Oleh :
HERSA PRIYANTI
( 43119210027 )
Pembimbing
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt karena atas rahmat dan karunia-
Nyalah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas besar 2 mata kuliah Behavioral Corporate
Finance.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari bapak selaku dosen di mata kuliah ini yang bersifat membangun selalu
saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Hersa Priyanti
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................1
3.1 Penerapan............................................................................................................10
3.2 Perbandingan Teori.............................................................................................10
3.3 Pembahasan........................................................................................................11
BAB IV PENUTUP........................................................................................................14
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................14
4.2 Saran....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Menurut Padmantyo (2010), secara teoritis bank syariah beroperasi dengan skema
bagi hasil, namun pada kenyataanya bank syariah mungkin melakukan praktik
manajemen laba seperti pemerataan keuantungan dan lost sharing deposit return yang
dilakukan menggunakan insentif berupa return kepada IAH (Investment Account Holder)
yang menyerupai nilai pasar dengan patokannya atau benchmark, manajemen juga
menyusun dana cadangan yang mengambil dari beberapa alokasi IAH dari periode
akuntansi sebelumnya, situasi ini menimbulkan kemungkinan terjadina asimetri informasi
bagi pemangku kepentingan bank syariah.
Manajemen laba merupakan suatu tindakan pilihan manajer atas kebijakan
laporan keuangan yang berdampak pada laba untuk mencapai tujuan pelaporan laba yang
diinginkan. Tindakan ini mempercepat atau menunda pengakuan pendapatan ataupun
pengakuan biaya. Manajemen laba dilakukan oleh perusahaan supaya dapat terlihat
bahwa kondisi perusahaan baik meskipun kenyataannya belum tentu. Manajemen laba
tidak selalu menunjukan sesuatu yang "buruk" pada laporan keuangan (Apridasari, 2020).
Manajemen laba merupakan sebuah pilihan yang dilakukan manajemen dalam
menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan. Adanya opsi tersebut
dapat memicu penyalahgunaan yang dilakukan oleh manajemen sebagai upaya mengatur
laba untuk menaikan laba ataupun menurunkan laba.
Menurut Faradila & Cahyati (2013), pada umumnya teknik merekayasa laba
adalah dengan menaikan pendapatan dan menurunkan beban. Perusahaan melakukan
teknik ini bertujuan untuk menunda pembebanan kerugian dan mempertahankan laba
perusahaan. Ditinjau dari fenomena bank syariah diatas maka perlu dianalisis perilaku
manajemen laba pada Bank Syariah pada masa covid – 19.
2
1.4 Tujuan
1. Bertujuan untuk mengetahui adanya praktik manajemen laba pada bank syariah pada
masa pandemi Covid-19.
2. Bertujuan untuk menganalisis perbedaan praktik manajemen laba di bank syariah
pada masa pandemi covid-19.
1.5 Manfaat
1. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan mengenai perbandingan manajemen laba
pada bank syariah pada masa pandemi Covid-19.
2. Membantu memberikan informasi terkait manajemen laba bank syariah pada masa
pandemi covid-19 ini kepada pengguna laporan keuangan.
3. Dapat menjadi refrensi bagi perusahaan public dalam pengelolaan Manajemen Laba
dengan mempertimbangkan pertumbuhan asset yang merupakan proksi dari
kesempatan investasi.
4. Dapat menjadi refrensi bagi investor dalam menganalisis laporan keuangan
perusahaan public.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Perbankan
Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, bank merupakan badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman dan atau bentuk lainnya untuk meningkatkan
taraf hidup masyarakat (www.ojk.go.id).
4
universalisme (alamiyah), dan tidak mengundang gharar, maysir, riba, zalim dan
obyek yang haram. Bank syariah juga dipercaysakan untuk menjalankan fungsi sosial
yaitu menerima dana zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya serta
menyalurkan kepada pengelola wakaf (nazhir) atas kehendak pemberi wakaf (wakif).
Bank umum syariah adalah bank syariah yang menyediakan layanan transaksi
pembayaran sebagai bagian dari kegiatan usahanya (www.ojk.go.id).
