OLEH :
S U Y O N O
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
GENESA AIR
HIDROLIKA AIR
HIDRO KIMIA
PENCEMARAN AIR
PEMODELAN AIR
MANAJEMEN AIR
HIDROGEOLOGI PADA BATUGAMPING
(KARST HYDROGEOLOGY)
INDUSTRI PERTAMBANGAN
KONSEP DASAR
Salah satu faktor penting untuk terwujudnya optimalisasi pengusahaan
pertambangan adalah
terjaminnya
keselamatan
kerja
penambangan,
P
E
R
A
T
U
R
A
N
P
E
R
U
N
D
A
N
G
A
N
Kajian kelayakan
Konstruksi
Penambangan, Pengolahan, Pengangkutan
Penutupan Tambang
Pasca Tambang / Pembangunan Berkelanjutan
PEDULI
LINGKUNGAN
PEDULI
K3
PENGELOLAAN
PERTAMBANGAN
YANG BAIK DAN
BENAR
PUNYA NILAI
TAMBAH :
Pengembangan
Wilayah/
Masyarakat
PENERAPAN
PRINSIP
KONSERVASI
Optimalisasi
Pemanfaatan Bahan
Tambang Bagi
Masyarakat
S
T
A
N
D
A
R
T
I
S
A
S
I
Studi Kelayakan
Ekonomi
Teknis
AMDAL
Hasil Studi
Bahan
Galian dapat
ditambang
Memenuhi syarat
Pembangunan
Masyarakat
Tidak
Memenuhi
syarat
PROSPEKSI
EKSPLORASI
STUDI KELAYAKAN
EKONOMI
TEKNIS
AMDAL
COMUNITY DEVELOPMENT
TIDAK LAYAK
ARSIP
LAYAK
PERSIAPAN
PENAMBANGAN
PENAMBANGAN
PEKERJAAN UTAMA
PEKERJAAN TAMBAHAN
PEMASARAN
PENGOLAHAN
PEMASARAN
EKSTRAKSI
PEMASARAN
PENUTUPAN TAMBANG
( MINE CLOSURE )
LATAR BELAKANG
1.
2.
3.
4.
5.
6.
2.
3.
4.
Agricultural
activities
Urban
activities
GROUNDWATER
Mining
activities
StorageTransporting
& Petroleum
Transporting
Petroleum
handling of
Saline intrusion
materials
Offshore
Platform
Offshore
Platform
Oil Field
Oil Field
Oil Field
Oil Field
Consumers
Consumers
Tank Truck
Tank Truck
Mobil
Mobil
Refinery
Pipeline
Refinery
Pipeline
Tanker
Tanker
Waste
disposal
Pipeline
Pipeline
Local
Distributor
Local
Distributor
Mobil
Mobil
Industrial
Customers
Industrial
Customers
24803
24803
Totok/PAT
Totok/PAT
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Akuifer
Air Hujan Langsung
Masuk
Ke Bukaan Tambang
Run of
Airtanah
Bukaan
Tambang
Endapan Bijih
Yang Ditambang
Siklus Hidrologi
recharge
air permukaan
aliran
air tanah
lapisan
kedap air
muka tanah
udara
zona kapiler
partikel
tanah
Luknanto@tsipil.ugm.ac.id
zona
Jenuh air
air tanah
13/11/2003
air vadose
zona aerasi
16
2.
3.
4.
THN
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SEP
OKT
NOV
DES
TOTAL
Rata-rata
Max
Min
2003
179
274
127
316
91
94
56
157
271
402
445
2421
201,75
445
2004
267
192
413
199
243
64
264
37
32
155
227
260
2353
196,08
413
32
2005
524
399
497
443
259
215
145
160
218
305
329
89
3583
298,58
524
89
2006
365
518
192
435
251
116
80
24
37
90
249
374
2731
227,58
518
24
461
323
202
378
214
185
80
186
87
262
291
416
3085
257,08
461
80
2008
557
128
213
321
197
138
80
325
100
285
285
440
3069
255,75
557
80
2009
363
169
264
260
58
76
82
50
123
318
501
479
2743
228,58
501
58
2010
451
504
330
367
215
142
160
243
242
218
433
200
3505
292,08
504
160
2011
268
208
287
344
160
359
44
11
34
171
307
519
2712
226,00
519
11
2012
309
685
118
244
188
111
186
56
67
407
286
648
3305
29507
275,42
685
56
TOTAL
2950.7
2007
Tahun
JAN
PEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGT
SPT
OKT
NOP
DES
Total HH
( Hari)
2003
18
21
13
21
10
14
23
23
172
2004
23
21
24
19
14
17
10
15
22
25
199
2005
23
18
19
10
10
11
11
13
13
14
11
160
2006
13
20
17
13
15
18
126
2007
17
17
13
19
12
14
24
150
2008
18
12
12
16
16
17
134
2009
16
10
15
11
20
105
2010
18
18
12
14
10
12
16
11
17
150
2011
12
14
16
11
11
14
20
127
10
2012
11
16
11
10
15
17
20
130
16.9
15.9
7.2
6.9
6.1
7.7
11.9
15.2
18.6
Rata-Rata
14.8
14.4
9.7
145
CURAH HUJAN
Pada rancangan penyaliran nilai batas curah
hujan diambil 20,34 mm/hari. Nilai ambang
batas ini diperoleh dari curah hujan rata-rata
tahunan berdasarkan data curah hujan dari tahun
2003 s/d 2012 dibagi dengan jumlah hari hujan
rata-rata setahun. Dari Tabel diketahui curah
hujan maksimum Tahunan = 2950 mm/th dan
hari hujan rata-rata = 145 hari/th. Nilai ambang
batas = 2950/145 = 20,34 mm/hari.
2.
Analisis curah hujan dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya metode analisis frekuensi
langsung (direct frecquency analysis). Analisis ini dilakukan untuk menentukan curah hujan rencana
berdasarkan data curah hujan yang tersedia. Jika waktu pencatatan curah hujan lebih lama (jumlah data
banyak), hasil analisis semakin baik.
Analisis frekuensi langsung dapat dilakukan dengan dua sajian data curah hujan, yaitu :
Seri Tahunan (annual series).
Pengolahan data curah hujan dilakukan dengan satu curah hujan tertinggi dalam rentang waktu satu tahun.
Kekurangan dalam analisis ini adalah data curah hujan di bawah curah hujan maksimum pada tahun
tertentu tetapi lebih tinggi dari curah hujan maksimum pada tahun yang lain, tidak diperhitungkan (tidak
digunakan).
Seri Sebagian (partial series).
Cara ini dapat menutupi kekurangan cara pertama (seri tahunan), karena pengolahan data dilakukan dengan
mengambil data curah hujan yang melebihi suatu nilai tertentu dengan mengabaikan waktu kejadian hujan
yang bersangkutan.
Seri tahunan biasanya dilakukan jika tersedia data curah hujan dalam jumlah banyak, sedangkan seri
sebagian dilakukan jika jumlah data curah hujan terbatas.
No
Tahun
Curah Hujan
Curah Hujan
Maximum (X),
Rata- Rata
(mm)
(mm)
(X-Xrata-rata)^2
S
Yn
Yn rata-rata
(Yn-Yn rata-rata)^2
(mm)
2003
445
4489
10
0,85
0,19
2004
413
9801
10
1,05
0,33
2005
524
144
10
0,46
0,10
2006
518
36
10
10
-0,01
0,13
2007
461
10
0,7
2008
557
2025
10
0,58
0,0001
2009
501
121
10
0,35
0,016
2010
504
64
10
0,24
0,07
2011
519
49
10
0,13
0,23
10
2012
685
29929
10
1,38
0,65
5127
49259
5,73
1,7281
Jumlah
512
Sn
2601
4925.5
0,57
0,012
0,42
10
Nilai Yt
0,52
0,75
0,90
1,01
1,10
1,17
1,24
1,29
1,34
0,57
0,57
0,57
0,57
0,57
0,57
0,57
0,57
0,57
Nilai Sn
0,42
0,42
0,42
0,42
0,42
0,42
0,42
0,42
0,42
-0,12
0,43
0,79
1,05
1,26
1,43
1,60
1,71
1,83
4926
4925,5
4925,5
4925,5
4925,5
CHHarian Rata-Rata
512
512
512
512
512
-2,40
84,61
141,36
182,97
217,02
Nilai Yn
512
512
512
2.
3.
DTH
Luas ( Km2)
Nilai Koefisien
Limpasan
663,94
0,5
1051.55
0,5
1361.08
0,5
2831,87
0,5
2255,13
0,5
MACAM PERMUKAAN
Lapisan batubara (coal seam)
Jalan pengangkutan (haul road)
Dasar pit dan jenjang (pit floor & bench)
Lapisan tanah penutup (fresh overburden)
Lapisan tanah penutup yang telah ditanami (revegetated
overburden)
Hutan (natural rain forest)
KOEFISIEN
LIMPASAN
1,00
0,90
0,75
0,65
0,55
0,50
Daerah Tangkapan
Hujan
I
(mm/jam
A
(km2)
0,5
0,5
21,50
21,50
0,5
21,50
0,5
21,50
0,5
21,50
No
Debit, Q
(m3/detik)
Hasil
Perhitungan
Dibulatkan
663,94
19.8418
19.84
1051.55
31.4255
31.43
1361.08
40.6758
40.68
2831,87
84.6304
84.63
2255,13
67.3945
67.39
243.968
243.97
Sumur
dangkal
Sumur
dalam
Air tanah
perched
sungai
sungai
Akuifer
nirtekan
Akuifer
tekan
lapisan
kedap air
lapisan
kedap air
Akuifer
tekan
kapasitas akuifer
recharge yang masuk ke
akuifer.
13/11/2003
Akuifer
nirtekan
Luknanto@tsipil.ugm.ac.id
31
PARAMETER AKUIFER
1.
2.
3.
4.
Transmisivitas (T)
Kelulusan suatu material geologi (batuan) sangat tergantung pada ukuran besar
butiran serta sistem bukaan yang ada. Suatu lapisan batuan yang mempunyai
angka kelulusan (k) dan tebal zona jenuh air (b), maka dapat dikatakan lapisan
batuan ini mempunyai angka keterusan T (transmissivity) Keterusan dapat
didefinisikan sebagai kecepatan air yang dilakukan lewat satu satuan lebar dari
suatu akuifer, di bawah landaian hidrolika sama dengan satu. Makin tinggi nilai T
dapat diartikan bahwa litologi batuan merupakan akuifer dengan potensi airtanah
yang tinggi.
Permeabilitas (k)
Kelulusan suatu batuan pada dasarnya adalah kemampuan untuk meluluskan
suatu cairan. Untuk pekerjaan praktis di bidang hidrologi airtanah, di mana
cairan dalam hal ini air, maka kelulusan batuan dalam meluluskan airtanah,
disebut sebagai Permeabilitas (k).
Koefisien Penyimpanan (S)
Merupakan volume air yang dilepaskan atau disimpan persatuan luas permukaan
akuifer persatuan perubahan head pada permukaan tersebut.
Radius Penurunan muka airtanah atau Tekanan Pisometrik Maksimum
(Ro).
Penurunan muka air tanah di lingkungan sekitar daerah penambangan akan
sangat dipengaruhi oleh bukaan tambang itu sendiri. Pada umumnya daerah
yang ditambang memiliki elevasi yang lebih rendah dibanding daerah sekitarnya.
Hal inilah yang nantinya akan menyebabkan perubahan kontur muka airtanah.
PERHITUNGAN PERMEABILITAS
(K)
1.
2.
Nilai K GT-01
Nilai K GT-03
k
k
k
= 0.133 . (S ) . { (Rc)2 / L }
= 0.133 . (0,17) . { (0.0381)2 / 45.72 m }
= 7.18 .10-7 m/dtk
Nilai K GT-01
T = K.b
T = (9.37 x 10-7 x 9.15 m ) m2/detik
T = 8.57 x 10 -6 m2/detik
GT-03
T= K.b
T = (7.18 .10-7 x 45.72 m ) m2/detik
T = 3.28.10-5 m2/detik
GT-04
T= K.b
T = (3.75 x 10-6 x 32 m ) m2/detik
T = 1.20 x 10 -4 m2/detik
Jenis Akuifer
Lubang Bor
Bebas
Tertekan
GT-01
GT-03
GT-04
43-48
63-68
18-22
Material Penyusun
15-25
X
X
Kedalaman
38-49
96-98.5
104-102
65-84
106-117
5,53
5
9.57
11
2.5
19
11
Pada lubang bor GT-01 terdapat 2 lapisan akuifer tertekan, masingmasing terletak pada kedalaman antara 43 - 48 m dan 63 - 68 m.
b.
Pada lubang bor GT-03 terdapat 2 lapisan akuifer tertekan, masingmasing terletak pada kedalaman antara 39 -4 9 m dan 104-102 m.
c.
Pada lubang bor GT-04 terdapat 2 lapisan akuifer tertekan, masingmasing terletak pada kedalaman antara 65-84 m dan 106-117 m.
Ketebalan Akuifer
Bebas (m)
Tertekan (m)
Kedalaman
Lubang Bor
(m)
GT-01
10,53
120
-19,45
GT-03
16,07
19
120
-14,12
GT-04
30
120
-15,48
Sumur
Bor
Kedalaman M.A.T
(m)
: 120 m
: 17 inci
: 1 inci
: 45.72 m
Lokasi
Koordinat
: 356297
: 959060
No.
Kedalaman Muka
Penambahan
Airtanah (hw) ; m
Muka Airtanah
ht / he
ht = Hw - hw ; m
0.5
10,90
3,22
0,23
11,95
2,17
0,15
12,96
1,16
0,08
13,99
0,13
0,01
14,13
-0,01
0,00
14,17
-0,05
0,00
14,19
-0,07
0,00
14,21
-0,09
-0,01
14,21
-0,09
-0,01
10
14,24
-0,12
-0,01
11
10
14,25
-0,13
-0,01
12
12
14,26
-0,14
-0,01
13
14
14,28
-0,16
-0,01
14
16
14,30
-0,18
-0,01
15
18
14,32
-0,20
-0,01
16
20
14,32
-0,20
-0,01
17
25
14,34
-0,22
-0,02
18
30
14,35
-0,23
-0,02
19
35
14,36
-0,24
-0,02
20
40
14,34
-0,22
-0,02
21
45
14,36
-0,24
-0,02
22
65
14,35
-0,23
-0,02
23
85
14,33
-0,21
-0,01
24
105
14,33
-0,21
-0,01
25
135
14,36
-0,24
-0,02
26
165
14,35
-0,23
-0,02
GT 01
MAT DI GT-04
Kedalaman MAT
(m)
Tanggal
13,14
03/06/2013
29,54
04/06/2013
26/04/2013
23,07
27/04/2013
30,34
28/04/2013
15,48
06/06/2013
36,25
29/04/2013
14,58
07/06/2013
8,35
31/05/2013
9,42
02/06/2013
10,73
05/06/2013
6,04
06/06/2013
7,68
08/06/2013
GT 04
MAT DI GT-05
10,05
19,65
27,35
27,24
40,70
35,74
32,38
19/04/2013
20/04/2013
21/04/2013
22/04/2013
23/04/2013
24/04/2013
25/04/2013
23,00
16,36
16,10
17,02
13,30
14,00
12,67
01/05/2013
02/05/2013
03/05/2013
04/05/2013
05/05/2013
06/05/2013
07/05/2013
MAT DI GT-03
GT 03
01/06/2013
22,08
MAT DI GT-02
GT 02
38,67
GT 05
H A S I L
1.
2.
3.
H A S I L
Berdasarkan hasil uji akuifer di lapangan dengan metode
Slug Test diketahui nilai permeabilitas (K) akuifer di GT-01
= 9.37 x 10-7 m/dtk, GT-03 = 7.18 .10-7 m/dtk dan GT-04
= 3,75 . 10-6 m/dtk).
c. Berdasarkan jenis batuan penyusun akuifer, nilai
permeabilitas (k) yang kecil, maka potensi airtanah di
daerah Penyelidikan termasuk rendah.
d. Sebaran ketebalan akuifer bebas dan akuifer tertekan di
daerah Penyelidikan relatif tidak merata, yaitu :
1). Akuifer bebas memiliki ketebalan 7,53 m.
2). Sedangkan ketebalan akuifer tertekan antara (65
117) m.
b.
TERIMA KASIH