Anda di halaman 1dari 53

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI

UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN

OLEH :
S U Y O N O

BIDANG KAJIAN HIDROGEOLOGI

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

GENESA AIR
HIDROLIKA AIR
HIDRO KIMIA
PENCEMARAN AIR
PEMODELAN AIR
MANAJEMEN AIR
HIDROGEOLOGI PADA BATUGAMPING
(KARST HYDROGEOLOGY)

INDUSTRI PERTAMBANGAN
KONSEP DASAR
Salah satu faktor penting untuk terwujudnya optimalisasi pengusahaan
pertambangan adalah

dibuatnya perencanaan dan dilaksanaannya

teknik-teknik penambangan yang baik dan benar (good mining


practice). Seluruh aspek dalam kegiatan penambangan perlu dikaji,
direncanakan dan dilakukan dengan baik, karena masing-masing aspek
saling terkait satu sama lain serta mempengaruhi keekonomian usaha
pertambangan,

terjaminnya

keselamatan

kerja

penambangan,

terpeliharanya lingkungan serta peningkatan kesejahteraan rakyat.


Untuk memulihkan dan menata lahan bekas penambangan agar dapat
berfungsi sebagaimana mestinya harus dilakukan reklamasi.
UUD 1945, pasal 33 (3) : Bumi , air dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh negara dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat)

GOOD MINING PRACTICE

P
E
R
A
T
U
R
A
N
P
E
R
U
N
D
A
N
G
A
N

Penerapan Teknik Pertambangan


yang Tepat
Penetapan cadangan

Kajian kelayakan
Konstruksi
Penambangan, Pengolahan, Pengangkutan
Penutupan Tambang
Pasca Tambang / Pembangunan Berkelanjutan

PEDULI
LINGKUNGAN

PEDULI
K3
PENGELOLAAN
PERTAMBANGAN
YANG BAIK DAN
BENAR
PUNYA NILAI
TAMBAH :
Pengembangan
Wilayah/
Masyarakat

PENERAPAN
PRINSIP
KONSERVASI
Optimalisasi
Pemanfaatan Bahan
Tambang Bagi
Masyarakat

S
T
A
N
D
A
R
T
I
S
A
S
I

USAHA PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN


YANG BERBASIS PADA COMMUNITY DEVELOPMENT
Endapan
Bahan Galian

Studi Kelayakan

Ekonomi

Teknis

AMDAL

Hasil Studi
Bahan
Galian dapat
ditambang

Memenuhi syarat

Pembangunan
Masyarakat

Tidak
Memenuhi
syarat

PROSPEKSI
EKSPLORASI
STUDI KELAYAKAN
EKONOMI

TEKNIS

AMDAL

COMUNITY DEVELOPMENT

TIDAK LAYAK

ARSIP

LAYAK
PERSIAPAN
PENAMBANGAN
PENAMBANGAN

PEKERJAAN UTAMA

PEKERJAAN TAMBAHAN

PEMASARAN

PENGOLAHAN
PEMASARAN

EKSTRAKSI
PEMASARAN

PENUTUPAN TAMBANG
( MINE CLOSURE )

DIAGRAM ALIR KAJIAN HIDROGEOLOGI DAN


RANCANGAN SISTEM PENYALIRAN
TAMBANG

LATAR BELAKANG
1.
2.
3.
4.

5.
6.

Adanya rencana penambangan endapan


bahan galian di suatu daerah.
Kondisi Curah hujan yang tinggi.
Adanya indikasi keberadaan airtanah.
Kepentingan kajian Geoteknik maupun
rancangan penambangan endapan bahan
galian, khususnya untuk rancangan sistem
penyaliran tambang.
Gangguan terhadap kegiatan penambangan
terutama pengangkutan.
Kepentingan AMDAL.

DAMPAK EKSPLOITASI AIRTANAH


YANG BERLEBIHAN
1.

2.

3.

4.

