Anda di halaman 1dari 21

USULAN PENELITIAN

EVALUASI KINERJA ALAT BOR DALAM PENYEDIAAN


LUBANG LEDAK UNTUK MENCAPAI TARGET PRODUKSI
PEMBONGKARAN PADA BATUAN GAMPING DI PT. SEMEN
PADANG

RAHMAT ANDIKA
F1D116040

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
2022
USULAN PENELITIAN

EVALUASI KINERJA ALAT BOR DALAM PENYEDIAAN


LUBANG LEDAK UNTUK MENCAPAI TARGET PRODUKSI
PEMBONGKARAN PADA BATUAN GAMPING DI PT. SEMEN
PADANG

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam melakukan penelitian dalam


rangkapenulisan Skripsi pada Program Studi Teknik Pertambangan

RAHMAT ANDIKA
F1D116040

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Permasalahan ...............................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................2
1.4 Batasan Masalah .............................................................................................2
1.5 Manfaat Penelitian ..........................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................3
2.1 Topografi Daerah Penelitian .........................................................................3
........................................................................................................................................4
2.2 Geologi Regional ..............................................................................................4
2.3 Pengertian Pemboran ..................................................................................... 5
2.4 Metode Pemboran ............................................................................................ 5
2.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemboran ..................................... 7
2.5 Cycle time pemboran ......................................................................................9
2.6 Laju Penetrasi Pemboran ..............................................................................9
2.7 Volume setara ..................................................................................................9
2.8 Efisiensi kerja................................................................................................. 10
2.9 Produksi pemboran ...................................................................................... 10
2.10 Kemampuan Pemboran ............................................................................. 10
2.11 Jumlah Alat Yang Digunakan.................................................................. 10
2.12 Kesediaan Alat Bor ..................................................................................... 11
III. METODOLOGI PENILITIAN .............................................................................. 13
3.1 Lokasi Penelitian ........................................................................................... 13
3.2 Waktu Penelitian ........................................................................................... 13
3.3 Alat dan Bahan .............................................................................................. 13
3.4 Tahapan Penelitian ....................................................................................... 13
3.5 Metode Penelitian .......................................................................................... 13
3.6 Pengumpulan Data ....................................................................................... 14
3.7 Pengolahan Data ........................................................................................... 14
3.8 Analisis Data .................................................................................................. 14
3.9 Alur Kerja Penelitian .................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 15

i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Geologi Bukit Karang Putih ............................................................ 4
Gambar 2. Top Hammer Drilling Tipe Catterpilar ..........................................5
Gambar 3. Down The Hole Drill Tipe Sandvik ................................................ 6
Gambar 4 Pola Pemboran ................................................................................... 8
Gambar 5. Alur Kerja Penelitian ...................................................................... 15

ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Waktu Penelitian.................................................................................. 13

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perusahaan Semen Padang adalah pabrik semen pertama di Asia
Tenggara di Sumatera Barat Sebelah Timur Jalan Raya Padang Solok,
15 km dari pusat kota Padang, ketinggian ± 200 m dpl, luas ± 630 ha.
Perusahaan Semen Padang ialah perusahaan yang bergerak di bidang
semen dengan produknya diketahui dengan nama semen padang.
Pertumbuhan kemajuan teknologi serta pembangunan pada era moderen
ini sudah membagikan hasil yang sangat berguna untuk suatu industri
serta di pertambangan. Buat mendukung pembangunan infrastruktur di
Indonesia dibutuhkan bahan dasar yaitu batu gamping ataupun batu
kapur. Penambangan batu kapur di Industri Semen Padang dicoba
dengan metode tambang terbuka yang memakai sistem Type Side Hill
Quarry. Pada penambangan ini menggunakan metode tambang terbuka
untuk menambang suatu batuan di kondisi perbukitan. Metode ini
digunakan apabila dikondisi perbukitan yang hendak ditambang di
mulai dari dasar ke atas. Selaku industri yang bergerak dibidang
pertambangan batugamping industri Semen Padang sepatutnya bisa
merencanakan pemboran dengan maksimal buat penuhi kebutuhan
bahan baku batugamping. Perihal ini bisa terapkan dengan optimalisasi
kinerja unit pemboran.
Aktivitas pemboran ialah aktivitas awal yang dilakukan saat sebelum
dilakukan peledakan. Tujuan dibuatnya pengeboran merupakan buat
sediakan lubang ledak yang nantinya hendak diisi bahan peledak.
Pengaruh pengeboran dalam aktivitas peledakan merupakan aspek
penting, hal ini dikarenakan berhasilnya peledakan bisa dilihat lewat
hasil produksi pengeboran pada jumlah lubang ledak serta kedalaman
lubang ledak. (Koesnaryo, 2001).
Kelancaran operasi peledakan bergantung pada aktivitas pemboran
yang dilakukan. Perusahaan semen padang menggunakan jenis alat bor
Furukawa HCR1500 D20 dengan menggunakan metode rotary– perkusif
ataupun putar– tumbuk dalam pembuatan lubang ledak serta alat bor
yang dipakai memakai sistem DTH ( Down the Hole). Pengeboran DTH (
Down the Hole) dapat dilakukan dibeberapa tipe batuan, baik tipe
batuan itu lunak ataupun keras. Metode ini merupakan metode yang
umum digunakan dalam industri pertambangan khususnya dalam
pemboran lubang ledak.

1
Terdapat sebagian faktor yang pengaruhi aktivitas pengeboran antara lain
ialah jenis batuan,alat bor yang digunakan, mata bor, metode pengeboran,
geometri pengeboran, keahlian operator serta kemampuan produksi alat bor.
( Supratman, 2017 ).
Dari sekian banyak faktor yang pengaruhi aktivitas pemboran maka dari itu
melatar belakangi penulis buat melaksanakan pengamatan serta penelitian
pengaruh hambatan– hambatan dalam aktivitas pemboran dengan judul
“EVALUASI KINERJA ALAT BOR DALAM PENYEDIAAN LUBANG LEDAK
UNTUK MENCAPAI TARGET PRODUKSI PEMBONGKARAN PADA BATUAN
GAMPING DI PT. SEMEN PADANG”
1.2 Rumusan Permasalahan
1. Bagaimana kinerja operasi pengeboran di PT. Semen Padang?
2. Bagaimana kinerja alat bor berdasarkan efisiensi waktu kerja
alat bor
3. Berapakah jumlah target produksi berdasarkan kinerja alat
bor ?
4. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja operasi
pengeboran
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kinerja operasi pengeboran di PT. Semen Padang
2. Mengetahui efisiensi waktu kerja alat bor
3. Mengetahui target produksi lubang ledak
4. Mengetahui hambatan – hambatan kinerja operasi pengeboran
1.4 Batasan Masalah
1. Penelitian ini dilakukan di PT. Semen Padang
2. Penelitian ini dilakukan di front X
3. Penelitian ini melakukan perhitungan terhadap efisiensi alat
bor
4. Penelitian ini tidak membahas biaya operasional pemboran
1.5 Manfaat Penelitian
1. Menambah ilmu pengetahuan penulis tentang geometri
pemboran yang diterapkan oleh PT.Semen Padang
2. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi S1
program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Sains Dan
Teknologi Universitas Jambi
3. Sebagai salah satu bahan atau masukan kepada pihak
perusahaan PT. Semen Padang

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Topografi Daerah Penelitian


Sebagian besar wilayah konsesi mempunyai morfologi perbukitan
bergelombang tajam sedudasional dengan ketinggian 175 m hingga 500 m
diatas permukaan laut dengan kemiringan lereng 35˚ hingga 70˚ pada tempat
tertentu hingga 85˚ ataupun 90˚, ditempatkan oleh batuan gamping, batuan
basal serta batuan volkanik terkisifikasikan. Keadaan saat ini yang relative
terbuka disebabkan oleh terdapatnya kegiatan penambangan batukapur yang
tengah berlangsung. Menurut Tobbler (1992) di dalam Van Bemmelen (1949)
daerah Sumatera terbagi menjadi 7 zona fisiografi, yaitu Dataran Alluvial Pantai
Utara Sumatera, Dataran Rendah Bergelombang, Zona Depresi Sub-Barisan
Sumatera Tengah, Pegunungan Barisan Depan, Sekis Barisan, Pegunungan
Barisan dan Dataran Alluvial Pantai Sumatra Barat. Lokasi ini masuk kedalam
bagian zona Pegunungan Barisan terbagi menjadi menjadi 4 bagian, yaitu
Pegunungan Barisan, Zona Sesar Semangko, Pegunungan Tiga Puluh Kota,
serta Dataran Rendah bergelombang. Lokasi penelitian masuk ke dalam bagian
zona Pegunungan Barisan yang dimana morfologi di daerah Bukit Karang Putih
masuk ke dalam bagian perbukitan lemah-kuat dan karst yang kemiringan
lerengnya 20˚ hingga 65˚ . Lokasi Bukit Karang Putih ini umumnya ditempati
oleh batu gamping dengan terobosan batuan beku (basalt, andesit, granit).
Lapisan pada batukapur terletak di atas batuan endapan vulkanik yang
mempunyai ketebalan 100-350 m. Di sebelah Selatan penambangan terdapat
batuan beku basalt. Lokasi di Bukit Karang Putih memiliki luas sekitar 1 x 1,5
km2, dimana daerah ini memiliki daerah perbukitan yang terjal, berletak di
ketinggian 150 hingga 560 m dari dasar laut, yang kebanyakan oleh litologi
batulempung yang sudah mengalami perubahan menjadi batulempung tufa
(batulempung kersikan) terdapat di Tenggara - Selatan lokasi penelitian, secara
menjari diendapkan batugamping hingga batugamping marmeran serta telah
mengalami perlipatan yang kuat. Diatasnya secara tidak selaras diendapkan
batuan volkanik. Selain itu dijumpai batuan terobosan yang berkomposisi
basaltis.

3
Gambar 1 Geologi Bukit Karang Putih

2.2 Geologi Regional


Sejarah struktural Sumatera erat kaitannya dengan tumbukan antara
lempeng Indo-Australia dan lempeng Asia Tenggara sekitar 45,6 juta tahun yang
lalu, dan arah serta kecepatan relatif antar lempeng berubah secara sistematis.
Proses tumbukan ini menciptakan banyak sesar geser di bagian timur India,
menanggapi perpindahan massa struktural. Selanjutnya, sebagai respon
struktural terbentuknya tepi lempeng Asia Tenggara yang melengkung ke dalam
menuju lempeng Indo-Australia, besaran vektor slip ini meningkat secara
geometris ke arah barat laut seiring dengan penurunan sudut konvergensi di
antara kedua lempeng tersebut.
Menurut Kastowo (1973), litologi wilayah padang serta sekitarnya terdiri
dari batuan pratersier, tersier serta kwarter. Batuan pratersier terdiri dari filit
serta serpih anggota formasi kuantum, batugamping anggota formasi kuantum,
formasi barisan serta formasi siguntur. Sebaliknya batuan tersier terdiri dari
formasi painan, Produk gunung api kerinci serta gunung 7 serta endapan
sangat muda.
Kastowo dan Gerard (1973), menerangkan kalau batuan yang tertua yang
tersikap diekitarnya berusia Pra– Tersier, terdiri dari kelompok batuan
metamorf yang biasanya mendasari perbukitan serta pegunungan di wilayah ini.
Kelompok batuan ini terdiri batuan sendimen( batupasir metamorf, batulanau
metamorf) yang berasoisasi dengan filit serta batulempung tufa yang terkisikan
serta kelompok batugamping kristalin bertabiat marmeran. Berikutnya diatas
kelompok batuan pra– tersier tersebut secara tidak selaras diendapkan

4
kelompok vulkanik tersier kwarter, kelompok batuan vulkanik tersier- kwarter
ini terdiri dari aliran aliran lahar, konglomerat, perselingan antara andesit serta
tufa dan kristal yang sangat keras, pejal serta tersemen baik.
2.3 Pengertian Pemboran
Pengeboran merupakan kegiatan penambangan yang penting. Pengeboran
merupakan kegiatan pertama yang dilakukan sebelum melakukan suatu operasi
peledakan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membuat beberapa lubang
bor yang nantinya akan diisi bahan peledak untuk kemudian diledakkan.
Aktivitas pengeboran adalah faktor terpenting dalam keberhasilan ledakan, dan
jumlah lubang ledakan yang dibuat mempengaruhi hasil ledakan dan jumlah
batuan yang dihasilkan. ( Herba, 2016 )
2.4 Metode Pemboran
Metode pemboran mempunyai 3 macam, berikut beberapa metode dalam
pemboran :
1. Metode Rotary - Percussive
Metode rotary - perkusif, yaitu metode dengan cara penumbukan dan
dikombinasikan dengan gaya memutar, yang menyebabkan peremukan dan
penggerusan pada batuan yang akan dibor.
Pada metode ini memiliki 2 macam yaitu :
a. Top Hammer
Metode pengeboran top hammer adalah metode pengeboran yang memiliki dua
aktivitas dasar, memutar dan menumbuk. Kedua aktivitas ini bekerja melalui
roda gigi dan piston, lalu meneruskan tenaga ke mata bor melalui shank
adaptor dan batang bor. Top hammer drill umumnya diterapkan untuk
mengebor lubang pada formasi batuan lunak hingga keras dengan diameter
mulai dari 22 mm hingga 254 mm. Top hammer ini tergantung pada penerusan
tenaga yang digunakan.

Gambar 2. Top Hammer Drilling Tipe Catterpilar

b. Down The Hole (DTH) Hammer


Metode pengeboran ini yang memerlukan udara bertekanan dipercussive drilling

5
yang lebih optimal dari pada pneumatic top hammer drill biasa. Kecepatan
penetrasi ini konstan, tidak mempengaruhi kedalaman lubang bor, dan akurasi
pengeborannya bagus. Udara yang keluar dari hummer tersebut menjadi
flushing yang nantinya udara tersebut disalurkan menyelusuri ke mata bor.
Untuk lapisan berlumpur atau basah, ini meningkatkan sistem flushing didalam
lubang. Pada metode pengeboran ini mempunyai katup pengontrol yang terletak
di ujung, yang menutup selama pemboran berhenti dan akan membentuk
kantong udara di dalam hammer, dan ini akan terhindarnya air dan cutting
masuk ke dalam alat bor.

Gambar 3. Down The Hole Drill Tipe Sandvik

2. Metode Rotary
Metode ini mempunyai cara kerja dengan menggerus batuan dengan tenaga
yang disalurkan terhadap mata bor dengan menggunakan gaya putaran dan
gaya dorong serta menggunakan udara flushing untuk membersihkan cutting.
Untuk lubang ledak yang digunakan untuk penambangan terbuka memiliki
diameter lubang 102 – 445 mm, kedalaman hingga 50 m. Proses bor ini
melibatkan 4 komponen utama yaitu :
- Gaya rotasi yang cukup untuk memutar bor.
- Tenaga dengan gaya mendorong ke bawah dari bor cukup besar untuk
mendapatkan penetrasi yang optimal
- Memiliki udara flushing optimal untuk membersihkan cutting selama
penetrasi.
- Memilih jenis mata bor sesuai dengan bahan galian yang akan di bor.
3. Metode Percussive
Dalam proses ini, energi dari bor ditransfer melalui batang bor dan mata bor
untuk memecahkan batu. Bagian dari mesin bor ini ialah piston yang
mendorong dan menarik poros batang bor. Energi kinetik piston ditransmisikan
ke batang bor dalam bentuk gelombang kejut yang merambat di sepanjang
batang bor.

6
2.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemboran
1. Kekerasan Batuan
Kekerasan batuan adalah ketahanan dari permukaan suatu bidang yang
halus terhadap suatu abrasi. Kekerasan batuan digunakan untuk mengukur
sifat dari mineral batuan dan juga dapat digunakan untuk mewakili tegangan
yang diperlukan untuk merusak batuan. Semakin keras batunya, semakin kecil
kemungkinannya untuk pecah.
2. Struktur Geologi
Struktur geologi seperti patahan, rekahan, kekar, bidang perlapisan
mempengaruhi keselarasan lubang bor, aktifitas pengeboran dan kestabilan
lubang bor. Adanya rekahan – rekahan dan rongga – rongga dibatuan seperti
misalnya batugamping sering mempersulit kegiatan pengeboran tersebut, hal
itu disebabkan pada bagian alat bor seperti batang bor bisa jadi terjepit. Kekar
merupakan rekahan – rekahan didalam batuan disebabkan karena tekanan
atau tarikan yang bekerja didalam kerak bumi serta pengurangan bahkan
kehilangan tekanan dimana pergeseran dianggap sama sekali tidak ada.
3. Geometri pemboran
Terdapat beberapa komponen didalam Geometri pemboran yaitu :
 Diameter lubang pengeboran menentukan diameter lubang peledakan
berdasarkan jumlah batu yang didapatkan, tingkat fragmentasi,tinggi jenjang
yang diinginkan, alat bor yang digunakan, dan kapasitas dari alat muat yang
nantinya digunakan untuk memuat materal hasil ledakan. Jika diameter
lubang peledakan terlalu kecil, faktor energi yang dihasilkan akan berkurang
dan tidak akan cukup besar untuk menghancurkan batuan peledak. Di sisi
lain, jika diameter lubang ledakan terlalu besar, lubang ledakan tidak cukup
untuk menghasilkan fragmentasi yang baik. Untuk memilih ukuran diameter
lubang tembak hal yang perlu diperhatikan adalah :
- Volume massa batuan yang akan dibongkar ( volume produksi )
- Konfigurasi isian dan tinggi jenjang
- Fragmentasi yang diinginkan
 Kedalaman lubang peledakan biasanya disesuaikan dengan tinggi jenjang
yang digunakan. Dan untuk mendapatkan lantai yang rata, kedalaman
lubang peledakan harus lebih besar dari tinggi jenjang. Kedalaman lubang
peledakan sangat berpengaruh terhadap fragmentasi hasil peledakan, dan
semakin dangkal kedalaman lubang peledakan maka potensi terjadinya
boulder.
 Kemiringan lubang peledakan Ada dua arah pengeboran teoretis, arah
pengeboran tegak dan arah pengeboran miring. Menurut McGregor K (1967),

7
kemiringan lubang peledakan antara 10° dan 20° dari bidang vertikal yang
biasa digunakan pada penambangan terbuka sudah memberikan hasil yang
optimal.

 Pola pemboran salah satu pola peledakan pemboran yang berhasil adalah
tersedianya free space yang cukup luas setidaknya membutuhkan dua
bidang bebas, ketika peledakan hanya pada satu bidang bebas, yang dikenal
sebagai crater blasting yang menyebabkan ledakan fragmentasi ke atas yang
tidak terkendali. Dengan pemikiran ini, setidaknya dua bidang bebas selalu
dibuat di penambangan terbuka. Artinya, puncak jenjang dan dinding bebas.
Selain itu, ada tiga pola bor yang harus diketahui yaitu :
- Pola bujur-sangkar (square pattern ),ialah jarak antar burden dan spasi
sama.
- Pola persegi panjang( rectangular pattern ),ialah jarak spasi di satu baris
lebih besar ketimbang burden.
- Pola zig-zag (staggered pattern ), ialah antar setiap lubang bor dibuat
pola zig-zag yang terbentuk dari pola bujur-sangkar ataupun persegi
panjang.

Gambar 4 Pola Pemboran

4. Umur dan kondisi mesin bor


Semakin lama umur bor, semakin sedikit kinerja bor yang digunakan,
sehingga usia dan kondisi bor sangat berpengaruh.
5. Keterampilan Operator
Keterampilan operator memiliki kualitas yang berbeda dari individu ke
individu dan dapat diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman profesional.

8
2.5 Cycle time pemboran
Cycle time pemboran adalah waktu edar alat pemboran diperlukan dalam
pembuatan satu lubang bor. Pada perhitungan cycle time menggunakan rumus
sebagai berikut :
CT = T + JD + Bt + Lt + JU
Keterangan :
CT = waktu edar pemboran (menit)
T = waktu pindah posisi (menit)
JD = waktu menurunkan jack (menit)
Bt = waktu pengeboran (menit)
Lt = waktu menaikkan batang bor (menit)
JU = waktu menaikkan jack (menit)
2.6 Laju Penetrasi Pemboran
Laju penetrasi pemboran adalah kecepatan yang diperlukan alat bor untuk
memecah batuan waktu dilakukannya pengeboran pada satu lubang untuk
kedalaman tertentu. Pada rumus kecepatan pengeboran dapat dilihat pada
rumus berikut (Koesnaryo, 1996):
Adapun rumus yang digunakan yaitu:

𝐻𝑟𝑡 (𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)
𝐺𝑑𝑟 =
𝐵𝑡 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)

Keterangan :
Gdr = laju penetrasi (m/min)
Hrt = kedalaman lubang bor rata-rata (meter
Bt = waktu membor (menit)
2.7 Volume setara
Volume setara adalah volume batuan yang akan dibongkar pada setiap
meter dalamnya lubang ledak. Yang dinyatakan dalam m3/m. Adapun rumus
volume setara yang digunakan sebagai berikut (Koesnaryo, 1996) :

𝐵 𝑥 𝑆 𝑥 (𝐻 − 𝐽)
𝑉𝑒𝑞 =
𝐻
Keterangan:
Veq = Volume setara (m3/m)
B = burden (m)
S = spasi (m)
H = kedalaman lubang bor (m)

9
J = subdrilling (m)
2.8 Efisiensi kerja
Efisiensi kerja adalah waktu produktif yang digunakan terhadap waktu
kerja yang terjadwal. Adapun rumus efisiensi kerja yang digunakan rumus
sebagai berikut (Koesnaryo, 1996) :

𝑊𝑃
𝐸𝑘 = 𝑥 100%
𝑊𝑇
Keterangan :
Ek = efisiensi kerja (%)
WP = waktu yang digunakan untuk pemboran (menit)
WT = waktu kerja terjadwal (menit)
2.9 Produksi pemboran
Produksi pemboran adalah produksi jumlah yang dihasilkan pada alat bor
per jam. Adapun rumus yang digunakan untuk perhitungan produksi mesin bor
dapat digunakan dengan rumus sebagai berikut (Koesnaryo, 1996) :
P = Gdr × Veq × Ek × 60
Keterangan :
P = produksi pemboran (m3/jam)
Gdr = laju penetrasi (m/menit)
Veq = volume setara (m3/m)
Ek = Efisiensi kerja (%)
2.10 Kemampuan Pemboran
Kemampuan pemboran merupakan berapa banyak lubang bor yang
didapatkan oleh alat bor dalam satu hari kerja. Adapun rumus yang
digunakan untuk mendapatkan perhitungan kemampuan pemboran
digunakan rumus sebagai berikut (Koesnaryo, 1996) :
𝑊
N = 𝑥 100%
𝐶𝑇
Keterangan :
N = jumlah lubang yang diperoleh
W = waktu efektif pemboran (menit)
CT = waktu edar pemboran (menit)
2.11 Jumlah Alat Yang Digunakan
Jumlah alat yang digunakan adalah jumlah suatu alat yang
dibutuhkan pada satu hari kerja. Adapun rumus nya sebagai berikut :
𝑉=𝐵×𝑆×𝐻×𝑁

10
Keterangan :
B = burden (m)
S = spasi (m)
H = kedalaman lubang (m)
N = jumlah lubang yang diperoleh
𝑉
Jumlah alat yang diperlukan = 𝑥 100%
𝑃
Keterangan :
V = volume (m3)
P = produksi pemboran (m3/jam)
2.12 Kesediaan Alat Bor
Adapun parameter – parameter yang digunakan sebagai berikut :
1. Kesediaan Fisik (Physical Availability, PA)
Kesediaan fisik adalah angka yang menunjukan persentase oleh alat saat
beroperasi dengan memperhitungkan kehilangan waktu yang dikarenakan
oleh mekanis, misalnya seperti hujan, jalan rusak, istirahat dll.
𝑊+𝑆
𝑃𝐴 = 𝑥 100%
𝑇

2. Kesediaan Mekanik (Mechanical Availability, MA)


Kesediaan fisik adalah angka yang menunjukan persentase oleh suatu alat
saat beroperasi dengan memperhitungkan kehilangan waktu yang
dikarenakan oleh mekanis, misalnya repair, perawatan, perbaikan dll.

𝑊
𝑀𝐴 = 𝑥 100%
𝑊+𝑅

3. Pengguna Kesediaan (Use of Availability, UA)


Pengguna kesediaan ialah angka yang menyatakan berapa persen waktu
suatu alat saat bekerja ketika alat dapat digunakan.
𝑊
𝑈𝐴 = 𝑥 100%
𝑊+𝑆

4. Pengguna Efektif (Efektif Utilization, EU)


Pengguanaan efektif adalah angka yang menunjukan berapa persen
waktu yang digunakan untuk beroperasi oleh suatu alat dan seluruh
waktu yang tersedia.
𝑊
𝐸𝑈 = 𝑥 100%
𝑇

11
Keterangan :
W = Waktu kerja efektif (menit)
T = Waktu kerja tersedia (menit)
R = Waktu repair (menit)
S = Waktu stand by (menit)

12
III. METODOLOGI PENILITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan di PT. Semen padang yang berlokasi di
Kelurahan Indarung, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, Provinsi
Sumatera Barat. Tambang PT. Semen padang berada di Bukit Karang Putih
sekitar 15 km di sebelah timur Kota Padang, Sekitar 2 km dari pabrik pabrik PT
Semen Padang ke arah selatan indarung.
3.2 Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan Tugas Akhir

Minggu
Kegiatan
Ke - 1 Ke - 2 Ke - 3 Ke - 4

Observasi Lapangan
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Analisis Data
Bimbingan Lapangan
Tabel 1. Waktu Penelitian

3.3 Alat dan Bahan


Dalam penelitian ini alat dan bahan yang digunakan yaitu :
1. Peralatan dan alat tulis, yang digunakan untuk mencatat seluruh data yang
akan dicari
2. Kalukulator, yang digunakan untuk menghitung hasil perhitungan yang telah
didapatkan
3. Handphone/kamera, yang digunakan untuk dokumentasi tempat/area
penelitian
4. Stopwatch, yang digunakan untuk menghitung cycle time pemboran
5. Meteran, yang digunakan untuk menghitung kedalaman lubang ledak
6. Software microsoft excel, yang digunakan untuk pengolahan data
7. Alat pelindung diri seperti helm safety, sepatu safety, safety vest, kacamata
dan earplug
3.4 Tahapan Penelitian
Penentuan lokasi di lapangan yang telah ditentukan oleh pembimbing
lapangan yang bertujuan untuk pengambilan data.
3.5 Metode Penelitian
Studi literatur ini dilakukan meliputi pengumpulan informasi umum
mengenai evaluasi kinerja alat bor serta hambatan apa saja dalam pemboran

13
dengan sumber buku yang telah didapatkan, jurnal, serta tugas akhir
penelitian.
3.6 Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang akan dicari yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
 waktu edar pemboran (cycle time)
 Geometri pemboran
 Efisiensi kerja
 Burden
 Spasi
 Hambatan - hambatan dalam pemboran
b. Data Sekunder
 Karakteristik batuan di PT Semen Padang
 Sfesifikasi alat bor
 Peta wilayah IUP
 Data Jam operasional pemboran
 Target produksi pemboran
3.7 Pengolahan Data
Setelah dikumpulkan data primer dan data sekunder selanjutnya dilakukan
pengolahan data seperti cycle time, laju penetrasi pemboran, volume setara,
efisiensi kerja, produksi pemboran, kemampuan pemboran, jumlah alat yang
digunakan serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kegiatan pemboran
selama pengamatan secara langsung di lapangan. Untuk pengolahan data
tersebut dapat dilakukan dengan Microsoft Word dan Microsoft Excel.
3.8 Analisis Data
Pada tahap analisis data ini menggunakan analisis kuantitatif dan
deskriptif berupa pengamatan dan perhitungan sehingga dapat diketahui hasil
dari beberapa data yang telah diolah. Adapun data yang akan dianalisis yaitu:
- Cycle time pemboran
- Laju penetrasi pemboran
- Volume setara
- Efisiensi kerja
- Produksi pemboran
- Kemampuan pemboran
- Jumlah alat yang digunakan
- Analisis dan evaluasi tehadap hambatan kerja pemboran

3.9 Alur Kerja Penelitian

14
Berikut ada beberapa tahap yang dilakukan pada penelitian ini. Pada
bagian bawah ini dapat dilihat alur kerja penelitian yang akan dilakukan nanti
yaitu :

EVALUSI KINERJA ALAT BOR DALAM


PENYEDIAAN LUBANG LEDAK UNTUK
MENCAPAI TARGET PRODUKSI
PEMBONGKARAN PADA BATUAN GAMPING DI
PT. SEMEN PADANG

Studi Literatur

Observasi Lapangan

Pengambilan Data

Data Primer
- Cycle time Data Sekunder
- Geometri pemboran - Karakteristik batuan di PT.
- Efisiensi kerja Semen Padang
- Burden - Sfesifikasi alat bor
- Spasi - Jenis alat bor
- Jumlah lubang ledak - Data jam operasional
- waktu yang digunakan untuk - Target produksi lubang
pemboran ledak
- Hambatan dalam pemboran

Pengolahan Data

Analisis Data

Kesimpulan

Gambar 5. Alur Kerja Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

15
Bemmelen, R.W. Van, 1949. The Geology of Indonesia, Vol. 1 A, Government
Printing Office, The Hauge.
Herba Sihombing, 2016. “Kegiatan Pemboran Dalam Pembuatan Lubang Ledak
Pada Tambang Andesit PT. Ansar Terang Crushindo Sumatera Barat”.
Institut Teknologi Medan.
Kastowo, dkk. 1973, Peta Geologi Lembar Padang, Sumatera, Skala 1 : 250.000.
Publikasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Koesnaryo.S. (2001), Pemboran untuk Penyediaan Lubang Ledak, Jurusan
Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Koesnaryo Sugeng, 1996, Pemboran Untuk Penyediaan Lubang Ledak, UPN
“Veteran” Yogyakarta.
Mc Gregor K., 1967, The Drilling Of Rock, CR Books Ltd, A Maclaren Company,
London.
Putri Apriliani, S. Dkk. 2019. “Produktifitas Mesin Bor Junjun JD-800 Dalam
Pembuatan Lubang Ledak Pada Tambang Batugranodiorit di PT. Total
Optima Prakarsa Desa Peniraman Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten
mempawah” Jurnal Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Tanjung Pura, Hal
: 126 – 132.
Rydani, A.s, Windhu, N, Tommy, T. 2020. “Evaluasi Kinerja Alat Bor Dalam
Penyediaan Lubang Ledak Untuk Mencapai Target Produksi Pembongkaran
Overburden di PT. SIMS Jaya Kaltim Site PT. Kideco Jaya Agung
Kalimantan Timur” Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL, Vol. 8, No. 1: 14-
21.
Supratman, Anshariah, Hasbi Bakri. 2017. “Produktivitas Kinerja Mesin Bor
dalam Pembuatan Lubang Ledak di Quarry Batugamping B6 Kabupaten
Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan”. Sulawesi Selatan: Jurnal Geomine
Vol. 5, No. 2.

16

Anda mungkin juga menyukai