Bank syariah sering disebut sebagai bank tanpa bunga karena sejumlah
instrumen atau operasinya bebas dari bunga. Selain menghindari bunga, bank syariah
juga terlibat aktif dalam pencapaian tujuan ekonomi islam yang berorentasi pada
kesejahteraan sosial (Ascarya & Yumanita, 2005). prinsip-prinsip dasar bank syariah
adalah sebagai berikut (Ascarya & Yumanita, 2005):
1) Bebas dari bunga (riba);
2) Bebas dari kegiatan spekulasi yang non produktif seperti perjudian (maysir);
3) Bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar);
4) Bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil); dan
5) Hanya membiayai kegiatan usaha yang halal
5
Sutami (2012) dalam Faradila dan Cahyati (2013), alasan manajer perusahaan
melakukan manajemen laba dengan cara merekayasa laba adalah sebagai berikut:
Siregar, dkk 2005; Subani 2009; Faradila & Cahyati 2013 menyebutkan
bahwa manajemen laba terbagi menjadi empat jenis, yaitu:
1) Taking a big bath, hal ini dilakukan ketika kondisi buruk yang tidak
menguntungkan dan tidak dapat dihindari pada periode berjalan. Caranya yaitu
dengan mengakui biaya-biaya pada periode-periode yang akan datang dan kerugian
pada periode berjalan.
3) Income maximization, tujuannya untuk memperoleh bonus yang lebih besar. Dan
juga dapat dilakukan ketika perusahaan yang mendekati suatu pelanggaran kontrak
utang jangka pendek, manajer perusahaan tersebut akan cenderung untuk
memaksimalkan laba.
6
4) Income smoothing, bentuk manajemen laba dengan cara menaikan dan
menurunkan laba untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan sehingga
perusahaan terlihat stabil dan tidak berisiko tinggi.
Teori Agensi
Lin dan Hwang (2010) menjelaskan bahwa permasalahan agensi dipicu karena
adanya pemisahan kepemilikan dan perbedaan kendali (kontrol) yang dimiliki oleh
manajemen dan pemilik perusahaan. Hubungan agensi diawali dengan kontrak yang
dilakukan oleh pihak principal (pemilik modal) dengan agent (manajer perusahaan)
(Jensen dan Meckling,1976).
Dalam proses berjalannya aktivitas perusahaan pihak agent dan principal akan
mempunyai perbedaaan terkait dengan aktivitas pengendalian perusahaan. Manajer
yang bertindak sebagai pengelola perusahaan, mempunyai informasi yang berkaitan
dengan aktivitas internal perusahaan maupun eksternal perusahaan dibandingkan
dengan pemilik (principal). Perbedaaan tersebut memicu terjadinya ketimpangan
dalam penguasaan informasi sehingga mengakibatkan terjadinya asimetri informasi.
Asimetri informasi inilah yang nantinya akan memicu perusahaan melakukan
manajemen laba karena terjadi ketimpangan antara manajer dan pemilik perusahaan
dalam mengusai informasi.
Teori Sinyal
Pihak manager perusahaan dan pihak luar perusahaan yang terdiri dari
investor, kreditor, pemerintah dan masyarakat, memiliki penguasaan informasi
perusahaan yang berbeda. Pihak dalam perusahaan mempunyai informasi terkait
kondisi keuangan perusahaan dan peluang usaha perusahaan di masa depan.
Sementara pemilik perusahaan tidak mempunyai informasi tersebut. Kondisi ini
menyebabkan terjadinya ketimpangan dalam penguasaan informasi antara pihak
dalam dan luar perusahan. Oleh sebab itu, pihak manajemen perusahaan dituntut
untuk menyampaikan sinyal (informasi) yang mencakup kinerja perusahaan.
Tingginya kualitas sinyal (informasi) yang diberikan oleh pihak perusahaan, maka
sinyal (informasi) yang diberikan akan menimbulkan kepercayaan pihak luar kepada
perusahaan ataupun sebaliknya.
7
Kualitas Laporan Keuangan
8
2.3 Hipotesis
H1: Terdapat praktik manajemen laba di bank syariah pada masa pandemi covid-19
H2: Terdapat perbedaan perbedaan manajemen laba bank syariah sebelum dan pada saat
pandemi covid-19
9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penerapan
Dampak pandemic covid -19 menyebabkan sulitnya perusahaan menjalankan
kegiatan bisnisnya, pemberlakuan kebijakan perlakuan pembatasan kegiatan masyarakat
(PPKM) menyebabkan berkurangnya tingkat penjualan dan pendapatan terutama
perusahaan yang bergerak di bidang perbankan, untuk mengantisipasi kemungkinan
terburuk yang menimpa perusahaan, sudah sewajarnya pihak manajemen yang bertugas
sebagai agen pelaksana kegiatan operasional perusahaan akan melakukan tindakan
apapun dan selalu berupaya untuk untuk menunjukan hal yang terbaik dari perusahaan
yang dikelolanya (jansen & meckling, 1967).
Salah satu Langkah yang mungkin dilakukan pihak manajemen adalah dengan
memanipulasi informasi laporan keuangan agar perusahaan terlihat lebih baik melalui
praktik manajemen laba (Schiper, 1989). (Watt and Zimmerman (1986) menjelaskan
bahwa perusahaan akan memilih dan memanipulasi kebijakan akrual yang dapat
dimanfaatkan sesuai dengan kepentingan yang diinginkan perusahaan. Dengan demikian
kesulitan dimasa pandemic covid -19 ini mungkin akan memunculkan berbagai tekanan
bagi manajer yang berasal dari kontrak hutang, insentif bonus hingga target penjualan,
kondisi ini akan memicu adanya kemungkinan manajemen akan lebih agresif dalam
memanfaakan kebijakan akrual dalam menyusun laporan keuangan sehingga nilai
discretionary accrual di masa pandemic covid - 19 ini akan berbeda secara signifikan jika
dibandingkan dengan sebelum covid – 19 terjadi.
10
manajemen laba yang terjadi pada perbankan syariah lebih tinggi di bandingkan dengan
perbankan konvensional.
Hasil dari dua jenis kelompok temuan yang dilakukan yang dilakukan oleh
penelitian di atas menunjukkan bahwa fenomena manajemen laba pada perbankan syariah
belum sepenuhnya hilang. Meskipun Quttainah et al (2013) mengemukakan manajemen
laba pada perbankan syariah lebih rendah dibandingkan dengan perbankan konvensional,
penelitian Zainuldin dan Lui (2018) justru menemukan hasil sebaliknya dimana
manajemen laba pada perbankan syariah lebih tinggi dibandingkan dengan perbankan
konvensional.
3.3 Pembahasan
Untuk menguji hipotesis yang dijabarkan pada bab 2 menggunakan model analisis
statistik deskriptif, Uji beda.
H1: Terdapat praktik manajemen laba di bank syariah pada masa pandemi
covid-19
Berdasarkan tabel 4.1 nilai rata-rata DLLP bank syariah selama pandemi
sebesar -1,735 (nilai rata-rata DLLP < 0,01 (negatif)). Dari hasil tersebut dapat
11
disimpulkan bahwa umumnya para manajer bank syariah selama pandemi melakukan
praktik manajemen laba pada laporan keuangannya dengan cara menurunkan laba
yang dilaporkan, sehingga dan H1 terbukti.
Hal ini dapat diartikan karena kondisi tingkat imbal hasil atau Equivalent Rate
(ER) bank syariah lebih besar dari suku bunga tabungan bank konvensional. Kondisi
ini membuat para manajer bank syariah melakukan menejemen laba dengan cara
income smoothing dengan menggunakan pencadangan pendapatan atau disebut Profit
Equalization Reserve. Profit Equalization Reserve dapat digunakan atau dikeluarkan
ketika tingkat imbal hasil bank syariah lebih rendah dari suku bunga tabungan bank
konvensional atau tingkat imbal hasil bank syariah lainnya. Hal ini PER dapat
menjadi alat mitigasi munculnya Displaced Commercial Risk, risiko yang mucul
apabila bank syariah memberikan tigkat imbal hasil yang rendah sehingga nasabah
akan memindahkan dananya ke bank konvensional yang memberikan return lebih
tinggi (Solissa, 2017). Dengan adanya pendapatan yang di cadangkan, akibatnya laba
yang dilaporkan bank syariah akan lebih kecil. Hal tersebut kemungkinan menjadi
alasan bank syariah melakukan manajemen laba dengan cara menurunkan laba yang
dilaporkan.
2. Uji beda digunakan untuk mengetahui perbedaan manajemen laba antara bank syariah
sebelum dan selama pandemi covid 19. Penelitian ini menggunakan uji berulang dua
kondisi dan uji dua kelompok berbeda dengan tingkat kesalahan sebesar 5%. Hasil uji
beda sebagai berikut:
Tabel 1.2
Hasil Uji Beda
H2: Terdapat perbedaan perbedaan manajemen laba bank syariah sebelum dan
pada saat pandemi covid-19
Hipotesis ini menggunakan dua variabel yaitu DLLP bank syariah sebelum
pandemi dan DLLP bank syariah selama pandemi. Variabel tersebut merupakan satu
12
kelompok dalam dua kondisi yang berbeda. Kedua data variabel tersebut dilakukan uji
normalitas dan berdasarkan tabel 4.2 hasil variabel DLLP bank syariah sebelum
pandemi dan DLLP bank syariah selama pandemi memenuhi asumsi normalitas.
Sehingga dilakukan uji beda menggunakan paired sample t test.
Berdasarkan tabel 1.2 hasil uji beda tersebut diperoleh nilai sig. 0,007 ≤ 0,05
(level of significant). Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan praktik
manajemen laba yang dilakukan bank syariah sebelum dan selama pandemi covid- 19,
Perbedaan ini dikarenakan sebelum pandemi bank syariah melakukan manajemen
laba dengan menaikan laba sedangkan selama pandemi melakukan dengan cara
menurunkan laba, sehingga menolak H2 terbukti.
Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena sebelum terjadi pandemi para
manajer bank syariah memiliki maksud menaikan laba agar para manajer mendapat
bonus atau agar kinerja keuangan perusahaan terlihat baik dimata investor.
Sedangkan, selama terjadi pandemi bank syariah melakukan penurunan laba karena
tingkat imbal hasil bank syariah lebih besar dari suku bunga tabungan bank
konvensional. Sehingga, para manajer bank syariah menurunkan laba dengan
melakukan pencadangan pendapatan atau disebut Profit Equalization Reserve agar di
tahun-tahun mendatang jika ada penurunan, tingkat imbal hasil bank syariah tidak
terlalu berfluktuasi. Akibatnya, laba yang dilaporkan bank syariah selama pandemi
akan turun atau lebih kecil.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Faradila, A., & Cahyati, A. D. (2013). Analisis Manajemen Laba Pada Perbankan Syariah.
JRAK, 57-74.
Lin, J., & Hwang, M. (2010). Audit quality, corporate governance , and earnings
management: A metaanalysis. International Journal of Auditing.
Quttainah, M., Song, Liang, a., & Qiang. (2013). Do Syariahic Banks Employ Less Earnings
Management. Journal of International Financial Management & Accounting.
Santoso, V. (2018). Analisis Perbandingan Manajemen Laba Pada Perbankan Syariah dan
Perbankam Konvensional Di Indonesia. Parsimonia, 363-375.
Sollisa, D. (2017). Profit Equalization Reserve (PER) Sebagai Upaya Mitigasu Risiko Imbal
Hasil Perbankan Syari'ah (Suatu Kajian dengan Pendekatan Maqasid as-Syari'ah). Az-
Zaqra, . 9 (1).
Watt, R., & Zimmerman, J. (1990). Positive Accounting Theory: A Ten Year Perspective. The
Accounting Review.
Zainuldin, Mohd Haniff , Lui,, & Tze Kiat. (2018). Earnings management in financial
institutions: A comparative study of Islamic banks and conventional banks in
emerging markets. Pacific-Basin Finance Journal.
15