Oleh:
BOY RANDI
1
EVALUASI PRODUKTIVITAS MESIN BOR PADA
KEGIATAN PENAMBANGAN BATU ANDESIT PT. KOTO
ALAM SEJAHTERA LIMA PULUH KOTA-SUMATERA
BARAT
TUGAS AKHIR
Oleh :
BOY RANDI
1310024427018
2
EVALUASI PRODUKTIVITAS MESIN BOR PADA
KEGIATAN PENAMBANGAN BATU ANDESIT PT. KOTO
ALAM SEJAHTERALIMA PULUH KOTA-SUMATERA
BARAT
RINGKASAN
i
EVALUATION OF BORNE MACHINE PRODUCTIVITY ON
ANDESITE STONE MINING ACTIVITY PT. KOTO ALAM
SEJAHTERA FIFTY CITY-WEST SUMATERA
Name : Boy Randi
NPM : 1310024427018
Mentor I :Ir. Asep Neris,M.Si,M.Eng
Mentor II :Riam Marlina,MT
ABSTRACT
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang
Dalam penyelesaian tugas akhir ini penulis telah dimotivasi dan dibantu
oleh berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis dengan tulus
1. Bapak H. Riko Ervil, MT,selaku ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND)
Padang.
2. Bapak Dr.Murad, MS, MT, selaku Ketua Prodi Teknik Pertambangan Sekolah
3. Bapak Ir. Asep Neris, M.Si, M.Eng, selaku Pembimbing I dalam penulisan
4. Bapak Riam Marlina, MT, selaku Pembimbing II dalam penulisan tugas akhir
ini.
Padang.
(STTIND) Padang.
8. Teristimewa untuk Kedua Orang Tua dan seluruh keluarga yang selalu memberikan
iii
Dalam penulisan tugas akhirini penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat
( Boy Randi )
iv
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
RINGKASAN ................................................................................................. i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
v
2.1.4. Pemboran .......................................................................... 16
vi
3.3 Variabel Penelitian ...................................................................... 49
Pemboran ........................................................................... 60
vii
4.2.7 Perhitungan Mesin Bor yang ideal untuk PT Koto Alam
Sejahtera ............................................................................ 67
5.2 Efisiensi dan Produksi Mesin Bor Ideal Untuk PT KAS ............ 74
BAB VI PENUTUP
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Kordinat Lokasi Tambang PT. Koto Alam Sejahtera ..................... 49
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
untuk menambah devisa negara secara cepat adalah melalui sektor pertambangan,
negara yang memiliki kekayaan alam yang berlimpah diantaranya adalah batuan
tambang terbuka yang menggunakan sistem Type Site Hill Quary. Sistem ini
atau endapan mineral industri yang terletak di lereng bukit atau berbentuk bukit.
Cara ini diterapkan apabila seluruh lereng bukit yang akan ditambang dilakukan
mulai dari atas ke bawah (Sari, 2015). Penambangan quarry ini dilakukan secara
Andesit mempunyai sifat massive dan keras sehingga untuk produksi perlu
1
ledak merupakan salah satu kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam
suatu operasi peledakan batuan. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat sejumlah
lubang ledak yang nantinya akan diisi dengan sejumlah bahan peledak untuk
dilihat dari jumlah lubang ledak dan kedalaman lubang ledak yang berhasil dibuat
Lubang ledak dibuat dengan manggunakan alat bor Furukawa Rock Drill
(FDR) dengan diameter mata bor 3 inch dan panjang batang bor 3 meter.
Pemilihan alat bor ini berdasarkan pertimbangan kondisi batuan, kondisi lapangan
atau area pemboran yang tidak rata dan kemampuan kerja alat bor. Kendala yang
sering dialami oleh operator ketika pemboran adalah seringnya material masuk
kedalam lubang bor, sehingga kedalaman dari tiap-tiap lubang bor jadi tidak sama.
Sering terjadi keterlambatan pengoperasian alat bor tidak sesuai prosedur jam
kerja. Terjadinya gangguan operasional pemboran yaitu alat bor sering mengalami
kerusakan mesin bor, kenaikan amper panas kompresor melebihi batas aman
sehingga mesin bor harus dimatikan yang menyebabkan waktu standby yang
dilakukan. Kegiatan pemboran dipengaruhi oleh kinerja alat bor, sifat-sifat batuan
perlu dilakukan suatu kajian terhadap kemampuan produksi alat bor (Supratman,
2017).
2
Permasalahan ini juga pernah diteliti oleh Supratman dalam penelitiannya
yang berjudul Produktivitas Kinerja Mesin Bor Dalam Pembuatan Lubang Ledak
yang membahas tentang kemampuan kinerja mesin bor dalam pembuatan lubang
yaitu data waktu pemboran, diameter pemboran, kedalaman pemboran, jenis alat
bor, spesifikasi alat bor, target produksi lubang ledak. Berdasarkan latar belakang
1. Banyaknya waktu yang tidak efektif diakibatkan kinerja alat bor dimana
Batasan masalah pada penelitian ini adalah pada kegiatan drilling serta
serta mengetahui pola pemboran dan produktivitas pada alat bor jenis furukawa
3
1.4 Rumusan Masalah
1. Berapa produktivitas alat bor furukawa rock drill yang aktual pada pemboran
2. Berapakah produktivitas alat bor furukawa rock drill ideal pada pemboran
1. Menentukan produktivitas alat bor aktual pada PT. Koto Alam Sejahtera.
2. Menentukan produktivitas alat bor ideal pada PT. Koto Alam Sejahtera.
1. Perusahaan Tambang
Hasil analisa data dari penelitian yang dilakukan dapat menjadi bahan
2. Penulis
4
3. STTIND Padang
Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk pembuatan jurnal dan
dapat dijadikan sebagai referensi dan pedoman bagi mahasiswa yang akan
melakukan penelitian.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang berumur miosen awal. Batupasir ini adalah anggota dari sedimen antar
bermika dan batubara di bagian bawah: batupasir dan batulumpur tuffan dan
andesit yang berumur miosen tengah. Merupakan anggota batuan gunung api
miosen (Tmv): lava, breksi, aglomerat dan sebagian kecil batuan terobosan yang
bersusunan andesit-basal. Selain itu juga dijumpai alluvial yang berumur pliosen.
2. Morfologi
morfologi, yaitu:
2. Satuan morfologi dataran, yaitu daerah yang relatif datar yang mempunyai
ketinggian antara 250 m sampai 350 m, dari permukaan laut. Umumnya satuan
6
7
berbentuk V dan mengalir ke sungai yang lebih besar yaitu Sungai Batang
Sikawek.
3. Stratigrafi
disekitar lokasi kegiatan penelitian dari batuan yang tua ke batuan yang lebih
batulumpur tuffan dan gampingan; napal dan lensa tipis batugamping di bagian
atas.
2. Intrusi Miosen Awal (Tmgd); Granit, Granodiorit, Diorit, Dasit dan Dolerit.
3. Batuan Gunung api Miosen (Tmv): Lava, breksi, aglomerat dan sebagian kecil
2.1.2 Andesit
Batu andesit termasuk kedalam jenis batuan beku, dimana batu andesit
kecoklatan. Batu andesit sendiri memiliki berat jenis antara 2,3 gr/cc – 2,7 gr/cc
7
8
menerus secara lateral meliputi hampir 65% dari luas rencana area kegiatan
penelitian yang terletak di wilayah Jorong Polong Duo Nagari Koto Alam
Kecamatan Pangkalan Koto Baru Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera
Barat. Pada beberapa tempat tertutup endapan yang mempunyai umur lebih muda
dan batulumpur tuffan dan gampingan; napal dan lensa tipis batu gamping
dibagian atas.
Batuan Andesit atau disebut juga dengan lavastone adalah batuan beku
yang tersusun atas mineral yang halus (fine-grained), serta memiliki kandungan
silica yang lebih tinggi dari batu basal dan lebih rendah dari batuan rhylolite dan
felsite.
8
9
bersifat mikroskopis, sehingga tak bisa dilihat tanpa batuan mikroskop. Material-
material itu antara lain adalah : Silika (SiO2) dengan jumlah antara 52-63 %,
sangat kecil
yang dominan sampai merah. Warna ini menandakan kandungan silicanya yang
cukup besar. Ciri morfologi lainnya adalah memiliki pori-pori yang cukup padat
dan struktur yang sangat pejal. Tapi struktur kepadatan batuan andesit masih
mineral pada batuan andesit. Kristal-kristal ini sudah terbentuk jauh sebelum
proses pembekuan magma terjadi. Karena itu, para ahli geologi bisa
batuan andesit.
ukuran ini terjadi karena magma yang keluar ke permukaan bumi belum sempat
terkristal akan terkristal dengan cepat karena suhu permukaan yang rendah.
9
10
Hasilnya adalah dua kristal dengan ukuran yang berbeda. Yaitu : fenokris adalah
kristal besar yang sudah terbentuk perlahan-lahan sejak di bawah permukaan bumi
(Fenokris saja atau Groundmass saja). Namun ada kejadian dimana, batuan
berwarna abu-abu, namun pada kondisi cuaca tertentu, batuan andesit bisa saja
memiliki warna coklat tua. Karena itu untuk mengidentifikasinya perlu dilakukan
pemeriksaan lebih detail. Jika ditemukan ada batuan yang memiliki ciri morfologi
sama dengan batuan andesit tapi belum pasti akan kandungan kimianya, maka
dalam aliran lava yang dihasilkan stratovulkano. Lava yang naik ke permukaan
bumi akan mengalami proses pendinginan dengan sangat cepat, karena itu tekstur
menyebabkan pelelehan itu merupakan sumber magma yang naik dan membeku
10
11
menjadi batuan andesit. Karena itu biasanya batuan andesit terletak diatas zona
Selain karena subdiksi, batuan andesit juga bisa terbentuk jauh dari zona
subdiksi. Misalnya, batuan andesit juga bisa terbentuk pada ocean ridges dan
oceanic hotspot yang dihasilkan dari pelelehan sebagian (partial melting) batuan
basalt. Batuan andesit juga bisa terbentuk saat terjadi letusan pada struktur dalam
lempeng benua yang menyebabkan magma yang meleleh keluar menuju kerak
1. Sektor konstruksi
seperti jembatan, jalan raya, irigasi, landasan terbang, pelabuhan serta gedung-
gedung dan lainnya. Biasanya batuan andesit yang digunakan untuk keperluan
banyak digunakan karena memiliki daya tahan yang kuat terhadap berbagai cuaca
dan tahan lama.Tidak semua batuan andesit lolos uji sebagai bahan dasar
harus melewati serangkaian tes berupa uji kuat tarik, kuat tekan, kuat geser,
desnsitas, berat jenis dan lain-lain. Hasil tes ini akan memperlihatkan elastisitas
batuan dan sifat fisika lainnya. Sehingga bisa bisa disortis batuan mana yang bisa
digunakan.
11
12
untuk konstruksi, batuan andesit juga dipotong menjadi ukuran tertentu, dipahat,
lantai atau dekorasi lainnya.Selain itu dimension stone dari batuan andesit juga
perencanaan tambang yang dimiliki oleh PT. Koto Alam Sejahtera, kegiatan
tersebut berupa:
a. Pembuatan jalan
jalan masuk (akses road) dan jalan tambang. Jalan masuk dan jalan tambang
berfungsi sebagai jalur lintasan kendaraan atau peralatan yang dibutuhkan dalam
kegiatan penambangan batu andesit. Jalan ini dibuat dengan lebar ±7 meter. Jalan
ini dibuat dengan konstruksi jalan tanah kemudian diperkeras melalui proses
pemadatan.
b. Pembersihan lahan
12
13
lapisan tanah penutup (overburden) dilakukan. Tujuan dari pembersihan lahan ini
adalah untuk menyingkirkan pohon-pohon besar maupun kecil, semak belukar dan
lahan ini dilakukan menggunakan alat berat bulldozer , excavator dan juga
pengupasan lapisan tanah pucuk (top soil) yang sangat kaya akan unsur hara.
Ketebalan tanah pucuk bervariasi berkisar antara 20-30 cm. Pengupasan tanah
pucuk ini ditempatkan terpisah terhadap batuan penutup (overburden), agar pada
Pengupasan tanah pucuk ini dilakukan sampai pada batas lapisan subsoil,
yaitu pada kedalaman dimana telah sampai di lapisan batuan penutup (tidak
mengandung unsur hara). Kegiatan pengupasan tanah pucuk ini dilakukan jika
lahan yang digali masih berupa zona awal yang asli (belum pernah
lapisan top soil tersebut tidak ada, sehingga kegiatan tambang diawali langsung
pada lokasi tertentu yang dikenal dengan istilah Top Soil Bank. Selanjutnya tanah
pucuk yang terkumpul di top soil bankdipergunakan sebagai pelapis teratas pada
lahan disposal yang telah berakhir dan memasuki tahapan program reklamasi.
13
14
pengupasan tanah bagian atas (top soil). Pengupasan dilakukan secara bertahap
serta dibuat jenjang (bench), hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
1. Direct-Digging
oleh excavator . Penggalian langsung ini hanya untuk material tanah penutup yang
2. Riping-Dozing
mendorong tanah penutup yang relatif lunak kemudian diangkut oleh dump truck.
tahap ini unit penambangan menggunakan 1 unit alat bor, yaitu Furukawa PCR
14
15
5. Bila lubang bor lebih dari 3 meter maka batang bor akan disambung
6. Pindah posisi lalu mengambil posisi untuk membor titik patok selanjutnya.
induknya agar lebih mudah untuk digali, tahapan ini dilakukan setelah kegiatan
f. Pemuatan
g. Pengangkutan
h. peremukan
andesit agar sesuai dengan yang diinginkan. Kegiatan crushing menggunakan alat
jaw crusher
2.1.4 Pemboran
suatu operasi peledakan batuan. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat sejumlah
15
16
lubang ledak yang nantinya akan diisi dengan sejumlah bahan peledak untuk
tentang pemboran serta segala sesuatu yang ada di dalam kegiatan pemboran
kegiatan pemboran.
geometri lubang pemboran guna sebagai wadah dalam pengisian bahan peledak
16
17
4. Informasi stratigrafi.
10. Untuk eksploitasi migas, pengambilan sulfur di salt dome dan air tanah.
pengisian bahan peledak dan pembuatan rangkaian peledakan pada daerah yang
akan diledakkan. Pemboran ini bertujuan untuk membuat lubang ledak.Alat bor
yang digunakan adalahFurukawa Rock Drill PCR 200 Alat ini mempunyai prinsip
17
18
3. Saat pelaksanaan pemboran, alat ini menggunakan batang bor dengan panjang
3 meter.
5. Mata bor yang digunakan sebagai penetrasi batuan andesit berjenis button bit
Kinerja suatu mesin bor dipengaruhi oleh faktor-faktor sifat batuan yang
dibor, rock drillability, geometri pemboran, umur dan kondisi mesin bor, dan
1. Kekerasan (hardness)
material lain yang lebih keras. Kekerasan batuan perlu diketahui untuk
menggunakan skala Friedrich von Mohs (1882). Skala ini didasarkan pada
ketahanan gores mineral terhadap mineral lain dan mempunyai skala dari 1
sampai 10.
2. Kekuatan (strength)
Kekuatan mekanik suatu batuan adalah sifat dari kekuatan batuan terhadap
gaya luar, baik statis maupun dinamis. Kekuatan batuan tergantung dari komposisi
18
19
3. Elastisitas
dengan Hukum Hooke. Batuan akan hancur jika regangan melewati batas
elastiknya.
4. Plastisitas
batuan. Hal ini terjadi jika batuan mengalami stress yang melebihi batas
elastisnya. Sifat plastis batuan dipengaruhi oleh komposisi mineral dan kandungan
kuarsanya.
5. Abrasiveness
Abrasiveness adalah sifat batuan yang dapat digores oleh batuan lain yang
lebih keras. Sifat ini dipengaruhi oleh kekerasan butiran batuan, bentuk butir,
6. Tekstur
batuan tersebut. Ukuran butir mempunyai pengaruh yang sama dengan bentuk
batuan, porositas batuan, dan sifat-sifat batuan lainnya. Semua aspek ini
7. Struktur
diabases, dan sesar mempunyai pengaruh yang sama pentingnya dengan jurus dan
19
20
8. Karakteristik pecahan
Pecahan batuan akan mempunyai bentuk yang khas dan tingkat pecahannya
massa batuan yang akan dibongkar, tinggi jenjang, tingkat fragmentasi yang
diinginkan, mesin bor yang dipergunakan, dan kapasitas alat muat yang akan
Untuk diameter lubang tembak yang terlalu kecil, maka faktor energi yang
dihasilkan akan berkurang sehingga tidak cukup besar untuk membongkar batuan
yang akan diledakkan, sedang jika lubang tembak terlalu besar maka lubang
tembak tidak cukup untuk menghasilkan fragmentasi yang baik, terutama pada
batuan yang banyak terdapat kekar dengan jarak kerapatan yang tinggi. Ketika
kekar membagi burden dalam blok-blok yang besar, maka fragmentasi yang akan
terjadi bila masing-masing terjangkau oleh suatu lubang tembak. Hal seperti ini
hancuran yang lebih baik pada bagian atap jenjang. Hal ini berhubungan dengan
stemming, di mana lubang tembak yang besar maka panjang stemming juga akan
20
21
sedangkan jika menggunakan lubang tembak yang kecil maka panjang stemming
dapat dikurangi.
yang diterapkan. Dan untuk mendapatkan lantai jenjang yang rata maka
hendaknya kedalaman lubang tembak harus lebih besar dari tinggi jenjang, yang
Arah pemboran yang kita pelajari ada dua, yaitu arah pemboran tegak dan
arah pemboran miring. Arah penjajaran lubang bor pada jenjang harus sejajar
untuk menjamin keseragaman burden yang ingin didapatkan dan spasi dalam
geometri peledakan. Lubang tembak yang dibuat tegak, maka pada bagian lantai
tonjolan pada lantai jenjang, hal ini dikarenakan gelombang tekan sebagian akan
dipantulkan pada bidang bebas dan sebagian lagi akan diteruskan pada bagian
bidang bebas yang lebih luas, sehingga akan mempermudah proses pecahnya
batuan karena gelombang tekan yang dipantulkan lebih besar dan gelombang
21
22
Keuntungannya :
1. Untuk tinggi jenjang yang sama panjang lubang ledak lebih pendek jika
Kerugiannya :
tanah.
Keuntungannya :
Kerugiannya :
d. Pola pemboran
22
23
diterapkan. Pola pemboran merupakan suatu pola pada kegiatan pemboran dengan
diterapkan pada tambang terbuka bisanya ada tiga macam pola pemboran yaitu:
Pola pemboran ini adalah dimana jarak antara burden dan spasi sama
pengaturanlebih lanjut. Akan tetapi kerugiannya adalah volume batuan yang tidak
1. Lebih mudah dalam penempatan titik yang akan dibor,karena jarak spacing
23
24
2. Secara teoritis, semakin banyak lubang ledak semakin banyak pula bahan
peledak dan detonator delaynya. Berikut adalah gambar pola pemboran bujur
FREEFACE
B
S
BARIS 1
BARIS 2
BARIS 3
BARIS 4
S=B
Pola pemboran persegi panjang dimana ukuran spacing dalam satu baris
lebih besar dari jarak burden yang membentuk pola persegi panjang.Untuk
mendapatkan fragmentasi yang baik, pola ini kurang tepat karena daerah yang
tidak terkena pengaruh peledakan cukup besar, dapat dilihat pada gambar 2.3.
FREEFACE
B
S
BARIS 1
BARIS 2
BARIS 3
S=B
Gambar 2.3 Pola Pemboran Persegi Panjang
24
25
Dalam pemboran selang seling lubang tembak dibuat seperti zig zag
sehingga membentuk pola segi tiga. Dimana jarak spacing besarnya sama atau
lebih besar dari pada jarak burden. Pada pola ini daerah yang tidak terkena
pengaruh peledakan cukup kecil dibandingkan dengan pola yang lainya. Namun
pada penerapan di lapangan pola ini cukup sulit dalam melakukan pemboran dan
2. Delay yang digunakan tidak terlalu banyak, karena dalam satu baris lubang
3. Jumlah lubang bor yang digunakan juga lebih sedikit dibandingkan dengan pola
yang lain.
1. Kesulitan dalam penempatan titik bor, karena titik bor yang dibuat tidak sejajar
2. Dan lebih sulit dalam pengaturannya dilapangan. Pemboran selag seling dapat
25
26
FREEFACE
B
S
BARIS 1
BARIS 2
BARIS 3
BARIS 4
S=B
burden dan jumlah bahan peledak yang digunakan pada setiap lubangnya.
Untuk diameter lubang tembak yang kecil, maka energi yang dihasilkan
akan kecil,sehingga jarak antar lubang tembak dan jarak kebidang bebas haruslah
kecil juga. Dengan maksud agar energi ledakan cukup kuat untuk menghacurkan
26
27
batuan, begitu juga sebaliknya. Pengaruh energi peledakan pada pola pemboran
peledakan dengan menggunakan pola pemboran selang-seling lebih baik dari pada
pola pemboran sejajar, hal ini disebabkan energi yang dihasilkan pada pemboran
Baik buruknya hasil peledakan akan sangat ditentukan oleh mutu lubang
bor :
yang sudah direncanakan. Untuk itu, lubang-lubang bor dirancang dengan pola
yang teratur, sehingga bahan peledak dapat terdistribusi secara merata dan dengan
demikian setiap kolom bahan peledak akan mempunyai beban yang sama (lihat
gambar 2.6)
27
28
Hal ini perlu dicermati terutama dalam pemboran miring, pada pemboran
miring maka posisi alat borakan sangat menentukan. Walaupun tata letak lubang
bor dipermukaan sudah sempurna, namun bila posisi alat bor tidak benar-benar
sejajar dengan posisi alat bor pada lubang sebelumnya maka dasar lubang bor
akan menjadi tidak teratur. Hal yang sama akan dihasilkan bila sudut kemiringan
batang bor juga tidak sama. Penyimpangan arah dan sudut pemboran dipengaruhi
posisi alat bor. Berikut gambar penyimpangan arah dan sudt pemboran pada
gambar 2.7.
28
29
Lantai (permukaan) bor biasanya tidak rata dan datar sehingga kedalaman
lubang bor juga tidak akan seluruhnya sama. Untuk itu area yang akan di bor
sebaiknya akan diteliti terlebih dulu agar kedalaman masing-masing lubang bor
kondisi kerja dan kondisi alat itu sendiri. Alat yang baru tidak akan produktif
apabila managemen dan skedullingnya tidak tepat, lebih-lebih untuk alat yang
alat bor akan berpengaruh terhadap kecepatan pemboran. Umur mata bor dan
29
30
batang bor ditentukan oleh meter kedalaman yang dicapai dalam melakukan
pemboran.
1. burden
peledak dengan bidang bebas terdekat kemana arah perpindahan material akan
terjadi. Pada penentuan jarak burden ada beberapa factor yang harus
peledak yang akan di pakai dan kondisi geologi pada daerah tersebut. Semakin
besar diameter lubang ledak yang di gunakan maka jarak burden akan semakin
besar karena bahan peledak yang di gunakan semakin banyak tiap lubangnya
sehingga energi yang di timbulkan semakin besar. Sedangkan jika densitas batuan
semakin besar maka diperlukan jarak burden yang semakin kecil agar energi ledak
sebagai factor koreksi terhadap burden. Jarak burden yang baik adalah jarak
30
31
dimana energi ledakan bisa menekan batuan secara maksimal sehingga pecahnya
sekecil mungkin terjadinya batuan terbang, bongkahan, dan retaknya batuan pada
� . 2 1/3
AF2 =
� . 2
(Saptono. 2006)
Keterangan:
B = Burden (m)
De = Diameter lubang ledak (m)
2. Spacing (S)
terangkai dalam satu baris (row), diukur sejajar dengan jenjang (pit wall) dan
tegak lurus burden.Spacing merupakan fungsi dari burden dan dihitung setelah
S = KS × B………………………………………………………………(2.2)
(Saptono. 2006)
31
32
Keterangan:
B = Burden
udara bebas (atmosfer) bersamaan dengan noise dan air blast. Sebaliknya, jika
jarak spacing terlalu besar diantara lubang tembak maka fragmentasi yang
3. Stemming (T)
Stemming adalah bagian lubang tembak yang tidak diisi bahan peledak
tetapi diisi oleh material pemampat seperti pasir, cutting hasil pemboran dan tanah
liat. Stemming berfungsi untuk mengurung gas yang terbentuk akibat reaksi
detonasi bahan peledak didalam lubang tembak dan untuk menjaga keseimbangan
peledak optimal dari lubang ledak, material dan panjang stemming yang tepat
diperlukan untuk membuat energi horizontal dan vertikal bahan peledakan yang
T = KT × B............................................................................( 2.3)
(Saptono. 2006)
32
33
4. Subdrilling (J)
rencana lantai jenjang. Pemboran lubang tembak sampai batas bawah dari lantai
bertujuan agar seluruh permukaan jenjang bisa secara full face setelah dilakukan
peledakan, jadi untuk menghindari agar pada lantai jenjang tidak terbentuk
J = KJ × B………………………………………………………(2.4)
(Saptono. 2006)
bahan peledak, stemming dan subdrilling. Jika arah lubang tembak vertikal maka
H = KH × B…………………………………………………...( 2.5)
(Saptono. 2006)
Keterangan:
KH = 1.50 – 4.00
33
34
Lubang ledak tidak hanya vertikal, tetapi dapat juga dibuat miring,
akan memberikan hasil berbeda, baik dilihat dari ukuran fragmentasi maupun arah
dipengaruhi oleh kemampuan alat bor dan ukuran mangkok (bucket) serta tinggi
sampai runtuh, baik karena daya dukungnya lemah atau akibat getaran peledakan.
diameter lubang yang kecil, sementara untuk diameter lubang besar dapat
L = H - J ...................................................................................( 2.6 )
(Saptono. 2006)
Keterangan:
34
35
7. Volume peledakan
V = B × S × L………………………………………………….(
2.7)(Saptono. 2006)
Keterangan:
produksi dari waktu yang tersedia. Untuk menilai kondisi suatu alat dapat
dilakukan dengan mengetahui empat tingkat ketersediaan alat dibawah ini, yaitu :
mekanik yang sesungguhnya dari alat yang digunakan. Kesediaan mekanik (MA)
menunjukan ketersediaan alat secara nyata karena adanya waktu akibat masalah
Dimana :
W = Jumlah jam kerja alat, yaitu waktu yang dipergunakan oleh operator untuk
35
36
R =Jumlah jam perbaikan, yaitu waktu yang dipergunakan untuk perbaikan dan
waktu yang hilang akibat menunggu saat perbaikan termasuk juga waktu
Dimana :
S = Jumlah jam siap yaitu jumlah jam alat yang tidak dipergunakan padahal alat
(W+R+S)=Jumlah jam tersedia, yaitu jumlah seluruh jam jalan atau jumlah jam
oleh alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat digunakan. Penggunaan
1996).
=
( + + )
x100% …………………………………………………… ( 2.10 )
36
37
dipergunakan oleh alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat digunakan.
(Partanto : 1996 ).
kemampuan alat bor untuk menyediakan lubang ledak. Kesediaan alat dikatan
sangat baik jika persen ≥90%. dikatakan sedang jika berkisar antara 70% - 80%,
dikatakan buruk jika persen kesediaan alat ≤70%. Kinerja mesin Bor sangat
apabila kinerja mesin bor tidak sesuai dengan yang diharapkan akan sangat
peledakan tidak akan mungkin terjadi. Adapun Fungsi dari pemboran tersebut
adalah untuk membuat lubang sebagai tempat bahan peledak. dalam pembuatan
lubang ledak ini mesin bor digerakkan oleh compresor, dan kompresor digerakkan
oleh bahan bakar minyak. Jika kinerja suatu mesin bor itu bagus maka akan
bagi perusahaan.
37
38
mesin bor untuk menyelesaikan satu lubang bor dengan kedalaman yang di
inginkan:
Pada proses menghitung cycle time mesin bor kegiatan yang dilakukan
adalah:
e. Menghitung berapa waktu pindah mesin bor untuk pindah ke lubang yang
lain dan mempersiapakan kembali mesin bor hingga siap untuk melakukan
pemboran kembali.
38
39
berapa volume atau berat batuan yang dapat dicangkup oleh lubang ledak dalam
waktu tertentu, sehingga produktivitas mesin bor dinyatakan dalam volume atau
berat persatuan waktu (m3/jam, ton/jam). Produktivitas mesin bor ini sangat
dipengaruhi oleh :
Waktu edar adalah waktu yang diperlukan oleh mesin bor untuk
Ct = Bt + St + At + Dt + Pt ………………………………………. ( 2.12 )
Keterangan :
Pt = waktu pindah ke lubang yang lain dan mempersiapkan alat bor hingga siap
39
40
waktu kerja yang terjadwal dan dinyatakan dalam persen. Waktu produktif adalah
W
Eff = 100% ………………………………………………… ( 2.14 )
+ +
Keterangan :
W = Jam kerja alat, yaitu waktu yang dibebankan kepada operator suatu alat
yang dalam kondisi dapat dioperasikan, artinya tidak rusak. Waktu ini
40
41
dan waktu yang hilang akibat menunggu saat perbaikan, termasuk juga
S = Jumlah jam menunggu alat, yaitu jumlah jam suatu alat yang tidak
dapat pergunakan padahal alat tersebut tidak rusak dan dalam keadaan
persamaan ( 2.10 ).
5. Volume Setara
dinyatakan dalam m3/m. Volume setara dapat dihitung dengan persamaan (Richad
L Ash, 1963).
berapa volume atau berat batuan yang dapat dicakup oleh lubang ledak dalam
waktu tertentu, sehingga produktifitas mesin bor dinyatakan dalam volume atau
berat per satuan waktu (m2/jam, ton/jam). Ini dengan anggapan bahwa seluruh
41
42
volume cakupan lubang ledak itu akan terbongkar ketika diledakkan. Produktifitas
mesin bor dipengaruhi oleh geometri dan pola pemboran, kecepatan pemboran,
Dalam penelitian ini ada kerangka konseptual yang akan membantu penulis dalam
2.2.1 Input
1. Data primer yaitu data – data yang di peroleh dari kegiatan lapangan yang
seperti data lubang bor, kedalaman lubang bor, kecepatan pngeboran, dan
2. Data sekunder yaitu data-data yang di ambil dari instansi perusahaan, peta
topografi, peta geologi, data rencana pemboran, data dari alat bor, spesifikasi
mesin bor, waktu kerja mesin bor dan operator dan literatur dari buku-buku
3.
42
43
2.2.2Proses
dan yang idealnya. Evaluasi produktivitas alatbor yaitu dengan menghitung cycle
time pada alat bor. Serta meningkatkan kinerja alat bor sehingga mendukung
2.2.3 output
Output atau hasil dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui kapasitas
produktivitas optimal alat bor yang digunakan dalam kegiatan pemboran. Baik itu
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
dimana hasil penelitian ini hanya di gunakan untuk objek tempat dimana
Kabupaten Lima Puluh Kota diapit oleh empat Kabupaten dan satu
berikut:
Sijunjung.
44
45
dapat ditempuh menggunakan transportasi darat dalam waktu 4 jam dari Ibukota
jam, dengan kondisi jalan yang sangat bagus, dapat ditempuh dengan kendaraan
Secara geografis lokasi tambang PT. Koto Alam Sejahtra terletak pada
00° 25’ 28,71” LU - 00° 22’ 14,25” LS dan 100° 15’ 44,10” BT - 100° 50’
47,80” BT
Tabel 3.1
Koordinat Lokasi Tambang PT. Koto Alam Sejahtera
perhitungan waktu cycle time, waktu kerja mesin bor, data lubang bor, kedalaman
lubang bor, kecepatan pengeboran, dan produktivitas alat bor pada kegiatan
3.4.1. Data
Dalam penelitian ini, data-data yang penulis kumpulkan ada dua jenis di
antaranya:
2. Geometri pemboran
4. Kecepatan pengeboran
1. Data primer yaitu data-data yang di peroleh dari kegiatan lapangan yang
seperti data lubang bor, kedalaman lubang bor, kecepatan pngeboran, dan data
2. Data sekunder yaitu data-data yang di ambil dari instansi perusahaan, peta
topografi, peta geologi, data rencana pemboran, data dari alat bor, spesifikasi
48
mesin bor, waktu kerja mesin bor dan operator dan literatur dari buku-buku
lapangan, observasi, wawancara yang termasuk dalam data primer dan data
buku-buku literatur dan jurnal yang berkaitan dengan masalah yang akan
dibahas dan data-data serta arsip perusahaan sehingga dapat digunakan sebagai
dibutuhkan antaranya kondisi tempat kerja, waktu cycle time pemboran, data
produktivitas pemboran.
Pada proses menghitung cycle time mesin bor kegiatan yang dilakukan
adalah:
j. Menghitung berapa waktu pindah mesin bor untuk pindah ke lubang yang
lain dan mempersiapakan kembali mesin bor hingga siap untuk melakukan
pemboran kembali.
Ct = Bt + St + At + Dt + Pt
Gdr = H / Ct
50
W
Eff = 100%
+ +
V = B×S×L
e. Volume Setara
Veq = V / (n x H)
data yang diolah pada perhitungan yang ideal adalah data-data yang sudah
dilakukan perbaikan.
ada berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan maka dilakukan analisa data
dari pengolahan data yang didapat dengan menghitung data cycle time pemboran
Identifikasi Masalah
1. Banyaknya waktu yang tidak efektif yang diakibatkan kinerja
alat bor.
2. Sering terjadinya gangguan operasional pemboran
3. Kurang optimalnya kemampuan produksi alat bor
4. Produktivitas mesin bor tidak maksimal dikarenakan tidak
sesuainya waktu kerja yang dipergunakan dan geometri
pemboran yang ditetapkan
Tujuan Penelitian
1. Menentukan produktivitas alat bor aktual pada PT. Koto Alam
Sejahtera
2. Menentukan produktivitas alat bor ideal pada PT. Koto Alam
Sejahtera
Pengambilan data
Primer Sekunder
1. Data lubang bor 1. Data perusahaan,
2. Kedalaman lubang peta topografi, peta
bor geologi, spesifikasi
3. Kecepatan alat bor
pengeboran
4. Data cycle time
A
53
Analisa Data
1. Menghitung cycle time pemboran
2. Menghitung produktivitas alat bor
Hasil
1. Jumlah produktivitas alat bor aktual
Pada bab ini berisikan data-data yang diperlukan dalam penelitian Evaluasi
Produktivitas Mesin Bor Pada Kegiatan Penambangan Batu Andesit PT. koto
kecepatan pemboran, efisiensi kerja mesin bor, volume batuan yang diledakkan,
volume setara (Equivalent volume), dan produktivitas mesin bor, maka diperlukan
perhitungan penelitian ini adalah data cycle time pemboran, waktu kerja produktif
dan hambatan dalam proses pemboran serta data geometri pemboran lubang ledak.
mesin bor untuk menyelesaikan satu lubang bor. Dalam penelitian ini data cycle
timepemboran yang diperoleh pada PT Koto Alam Sejahtera pada tabel 4.1.
54
55
Tabel 4.1
Data cycle time pemboran
Bt Pt St At Dt Ct
NO H
(detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik)
1 6 911 116 43 48 61 1179
2 6 868 118 35 56 123 1200
3 6 798 123 37 100 1058
4 6 856 102 38 42 1038
5 6 903 65 105 59 1132
6 6 832 103 40 58 71 1104
7 6 846 131 55 52 102 1186
8 6 873 90 48 55 1066
9 6 892 91 63 68 1114
10 6 799 90 60 53 1002
11 6 863 100 90 58 1111
12 6 857 95 90 69 128 1239
13 6 721 67 58 72 100 1218
14 6 870 80 45 90 1085
15 6 904 102 75 110 1191
16 6 782 85 57 59 983
17 6 820 90 45 106 1061
18 6 856 108 90 106 1160
Jumlah 15260 1756 1074 1261 585 19927
18,44
menit
Rata-rata 847,77 97,55 59,66 70,05 32,5 1107,05
Keterangan :
Bt = Waktu Pemboran
Ct = Waktu edar
Data geometri pemboran yang ada pada PT. Koto Alam Sejahtera berupa
burden, spasi, tinggi jenjang, kedalaman lubang, dan diameter lubang bor adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.2
Data Geometri Pemboran
NO Geometri pemboran Rencana geometri
yang tersedia dan waktu kerja produktif berdasarkan waktu kerja yang ditetapkan
PT. Koto Alam Sejahteradalam satu hari kerja (Tabel 4.3 jadwal waktu kerja).
57
Tabel 4.3
jadwal waktu kerja PT Koto Alam Sejahtera
Jumlah
No. Jenis Kegiatan Waktu (WIB)
(Menit)
1 Masuk kerja 08.00 -
2 Kerja produktif I 08.00-12.00 240
3 Istirahat 12.00-13.00 60
4 Kerja produktif II 13.00-16.30 210
Waktu Kerja Tersedia (WT) 8.5 Jam 510
Tabel 4.4
Pengurangan Waktu Kerja Produktif
Sebelum Sesudah
No Jenis Kegiatan Waktu Kerja Hambatan yang
Paroduktif Mengurangi Waktu
(menit) Produktif
(menit)
1 Brangkat kelokasi kerja 10
2 Pemeriksaan dan pemanasan alat 10
3 Menunggu BBM diantar kelokasi 450
(standby) 30
4 Waktu kerusakan alat 50
5 Keperluan Operator 15
Jumlah 450 115
450-115 = 335
Berdasarkan data pada tabel 4.1, Waktu edar pemboran yang dibutuhkan
oleh alat bor untuk membuat satu lubang bor dengan mengatasi semua hambatan
58
yang ada. Hasil pengamatan di lapangan diambil sampel cycle time pengeboran
dari alat borfurukawa rock drill. Maka waktu edar pemboran rata-rata dari 18
bor 6 meter, maka kecepatan pemboran (Gross Driling Rate) dapat diketahui
sebagai berikut:
H 6
GDR = =
C 18,44
diketahui waktu kerja yang tersedia dan waktu kerja produktif berdasarkan waktu
kerja yang ditetapkan PT. Koto Alam Sejahteradalam satu hari kerja (Tabel 4.4
Berdasarkan dari data tabel 4.4 maka efisiensi kerja pemboran dapat di hitung:
R ( waktu rusak ) = 50
MA = x 100%
W +R
350
= x 100% = 87,50 %
350+50
59
S ( waktu stanby ) = 65
R ( waktu rusak ) = 50
+
MA = x 100 %
W +R+S
350+65
= x 100 %
350+50+65
= 89,24 %
S ( waktu stanby ) = 65
UA = x 100%
W +S
350
= x 100%
350+65
= 84,33 %
Jadi, dengan jadwal kerja pemboran yang diterapkan oleh PT.Koto Alam
Sejahtera, mempunyai efisiensi kerja sebesar 87,37 %. Efisiensi kerja ini tanpa
d) Efisiensi kerja
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui waktu kerja tersedia (W) = 350, dan waktu
kerusakan mesin bor (R) = 50, sedangkan waktu standby di total kan semua yang
ada pada tabel 4.2 adalah sebesar 65. Jadi untuk mngetahui efisiensi kerja mesin
= x100%
( + + )
350
= x100%
(350+50+65)
= 74,44 %
Dengan waktu kerja produktif sebesar 450 menit/hari, maka jumlah lubang
bor yang dihasilkan dalam satu hari oleh satu alat bor Furukawa Rock Drill
adalah:
dikarenakan ada kegiatan lain yang dilakukan operator mesin bor contohnya:
Habisnya stok BBM untuk alat bor sehingga pemboran berhenti untuk menunggu
stok BBM kembali ada ataupun diakibatkan oleh cuaca yang tidak mendukung
seperti hujan, dan terhentinya kegiatan mesin bor yang di akibatkan kenaikan
amper panas kompresor serta kerusakan mesin bor. (Tabel 4.4) yang
Berdasarkan tabel di atas, maka waktu kerja efektif yang digunakan untuk
melakukan pemboran adalah 335 menit dan waktu efektif yang tidak digunakan
61
karena hambatan adalah 115 menit. Apabila operator bisa memaksimalkan waktu
= 6,23 lubang/hari
Sehingga total lubang bor = lubang bor yang dihasilkan + lubang yang tidak
Dihasilkan
= 18 lubang + 6 lubang
Jadi perhitungan ideal lubang bor perhari tanpa adanya kendala terhadap waktu
sejahtera maka perhitungan volume batuan yang akan diledakkan dapat diketahui
V=BxSxLxN
= 320,76 m3
V
Veq =
NxH
320,76
= = 2,97 m3/m
18x 6
= 42,44 m3/jam
Jadi produktivitas mesin bor yang aktual di PT. koto alam sejahtera dengan
efisiensi kerja 74,44 % adalah 42,44 m3/jam. Dengan masa jenis andesit 2,54
P = 107,79 ton/jam
Dengan waktu kerja produktif sebesar 335 menit, atau 5,58 jam dalam satu
hari, maka produktivitas mesin bor dalam satu hari sebagai berikut:
P = 601,46 ton/hari
= 18043,8 ton/bulan.
4.2.7 Perhitungan Mesin Bor yang ideal untuk PT Koto Alam Sejahtera
tingkatkan lagi melebihi produktivitas yang aktual di lapangan pada saat ini.
pemboran. Pengurangan waktu hambatan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
Perbaikan Waktu Hambatan Kerja Produktif
Sebelum Sesudah
No Jenis Kegiatan perbaikan perbaikan
Waktu Kerja Hambatan yang Mengurangi
Paroduktif Mengurangi waktu
(menit) Waktu Produktif hambatan
(menit)
1 Brangkat kelokasi kerja 10 10
2 Pemeriksaan dan 10 10
pemanasan alat 450
3 Menunggu BBM diantar 30 -
kelokasi (standby)
4 Waktu kerusakan alat 50 30
5 Keperluan Operator 15 5
Jumlah 450 115 55
450-55= 395
64
tersebut. Dari perbaikan waktu hambatan tersebut diperoleh waktu kerja produktif
395
EU = x100%
(395+55)
= 87,77 %
Waktu edar dalam pemboran terdiri dari lima tahapan, yang mana dua
diantaranya di asumsikan bisa dilakukan suatu pereduksian waktu, hal ini apabila
disetujui dan operator juga bisa bekerja sama. Maka diharapkan waktu edar dapat
diminimalisir.
Usulan agar sebelum mesin bor berjalan ke arah titik bor berikut nya, pendamping
operator hendaknya telah menggeser patok titik bor dan membersihkan sekitarnya.
Agar tidak menunggu saat pengangkat patok tersebut, maka waktu untuk pindah
Usulan agar masalah yang ada saat pemboran dapat direduksi seminimal mungkin
jumlah lubang bor yang dapat dibuat dalam rentang waktu kerja yang tersedia
Tabel 4.6
waktu edar setelah perbaikan
Bt At Dt
NO H Pt (detik) St (detik) (detik) Ct (detik)
(detik) (detik)
1 6 847,77 40 59,66 70,05 20 1064,48
bor 6 meter, maka kecepatan pemboran (Gross Driling Rate) dapat diketahui
Data geometri pemboran yang ideal untuk PT koto alam sejahtera dapat
diperbaiki dengan mengubah burden dan spasi lebih besar dari data geometri
alam sejahtera maka perhitungan volume batuan yang akan diledakkan dapat
V=BxSxLxN
= 2 m x 2 m x 5,5 m x 18
= 396 m3
V
Veq =
NxH
396
= = 3,66 m3/m
18x 6
= 63,60 m3/jam
Jadi produktivitas mesin bor yang ideal di PT. koto alam sejahtera dengan
efisiensi kerja 87,77 % adalah 63,60 m3/jam. Dengan masa jenis andesit 2,54
P = 161,54 ton/jam
Dengan waktu kerja produktif sebesar 395 menit, atau 6,58 jam dalam satu
hari, maka produktivitas mesin bor dalam satu hari sebagai berikut:
P = 1062,93 ton/hari
= 31887,9 ton/bulan.
BAB V
menghasilkan produk sesuai dengan yang direncanakan, ini dapat dilihat dari
mempengaruhi produksi yang direncanakan. Maka perlu dikaji beberapa hal yang
dan faktor alat. Faktor manusia meliputi terlambat memulai kerja produksi, terlalu
lama menunggu BBM yang diantar kelokasi kerja, serta keperluan operator yang
tidak produktif. Faktor alat meliputi kerusakan yang terjadi pada alat seperti
kerusakan pompa, batang bor macet, serta kenaikan amper panas kompresor yang
bekerja optimal. Dari hasil pengolahan data didapat waktu hambatan terhadap
kerja alat dan efisiensi kerja, maka dilakukan pembahasan hasil pengolahan data
sebagai berikut:
68
69
kerja untuk mesin bor furukawa rock drill. Waktu kerja yang tersedia untuk mesin
bor furukawa adalah 510 menit/hari atau 8,5 jam/hari, sedangkan waktu kerja
produktifnya adalah 335 menit/hari atau 5,58 jam/hari dengan efisiensi kerja
sebesar 74,44 %.
dibutuhkan oleh mesin bor untuk membuat satu lubang bor adalah 18,44 menit
untuk setiap lubang bor. Dengan waktu edar tersebut maka kecepatan rata-rata
mesin bor untuk kedalaman 6 meter 0,32 meter/menit atau 19,2 meter/jam.Dari
geometri pemboran yang ada dilapangan maka perhitungan volume batuan yang
akan diledakkan adalah sebesar 320,76 m3, dan untuk perhitungan volume
maka produktivitas mesin bor yang aktual dilapangan adalah sebesar 42,44
m3/jam, bila dikali masa jenis maka produktivitas sebesar 107,79 ton/jam, untuk
5.2 Efisiensi dan produksi mesin bor yang ideal untuk PT koto alam
sejahtera
geometri pemboran maka dapat diperoleh waktu kerja efektif dan efisiensi kerja
untuk mesin bor furukawa rock drill yang lebih bagus dari sebelum perbaikan.
Waktu kerja yang tersedia untuk mesin bor furukawa adalah 510 menit/hari atau
8,5 jam/hari, sedangkan waktu kerja produktifnya adalah 395 menit/hari atau 6,58
dibutuhkan oleh mesin bor untuk membuat satu lubang bor adalah 17,74 menit
untuk setiap lubang bor. Dengan waktu edar tersebut maka kecepatan rata-rata
mesin bor untuk kedalaman 6 meter 0,33 meter/menit atau 19,8 meter/jam.Dari
geometri pemboran yang ada dilapangan maka perhitungan volume batuan yang
akan diledakkan adalah sebesar 396 m3, dan untuk perhitungan volume setaranya
3,66 m3/m.
maka produktivitas mesin bor yang ideal dilapangan adalah sebesar 63,60 m3/jam,
bila dikali masa jenis maka produktivitas sebesar 161,54 ton/jam, untuk produksi
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
m3/jam.bila dikali masa jenis maka produktivitas sebesar 107,79 ton/jam, untuk
kerja efektif sebesar 335 menit/hari dengan nilai efisiensi sebesar 74,44 %,
waktu edar sebesar 18,44 menit dengan kecepatan sebesar 0.32 menit/meter,
serta volume batuan sebesar 320,76 m3, dan volume setaranya 2,97 m3/m.
geometri pemboran, maka produktivitas mesin bor yang ideal untuk PT koto
alam sejahtera adalah sebesar 63,60 m3/jam, bila dikali masa jenis maka
setelah perbaikan diperoleh dari perhitungan waktu kerja efektif sebesar 395
menit/hari dengan nilai efisiensi sebesar 87,77 %, waktu edar sebesar 17,74
menit dengan kecepatan sebesar 0.33 menit/meter, serta volume batuan sebesar
71
72
6.2 Saran
berikut:
sehingga diharapkan waktu yang hilang akibat kerusakan alat dapat berkurang
Dimension
Panjang Keseluruhan 5400 mm
Feed travel 3710 mm
Panjang Trek 2580 mm
Panjang Contactel dari Tanah 1885 mm
Tow hitch height 550 mm
Lebar Keseluruhan 2390 mm
Lebar Lintasan 2200 mm
Lebar Grousers 300 mm
Tinggi Keseluruhan 1250 mm
Ground clearance 280 mm
Pneumatic drifter
Tipe rotary-percussive,
independent gear motor
rotation
Berat (without shank rod) 180 kg
Lampiran Lanjutan