Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini yang berjudul “Analisis
Fragmentasi batuan hasil peledakan batu gamping menggunakan metode Image dan
metode Kuz-Ram di CV. Tekad Jaya Kecamatan Lareh Sago Halaban Kabupaten Lima
Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat”.
Dalam penyelesaian proposal penelitian ini penulis telah dimotivasi dan dibantu oleh
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis dengan tulus hati mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Teristimewa untuk Kedua Orang Tua yang selalu memberikan doa, semangat dan motivasi
baik moril maupun moral kepada penulis.
2. Bapak H. Riko Ervil, MT. selaku ketua STTIND Padang.
3. Ibu Riam Marlina, ST. MT selaku Ketua Prodi Teknik Pertambangan STTIND Padang
4. Ibuk Hisni Rahmi, S.Si., MT selaku Pembimbing I dalam penulisan tugas akhir ini.
5. Bapak Rizto Salia Zakri, MT selaku Pembimbing II dalam penulisan skripsi ini.
6. Seluruh dosen, staf dan karyawan/ti STTIND Padang.
7. Seluruh staf dan karyawan/ti CV. Tekad Jaya.
8. Rekan-rekan Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.
Dalam penulisan proposal penelitian ini penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat
membangun dari semua pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lubang Bor Tegak dan Lubang Bor Miring ................................................
6
Gambar 2.8 Foto Singkapan Batu Gamping CV. Tekad Jaya .........................................
24
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Proses penambangan batu andesit di CV. Tekad Jaya dilakukan dengan cara
pemboran dan peledakan (blasting), yang bertujuan untuk membongkar batuan andesit dari
batuan induknya. Hasil material peledakan akan dimuat oleh excavator ke dalam dump truck
1
2
lalu diangkut dan dikumpulkan di ROM. Material tersebutkemudian diangkut kembali oleh
dump truck untuk selanjutnya ke tahap penjualan dalam bentuk Row Material.
Kegiatan peledakan pada CV. Tekad Jaya pada saat musim hujan banyak di temukan
lubang berair karena rembesan air hujan. Sedangkan bahan peledak yang digunakan yaitu
Ammonium Nitrate And Fuel Oil (ANFO). Bahan peledak ini memiliki sifat larut dalam air
sehingga dapat menyebabkan terjadinya gagal ledak (Miss Fire).
Berdasarkan hasil peledakan di CV. Tekad Jaya rata-rata fragmentasi yang dihasilkan
>60 cm. Hal ini berpengaruh terhadap biaya produksi dan pada kegiatan penggalian (digging)
material hasil peledakan, maka dari itu dilakukan pekerjaan tambahan untuk memperkecil
hasil fragmentasi >60 cm menggunakan alat berat breaker.
Metode Kuz-Ram merupakan metode yang menentukan tingkat kelolosan dari proses
peledakan dengan ukuran-ukuran tertentu. Sehingga akan di dapat persentase dari tingkat
kelolosan batuan hasil peledakan tersebut. Adapun metode lainnya yaitu menggunakan
metode Image Analysis. Sofware Split dekstop merupakan Image Analysis program yang
berfungsi untuk menganalisa ukuran fragmentasi batuan melalui foto digital. Dalam hal ini
peniliti akan menggunakan metode Kuz-Ram untuk menganalisis distribusi fragmentasi
dengan data geometri actual dan geometri usulan dengan teori C.J konya dan Image Analysis
untuk menganalisis distribusi fragmentasi aktual melalui foto hasil fragmentasi peledakan
yang ada di lapangan.
1. Masih banyak terdapat hasil fragmentasi dengan ukuran yang beragam dengan rata-
rata >60 cm yaitu lebih dari 25%.
2. Adanya kegiatan kerja tambahan untuk memperkecil fragmentasi peledakan dengan
menggunakan alat berat breaker.
3. Adanya beberapa lubang ledak yang terisi oleh air setelah kegiatan pemboran
sehingga beresiko terjadinya gagal ledak dan sangat mempengaruhi hasil
fragmentasi.
1.3 Batasan Masalah
Btasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui distribusi fragmentasi menggunakan Metode Kuz-Ram.
2. Mengetahui persentase hasil fragmentasi menggunakan Image Analysis.
3. Mendapatkan usulan geometri peledakan yang ideal menggunakan C.J. Konya
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana fragmentasi hasil peledakan dengan menggunakan metode Image
Analysis?
2. Bagaimana fragmentasi hasil peledakan dengan menggunakan metode Kuz-Ram?
3. Bagaimana usulan geometri yang ideal menggunakan teori C.J. Konya?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah:
1. Menganalisis fragmentasi hasil peledakan dengan menggunakan metode Image
Analysis.
2. Menganalisis fragmentasi hasil peledakan dengan menggunakan metode Kuz-Ram.
3. Merancang usulan geometri yang ideal menggunakan teori C.J. Konya.
1.6 Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini di lakukan di harapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi perusahaan
Di harapkan menjadi informasi yang bermanfaat bagi perusahaan agar menghitung
kembali geometri peledakan untuk mendapatkan hasil fragmentasi yang diinginkan.
4
2. Bagi Penulis
Di harapkan penulis dapat menerapkan ilmu yang di dapat selama perkuliahan ke
dalam bentuk nyata terutama dalam bidang peledakan.
3. Bagi Institusi STTIND Padang
Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa/i yang membacanya,
dapat di jadikan suatu masukan untuk pembuatan jurnal, refrensi dan pedoman bagi
mahasiswa yang akan melakukan peneliti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kedalaman lubang bor biasanya disesuaikan dengan tinggi jenjang yang diterapkan.
Untuk mendapatkan lantai jenjang yang rata maka kedalaman lubang ledak hendaknya
lebih dalam dari level jenjang, yang mana kelebihan dari pada level jenjang ini disebut
subdrilling.
3. Arah Pemboran
Pada kegiatan pemboran ada dua macam arah lubang ledak yaitu arah tegak
(vertical) lurus dan arah miring.Dengan lubang bor miring biasanya untuk mengurangi
problem back break dan lebih dari itu lubang bor miring mempunyai banyak
keuntungan daripada yang tegak yaitu:
5
6
Pada umumnya ada dua macam pola pemboran lubang ledak, yaitu pola pemboran
sejajar (paralel) dan pola pemboran selang-seling (staggered).Pola pemboran sejajar
adalah pola dengan penempatan lubang bor yang sejajar pada setiap kolomnya, sedangkan
7
pola pemboran selang-seling adalah pola dengan penempatan lubang bor secara berselang-
seling pada setiap kolomnya.
Pola pemboran sejajar merupakan pola yang lebih mudah diterapkan dilapangan,
tetapi perolehan fragmentasi batuannya kurang seragam. Sedangkan pola pemboran
selang-seling lebih sulit penanganannya di lapangan namun fragmentasi batuannya lebih
baik dan seragam, hal ini disebabkan karena distribusi energi peledakan yang dihasilkan
lebih optimal bekerja dalam batuan.
Sumber: Diktat Teknik Pemberaian Batuan Pada Penambangan Bahan Galian, 2013
Gambar 2.3 Perbedaan pola sejajar dan pola selang-seling
8
Keterangan:
Nilai faktor penyesuaian terhadap bahan peledak dapat dicari dengan persamaan
berikut:
SG handak x (V handak ) 2
AF1 = 3 .................... .......(2.3)
SG handak std x (V handak std ) 2
(Sumber: Awang Suwandhi, 2012)
Keterangan :
Sg = Spesific Gravity bahan peledak yang dipakai
Ve = Kecepatan ledak bahan peledak yang dipakai (Ft/s)
Sgstd = Spesific Gravity bahan peledak standar (1,2)
Vstd = Kecepatan ledak bahan peledak standar (12000 Ft/s)
SG batuan std
AF2 = 3
SG batuan ........................................(2.4)
Keterangan:
SGstd= Kerapatan batuan standar (160 Lb/Cuft)
SG= Kerapatan batuan yang diledakkan (Lb/Cuft)
b. Spacing (S)
Spacing adalah jarak antara lubang ledak yang satu dengan lubang ledak yang
lainnya dalam satu baris. Harga spacing sangat tergantung dari harga burden.
Persamaan yang digunakan untuk mencari besarnya spacing adalah sebagai berikut:
.........(2.5)
S = Ks x B
(Sumber: Suwandhi, 2012)
10
Keterangan:
S = spacing (m)
Ks = Spacing ratio, yang mempunyai nilai antara 1–2
Bila masing-masing lubang tembak diledakkan sendiri-sendiri, dengan interval
waktu yang panjang, maka tidak akan terjadi interaksi gelombang energi antar
muatan yang berdekatan sehingga memungkinkan setiap lubang tembak akan
meledak dengan sempurna. Jika interval waktu diperpendek atau lubang tembak
diledakkan secara serentak akan terjadi efek ledakan yang kompleks.
Prinsip dasar yang digunakan dalam menentukan besarnya spacing adalah:
1) Bila lubang tembak dalam satu baris dinyalakan secara beruntun (delay), maka
nilai Ks = 1 atau S = B.
2) Bila lubang tembak dalam satu baris dinyalakan serentak, maka nilai Ks = 2
atau S = 2B
3) Bila lubang tembak terdiri dari beberapa baris dan dinyalakan secara beruntun
untuk setiap baris dalam arah lateral terhadap baris lainnya secara serentak,
maka pola pemborannya dibuat segi empat untuk mengatasi ketidak seimbangan
tekanan.
4) Bila dalam baris-baris lubang tembak, setiap baris dinyalakan secara serentak
dan antara baris yang satu dengan lainnya tunda, maka pola pemborannya harus
dibuat selang-seling.
c. Stemming (T)
Stemming adalah bagian lubang ledak yang tidak terisi bahan peledak, tetapi diisi
dengan material seperti cutting dan material lepas lainnya yang berada di atas kolom
isian bahan peledak. Fungsi utama daristemmingini adalah untuk mengurung gas-
gas hasil proses peledakan agar energi hasil peledakan dapat terdistribusi secara
maksimal ke sekeliling lubang ledak. Persamaan yang digunakan untuk mencari
nilai stemming adalah:
T = Kt x B ........(2.6)
Keterangan:
T = stemming (m)
Kt = stemming ratio, yang bernilai antara 0,7–1
11
d. Subdrilling (J)
Subdrilling adalah kelebihan kedalaman yang terdapat di bawah batas floor jenjang.
Tujuan utama dibuatnya subdrilling ini adalah supaya batuan dapat meledak secara
full face yang sesuai harapan dan menghindari adanya toe. Secara teoritis,
subdrilling dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut:
J = Kj x B ...........(2.7)
(Sumber: Suwandhi, 2012)
Keterangan:
J = subdrilling (m)
Kj = subdrilling ratio, dengan nilai antara 0,2 – 0,4
e. Kedalaman lubang ledak (H)
Kedalaman lubang ledak merupakan kedalaman lubang yang akan diledakkan yang
merupakan penjumlahan antara tinggi jenjang dengan subdrilling. Kedalaman
lubang ledak tidak boleh lebih kecil dari burden. Hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya over break. Kedalaman lubang ledak dapat ditentukan
berdasarkan geometri peledakan atau dapat juga disesuaikan dengan ketinggian
jenjang yang ada. Bila ditentukan berdasarkan geometri peledakan, maka dapat
digunakan rumus:
Keterangan:
B = burden (ft)
De = Diameter lubang ledak (inchi)
12
( L + 7 B) ...................
L/B < 4 maka, S= (2.11)
8
2. Bahan Peledak
Bahan peledak yang dimaksudkan adalah bahan peledak kimia yang didefinisikan
sebagai suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran berbentuk padat, cair, atau
campurannya yang apabila diberi aksi panas, benturan, gesekan atau ledakan awal akan
mengalami suatu reaksi kimia eksotermis sangat cepat dan hasil reaksinya sebagian atau
seluruhnya berbentuk gas disertai panas dan tekanan sangat tinggi yang secara kimia lebih
stabil.
Panas dari gas yang dihasilkan reaksi peledakan tersebut sekitar 4000C. Adapun
tekanannya, menurut Langerfors dan Kihlstrom (1978), bisa mencapai lebih dari 100,000 atm
setara dengan 101,500 kg/cm² atau 9,850 MPa (10.000 MPa). Sedangkan energi per satuan
waktu yang ditimbulkan sekitar 25,000 MW atau 5,950,000 kcal/s. Perlu dipahami bahwa
energi yang sedemikian besar itu bukan merefleksikan jumlah energi yang memang
tersimpan di dalam bahan peledak begitu besar, namun kondisi ini terjadi akibat reaksi
peledakan yang sangat cepat, yaitu berkisar antara 2500-7500 meter per second (m/s). Oleh
sebab itu kekuatan energi tersebut hanya terjadi beberapa detik saja yang lambat laun
berkurang seiring dengan perkembangan keruntuhan batuan.
3. Ledakan, menurut Berthelot, adalah ekspansi seketika yang cepat dari gasmenjadi
bervolume lebih besar dari sebelumnya diiringi suara keras dan efek mekanis yang
merusak. Dari definisi tersebut dapat tersirat bahwa ledakan tidak melibatkan reaksi
kimia, tapi kemunculannya disebabkan oleh transfer energi ke gerakan massa yang
menimbulkan efek mekanis merusak disertai panas dan bunyi yang keras. Contoh
ledakan antara lain balon karet ditiup terus akhirnya meledak, tangki BBM terkena
panas terus menerus bisa meledak, dan lain-lain.
4. Detonasi adalah proses kimia-fisika yang mempunyai kecepatan reaksi sangat tinggi,
sehingga menghasilkan gas dan temperatur sangat besar yang semuanya membangun
ekspansi gaya yang sangat besar pula. Kecepatan reaksi yang sangat tinggi tersebut
menyebarkan tekanan panas ke seluruh zona peledakan dalam bentuk gelombang
tekan kejut (shock compression wave) dan proses ini berlangsung terus menerus untuk
membebaskan energi hingga berakhir dengan ekspansi hasil reaksinya. Kecepatan
rambat reaksi pada proses detonasi ini berkisar antara 3000–7500 m/s. Contoh
kecepatan reaksi anfo sekitar 4500 m/s. Sementara itu shock compression wave
mempunyai daya dorong sangat tinggi dan mampu merobek retakan yang sudah ada
sebelumnya menjadi retakan yang lebih besar. Disamping itu shock wave dapat
menimbulkan symphatetic detonation, oleh sebab itu peranannya sangat penting di
dalam menentukan jarak aman (safety distance) antar lubang. Contoh proses detonasi
terjadi pada jenis bahan peledakan antara lain:
15
4. Blasting Ratio
Volume batuan yang akan diledakkan tergantung pada dimensi spacing, burden,
tinggi jenjang, dan jumlah lubang ledak yang tersedia. Dimensi atau ukuran spacing, burden,
tinggi jenjang memberikan peranan yang penting terhadap besar kecilnya volume peledakan.
Artinya volume hasil peledakan akan meningkat bila ukuran ketiga parameter tersebut
diperbesar, sebaliknya untuk volume yang kecil.
Volume batuan yang akan diledakkan merupakan hasil perkalian burden, spacing,
dan tinggi jenjang. Hasilnya berupa balok dan bukan volume yang telah terberai oleh proses
peledakan. Volume tersebut dinamakan volume padat (solid atau insitu atau bank), sedangkan
volume yang telah terberai disebut volume lepas (Loose). Konversi dari volume padat ke
volume lepas menggunakan factor berai atau swell factor, yaitu suatu faktor perubah yang
dirumuskan sebagai berikut:
VS
SF = x 100% ....................................(2.19)
VL
Vs =BxSxH ....................................(2.20)
BxSx H
VL =
SF ....................................(2.21)
(Sumber: Suwandhi, 2012)
Untuk menyatakan hasil peledakan dalam satuan berat, maka dialakukan pengalian
volume dengan densitas batuannya, yaitu:
W = V(s,L) x ρ ....................................(2.22)
(Sumber: Awang Suwandhi, 2012)
Keterangan:
SF = Faktor berai (%)
Vs = Volume padat, insitu, bank
Berat hasil peledakan baik dalam volume padat maupun volume lepas bernilai sama,
tetapi densitasnya berbeda, di mana densitas pada kondisi lepas akan lebih kecil dibanding
padat. Untuk batugamping densitas lepas dan densitas solid adalah yaitu 1,6 ton/m3 dan 2,6
ton/m.
Dimana (n) adalah jumlah seluruh lubang ledak. Densitas pengisian (ρd) dapat dicari
dengan menggunakan rumus:
anfo x x ( d ) 2
ρd = ...................................(2.25)
4
(Sumber: Suwandhi, 2012)
Keterangan:
ρd = Loading density (kg/m)
ρanfo = Densitas anfo (kg/m3)
π = phi (3,14)
d = Diameter lubang ledak (m)
6. Powder Factor
Powder Factor (PF) didefinisikan sebagai perbandingan jumlah bahan peledak yang
dipakai dengan volume peledakan, jadi satuannya kg/m3. karena volume peledakan dapat
pula dikonversi dengan berat, maka pernyataan PF bisa pula menjadi jumlah bahan peledak
yang digunakan dibagi berat peledakan atau kg/ton. Volume peledakan merupakan perkalian
dari B x S x H, jadi:
17
Whandak
PF = ....................................(2.26)
BxS xH
(Sumber: Suwandhi, 2012)
Keterangan:
PF = powder factor (kg/m3)
W = Volume material yang diledakkan (m3)
E = Berat bahan peledak setiap lubang ledak (kg)
n = Jumlah lubang ledak
PF biasanya sudah ditetapkan oleh perusahaan karena merupakan hasil dari beberapa
penelitian sebelumnya dan juga karena berbagai pertimbangan ekonomi. Umumnya bila
hanya berpegang pada aspek teknis hasil dari perhitungan matematis akan diperoleh angka
yang besar yang menurut penilaian secara ekonomi masih perlu dan dapat dihemat. Tolak
ukur dalam menetapkan angka PF adalah:
1. Ukuran fragmentasi hasil peledakan yang memuaskan, artinya tidak terlalu banyak
bongkahan (boulder) atau terlalu kecil. Terlalu banyak bongkahan harus dilakukan
peledakan ulang (secondary blasting) yang berarti terdapat tambahan biaya
sebaliknya, bila fragmentasi terlalu kecil berarti boros bahan peledak dan sudah pasti
biaya tinggi pula. Ukuran fragmentasi harus sesuai dengan proses selanjutnya, antara
lain ukuran mangkok (bucket) alat muat atau ukuran umpan (feed) mesin peremuk
batu (crusher).
2. Keselamatan kerja peledakan, artinya disamping berhemat juga keselamatan
karyawan dan masyarakat di sekitarnya harus terjamin.
3. Lingkungan, yaitu dampak negatife peledakan yang menggangu kenyamanan
masyarakat sekitar harus dikurangi. Dampak negatife tersebut dapat berupa getaran
yang berlebihan, gegaran yang menyakitkan telinga dan suara yang mengejutkan.
Dari pengalaman di beberapa tambang terbuka yang sudah berjalan secara normal,
harga PF yang ekonomis berkisar antara 0,20–0,3 kg/m3. pada tahap persiapan (Development)
harga PF tidak menjadi ukuran, karena tahap tersebut sasarannya bukan produksi tetapi
penyelesaian suatu proyek, walaupun tidak menutup kemungkinan kadang-kadang diperoleh
bijih atau bahan galian yang dapat dipasarkan.
18
Program Image Analysis memiliki beberapa tahap untuk dapat memperoleh hasil
berupa grafik persentase lolos, yaitu sebagai berikut:
1. Akuisisi/memperoleh gambar. Pengambilan gambar dilakukan di lapangan dengan
posisi membelakangi matahari agar meniadakan bayangan yang dapat menganggu
gambar.
2. Digitasi fragmentasi. Langkah berikutnya adalah penggambaran batuan atau digitasi,
dengan menggunakan perhitungan algoritma otomatik yang terdapat pada program
Image Analysis. Selain melalui cara otomatis, digitasi dapat dilakukan secara manual,
yaitu dengan melingkari bagian terluar dari partikel-partikel (fragmen) batuan.
3. Analisa ukuran. Melakukan pendekatan distribusi untuk material halus (distribusi
Schuman dan Rosin-Rammler). Kemudian dipilih pendekatan Rosin-Ramler.
4. Hasil setelah ukuran partikel telah dikalkulasi, program Image Analysis dapat
menyajikan distribusi ukuran dalam 3 format yaitu standar ISO, standar UK, dan
standar sendiri. Selain itu juga dapat diketahui ukuran persentase lolos ayakan P20,
P50, P80, dan top sizedapat dilihat pada Gambar 2.10.
19
x = A Q 0.17
Q 115
14B W (A − 1) L ..............................(2.28)
n = 2,2 − 1 − 1 +
d B 2 H
(Sumber: Suwandhi, 2012)
Keterangan:
n = Fraksi batuan
B = burden
d =Diameter lubang ledak
W = Densitas bahan peledak
L = Kedalaman lubang ledak
H = Tinggi jenjang
21
2. Struktur Organisai
Dalam rangka mewujudkan target dan kelancaran produksi yang optimal maka
dibutuhkan koordinasi terstruktur semua pihak untuk mengontrol unit-unit yang berperan
penting di CV.Tekad Jaya. Pada dasarnya CV. Tekad Jaya menerapkan struktur organisasi
yang dinamis, efisien dan efektif sesuai dengan perkembangan industri serta dalam rangka
mencapai pertumbuhan kinerja yang optimal.
CV. Tekad Jaya dikepalai oleh seorang Kepala Teknik Tambang yang secara tertulis
yang terdapat dibawah Tambang tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1.
22
1. Stratigrafi
Bedasarkan data-data litologi yang tersingkap di lapangan, srtatigafi wilayah IUP
eksplorasi batu gamping adalah :
-Gamping kristalin-marmeran, hitam, abu-abu, kecoklatan, abu-abu kecoklatan, putih
kecoklatan, putih, kompak, keras dan getas, setempat terdapat urat kalsit, kekar rapat-
jarang, termetakan.
24
dan subdrilling 0.5m. Penelitian ini bertujuan menentukan geometri peledakan yang
memberikan hasil paling optimum, yakni sesedikit mungkin isian bahan peledak
untuk menghasilkan distribusi ukuran fragmentasi yang sesuai kriteria. Geometri
peledakan, isian bahan peledak, dan distribusi ukuran fragmentasi hasil peledakan
diamati di lokasi pengamatan yaitu inter burden seam B, inter burden seam C, dan
inter burden seam D. Hubungan pengaruh isian bahan peledak terhadap hasil
fragmentasi dari data actual di lapangan dianalisis menggunakan pendekatan
persamaan regresipolino mialorde 2. Sebagai perbandingan teoritis digunakan pula
model matematis Kuzram. Selanjutnya ditentukan isian bahan peledak yang diprediksi
menghasilkan ukuran fragmentasi 70 cm maksimal 20%. Hasil analisis menunjukkan
bahwa untuk mencapai target distribusi ukuran fragmentasi tersebut diperlukan
penambahan isian bahan peledak perlubang dengan burden dan spasi tetap 8m x 9m.
Peledakan inter burden seam B dengan tinggi jenjang 8m memerlukan 208.34 kg
bahan peledak perlubang, sementara untuk tinggi jenjang 10 m memerlukan 269.60 kg
bahan peledak per lubang. Peledakan inter burden seam C dengan tinggi jenjang 7 m
memerlukan 306.4 kg bahan peledak perlubang, sedangkan untuk tinggi jenjang 8 m
memerlukan 315 kg bahan peledak perlubang. Pada peledakan inter burden seam D
dengan tinggi jenjang 8 m diperlukan isian handak 290 kg perlubang. Hasil
penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi untuk melakukan kegiatan
peledakan yang optimal.
4. Hardi Wahono dkk 2017, Pengaruh Fragmentasi peledakan terhadap Digging time
optimal exavator PC 3000 pada pembongkaran Overburden A-1 di Pit Bangko Barat
PT. Bukit Asam (persero) tbk. Kegiatan pembongkaran over burden di PT. Bukit
Asam (Persero), Tbk dilakukan dengan kegiatan pemboran dan peledaka. Kendala
Pada kondisi saat ini yaitu digging time yang kurang optimal yang diakibatkan dari
hasil fragmentasi peledakan. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang kembali
geometri peledakan agar digging time optimal. Geometri aktual peledakan yang
diterapkan menggunakan burden dan spasi 8x9 m, kedalaman lubang tembak 8,16 m
serta powder factor 10,25 kg/m3. Berdasarkan analisi metode Kuz-Ram maka
didapatkan boulder sebesar 16% – 34,50%. Percobaan geometri alternatif dilakukan
untuk mengatasi masalah boulder yang dihasilkan pada peledakan aktual. Geometri
alternatif pertama dengan diameter 7,875 Inch, Burden 6 m , spasi 9 m, Kedalaman
Lubang Ledak 9,5 m, Powder factor 0,215 Kg/Bcm. Menurut analisis metode Kuz-
27
1. Masalah yang ada di lapangan ditemukan hasil fragmentasi yang beragam, rata-rata hasil
2. Dari masalah yang ada perlu dilakukan perhitungan kembali geometri peledakan yang
lebih optimal oleh perusahaan agar mendapatkan hasil fragmentasi dengan rata-rata<60
cm dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan agar dapat menghemat biaya
3. Maka dari itu kita perlu melakukan perhitungan kembali untuk mengetahui jumlah
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yang bersifat terapan (Applied
Research) yaitu penelitian yang hati-hati, sistematik dan terus menerus terhadap suatu
masalah dengan tujuan untuk digunakan dengan segera untuk keperluan tertentu. Menurut
Ezequiel Ander Egg Hernandes, defenisi penelitian terapan merupakan solusi yang efesien
Penelitian terapan ini digolongkan menurut tujuan penelitian yang bertujuan untuk
Penulis melakukan penelitian di lokasi penambangan batu Gamping di CV. Tekad Jaya,
Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat.
Waktu pelaksanaan penelitian pada tanggal Maret 2021 sampai selesai pengambilan data.
sekelompok objek yang diteliti yang mempunyai variasi satu dengan yang lain dalam
kelompok tersebut. Sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka variabel penelitian adalah
pengaruh geometri peledakan terhadap fragmentasi pada CV. Tekad Jaya. Dimana jenis
1. Variabel Bebas
30
31
2. Variabel Terikat
3.4.1 Data
1) Fragmentasi di Lapangan.
b. Data sekunder:
2) Peta Topografi
1) Sumber data yang penulis dapatkan berasal dari pangamatan langsung atau pun
1. Studi pustaka, mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan membaca buku-buku dan
jurnal yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas sehingga dapat digunakan
langsung.
keatas tumpukan batuan hasil fragmentasi peledakan, kemudian ukur batuan yang
masuk kedalam lingkar helm dimulai dari batuan yang berukuran besar, sedang dan
kecil.
32
c. Untuk pengambilan foto hendaknya di ambil pada jarak yang cukup jauh agar
diperoleh hasil yang lebih akurat, lalu pada setiap batuan yang ada disekitar helm
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
4. Menghitung Perbandingan material yang tertahan pada ayakan (R) dengan persamaan
(2.4).
5. Pengolahan data dengan menggunakan Software Split dekstop atau Image Analysis.
Setelah melalui tahap dalam pengumpulan data dan pengolahan, data maka dilakukan
analisa data. Dari pengolahan data yang didapat dengan menggunakan metode Kuz-Ram dan
metode Image Analysis data yang didapat berupa tebel persentase dari hasil fragmentasi
Identifikasi Masalah:
Tujuan:
1. Menganalisis fragmentasi hasil peledakan dengan menggunakan
metode Image Analysis.
2. Menganalisis fragmentasi hasil peledakan dengan menggunakan
metode Kuz-Ram.
3. Merancang usulan geometri yang ideal dengan menggunakan
teori C.J. Konya.
Pengumpulan Data:
Pengolahan data:
Menghitung jumlah presentase ukuran fragmentasi menggunakan
metode Image Analysis dan Metode Kuz-Ram .
Hasil:
Memperoleh jumlah presentase ukuran fragmentasi <60 cm dan >60
cm dan Image Analysis sebagai bahan evaluasi perusahaan.