Anda di halaman 1dari 17

PT.

SIRTU BERSAUDARA
Jl. Maruni, No 34 Kabupaten Manokwari Papua Barat
Tlp. (0691) 97983313

5.2 Hidrologi dan Hidrogeologi


Sistem penambangan yang digunakan PT. Sirtu Bersaudara adalah sistem
tambang terbuka dengan metode Quarry. Endapan bahan galian batugamping
terletak pada daerah perbukitan dengan elevasi 286 sampai dengan elevasi 25 mdpl.
Dengan luas daerah WIUP PT. Sirtu Bersaudara sebesar 333 Ha.

Sebelum dilakukan penambangan pada PT. Sirtu Bersaudara diperlukan


analisis terhadap kondisi hidrologi dan hidrogeologi. Analisis ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya gangguan kegiatan penambangan akibat air hujan dan air
tanah pada area penambangan maupun area infranstruktur. Analisis hidrologi
dilakukan untuk mengetahui kondisi air permukaan pada daerah perusahaan.
Sedangkan analisis hidrogeologi dilakukan untuk mengetahui kondisi air tanah
pada daerah perusahaan.

Pencarian Data

Hidrologi Hidrogeologi

Kondisi Geologi
Data curah hujan Kondisi topografi
v
Imput Data

Pengendalian Air
• Lokasi dan Jumlah pit
• Luas Daerah Tangkapan Hujan
• Rencana Kemajuan Pit
• Sumber dan Jumlah Air Tambang

Perhitungan Perhitungan Perhitungan Perhitungan


Debit Dimensi Sump Jumlah Pompa
Limpasan Saluran

• Dimensi Saluran
• Dimensi Sump
• Total Jumlah Pompa
Gambar 5. 1 bagan alir analisis hidrologi dan hidrogeologi pada daerah WIUP PT.

60
PT. SIRTU BERSAUDARA
Jl. Maruni, No 34 Kabupaten Manokwari Papua Barat
Tlp. (0691) 97983313

Sirtu Bersaudara.
5.2.1 Akuisisi Data
5.2.1.1 Jenis
Jenis data yang digunakan oleh PT. Sirtu Bersaudara untuk melakukan
analisis hidrologi dan hidrogeologi adalah kuantitatif dan kualitatif. Jenis data
kuantitatif merupakan jenis data penelitian yang berlandaskan data konkrit, data
penelitian berupa angka-angka yang akan diukur menggunakan statistik sebagai alat
uji perhitungan, berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk menghasilkan suatu
kesimpulan. Jenis data kualitatif merupakan jenis data penelitian yang bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisa atau kata-kata. Cara memperoleh
data analisis hidrologi dan hidrogeologi digunakan data primer dan data sekunder,
ruang lingkup dalam analisis hidrologi dan hidrogeologi yaitu mengenai morfologi,
vegetasi, iklim, intensitas curah hujan dan rancangan penyaliran tambang.
5.2.1.2 Jumlah
Data yang dibutuhkan sebagai dasar untuk suatu analisis hidrologi dan
hidrogeologi pada PT. Sirtu Bersaudara yaitu data curah hujan selama 10 tahun
terakhir dan luas daerah tangkapan hujan (DTH) yang terbagi menjadi dua bagian
dengan luasan DTH 1 seluas dan DTH 2.
5.2.1.3 Sebaran data
Berdasarkan data curah hujan di daerah Kabupaten Manokwari, hujan
tertinggi terjadi pada bulan Februari tahun 2013 dengan curah hujan 597,1
mm/bulan dan terendah terjadi pad bulan Desember tahun 2015 dengan curah hujan
32,4 mm/bulan. Daerah tangkapan hujan (DTH) terbagi menjadi 2 bagian, yakni
DTH 1 pada front penambangan dan DTH 2 pada infrastruktur.

5.2.2 Analisis Hidrologi-Hidrogeologi


5.2.2.1 Hidrologi
Hidrologi adalah suatu ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik
mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat-sifatnya, dan
hubungannya dengan lingkungannya, terutama dengan makhluk hidup. Sedangkan
hidrogeologi adalah ilmu yang Penerapan ilmu hidrologi dapat dijumpai dalam
beberapa kegiatan seperti perencanaan dan operasi bangunan air, penyediaan air
untuk berbagai tenaga air, pengendalian banjir, pengendalian erosi dan sedimentasi,

61
PT. SIRTU BERSAUDARA
Jl. Maruni, No 34 Kabupaten Manokwari Papua Barat
Tlp. (0691) 97983313

transportasi air, drainasi, pengendali polusi, air limbah, dsb. Air di bumi mengalami
sirkulasi yang terjadi terus-menerus secara berkala dalam keteraturan melalui
beberapa proses yaitu penguapan, presipitasi dan pengaliran.

Gambar 5. 2 Model Siklus Air Suatu Satuan Hidrologi

Pada gambar diatas menurut Salsabila dkk, 1995, siklus air dimulai dari
penguapan air dipermukaan bumi atau permukaan tubuh yang lain menjadi titik-
titik uap. Titik-titik uap ini mengalami penurunan temperatur akibat perubahan
ketinggian berubah menjadi awan. Dengan adanya proses kodensasi, awan tersebut
selanjutnya jatuh ke permukaan bumi sebagai hujan. Ada sebagian air yang tidak
sempat jatuh dipermukaan bumi akibat penguapan, uap air tersebut selanjutnya
membentuk titik-titik uap dan kembali bersiklus. Air yang jatuh ke permukaan bumi
sebagian ada yang menjadilimpasan bawah permukaan (surface run off) dan
sebagian menjadi aliran air tanah (ground water run off).

5.2.2.1.1 Analisis Data Curah Hujan


Hujan merupakan air yang jatuh ke permukaan bumi dan merupakan uap
air di atmosfir yang terkondensasi dan jatuh dalam bentuk tetesan air. Sistem
penyaliran tambang lebih ditujukan pada penanganan air permukaan. Hal ini
dikarenakan air yang masuk ke dalam lokasi tambang sebagian besar adalah air
hujan.

62
PT. SIRTU BERSAUDARA
Jl. Maruni, No 34 Kabupaten Manokwari Papua Barat
Tlp. (0691) 97983313

Curah hujan adalah jumlah atau volume air hujan yang jatuh pada suatu
satuan luas, dinyatakan dalam satuan mm. Curah hujan sebesar 1 mm berarti pada
luasan 1 m2 jumlah air hujan yang jatuh sebanyak 1 liter. Sehingga curah hujan 1
mm identik dengan 1 liter/m2. Klasifikasi hujan yang digunakan adalah klasifikasi
berdasarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, yaitu seperti pada
Tabel 5. 1 Klasifikasi Curah Hujan Menurut BMKG

Intensitas Hujan Intensitas Hujan


Hujan
(mm/jam) (mm/hari)
Ringan 1-5 5-20
Sedang 5-10 20-50
Lebat 10-20 50-100
Sangat Lebat >20 >100
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Dalam pembuatan suatu rancangan penyaliran tambang data distribusi curah
hujan yang diperlukan adalah distribusi curah hujan jangka waktu pendek yaitu
jangka waktu harian. Penggunaan dari masing-masing data distribusi curah hujan
tersebut disesuaikan dengan tujuan dari perencanaan yang dilakukan.
Curah hujan merupakan salah satu faktor penting dalam suatu sistem
penyaliran, karena besar kecilnya curah hujan akan mempengaruhi besar kecilnya
air tambang yang harus diatasi. Besar curah hujan dapat dinyatakan sebagai volume
air hujan yang jatuh pada suatu area tertentu. Oleh karena itu besarnya curah hujan
dapat dinyatakan dalam meter kubik per satuan luas, secara umum dinyatakan
dalam tinggi air (mm).
Data curah hujan yang diperoleh dari stasiun pengamatan hujan merupakan
besarnya curah hujan harian maksimum yang terjadi selama satu tahun dan
dinyatakan dalam satuan mm/24 jam. Data curah hujan tersebut merupakan data
kasar yang tidak dapat digunakan secara langsung untuk perhitungan dalam analisis
curah hujan (Gumbel, E. J, 1954 dalam Nofrizal,2016).
Analisis curah hujan dapat dilakukan dengan beberapa metoda, diantaranya
metoda analisis frekuensi langsung (direct frecquency analysis). Analisis ini
dilakukan untuk menentukan curah hujan rencana berdasarkan data curah hujan
yang tersedia.
Untuk mengolah data curah hujan menjadi intensitas curah hujan digunakan
cara statistik dari pengamatan durasi yang terjadi. Analisis statistik yang digunakan

63
PT. SIRTU BERSAUDARA
Jl. Maruni, No 34 Kabupaten Manokwari Papua Barat
Tlp. (0691) 97983313

adalah dengan formula Extreme Value E.J Gumbel. Adapun langkah- langkah
analisis dari formula tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tentukan rata-rata curah hujan (𝑥̅ ) maksimum dengan rumus:
∑CH
x̅ = (5.1)
∑n

Dengan (x̅) adalah rata-rata curah hujan, ⅀CH adalah jumlah curah hujan dan
⅀n adalah jumlah data.
Diketahui
∑CH : 9124,6 mm
∑n : 120
Ditanya :
𝑋 :
9124,6 mm
Maka x̅ =
120

𝑋 : 456,23 mm
b. Tentukan standar deviasi (S) dengan rumus:
Σ(xi −x)2
S=√ (5.2)
n−1

Dengan S adalah standar deviasi, Xi adalah nilai varian curah hujan , X adalah
nilai rata-rata curah hujan dan n adalah jumlah data
Diketahui:
Xi : 28921,4 mm
X : 120
Ditanya :
S :

107156,002
Maka S = √√
10−1

S = 73,1902
c. Tentukan koreksi variansi (Yt) dengan rumus:
T−1
Yt = −ln [−ln { }] (5.3)
T

Dengan Yt adalah adalah koreksi variansi yang diharapkan terjadi pada periode
ulang tertentu dan T adalah adalah periode ulang (return period).

64
PT. SIRTU BERSAUDARA
Jl. Maruni, No 34 Kabupaten Manokwari Papua Barat
Tlp. (0691) 97983313

Diketahui :
T : 2 tahun
Ditanya :
Yt :
2−1
Maka Yt = −𝐼𝑛 [−𝐼𝑛 ( )]
2

Yt = 0,367
Untuk reduksi varian pada tahun selanjutnya tertera pada lampiran.
d. Tentukan koreksi rata-rata (Yn) dengan rumus:
n+1−m
Yn = −ln [−ln { }] (5.4)
n+1

Dimana Yn adalah koreksi rata-rata (reduced mean), n adalah jumlah data dan
m adalah urutan data (1,2,3, …, n)
∑Y
Rata-rata Yn, ̅̅̅̅
YN = n
N

Diketahui :
n : 120
m :1

Ditanya :
YN :
120+1−1
Maka YN = −𝐼𝑛 [−𝐼𝑛 ( )]
120+1

YN = 0,562
e. Tentukan koreksi simpangan (Sn) dengan rumus:

∑(Yn −YN)2
Sn = √ (5.5)
n−1

Dimana Sn adalah koreksi deviasi, Yn adalah adalah koreksi rata-rata, YN


adalah nilai rata-rata Yn dan n adalah jumlah data.
Diketahui :
Yn : 67,626
YN : 0,562
n : 120
Ditanya :

65
PT. SIRTU BERSAUDARA
Jl. Maruni, No 34 Kabupaten Manokwari Papua Barat
Tlp. (0691) 97983313

Sn :

176,677
Maka Sn = √
119

Sn = 1,218
f. Tentukan curah hujan rencana tahunan dengan rumus:
S
𝑋𝑡 = x̅ + S (Yt −YN) (5.6)
n

Dimana Xt adalah perkiraan nilai curah hujan rencana (mm/hari), x̅ adalah


curah hujan rata-rata, S adalah standar deviasi dan Sn adalah simpangan baku,
Yt adalah koreksi varian dan YN adalah nilai rata-rata Yn.
Diketahui :
𝑋 : 241,012mm
S : 131,187
Sn : 1,218
Yt : 0,367
YN : 0,564
Ditanya :
Xt :
131,187
Maka Xt = 241,012 mm + (0,367 − 0,564)
1,218

Xt = 219,797 mm

g. Intensitas Curah Hujan


Intensitas Curah Hujan adalah jumlah curah hujan dalam jangka waktu
tertentu, dan dinyatakan dalam mm persatuan waktu (mm/jam, mm/menit dan
mm/detik). Intensitas curah hujan dapat digunakan untuk menghitung debit air
limpasan. Besarnya intensitas curah hujan dapat ditentukan secara langsung jika ada
rekaman durasi hujan setiap harinya yang diukur dengan alat penakar hujan otomatis.
Perhitungan intensitas curah hujan dimaksudkan untuk mendapatkan kurva durasi
yang nantinya dapat dipakai sebagai dasar perencanaan debit limpasan hujan. Jika
data yang tersedia adalah curah hujan harian maka intensitas curah hujan dapat
dihitung dengan rumus Mononobe.

66
PT. SIRTU BERSAUDARA
Jl. Maruni, No 34 Kabupaten Manokwari Papua Barat
Tlp. (0691) 97983313

R24 24 2/3
I= x( t ) (5.7)
24

Dimana I adalah intensitas curah hujan (mm/jam), R24 adalah curah hujan
maksimum (mm/hari), dan t adalah durasi hujan atau waktu konsetrasi (jam).
Intensistas Curah Hujan dalam 1 jam
Diketahui :
t : 1 jam
R24 : 597,1 mm/bulan
(februari hujan turun selama 21 hari) maka 28,433 mm/hari
Ditanya :
I :
28,433 mm/hari 24 2/3
Maka I = x( )
24 3 𝑗𝑎𝑚

= 4,739 mm/jam
h. Periode Ulang Hujan
Periode ulang hujan (PUH) adalah periode (tahun) dimana suatu hujan dengan
tinggi intensitas yang sama kemungkinan bisa terjadi lagi. Kemungkinan terjadinya
adalah satu kali dalam batas periode (tahun) ulang yang ditetapkan (Yunus Ashari,
2011 dalam Nofrizal, 2016).
Tabel 4. 1 Penentuan Periode Ulang Hujan

Periode Ulang Hujan


Lokasi
(Tahun)
Sarana Tambang 2- 5
Lereng Tambang dan Penimbunan 5 – 10
Sumuran Utama 10 – 25
Penyaliran Keliling Tambang 25
Pemindahan Aliran Sungai 100
Sumber: Kite, G.W, 1997 dalam Nofrizal, 2016
1 n
Rh = 1 − (1 − Tr) x 100% (5.8)

Dimana Rh adalah resiko hidrologi (%), Tr adalah periode ulang hujan (tahun) dan
n adalah umur tambang (tahun).

Resiko hidrologi pada daerah penambangan

67
PT. SIRTU BERSAUDARA
Jl. Maruni, No 34 Kabupaten Manokwari Papua Barat
Tlp. (0691) 97983313

1 10
Rh = 1 − (1 − ) x 100%
25
Rh = 33,516%
Resiko hidrologi pada daerah sarana tambang
1 10
Rh = 1 − (1 − ) x 100%
5
Rh = 89,262%

5.2.2.1.2 Air Limpasan


Air limpasan (surface run off) adalah bagian dari curah hujan yang
mengalir di atas permukaan tanah menuju sungai, danau maupun laut (Asdak,
1995). Aliran tersebut terjadi karena air hujan mencapai permukaan tanah tidak
terinfiltrasi akibat intensitas hujan yang melampaui kapasitas infiltrasi atau faktor
lain, seperti kemiringan lereng, bentuk dan kekompakan permukaan tanah serta
vegetasi (Arsyad, 1989). Disampaing itu, air hujan yang telah masuk kedalam tanah
kemudian keluar lagi ke permukaan tanah dan mengalir ke bagian yang lebih rendah
(Sri Harto, 1985).
Limpasan adalah bagian Presipitasi (juga kontribusi air permukaan dan
bawah permukaan) yang terdiri atas gerakan gravitasi dan kelihatan pada saluran
permukaan dari bentuk permanen maupun terputus– putus.
Macam-macam limpasan:
1. Limpasan permukaan
Bagian limpasan yang melintang diatas permukaan tanah menuju saluran
sungai.
2. Limpasan bawah permukaan
Limpasan ini merupakan sebagian dari limpasan permukaan yang disebabkan
oleh bagian presipitasi yang berinfiltrasi ke tanah permukaan dan bergerak
secara lateral menuju horizon- horizon tanah bagian atas ke bagian dalam
tanah.
Besar limpasan adalah besar curah hujan dikurangi besar penyimpanan dan
penguapan. Besar air limpasan tergantung dari banyak faktor antara lain: jenis
presipitasi yaitu air hujan atau air salju, intensitas curah hujan, lamanya hujan,

68
PT. SIRTU BERSAUDARA
Jl. Maruni, No 34 Kabupaten Manokwari Papua Barat
Tlp. (0691) 97983313

distribusi curah hujan dalam daerah penyaliran dan arah pergerakan curah hujan.
Faktor yang paling berpengaruh adalah kondisi penggunaan lahan dan kemiringan
atau perbedaan ketinggian daerah hulu dan hilirnya.

5.2.2.1.3 Debit Air Limpasan


Metode yang dianggap baik untuk menghitung debit air limpasan
puncak (peak run off = Qp) adalah metode rasional (US Soil Conservation Service,
1973 dalam Asdak, 1995).
𝑄 = 0,278𝑥𝐶𝑥𝐼𝑥𝐴 (5.9)
Dimana Q adalah debit rancana (m3/detik), C adalah koefisien limpasan (material),
I adalah intensitas hujan rencana (mm/jam) dan A adalah luas cachment area (km2).
Keterangan :
Metode rasional berasumsi bahwa intensitas curah hujan merata di
seluruh DAS (daerah aliran sungai) dengan lama hujan (durasi) sama dengan waktu
konsentrasi. Waktu konsentrasi adalah waktu perjalanan yang diperlukan oleh air
mengalir dari tempat yang paling jauh (hulu DAS) sampai ke titik pengamatan
aliran air harian.
Koefisien air limpasan (run off) adalah bilangan yang menunjukkan
perbandingan antara air limpasan dengan jumlah air hujan. Sedangkan koefisien
regim sungai (KRS) merupakan koefisien perbandingan antara debit harian rata –
rata maksimum dengan debit harian rata – rata minimum. Makin kecil harga
koefisien ini, semakin baik kondisi hidrologi dari suatu wilayah DAS. Secara makro
evaluasi terhadap DAS dapat dilakukan dengan menghitung nisbah (ratio) debit
maksimum – minimum dari tahun ketahun (Sri Harto,1989). Kandungan padatan
(Cs) air sungai umumnya dinyatakan dalam mg/lt air. Parameter ini secara cepat
kondisi suatu DAS, yaitu dengan analisis kecenderungan (trend) nilai kandungan
padatan dalam air sungai tersebut (Winarmo, 1993).
Penentuan koefisien limpasan dalam rancangan penyaliran air tambang
umunya menggunakan the catchment average volumetric run off coefficient. Faktor
– faktor yang berpengaruh antara lain: kondisi permukaan tanah, luas daerah
tangkapan hujan, kondisi tanah penutup dan lain – lain. Setiap daerah biasanya
mempunyai koefisien limpasan yang berbeda – beda. Pada saat ini daerah

69
PT. SIRTU BERSAUDARA
Jl. Maruni, No 34 Kabupaten Manokwari Papua Barat
Tlp. (0691) 97983313

penambangan pada PT. Sirtu Bersaudara belum dilakukan kegiatan penggalian dan
pembukaan lahan untuk tambang rintisan (pilot mining) namun nantinya akan
dilakukan penggusuran lahan pada daerah penambangan sehingga nilai koefisien
limpasan (C) ditentukan berdasarkan ketetapan yang digunakan pada daerah tanpa
tumbuhan, daerah tambang, nilai koefisien yang digunakan sebesar 0,9.
Debit rencana pada daerah Penambangan
Tabel 4. 2 Beberapa Harga Koefisien Limpasan
Kemiringan Kegunaan Lahan Koefisien Limpasan
<3% - Sawah, rawa-rawa 0,2
- Hutan, perkebunan 0,3
- Perumahan dengan kebun 0,4
(3-15%) - Hutan, perkebunan 0,4
- Perumahan 0,5
- Tumbuhan yang jarang 0,6
- Tanpa tumbuhan, daerah penimbunan 0,7
>15% - Hutan 0,6
- Perumahan, kebun 0,7
- Tumbuhan yang jarang 0,8
- Tanpa tumbuhan, daerah tambang 0,9

Diketahui :
C : 0,9
I : 99,517 mm/jam
A : 2.442 km2
Ditanya :
Q :
Maka Q = 0,278𝑥0,9𝑥4,739𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚𝑥2.442km2
= 2,895 m3/detik
Untuk perhitungan debit limpasan Infrastruktur dapat dilihat pada Lampiran
5E.

5.2.2.2 Hidrogeologi

1. Geologi Daerah Perencanaan

70
PT. SIRTU BERSAUDARA
Jl. Maruni, No 34 Kabupaten Manokwari Papua Barat
Tlp. (0691) 97983313

Kondisi alam kabupaten Manokwari terdiri atas daerah Maruni, dataran


rendah dan perbukitan. Pegunungan ini yang dikenal dengan nama pegunungan
Batu Gamping Arfai dengan ketinggian 268 mdpl. Bagian selatan Kabupaten
Manokwari yang dipisahkan oleh Sungai Mansim.

2. Kajian Kondisi Air Tanah


Secara umum arah dan pola aliran air tanah dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Arah dan pola aliran airtanah bebas sangat dipengaruhi oleh kondisi daerah
topografi daerah penyelidikan.
2. Arah dan pola aliran airtanah tertekan lebih ditentukan oleh kondisi tekanan
pisometrik daerah tersebut.
Berdasarkan data geologi batugamping yang memiliki porositas yang baik
sehingga batuannya dapat meloloskan air dan meresap kedalam tanah.

5.2.3 Rekomendasi Hidrologi-Hidrogeologi


5.2.3.1 Rencana Penyaliran Tambang

Dalam setiap penambangan banyak atau sedikit umur tambang selalu ada air
yang mengalir masuk ke dalam tambang, air masuk melalui batas perlapisan, celah-
celah batuan ataupun patahan. Masuknya air kedalam tambang harus dicegah atau
dikeluarkan agar tidak terjadi genangan pada area penambangan. Pencegahan
masuknya air kedalam tambang dapat dilakukan dengan cara membuat paritan pada
lereng-lereng bagian atas singkapan, kemudian mengairkannya ke tempat yang
lebih rendah. Pada tempat-tempat yang diperkirakan akan menjadi jalur masuknya
air kedalam tambang.
Penyaliran pada sistem tambang terbuka umumnya dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Penyaliran Tambang Dengan Pemompaan
Yaitu dengan mengeluarkan air tanah yang terdapat pada suatu jenjang. Air
tersebut selanjutnya dipompa keluar atau ke permukaan tambang menuju ke kolam
pengendapan dan selanjutnya dikeluarkan ke sungai jika sudah memenuhi syarat
tertentu,penyaliran dapat dilakukan dengan sistem pemompaan, dimana air
tambang yang terkumpul diendapkan terlebih dahulu untuk memisahkan air jernih
dengan endapan lumpur pada suatu sumur pengendap (settler sump).

71
PT. SIRTU BERSAUDARA
Jl. Maruni, No 34 Kabupaten Manokwari Papua Barat
Tlp. (0691) 97983313

2. Penyaliran Tambang Dengan Paritan


Yaitu dengan membuat suatu peritan jenjang tambang untuk mencegah
masuknya air dalam front kerja tambang untuk tambang terbuka. Air yang mengalir
dengan sistem ini menggunakan gaya gravitasi untuk keluar ke permukaan.Jumlah
air tambang pada tambang terbuka adalah jumlah air limpasan dan jumlah air hujan
yang langsung masuk ke dalam tambang.
Saluran penyaliran berfungsi untuk menampung dan mengalirkan air
limpasan permukaan maupun bawah permukaan pada suatu daerah menuju lokasi
pengumpulan air yaitu (kolam penampungan sementara/sumuran). Saluran
penyaliran dapat di bedakan menjadi dua jenis yaitu saluran penyaliran alami dan
saluran penyaliran buatan. Saluran penyaliran alami meliputi semua alur air yang
terdapat di bumi yang terbentuk secara alamiah, seperti selokan kecil dan sungai
yang mengalir sampai pada muara sedangkan saluran penyaliran buatan adalah
saluran penyaliran yang dibuat atau di bentuk oleh manusia, seperti saluran
penyaliran di lokasi tambang, saluran irigasi, ataupun paritan pembuangan.
PT. Sirtu Bersaudara menggunakan bentuk penampang trapesium
dikarenakan bentuk penampang saluran air dipilih umumnya berdasarkan debit air,
tipe material pembentuk saluran, waktu yang dibutuhkan dan kemudahan dalam
pembuatannya.
Saluran bentuk penampang trapesium adalah bentuk yang paling umum
digunakan untuk saluran berdinding tanah yang tidak dilapisi, sebab stabilitas
dindingnya dapat disesuaikan. Bentuk penampang ini merupakan bentuk
penampang saluran serbaguna dan sering digunakan untuk debit air besar, karena
a. Mudah pembuatannya
b. Tahan terhadap erosi
c. Tidak terjadi pengendapan di dasar saluran
d. Kecepatan air dalam saluran terbagi merata
e. Mudah dalam pemeliharaan.
Dengan memperhatikan kemampuan dan syarat – syarat yang dipenuhi oleh
saluran bentuk trapesium, maka penampang saluran ini digunakan sebagai alternatif
didalam pembuatan saluran penirisan.

72
PT. SIRTU BERSAUDARA
Jl. Maruni, No 34 Kabupaten Manokwari Papua Barat
Tlp. (0691) 97983313

Gambar 5. 3 Penampang Trapesium


Dimana B adalah lebar atas saluran (m), b adalah lebar dasar saluran (m), R
adalah jari – jari hidrolis (m), h adalah kedalaman saluran (m), ά adalah sudut
kemiringan saluran (600), d adalah tinggi air (m), W adalah tinggi jagaan (0.2 m), a
adalah panjang sisi saluran (m) dan z adalah faktor kemiringan.
Untuk menentukan dimensi saluran yang berbentuk trapesium dengan luas
penampang hidrolis optimum, maka luas penampang basah (A dalam satuan m2),
jari – jari hidrolis (R dalam satuan m), kedalaman air (d dalam satuan m), lebar atas
saluran (B dalam satuan m), lebar dasar saluran (b dalam satuan m) dapat memiliki
hubungan yang dinyatakan dengan persamaan:
A = (b x d + z) d2 (5.10)
R = 0,5 x d (5.11)
B = b + 2z x (5.12
b
= 2 [{1 + z 2 }0,5 − z] (5.13)
d
d
a = Sin ά (5.14)
1
z = Tan ά (5.15)

h=d+W (5.16)
Tabel 6.3 Koefisien kekerasan saluran menurut maning
Tipe Dinding Saluran Nilai n
Semen 0,010-0,014
Beton 0,011-0,016
Bata 0,012-0,020
Besi 0,013-0,017
Tanah 0,020-0,030
Gravel 0,022-0,035
Tanah Yang Ditanami 0,025-0,040

73
PT. SIRTU BERSAUDARA
Jl. Maruni, No 34 Kabupaten Manokwari Papua Barat
Tlp. (0691) 97983313

Nilai (e) diperoleh dari 1/tan θ dimana sudut yang digunakan adalah 60
derajat, sehingga 1/tan(60) = 1/tan(radians(60) = 0,5774 kemiringan saluran
dinyatakan dalam persen (%). Biasanya yang digunakan adalah grade 2%.
Untuk mengetahui debit air saluran dapat dihitung dengan Rumus Manning
sebagai berikut:
1 2 / 3 1/ 2
Q = .R .S . A (6.17)
n
Dimana Q adalah debit air saluran (m3/s), R adalah jari–jari hidrolis (m),
S adalah gradien saluran, A adalah luas penampang basah (m2) dan n adalah
koefisien kekasaran Manning.
Dari hasil penentuan daerah tangkapan hujan pada lokasi perencanaan terbagi
dua, yaitu pada front penambangan dan Kawasan perkantoran dan pengolahan.
Berdasarkan perhitungan diperoleh dimensi saluran seperti pada gambar berikut.
Adapun perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 5 E.
Keterangan Saluran DTH 1 (m) Saluran DTH 2 (m)
Tinggi Jagaan (w) 0,20 0,20
Tinggi Air (d) 1,35 0,631
Luas Penampang (A) 3,153 0,689
Jari-jari Hidrolis (R) 0,675 0,315
Kedalaman Saluran (h) 1,55 0,831
Lebar Dasar Saluran (b) 1,553 0,726
Lebar Permukaan Saluran (B) 3,119 1,458
Panjang Isi Saluran 1,559 0,728

Gambar 5. 4 Dimensi Saluran Terbuka DTH 1 PT Sirtu Bersaudara

74
PT. SIRTU BERSAUDARA
Jl. Maruni, No 34 Kabupaten Manokwari Papua Barat
Tlp. (0691) 97983313

Gambar 5. 5 Dimensi Saluran Terbuka DTH 2 PT Sirtu Bersaudara

Gambar 5. 6 Dimensi Sump DTH 1

Gambar 5. 7 Dimensi Sump DTH 2


5.2.3.2 Kebutuhan Pompa
Sistem penyaliran yang digunakan pada PT. Sirtu Bersaudara yaitu system
penyaliran mine Dewatering dengan menggunakan metode Sump dan saluran

75
PT. SIRTU BERSAUDARA
Jl. Maruni, No 34 Kabupaten Manokwari Papua Barat
Tlp. (0691) 97983313

terbuka. Berdasarkan hasil perhitungan perancangan dimensi sump pada DTH 1


diperoleh panjang sump 100 meter, lebar 60 meter dan tinggi 8 meter serta sump
pada DTH 2 diperoleh panjang sump 60 meter, lebar 40 meter dan tinggi 6,5 meter.
Pemompaan yang direncanakan pada PT. Sirtu Bersaudara menggunakan Grundfos
premium series dengan type pompa sentrifugal 15 Kw 3x2,5 Inch F65/200B. Pada
pomp aini terdapat katub yang dapat melindungi pompa dari kerusakan jika terjadi
arus listrik balik. Kapasitas menggunakan Grundfos premium series dengan type
pompa sentrifugal 15 Kw 3x2,5 Inch F65/200B sebesar 20.000 liter/ menit sehingga
jumlah yang dibutuhkan PT. Sirtu Bersaudara sebanyak 4 pompa di lokasi DTH 1
dan 2 pompa di lokasi DTH 2 sehingga membutuhkan total 6 pompa

5.2.3.3 Pemantauan Hidrologi dan Hidrogeologi


Untuk mengantisipasi terjadinya banjir akibat debit dan ketinggian air yang
melebihi batas, maka dibuat alat pemantau debit dan tinggi air. Untuk mengukur
kecepatan aliran air pda saluran yang dibuat, maka perusahaan menggunakan alat
pemantau debit air dengan menggunakan sensor A3144. Pemantauan tinggi air pada
saluran dan Sump menggunakan alat sensor ultrasonic. Alat ini berfungsi untuk
memantau ketinggian air dengan dilengkapi alarm yang berbunyi jika melewati
batas yang sudah ditentukan.

76

Anda mungkin juga menyukai