Kondisi airtanah dapat berubah dari kondisi


steady menjadi unsteady, dan jika berlanjut
dapat menjadi KRITIS.
Dapat menyebabkan terjadinya penurunan
permukaan tanah.
Memicu terjadinya polusi airtanah antar
akuifer, terutama pada akuifer setengah
tertekan (semi confined aquifers).
Memicu terjadinya intrusi air laut, untuk
airtanah di daerah pantai .

Sources of Groundwater Pollution


USGS, 1988

Agricultural
activities

Urban
activities

Oil & Gas


activities

GROUNDWATER

Mining
activities

StorageTransporting
& Petroleum
Transporting
Petroleum
handling of
Saline intrusion
materials
Offshore
Platform
Offshore
Platform

Oil Field
Oil Field

Oil Field
Oil Field

Consumers
Consumers
Tank Truck
Tank Truck
Mobil

Mobil

Refinery
Pipeline
Refinery
Pipeline

Tanker
Tanker

Waste
disposal

Pipeline
Pipeline

Local
Distributor
Local
Distributor
Mobil

Railroad Tank Cars


Railroad Tank Cars

Mobil

Industrial
Customers
Industrial
Customers

24803
24803

Totok/PAT

Frequency of Various Contaminants


US EPA, 1990

Totok/PAT

TUJUAN DAN CAKUPAN PENYELIDIKAN


1.

Tujuan penyelidikan hidrogeologi adalah untuk


mengetahui karakteristik kondisi hidrogeologi suatu daerah,
dan untuk mendapatkan parameter serta rekomendasi
Hidrogeologi
kaitannya
dengan
adanya
rencana
penambangan suatu endapan bahan galian.

2.

Cakupan penyelidikan meliputi :


Menentukan karakteristik curah hujan
Menghitung debit air limpasan berdasarkan luas daerah
tangkapan hujan dan intensitas hujan.
Melaksanakan konstruksi sumur uji dan uji akuifer dengan
metode Slug test.
Menentukan karakteristik akuifer.
Menentukan parameter akuifer, arah dan pola aliran
permukaan dan airtanah serta potensi airtanah.
Menentukan kualitas air permukaan.

a.
b.
c.
d.
e.
f.

DIAGRAM PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI


UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN

Akuifer
Air Hujan Langsung
Masuk
Ke Bukaan Tambang
Run of

Airtanah

Bukaan
Tambang
Endapan Bijih
Yang Ditambang

SKETSA BUKAAN TAMBANG (PIT)

Siklus Hidrologi

recharge

air permukaan

aliran
air tanah
lapisan
kedap air

Distribusi Vertikal Air


Tanah
air

muka tanah

udara

zona kapiler

partikel
tanah

Luknanto@tsipil.ugm.ac.id

zona
Jenuh air

air tanah

muka air tanah

ir vadose yang tertahan pada


bidang kontak partikel tanah di
zona tak jenuh (zona aerasi)

13/11/2003

zona vadose sedang

air vadose

zona aerasi

zona air tanaman

lapis kedap air

16

JENIS DAN SEBARAN BATUAN

Jenis batuan yang terdapat dan tersebar


di daerah penyelidikan, serta formasinya.

Litilogi batuan di daerah penyelidikan.

Formasi batuan, lapisan tanah/batuan


untuk masing-masing formasi.

Struktur geologi di daerah penyelidikan.

IKLIM DAN CURAH HUJAN


1.

Daerah penyelidikan termasuk daerah hujan


tropis yang ditandai dengan adanya pergantian
dua musim, yaitu musim penghujan (April s/d
Nopember) dan kemarau (Desember s/d Maret).

2.

Stasiun Meteorologi yang ada. Lebih dari satu


stasiun dengan sebaran merata.
Jumlah data yang tersedia. Minimal 10 tahun
terakhir, data curah hujan harian.
Stasiun Meteorologi sebaiknya di dalam wilayah
IUP , jika tidak ada diusahakan sedekat mungkin.

3.
4.

CONTOH DATA CURAH HUJAN


Tahun 2003-2012
CURAH HUJAN (mm)

THN
JAN

FEB

MAR

APR

MEI

JUN

JUL

AGS

SEP

OKT

NOV

DES

TOTAL

Rata-rata

Max

Min

2003

179

274

127

316

91

94

56

157

271

402

445

2421

201,75

445

2004

267

192

413

199

243

64

264

37

32

155

227

260

2353

196,08

413

32

2005

524

399

497

443

259

215

145

160

218

305

329

89

3583

298,58

524

89

2006

365

518

192

435

251

116

80

24

37

90

249

374

2731

227,58

518

24

461

323

202

378

214

185

80

186

87

262

291

416

3085

257,08

461

80

2008

557

128

213

321

197

138

80

325

100

285

285

440

3069

255,75

557

80

2009

363

169

264

260

58

76

82

50

123

318

501

479

2743

228,58

501

58

2010

451

504

330

367

215

142

160

243

242

218

433

200

3505

292,08

504

160

2011

268

208

287

344

160

359

44

11

34

171

307

519

2712

226,00

519

11

2012

309

685

118

244

188

111

186

56

67

407

286

648

3305
29507

275,42

685

56

TOTAL

Curah Hujan Rata-Rata Pertahun

2950.7

2007

Data Hari Hujan


Tahun 2003-2012
No
.

Tahun

JAN

PEB

MAR

APR

MEI

JUN

JUL

AGT

SPT

OKT

NOP

DES

Total HH
( Hari)

2003

18

21

13

21

10

14

23

23

172

2004

23

21

24

19

14

17

10

15

22

25

199

2005

23

18

19

10

10

11

11

13

13

14

11

160

2006

13

20

17

13

15

18

126

2007

17

17

13

19

12

14

24

150

2008

18

12

12

16

16

17

134

2009

16

10

15

11

20

105

2010

18

18

12

14

10

12

16

11

17

150

2011

12

14

16

11

11

14

20

127

10

2012

11

16

11

10

15

17

20

130

16.9

15.9

7.2

6.9

6.1

7.7

11.9

15.2

18.6

Rata-Rata

14.8

14.4

9.7

Hujan Rata-Rata Pertahun (Hari)

145

CURAH HUJAN
Pada rancangan penyaliran nilai batas curah
hujan diambil 20,34 mm/hari. Nilai ambang
batas ini diperoleh dari curah hujan rata-rata
tahunan berdasarkan data curah hujan dari tahun
2003 s/d 2012 dibagi dengan jumlah hari hujan
rata-rata setahun. Dari Tabel diketahui curah
hujan maksimum Tahunan = 2950 mm/th dan
hari hujan rata-rata = 145 hari/th. Nilai ambang
batas = 2950/145 = 20,34 mm/hari.

ANALISIS DATA CURAH HUJAN


1.

2.

Analisis curah hujan dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya metode analisis frekuensi
langsung (direct frecquency analysis). Analisis ini dilakukan untuk menentukan curah hujan rencana
berdasarkan data curah hujan yang tersedia. Jika waktu pencatatan curah hujan lebih lama (jumlah data
banyak), hasil analisis semakin baik.
Analisis frekuensi langsung dapat dilakukan dengan dua sajian data curah hujan, yaitu :
Seri Tahunan (annual series).
Pengolahan data curah hujan dilakukan dengan satu curah hujan tertinggi dalam rentang waktu satu tahun.
Kekurangan dalam analisis ini adalah data curah hujan di bawah curah hujan maksimum pada tahun
tertentu tetapi lebih tinggi dari curah hujan maksimum pada tahun yang lain, tidak diperhitungkan (tidak
digunakan).
Seri Sebagian (partial series).
Cara ini dapat menutupi kekurangan cara pertama (seri tahunan), karena pengolahan data dilakukan dengan
mengambil data curah hujan yang melebihi suatu nilai tertentu dengan mengabaikan waktu kejadian hujan
yang bersangkutan.
Seri tahunan biasanya dilakukan jika tersedia data curah hujan dalam jumlah banyak, sedangkan seri
sebagian dilakukan jika jumlah data curah hujan terbatas.

