Anda di halaman 1dari 186

PERANCANGAN GEOMETRI DAN POLA PELEDAKAN

UNTUK MENDAPATKAN HASIL FRAGMENTASI


OPTIMUM PADA QUARRY
BUKIT KARANG PUTIH
PT. SEMEN PADANG
SUMATERA BARAT

Oleh:

BOBY WHIJAKSONO

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
( STTIND ) PADANG
2017
PERANCANGAN GEOMETRI DAN POLA PELEDAKAN
UNTUK MENDAPATKAN HASIL FRAGMENTASI
OPTIMUM PADA QUARRY
BUKIT KARANG PUTIH
PT. SEMEN PADANG
SUMATERA BARAT

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan


guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

Oleh:

BOBY WHIJAKSONO
1010024427004

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
( STTIND ) PADANG
2017
PERANCANGAN GEOMETRI DAN POLA PELEDAKAN
UNTUK MENDAPATKAN HASIL FRAGMENTASI OPTIMUM
PADA QUARRY BUKIT KARANG PUTIH
PT. SEMEN PADANG SUMATERA BARAT
Nama : Boby Whijaksono
NPM : 1010024427004
Pembimbing I : Dian Hadiyansyah, MT
Pembimbing II : Refky Adi Nata, ST, MT

RINGKASAN
PT. Semen Padang melakukan kegiatan pemberaian batugamping
dengan peledakan yang menggunakan elektronik detonator. Parameter
keberhasilan dari suatu kegiatan peledakan adalah fragmentasi batuan.
Fragmentasi batuan berperan untuk mengoptimalkan produksi, oleh karena itu
distribusi fragmentasi batuan hasil peledakan harus dioptimumkan.
Untuk meningkatkan fragmentasi batuan dilakukan pengujian dan
perhitungan terhadap geometri peledakan aktual, R.L Ash, C,J Konya dan ICI-
Explosive, yang telah diterapkan pada front I dan front II quarry Bukit Karang
Putih PT. Semen Padang. Maka didapat geometri peledakan yang ideal untuk
batugamping yaitu geometri peledakan rumusan C,J Konya dengan powder factor
0,25 kg/m3 dan tonase hasil peledakan sebesar 30,726 ton/hari. Kemudian peneliti
merancang ulang geometri peledakan dengan powder factor 0,27 kg/m3 dan
tonase hasil peledakan sebesar 31,949 ton/hari. Persentase fragmentasi batuan
hasil geometri peledakan rumusan C,J Konya yang tertahan ayakan sebesar 69,75
%, sedangkan yang lolos ayakan sebesar 30,25 %. Disamping itu fragmentasi
yang dihasilkan geometri usulan atau rancangan ulang, yang tertahan sebesar
68,63 %, sedangkan yang lolos ayakan sebesar 31,37 %.
Sedangkan Desain peledakan yang bisa meningkatkan persentase
fragmentasi batuan dari kegiatan peledakan di front I dan front II quarry Bukit
Karang Putih PT. Semen Padang adalah pola lubang ledak staggered dan pola
peledakan excelon-cut dengan 3-7 row. Maka untuk mendapatkan hasil peledakan
yang optimum, geometri dan pola peledakan harus betul-betul disesuaikan dengan
karakteristik batuan, rangkaian peledakan, pengisian bahan peledak dan stemming
kedalam lubang ledak diharapkan sesuai perencanaan.

Kata Kunci: Geometri Peledakan, Fragmentasi, Pola Peledakan

i
THE DESIGN OF THE GEOMETRY AND THE BLASTING
PATTERN TO GET THE RESULT OF THE
FRAGMENTATION OPTIMUM IN QUARRY BUKIT
KARANG PUTIH PT. SEMEN PADANG
OF WEST SUMATERA
Name : Boby Whijaksono
Students ID : 1010024427004
Supervisor I : Dian Hadiyansyah, MT
Supervisor II : Refky Adi Nata, ST, MT

SUMMARY
PT. Semen Padang activities limestone excavation by blasting using
electronic detonators. Success parameters of blasting activity is the fragmentation
of the rock. The fragmentation of the rocks is to optimize production, because of
that the distribution of the fragmentation of rock blasting outcomes should be
optimized.
To improve the fragmentation of rock done the testing and the
calculation of the geometry of the actual blasting, R.L Ash, C,J Konya and ICI-
Explosive, it has been applied on the front I and front II quarry of Bukit Karang
Putih PT. Semen Padang. It found that geometry of the blasting which is ideal for
limestone is the geometry of the blasting formulation C,J Konya with a powder
factor of 0.25 kg/m3 and tonnage the results of the blasting amounted to 30,726
tons/day. The researchers redesigned blasting geometry with powder factor 0.27
kg/m3 and tonnage of blasting result was 31,949 ton/day. The percentage of rock
fragmentation resulted from explosive geometry of formulation C,J Konya which
retained sieve equal to 69,75%, while that pass sieve equal to 30,25%.
Furthermore, the resultant fragmentation of proposed geometry or redesign, which
stood at 68.63%, while those who passed the sieve of 31.37%.
While the Design of the blasting that could increase the percentage of
fragmentation of the rocks from the activities of the blasting in front-I and front-II
quarry of Bukit Karang Putih PT. Semen Padang is the blasthole pattern
staggeredred and blasting pattern excel on-cut with 3-7 row. And then to get
optimum results of blasting geometry and the blasting, should really adapted to
the characteristics of the rock, series of blasting, loading explosives and stemming
into the blasthole expected according to the planning.

Keywords :Blasting Geometry, Fragmentasy, Blasting Pattern

ii
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT. karena atas

berkah dan rahmat-Nya penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan penelitian

ini. Penulis menyadari bahwa penulisan penelitian ini belum sempurna karena

keterbatasan pengetahuan yang dimiliki penulis. Walaupun demikian, penulis

telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyelesaian penelitian ini dengan

baik.

Dalam penyelesaian penelitian ini penulis telah dimotivasi dan dibantu

oleh berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis dengan tulus

hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Yang paling istimewa Kedua orang tua penulis yang telahs banyak

memberikan dukungan moril maupun spritual sampai Penelitian ini

terlaksana dengan baik.

2. Bapak Riko Ervil, MT selaku ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri

(STTIND) Padang.

3. Bapak Dr. Murad, MS, MT selaku ketua program studi Teknik

Pertambangan.

4. Bapak Dian Hadiyansyah, MT selaku pembimbing I dalam penulisan

penelitian ini.

5. Bapak Refky Adi Nata, ST, MT selaku pembimbing II dalam penulisan

penelitian ini.

iii
6. Bapak Ilham Akbar, ST dan bapak Andrinto Selaku Pembimbing Lapangan

di kuari PT. Semen Padang.

7. Semua karyawan/karyawati PT. Semen Padang yang tidak dapat disebutkan

namanya satu persatu atas seganap bantuannya.

8. Seluruh dosen dan karyawan/karyawati Sekolah Tinggi Teknologi Industri

(STTIND) Padang.

9. Teman-teman mahasiswa/mahasiswi Sekolah Tinggi Teknologi Industri

(STTIND) Padang, khususnya mahasiswa/mahasiswi dari prodi Teknik

Pertambangan.

Dalam penulisan penelitian ini penulis menyadari masih pterdapat

banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang

bersifat membangun dari semua pihak. Akhir kata penulis mengucapkan terima

kasih dan semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, November 2017

Penulis

(Boby Whijaksono)

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
RINGKASAN ................................................................................................. i
SUMMARY .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................. 3
1.3 Batasan Masalah ....................................................................... 3
1.4 Rumusan Masalah .................................................................... 4
1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................... 5

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN


2.1 Tinjauan Umum Perusahaan .................................................. 6
2.1.1 Profil Perusahaan ............................................................. 6
2.1.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah ...................................... 7
2.1.3 Keadaan Geologi Regional .............................................. 9
2.1.4 Keadaan Morfologi ......................................................... 10
2.1.5 Keadaan Litologi ............................................................. 11
2.1.6 Struktur Geologi .............................................................. 12
2.1.7 Cadangan dan Sifat Gamping diKuari Karang Putih ...... 13
2.1.8 Genesa Batugamping ...................................................... 14

v
2.2 Landasan Teori ....................................................................... 16
2.2.1 Pemboran ........................................................................ 16
2.2.1.1 Diameter Lubang Ledak ............................................ 17
2.2.1.2 Kedalaman Lubang Ledak ........................................ 17
2.2.1.3 Arah Pemboran.......................................................... 17
2.2.1.4 Pola Pemboran ......................................................... 19
2.2.2 Mekanisme Peledakan ..................................................... 21
2.2.2.1 Mekanisme Pecahnya Batuan ................................... 21
2.2.2.2 Geometri Peledakan .................................................. 24
2.2.3 Bahan Peledak ................................................................ 31
2.2.4 Reaksi Bahan Peledak ..................................................... 32
2.2.5 Blasting Ratio .................................................................. 34
2.2.6 Jumlah Bahan Peledak .................................................... 36
2.2.7 Power Factor .................................................................. 37
2.2.8 Software Peledakan ......................................................... 38
2.2.8.1 DRZ Blast .................................................................. 38
2.2.8.2 ShotPlus .................................................................... 39
2.2.8.3 Kuz Ram .................................................................... 41
2.3. Kerangka Konseptual ............................................................... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian ......................................................................... 45
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 45
3.2.1 Tempat Penelitian ............................................................ 45
3.2.2 Waktu Penelitian ............................................................. 45
3.3 Variabel Penelitian ................................................................... 46
3.4 Jenis Data dan Sumber Data ...................................................... 46
3.4.1 Jenis Data......................................................................... 46
3.4.2 Sumber Data .................................................................... 47
3.5 Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 47
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...................................... 47

vi
3.6.1 Teknik Pengolahan .......................................................... 47
3.6.2Analisis Data .................................................................... 51
3.7 Kerangka Metodologi ............................................................... 51
BAB IVPENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data.................................................................... 53
4.1.1 Perlengkapan dan Peralatan Peledakan ........................... 53
4.1.1.1 Perlengkapan Peledakan ............................................ 53
4.1.1.2 Peralatan Peledakan ................................................... 56
4.1.2 Geometri Peledakan Aktual ............................................. 58
4.1.3 Desain Pola Peledakan Aktual......................................... 59
4.2 Pengolahan Data ....................................................................... 61
4.2.1 Geometri Peledakan ........................................................ 61
4.2.2 Desain Pola Peledakan .................................................... 66
4.2.3 Fragmentasi Hasil Peledakan .......................................... 67

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Analisis Hasil Geometri Peledakan .......................................... 73
5.2. Analisis Hasil Desain Pola Peledakan ...................................... 75
5.3 Analisis Hasil Fragmentasi Batuan Peledakan ......................... 75

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ............................................................................... 78
6.2. Saran ......................................................................................... 79

DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Geometri Peledakan Aktual ...................................................... 58

Tabel 4.2. Tabel Tabulasi Pola Peledakan Aktual ..................................... 61

Tabel 4.3. Geometri Peledakan R,L. Ash ................................................... 62

Tabel 4.4. Geometri Peledakan C,J Konya……………….. ...................... 63

Tabel 4.5. Geometri Peledakan ICI-Explosive .......................................... 64

Tabel 4.6. Geometri Peledakan Usulan ..................................................... 65

Tabel 4.7. Surface Delay Combination....................................................... 66

Tabel 4.8. Tabel Tabulasi Pola Rancangan Ulang Peledakan ................... 67

Tabel 4.9. Persentase (%) Fragmentasi Peledakan Aktual ......................... 68

Tabel 4.10. Persentase (%) Fragmentasi Peledakan R,L. Ash ..................... 69

Tabel 4.11. Persentase (%) Fragmentasi Peledakan C,J Konya .................. 70

Tabel 4.12. Persentase (%) Fragmentasi Peledakan ICI-Explosive ............. 71

Tabel 4.13. Persentase (%) Fragmentasi Peledakan Usulan ........................ 72

Tabel 5.1. Analisis Geometri Peledakan ..................................................... 74

Tabel 5.2. Persentase Ukuran Fragmentasi ................................................. 76

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Lokasi PT. Semen Padang ..................................................... 8

Gambar 2.2. Stratigrafi Daerah Lubuk Kilangan, Bukit Karang Putih ...... 12

Gambar 2.3. Lubang bor Tegak dan Lubang bor Miring ........................... 18

Gambar 2.4. Pola Pemboran Square dan Rectangular……………….. ..... 20

Gambar 2.5. Pola Pemboran Sejajar dan Selang-Seling ............................. 20

Gambar 2.6. Proses Pemecahan Tahap Pertama ......................................... 22

Gambar 2.7. Proses Pemecahan Tahap Kedua ........................................... 23

Gambar 2.8. Proses Pemecahan Tahap Ketiga ........................................... 24

Gambar 2.9. Tampilan DRZ Blast .............................................................. 39

Gambar 2.10. Tampilan ShotPlus ................................................................ 40

Gambar 2.11. Tampilan Kuz ram ................................................................ 41

Gambar 2.12. Kerangka Konseptual Penelitian ........................................... 44

Gambar 3.1. Bagan Alir Penelitian ............................................................. 52

Gambar 4.1. Bahan peledak Dabex ............................................................ 54

Gambar 4.2. Booster ................................................................................... 54

Gambar 4.3. Detonator Listrik ................................................................... 55

Gambar 4.4. In Hole Delay 500ms ............................................................. 55

Gambar 4.5. Surfarce Delay 25 ms ............................................................ 56

Gambar 4.6. Pengukur Tahanan (Blast ohm meter) ................................... 57

Gambar 4.7. Blasting machine.................................................................... 57

Gambar 4.8. Desain Pemboran Staggered .................................................. 59

ix
Gambar 4.9. Desain Peledakan Excelon ..................................................... 60

Gambar 4.10. Desain Peledakan Curner-cut ............................................... 60

Gambar 4.11. Distribusi Fragmentasi dari Geometri Aktual ....................... 68

Gambar 4.12. Distribusi Fragmentasi dari Geometri R,L. Ash .................... 69

Gambar 4.13. Distribusi Fragmentasi dari Geometri C,J Konya ................. 70

Gambar 4.14. Distribusi Fragmentasi dari Geometri ICI-Explosive ........... 71

Gambar 4.15. Distribusi Fragmentasi dari Geometri Usulan ...................... 72

Gambar 5.1 Distribusi Fragmentasi ........................................................... 77

x
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A. Jadwal Penelitian ...........................................................................80

Lampiran B. Struktur Organisasi Departement Tambang PT. Semen Padang ...81

Lampiran C. Tabel Loading Density Lubang Ledak...........................................82

Lampiran D. Peta Geologi Dan Peta Topografi Kuari PT. Semen Padang ........83

Lampiran E. Peta IUP PT. Semen Padang ..........................................................85

Lampiran F. Spesifikasi Bahan Peledakan dan Peralatan Peledakan ..................86

Lampiran G. Spesifikasi Alat Bor .......................................................................88

Lampiran H. Pengenalan Software......................................................................90

Lampiran I. Geometri Peledakan Aktual Kuari PT. Semen Padang ...................101

Lampiran J. Geometri Peledakan Menurut R,L.Ash ............................................122

Lampiran K. Geometri Peledakan Menurut C,J Konya ......................................123

Lampiran L. Geometri Peledakan Menurut ICI-Explosive .................................124

Lampiran M. Geometri Peledakan Usulan ..........................................................125

Lampiran N. Desain Geometri Peledakan Aktual ...............................................126

Lampiran O. Desain Geometri Peledakan Usulan atau Rancangan Ulang .........147

Lampiran P. Fragmentasi Batuan dari Geometri Peledakan Aktual ...................168

Lampiran Q. Fragmentasi Batuan dari Geometri Peledakan R,L.Ash .................169

Lampiran R. Fragmentasi Batuan dari Geometri Peledakan C,J Konya .............170

Lampiran S. Fragmentasi Batuan dari Geometri Peledakan ICI-Explosive ........171

Lampiran T. Fragmentasi Batuan dari Geometri Peledakan Usulan...................172

xi
Lampiran U. Ringkasan Jurnal ............................................................................173
Lampiran V. Foto Lapangan ...............................................................................185

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Untuk mendapatkan bahan baku PT. Semen Padang melakukan

penambangan sendiri untuk batugamping dan silika. Dalam aktifitas penambangan

batugamping, PT. Semen Padang melaksanakan pembongkaran batugamping

dengan kegiatan peledakan. Aktifitas peledakan ini akan menimbulkan dampak

seperti getaran tanah (groud vibration), batuan terbang (flyrock), dan kebisingan

(air blast). Dampak dari lemparan batuan terbang (flyrock) dapat mengakibatkan

kerusakan pada alat-alat berat, kerusakan kantor yang berada di area

penambangan dan cidera bahkan kematian pada manusia. Dampak berbahaya

tersebut bisa dihindari dengan cara, sebelum kegiatan peledakan dilaksanakan

semua alat-alat berat harus menjauhi lokasi peledakan.

Keberhasilan proses peledakan ditunjukkan oleh fragmentasi batuan

hasil peledakan yang sesuai untuk proses selanjutnya, yaitu loading dan crushing.

Pada proses loading, fragmentasi batuan berperan dalam mengoptimalkan digging

rate shovel. Kemudian agar proses crushing optimum diameter fragmentasi yang

dibutuhkan oleh crusher ≤60 cm. Tonase hasil peledakan saat ini sebesar 34,202

ton/hari, dengan rata-rata distribusi fragmentasi 68,850 cm. Oleh karena itu

distribusi fragmentasi batuan hasil peledakan harus ditingkatkan untuk memenuhi

kebutuhan crusher ≤60 cm.

1
2

Dalam operasi peledakan, salah satu parameter keberhasilan suatu

operasi peledakan ialah fragmentasi batuan, berkurangnya flyrock, dan groud

vibration yang kecil. Hasil peledakan itu sendiri tergantung pada bagaimana

rancangan geometri dan pola peledakan yang diterapkan pada setiap operasi

peledakan.

Geometri peledakan aktual dimana spacing dan burden yang diterapkan

5 m x 5 m dengan kedalaman lubang ledak 11 m, untuk kedalaman lubang edak

bisa berubah tergantung karakteristik batuan dan terkadang digunakan spacing

dan burden 5 m x 6 m dengan kedalaman lubang ledak 12 m. Untuk saat ini

geometri dan pola peledakan yang diterapkan menggunakan elektronik detonator

yang mempunyai desain delay waktu yang lebih presisi. Dimana urutan delay

peledakan dapat diatur antara 0 ms sampai 15000 ms. Sehingga dengan demikian

akan diperoleh waktu yang akurat dan fleksibel untuk mendapatkan fragmentasi

yang lebih bagus dengan powder factor yang sama digunakan pada non elektronik

detonator. Setiap batuan mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, untuk itu

diperlukan pengaturan geometri dan pola peledakan yang tepat agar didapat

distribusi energi yang maksimal pada batuan ketika peledakan.

Tidak ada formula yang jelas dan pasti untuk menghitung keberhasilan

pada suatu peledakan, sehingga untuk itu diperlukan pengamatan terhadap setiap

geometri peledakan (burden, spacing, tinggi jenjang, kedalaman lubang ledak, dan

stemming) dan pola peledakan yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga dari
3

data sebelumnya dapat diambil kesimpulan bagaimana geometri dan pola

peledakan yang tepat untuk peledakan pada suatu karakteristik batuan tertentu.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tugas akhir akan

membahas masalah tentang “Perancangan Geometri Dan Pola Peledakan untuk

Mendapatkan Hasil Fragmentasi Optimum pada Quarry Bukit Karang Putih

PT. Semen Padang Sumatera Barat“.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di indentifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Jarak flyrock masih cukup jauh dengan radius 100 m dari lokasi kegiatan

peledakan.

2. Masih banyak boulder yang terbentuk dari kegiatan peledakan.

3. Geometri peledakan kurang tepat sehingga fragmentasi yang dihasilkan tidak

sesuai dengan kebutuhan crusher (≤60 cm).

4. Pola peledakan belum bisa memaksimalkan distribusi energi bahan peledak.

5. Inisiasi peledakan masih belum optimum.

6. Fragmentasi peledakan yang belum sesuai dengan kebutuhan crusher

(≤60 cm).

1.3. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yang akan dibahas

sebagai berikut:
4

1. Rancangan geometri peledakan di front I dan front II pada Quarry Bukit

Karang Putih PT. Semen Padang.

2. Pola peledakan di front I dan front II pada Quarry Bukit Karang Putih PT.

Semen Padang.

3. Fragmentasi peledakan diameter (2,5 cm-100 cm) dari hasil kegiatan peledakan

di front I dan front II pada Quarry Bukit Karang Putih PT. Semen Padang.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka

dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana geometri peledakan yang ideal di front I dan front II pada

kegiatan peledakan Quarry Bukit karang Putih PT. Semen padang?

2. Bagaimana model pola peledakan di front I dan front II pada kegiatan

peledakan Quarry Bukit Karang Putih PT. Semen Padang?

3. Berapa fragmentasi batuan yang dihasilkan pada kegiatan peledakan di front I

dan front II pada kegiatan peledakan Quarry Bukit Karang Putih PT. Semen

Padang?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Merancang geometri peledakan yang akan diterapkan pada kegiatan peledakan

di front I dan front II Quarry Bukit karang Putih PT. Semen padang.

2. Merancang pola peledakan yang akan digunakan sesuai dengan karakteristik

batuan di front I dan front II Quarry Bukit karang Putih PT. Semen padang.
5

3. Menghitung fragmentasi batuan dari hasil kegiatan peledakan di front I dan

front II Quarry Bukit karang Putih PT. Semen padang.

1.6. Manfaat Penelitian

Dalam sebuah penelitian tentunya harus ada manfaat yang diperoleh

dari penelitian tersebut baik bagi perusahaan, kampus, maupun peneliti. Adapun

manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

a. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan pembanding

bagi perusahaan dalam melakukan perancangan geometri dan pola peledakan agar

dapat memaksimalkan kegiatan peledakan.

b. Bagi peneliti

Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku

perkuliahan ke dalam bentuk penelitian, meningkatkan kemampuan peneliti dalam

menganalisa dan memecahkan suatu permasalahan, menambah wawasan dan

pengetahuan. Penelitian yang dilakukan dapat dijadikan modal berharga bagi

peneliti menuju dunia pekerjaan nantinya, dan peneliti dapat ilmu dan pengalaman

yang tidak ada di bangku perkuliahan khususnya di bidang peledakan.

c. Bagi institusi STTIND Padang

Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan

mahasiswa/mahasiswi yang membacanya, dapat dijadikan sebagai salah satu

masukan untuk pembuatan jurnal dan dapat dijadikan sebagai referensi dan

pedoman bagi mahasiswa/mahasiswi yang akan melakukan penelitian


BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Tinjauan Umum Perusahaan

2.1.1 Profil Perusahaan

PT. Semen Padang (Perusahaan) didirikan pada tanggal 18 Maret 1910

dengan nama NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschapij (NV

NIPCM) yang merupakan pabrik semen pertama di Indonesia. Kemudian pada

tanggal 5 Juli 1958 Perusahaan dinasionalisasi oleh Pemerintah Republik

Indonesia dari pemerintah Belanda. Selama periode ini, Perusahaan mengalami

proses kebangkitan kembali melalui rehabilitasi dan pengembangan kapasitas

pabrik Indarung I menjadi 330,000 ton/tahun. Selanjutnya pabrik melakukan

transformasi pengembangan kapasitas pabrik dari teknologi proses basah menjadi

proses kering dengan dibangunnya pabrik Indarung II, III, dan IV untuk

menambah jumlah produksi, maka PT. Semen Padang membagun unit Indarung

V sehingga kapasitas terpasang sampai saat ini total keseluruhan adalah 5,360,000

ton/tahun dan sekarang PT. Semen Padang sedang membangun Unit Indarung VI,

dengan spesifikasi pabrik adalah sebagai berikut:

1. Pabrik Indarung I (wet procces) menghasilkan 120,000 ton per tahun,

dibangun pada tahun 1910. Pabrik ini di stop sejak tahun 1998.

