Terdapat indikasi bahwa pada kondisi tertentu kehadiran air tambang kadang-
kadang juga dapat menimbulkan gangguan terhadap kegiatan penambangan, yaitu
pada saat hujan lebat. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kemajuan tambang ke
arah lebih luas, masalah sistem penyaliran tambang seharusnya tetap diperhatikan
dengan baik.
Agar kajian hidrogeologi dapat berjalan lancar dan tepat sasaran, maka diperlukan
kerangka kajian. Kerangka kajian ini sebagai acuan pelaksanaan kajian di
lapangan, terutama cakupan materi, data yang harus diambil, urutan dan kaitan
masing-masing aspek kajian, serta hasil yang diperoleh. Secara ringkas kerangka
kajian tentang sistem penyaliran tambang mencakup :
1. Kajian hidrologi
2. Kajian hidrogeologi
3. Perhitungan air tambang
4. Pengendalian air tambang
5. Layout sistem penyaliran tambang
57
6. Pemanfaatan air tambang
CAKUPAN MATERI
DATA DATA
MASUKAN MASUKAN
Gambar 5.1
Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi
58
berevaporasi kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan
es, hujan gerimis, atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi, beberapa presipitasi
dapat berevaporasi kembali ke atas, atau langsung jatuh yang kemudian
diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah siklus
hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda diantaranya
sebagai berikut:
a. Evaporasi (transpirasi)
Air yang ada di laut, daratan, sungai, tanaman, dsb. kemudian akan menguap
ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh
uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun
(precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
b. Infiltrasi (perkolasi)
Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan
batuan menuju permukaan air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler
atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan
tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
c. Air permukaan
Air bergerak di atas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau.
Makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan
semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah
urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama
yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju
laut
(Sumbe
r : Winarno,dkk;2010)
Gambar 5.2
59
Siklus Hidrologi
Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk,
rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir
membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi
dalam komponen-komponen daur hidrologi yang membentuk sistem daerah aliran
sungai (DAS). Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah
adalah wujud dan tempatnya. Tempat akumulasi air terbesar terjadi di laut.
Pengolahan data curah hujan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data curah
hujan yang siap pakai untuk suatu sistem penyaliran dan besarnya nilai curah
hujan rencana dan intensitas curah hujan di Dususn Nongkosempet. Pengolahan
data ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya adalah metode
Gumbell, yaitu suatu metode yang didasarkan atas distribusi normal (distribusi
harga ekstrim).
60
Grafik Curah Hujan Harian
100
90
80
Curah Hujan (mm)
70
60
50
40
30
20
10
00
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Tahun
CH Maksimum CH Rata-rata
Gambar 5.3
Grafik Curah Hujan Desa Sidorejo
Xi
X=
n
Keterangan :
X = Rata-rata tinggi hujan maksimum (mm/24 jam)
Xi = Jumlah hujan maksimum n data (mm/24 jam)
N = Jumlah data
2. Perhitungan Standar Deviasi
S=
√ Σ( Xi−X )2
(n−1)
Keterangan :
S = Standar deviasi
Xi = Curah hujan maksimum
X = Curah hujan rata-rata
n = Jumlah data
61
3. Perhitungan Reduce Variate
[T −1]
Yt =−ln [−ln ]
T
Keterangan :
Yt = Reduce variate
T = Tahun curah hujan
4. Perhitungan Reduce Mean
[n+1−m]
Yn=−ln [−ln ]
n−1
Rata−rataYn ,
Σ Yn
YN=
n
Keterangan :
Yn = Reduce mean
n = Jumlah data
m = Urutan data
YN= Rata-rata reduce mean
5. Perhitungan koreksi simpangan
√ Σ(Yn−YN )2
Sn=
(n−1)
Keterangan :
Sn = Koreksi simpangan
Yn = Reduce mean
YN= Rata-rata reduce mean
N = jumlah data
6. Penentuan curah hujan rencana dengan menggunakan “Distribusi Gumbell”,
yaitu penentuan curah hujan rencana dengan menggunakan cara partial (partial
series anality). Cara ini dilakukan dengan menentukan ambang batas curah
hujan harian maksimum. Perhitungannya dapat dilakukan dengan persamaan
berikut :
S
CHR=X + (Yt – YN)
Sn
62
Keterangan :
CHR = Hujan harian rencana maksimum (mm/24 jam)
X = Curah hujan rata-rata
S = Standar deviasi
Sn = Koreksi simpangan
Yt = Reduce variate
YN = Rata-rata reduce mean
7. Perhitungan resiko hidrologi
1 TL
PR=1−(1− )
TR
Keterangan :
PR = Resiko hidrologi
TR = Periode ulang
TL = Umur tambang
8. Penentuan periode ulang
Curah hujan akan menunjukkan suatu kecendrungan pengulangan. Hal ini
terlihat data yang analisis mencakup suatu jangka panjang. Sehubungan
dengan hal tersebut dalam analisis curah hujan dikenal istilah periode
kemungkinan ulang (return period), yang berarti kemungkinan/ probabilitas
periode terulangnya suatu tingkatan curah hujan tertentu. Dalam perancangan
bangunan air atau dalam hal ini sarana penyaliran tambang salah satu kriteria
perancangan adalah hujan rencana, yaitu curah hujan dengan periode ulang
tertentu atau kemungkinan akan terjadi sekali dalam suatu jangka waktu
tertentu. Dari perhitungan resiko hidrologi diketahui bahwa nilai probabilitas
resiko hidrologi lebih besar dari 85% dan dengan curah hujan rencana terbesar
terdapat pada tahun ke empat (4).
63
5.1.2.2. Intensitas Curah Hujan di Desa Sidorejo
Intensitas curah hujan adalah jumlah hujan per satuan waktu, yang dinyatakan
dalam mm/jam. Intensitas curah hujan diperoleh dari perhitungan dengan
menggunakan rumus Mononobe. Penentuan intensitas curah hujan dimaksudkan
untuk mendapatkan kurva durasi yang nantinya dapat dipakai sebagai dasar
perhitungan debit air limpasan hujan daerah penelitian. Intensitas curah hujan
maksimum sebesar 25,68 mm/jam (hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran
E.3).
Klasifikasi curah hujan dapat diketahui berdasarkan dari nilai intensitas hujannya.
Menurut Sosrodarsono dan Takaeda (1983), keadaan curah hujan berdasarkan
nilai intensitas hujan sebesar 25,68 mm/jam yaitu hujan sangat lebat. Keadaan
curah hujan berdasarkan intensitas hujan dapat dilihat pada Tabel 5.1. Nilai dari
intensitas curah hujan selanjutnya akan digunakan dalam perhitungan debit air
yang masuk ke dalam bukaan tambang dapat dilihat pada Lampiran E.3
R 24 24 2/ 3
( )
I = 24 t (mm/jam)
Keterangan :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
t = Waktu (jam)
Tabel 5.1
Keadaan Curah Hujan dan Intensitas Curah Hujan
Intensitas Curah
Keadaan Curah Hujan
1 jam 24 jam
Hujan sangat ringan <1 <5
Hujan ringan 1-5 5 - 20
Hujan normal 5 - 10 20 - 50
Hujan lebat 10 - 20 50 - 100
Hujan sangat lebat > 20 > 100
64
5.2.3 Daerah Tangkapan Hujan
Daerah tangkapan hujan adalah daerah yang merupakan batas dimana curah hujan
yang jatuh pada daerah tersebut akan terkumpul di tempat terendah pada daerah
tersebut. Penentuan daerah tangkapan hujan didasarkan pada peta topografi daerah
yang akan diteliti, daerah tangkapan hujan dibatasi oleh punggungan-punggungan
bukit yang memiliki ketinggian paling tinggi diantara daerah sekelilingnya. Air
yang jatuh kepermukaan sebagian meresap kedalam tanah sebagian ditahan oleh
tumbuhan dan sebagian lagi akan mengisi liku-liku permukaan bumi kemudian
mengalir ketempat yang lebih rendah. Semua air yang mengalir dipermukaan
belum tentu menjadi sumber air dari suatu sistem penyaliran. Kondisi ini
tergantung dari daerah tangkapan hujan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain kondisi topografi, rapat tidaknya vegetasi serta keadaan geologi.
Daerah tangkapan hujan merupakan suatu daerah yang dapat mengakibatkan air
limpasan permukaan mengalir ke suatu tempat (daerah penambangan) yang lebih
rendah. Penentuan luas daerah tangkapan hujan berdasarkan peta topografi daerah
yang akan diteliti. Dari hasil pengamatan langsung di lapangan terhadap
kemungkinan arah aliran air limpasan dan bentuk permukaan bumi pada lokasi di
peta topografi, maka luasan daerah tangkapan hujan dapat dilihat pada Lampiran
E.5.
65
Koefisien limpasan merupakan bilangan yang menunjukkan perbandingan
besarnya limpasan permukaan dengan intensitas curah hujan yang terjadi pada
daerah tangkapan hujan. Koefisien limpasan tiap-tiap daerah berbeda, tergantung
pada sifat fisik batuan, topografi, daerah dan tata guna lahan. Penentuan koefisien
limpasan di daerah penambangan dipengaruhi oleh macam permukaannya,
dimana tiap permukaan mempunyai koefisien limpasan yang berbeda. Manning
membagi nilai koefisien limpasan berdasarkan kemiringan lahan dan kegunaan
lahannya (lihat Tabel 5.3).
Tabel 5.2
Nilai Koefisien Limpasan Bersadarkan Kemiringan Lahan dan Kegunaan Lahan
(Rudy Sayoga,1993)
Nilai koefisien limpasan (C) untuk kajian teknis sistem penyaliran tambang di PT
Allochem Resouces berdasarkan nilai koefisien limpasan pada Tabel 5.3 adalah
0,7 untuk DTH kantor, 0,3 untuk DTH vegetasi dan 0,5 untuk DTH site area
penambangan (lihat Lampiran E.6).
66
batugamping berlapis dan batugamping terumbu. Sedangkan sebagai sisipan
adalah napal. Sisipan tuf hanya terdapat di bagian timur. Umur formasi ini adalah
Miosen Tengah hingga Pliosen. Lingkungan pengendapannya adalah laut dangkal
(zona neritik) yang mendangkal ke arah selatan (Surono, B. Toha, dan Ign.
Sudarno, 1992).
Secara geomorfik, daerah telitian merupakan satu satuan bentuk asal, yaitu satuan
bentuk asal kars. Satuan bentuk asal kars terdiri dari 3 satuan geomorfik, yaitu
Satuan geomorfik perbukitan kars (K1), Satuan geomorfik uvala (K2), dan Satuan
dataran terrarosa (K3). Pola pengaliran yang berkembang adalah pola multibasial
(Lampiran E.7). Stratigrafi daerah telitian terdiri dari 3 satuan litostratigrafi tidak
resmi dengan urutan dari tua ke muda: Satuan batugamping terumbu (N17-N18),
Satuan batugamping-berlapis (N17-N19), serta Satuan Terrarosa (Holosen).
Satuan batugamping-terumbu diendapkan secara beda fasies terhadap Satuan
batugamping-berlapis, sedangkan Satuan Terrarosa diendapkan secara tidak
selaras di atas Satuan Satuan batugamping-berlapis. Struktur geologi yang
terdapat di daerah telitian berupa sesar. Terdapat 2 sesar yang ditemukan, yaitu
Sesar Mendatar Ngrawan (Right Slip Fault) dengan bidang sesar N 289 o E/70o,
rake 06o, sedangkan Sesar Turun Ngampel (Right Normal Slip Fault) memiliki
bidang sesar N 10o E/ 62o rake 56o. (Lampiran E.8)
67
Pengetahuan akan ketiga faktor di atas memberikan arahan kepada pemahaman
karakteristik dan distribusi sistem akifer (Freeze dan Cherry, 1979)
68
Gambar 5.3
Sistem Akifer Media Rekahan pada Batugamping (Puradimaja, 1993)
Gambar 5.4
Lapisan Akuifer
69
b. Akifer setengah tertekan, disebut juga akifer bocor (leaky aquifer), merupakan
akifer yang ditutupi oleh lapisan akitard (lapisan setengah kedap) di bagian
atasnya, dapat dijumpai pada daerah volkanik (daerah batuan tuf).
c. Akifer tertekan (confined aquifer), yaitu akifer yang terletak di antara lapisan
kedap air (akuiklud), umumnya merupakan airtanah dalam (umumnya > 40 m)
dan terletak di bawah akifer bebas. Airtanah dalam adalah airtanah yang
kualitas dan kuantitasnya lebih baik daripada airtanah dangkal, oleh karenanya
umum dipergunakan oleh kalangan industri termasuk di dalamnya kawasan
pertambangan
70
pemodelan air tanah menggunakan software MODFLOW. Data parameter inputan
untuk dapat melakukan komputasi pada software tersebut yaitu data hidrologi dan
data hidrogeologi. Layout aliran air tanah dapat dilihat pada Lampiran E.9
Keterangan :
Qmaks = Debit air limpasan maksimum (m3/detik)
C = Koefisien air limpasan
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas daerah tangkapan hujan (Km2)
71
Bila curah hujan melampaui kapasitas infiltrasi, maka besarnya limpasan
permukaan akan segera meningkat sesuai dengan peningkatan intensitas curah
hujan. Banyaknya air limpasan tergantung beberapa faktor, sehingga tidak semua
air hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan menjadi sumber air limpasan.
Perhitungan debit air limpasan dapat dilihat di Lampiran E.10. Dari hasil
perhitungan debit limpasan daerah penelitian pada masing-masing Daerah
Tangkapan Hujan, dapat dilihat pada Lampiran E.11
72
Bentuk – bentuk dari saluran penyaliran meliputi, bentuk persegi, bentuk
trapesium, bentuk segitiga dan bentuk setengah lingkaran. Bentuk yang umum
dipakai untuk saluran berdinding tanah yang tidak dilapisi adalah bentuk
trapesium. Dalam menentukan dimensi saluran dengan bentuk trapesium dengan
luas penampang hidrolis maksimum, maka luas penampang basah saluran (A),
jari-jari hidrolis (R), kedalaman aliran (h), lebar dasar saluran (b), panjang sisi
saluran dari dasar ke permukaan (a), lebar permukaan aliran (B), dan kemiringan
dinding saluran (m), mempunyai hubungan yang dapat dinyatakan sebagai
berikut:
1
m=
tg α
A=(b x h)+(m x h 2)
b 0,5
=2[ ( 1+m 2 ) −m ]
d
h
R=
2
h
a=
sin α
Gambar 5.7
Penampang Saluran Bentuk Trapesium
Keterangan :
a = panjang sisi saluran dasar ke permukaan air
b = lebar dasar saluran
= sudut kemiringan saluran
h = kedalaman aliran
73
Bentuk penampang saluran yang digunakan adalah bentuk trapesium, sebab
mudah dalam pembuatannya, murah efisien dan mudah dalam perawatannya, serta
stabilitas kemiringan dindingnya dapat disesuaikan menurut keadaan daerah.
Perhitungan dimensi saluran terbuka terdapat di Lampiran E.12. Penentuan
saluran terbuka yang digunakan PT Allochem Resources didasarkan pada debit
terbesar dari perhitungan debit pada Lampiran E.10. Pemilihan dimensi geometri
saluran terbuka terbesar dikarenakan untuk mengantisipasi debit air limpasan
terbesar. Geometri saluran terbuka dapat dilihat pada Lampiran E.13
74
Fungsi dari pembuatan kolam pengendapan yaitu untuk mengurangi atau
meminimalisir adanya kontaminasi dari partikel terlarut yang keluar dari area
tambang yang dapat mengakibatkan pendangkalan pada dasar sungai. Selain
terciptanya pendangkalan sungai apabila keluar dari tambang, nilai TSS dari
aliran air yang keluar apabila terlalu tinggi juga akan berpengaruh pada kelayakan
adari air itu sendiri.
75
Gambar 5.9
Excavator Hydraulik Cat 320
Gambar 5.10
Spesifikasi Excavator Hydraulik Cat 320
76
Tabel 5.13
Panjang Saluran Terbuka Tiap Tahun
Panjang Saluran Terbuka
Tahun
Jalan Sekeliling Kantor Luar site
0 741 1249 983
1 263 1249 983
2 232 1249 983
3 46 1249 983
4 19 1249 983
5 0 1249 983
6 0 1249 983
7 0 1975 983
77
Gambar 5.13
Klasifikasi Air Limbah
Tabel 5.14
Persyaratan Air Limbah
78