Data diolah menggunakan Distribusi Gaumbell.


Xt
= X + k .S
k
= (Yt - Yn) / Sn
Keterangan :
Xt = Curah hujan rencana (mm/hari) k = Reduced variante factor
X = Curah hujan rata-rata (mm/hari) Yt = Reduced variante
Yn = Reduced mean
S = standard deviation
Sn = Reduced standard deviation

ANALISIS DATA CURAH HUJAN HARIAN


TAHUN 2003-2012

No

Tahun

Curah Hujan

Curah Hujan

Maximum (X),

Rata- Rata

(mm)

(mm)

(X-Xrata-rata)^2
S

Yn

Yn rata-rata

(Yn-Yn rata-rata)^2

(mm)

2003

445

4489

10

0,85

0,19

2004

413

9801

10

1,05

0,33

2005

524

144

10

0,46

0,10

2006

518

36

10

10

-0,01

0,13

2007

461

10

0,7

2008

557

2025

10

0,58

0,0001

2009

501

121

10

0,35

0,016

2010

504

64

10

0,24

0,07

2011

519

49

10

0,13

0,23

10

2012

685

29929

10

1,38

0,65

5127

49259

5,73

1,7281

Jumlah

512

Sn

2601

4925.5

0,57

0,012

0,42

CURAH HUJAN RENCANA


HASIL PERHITUNGAN
Periode Ulang (tahun)

10

Nilai Yt

0,52

0,75

0,90

1,01

1,10

1,17

1,24

1,29

1,34

0,57

0,57

0,57

0,57

0,57

0,57

0,57

0,57

0,57

Nilai Sn

0,42

0,42

0,42

0,42

0,42

0,42

0,42

0,42

0,42

Faktor Reduced Variate (k)

-0,12

0,43

0,79

1,05

1,26

1,43

1,60

1,71

1,83

Standar Deviasi (S)

4926

4925,5

4925,5

4925,5

4925,5

CHHarian Rata-Rata

512

512

512

512

512

CH Harian Rencana (mm)

-2,40

84,61

141,36

182,97

217,02

Nilai Yn

4925,5 4925,5 4925,5 4925,5


512

512

512

512

243,50 269,98 288,89 307,81

DAERAH TANGKAPAN HUJAN (DTH)


1.

2.

3.

Daerah tangkapan hujan ditentukan berdasarkan peta


topografi, letak sungai dan lokasi daerah ijin usaha
pertambangan (IUP). Mengingat hal tersebut, maka
penentuan daerah tangkapan hujan ditentukan
berdasarkan keberadaan sungai di wilayah IUP.
Berdasarkan hasil ploting daerah tangkapan hujan
(DTH) pada peta topografi, daerah penyelidikan
terbagi menjadi 5daerah tangkapan hujan dengan luas
masing-masing DTH adalah A = 663,94km2, B =
1051,55 km2, C = 1361,08 km2 , D = 2831,87 km2 , E =
2555,13 km2 .
Arah aliran air limpasan secara umum sangat
dipengaruhi oleh kondisi topografi (kemiringan lereng
dan puncak bukit) maupun alur sungai.

Nilai Koefisien Limpasan untuk


Masing-Masing DTH
No

DTH

Luas ( Km2)

Nilai Koefisien
Limpasan

663,94

0,5

1051.55

0,5

1361.08

0,5

2831,87

0,5

2255,13

0,5

Beberapa Nilai Koefisien Limpasan

MACAM PERMUKAAN
Lapisan batubara (coal seam)
Jalan pengangkutan (haul road)
Dasar pit dan jenjang (pit floor & bench)
Lapisan tanah penutup (fresh overburden)
Lapisan tanah penutup yang telah ditanami (revegetated
overburden)
Hutan (natural rain forest)

KOEFISIEN
LIMPASAN
1,00
0,90
0,75
0,65
0,55
0,50

DEBIT AIR LIMPASAN UNTUK


MASING-MASING DTH

Daerah Tangkapan
Hujan

I
(mm/jam

A
(km2)

0,5
0,5

21,50
21,50

0,5

21,50

0,5

21,50

0,5

21,50

No

Total debit air limpasan

Debit, Q
(m3/detik)
Hasil
Perhitungan

Dibulatkan

663,94

19.8418

19.84

1051.55

31.4255

31.43

1361.08

40.6758

40.68

2831,87

84.6304

84.63

2255,13

67.3945

67.39

243.968

243.97

Air Tanah & Sistem


Akuifer
Sumur
dalam

Sumur
dangkal

Sumur
dalam

Air tanah
perched

sungai
sungai
Akuifer
nirtekan

Akuifer
tekan

lapisan
kedap air

engambilan air tanah


tergantung

lapisan
kedap air

Akuifer
tekan

ika volume pengambilan


melebihi volume recharge,
maka akan terjadi
penurunan tanah.

kapasitas akuifer
recharge yang masuk ke
akuifer.

13/11/2003

Akuifer
nirtekan

Luknanto@tsipil.ugm.ac.id

31

PARAMETER AKUIFER
1.

2.

3.

4.

Transmisivitas (T)
Kelulusan suatu material geologi (batuan) sangat tergantung pada ukuran besar
butiran serta sistem bukaan yang ada. Suatu lapisan batuan yang mempunyai
angka kelulusan (k) dan tebal zona jenuh air (b), maka dapat dikatakan lapisan
batuan ini mempunyai angka keterusan T (transmissivity) Keterusan dapat
didefinisikan sebagai kecepatan air yang dilakukan lewat satu satuan lebar dari
suatu akuifer, di bawah landaian hidrolika sama dengan satu. Makin tinggi nilai T
dapat diartikan bahwa litologi batuan merupakan akuifer dengan potensi airtanah
yang tinggi.
Permeabilitas (k)
Kelulusan suatu batuan pada dasarnya adalah kemampuan untuk meluluskan
suatu cairan. Untuk pekerjaan praktis di bidang hidrologi airtanah, di mana
cairan dalam hal ini air, maka kelulusan batuan dalam meluluskan airtanah,
disebut sebagai Permeabilitas (k).
Koefisien Penyimpanan (S)
Merupakan volume air yang dilepaskan atau disimpan persatuan luas permukaan
akuifer persatuan perubahan head pada permukaan tersebut.
Radius Penurunan muka airtanah atau Tekanan Pisometrik Maksimum
(Ro).
Penurunan muka air tanah di lingkungan sekitar daerah penambangan akan
sangat dipengaruhi oleh bukaan tambang itu sendiri. Pada umumnya daerah
yang ditambang memiliki elevasi yang lebih rendah dibanding daerah sekitarnya.
Hal inilah yang nantinya akan menyebabkan perubahan kontur muka airtanah.

PERHITUNGAN PERMEABILITAS
(K)
1.

2.

Kelulusan suatu batuan pada dasarnya adalah


kemampuan untuk meluluskan suatu cairan/air. Di
bidang hidrologi, kemampuan lapisan tanah/batuan
untuk meluluskan airtanah disebut sebagai nilai
permeabilitas (K). Nilai K diperoleh dari hasil uji
akuifer di lapangan atau laboratotium.
Dari grafik Head vs Waktu, pada setiap sumur uji
diperoleh nilai S masing-masing (lihat Lampiran H):
S GT-01
= 0,741
S GT-03
= 0,17
S GT-04
= 0,044

PERHITUNGAN NILAI PERMEABILITAS (K) DARI


HASIL UJI DENGAN METODE SLUGT TEST
Diperoleh nilai permeabilitas (K) dari masing-masing sumur uji sebagai berikut :

Nilai K GT-01

Nilai K GT-03
k
k
k

k = 9.37 x 10-7 meter/detik

= 0.133 . (S ) . { (Rc)2 / L }
= 0.133 . (0,17) . { (0.0381)2 / 45.72 m }
= 7.18 .10-7 m/dtk

Nilai K GT-01

k = 3.75 x 10-6 meter/detik

NILAI PERMEABILITAS (K) PADA


MASING-MASING SUMUR UJI

Uji nilai permeabilitas (K) batubara dilakukan di laboratorium


terhadap inti bor lapisan batubara dari hasil pemboran eksplorasi.
Pengujian dilakukan dengan permeameter gas (menggunakan udara
sebagai gas). Sampel batubara diambil dari lubang bor meliputi GT0, GT-03 dan GT-04.

Adapun nilai permeabilitas (K) batubara adalah :


Nilai K GT-01
= 9.37 x 10-7 m/dtk
Nilai K GT-03
= 7.18 .10-7 m/dtk
Nilai K GT-04
= 3.75 x 10-6 m/det

PERHITUNGAN TRANSMISIVITAS (T)


Harga transmisivitas dapat dihitung setelah diperoleh nilai permeabilitas
(K) dari hasil slug test pada setiap sumur uji. Nilai transmisivitas dapat
diperoleh dengan menggunakan persamaan
T = k . b (m2/detik)
sehingga dapat diperoleh nilai transmisivitas dari masing-masing sumur uji
sebagai berikut :
GT-01

T = K.b
T = (9.37 x 10-7 x 9.15 m ) m2/detik
T = 8.57 x 10 -6 m2/detik

GT-03

T= K.b
T = (7.18 .10-7 x 45.72 m ) m2/detik
T = 3.28.10-5 m2/detik

GT-04

T= K.b
T = (3.75 x 10-6 x 32 m ) m2/detik
T = 1.20 x 10 -4 m2/detik

PERHITUNGAN KOEFISIEN PENYIMPANAN


(S) Nilai Koefisien Penyimpanan (S) untuk masing-masing
lubang bor dihitung dengan Rumus :
S = 3 x 10-6 . b
Keterangan :
S = Koefisien penyimpanan
b = Tebal akuifer (m)
Lubang bor GT-01, tebal akuifer (b) = 9.15 m
S = 3 x 10-6 . ( 9.15 )
= 2.745 x 10-5
Lubang bor GT-03, tebal akuifer (b) = 45.72 m
S = 3 x 10-6 . ( 45.72 )
= 1.371 . 10-4
Lubang bor GT-04, tebal akuifer (b) = 32 m
S = 3 x 10-6 . ( 32 )
= 3.6 x 10-4

NILAI RADIUS PENURUNAN MUKA


AIRTANAH/TEKANAN PISOMETRIK (RO)
Adapun persamaan yang dapat digunakan untuk memperoleh nilai Radius
penurunan (Ro) muka airtanah/tekanan pisometrik adalah dengan
menggunakan persamaan :
Ro = 3000 x Sw x (K)0,5
Keterangan:
Ro = Radius penurunan muka air tanah atau tekanan pisometrik
akibat pemompaan (m)
Sw = Penurunan muka air tanah atau tekanan pisometrik pada
sumur ( m )
K = Konduktivitas hidrolik ( m/detik )
Untuk smur uji GT-01 diketahui:
Sw
= 75.55 m
K
= 9.37 x 10-7 m/dtk
Ro = 3000 x 75.55 x (9.37 x 10-7 )0,5
= 13,5 m

Untuk smur uji GT-03 diketahui:


Sw = 35.88 m
K = 7.17 .10-7 m/dtk
Ro = 3000 x 35.88 x (7.17 .10-7)0,5
= 91 m
Untuk smur uji GT-04 diketahui:
Sw = 68.52 m
K = 3.75 x 10-6 m/dtk
Ro = 3000 x 68.52 x (3.75 x 10-6 )0,5
= 46,23 m

LAPISAN AKUIFER DI DAERAH PRABUMENANG


KECAMATAN MERAPI TIMUR

Jenis Akuifer

Lubang Bor
Bebas

Tertekan

GT-01

GT-03

GT-04

43-48
63-68

18-22

Material Penyusun

15-25

X
X

Tebal akuifer (m)

Kedalaman

38-49
96-98.5

104-102
65-84
106-117

Pasir halus sedang


Pasir halus
Soil dan pasir halus

5,53
5
9.57

Soil dan pasir halus

Soil dan pasir halus

11

Soil dan pasir halus

2.5

Soil dan pasir halus

Soil dan pasir halus

19

Soil dan pasir halus

11

KEDALAMAN AKUIFER DI LUBANG BOR


GT-01, GT-03 DAN GT-04
1. Akuifer tertekan secara umum terdapat 13 lapisan :
a.

Pada lubang bor GT-01 terdapat 2 lapisan akuifer tertekan, masingmasing terletak pada kedalaman antara 43 - 48 m dan 63 - 68 m.

b.

Pada lubang bor GT-03 terdapat 2 lapisan akuifer tertekan, masingmasing terletak pada kedalaman antara 39 -4 9 m dan 104-102 m.

c.

Pada lubang bor GT-04 terdapat 2 lapisan akuifer tertekan, masingmasing terletak pada kedalaman antara 65-84 m dan 106-117 m.

2. Aliran airtanah di daerah Penyelidikan dibuat berdasarkan data tinggi


muka airtanah hasil pengukuran di lapangan melalui 5 lubang bor. 5
lubang bor merupakan lubang bor untuk penyelidikan Geoteknik
maupun Hidrogeologi.

SUMUR UJI : GT-03

Grafik Penurunan Muka Air Tanah Terhadap Waktu

KETEBALAN AKUIFER, KEDALAMAN LUBANG BOR


DAN KEDALAMAN MUKA AIRTANAH

Ketebalan Akuifer

Bebas (m)

Tertekan (m)

Kedalaman
Lubang Bor
(m)

GT-01

10,53

120

-19,45

GT-03

16,07

19

120

-14,12

GT-04

30

120

-15,48

Sumur
Bor

Kedalaman M.A.T
(m)

LEMBAR DATA SLUG TEST GT-03

Nama Sumur Uji : GT-03


: Prabumenang

Kedalaman Sumur Uji

: 120 m

Radius Lubang Bor (r)

: 17 inci

Radius Pipa Saringan (rc)

: 1 inci
: 45.72 m

Lokasi

Koordinat

Tebal Akuifer yang diuji

: 356297

Kedalaman Muka Airtanah Statis, (Hw) : 14.12 m

: 959060

(diukur 1 meter diatas permukaan tanah)

Elevasi : 103 mdpl

Tinggi Penambahan Muka Airtanah, (he) : 14.12m

Hari/Tanggal : Kamis, 09 -Mei-2013

Pelaksana Pengujian : Tim Hidrogeologi

No.

Waktu (T); menit

Kedalaman Muka

Penambahan

Airtanah (hw) ; m

Muka Airtanah

ht / he

ht = Hw - hw ; m

0.5

10,90

3,22

0,23

11,95

2,17

0,15

12,96

1,16

0,08

13,99

0,13

0,01

14,13

-0,01

0,00

14,17

-0,05

0,00

14,19

-0,07

0,00

14,21

-0,09

-0,01

14,21

-0,09

-0,01

10

14,24

-0,12

-0,01

11

10

14,25

-0,13

-0,01

12

12

14,26

-0,14

-0,01

13

14

14,28

-0,16

-0,01

14

16

14,30

-0,18

-0,01

15

18

14,32

-0,20

-0,01

16

20

14,32

-0,20

-0,01

17

25

14,34

-0,22

-0,02

18

30

14,35

-0,23

-0,02

19

35

14,36

-0,24

-0,02

20

40

14,34

-0,22

-0,02

21

45

14,36

-0,24

-0,02

22

65

14,35

-0,23

-0,02

23

85

14,33

-0,21

-0,01

24

105

14,33

-0,21

-0,01

25

135

14,36

-0,24

-0,02

26

165

14,35

-0,23

-0,02

KOORDINAT LUBANG BOR PENGUKURAN KETINGGIAN


KETINGGIAN MUKA AIRTANAH
MAT DI GT-01
Bore Hole

GT 01

MAT DI GT-04
Kedalaman MAT
(m)

