Anda di halaman 1dari 47

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK BATUAN

TERHADAP GEOMETRI PELEDAKN DI PT.


AGINCOURT RESOURCES MARTABE GOLD MINE
BATANGTORU TAPANULI SELATAN PROVINSI
SUMATERA UTARA

PROPOSAL SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Strata1
Pada Jurusan Teknik Pertambangan

OLEH:

AGUS TOMY
DBD 114 084

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKANTINGGI


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
2018

i
KATA PENGANTAR

Bismillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhana

wataala, karena atas berkat dan karunia-Nya dan kepada kedua orangtua yang

selalu memberikan dukungan maka penulis dapat menyelesaikan Proposal Tugas

Akhir yang berjudul “Analisis Pengaruh Karakteristik Batuan Terhadap Geometri

Peledakan di PT. Agincourt Resources Martabe Gold Mine Batangtoru Tapanuli

Selatan”

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak / ibu dosen

Program Studi Teknik Pertambangan. yang telah membimbing, memberi arahan

dan pengajaran demi terselesaikannya proposal ini. Akhirnya penulis berharap

agar proposal yang dibuat ini bisa dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Semoga

proposal yang dibuat ini dapat bermanfaat.

Palangka Raya, Maret2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3. Maksud dan Tujuan ............................................................................. 3
1.3.1. Maksud ..................................................................................... 3
1.3.2. Tujuan....................................................................................... 3
1.4. Manfaat ................................................................................................ 4
1.5. Batasan Masalah .................................................................................. 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1. Karakteristik Batuan ........................... Error! Bookmark not defined.
2.1.1. Sifat Fisik Batuan .................................................................. 6
2.4.2. Sifat Mekanik Batuan ............................................................ 8
2.2. Geometri Peledakan ............................................................................. 6
2.2.1. Burden ................................................................................. 13
2.2.2. Spacing ................................................................................ 15
2.2.3. Stemming (T) ....................................................................... 16
2.2.4. Subdrilling (J) ...................................................................... 16
2.2.5. Kedalaman Lubang Ledak (H) ............................................ 17
2.2.6. Panjang Kolom Isian (PC) ................................................... 18
2.3. Bahan Peledak (Explosive) ................................................................ 18
2.3.1. Definisi Bahan Peledak ....................................................... 18

iii
2.3.2. Reaksi peledakan ................................................................. 19
2.3.3. Bahan Peledak ..................................................................... 20
2.3.4. Jenis Bahan Peledak ............................................................ 21
2.4. Powder Factor (PF) ........................................................................... 21
2.5. Definisi Fragment dan Fragmentasi .................................................. 22
2.7.1. Analisa Fragmentasi Batuan Dengan Metode Kuz-Ram ..... 25
2.7.2. Analisa Fragmentasi Menggunakan Software Split Desktop27

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ............................................... 31
3.1.1. Profil dan Sejarah Perusahaan ............................................. 31
3.1.2. Lokasi dan Kesampaian Daerah .......................................... 32
3.2. Alat dan Bahan .................................................................................. 34
3.2.1. Alat dan Bahan Pengambilan Data Lapangan ..................... 34
3.2.2. Alat dan Bahan Pengolahan Data ........................................ 34
3.3. Tata Laksana Penelitian ..................................................................... 34
3.3.1. Langkah Kerja ..................................................................... 34
3.3.2. Metode Penelitian ................................................................ 37
3.4. Waktu Penelitian................................................................................ 38
3.5. Diagram Alir Pelaksanaan Tugas Akhir ............................................ 39

DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1Waktu Penelitian .................................... Error! Bookmark not defined.

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Geometri Peledakan ......................................................................... 13


Gambar 2. 2 Model “Rock Fracture Insitu” untuk Satu Lubang Tembak ............. 24
Gambar 2. 3 Pengambilan Foto ............................................................................. 28
Gambar 2. 4 Langkah Analisa Sampel Foto (a) Penentuan Skala (b) Proses Editing
............................................................................................................................... 29
Gambar 3. 1 Bagan Alir Penelitian ........................ Error! Bookmark not defined.

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT. Agincourt Resources merupakan salah satu perusahaan yang

bergerak di bidang pertambangan bijih (ore) emas dan perak. Sebelum

kegiatan penambangan dilakukan harus melewati beberapa tahapan

pertambangan terlebih dahulu yang dimulai dari prospecting, eksplorasi,

pengolahan data eksplorasi untuk membuat permodelan blok bijih yang

dapat diuji kelayakannya, hingga tahap konstruksi. Kegiatan

penambangan di PT. Agincourt Resources menggunakan sistem tambang

terbuka (surfacemining) dengan metode openpit. Tahapan kegiatan

penambangan bijih yang dilakukan di PT. Agincourt Resources melalui

beberapa tahapan yang dimulai dari pembersihan lahan, pengupasan top

soil, pemberaian dan penggalian ore dan wastematerial, pemuatan dan

pengangkutan bijih menuju stockpile atau unit pengolahan, sedangkan

wastematerial akan dimuat dan diangkut menuju TailingStorageFacility

(TSF) yang digunakan untuk keperluan konstruksi.

Kegiatan peledakan merupakan salah satu komponen penting

dalam kegiatan penambangan. Kegiatan peledakan adalah proses

pemberaian batuan sehingga memudahkan dalam penanganan batuan

tersebut ke proses selanjutnya. Kegiatan peledakan dilakukan karena

batuan terlalu keras sehingga alat gali-muat tidak sanggup melakukan

penggalian dan pengangkutan.

1
2

Untuk mencapai tujuan peledakan yang optimum perlu dilakukan

suatu perencanaan peledakan yang juga mencakup geometri peledakan

yang dipengaruhi oleh karakteristik dari batuan yang akan diledakkan.

Jika tidak dilakukan prencanaan yang matang khususnya terhadap

geometri peledekan akan mengakibatkan kerugian terhadap perusahaan,

diantaranya tidak didapatkan hasil peledakan yang efisien dan

mengakibatkan kerugian terhadap perusahaan.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “ Analisis Pengaruh Karakteristik Batuan

Terhadap Geometri Peledakan di PT. Agincourt Resources Martabe Gold

Mine Batangtoru Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara “.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik batuan di PT. Agincourt Resources

Martabe Gold Mine Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan

Provinsi Sumatera Utara?

2. Bagaimana pengaruh karakteristik batuan terhadap geometri

peledakandi PT. Agincourt Resources Martabe Gold Mine

Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara?


3

3. Bagaimana distribusi fragmentasi hasil peledakan batuan di PT.

Agincourt Resources Martabe Gold Mine Batangtoru Kabupaten

Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara?

1.3. Maksud dan Tujuan

1.3.1. Maksud

Maksud dari penulisan proposal ini sesuai dengan judul yang

diambil yaitu Analisis Pengaruh Karakteristik Batuan Terhadap Geometri

Peledakan di PT. Agincourt Resources Martabe Gold Mine Batangtoru

Tapanuli Selatan, antara lain:

1. Menambah pemahaman dan wawasan terutama dalam bidang

peledakan..

2. Mengaplikasikan secara langsung teori yang didapatkan dari

bangku kuliah dengan kegiatan langsung dilapangan.

1.3.2. Tujuan

Adapun Tujuan dari kegiatan penelitian ini sebagai berikut :

1. Mengetahui karakteristik batuan di PT. Agincourt Resources

Martabe Gold Mine Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan

Provinsi Sumatera Utara.

2. Mengetahui pengaruh karakteristik batuan terhadap geometri

peledakan di PT. Agincourt Resources Martabe Gold Mine

Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara.


4

3. Mengetahui distribusi fragmentasi hasil peledakan batuan di PT.

Agincourt Resources Martabe Gold Mine Batangtoru Kabupaten

Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara.

1.4. Manfaat

Diharapkan dalam penelitian ini sesuai dengan judul yang disetujui

ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh, diantranya:

1. Bagi Perguruan Tinggi

Membina hubungan kerja sama yang baik antara institut dan

perusahaan yang bersangkutan, sebagai tambahan referensi

khususnya mengenai perkembangan teknologi dan informasi pada

penambangan khususnya pada kegiatan peledakan yang digunakan

pada perusahaan yang bersangkutan serta mampu menghasilkan

sarjana-sarjana yang handal dan memiliki pengalaman di

bidangnya.

2. Bagi perusahaan

 Sebagai data masukan untuk memperoleh pertimbangan

dan peningkatan kualitas dari sistem yang sudah ada

melalui metode kerja yang diperoleh mahasiswa.

 Bahan evaluasi bagi perusahaan untuk pekerjaan

selanjutnya pada PT. Agincourt Resources Martabe Gold

Mine Batangtoru Tapanuli Selatan.

3. Bagi Mahasiswa
5

 Menambah wawasan dalam dunia pertambangan,

khususnya pada aktivitas peledakan pada perusahaan

tambang tembaga dan emas dengan sistem tambang terbuka

yang dilakukan pada PT. Agincourt Resources Martabe

Gold Mine Batangtoru Tapanuli Selatan.

 Memahami dan mebandingkan ilmu yang didapat di

bangku kuliah dengan apa yang didapat selama penelitian

pada PT. Agincourt Resources Martabe Gold Mine

Batangtoru Tapanuli Selatan.

1.5. Batasan Masalah

Adapun penelitian dengan judul yang di setujui diabatasi sebagai berikut :

1. Analisis karakteristik batuan berpedoman dengan yang diterapkan

di perusahaan.

2. Pengukuran fragmentasi menggunakan software split desktop dan

perhitungan fragmentasi menggunakan prediksi distribusi

fragmentasi teori kuz-ram.

3. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah karakteristik

batuandan geometri peledakan.

4. Pembatasan masalah berada pada tanggal 1 Oktober 2018 sampai

30 November 2018 di Purnama Pit.


6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Batuan

Batuan adalah suatu material yang terdiri dari mineral padat (solid)

berupa massa yang berukuran besar ataupun berupa fragment – fragment.

Setiap batuan memiliki karaktristik atau sifat untuk mempertahankan

bentuknya masing-masing. Secara umum karakteristik batuan dalam

mekanika dapat dibagi menjadi dua yakni sifat fisik dan sifat mekanik

batuan.

2.1.1 Sifat Fisik Batuan

Dalam konsep mekanika batuan sifat fisik batuan didefinisikan

sebagi kenampakan khas fisikis batuan yang dapat diinterpretasi secara

langsung. Sifat fisik batuan berdasarkan konsep mekanika yang dapat

dijadikan parameter dalam pemodelan penambangan antara lain :

1. Porositas

Porositas adalah kemampuan suatu batuan untuk menyimpan

fluida. Dalam konsep keteknikan porositas

didefinisikan perbandingan ruang kosong /pori-pori dalam batuan

dengan keseluruhan volume batuan. Porositas dibagi 2 berdasarkan

asal usulnya :

 Original (Primary) Porosity

6
7

Porositas yang terbentuk ketika deposisi material (proses

pengendapan batuan) tanpa ada faktor lain. Pada umunya terjadi

pada porositas antar butiran pada batupasir, gamping/kapur, dan

batuan kristal yang pada dasarnya bentuknya tak seragam.

 Induced (Secondary) Porosity

Porositas yang terbentuk setelah proses deposisi batuan

karena beberapa proses geologi yang terjadi pada batuan tersebut,

seperti proses intrusi, fault, retakan, dan sebagainya. Proses

tersebut akan mengakibatkan lapisan yang sebelumnya non-

porosity/permeabelitas menjadi lapisan berporositas. Contohnya

retakan pada shale dan batukapur, dan vugs atau lubang-lubang

akibat pelarutan pada batukapur.

2. Specific Gravity

Specific Gravity didefinisikan sebagai berat jenis dari

batuan. Setiap batuan mempunyai berat jenis tertentu. Besarnya

ditentukan oleh unsur-unsur pembentuknya serta kepadatan dari

ikatan unsur-unsur tersebut dalam susunan kristalnya. Umumnya

“mineral-mineral pembentuk batuan”, mempunyai berat jenis

sekitar 2.7, meskipun berat jenis rata-rata unsur metal didalamnya

berkisar antara 5. Emas murni umpamanya, mempunyai berat jenis

19.3.

3. Void Ratio
8

Void ratio adalah rasio rongga atau perbandingan pori, yakni

perbandingan antara isi pori dan atau rongga yang terdapat diantara

butir-butir bahan dengan isi bahan padat.

4. Bobot Isi

Bobot isi mengacu pada seberapa besarnya kandungan isi

dari kepadatan batuan.

5. Absorpsion

Mengacu pada seberapa besar kemampuan batuan dalam

menyerap air (daya serap batuan terhadap air).

2.1.2 Sifat Mekanik Batuan

Sifat atau karakteristik yang dapat terlihat pada batuan akibat

pengaruh gaya dan tekanan. Sifat mekanik batuan dalam mekanika

batuan dapat berbentuk :

1. Strength (Kuat Tekanan dan Kuat Tarikan)

Arthur menyatakan bahwa strength pada batuan merupakan

faktor yang sangat penting untuk penentuan laju

pemboran. Strength pada batuan adalah kemampuan batuan untuk

mengikat komponen-komponennya bersama-sama. Jadi dengan

kata lain apabila suatu batuan diberikan tekanan yang lebih besar

dari kekuatan batuan tersebut, maka komponen-komponennya akan


9

terpisah-pisah atau dapat dikatakan hancur. Lebih lanjut lagi,

criteria kehancuran batuan diakibatkan oleh adanya

: Stress (tegangan) dan Strain (regangan).

Tegangan dan regangan ini terjadi apabila ada suatu gaya

yang dikenakan pada batuan tersebut. Goodman, menyatakan

variasi beban yang diberikan pada suatu batuan mengakibatkan

kehancuran batuan. Terdapatempat jenis kerusakan batuan yang

umum, yaitu :

 Flexure Failure

Flexure failure terjadi karena adanya beban pada potongan

batuan akibat gaya berat yang ditanggungnya, karena adanya ruang

pori formasi dibawahnya.

 Shear Failure

Shear failure, kerusakan yang terjadi akibat geseran pada

suatu bidang perlapisan karena adanya suatu ruang pori pada

formasi dibawahnya.

 Crushing dan Tensile Failure

Crushing dan tensile failure merupakan kerusakan batuan

yang terjadi akibat gerusan suatu benda atau tekanan sehingga

membentuk suatu bidang retakan.

 Direct Tension Failure


10

Direct tension failure, kerusakan terjadi searah dengan

bidang geser dari suatu perlapisan.

2. Drillabilitas

Drillabilitas batuan (rock drillability) merupakan ukuran

kemudahan batuan untuk dibor, yang dinyatakan dalam satuan

besarnya volume batuan yang bisa dibor pada setiap unit energi

yang diberikan pada batuan tersebut.Drillabilitas batuan dapat

ditentukan melalui data pemboran (drilling record).

E = energi mekanik yang dibutuhkan, lb-in

W = weigth on bit, lbf

r = jari-jari pahat, in

R = laju pemboran, ft/hr

N = kecepatan putar, rpm

V = volume batuan yang dihasilkan, in3

Selanjutnya dengan pengembangan model pemboran, drillabilitas

batuan dapat ditentukan dengan menggunakan roller cone bit.

3. Abrasivitas

Merupakan sifat menggores dan mengikis dari batuan,

sehingga sering menyebabkan keausan pada gigi pahat dan

diameter pahat. Setiap batuan mempunyai sifat abrasivitas yang


11

berbeda-beda, pada umumnya batuan beku mempunyai tingkat

abrasivitas sedang sampai tinggi, batu pasir lebih abrasif daripada

shale, serta limestone lebih abrasif dari batu pasir atau shale.

Ukuran dan bentuk dari partikel batuan menyebabkan berbagai tipe

keausan, seperti juga torsi dan daya tekan pada pahat.

4. Tekanan pada Batuan

Merupakan tekanan-tekanan yang bekerja pada batuan

formasi. Tekanan-tekanan tersebut harus diperhatikan dalam

kegiatan pemboran. Karena berpengaruh dalam cepat-lambatnya

laju penembusan batuan formasi. Secara umum, batuan yang

berada pada kedalaman tertentu akan mengalami tekanan :

a. Internal Stress yang berasal dari desakan fluida yang

terkandung di dalam pori-pori batuan (tekanan hidrostatik fluida

formasi).

b. Eksternal Stress yang berasal dari pembebanan batuan yang ada

di atasnya (tekanan overburden).

5. Modulus Elastisitas

Modulus Elastisitas adalah sifat elastis atau kelenturan dari

suatu batuan.

6. Poisons Ratio
12

Poisson ratio adalah konstanta elastisitas yang dimiliki oleh

setiap material. Sebuah material yang diberikan gaya satu arah,

ditarik maupun ditekan, akan mengalami perubahan bentuk. Selain

perubahan bentuk kearah yang diberikan, ada juga perubahan

bentuk ke arah yang tegak lurus dengan arah gaya. Poisson ratio

adalah perbandingan dari perubahan arah aksial dengan perubahan

arah transversal tersebut.

2.2. Geometri Peledakan

Peledakan merupakan kegiatan pemecahan suatu material (batuan)

dengan menggunakan bahan peledak atau proses terjadinya

ledakan.Geometri peledakan merupakan suatu cara perhitungan mengenai

kegiatan peledakan yang ditujukan supaya kegiatan peledakan dapat

bekerja secara optimum. Perhitungan tersebut didapat berdasarkan

percobaan-percobaan kegiatan peledakan. Perhitungan geometri peledakan

diperkenalkan oleh berbagai ahli diantaranya Anderson (1952), Pearse

(1955), R.L Ash (1963), Langefors (1978), Konya (1972), Foldesi (1980),

Olofsson (1990) dan Rustan (1990).


13

(Sumber: Koesnaryo S, 2001)

Gambar 2. 1 Geometri Peledakan

Dari gambar 2.1 dapat dijelaskan bagian-bagian dari geometri

peledakan dengan menggunakan sistem jenjang. Dimana:

B : Burden L : Tinggi Jenjang

J : Subdrilling PC : Powder Column

T : Stemming B’ : Burden Semu

S : Spacing

H : Depth Hole

2.2.1. Burden

Burden merupakan jarak tegak lurus terpendek antara muatan

bahan peledak dengan bidang bebas terdekat kemana arah perpindahan

material akan terjadi. Pada penentuan jarak burden ada beberapa faktor

yang harus diperhitungkan seperti diameter lubang ledak, densitas batuan,


14

densitas bahan peledak yang dipakai dan kondisi geologi pada daerah

tersebut.Semakin besar diameter lubang ledak yang digunakan maka jarak

burden akan semakin besar karena bahan peledak yang digunakan semakin

banyak tiap lubangnya sehingga energi ledakan yang ditimbulkan semakin

besar. Sedangkan jika densitas batuan semakin besar maka diperlukan

jarak burden yang semakin kecil agar energi ledakan dapat berkontraksi

secara maksimal. Struktur geologi daerah juga diperlukan sebagai faktor

koreksi terhadap burden.

Jarak burden yang baik adalah jarak dimana energi ledakan bisa

menekan batuan secara maksimal sehingga pecahnya batuan sesuai dengan

fragmentasi yang direncanakan dengan mengupayakan sekecil mungkin

terjadinya batuan terbang, bongkah, dan retaknya batuan pada batas akhir

jenjang. Untuk menghitung burden, dapat dihitung menggunakan teori

Konya. Konya(1972), mengusulkan suatu persamaan untuk menghitung

besarnya burden (B) :


𝑆𝐺𝑒
B = 3,15 x De x (𝑆𝐺𝑟 )0,33...................................... (2.1)

Keterangan:

B = Burden (feet)

De = Diameter of explosive (inches)

SGe = Spesific gravity of explosive

SGr = Spesific gravity of rock


15

2.2.2. Spacing

Spasi merupakan jarak antara lubang ledak dalam satu baris yang

sejajar dengan bidang bebas. Spasi yang lebih kecil dari ketentuan akan

menyebabkan ukuran batuan hasil peledakan terlalu hancur. Tetapi jika

spasi lebih besar dari ketentuan akan banyak menyebabkan terjadi

bongkah (boulder) dan tonjolan diantara dua lubang ledak setelah

peledakan. Menurut konya besarnya spasi dihitung berdasarkan pada

perbandingan antara tinggi jenjang dengan burden (L/B) dan delay yang

digunakan. Besarnya spasi dapat dihitung berdasarkan pada persamaan

berikut :

1. Untuk tinggi jenjang rendah (L/B<4)

a. Intantaneus initiation

S = (L + 2B)/8 .......................................(2.2)

b. Delayed initiation

S = (L + 7B)/8 .........................................(2.3)

2. Untuk tinggi jenjang tinggi (L/B>4)

a. Intantaneus initiation

S = 2B ....................................................(2.4)

b. Delayed initiation

S = 1,4B ................................................(2.5)

Keterangan :

S = Jarak spasi (feet)

L = Tinggi jenjang (feet)


16

B = Jarak burden (feet)

2.2.3. Stemming (T)

Stemming merupakan panjang kolom antara permukaan lubang

ledak dengan permukaan bahan peledak yang terdapat dalam lubang ledak

yang diisi oleh material penyumbat. Fungsi dari stemming tersebut adalah :

1. Meningkatkan confining pressure dari akumulasi gas hasil

peledakan.

2. Menyeimbangkan tekanan di daerah stemming

Besarnya stemming dapat ditentukan dengan persamaan konya,

berikut :

T = 0,7B .........................................................................(2.6)

Keterangan:

T = Stemming (m)

B = Burden (m)

2.2.4. Subdrilling (J)

Subdrillling merupakan panjang lubang ledak yang berada dibawah

lantai jenjang. Subdrilling diperlukan agar batuan dapat meledak secara

keseluruhan dan mengurangi timbulnya tonjolan pada lantai jenjang atau

membuat lantai jenjang relatif rata setelah peledakan. Besarnya subdrilling

dapat ditentukan dengan persamaan konya:

J = 0,3 B ................................................................... (2.7)

Keterangan:
17

J = Subdrilling (feet)

B = Burden (feet)

2.2.5. Kedalaman Lubang Ledak (H)

Kedalaman lubang ledak dapat ditentukan berdasarkan produksi

yang diinginkan dan tinggi jenjang yang ada. Kedalaman lubang ledak

tidak boleh lebih kecil dari ukuran burden untuk menghindari terjadinya

overbreak dan cratering. Kedalaman lubang ledak yang telah ditentukan

oleh engineer drill and blast disebut juga blast depth hole plan, sedangkan

kedalaman lubang ledak yang diukur sebelum memasukan bahan peledak

(explosive) disebut blast depth hole actual.Depth hole deviation

dinyatakan dengan persamaan:

Dev = Dact – Ddgn

Keterangan:

Dev = Depth deviation (m)

Ddgn = Kedalaman lubang bor design (m)

Dact = Kedalaman lubang bor actual (m)

Kedalaman lubang ledak dapat dicari dengan menggunakan

persamaan R.L. Ash sebagai berikut

H = Kh. B..........................................................................(2.8)

Keterangan :

H = Kedalaman lubang ledak (m)

Kh = Hole depth ratio (1,5 – 4)

B = Burden (m)
18

2.2.6. Panjang Kolom Isian (PC)

Panjang kolom isian merupakan panjang kolom lubang ledak yang

akan diisi oleh bahan peledak. Panjang kolom isian ini merupakan

kedalaman lubang ledak dikurangi panjang stemming yang digunakan.

PC = H-T ...........................................................................(2.9)

Keterangan :

PC = Panjang kolom isian (PC)

H = Kedalaman lubang ledak (m)

T = Stemming (m)

2.3. Bahan Peledak (Explosive)

2.3.1. Definisi Bahan Peledak

Bahan peledak adalah suatu bahan kimia senyawa campuran

berbentuk padat, cair atau campurannya yang apabila diberi aksi panas,

benturan, gesekan atau ledakan awal akan mengalami suatu reaksi kimia

eksotermis sangat cepat dan hasil reaksinya sebagian atau seluruhnya

berbentuk gas disertai panas dan tekanan sangat tinggi.

Panas dari gas yang dihasilkan reaksi peledakan tersebut sekitar

4000℃. Adapun tekanannya, menurut Langerfors dan kihlstrom (1978),

bisa mencapai lebih dari 100.000 atm setara dengan 101.500 kg/cm² atau

9.850 Mpa dengan energi per satuan waktu yang ditimbulkan sekitar

25.000 MW atau 5.950.000 kcal/detik.


19

Perlu dipahami bahwa energi yang sedemikian besar itu bukan

merefleksikan jumlah energi yang memang tersimpan di dalam bahn

peledak begitu besar, namun kondisi ini terjadi akibat reaksi peledakan

yang sangat cepat, yaitu berkisar antara 2500-7500 meter per detik

(m/detik). Oleh sebab itu kekuatan energi tersebut hanya terjadi beberapa

detik saja yang lambat laun berkurang seiring dengan perkembangan

keruntuhan batuan.

2.3.2. Reaksi peledakan

Peledakan akan memberikan hasil yang berbeda dari yang

diharapkan karena bergantung pada kondisi eksternal saat di lapangan

yang mempengaruhi kualitas bahan kimia pembentuk bahan peledak

tersebut. Panas merupakan awal terjadinya proses dekomposisi bahan

kimia pembentuk bahan peledak yang menimbulkan pembakaran,

dilanjutkan dengan deflagrasi dan terkahir detonasi.

Proses dekomposisi bahan peledak diuraikan sebagai berikut:

1. Pembakaran adalah reaksi permukaan yang eksotermis dan dijaga

keberlangsungannya oleh panas yang dihailkan dari reaksi itu

sendiridan produknya berupa pelepasan gas-gas. Reaksi

pembakaran memerlukan unsur oksigen baik yang terdapat di alam

bebas maupun dari ikatan molekuler bahan atau material yang

terbakar.

2. Deflagrasi adalah proses reaksi permukaan yang reaksinya

meningkat menjadi ledakan dan menimbulkan gelommbang kejut


20

(shock wave) dngan kecepatan rambat rendah, yaitu antara 300-

1000 m/s atau lebih rendah dari kecep suara (subsonic).

3. Ledakan menurut Berthelot, adalah ekspansi seketika yang cepat

dari gas menjadi bervolume lebih besar dari sebelumya diiringi

suara keras dan efek mekanis yang merusak.

4. Detonasi adalah kecepatan reaksi yang sangat tinggi tersebut

menyebarkan tekanan panas keseluruh zona peledakan dalam

bentuk gelombang tekann kejut (shock compression wave)

keceptan rambat reaksi pada proses detonasi ini berkisar antarta

3000-7500 m/s.

2.3.3. Bahan Peledak

Sifat-sifat fisik bahan peledak adalah suatu kenampakan nyata dari

sifat bahan peledak ketika menghadapi perubahan kondisi lingkungan

sekitarnya, yaitu antara lain:

a. Denistas yaitu angka yang menyatakan perbandingan berat per

volume

b. Sensitifitas adalah sifat yang menunjukan kemudahan inisiasi

bahanpeledak atau ukuran minimal booster yang diperlukan.

c. Ketahanan terhadap air (water resistence)

d. Kestabilan kimia (chemical stability)

e. Karakteristik gas (fumes characteristic)


21

2.3.4. Jenis Bahan Peledak

Pembagian jenis bahan peledak menurut R.L.Ash adalah:

a. Bahan peledak kuat (high explosive) bersifat menghancurkan

dengan kecepatan detonasi 5.000-24.000 fps, kekuatan 50.000 –

40.000 psi. Untuk jenis bahan peledak contohnya produk DANFO.

b. Bahan peledak lemah (low explosive) bersifat mendorong atau

mengangkat dengan kecepatan detonasi < 5000 fps, kekuatan

<50.000 psi.

Sedangkan pembagian bahan peledak menurut keputusan Menteri

Pertambangan dan Energi No. 555.K/26M.PE/1995, yaitu:

a. Bahan peledak peka detonator, adalah bahan peledak yang dapat

meledak dengan detonator no.8.

b. Bahan peledak peka primer, adalah bahan peledak yang hanya

dapat meledak dengan menggunakan primer atau booster dengan

detonator no.8.

c. Bahan peledak ramuan, adalah bahan baku yang apabila dicampur

dengan bahan tertentu akan menjadi bahan peledak peka primer.

2.4. Powder Factor (PF)

Powder factor adalah hubungan matematis antara berat bahan

peledak yang digunakan dengan jumlah batuan yang dapat dibongkar.

Berat bahan peledak dinyatakan dalam kg dan jumlah batuan yang

terbongkar dapat dinyatakan dalam volume (m³) atau berat (ton). Jika
22

volume batuan yang diledakkan telah diketahui, maka perhitungan powder

factor adalah sebgai berikut:

1. Berat batuan yang diledakan (W)

W = V x bobot isi batuan (ton/m³)

2. Berat bahan peledak yang digunakan (E)

E= de x PC x n

Dengan:

De = Loading Density (kg/m) = 0.508 x Sge x De²

PC= panjang kolom bahan peledak perlubang ledak (m)

n = Jumlah lubang ledak yang diledakkan.

3. Powder Factor
𝐸
Pf = 𝑉

Dimana :

PF = Powder Factor (Kg⁄m3 )

E = Jumlah peledak yang digunakan (Kg)

V = Volume batuan yang akan diledakan (m3 )

2.5. Definisi Fragment dan Fragmentasi

Fragment merupakan suatu ukuran setiap bongkah batuan hasil

peledakan. Sedangkan fragmentasi adalah suatu proses yang menghasilkan

fragment atau ukuran setiap bongkah batuan setelah peledakan.

Pemecahan batuan yang menghasilkan fragment batuan pada peledakan


23

dimulai sebelum massa batuan mengalami pergerakan. Fragmentasi pada

peledakan akibat hal-hal berikut :

1. Gelombang kejut tarik yang dihasilkan dan pemantulan gelombang

kejut tekan pada bidang bebas. Periode lamanya efek pertamanya

berlangsung tergantung pada waktu tunda antar inisiasi (delay)

dengan pemantulan pada bidang bebas.

2. Tegangan tarik yang dihasilkan dalam massa batuan di sekeliling

lubang tembak oleh tekanan gas-gas peledakan. Efek kedua

umumnya berlangsung lebih lama dibandingkan efek pertama.

Lamanya efek kedua tergantung pada pengungkungan gas dalam

lubang tembak. Parameter yang berpengaruh dalam hal ini yaitu

pemampat.

3. Benturan antara fragment batuan yang terlempar dan antara

fragment di dinding batuan. Efek yang ketiga berlangsung paling

lama disbanding kedua efek sebelumnya, akan tetapi efeknya

paling kecil.
24

(Sumber: Berta, 1990)


Gambar 2. 2 Model “Rock Fracture Insitu” untuk Satu Lubang

Tembak

Tingkat fragmentasi batuan hasil peledakan sangat penting dalam

menilai keberhasilan dari suatu kegiatan peledakan, bongkaran batuan

yang memiliki ukuran seragam lebih diharapkan daripada bongkaran

batuan yang banyak berukuran bongkah. Untuk tujuan tertentu ukuran

fragmentasi yang besar atau bongkah terkadang diperlukan, misalnya

disusun sebagai penghalang (barrier) ditepi jalan tambang. Tingkat

fragmentasi yang seragam akan menambah produktivitas, mengurangi

keausan dan kerusakan peralatan sehingga menurunkan biaya pemuatan,

pengangkutan, dan proses selanjutnya, dalam beberapa pekerjaan juga

akan mengurangi secondary blasting.

Oleh karena tingginya biaya dan kebutuhan waktu untuk

memperoleh evaluasi fragmentasi yang sempurna, maka dalam kegiatan

penambangan, metode-metode pendekatan yang biasa digunakan (Jimeno,

1995), anatara lain:


25

1. Metode fotografi

2. Metode fotogrametri

3. Analisis gambar dengan computer

4. Analisis kenampakan kualitatif

5. Analisis ayakan

6. Analisis produktivitas alat peremuk

7. Analisis volume material pada secondary blasting

8. Analisis produktivitas alat muat (loading time, digging time, trip

outs)

2.5.1. Analisa Fragmentasi Batuan Dengan Metode Kuz-Ram

Fragmentasi batauan hasil peledakan merupakan salah satu

petunjuk untuk dapat mengetahui keberhasilan dari suatu peledakan

selain powder factor. Karena apabila dalam suatu peledakan, powder

factor tercapai teteapi tidak menghasilkan fragmentasi batauan yang

diinginkan, maka peledakan tersebut belum bisa dikatakan

berhasil.Hubungan antara ukuran rata-rata fragmentasi batuan dan

penggunaan bahan peledak pervolume batuan terbongkar telah

dikemukakan oleh Kuznetsov (1973), persamaannya sebagai berikut :

𝑉 0.8 0.17 𝐸 −0.63


𝑋 = 𝐴 .( ) .𝑄 ( )
𝑄 115

Dimana :

X = Ukuran rata-rata materian (cm)

A = Faktor batuan
26

V = Volume batuan terbongkar per lubung (m3)

Q = Jumlah bahan peledak per lubang (m3)

E = Relatif weight strength ANFO (100)

Untuk mengetahui distribusi ukuran fragmentasi, yang

dipergunakan adalah persamaan Kuznetsov oleh Claude

Cunningham yang dikenal sebagai persamaan Kuz-Ram yaitu :

𝐵 𝑊 (𝐴 − 1) 𝑃𝐶
𝑛 = (2,2 − 14 ) 𝑥 (1 − ) 𝑥 (1 + )( )
𝐷 𝐵 2 𝐿

𝑋
𝑋𝑐 =
(0,693)1⁄𝑛

𝑋 𝑛
( )
𝑅 = 100 [𝑒 𝑋𝑐 ]

Dimana:

R = Persentase passing (%)

Xc = Ukuran fragmentasi yang diprediksi (cm)

X = Ukuran rata-rata fragmentasi (cm)

n = Konstanta keseragaman Rossin-Rammler

B = Burden (m)

D = Diameter lubang ledak (mm)

W = Standar deviasi pengeboran (m)

A = Ratio spacing terhadap burden (S/B)

PC = Panjang isian peledak per lubang (m)

L = Tinggi jenjang (m)


27

2.5.2. Analisa Fragmentasi Menggunakan Software Split Desktop

Pada analisis software Split Desktop menggunakan metode

fotografi untuk menghitung distribusi fragmentasi batuan dengan

menganalisa gambar.Software Split Desktop (Split Engineering)

merupakan suatu program komputer yang dapat digunakan untuk

menganalisa distribusi ukuran fragmentasi hasil peledakan yang ada di

lapangan. Software ini dirancang untuk menentukan distribusi ukuran

material (fragmentasi) berdasarkan atas analisa gambar foto digital

(grayscale image) dari fragmentasi yang ada di lapangan.

Software ini akan menghasilkan suatu output berupa informasi

distribusi fragmentasi yang ditampilkan dalam bentuk grafik dan tabel

presentase kumulatif dari fragmentasi material yang lolos pada ukuran

ayakan yang ditentukan.

Langkah-langkah untuk menganalisa ukuran fragmen batuan

dengan menggunakan software split desktop 3.1 adalah sebagai berikut:

1. Pengambilan foto

Pengambilan foto dilakukan dengan cara meletakkan 2 buah

bola dengan ukuran 20 cm. peletakkan bola diharapkan tegak lurus

dan sesuai jarak agar dapat terbaca oleh software.


28

(Sumber: Split Dekstop 3.1)


Gambar 2. 3 Pengambilan Foto
2. Analisa Sampel Foto

Setelah pengambilan sampel foto, foto-foto tersebut dapat

diolah dengan cara sebagai berikut:

 Membuka foto yang akan diolah

 Menentukan skala pada bola yang berukuran 20 cm

dengan menggunakan scale tool. Selanjutnya bola

yang sudah di tentukan skalanya diberi warna biru

menggunakan mask fill.

 Mencari partkel merupakan langkah dimana

software akan mencari partikel-partikel berdasarkan

delineate. Delineate dapat di sesuaikan dengan

keinginan level of delineate, dapat berupa less

delineation hingga more delineation, dan

mengaktifkan boulder detection.

 Melakukan edit delineate. Objek yang akan

dianalisa dapat di edit dengan menggunakan paint

brush, dan apabila ada area yang akan dihapus

menggunakan eraser tool. Area yang tidak akan


29

dianalisa seperti langit atau jenjang diberi warna

biru dengan mask fill, dan untuk objek material-

material halus yang dianggap tanah diberi warna

merah menggunakan fines fill.

 Setelah melakukan proses editing hasil dari

perhitungan ukuran fragmen dapat dilihat pada

menu show result.

(Sumber: Split Dekstop 3.1)

(a) (b)

Gambar 2. 4 Langkah Analisa Sampel Foto (a) Penentuan

Skala (b) Proses Editing

3. Setelah tahap Analisa sampel foto , selanjutnya masuk ke tahap

pembutan tabel dan grafik (outputs). Pada tahap ini software split

desktop akan memberikan outputs berupa grafik dan tabel

distribusi (cummulative size distributon) dari fragmentasi yang

telah dianalisa. Selain itu, software ini juga dapat memberikan

informasi ukuran partikel passing 20%, 50%, 80%, dan Top Size.
30

(Sumber: Split Dekstop 3.1)


31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

3.1.1. Profil dan Sejarah Perusahaan

Kegiatan pertambangan di Martabe dimulai pada tahun 1980-an

ketika BritishGeological Survey (BGS) melakukan penelitian di daerah

sumatera termasuk Martabe. Padatahun 1993, Normandy Anglo Asia

Limited (NAAL) melalui PT Danau Toba Mining (PTDTM) mengajukan

izin kontrak karya (contract of work) generasi keenam dan tahun pada

1994 dilakukan eksplorasi emas hingga ditemukan contoh kandungan

emas pada tahun 1996 di Sungai Aek Pahu. Pada tahun 2002, PT DTM

berubah nama menjadi PT Horas Nauli (PTHN) dan diambilalih oleh

Newmont pada tahun 2003 dan berubah nama lagi menjadi PT Newmont

Horas Nauli (PTNHN). Selanjutnya pada tahun 2006, PT NHN diambil

alih oleh Agincourt Resources menjadi PT Agincourt Resources (PTAR).

Pada awal 2007, perusahaan Oxiana Limited menjadi pemilik dari

proyek tambang ini setalah mengakuisisi dari PTAR. Berdasarkan hasil

studi kelayakan (feasibility study) yang telah dilakukan, pemilik Oxiana

menyetujui untuk pengembangan proyek tambang emas dan perak ini pada

Desember 2007 dan selanjutnya perizinan dari pemerintah Indonesia

diterima pada bulan April 2008. Pada Juni 2008, Oxiana melakukan

merger dengan Zinifex dan berubah nama menjadi OZ Minerals, yang

31
32

memulai konstruksi di tambang. Dan pada bulan Mei 2009, proyek di

Martabe ini diakuisisi oleh G-Resources dari OZ Minerals. Pada Maret

2016 diambil alih dari G-Resources oleh konsorsium investasi yang

dipimpin oleh EMR Capital, sebuah perusahaan yang khusus bergerak

dibidang investasi saham pada perusahaan pertambangan (61,4% dari

saham). Konsorsium juga termasuk atas Farallon Capital, sebuah

perusahaan investasi keuangan global (20,6%), Martua Sitorus (11%) dan

Robert Hartono & Michael Bambang Hartono (7%). Dan sampai sekarang

masih dikelola oleh PT. Agincourt Resources.

Saat ini aset utama perusahaan yaitu Tambang Emas Martabe yang

memiliki luas wilayah 1.639 km2 di bawah Kontrak Karya (Contract

ofWork) generasi keenam yang ditandatangani pada April 1997.

Perusahaan yang mengusungnilai GREAT (growth, respect, excellence,

action, transparency) itu kini telah memiliki sumberdaya 8,05 juta oz

emas dan 77 juta oz perak dengan kapasitas per tahun sebesar 250.000 oz

emas dan 2-3 juta oz perak berbiaya rendah.

3.1.2. Lokasi dan Kesampaian Daerah

Tambang Emas Martabe terletak di Desa Aek Pining, Kecamatan

Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara,

Indonesia. Topografi daerah ini beragam dari tanah datar, daerah

perbukitan, hingga daerah pegunungan. Letak geografis tambang emas

martabe adalah 04° 21’ 08” LU – 1° 54’ LU dan 98° 54’ 72” BT - 99° 24’
33

180” BT. Berikut adalah batas – batas wilayah tambang PT.Agincourt

Resources.

 Sebelah Utara : Kecamatan Lumut

 Sebelah Selatan : Kecamatan Padangsidempuan Barat

 Sebelah Timur : Kecamatan Marancar, Padangsidempuan Barat

dan Sipirok

 Sebelah Barat : Kecamatan Lumut (Kabupaten Tapanuli Tengah

Perjalanan dimulai dari Universitas Palangka Raya menuju Bandar

Udara Tjilik Riwut Palangka Raya, Kalimantan Tengah dengan

menggunakan mobil dengan jarak perjalanan kurang lebih 14 Km dan

waktu tempuh kurang lebih 30 menit.

Kemudian berangkat dari Bandar Udara Tjilik Riwut Palangka

Raya, Kalimantan Tengah menuju Bandar Udara Soekarno-Hatta

Tangerang, Banten menggunakan Pesawat Terbang kurang lebih 1 jam 30

menit. Kemudian berangkat dari Bandar Udara Soekarto-Hatta Tangerang,

Banten menuju Bandar Udara Dr.Ferdinand Lumban Tobing Pinang Sori,

Sumatera Utara menggunakan Pesawat Terbang kurang lebih 1 jam 55

menit.

Dari Bandar Udara Dr.Ferdinand Lumban Tobing Pinang Sori,

Sumatera Utara menuju ke Site PT.Agincourt Resources Martabe Gold

Mine menempuh jarak kurang lebih 28 km dengan waktu tempuh kurang

lebih 50 menit dengan menggunakan mobil sebagai alat transportasi.


34

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat dan Bahan Pengambilan Data Lapangan

Alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan pengambilan

data Tugas Akhir ini adalah :

- Alat Pelindung Diri (APD)

- Buku dan alat tulis

- Kalkulator

- Kamera

- Meteran

- Software pendukung

3.2.2. Alat dan Bahan Pengolahan Data

Alat dan bahan yang digunakan dalam pengolahan data penelitian

Tugas Akhir ini adalah laptop, kalkulator, buku tulis dan alat tulis.

3.3. Tata Laksana Penelitian

3.3.1. Langkah Kerja

Adapun langkah kerja yang dilakukan dalam dalam kegiatan ini

adalah sebagai berikut :

Langkah - langkah kerja dalam penelitian Tugas Akhir ini

meliputi:
35

1. Melakukan Orientasi Lapangan terlebih dahulu sebelum

melakukan pengambilan data-data yang diperlukan dalam

penyusunan laporan Tugas Akhir.

2. Pengambilan data primer dan data sekunder.

I. Data Primer :

a. Karakteristik batuan

b. Data geometri peledakan aktual

c. Pengukuran waktu pengeboran

d. Foto/ Video Dokumentasi kegiatan peledakan di

lokasi penelitian

e. Foto hasil simulasi, berupa fragmentasi hasil

peledakan.

II. Data Sekunder :

a. Data geometri plan

b. Spesifikasi Bahan Peledak yang dipakai pada

perusahaan

c. Blast report

d. Data deskripsi karakteristik batuan

e. Data gambaran umum perusahaan

f. Data curah hujan.

g. Peta kondisi geologi regional, Peta Lokasi

Penelitian dan Peta kondisi geologi daerah

penelitian
36

3. Tahapan Pengolahan dan Evaluasi Data

Data yang diperoleh baik dari data primer maupun data

sekunder selanjutnya diolah di dengan metode keseimbangan batas

menggunakan bantuan Sotfware. Adapun pengolahan dan analisis

data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Mengambil data karakteristik batuan di lokasi peledakan.

b. Mengambil data Geometri Peledakan yang diterapkan pada

perusahaan.

c. Mengambil data geometri peledakan aktual yang diterapkan

pada perusahaan.

d. Mengambil data cycle time pengeboran.

e. Menganalisis tingkat ketercapaian peledakan yang sudah

didapatkan dari hasil geometri peledakan yang diterapkan

perusahaan (dilihat dari fragmentasi yang dihasilkan)

f. Menganalisis perbandingan hasil distribusi fragmentasi

secara teoritis dengan aktual split desktop.

g. Rekomendasi pola geometri peledakan yang baru baik

sebagai saran kepada pihak perusahaan.

4. Tahap Penyusunan Laporan Tugas Akhir

Hasil dari data keseluruhan dirangkum ke dalam bentuk

laporan tertulis untuk dipertanggung jawabkan sebagai laporan

hasil penelitian Tugas Akhir. Kegiatan penelitian Tugas Akhir ini

dijabarkan dalam diagram alir pada Gambar 3.1.


37

3.3.2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode

kuantitatif yaitu metode penelitian yang bersifat induktif, objektif dan

diperoleh berupa angka – angka atau pernyataan yang dinilai. Penelitian

ini merupakan kuantitatif yang bersifat komparatif karena dalam penelitian

ini dilakukan perbandingan antara dua variabel kondisi yaitu aktual dan

rencana untuk mengatasi masalah. Penelitian dilaksanakan melalui

prosedur sebagai berikut :

1. Studi literatur yaitu melakukan studi atau mencari referensi di

perpustakaan dengan membaca literatur yang berkaitan dengan

jalan tambang. Literatur yang digunakan berasal dari buku, jurnal

penelitian, laporan, internet serta makalah-makalah yang

berhubungan dengan penelitian.

2. Kegiatan studi lapangan

Merupakan pengamatan dan pengukuran langsung di

lapangan terhadap kondisi lereng dan bidang diskontinu pada PT.

Agincourt Martabe Gold Mine dan melakukan wawancara.

Wawancara yaitu, melakukan pencatatan hasil tanya jawab

(interview) di lapangan dengan pihak-pihak terkait padaPT.

Agincourt Martabe Gold Mine.

3. Pengelompokan Data.

Data yang diperoleh dari hasil studi literatur dan studi

lapangan, kemudian dikelompokkan menjadi data sekunder dan


38

data primer. Data sekunder adalah data penunjang yang didapat

peneliti dari pihak Perusahaan, Instansi yang terkait dengan

penelitian. Data primer adalah data yang diambil peneliti

dilapangan dan diolah peneliti.

4. Analisis Data

Menganalisis pengaruh terhadap ukuran fragmentasi yang

dihasilkan dengan bantuan software splitdesktop.

5. Pembahasan

Melakukan analisa terhadap data-data hasil penelitian

sehingga didapatkan solusi guna penyelesaian masalah yang ada.

6. Kesimpulan dan Saran

Sebagai rekomendasi kepada perusahaan untuk

menyelesaikan permasalahan di lapangan yang terkait dengan hasil

penelitian ini.

3.4. Waktu Penelitian

Untuk menyelesaikan tugas akhir ini, peneliti telah menyiapkan

rencana kegiatan. Ini berfungsi agar semua kegiatan penelitian dapat

berjalan sesuai dengan diharapkan dan selesai dengan tepat waktu.

Penelitian Tugas akhir ini dilaksanakan pada kurang lebih 2 bulan dan

dimulai bulan Juli 2018- Agustus 2018 sejak di perusahaan dimana

tanggal dan waktu ditetapkan oleh perusahaan (selengkapnya dapat

dilihat pada tabel 3.1)


39

Tabel 3.1 Waktu Penelitian


1 Oktober – 30 November 2018

No. Kegiatan Oktober November

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Orientasi Lapangan

Pengumpulan dan
2
Pengolahan Data

3 Penyusunan Laporan

4 Presentasi Laporan

3.5. Diagram Alir Pelaksanaan Tugas Akhir


Sistematika penelitian tugas akhir ini dapat dilihat pada bagan alir

dibawah ini:
40

Analisis Pengaruh Karakteristik Batuan Terhadap Geometri Peledakan di PT.


Agincourt Resources Martabe Gold Mine Batangtoru Tapanuli Selatan Provinsi
Sumatera Utara

Rumusan Masalah :

1. Bagaimana karakteristik batuan di PT. Agincourt Resources Martabe


Gold Mine Batangtoru Tapanuli Selatan Sumatera Utara?
2. Bagaimana pengaruh karakteristik batuan terhadap geometri peledakan
di PT. Agincourt Resources Martabe Gold Mine Batangtoru Tapanuli
Selatan Sumatera Utara?
3. Bagaimana distribusi fragmentasi hasil peledakan batuan di PT.
Agincourt Resources Martabe Gold Mine Batangtoru Tapanuli Selatan
Sumatera Utara?

Studi Literatur

Pengambilan Data

Data Primer : Data Sekunder :


1. Karakteristik batuan. 1. Spesifikasi bahan peledak.
2. Data geometri peledakan aktual dan plan 2. Data deskripsi karakteristik batuan
3. Pengukuran waktu pengeboran. 3. Blast report
4. Dokumentasi hasil peledakan 4. Peta Kesampaian Daerah
a. 5. Peta geologi regional
6. Data iklim dan curah hujan

Pengolahan Data :

1. Melakukan analisis karakteristik batuan di lokasi peledakan.

2. Melakukan analisis pengaruh karakteristik batuan terhadap geometri peledakan

3. Melakukan analisis distribusi fragmentasi setiap peledakan

Hasil dan Pembahasan Data

Kesimpulan dan Saran


41

DAFTAR PUSTAKA

Andan, Danrhama. “Batuan Mineralogi Emas”


http://ikatanpenambangemasrakyat.blogspot.co.id/2013/03/batuan-dan-
mineralogi-emas.html. . (Diakses tanggal 20Februari 2018)
Aphin. “Ganesa Mineral”https://fileq.wordpress.com/2012/03/09/ganesa-mineral-
komplit/(Diakses tanggal 20Februari 2018)
Aryantoko, Galih, (2013), Kajian Fragmentasi Hasil Peledakan Di Tambang Batu
Hijau Bijih Tembaga PT. Newmont Nusa Tenggara Kabupaten Sumbawa
Barat.
Awang Suwandhi, (2012), Mengoptimasi Pengeboran Dan Fragmentasi Batuan
Oleh Peledakan.
Berta, (1990). Rock Fracture Insitu Untuk Satu Lubang Ledak. XX.
Jimeno C. l. and Jimeno E. L., (1995), Drilling and Blasting Of Rocks, A.A.
Netherlands. Pp 76-80.
Koesnaryo S. (2001), Rancangan Peledakan Batuan, Jurusan Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta.
Koesnaryo S.(2001), Pengeboran Untuk Penyediaan Lubang Ledak, Jurusan
Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran”
Yogyakarta, Yogyakarta.
Meidiantoni, Rori, (2016), Analisa Deviasi Collar Pengeboran Pada Bench -225
Dan -240 Di PT. Amman Mineral Nusa Tenggara.
Mumin, Whyudi. “SISTEM PENAMBANGAN TERBUKA” http://www.wahyu-
di-q.blogspot.co.id/2011/10/sistem-dan-metode-penambangan-
2.html(Diakses tanggal 20Februari 2018)
Singgih, Saptono, (2006), Teknik Peledakan, Jurusan Teknik Pertambangan,
Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta, Yogyakarta.
Singgih Saptono, (2006), “Teknik Peledakan”, Jurusan Teknik Pertambangan,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
SM IAGI UNDIP. “Minerals- Sekilas Ganesa Emas”
https://smiagiundip.wordpress.com/2014/08/31/minerals-sekilas-genesa-
emas/(Diakses tanggal 20Februari 2018)
Sukandarrumidi, (2007). Geologi Mineral Logam. Jogjakarta. Gajah Mada
University Press.
Trianto, Wahyu. “Ganesa Pembentukan Mineral Emas- Epithermal System”
http://bacabukuselalu.blogspot.co.id/2013/08/ganesa-pembentukan-
mineral-emas.html. (Diakses tanggal 20Februari 2018)

Anda mungkin juga menyukai