Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS ALARM KEBANGKRUTAN BUMN KARYA

ADHI KARYA

Disusun Oleh:

Fahrisul Fawaid

190211100259

MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA


ANALISIS ALARM KEBANGKRUTAN BUMN KARYA

ADHI KARYA

Fahrisul Fawaid

ABSTRAK

Analisis ini bertujuan untuk menganalisis dan mengidentifikasi adanya perubahan yang sudah terjadi
didalam Kebangkrutan BUMN Karya, Adhi Karya. Analisis yang dilakukan berdasarkan Teori Lewin’s
Three Step Model dengan beberapa tahapan yakni Unfreezing,Movement,dan Refreezing.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Auditor terdahulu laporan keuangan PT Adhi Karya Tbk., telah dinyatakan wajar dan
sesuai dengan standar akuntansi Indonesia. Dari laporan keuangan perusahaan juga ditemukan bahwa
pada tahun 2015, tidak terdapat informasi dan fakta material yang terjadi setelah tanggal laporan
akuntan. Berdasarkan data ekonomi makro PT Adhi Karya Tbk yang menyatakan bahwa. akan adanya
pembangunan masal hingga tahun 2019, maka hal tersebut menjadi peluang bagi perusahaan PT Adhi
Karya Tbk untuk memperoleh penghasilan. Namun, dengan munculnya berbagai persoalan klasik
terkait pola realisasi anggaran hingga masalah lahan dan kebijakan nonfiskal masih menjadi ganjalan
utama dalam tahap pembangunan. Salah satu dampak yang kemudian timbul dari kondisi tersebut
adalah tingginya NPL perbankan. Lemahnya penyaluran kredit di tengah adanya peningkatan biaya
bahan baku akibat depresiasi rupiah telah menyebabkan perusahaan jasa konstruksi mengalami
kesulitan likuditas.

Berdasarkan laporan keuangan PT Adhi Karya Tbk., yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik
Amir Abadi Jusuf, Aryanto, Mawar & Rekan (RSM Indonesia) terjadi peningkatan pada pendapatan
usaha Perseroan di tahun 2015, peningkatan tersebut juga diiringi dengan adanya peningkatan hutang
(terutama hutang jangka panjang). Selain itu, jumlah piutang dari PT Adhi Karya juga meningkat dari
tahun 2014, sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan dalam kondisi yang cukup baik. Mulai 1
Januari 2016 juga akan dilakukan perubahan standar akuntansi menjadi PSAK No.110 (revisi 2015)
“Akuntansi Sukuk” dengan beberapa penyesuaian.

Dewan Komisaris juga berperan dalam melakukan pemantauan dengan mengadakan pertemuan berkala
dan mengawasi kinerja dari Auditor Internal. Komite Audit diberi wewenang untuk mengakses catatan
dan informasi Perseroan yang berkaitan dengan tugasnya. Selain itu, Komite Manajemen Risiko juga
telah sangat mendukung Dewan Komisaris dalam melakukan kajian risiko atas berbagai rencana Direksi
yang signifikan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk identifikasi Alarm Kebangkrutan BUMN Adhi Karya berdasarkan Teori Lewin’s
Three Step Model?

2. Bagaimana penentuan langkah-langkah perubahan Alarm Kebangkrutan BUMN Adhi Karya


berdasarkan Teori Kotter Eigh Stage Change Process?

C. Tujuan

1. Untuk mengidentifikasi Alarm Kebangkrutan BUMN Adhi Karya berdasarkan Teori Lewin’s Three
Step Model.

2. Untuk mengidentifikasi langkah-langkah perubahan Alarm Kebangkrutan BUMN Adhi Karya


berdasarkan Teori Kotter Eigh Stage Change Process.

D. Manfaat

Digunakan sebagai bahan pemahaman dan bekal ilmu pengetahuan mengenai pemerintah dan sistem
kerjanya. Adanya landasan teori dari tokoh Lewin’s dan Kotter dapat memperkuat analisis dan
identifikasi yang akan di bahas di dalamnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perubahan Berdasarkan Teori Lewin’s ( Three Step Model )

1. Unfreezing,yaitu perlunya kondisi perubahan karena adanya kesenjangan yang besar antara
tujuan dan kenyataan.

Tahun 2020 merupakan tahun pertama bagi ADHI sebagai perusahaan publik untuk menerapkan
keuangan berkelanjutan, sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK)
No.51/POJK.03/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten dan
Perusahaan Publik. Isu penting dalam keuangan berkelanjutan adalah terciptanya pertumbuhan ekonomi
berkelanjutan dengan menyelaraskan kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup. Sesuai peraturan
tersebut, dukungan ADHI terhadap penerapan keuangan berkelanjutan bisa diwujudkan dengan
mengalokasikan sebagian dana Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR)
untuk mendukung kegiatan penerapan keuangan berkelanjutan. Dalam hal ini, ADHI mewujudkannya
melalui berbagai program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan serta Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL).

Implementasi CSR dan PKBL oleh ADHI sekaligus merupakan kontribusi untuk terwujudnya
pembangunan berkelanjutan, yaitu proses membangun dengan memegang prinsip memenuhi kebutuhan
sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi mendatang. Di Indonesia, pelaksanaan
pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs)
dituangkan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2017. Selaras dengan ketentuan
yang berlaku, ADHI telah memetakan program CSR dan PKBL dengan TPB. Berdasarkan pemetaan tersebut,
Perseroan telah mendukung terwujudnya 6 dari 17 TPB, yaitu Tujuan ke-1: Tanpa Kemiskinan, ke-2: Tanpa
Kelaparan, ke3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, ke-4: Pendidikan Bermutu, ke8: Pekerjaan Layak dan
Pertumbuhan Ekonomi, dan ke-11: Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan.

2. Movement, yakni mencermati program-program perubahan yang sesuai untuk dilakukan agar
dapat memberi solusi yang optimal untuk mengurangi resistensi terhadap perubahan.

Pandemi COVID-19 secara nyata telah melumpuhkan berbagai sektor perekonomian di Indonesia,
termasuk sektor usaha konstruksi. Badan Pusat Statistik mencatat, sektor ini tumbuh -3,26%, turun
signifikan dibanding tahun 2019 yang mencapai 5,76%. Adapun sektor real estat, termasuk di dalamnya
industri properti, masih tumbuh 2,32%, namun terkoreksi separuhnya dibanding tahun 2019 yang tumbuh
sebesar 5,76%. Sebagai korporasi yang bidang usahanya antara lain di bidang konstruksi dan properti,
kinerja ADHI turut terdampak dengan merosotnya kinerja di sektor konstruksi dan properti tersebut.
Sebagaimana korporasi pada umumnya, ADHI telah mencanangkan berbagai target pada tahun 2020. Dalam
perkembangannya, target-target tersebut mengalami revisi sejalan dengan terjadinya Pandemi COVID-19.
Revisi dilakukan bersamaan dengan revisi target-target dalam RKAP 2020. Adapun kebijakan strategis yang
ditetapkan Perseroan dibagi dalam dua strategi besar, yaitu operasional dan keuangan.

3. Refreezing, yakni fase dimana perubahan yang terjadi di stabilisasi dengan membantu orang-
orang yang terkenadampak perubahan, mengintegrasikan perilaku dan sikap yang telah berubah
kedalam cara yang normal untuk melakukan sesuatu.

Sebagai bentuk dan dukungan terhadap kelestarian lingkungan, ADHI berkomitmen untuk mematuhi
semua regulasi terkait lingkungan hidup. Komitmen itu dibangun karena Perseroan meyakini bahwa
lingkungan hidup yang baik merupakan hak asasi bagi setiap warga negara. Selain mengikuti semua regulasi
dalam pengerjaan proyek, langkah nyata ADHI dalam mewujudkan lingkungan yang baik adalah
menerapkan operasional yang ramah lingkungan. Kebijakan ini dilakukan dengan menjalankan prinsip
reduce, reuse, and recycle, antara lain, dalam pengelolaan energi, air, emisi dan limbah.

Sejalan dengan kebijakan efisiensi, ADHI berhasil mengurangi penggunaan energi listrik Kantor Pusat
dari 439.886 kWh pada tahun 2019 menjadi 341.468 kWh pada tahun 2020. Pengurangan ini otomatis
menurunkan emisi gas rumah kaca (Cakupan 2) tidak langsung dari penggunaan listrik, yaitu sebesar
318.931,11 kgCO2eq, turun dibandingkan tahun 2019, yang mencapai 410.853,524 KgCO2eq. Pengurangan
juga berhasil diwujudkan dalam penggunaan air, yaitu dari 9.065 meter kubik pada tahun 2019 menjadi
4.503 meter kubik pada tahun 2020, atau turun separuhnya. Komitmen terhadap lingkungan juga
ditunjukkan ADHI dengan tidak membangun kantor yang berada di dekat atau di daerah konservasi atau
memiliki keanekaragaman hayati tinggi. Dengan demikian, operasional Perseroan tidak berdampak negatif
terhadap keanekaragaman hayati. Di sisi lain, untuk mewujudkan keanekaragaman hayati, selama tahun
2020, Perseroan menanam 1.634 bibit tanaman berbagai jenis. Kepatuhan ADHI terhadap berbagai regulasi
terkait lingkungan membawa hasil dengan tidak adanya sanksi atau denda, baik material maupun non
material, terkait ketidakpatuhan terhadap regulasi lingkungan selama tahun 2020. Selain tidak
mendapatkan sanksi atau denda, selama tahun pelaporan, Perseroan juga tidak menerima pengaduan
terkait lingkungan hidup.

Anda mungkin juga menyukai