Tanggal

13,14

03/06/2013

29,54

04/06/2013

26/04/2013

23,07

27/04/2013

30,34

28/04/2013

15,48

06/06/2013

36,25

29/04/2013

14,58

07/06/2013

8,35

31/05/2013

9,42

02/06/2013

10,73

05/06/2013

6,04

06/06/2013

7,68

08/06/2013

GT 04

MAT DI GT-05
10,05
19,65
27,35
27,24
40,70
35,74
32,38

19/04/2013
20/04/2013
21/04/2013
22/04/2013
23/04/2013
24/04/2013
25/04/2013

23,00
16,36
16,10
17,02
13,30
14,00
12,67

01/05/2013
02/05/2013
03/05/2013
04/05/2013
05/05/2013
06/05/2013
07/05/2013

MAT DI GT-03

GT 03

01/06/2013

22,08

MAT DI GT-02

GT 02

38,67

GT 05

PETA ARAH DAN


POLA
ALIRAN AIRTANAH

PETA SEBARAN AIR pH


PADA AIRTANAH BEBAS
DI DAERAH PENELITIAN

REMBESAN AIRTANAH (GROUNDWATER


SEEPAGE)

Rembesan Airtanah Bebas.

Rembesan Airtanah Tertekan

H A S I L
1.

Daerah Penyelidikan termasuk wilayah yang beriklim tropis, dengan


Curah hujan berkisar antara (196,08 298,58) mm/bulan dan Hari
hujan antara (105-145) hari /tahun.

2.

Di daerah Penyelidikan terdapat 5 daerah tangkapan hujan dengan luas


dan debit air limpasan masing-masing :
a. DTH A, Luas 663,94km2, debit air limpasan = 19.84 m3/detik
b. DTH B, Luas 1051,55 km2, debit air limpasan = 31,43 m3/detik
c. DTH C, Luas 1361,08 km2, debit air limpasan = 40,68 m3/detik
d. DTH D, Luas 2831,87 km2, debit air limpasan = 84,63 m3/detik
e. DTH E, Luas 2555,13 km2, debit air limpasan = 67,39 m3/detik

3.

Kondisi akuifer di daerah penyelidikan :


a. Terdapat dua jenis akuifer, yaitu akifer bebas dan akuifer tertekan.
Akuifer bebas umumnya terdapat di atas lapisan batubara,
sedangkan akuifer tertekan berada sebagian di bawah lapisan
batubara dan sebagian terletak di antara dua lapisan batubara.
Akuifer bebas terdiri dari tanah pucuk bercampur pasir halus (ukuran
butir antara 0,25 - 0,125 mm). sedangkan akuifer tertekan terdiri dari
batupasir dengan ukuran pasir halus-sedang.

H A S I L
Berdasarkan hasil uji akuifer di lapangan dengan metode
Slug Test diketahui nilai permeabilitas (K) akuifer di GT-01
= 9.37 x 10-7 m/dtk, GT-03 = 7.18 .10-7 m/dtk dan GT-04
= 3,75 . 10-6 m/dtk).
c. Berdasarkan jenis batuan penyusun akuifer, nilai
permeabilitas (k) yang kecil, maka potensi airtanah di
daerah Penyelidikan termasuk rendah.
d. Sebaran ketebalan akuifer bebas dan akuifer tertekan di
daerah Penyelidikan relatif tidak merata, yaitu :
1). Akuifer bebas memiliki ketebalan 7,53 m.
2). Sedangkan ketebalan akuifer tertekan antara (65
117) m.
b.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai