Tugas Akhir
NOVRIANTO
1610024427065
Tugas Akhir
Disusun Oleh:
NOVRIANTO
1610024427065
Disetujui,
Dosen Pembimbing
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Nama : NOVRIANTO
Npm : 1610024427065
Pembimbing : Riam Marlina A, ST, MT
Pembimbing II : Rizto Salia Zakri, ST., MT
Abstrak
Kegiatan peledakan merupakan salah satu metode yang saat ini sering digunakan
dalam kegiatan penambangan bahan galian baik itu proses pemberaian material
tanah penutup pada kegiatan penambangan batubara maupun dalam proses
pembongkaran batuan induk dalam penambangan batuan andesit. Selain
menguntungkan kegiatan peledakan juga memiliki efek yang bisa berdampak
negatif dan beresiko dapat merugikan kegiatan penambangan, salah satunya
adalah fly rock. Fly rock adalah fragmentasi batuan yang terlempar akibat hasil
ledakan. Fragmentasi batuan yang terlempar melebihi radius aman dapat
mengakibatkan kerusakan terhadap alat mekanis, cidera, bahkan kematian untuk
manusia. Hal ini lah yang menyebabkan efek dari fly rock menjadi salah satu
perhatian utama pada setiap kegiatan peledakan. Tujuan penelitian mengetahui
radius aman untuk alat dan manusia menurut rhicard and moore, dan geometri
ideal untuk mendapatkan fly rock dalam radius aman. Oleh karena itu fly rock
akibat peledakan harus sesuai dengan keputusan menteri ESDM nomor 1287
K/30/MEM/ 2018 tentang pedoman pelaksanaan kaidah teknik pertambangan
yang baik. Berdasarkan KEPMEN 1287 K/30/MEM/ 2018 dari hasil pengukuran
fly rock yang dilapangan maka didapatkan nilai lempar menurut rhicard and
moore sebesar 204 m untuk peledakan pertama, 194 m untuk peledakan ke dua,
dan 107 m untuk peledakan ke tiga. Geometri ideal untuk mendapatkan fly rock
dalam radius aman yaitu berdasarkan C.J Konya diperoleh nilai Burden: 2 m,
spasi: 2,28 m, stemming: 1,5 m, Kedalaman lubang: 6 m, isian: 4,4 m, dan
diameter lubang ledak: 3 inch, diperoleh nilai radius aman sebesar 195,72 m.
Kata Kunci: Fly Rock, Geometri peledakan, Tambang Andesit, dan KEPMEN
1287 K/30/MEM/ 2018
i
ANALISIS PENGARUH GEOMETRI PELEDAKAN TERHADAP FLY
ROCK HASIL PELEDAKAN DI PT.BINTANG SUMATRAPACIFIC
KEC. PANGKALAN KAB. LIMA PULUHKOTA
SUMATERA BARAT
Name : NOVRIANTO
Npm : 1610024427065
Advisor I : Riam Marlina A, ST, MT
Advisor II : Rizto Salia Zakri, ST., MT
Abstrack
Blasting activity is one of the methods currently used in mining activities, both in
the process of delivering cover soil material in coal mining activities and in the
process of dismantling parent rock in andesite rock mining. Besides being
beneficial to blasting activities, it also has effects that can have a negative impact
and can be detrimental to mining activities, one of which is fly rock. Fly rock is
rock fragmentation thrown by the explosion. Rock fragmentation thrown over the
safe radius can cause damage to mechanical devices, injuries, and even death for
humans. This is what causes the effects of fly rock to be one of the main concerns
in every blasting activity. Therefore it is necessary to know the safe radius for
tools and humans according to rhicard and moore, the ideal geometry to get fly
rock in a safe radius and to know the safe radius of fly rock based on the
proposed geometry. Therefore fly rock due to blasting must be in accordance with
Minister of Energy and Mineral Resources Decree number 1287 K / 30 / MEM /
2018 regarding guidelines for implementing good mining engineering principles.
Based on KEPMEN 1287 K / 30 / MEM / 2018 from the results of field fly rock
measurements, the value of throwing according to rhicard and moore is 204 m for
the first blasting, 194 m for the second blasting, and 107 m for the third blasting.
Ideal geometry to get fly rock within a safe radius that is based on CJ Konya
obtained Burden values: 2 m, spacing: 2.28 m, stemming: 1.5 m, hole depth: 6 m,
filling: 4.4 m, and hole diameter explosive: 3 inch, obtained a safe radius value of
195.72 m.
Keywords: Fly Rock, Blasting Geometry, , Andesite Mine, and KEPMEN 1287 K /
30 / MEM / 2018
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Atas
berkat, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir sesuai
waktu yang ditentukan. Shalawat beriring salam penulis kirimkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa umatnya ke zaman modern saat ini.
Tugas Akhir ini berjudul “Analisis Pengaruh Geometri Peledakan Terhadap Fly
Rock Hasil Peledakan Di PT. Bintang Sumatra Pacific Kec. Pangkalan Kab. Lima
Puluh Kota”. Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini belum sempurna
Penulisan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan
kasih dan sayang kepada penulis mulai dari kecil sampai sekarang,
Almarhummah ibu, saudara penulis yaitu kak Putri dan adik titi yang telah
Padang.
iii
3. Ibu Riam Marlina A, ST, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
Dosen Pembimbing I.
(STTIND) Padang.
pahala yang berlipat ganda. Penulis sadar bahwa tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi peningkatan di
masa depan. Semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi kemajuan
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak .................................................................................................................... i
v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................44
4.2.2 Pengolahan Data Menurut R.L. Ash dan C.J. Konya ..............61
vi
BAB V ANALISA DATA ..................................................................................65
5.1 Analisis Radius Lempar Aktual Menurut Richard and Moore .........65
5.2 Analisis Geometri Ideal Menurut R.L. Ash dan C.J Konya ..............67
5.3 Analisis Radius Aman Fly Rock Berdasarkan Geometri Usulan ......68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.8 Burden yang besar dan top priming penyebab fly rock ......................31
viii
Gambar 4.2 Jarak radius aman fly rock aktual .......................................................56
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.6 Perbandingan lemparan fly rock aktual dengan teoritis .........................61
Tabel 4.8 Geometri usulan dengan menggunakan metode C.J. Konya ................62
Tabel 4.9 Teori Richard and Moore (2005) dan R.L. Ash .....................................63
Tabel 4.10 Teori Richards and Moore (2005) dan C.J. Konya ..............................63
Tabel 5.2 Geometri teoritis dan radius lempar fly rock ..........................................67
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran D Pengolahan data fly rock geometri usulan teori C.j Konya
xi
BAB I
PENDAHULUAN
bidang industri pertambangan batu andesit dengan sistem tambang terbuka dan
Pekerjaan ini membutuhkan sejumlah energi yang cukup sehingga melebihi atau
pertimbangan yakni lebih cepat dalam segi waktu pembongkaran dan lebih efisien
dalam hal perawatan alat mekanis bila dibanding dengan menggunakan metode
ripping-dozing.
satunya adalah Fly Rock. Fly rock adalah fragmentasi batuan yang terlempar
akibat hasil ledakan. Fragmentasi batuan yang terlempar melebihi radius aman
untuk manusia. Hal ini lah yang menyebabkan efek dari fly rock menjadi salah
satu perhatian utama pada setiap kegiatan peledakan (Havis, dkk 2015).
Terjadinya fly rock yang berlebihan dari kegiatan peledakan dimana bisa
dengan diameter lubang terlalu kecil, atau adanya zona lemah dibagian freeface.
Mekanisme terjadinya fly rock karena adanya rifling potensi lemparan lebih
1
2
kearah atas, sementara pada fenomena face burst dan crater arah lemparan bisa
terjadi pada sudut lebih rendah sehingga memungkinkan arah lemparan cukup
Lemparan batu yang jauh akibat mekanisme face burst perlu dikendalikan
pemasangan titik bor, proses pola ledak dan charging sheet, stemming.
pemboran presisi tegak lurus dengan toleransi 3o, memastikan kolom jumlah isian
100 sampai dengan 500 meter, sementara jarak wilayah penambangan dengan
jalan lintas hanya 500 meter, dengan kebun milik masyarakat 150 - 400 meter, dan
fasilitas perusahaan seperti mes kantor berkisar 300 - 350 meter sehingga saat ini
lemparan batuan yang mencapai lahan kebun milik masyarakat, timbangan dan
jalan raya selama tiga bulan terakhir. Laporan menjelaskan bahwa lemparan
batuan berada pada radius 100 hingga 500 meter dari sumber peledakan.
perusahaan dan kebun milik masyarakat yang tidak bersedia lahannya dibebaskan
3
oleh pihak perusahaan, sehingga muncul lah beberapa pengaduan. Pada penelitian
ini tiga kali data: Peledakan 1 dengan geometri, burden 2,2 m, spasi 1,8 m,
stemming 1,3 m, kedalaman lubang 5,7 m, isian 4,4 m, diameter lubang ledak 3
inch, dan kemiringan lubang ledak 89o dengan radius fly rock 204 m. Peledakan 2
dengan geometri, Burden 2,1 m, spasi 1,9 m, stemming 1,3 m, kedalaman lubang
ledak 5,9 m, isian bahan peledak 4,3 m, diameter lubang ledak 3 inch, dan
kemiringan lubang ledak 89o dengan radius lempar fly rock 194 m. Peledakan 3
dengan geometri, Burden 2,4 m, spasi 1,7 m, stemming 1,4 m, kedalaman lubang
4,5 m, diameter lubang ledak 3 inch, dan kemiringan lubang 89o dengan radius
lemparan fly rock 107 m. Kejadian ini tentunya menyebabkan beberapa kerugian
baik dari segi waktu maupun biaya perbaikan. Kondisi tersebut menjadi perhatian
yang akan terjadi di masa mendatang. Untuk gambar kerusakan akibat fly rock
(2005), radius aman alat ditentukan dari 2 kali lemparan terjauh aktual untuk
mencegah terhadap hal hal yang tidak terduga. Sedangkan menurut semua
praktisi peledakan menetapkan radius aman unit adalah 300 m dan manusia 500 m
dari lokasi peledakan. Ketika pada kondisi semua unit dan manusia bisa di
evakuasi, jika adanya fly rock tidak menjadi kekawatiran yang serius (Arief
dengan judul ”Analisis Pengaruh Geometri Peledakan Terhadap (Fly Rock) Hasil
4
Peledakan di PT. Bintang Sumatra Pacific Kec. Pangkalan Kab. Lima Puluh
Kota”.
2. Kebun warga dan fasilitas penunjang tambang berada dalam radius fly
rock dan kerusakan fasilitas dan kebun warga akibat fly rock.
fly rock.
1. Bagi Penulis
peledakan.
2. Bagi perusahaan
selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
pada batu andesit karena andesit tergolong batuan yang sangat keras sehingga
tidak bisa menggunakan alat mekanis. Metode ini bertujuan untuk meretakkan,
kegiatan penambangan salah satunya bila dampak terhadap lingkungan (fly rock,
vibration, air blast, gas beracun dan debu) dapat diminimalkan (Koesnaryo,
2012).
kegiatan peledakan, yaitu face burst, cratering dan rifling. Menurut Suryadi
(2013) kedalaman lubang ledak dan stemming sangat berpengaruh terjadinya fly
rock, burden yang besar dan top priming penyebab fly rock dan efek crater
sebagai penyebab fly rock. Menurut Usman (2015) faktor penyebab terjadinya
lubang ledak. Penggunaan waktu tunda yang tepat akan berpengaruh terhadap
arah lemparan dari fly rock. (Putri, 2016) Selain itu adanya bidang bebas juga
akan memperngaruhi arah lemparan fly rock akan terlempar. Sedangkan jarak
6
7
lemparan terjauh dari fly rock dapat disebabkan karena terlalu pendek jarak
Diameter lubang tembak yang terlalu kecil menyebabkan faktor energi yang
dihasilkan akan berkurang sehingga tidak cukup besar untuk membongkar batuan
yang akan diledakan, jika diameter lubang tembak terlalu besar maka lubang
tembak tidak cukup untuk menghasilkan fragmentasi yang baik, terutama pada
batuan yang banyak terdapat kekar dengan jarak kerapatan yang tinggi.
Diameter lubang tembak yang kecil juga memberikan patahan atau hancuran
yang lebih baik pada bagian atap jenjang. Hal ini berhubungan dengan stemming,
dimana lubang tembak yang besar maka panjang stemming juga akan semakin
Ukuran diameter lubang ledak yang akan dipilih akan tergantung pada:
diterapkan. Dan untuk mendapatkan lantai jenjang yang rata maka hendaknya
kedalaman lubang tembak harus lebih besar dari tinggi jenjang, yang mana
Arah pemboran yang kita ketahui ada dua, yaitu arah pemboran tegak dan arah
pemboran miring. Arah penjajaran lubang bor pada jenjang harus sejajar untuk
menjamin keseragaman burden yang ingin didapatkan dan spasi dalam geometri
peledakan. Lubang tembak yang dibuat tegak, maka pada bagian lantai jenjang
pada lantai jenjang, hal ini dikarenakan gelombang tekan sebagian akan
dipantulkan pada bidang bebas dan sebagian lagi akan diteruskan pada bagian
Sedangkan dalam pemakaian lubang tembak bebas yang lebih luas, sehingga
dipantulkan lebih besar dan gelombang tekan yang diteruskan pada lantai jenjang
4. Pola Pemboran
bebas yang mencukupi. Minimal dua bidang bebas yang harus ada. Peledakan
dengan hanya satu bidang bebas, disebut crater blasting , akan menghasilkan
minimal dua bidang bebas, yaitu dinding bidang bebas dan puncak jenjang (top
bench). Selanjutnya terdapat tiga pola pengeboran yang mungkin dibuat secara
a. Pola bujur sangkar (square pattern), yaitu jarak burden dan spasi sama.
b. Pola persegi panjang (rectangular pattern), yaitu jarak spasi dalam satu
c. Pola zig zag (staggered pattern), yaitu antar lubang bor dibuat zig zag
Baik buruknya hasil peledakan akan sangat ditentukan oleh kualitas lubang
bor. Kualitas lubang bor dalam hal ini ditinjau dari segi:
sangat luas dan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti perlapisan, struktur
10
geologi alamiah, dan lain-lain yang selalu berubah dari titik ke titik.
bor dirancang dengan pola yang teratur sedemikian rupa sehingga bahan
Hal ini perlu dicermati terutama pada pemboran miring. Pada pemboran
miring maka posisi alat bor akan sangat menentukan. walaupun tata lubang
bor dipermukaan sudah sempurna, namun bila posisi alat bor tidak benar-
benar sejajar dengan posisi alat bor pada lubang sebelumnya maka dasar
(ujung) lubang bor akan menjaddi tidak teratur. Hal yang sama akan
Lantai (permukaan) bor biasanya tidak rata dan datar sehingga kedalaman
lubang bor juga tidak akan seluruhnya sama. Untuk itu area yang akan
Metode peledakan yaitu suatu metode pemberaian batuan dari batuan induk
bahan peledak adalah senyawa kimia yang dapat bereaksi dengan cepat apabila
dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, baik itu positif maupun negatif,
seperti untuk memenuhi tujuan politik, ideologi, keteknikan, industri dan lain-lain.
Contohnya besi, baja dan logam lainnya, serta bahan galian industri, seperti
bahan galian tersebut, apabila dianggap lebih ekonomis dan efisien dari pada
faktor).
(kurang dari 15% dari jumlah batuan yang terbongkar per peledakan).
4. Diperoleh dinding batuan yang stabil dan rata (tidak ada overbreak,
5. Aman.
12
c. Membuat rekahan
batuan dalam industri pertambangan. Oleh karena itu perlu dimanfaatkan sebagai
barang yang berguna, disamping juga merupakan barang yang berbahaya. Untuk
sebagai berikut:
tembak yang diisi dengan sejumlah bahan peledak, dengan penerapan metode
peledakan, geometri peledakan dan jumlah bahan peledak yang sesuai untuk
2. Persiapan Peledakan
dan berhasil. Persiapan peledakan dapat dibagi atas beberapa bagian atau tahapan
kerja diantaranya:
tambang.
dengan detonator.
dengan pantulan sinar dari sepotong cermin atau tongkat kayu yang
cukup panjang.
3) Hindari pemakaian leg wire yang terlalu pendek, namun kalau terpaksa
5) Diameter primer harus lebih kecil dari diameter lubang ledak. Bila
dapat dibantu atau didorong dengan tongkat kayu secara perlahan lahan.
6) Setelah primer telah sampai didasar lubang maka bahan peledak dapat
7) Pengisian bahan peledak, paling banyak dua per tiga dari tinggi lubang
ledak.
f. Sistem Rangkaian
1) Hubungan Seri
Rangkaian yang disusun secara seri, arus dari sumber tenaga hanya
melalui satu jalan. Jumlah arus yang melalui setiap detonator adalah
ohm. Arus minimum untuk peledakan dalam rangkaian seri adalah 1,5
2) Hubungan Paralel
terbesar adalah tahanan firing line. Salah satu jalan untuk menambah
firing line dengan kawat yang ukurannya lebih besar. Arus yang
100 ohm. Dalam rangkaian paralel seri jumlah arus yang mengalir
bahwa tahanan di setiap seri adalah sama atau tahanan satu seri
mendekati serta sama dengan tahanan seri yang lainnya. Hal ini
disebut series balancing dan akan menjamin bahwa total arus yang
g. Penyambungan Rangkaian
hal berikut:
1) Sambungan leg wire dengan kabel pembantu harus baik dan kuat.
3) Rangkaian harus dibuat rapi dan efektif, hindari kabel agar tidak kusut
dan terlipat.
blasting machine.
c. Getaran dan airblast (getaran udara dari hasil peledakan) yang ditimbulkan
e. kemudahan penggalian
h. kinerja peledakan
j. mengendalikan getaran
bahan galian
a. Kepekaan Lokasi
Arah perpindahan tergantung pada jalur daya tahan paling kecil yang
tepat (stemming yang baik, distribusi energi yang tepat, toe yang kecil,
d. Pengendalian dinding
Interval delay yang terlalu singkat antara lubang dalam satu baris dan
e. Geologi
sehingga diperlukan waktu yang lebih lama antara baris baris untuk
f. Kondisi air
Batuan jenuh (lubang peledakan yang terisi air) dapat meneruskan tekanan
peledakan (deadpressed).
Produk bahan peledak dengan densitas yang lebih besar (> 1,25 g/cc) yang
h. Sederhana
i. Biaya
lubang tembak, ini terjadi karena adanya tekanan yang sangat besar disekitar
tembak dengan kecepatan = kecepatan gel sonic, ketika teg tekan ini
melewati bidang bebas (free face) memantul kembali, sehingga timbul gaya
tarik apabila kekuatan tarik batuan terlewati batuan akan pecah atau retak.
Ketika timbul rekahan akibat pecahnya batuan, aliran/ ekspansi gas dari handak
6. Pola Peledakan
ledakan dari sejumlah lubang ledak. Pola peledakan pada tambang terbuka
dan bukaan di bawah tanah berbeda. Pola ledakan merupakan urutan waktu
peledakan antara lubang lubang bor dalam satu baris dengan lubang bor pada
baris berikutnya ataupun antara lubang bor yang satu dengan yang lainnya.
Pola peledakan ini ditentukan berdasarkan urutan waktu peledakan serta arah
dengan menerapkan waktu tunda pada sistem peledakan antara lain adalah:
a. Mengurangi getaran
Apabila pola peledakan tidak tepat atau seluruh lubang diledakkan sekaligus,
maka akan terjadi sebaliknya yang merugikan, yaitu peledakan yang mengganggu
lingkungan dan hasilnya tidak efektif dan tidak efisien. Beberapa pola peledakan
Pola peledakan ini diterapkan untuk lokasi peledakan yang memiliki tiga
bidang bebas (free face), arah lemparan hasil peledakan dengan menggunakan
pola peledakan ini adalah kearah pojok (corner). Pola ini dapat kita lihat pada
Pola peledakan ini diterapkan untuk lokasi peledakan yang memiliki dua
bidang bebas (free face), arah lemparan hasil peledakan dengan menggunakan
pola ini adalah kearah tengah (center) dengan pola peledakan menyerupai huruf V.
Pola ini dapat kita lihat pada gambar 2.4 di bawah ini.
Pola peledakan ini diterapkan untuk lokasi peledakan yang hanya mempunyai
satu bidang bebas (free face) yakni permukaan yang bersentuhan langsung
dengan udara kearah vertical. Pola peledakan ini bertujuan untuk menghasilkan
22
membagi dua rangkaian. Pola ini dapat kita lihat pada gambar 2.5 di bawah ini.
7. Geometri Peledakan
peledakan yaitu: burden (B), spasi (S), subdriling (J), steming (T), dan
berdasarkan diameter lubang tembak, kondisi batuan setempat dan jenis bahan
1. Burden (B)
Burden dapat didefinisikan sebagai jarak tegak lurus dari lubang tembak
(kolom isian bahan peledak) terhadap bidang bebas (free face) yang terdekat
peledakan yang dipakai dan menghadapi batuan yang akan dibongkar, Burden
a. R.L.Ash (1976) :
.....................................................(2.1)
Keterangan:
KB = Nisbah burden yang telah dikoreksi
KBstd = KB standar bernilai 30
[ ]1/3……………………………………..…………(2.2)
[ ]1/3………………….……………………(2.3)
….…………………………………….……..……...(2.4)
24
Keterangan:
B = Burden (m)
De = Diameter lubang ledak (m)
b. C.J.Konya (1990):
0.33
SGe
B 3.15 De
SGr …………………………………………..……(2.5)
Keterangan:
B = Burden (ft)
De = Diameter lubang ledak (inci)
SGe = Berat jenis bahan peledak yang dipakai
SGr =Berat jenis batu yang akan dibongkar
2. Spacing (S)
terangkai dalam satu baris (row), diukur sejajar dengan jenjang (pit wall) dan
tegak lurus burden, Spacing merupakan fungsi dari burden dan dihitung
setelah burden ditetapkan terlebih dahulu. Jika ukuran Spacing lebih kecil
dari burden maka cenderung mengakibatkan stemming ejection lebih dini, gas
dan air blast. Sebaliknya, jika jarak spacing terlalu besar diantara lubang
a. R.L.Ash (1976):
S Ks B …...................................………...….……..………(2.6)
Keterangan:
KS = spacing Ratio (1.00-2.00)
B = Burden
25
b. C.J.Konya (1990):
S 1.4 B ……………………………………………..………(2.7)
Keterangan:
B = Burden (m)
S = Spacing (m).
3. Stemming (T)
Stemming adalah bagian lubang tembak yang tidak diisi bahan peledak
tetapi diisi oleh material pemampat seperti pasir, cutting hasil pemboran dan
tanah liat. Stemming berfungsi untuk mengurung gas yang terbentuk akibat
reaksi detonasi bahan peledak didalam lubang tembak dan untuk menjaga
membuat energi bahan peledak optimal dari lubang ledak, material dan
dan vertikal bahan peledakan yang sesuai berikut beberapa rumus stemming
(T):
a. R.L.Ash (1976):
T Kt B …………………………………………………….(2.8)
b. C.J.Konya (1990):
T 0.70 B ………………………………………..………………….(2.9)
Keterangan:
B = Burden (m)
T = Stemming (m).
26
4. Subdrilling (J)
rencana lantai jenjang. Pemboran lubang tembak sampai batas bawah dari
lantai bertujuan agar seluruh permukaan jenjang bisa secara full face setelah
dilakukan peledakan, jadi untuk menghindari agar pada lantai jenjang tidak
a. R.L.Ash (1976):
J Kj B …………………….…….…………...……..……(2.10)
b. C.J.Konya (1990):
J 0.30 B ………………………………………….………………(2.11)
Keterangan:
B = Burden (m)
J = Subdrilling (m).
bahan peledak, stemming dan subdrilling. Jika arah lubang tembak vertikal
a. R.L.Ash (1976):
H Kh B …….…………………….....…….….………….(2.12)
Keterangan:
H = Kedalaman lubang ledak (m)
KH = Nisbah Kedalaman Lubang
KH = 1.50 – 4.00
b. C.J.Konya (1990):
H = L + J …………………………………...……………………………(2.13)
Keterangan:
H = Kedalaman Lubang Ledak
L = Tinggi Jenjang
dipengaruhi oleh kemampuan alat bor dan ukuran mangkok (bucket) serta
jangan sampai runtuh, baik karena daya dukungnya lemah atau akibat getaran
besar dapat diterapkan pada jenjang yang lebih tinggi rancangan menurut
Richard L Ash.
L H J ……………..………………………………(2.14)
Keterangan:
L = Tinggi jenjang (m)
H = Kedalaman Lubang Ledak (m)
28
PC H T ………………….…….…………...………...….(2.15)
Keterangan:
PC = Panjang kolom isian (m)
H = Kedalaman lubang ledak (m)
T = Stemming (m)
nilai powder factor (PF). Untuk mencari hal-hal tersebut digunakan rumus
sebagai berikut.
1) Volume peledakan
V = B x S x H ……………………………………………………….(2.16)
Keterangan:
B : Burden
S : Spacing
H : Kedalaman lubang ledak
Keterangan:
de : Diameter lubang ledak
Pc : Panjang kolom isian
v : Volume peledakan
29
meter. Satuan yang digunakan adalah kg/meter. Loading density dicari untuk
mengetahui berapa jumlah bahan peledak yang digunakan dalam satu lubang
a. R.L.Ash (1976)
Keterangan:
de = Loading density (kg/mtr)
De = Diameter lubang ledak (inchi)
SG = Berat jenis bahan peledak
b. C.J.Konya (1990):
Keterangan:
de = Loading density (kg/mtr)
De = Diameter lubang ledak (inchi)
SGe = Berat jenis bahan peledak
E PC De …………………………………………………(2.20)
Keterangan:
E = Jumlah bahan peledak (kg)
PC = Panjang kolom isian (m)
De = Loading density (kg/m)
V B S L ……………………………….……………...……………..(2.21)
Keterangan:
V = Volume peledakan (m2)
B = Burden (m)
S = Spacing (m)
L = Tinggi jenjang (m)
de pc n
pf ………………………………………………………….(2.22)
V
Keterangan:
V = Volume batuan yang diledakkan (M3)
PC = Panjang lubang isian (m)
De = Loading density, kg/m
n = Jumlah Lubang ledak
PF = Powder factor, kg/ton
Fly rock adalah salah satu dampak berbahaya dari peledakan di tambang
terbuka. Prediksi jarak lemparan fly rock berperan penting dalam penentuan
radius aman alat. Terjadinya fly rock yang berlebihan dari kegiatan peledakan bisa
dibagi dalam tiga mekanisme keterjadiannya, dimana bisa karena kondisi kurang
nya energi dalam kolom ledak, selain itu dapat terjadi juga jika perbandingan
burden dengan dimeter lubang terlalu kecil, atau adanya zona lemah dibagian
freeface. Pada mekanisme terjadinya fly rock karena adanya rifling potensi
lemparan lebih ke arah atas, sementara pada fenomena face burst dan crater arah
lemparan bisa terjadi pada sudut lebih rendah sehingga memungkinkan arah
lemparan cukup jauh dan berdampak sangat berbahaya, sehingga perlu menjadi
31
perhatian lebih adalah sedemikian rupa kita harus bisa mengidentifikasi akan
kemungkinan terjadi fenomena face burst dan cratering. Gambar 2.7 dibawah ini
terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi terjadinya fly rock pada kegiatan
peledakan yaitu:
1. Rifling
Rifling terjadi saat stemming sudah sesuai untuk mencegah fly rock secara
cratering, namun material stemming yang digunakan kurang baik, dan biasanya
disertai dengan noise (bunyi) ledakan yang tinggi. Fly rock disebabkan jenis
material yang digunakan kurang sesuai dan terdapatnya bidang lemah disekitar
lubang ledak maka terjadinya fly rock, batu yang terbang cendrung mengarah
√
sin 2θ …………………….………………………….(2.23)
Keterangan:
L = Lemparan maksimal (m)
K = Konstanta
g = Percepatan gravitasi (9,8 m/s2)
m = Jumlah isian bahan peledak dalam per delay (kg)
32
2. Cratering
Cratering terjadi saat tinggi stemming yang terlalu pendek serta terdapatnya
bidang lemah pada lubang ledak. Bidang lemah tersebut biasanya merupakan
tersebut maka fly rock dapat terlempar ke segala arah dari lubang ledak.
rock.
√
………………………………………………………(2.24)
Keterangan:
L = Lemparan maksimal (m)
k = Konstanta
g = Percepatan gravitasi (9,8 m/s2)
m = Jumlah isian bahan peledak dalam per delay (kg)
SH = Tinggi stemming (m)
33
3. Face bursting
Face bursting terjadi saat jarak burden pada baris depan peledakan di
rock.
√
……………………………………………….………(2.25)
Keterangan:
L = Lemparan maksimal (m)
k = Konstanta
g = Percepatan gravitasi (9,8 m/s2)
m = Jumlah isian bahan peledak dalam setiap peledakan (per delay)
B = Burden awal (m)
1. Profil Perusahaan
Kota Provinsi Sumatera Barat dengan luas Izin Usaha Pertambangan (IUP) 6 Ha.
PT. Bintang Sumatra Pacific berdiri sejak bulan November 2013. Sejak pendirian
tentu dilakukan proses pra produksi yang dilakukan sejak Agustus 2015 sampai
Juli 2016 dan eksis dalam kegiatan pertambangan sejak Agustus 2016.
Koordinat IUP PT. Bintang Sumatra Pacific terletak pada 1000 44‘’ 1,2‘
garis bujur timur sampai 100° 44‘’ 59,9‘ garis bujur timur, dan 0° 1‘’ 1,1‘ garis
tambang yang beroperasi di Kabupaten Lima Puluh Kota. Kabupaten ini terletak
dibagian timur wilayah Provinsi Sumatra Barat atau sekitar 124 km dari Kota
Padang, ibu Kota Provinsi Sumatra Barat. Kabupaten Lima Puluh Kota terletak
°50’47,80 BT.
transportasi darat dalam waktu 4 jam dari kota Padang. Untuk peta kesampaian
3. Keadaan Morfologi
terdapat anak sungai yang mengalir dengan lebar antara 1-5 m dan pola aliran
35
sungai pada umumnya sejajar (paralel) dan mendaun (dendritik). Vegetasi hampir
75% terdiri dari tanaman karet rakyat dan sisanya berupa pohon kecil dan semak
belukar. Secara morfologi daerah penambangan dapat dibagi dalam 2 (dua) satuan
morfologi, yaitu:
b. Satuan morfologi dataran, yaitu daerah yang relatif datar yang mempunyai
2. Tahapan Penambangan
menggunakan sistem tambang terbuka atau open pit. Dengan mengunakan metode
36
Quarry, metode ini adalah sistem tambang terbuka yang diterapkan untuk
menambangan endapan bahan galian industri atau mineral seperti batu gamping,
reklamasi
tanah atau batuan yang berada diatas cadangan bahan galian, agar bahan
55, tanah penutup didorong dan dibuang ke arah lembah (disposal area)
37
yang terdekat, namun bila tumpukan hasil pengupasan ini jauh dari
drill (CRD) Furukawa PCR 200 dan kompresor untuk alat penggerak
CRD.
d. Pemuatan (loading)
dump truck.
e. Pengangkutan (transporting)
f. Peremukan (crusher)
crusher.
dengan waktu tunda 1-10 m/s dengan jumlah lubang yang beragam dan biasanya
dilakukan peledakan pada sore hari karena lamanya proses pengisian bahan
Gambar 2.15 dibawah merupakan lokasi titik yang akan dilakukan pemboran
lubang bor 6m, mengunakan dua buah batang bor dengan panjang 3m dan 3,5m.
Dimana PT. Bintang Sumatra Pacific menggunakan alat bor jenis crawler rock
Gambar 2.17 dibawah ini adalah salah satu lubang bor untuk peledakan
Gambar 2.18 adalah detonator listrik yang digunakan pada PT. Bintang
memakai plastik liner dikarenakan lubang atau lokasi tempat peledakan basah atau
berair. Tujuan dari memakai plastic liner supaya anfo yang digunakan tidak basah
karena anfo sangat rentan sekali dengan air atau mudah larut ketika kena air. Hal
ini akan mengakibatkan gagal ledak ketika anfo larut dalam air.
42
kobla 200. Dimana blasting machine merupakan sumber energi penghantar arus
listrik menuju detonator. Cara kerja blasting machine pada umumnya didasarkan
atas penyimpanan atau pengumpulan arus pada sejenis kapasitor dan arus tersebut
dilepaskan seketika pada saat yang dikehendaki. Arus yang dilepas harus dapat
mengatasi tahanan listrik didalam rangkaian peledakan, untuk itu perlu diketahui
benar kapasitas BM yang akan digunakan jangan sampai kapasitasnya lebih kecil
sebagai berikut
METODOLOGI PENELITIAN
pengaruh geometri peledakan terhadap fly rock hasil peledakan, nanti hasilnya
diharapkan segera dapat dipakai untuk perusahaan. Menurut Ezequiel Ander Egg
tambang yang beroperasi di Kabupaten Lima Puluh Kota. Kabupaten ini terletak
dibagian timur wilayah Provinsi Sumatra Barat atau sekitar 124 km dari Kota
44
45
transportasi darat dalam waktu 4 jam dari kota Padang. Untuk gambar peta
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 23 maret 2020 sampai dengan tanggal
29 maret 2020.
sekelompok objek yang diteliti yang mempunyai variasi satu dengan yang lain
dalam kelompok tersebut. Dimana jenis variabel penelitian terdiri atas dua
variabel yaitu:
1. Variabel bebas
2. Variabel terikat
Dalam penelitian ini veriabel terikat meliputi pengaruh terhadap fly rock.
3.4.1. Data
1. Data Primer
a. Kedalaman stemming
2. Data Sekunder
c. Peta topografi
g. Geometri rancangan
terutama untuk kegiatan peledakan. Kegiatan observasi ini sangat berguna sebagai
langkah awal untuk memulai proses pengambilan data. Yang akan dijadikan
tempat pengambilan data yaitu titik lemparan terjauh fly rock dari lokasi
peledakan. Salah satu efek negatif dari kegiatan peledakan adalah fly rock, oleh
karena itu setiap akan dilakukan kegiatan peledakan maka harus dilakukan
pengamatan fly rock untuk mengetahui berapa jauh fly rock yang dihasilkan serta
yaitu:
1. Geometri Peledakan
dengan meteran.
Pengukuran fly rok dilakukan dengan GPS dimana data yang akan diambil
3. Data Jarak antara lokasi peledakan dengan tempat bangunan yang ada di
4. Fly rock
menggunakan meteran.
48
1. Mengetahui radius aman untuk alat dan manusia menurut rhicard and moore.
2. Mengetahui geometri ideal untuk mendapatkan fly rock dalam radius aman.
a. Burden (B)
b. Spacing (S)
c. Stemming (T)
d. Subdrilling (J)
Pada proses analisa data dilakukan dengan teori Richard and moore, dimana
pada teori Richard and moore ini terdapat tiga bagian yaitu face burst, face burst
ini terjadi ketika burden awal yang terlalu kecil maka akan mudahnya terjadi
potensi fly rock yang terlempar mengarah kedepan. Cratering, cratering ini
terjadi saat kurang tingginya kolam stemming yang digunakan dan terdapatnya
bidang lemah pada sekitar lubang ledak maka lemparan fly rock yang terjadi itu
kesegala arah. Riffling, riffling ini terjadi ketika jenis material yang digunakan
untuk stemming tidak sesuai dan kemiringan lubang ledak. Analisa pada penelitian
ini difokuskan pada analisis pengaruh geometri peledakan terhadap fly rock yang
diterapkan oleh perusahaan dan analisis hasil pengukuran fly rock terhadap jarak
pengukuran yang digunakan. Pada analisis geometri terhadap fly rock data yang
digunakan yaitu data pada tanggal 23 maret 2020 sampai dengan 29 Maret 2020.
Studi Literatur
Survey Lapangan
A
51
Identifikasi Masalah
1. Lemparan fly rock mencapai 500 m, melebihi radius
aman.
2. Kebun warga dan fasilitas penunjang tambang berada
dalam radius fly rock dan kerusakan fasilitas dan
kebun warga akibat fly rock.
3. Cratering dan face burst mengakibatkan terjadinya
fly rock.
4. Stemming yang kurang dalam mengakibatkan
terjadinya fly rock.
5.
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui radius lemparan aktual menurut rhicard
and moore.
2. Mengetahui geometri ideal menurut R.L.Ash dan C.j
Konya.
3. Mengetahui radius aman fly rock berdasarkan geometri
usulan.
4.
Pengambilan Data
Analisis Data
A
52
Pengolahan Data
Analisis Data
Kesimpulan
1.Jarak aman peledakan yang direkomendasikan
2. Geometri ideal
3. Radius aman fly rock berdasarkan geometri
usulan
Saran
1. Fly rock dapat dikontrol dengan
memperhatikan burden awal dan stemming.
terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini
berupa data primer dan data sekunder yang bersumber dari pengamatan dan
dimana data yang diambil nilai burden 2,2 m 2,1 m, dan 2,4 m. Spacing 1,8 m, 1,9
5,8 m. Isian bahan peledak 4,4 m, 4,3 m, 4,5 m. Diameter lubang ledak 3 inch.
Dan kemiringan lubang 89° dapat dilihat pada tabel 4.1. Penulis melakukan
cuma dilakukan 3 kali peledakan, dan 3 data itu sudah bisa untuk jadi
Data pada tabel 4.1 dibawah ini merupakan data kegiatan peledakan yang
Pacific.
53
54
Pengambilan data titik koordinat peledakan dan titik koordinat fly rock
mengetahui jarak lemparan fly rock terjauh yang dihasilkan dari peledakan,
apakah fly rock yang dihasil dari peledakan itu melewati ambang batas atau
aktual, bisa dilihat pada tabel 4.2 dan pada gambar 4.1. Gambar 4.1 merupakan
lemparan fly rock aktual yang terjauh dihasilkan dari peledakan dimana radiusnya
204 m, dimana radius aman dari peledakan itu dua kali lemparan terjauh jika 204
m itu dikalikan dengan 2 maka dapat hasil radius amannya 408 m, sedangkan
jarak aman peledakan bagi alat dan fasilitas pertambangan 300 (tiga ratus) meter
serta bagi manusia 500 (lima ratus) meter. Pada gambar 4.1 ini radius amannya
55
sudah melewati yang ditetapkan dari keputusan mentri ESDM. Tabel 4.2
merupakan tabel data dari fly rock dimana nanti nya titik koordinat lokasi
peledakan dan lemparan fly rock yang terjauh akan dimasukan ke software map
source untuk mendapatkan berapa meter jarak dari lemparan fly rock itu dari
lokasi peledakan.
Pada gambar 4.2 dibawah ini merupakan gambar radius aman manusia
aktual pada PT. Bintang Sumatra pacific dimana jaraknya dari lokasi peledakan
400 m.
56
Adalah bahan peledak yang digunakan pada PT. Bintang Sumatra Pacific AN.
2. Jarak lokasi peledakan dengan bangunan 350 m, dapat dilihat pada gambar 4.3
dibawah ini
57
Bangunan
Lokasi Peledakan
3. Jarak lokasi peledakan dengan jarak evakuasi manusia 400 m, dapat dilihat
Evakuasi manusia
Lokasi Peledakan
4. Jarak lokasi peledakan dengan jarak evakuasi alat 350 m dapat dilihat pada
Evakuasi alat
Lokasi Peledakan
5. Geometri rancangan
1. Geometri Aktual
Data rekapitulasi hasil pengamatan pada zona 1 dapat dilihat pada Tabel 4.3,
perbedaan yang tidak terlalu signifikan dari rencana yang telah ditetapkan.
Dari hasil pengolahan pada tabel 4.3 maka geometri aktual Pada zona 1
didapatkan hasil rata-rata Burden 2,23 m Spasi 1,8 m, Kedalaman 5,8 m, Isian
Jarak lemparan batuan (fly rock) sebelum dilakukannya penelitian atau selama
menyebabkan rusaknya fasilitas milik perusahaan dan pondok kebun milik warga
yang berada dekat dengan area penambangan. Sementara jarak lemparan batuan
(fly rock) selama melakukan kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.5
lemparan terjauh fly rock menggunakan GPS. Untuk pengolahan data GPS
terjauh sebesar 204 meter, maka dari jarak tersebut didapatkan jarak radius aman
Untuk gambar radius aman dari fly rock aktual dapat dilihat pada gambar
dibawah ini
pertama, 164, 40 m untuk peledakan ke dua, dan 143 m untuk peledakan yang ke
peledakan yang ke dua, dan 4,89 m untuk peledakan yang ke tiga. Dapat dilihat
61
pada tabel 4.6 perbedaan antara prediksi fly rock teoritis dengan lemparan fly rock
4.2.2 Pengolahan Geometri Ideal Menurut R.L. Ash dan C.J. Konya
analisis regresi stemming memiliki nilai tingkat hubungan paling kuat dengan
jarak lemparan fly rock. Nilai stemming dihitung menggunakan teori R.L. Ash dan
teori C.J. Konya. Dari kedua teori tersebut didapat nilai stemming 1 m dan 2 m.
nilai stemming yang menghasilkan fly rock yang memiliki jarak yang paling jauh
dan dekat. Maka stemming yang memiliki jarak fly rock yang paling dekat akan
Bisa di lihat pada tabel 4.7 di bawah ini. Untuk pengolahannya dapat dilihat pada
lampiran B
(1990):
awal 2 m, spasi 2,28 m, stemming 1,5 m, kedalaman lubang 6 m, isian 4,4 m, dan
diameter 3 inch. Dapat di lihat pada tabel 4.8 dibawah ini. Untuk pengolahan
menurut Ricard and Moore. Maka didapatka jarak fly rock face burst sebesar
63
65,07 m dan cratering 393 m. karna kemiringan lubang tembak 90° maka nilai
rifling 0 m. Bisa dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini. Untuk pengolahan datanya
65,07 393 -
Dari hasil pengolahan data menggunakan teori Richards and Moore (2005)
dari rancangan geometri berdasarkan teori C.J.Konya di dapatkan nilai face burst
sebesar 55,29 m, dan nilai cratering sebesar 98,83 m. karena kemiringan lubang
tembak nya di sarankan 90° maka nilai rifling 0. Dapat dilihat pada pada tabel
4.10 dibawah ini. Untuk pengolahan datanya dapat dilihat pada lampiran D.
Tabel 4.10 Teori Richards and Moore (2005) dan C.J. Konya
Face burst (m) Cratering (m) Rifling (m)
55,29 97.86 -
peledakan terhadap fly rock teori R.L.Ash, (1967) dan C.J.Konya, (1990)
berdasarkan perhitungan fly rock menurut teori Richards and Moore (2005). Di
dapatkan perbedaan prediksi jarak lempar fly rock yaitu nilai face burst dari
R.L.Ash yaitu 65,07 m, sedangkan dari C.j Konya nilai face burst 55,29 m. Untuk
nilai cratering dari R.L.Ash yaitu 393 m, sedangkan dari C.j Konya nilai
cratering 97,86 m. Prediksi fly rock yang memiliki jarak yang paling pendek dan
64
baik adalah menggunakan teori C.J Konya yaitu dengan nilai stemming 2 meter
dengan fly rock prediksi 97,86 m. Sehingga jarak radius aman di perusahaan PT.
Bintang Sumatra Pacific dapat dikurangi dari 338 m menjadi dua kali 97,86 m
Untuk gambar rekomendasi jarak radius aman pada PT. Bintang Sumatra
Penelitian ini mengkaji tentang batu terbang (fly rock) yang dihasilkan dari
peledakan tambang batu andesit. Hasil penelitian menunjukan jarak fly rock
terjauh yang dihasilkan dari semua peledakan berjarak 204 m, dengan radius aman
408 m. Jarak fasilitas perusahaan (kantor,gudang,mes dan lain lain) dari area
peledakan ± 400 m dan pemukiman yang paling dekat dengan perusahaan adalah
nagari manggilang yang berjarak dari area peledakan ± 2 km. Keputusan Menteri
teknik pertambangan yang baik, disebutkan bahwa jarak aman peledakan bagi alat
65
dan fasilitas pertambangan 300 (tiga ratus) meter serta bagi manusia 500 (lima
ratus) meter. Berdasarakan KEPMEN tersebut maka jarak fly rock yang dihasilkan
dari kegiatan peledakan perusahaan melebihi ambang batas peraturan yang sudah
ANALISA DATA
Teknik analisa data yang dilakukan pada bab ini yaitu menganalisa Geometri
peledakan aktual dan batu terbang (fly rock) yang dihasilkan berdasarkan geometri
Dari hasil pengolah geometri dan fly rock aktual maka di dapatkan nilai hasil
peledakan 2, dan 2,4 m untuk peledakan 3. Spacing 1,8 m untuk peledakan 2, 1,9
untuk peledakan 2, dan 1,7 untuk peledakan 3. stemming 1,5 m untuk peledakan 1,
1,3 untuk peledakan 2, dan 1,4 untuk peledakan 3. dengan kedalaman lubang
ledak 5,7 m untuk peledakan 1, 5,9 untuk peledakan 2, dan 5,8 untuk peledakan 3.
Isian bahan peledak 4,4 m untuk peledakan 1, dan 4,3 untuk peledakan 2, dan 4,5
Dan radius lemparan fly rock aktualnya 204 m untuk peledakan 1, 194 m untuk
jarak aman peledakan bagi alat dan fasilitas pertambangan 300 m, serta bagi
pertama dan kedua yang melewati radius aman yang telah ditetapkan pada
kepmen 1827, dimana untuk menentukan radius aman dari fly rok tersebut adalah
2 kali lemparan terjauh dari fly rock tersebut. Bisa dilihat pada tabel 5.1 dibawah
ini.
66
67
Dari tabel diatas maka bisa disimpulkan bahwa Semakin dangkal kolom
stemming, maka potensi lemparan fly rock akan semakin besar. Hal ini
stemming menjadi lebih dangkal. Selain itu, penurunan ketinggian stemming pada
bahaya fly rock. Hal ini disebabkan spoil spoil hasil sisa peledakan pada saat
Disamping itu, kurang baiknya penanganan lubang ledak seperti tidak adanya
peledak sehingga kolom stemming menjadi lebih dangkal. Selain itu, pada kondisi
68
lubang basah sering dibiarkan dalam keadaan stemming kurang padat sehingga
kedakaman lubang 6 m, kolom isian 4 m, dan diameter lubang ledak 3 inch. Dapat
Dari tabel diatas maka dapat diprediksi fly rock yang memiliki jarak yang
paling pendek dan baik adalah menggunakan teori C.j Konya yaitu dengan nilai
stemming 2 meter dengan fly rock prediksi 97,86 m untuk cratering dan 55,29 m
untuk face burst. Sehingga jarak radius aman di perusahaan PT. Bintang Sumatra
Pacific dapat dikurangi dari 408 m menjadi dua kali 97,86 m yaitu sebesar 195,75
m.
69
burden 2,2 m, spasi 1,8 m, stemming 1,3 m, kedalaman lubang tembak 5,7 m,
burden 2,1 m, spasi 1,9 m, stemming 1,3 m, kedalaman lubang tembak 5,9 m,
burden 2,4 m, spasi 1,7 m, stemming 1,4 m, kedalaman lubang tembak 5,8 m,
4. Geometri usulan
Dari hasil perhitungan yang penulis lakukan maka penulis mengusulkan geometri
peledakan menurut metode C.j Knya dimana nilai burden 2 m, spasi 2,28 m,
Dari tabel diatas ada beberapa rencana untuk meminimalisir jarak lemparan
mungkin dan memilih ukuran material stemming dengan pas atau tidak terlalu
coba untuk menghasilkan jarak lemparan batuan yang lebih kecil. Parameter
geometri peledakan yang diubah adalah stemming. Hal ini dilakukan karena secara
statistik stemming memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap jarak lemparan
batuan. Selain itu secara teoritis stemming juga memegang peranan penting untuk
mengunci energi di dalam lubang ledak agar optimal dalam memberai material ke
arah samping dan memperkecil potensi energi keluar dari lubang ledak yang dapat
data peledakan dan fly rock di lapangan yang pertama face burst, face burst terjadi
saat kondisi area peledakan memiliki jenjang yang mana jarak burden pada baris
depan peledakan terlalu dekat dengan free face. Dan yang ke dua itu cratering,
cratering terjadi saat tinggi stemming yang terlalu pendek serta terdapatnya
bidang lemah pada lubang ledak. Bidang lemah tersebut biasanya merupakan
maka fly rock dapat terlempar ke segala arah dari lubang ledak yang di inisiasi.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
fly rock hasil peledakan di P.T Bintang Sumatra Pacific, maka penulis dapat
1. Radius lempar menurut Rhicard and moore diperoleh nilai radius lempar
fly rock sebesar 204 m untuk peledakan pertama, 194 m untuk peledakan
ke dua, dan 107 m untuk peledakn ke tiga. Sesuai dengan ketetapan mentri
ESDM yaitu radius aman alat 300 m dan radius aman manusia 500 m.
Maka dinyatakan radius aman pada PT. Bintang Sumatra Pacific masih
dalam masalah. Dimana cara menentukan radius aman dari fly rock yaitu
2. Geometri ideal untuk mendapatkan fly rock dalam radius aman pada PT.
dan burden awal nya 2 m diperoleh nilai radius aman sebesar 195,72 m.
6.2 Saran
71
72
1. Radius lempar dari fly rock masih melewati ambang batas yang ditetapkan
oleh ESDM, agar radius fly rock sesuai dengan ambang batas yang
karena terjadinya radius fly rock yang jauh itu diakibatkan oleh stemming.
3. Radius aman fly rock yaitu perhitungan geometri menurut C.J Konya
Aulia Himmatul Putri. dkk. 2017 Analisis Arah dan Jarak Lemparan Fly Rock
Akibat Kegiatan Peledakan di PT Dahana Jobsite PT Adaro Indonesia,
Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan. Program Studi
Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung
Ervil Riko. dkk. 2019. Buku Panduan Penulisan dan Ujian Skripsi STTIND
Padang. Padang: STTIND Padang
Konya, C.J. 1991. Rock Blasting and Overbreak Control; Precision Blasting
Services. U.S. Department of Transportation Federal Highway
Administration, Contract No. DTFH61-90R00058, (NTIS No. PB 97-
186548)
Monjezi M. dkk. 2010 Prediction of flyrock and backbreak in open pit blasting
operation: a neuro-genetic approach. Saudi Society for Geosciences
Nadhif Syeban. dkk. 2019 Kajian Batu Terbang (fly rock) Untuk
Mengurangai Radius Aman Pada Peledakan Penambangan
Granodiorit Pt. Total Optima Prakarsa Peneriman Kecematan Sungai
Pinyuh Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat. Teknik
Pertambangan Universitas Tanjungpura Pontianak
Richard, Alan B.,Adrian J.Moore. 2005. Golden Pike Cut Back Fly Rock
Control and Calibration of a Predictive Model. Terrock Consulting
Engneers, Australia.
Usman Arief. dkk. 2015. Kajian Radius Aman Alat Gali Muat Terhadap Fly
Rock Peledakan Pada Pit 4500 Blok 12 Pt. Trubaindo Coal Mining
Kitai Barat Kalimantan Timur. Prodi Teknik Pertambangan, Fakultas
Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta, Jl. SWK 104 (Lingkar
Utara), Yogyakarta 55283 Indonesia
LAMPIRAN
Lampiran A
Peledakan 1
Cratering
2, 6
K2 m
L=
g SH
2, 6
21,9 2 4,4
=
9,8 1,3
= 48,93 x 3,46
= 169,29 m
Rifling
2, 6
K2 m
L= Sin2
g SH
2, 6
21,9 2 4,4
= Sin2 89
9,8 1,3
= 5,75 m
Peledakan 2.
Cratering
2, 6
K2 m
L=
g SH
2, 6
21,9 2 4,3
=
9,8 1,2
= 48,93 x 3,36
= 164,40 m
Rifling
2, 6
K2 m
L= Sin2
g SH
2, 6
21,9 2 4,3
= Sin2 89
9,8 1,2
= 5,58 m
Peledakan 3.
Cratering
2, 6
K2 m
L=
g SH
2, 6
21,9 2 4,5
=
9,8 1,4
= 48,93 x 2,94
= 143 m
Rifling
2, 6
K2 m
L= Sin2
g SH
2, 6
21,9 2 4,5
= Sin2 89
9,8 1,4
= 4,89 m
Lampiran B
Diameter 3 inch
Kedalaman lubang 6 m
AF 1 =
1,2 12.000
2
0,85 118032
=
1,2 12.000
2
= 0,881
1
160 3
=
162,7
= 0,994
Maka
= 30 x 0,881 x 0,994
= 26,271
Geometri peledakan
1. Burden (B)
Kb De
B=
12
26,271
=
12
= 6,56 feet
= 1,968 m
2. Spasi (S)
S = Ks x B
= 1,5 x 2
=3m
3. Stemming (T)
T = Kt x B
= 0,5 x 2
=1
4. Subdrilling (J)
J = Kj x B
= 0,3 x 2 = 0,6 m
5. Kolom isian bahan peledak (PC)
PC = H – T
=6–1=5m
Lampiran C
Perhitungan mengunakan rumus CJ.Konya
Berdasarkan kegiatan di lapangan Geometri peledakan dihitung menurut
persamaan CJ. Konya sebagai berikut:
Diameter Lubang Ledak : 3 inch
Kedalaman lubang ledak L = 6 m
a. Besar burden (B)
B = 3,15 x DE ( )
3,15 x 3 ( )
= 3,15 x 3 x 0,68
= 6,426 ft
=2m
b. Spacing (S)
Peledakan direncanakan dilakukan berurutan dalam tiap baris lubang
ledak (sequenced single row blastholes).
S = 1,4 x B
= 1,4 x 2
= 2.8 m
c. Stemming (T)
T = 0,70 x B
= 0,70 x 2
= 1,4 m
d. Subdrill (J)
J = 0,3 x B
= 0,3 x 2
= 0,6 m
e. Tinggi Jenjang (H)
H=L–J
= 6 – 0.75
= 5,25
f. Kedalaman lubang (L)
H=6 m
g. Panjang kolom isian (PC)
PC = L – T
= 6 – 1,4
= 4.6 m
h. Loading density
Adapun loading density dapat dilihat pada tabel densitas bahan peledak
yaitu 5,29 kg/m dengan diameter lubang ledak 3 inchi.
i. Volume peledakan
V=BxSx H
= 2 x 2,8 x 6
= 27.36 m3/lubang
j. Nilai Powder Factor
PF = (de x Pc) / v
= ( 3 x 4,6) / 16
= 0,86 kg/m3
Lampiran D
Berdasarkan geometri peledakan usulan teri C.j Konya fly rock dihitung
menurut Ricard and Moore.
Cratering
2, 6
K2 m
L=
g SH
2, 6
21,9 2 4,4
=
9,8 1,6
= 48,93 x 2,02
= 98,83 m
Face burst
2, 6
K2 m
L=
g B
2, 6
21,9 2 4,4
L=
9,8 2
= 48,93 x 1,13
= 55,29 m
Lampiran E
Cratering
2, 6
K2 m
L=
g SH
2, 6
21,9 2 5
=
9,8 1,
= 48,93 x 8,1
= 393 m
Face burst
2, 6
K2 m
L=
g B
2, 6
21,9 2 5
L=
9,8 2
= 48,93 x 1,33
= 52,35 m
Lampiran F. Peta geologi PT. BSP
Lampiran G. Peta kesampaian daerah PT. BSP
Lampiran H. Peta Topografi
Lampiran I
Gambar 1 GPS
Dokumentasi lapangan
Gambar 12 Detonator
Gambar 12 Fly rock mengenai mes
SURAT PERNYATAAN
Nama : NOVRIANTO
NPM : 1610024427065
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat dengan judul:
di PT. Bintang Sumatra Pacific Kec. Pangkalan Kab. Lima Puluh Kota”
Adalah benar benar hasil karya sendiri atau bukan merupakan plagiat skripsi
orang lain. Apabila kemudian hari dari pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut predikat kelulusan dan
gelar sarjananya).
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan
sebagaimana mestinya.
NOVRIANTO
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG
Jl. Prof. DR. Hamka No. 121 Telp. (0751) 7054350 Padang
BIODATA WISUDAWAN
No. Urut :
Nama : NOVRIANTO, ST
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tgl Lahir : Kuamang, 08 November 1997
Nomor Pokok : 1610024427065
Mahasiswa
Program Studi : Teknik Pertambangan
Tanggal Lulus : 14 Juli 2020
IPK : 3,49
Predikat Lulus : Sangat Memuaskan
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Geometri Peledakan
Terhadap Fly Rock Hasil Peledakan di PT.
Bintang Sumatra Pacific Kec. Pangkalan Kab.
Lima Puluh Kota
Dosen : 1. Riam Marlina A, ST., MT
Pembimbing 2. Rizto Salia Zakri, ST., MT
Asal SLTA : SMK N 10 PADANG
Nama Orang Tua : 1. DARLIUS, S.pd (Ayah)
2. Alm. SAMSURNA (Ibu)
Pekerjaan Orang : PNS
Tua
Alamat /Telp/Hp : Kuamang, Jorong Kuamang, Nagari Panti
Timur Kecematan Panti, Kabupaten Pasaman,
Provinsi Sumatera Barat./ 081213002677
Email : novrianto639@gmail.com