Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS FRAGMENTASI BATUAN HASIL PELEDAKAN BATU


GAMPING MENGGUNAKAN METODE IMAGE DAN METODE KUZ-
RAM DI CV. TEKAD JAYA KECAMATAN LAREH SAGO HALABAN
KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
PROVINSI SUMATERA BARAT

AIDIL FITRA YANDI


NPM : 1910024427037

YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI PADANG
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini yang berjudul “Analisis
Fragmentasi batuan hasil peledakan batu gamping menggunakan metode Image dan
metode Kuz-Ram di CV. Tekad Jaya Kecamatan Lareh Sago Halaban Kabupaten Lima
Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat”.

Dalam penyelesaian proposal penelitian ini penulis telah dimotivasi dan dibantu oleh
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis dengan tulus hati mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Teristimewa untuk Kedua Orang Tua yang selalu memberikan doa, semangat dan motivasi
baik moril maupun moral kepada penulis.
2. Bapak H. Riko Ervil, MT. selaku ketua STTIND Padang.
3. Ibu Riam Marlina, ST. MT selaku Ketua Prodi Teknik Pertambangan STTIND Padang
4. Ibuk Hisni Rahmi, S.Si., MT selaku Pembimbing I dalam penulisan tugas akhir ini.
5. Bapak Rizto Salia Zakri, MT selaku Pembimbing II dalam penulisan skripsi ini.
6. Seluruh dosen, staf dan karyawan/ti STTIND Padang.
7. Seluruh staf dan karyawan/ti CV. Tekad Jaya.
8. Rekan-rekan Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.
Dalam penulisan proposal penelitian ini penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat
membangun dari semua pihak.

Padang, Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..........................................................................................…...ii


Daftar Isi .......................................................................................................... iii
Daftar Gambar...... ........................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang Masalah ............................................................... 1


1.2 Identifikasi Masalah .................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah ......................................................................... 3
1.4 Rumusan Masalah ....................................................................... 4
1.5 Tujuan Penelitian ......................................................................... 4
1.6 Manfaat Penelitian ....................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori .......................................................................... 5
2.1.1. Pemboran ............................................................................. 5
2.1.2. Mekanisme Peledakan ......................................................... 8
2.1.3. Metode Image Analysis ........................................................ 18
2.1.4. Kuz-Ram............................................................................... 19
2.1.5. Tinjauan Umum Perusahaan ................................................ 21
2.2 Relevansi Penelitian .................................................................. 24
2.3 Kerangka Konseptual ................................................................ 28
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Proposal Penelitian ........................................................... 30
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 30
3.3 Variabel Penelitian .................................................................... 30
3.4 Jenis Dan Sumber Data ............................................................. 31
3.4.1. Data ...................................................................................... 31
3.4.2. Sumber Data ........................................................................ 31
3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 31
3.6 Teknik Pengolahan Data ........................................................... 32
3.7 Analisa Data .............................................................................. 32
3.8 Kerangka Metodologi ............................................................... 33

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lubang Bor Tegak dan Lubang Bor Miring ................................................
6

Gambar 2.2 Pola Pemboran ............................................................................................


7

Gambar 2.3 Perbedaan Pola Sejajar dan Pola Selang-Seling ..........................................


7

Gambar 2.4 Tampilan Image Analysis. ...........................................................................


19 Tegak Dan Miring

Gambar 2.5 Tampilan Kuz-Ram ......................................................................................


20

Gambar 2.6 Struktur Organisasi CV. Tekad Jaya ...........................................................


22

Gambar 2.7 Peta Lokasi Wilayah IUP CV. Tekad Jaya..................................................


23

Gambar 2.8 Foto Singkapan Batu Gamping CV. Tekad Jaya .........................................
24

Gambar 2.9 Kerangka Konseptual ..................................................................................


28

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam kegiatan penambangan dengan karakteristik batuan yang keras, maka perlu
dilakukan peledakan yang bertujuan untuk memberaikan batuan tersebut. Kegiatan
peledakan bertujuan untuk memberaikan material dari batuan induknya agar ukuran
fragmentasi yang di hasilkan dapat memudahkan kegiatan penambangan berikutnya.
Kegiatan memberaikan batuan dapat dilakukan berbagai cara, tergantung dari sifat dan
karakteristik batuan itu sendiri. Metode yang umum digunakan adalah pemboran dan
peledakan.

Peledakan merupakan salah satu tahapan kegiatan penambangan berupa aktivitas


pemecahan material (batuan) dengan menggunakan bahan peledak. Penggunaan jumlah bahan
peledak yang tepat akan meminimalisir terbuangnya energy ledakan yang dapat dilihat dari
hasil kegiatan peledakan, diantaranya fragmentasi terlalu kecil atau terlalu besar, tingkat
ground vibration dan dampak dari air blastdan fly rock. (Ridho dan Gusman, 2018) Kegiatan
peledakan merupakan metoda yang banyak dilakukan diindustri pertambangan untuk
memberaikan material yang keras. Kegiatan peledakanini bertujuan untuk menghancurkan
batuan agar lebih mudah dan mempermudah proses penggalian yang akan dilakukan oleh alat
gali muat.

Keberhasilan proses peledakan dipengaruhi beberapa indikator, salah satunya adalah


ukuran fragmentasi hasil peledakan, dimana nantinya ukuran fragmentasi hasil peledakan
akan mempengaruhi proses penggalian dan pemuatan material hasil peledakan.Ukuran
fragmentasi hasil peledakan selalu menjadi hambatan pada proses loading dan hauling.
Terkadang dapat terjadi ketidaksempurnaan ukuran fragmentasi batuan berupa bongkahan
(boulder) sehingga terjadi hambatan dalam proses penggalian maupun proses pemuatan.
(Ramadana dan Kopa, 2017).

Proses penambangan batu andesit di CV. Tekad Jaya dilakukan dengan cara
pemboran dan peledakan (blasting), yang bertujuan untuk membongkar batuan andesit dari
batuan induknya. Hasil material peledakan akan dimuat oleh excavator ke dalam dump truck

1
2

lalu diangkut dan dikumpulkan di ROM. Material tersebutkemudian diangkut kembali oleh
dump truck untuk selanjutnya ke tahap penjualan dalam bentuk Row Material.
Kegiatan peledakan pada CV. Tekad Jaya pada saat musim hujan banyak di temukan
lubang berair karena rembesan air hujan. Sedangkan bahan peledak yang digunakan yaitu
Ammonium Nitrate And Fuel Oil (ANFO). Bahan peledak ini memiliki sifat larut dalam air
sehingga dapat menyebabkan terjadinya gagal ledak (Miss Fire).

Berdasarkan hasil peledakan di CV. Tekad Jaya rata-rata fragmentasi yang dihasilkan
>60 cm. Hal ini berpengaruh terhadap biaya produksi dan pada kegiatan penggalian (digging)
material hasil peledakan, maka dari itu dilakukan pekerjaan tambahan untuk memperkecil
hasil fragmentasi >60 cm menggunakan alat berat breaker.

Pada saat melakukan penelitian di lapangan,kegiatan peledakan di CV. Tekad Jaya


menggunakan geometri peledakan dengan Burden 2 m, Spasi 3 m, Stemming 2,2 m,
kedalaman lubang 5,5 m, panjang kolom isian 3,3 m dan diameter lubang ledak 3 inch. Hasil
dari kegiatan peledakan ditemukan fragmentasi yang beragam, mulai dari ukuran fragmentasi
30 cm sampai dengan 100 cm. Sedangkan target fragmentasi dari perusahaan yang diinginkan
berukuran 60 cm kecil dari 25%.Pada saat ini terdapat rancangan geometri yaitu menurut C.J.
Konya, agar tingkat keyakinan terhadap suatu rancangan peledakan maka perlu
membandingkan teori tersebut dengan rancangan geometri aktual yang ada di lapangan.
Untuk mengetahui hasil perbandingan tersebut perlu menggunakan metode Kuz-Ram untuk
mengetahui persentase hasil fragmentasi yang lolos dan tertahan (%).

Metode Kuz-Ram merupakan metode yang menentukan tingkat kelolosan dari proses
peledakan dengan ukuran-ukuran tertentu. Sehingga akan di dapat persentase dari tingkat
kelolosan batuan hasil peledakan tersebut. Adapun metode lainnya yaitu menggunakan
metode Image Analysis. Sofware Split dekstop merupakan Image Analysis program yang
berfungsi untuk menganalisa ukuran fragmentasi batuan melalui foto digital. Dalam hal ini
peniliti akan menggunakan metode Kuz-Ram untuk menganalisis distribusi fragmentasi
dengan data geometri actual dan geometri usulan dengan teori C.J konya dan Image Analysis
untuk menganalisis distribusi fragmentasi aktual melalui foto hasil fragmentasi peledakan
yang ada di lapangan.

Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik mengangkat judul penelitian


“Analisis fragmentasi batuan hasil peledakan batu gamping menggunakan metode Image
Analysis dan metode Kuz-Ram CV. Tekad Jaya”.
3

1.2 Identifikasi Masalah


Adapun identifikasi masalahnya yaitu:

1. Masih banyak terdapat hasil fragmentasi dengan ukuran yang beragam dengan rata-
rata >60 cm yaitu lebih dari 25%.
2. Adanya kegiatan kerja tambahan untuk memperkecil fragmentasi peledakan dengan
menggunakan alat berat breaker.
3. Adanya beberapa lubang ledak yang terisi oleh air setelah kegiatan pemboran
sehingga beresiko terjadinya gagal ledak dan sangat mempengaruhi hasil
fragmentasi.
1.3 Batasan Masalah
Btasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui distribusi fragmentasi menggunakan Metode Kuz-Ram.
2. Mengetahui persentase hasil fragmentasi menggunakan Image Analysis.
3. Mendapatkan usulan geometri peledakan yang ideal menggunakan C.J. Konya
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana fragmentasi hasil peledakan dengan menggunakan metode Image
Analysis?
2. Bagaimana fragmentasi hasil peledakan dengan menggunakan metode Kuz-Ram?
3. Bagaimana usulan geometri yang ideal menggunakan teori C.J. Konya?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah:
1. Menganalisis fragmentasi hasil peledakan dengan menggunakan metode Image
Analysis.
2. Menganalisis fragmentasi hasil peledakan dengan menggunakan metode Kuz-Ram.
3. Merancang usulan geometri yang ideal menggunakan teori C.J. Konya.
1.6 Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini di lakukan di harapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi perusahaan
Di harapkan menjadi informasi yang bermanfaat bagi perusahaan agar menghitung
kembali geometri peledakan untuk mendapatkan hasil fragmentasi yang diinginkan.
4

2. Bagi Penulis
Di harapkan penulis dapat menerapkan ilmu yang di dapat selama perkuliahan ke
dalam bentuk nyata terutama dalam bidang peledakan.
3. Bagi Institusi STTIND Padang
Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa/i yang membacanya,
dapat di jadikan suatu masukan untuk pembuatan jurnal, refrensi dan pedoman bagi
mahasiswa yang akan melakukan peneliti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


2.1.1 Pemboran
Pemboran adalah kegiatan dengan bantuan alat berat mekanis untuk menyiapkan
lubang yang berdiameter homogen, dan kedalaman yang bisa ditentukan dan berada di
atas batuan keras.Geometri pemboran antara lain adalah diameter lubang bor,
kedalaman lubang ledak, kemiringan lubang ledak, tinggi jenjang dan juga pola
pemboran.

1. Diameter Lubang Bor


Menentukan diameter lubang bor berdasarkan dari volume massa batuan yang akan
dibongkar, tinggi jenjang, tingkat fragmentasi yang diinginkan, mesin bor yang
digunakan, dan kapasitas alat muat yang akan digunakan. Diameter lubang ledak yang
dibuat terlalu kecil akan mengurangi faktor energi yang dihasilkan, sehingga tidak
cukup untuk membongkar batuan. Jika diameter terlalu besar maka hasil fragmentasi
batuan tidak baik, terutama pada batuan yang banyak terdapat kekar dengan spacing
yang rapat. Selain itu dari tinggi jenjang, dengan diameter lubang yang besar, untuk
menghindari getaran dan flying rock, stemming yang digunakan akan relatif lebih
banyak. Sedangkan untuk lubang bor yang kecil, maka jumlah stemming dapat
dikurangi.

2. Kedalaman Lubang Bor

Kedalaman lubang bor biasanya disesuaikan dengan tinggi jenjang yang diterapkan.
Untuk mendapatkan lantai jenjang yang rata maka kedalaman lubang ledak hendaknya
lebih dalam dari level jenjang, yang mana kelebihan dari pada level jenjang ini disebut
subdrilling.

3. Arah Pemboran

Pada kegiatan pemboran ada dua macam arah lubang ledak yaitu arah tegak
(vertical) lurus dan arah miring.Dengan lubang bor miring biasanya untuk mengurangi
problem back break dan lebih dari itu lubang bor miring mempunyai banyak
keuntungan daripada yang tegak yaitu:

5
6

1. Biasanya mengurangi biaya pemboran dan konsumsi bahan peledakan karena


dengan burden yang lebih besar.
2. Akan diperoleh jenjang (bench) yang lebih besar.
3. Mengurangi resiko timbulnya tonjolan dan back break.
4. Hasil tumpukan lebih bagus.
Dengan pemboran miring gelombang ledak (shock wave) yang dipantulkan dari
lantai dasar jenjang yang lebih besar.

Sumber: Bahan Diklat Pemboran dan Peledakan


Gambar 2.1 Lubang Bor Tegak dan Lubang Bor Miring
Dengan pemboran tegakada bagian atas jejang kurang bagus karena ada back break,
fragmentasi kurang dan pada bagian lantai dasar daya ledak tidak sperti tersalurkan, tapi
dengan lubang bor miring yangbiasanya dengan kemiringan 3:1 (18°) bisa menghindari
maslah tersebut diatas.Sebaliknya terdapat beberapa kerugian atau kesulitan dalam membuat
lubang bor miring, antara lain:
1. Sulit melakukan pemboran secara akurat, khususnya bila pemboran yang lebih
dalam.
2. Diperlukan supervision yang kuat.
Disamping itu drillhole straihness adalah faktor yang penting, jika arah pemboran
tidak lurus akan memberikan pengaruh terhadap biaya pemboran dan peledakan
yang condong besar. Disamping itu berakibat jarak spacing atau burden akan
berubah dari desain yang telah ditetapkan, karena saling berhimpitan/ mengecil/
membesar.
4. Pola Pemboran

Pada umumnya ada dua macam pola pemboran lubang ledak, yaitu pola pemboran
sejajar (paralel) dan pola pemboran selang-seling (staggered).Pola pemboran sejajar
adalah pola dengan penempatan lubang bor yang sejajar pada setiap kolomnya, sedangkan
7

pola pemboran selang-seling adalah pola dengan penempatan lubang bor secara berselang-
seling pada setiap kolomnya.

Pola pemboran sejajar merupakan pola yang lebih mudah diterapkan dilapangan,
tetapi perolehan fragmentasi batuannya kurang seragam. Sedangkan pola pemboran
selang-seling lebih sulit penanganannya di lapangan namun fragmentasi batuannya lebih
baik dan seragam, hal ini disebabkan karena distribusi energi peledakan yang dihasilkan
lebih optimal bekerja dalam batuan.

a. Pola bujur sangkar b. Pola pesegi panjang

C. Pola zig-zag d. Pola zig-zag


Sumber:Diktat Teknik Pemberaian Batuan Pada Penambangan Bahan Galian, 2011
Gambar 2.2 Pola Pemboran

Sumber: Diktat Teknik Pemberaian Batuan Pada Penambangan Bahan Galian, 2013
Gambar 2.3 Perbedaan pola sejajar dan pola selang-seling
8

2.1.2 Mekanisme Peledakan


Kegiatan pembongkaran pada batuan yang sangat keras dilakukan dengan cara
pemboran dan peledakan dengan tujuan untuk menghancurkan batuan menjadi
material dengan fragmentasi tertentu yang sesuai dengan proses selanjutnya. Apabila
ukuran fragmentasi bertambah (ukuran makin kecil), maka biaya pemboran dan
peledakan juga bertambah, tetapi biaya pemuatan, pengangkutan dan peremukan
menurun. Untuk mencapai keadaan tersebut diperlukan pengamatan terhadap pola
pemboran, pola peledakan, geometri peledakan, karakteristik atau sifat-sifat fisik
batuan yang diledakkan, dan sifat-sifat bahan peledak yang digunakan.
1. Geometri Peledakan
Geometri peledakan terdiri dari beberapa parameter yaitu burden, spacing, stemming,
subdrilling dan kedalaman lubang ledak. Dalam mencari besaran geometri peledakkan
jenjang, ada beberapa persamaan yang dapat dipakai antara lain rumusR.L Ash, rumusC.J
Konya, rumusICI. Explosive.
1. Rumusan mencari geometri peledakan menurut R.L Ash.
a. Burden (B)
Burden dapat didefinisikan sebagai jarak tegak lurus dari lubang ledak terhadap
bidang bebas yang terdekat saat terjadi peledakan.burden merupakan variabel yang
sangat penting dalam mendesain peledakan. Jarak burden ini sangat erat
hubungannya dengan diameter lubang ledak.
Nilai burden juga dipengaruhi oleh kerapatan (densitas) batuan yang akan diledakan,
kecepatan rambat bahan peledak digunakan serta densitas bahan peledak. Untuk
menghitung burden, dapat digunakan persamaanberikut.
.......(2.1)
(Sumber: Suwandhi, 2012) B = ( Kb x De ) / 12
Keterangan:
B = burden(Ft)
De = Diameter lubang ledak (inchi)
Kb = Nisbah burden yang telah dikoreksi

Nilai nisbah yang telah dikoreksi didapat dari persamaan berikut:

Kb = Kbstd x AF1 x AF2 ......................... ......(2.2)

(Sumber: Suwandhi, 2012)


9

Keterangan:

Kbstd = Nisbah burden standar (30)


AF1 = Faktor penyesuaian terhadap bahan peledak
AF2 = Faktor penyesuaian kerapatan batuan

Nilai faktor penyesuaian terhadap bahan peledak dapat dicari dengan persamaan
berikut:
SG handak x (V handak ) 2
AF1 = 3 .................... .......(2.3)
SG handak std x (V handak std ) 2
(Sumber: Awang Suwandhi, 2012)
Keterangan :
Sg = Spesific Gravity bahan peledak yang dipakai
Ve = Kecepatan ledak bahan peledak yang dipakai (Ft/s)
Sgstd = Spesific Gravity bahan peledak standar (1,2)
Vstd = Kecepatan ledak bahan peledak standar (12000 Ft/s)

Sedangkan harga faktor penyesuaian terhadap kerapatan batuan dapat dicari


menggunakan persamaan berikut:

SG batuan std
AF2 = 3
SG batuan ........................................(2.4)

(Sumber: Awang Suwandhi, 2012)

Keterangan:
SGstd= Kerapatan batuan standar (160 Lb/Cuft)
SG= Kerapatan batuan yang diledakkan (Lb/Cuft)
b. Spacing (S)

Spacing adalah jarak antara lubang ledak yang satu dengan lubang ledak yang
lainnya dalam satu baris. Harga spacing sangat tergantung dari harga burden.
Persamaan yang digunakan untuk mencari besarnya spacing adalah sebagai berikut:

.........(2.5)
S = Ks x B
(Sumber: Suwandhi, 2012)
10

Keterangan:
S = spacing (m)
Ks = Spacing ratio, yang mempunyai nilai antara 1–2
Bila masing-masing lubang tembak diledakkan sendiri-sendiri, dengan interval
waktu yang panjang, maka tidak akan terjadi interaksi gelombang energi antar
muatan yang berdekatan sehingga memungkinkan setiap lubang tembak akan
meledak dengan sempurna. Jika interval waktu diperpendek atau lubang tembak
diledakkan secara serentak akan terjadi efek ledakan yang kompleks.
Prinsip dasar yang digunakan dalam menentukan besarnya spacing adalah:
1) Bila lubang tembak dalam satu baris dinyalakan secara beruntun (delay), maka
nilai Ks = 1 atau S = B.
2) Bila lubang tembak dalam satu baris dinyalakan serentak, maka nilai Ks = 2
atau S = 2B
3) Bila lubang tembak terdiri dari beberapa baris dan dinyalakan secara beruntun
untuk setiap baris dalam arah lateral terhadap baris lainnya secara serentak,
maka pola pemborannya dibuat segi empat untuk mengatasi ketidak seimbangan
tekanan.
4) Bila dalam baris-baris lubang tembak, setiap baris dinyalakan secara serentak
dan antara baris yang satu dengan lainnya tunda, maka pola pemborannya harus
dibuat selang-seling.
c. Stemming (T)
Stemming adalah bagian lubang ledak yang tidak terisi bahan peledak, tetapi diisi
dengan material seperti cutting dan material lepas lainnya yang berada di atas kolom
isian bahan peledak. Fungsi utama daristemmingini adalah untuk mengurung gas-
gas hasil proses peledakan agar energi hasil peledakan dapat terdistribusi secara
maksimal ke sekeliling lubang ledak. Persamaan yang digunakan untuk mencari
nilai stemming adalah:
T = Kt x B ........(2.6)

(Sumber: Suwandhi, 2012)

Keterangan:
T = stemming (m)
Kt = stemming ratio, yang bernilai antara 0,7–1
11

d. Subdrilling (J)
Subdrilling adalah kelebihan kedalaman yang terdapat di bawah batas floor jenjang.
Tujuan utama dibuatnya subdrilling ini adalah supaya batuan dapat meledak secara
full face yang sesuai harapan dan menghindari adanya toe. Secara teoritis,
subdrilling dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut:

J = Kj x B ...........(2.7)
(Sumber: Suwandhi, 2012)
Keterangan:
J = subdrilling (m)
Kj = subdrilling ratio, dengan nilai antara 0,2 – 0,4
e. Kedalaman lubang ledak (H)
Kedalaman lubang ledak merupakan kedalaman lubang yang akan diledakkan yang
merupakan penjumlahan antara tinggi jenjang dengan subdrilling. Kedalaman
lubang ledak tidak boleh lebih kecil dari burden. Hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya over break. Kedalaman lubang ledak dapat ditentukan
berdasarkan geometri peledakan atau dapat juga disesuaikan dengan ketinggian
jenjang yang ada. Bila ditentukan berdasarkan geometri peledakan, maka dapat
digunakan rumus:

(Sumber: Suwandhi, 201) H = Kh x B .......(28)


Keterangan:
H = Kedalaman lubang ledak (m)
Kh = hole depth ratio, yang bernilai antara 1,5 – 4,0

2. Rumusan menentukan geometri peledakan menurut C.J Konya.


a. Burden (B)
Untuk mencari nilai burden digunakan rumus berikut:
B = 3,15 x De x SGe .............(2.9)
3
SGr
(Sumber: Awang Suwandhi, 2012)

Keterangan:
B = burden (ft)
De = Diameter lubang ledak (inchi)
12

SGe = Berat jenis bahan peledak yang dipakai


SGr = Berat jenis batuan yang akan dibongkar
b. Spacing (S)
Nilai spacing ditentukan dari sistem tunda dan perbandingan tinggi jenjang (L)
dan burden (B). Jika ledakan serentak dalam satu baris lubang ledak (instantaneous)/
(row by row).
( L + 2 B)
L/B < 4 maka, S =
3 ...........(2.10)
L/B >4 maka, S = 2B
Jika ledakan beruntun dalam tiap baris lubang ledak (delay).

( L + 7 B) ...................
L/B < 4 maka, S= (2.11)
8

L/B > 4 maka, S = 1,4 B


(Sumber: Suwandhi, 2012)
c. Stemming (T)
Untuk batuan massive, T = B
Untuk batuan berlapis, T = 0,7B ....................................(2.12)
(Sumber: Suwandhi, 2012)
d. Subdrilling (J)
J = 0,3B ....................................(2.13)
(Sumber: Suwandhi, 2012)
e. Kedalaman lubang ledak (H)
H=L+J ....................................(2.14)
(Sumber: Suwandhi, 2012)
3. Rumusan untuk menentukan geometri peledakan menurut ICI-Explosive.
Tiap parameter geometri peledakan ditentukan oleh nilai diameter lubang ledak (d),
Sebagai berikut:
a. Burden (B)
B = 25d – 40d .........................(2.15)
b. Spacing (S)
S = 1B – 1,5B ..........................(2.16)
c. Stemming (T)
13

T = 20d -30d ..........................(2.17)


d. Tinggi Jenjang (H)
H = 60d – 140d ..........................(2.18)
(Sumber: Suwandhi, 2012)

2. Bahan Peledak
Bahan peledak yang dimaksudkan adalah bahan peledak kimia yang didefinisikan
sebagai suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran berbentuk padat, cair, atau
campurannya yang apabila diberi aksi panas, benturan, gesekan atau ledakan awal akan
mengalami suatu reaksi kimia eksotermis sangat cepat dan hasil reaksinya sebagian atau
seluruhnya berbentuk gas disertai panas dan tekanan sangat tinggi yang secara kimia lebih
stabil.
Panas dari gas yang dihasilkan reaksi peledakan tersebut sekitar 4000C. Adapun
tekanannya, menurut Langerfors dan Kihlstrom (1978), bisa mencapai lebih dari 100,000 atm
setara dengan 101,500 kg/cm² atau 9,850 MPa (10.000 MPa). Sedangkan energi per satuan
waktu yang ditimbulkan sekitar 25,000 MW atau 5,950,000 kcal/s. Perlu dipahami bahwa
energi yang sedemikian besar itu bukan merefleksikan jumlah energi yang memang
tersimpan di dalam bahan peledak begitu besar, namun kondisi ini terjadi akibat reaksi
peledakan yang sangat cepat, yaitu berkisar antara 2500-7500 meter per second (m/s). Oleh
sebab itu kekuatan energi tersebut hanya terjadi beberapa detik saja yang lambat laun
berkurang seiring dengan perkembangan keruntuhan batuan.

3. Reaksi Bahan Peledak


Peledakan akan memberikan hasil yang berbeda dari yang diharapkan karena
tergantung pada kondisi eksternal saat pekerjaan tersebut dilakukan yang mempengaruhi
kualitas bahan kimia pembentuk bahan peledak tersebut. Panas merupakan awal terjadinya
proses dekomposisi bahan kimia pembentuk bahan peledak yang menimbulkan pembakaran,
dilanjutkan dengan deflragrasi dan terakhir detonasi. Proses dekomposisi bahan peledak
diuraikan sebagai berikut:
1. Pembakaran adalah reaksi permukaan yang eksotermis dan dijaga keberlangsungan
oleh panas yang dihasilkan dari reaksi itu sendiri dan produknya berupa pelepasan
gas-gas. Reaksi pembakaran memerlukan unsur oksigen (O2) baik yang terdapat di
alam bebas maupun dari ikatan molekuler bahan atau material yang terbakar. Untuk
14

menghentikan kebakaran cukup dengan mengisolasi material yang terbakar dari


oksigen. Contoh reaksi minyak disel (diesel oil) yang terbakar sebagai berikut:
CH3(CH2)10CH3 + 18½ O2→ 12 CO2 + 13 H2O
2. Deflagrasi adalah proses kimia eksotermis di mana transmisi dari reaksi dekomposisi
didasarkan pada konduktivitas termal (panas). Deflagrasi merupakan fenomena reaksi
permukaan yang reaksinya meningkat menjadi ledakan dan menimbulkan gelombang
kejut (shock wave) dengan kecepatan rambat rendah, yaitu antara 300–1000 m/s atau
lebih rendah dari kecep suara (subsonic). Contohnya pada reaksi peledakan low
explosive (black powder) sebagai berikut:
a. Potassium nitrat + charcoal + sulfur
20NaNO3 + 30C + 10S → 6Na2CO3 + Na2SO4 + 3Na2S +14CO2 + 10CO + 10N2
b. Sodium nitrat + charcoal + sulfur
20KNO3 + 30C + 10S → 6K2CO3 + K2SO4 + 3K2S +14CO2 +10CO + 10N2

3. Ledakan, menurut Berthelot, adalah ekspansi seketika yang cepat dari gasmenjadi
bervolume lebih besar dari sebelumnya diiringi suara keras dan efek mekanis yang
merusak. Dari definisi tersebut dapat tersirat bahwa ledakan tidak melibatkan reaksi
kimia, tapi kemunculannya disebabkan oleh transfer energi ke gerakan massa yang
menimbulkan efek mekanis merusak disertai panas dan bunyi yang keras. Contoh
ledakan antara lain balon karet ditiup terus akhirnya meledak, tangki BBM terkena
panas terus menerus bisa meledak, dan lain-lain.
4. Detonasi adalah proses kimia-fisika yang mempunyai kecepatan reaksi sangat tinggi,
sehingga menghasilkan gas dan temperatur sangat besar yang semuanya membangun
ekspansi gaya yang sangat besar pula. Kecepatan reaksi yang sangat tinggi tersebut
menyebarkan tekanan panas ke seluruh zona peledakan dalam bentuk gelombang
tekan kejut (shock compression wave) dan proses ini berlangsung terus menerus untuk
membebaskan energi hingga berakhir dengan ekspansi hasil reaksinya. Kecepatan
rambat reaksi pada proses detonasi ini berkisar antara 3000–7500 m/s. Contoh
kecepatan reaksi anfo sekitar 4500 m/s. Sementara itu shock compression wave
mempunyai daya dorong sangat tinggi dan mampu merobek retakan yang sudah ada
sebelumnya menjadi retakan yang lebih besar. Disamping itu shock wave dapat
menimbulkan symphatetic detonation, oleh sebab itu peranannya sangat penting di
dalam menentukan jarak aman (safety distance) antar lubang. Contoh proses detonasi
terjadi pada jenis bahan peledakan antara lain:
15

TNT : C7H5N3O6→ 1,75 CO2 + 2,5 H2O + 1,5 N2 + 5,25 C


ANFO : 3 NH4NO3 + CH2→ CO2 + 7 H2O + 3 N2
NG : C3H5N3O9→ 3 CO2 + 2,5 H2O + 1,5 N2 + 0,25 O2
NG + AN : 2 C3H5N3O9 + NH4NO3→ 6 CO2 + 7 H2O + 4 N4 + O2

4. Blasting Ratio
Volume batuan yang akan diledakkan tergantung pada dimensi spacing, burden,
tinggi jenjang, dan jumlah lubang ledak yang tersedia. Dimensi atau ukuran spacing, burden,
tinggi jenjang memberikan peranan yang penting terhadap besar kecilnya volume peledakan.
Artinya volume hasil peledakan akan meningkat bila ukuran ketiga parameter tersebut
diperbesar, sebaliknya untuk volume yang kecil.
Volume batuan yang akan diledakkan merupakan hasil perkalian burden, spacing,
dan tinggi jenjang. Hasilnya berupa balok dan bukan volume yang telah terberai oleh proses
peledakan. Volume tersebut dinamakan volume padat (solid atau insitu atau bank), sedangkan
volume yang telah terberai disebut volume lepas (Loose). Konversi dari volume padat ke
volume lepas menggunakan factor berai atau swell factor, yaitu suatu faktor perubah yang
dirumuskan sebagai berikut:
VS
SF = x 100% ....................................(2.19)
VL
Vs =BxSxH ....................................(2.20)
BxSx H
VL =
SF ....................................(2.21)
(Sumber: Suwandhi, 2012)
Untuk menyatakan hasil peledakan dalam satuan berat, maka dialakukan pengalian
volume dengan densitas batuannya, yaitu:

W = V(s,L) x ρ ....................................(2.22)
(Sumber: Awang Suwandhi, 2012)
Keterangan:
SF = Faktor berai (%)
Vs = Volume padat, insitu, bank

VL = Volume lepas, loose


Ρ = Densitas batuan(ton/m3).
W = berat batuan (ton, kg)
16

Berat hasil peledakan baik dalam volume padat maupun volume lepas bernilai sama,
tetapi densitasnya berbeda, di mana densitas pada kondisi lepas akan lebih kecil dibanding
padat. Untuk batugamping densitas lepas dan densitas solid adalah yaitu 1,6 ton/m3 dan 2,6
ton/m.