2. Pabrik Indarung II (dry procces) menghasilkan 660,000 ton per tahun,

dibangun pada tahun 1978.

6
7

3. Pabrik Indarung III (dry procces) menghasilkan 660,000 ton per tahun,

dibangun pada tahun 1985.

4. Pabrik Indarung IV (dry procces) menghasilkan 1,620,000 ton per tahun,

dibangun pada tahun 1987.

5. Pabrik Indarung V (dry procces) menghasilkan 2,300,000 ton per tahun,

dibangun pada tahun 1998.

2.1.2. Lokasi dan Kesampian Daerah

PT. Semen Padang berlokasi di kelurahan Indarung, kecamatan Lubuk

Kilangan, Kotamadya Padang, Sumatera Barat. ±15 km di sebelah timur kota

Padang yang terletak pada koordinat 100°28ʹ05ʺ BT–100°28ʹ55ʺ BT dan 00°57ʹ50ʺ

LS–00°58ʹ55ʺLS dengan Ketinggian  225 m dari permukaan laut dengan puncak

tertinggi mencapai 549 m dari permukaan laut. Indarung terletak di kaki

Pegunungan Bukit Barisan, di daerah ini mengalir beberapa sungai antara lain

Sungai Batang Kuranji, Sungai Batang Idas, Sungai Batang Kasumba dan Sungai

Batang Arau. Quarry batugamping (Bukit Karang Putih) terletak di Kelurahan

Batu Gadang, Kecamatan Lubuk Kilangan ±2 Km dari pabrik Semen Padang ke

arah selatan Indarung yang dihubungkan dengan sebuah jalan yang terbuat dari

beton. lokasi penambangan di Quarry Karang Putih ini berbatas dengan beberapa

wilayah diantaranya:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman.

2. Sebelah timur berbatasan dengan Kotamadya Solok dan Kabupaten Solok.

3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan.


8

4. Sebelah barat berbatasan dengan Lautan Hindia, Kotamadya Padang

merupakan salah satu Daerah tingkat II di wilayah Propinsi Sumatera Barat

dengan luas 694,96 Km² meliputi wilayah kecamatan dan terdiri dari 193

wilayah kelurahan.

PT. Semen Padang merupakan BUMN dibawah Dirjen Industri Logam,

Mesin dan Kimia, Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Kegiatan-kegiatan

perusahaan dikendalikan oleh putra-putri Indonesia dengan berbagai latar

belakang pendidikan.

Komplek Perkantoran
PT. Semen Padang

Quarry PT.
Pelabuhan Teluk Semen Padang
Bayur

Sumber:Google Map

Gambar 2.1
Lokasi PT. Semen Padang
9

2.1.3. Keadaan Geologi Regional

Secara regional daerah penelitian terletak pada lereng sebelah barat

dari jalur pegunungan Bukit Barisan. Dari hasil penyelidikan Kastowo dan

Gerhard (1972) diketahui bahwa daerah batuan yang tertua dan tersingkap di

sekitar Indarung dan sekitarnya berumur tersier jura, terdiri dari

kelompok batuan metemorf yang umumnya mendasari perbukitan dan

pegunungan–pegunungan. Kelompok batuan ini terdiri dari batuan metamorf,

batu lanau yang berasosiasi dengan filit dan batu lempung tufa

yang bersifat marmeran kristalin.

Di atas batuan Pra-Tersier tersebut secara tidak selaras diendapkan

kelompok batuan Vulkanik Tersier Kuarter dan endapan Kuarter ini terdiri dari

aliran–aliran (lahar, konglomerat), persilangan antara andesit dan tufa kristal yang

sangat keras. Untuk endapan kuarter terdiri dari endapan kipas alluvial yang

merupakan hasil rombakan dari endapan gunung api dan sebagian kelompok

batuan paling mudah adalah endapan aluvial, terdiri dari bongkah–bongkah

batuan beku, kerikil, pasir dan lanau yang bersifat lepas. Keadaan geologi daerah

ini merupakan bukit yang sangat terjal dengan sudut lereng alami mencapai lebih

dari 450.

Bukit Karang Putih umumnya di tempati oleh batugamping atau

marmer dan terobosan–terobosan batuan beku (basalt, andesit dan granitis).

Lapisan batugamping terletak diatas batu lempung tufaan dengan ketebalan

100–350 m. Di sebelah selatan lokasi penambangan ditemukan batuan basalt.

Hal ini dapat diperkirakan bahwa di daerah ini terdapat ekstruksi basalt,
10

ekstruksi inilah yang menyebabkan terjadinya penghabluran batugamping menjadi

kalsit dengan kristal yang besar–besar. Batuan tertua yang dijumpai pada Bukit

Karang Putih ialah batuan kerisikan yang sebenarnya terdiri dari lempung tufaan

yang berasosiasi dengan rijang chert. Dinding–dinding bukit batu ini

memperlihatkan gejala pelarutan melalui kekar–kekar yang terlihat dari adanya

gua–gua di daerah tersebut.

2.1.4. Keadaan Morfologi

Bukit Karang Putih yang merupakan lokasi penambangan batugamping

untuk pabrik PT. Semen Padang mempuyai luas kurang dari 1,6 Km2. Morfologi

daerah di dominasi oleh perbukitan lereng terjal sekitar 65%-70% dan mempuyai

punggung kearah selatan dengan puncak yang melandai dan bergelombang

umumnya di tempati oleh batugamping atau marmer dan terobosan–terobosan

batuan beku.

Lokasi penambangan yang berada dikelurahan Indarung dan Batu

Gadang yang secara fisiografis termasuk dalam sistem penghubung Bukit Barisan

Van Bemmelen, Lang yang memanjang dari Barat laut ke Tenggara di sepanjang

Pulau Sumatera dan ditempati oleh Pra Tersier sampai Kuarter. Satuan morfologi

yang membentuk daerah penambangan bervariasi dari perbukitan landai

bergelombang sampai terjal.

Pada daerah indarung dan sekitarnya terdiri dari dataran rendah, daerah

perbukitan rendah dan daerah perbukitan tinggi. Dataran rendah keadaan

morfologinya pada umumnya hampir rata dengan variasi sedikit merupakan

perbukitan landai dengan ketinggian antara 130 m–250 m diatas permukaaan laut.
11

Daerah ini terletak di bagian timur laut Bukit Karang Putih, berbatuan alluvial

berupa pasir sungai, lempung agak keras dan lempung dari hasil endapan Sungai

Idas dan Sungai Sako berupa pasir, lanau, kerikil dan bongkahan–bongkahan

batuan vulkanik. Daerah perbukitan tinggi terdiri dari puncak–puncak yang

menonjol berupa karang berwarna putih dengan ketinggian 450 m diatas

permukaan laut, berwarna putih dan batuanya terdiri dari batugamping dan andesit

yang membentuk dinding–dinding terjal dan banyak ditumbuhi pepohonan (pohon

jati, pinus dan lain–lain), disertai kontrol patahan berarah laut–tenggara tampak

cukup jelas.

2.1.5. Keadaan Litologi

Secara umum litologi penyusun satuan batuan ini di dominasi oleh

batuan rijang (Chert), Filit (sekisan), batu sabak dan konglomerat, yang hanya

tersingkap setempat-setempat pada alur sungai batang Idas arah ke hulu. Di

lapangan, tidak di jumpai kontak yang jelas di antara litologi di atas. Secara umum

hanya di jumpai perubahan secara berangsur dari Batugamping kristalin menjadi

marmer, sedangkan batugamping hablur di jumpai pada zona sesar atau hancuran.

Batugamping hablur (sugary limestone) berwarna putih keabu-abuan, putih

kecoklatan, dan mengandung mineral kalsit 95% hingga 100%.


12

Sumber:PT. Semen Padang


Gambar 2.2
Stratigrafi Daerah Lubuk Kilangan, Bukit Karang Putih

2.1.6. Struktur Geologi

Struktur geologi yang ada yaitu, kekar, bidang sesar dan hancuran atau

bereaksiasi. Gejala struktur geologi atau bantuan untuk mengarah ke terjadinya

struktur geologi yang lain adalah kelurusan sungai.

Struktur kekar yang pada umumnya masih terbuka dan pada beberapa

lokasi ada yang terisi oleh mineral kalsit atau mineral ubahan lainnya. Sesar

batang idas, diantara sesar yang ada, sebelah timur bukit batu putih, memiliki

bidang sesar yang arahnya N600E/710, net slip 600, N2080E dan rake 600. Sesar-

sesar yang lain adalah:

1. Sesar ngalau breasiasi berupa bidang sesar.

2. Sesar air luhung.


13

3. Sesar batu putih.

4. Sesar karang putih.

5. Sesar lubuak paraku.

2.1.7. Cadangan dan Sifat Fisik Gamping di Quarry Karang Putih

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh direktorat geologi tahun

1974, bahwa cadangan batugamping yang terdapat di Quarry Karang Putih

adalah sebesar 404,437,044 ton dengan luas daerah lebih kurang 1,65 x 0,6 km,

dengan ketebalan rata–rata 100-250 meter yang terletak diantara batu terkersikan,

sebagai batuan penutupnya adalah batu rijang. Cadangan batugamping ini adalah

cadangan yang terbesar di Indonesia yang mempuyai dua jenis batugamping

yaitu Hard Limstone.

Berdasarkan hasil analisis contoh permukaan dan inti bor di

laboratorium, maka batugamping di daerah tersebut mempuyai sifat fisik, yaitu:

1. Warna : Putih susu / bening , abu–abu, terang, sampai abu gelap

2. Kekerasan : 3–5 Skala Mohs

3. Belahan : Bentuk sempurna

4. Pecahan :Kaca bentuk earthly

5. Sifat dalam : Keras, liat hingga yang brittle

6. Density : 2,5 ton / BCM : 1,6 ton/ LCM

7. Kandungan unsur kimia:

a. CaO : 52 %

b. SiO : 7%

c. FeO : 0,7 %
14

d. MgO : 0,44 %

e. H2O : 44 %

8. Ketahanan : Keras dan kompak

9. Sisipan : Lempung tufaan berasosiasi dengan rijang, kalsit dan marmer

10. Test Kompresor:

 Hard Limestone : 570,4 – 810 kg/cm2

 Test abrasive : 0,084 – 0,115 mm / mnt

 Gelombang seismik : 2,2–4,7 km/s

 Tahanan jenis : 480–2000 ohm/m

2.1.8. Genesa Batugamping

Dikenal batugamping non-klastik, merupakan koloni dari binatang laut

antara lain Coelenterata, Molusca, Protozoa, Foraminifera. Batugamping Koral

merupakan pertumbuhan/perkembangan koloni Koral. Batugamping klastik,

merupakan hasil rombakan jenis batugamping non klasik melalui proses erosi oleh

air, transportasi, sortasi, sedimentasi. Oleh karenanya selama proses tersebut

terikut jenis mineral lain yang merupakan pengotor dan memberi warna pada

batugamping yang bersangkutan. Dikenal jenis kalsidurit apabila batugamping

tersebut fragmental, kalkarenit apabila batugamping terebut berukuran pasir, dan

kalsilutit apabila batugamping tersebut berukuran lempung. Tingkat pengotoran/

kontaminasi oleh mineral asing berkaitan erat dengan ukuran butirnya. Pada

umumnya jenis batugamping ini dilapangan menunjukkan berlapis. Adanya

perlapisan dan struktur sedimen yang lain serta adanya kontaminasi mineral
15

tertentu yang akan memberi warna dalam beberapa hal memberikan nilai tambah

setelah batugamping tersebut terkena sentuhan teknologi.

Selain itu mata air mineral dapat pula mengendapkan batugamping

yang disebut sebagai endapan sinter kapur. Batugamping jenis ini terjadi karena

proses kimia di alam, peredaran air panas alam maka melarutlah batugamping di

bawah permukaan yang kemudian diendapkan kembali dipermukaan bumi.

Secara kimia batugamping terdiri atas kalsium karbonat (CaCO3). Di

alam tidak jarang pula dijumpai batugamping magnesium. Kadar magnesium yang

tinggi mengubah batugamping menjadi batugamping dolomitan dengan komposisi

kimia CaCO3MgCO3. Hasil penyelidikan hingga kini meyebutkan bahwa kadar

Calsium Oksida batugamping di Jawa umumnya tinggi (CaO>50%). Selain

magnesium batugamping ada yang tercampur dengan lempung, pasir, bahkan jenis

mineral lain. Terjadi secara organik, mekanik atau secara kimia.

1. Organik: pengendapan binatang karang/cangkang siput, foraminifera,

koral/kerang

2. Mekanik: bahannya sama dengan organik yang berbeda hanya terjadinya

perombakan dari batugamping tersebut yang kemudian terbawa arus dan

diendapkan tidak terlalu jauh dari tempat semula

3. Kimia: terjadi pada kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air

laut atau air tawar.

Selain yang pejal (masif) dijumpai pula batugamping yang sarang

(porus). Mengenai warna dapat dikatakan bervariasi dari putih susu, abu -abu tua,

coklat, merah, bahkan hitam. Semuanya disebabkan karena jumlah dan jenis
16

pengotor yang ada. Warna kemerahan disebabkan oleh mangan, oksida besi

sedang kehitaman karena zat organik.

Air hujan yang mengandung CO2 dari udara dan CO2 hasil pembusukan

zat organik di permukaan setelah meresap kedalam tanah dapat melarutkan

batugamping yang di laluinya sepanjang rekahan. Reaksi kimia yang berlangsung

adalah:

CaCO3 + 2 CO2 + H2O  Ca(HCO3 )2 + CO2

Ca(HCO3)2 larut dalam air sehingga lambat laun terjadi rongga dalam

bentuk gua atau sungai bawah tanah. Seperti dijelaskan di muka, secara geologi

batugamping mungkin berubah menjadi dolomitan (MgO 2,2%-10,9%) atau

dolomit (MgO > 19,9%) karena pengaruh pelindian (leaching) atau peresapan

unsure magnesium dari laut kedalam batugamping tersebut. Disamping itu

dolomit juga diendapkan secara tersendiri atau bersamaan dengan batugamping.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pemboran

Pemboran adalah kegiatan dengan bantuan alat berat mekanis untuk

menyiapkan lubang yang berdiameter homogen, dan kedalaman yang bisa

ditentukan dan berada di atas batuan keras.

Geometri pemboran antara lain adalah diameter lubang bor, kedalaman

lubang ledak, kemiringan lubang ledak, tinggi jenjang dan juga pola pemboran.
17

2.2.1.1. Diameter Lubang Ledak

Menentukan diameter lubang ledak berdasarkan dari volume massa

batuan yang akan dibongkar, tinggi jenjang, tingkat fragmentasi yang diinginkan,

mesin bor yang digunakan, dan kapasitas alat muat yang akan digunakan.

Diameter lubang ledak yang dibuat terlalu kecil akan mengurangi faktor energi

yang dihasilkan, sehingga tidak cukup untuk membongkar batuan. Jika diameter

terlalu besar maka hasil fragmentasi batuan tidak baik, terutama pada batuan yang

banyak terdapat kekar dengan spacing yang rapat. Selain itu dari tinggi jenjang,

dengan diameter lubang yang besar, untuk menghindari getaran dan flying rock,

stemming yang digunakan akan relatif lebih banyak. Sedangkan untuk lubang

ledak yang kecil, maka jumlah stemming dapat dikurangi.

2.2.1.2. Kedalaman Lubang Ledak

Kedalaman lubang ledak biasanya disesuaikan dengan tinggi jenjang

yang diterapkan. Untuk mendapatkan lantai jenjang yang rata maka kedalaman

lubang ledak hendaknya lebih dalam dari level jenjang, yang mana kelebihan dari

pada level jenjang ini disebut subdrilling.

2.2.1.3. Arah Pemboran

Pada kegiatan pemboran ada dua macam arah lubang ledak yaitu

arah tegak (vertical) lurus dan arah miring. Dengan lubang bor miring biasanya

untuk mengurangi problem back break dan lebih dari itu lubang bor miring

mempunyai banyak keuntungan dari pada yang tegak yaitu:


18

1. Biasanya mengurangi biaya pemboran dan konsumsi bahan peledakan karena

dengan burden yang lebih besar.

2. Akan diperoleh jenjang (bench) yang lebih besar.

3. Mengurangi resiko timbulnya tonjolan dan back break.

4. Hasil tumpukan lebih bagus.

Dengan pemboran miring gelombang ledak (shock wave) yang

dipantulkan dari lantai dasar jenjang yang lebih besar.

Lantai Atas Daerah bongkar besar

45 Daerah backbreak
0
Stemming

Gel.Tekan diteruskan
0
45 Lantai Bawah Gel.Tekan dipantulkan

Lubang bor Tegak

Daerah bongkar besar


Lantai Atas
0 Daerah backbreak
45
Stemming
0 Gel.Tekan diteruskan
45 Lantai Bawah
Lubang bor miring
Gel.Tekan dipantulkan
Dengan pemboran tegakada bagian atas jejang kurang bagus
Sumber: PT. Semen Padang

Gambar 2.3
Lubang Bor Tegak dan Lubang Bor Miring

karena ada back break, fragmentasi kurang dan pada bagian lantai

dasar daya ledak tidak sperti tersalurkan, tapi dengan lubang bor miring yang

biasanya dengan kemiringan 3:1 (18°) bisa menghindari maslah tersebut diatas.

Sebaliknya terdapat beberapa kerugian atau kesulitan dalam membuat lubang bor

miring, antara lain:


19

1. Sulit melakukan pemboran secara akurat, khususnya bila pemboran yang lebih

dalam.

2. Diperlukan supervision yang kuat.

Disamping itu drillhole straihness adalah faktor yang penting, jika arah

pemboran tidak lurus akan memberikan pengaruh terhadap biaya pemboran

dan peledakan yang condong besar. Disamping itu berakibat jarak spacing atau

burden akan berubah dari desain yang telah ditetapkan, karena saling

berhimpitan/mengecil/membesar.

2.2.1.4. Pola Pemboran

Pola pemboran sangat diperlukan untuk menempatkan titik-titik

dengan pola tertentu yang kemudian dilakukan pemboran pada titik-titik

tersebut. Pola pemboran pada tambang terbuka dapat diklasifikasikan menjadi

dua macam, yaitu:

1. Square Drill Pattern

Pada setiap kolomnya merupakan suatu pola pemboran yang

mempunyai jarak burden dan spacing yang sama.

2. Rectangular Drill Pattern

Merupakan suatu pola pemboran dimana jarak spacing dalam suatu

baris lebih besar dari pada jarak burden.


20

Sumber: PT. Semen Padang

Gambar 2.4
Pola Pemboran Square dan Rectangular

3. Staggered (selang seling / zig zag)

Merupakan suatu pola pemboran lubang tembak selang-seling baik

pada squre drill pattern maupun pada rectangular drill pattern.

1.)
S S = Spacing
B = Burden
B
Free Face

2.)
S S = Spacing
B = Burden
B
B
Free Face
Sumber: PT. Semen Padang
Gambar 2.5
Pola Pemboran: 1.Sejajar (Paralel) dan
2.Selang-Seling (Staggered)
21

2.2.2. Mekanisme Peledakan


Kegiatan pembongkaran pada batuan yang sangat keras dilakukan

dengan cara pemboran dan peledakan dengan tujuan untuk menghancurkan

batuan menjadi material dengan fragmentasi tertentu yang sesuai dengan proses

selanjutnya. Apabila ukuran fragmentasi bertambah (ukuran makin kecil), maka

biaya pemboran dan peledakan juga bertambah, tetapi biaya pemuatan,

pengangkutan dan peremukan menurun. Untuk mencapai keadaan tersebut

diperlukan pengamatan terhadap pola pemboran, pola peledakan, geometri

peledakan, karakteristik atau sifat-sifat fisik batuan yang diledakkan, dan sifat-

sifat bahan peledak yang digunakan.

2.2.2.1. Mekanisme Pecahnya Batuan

Terdapat beberapa teori yang berhubungan dengan proses pecahnya

batuan. Proses pecahnya batuan oleh peledakan dapat dibagi dalam tiga, yaitu:

1. Proses Pemecaha Tahap I ( Pembebanan Dinamik)

Pada saat bahan peledak meledak, tekanan tinggi yang ditimbulkan

akan menghancurkan batuan di daerah sekitar lubang tembak. Gelombang kejut

yang meninggalkan lubang tembak merambat dengan kecepatan 2,750–5,200

ft/det akan mengakibatkan tegangan tangensial yang menimbulkan rekahan radial

yang menjalar dari daerah lubang tembak. Rekahan radial pertama terjadi dalam

waktu 1–2 ms.


22

Sumber: Jefri Hansen, 2013.

Gambar 2.6
Proses Pemecahan Tahap Pertama

2. Proses Pemecahan Tahap II ( Pembebanan Kuasi–Statik)

Tekanan akibat gelombang kejut yang meninggalkan lubang tembak

pada proses pemecahan tahap I adalah positif. Apabila gelombang kejut mencapai

bidang bebas (Free Face), gelombang tersebut akan dipantulkan.

Bersamaan dengan itu tekanannya akan turun dengan cepat dan

kemudian berubah menjadi negatif serta menimbulkan gelombang tarik (Tension

Wave). Gelombang tarik ini merambat kembali di dalam batuan. Oleh karena kuat

tarik batuan lebih kecil dari pada kuat tekan, maka akan terjadi rekahan-rekahan

(Primary Failure Cracks) karena tegangan tarik yang cukup kuat, sehingga

menyebabkan terjadinya pecahan batuan (Spalling) pada bidang bebas.

Dalam proses pemecahan tahap I dan II fungsi dari energi yang

ditimbulkan oleh gelombang kejut adalah membuat sejumlah rekahan-rekahan

kecil pada batuan. Secara teoritis jumlah energi gelombang kejut hanya berkisar

antara 5–15 % dari energi total bahan peledak.


23

Sumber: Jefri Hansen, 2013.


Gambar 2.7
Proses Pemecahan Tahap Kedua

3. Proses Pemecahan Tahap III ( Pelepasan Beban)

Di bawah pengaruh tekanan sangat tinggi dari gas-gas hasil peledakan

maka rekahan radial utama (tahap II) akan diperbesar secara cepat oleh efek

kombinasi dari tegangan tarik yang disebabkan kompresi radial dan pembajian.

Apabila massa di depan lubang tembak gagal mempertahankan

posisinya dan bergerak ke depan maka tegangan tekan tinggi yang berada dalam

batuan akan dilepaskan, seperti spiral kawat yang ditekan kemudian dilepaskan.

Akibat pelepasan tegangan tekan ini akan menimbulkan tegangan tarik yang

besar di dalam massa batuan.

Tegangan tarik inilah yang melengkapi proses pemecahan batuan yang

sudah dimulai pada tahap II. Rekahan yang terjadi dalam proses pemecahan tahap

II merupakan bidang-bidang lemah yang membantu fragmentasi utama pada

proses peledakan.
24

Sumber: Jefri Hansen, 2013.

Gambar 2.8
Proses Pemecahan Tahap Ketiga

2.2.2.2. Geometri Peledakan

Geometri peledakan terdiri dari beberapa parameter yaitu burden,

spacing, stemming, subdrilling dan kedalaman lubang ledak. Dalam mencari

besaran geometri peledakkan jenjang, ada beberapa persamaan yang dapat dipakai

antara lain rumus R.L Ash, rumus C.J Konya, rumus ICI. Explosive.

1. Rumusan mencari geometri peledakan menurut R.L Ash.

a. Burden (B)

Burden dapat didefinisikan sebagai jarak tegak lurus dari lubang ledak

terhadap bidang bebas yang terdekat saat terjadi peledakan. burden

merupakan variabel yang sangat penting dalam mendesain peledakan. Jarak

burden ini sangat erat hubungannya dengan diameter lubang ledak.

Nilai burden juga dipengaruhi oleh kerapatan (densitas) batuan yang akan

diledakan, kecepatan rambat bahan peledak digunakan serta densitas bahan

peledak. Untuk menghitung burden, dapat digunakan persamaan berikut.


25

B = ( Kb x De ) / 12

(Sumber: Awang Suwandhi, 2012)


Keterangan:

B = burden (Ft)

De = Diameter lubang ledak (inchi)

Kb = Nisbah burden yang telah dikoreksi

Nilai nisbah yang telah dikoreksi didapat dari persamaan berikut:

Kb = Kbstd x AF1 x AF2 .................................(2.2)

(Sumber: Awang Suwandhi, 2012)


Keterangan:

Kbstd = Nisbah burden standar (30)

AF1 = Faktor penyesuaian terhadap bahan peledak

AF2 = Faktor penyesuaian kerapatan batuan

Nilai faktor penyesuaian terhadap bahan peledak dapat dicari dengan

persamaan berikut:

SG handak x (V handak ) 2 ................................(2.3)


AF1  3
2
SG handak std x (V handak std )
(Sumber: Awang Suwandhi, 2012)
Keterangan :

Sg = Spesific Gravity bahan peledak yang dipakai

Ve = Kecepatan ledak bahan peledak yang dipakai (Ft/s)

Sgstd = Spesific Gravity bahan peledak standar (1,2)

Vstd = Kecepatan ledak bahan peledak standar (12000 Ft/s)


26

Sedangkan harga faktor penyesuaian terhadap kerapatan batuan dapat

dicari menggunakan persamaan berikut:

SG batuan std
AF2  3 .....................................(2.4)
SG batuan

(Sumber: Awang Suwandhi, 2012)


Keterangan:
SGstd = Kerapatan batuan standar (160 Lb/Cuft)

SG = Kerapatan batuan yang diledakkan (Lb/Cuft)

b. Spacing (S)

Spacing adalah jarak antara lubang ledak yang satu dengan lubang ledak

yang lainnya dalam satu baris. Harga spacing sangat tergantung dari harga

burden. Persamaan yang digunakan untuk mencari besarnya spacing adalah

sebagai berikut:

S = Ks x B .....................................(2.5)

(Sumber: Awang Suwandhi, 2012)

Keterangan:

S = spacing (m)

Ks = Spacing ratio, yang mempunyai nilai antara 1–2

Bila masing-masing lubang tembak diledakkan sendiri-sendiri, dengan

interval waktu yang panjang, maka tidak akan terjadi interaksi gelombang

energi antar muatan yang berdekatan sehingga memungkinkan setiap

lubang tembak akan meledak dengan sempurna. Jika interval waktu


27

diperpendek atau lubang tembak diledakkan secara serentak akan terjadi

efek ledakan yang kompleks.

Prinsip dasar yang digunakan dalam menentukan besarnya spacing adalah:

1) Bila lubang tembak dalam satu baris dinyalakan secara beruntun

(delay), maka nilai Ks = 1 atau S = B.

2) Bila lubang tembak dalam satu baris dinyalakan serentak, maka nilai Ks

= 2 atau S = 2B

3) Bila lubang tembak terdiri dari beberapa baris dan dinyalakan secara

beruntun untuk setiap baris dalam arah lateral terhadap baris lainnya

secara serentak, maka pola pemborannya dibuat segi empat untuk

mengatasi ketidak seimbangan tekanan.

4) Bila dalam baris-baris lubang tembak, setiap baris dinyalakan secara

serentak dan antara baris yang satu dengan lainnya tunda, maka pola

pemborannya harus dibuat selang-seling.

c. Stemming (T)

Stemming adalah bagian lubang ledak yang tidak terisi bahan peledak, tetapi

diisi dengan material seperti cutting dan material lepas lainnya yang berada

di atas kolom isian bahan peledak. Fungsi utama dari stemming ini adalah

untuk mengurung gas-gas hasil proses peledakan agar energi hasil

peledakan dapat terdistribusi secara maksimal ke sekeliling lubang ledak.

Persamaan yang digunakan untuk mencari nilai stemming adalah:


28

T = Kt x B .....................................(2.6)

(Sumber: Awang Suwandhi, 2012)

Keterangan:

T = stemming (m)

Kt = stemming ratio, yang bernilai antara 0,7–1

d. Subdrilling (J)

Subdrilling adalah kelebihan kedalaman yang terdapat di bawah batas floor

jenjang. Tujuan utama dibuatnya subdrilling ini adalah supaya batuan dapat

meledak secara full face yang sesuai harapan dan menghindari adanya toe.

Secara teoritis, subdrilling dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut:

J = Kj x B .....................................(2.7)

(Sumber: Awang Suwandhi, 2012)

Keterangan:

J = subdrilling (m)

Kj = subdrilling ratio, dengan nilai antara 0,2 – 0,4

e. Kedalaman lubang ledak (H)

Kedalaman lubang ledak merupakan kedalaman lubang yang akan

diledakkan yang merupakan penjumlahan antara tinggi jenjang dengan

subdrilling. Kedalaman lubang ledak tidak boleh lebih kecil dari burden.

Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya overbreak. Kedalaman

lubang ledak dapat ditentukan berdasarkan geometri peledakan atau dapat

juga disesuaikan dengan ketinggian jenjang yang ada. Bila ditentukan

berdasarkan geometri peledakan, maka dapat digunakan rumus:


29

H = Kh x B .....................................(2.8)

(Sumber: Awang Suwandhi, 2012)


Keterangan:

H = Kedalaman lubang ledak (m)

Kh = hole depth ratio, yang bernilai antara 1,5 – 4,0

2. Rumusan menentukan geometri peledakan menurut C.J Konya.

a. Burden (B)

Untuk mencari nilai burden digunakan rumus berikut:

SGe
3
B = 3,15 x De x SGr ....................................(2.9)

(Sumber: Awang Suwandhi, 2012)


Keterangan:
B = burden (ft)

De = Diameter lubang ledak (inchi)

SGe = Berat jenis bahan peledak yang dipakai

SGr = Berat jenis batuan yang akan dibongkar

b. Spacing (S)

Nilai spacing ditentukan dari sistem tunda dan perbandingan tinggi

jenjang (L) dan burden (B). Jika ledakan serentak dalam satu baris lubang

ledak (instantaneous)/ (row by row).

( L  2 B)
L/B < 4 maka, S=
3 .....................................(2.10)

L/B >4 maka, S = 2B


30

Jika ledakan beruntun dalam tiap baris lubang ledak (delay).

( L  7 B) ......................................................
L/B < 4 maka, S= (2.11)
8

L/B > 4 maka, S = 1,4 B

(Sumber: Awang Suwandhi, 2012)

c. Stemming (T)

Untuk batuan massive, T = B

Untuk batuan berlapis, T = 0,7B ....................................(2.12)

(Sumber: Awang Suwandhi, 2012)

d. Subdrilling (J)

J = 0,3B ....................................(2.13)
(Sumber: Awang Suwandhi, 2012)

e. Kedalaman lubang ledak (H)

H=L+J ....................................(2.14)
(Sumber: Awang Suwandhi, 2012)

3. Rumusan untuk menentukan geometri peledakan menurut ICI-Explosive.

Tiap parameter geometri peledakan ditentukan oleh nilai diameter

lubang ledak (d), Sebagai berikut:

a. Burden (B)

B = 25d – 40d ....................................(2.15)

b. Spacing (S)

S = 1B – 1,5B ....................................(2.16)
31

c. Stemming (T)

T = 20d -30d ....................................(2.17)

d. Tinggi Jenjang (H)

H = 60d – 140d ....................................(2.18)

(Sumber: Awang Suwandhi, 2012)

2.2.3. Bahan Peledak

Bahan peledak yang dimaksudkan adalah bahan peledak kimia yang

didefinisikan sebagai suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran

berbentuk padat, cair, atau campurannya yang apabila diberi aksi panas, benturan,

gesekan atau ledakan awal akan mengalami suatu reaksi kimia eksotermis sangat

cepat dan hasil reaksinya sebagian atau seluruhnya berbentuk gas disertai panas

dan tekanan sangat tinggi yang secara kimia lebih stabil.

Panas dari gas yang dihasilkan reaksi peledakan tersebut sekitar

4000C. Adapun tekanannya, menurut Langerfors dan Kihlstrom (1978), bisa

mencapai lebih dari 100,000 atm setara dengan 101,500 kg/cm² atau 9,850 MPa

(10.000 MPa). Sedangkan energi per satuan waktu yang ditimbulkan sekitar

25,000 MW atau 5,950,000 kcal/s. Perlu dipahami bahwa energi yang sedemikian

besar itu bukan merefleksikan jumlah energi yang memang tersimpan di dalam

bahan peledak begitu besar, namun kondisi ini terjadi akibat reaksi peledakan

yang sangat cepat, yaitu berkisar antara 2500-7500 meter per second (m/s). Oleh

sebab itu kekuatan energi tersebut hanya terjadi beberapa detik saja yang lambat

laun berkurang seiring dengan perkembangan keruntuhan batuan.


32

2.2.4. Reaksi Bahan Peledak

Peledakan akan memberikan hasil yang berbeda dari yang diharapkan

karena tergantung pada kondisi eksternal saat pekerjaan tersebut dilakukan yang

mempengaruhi kualitas bahan kimia pembentuk bahan peledak tersebut. Panas

merupakan awal terjadinya proses dekomposisi bahan kimia pembentuk bahan

peledak yang menimbulkan pembakaran, dilanjutkan dengan deflragrasi dan

terakhir detonasi. Proses dekomposisi bahan peledak diuraikan sebagai berikut:

1. Pembakaran adalah reaksi permukaan yang eksotermis dan dijaga

keberlangsungan oleh panas yang dihasilkan dari reaksi itu sendiri dan

produknya berupa pelepasan gas-gas. Reaksi pembakaran memerlukan unsur

oksigen (O2) baik yang terdapat di alam bebas maupun dari ikatan molekuler

bahan atau material yang terbakar. Untuk menghentikan kebakaran cukup

dengan mengisolasi material yang terbakar dari oksigen. Contoh reaksi minyak

disel (diesel oil) yang terbakar sebagai berikut:

CH3(CH2)10CH3 + 18½ O2  12 CO2 + 13 H2O

2. Deflagrasi adalah proses kimia eksotermis di mana transmisi dari reaksi

dekomposisi didasarkan pada konduktivitas termal (panas). Deflagrasi

merupakan fenomena reaksi permukaan yang reaksinya meningkat menjadi

ledakan dan menimbulkan gelombang kejut (shock wave) dengan kecepatan

rambat rendah, yaitu antara 300–1000 m/s atau lebih rendah dari kecep suara

(subsonic). Contohnya pada reaksi peledakan low explosive (black powder)

sebagai berikut:
33

a. Potassium nitrat + charcoal + sulfur

20NaNO3 + 30C + 10S  6Na2CO3 + Na2SO4 + 3Na2S +14CO2 + 10CO +

10N2

b. Sodium nitrat + charcoal + sulfur

20KNO3 + 30C + 10S  6K2CO3 + K2SO4 + 3K2S +14CO2 +10CO +

10N2

3. Ledakan, menurut Berthelot, adalah ekspansi seketika yang cepat dari gas

menjadi bervolume lebih besar dari sebelumnya diiringi suara keras dan efek

mekanis yang merusak. Dari definisi tersebut dapat tersirat bahwa ledakan

tidak melibatkan reaksi kimia, tapi kemunculannya disebabkan oleh transfer

energi ke gerakan massa yang menimbulkan efek mekanis merusak disertai

panas dan bunyi yang keras. Contoh ledakan antara lain balon karet ditiup terus

akhirnya meledak, tangki BBM terkena panas terus menerus bisa meledak, dan

lain-lain.

4. Detonasi adalah proses kimia-fisika yang mempunyai kecepatan reaksi sangat

tinggi, sehingga menghasilkan gas dan temperatur sangat besar yang semuanya

membangun ekspansi gaya yang sangat besar pula. Kecepatan reaksi yang

sangat tinggi tersebut menyebarkan tekanan panas ke seluruh zona peledakan

dalam bentuk gelombang tekan kejut (shock compression wave) dan proses ini

berlangsung terus menerus untuk membebaskan energi hingga berakhir dengan

ekspansi hasil reaksinya. Kecepatan rambat reaksi pada proses detonasi ini

berkisar antara 3000–7500 m/s. Contoh kecepatan reaksi anfo sekitar 4500 m/s.

Sementara itu shock compression wave mempunyai daya dorong sangat tinggi
34

dan mampu merobek retakan yang sudah ada sebelumnya menjadi retakan

yang lebih besar. Disamping itu shock wave dapat menimbulkan symphatetic

detonation, oleh sebab itu peranannya sangat penting di dalam menentukan

jarak aman (safety distance) antar lubang. Contoh proses detonasi terjadi pada

jenis bahan peledakan antara lain:

TNT : C7H5N3O6  1,75 CO2 + 2,5 H2O + 1,5 N2 + 5,25 C

ANFO : 3 NH4NO3 + CH2  CO2 + 7 H2O + 3 N2

NG : C3H5N3O9  3 CO2 + 2,5 H2O + 1,5 N2 + 0,25 O2

NG + AN : 2 C3H5N3O9 + NH4NO3  6 CO2 + 7 H2O + 4 N4 + O2

2.2.5. Blasting Ratio

Volume batuan yang akan diledakkan tergantung pada dimensi

spacing, burden, tinggi jenjang, dan jumlah lubang ledak yang tersedia. Dimensi

atau ukuran spacing, burden, tinggi jenjang memberikan peranan yang penting

terhadap besar kecilnya volume peledakan. Artinya volume hasil peledakan akan

meningkat bila ukuran ketiga parameter tersebut diperbesar, sebaliknya untuk

volume yang kecil.

Volume batuan yang akan diledakkan merupakan hasil perkalian

burden, spacing, dan tinggi jenjang. Hasilnya berupa balok dan bukan volume

yang telah terberai oleh proses peledakan. Volume tersebut dinamakan volume

padat (solid atau insitu atau bank), sedangkan volume yang telah terberai disebut

volume lepas (Loose). Konversi dari volume padat ke volume lepas menggunakan
35

factor berai atau swell factor, yaitu suatu faktor perubah yang dirumuskan sebagai

berikut:

VS
SF = x 100% ....................................(2.19)
VL

Vs =BxSxH

BxSxH
VL =
SF

(Sumber: Awang Suwandhi, 2012)

Untuk menyatakan hasil peledakan dalam satuan berat, maka

dialakukan pengalian volume dengan densitas batuannya, yaitu:

W = V(s,L) x ρ ....................................(2.20)

(Sumber: Awang Suwandhi, 2012)

Keterangan:

SF = Faktor berai (%)

Vs = Volume padat, insitu, bank

VL = Volume lepas, loose

Ρ = Densitas batuan(ton/m3).

W = berat batuan (ton, kg)

Berat hasil peledakan baik dalam volume padat maupun volume lepas

bernilai sama, tetapi densitasnya berbeda, di mana densitas pada kondisi lepas

akan lebih kecil dibanding padat. Untuk batugamping densitas lepas dan densitas

solid adalah yaitu 1,6 ton/m3 dan 2,6 ton/m.


36

2.2.6. Jumlah Bahan Peledak

Densitas pengisian (Loading density) adalah jumlah bahan peledak

setiap meter kedalaman kolom lubang ledak. Densitas pengisian digunakan untuk

menghitung jumlah bahan peledak yang diperlukan setiap kali peledakan.

Disamping itu, kolom lubang ledak (L) yang terbagi menjadi penyumbat atau

steaming (T) dan isian utama (PC). Bahan peledak hanya terdapat sepanjang

kolom PC, sehingga keperluan bahan peledak setiap kolom adalah perkalian PC

dengan densitas pengisian (ρd) atau:

Whandak = PC x ρd ....................................(2.21)

Wtotal handak = n x PC x ρd ....................................(2.22)

(Sumber: Awang Suwandhi, 2012)

Dimana (n) adalah jumlah seluruh lubang ledak. Densitas pengisian (ρd)

dapat dicari dengan menggunakan rumus:

 anfo x  x d  2
ρd = ....................................(2.23)
4

(Sumber: Awang Suwandhi, 2012)

Keterangan:
ρd = Loading density (kg/m)

ρanfo = Densitas anfo (kg/m3)

π = phi (3,14)

d = Diameter lubang ledak (m)


37

2.2.7. Powder Factor

Powder Factor (PF) didefinisikan sebagai perbandingan jumlah bahan

peledak yang dipakai dengan volume peledakan, jadi satuannya kg/m3. karena

volume peledakan dapat pula dikonversi dengan berat, maka pernyataan PF bisa

pula menjadi jumlah bahan peledak yang digunakan dibagi berat peledakan atau

kg/ton. Volume peledakan merupakan perkalian dari B x S x H, jadi:

Whandak
PF = ....................................(2.24)
BxS xH

(Sumber: Awang Suwandhi, 2012)

Keterangan:

PF = powder factor (kg/m3)

W = Volume material yang diledakkan (m3)

E = Berat bahan peledak setiap lubang ledak (kg)

n = Jumlah lubang ledak

PF biasanya sudah ditetapkan oleh perusahaan karena merupakan hasil

dari beberapa penelitian sebelumnya dan juga karena berbagai pertimbangan

ekonomi. Umumnya bila hanya berpegang pada aspek teknis hasil dari

perhitungan matematis akan diperoleh angka yang besar yang menurut penilaian

secara ekonomi masih perlu dan dapat dihemat. Tolak ukur dalam menetapkan

angka PF adalah:

1. Ukuran fragmentasi hasil peledakan yang memuaskan, artinya tidak terlalu

banyak bongkahan (boulder) atau terlalu kecil. Terlalu banyak bongkahan


38

harus dilakukan peledakan ulang (secondary blasting) yang berarti terdapat

tambahan biaya sebaliknya, bila fragmentasi terlalu kecil berarti boros bahan

peledak dan sudah pasti biaya tinggi pula. Ukuran fragmentasi harus sesuai

dengan proses selanjutnya, antara lain ukuran mangkok (bucket) alat muat atau

ukuran umpan (feed) mesin peremuk batu (crusher).

2. Keselamatan kerja peledakan, artinya disamping berhemat juga keselamatan

karyawan dan masyarakat di sekitarnya harus terjamin.

3. Lingkungan, yaitu dampak negatife peledakan yang menggangu kenyamanan

masyarakat sekitar harus dikurangi. Dampak negatife tersebut dapat berupa

getaran yang berlebihan, gegaran yang menyakitkan telinga dan suara yang

mengejutkan.

Dari pengalaman di beberapa tambang terbuka yang sudah berjalan

secara normal, harga PF yang ekonomis berkisar antara 0,20–0,3 kg/m3. pada

tahap persiapan (Development) harga PF tidak menjadi ukuran, karena tahap

tersebut sasarannya bukan produksi tetapi penyelesaian suatu proyek, walaupun

tidak menutup kemungkinan kadang-kadang diperoleh bijih atau bahan galian

yang dapat dipasarkan.

2.2.8. Software Peledakan

2.2.8.1. DRZ Blast

Merupakan software simulasi peledakan yang digunakan untuk

memaksimalkan perancangan peledakan per hole, efektifitas fragmentasi, powder

factor, jarak burden, spacing stemming, subdrill, airdeck, diameter lubang, tipe
39

bahan peledak, ekonomisasi biaya sampai kepada perkiraan vibrasi (far field)

yang semuanya ditampilkan dengan visualisasi. Kelebihan dari DRZ Blast yang

bisa di peroleh antara lain:

1. Desain peledakan bisa di ketahui.

2. Data geologi bisa diinput dengan keseluruhan.

3. Data bor berupa jenis bor, merek bor,besar driling, dan besar lubang bor yang

di hasilkan.

4. Dapat melihat fragmentasi peledakan.

5. Dapat mengetahui Vibration Prediction.

Sumber: Manual Book DRZ Blast,2013.

Gambar 2.9
Tampilan DRZ Blast
2.2.8.2. ShotPlus

Merupakan program yang bisa digunakan untuk mendesain,

menganalisis dan mengoptimalkan urutan inisiasi peledakan. Shotplus juga dapat

membuat berbagai laporan, mensimulasi urutan peledakan, pengecekan desain


40

geometri dan pola peledakan untuk hasil yang optimal, dan memaksimalkan

efisiensi proses desain peledakan.

Sumber: Manual Book ShotPlus, 2015

Gambar 2.10
Tampilan ShotPlus
Keunggulan dari ShotPlus ini antara lain:

1. Mengatur waktu peledakan piroteknik klastik atau pun elektronik.

2. Menjalankan kalkulasi untuk memberikan sudut inisiasi, pelepasan beban atau

kontur antar selang waktu.

3. Simulasi peledakan yang menyoroti bagian-bagian bermasalah, dan

mengonfirmasikan urutan waktu tunda yang serentak meledak.

4. Mendiagnosa kesalahan penembakan atau jarak rakitan booster dengan antara

muka dek.

5. Bisa melihat Burden Relief.

6. Dapat melihat arah lemparan batuan.

7. Dapat mendesain peledakan dengan tampilan 3D dan Suara.


41

2.2.8.3. Kuz Ram

Kuz Ram merupakan program perhitungan fragmentasi batuan pada

proses pemberaian batuan yang terjadi pada proses penambangan. Program kuz

ram dijalankan oleh engineer tambang atau teknisi yang sudah khusus di lokasi

tambang dengan mengambil dan menginput data berupa burden, spacing,

subdrilling, tinggi jenjang, dan stemming dari kegiatan peledakan. Adapun

kelebihan dari kuz ram sebagai berikut:

1. Mempermudah dalam analisis fragmentasi peledakan.


2. Mempercepat perhitungan fragmentasi peledakan.
3. Mempermudah distribusi fragmentasi peledakan.

Sumber: Manual Kuz Ram,2013.


Gambar 2.11
Tampilan Kuz Ram

Berikut rumus perhitungan fragmentasi batuan dalam kuz ram, antara lain:

a. Subroutine (x)
0,8 0.63
V  E 
x  A  Q 0.17   ....................................(2.25)
Q  115 

(Sumber: Awang Suwandhi, 2012)


42

Keterangan:
x = subroutine
A = Diameter lubang ledang
V = strength batuan
Q = Densitas batuan
E = strength bahan peledak

b. Keseragaman fraksi (n)

 14B   W (A  1)   L 
n   2,2   1   1  H ..............................(2.26)
 d  B 
 2  

(Sumber: Awang Suwandhi, 2012)

Keterangan:
n = Fraksi batuan
B = burden
d =Diameter lubang ledak
W = Densitas bahan peledak
L = Kedalaman lubang ledak
H = Tinggi jenjang

2.3. Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini terdapat kerangka konseptual yang akan membantu

penulis dalam menyelesaikan penelitian yang terdiri atas:

1. Input

a. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat secara langsung di lapangan yaitu di

lokasi Quarry Bukit Karang Putih PT. Semen Padang. Data primer meliputi

desain peledakan dan geometri peledakan, berupa burden, spacing,


43

kedalaman lubang tembak, stemming, panjang kolom isian lubang ledak

dan tinggi jenjang.

b. Data Sekunder

Sedangkan data sekunder di peroleh dari sumber-sumber buku atau studi

kepustakaan beberapa literatur yang mendukung penelitian ini. Data-data

tersebut meliputi spesifikasi bahan peledakan, peralatan peledakan, alat bor,

loading density lubang ledak, geometri peledakan dan pola peledakan di

Quarry Bukit Karang Putih PT. Semen Padang.

2. Proses

Proses merupakan pengolahan dan analisa dari data-data yang diperoleh

pada bagian in put. Data-data diolah dengan rumus R,L.Ash, C,J Konya, dan ICI-

Explosive kemudian dilanjutkan analisa data dengan perangkat lunak atau sofware

blasting shotplus dan Kuz Ram

3. Output

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu meningkatkan

fragmentasi peledakan untuk memaksimalkan produksi peledakan di Quarry

Bukit Karang Putih PT. Semen Padang.


44

Input Proses Output

Proses merupakan
Data terdiri dari: Hasil yang
1. Data pengolahan dan
diharapkan dari
geometri analisa dari data-data penelitian ini,
peledakan yaitu untuk
yang diperoleh pada
2. Pola meningkatkan
peledakan bagian input. Data- fragmentasi
3. Spesifikasi data diolah dengan peledakan untuk
peralatan memaksimalkan
rumus R,L.Ash, C,J
peledakan produksi
4. Spesifikasi Konya, dan ICI- peledakan di
bahan Explosive kemudian quarry Bukit
peledakan Karang Putih PT.
dilanjutkan analisa
5. Loading Semen Padang.
density data dengan perangkat

lubang ledak lunak atau sofware

blasting shotplus dan

Kuz Ram.
Gambar 2.12
Kerangka Konseptual Penelitian
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian eksperimental.

Metode eksperimental merupakan metode penelitian yang memungkinkan peneliti

memanipulasi/merancang variabel dan meneliti akibat-akibatnya. Pada metode ini

variabel-variabel dikontrol sedemikian rupa, sehingga variabel luar yang mungkin

mempengaruhi dapat dihilangkan.

Metode eksperimental bertujuan untuk mencari hubungan sebab akibat

dengan memanipulasi/merancang satu atau lebih variabel. Manipulasi/rancangan

adalah mengubah secara sistematis sifat-sifat atau nilai-nilai variabel bebas.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat penelitian

Quarry Bukit Karang Putih PT. Semen Padang terletak di Indarung,

sekitar 15 km di sebelah Timur kota Padang, secara administrasi termasuk dalam

Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 07 November 2016 s/d

27 Februari 2017. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran A.

45
46

3.3. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang akan menjadi objek

pengamatan penelitian. Sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka variabel

penelitian adalah variabel-variabel dari geometri peledakan, dan pola peledakan.

3.4. Jenis Data dan Sumber Data

3.4.1. Jenis Data

1. Data Primer.

Data primer yang dikumpul kan dari lapangan antara lain:

a. Desain peledakan.

b. Geometri peledakan ( burden, spacing, kedalaman lubang ledak, tinggi

jenjang, dan subdrilling).

2. Data Sekunder.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari data-data yang

sudah ada di Quarry Bukit Karang Putih PT. Semen Padang, studi kepustakaan

dan beberapa literatur yang mendukung penelitian ini. Data-data tersebut meliputi:

a. Spesifikasi bahan peledakan, peralatan peledakan, dan alat bor.

b. Loading density lubang ledak.

c. Geometri peledakan dan

d. Pola peledakan.
47

3.4.2. Sumber Data

Sumber data yang penulis dapatkan berasal dari pangamatan langsung

ataupun studi kepustakaan serta dari arsip-arsip di Quarry Bukit Karang PT.

Semen padang.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data di lakukan dengan dua cara yaitu:

1. Studi Lapangan.

Cara mendapatkan data yang dibutuhkan dengan melakukan

pengamatan langsung di lapangan/tempat kerja, maupun dengan wawancara

langsung.

2. Studi Pustaka

Mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan membaca buku-buku

literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dan data-data serta

arsip perusahaan sehingga dapat digunakan sebagai landasan dalam pemecahan

masalah.

3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

3.6.1. TeknikPengolahan

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan rumus- rumus sebagai berikut:

1. Berikut beberapa rumus burden (B):

a. R,L.Ash.
48

B = ( Kb x De ) / 12 ...........................(3.1)

Keterangan:
B = burden(Ft)
De = Diameter lubang ledak (inchi)
Kb = Nisbah burden yang telah dikoreksi

b. C,J Konya.
SGe
B = 3,15 x De x 3 ..................................(3.2)
SGr
Keterangan:
B = burden (ft)
De = Diameter lubang ledak (inchi)
SGe = Berat jenis bahan peledak yang dipakai
SGr = Berat jenis batuan yang akan dibongkar
c. ICI- Explosive

B = 25d – 40d ...................................(3.3)

Keterangan:
B = burden (ft)
d = Diameter lubang ledak (inchi)

2. Berikut beberapa tumus spacing(S):

a. R,L.Ash.

S = Ks x B ...................................(3.4)

Keterangan:

S= spacing (m)
Ks= Spacing ratio, yang mempunyai nilai antara 1–2
49

b. C.J Konya

( L  2 B)
L/B < 4 maka, S=
3
...................................(3.5)

L/B >4 maka, S = 2B

Keterangan:
S = spacing (m)
B = burden

c. ICI-Explosive

S = 1B – 1,5B ...................................(3.6)

Keterangan:
S = spacing (m)
B = burden
3. Berikut rumus-rumus stemming (T):

a. R.L Ash.

T = Kt x B ...................................(3.7)

Keterangan:
T = Stemming (m)
Kt = Stemming ratio, yang bernilai antara 0,7–1
b. C.J Konya.

Untuk batuan massive, T = B

Untuk batuan berlapis, T = 0,7B ...................................(3.8)

c. ICI-Explosive.

T = 20d -30d ...................................(3.9)


50

4. Berikut rumus- rumus kedalaman lubang ledak (H):

a. R.L Ash.

H = Kh x B ...................................(3.10)

Keterangan:
H = Kedalaman lubang ledak (m)
Kh = Hole depth ratio, yang bernilai antara 1,5 – 4,0
b. C.J Konya.

H=L+J ...................................(3.11)

Keterangan:
H = Kedalaman Lubang Ledak
L = Tinggi Jenjang
J = Subdrilling
c. ICI- Explosive.

H = 60d – 140d ...................................(3.12)

Keterangan:
H = kedalaman Lubang ledak
d = Diameter Lubang ledak

Dalam pengolahan penelitian juga mengunakan software peledakan

yaitu ShotPlus dan DRZ blast, yang dirasa mempunyai banyak kelebihan dan

dapat menunjang perancangan geometri dan pola peledakan.

3.6.2. Analisis Data

Setelah melalui tahap dalam pengumpulan data dan pengolahan data

maka dilakukan analisis data dengan perangkat lunak/sofware blasting antra lain:
51

1. Shotplus.

2. DRZblast.

3. dan juga mengunakan Kuz Ram untuk fragmentasi peledakan.

3.7. Kerangka Metodologi

Langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian

dapat dilihat pada bagan alir berikut:

Perancangan Geometri dan Pola Peledakan untuk Mendapatkan


Hasil Fragmentasi Optimum pada Quarry Bukit Karang Putih

PT. Semen Padang Sumatera Barat


Identifikasi Masalah
1. Jarak flyrock masih cukup jauh dengan radius 100 m dari lokasi
kegiatan peledakan.
2. Masih banyak boulder yang terbentuk dari kegiatan peledakan.
3. Geometri peledakan kurang tepat sehingga fragmentasi yang dihasilakn
tidak sesuai dengan kebutuhan crusher (≤60 cm).
4. Pola peledakan belum bisa memaksimalkan distribusi energi bahan
peledak.
5. Inisiasi peledakan masih belum optimum.
6. Fragementasi peledakan yang belum sesuai dengan kebutuhan crusher
(≤60 cm). Pengumpulan Data

Primer Sekunder
a. Spesifikasi bahan peledakan,
a. Desain peledakan. peralatan peledakan, dan alat
b. Geometri peledakan (Burden, bor.
spacing, kedalaman lubang ledak, b. Loading density lubang ledak.
tinggi jenjang, stemming, dan c. Geometri peledakan dan
subdrilling).
d. Pola peledakan.

A
52

Pengolahan Data

pengolahan data dilakukan dengan perangkat


lunak/software blasting antra lain:

1. Shotplus,
2. Kuz Ram.
Tidak

Analisis Data

Validasi data

Ya

Hasil

Model geometri, pola peledakan


yang ideal dan efisien dan
Fragmentasi di quarry Bukit
Karang Putih PT. Semen
Padang.

Gambar 3.1
Bagan Alir Penelitian
BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1. Pengumpulan Data

Sebelum melakukan peracangan ulang geometri peledakan dan pola

peledakan, maka di perlukan pengumpulan data-data terlebih dahulu. Data yang

diambil pada quarry Bukit Karang Putih Bukit Karang Putih PT. Semen Padang

berupa data-data kegiatan peledakan yang antara lain.

4.1.1. Perlengkapan dan Peralatan Peledakan

Perlengkapan peledakan merupakan bahan-bahan yang hanya bisa

digunakan untuk satu kali dalam proses peledakan. Peralatan peledakan adalah

alat-alat yang bisa digunakan berulang kali dalam proses peledakan. Perlengkapan

peledakan yang digunakan pada quarry Bukit Karang Putih PT. Semen Padang

antara lain.

4.1.1.1. Perlengkapan Peledakan

1. Dabex

Dabex adalah campuran dari emulsi dan ANFO dengan perbandingan

70 : 30 yang memiliki densitas 1,2 gr/cm3, Keuntungan dari meggunakan dabex

high performance, peka primer, ekonomis dan tidak sensitif hingga diisi ke dalam

lubang ledak yang berair.

53
54

Sumber: Biro peledakan PT. Semen Padang


Gambar 4.1
Bahan Peledak Dabex
2. Booster

Boster daya gel magnum merupakan bahan peledakan istimewa yang

memiliki kekuatan tinggi dan beremulsi sensitif yang kuat dengan densitas 1,23

gr/cm3.

Sumber: Biro peledakan PT. Semen Padang


Gambar 4.2.
Booster
55

3. Eldeto ( Electric Detonator)

Detonator listrik adalah jenis detonator yang penyalaannya dengan arus

listrik yang dihantarkan melalui kabel khusus. Untuk itu pada kedua ujung kabel

di dalam tabung detonator listrik dilengkapi dengan jenis kawat halus yang

telanjang yang apabila dilewati arus listrik memiliki kelebihan dari pada

menggunakan detonator biasa. Kekuatan arus listrik minimum untuk dapat

meledakkan detonator listrik adalah 1 sampai 1,5 Amper.

Sumber: Biro peledakan PT. Semen Padang


Gambar 4.3
Detonator listrik
4. In Hole Delay

In Hole delay dayate 500 ms dengan panjang 9 m dan 12 m.

Sumber: Biro peledakan PT. Semen Padang


Gambar 4.4
In Hole Delay 500 ms
56

5. Surface Delay

Surface delay daya date 17 ms (warna kuning), 25 ms (warna merah),

42 ms (warna putih), dan 67 ms (warna orange) yang memiliki panjang masing-

masingnya adalah 9 m.

Sumber: Biro peledakan PT. Semen Padang


Gambar 4.5
Sufarce Delay 25 ms

4.1.1.2. Peralatan Peledakan

1. BOM (Blasting Ohm Meter)

Alat pengukur tahanan kawat listrik untuk keperluan peledakan dibuat

khusus untuk pekerjaan peledakan dan tidak disarankan digunakan untuk

keperluan lain. Sebaliknya alat pengukur tahanan yang biasa dipakai oleh operator

listrik umum yaitu multitester dilarang menggunakan untuk mengukur kawat pada

peledakan listrik. Ruas kawat yang harus diukur tahanannya adalah seluruh

legwire dari sejumlah detonator yang digunakan connecting wire, bus wire, dan

kawat utama. Dengan demikian jumlah tahanan seluruh rangkaian dapat dihitung

dan voltage blasting machine dapat ditentukan setelah arus dihitung.


57

Sumber: Biro peledakan PT. Semen Padang


Gambar 4.6
Pengukur tahanan (Blast ohm meter)
2. Blasting Machine

Alat pemicu peledakan listrik atau exploder merupakan sumber energi

penghantar arus listrik menuju detonator. Alat pemicu peledakan listrik

mempunyai tipe generator dan tipe baterai.

Sumber: Biro peledakan PT. Semen Padang


Gambar 4.7
Blasting Machine
58

4.1.2. Geometri Peledakan Aktual

Dalam kegiatan peledakan batugamping di front I dan front II quarry

Bukit Karang Putih Bukit Karang Putih PT. Semen Padang menerapkan geometri

peledakan dengan burden 5 m, spacing 5 m dan kedalaman lubang ledak 11 m-16

m didapat power factor 0,23 k/m3, untuk lebih jelas dapat kita lihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1
Geometri Peledakan Aktual

B S J H L T PC BL
No Tanggal Lokasi
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (bh)

1 09/11/2016 Front I 5 5 1,4 10 11,4 4 7,4 38

2 15/11/2016 Front II 5 5 1,6 10 11,6 4 7,6 46

3 16/11/2016 Front II 5 5 1,6 10 11,6 4 7,6 49

4 18/11/2016 Front II 5 5 1,1 10 11,1 4 7,1 45

5 20/112016 Front II 5 5 1,3 10 11,3 4 7,3 37

6 21/11/2016 Front II 5 5 1,7 10 11,7 4 7,7 31

7 24/11/2016 Front II 5 5 1,4 10 11,4 4 7,4 72

8 25/11/2016 Front II 5 5 1,5 10 11,5 4 7,5 32

9 26/11/2016 Front II 5 5 1,2 10 11,2 4 7,2 20

10 28/11/2016 Front II 5 5 1,3 10 11,3 4 7,3 35

11 29/11/2016 Front II 5 5 6 10 16 4 12 23

12 30/11/2016 Front II 5 6 1,4 10 11,4 4 7,4 39

13 05/12/2016 Front I 5 5 1 10 11 4 7 29

14 07/12/2016 Front I 5 5 1,5 10 11,5 4 7,5 30

15 08/12/2016 Front I 5 5 1 10 11 4 7 32

16 11/12/2016 Front II 5 5 1 10 11 4 7 70

17 13/12/2016 Front I 5 6 1 10 11 4 7 46

18 15/12/2016 Front II 5 5 1,6 10 11,6 4 7,6 68

19 19/12/2016 Front I 5 5 1 10 11 4 7 54

20 20/12/2016 Front I 5 5 1,5 10 11,5 4 7,5 72

Total 100 102 31,1 200 231 80 151 868

Rata-rata 5 5 1,6 10 11,6 4 7,6 43

Geometri peledakan aktual ini disesuaikan dengan kondisi batuan yang

ada di front I dan front II quarry Bukit Karang Putih Bukit Karang Putih
59

PT. Semen Padang dengan density batuan limestone 2,6 ton/m3. Geometri ini

sudah di terapkan oleh pihak perusahaan selama satu tahun dan bisa berubah

sewaktu-waktu mengikuti kondisi batuan yang ada di lokasi/front. Dari geometri

aktual ini diperoleh tonase hasil peledakan sebesar 32,920 ton/hari.

4.1.3. Desain Pola Peledakan Aktual

Desain pola peledakan yang di terapakan pada front I dan front II

quarry Bukit Karang Putih Bukit Karang Putih PT. Semen Padang menerapkan

desain lubang ledak staggered dengan diameter lubang ledak 5 inchi kedalaman

lubang ledak rata-rata 11 m dan desain rangkaian peledakan excelon

dikombinasikan dengan desain rangkaian peledakan cornet-cut dengan burden

5m, spacing 5m, Semua ini dilakukan untuk meningkatkan fragmentasi batuan.

Rincian desain peledakan dapat dilihat pada tabel 4.2, dan untuk gambaran

tentang arah lemparan, burden relief, dan nilai rangkaian dapat lihat pada

lampiran N.

S = Spacing
S
B = Burden

Free Face

Sumber: Biro peledakan PT. Semen Padang


Gambar 4.8
Desain Lubang Ledak staggered
60

Sumber: Biro peledakan PT. Semen Padang

Gambar 4.9
Desain peledakan Excelon

Disamping untuk meningkatkan hasil kegiatan peledakan berupa

fragmentasi batuan desain peledakan excelon juga menguragi lemparan batuan

(flyrock) yang tidak terarah begitu juga dengan pola peledakan corner-cut,

Sumber: Biro peledakan PT. Semen Padang


Gambar 4.10
Desain peledakan Corner-cut
61

Tabel 4.2
Tabel Tabulasi Pola Peledakan Aktual

Diameter Dalam jumlah jumlah jumlah


jumlah jumlah jumlah
B S lubang lubang lubang in hole surface
No Tanggal eldeto primer dabex
(m) (m) ledak ledak ledak delay delay
(pcs) (pcs) (kg)
(inchi) (m) (pcs) (pcs) (pcs)

1 09/11/2016 5 5 5 11,4 38 38 37 1 38 32,06


2 15/11/2016 5 5 5 11,6 46 46 45 1 46 40,55
3 16/11/2016 5 5 5 11,6 49 49 48 1 49 43,20
4 18/11/2016 5 5 5 11,1 45 45 44 1 45 35,46
5 20/112016 5 5 5 11,3 37 37 36 1 37 30,52
6 21/11/2016 5 5 5 11,7 31 31 30 1 31 27,93
7 24/11/2016 5 5 5 11,4 72 72 71 1 72 60,74
8 25/11/2016 5 5 5 11,5 32 32 31 1 32 27,60
9 26/11/2016 5 5 5 11,2 20 20 19 1 20 16,13
10 28/11/2016 5 5 5 11,3 35 35 34 1 35 28,87
11 29/11/2016 5 5 5 16,0 23 23 22 1 23 44,16
12 30/11/2016 5 6 5 11,4 39 39 38 1 39 32,90
13 05/12/2016 5 5 5 11,0 29 29 28 1 29 22,33
14 07/12/2016 5 5 5 11,5 30 30 29 1 30 25,88
15 08/12/2016 5 5 5 11,0 32 32 31 1 32 24,64
16 11/12/2016 5 5 5 11,0 70 70 69 1 70 53,90
17 13/12/2016 5 6 5 11,0 46 46 45 1 46 35,42
18 15/12/2016 5 5 5 11,6 68 68 67 1 68 59,95
19 19/12/2016 5 5 5 11,0 54 54 53 1 54 41,58
20 20/12/2016 5 5 5 11,5 72 72 71 1 72 62,10

Total 100 102 100 231,1 868 868 848 20 868 74,592
Rata-Rata 5 5 5 11,6 43 43 42 1 43 37,30

4.2. Pengolahan Data

4.2.1. Geometri Peledakan

Dalam usaha memperbaiki fragmentasi batuan yaitu untuk

mendapatkan fragmentasi peledakan yang optimum dan sesuai kebutuahan

crusher, maka akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan perbaikan


62

fragmentasi, yaitu dengan analisis geometri peledakan berdasarkan R,L, Ash, CJ,

Konya, dan ICI-Explosive.

a. Perhitungan dengan rumusan R,L, Ash

Analisis geometri peledakan berdasarkan rumus R,L, Ash dengan

burden 5,4 m, spacing 5,4 m, stemming 4,3 m. Untuk lebih jelasnya dapat

memperhatikan tabel 4.3.

Tabel 4.3
Geometri peledakan R,L, Ash
B S J H L T PC BL
No Tanggal Lokasi
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (bh)
1 09/11/2016 Front I 5,4 5,4 1,6 10 11,4 4,3 7,1 38
2 15/11/2016 Front II 5,4 5,4 1,6 10 11,6 4,3 7,3 46
3 16/11/2016 Front II 5,4 5,4 1,6 10 11,6 4,3 7,3 49
4 18/11/2016 Front II 5,4 5,4 1,6 10 11,1 4,3 6,8 45
5 20/112016 Front II 5,4 5,4 1,6 10 11,3 4,3 7,0 37
6 21/11/2016 Front II 5,4 5,4 1,6 10 11,7 4,3 7,4 31
7 24/11/2016 Front II 5,4 5,4 1,6 10 11,4 4,3 7,1 72
8 25/11/2016 Front II 5,4 5,4 1,6 10 11,5 4,3 7,2 32
9 26/11/2016 Front II 5,4 5,4 1,6 10 11,2 4,3 6,9 20
10 28/11/2016 Front II 5,4 5,4 1,6 10 11,3 4,3 7,0 35
11 29/11/2016 Front II 5,4 5,4 1,6 10 16 4,3 11,7 23
12 30/11/2016 Front II 5,4 5,4 1,6 10 11,4 4,3 7,1 39
13 05/12/2016 Front I 5,4 5,4 1,6 10 11 4,3 6,7 29
14 07/12/2016 Front I 5,4 5,4 1,6 10 11,5 4,3 7,2 30
15 08/12/2016 Front I 5,4 5,4 1,6 10 11 4,3 6,7 32
16 11/12/2016 Front II 5,4 5,4 1,6 10 11 4,3 6,7 70
17 13/12/2016 Front I 5,4 5,4 1,6 10 11 4,3 6,7 46
18 15/12/2016 Front II 5,4 5,4 1,6 10 11,6 4,3 7,3 68
19 19/12/2016 Front I 5,4 5,4 1,6 10 11 4,3 6,7 54
20 20/12/2016 Front I 5,4 5,4 1,6 10 11,5 4,3 7,2 72
Total 108 108 32,4 200 231 86,4 145 868
Rata-Rata 5,4 5,4 1,6 10 11,6 4,3 7,2 43
63

Dalam menganalisis geometri peledakan dengan rumusan R,L, Ash

diperoleh tonase hasil peledakan sebesar 37,678 ton/hari, Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada lampiran J.

b. Perhitungan dengan rumusan C,J Konya

Analisis geometri peledakan berdasarkan rumus C,J Konya dengan

burden 4,1 m, spacing 5,8 m, stemming 3,3 m. Untuk lebih jelasnya dapat

memperhatikan tabel 4.4.

Tabel 4.4
Geometri Peledakan C,J Konya

B S J H L T PC BL
No Tanggal Lokasi
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (bh)

1 09/11/2016 Front I 4,1 5,8 1,2 10 11,4 3,3 8,12 38


2 15/11/2016 Front II 4,1 5,8 1,2 10 11,6 3,3 8,32 46
3 16/11/2016 Front II 4,1 5,8 1,2 10 11,6 3,3 8,32 49
4 18/11/2016 Front II 4,1 5,8 1,2 10 11,1 3,3 7,82 45
5 20/112016 Front II 4,1 5,8 1,2 10 11,3 3,3 8,02 37
6 21/11/2016 Front II 4,1 5,8 1,2 10 11,7 3,3 8,42 31
7 24/11/2016 Front II 4,1 5,8 1,2 10 11,4 3,3 8,12 72
8 25/11/2016 Front II 4,1 5,8 1,2 10 11,5 3,3 8,22 32
9 26/11/2016 Front II 4,1 5,8 1,2 10 11,2 3,3 7,92 20
10 28/11/2016 Front II 4,1 5,8 1,2 10 11,3 3,3 8,02 35
11 29/11/2016 Front II 4,1 5,8 1,2 10 16 3,3 12,72 23
12 30/11/2016 Front II 4,1 5,8 1,2 10 11,4 3,3 8,12 39
13 05/12/2016 Front I 4,1 5,8 1,2 10 11 3,3 7,72 29
14 07/12/2016 Front I 4,1 5,8 1,2 10 11,5 3,3 8,22 30
15 08/12/2016 Front I 4,1 5,8 1,2 10 11 3,3 7,72 32
16 11/12/2016 Front II 4,1 5,8 1,2 10 11 3,3 7,72 70
17 13/12/2016 Front I 4,1 5,8 1,2 10 11 3,3 7,72 46
18 15/12/2016 Front II 4,1 5,8 1,2 10 11,6 3,3 8,32 68
19 19/12/2016 Front I 4,1 5,8 1,2 10 11 3,3 7,72 54
20 20/12/2016 Front I 4,1 5,8 1,2 10 11,5 3,3 8,22 72
Total 82 116 24,6 200 231 65,6 166 868
Rata-Rata 4,1 5,8 1,2 10 11,6 3,28 8,3 43
64

Dalam menganalisis geometri peledakan dengan rumusan C,J Konya

diperoleh tonase hasil sebesar 30,726 ton/hari, Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada lampiran K.

c. Perhitungan dengan rumusan ICI-Explosive

Analisis geometri peledakan berdasarkan rumus ICI-Explosive dengan

burden 4,2 m, spacing 6,3 m, stemming 3,4 m. Untuk lebih jelasnya dapat

memperhatikan tabel 4.5.

Tabel 4.5
Geometri Peledakan ICI-Explosive

B S J H L T PC BL
No Tanggal Lokasi
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (bh)

1 09/11/2016 Front I 4,2 6,3 1,4 10 11,4 3,4 8,0 38


2 15/11/2016 Front II 4,2 6,3 1,6 10 11,6 3,4 8,2 46
3 16/11/2016 Front II 4,2 6,3 1,6 10 11,6 3,4 8,2 49
4 18/11/2016 Front II 4,2 6,3 1,1 10 11,1 3,4 7,7 45
5 20/112016 Front II 4,2 6,3 1,3 10 11,3 3,4 7,9 37
6 21/11/2016 Front II 4,2 6,3 1,7 10 11,7 3,4 8,3 31
7 24/11/2016 Front II 4,2 6,3 1,4 10 11,4 3,4 8,0 72
8 25/11/2016 Front II 4,2 6,3 1,5 10 11,5 3,4 8,1 32
9 26/11/2016 Front II 4,2 6,3 1,2 10 11,2 3,4 7,8 20
10 28/11/2016 Front II 4,2 6,3 1,3 10 11,3 3,4 7,9 35
11 29/11/2016 Front II 4,2 6,3 6 10 16 3,4 12,6 23
12 30/11/2016 Front II 4,2 6,3 1,4 10 11,4 3,4 8,0 39
13 05/12/2016 Front I 4,2 6,3 1 10 11 3,4 7,6 29
14 07/12/2016 Front I 4,2 6,3 1,5 10 11,5 3,4 8,1 30
15 08/12/2016 Front I 4,2 6,3 1 10 11 3,4 7,6 32
16 11/12/2016 Front II 4,2 6,3 1 10 11 3,4 7,6 70
17 13/12/2016 Front I 4,2 6,3 1 10 11 3,4 7,6 46
18 15/12/2016 Front II 4,2 6,3 1,6 10 11,6 3,4 8,2 68
19 19/12/2016 Front I 4,2 6,3 1 10 11 3,4 7,6 54
20 20/12/2016 Front I 4,2 6,3 1,5 10 11,5 3,4 8,1 72
Total 84 126 31,1 200 231 67,2 164 868
Rata-Rata 4,2 6,3 1,6 10 11,6 3,4 8,2 43
65

Dalam menganalisis geometri peledakan dengan rumusan ICI-Explosive

diperoleh tonase hasil sebesar 34,189 ton/hari, Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada lampiran L.

d. Perhitungan rancangan ulang geometri peledakan

Dari rumus-rumus geometri peledakan di atas peneliti melakukan

perancangan dan melakukan pengujian langsung geometri peledakan dengan

burden 4,1 m, spacing 6 m, dan stemming 3 m. Untuk lebih jelas dapat

memperhatikan tabel 4.6.

Tabel 4.6
Rancangan Ulang Geometri Peledakan
B S J H L T PC BL
No Tanggal Lokasi
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (bh)
1 29/12/2016 Front II 4,1 6 1,4 10 11,4 3 8,4 38
2 30/12/2016 Front II 4,1 6 1,6 10 11,6 3 8,4 46
3 04/01/2017 Front II 4,1 6 1,6 10 11,6 3 8,6 49
4 05/01/2017 Front I 4,1 6 1,1 10 11,1 3 8,1 45
5 09/01/2017 Front II 4,1 6 1,3 10 11,3 3 8,3 37
6 10/01/2017 Front I 4,1 6 1,7 10 11,7 3 8,7 31
7 11/01/2017 Front I 4,1 6 1,4 10 11,4 3 8,4 72
8 12/01/2017 Front I 4,1 6 1,5 10 11,5 3 8,5 32
9 13/01/2017 Front I 4,1 6 1,2 10 11,2 3 8,2 20
10 16/01/2017 Front I 4,1 6 1,3 10 11,3 3 8,3 35
11 17/01/2017 Front II 4,1 6 6 10 16 3 13 23
12 18/01/2017 Front II 4,1 6 1,4 10 11,4 3 8,4 39
13 19/01/2017 Front II 4,1 6 1 10 11 3 8 29
14 23/01/2017 Front II 4,1 6 1,5 10 11,5 3 8,5 30
15 24/01/2017 Front II 4,1 6 1 10 11 3 8 32
16 25/01/2017 Front I 4,1 6 1 10 11 3 8 70
17 26/01/2017 Front II 4,1 6 1 10 11 3 8 46
18 01/02/2017 Front II 4,1 6 1,6 10 11,6 3 8,6 68
19 02/02/2017 Front I 4,1 6 1 10 11 3 8 54
20 03/02/2017 Front II 4,1 6 1,5 10 11,5 3 8,5 72
Total 82 120 30,9 200 231 60 171 868
Rata-Rata 4,1 6 1,5 10 11,6 3 8,5 43
66

Dalam menganalisis geometri peledakan diperoleh tonase sebesar

32,561 ton/hari, Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran M.

4.2.2. Desain Pola Peledakan

Setelah diperoleh geometri peledakan yang sesuai berupa burden,

spacing, stemming, subdrilling, dan banyak isisan lubang ledak barulah dilakukan

pemilahan surface delay, dan in hole delay untuk menentukan pola rangkaian

peledakan dengan beda waktu 8 ms. Dalam proses desain pola rangkaian

peledakan peneliti memilih menggunakan software shotplus. Dalam proses desain

peneliti menerapkan pola peledakan excelon-cut dengan 3-7 row yang disesuaikan

dengan karakteristik batuan, disamping itu pemilihan surface delay juga sangat

mempengaruhi hasil peledakan, adapun combination surface delay bisa dilihat

pada tabel 4.7. Untuk gambaran tentang beda waktu peledakan, arah lemparan,

burden relief, dan pola rangkaian dapat dilihat pada lampiran O.

Tabel 4.7
Surface delay combination
Control Row Echelon Row Maximal Rows Beda Waktu 8 ms

25 ms 17 ms 3 Rows
25 ms 42 ms 3 Rows
25 ms 67 ms 4 Rows
42 ms 17 ms 5 Rows
42 ms 25 ms 5 Rows
42 ms 67 ms 5 Rows
67 ms 17 ms 4 Rows
67 ms 25 ms 5 Rows
67 ms 42 ms 5 Rows
109 ms 17 ms 6 Rows
109 ms 25 ms 7 Rows
109 ms 42 ms 7 Rows
67

Tabel 4.8
Tabel Tabulasi Pola Rancangan Ulang Peledakan

Diameter jumlah jumlah jumlah


kedalaman jumlah jumlah jumlah
B S lubang lubang in hole surface
No Tanggal lubang eldeto primer dabex
(m) (m) ledak ledak delay delay
ledak (pcs) (pcs) (kg)
(inchi) (pcs) (pcs) (pcs)
(m)

1 29/12/2016 4,1 6 5 11,4 38 38 37 1 38 3422


2 30/12/2016 4,1 6 5 11,6 46 46 45 1 46 4482
3 04/01/2017 4,1 6 5 11,6 49 49 48 1 49 4775
4 05/01/2017 4,1 6 5 11,1 45 45 44 1 45 4296
5 09/01/2017 4,1 6 5 11,3 37 37 36 1 37 3387
6 10/01/2017 4,1 6 5 11,7 31 31 30 1 31 3010
7 11/01/2017 4,1 6 5 11,4 72 72 71 1 72 7141
8 12/01/2017 4,1 6 5 11,5 32 32 31 1 32 3091
9 13/01/2017 4,1 6 5 11,2 20 20 19 1 20 1904
10 16/01/2017 4,1 6 5 11,3 35 35 34 1 35 3243
11 17/01/2017 4,1 6 5 16,0 23 23 22 1 23 3054
12 18/01/2017 4,1 6 5 11,4 39 39 38 1 39 5780
13 19/01/2017 4,1 6 5 11,0 29 29 28 1 29 2680
14 23/01/2017 4,1 6 5 11,5 30 30 29 1 30 2760
15 24/01/2017 4,1 6 5 11,0 32 32 31 1 32 2992
16 25/01/2017 4,1 6 5 11,0 70 70 69 1 70 6160
17 26/01/2017 4,1 6 5 11,0 46 46 45 1 46 4048
18 01/02/2017 4,1 6 5 11,6 68 68 67 1 68 6310
19 02/02/2017 4,1 6 5 11,0 54 54 53 1 54 5108
20 03/02/2017 4,1 6 5 11,5 72 72 71 1 72 6624
Total 82 120 100 231,1 868 868 848 20 868 84,268
Rata-rata 4,1 6 5 11,6 43 43 42 1 43 42,13

4.2.3. Fragmentasi Hasil Peledakan

Untuk menghitung fragmentasi batuan hasil peledakan digunakan rumus dari

software Kuz Ram, Dari fragmentasi batuan hasil geometri dan pola peledakan aktual,

R,L,Ash, C,J Konya, ICI-Explosive dan rancangan ulang yang telah diolah dan di analisis

tersebut diolah dengan rumus Kuz Ram untuk menghitung fragmentasi batuan, Berikut

fragmentasi batuan dari masing-masing rancangan geometri peledakan.


68

a. Fragmentasi dari geometri peledakan aktual

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan software Kus Ram, fragmentasi

batuan hasil peledakan aktual, maka didapat rata –rata fragmentasi batuan 63,699 cm

dimana yang berdiameter ≤60 cm sebesar 47,17 %, dan berdiameter ≥60 cm sebesar

52,83 % dengan powder factor 23 kg/m3. Data hasil fragmentasi hasil peledakan dapat

dilihat pada lampiran P.

Tabel 4.9

Persentase (%) Fragmentasi Peledakan Aktual

Sebelum Perubahan Geometri


Ayakan
Tertahan (%) Lolos (%)
2,5 cm 99,20 0,80
5 cm 97,94 2,06
10 cm 94,74 5,26
20 cm 86,90 13,10
40 cm 69,43 30,57
60 cm 52,83 47,17
80 cm 38,72 61,28
100 cm 27,52 72,48

Sumber: Software Kuz Ram


Gambar 4.11
Distribusi Fragmentasi dari Geometri Aktual
69

b. Fragmentasi dari geometri peledakan R,L,Ash

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan software Kus Ram, fragmentasi

hasil peledakan R,L,Ash, maka didapat rata-rata fragmentasi batuan 73,987 cm dimana

yang berdiameter ≤60 cm sebesar 41,13 %, dan berdiameter ≥60 cm sebesar 58,87 %

dengan powder factor 19 kg/m3. Data hasil fragmentasi hasil peledakan dapat dilihat pada

lampiran Q.

Tabel 4.10

Persentase (%) Fragmentasi Peledakan R,L,Ash

Sebelum Perubahan Geometri


Ayakan
Tertahan (%) Lolos (%)
2,5 cm 99,12 0,88
5 cm 97,87 2,13
10 cm 94,87 5,13
20 cm 87,93 12,07
40 cm 73,04 26,96
60 cm 58,87 41,13
80 cm 46,41 53,59
100 cm 35,94 64,06

Sumber: Software kuz Ram

Gambar 4.12
Distribusi Fragmentasi dari Geometri R,L, Ash
70

c. Fragmentasi dari geometri peledakan C,J Konya

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan software Kus Ram, fragmentasi

hasil peledakan C,J Konya, maka didapat rata-rata fragmentasi batuan 60,1093 cm

dimana yang berdiameter ≤60 cm sebesar 49,88 %, dan berdiameter ≥60 cm sebesar

50,12 % dengan powder factor 25 kg/m3. Data hasil fragmentasi hasil peledakan dapat

dilihat pada lampiran R.

Tabel 4.11

Persentase (%) Fragmentasi Peledakan C,J Konya

Sebelum Perubahan Geometri


Ayakan
Tertahan (%) Lolos (%)
2,5 cm 99,78 0,22
5 cm 99,24 0,76
10 cm 97,36 2,64
20 cm 91,03 8,97
40 cm 71,83 28,17
60 cm 50,12 49,88
80 cm 31,21 68,79
100 cm 17,45 82,55

Sumber: Software Kuz Ram

Gambar 4.13
Distribusi Fragmentasi dari Geometri C,J Konya
71

d. Fragmentasi dari geometri peledakan ICI-Explosive

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan software Kus Ram, fragmentasi

hasil peledakan ICI-Explosive, maka didapat rata-rata fragmentasi batuan 63,5421 cm

dimana yang berdiameter ≤60 cm sebesar 47,39 %, dan berdiameter ≥60 cm sebesar

52,61 % dengan powder factor 24 kg/m3. Data hasil fragmentasi hasil peledakan dapat

dilihat pada lampiran S.

Tabel 4.12.

Persentase (%) Fragmentasi Peledapkan ICI-Explosive

Sebelum Perubahan Geometri


Ayakan
Tertahan (%) Lolos (%)
2,5 cm 99,89 0,11
5 cm 99,55 0,45
10 cm 98,23 1,77
20 cm 93,11 6,89
40 cm 75,17 24,83
60 cm 52,61 47,39
80 cm 31,93 68,07
100 cm 16,80 83,20

Sumber: Software DRZBlast

Gambar 4.14.
Distribusi Fragmentasi dari Geometri ICI-Explosive
72

e. Fragmentasi dari geometri peledakan usulan

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan software Kus Ram, fragmentasi

hasil peledakan usulan, maka didapat rata-rata fragmentasi batuan 58,171 cm dimana

yang berdiameter ≤60 cm sebesar 52,20 %, dan berdiameter ≥60 cm sebesar 47,80 %

dengan powder factor 27 kg/m3. Data hasil fragmentasi hasil peledakan dapat dilihat pada

lampiran T.

Tabel 4.13

Persentase (%) Fragmentasi Peledakan Usulan

Sebelum Perubahan Geometri


Ayakan
Tertahan (%) Lolos (%)
2,5 cm 99,89 0,11
5 cm 99,53 0,47
10 cm 98,10 1,90
20 cm 92,43 7,57
40 cm 72,38 27,62
60 cm 47,80 52,20
80 cm 26,55 73,45
100 cm 12,38 87,62

Sumber: Software Kuz Ram

Gambar 4.15.
Distribusi Fragmentasi dari Geometri Usulan
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Hasil Geometri Peledakan

Salah satu yang menentukan untuk melakukan desain waktu delay pada proses

peledakan adalah geometri peledakan. Dalam geometri peledakan yang paling

berpengaruh adalah spacing, burden, stemming dan subdrilling pada daerah penelitian di

front I dan front II di quarry Bukit Karang Putih PT. Semen Padang.

Spacing merupakan jarak antar lubang dalam satu baris. Dalam proses desain

waktu delay salah satu yang perlu diperhatikan adalah jarak spacing. Dimana bila spacing

lebih kecil maka dibutuhkan waktu tunda yang lebih kecil, dan begitu juga sebaliknya,

bila terdapat spacing yang besar maka waktu delay dibuat sedikit lebih besar. Hal ini

dikarenakan adanya perbedaan waktu yang diperlukan gelombang untuk merambat

karena adanya perbedaan jarak antar lubang.

Burden adalah dimensi yang terpenting dalam menentukan keberhasilan suatu

pekerjaan peledakan karena merupakan variabel yang utama dan kritis dalam proses

desain peledakan. Bila jarak burden semakin besar, gelombang regangan tekan akan

menempuh jarak yang lebih jauh terhadap bidang bebas. Bila mencapai bidang bebas

gelombang tersebut akan dipantulkan sebagai gelombang tarik dan gelombang tersebut

akan berasosiasi dengan gelombang berikutnya, sehingga terlalu kecil untuk

menimbulkan rekahan radial.

Berdasarkan perhitungan, maka dipilih geometri peledakan dengan rumus C,J

Konya dan geometri usualan atau rancangan ulang geometri peledakan. Untuk lebih

terperinci dapat memperhatikan tabel 5.1.

73
74

Tabel 5.1
Analisis Geometri Peledakan
Geometri R,L, C,J ICI- Geometri
No Kondisi
Aktual Ash Konya Explosive usulan
1 Geometri Peledakan Rata-Rata
a. Burden (B) 5m 5,4 m 4,1 m 4,2 m 4,1 m
b. Spacing (S) 5m 5,4 m 5,8 m 6,3 m 6m
c. Stemming (T) 4m 4,3 m 3,28 m 3,4 m 3m
d. Subdrilling (J) 1,6 m 1,6 m 1,2 m 1,4 m 1,6 m
e. Kedalaman Lubang Ledak (L) 11.6 m 11,6 m 11,6 m 11,6 m 11,6 m
f. Tinggi Jenjang (H) 10 m 10 m 10 m 10 m 10 m
g. Kolom Lubang Ledak (PC) 7,6 m 7,2 m 8,3 m 8,2 m 8,5 m
h. Diameter Lubang Ledak 5 Inchi 5 Inchi 5 Inchi 5 Inchi 5 Inchi
i. Jumlah lubang Peledak (BL) 43 43 43 43 43
2 Total Bahan Peledak (Kg) 3,730 3,571 3,680 4,047 4,213
Tonase Hasil Peledakan
3 32,920 37,678 30,726 34,189 31,949
(Ton/hari)
4 Powder Factor (Kg/m3) 0,23 0,19 0,25 0,24 0,27

Dari tabel 5.1 dapat di lihat geometri peledakan aktual dengan powder factor

0,23 kg/m3 menghasilkan tonase peledakan sebesar 32,920 ton/hari menghabiskan bahan

peledak sebesar 3,730 kg, dari rumus-rumus yang diterapkan rumus geometri peledakan

menurut C,J Konya yang bisa mengoptimumkan distribusi fragmentasi hasil peledakan

dengan powder factor 0,25 kg/m3 menghasilkan tonase peledakan sebesar 30,726

ton/hari.

Sedangkan rancagan ulang geometri atau geometri usulan dengan powder

factor sebesar 0,27 kg/ton menghasilkan tonase peledakan sebesar 31,949 ton/hari

menghabiskan bahan peledak sebesar 4,213 kg. Di dalam pelaksanaan rancangan ulang

geometri peledakan, peneliti merancang geometri ini untuk tujuan mengoptimumkan hasil

peledakan dengan memperhatikan diameter dan distribusi fragmentasi hasil peledakan.

Namun analisis geometri peledakan jika di lihat dari bahan peledak yang digunakan yang

optimum adalah rumus geometri peledakan menurut R,L, Ash dengan powder factor

sebesar 0,19 km/m3 menghasilkan 37,678 ton/hari dengan bahan peledak sebesar 3,571

kg.
75

5.2. Analisis Hasil Desain Pola Peledakan

Dari geometri peledakan aktual, C,J Konya dan rancangan ulang geometri

peledakan pada front I dan front II di quarry PT. Semen Padang, kemudian dilanjutkan

desain pola peledakan dengan software shotplus. Pola lubang ledak staggered dan pola

peledakan excelon-cut dengan 3-7 row disesuaikan dengan faktor di front I dan front II

pada quarry PT. Semen Padang. Untuk lebih jelasnya tentang gambaran desain bisa

dilihat pada lampiran O.

Pemilihan pola peledakan tersebut dimaksudkan bisa meningkatkan

fragmentasi batuan dari kegiatan peledakan. Penggunaan software shotplus sangat

membantu dalam pekerjaan peledakan yang berpengaruh terhadat produksi suatu

pertambangan, disamping itu juga bisa menggetahui hasil peledakan sebelum kegiatan

peledakan dilakukan dan menigkatkan waktu produktifitas inisiasi peledakan.

5.3. Analisis Hasil Fragmentasi Batuan Peledakan

Kepentingan dari fragmentasi tidak bisa diremehkan karena pada tingkat yang

luas fragmentasi merupakan suatu ukuran dari suksesnya kegiatan peledakan.

Fragmentasi yang buruk menghasilkan oversize atau bongkahan besar (boulder) hal ini

mempengaruhi semua bidang operasi sebuah tambang terutama crusher. Oleh karena itu

geometri peledakan sangat diperhatikan.

Maka dipilih fragmentasi batuan dari hasil geometri peledakan C,J Konya dan

rancangan ulang geometri peledakan. Kemudian dilakukan perhitung persentase besar

ukuran fragmentasi batuan dengan menggunakan rumus kuz Ram untuk memenuhi

kebutuhan crusher. Untuk lebih jelas tentang persentase (%) ukuran fragmentasi batuan

geometri peledakan dapat dilihat pada tabel 5.2.


76

Tabel 5.2
Persentase Ukuran Fragmentasi
Fragme Fragme
CJ. ICI.
No Kondisi ntasi RL. Ash ntasi
Konya Explosive
Aktual usulan
1 Ayakan Tertahan (%)
2,5 cm 99,20 99,12 99,78 99,89 99,89
5 cm 97,94 97,87 99,24 99,55 99,53
10 cm 94,74 94,87 97,36 98,23 98,10
20 cm 86,90 87,93 91,03 93,11 92,43
40 cm 69,43 73,04 71,83 75,17 72,38
60 cm 52,83 58,87 50,12 52,61 47,80
80 cm 38,72 46,41 31,21 31,93 26,55
100 cm 27,52 35,94 17,45 16,80 12,38
Rata-rata 70,91 74,26 69,75 70,91 68,63
2 Ayakan Lolos (%)
2,5 cm 0,80 0,88 0,22 0,11 0,11
5 cm 2,06 2,13 0,76 0,45 0,47
10 cm 5,26 5,13 2,64 1,77 1,90
20 cm 13,10 12,07 8,97 6,89 7,57
40 cm 30,57 26,96 28,17 24,83 27,62
60 cm 47,17 41,13 49,88 47,39 52,20
80 cm 61,28 53,59 68,79 68,07 73,45
100 cm 72,48 64,06 82,55 83,20 87,62
Rata-rata 29,09 25,74 30,25 29,09 31,37

Berdasarkan tabel di atas dapat di lihat fragmentasi yang lebih baik dari

fragmentasi batuan geometri peledakan aktual yaitu fragmentasi batuan hasil

geometri peledakan C,J Konya dengan rata-rata persentase fragmentasi yang

tertahan lebih kecil dari persentase fragmentasi aktual dan rata-rata persentase

fragmentasi yang lolos lebih besar dari rata-rata fragmentasi aktual.

Disamping itu rata-rata fragmentasi dari geometri peledakan usulan

mengahasilkan rata-rata fragmentasi yang tertahan lebih kecil dari fragmentasi

aktual dan C,J Konya.


77

100%
Distribusi Fragmentasi
90%

80%

70%
Kumuatif Lolos (%)

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
2,5 cm 5 cm 10 cm 20 cm 40 cm 60 cm 80 cm 100 cm
Ukuran Fragmentasi (cm)

Aktual CJ, Konya Usulan

Sumber: Software DRZBlast

Gambar 5.1
Distribusi Fragmentasi

Perbedaan distribusi fragmentasi dari ke tiga geometri ini tidak terlalu

jauh, namun perbedaan atau selisih ketiganya sangat mempengaruhi produktifitas

crusher, dan dari distribusi fragmentasi ini dapat dilihat keberhasilan kegiatan

peledakan.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan geometri peledakan aktual, R.L Ash, C,J Konya dan ICI-

Explosive, yang telah diterapkan pada front I dan front II quarry Bukit

Karang Putih PT. Semen Padang didapatkan geometri peledakan yang

ideal untuk batugamping yaitu geometri peledakan rumusan C,J Konya

dengan powder factor 0,25 kg/m3 dengan tonase hasil peledakan sebesar

30,726 ton/hari. Maka penulis merancang ulang geometri peledakan

dengan powder factor 0,27 kg/m3 dengan tonase hasil peledakan sebesar

31,949 ton/hari.

2. Desain peledakan yang bisa meningkatkan persentase fragmentasi batuan

dari kegiatan peledakan di front I dan front II quarry Bukit Karang Putih

PT. Semen Padang adalah pola lubang ledak staggered dan pola peledakan

excelon-cut dengan 3-7 row.

3. Fragmentasi batuan hasil geometri peledakan rumusan C,J Konya dengan

rata-rata 60,1093 cm dimana yang tertahan ayakan sebesar 69,75 %,

sedangkan yang lolos ayakan sebesar 30,25 %. Disamping itu fragmentasi

yang dihasilkan geometri usulan atau rancangan ulang dengan rata-rata

58,171 cm dimana yang tertahan sebesar 68,63 %, sedangkan yang lolos

ayakan sebesar 31,37 %.

78
79

6.2. Saran

1. Geometri peledakan yang bagus atau ideal untuk batugamping khususnya

di front I dan front II quarry Bukit Karang Putih PT. Semen Padang adalah

geometri peledakan rumusan C,J Konya yang di variasikan dengan

geometri usulan atau rancangan ulang oleh penulis.

2. Dalam menentukan desain peledakan yang optimal ada beberapa faktor

yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. Karakteristik batuan di front penambangan

b. Geometri peledakan

c. Jenis bahan peledak dan

d. Hasil peledakan yang diinginkan.

3. Saat inisiasi peledakan mohon sangat diperhatikan pengisian stemming,

karena stemming sangat mempengaruhi fragmentasi.

4. Sebaiknya setiap fragmentasi batuan dari kegiatan peledakan langsung

dimuat, agar dapat memudahkan pekerjaan marking atau pematokan titik

bor sehingga geometri peledakan sesuai dengan dengan geometri yang

telah direncanakan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Alek Al Hadi, Redesign Geometri Peledakan Untuk Mendapatkan


Fragmentasi Batuan Yang Optimal Di Prebench PT Bukit Asam
(Persero) TBK, Universitas Sriwijaya, Palembang,
https://www.alekalhadi46/jurnal/filesrible/douwload/8730+itle. Diakses
05 September 2016.

Ansorpoun, Evaluasi Geometri Peledakan Batugamping Untuk Mendapatkan


Fragmentasi Yang Optimum Pada Quarry Bukit Karang Putih PT
Semen Padang Sumatera Barat, Universitas Sriwijaya, Palembang,
https://www.alekalhadi46/jurnal/filepadang/semenpadang/douwload/35
68+oubd. Diakses 05 September 2016.

Awang Suwandhi, Mengenal Tentang Pemberaian Batuan, Pusdiklat Teknologi


Mineral dan Batubara Bandung, Bandung. 2012.

, Manual Book Kuz Ram, Blast tech Pusdiklat Teknologi


Mineral dan Batubara Bandung, Bandung. 2013.

Desrizal, Optimasi Waktu Delay dengan I-KonTm Digital Energy Control


System Untuk Mendapatkan Hasil Fragmentasi yang opyimum
Pada Tambang Grasberg PT Freeport Indonesia, Trisakti, Jakarta.
2005.

Eduardo Marquina, Split Destop Engineering Tutorial,


https://Engineering/LLC/vitacura/splitteng/206466/Arizona/78876/file/
douwload/09875/vulcanionm. Diakses 19 Agustus 2011.

Effendi kadir, Modul Simulasi Teknik Peledakan, Teknik Pertambangan


Universitas Sriwijaya, Palembang. 2013.

Jefri Hansen, Mekanisme Peledakan pada Batuan, Makasar. 2013.

Orica Mining Services, ShotPlus Manual, Australia,


hhtps://www.oricaminingservices.com. Diakses 15 Desember 2016.

PT Semen Padang, Sejarah Perusahaan Semen Padang, Padang. 2015.

, Kesampaian Daerah Penambangan Quarry PT Semen


Padang, Padang. 2016.

Riko Ervil, dkk, Penulisan Dan Ujian Skripsi, Sekolah Tinggi Teknologi
Industri Padang. 2016.
Tom Morris, Kajian Teknis Dan Ekonomis pemboran-peledakan untuk
mendapatkan fragmentasi yang diinginkan guna meningkatkan
produktifitas di lokasi pre-bench tambang PT Pama Persada
nusantara job site tanjung enim sumatera barat, Universitas Sriwijaya,
Palembang, http:/www./himatelunsri08/skrioup/dtcwe/douwload. Diakses
09 September 2016.
LAMPIRAN A
JADWAL PENELITIAN

Tahun 2016-2017
Keterangan Oktober November Desember January February Maret April
No
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan tugas akhir
2 Permohonan penelitian ke
Perusahaan
3 Pengenalan lingkungan
tempat penelitian
4 Pengamatan di lapangan

5 Penyusunan proposal
penelitian
6 Bimbingan dan perbaikan
proposal
7 Seminar proposal
8 Pengambilan data lapangan
9 Bimbingan, pengolahan
data dan pembahasan
10 Seminar hasil

80
LAMPIRAN B
STRUKTUR ORGANISASI DEPARTEMENT TAMBANG PT. SEMEN PADANG

Deparetement Tambang

Biro Evaluasi & Biro Penambangan Biro Pemeliharaan Biro Perintisan


Tambang Biro
Analisa Tambang Alat Berat Tambang Tambang
Pemeliharaan Alat

Bidang Bidang Pemeliharaan Bidang Pemeliharaan


Penambangan Batu Crusher & Transport I Alat Berat Tambang
Staf Evaluasi & Kapur
Bidang Bengkel Staf Perintisan
Analisa Tambang Bidang Pengolahan Bidang Pemeliharaan Tambang
Batu Kapur Tambang
Crusher & Transport II

Bidang Bidang Pemeliharaan


Bidang Pemeliharaan
Penambangan & Listrik & Instrument Alat
Listrik & Instrument Alat
Pengolahan Silika Tambang
Tambang

81
LAMPIRAN C
TABEL LOADING DENSITY LUBANG LEDAK

82
LAMPIRAN D
PETA GEOLOGI DAN TOPOGRAFI QUARRY PT. SEMEN PADANG
1. PETA GEOLOGI

Pabrik PT. Semen Padang

Quarry PT. Semen Padang

83
2. Peta Topografi

84
85

LAMPIRAN E
PETA IUP PT. SEMEN PADANG
86

LAMPIRAN F
SPESIFIKASI BAHAN PELEDAK DAN PERALATAN PELEDAKAN
1. SPESIFIKASI BAHAN PELEDAK
a. Dabex73.
Produk : DABEX 73
Buatan : PT Dahana (Persero)
Komposisi : Emulsion 70% - ANFO 30%
Water Resistance : Excellent
Density : 1,18 gr/cc
VOD : 5300 m/s
RWS (% to ANFO) : 77
RBS (% to ANFO) : 123
b. Booster.
Produk : Dayagel Magnum
Buatan : PT Dahana (Persero)
Diameter : 32 mm
Panjang : 200 mm
Berat : 200 gr
Density : 1,23 gr/cm3
VOD : 5000-5400 m/s
Water Resistance : Good
c. Iniatiator.
Produk : DayadetElectric Detonator
Buatan : PT Dahana (Persero)
Iniating Power : No. 8
Tube Material : Copper Alloy
Legwire Resistance : 0,15 + 0,02 ohm/meter
Legwire Length :6m
Primary Charge : Diazodinitrophenol (DDNP)
Base Charge : Penta Erythritol Tetra Nitrate (PETN)
Water Resistance : 5 kg/cm3 untuk 5 jam
87

d. Inhole Delay.
Produk : Dayadet Inhole Delay
Buatan : PT Dahana (Persero)
Delay Time : 500 ms
Panjang Shock Tube : 12 m

e. Surface Delay.
Produk : Dayadet Surface Delay
Buatan : PT Dahana (Persero)
Panjang Shock Tube :6m
Delay Time : 17 ms, 25 ms, 42 ms, 67 ms
Warna Clip Connector :Kuning(17 ms), Merah (25 ms), Putih
(42 ms), Oranye (67 ms)
2. ESIFIKASI PERALATAN PELEDAKAN
a. Blasting Machine.
Produk : CD450-4J Blasting Machine
Buatan : REO (Research Energy of Ohio, Inc)
Capacitor Discharge : 450 volts, 47 microfarads, 4 joules
Battery : Alkaline 9V Eveready no. 522

b. Blaster’s Ohmmeter.
Produk :Blaster’s Ohmmeter Model B01999-1
Buatan : REO (Research Energy of Ohio, Inc)
Maximum Circuit Current : 1,2 milliamperes
Battery : Alkaline 9V Eveready no. 522
c. Lead Wire
Produk : Lead Wire
Ukuran : 2 x 0,6 mm
Panjang Gulungan : ± 100 m
88

LAMPIRAN G
SPESIFIKASI ALAT BOR

1. Furukawa HCR 1500-ED II

Merk : Furukawa
Type : Furukawa HCR 1500-D 20i
Diameter Bit : 5 Inch
Diameter rod : 4 inch
Transport length : 9,8 m
Total weght : 16.3800 Kg
Transming speed : 1,6 – 4,8 km / h
Gradebility : 50 0 C
Rad oscilation : 10 0 C 15 0 C
Grown : Clearence 400 mm
Panjang ( menara turun ) : 3,2 m
Panjang ( menara naik ) : 8,5 m
Lebar : 4,3 m
Tinggi ( menara naik ) : 14,7m
Tinggi : 5,6 m
Sumber tenaga : Mesin diesel
Model sumber tenaga : 12 V 110 TA
Daya : 150 Hp
Jumlah jack : 3 buah
Diameter jack : 110 mm
Kapasitas kompressor : 780 cfm, 350 psi
Model kompressor : HJ 5 F
System track : Type Exavator
Panjang track : 5,5 m
89

2. SANDVIK DP1100
Merk : Sandvik
Type : Sandvik DP1100
Pabrik : Tanfore Finlandia
Diameter Bit : 5,5 Inch
Diameter rod : 3,0 inch
Transport length : 9,8 m
Total weght : 14.300 Kg
Transming speed : 1,8 – 3,5 km / h
Gradebility : 40 0 C
Rad oscilation : 10 0 C 15 0 C
Grown : Clearence 400 mm
Bom swing : 30 0
Bom lift : 15 – 14
Bom Extension : 1,5 mm
Radistor : 430 liter
Fuel : 380 liter
Hydraulic oil : 14 liter
Compressor : 27 liter
Engine : 5,5 liter
Gear box : 1,7 liter
Feed fear : 2,7 liter
Winch : 0,75
Temperatur compressor : max 80 0 C
Tekanan udara mesin : max 2 bar
Fine separator : DC 1000 H
Primary cycline : PE 80 H
Hydraulic motor : 150 milimeter
Separator capasity : 99,90 %
90

LAMPIRAN H
PENGENALAN SOFTWARE
1. Tutorial Pemakaian Shotplus
a. Buka aplikasi Shotplus
b. Jika ada permintaan yang bertuliskan “you have one day to renew
aplication licence before expired” maka tekan OK.
c. Jika ada massage box yang bertuliskan “Unable to complate data
update. This may be because you have the wrong server address, or
your proxy crudential are out of date” lalu tekan OK.
d. Maka akan ditampilkan ShotplusWindows sebagai berikut:

Gambar LH.1
e. Untuk membuat project baru, pilih file  pilih new.
f. Maka akan keluar kotak dialog seperti berikut ini:

Gambar LH.2
a. Untuk Bagian Title silahkan isikan dengan judul project yang kita
inginkan, namun pada umumnya diisi dengan tanggal proses
perencanaan peledakan seperti “29122014” untuk peledakan yang
direncanakan pada tanggal 29 Desember 2014.
b. Untuk desainer diisi dengan nama pembuat desain peledakan tersebut.
91

c. Untuk mine diisi dengan nama perusahaan tempat peledakan


dilakukan.
d. untuk location diisi dengan nama front kerja yang akan diledakkan
sebagai contoh:

Gambar LH.3
g. Lalu tekan ok, maka akan diperoleh halaman kerja sebagai berikut:

Gambar LH.4
h. Pada bagian kiri ada tool yang dapat digunakan untuk membuat desain
peledakan sebagai berikut:

Gambar LH.5
92

i. Buatlah desain yang kita inginkan pada desain window dengan


memanfaatkan tool yang ada, seperti menggunakan tool Pattern tool,
maka akan keluar kotak dialog sebagai berikut:

Gambar LH.6
a. Tentukan jumlah rows dan holes pada bagian yang disediakan.
b. Isi kedalaman lubang tembak pada kotak isian Length (m).
c. Tentukan besarnya nilai burden dan spacing.
j. Gambar desainnya pada desain window, contoh tampilan:

Gambar LH. 7
Untuk Jumlah Row 4, Jumlah holes 9, burden 4 m dan Spacing 5 m.

k. Klik view all ( ) untuk menampilkan desain secara penuh.

l. Klik delay lead-in tool ( ) untuk memilih IP dan tempatkan IP


pada salah satu lubang yang diinginkan. Contoh tampilan:
93

Gambar LH. 8

m. Klik tie tool ( ) untuk mmilih delay yang di inginkan.


n. Pada bagian atas akan tampilan sebagai berikut:

Gambar LH. 9
o. Klik kanan pada salah satunya lalu klik select product, maka akan
keluar kotak dialog sebagai
berikut:

Gambar LH. 10
p. Pilih signal tube, dan pilih delay yang diinginkan pada bagian delay
(dibawah).
94

q. Jika delay yang di inginkan tidak ada, pilih “User defined delay” dan
ketik waku delay yang kita inginkan, lalu tekan OK. Maka akan
menghasilkan tampilan sebagai berikut:

Gambar LH. 11
r. Pilih salah satu delay, dari delay yang ada dan hubungkan dengan
lubang-lubang yang kita inginkan. Contoh tampilan:

Gambar LH. 12
s. Untuk melihat perbedaan waktu maka klik calculation pada menu bar
 lalu klik “Time Envelope“ maka akan menghasilkan tampilan
sebagai berikut:

Tamplan Perbedaan Waktu :

Gambar LH. 13
95

t. Untuk melihat arah lemparan maka klik calculation pada menu bar 
lalu klik “First Movement”, maka akan meghasilkan tampilan sebagai
berikut:

Gambar LH. 14
u. Utuk melihat burden relief, maka klik calculations  lalu klik “
burden relief”, maka akan dihasilkan tampilan sebagai berikut:

Gambar LH. 15
v. Untuk melihat angle of inisiasi klik calculations  lalu klik “angle of
initiation”, maka akan ditampilkan sebagai berikut:

Gambar LH. 16
w. Untuk pola-pola yang lain akan ditemukan berbagai variasi dalam hal
arah lemparan, angle of initiation, first movement, dll.
96

x. Jadi keberhasilan simulasi peledakan dengan shotplus v 4.88 dan


keseuaian dilapangan apbila kondisi atau posisi lubang dilapangan
sama dengan desain yang kita buat pada shotplus.

2. Tutorial Pemakaian DRZBlast


2.1. Input Data
Sebelum menggunakan software atau aplikasi DRZBlast ,maka perlu di
masukkan data-data keadaan lapangan, yaitu:
1. Data geologi

Gambar LH. 17
a. klik worksheet Geodata, lalu pada kolom Mine Area, masukkan
nama-nama area tambang, contoh: hordzone, linestone, dan lainnya
sesuai nama area masing-masng
b. lalu masukkan data-data geologi/ sifat fisik batuan pada masing-
masing area, seperti: insitu %, insitu 80% Block size, density, young
modulus, UCS.
2. Prince Data
a. Klik Woorksheet Price Data, lalu pada tabel Product Pricing,
masukkan data-data produk yang digunakan pada operasi pemboran
dan peledakan.
c. Pada kolom SAP CodeB, merupakan jenis produk yang digunakan
pada operasi pengeboran dan peledakan ( jenis Explosive, primer,
detonator, jenis bor, pekerja drill and blas, dan leadin line.
97

d. Kolom Spesification merupakan kolom, spesifikasi masing-masing


produk.
e. Kolom Price per unit, adalah untuk data harga masing-masing
produk.

Gambar LH. 18
3. Explosive Data
Klik Woorsheet Explosive Data, lalu masukkan data-data
karakteristik bahan peledak, seperti: Relative Weight Strength,
Relative Bulk Strength, Velocity of detonator.

Gambar LH. 19
4. Desain peledakan
Setelah memasukkan data-data geologi, data harga dan bahan
peledak, maka mulai memasukkan data-data desain peledakan yang
akan diterapkan pada lapangan
98

a. Pertama klik work sheet desain


b. Pada Blast parameter masukkan data:
1) Burden
2) Spacing
3) Patter
4) Bench height Subdrilling Hole angle (sudut kemiringan
pemboran)
5) Drill code(jenis bor yang digunakan)
6) Number of hole Jumlah lubang ledak)
7) Wet hole %, perkiraan jumlah lubang ledak yang berair
8) Wet hole explosives ( jenis baha peledaka pada lubang ledak
yang barair)
9) Dry Hole Explosive( jenis bahan peledak yang digunakan)

Gambar LH. 20
c. Pada Blast hole loading, masukkan data, berupa:
1) Panjang Stemming
2) Charge length ( kedalaman lubag yang di isi bahan peledak)
3) Panjang Airdeck ( jika menggunakan airdeck)
d. Pada Initiation system, masukkan data jenis primer yang
digunakan
e. Pada labour, masukkan data, berupa:
1) Size of crew, yaitu jumlah pekerja blasting
2) Hour of load, yaitu banyaknya jam loading pada masing-
masing shift pekerja.
99

3) Pada rock data, masukkan data rock type, sesuia nama daerah
tambang.
2.2. Ouput Data
Ketika memasukkan nilai-nilai veriabel peledakan pada worksheet desain,
maka akan otomatis tercipta output atau hasil dari desain peledakan yang
digunakan.
a. Blast Details
Terletak pada worksheet Desain.

Gambar LH. 21
b. Blast Result Prediction (Kuz Rum Model)
Terletak pada worksheet Desain

Gambar LH. 22
c. Biaya Operasi Pengeboran dan peledakan
Terletak pada worksheet Desain.
100

Gambar LH. 23
d. Vibration Prediction
Terletak pada worksheet Vibration Prediction

Gambar LH. 24
101

LAMPIRAN I
GEOMETRI PELEDAKAN AKTUAL QUARRY PT. SEMEN PADANG
B S J H L T PC BL
No Tanggal Lokasi
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (bh)
1 09/11/2016 Front I 5 5 1,4 10 11,4 4 7,4 38
2 15/11/2016 Front II 5 5 1,6 10 11,6 4 7,6 46
3 16/11/2016 Front II 5 5 1,6 10 11,6 4 7,6 49
4 18/11/2016 Front II 5 5 1,1 10 11,1 4 7,1 45
5 20/112016 Front II 5 5 1,3 10 11,3 4 7,3 37
6 21/11/2016 Front II 5 5 1,7 10 11,7 4 7,7 31
7 24/11/2016 Front II 5 5 1,4 10 11,4 4 7,4 72
8 25/11/2016 Front II 5 5 1,5 10 11,5 4 7,5 32
9 26/11/2016 Front II 5 5 1,2 10 11,2 4 7,2 20
10 28/11/2016 Front II 5 5 1,3 10 11,3 4 7,3 35
11 29/11/2016 Front II 5 5 6 10 16 4 12 23
12 30/11/2016 Front II 5 6 1,4 10 11,4 4 7,4 39
13 05/12/2016 Front I 5 5 1 10 11 4 7 29
14 07/12/2016 Front I 5 5 1,5 10 11,5 4 7,5 30
15 08/12/2016 Front I 5 5 1 10 11 4 7 32
16 11/12/2016 Front II 5 5 1 10 11 4 7 70
17 13/12/2016 Front I 5 6 1 10 11 4 7 46
18 15/12/2016 Front II 5 5 1,6 10 11,6 4 7,6 68
19 19/12/2016 Front I 5 5 1 10 11 4 7 54
20 20/12/2016 Front I 5 5 1,5 10 11,5 4 7,5 72
TOTAL 100 102 31,1 200 231 80 151 868
Rata-rata 5 5 1,6 10 11,6 4 7,6 43
PARAMETER GEOMETRI PELEDAKAN INPUT DATA: STRENGTH BATUAN :
Diameter lubang ledak 127 mm - Lemah, banyak retakan = 1
Burden 5,00 m - Kekuatan sedang = 7
Spasi 5,00 m - Keras, banyak retakan = 10
Stemming 4,00 m - Keras, sedikit retakan = 13
Subdrill 1,60 m
Tinggi jenjang 10,00 m
Kedalaman lubang ledak 11,60 m
Deviasi pengeboran 0,00 m
Faktor pola (bujursangkar = 1; staggered = 1.1) 1,10
Densitas bahan peledak 0,60 gr/cc
Strength batuan (lihat kolom "strength batuan") 8,00
Isian bahan peledak per lubang 57,76 Kg
Strength bahan peledak (ANFO = 100) 82
Powder Factor (PF) 0,23 kg/m3
122

LAMPIRAN J
GEOMETRI PELEDAKAN MENURUT R,L. Ash
BL
B S J H L T PC
No Tanggal Lokasi (bh
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
)
1 09/11/2016 Front I 5,4 5,4 1,6 10 11,4 4,3 7,1 38
2 15/11/2016 Front II 5,4 5,4 1,6 10 11,6 4,3 7,3 46
3 16/11/2016 Front II 5,4 5,4 1,6 10 11,6 4,3 7,3 49
4 18/11/2016 Front II 5,4 5,4 1,6 10 11,1 4,3 6,8 45
5 20/112016 Front II 5,4 5,4 1,6 10 11,3 4,3 7,0 37
6 21/11/2016 Front II 5,4 5,4 1,6 10 11,7 4,3 7,4 31
7 24/11/2016 Front II 5,4 5,4 1,6 10 11,4 4,3 7,1 72
8 25/11/2016 Front II 5,4 5,4 1,6 10 11,5 4,3 7,2 32
9 26/11/2016 Front II 5,4 5,4 1,6 10 11,2 4,3 6,9 20
10 28/11/2016 Front II 5,4 5,4 1,6 10 11,3 4,3 7,0 35
11 29/11/2016 Front II 5,4 5,4 1,6 10 16 4,3 11,7 23
12 30/11/2016 Front II 5,4 5,4 1,6 10 11,4 4,3 7,1 39
13 05/12/2016 Front I 5,4 5,4 1,6 10 11 4,3 6,7 29
14 07/12/2016 Front I 5,4 5,4 1,6 10 11,5 4,3 7,2 30
15 08/12/2016 Front I 5,4 5,4 1,6 10 11 4,3 6,7 32
16 11/12/2016 Front II 5,4 5,4 1,6 10 11 4,3 6,7 70
17 13/12/2016 Front I 5,4 5,4 1,6 10 11 4,3 6,7 46
18 15/12/2016 Front II 5,4 5,4 1,6 10 11,6 4,3 7,3 68
19 19/12/2016 Front I 5,4 5,4 1,6 10 11 4,3 6,7 54
20 20/12/2016 Front I 5,4 5,4 1,6 10 11,5 4,3 7,2 72
TOTAL 108 108 32,4 200 231 86,4 145 868
Rata-rata 5,4 5,4 1,6 10 11,6 4,3 7,2 43

INPUT
PARAMETER GEOMETRI PELEDAKAN STRENGTH BATUAN :
DATA
Diameter lubang ledak 127 mm - Lemah, banyak retakan = 1
Burden 5,40 m - Kekuatan sedang = 7
Spasi 5,00 m - Keras, banyak retakan = 10
Stemming 4,30 m - Keras, sedikit retakan = 13
Subdrill 1,60 m
Tinggi jenjang 10,00 m
Kedalaman lubang ledak 11,60 m
Deviasi pengeboran 0,00 m
Faktor pola (bujursangkar = 1; staggered = 1.1) 1,10
Densitas bahan peledak 0,60 gr/cc
Strength batuan (lihat kolom "strength batuan") 8,00
Isian bahan peledak per lubang 55,48 Kg
Strength bahan peledak (ANFO = 100) 82
Powder Factor (PF) 0,19 kg/m3
123

LAMPIRAN K
GEOMETRI PELEDAKAN MENURUT C,J Konya
B S J H L T PC BL
No Tanggal Lokasi
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (bh)
1 09/11/2016 Front I 4,1 5,8 1,2 10 11,4 3,3 8,12 38
2 15/11/2016 Front II 4,1 5,8 1,2 10 11,6 3,3 8,32 46
3 16/11/2016 Front II 4,1 5,8 1,2 10 11,6 3,3 8,32 49
4 18/11/2016 Front II 4,1 5,8 1,2 10 11,1 3,3 7,82 45
5 20/112016 Front II 4,1 5,8 1,2 10 11,3 3,3 8,02 37
6 21/11/2016 Front II 4,1 5,8 1,2 10 11,7 3,3 8,42 31
7 24/11/2016 Front II 4,1 5,8 1,2 10 11,4 3,3 8,12 72
8 25/11/2016 Front II 4,1 5,8 1,2 10 11,5 3,3 8,22 32
9 26/11/2016 Front II 4,1 5,8 1,2 10 11,2 3,3 7,92 20
10 28/11/2016 Front II 4,1 5,8 1,2 10 11,3 3,3 8,02 35
11 29/11/2016 Front II 4,1 5,8 1,2 10 16 3,3 12,72 23
12 30/11/2016 Front II 4,1 5,8 1,2 10 11,4 3,3 8,12 39
13 05/12/2016 Front I 4,1 5,8 1,2 10 11 3,3 7,72 29
14 07/12/2016 Front I 4,1 5,8 1,2 10 11,5 3,3 8,22 30
15 08/12/2016 Front I 4,1 5,8 1,2 10 11 3,3 7,72 32
16 11/12/2016 Front II 4,1 5,8 1,2 10 11 3,3 7,72 70
17 13/12/2016 Front I 4,1 5,8 1,2 10 11 3,3 7,72 46
18 15/12/2016 Front II 4,1 5,8 1,2 10 11,6 3,3 8,32 68
19 19/12/2016 Front I 4,1 5,8 1,2 10 11 3,3 7,72 54
20 20/12/2016 Front I 4,1 5,8 1,2 10 11,5 3,3 8,22 72
TOTAL 82 116 24,6 200 231 65,6 166 868
Rata-rata 4,1 5,8 1,2 10 11,6 3,28 8,3 43
PARAMETER GEOMETRI PELEDAKAN INPUT DATA STRENGTH BATUAN :
Diameter lubang ledak 127 mm - Lemah, banyak retakan = 1
Burden 4,10 m - Kekuatan sedang = 7
Spasi 5,80 m - Keras, banyak retakan = 10
Stemming 3,38 m - Keras, sedikit retakan = 13
Subdrill 1,20 m
Tinggi jenjang 10,00 m
Kedalaman lubang ledak 11,20 m
Deviasi pengeboran 0,00 m
Faktor pola (bujursangkar = 1; staggered = 1.1) 1,10
Densitas bahan peledak 0,60 gr/cc
Strength batuan (lihat kolom "strength batuan") 8,00
Isian bahan peledak per lubang 59,44 Kg
Strength bahan peledak (ANFO = 100) 82
Powder Factor (PF) 0,25 kg/m3
124

LAMPIRAN L
GEOMETRI PELEDAKAN MENURUT ICI-Explosive
B S J H L T PC BL
No Tanggal Lokasi
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (bh)
1 09/11/2016 Front I 4,2 6,3 1,4 10 11,4 3,4 8,0 38
2 15/11/2016 Front II 4,2 6,3 1,6 10 11,6 3,4 8,2 46
3 16/11/2016 Front II 4,2 6,3 1,6 10 11,6 3,4 8,2 49
4 18/11/2016 Front II 4,2 6,3 1,1 10 11,1 3,4 7,7 45
5 20/112016 Front II 4,2 6,3 1,3 10 11,3 3,4 7,9 37
6 21/11/2016 Front II 4,2 6,3 1,7 10 11,7 3,4 8,3 31
7 24/11/2016 Front II 4,2 6,3 1,4 10 11,4 3,4 8,0 72
8 25/11/2016 Front II 4,2 6,3 1,5 10 11,5 3,4 8,1 32
9 26/11/2016 Front II 4,2 6,3 1,2 10 11,2 3,4 7,8 20
10 28/11/2016 Front II 4,2 6,3 1,3 10 11,3 3,4 7,9 35
11 29/11/2016 Front II 4,2 6,3 6 10 16 3,4 12,6 23
12 30/11/2016 Front II 4,2 6,3 1,4 10 11,4 3,4 8,0 39
13 05/12/2016 Front I 4,2 6,3 1 10 11 3,4 7,6 29
14 07/12/2016 Front I 4,2 6,3 1,5 10 11,5 3,4 8,1 30
15 08/12/2016 Front I 4,2 6,3 1 10 11 3,4 7,6 32
16 11/12/2016 Front II 4,2 6,3 1 10 11 3,4 7,6 70
17 13/12/2016 Front I 4,2 6,3 1 10 11 3,4 7,6 46
18 15/12/2016 Front II 4,2 6,3 1,6 10 11,6 3,4 8,2 68
19 19/12/2016 Front I 4,2 6,3 1 10 11 3,4 7,6 54
20 20/12/2016 Front I 4,2 6,3 1,5 10 11,5 3,4 8,1 72
TOTAL 84 126 31,1 200 231 67,2 164 868
Rata-rata 4,2 6,3 1,6 10 11,6 3,4 8,2 43

PARAMETER GEOMETRI PELEDAKAN INPUT DATA : STRENGTH BATUAN :


Diameter lubang ledak 127 mm - Lemah, banyak retakan = 1
Burden 4,20 m - Kekuatan sedang = 7
Spasi 6,30 m - Keras, banyak retakan = 10
Stemming 3,40 m - Keras, sedikit retakan = 13
Subdrill 1,60 m
Tinggi jenjang 10,00 m
Kedalaman lubang ledak 11,60 m
Deviasi pengeboran 0,00 m
Faktor pola (bujursangkar = 1; staggered = 1.1) 1,10
Densitas bahan peledak 0,60 gr/cc
Strength batuan (lihat kolom "strength batuan") 8,00
Isian bahan peledak per lubang 62,33 Kg
Strength bahan peledak (ANFO = 100) 82
Powder Factor (PF) 0,24 kg/m3
125

LAMPIRAN M
GEOMETRI PELEDAKAN USULAN
B S J H L T PC BL
No Tanggal Lokasi
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (bh)
1 29/12/2016 Front II 4,1 6 1,4 10 11,4 3 8,4 38
2 30/12/2016 Front II 4,1 6 1,4 10 11,4 3 8,4 46
3 04/01/2017 Front II 4,1 6 1,6 10 11,6 3 8,6 49
4 05/01/2017 Front I 4,1 6 1,1 10 11,1 3 8,1 45
5 09/01/2017 Front II 4,1 6 1,3 10 11,3 3 8,3 37
6 10/01/2017 Front I 4,1 6 1,7 10 11,7 3 8,7 31
7 11/01/2017 Front I 4,1 6 1,4 10 11,4 3 8,4 72
8 12/01/2017 Front I 4,1 6 1,5 10 11,5 3 8,5 32
9 13/01/2017 Front I 4,1 6 1,2 10 11,2 3 8,2 20
10 16/01/2017 Front I 4,1 6 1,3 10 11,3 3 8,3 35
11 17/01/2017 Front II 4,1 6 6 10 16 3 13 23
12 18/01/2017 Front II 4,1 6 1,4 10 11,4 3 8,4 39
13 19/01/2017 Front II 4,1 6 1 10 11 3 8 29
14 23/01/2017 Front II 4,1 6 1,5 10 11,5 3 8,5 30
15 24/01/2017 Front II 4,1 6 1 10 11 3 8 32
16 25/01/2017 Front I 4,1 6 1 10 11 3 8 70
17 26/01/2017 Front II 4,1 6 1 10 11 3 8 46
18 01/02/2017 Front II 4,1 6 1,6 10 11,6 3 8,6 68
19 02/02/2017 Front I 4,1 6 1 10 11 3 8 54
20 03/02/2017 Front II 4,1 6 1,5 10 11,5 3 8,5 72
TOTAL 82 120 30,9 200 231 60 171 868
Rata-rata 4,1 6,0 1,5 10 11,5 3,00 8,5 43
PARAMETER GEOMETRI PELEDAKAN INPUT DATA : STRENGTH BATUAN :
Diameter lubang ledak 127 mm - Lemah, banyak retakan = 1
Burden 4,10 m - Kekuatan sedang = 7
Spasi 6,00 m - Keras, banyak retakan = 10
Stemming 3,00 m - Keras, sedikit retakan = 13
Subdrill 1,60 m
Tinggi jenjang 10,00 m
Kedalaman lubang ledak 11,60 m
Deviasi pengeboran 0,00 m
Faktor pola (bujursangkar = 1; staggered = 1.1) 1,10
Densitas bahan peledak 0,60 gr/cc
Strength batuan (lihat kolom "strength batuan") 8,00
Isian bahan peledak per lubang 65,37 Kg
Strength bahan peledak (ANFO = 100) 82
Powder Factor (PF) 0,27 kg/m3
126

LAMPIRAN N
DESAIN GEOMETRI PELEDAKAN AKTUAL

Jumlah Jumlah Jumlah


Control Echelon
Control Echelon Lubang
No Tanggal Lokasi Row Row
Row Row Ledak
(ms) (ms)
(pcs) (pcs)
1 09/11/2016 Front I 42 67 13 24 38
2 15/11/2016 Front II 42 67 20 25 46
3 16/11/2016 Front II 42 67 18 30 49
4 18/11/2016 Front II 42 67 14 30 45
5 20/112016 Front II 42 67 11 25 37
6 21/11/2016 Front II 25 42 11 20 31
7 24/11/2016 Front II 25 67 & 42 24 40 & 7 72
8 25/11/2016 Front II 42 67 9 22 32
9 26/11/2016 Front II 42 67 6 13 20
10 28/11/2016 Front II 42 67 11 23 35
11 29/11/2016 Front II 42 67 10 12 23
12 30/11/2016 Front II 42 67 10 28 39
13 05/12/2016 Front I 42 67 7 21 29
14 07/12/2016 Front I 42 67 7 22 30
15 08/12/2016 Front I 42 67 9 22 32
16 11/12/2016 Front II 42 25 23 46 70
17 13/12/2016 Front I 25 42 17 28 46
18 15/12/2016 Front II 42 25 18 49 68
19 19/12/2016 Front I 42 67 16 37 54
20 20/12/2016 Front I 42 25 23 48 72

Untuk desain pola peledakan, beda waktu, arah lemparan, dan

burden relief bisa di lihat pada lembaran selanjutnya.


122

Tanggal : 09/ 11 /2016


DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front I
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden :5x5 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11 m Estimator.
Jumlah Lubang :38 Pcs
Jumlah In Hole :38 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Delay :37 Pcs
Jumlah Surface :1 Pcs
Delay : 38 Pcs
Jumlah Eldeto : 4500 Kg
Jumlah Primer
Dabex
123

Tanggal : 15/ 11/ 2016


DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front II
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden :5x5 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11 m Estimator.
Jumlah Lubang :46 Pcs
Jumlah In Hole :46 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Delay :45 Pcs
Jumlah Surface :1 Pcs
Delay : 46 Pcs
Jumlah Eldeto : 4000 Kg
Jumlah Primer
Dabex
124

Tanggal : 16/ 11/ 2016


DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front II
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden :5x5 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11 m Estimator.
Jumlah Lubang :49 Pcs
Jumlah In Hole :49 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Delay :48 Pcs
Jumlah Surface :1 Pcs
Delay : 45 Pcs
Jumlah Eldeto : 6000 Kg
Jumlah Primer
Dabex
125

Tanggal : 18/ 11/ 2016


DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front II
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden :5x5 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11 m Estimator.
Jumlah Lubang :45 Pcs
Jumlah In Hole :45 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Delay :44 Pcs
Jumlah Surface :1 Pcs
Delay : 102 Pcs
Jumlah Eldeto : 5000 Kg
Jumlah Primer
Dabex
126

Tanggal : 20/ 11/ 2016


DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front II
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden :5x5 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11 m Estimator.
Jumlah Lubang :37 Pcs
Jumlah In Hole :37 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Delay :36 Pcs
Jumlah Surface :1 Pcs
Delay : 74 Pcs
Jumlah Eldeto : 4500 Kg
Jumlah Primer
Dabex
127

Tanggal : 21/11/2016
DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front II
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden :5x5 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11 m Estimator.
Jumlah Lubang :31 Pcs
Jumlah In Hole :31 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Delay :30 Pcs
Jumlah Surface :1 Pcs
Delay : 32 Pcs
Jumlah Eldeto : 3000 Kg
Jumlah Primer
Dabex
128

Tanggal : 24/ 11/ 2016


DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front II
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden :5x5 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11 m Estimator.
Jumlah Lubang : 72 Pcs
Jumlah In Hole : 72 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Delay : 71 Pcs
Jumlah Surface :1 Pcs
Delay : 72 Pcs
Jumlah Eldeto : 6000 Kg
Jumlah Primer
Dabex
129

Tanggal : 25/ 11/ 2016


DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front II
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden :5x5 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11 m Estimator.
Jumlah Lubang :35 Pcs
Jumlah In Hole :35 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Delay :34 Pcs
Jumlah Surface :1 Pcs
Delay : 35 Pcs
Jumlah Eldeto : 4000 Kg
Jumlah Primer
Dabex
130

Tanggal : 26/11/2016
DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front II
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden :5x5 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11 m Estimator.
Jumlah Lubang :20 Pcs
Jumlah In Hole :20 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Delay :19 Pcs
Jumlah Surface :1 Pcs
Delay : 20 Pcs
Jumlah Eldeto : 2000 Kg
Jumlah Primer
Dabex
131

Tanggal : 28/ 11/ 2016


DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front II
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden :5x5 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11 m Estimator.
Jumlah Lubang :35 Pcs
Jumlah In Hole :35 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Delay :34 Pcs
Jumlah Surface :1 Pcs
Delay : 35.5 Pcs
Jumlah Eldeto : 3500 Kg
Jumlah Primer
Dabex
132

Tanggal : 29/ 11/ 2016


DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front II
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden :5x5 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman :11 m Estimator.
Jumlah Lubang :23 Pcs
Jumlah In Hole :23 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Delay :22 Pcs
Jumlah Surface :1 Pcs
Delay : 23 Pcs
Jumlah Eldeto : 3000 Kg
Jumlah Primer
Dabex
133

Tanggal : 30/ 11/ 2016


DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front II
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden : 5 x6 m
Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11 m Estimator.
Jumlah Lubang :39 Pcs
Jumlah In Hole :39 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Delay :38 Pcs
Jumlah Surface :1 Pcs
Delay : 42 Pcs
Jumlah Eldeto : 4500 Kg
Jumlah Primer
Dabex
134

Tanggal : 05 /12 / 2016


DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front I
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden :5x5 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11 m Estimator.
Jumlah Lubang :29 Pcs
Jumlah In Hole :29 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Delay :28 Pcs
Jumlah Surface :1 Pcs
Delay : 29 Pcs
Jumlah Eldeto : 2000 Kg
Jumlah Primer
Dabex
135

Tanggal : 07/12 / 2016


DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front I
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden :5x5 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11 m Estimator.
Jumlah Lubang :30 Pcs
Jumlah In Hole :30 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Delay :29 Pcs
Jumlah Surface :1 Pcs
Delay : 30 Pcs
Jumlah Eldeto : 2500 Kg
Jumlah Primer
Dabex
136

Tanggal : 08/12 / 2016


DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front I
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden :5x5 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11 m Estimator.
Jumlah Lubang :32 Pcs
Jumlah In Hole :32 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Delay :31 Pcs
Jumlah Surface :1 Pcs
Delay : 32 Pcs
Jumlah Eldeto : 3000 Kg
Jumlah Primer
Dabex
137

Tanggal : 11/12 / 2016


DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front II
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden :5x5 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11 m Estimator.
Jumlah Lubang :70 Pcs
Jumlah In Hole :70 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Delay :69 Pcs
Jumlah Surface :1 Pcs
Delay : 69 Pcs
Jumlah Eldeto : 7000 Kg
Jumlah Primer
Dabex
138

Tanggal : 13 /12 / 2016


DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front I
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden : 5 x6 M
Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11 m Estimator.
Jumlah Lubang :46 Pcs
Jumlah In Hole :46 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Delay :45 Pcs
Jumlah Surface :1 Pcs
Delay : 46 Pcs
Jumlah Eldeto : 4700 Kg
Jumlah Primer
Dabex
139

Tanggal : 15 /12 / 2016


DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front II
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden :5x5 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11 m Estimator.
Jumlah Lubang :68 Pcs
Jumlah In Hole :68 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Delay :66 Pcs
Jumlah Surface :1 Pcs
Delay : 68 Pcs
Jumlah Eldeto : 6500 Kg
Jumlah Primer
Dabex
140

Tanggal : 19/12 / 2016


DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front I
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden :5x5 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11 m Estimator.
Jumlah Lubang :54 Pcs
Jumlah In Hole :54 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Delay :53 Pcs
Jumlah Surface :1 Pcs
Delay : 53 Pcs
Jumlah Eldeto : 5000 Kg
Jumlah Primer
Dabex
141

Tanggal : 20 /12 / 2016


DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front I
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden :5x5 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11 m Estimator.
Jumlah Lubang :72 Pcs
Jumlah In Hole :72 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Delay :70 Pcs
Jumlah Surface :1 Pcs
Delay : 72 Pcs
Jumlah Eldeto : 7000 Kg
Jumlah Primer
Dabex
142

LAMPIRAN O

DESAIN GEOMETRI PELEDAKAN USULAN ATAU RANCANGAN ULANG

Jumlah Jumlah
Control Echelon Jumlah
Control Echelon
No Tanggal Lokasi Row Row Lubang
Row Row
(ms) (ms) Ledak
(ms) (ms)

1 29/12/2016 Front II 25 42 12 25 38
2 30/12/2016 Front II 25 67 13 32 46
3 04/01/2017 Front II 67 42 11 37 49
4 05/01/2017 Front I 25 42 16 42 45
5 09/01/2017 Front II 67 42 9 27 37
6 10/01/2017 Front I 67 25 & 42 8 10 & 11 31
7 11/01/2017 Front I 42 67 17 54 72
8 12/01/2017 Front I 42 67 8 23 32
9 13/01/2017 Front I 25 42 17 12 20
10 16/01/2017 Front I 25 67 11 23 35
11 17/01/2017 Front II 25 67 8 14 23
12 18/01/2017 Front II 42 67 9 29 39
13 19/01/2017 Front II 25 42 11 17 29
14 23/01/2017 Front II 25 17 12 17 30
15 24/01/2017 Front II 42 42 13 18 32
16 25/01/2017 Front I 42 67 17 52 70
17 26/01/2017 Front II 42 67 14 31 46
18 01/02/2017 Front II 42 67 18 49 68
19 02/02/2017 Front I 42 25 19 34 54
20 03/02/2017 Front II 42 67 18 53 72

Untuk desain pola peledakan, beda waktu, arah lemparan, dan burden relief bisa di lihat pada

lembaran selanjutnya.

.
143

Tanggal : 29/11/2016
DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front II
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden : 4,4 x 5,7 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11,4 m Estimator.
Jumlah Lubang :38 Pcs
Jumlah In Hole Delay :38 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Jumlah Surface Delay :37 Pcs
Jumlah Eldeto :1 Pcs
Jumlah Primer : 38 Pcs
Dabex : 3604 Kg
144

Tanggal :30/11/2016
DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front II
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden : 4,4 x 5,7 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11,6 m Estimator.
Jumlah Lubang :46 Pcs
Jumlah In Hole Delay :46 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Jumlah Surface Delay :45 Pcs
Jumlah Eldeto :1 Pcs
Jumlah Primer : 46 Pcs
Dabex : 4546 Kg
145

Tanggal :04/01/2017
DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front II
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden : 4,4 x 5,7 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11,6 m Estimator.
Jumlah Lubang :49 Pcs
Jumlah In Hole Delay :49 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Jumlah Surface Delay :48 Pcs
Jumlah Eldeto :1 Pcs
Jumlah Primer : 49 Pcs
Dabex : 4842 Kg
146

Tanggal : 05/01/2017
DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front I
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden : 4,4 x 5,7 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11,1 m Estimator.
Jumlah Lubang :45 Pcs
Jumlah In Hole Delay :45 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Jumlah Surface Delay :44 Pcs
Jumlah Eldeto :1 Pcs
Jumlah Primer : 45 Pcs
Dabex : 4005 Kg
147

Tanggal : 09/01/2017
DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden : 4,5 x 5,7 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11,3 m Estimator.
Jumlah Lubang :37 Pcs
Jumlah In Hole Delay :37 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Jumlah Surface Delay :36 Pcs
Jumlah Eldeto :1 Pcs
Jumlah Primer : 37 Pcs
Dabex : 3436 Kg
148

Tanggal : 10/01/2017
DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front I
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden : 4,4 x 5,7 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11,7 m Estimator.
Jumlah Lubang :31 Pcs
Jumlah In Hole Delay :31 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Jumlah Surface Delay :29 Pcs
Jumlah Eldeto :1 Pcs
Jumlah Primer : 31 Pcs
Dabex : 3126 Kg
149

Tanggal : 11/01/2017
DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front I
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden : 4,4 x 5,7 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11,4 m Estimator.
Jumlah Lubang :72 Pcs
Jumlah In Hole Delay :72 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Jumlah Surface Delay :71 Pcs
Jumlah Eldeto :1 Pcs
Jumlah Primer :22 Pcs
Dabex : 6829 Kg
150

Tanggal : 12/01/2017
DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front I
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden : 4,4 x 5,7 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11,5 m Estimator.
Jumlah Lubang :32 Pcs
Jumlah In Hole Delay :32 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Jumlah Surface Delay :31 Pcs
Jumlah Eldeto :1 Pcs
Jumlah Primer : 32 Pcs
Dabex : 3098 Kg
151

Tanggal : 13/01/2017
DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front I
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden : 4,4 x 5,7 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11,2 m Estimator.
Jumlah Lubang :20 Pcs
Jumlah In Hole Delay :20 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Jumlah Surface Delay :19 Pcs
Jumlah Eldeto :1 Pcs
Jumlah Primer : 19 Pcs
Dabex : 1818 Kg
152

Tanggal :16/01/2017
DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front I
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden : 4,4 x 5,7 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11,3 m Estimator.
Jumlah Lubang :35 Pcs
Jumlah In Hole Delay :35 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Jumlah Surface Delay :34 Pcs
Jumlah Eldeto :1 Pcs
Jumlah Primer : 35 Pcs
Dabex : 3251 Kg
153

Tanggal : 17/01/2017
DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : FrontII
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden : 4,4 x 5,7 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 16 m Estimator.
Jumlah Lubang :23 Pcs
Jumlah In Hole Delay :23 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Jumlah Surface Delay :22 Pcs
Jumlah Eldeto :1 Pcs
Jumlah Primer : 23 Pcs
Dabex : 4754 Kg
154

Tanggal : 18/01/2017
DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front II
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden : 4,4 x 5,7 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11,4 m Estimator.
Jumlah Lubang : 39 Pcs
Jumlah In Hole Delay : 39 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Jumlah Surface Delay : 38 Pcs
Jumlah Eldeto :1 Pcs
Jumlah Primer : 39 Pcs
Dabex : 3699 Kg
155

Tanggal : 19/01/2017
DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front II
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden : 4,4 x 5,7 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11 m Estimator.
Jumlah Lubang :29 Pcs
Jumlah In Hole Delay :29 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Jumlah Surface Delay :28 Pcs
Jumlah Eldeto :1 Pcs
Jumlah Primer : 29 Pcs
Dabex : 2526 Kg
156

Tanggal : 23/01/2017
DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front II
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden : 4,4 x 5,7 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11,5 m Estimator.
Jumlah Lubang :30 Pcs
Jumlah In Hole Delay :30 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Jumlah Surface Delay :29 Pcs
Jumlah Eldeto :1 Pcs
Jumlah Primer : 30 Pcs
Dabex : 2904 Kg
157

Tanggal : 24/01/2017
DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : FrontII
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden : 4,4 x 5,7 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11 m Estimator.
Jumlah Lubang :32 Pcs
Jumlah In Hole Delay :32 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Jumlah Surface Delay :31 Pcs
Jumlah Eldeto :1 Pcs
Jumlah Primer : 35 Pcs
Dabex : 2787 Kg
158

Tanggal : 25/01/2017
DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front I
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden : 4,4 x 5,7 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11 m Estimator.
Jumlah Lubang :70 Pcs
Jumlah In Hole Delay :70 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Jumlah Surface Delay :69 Pcs
Jumlah Eldeto :1 Pcs
Jumlah Primer : 70 Pcs
Dabex : 6098 Kg
159

Tanggal : 26/01/2017
DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front II
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden : 4,4 x 5,7 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman :11 m Estimator.
Jumlah Lubang :46 Pcs
Jumlah In Hole Delay :46 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Jumlah Surface Delay :45 Pcs
Jumlah Eldeto :1 Pcs
Jumlah Primer : 46 Pcs
Dabex : 4007 Kg
160

Tanggal :01/02/2017
DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front II
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden : 4,4 x5,7 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11,6 m Estimator.
Jumlah Lubang :68 Pcs
Jumlah In Hole Delay :68 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Jumlah Surface Delay :67 Pcs
Jumlah Eldeto :1 Pcs
Jumlah Primer : 68 Pcs
Dabex : 6720 Kg
161

Tanggal : 02/02/2017
DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : FrontI
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden : 4,4 x 5,7 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11 m Estimator.
Jumlah Lubang :54 Pcs
Jumlah In Hole Delay :54 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Jumlah Surface Delay :53 Pcs
Jumlah Eldeto :1 Pcs
Jumlah Primer : 54 Pcs
Dabex : 4704 Kg
162

Tanggal : 03/02/2017
DESAIN PELEDAKAN DENGAN SHOTPLUS Lokasi : Front II
BUKIT KARANG PUTIH

Spasi x Burden : 4,4 x 5,7 m


Diameter Lubang :5 Inci
Kedalaman : 11,5 m Estimator.
Jumlah Lubang :72 Pcs
Jumlah In Hole Delay :72 Pcs BOBY WHIJAKSONO
Jumlah Surface Delay :71 Pcs
Jumlah Eldeto :1 Pcs
Jumlah Primer : 72 Pcs
Dabex : 6971 Kg
168

LAMPIRAN P

FRAGMENTASI BATUAN DARI GEOMETRI PELEDAKAN AKTUAL

x Rata-rata = 63,699 cm

Indeks Keseragaman fraksi (n):


n = 1,3784

: xz = 83,114 cm

Screen Tertahan Lolos Fraksi,


size, cm ( R ), % ( P ), % %
2,5 99,20 0,80 0,00 0,0080
5 97,94 2,06 1,26 0,0208
10 94,74 5,26 3,20 0,0540
20 86,90 13,10 7,84 0,1404
40 69,43 30,57 17,47 0,3649
60 52,83 47,17 16,60 0,6381
80 38,72 61,28 14,11 0,9487
100 27,52 72,48 11,20 1,2904
200 3,49 96,51 24,03 3,3548
169

LAMPIRAN Q

FRAGMENTASI BATUAN DARI GEOMETRI PELEDAKAN R,L. Ash

x Rata-rata = 73,897 cm

Indeks Keseragaman fraksi (n):


n = 1,2886

: xz = 98,226 cm

Screen Tertahan Lolos Fraksi,


size, cm ( R ), % ( P ), % %
2,5 99,22 0,88 0,00 0,0088
5 97,87 2,13 1,25 0,0216
10 94,87 5,13 3,00 0,0527
20 87,93 12,07 6,94 0,1286
40 73,04 26,96 14,89 0,3142
60 58,87 41,13 14,17 0,5298
80 46,41 53,59 12,46 0,7676
100 35,94 64,06 10,47 1,0233
200 8,21 91,79 27,73 2,4999
170

LAMPIRAN R

FRAGMENTASI BATUAN DARI GEOMETRI PELEDAKAN C,J Konya

x Rata-rata = 60,1093 cm

Indeks Keseragaman fraksi (n):


n = 1,81539

: xz = 73,5653 cm

Screen Tertahan Lolos Fraksi,


size, cm ( R ), % ( P ), % %
2,5 99,78 0,22 0,00 0,0022
5 99,24 0,76 0,54 0,0076
10 97,36 2,64 1,88 0,0267
20 91,03 8,97 6,33 0,0940
40 71,83 28,17 19,20 0,3308
60 50,12 49,88 21,71 0,6907
80 31,21 68,79 18,91 1,1644
100 17,54 82,55 13,76 1,7460
200 0,21 99,79 17,24 6,1451
171

LAMPIRAN S

FRAGMENTASI BATUAN DARI GEOMETRI PELEDAKAN ICI-Explosive

x Rata-rata = 63,5421 cm

Indeks Keseragaman fraksi (n):


n = 1,95848

: xz = 76,6272 cm

Screen Tertahan Lolos Fraksi,


size, cm ( R ), % ( P ), % %
2,5 99,88 0,12 0,00 0,0012
5 99,52 0,48 0,36 0,0048
10 98,16 1,84 1,36 0,0185
20 93,05 6,95 5,11 0,0720
40 75,58 24,42 17,47 0,2799
60 53,83 46,17 21,75 0,6194
80 33,69 66,31 20,14 1,0880
100 18,56 81,44 15,13 1,6844
200 0,14 99,86 18,42 6,5463
172

LAMPIRAN T

FRAGMENTASI BATUAN DARI GEOMETRI PELEDAKAN USULAN

x Rata-rata = 58,171 cm

Indeks Keseragaman fraksi (n):


n = 2,0368

: xz = 69,6468 cm

Screen Tertahan Lolos Fraksi,


size, cm ( R ), % ( P ), % %
2,5 99,89 0,11 0,00 0,0011
5 99,53 0,47 0,36 0,0047
10 98,10 1,90 1,43 0,0192
20 92,43 7,57 5,67 0,0788
40 72,38 27,62 20,05 0,3232
60 47,80 52,20 24,58 0,7381
80 26,55 73,45 21,25 1,3262
100 12,38 87,62 14,17 2,0892
200 0,02 99,98 12,36 8,5727
LAMPIRAN U

RINGKASAN JURNAL
NO NAMA&TAHUN JUDUL TUJUAN HASIL

1 Alek Al Hadi, 2012 Resesign Geometri 1. Membuat desain geometri 1. Desain geometri baru yang optimum untuk
Peledakan Untuk peledakan untuk batuan batuan claystone:
Mendapatkan Fragmentasi claystone, sandstone. a. burden (4.6m)
Batuan Yang Optimum Di 2. Memperbaiki fragmentasi di b. spacingI (6.5m)
Prebench PT Bukit Asam prebench c. Stemming (3.68m)
(Persero) TBK 3. Meningkatkan produksi d. subdrilling (0m)
4. Dan mengoptimalkan e. bench high (7.5).
geometri peledakan 2. Desain geometri baru yang optimum untuk
batuan sandstone:
a. burden (4.3m)
b. spacing (6m)
c. Stemming (4.3m)
d. subdrilling (1m)
e. bench high (7.5).
3. Desain geometri baru yang optimum untuk
batuan lineston:

173
a. burden (4.3m)
b. spacing (6m)
c. Stemming (3.68m)
d. subdrilling (0.86m)
e. bench high (7.5).
4. Dan Fragmentasi batuan hasil peledakan
berkurang 8% dari ukuran sebelumnya.
2 Ansorpoun, 2012 Evaluasi Geometri Sebagai pertimbangan dalam 1. Untuk mencapai target produksi semen
Peledakan Batugamping penerapan salah satu desain 6.300.000 ton/tahun, maka dibutuhkan
Untuk Mendapatakan peledakan untuk mendapatkan batukapur 7.602.474ton/tahun dan pada bulan
Fragmentasi Yang fragmentasi yang optimum dan februari sekitar 463.963 ton/bulan (16.000
Optimum Pada Quarry produksi lebih besar. ton/hari).
Bukit Katang Putih PT. 2. Untuk mencapai target produksi peledakan
Semen Padang batu kapur sebesar 16.000 ton per hari,maka
dipilih geometri peledakan usulan ketiga
dengan besar;
a. burden sebesar 4,6 meter
b. spacing sebesar 5,7 meter
c. subdrilling sebesar 1,8 meter
d. stemming sebesar 3,2 meter

174
3. kedalaman lubang ledak sebesar 7,3 m3
Jumlah lubang ledak yang digunakan
sebanyak 43 lubang dan pemilihan geometri
usulan ini didasarkan pada perkiraan hasil
produksi paling besar yaitu mencapai 16.099
ton per hari atau sebesar 6.192 m3.
3 Desrizal, 2005 Optimasi waktu delay 1. Mengetahui karakteristik 1. Waktu delay dapat mempengaruhi wall
dengan I-KonTm deigital massa batuan, geometri control, vibrasi peledakan, penempatan
energy control system peledakan dan tipe explosive material hasil peledakan dan fragmentasi yang
untuk mendapatakan hasil pada area peledakan. dihasilkan.
fragmentasi yag optimum 2. Mengetahui distribusi 2. Dalam menentukan waktu delay yang optimal
pada tambang grasberg PT fragmentasi hasil peledakan. ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan,
Freeport indonesia 3. Menganalisa desain waktu yaitu: Property of Rock, Geometri peledakan,
delay peledakan yang telah jenis bahan peledak dan hasil peledakan
diterapkan pada lokasi bagaimana yang diinginkan.
batuan tersebut. 3. Untuk batuan yang lebih keras akan
membutuhkan waktu delay yang lebih cepat
dari pada batuan yang kurang keras, hal ini
dikarenakan perbedaan kecepatan rambat
gelombang energi peledakan dimana pada

175
batuan keras cepat rambat gelombang lebih
cepat.
4. Ukuran fragmentasi hasil peledakan
mempengaruhi tingkat kemampuan gali shovel
(digging rate shovel), dimana semakin kecil
ukuran fragmentasi maka semakin tinggi nilai
digging rate shovel.
4 Erik Wijaya, 2008 Studi Pengaruh Peledakan Mengamati kondisi dinding 1. Kegiatan peledakan yang dilakukan di
terhadapdinding Tambang
tambang yang diakibatkan oleh tambang terbuka Batu Hijau PT. Newmont
Terbuka di Pit Batu Hijau
getaran yang dihasilkan oleh Nusa Tenggara pada setiap tipe batuan
PT. NewMont Nusa
Tenggara, Nus Tenggra suatu peledakan. Volcanic, Tonalite, dan Diorite secara umum
Barat
1. Menentukan nilai batas tidak merusak

Kecepaan Partikel Puncak 2. Dari hasil perhitungan di peroleh Peak

(PPV) yang cocok untuk tiap Particle Velocity (PPV) maksimum yang

tipe batuan. dianjurkan untuk tiga macam tipe batuan

2. Menentukan rancangan sebagai berikut:

peledakan yang dapat a. Batuan Volcanic;PPV= 352.63 mm/sec

176
meminimalisir kerusakan b. Batuan Tonalite;PPV = 300.00 mm/sec

terhadap dinding tambang c. Bataun Diorite;PPV=219.08 mm/sec

3. Rancangan peledakan yang dapat

meminimalisir kerusakan terhadap dinding

tambang pada setiap tipe batuan yang ada di

tambang Batu Hijau, adalah:

a. Untuk tipe batuan Volcanic; kedalaman

lubang ledak 15m dan diameter 251 mm,

dengan variasi geometri (5b x 4.5 s)m dan (8

x 7)m, maka massa explosive yang

dibutuhkan untuk trim, buffer, trim-

production sebesar 106 kg, 142 kg, dan 225


VI-
kg dengan jarak masing-masing sebesar117.4

m, 20.2 m, dan 25.4 m.

b. Untuk tipe batuan Tonalite; ke lubang ledak

15 m dan diameter 251 mm,maka massa

177
explosive yang dibutuhkan untuk trim,

buffer, trim-production sebesar 106 kg, 135

kg, dan 215kg dengan resultan jarak masing-

masing sebesar 17.2 m, 19.5 m, dan 24.6 m.

5 Heri Agus Kajian Teknis Geometri Kajian teknis ini bertujuan 1. Untuk mencapai target produksi semen
Setiawan, 2013 Peledakan Batu Kapur sebagai pertimbangan dalam 6.300.000 ton/tahun, maka dibutuhkan
dibukit Karang Putih penerapan satu desain batukapur 7.602.474 ton/tahun dan pada
Kelurahan Indarung PT. peledakan untuk bulan februari sekitar 463.963 ton/bulan
Semen Padang mendapatkan fragmentasi (16.000 ton/hari).
yang optimum dan produksi 2. Untuk mencapai target produksi peledakan
yang lebih besar. batu kapur sebesar 16.000 ton per hari,maka
dipilih geometri peledakan usulan ketiga
dengan besar:
a. burden (4,6 m)
b. spacing (6,9 m)
c. subdrilling (1,8 m)
d. stemming (3,2 m)
e. kedalaman lubang ledak( 7,3 m)
3. Dari geometri usulan yang dipilih

178
menghasilkan derajat fragmentasi batuan
yang berukuran > 100 cm sebesar 1,79 % .
Hal ini menunjukkan bahwa jumlah boulder
yang dihasilkan lebih sedikit.
6 Marta Borisman, Ratio Pemakaian Bahan Tujuan dari pengambilan judul 1. PT. Semen Padang menggunakan 2 (dua)
2013 Peledakan Anfo dan ini adalah untuk mengetahui jenis bahan peledak (blasting agent) yaitu
Emulsi terhadapa bahan peledak yang lebih ANFO dan Emulsion (murni 100%) untuk
Keekonomisan Produksi efektif dan lebih ekonomis meningkatkan hasil peledakan yaitu
Blasting Batu Kapur di dari kedua bahan peledak fragmentasi.
Kuari Bukit Karang Putih untuk digunakan dalam 2. Biaya blasting dengan menggunakan
PT. Semen Padang kegiatan peledakan untuk ANFO (Rp 45.421.854 / 7371 ton) lebih
mencapai target produksi. mahal dari pada Emulsion (Rp 41.319.639 /
7371 ton).
7 Natal Siahaan, 2006 Studi Teknis Geometri untuk merencanakan 1. Dengan geometri peledakan yang
Peledakan Pada Pit III pemboran dan peledakan ada saat ini yaitu untuk batuan andesit (burden
Untuk Mendapatakan Andesite dan Sandstone di = 3 m dan spacing = 4 m), maka distribusi
Fragmentasi yang Blok III sehingga dapat fragmentasi berukuran ≥90 cm (boulder)
dibutuhkan Serta menghasilkan fragmentasi yang dihasilkan sebesar 25 % dan fragmentasi
Memperkecil Flayrock di sesuai dengan yang yang berukuran ≤90 cm sebesar 75 cm.
PT. Batubara Bukit Kendi direncanakan oleh PT. Sedangkan untuk batuan sandstone (burden =

179
Tanjung Enim, Sumatera Batubara Bukit Kendi. 3,85 m dan spacing 4,25 m) dihasilkan
Selatan fragmentasi berukuran ≥ 90 cm sebesar 22
% dan fragmentasi yang berukuran ≤90 cm
sebesar 78 %.
2. Dari ketiga pola yang diuraikan pada
bab sebelumnya maka pola yang paling cocok
untuk diikuti adalah pola III, untuk batuan
andesit, burden = 2,7 m dan spacing = 4,86m.
sedangkan untuk batuan sandstone, burden =
2,9 m dan spacing = 5,22 m.
8 Nopian Kajian Teknis Peledakan untuk memprediksi ukuran Ukuran fragmen batuan hasil peledakan pada
Fitrikansyah, 2003 untuk Memperbaiki fragmen batuan hasil batuan hard zone di pushback 5 south dan
Fragmentasi Hard Zone di peledakan pada batuan hard pushback 6 south menunjukkan ukuran fragmen
Push Back 5 South dan zone terutama di pushback 5 batuan hasil peledakan tersebut berada dalam
Push Back 6 South dengan south dan pushback 6 south di batas ekonomis, yaitu bahwa batas ekonomis
Analisa Kuz Ram pada Tambang Terbuka Grasberg. batuan hasil peledakan pada suatu operasi
Tambang Terbuka peledakan yang dipecah kembali antara 10 %
Grasberg PT.Freeport, sampai 15 %.
Irian Jaya, Indonesia
9 Rahmat Anaisa Powder Factor Untuk mendapatkan nilai 1. Powder factor (PF) peledakan overburden

180
Hidayat,2011 Peledakan untuk Mencapai powder factor peledakan aktual pada Pit Bendili minggu ke 1 sampai
Digging Rate yang menghasilkan digging 34 tahun 2011 berada pada range 0,23
Optimumpada Alat Gali rate optimal alat gali muat kg/bcm sampai 0,52 kg/bcm dan digging rate
Muat diPit Bendili PT. shovel Liebherr R996 pada shovel Liebherr R996 rata-rata 3.100
Kaltim Prima Coal Pit Bendili. Sedangkan bcm/jam. Hasil analisis nilai powder factor
Kecaamatan Sangatta manfaat dari penelitian ini peledakan yang optimal pada Pit Bendili
Kabupaten Kutai yaitu nilai powder factor untuk mencapai digging rate rata-rata shovel
Timur,Kalimantan Timur yang didapat menjadi acuan Liebherr R996 berada pada range 0,32
untuk proses peledakan pada kg/bcm sampai 0,34 kg/bcm.
Pit Bendili. 2. Hasil percobaan membuktikan bahwa
peledakan dengan powder factor optimal
menghasilkan fragmentasi batuan dengan
ukuran > 40 cm kurang dari 20% dan digging
rate shovel Liebherr R996 mencapai lebih
dari 3.100 bcm/jam.
10 Tom Morris, 2013 Kajian teknis dan 1. Mengkaji kegiatan pemboran 1. Dengan adanya peningkatan powder factor
ekonomis pemboran- dan peledakan yang (PF) dari 0.19 menjadi 0.24 ternyata
peledakan untuk dilakukan untuk fragmentasi yang berukuran besar (> 1 m)
mendapatkan fragmentasi membongkar lapisan dapat dikurangi sebesar 6.85 %.
yang diinginkan guna interburden B2-C agar 2. Desain peledakan yang baru diharapkan

181
meningkatkan diketahui kesesuaian dapat meningkatkan produktifitas alat gali-
produktifitas dilokasi pre- fragmentasi yang dihasilkan muat (PC 750 SE) dari 365.05 bcm/jam
bench tambang PT. Pama dengan alat loading yang menjadi 398.96 bcm/jam dan produktifitas
Persada Nusantara Job Site digunakan. alat angkut (DT Nissan CWB 520) dari 20.24
tanjung enim sumatera 2. Mengetahui kemungkinan bcm/jam untuk satu unit menjadi 21.99
selatan desain peledakan baru untuk bcm/jam.
menghasilkan ukuran 3. Biaya produksi untuk mendapatkan 1 bcm
fragmentasi yang sesuai overburden dapat dikurangi sebesar 332.25
sehingga diharapkan akan rupiah per bcm. Dari biaya sebelumnya
meningkatkan roduktifitas sebesar Rp. 10788.36 menjadi Rp. 10456.11
alat gali-muat. rupiah.

182
183

LAMPIRAN V
FOTO LAPANGAN

Gambar LV. 1
Area Pencampuran Bahan Peledak

Gambar LV. 2
Kantor Peledakan
184

Gambar LV. 3
Fragmentasi Hasil Peledakan (5-50 cm)

Gambar LV. 4
Fragmentasi Hasil Peledakan (60-100 cm)
185

Gambar LV. 5
Lubang Ledak

Gambar LV. 6
Geometri Lubang Ledak
186

Gambar LV. 7
Alat Bor Furukwa

Gambar LV. 8
Alat Bot Sandvick
187

Gambar LV. 9
Inisiasi Bahan Peledak

Gambar LV. 10
Rangkaian Peledakan
188

Gambar LV. 11
Peledakan

Gambar LV.12
Pemuatan Bahan Galian (fragmentasi hasil peledakan)
BIODATA WISUDAWAN
No Urut :
Nama : Boby Whijaksono
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat / Tgl Lahir : Pekanbaru/ 07 Februari 1993
NPM : 1010024427004
Program Studi : Teknik Pertambangan
Tanggal Lulus : 17 Oktober 2017
IPK :
Predikat Lulus : Sangat Memuaskan
Perancangan Geometri Dan Pola
Peledakan Untuk Mendapatkan Hasil
Judul Skripsi : Fragmentasi Optimum Pada Quarry
Bukit Karang Putih PT. Semen
Padanag Sumatera Barat
Dosen : 1. Dian Hadiyansyah, MT
Pembimbing 2. Refky Adi Nata, ST, MT
Asal SMA : SMK Negeri 2 sawahlunto
Nama Orang Tua : Suroso Ak
: Perumahan GSI blok B7, No 7,
Nagari Padang Sibusuk, kecamatan
Alamat
Kupitan, Kabupaten Sijunjung.
Sumatera Barat.
No Tlpn/ Hp : 085363777877
Email : bobygeleng@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai