Anda di halaman 1dari 70

OPTIMASI KINERJA ALAT ANGKUT DAN ALAT MUAT UNTUK

MENCAPAI TARGET PRODUKSI 70.000 BCM PADA PT. NUSANTARA


SWADESI MINING, PLERED, PURWAKARTA , JAWA BARAT

SKRIPSI

Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Teknik
Pada Jurusan Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Mineral Indonesia
Bandung

Oleh :

Jhose Orlando Saragih


NPM : 1114005

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINERAL INDONESIA


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
Jalan Gatotsubroto No 313B Telp. (022) 87346061
BANDUNG
2022
Daftar Isi

BAB I ........................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................3

1.3 Maksud dan Tujuan .................................................................................................3

1.4 Batasan Masalah......................................................................................................3

1.5 Metode Penelitian ....................................................................................................4

BAB II .......................................................................................................... 5

2.1 Profil Perusahaan.....................................................................................................5

2.2 Struktur Organisasi ..................................................................................................8

2.3 Kesampaian Lokasi Penambangan ..........................................................................8

2.4 Keadaan Curah Hujan dan Hari Hujan ..................................................................11

2.5 Keadaan Geologi ...................................................................................................12

2.6 Sistem dan Metode Penambangan .........................................................................15

BAB III ....................................................................................................... 17

3.1 Faktor pengambangan material..............................................................................17

3.2 Faktor pengisian mangkuk .....................................................................................17

3.3 Kondisi front kerja .................................................................................................18

3.4 Pola penggalian dan pemuatan ..............................................................................18

3.5 Lebar jalan angkut .................................................................................................20

3.6 Waktu edar alat muat dan alat angkut ....................................................................22

3.7 Produksi alat gali muat dan alat angkut .................................................................23

3.8 Efisiensi Kerja .......................................................................................................25

i
3.9 Faktor keserasian (match factor) ...........................................................................25

BAB IV ...................................................................................................... 27

4.1 Keadaan Umum Perusahaan ..................................................................................27

4.2 Waktu Kerja Efektif ..............................................................................................30

4.3 Efisiensi Kerja .......................................................................................................32

4.4 Alat Gali-Muat ......................................................................................................33

4.5 Alat Angkut ...........................................................................................................34

4.6 Keserasian Alat .....................................................................................................36

BAB V PEMBAHASAN ............................................................................ 37

5.1 Ketercapaian Target ..............................................................................................37

5.2 Rencana Perbaikan ................................................................................................37

5.3 Hasil Perbaikan .....................................................................................................41

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 45

6.1 Kesimpulan............................................................................................................45

6.2 Saran......................................................................................................................47

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan hasil tambang saat ini sangat meningkat pesat, kebutuhan

penggunaan hasil tambang sudah menjadi salah satu kebutuhan pokok karena

apabila tidak terpenuhi akan memganggu kelangsungan hidup. Salah satu hasil

tambang yang digunakan manusia adalah batuan andesit.

Batuan andesit merupakan jenis batuan beku yang terbentuk dari magma

yang memiliki komposisi intermediet, batuan andesit dapat terbentuk sebagai

batuan beku intrusif seperti dike, sill, lakolit, dan batolit serta batuan ekstrusif

berupa lava, Batuan andesit mulai membeku ketika magma berada pada

temperatur antara 900 sampai 1.100 derajat Celcius.

Pembentukan batuan andesit sangat berkaitan dengan aktifitas magmatisme

yang dicirikan dengan adanya gunung api, seperti yang diketahui bersama

Indionesia merupakan negara yang memiliki sabuk gunung api (Ring of Fire),

Gunung api berumur kuarter di Indonesia pada umumnya menjadi penghasil

batuan andesit dalam bentuk lava maupun Piroklastik..

1
Batuan andesit digunakan untuk pembangunan infrastuktur seperti jalan raya,

jembatan, gedung-gedung, irigasi, landasan terbang, pelabuhan serta sebagai

dimension stone dan lainnya.

Perusahaan PT. Nusantara Swadesi Mining merupakan salah satu perusahaan

swasta yang bergerak dalam industri pertambangan kuari yang menambang

batuan andesit. Perusahaan PT. Nusantara Swadesi Mining melakukan operasi

penambangan di Desa Liunggunung, Kecamatan Plered Kabuoaten Puwakarta,

Provinsi Jawa Barat..

Kegiatan utama dalam penambangan batuan andesit di perusahaan PT.

Nusantara Swadesi Mining tediri dari rangkaian pekerjaan pengeboran,

peledakan, pemuatan dan pengangkutan menuju hopper.

Salah satu masalah yang ada saat ini adalah tidak terjadinya keserasian antar

peralatan mekanis yang ada baik dari tingkat kemampuan produksi, kemampuan

pelayanan dan tidak patuhnya terhadap jadwal kedatangan dan keberangkatan

alat angkut, sehingga menyebabkan terjadinya waktu tunggu dump truck banya

waktu tidak efektif serta tidak terpenuhinya produksi yang diinginkan

perusahaan. Adapun cara yang biasa dilakukan untuk mengatasi masalah ini,

salah satunya dengan menggunakan metode match factor (MF), guna

menentukan tingkat keserasian antara kemampuan alat muat dan alat angkut.

Dilihat pada luas materi yang menyangkut kegiatan penambangan yang

diusahakan oleh perusahaan ini, menjadikan penyusun dalam kegiatan

pengamatan dilapangan, maupun dalam pembahasan hasil pengamatan hanya

2
akan dititik beratkan pada aktivitas penanmbangan pada bagian pemuatan dan

pengangkutan pertambangan.

1.2 Rumusan Masalah

Perhitungan dengan menggunakan match factor dapat digunakan untuk

mencari keserasian antara kemampuan alat muat dan alat angkut. Kondisi

tersebut yang dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana cara menghitung waktu efektif alat muat dan alat angkut di

kuari PT. Nusantara Swadesi Mining ?

2. Bagaimana cara menghitung waktu edar alat muat dan alat angkut

dengan mengurangi waktu edarnya?

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengumpulkan

sejumlah data yang diperlukan sebagai bahan pertimbangan teknis dalam

membuat evaluasi terhadap produksi alat muat dan alat angkut secara optimal.

Secara jelasnya tujuan kajian ini adalah :

1. Untuk mengoptimalkan produksi alat muat dan alat angkut dalam

pencapaian target produksi perusahaan

2. Terciptanya suatu system korrdinasi dan keserasian kerja dalam

pengoperasian alat muat dan alat angkut.

1.4 Batasan Masalah

3
Secara umum tahapan kegiatan pertambangan meliputi prospeksi,

eksplorasi, studi kelayakan dan perencanaan tambang, persiapan penambangan,

pengolahan dan pemasaran.

Pada tambang terbuka kegiatan – kegiatan dasar penambangannya terdiri

dari :

1. Pembersihan lahan ( land clearing )

2. Pengupasan tanah penutup ( stripping of overburden )

3. Pembongkaran ( lossening )

4. Pemuatan ( loading )

5. Pengangkutan ( hauling )

Cakupan penelitian yang dilakukan dibatasi pada kegiatan pemuatan

(loadng) dan pengankutan (hauling) saja, karena alat alat berat bekerja

untuk memuat batuan hasil peledakan dan mengangkutnya menuju permuk

batu (crusher).

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan laporan skripsi ini

adalah :

1. Studi Literatur, yaitu merngumpulkan dan membaca literatur-literatur

yang berhubungan dengan topik yang dibahas guna memperoleh data

untuk melengkapi kekurangan data primer.

4
2. Strudi Lapangan, yaitu pengamatan langsung di lapangan tehadap

objek-objek kegiatan pemuatan dan pengankutan, melakukan

wawancara langsung pada pekerja pengankutan dan pemuatan

3. Pengolahan Data, yaitu mengorientasi data yang didapat untuk

memperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas alat muat

dan alat angkut.

4. Penyusunan Laporan, yaitu mengumpulkan hasi perhitungan dari data

keseluruhan ke dalam laporan tertulis untuk dipertanggung jawabkan

dalam bentuk skripsi.

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Profil Perusahaan

Perusahaan PT. Nusantara Swadesi Mining (PT.NSM) adalah

salah satu perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang perdagangan

dan jasa konstruksi. Sebagai penopang usaha dibidang jasa konstruksi,

PT.NSM mengelola usaha pertambangan (kuari) batu andesit yang mulai

beroperasi pada tahun 2010 dengan luas Izin Operasi Pertambangan

(IUP) Operasi/Produksi 24,7 ha. Untuk ketertiban administrasi, PT.NSM

membangun struktur organisasi yang ramping dengan pertimbangan

efektivitas dan efisiensi bisnis perusahaan. Pimpinan tertinggi PT.NSM

5
adalah seorang direktur yang membawahi tiga orang manajer, yaitu

Manajer Tambang, Manajer Keuangan/Pemasaran dan Manajer Umum.

Tugas pokok Manajer Tambang adalah mengurusi aktivitas yang

berkaitan dengan penambangan yang meliputi pengeboran, peledakan,

penggalian-pemuatan dan pengangkutan, termasuk ketersediaan bahan

peledak, serta crushing plant. Tugas pokok Manajer

Keuangan/Pemasaran terutama berhubungan dengan pemasaran produk

kuari, suplai produk untuk pemenuhan kontrak, dan penggajian serta

BPJS karyawan. Sedangkan Manajer Umum mengurusi keamanan

(security) perusahaan dan para karyawan secara umum.Sasaran utama

pekerjaan adalah tercapai target produksi guna memenuhi suplai produk

batu andesit sesuai kontrak yang ada.

6
7
2.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi PT. Nusantara Swadesi Mining dapat dilihat pada


(Gambar 2.1).

Gambar 2.1 Struktur organisasi PT. Nusantara Swadesi Mining


2.3 Kesampaian Lokasi Penambangan

Secara administratif, lokasi kuari termasuk ke dalam wilayah

kampung Aseupan, desa Liunggunung, kecamatan Plered, kabupaten

Purwakarta, provinsi Jawa Barat. Pada umumnya masyarakat di wilayah

kecamatan Plered bekerja sebagai pengrajin keramik, petani sawah dan

ladang, dan karyawan diberbagai bidang termasuk bekerja di kuari batu

andesit. Perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan batu andesit

(batu gunung) memiliki kecenderungan meningkat dari 13 perusahaan

pada tahun 2009 menjadi 16 perusahaan pertambangan pada tahun 2013

8
dan sebagian besar terdapat di kecamatan Plered (Badan Pusat Statistik

Kabupaten Purwakarta, 2020).

Jalan menuju kuari dari kota Bandung cukup baik karena

melalui jalanraya nasional (jalan lama) atau menggunakan jalan tol.

a. Melalui jalan nasional Bandung – Jakarta menuju Purwakarta (Gambar

2.3):

 Dari Bandung ke Cimahi ditempuh dalam waktu 40 menit;

 Dari Cimahi ke Padalarang ditempuh dalam waktu 30 menit;

 Dari Padalarang ke lokasi kuari PT.NSM melalui kecamatan

Pleredditempuh dalam waktu 2 jam sebelum kota Purwakarta.

b. Menggunakan rute jalan tol Bandung – Jakarta:

 Dari Bandung menggunakan jalan tol Purbalenyi dan keluar di

pintu tolCiganea, Jatiluhur, ditempuh dalam waktu 1,50 jam;

 Dari pintu tol Ciganea menuju kecamatan Plered dan desa

Liunggunungsampai ke lokasi kuari PT.NSM ditempuh dalam

waktu 30 menit;

Dengan demikian menggunakan jalan tol relatif lebih cepat

dibanding menggunakan jalan lama.

9
10
2.4 Keadaan Curah Hujan dan Hari Hujan

Klasifikasi curah hujan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan

Geofisika (BMKG) dibuat berdasarkan probabilistik curah hujan selama

24 jam. Jumlah data curah hujan selama 24 jam di wilayah Indonesia

diakumulasi kemudian dianalisis dan menghasilkan model prediksi cuaca

numerik. Ambang batas nilai yang digunakan untuk menentukan

intensitas hujan sebagai berikut:

0 mm/hari (abu-abu) : Berawan

0,5 – 20 mm/hari (hijau) : Hujan ringan

20 – 50 mm/hari (kuning) : Hujan sedang/normal

50 – 100 mm/hari (oranye) : Hujan lebat

100 – 150 mm/hari (merah) : Hujan sangat lebat

Di atas 150 mm/hari (ungu) : Hujan ekstrem

Warna-warna pada peta mengindikasikan potensi hujan dan tidak untuk

diterjemah-kan secara langsung sebagai hujan yang turun.

Dengan menggunakan perhitungan balik berdasarkan data tinggi

11
curah hujan dan hari hujan rata-rata per bulan di kabupaten Purwakarta

dari tahun 2009- 2016 (Tabel 2.1 dan Gambar 2.4) diperoleh gambaran

sebagai berikut:

Curah hujan dari bulan April – November = 300 mm/bulan (Gambar

2.4a)

Hari hujan dari bulan April – November = 21 hari/bulan (Gambar 2.4b)

300
Jadi, curah hujan dalam bulan April – November = = 14,30

mm/hari

21

Dari perhitungan di atas diketahui bahwa curah hujan di kabupaten

Purwakarta, termasuk di lokasi kuari PT.NSM, tergolong hujan ringan.

Sebaik-baiknya peningkatan produksi dapat dilakukan antara bulan Juli,

Agustus, dan September, di mana hari hujan antara 3 – 6 hari/bulan.

2.5 Keadaan Geologi

Kondisi geologi di Kabupaten Purwakarta terdiri dari batuan

sedimen klasik, berupa batupasir, batugamping, batulempung, batuan

vulkanik (tuf, breksi vulkanik, batuan beku terobosan, batu lempung

napalan, konglemerat dan napal). Batuan beku terobosan terdiri dari

andesit, diorit, vetrofir, basal dan gabro. Batuan tersebut umumnya

bertebaran di sebelah barat daya wilayah kabupaten Purwakarta.

12
2.5.1 Morfologi

Daerah penambangan perusahaan PT.NSM dilihat dari satuan

morfologi terdiri dari perbukitan dan dataran, tetapi secara keseluruhan

hampir merupakan perbukitan yang mempunyai lereng agak terjal.

Puncak tertinggi mencapai 100 mdpl (meter di atas permuakan air laut).

Kawasan penambangan yang merupakan daerah perbukitan

dengankemiringan berkisar antara 40º - 45º dibentuk oleh adanya instrusi

batuan beku intermediet berupa andesit dan basalt.

2.5.2 Struktur geologi

Dari Singkapan yang tersingkap karena proses penambangan,

terlihat perbukitan tempat penambangan, banyak terdapat kekar. patahan,

dan sesar naik sehingga batuan hasil ledakan (blasting) cenderung

berbentuk sub-angular dan angular dan bongkah batu yang berdiameter

1 - 2 meter.

Pada beberapa tempat banyak dijumpai struktur rekahan yang

menimbulkan ketidakstabilan dan longsoran pada lereng dan jenjang

penggalian atau peledakan.

13
2.5.3 Litologi batuan

Endapan batu andesit di daerah ini merupakan bagian dari Gunung

Aseupan yang memanjang dari Babakan sebelah utara berbatasan dengan Tanah

Badan Pengelola Waduk Cirata. Sebelah timur dan selatan berbatasan dengan

tanah Perhutani. Sebelah barat berbatasan dengan tanah Badan Pengelola Waduk

Cirata. Endapan ini merupakan hasil instrusi yang menerobos batuan yang telah

ada, sehingga terlihat jelas dari singkapan yang dijumpai di daerah Aseupan.

Berdasarkan data bor, batuan di daerah Aseupan dapat dikelompokan

menjadi empat (4) jenis lapisan yaitu:

1. Tanah penutup (overburden)

Tanah penutup (overburden) dan tanah pucuk (top soil) di Gunung Aseupan

dengan ketebalan ± 0 – 1,6 m.

2. Lempung

Hasil dari pelapukan batuan andesit sebagian besar terdiri dari mineral

lempung yang lunak bewarna coklat kekuning-kuningan dan terkadang

muncul di permukaan dengan kedalaman ± 1,5 – 3 m.

3. Batuan andesit lapuk

Batuan yang telah mengalami perubahan-perubahan mineral didekat

permukaan yang berwarna abu-abu dengan kedalaman ± 3,0 – 5,4 m.

4. Batuan andesit segar

Batuan andesit segar berwarna abu-abu sampai hitam, kompak dan keras

dengan kedalaman > 5,5 m.

Berdasarkan kondisi dan jenis batuan di atas, maka di wilayah kabupaten

Purwakarta, khususnya di daerah Aseupan, memiliki sumber batuan untuk

konstruksi berupa batu kali batu andesit, batugamping (kapur), tanah lempung,
pasir, pasir kuarsa, pasir batu (sirtu), tras, fosfat, barit dan batu gips. Berdasarkan

potensi yang dipaparkan di atas telah mendorong munculnya kegiatan

pertambangan di wilayah gunung Aseupan dan sekitarnya.

2.6 Sistem dan Metode Penambangan

Kegiatan penambangan batuan andesit pada PT. Nusantara Swadesi Mining

menerapkan system penambangan terbuka (Open Pit) dengan metode penambangan

Quarry yang merupakan salah satu metode tambang terbuka yang paling umum untuk

jenis penambangan bahan galian industri. Kegiatan penambangan batu andesit pada PT.

Nusantara Swadesi Mining secara umum dibagi dalam beberapa tahap (Gambar 2.4),

yaitu :

1. Pembersihan lahan (land clearing)

Kegiatan pembersihan lahan merupakan kegiatan pembersihan area dari

vegetasi yang berada diatasnya maupun bongkahan batuan. Bulldozer adalah alat

berat yang biasa dipakai untuk melakukan kegiatan ini.

2. Pembongkaran lapisan tanah penutup

Setelah pembersihan lahan selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah

melakukan pembongkaran lapisan tanah penutup batuan andesit. Alat berat yang

digunakan dalam kegiatan ini adalah backhoe.

3. Pengeboran (Drilling)

Kegiatan pengeboran bertujuan untuk mempersiapkan lubang ledak untuk

kegiatan peledakan Kegiatan pengeboran menggunakan alat bor CRD.

4. Peledakan (Blasting)

Kegiatan peledakan dilakukan dengan tujuan untuk membongkar batuan dari

batuan induknya menjadi fragmen-fragmen batuan agar memudahkan kegiatan

selanjutnya.

5. Pemuatan (Loading)
Pemuatan disini adalah kegiatan untuk memindahkan batuan hasil peledakan

kedalam alat angkut. Pemuatan dilakukan menggunakan backhoe.

6. Pengangkutan (Haluling)

Pengangkutan bertujuan untuk memindahkan batuan ke area pengolahan.

7. Pengolahan

Material hasil penambangan dibawa ke Stone Crausher untuk di olah dengan

serangkaian kegiatan sesuai standar dari perusahaan.

Gambar 2.4 Kegiatan penambangan kuari PT. Nusantara Swadesi Mining

Pembersihan lahan Pemindahan lapisan tanah


(land clearing) penutup (overburden removal)

Peledakan (blasting) Pengeboran (drilling)

Penggalian dan Pengangkutan


pemuatan (digging (hauling atau
and loading) transportation )

Peremukan primer
(primary crushing)
BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Faktor pengambangan material

Material yang telah tergali dari tempat aslinya (in situ) akan mengalami perubahan

volume (mengembang) disebabkan adanya penambahan rongga-rongga udara diantara

butiran-butiran material. Faktor pengembangan material perlu diketahui karena

sebelum digali, yang dinyatakan dalam volume insitu (bank volum). Sedangkan

material yang ditangan pada kegiatan pemuatan dan pengangkutan adalah material

pada kondisi berai (loose volume).

Angka faktor pengembangan (swell factor) material tergantung pada jenis material

yang digali. Faktor pengembangan (swell factor) menurut projosumarto 1993 dihitung

dengan rumus :

𝑫𝒆𝒏𝒔𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒍𝒐𝒐𝒔𝒆
𝑺𝑭 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑫𝒆𝒏𝒔𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒊𝒏𝒔𝒊𝒕𝒖

Keterangan :

SF = Faktor Pengembangn, %

Densitas Loose = Ton/m3

Densitas insitu = Ton/m3

3.2 Faktor pengisian mangkuk

Faktor pengisian mangkuk (fill factor bucket) alat muat adalah perbandingan antara

kapasitas nyata mangkuk dengan kapasitas teoritis mangkuk, menurut Caterpillar.Inc (2004)

faktor pengisian mangkuk alat muat dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1

Fill Factor Bucket

3.3 Kondisi front kerja

Tempat kerja tidak hanya harus memenuhi syarat bagi pencapaian sasaran produksi

saja tetapi juga harus aman bagi penempatan alat beserta mobilitas pekerja yang berada

disekitarnya, tempat kerja yang luas akan memperkecil waktu edar alat karena ada cukup

tempat untuk berbagai kegiatan, seperti keleluasan tempat untuk berputar, mengambil posisi

sebelum melakukan kegiatan sebelum pemuatan maupun untuk tempat penimbunan

sehingga kondisi tempat kerja menentukan pola pemuatan yang akan diterapkan.

3.4 Pola penggalian dan pemuatan

Untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan sasaran produksi maka pola pemuatan

yang digunakan tergantung pada kondisi lapangan operasi pengupasan serta alat mekanis

yang digunakan dengan sumsi bahwa setiap alat angkut yang dating, mangkuk (bucket) alat

gali-muat sudah terisi penuh dan siap ditumpahkan. Setelah alat angkit terisi penuh segera
keluar dan dilanjutkan dengan alat angkut lainnya sehingga tidak terjadi waktu tunggu pada

alat angkut maupun alat gali-muat.

Pola pemuatan dapat dilihat dari beberapa keadaan yang ditunjukkan alat gali-muat

dan alat angkut, yaitu :

 Pola pemuatan yang didasarkan pada keadaan gali-muat yang berada di atas atau

dibawah jenjang (Gambar 3.1)

Gambar 3.1

Pola Pemuatan Berdasarkan Posisi Alat Gali-Muat

Terhadap Alat Angkut

 Top loadng, yaitu alat gali-muat melakukan penggalian dengan

menempatkan dirinya diatas jenjang atau alat angkut berada di bawah alat

gali-muat

 Bottom loading, yaitu alat gali-muat melakukan penggalian dengan

menempatkan dirinya di jenjang yang sama dengan posisi alat angkut.

 Pola pemuatan berdasarkan jumlah penembpatan posisi alat angkut untuk dimuati

terhadap posisi alat gali-muat. (Gambar 3.2).


Gambar 3.2

Pola Pemuatan Berdasarkan Jumlah Penempatan Alat Angkut

 Single backup, yaitu alat angkut meposisikan diri untuk dimuati pada satu

tempat sedangkat alat angkut berikutnya menunggu alat angkut pertama

dimuati sampai penuh, setelah alat angkut pertama berangkat alat angkut

kedua memposisikan diri untuk dimuati sedangkan truk ketiga menggu, dan

begitu seterusnya.

 Double back up, yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati pada dua

tempat, kemudia alat gali-muat mengisi salah satu alat angkut sampai penhu

setelah itu mengisi alat angkut kedua yang sudah memposisikan diri di sisi

lain sementara alat angkut kedua diisi, alat angkut ketinga memposisikan diri

di tempat yang sama dengan alat angkut pertama dan seterusnya.

3.5 Lebar jalan angkut

Jalan angkut pada lokasi tambang sangat mempengaruhi kelancaran operasi

penambnangan terutama dalam kegiatan pengangkutan.

Beberapa geometri yang perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan ganggua/hambatan

yang dapat mempengaruhi keberhasilan kegiatan pengangkutan. Perhitungan lebar jalan

angkut didasarkan pada lebar kendaraan terbesar yang dioperasikan. Semakin lebar jalan

angkut yang digunakan maka operasi pengangkutan akan semakin lancer dan aman.

 Lebar jalan angkut minimum pada jalan lurus


Lebar jalan angkut minimum yang dipakai untuk jalur ganda atau lebih menurut

AASHTO 1973 adalah :

𝐿 = 𝑛. 𝑊𝑡 + (𝑛 + 1))(0,5. 𝑊𝑡)

Keterangan

L = Lebar jalan angkut minimum, meter

n = Jumlah jalur

Wt = Lebar truk jungkit, meter

 Lebar jalan angkut minimum pada tikungan

Lebar jalan angkut minimu pada tikungan selalu lebih besar dari pada jalan angkut

pada jalan lurus. Rumus yang digunakan untuk menghitung lebar jalan angkut

minimum pada belokan menurut AASHTO 1973 adalah :

𝑊 = 2(𝑈 + 𝐹𝑎 + 𝐹𝑏 + 𝑍) + 𝐶

𝐶 = 𝑧 = 1⁄2 (𝑢 + 𝐹𝑎 + 𝐹𝑏)

Keterangan :

U = Jarak jejak terluar roda depan dengan jejak terluar roda belakang kendaran,

meter

Fa = Jarak roda depan dengan sisi samping terluar truck dikalikan sinus sudut

penyimpangan roda, meter

Fb = Jarak roda belakang dengan sisi samping terluar truck dikalikan sinus sudut

penyimpangan roda, meter

Z = Jarak sisi luar truck ke tepi jalan, meter

C = Jarak antara dua truck yang akan bersimpangan, meter


Gambar 3.3

Lebar Jalan Angkut Dua Jalur

Gambar 3.4

Lebar Jalan Angkut Untuk Dua Jalur Pada Tikungan

3.6 Waktu edar alat muat dan alat angkut

Waktu edar adalah waktu yang diperlukan olhe alat mekanis untuk menyelesaikan

seklai putaran kerja, dari mulai kerja sampai dengan selesai dan bersiap-siap memluainya

kembali.

 Waktu edar alat gali-muat

Rumus waktu edar alat gali-muat menurut Projosumarto 1995 adalah sebagai

berikut :
𝐶𝑡𝑔𝑚 = 𝑇𝑚1 + 𝑇𝑚2 + 𝑇𝑚3 + 𝑇𝑚4

Keterangan :

Ctgm = Waktu edar alat gali-muat, detik

Tm1 = Waktu menggali material, detik

Tm2 = Waktu putar dengan bucket terisi, detik

Tm3 = Waktu menumpahkan muatan, detik

Tm4 = Waktu putar dengan bucket kosong, detik

 Waktu edar alat angkut

Rumus waktu edar alat angkut menurut Projosumarto 1995 adalah sebagai berikut :

𝐶𝑡𝑎 = 𝑇𝑎1 + 𝑇𝑎2 + 𝑇𝑎3 + 𝑇𝑎4 + 𝑇𝑎5 + 𝑇𝑎6

Keterangan :

Cta = Waktu edar alat angkut, menit

Ta1 = Waktu mengambil posisi untuk dimuati, menit

Ta2 = Waktu diisi muatan, menit

Ta3 = Waktu mengangkut muatan, menit

Ta4 = Waktu mengambil Posisi untuk penumpahan, menit

Ta5 = Waktu pengosongan muatan, menit

Ta6 = Waktu kembali kosong, menit

3.7 Produksi alat gali muat dan alat angkut

Dalam merencanakan target produksi yang akan dikerjakan dengan alat-alat berat,

satu hal yang sangat penting adalah menghitung kapastitas produksi alat-alat berat. Langkah

pertama dalam membuat estimasi produksi alat adalah dengan menghitung produksi secara

teoritis dengan rumus dibawah ini. Hasil perhitungan tersebut kemudian dibandingkan

dengan efisiensi kerja di lapangan, sehingga dapat ditentukan estimasi produksi alat yang

sesua untuk target pekerjaan yang bersangkutan dengan biaua proyek yang tidak terlalu

optimis dan tidak terlalu besar.


Menurut Dinas Pekerjaan Umum (1990), secara teoritis produksi alat gali-muat

(Pm) dapat dihitung dengan rumus yang diambil dari Politeknik Negeri Sriwijaya 2010

sebagai berikut :

𝐾𝐵𝑚𝑥𝐹𝐹𝑚𝑥𝑆𝐹𝑥𝐸𝑥60
𝑃𝑚 =
𝐶𝑇𝑚

Keterangan :

Pm = Produktivitas alat gali-muat (m3/jam)

KBm = Kapasitas bucket alat gali-muat (m3)

FFm = Bucket fill factor alat gali-muat (%)

SF = Swell factor (%)

E = Efisiensi kerja (%)

CTm = Cycle time alat gali-muat (menit)

Sedangkan produksi alat angkut (Pa), dihitung dengan rumus berikut :

𝐾𝐵𝑚𝑥𝐹𝐹𝑚𝑥𝑆𝐹𝑥𝑁𝑝𝑥𝐸𝑥60
𝑃𝑎 =
𝐶𝑇𝑎

Keterangan :

Pa = Produksi alat angkut (m3/jam)

KBm = Kapasitas bucket alat muat (m3)

FFm = Bucket fill factor alat muat (%)

SF = Swell factor (%)

Np = Frekuensi pemuatan material

E = Efisiensi Kerja (%)


CTa = Cycle time alat angkut (menit)

3.8 Efisiensi Kerja

Efisiensi kerja dalah perbandingan anatara waktu yang dipakai untuk berkerja

dengan waktu total yang tersedia. Efisiensi kerja dapat digunakan untuk menilai baik

tidaknya pelaksaaan suati pekerjaan. Persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung

efisiensi kerja menurut Projosumarto (1993) adalah sebagai berikut :

𝑊𝑒 = 𝑊𝑡 − (𝑊𝑎 + 𝑊𝑏)

Keterangan :

Wt = Waktu tersedia

Wa = Waktu hambatan yang dapat dihindari

Wb = Waktu hambatan yang tidak dapat dihindari

We = Wakti efektif

3.9 Faktor keserasian (match factor)

Faktor keserasian adalah keselarasan antara kemampuan alat muat dan alat angkut

berdasarkan kapasitas alat dan jarak angkut. Karena peralatan tambang memerlukan

keserasian kerja yang bauk, maka perlu dihitung keserasian peralatan tambang tersebut.

Tuntuk menghitunganya kita dapat mengguanakan rumus, menurut Projosumarto 1993

sebgai berikut :

𝑛𝐻𝑥𝐶𝑡𝐿𝑥𝑛𝐵
𝑀𝐹 =
𝑛𝐿𝑥𝐶𝑡𝐻

Keterangan :

MF = faktor keserasian

nH = jumlah alat angkut


nL = jumlah alat muat

nB = jumlah bucket

CtL = waktu pemuatan (menit)

CtH = waktu edar alat angkut (menit)

 Jika MF = 1; berarti kemampuan alat muat sama dengan alat angkut

sehingga tidak ada waktu tunggu. Faktor kerja alat muat 100% dan alat

angkut mempunyai faktor kerja 100%

 Jika MF>1; berarti kemampuan alat angkut lebih besar daripada kemampuan

alat muat, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut. Faktor kerja alat

muat 100% dan faktor kerja alat angkut <100%

 Jika MF<1; berarti kemampuan alat muat lebih besar daripada kemampuan

alat angkut sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat. Faktor kerja alat

muat <100% dan faktor kerja alat angkut yaitu 100%.


BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Keadaan Umum Perusahaan

Pada tahun 2021, PT. NSM menargetkan produksi batu andesit sebesar 175

bcm/jam dengan jam kerja 8 jam/shift, 2 shift/hari, dan 25 hari kerja/bulan. Kegiatan

pemuatan fragmentasi batu andesit hasil peledakan menggunakan alat muat excavator

dengan kapasitas mangkok 2m3, pemuatan material batu andesit ke alat angkut

dilakukan 10 kali pengisian. Alat muat yang tersedia ada dua unit, sementara yang

digunakan saat produksi adalah satu unit. Pengangkutan material batu andesit hasil

peledakan dari front penambangan ke crushing plant menggunakan dump truck dengan

kapasitas bak 10 m3. Alat angkut yang tersedia ada 10 unit, sementara yang digunakan

saat produksi adalah enam unit.

Berdasarkan data perusahaan, nilai swell factor batu andesit yang terdapat di lokasi

penambangan adalah 60%. Kondisi singkapan batuan andesit di lapangan terlihat

memiliki ketinggian sekitar 50 meter, dengan kemiringan lereng hasil peledakan yang

sangat terjal. Komposisi kimia dalam batuan andesit pada umumnya terdiri dari unsur-

unsur silikat, alumunium, besi, kalsium, magnesium, natrium, kalium, mangan, fosfor,
dan air. Sedangkan sifat fisik batuan andesit umumnya berwarna segar abu-abu

kehitaman, warna lapuk berwarna abu-abu kecoklatan, dengan tekstur porfiritik.

28
Jalan angkut pada front penambangan sebenarnanya direncakan untuk dua jalur,

tapi karena lebar jalan yang belum memadai, alat angkut harus bergantian melalui

beberapa segmen jalan yang tidak memungkinkan untuk dilewati berlawanan. Kondisi

jalan tidak rata dan cenderung licin dan berdebu ketika kering dan berlumpur setelah

hujan dengan beberapa genangan air. Kecepatan rata-rata alat angkut kurang lebih 20

km/jam saat bermuatan, dengan jarak tempuh dari loading point ke crusher adalah 497

m. Jalan angkut dari loading point terbagi atas 6 segmen (segmen I-VI) seperti yang

terdapat pada gambar 4.1 berikut,

Keterangan:

A. Kantor
B. Bengkel
C. Stockpile
D. 1, 2, 3 Crusher
E. Loading Point
F. Batuan andesit

Warna biru menunjukkan segmen


I-VI jalan angkut.
Warna oranye menunjukkan belt
conveyor.

Gambar 4. 1 Layout Area Perusahaan


4.2 Waktu Kerja Efektif

Berdasarkan hasil pengumpulan data di lapangan, berikut adalah jadwal kerja

dalam seminggu (Tabel 4.1) dan waktu rata-rata hambatan yang mempengaruhi waktu

kerja per 30 hari (Tabel 4.2).

Tabel 4. 1 Jadwal Kerja

Shift Shift
1 2
Jam Istirahat Peledakan Jam Istirahat
operasional operasional
Senin 08.00-16.00 12.00- 11.20- 19.00-03.00 23.00-
13.00 12.00 00.00
Selasa 08.00-16.00 12.00- - 19.00-03.00 23.00-
13.00 00.00
Rabu 08.00-16.00 12.00- 11.20- 19.00-03.00 23.00-
13.00 12.00 00.00
Kamis 08.00-16.00 12.00- - 19.00-03.00 23.00-
13.00 00.00
Jumat 08.00-16.00 12.00- 11.20- 19.00-03.00 23.00-
13.00 12.00 00.00
Sabtu 08.00-16.00 12.00- - 19.00-03.00 23.00-
13.00 00.00
Mingg 08.00-16.00 12.00- - 19.00-03.00 23.00-
u 13.00 00.00
Sumber: PT. Nusantara Swadesi Mining

Tabel 4. 2 Hambatan Waktu Kerja Rata-Rata

Waktu rata-rata (menit)


Jenis Hambatan Alat Alat Gali
Angkut Muat
Terlambat 39.5 44.2
7 3
Operator melakukan hal 9.60 9.87
lain
Pemeriksaan alat 16.0 14.8
7 0
Pengisian bahan bakar 5.60 6.03
Rusak mendadak 12.0 0
0
Peledakan 40.0 40.0
0 0
Istirahat 60.0 60.0
0 0
Standby (S) 170.83 174.93
Perbaikan (R) 12.00 0
Kerja (W) 297.17 305.07
4.3 Efisiensi Kerja

Untuk melihat efektifitas dan efisiensi penggunaan alat, maka dilakukan

perhitungan terhadap MA, PA, UA, dan EU dengan menggunakan rumus sebagaimana

tercantum pada subbab 3.4.

Dengan memperhitungkan adanya berbagai hambatan yang mengganggu jam

produksi alat sebagaimana dijabarkan pada subbab 4.1, maka dengan menggunakan

rumus (3.3) sampai dengan (3.7) diperoleh nilai rata-rata MA, PA, UA, EU, serta

efisiensi kerja optimum alat gali-muat dan alat angkut yang beroperasi, dalam hal ini 6

dump truck dan 1 excavator sebagai berikut,

Tabel 4. 3 Efisiensi Kerja Rata-Rata

Dump truck Excavator


Ketersediaan mekanik MA = (W/W+R)x100% 96% 100%
Ketersediaan fisik PA = (W+S/T)x100% 98% 100%
Utilization of availability UA = (W/W+S)x100% 63% 64%
Effective utilization EU = (W/T)x100% 62% 64%
Efisiensi kerja optimum E=PAxUAxEU 39% 41%

Dengan mengacu kepada Keputusan Menteri ESDM Nomor 1827

K/30/MEM/2018, dimana nilai ketersediaan alat yang harus dipenuhi adalah MA

minimal 85%, PA minimal 90%, UA minimal 75%, dan EU minimal 85%, maka nilai

ketersediaan alat PT. NSM menunjukkan bahwa nilai UA dan EU masih dibawah

ketentuan nilai minimal sehingga perlu dilakukan perbaikan.


4.4 Alat Gali-Muat

4.4.1 Waktu Edar Alat Gali-Muat

Berikut adalah waktu edar rata-rata hasil pengumpulan data waktu edar alat

gali-muat, berupa satu unit excavator, saat memuat batuan hasil peledakan ke alat

angkut selama 30 hari (lihat tabel 4.4).

Tabel 4. 4 Cycle Time Alat Gali-Muat

Waktu rata-rata (detik)


Penggalian 9.70
Swing berisi 5.47
Dumping 3.50
Swing kosong 3.63
Waktu edar 22.30

4.4.2 Produktivitas Alat Gali-Muat

Alat gali-muat yang digunakan pada kegiatan produksi adalah satu unit

excavator, dengan kapasitas bucket 2m3. Berdasarkan data di lapangan, faktor

keterisian alat (bucket fill factor) adalah 50% (lihat gambar 4.2).

Gambar 4. 2 Pengisian oleh Excavator


Dengan data sebagai berikut:

E = efisiensi kerja = 41%

I = swell factor = 60%

K = kapasitas excavator

= kapasitas mangkok excavator x bucket fill factor

= 2m3 x 50%

C = waktu edar excavator = 22.3 detik

Maka produktivitas excavator dapat dihitung dengan rumus 3.8 sebagai berikut,

𝐸 × 𝐼 × 𝐾 × 3600
𝑃𝑚 = 𝐶

3
𝑃𝑚 =41%×60%×2𝑚 ×50%×3600
22.3 𝑑𝑒𝑡i𝑘

Pm = 39.71 bcm/jam

4.5 Alat Angkut

4.5.1 Waktu Edar Alat Angkut

Alat angkut yang digunakan pada pit penambangan adalah dump truck dengan

kapasitas 10m3. Dump truck yang aktif beroperasi dalam satu shift sebanyak 6 unit.

Berikut adalah waktu edar rata-rata per dump truck yang beroperasi per shift (Tabel

4.5)

Tabel 4. 5 Waktu Edar Alat Angkut

Waktu rata-rata (detik)

Loading 222.63
28.67
Manuver berisi
Jalan berisi 87.40
Dumping 25.97
Manuver kosong 15.93
Jalan kosong 61.23
Antri 465.20
Waktu edar 907.03
Waktu edar (menit) 15.12

4.5.2 Produktivitas Alat Angkut

Dengan data sebagai berikut:

E = efisiensi kerja = 39%

I = swell factor = 60%

K = kapasitas dump truck

= kapasitas mangkok excavator x bucket fill factor

= 2m3 x 50%

Np = frekuensi pengisian dump truck = 10

C = waktu edar dump truck = 15.12 menit

Maka produksi alat angkut dapat dihitung dengan persamaan 3.9 sebagai

berikut,

𝐸 × 𝐼 × 𝐾 × 𝑛𝑝 × 60
𝑃𝑎 = 𝐶

39%×60%×2×50%×10×60
𝑃𝑎 =
15.1
2

Pa = 9.29 bcm/jam
4.6 Keserasian Alat

Tingkat keserasian kerja 6 unit alat gali-muat dan 1 unit alat angkut dapat

diperolehdengan menggunakan persamaan 3.10 sebagai berikut,

𝑛𝐻 ×(𝑡𝐿 ×𝑛𝑝)
𝑀𝐹 =
𝑛𝐿 ×𝑡𝐻

𝑀𝐹 = 6 × 0.37 × 10

1 × 15.12

MF = 1.47

Karena MF > 1, berarti kemampuan alat angkut lebih besar dari pada

kemampuan alat gali-muat, sehingga terdapat waktu tunggu pada alat angkut.

Faktor kerja alat gali- muat 100% dan faktor kerja alat angkut < 100%.

Dari hasil perhitungan data lapangan, diketahui bahwa:

1. Produksi excavator sebanyak 1 unit adalah 39.71 bcm/jam

2. Produksi dump truk sebanyak 6 unit adalah 6 x 9.29 bcm/jam = 55.74


bcm/jam

Sehingga, jumlah produksi excavator dan dump truck belum memenuhi target

produksisebesar 175 bcm/jam


BAB V PEMBAHASAN

5.1 Ketercapaian Target

Target produksi batu andesit di PT. NSM adalah 70.000 m3/bulan atau 175 bcm/jam.

Berdasarkan data aktual, produktivitas alat gali-muat hanya 39.71 bcm/jam dan

produktivitas alat angkut hanya 55.74 bcm/jam, dikarenakan waktu kerja efektif yang

masih minim, efisiensi kerja yang rendah, dan persentase keterisian alat yang kecil. Hal

ini mengakibatkan kegiatan produksi belum dapat memenuhi target yang telah

ditetapkan, sehingga diperlukan adanya perbaikan pada faktor-faktor yang

mempengaruhi produktivitas alat.

5.2 Rencana Perbaikan

Untuk memenuhi target produksi perlu dilakukan perbaikan pada beberapa faktor

yang mempengaruhi kinerja alat gali-muat dan alat angkut. Nilai yang digunakan untuk

memperbaiki kinerja alat mengacu pada Keputusan Menteri ESDM Nomor 1827

K/30/MEM/2018. Beberapa alternatif perbaikan yang dapat dilakukan meliputi:

1. Peningkatan waktu kerja efektif.

2. Peningkatan efisiensi kerja.

3. Peningkatan persentase keterisian alat.

36
37

5.2.1 Waktu Kerja Efektif

Waktu kerja efektif rata-rata per shift berdasarkan pengamatan di lapangan

adalah 297.17 menit untuk dump truck dan 305.07 menit untuk excavator. Di antara

hambatan-hambatan yang mengurangi waktu kerja, yaitu keterlambatan, operator

melakukan hal lain saat bekerja, pemeriksaan alat, dan pengisian bahan bakar, bisa

ditekan hingga waktu minimumnya berdasarkan data yang telah dikumpulan,

sementara untuk peledakan, bisa dilaksanakan saat jam istirahat, karena hanya

dilakukan 3 kali seminggu di shift pertama. Berikut adalah perbaikan yang

dilakukan agar waktu kerja efektif dapat meningkat (Tabel 5.1)

Tabel 5. 1 Perbaikan Waktu Kerja Efektif

Waktu hambatan rata-rata (menit)


Dump truck Excavator
Aktual Perbaikan Aktual Perbaikan
39.57 10 44.23 10
9.60 5 9.87 5
Terlambat 16.07 5 14.80 5
5.60 3 6.03 3
Operator melakukan hal
40.00 0 40.00 0
lain
12.00 12 0 0
Pemeriksaan alat 60.00 60 60.00 60
Pengisian bahan 170.83 83 174.93 83
bakarPeledakan 12.00 12 0 0
297.17 385 305.07 397
Rusak
38

5.2.2 Efisiensi Kerja

Salah satu faktor yang paling mempengaruhi produktivitas alat mekanis adalah

efisiensi kerja optimum, yang mana dipengaruhi oleh nilai PA, UA, dan EU.

Perbaikan yang dilakukan pada subbab 5.2.1 terhadap waktu hambatan rata-rata

bisa meningkatkan nilai MA, PA, EU, dan UA alat, sehingga bisa memenuhi nilai

minimum berdasarkan Ketentuan Menteri ESDM Nomor 1827 K/30/MEM/2018

dan meningkatkan efisiensi kerja optimum.

a. Mechanical Availability (MA)

Rata-rata MA dump truck adalah 96% dan excavator adalah 100%. Nilai ini

sudah sesuai dengan Ketentuan Menteri ESDM Nomor 1827 K/30/MEM/2018,

sekaligus mengindikasikan pemeliharaan alat sudah baik, sehingga waktu yang

hilang untuk perbaikan sangat sedikit.

b. Physical Availability (PA)

Rata-rata PA dump truck adalah 98%, sementara PA excavator adalah 100%.

Nilai ini sudah sesuai dengan Ketentuan Menteri ESDM Nomor 1827

K/30/MEM/2018, sekaligus menunjukkan pemeliharaan alat sudah dilakukan

dengan maksimal sehingga secara fisik alat selalu siap untuk dioperasikan.

c. Utilization of Availability (UA)

Nilai rata-rata UA dump truck adalah 63%, sementara untuk excavator nilai UA

adalah 65%. Angka ini menunjukkan kegiatan penambangan tidak berjalan

efisien dan manajemen alat tidak dilakukan dengan baik sehingga terdapat
39

waktu standby yang cukup lama. Pada subbab 5.2.1 telah dilakukan perbaikan

pada waktu hambatan rata-rata sehingga waktu standby alat bisa dikurangi.

Dengan perbaikan ini diperkirakan nilai UA dump truck bisa meningkat hingga

82% dan excavator bisa meningkat hingga 83% sehingga sudah sesuai

ketentuan KepMen ESDM Nomor 1827 K/30/MEM/2018 (Tabel 5.2)

Tabel 5. 2 Optimalisasi Utilization of Availability

Waktu rata-rata (menit)


KepMen
Dump truck Excavator
Aktual Perbaikan Aktual Perbaikan
170.83 83 174.93 83
297.17 385 305.07 397
Standby (S) 75%
63% 82% 64% 83%

d. Effective Utilization (EU)

Nilai rata-rata EU dump truck adalah 62%. Untuk excavator nilai EU adalah

64%. Angka ini cukup rendah, sehingga perlu dilakukan upaya perbaikan untuk

menekan waktu standby alat, sebagaimana dilakukan pada subbab 5.2.1. Agar

tidak ada alat yang harus diperbaiki saat sedang beroperasi, perlu dilakukan

pengecekan rutin. Jika alat yang sedang beroperasi bermasalah, maka alat lain

yang stanby langsung menggantikan alat yang bermasalah tersebut. Setelah

adanya perbaikan diharapkan nilai EU dump truck dapat meningkat hingga 80%

dan excavator hingga 83% (Tabel 5.3).


40

Tabel 5. 3 Optimalisasi Effective Utilization

Waktu rata-rata (menit)


KepMen
Dump truck Excavator
Aktual Perbaikan Aktual Perbaikan
480.00 480 480.00 480
297.17 385 305.07 397
Terjadwal (T)
63% 80% 64% 83% 65%

e. Efisiensi Kerja Optimum (Eopt)

Setelah dilakukan optimalisasi nilai UA dan EU, maka efisiensi kerja optimum

juga meningkat, sehingga bisa meningkatkan produktivitas dump truck dan

excavator. Berikut adalah efisiensi kerja setelah optimalisasi nilai UA dan EU,

Tabel 5. 4 Optimalisasi Efisiensi Kerja Optimum

Waktu rata-rata (menit)


Dump truck Excavator
Aktual Perbaikan Aktual Perbaikan
98% 98% 100% 480
63% 82% 64% 83%
PA 62% 80% 64% 83%
39% 64% 41% 68%
UA

5.2.3 Persentase Keterisian Alat

Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 1827 K/30/MEM/2018, faktor

keterisian magkok alat gali-muat sekurang-kurangnya adalah 80% namun

peningkatan persentase keterisian mangkok hanya bisa sebesar 75% dari

sebelumnya 50%, sesuai dengan buku panduan perusahaan penyedia alat gali-muat
41

yang digunakan PT. NSM. Peningkatan tidak dilakukan hingga 80% bahkan 100%

karena jenis material yang diangkut merupakan pecahan batuan hasil peledakan

sehingga tidak memungkinkan alat untuk terisi penuh. Dengan peningkatan faktor

keterisian mangkok alat, frekuensi pemuatan alat angkut oleh alat gali-muat bisa

diturunkan dari 10 kali menjadi 7 kali, angka ini masih tidak sesuai dengan

KepMen ESDM Nomor 1827 K/30/MEM/2018, yang hanya mengizinkan

frekuensi pemuatan tidak lebih dari 5 kali, dikarenakan jika mengikuti kepmen

maka alat angkut tidak dapat terisi penuh dan jumlah produksi alat dikhawatirkan

tidak bisa mencapai target.

5.3 Hasil Perbaikan

Setelah dijabarkan alternatif perbaikan yang paling mungkin dilakukan untuk

memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas alat, berikut adalah

produktivitas alat setelah dilakukan perbaikan berdasarkan alternatif 1-3.

5.3.1 Produktivitas Alat Gali-Muat

Berdasarkan data aktual produktivitas alat gali-muat adalah 39.71 bcm/jam,

karena jumlah ini masih sangat jauh dari target produksi, maka perlu

mengoptimalkan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas alat, seperti

waktu edar, bucket fill factor, efisiensi kerja, dan – jika diperlukan – ada

penambahan jumlah unit alat gali-muat.

Untuk mengoptimalkan waktu edar sangat bergantung pada kemampuan

operator sehingga untuk mengontrol waktu edar perlu dilakukan pelatihan secara
42

berkala kepada operator. Faktor keterisian mangkok (bucket fill factor) dan

efisiensi kerja alat sendiri sudah meningkat mengikuti perbaikan yang dilakukan

pada subbab 5.2, yaitu faktor keterisian mangkok menjadi 75% dan efisiensi kerja

alat menjadi 68%. Dengan demikian, nilai produktivitas alat gali-muat setelah

perbaikan adalah sebagai berikut (persamaan 3.8):

𝐸 × 𝐼 × 𝐾 × 3600
𝑃𝑚 = 𝐶

68%× 60% × 2 𝑚3× 75% × 3600


𝑃𝑚 = 22.3

Pm = 98.80 bcm/jam

Setelah perbaikan, produktivitas satu excavator meningkat hingga 98.80

bcm/jam, karena belum memenuhi target produksi, excavator perlu ditambah

menjadi 2 unit, sehingga total produksi yang didapatkan adalah 197.60 bcm/jam.

Angka ini sudah memenuhi target produksi sebesar 175 bcm/jam.

5.3.2 Produktivitas Alat Angkut

Berdasarkan perhitungan data aktual, produktivitas alat angkut adalah 55.74

bcm/jam, masih dibawah target produksi 175 bcm/jam. Untuk meningkatkan

produktivitas alat angkut perlu adanya perbaikan pada waktu edar alat angkut.

Dengan adanya peningkatan bucket fill factor alat gali-muat, waktu pengisian

alat angkut menjadi lebih singkat karena frekuensi pemuatan menurun sehingga

waktu antri alat angkut bisa dikurangi. Sebelumnya, dengan satu unit alat gali-muat

diperlukan waktu rata-rata 222.63 detik untuk mengisi satu unit alat angkut,

sementara dengat peningkatan bucket fill factor, frekuensi pemuatan menjadi 7 kali,
43

sehingga pengisian satu alat angkut hanya memerlukan 156.1 detik. Ini tentu sangat

mengurangi waktu antri dan waktu edar alat angkut. Berikut adalah produktivitas

alat angkut (persamaan 3.9) setelah perbaikan waktu edar, penurunan frekuensi

pemuatan, dan peningkatan efisiensi kerja: (lihat Tabel 5.5)

Tabel 5. 5 Optimalisasi Produktivitas Alat Angkut

Aktual Perbaikan
Loading (detik) 222.63 156.1
Manuver berisi (detik) 28.67 28.67
Jalan berisi (detik) 87.40 87.40
Dumping (detik) 25.97 25.97
Manuver kosong (detik) 15.93 15.93
Jalan kosong (detik) 61.23 61.23
Antri (detik) 465.20 398.67
Waktu edar (menit) 15.12 12.90
Frekuensi pemuatan 10.00 7.00
39% 64%
Efisiensi kerja

𝐸 × 𝐼 × 𝐾 × 𝑛𝑝 × 60
𝑃𝑎 = 𝐶

64%× 60% × 2𝑚3× 75% × 7 × 60


𝑃𝑎 =
12.90

Pa = 18.75 bcm/jam

Setelah dilakukan perbaikan, produksi dump truck meningkat menjadi 18.75

bcm/jam. Karena penambahan jumlah excavator menjadi 2 unit, maka dapat

dilakukan pemuatan 2 dump truck sekaligus dan dalam satu jam dapat dilakukan 5

kali pengangkutan, sehingga total produksi alat angkut adalah 187.5 bcm/jam.

Jumlah ini sudah berada diatas target produksi sebesar 175 bcm/jam.
5.3.3 Kebutuhan Alat

Setelah dilakukan perhitungan produktivitas didapatkan produksi alat gali muat

sebesar 98.80 bcm/jam/unit, dibutuhkan dua unit excavator beroperasi untuk

mencapai target sebesar 175 bcm/jam, sehingga total produksi excavator menjadi

197.60 bcm/jam. Produksi alat angkut sebesar 18.75 bcm/jam/unit, sehingga

dibutuhkan 10 unit dump truck agar dapat dilakukan pemuatan dengan dua alat

excavator sekaligus, dan total produksi alat angkut menjadi 187.5 bcm/jam.

5.3.4 Keserasian Alat

Berdasarkan jumlah produksi, perbandingan produktivitas excavator sebesar

197.60 bcm/jam dengan dump truck sebesar 187.5 bcm/jam adalah 1.05. Sehingga

dengan 2 unit alat gali-muat, dibutuhkan 10 unit alat angkut agar tidak terdapat

waktu tunggu. Nilai keserasian alat, dengan 2 unit alat gali muat dan 10 unit alat

angkut adalah (persamaan 3.10):

𝑀𝐹 =𝑛𝐻 ×(𝑡𝐿 ×𝑛𝑝)


𝑛𝐿 ×𝑡𝐻

𝑀𝐹 = 10 × (0.37 × 7)
2 × 12.90

MF = 1.008

Karena nilai keserasian alat gali-muat dengan alat angkut mendekati 1, berarti

kemampuan alat gali-muat hampir sama dengan alat angkut sehingga tidak ada

waktu tunggu (waktu tunggu sangat kecil).


BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari uraian hasil pengumpulan dan pengolahan data, serta pembahasan, dapat

disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Kinerja aktual alat gali-muat dan alat angkut tidak dapat memenuhi target

produksi PT. Nusantara Swadesi Mining yaitu sebanyak 70.000 bcm/bulan atau

175 bcm/jam. Total produksi alat gali-muat yaitu satu unit excavator dengan

kapasitas mangkok 2 m3 adalah 39.71 bcm/jam. Sementara total produksi alat

angkut yaitu enam unit dump truck berkapasitas 10 m3 adalah 55.74 bcm/jam.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja alat gali-muat dan alat angkut yaitu

waktu kerja efektif alat gali muat hanya 305.07 menit dan alat angkut hanya

297.17 menit dari 480 menit waktu terjadwal, persentase utilization of

avalability alat gali-muat hanya 64% dan alat angkut 63%, persentase effective

utilization alat gali muat 64% dan alat angkut 62%, efisiensi kerja optimum alat

gali muat hanya 41% dan alat angkut hanya 39%, persentase keterisian alat gali

muat hanya 50% sehingga frekuensi pemuatan terlalu besar yaitu 10 kali,

keserasian alat senilai 1.47 yang terlalu besar dikarenakan adanya waktu

tunggu, mengakibatkan tidak tercapainya target produksi.

45
46

3. Setelah dilakukan perbaikan pada faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

alat gali-muat dan alat angkut, terjadi kenaikan pada produktivitas alat.

a. Waktu kerja efektif meningkat, untuk alat gali muat dari semula 305.07

menit menjadi 397 menit, dan alat angkut dari semula 297.17 menit

menjadi 385 menit.

b. Persentase utilization of availability alat gali muat meningkat dari 64%

menjadi 83%, sementara untuk alat angkut meningkat dari semula 63%

menjadi 82%

c. Persentase effective utilizaton alat gali muat meningkat dari 64%

menjadi 83%, sementara untuk alat angkut meningkat dari semula 62%

menjadi 80%.

d. Efisiensi kerja optimum alat gali muat meningkat dari 41% menjadi

68%, dan untuk alat angkut meningkat dari 39% menjadi 64%.

e. Keterisian alat gali-muat dan alat angkut meningkat dari semula 50%

menjadi 70%, sehingga frekuensi pemuatan material menjadi 7 kali.

Optimalisasi ini mengacu pada KepMen ESDM Nomor 1827 K/30/MEM/2018.

4. Setelah dilakukan berbagai perbaikan yang mampu meningkatkan kinerja alat

gali-muat dan alat angkut, produktivitas alat mampu memenuhi target produksi

sebesar 70.000 bcm/bulan atau 175 bcm/jam, dengan produksi total alat gali-

muat adalah 197.80 bcm/jam dan produksi total alat angkut adalah 187.5
47

bcm/jam. Jumlah alat gali-muat menjadi 2 unit dan alat angkut

menjadi 10 unit dengan nilai keserasian alat 1.008 sehingga tidak

terdapat waktu tunggu.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan agar PT. Nusantara

SwadesiMining untuk:

1. Melakukan penjadwalan ulang servis terhadap alat gali-muat dan

alat angkut agar tidak dilakukan pada waktu produksi.

2. Memberikan pelatihan kepada operator alat gali-muat dan alat

angkut agarmemaksimalkan kapasitas pengisian alat dan waktu

edar.

3. Melaksanakan pengawasan secara konsisten dan ketat.

4. Melaksanakan reward and punishment untuk memotivasi

karyawanperusahaan.

Meningkatkan target produksi perusahaan jika dirasa memungkinkan.


Lampiran A
Diagram Alir Kajian Kinerja Alat Gali Muat dan Alat Angkut untuk
Mencapai Sasaran Produksi

1
Lampiran B
Rata-Rata Curah Hujan Kabupaten Purwakarta

Bulan Rata-rata (mm)

2009 2010 2011 2012 2013

Januari 317.55 409.00 164.20 200.33 485.63


Februari 256.09 654.00 303.90 379.11 614.00
Maret 256.10 721.80 61.20 305.22 501.50
April 181.92 189.90 374.20 374.44 382.13
Mei 150.46 467.60 251.80 136.89 204.00
Juni 214.19 257.30 110.60 76.22 179.00
Juli 86.67 186.50 63.90 39.89 254.38
Agustus 18.00 249.60 64.00 5.78 30.63
September 260.58 576.70 73.38 39.44 38.50
Oktober 187.84 497.20 177.30 121.67 266.25
November 20.52 495.90 425.10 432.00 297.75
Desember 202.33 325.20 299.70 380.22 408.13
Sumber: Purwakarta Dalam Angka, BPS

2
Lampiran C
Swell Factor Beberapa Material

Macam Material Swell Factor


Bauksit 0.75
Tanah liat, kering 0.85
Tanah liat, basah 0.80-0.82
Batubara (antrasit-bituminus) 0.74
Bijih tembaga 0.74
Tanah biasa, kering 0.85
Tanah biasa, basah 0.85
Tanah biasa bercampur kerikil 0.90
Kerikil kering 0.89
Kerikil basah 0.88
Granit, pecah-pecah 0.56-0.67
Hematite, pecah-pecah 0.45
Bijih besi, pecah-pecah 0.45
Batu kapur, pecah-pecah 0.57-0.60
Lumpur 0.83
Lumpur, sudah ditekan 0.83
Pasir kering 0.89
Pasir basah 0.88
Serpih (shale) 0.75
Batu sabak 0.77
Sumber: Prodjosumarto, P, 1993, Pemindahan Tanah Mekanis

3
Lampiran D
Spesifikasi Alat Gali-Muat

SPESIFIKASI EXCAVATOR
CAT 345 GC

ENGINE
Daya bersih – ISO 9249 346 HP 258 kW
Model engine C9.3 Cat C9.3 Cat
Daya engine – ISO 14396 347 HP 259 kW
Diameter 5 in 115 mm
Langkah 6 in 149 mm
Kapasitas silinder 568 in 3 9.3 l
RPM engine – pengoperasian 1750 r/mnt
RPM engine – travel 1900 r/mnt
SISTEM HIDRAULIK
Sistem utama – aliran 630 l/mnt (166 gal/mnt)
maksimum
Tekanan maksimum - peralatan 5076 psi 35 kPa
Tekanan maksimum - travel 5076 psi 35 kPa
Tekanan maksimum - swing 4061 psi 28 kPa
Mekanisme ayun
Kecepatan ayun 8.27 r/mnt
Torsi ayun maksimum 114.543 ft.lbf 155 kN.m
Bobot
Bobot kerja 93 lb 42.2 kg
Boom penjangkau, stick R2.9TB (9’6””), bucket HD 2m3 (3.15
yd3), shoe grouser ganda 600 mm (24””), counterweight 9 mt
(19.842 lb)
KAPASITAS ISI ULANG SERVIS
Kapasitas tangka bahan bakar 158.5 gal (AS) 600 l
Sistem pendingin 10.5 gal (AS) 40 l
Oli engine 8.5 gal (AS) 32 l
Penggerak swing 4.8 gal (AS) 18 l
Final drive – masing-masing 2.1 gal (AS) 8 l

4
Sistem hidrulik – termasuk 111.7 gal (AS) 423 l
tangki
Tangki hidraulik 49.1 gal (AS) 186 l
DIMENSI
Boom Penjangkau 6.9m (22.8””)
Stick R2.9TB (9’6””)
Bucket HD 2m3 (3.15 yd3)
Ketinggian pengiriman – bagian 10 ft 3230 mm
atas kabin
Tinggi pegangan tangan 11.1 ft 3370 mm
Panjang pengiriman 38.1 ft 11.62 mm
Radius ayunan ekor 11.6 ft 3530 mm
Jarak bebas counterweight 4.3 ft 1300 mm
Jarak bebas ke tanah 1.7 ft 520 mm
Panjang track 16.5 ft 5030 mm
Panjang track ke titik tengah 13.3 ft 4040 mm
roller
Pengukur track 9 ft 2740 mm
Lebar transportasi 11 ft 3340 mm
GAYA & RENTANG KERJA
Kedalaman penggalian 23.6 ft 7200 mm
maksimum
Boom Penjangkau 6.9m (22.8””)
Stick R2.9TB (9’6””)
Bucket HD 2m3 (3.15 yd3)
Jangkauan maksimum di 37 ft 11.29 mm
permukaan tanah
Tinggi pemotongan maksimum 34.6 ft 10.54 mm
Tinggi pemuatan maksimum 23.7 ft 7210 mm
Tinggi pemuatan minimum 10.3 ft 3130 mm
Potongan kedalaman maksimum 23 ft 7040 mm
untuk ketinggian dasar 2440 mm
(8 ft)
Kedalaman penggalian 17.7 ft 53900 mm
maksimum dinding vertikal
Daya penggalian bucket - ISO 52.86 lbf 235 kN
Daya penggalian stick - ISO 44.55 lbf 198 kN
Daya penggalian stick - SAE 42.79 lbf 190 kN
Daya penggalian bucket - SAE 45.65 lbf 203 kN
Sumber: https://www.cat.com/id_ID/products/new/equipment/excavators/large
excavators/15969739.html

5
Lampiran E
Spesifikasi Alat Angkut

Spesifikasi Dump Truck


Hino FM 260 JD

Performa
Kecepatan maksimum 86 km/jam
Daya tanjak (tan ∅) 47.1
Model mesin
Model J08E-UF
Tipe Mesin diesel 4 langkah segaris, direct injection, turbo charge
intercooler
Tenaga maksimum (PS/rpm) 260/2,500
Torsi maksimum (Kgm/rpm) 76/1,500
Jumlah silinder 6
Diameter x langkah piston 112 x 130
(mm)
Isi silinder (cc) 7,684
Kopling
Tipe Pelat kering tunggal dengan coil spring, hydraulic operation,
dilengkapi clutch booster
Diameter cakram 380 mm
Transmisi
Tipe ZF 9S 1110TD
C 12.728
Ke-1 8.829
Ke-2 6.281
Ke-3 4.644
Ke-4 3.478
Perbandingan gigi
Ke-5 2.538
Ke-6 1.806
Ke-7 1.335
Ke-8 1.000
Mundur 12.040

6
Dimensi
Kapasitas tangki solar 200 lt
Jarak sumbu roda 4,130 + 1,330 mm
Total panjang 8,480 mm
Total lebar 2,450 mm
Total tinggi 2,700 mm
Lebar jejak depan 1,930 mm
Lebar jejak belakang 1,855 mm
Julur depan 1,255 mm
Julur belakang 1,795 mm
Berat chassis depan 2,891 kg
Berat chassis belakang 4,090 kg
Berat kosong 6,981 kg
GVWR/GCWR 26000
Kemudi
Tipe Integral power steering
Minimal radius putar 8.8 m
Sumbu belakang Full floating type hypold gear
Sumbu depan Reverse Elliot, I-section beam
Perbandingan gigi akhir 6.428
Sistem penggerak Rear, 6 x 4
Ukuran rim 20 x 7.00T-162
Ukuran ban 10.00 – 20 – 16PR
Jumlah ban 10 (+1)
Sistem listrik accu 12V-65Ah x 2
Kapasitas vesel 10 BCM
Sumber: https://www.hino.co.id/product-detail/2/fm-260-jd-new

7
Lampiran F
Waktu Hambatan Alat Gali Muat

Hari Terlam Operator melakukan Pemeriksaan Pengisian bahan Peledak Tertun


ke- bat hal lain alat bakar an da
(menit)
1 52 14 21 6 40 133
2 34 7 5 8 40 94
3 70 13 16 3 40 142
4 70 15 9 3 40 137
5 61 6 20 8 40 135
6 59 11 23 3 40 136
7 21 9 21 5 40 96
8 21 8 14 7 40 90
9 64 5 18 6 40 133
10 43 9 8 5 40 105
11 31 13 6 10 40 100
12 63 11 23 5 40 142
13 49 14 6 7 40 116
14 64 5 8 7 40 124
15 59 11 22 9 40 141
16 22 10 17 8 40 97
17 10 7 10 5 40 72
18 62 9 24 7 40 142
19 57 11 22 5 40 135
20 22 6 18 10 40 96
21 34 12 19 7 40 112
22 19 5 6 3 40 73
23 66 11 15 3 40 135
24 53 7 12 5 40 117
25 52 10 15 5 40 122
26 24 11 10 10 40 95

8
Terlam Operator melakukan Pemeriksaan Pengisian bahan Peledak Tertun
Hari bat hal lain alat bakar an da
ke-
(menit)
27 49 15 6 6 40 116
28 56 13 16 3 40 128
29 10 12 12 6 40 80
30 30 6 22 6 40 104
Min 10 5 5 3 40 63
Rata-
44.23 9.87 14.8 6.03 40 114.93
rata

9
Lampiran G
Data Unjuk Kerja Alat Gali Muat

Kerja Rusak Terdi Tertun Ketersediaan Ketersediaan Utilization of Effective Efisiensi kerja
Kerja
terjadwal mendadak am da mekanik fisik availability utilization optimum
Hari
MA = PA = UA = EU =
ke- W E=PAxUAxE
T (menit) R (menit) S (menit) (W/W+R)x1 (W+S/T)x100 (W/W+S)x100 (W/T)x100
(menit) U
00% % % %
1 480 0 60 133 287 100% 100% 60% 60% 35.75%
2 480 0 60 94 326 100% 100% 68% 68% 46.13%
3 480 0 60 142 278 100% 100% 58% 58% 33.54%
4 480 0 60 137 283 100% 100% 59% 59% 34.76%
5 480 0 60 135 285 100% 100% 59% 59% 35.25%
6 480 0 60 136 284 100% 100% 59% 59% 35.01%
7 480 0 60 96 324 100% 100% 68% 68% 45.56%
8 480 0 60 90 330 100% 100% 69% 69% 47.27%
9 480 0 60 133 287 100% 100% 60% 60% 35.75%
10 480 0 60 105 315 100% 100% 66% 66% 43.07%
11 480 0 60 100 320 100% 100% 67% 67% 44.44%
12 480 0 60 142 278 100% 100% 58% 58% 33.54%
13 480 0 60 116 304 100% 100% 63% 63% 40.11%
14 480 0 60 124 296 100% 100% 62% 62% 38.03%
15 480 0 60 141 279 100% 100% 58% 58% 33.79%

10
Efisiensi
Kerja Rusak Terdi Tertun Ketersediaan Ketersediaan Utilization of Effective
Kerja kerja
terjadwal mendadak am da mekanik fisik availability utilization
Hari optimum
ke- MA = PA = UA =
W EU = E=PAxUAxE
T (menit) R (menit) S (menit) (W/W+R)x1 (W+S/T)x100 (W/W+S)x100
(menit) (W/T)x100% U
00% % %
16 480 0 60 97 323 100% 100% 67% 67% 45.28%
17 480 0 60 72 348 100% 100% 73% 73% 52.56%
18 480 0 60 142 278 100% 100% 58% 58% 33.54%
19 480 0 60 135 285 100% 100% 59% 59% 35.25%
20 480 0 60 96 324 100% 100% 68% 68% 45.56%
21 480 0 60 112 308 100% 100% 64% 64% 41.17%
22 480 0 60 73 347 100% 100% 72% 72% 52.26%
23 480 0 60 135 285 100% 100% 59% 59% 35.25%
24 480 0 60 117 303 100% 100% 63% 63% 39.85%
25 480 0 60 122 298 100% 100% 62% 62% 38.54%
26 480 0 60 95 325 100% 100% 68% 68% 45.84%
27 480 0 60 116 304 100% 100% 63% 63% 40.11%
28 480 0 60 128 292 100% 100% 61% 61% 37.01%
29 480 0 60 80 340 100% 100% 71% 71% 50.17%
30 480 0 60 104 316 100% 100% 66% 66% 43.34%
Rata-
480 0 60 114.93 305.07 100% 100% 64% 64% 41%
rata

11
Lampiran H

Waktu Hambatan Alat Angkut

Operator
Pemeriksaan Pengisian
Hari ke- Terlambat melakukan Peledakan Tertunda
alat bahan bakar
hal lain
(menit)
1 25 15 5 3 40 88
2 16 13 25 8 40 102
3 56 5 23 3 40 127
4 11 12 21 7 40 91
5 23 5 11 5 40 84
6 23 8 9 6 40 86
7 49 5 24 3 40 121
8 11 9 10 7 40 77
9 46 6 8 5 40 105
10 21 8 5 7 40 81
11 57 5 20 3 40 125
12 32 13 11 8 40 104
13 65 11 10 8 40 134
14 60 13 21 8 40 142
15 17 12 19 3 40 91
16 26 11 9 9 40 95
17 56 8 15 7 40 126
18 45 10 25 5 40 125
19 34 14 13 4 40 105
20 61 9 18 4 40 132
21 70 5 25 4 40 144
22 62 7 25 8 40 142
23 38 14 13 7 40 112
24 45 15 25 3 40 128
25 70 7 17 3 40 137
26 64 6 5 8 40 123
27 64 7 13 5 40 129

12
Operator
Pemeriksaan Pengisian
Terlambat melakukan Peledakan Tertunda
Hari ke- alat bahan bakar
hal lain
(menit)
28 19 13 18 7 40 97
29 10 7 14 7 40 78
30 11 15 25 3 40 94
Min 10 5 5 3 40 63
Rata-rata 39.57 9.6 16.07 5.6 40 110.83

13
Lampiran I
Data Unjuk Kerja Alat Angkut

Efisiensi
Kerja Rusak Terdi Tertun Ketersediaan Ketersediaan Utilization of Effective
Kerja Kerja
terjadwal mendadak am da Mekanika Fisik Availability Utilization
Hari Optimum
ke- MA = PA = UA = EU =
W E=PAxU
T (menit) R (menit) S (menit) (W/W+R)x10 (W+S/T)x100 (W/W+S)x100 (W/T)x100
(menit) AxEU
0% % % %
1 480 0 60 88 332 100% 100% 69% 69% 47.84%
2 480 0 60 102 318 100% 100% 66% 66% 43.89%
3 480 0 60 127 293 100% 100% 61% 61% 37.26%
4 480 0 60 91 329 100% 100% 69% 69% 46.98%
5 480 0 60 84 336 100% 100% 70% 70% 49.00%
6 480 0 60 86 334 100% 100% 70% 70% 48.42%
7 480 0 60 121 299 100% 100% 62% 62% 38.80%
8 480 0 60 77 343 100% 100% 71% 71% 51.06%
9 480 0 60 105 315 100% 100% 66% 66% 43.07%
10 480 120 60 81 219 65% 75% 61% 46% 20.82%
11 480 0 60 125 295 100% 100% 61% 61% 37.77%
12 480 0 60 104 316 100% 100% 66% 66% 43.34%
13 480 60 60 134 226 79% 88% 54% 47% 22.17%
14 480 60 60 142 218 78% 88% 52% 45% 20.63%
15 480 0 60 91 329 100% 100% 69% 69% 46.98%

14
Efisiensi
Kerja Rusak Terdi Tertun Ketersediaan Ketersediaan Utilization of Effective
Kerja Kerja
terjadwal mendadak am da Mekanik Fisik Availability Utilization
Hari Optimum
ke- MA = PA = UA = EU =
W E=PAxU
T (menit) R (menit) S (menit) (W/W+R)x10 (W+S/T)x100 (W/W+S)x100 (W/T)x100
(menit) AxEU
0% % % %
16 480 0 60 95 325 100% 100% 68% 68% 45.84%
17 480 0 60 126 294 100% 100% 61% 61% 37.52%
18 480 0 60 125 295 100% 100% 61% 61% 37.77%
19 480 0 60 105 315 100% 100% 66% 66% 43.07%
20 480 60 60 132 228 79% 88% 54% 48% 22.56%
21 480 0 60 144 276 100% 100% 58% 58% 33.06%
22 480 0 60 142 278 100% 100% 58% 58% 33.54%
23 480 0 60 112 308 100% 100% 64% 64% 41.17%
24 480 60 60 128 232 79% 88% 55% 48% 23.36%
25 480 0 60 137 283 100% 100% 59% 59% 34.76%
26 480 0 60 123 297 100% 100% 62% 62% 38.29%
27 480 0 60 129 291 100% 100% 61% 61% 36.75%
28 480 0 60 97 323 100% 100% 67% 67% 45.28%
29 480 0 60 78 342 100% 100% 71% 71% 50.77%
30 480 0 60 94 326 100% 100% 68% 68% 46.13%
Rata-
480 12 60 110.83 297.17 96% 98% 63% 62% 39%
rata

15
Lampiran J

Waktu Edar Alat Gali Muat

Penggalian Swing berisi Dumping Swing kosong Waktu Edar


No
(detik)
1 11 5 3 3 22
2 8 4 3 5 20
3 8 5 3 5 21
4 13 5 2 4 24
5 10 7 4 3 24
6 8 7 3 4 22
7 13 4 4 5 26
8 7 5 4 3 19
9 7 6 3 5 21
10 13 5 5 2 25
11 10 6 5 2 23
12 6 8 5 3 22
13 6 7 3 4 20
14 8 5 3 2 18
15 10 6 5 3 24
16 13 4 3 3 23
17 7 6 5 4 22
18 10 6 4 5 25
19 11 4 2 3 20
20 15 4 2 3 24
21 11 5 5 2 23
22 12 7 2 5 26
23 10 4 4 4 22
24 11 6 3 3 23
25 7 8 4 5 24
26 8 6 4 4 22
27 6 4 3 5 18
28 12 5 2 2 21

16
Penggalian Swing berisi Dumping Swing kosong Waktu Edar
No
(detik)
29 12 6 2 4 24
30 8 4 5 4 21
Rata-
9.7 5.47 3.5 3.63 22.3
rata

17
Lampiran K
Waktu Edar Alat Angkut

Loading Manuver berisi Jalan berisi Dumping Manuver kosong Jalan kosong Antri Waktu Edar
No
(detik)
1 220 30 93 27 17 63 445 895
2 215 30 88 26 15 57 472 903
3 223 29 85 27 17 64 461 906
4 229 27 88 25 16 58 457 900
5 221 27 86 25 17 57 468 901
6 227 28 89 26 17 59 491 937
7 231 29 93 25 17 61 488 944
8 220 28 85 25 16 64 447 885
9 216 29 92 27 15 63 471 913
10 222 29 87 27 15 62 442 884
11 220 28 86 25 17 63 466 905
12 218 30 88 26 16 62 463 903
13 227 29 85 27 15 60 441 884
14 218 30 88 25 15 59 475 910
15 229 29 84 25 17 64 473 921
16 217 27 83 26 15 65 454 887
17 227 29 90 27 16 61 480 930

18
Loading Manuver berisi Jalan berisi Dumping Manuver kosong Jalan kosong Antri
No
(detik)
18 231 29 87 27 17 59 483
19 229 27 86 25 17 64 488
20 215 27 91 25 15 63 440
21 229 29 84 27 15 57 445
22 229 28 90 25 15 63 465
23 219 30 86 26 16 59 444
24 226 28 89 26 15 59 451
25 228 30 90 27 15 61 491
26 228 30 83 25 17 63 445
27 215 28 85 27 17 63 458
28 215 28 83 27 15 62 471
29 217 30 88 25 15 61 488
30 218 28 90 26 16 61 493
Rata-rata 222.63 28.67 87.4 25.97 15.93 61.23 465.2
Rata-rata waktu edar (menit)

19

Anda mungkin juga menyukai