5. Jumlah Bahan Peledak


Densitas pengisian (Loading density) adalah jumlah bahan peledak setiap meter
kedalaman kolom lubang ledak. Densitas pengisian digunakan untuk menghitung jumlah
bahan peledak yang diperlukan setiap kali peledakan. Disamping itu, kolom lubang ledak (L)
yang terbagi menjadi penyumbat atau steaming (T) dan isian utama (PC). Bahan peledak
hanya terdapat sepanjang kolom PC, sehingga keperluan bahan peledak setiap kolom adalah
perkalian PC dengan densitas pengisian (ρd) atau:
Whandak = PC x ρd ....................................(2.23)

Wtotal handak = n x PC x ρd ....................................(2.24)


(Sumber: Suwandhi, 2012)

Dimana (n) adalah jumlah seluruh lubang ledak. Densitas pengisian (ρd) dapat dicari
dengan menggunakan rumus:

 anfo x  x ( d ) 2
ρd = ...................................(2.25)
4
(Sumber: Suwandhi, 2012)
Keterangan:
ρd = Loading density (kg/m)
ρanfo = Densitas anfo (kg/m3)
π = phi (3,14)
d = Diameter lubang ledak (m)
6. Powder Factor
Powder Factor (PF) didefinisikan sebagai perbandingan jumlah bahan peledak yang
dipakai dengan volume peledakan, jadi satuannya kg/m3. karena volume peledakan dapat
pula dikonversi dengan berat, maka pernyataan PF bisa pula menjadi jumlah bahan peledak
yang digunakan dibagi berat peledakan atau kg/ton. Volume peledakan merupakan perkalian
dari B x S x H, jadi:
17

Whandak
PF = ....................................(2.26)
BxS xH
(Sumber: Suwandhi, 2012)
Keterangan:
PF = powder factor (kg/m3)
W = Volume material yang diledakkan (m3)
E = Berat bahan peledak setiap lubang ledak (kg)
n = Jumlah lubang ledak

PF biasanya sudah ditetapkan oleh perusahaan karena merupakan hasil dari beberapa
penelitian sebelumnya dan juga karena berbagai pertimbangan ekonomi. Umumnya bila
hanya berpegang pada aspek teknis hasil dari perhitungan matematis akan diperoleh angka
yang besar yang menurut penilaian secara ekonomi masih perlu dan dapat dihemat. Tolak
ukur dalam menetapkan angka PF adalah:
1. Ukuran fragmentasi hasil peledakan yang memuaskan, artinya tidak terlalu banyak
bongkahan (boulder) atau terlalu kecil. Terlalu banyak bongkahan harus dilakukan
peledakan ulang (secondary blasting) yang berarti terdapat tambahan biaya
sebaliknya, bila fragmentasi terlalu kecil berarti boros bahan peledak dan sudah pasti
biaya tinggi pula. Ukuran fragmentasi harus sesuai dengan proses selanjutnya, antara
lain ukuran mangkok (bucket) alat muat atau ukuran umpan (feed) mesin peremuk
batu (crusher).
2. Keselamatan kerja peledakan, artinya disamping berhemat juga keselamatan
karyawan dan masyarakat di sekitarnya harus terjamin.
3. Lingkungan, yaitu dampak negatife peledakan yang menggangu kenyamanan
masyarakat sekitar harus dikurangi. Dampak negatife tersebut dapat berupa getaran
yang berlebihan, gegaran yang menyakitkan telinga dan suara yang mengejutkan.
Dari pengalaman di beberapa tambang terbuka yang sudah berjalan secara normal,
harga PF yang ekonomis berkisar antara 0,20–0,3 kg/m3. pada tahap persiapan (Development)
harga PF tidak menjadi ukuran, karena tahap tersebut sasarannya bukan produksi tetapi
penyelesaian suatu proyek, walaupun tidak menutup kemungkinan kadang-kadang diperoleh
bijih atau bahan galian yang dapat dipasarkan.
18

2.1.3 Metode Image Analysis


Image Analysis ini metode program atau Software yang digunakan Split Dekstop yang
berfungsi untuk menganalisa ukuran fragmen batuan melalui foto digital. Program Image
Analysis menyediakan alternatif ekonomis untuk melakukan manual sampling dan
pengayakan (screening) yang diperoleh melalui foto lapangan. Foto yang diperoleh dapat
langsung diproses dengan cepat dalam hitungan menit dan dengan analisa data yang
sederhana.
Foto batuan yang diambil harus terdapat suatu benda yang sudah diketahui
panjangnya dan mempunyai ukuran kecil yang berfungsi sebagai benda pembanding.
Penggunaan program Image Analysis juga meminimalkan personil dalam pengambilan dan
pengolahan data, sehingga data dapat diolah dan diproses dengan hasil yang akurat.
Program Image Analysis digunakan untuk membantu menganalisa gambar fragmen
material hasil peledakan, yang lebih dari 100 cm akan ditampilkan berupa grafik persentase
lolos material dan ukuran fragmen rata-rata yang dihasilkan dalam suatu peledakan.
Program Image Analysis ini dapat melakukan pemisahan pada batas-batas batuan
menurut perbedaan warna secara otomatis yang mempunyai hasil akhir berupa grafik yang
menunjukan antara persen kumulatif material yang lolos dengan ukuran distribusi
fragmentasi batuan.

Program Image Analysis memiliki beberapa tahap untuk dapat memperoleh hasil
berupa grafik persentase lolos, yaitu sebagai berikut:
1. Akuisisi/memperoleh gambar. Pengambilan gambar dilakukan di lapangan dengan
posisi membelakangi matahari agar meniadakan bayangan yang dapat menganggu
gambar.
2. Digitasi fragmentasi. Langkah berikutnya adalah penggambaran batuan atau digitasi,
dengan menggunakan perhitungan algoritma otomatik yang terdapat pada program
Image Analysis. Selain melalui cara otomatis, digitasi dapat dilakukan secara manual,
yaitu dengan melingkari bagian terluar dari partikel-partikel (fragmen) batuan.
3. Analisa ukuran. Melakukan pendekatan distribusi untuk material halus (distribusi
Schuman dan Rosin-Rammler). Kemudian dipilih pendekatan Rosin-Ramler.
4. Hasil setelah ukuran partikel telah dikalkulasi, program Image Analysis dapat
menyajikan distribusi ukuran dalam 3 format yaitu standar ISO, standar UK, dan
standar sendiri. Selain itu juga dapat diketahui ukuran persentase lolos ayakan P20,
P50, P80, dan top sizedapat dilihat pada Gambar 2.10.
19

Sumber: Aplikasi Image Analysis


Gambar 2.4 Tampilan Image Analysis.

2.1.4 Metode Kuz Ram


Kuz-Ram merupakan program perhitungan fragmentasi batuan pada proses
pemberaian batuan yang terjadi pada proses penambangan. Program kuz ram dijalankan oleh
engineer tambang atau teknisi yang sudah khusus dilokasi tambang dengan mengambil dan
menginput data berupa burden, spacing, subdrilling, tinggi jenjang, dan stemming dari
kegiatan peledakan. Adapun kelebihan dari kuz ram sebagai berikut:
1. Mempermudah dalam analisis fragmentasi peledakan.
2. Mempercepat perhitungan fragmentasi peledakan.
3. Mempermudah distribusi fragmentasi peledakan.
20

Sumber: Manual Kuz Ram,2013.


Gambar 2.5 Tampilan Kuz Ram
Berikut rumus perhitungan fragmentasi batuan dalam kuz ram, antara lain:
a. Subroutine (x)
V
0,8
 E  ....................................(2.27)
−0.63

x = A  Q 0.17  
Q  115 

(Sumber: Suwandhi, 2012)


Keterangan:
x = subroutine
A = Diameter lubang ledak
V = strength batuan
Q = Densitas batuan
E = strength bahan peledak
b. Keseragaman fraksi (n)

 14B   W   (A − 1)   L  ..............................(2.28)
n =  2,2 −  1 −  1 +  
 d   B   2   H 
(Sumber: Suwandhi, 2012)
Keterangan:
n = Fraksi batuan
B = burden
d =Diameter lubang ledak
W = Densitas bahan peledak
L = Kedalaman lubang ledak
H = Tinggi jenjang
21

2.1.5 Tinjauan Umum Perusahaan


1. Profil Perusahaan
CV.Tekad Jaya adalah salah satubadan usaha dalam rangka Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) yang bergerak dibidang pertambangan, khususnya pertambangan batu
gamping dan telah berinvestasi di Kabupaten Lima Puluh Kota sejak tanggal 3 November
2016. Tahapan perizinan pertambangan yang dimiliki oleh CV.Tekad Jaya adalah Izin Usaha
Pertambangan (IUP) Operasi Produksi untuk bahan galian batu gamping pada areal lahan
seluas 6,5 hektar yang berlokasi di Jorong Bulakan, Nagari Tanjung Gadang, Kecamatan
Lareh Sago Halaban, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat.
Untuk pelaksanaan kegiatan operasional penambangan CV.Tekad Jaya telah
mengantongi izin lingkungan berdasarkan keputusan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 17
Tahun 2016 yang diterbitkan pada tanggal 2 september 2016 serta Izin Usaha Penambangan
(IUP) Operasi Produksi berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 544-
1203-2016 Tanggal 3 November 2016 Tentang Persetujuan Peningkatan Izin Usaha
Pertambangan Eksplorasi Menjadi Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Kepada
CV.Tekad Jaya di Kabupaten Llima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat.

2. Struktur Organisai
Dalam rangka mewujudkan target dan kelancaran produksi yang optimal maka
dibutuhkan koordinasi terstruktur semua pihak untuk mengontrol unit-unit yang berperan
penting di CV.Tekad Jaya. Pada dasarnya CV. Tekad Jaya menerapkan struktur organisasi
yang dinamis, efisien dan efektif sesuai dengan perkembangan industri serta dalam rangka
mencapai pertumbuhan kinerja yang optimal.
CV. Tekad Jaya dikepalai oleh seorang Kepala Teknik Tambang yang secara tertulis
yang terdapat dibawah Tambang tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1.
22

Sumber: CV. Tekad Jaya


Gambar 2.6 Struktur Organisasi CV. Tekad Jaya

3. Kondisi Umum Tambang Quarry


Struktur geologi yang dikembangkan disekitar daerah ekplorasi dipengaruhi oleh
struktur geologi regional, yaitu sesar semangko yang merupakan sesar utama di Pulau
Sumatra berarah Barat Laut- Tenggara. Struktur yang berkembang di wilayah ekplorasi
merupakan struktur sekunder dari sesar Semangko, yang umumnya berarah Barat-Timur, hal
ini ditunjukan dengan beberapa kekar-kekar yang diakibatkan oleh adanya aktifitas struktur
geologi pada daerah tersebut.
23

Sumber: CV. Tekad Jaya


Gambar 2.7 Peta Lokasi wilayah IUP CV.Tekad Jaya

1. Stratigrafi
Bedasarkan data-data litologi yang tersingkap di lapangan, srtatigafi wilayah IUP
eksplorasi batu gamping adalah :
-Gamping kristalin-marmeran, hitam, abu-abu, kecoklatan, abu-abu kecoklatan, putih
kecoklatan, putih, kompak, keras dan getas, setempat terdapat urat kalsit, kekar rapat-
jarang, termetakan.
24

Sumber: CV. Tekad Jaya


Gambar 2.8 Foto singkapan batu gamping CV. Tekad Jaya

2.2 Penelitian Yang Relevan


1. Berikut ini adalah Jurnal Himasapta vol.2 no.2, Evaluasi Geometri berdasarkan
Fragmentasi hasil peledakan pada penambangan batu Gamping pada PT. Semen
Tonasa 27-30 Agustus 2017. Kegiatan penambangan pada PT Semen Tonasa
menggunakan metode Quarry dan proses pembongkaran material batu gamping
menggunakan metode peledakan agar memenuhi target produksi dan memperlancar
proses pemuatan dan pengangkutan. Pada setiap peledakan menghendaki ukuran
fragmentasi ≤80 cm sebesar ≤15% sesuai target perusahaan,powder factor yang
optimal, dan digging time yang cepat. Metode yang digunakan untuk menganalisis
fragmentasi hasil peledakan dalam penelitian ini yaitu secara teoritis dengan
menggunakan metode Kuz-Ram dan metode image analysis. Hal tersebut dilakukan
untuk mengetahui persentase fragmentasi hasil peledakan dan memperhitungkan
boulder hasil dari analisis fragmentasi hasil peledakan yang dilakukan terhadap
geometri actual PT Semen Tonasa didapatkan geometri yang paling optimal adalah
geometri dengan burden 4m, spasi 5,5 m, kedalaman 13,34m dengan powder factor
sebesar 0,33 kg/m3, yang menghasilkan ukuran fragmentasi rata-rata 38,63cm,
digging time sebesar 8,21 detik, dan bucket fill factor sebesar 66,71 %.
2. Indra Gumanti Putra dkk 2012 Evaluasi Geometri peledakan terhadap Fragmentasi
PT. Pama persada-Dahana (persero) Job site Melak, Kalimantan Timur. PT. Pama
persada-Dahana (persero) melakukan pengeboran dan peledakan dalam kegiatan
pembongkaran inter burden. Peledakan akan menghasilkan fragmentasi batuan.
Ukuran fragmentasi batuan hasil peledakan sangat penting untuk diperhatikan karena
25

menentukan keberhasilan sebuah peledakan, metode yang digunakan untuk


menghitung nilai fragmentasi batuan adalah metode perhitungan teorotis Kuz-Ram.
Bahan peledak yang digunakan adalah ANFO dan bulk emulsion. Perhitungan
fragmentasi batuan dengan membandingkan metode Kuz-Ram ANFO dengan Metode
Kuz- Ram Bulk Emulsion. Perhitungan fragmentasi manakah yang lebih optimal dari
bahan peledak tersebut. Perhitungan actual metode Kuz-Ram bahan peledak ANFO
didapat fragmentasi dengan ukuran 100 cm sebesar 25,34%. Ukuran fragmentasi
dengan bahan peledak ANFO pada ukuran 100 cm sebesar 18,45%. Jadi, bahan
peledak yang baik digunakan dari perhitungan teoritis metode Kuz-Ram adalah bahan
peledak Bulk Emulsion yang menghasilkan persentase fragmentasi lebih kecil dari
pada bahan peledak ANFO. Hasil fragmentasi dari bahan peledak bulk emulsion
dengan ukuran 100cm belum memenuhi standar fragmentasi kurang dari15%
(koesnaryo,2001), oleh karena itu perlu adanya rekomendasi perbaikan geometri
peledakan menggunakan persamaan Lange fors untuk kedua bahan peledak tersebut.
Persamaan Lange fors untuk bahan peledak ANFO dengan nilai burden 5m, spasi
5,76 m, powder charge 3,5m, subdrilling 1,5m dan kedalaman lubang ledak 7m.
Ukuran fragmentasi 100 cm sebesar 1,03 %. Persamaan Lange fors untuk bahan
peledak bulk emulsion dengan nilai burden 5,5m, spasi 6,3m, powder charge 3,6m,
subdrilling 1,63 m dan kedalaman lubang 7,4m. Ukuran fragmentasi 100 cm sebesar
1,05%. Persentase fragmentasi ukuran 100 cm sudah memenuhi fragmentasi yang
dikatakan baik.
3. Ahmad Ali Syafi’i dkk 2016, Jurnal Himasapta vol 1 No 1, Evaluasi Isian Bahan
Peledak menggunakan Analisis distribusi ukuran Fragmentasi pada peledakan batuan
penutup di tambang terbuka batubara 17-22 April 2016 Peledakan dikatakan berhasil
apabila batuan terberai menjadi fragmentasi dengan ukuran yang tepat untuk proses
lanjutan. Proses lanjutan setelah pemberaian batuan penutup berupa pemuatan dan
pengangkutan ketempat penimbunan (disposal). Ukuran fragmentasi hasil peledakan
harus se dapat mungkin mudah dimuat oleh alat muat yang beroperasi dilokasi
peledakan saat itu. Permasalahan yang terjadi dilokasi penelitian ialah fragmentasi
hasil peledakan yang berukuran 70 cm sekitar 35%. Sedangkan perusahaan
menargetkan maksimal 30%. Fragmentasi erat kaitannya dengan perbandingan isian
bahan peledak terhadap batuan yang terbongkar, yang diterapkan dalam bentuk
geometri peledakan. Geometri peledakan yang diterapkan saat ini burden 8m, spasi
9m dengan kedalaman lubang yang bervariasi, diameter lubang ledak (D) 7.88 inchi
26

dan subdrilling 0.5m. Penelitian ini bertujuan menentukan geometri peledakan yang
memberikan hasil paling optimum, yakni sesedikit mungkin isian bahan peledak
untuk menghasilkan distribusi ukuran fragmentasi yang sesuai kriteria. Geometri
peledakan, isian bahan peledak, dan distribusi ukuran fragmentasi hasil peledakan
diamati di lokasi pengamatan yaitu inter burden seam B, inter burden seam C, dan
inter burden seam D. Hubungan pengaruh isian bahan peledak terhadap hasil
fragmentasi dari data actual di lapangan dianalisis menggunakan pendekatan
persamaan regresipolino mialorde 2. Sebagai perbandingan teoritis digunakan pula
model matematis Kuzram. Selanjutnya ditentukan isian bahan peledak yang diprediksi
menghasilkan ukuran fragmentasi 70 cm maksimal 20%. Hasil analisis menunjukkan
bahwa untuk mencapai target distribusi ukuran fragmentasi tersebut diperlukan
penambahan isian bahan peledak perlubang dengan burden dan spasi tetap 8m x 9m.
Peledakan inter burden seam B dengan tinggi jenjang 8m memerlukan 208.34 kg
bahan peledak perlubang, sementara untuk tinggi jenjang 10 m memerlukan 269.60 kg
bahan peledak per lubang. Peledakan inter burden seam C dengan tinggi jenjang 7 m
memerlukan 306.4 kg bahan peledak perlubang, sedangkan untuk tinggi jenjang 8 m
memerlukan 315 kg bahan peledak perlubang. Pada peledakan inter burden seam D
dengan tinggi jenjang 8 m diperlukan isian handak 290 kg perlubang. Hasil
penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi untuk melakukan kegiatan
peledakan yang optimal.
4. Hardi Wahono dkk 2017, Pengaruh Fragmentasi peledakan terhadap Digging time
optimal exavator PC 3000 pada pembongkaran Overburden A-1 di Pit Bangko Barat
PT. Bukit Asam (persero) tbk. Kegiatan pembongkaran over burden di PT. Bukit
Asam (Persero), Tbk dilakukan dengan kegiatan pemboran dan peledaka. Kendala
Pada kondisi saat ini yaitu digging time yang kurang optimal yang diakibatkan dari
hasil fragmentasi peledakan. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang kembali
geometri peledakan agar digging time optimal. Geometri aktual peledakan yang
diterapkan menggunakan burden dan spasi 8x9 m, kedalaman lubang tembak 8,16 m
serta powder factor 10,25 kg/m3. Berdasarkan analisi metode Kuz-Ram maka
didapatkan boulder sebesar 16% – 34,50%. Percobaan geometri alternatif dilakukan
untuk mengatasi masalah boulder yang dihasilkan pada peledakan aktual. Geometri
alternatif pertama dengan diameter 7,875 Inch, Burden 6 m , spasi 9 m, Kedalaman
Lubang Ledak 9,5 m, Powder factor 0,215 Kg/Bcm. Menurut analisis metode Kuz-
27

Ram menghasilkan boulder 0,00000002%. Geometri Alternatif kedua spasi 5 m,


burden 5,50 m, kedalaman lubang ledak 8,9 m, powder factor 0,723 Kg/Bcm.
Menurut hasil analisis Metode Kuz-Ram menghasilkan boulder 0%. Berdasarkan
analisis terhadap kedua geometri tersebut maka penggunaan geometri alternatif
memiliki presentase distribusi boulder hasil peledakan 0%.
5. Pepen Supendi dan Apud Djadjulie, Pengaruh kerapatan kekar terhadap Fragmentasi
peledakan andesit PT.JO Synohydro-CIC. PT. Jo. Sino hydro-CIC suatu perusahaan
yang bergerak dibidang usaha pertambangan batuan andesit dengan tambang terbuka.
Struktur geologi yang berada di lokasi peledakan batuan desit adalah kekar. Kekar
yaitu suatu retakan pada batuan yang belum mengalami pergeseran pada bidang
rekahnya. Kekar sangat berpengaruh dalam fragmentasi yang akan dihasilkan, saat ini
hasil ledakan masih dijumpai bongkahan batuan >60 cm. Hasil analisis data dengan
banyaknya kekar yang terisi oleh batuan yang lapuk dan lunak sehingga pada waktu
batuan diledakkan sebagian dari ledakan akan masuk kedalam rekahan-rekahan
tersebut, sehingga terjadi kehilangan energy yang dihasilkan oleh bahan peledak
dengan demikian tekanan yang dihasilkan oleh bahan peledak tidak akan optimal.
Untuk menghasilkan fragmentasi batuan seragam dengan perlu diperhatikan kerapatan
kekar maka banyaknya bahan peledak yang harus dimasukan kedalam lubang ledak
harus sesuai dengan perhitungan, supaya fragmentasi lebih seragam.
28

2.3 Kerangka Konseptual Penelitian

Berikut adalah kerangka konseptual penelitian :

Input Proses Output

Data terdiri dari : Metode :


1. Menganalisis
1. Mengetahui distribusi
fragmentasi menggunakan fragmentasi hasil
Data Primer:
metode Image Analysis peledakan
1. Data goemetri dengan
peledakan. 2. Mengetahui presentase menggunakan
2. Ukuran fragmentasi metode Image
fragmentasi di menggunakan metode Analysis
lapangan. Kuz-Ram 2. Menganalisis
3. Mendapatkan usulan
Data sekunder: fragmentasi hasil
geometri yang ideal peledakan dengan
1. Peta situasi dengan teori C.J. Konya menggunakan
tambang. metode Kuz-Ram
2. Peta topografi. 3. Merancang
usulan geometri
yang ideal
dengan teori C.J.
Konya

. Gambar 2.9 Kerangka Konseptual Penelitian.

Berdasarkan kerangka konseptual diatas, dapat dijelaskan:

1. Masalah yang ada di lapangan ditemukan hasil fragmentasi yang beragam, rata-rata hasil

fragmentasi >60 cm. Selanjutnya perlu dilakukan pekerjaan tambahan untuk

memperkecil fragmentasi dengan menggunakan breaker, akibatnya mengeluarkan biaya

tambahan bagi perusahaan.

2. Dari masalah yang ada perlu dilakukan perhitungan kembali geometri peledakan yang

lebih optimal oleh perusahaan agar mendapatkan hasil fragmentasi dengan rata-rata<60

cm dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan agar dapat menghemat biaya

pengeluaran dari perusahaan tersebut.


29

3. Maka dari itu kita perlu melakukan perhitungan kembali untuk mengetahui jumlah

presentase ukuran fragmentasi dengan rata-rata <60 cm dan mendapatkan jumlah

presentase ukuran fragmentasi dengan menggunakan Image Analysis.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yang bersifat terapan (Applied

Research) yaitu penelitian yang hati-hati, sistematik dan terus menerus terhadap suatu

masalah dengan tujuan untuk digunakan dengan segera untuk keperluan tertentu. Menurut

Ezequiel Ander Egg Hernandes, defenisi penelitian terapan merupakan solusi yang efesien

dan beralasan untuk masalah yang telah diidentifikasi.

Penelitian terapan ini digolongkan menurut tujuan penelitian yang bertujuan untuk

menemukan pengetahuan yang secara praktis dapat diaplikasikan. Walaupun adakalanya

penelitian terapan juga untuk mengembangkan produk penelitian dan pengembangan

bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan memvalidasi suatu produk.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian di lokasi penambangan batu Gamping di CV. Tekad Jaya,

Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat.

Waktu pelaksanaan penelitian pada tanggal Maret 2021 sampai selesai pengambilan data.

3.3 Variabel Penelitian

Menurut Rosdiana (2002), Variabel penelitian merupakan suatu atribut dari

sekelompok objek yang diteliti yang mempunyai variasi satu dengan yang lain dalam

kelompok tersebut. Sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka variabel penelitian adalah

pengaruh geometri peledakan terhadap fragmentasi pada CV. Tekad Jaya. Dimana jenis

variabel penelitian terdiri atas dua variabel yaitu:

1. Variabel Bebas

Dalam penelitian ini variabel bebasnya meliputi geometri peledakan.

30
31

2. Variabel Terikat

Dalam penelitian ini variabel terikat meliputi pengaruh terhadap fragmentasi.

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Data

Data pada penelitian ini adalah:


a. Data Primer:

1) Fragmentasi di Lapangan.

2) Geometri Peledakan aktual dengan Ici Explosive

b. Data sekunder:

1) Peta Situasi Tambang.

2) Peta Topografi

3.4.2 Sumber Data

1) Sumber data yang penulis dapatkan berasal dari pangamatan langsung atau pun

studi kepustakaan serta dari arsip-arsip CV. Tekad Jaya.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data dilakukan dengan duacara yaitu:

1. Studi pustaka, mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan membaca buku-buku dan

jurnal yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas sehingga dapat digunakan

sebagai landasan dalam pemecahan masalah.

2. Studi lapangan, mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan melakukan pengamatan

langsung.

a. Alat-alat yang digunakan yaitu helm safety, meteran dan kamera

b. Cara pengukuran dilakukan dengan meletakkan helm dengan diameter 60 cm

keatas tumpukan batuan hasil fragmentasi peledakan, kemudian ukur batuan yang

masuk kedalam lingkar helm dimulai dari batuan yang berukuran besar, sedang dan

kecil.
32

c. Untuk pengambilan foto hendaknya di ambil pada jarak yang cukup jauh agar

diperoleh hasil yang lebih akurat, lalu pada setiap batuan yang ada disekitar helm

hendaknya difoto dengan meteran sebagai perbandingan.

d. Langkah-langkah pengambilan data:

1) helm di letakan di atas batuan hasil peledakan secara acak

2) Mengambil meteran untuk mengukur batuan yang berada di dekat helm

3) Mengambil sampel batuan yang berukuran besar, sedang, dan kecil

sebanyak enam sampel pada setiap helm

4) Gunakan kamera untuk pengambilan foto batuan yang akan dianalisis

5) Jarak pengambilan gambar hendaknya diambil dengan jarak yang cukup

jauh agar mendapat hasil yang akurat

3.6 Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:

1. Menghitung ukuran rata-rata fragmentasi (X) dengan persamaan (2.1)

2. Menghitung Indeks keseragaman (N) dengan persamaan (2.2)

3. Menghitung Karakteristik ukuran (Xc) dengan persamaan (2.3)

4. Menghitung Perbandingan material yang tertahan pada ayakan (R) dengan persamaan

(2.4).

5. Pengolahan data dengan menggunakan Software Split dekstop atau Image Analysis.

3.7 Analisa Data

Setelah melalui tahap dalam pengumpulan data dan pengolahan, data maka dilakukan

analisa data. Dari pengolahan data yang didapat dengan menggunakan metode Kuz-Ram dan

metode Image Analysis data yang didapat berupa tebel persentase dari hasil fragmentasi

batuan hasil kegiatan peledakan.


33

3.8 Kerangka Metodologi

Langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian:

ANALISIS FRAGMENTASI BATUAN


HASIL PELEDAKAN BATU GAMPING MENGGUNAKAN METODE
IMAGE ANALYSIS DAN METODE KUZ-RAM DI CV. TEKAD JAYA

Identifikasi Masalah:

1. Masih banyak terdapat hasil fragmentasi dengan ukuran yang beragam


yaitu dengan rata-rata >60 cm yaitu lebih dari 25%.
2. Adanya kegiatan kerja tambahan untuk memperkecil fragmentasi
peledakan dengan menggunakan alat berat breaker.
3. Adanya beberapa lubang ledak yang terisi oleh air setelah kegiatan
pemboran sehingga beresiko gagal ledak atau miss fire.

Tujuan:
1. Menganalisis fragmentasi hasil peledakan dengan menggunakan
metode Image Analysis.
2. Menganalisis fragmentasi hasil peledakan dengan menggunakan
metode Kuz-Ram.
3. Merancang usulan geometri yang ideal dengan menggunakan
teori C.J. Konya.

Pengumpulan Data:

Data Primer: Data Sekunder:


1. Geometri peledakan aktual 1. Peta situasi tambang.

2. Fragmentasi di lapangan. 2. Peta Topografi.


34

Pengolahan data:
Menghitung jumlah presentase ukuran fragmentasi menggunakan
metode Image Analysis dan Metode Kuz-Ram .

Hasil:
Memperoleh jumlah presentase ukuran fragmentasi <60 cm dan >60
cm dan Image Analysis sebagai bahan evaluasi perusahaan.

Gambar 3.1 kerangka metodologi


DAFTAR KEPUSTAKAAN
Agus Ardianto Budiman, dkk. 2016. Analisis Powder Factor dan Fragmentasi Hasil
Ledakan Menggunakan Perhitungan Kuz-Ram, Jurnal Geomine, Vol 4, No. 2:
Agustus 2016. ISSN : 2443-2083.
Bhandari Sushil.1997. Engineering Rock Blasting Operations, AA Balkema, Rotterdam.
Munawir1, dkk. 2018. Modifikasi Geometri Peledakan Pada Sisi Free Face di Area Low
wall Tambang Batubara, Jurnal POROS TEKNIK Volume 10, No. 2, Desember
2018 : 60-66. ISSN 2085-5761 (Print) ISSN 2442-7764 (Online).
Kasiram. 2008. Metododologi Penelitian Kuantitatif, Menurut Kasiram (hal 149).
Riko Ervil, dkk. 2019.Buku Panduan Penulisan dan Ujian Skripsi, Sekolah Tinggi
Teknologi Industri (STTIND) Padang.
Riski Lestari Handayani, dkk. 2015. Pengaruh Geometri Peledakan Terhadap
Fragmentasi Batuan, Jurnal Geomine, vol 03 Desember, 2015.ISSN : 2443-2083.
Rudi Frianto, dkk. 2014. Kajian Teknis Geometri Pembongkaran Overburden
Berdasarkan Fragmentasi Peledakan, Jurnal Fisika FLUX, vol.11 No.1, Februari
2014. ISSN : 0852-5366.
Sahrul Ramadana, RaimonKopa. 2017. Analisis Geometri Peledakan Guna Mendapatkan
Fragmentasi Batuan yang Diinginkan, Jurnal Bina Tambang Vol. 3, No.
42017.ISSN: 2302-3333
Singgih Saptono. 2006. Teknik Peledakan, Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas
Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai