Anda di halaman 1dari 21

BAB X

PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

10.1 Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat

Merujuk kepada Permen ESDM No 41 Tahun 2016 tentang Pengembangan dan


Pemberdayaan Masyarakat Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, maka
setiap badan usaha pertambangan diwajibkan untuk menyusun dan mempunyai Rencana Induk
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM).Program PPM sendiri merupakan salah
satu upaya serius dari pemerintah untuk mengejawantahkan konsep corporate social
responsibility (CSR) di dunia tambang, dengan tujuan untuk lebih mendorong perekonomian,
pendidikan, sosial budaya, kesehatan, dan lingkungan kehidupan masyarakat sekitar tambang,
baik secara individual maupun secara kolektif, agar tingkat kehidupan masyarakat sekitar
tambang menjadi lebih baik dan mandiri. Permen PPM ini kemudian lebih diperjelas lagi melalui
Kepmen ESDM No 1824 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan dan
Pemberdayaan Masyarakat. Kepmen ini memuat dua point utama, yaitu Pedoman Penyusunan
Cetak Biru (Blue Print) dan Pedoman Penyusunan Rencana Induk PPM. Dengan keluarnya
pedoman ini, diharapkan tidak ada lagi perusahaan pertambangan yang asal-asalan dalam
penyusunannya. Sehingga program PPM yang dijalankan bisa lebih terukur, terarah, tepat guna
dan tepat sasaran.Idealnya Rencana Induk PPM harus merujuk kepada Cetak Biru yang telah
disusun oleh Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten). Namun karena belum semua daerah
mempunyai Cetak Biru, maka setidaknya Rencana Induk PPM yang disusun bisa merujuk
kepada dokumen RPJM, RPJP dan RTRW Daerah serta hasil konsultasi dengan para pemangku
kepentingan (stakeholder).
Disamping itu, Rencana Induk PPM juga harus didasarkan pada hasil pemetaan sosial
(social mapping). Pemetaan Sosial menjadi wajib dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal
kondisi masyarakat  sekitar tambang sebelum aktivitas tambang dimulai. Pemetaan sosial yang
dilakukan minimalnya bisa memberikan gambaran utuh tentang kondisi kesehatan dan
pendidikan, kondisi sosial budaya dan lingkungan kehidupan masyarakat, kondisi infrastruktur,
kondisi kemandirian ekonomi dan kelembagaan komunitas masyarakat dalam menunjang
kemandirian ekonomi.
10.2 Biaya Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Ada 8 program utama yang harus dirumuskan oleh pihak perusahaan dalam dokumen
Rencana Induk PPM, yaitu program bidang pendidikan, kesehatan, tingkat pendapatan riil atau
pekerjaan, kemandirian ekonomi, sosial budaya, lingkungan, pembentukan lembaga komunitas
dan infrastruktur. Program yang disusun mulai fase operasi produksi sampai dengan program
untuk fase penutupan tambang. Termasuk didalamnya memuat besaran biaya yang dianggarkan
oleh perusahaan. Untuk besaran biaya yang dianggarkan masih disesuaikan dengan kemampuan
masing-masing perusahaan. Sampai saat ini belum ada aturan yang menetapkan berapa besaran
biaya yang harus disisihkan oleh perusahaan swasta untuk program PPM. Berbeda dengan
perusahaan plat merah (BUMN) yang dalam Permen Negara BUMN No. 4 Tahun 2007 dipatok
untuk menyisihkan 2 persen dari labanya untuk membiayai kegiatan CSR (PKBL). Pemetaan
sosial yang dilakukan minimalnya bisa memberikan gambaran utuh tentang kondisi kesehatan
dan pendidikan, kondisi sosial budaya dan lingkungan kehidupan masyarakat, kondisi
infrastruktur, kondisi kemandirian ekonomi dan kelembagaan komunitas masyarakat dalam
menunjang kemandirian ekonomi.
BAB XI
ORGANISASI DAN TENAGA KERJA
11.1 Bagan Organisasi

Gambar 11.1 Struktur Organisasi Kegiatan Penambangan Batuan Granodiorit


Kelompok Empat.
Pelaksanaan pekerjaan penambangan dirancang sesederhana mungkin tetapi
memiliki otonomi yang cukup untuk menjamin kelancaran kegiatan penambangan, baik
dalam kaitannya dengan aspek teknis maupun non-teknis. Bentuk organisasi yang akan
diterapkan adalah organisasi fungsi, dimana kegiatan penambangan dibagi menjadi fungsi-
fungsi yang terpisah tetapi masih tetap dapat bekerja sama.
Organisasi penambangan batuan granodiorit di daerah kawasan penambangan
Kelompok Empat dipimpin oleh seorang General Manager yang juga membawahi empat
divisi, yaitu: Mining Division; Finance & Administration Division; Safety, Environment &
Community Development Division; dan Marketing Division. Masing- masing divisi
didukung oleh staf untuk menunjang kelancaran pekerjaan. Struktur organisasi disajikan
dalam bagan pada Gambar 11.1. Dalam struktur organisasi terlihat bahwa:
1. Penanganan karyawan (recruitment dan training), fungsi administrasi dan asuransi
keuangan, akutansi, serta sistem informasi ditangani oleh Divisi Safety,
Environment & Community Development.
2. Pelaksanaan implementasi sistem K-3, AMDAL, dan Community Development
pada perusahaan sangat membutuhkan dukungan manajemen, sehingga Divisi
Keselamatan Kerja (Safety) dan Pengembangan Masyarakat (Community
Development) ditempatkan secara organisatoris langsung dibawah General
Manager. Selain itu, divisi ini juga mengurus hal yang berhubungan dengan
kemasyarakatan (sosio-lingkungan).
3. Mining Division sebagai divisi inti perusahaan dibagi dalam tiga sub divisi yaitu
crushing plant, mine operation, serta perencanaan dan engineering. Aktivitas
perawatan dan logistik alat tambang ditangani oleh bagian perawatan
(maintenance) dan penyediaan (logistic).
4. Divisi Keuangan dan Administrasi (Finance & Administration) juga menangani
aktivitas transportasi batuan granodiorit dari pit Kelompok Empat hingga ke
lokasi proyek pembangunan proyek pembangunan ruas jalan dan sekitar proyek.

11.2 Tabel Tenaga Kerja

11.3 Program Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja


1. Program Pendidikan
Dalam program pelatihan karyawan ialah pendidikan khusus. Program pengembangan
karier ini biasanya ditujukan bagi karyawan terbaik perusahaan yang dirasa perlu
mengembangkan ilmu dan pendidikannya, mengingat pendidikan sebelumnya masih belum
mumpuni. karyawan lulusan D3 diberikan beasiswa untuk melanjutkan kuliah S1 dengan
tujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya. Adapun universitas yang
dituju biasanya tergantung dari kebijakan perusahaan.

2. Program Pelatihan
Pelatihan adalah program umum dalam mengembangkan karyawan atau tenaga kerja.
Adapun bentuknya bisa berupa pelatihan yang dilakukan di luar perusahaan maupun di
dalam perusahaan. Dalam internal training secara jamak dinamakan sebagai in house
training dengan mengambil pelatih yang berasal dari internal perusahaan maupun luar
perusahaan. Untuk internal training biasanya perusahaan menyelenggarakan program
pelatihan karyawan sesuai dengan bidang tertentu yang dibutuhkan, seperti pelatihan
pengoperasian alat, pelatihan K3, dan sebagainya. Sedangkan, external training biasanya
dilakukan dengan cara mengirimkan karyawan ke lembaga atau instansi pelatihan tertentu,
entah itu dari pihak pemerintah ataupun dari pihak swasta.

11.4 Tenaga Kerja Sub Kontraktor


BAB XII
PEMASARAN
12.1 Kebijakan Pemerintah
Kebijakan Pemerintah Indonesia mempengaruhi industri pertambangan batubara nasional.
Untuk memperoleh suplai dalam negeri, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Indonesia
meminta para produsen batubara untuk mencadangkan jumlah produksi tertentu untuk konsumsi
dalam negeri (domestic market obligation). Selain itu, Pemerintah dapat menyetel pajak
ekspornya untuk mengurangi ekspor batubara. Selama beberapa tahun terakhir Pemerintah
menyatakan keinginan untuk meningkatkan konsumsi domestik batubara sehingga batubara
mensuplai sekitar 30% dari pencampuran energi nasional pada tahun 2025:

Bauran Energi Indonesia:

 Energy Mix  Energy Mix


 
      2011       2025
Minyak Bumi        50%        23%
Batubara        24%        30%
Gas Alam        20%        20%
Energi Terbarukan         6%        26%

Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM

12.2 Prospek Pemasaran


Jika bahan galian sudah selesai diolah maka dipasarkan ke tempat konsumen. Antara perusahaan
pertambangan dan konsumen terjalin ikatan jual beli kontrak jangka panjang,  dan spot ataupun
penjualan sesaat. Pasar kontrak jangka panjang yaitu pasar yang penjualan produknya dengan
kontrak jangka panjang misalnya lebih dari satu tahun. Sedangkan penjualan spot, yaitu
penjualan sesaat atau satu atau dua kali pengiriman atau order saja.
12.2.1 Dalam Negeri
Berdasarkan rencana yang dibuat Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia
(ESDM), alokasi  kebutuhan batu permata untuk konsumsi dalam negeri naik tiap tahun. Pada 
tahun 2017 ini, Kementerian ESDM memprediksi kebutuhan batu permata dalam negeri aka
meningkat Besarnya alokasi kebutuhan batu permata untuk industri dalam negeri diharapkan bisa
memperkenalkan dan menghidupkan kembali pasar batu permata yang sempat redup. Mayoritas
kebutuhan batu permata dalam negeri, dialokasikan untuk sektor industri perhiasan. Besarnya
konsumsi batu permata dalam negeri. Hal ini dikarenakan, batu permata menjadi penyumbang
besar untuk industri kesehatan dan kedokteran serta industri kosmetik.
rencana pemasaran, yaitu:
1. Menentukan target konsumen
2. Membuat tujuan akhir
3. Menentukan kanal pemasaran
4. Membentuk tim
5. Membuat budget marketing
12.2.2 Luar Negeri
Untuk memasarkan produk ke negara lain, diperlukan langkah-langkah yang pada
prinsipnya sama dengan langkah menyiapkan marketing plan di dalam negeri. Salah satunya
adalah menyiapkan strategi segmentasi. Memasarkan produk ke luar negeri berarti memperluas
segmentasi geografis pemasaran produk. Dengan begitu, tentu saja akan ada konsekuensi
terhadap pasar yang akan dibidik, sehingga perlu dilakukan review kesesuaian antara produk
yang akan dijual dengan pasar setempat, dari sisi segmentasi demografi, psikografi, dan perilaku
konsumen. Langkah ini penting untuk memastikan strategi apa yang akan diambil untuk
mendapatkan pasar di luar negeri. Karena dengan demikian, para pebisnis dapat mengetahui
nilai-nilai apa saja yang dapat diterapkan secara tepat kepada pasar yang akan dituju.Yang tidak
kalah penting adalah mempelajari hukum perdagangan, hak cipta dan perlindungan konsumen di
luar negeri. Hal ini berkaitan dengan lancar tidaknya aktivitas bisnis yang sedang dijalankan di
kemudian hari. Selain itu, jangan lupa untuk melakukan analisis rantai nilai (value chain) dari
bisnis seperti suplier, distribusi, kompetitor, dan lainnya. Dengan begitu, bisnis yang dijalankan
di luar negeri bisa menjadi bisnis yang berkelanjutan.

12.3 Jenis dan Jumlah Produk serta Asumsi Harga

BAB XIII
INVESTASI DAN ANALISIS KELAYAKAN
13.1. Investasi
Investasi yang diperlukan untuk memproduksi batu pecah (split/aggregate) siap
3
jual sebesar 475.000 m /tahun di lokasi penambangan Kelompok Empat adalah sebesar
Rp. 30.562.118.750,- (Tiga Puluh Milyar Lima Ratus Enam Puluh Dua Juta Seratus
Delapan Belas Ribu Tujuh Ratus Lima Puluh Rupiah), yang terdiri dari :

1. Modal Tetap = Rp. 14.309.002.500,-


2. Modal Kerja = Rp. 16.253.116.250,-

13.1.1. Modal Tetap


Modal tetap sebesar Rp. 14.309.002.500,- akan digunakan untuk:

a. Biaya pra penambangan yang meliputi: biaya perijinan, biaya eksplorasi, studi

kelayakan, UKL/UPL, dan biaya administrasi yang jumlahnya sebesar Rp.


850.000.000,-.
b. Biaya kontruksi yang meliputi: biaya pembangunan, mess karyawan, dan lain-lain
pada lokasi yang telah disediakan seluas 50 km adalah sebesar Rp.
1.505.562.500,-.

c. Biaya sewa dan pengadaan peralatan, serta fasilitas pendukung sebesar Rp.
1.694.640.000,-.

Biaya pembelian sarana pemantauan dan pengelolaan lingkungan serta peralatan keselamatan dan
kesehatan kerja (K-3) sebesar Rp. 10.800.000,-.
Tabel 13.1
Biaya Konstruksi

Kelompok Empat, Sungai Pinyuh, Peniraman

2
No Uraian Luas (m ) Biaya
1 Pondasi Crushing Plant 10 ⨯ 10 Rp. 300.000.000,-

2 Jalan Tambang 15 ⨯ 1000 Rp. 112.562.500,-


3 Sistem Penirisan 10 ⨯ 12 Rp. 60.000.000,-
4 Stockpile 100 ⨯ 100 Rp. 100.000.000,-
5 Workshop 10 ⨯ 17 Rp. 127.500.000,-
6 Kantor Lapangan 12 ⨯ 24 Rp. 288.000.000,-

7 Instalasi 400 Rp. 20.000.000,-

67
8 Gudang Handak
a. Gudang Nonel 3⨯3 Rp. 9.000.000,-

2
No Uraian Luas (m ) Biaya
b. Gudang Power Gel 5⨯ 5 Rp. 25.000.000,-

c. Gudang ANFO 5⨯ 5 Rp. 25.000.000,-


9 Rumah Genset 5⨯10 Rp. 37.500.000,-

10 Gudang Bahan Bakar + Pelumas 10⨯ 10 Rp. 75.000.000,-


11 Mess Karyawan 10⨯ 25 Rp. 250.000.000,-
12 Klinik 5⨯ 8 Rp. 40.000.000,-
13 Pos Keamanan 4⨯ 8 Rp. 24.000.000,-
14 Sumur & Pompa Air Submersibel 5 HP Rp. 12.000.000,-

TOTAL BIAYA KONSTRUKSI Rp. 1.505.562.500,-

13.1.2. Modal Kerja


Modal kerja ini diproyeksikan untuk keperluan operasi penambangan tahap awal
selama 12 (dua belas) bulan pertama produksi. Biaya ini meliputi: biaya operasional
penambangan, biaya administrasi, biaya perawatan, pajak daerah, serta biaya lainnya.
Modal kerja yang dibutuhkan adalah sebesar Rp. 16.253.116.250,-.

Tabel 13.2
Kebutuhan Investasi

Kelompok Empat, Sungai Pinyuh, Peniraman


DESKRIPSI BIAYA

A PRA PROJECT
‐ Biaya Pra Penambangan Rp. 850.000.000,-

Rp. 850.000.000,-
B INVESTASI
‐ Biaya Masa Konstruksi Rp. 1.505.562.500,-
‐ Biaya Pembelian Peralatan Penunjang Rp. 12.803.440.000,-

Rp. 14.309.002.500,-

C WORKING CAPITAL
‐ Upah/Gaji Karyawan Tetap Rp. 985.000.000,-
‐ Pemakaian Bahan Bakar Rp. 9.354.060.000,-
‐ Pemakaian Pelumas Rp. 187.500.000,-
‐ Penggantian Ban Rp. 13.000.000,-
13.1.3. Sumber Dana
Sesuai dengan rencana perusahaan, proyek tambang ini akan dibiayai sepenuhnya
oleh PT. Trinusa Bangun Perkasa, yaitu:

Modal Sendiri (100%) = Rp. 30.562.118.750,-


13.2. Biaya Produksi
Untuk memproduksi bahan galian batuan andesit yang siap jual dengan volume
3
sebesar 475.000 m /tahun, maka biaya produksi yang diperlukan adalah sebesar Rp.
3
34.152.920.000,- dengan biaya produksi per m mencapai Rp. 71.901,-.

Tabel 10.3
Biaya Produksi

Kelompok Empat, Sungai Pinyuh, Peniraman

No. Uraian Biaya

A. Biaya Tetap

‐ Gaji karyawan tetap Rp. 4.650.000.000,-


‐ Biaya pembelian bahan bakar Rp. 9.354.060.000,-
‐ Biaya pembelian minyak pelumas Rp. 375.000.000,-
‐ Biaya penggantian ban Rp. 13.000.000,-
‐ Biaya pembelian suku cadang
Rp. 600.000.000,-
(5% ⨯ pembelian peralatan)
‐ Biaya perawatan alat (5% ⨯ pembelian peralatan) Rp. 600.000.000,-
‐ Pajak bahan galian
Rp. 1.235.000.000,-
(240.000 ton ⨯ Rp. 13.000,- ⨯ 20%)
‐ Biaya sewa peralatan utama Rp. 7.350.000.000,-
‐ Biaya peledakan Rp. 6.840.000.000,-
B. Biaya Berubah

‐ Gaji karyawan tidak tetap Rp. -


‐ Asuransi tenaga kerja (5% ⨯ gaji karyawan) Rp. 232.500.000,-
‐ Biaya operasional kantor (overhead) Rp. 2.103.360.000,-
‐ Jaminan sosial tenaga kerja
Rp. 465.000.000,-
(10% ⨯ gaji karyawan)
‐ Biaya sarana lingkungan dan K-3 Rp. 285.000.000,-

‐ Dana sosial dan pengembangan masyarakat Rp. 50.000.000,-

Total Biaya Produksi Rp. 34.152.920.000,-

3
Biaya Produksi per m Rp. 71.901,-

13.3. Pendapatan
Pendapatan penjualan yang diperoleh akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, di
antaranya:
a. Naiknya produksi penambangan, dan
b. Harga jual di pasaran.
c. Untuk memproyeksikan pendapatan penjualan yang akan diperoleh, maka variabel yang
dapat mempengaruhi seperti jumlah produksi dan harga jual harus dimasukan dalam
asumsi-asumsi perhitungan. Batu pecah (split) pada tahun pertama dijual dengan harga
Rp. 120.000,-/m3, harga penjualan tersebut berlaku dimana kondisi barang berada di
stockyard atau di atas dump truck ketika diambil oleh pihak pembeli. Dengan target
produksi penambangan. adalah sebesar 475.000 m3/tahun, jika diasumsikan tahap
persiapan penambangan memakan waktu 6 (enam) bulan dan produksi penambangan
dimulai pada bulan ke-6 di tahun pertama, maka diharapkan produksi di tahun pertama
dapat menghasilkan batu pecah (split) siap jual sebesar 237.500 m3 sehingga perhitungan
pendapatan dari proyek penambangan batuan Granodiorit Kelompok Empat di tahun
pertama yang diharapkan adalah sebesar Rp. 25.887.500.000,-.
13.4. Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode
akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan
keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan
13.4.1. Arus Kas
Metode ini menghitung perbandingan antara nilai penerimaan kas bersih di masa
yang akan datang dengan nilai investasi pada saat ini selama umur ekonomis investasi.
Apabila nilai profitability index (PI) ini lebih besar daripada 1, maka investasi dapat
dikatakan menguntungkan dan dapat diterima. Sedangkan apabila nilai PI lebih kecil
daripada 1, maka investasi dapat dikatakan tidak menguntungkan dan tidak dapat diterima.
Dari hasil perhitungan dalam Tabel 10.7.

Tabel 13.

Penilaian Proyek dengan Profitability Index (PI)

Kelompok Empat, Sungai Pinyuh, Peniraman

Investasi Awal 30.562.118.750

Aliran Kas
Keterangan EAT Depresiasi Cash Inflow

Tahun ke-1 6.128.873.875 - 6.128.873.875


Tahun ke-2 12.411.110.725 - 12.411.110.725
Tahun ke-3 13.077.081.037 - 13.077.081.037
Tahun ke-4 13.774.301.040 - 13.774.301.040
Tahun ke-5 14.706.973.773 - 14.706.973.773
Tahun ke-6 15.017.904.062 - 15.017.904.062

75.116.244.513
Investasi Awal/Initial Investment (30.562.118.750)
Aliran Kas/Cash Inflow Tahun ke-1 6.128.873.875
Aliran Kas/Cash Inflow Tahun ke-2 12.411.110.725
Aliran Kas/Cash Inflow Tahun ke-3 13.077.081.037
Aliran Kas/Cash Inflow Tahun ke-4 13.774.301.040
Aliran Kas/Cash Inflow Tahun ke-5 14.706.973.773
Aliran Kas/Cash Inflow Tahun ke-6 15.017.904.062

Resiko 18,000%
Net Present Value 8.983.656.118
Profitability Index 1,29
KESIMPULAN
Investasi Layak

Initial Investment (30.562.118.750) Kelebihan Bulan 12,9


Cash Inflow Thn ke-1 6.128.873.875

BELUM TERTUTUP (24.433.244.875) PAYBACK


Cash Inflow Thn ke-2 12.411.110.725 PERIOD 2,9
BELUM TERTUTUP (12.022.134.150) (Tahun)
Cash Inflow Thn ke-3 13.077.081.037

TERTUTUP 1.054.946.887
Cash Inflow Thn ke-4 13.774.301.040
TERTUTUP 14.829.247.928
Cash Inflow Thn ke-5 14.706.973.773
TERTUTUP 29.536.221.701
Cash Inflow Thn ke-6 15.017.904.062
TERTUTUP 44.554.125.763
13.5. Analisis Kelayakan
Maksud dan tujuan dari analisis kelayakan disini yaitu untuk menentukan apakah
penambangan bahan galian batu granodiorit yang akan dilaksanakan secara ekonomis
menguntungkan atau tidak. Dalam melakukan analisis kelayakan tersebut, hal-hal yang
perlu diperhatikan meliputi:

a. Biaya produksi.

b. Depresiasi dan amortisasi.

c. Pendapatan penjualan.

d. Proyeksi aliran uang tunai (cashflow).

e. Penilaian investasi.

13.5.1. Perhitungan “Weighted Average Cost Of Capital” atau “Discount Rate”


Metode ini menghitung kapan suatu investasi dapat dikembalikan oleh akumulasi nilai
penerimaan kas bersih (cummulative cash flow) di masa yang akan datang. Discounted
Payback Period atau periode pengembalian yang didiskontokan dapat ditentukan dengan
menghitung berapa tahun yang diperlukan sebelum akumulasi nilai penerimaan kas bersih
akan tepat sama dengan investasi awal. Dari hasil perhitungan dalam Tabel 10.7,
didapatkan periode pengembalian (DPP) adalah selama 2,9 tahun.

13.5.2. Perhitungan “Internal Rate Of Return (DCFROR)/IRR”


Metode ini menghitung tingkat pengembalian suatu hasil bunga yang
sesungguhnya dijanjikan oleh suatu usulan investasi selama umur ekonomisnya. Dengan
kata lain, Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat bunga/tingkat diskonto/tingkat
pengembalian yang menyamakan nilai investasi pada saat ini dengan nilai penerimaan kas
bersih di masa yang akan datang.
Tabel 13.
Penilaian Proyek dengan Internal Rate of Return (IRR)
Kelompok Empat, Sungai Pinyuh, Peniraman

Investasi Awal 30.562.118.750

Aliran Kas
Keterangan EAT Depresiasi Cash Inflow

Tahun ke-1 6.128.873.875 - 6.128.873.875


Tahun ke-2 12.411.110.725 - 12.411.110.725
Tahun ke-3 13.077.081.037 - 13.077.081.037
Tahun ke-4 13.774.301.040 - 13.774.301.040
Tahun ke-5 14.706.973.773 - 14.706.973.773
Tahun ke-6 15.017.904.062 - 15.017.904.062

75.116.244.513
Investasi Awal/Initial Investment (30.562.118.750)
Aliran Kas/Cash Inflow Tahun ke-1 6.128.873.875
Aliran Kas/Cash Inflow Tahun ke-2 12.411.110.725
Aliran Kas/Cash Inflow Tahun ke-3 13.077.081.037
Aliran Kas/Cash Inflow Tahun ke-4 13.774.301.040
Aliran Kas/Cash Inflow Tahun ke-5 14.706.973.773
Aliran Kas/Cash Inflow Tahun ke-6 15.017.904.062

IRR Estimate 18,000%


IRR Actual 27,120%
KESIMPULAN
Investasi Layak

Apabila nilai IRR ini lebih besar daripada tingkat bunga yang dipersyaratkan,

maka investasi dapat dikatakan menguntungkan dan dapat diterima. Sedangkan apabila
lebih kecil, maka investasi dapat dikatakan tidak menguntungkan dan tidak dapat diterima. Dari
perhitungan dalam Tabel 10.8, Bunga yang dipersyaratkan adalah sebesar 18,00% (berdasarkan
faktor resiko, tingkat suku bunga bank, dan tingkat inflasi) sedangkan dari hasil perhitungan IRR,
bunga sesungguhnya dari investasi ini adalah sebesar 27,12% Atau memiliki selisih lebih besar
9,12% daripada tingkat bunga atau faktor diskonto yang ditetapkan.

Tabel 13
Ringkasan Analisa Keuangan Penambangan Batuan Andesit

Kelompok Empat, Sungai Pinyuh, Peniraman

NO. DASAR ASUMSI JUMLAH/KUANTITAS KET.

3
1 Produksi/Tahun 475.000 m
3
‐ Batu Pecah (Split) 380.000 m /Tahun
3
‐ Abu Batu (Ash) 95.000 m /Tahun
‐ Cap Crushing Plant 250 Ton/Hari
3
167 m /Hari
3
2 Produksi/Bulan 39.583 m
3
‐ Batu Pecah (Split) 31.667 m
3
‐ Abu Batu (Ash) 7.917 m

3 Harga Batuan Andesit


3
‐ Batu Pecah (Split) Rp. 120.000 per m
3
‐ Abu Batu (Ash) Rp. 65.000 per m
3
4 Biaya Produksi Rp. 71.901 per m

5 Total Investasi Rp. 30.562.118.750


‐ Modal Tetap Rp. 14.309.002.500
‐ Modal Kerja Rp. 16.253.116.250

6 Sumber Pembiayaan
‐ Modal Awal Rp. 30.562.118.750
‐ Investor Rp. 30.562.118.750
‐ Payback Period 3 Tahun

7 Manajemen Royalti
‐ PLN 8 % per Tahun

8 Kenaikan Biaya Produksi 1 % per Tahun

9 Kenaikan Harga Andesit 3 % per Tahun

10 Kenaikan Produksi 0 % per Tahun

11 Jumlah Shift Kerja 1 Shift

12 Jumlah Hari Kerja 25 Hari/Bulan

13 Jam Kerja Efektif 10 Jam/Hari

13.5.3. Perhitungan “Net Present Value (NPV)”


Metode ini menghitung selisih antara nilai investasi pada saat ini dengan nilai
penerimaan kas bersih (net cash flow) di masa yang akan datang, dimana perhitungannya
dilakukan dengan memperhitungkan tingkat bunga atau faktor diskonto. Apabila didapat
akumulasi nilai penerimaan kas bersih (cummulative cash flow) di masa yang akan datang
lebih besar daripada nilai investasi pada saat ini (NPV positif), maka investasi dapat
dikatakan menguntungkan sehingga dapat diterima. Sedangkan apabila nilai cummulative
cash flow tersebut lebih kecil (NPV negatif), maka investasi ditolak karena dinilai tidak
menguntungkan. Dari hasil perhitungan dalam Tabel 10.7, diperoleh bahwa dengan tingkat
bunga atau faktor diskonto sebesar 18,00%, maka didapatkan nilai net present value (NPV)
sebesar Rp. 8.983.656.118,- (NPV positif).
BAB XIV
KESIMPULAN
Potensi batuan granodiorit pada lokasi IUP Kelompok Empat di Desa Peniraman,
Kecamatan Sungai Pinyuh, Kabupaten Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat ini cukup
baik dan mempunyai nilai keekonomian yang cukup tinggi. Luas wilayah yang
dieksplorasi secara detil adalah 1 hektar.

Proyek ini dinilai dapat memberikan kontribusi yang cukup besar, yaitu dengan
produksi minimal rata-rata sebesar 665,86 BCM per hari dan direncanakan akan
ditambang selama 6 tahun. Kegiatan proyek ini akan menyerap tenaga kerja ±25 orang
untuk penempatan di kegiatan operasional penambangan Kelompok Empat, dan
kemungkinan akan lebih banyak lagi jika dijumlahkan dengan kebutuhan tenaga sopir
untuk pengangkutan dari stockyard ke lokasi penjualan.

Berdasarkan analisis ekonomi, kegiatan penambangan batuan Granodiorit


Kelompok Empat ini dapat memberi keuntungan, dimana Payback Period (PBP)
diproyeksikan tercapai dalam jangka waktu 2 tahun dengan margin keuntungan sebesar
27,12 % (setelah dikurangi faktor disconto).

Dengan mempertimbangkan potensi batuan granodiorit yang ada di Desa


Peniraman, Kecamatan Sungai Pinyuh, Kabupaten Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat
serta kesimpulan dari hasil analisis ekonomi, maka disimpulkan bahwa permohonan Izin
Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi oleh Kelompok Empat untuk lokasi
penambangan batuan granodiorit ini adalah untuk selama 5 (lima) tahun dengan luas
wilayah IUP Operasi Produksi seluas 1 hektar.

Usaha penambngan Granodiorit di Desa Peniraman, Kecamatan Sungai Pinyuh,


Kabupaten Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat layak dilaksanakan hal ini karena
usaha penambangan Granodiorit di Desa Peniraman, Kecamatan Sungai Pinyuh,
Kabupaten Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat memiliki manfaat yang sangat besar
bagi peningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, sedangkan dampak negatif yang
ditimbulkan sangat kecil karena usaha tersebut tidak meninggalkan limbah yang berbahaya
dan dapat dilakukan usaha-usaha minimisasi secara baik, dengan demikian maka
berdasarkan aspek lingkungan layak untuk dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai