

debit (m /dtk)
30
aaaaaaaaa

3
20

10

0 2 4 6 8 10 12 14
waktu (jam)

40

debit (m /dtk)
30
3

20

10

A B 0 2 4 6 8 10 12 14
waktu (jam)
C
Waktu Konsentrasi (Tc)
bentuk DAS terhadap debit puncak

40 debit (m /dtk) 40
debit (m3 /dtk)

30 30
3

20 20

10 10

0 2 4 6 8 10 12 14 0 2 4 6 8 10 12 14
waktu (jam) waktu (jam)
Waktu Konsentrasi (Tc)
 Waktu konsentrasi adalah waktu perjalanan yang
diperlukan oleh air dari tempat paling jauh (hulu
DAS) sampai titik pengamatan aliran air (outlet).
 Terdapat 2 metode untuk menghitung waktu
konsentrasi yaitu:
1. Metode rasional
2. Metode rasional modifikasi
Waktu Konsentrasi (Tc)
Metode Rasional:
 Hitung waktu konsentrasi menggunakan rumus
Kirpich:

Keterangan :
Tc = waktu konsentrasi (jam)
L = Panjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik
yang ditinjau (Km).
S = Kemiringan rata-rata daerah lintasan air
Waktu Konsentrasi (Tc)
 Metode Rasional Modifikasi, menggunakan rumus :
Tc = To + Td
dengan :
Tc = Waktu konsentrasi (jam)
To = Overland flow time atau waktu yang dibutuhkan
limpasan (run off) untuk mengalir melalui permukaan
tanah ke outlet, dalam satuan jam.
Td = Drain flow time atau waktu aliran dimana air jatuh
pada titik awal masuk sungai sampai ke outlet, dalam
satuan jam.
Waktu Konsentrasi (Tc)
 To dihitung menggunakan rumus:
2 𝑛 1
 
𝑇𝑜=
[ 3
𝑥 3.28 𝑥𝐿𝑥 𝑥
√ 𝑆 60 ]
L = panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m)
n = angka kekasaran Manning (0,025)
S = kemiringan lahan (m/m)
 Td dapat ditentukan dari kondisi saluran. Atau dapat
diperkirakan dengan menggunakan kecepatan aliran,
dengan rumus
𝐿 :
 
𝑇𝑑=
3600 𝑥 𝑉

L = Panjang sungai (m)


v = kecepatan aliran rerata (m/dt), Nilai V dapat dihitung dengan rumus V = 4,918(S) 1/2
v = kecepatan aliran rerata (m/det)
S = slope sungai (m/m)
Koefiesien Tampungan (Cs)
 Suatu areal DAS yang luas akan berdampak
terhadap besarnya tampungan di sungai, sehingga
berakibat juga terhadap besar debit banjir yang
terjadi.
 Sehingga, faktor koefisien tampungan
diperhitungkan dalam metode rasional modifikasi.
Koefisien tampungan dapat dirumuskan:
  2𝑇 𝑐
𝐶𝑠=
2 𝑇 𝑐 +𝑇 𝑑

 Tc = waktu konsentrasi (jam)


 Td = Drain flow time (jam)
INTENSITAS CURAH HUJAN
 Metode Mononobe
 

 I : Intensitas curah hujan (mm/jam)


 t : lamanya curah hujan / durasi curah hujan (jam)
 R24 : curah hujan rencana dalam suatu periode ulang,
yang nilainya didapat dari tahapan sebelumnya
(tahapan analisis frekuensi)
R24 , dapat diartikan sebagai curah hujan dalam 24 jam
(mm/hari)
INTENSITAS CURAH HUJAN
 jika ingin mengetahui intensitas curah hujan dari
data curah hujan harian selama 5 menit,
pengerjaannya adalah sebagai berikut (jika diketahui
curah hujan selama satu hari bernilai 56 mm/hari) :

    = 101,76mm/jam

 Ket : Ubah satuan waktu dari menit menjadi jam.


Contoh durasi selama 5 menit menjadi durasi selama
5/60 atau selama 0,833 jam.
INTENSITAS CURAH HUJAN
 Metode Van Breen
 Berdasarkan penelitian Ir. Van Breen di Indonesia, khususnya di
Pulau Jawa, curah hujan terkonsentrasi selama 4 jam dengan
jumlah curah hujan sebesar 90% dari jumlah curah hujan
selama 24 jam.
 Perhitungan intensitas curah hujan dengan menggunakan
Metode Van Breen adalah sebagai berikut :
  54 𝑅 𝑇 +0.07 𝑅 2𝑇
𝐼𝑇 =
𝑡 +0.3 𝑅𝑇
dimana :
Iτ : Intensitas curah hujan (mm/jam) pada suatu periode ulang (τ tahun ke…)
Rτ : Tinggi curah hujan pada periode ulang τ tahun (mm/hari)
t = Waktu hujan (jam)
Ingat ada hari, Jam dan menit, maka harus samakan satuan
INTENSITAS CURAH HUJAN
 Dengan nilai yang digunakan dalam Metode Mononobe, maka
perhitungan intensitas curah hujan dengan Metode Van Breen,
menghasilkan nilai sebagai berikut :

  54 𝑅 𝑇 +0.07 𝑅 2𝑇
𝐼𝑇 =
𝑡 +0.3 𝑅𝑇
  = 161.34 mm/jam

 Nilai intensitas curah hujan selama 5 menit dengan nilai curah


hujan harian mencapai 56 mm/hari dengan menggunakan
Metode Van Breen, nilainya lebih besar dibandingkan dengan
perhitungan intensitas curah hujan menggunakan Metode
Mononobe
 Untuk Intensitas Curah Hujan yang sering digunakan yaitu
metode Mononobe
HUJAN & TAMBANG

Aliran permukaan / genangan


Aliran air tanah
Erosi
Lonsoran
Sedimentasi / endapan
HUJAN & BANJIR Aliran permukaan / Banjir
Aliran air tanah / mataair
Erosi lateral & vetikal
Lonsoran
Sedimentasi / endapan
EROSI & SEDIMENTASI TAMBANG TERBUKA
AIRTANAH & TAMBANG
AIRTANAH & TAMBANG
TAMBANG BAWAH TANAH DAN AIRTANAH
TAMBANG BAWAH TANAH DAN AIRTANAH
TAMBANG BAWAH TANAH DAN AIRTANAH
EROSI
 Erosi atau pengikisan adalah proses pelepasan dan
pemindahan massa batuan secara alami dari satu
tempat ke tempat lain oleh suatu tenaga pengangkut
yang ada di permukaan bumi, antara lain air,angin dan
gletser.
 Erosi merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu
pelepasan (detachment), pengangkutan
(transportation), dan pengendapan (deposition)
bahan-bahan tanah oleh penyebab erosi (Asdak, 1995)
 Pendugaan laju erosi dapat menggunakan
beberapa metode yaitu USLE, MUSLE dan RUSLE
METODE USLE (Universal Soil Lost Equation)
 Umumnya cocok untuk daerah atau DAS luas
 EA = Ri.K.LS.C.P
 Keterangan:
 EA = banyaknya tanah tererosi per satuan luas per satuan waktu (ton/ha/tahun).
 Ri = faktor erosivitas hujan dan aliran permukaan, yaitu jumlah satuan indeks erosi
hujan, merupakan perkalian antara energi hujan total (E) dengan intensitas hujan
maksimum dalam satuan MJ.cm/jam
 K = faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan (R) suatu jenis
tanah tetentu dalam kondisi dibajak dan ditanami terus menerus, yang diperoleh
dari petak percobaan yang panjangnya 22,13 m dengan kemiringan seragam
sebesar 9% tanpa tanaman, satuan ton.ha.
 LS = faktor panjang kemiringan lereng (length of slope factor), yaitu nisbah antara
besarnya erosi per indeks erosi suatu lahan dengan panjang dan kemiringan
tertentu terhadap besarnya erosi pada lahan dengan panjang 22,13 m dan
kemiringan 9%, tidak berdimensi.
 C =faktor tanaman penutup lahan dan manajemen tanaman, yaitu nisbah antara
besarnya erosi lahan dengan penutup tanaman dan manajemen tanaman tertentu
terhadap lahan yang identik tanpa tanaman, tidak berdimensi.
METODE USLE
 Faktor Erosivitas Hujan ( R )

 Keterangan:
 EL 30 = faktor erosivitas hujan rata-rata tahunan
 RAIN = curah hujan rata-rata tahunan (cm)
 DAYS = jumlah hari hujan rata-rata per tahun (hari)
 MAXP= curah hujan maksimum rata-rata dalam 24
jam per bulan untuk kurun waktu satu tahun (cm).
METODE USLE

 Faktor Erodibilitas ( K )
 Faktor erodibilitas tanah (K) menunjukkan
resistensi partikel tanah terhadap pengelupasan
dan transportasi partikel-partikel tanah tersebut
oleh adanya energi kinetik air hujan. Meskipun
besarnya resistensi tersebut di atas akan tergantung
pada topografi, kemiringan lereng, dan besarnya
gangguan oleh manusia. Besarnya erodibilitas atau
resistensi tanah juga ditentukan oleh karakteristik
tanah seperti tekstur tanah, stabilitas agregat tanah,
kapasitas
METODE USLE
 Faktor Erodibilitas ( K )
METODE USLE
 Faktor Panjang Kemiringan Lereng (LS)
 Pada prakteknya, variabel S dan L dapat disatukan, karena erosi
akan bertambah besar dengan bertambah besarnya kemiringan
permukaan medan (lebih banyak percikan air yang membawa butir-
butir tanah, limpasan bertambah besar dengan kecepatan yang
lebih tinggi), dan dengan bertambah panjangnya
 Seringkali dalam prakiraan erosi menggunakan persamaan USLE
komponen panjang dan kemiringan lereng (Ldan S) diintegrasikan
menjadi faktor LS dan dihitung dengan rumus :

 Keterangan:
 LS = faktor panjang kemiringan lereng (m)
 S = kemiringan lereng actual (%)
METODE USLE
 Faktor Penutup Lahan (C)
 Faktor C merupakan faktor yang menunjukan keseluruhan pengaruh
dari faktor vegetasi, seresah, kondisi permukaan tanah, dan
pengelolaan lahan terhadap besarnya tanah yang hilang (erosi)
 Faktor Konservasi Praktis (P)
 Pengaruh aktivitas pengelolaan dan konservasi tanah (P) terhadap
besarnya erosi dianggap berbeda dari pengaruh yang ditimbulkan
oleh aktivitas pengelolaan tanaman (C), sehingga dalam rumus USLE
kedua variable tersebut dipisahkan.
 Faktor P adalah nisbah antara tanah tererosi rata-rata dari lahan yang
mendapat perlakuan konservasi tertentu terhadap tanah tererosi
rata-rata dari lahan yang diolah tanpa tindakan konservasi, dengan
catatan faktor-faktor penyebab erosi yang lain diasumsikan tidak
berubah.
MUSLE
(Modified Universal Soil Lost Equation)
 Model Erosi MUSLE merupakan pengembangan dari persamaan USLE dimana
rainfall-runoff sebagai basis persamaan

 Keterangan
 Y : hasil sedimentasi (ton)
 SDR : Sediment Delivery Ratio
 Q : total volume runoff / limpasan
 Qp : debit maksimum
 K : erodibilitas tanah yang dihitung dengan nomograph USLE, dari
Wischmeier dan Smith
 LS : faktor panjang dan kemiringan lereng
 C dan P : berupa faktor penutupan tanah oleh tanaman (C) dan praktek konservasi
tanah (P) yang dihitung berdasarkan nilai-nilai yang telah diadopsi untuk kondisi
Indonesia.
MUSLE
 Cocok untuk DAS sempit (beberapa Ha – Km2)
 Volume Limpasan dihitung menggunakan metode Time Area,
dimana Daerah Aliran Sungai dibagi menjadi sub DAS – sub
DAS oleh isocrhone yang mempunyai waktu perjalanan air
(travel time) yang sama.
RUSLE
(Revised Universal Soil Lost Equation)
 RUSLE adalah suatu model erosi yang didesain untuk memprediksi
besarnya erosi tahunan (A) oleh aliran permukaan dari suatu bentang
berlereng dengan tanaman dan sistem pengelolaan lahan tertentu.
Persamaan RUSLE dinyatakan sebagai berikut :

 E = Jumlah tanah yang hilang rata-rata tiap tahun (t/ha/th atau


t/acre/th)
 Ri = faktor erosivitas tanah/ indeks daya erosi
 K = faktor erodibilitas tanah
 L = faktor panjang lereng
 S = faktor kecuraman lereng
 C = faktor pengelolaan tanaman (vegetasi)/ penutupan lahan
 P = faktor usaha-usaha pengelolaan dan konservasi
RUSLE
 Faktor Erosivitas Curah Hujan – Runoff
 Nilai bilangan r yang digunakan pada RUSLE harus mengukur pengaruh dari
pukulan curah hujan dan harus mencerminkan jumlah dan kecepatan dari
runoff yang kemungkinan besar dihubungkan dengan hujan

 V = jumlah besarnya curah hujan yang terjadi pada saat hujan dengan satuan
mm.
 e =satuan MJ-ha-1-mm-1 dan
 I = intensitas curah hujan dengan satuan mm/h .

 (EI30)i = EI30 untuk hujan i


 j = jumlah dari hujan dalam N periode
See you next week
See you next week

Anda mungkin juga menyukai