Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS MANAJEMEN LABA PADA BANK SYARIAH

PADA MASA PANDEMI COVID-19


(TOPIK : Perilaku Manajemen Laba Pada Masa Pandemi)

Oleh :

HERSA PRIYANTI
( 43119210027 )

Pembimbing

Dr. Sudjono, M.Acc.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCUBUANA BEKASI
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt karena atas rahmat dan karunia-
Nyalah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas besar 2 mata kuliah Behavioral Corporate
Finance.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari bapak selaku dosen di mata kuliah ini yang bersifat membangun selalu
saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Bogor, 07 November 2022

Hersa Priyanti

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1. Latar Belakang......................................................................................................1


1.2. Batasan Masalah...................................................................................................2
1.3. Rumusan Masalah................................................................................................2
1.4. Tujuan...................................................................................................................3
1.5. Manfaat.................................................................................................................3

BAB II LANDASAN TEORI..........................................................................................4

2.1 Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory.....................................4


2.2 Penelitian Terdahulu.............................................................................................8
2.3 Hipotesis...............................................................................................................9

BAB III PEMBAHASAN..............................................................................................10

3.1 Penerapan............................................................................................................10
3.2 Perbandingan Teori.............................................................................................10
3.3 Pembahasan........................................................................................................11

BAB IV PENUTUP........................................................................................................14

4.1 Kesimpulan..........................................................................................................14
4.2 Saran....................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pandemi virus Corona (COVID-19) pertama kali dilaporkan di Wuhan
China pada 31 Desember 2019. Pandemi virus Corona (COVID-19) menimbulkan
banyak ketidakpastian di antara perusahaan baik di sektor riil maupun di sector
keuangan. Di Indonesia, pandemi virus corona telah ditetapkan pemerintah sebagai
bencana nasional pada hari Sabtu 14 Maret 2020 dan Indonesia memasuki masa
darurat bencana non alam. Hal ini berdampak negatif pada kinerja perusahaan di
seluruh dunia melalui guncangan demanddan supplyyang sebagian disebabkan oleh
lockdown atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan oleh
pemerintah di banyak negara dan kota (T. Ozili,et.al, 2020), dan kemudian
menimbulkan masalah arus kas bagi banyak perusahaan diseluruh dunia, termasuk
indonesia.
Menurut Kumaidi dan Padli (2021), setidaknya ada delapan hal di bank syariah
yang terkena dampak sebagai akibat krisis pandemi covid-19 yaitu pertumbuhan
pembiayaan, Rasio Pembiayaan terhadap Simpadan (FDR), Rasio Kecukupan Modal
(CAR), likuiditas, Margin Bunga Bersih (NIM), kualitas asset, operasi dan hubungan
pelanggan. Pandemi Covid-19 pada sektor perbankan berdampak cukup keras mulai dari
penyaluran kredit, penurunan kualitas aset dan pengetahuan margin bunga bersih.
Seluruh perusahaan menginginkan laba yang tinggi dengan melakukan hal yang
terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Namun, di era pandemi Covid-19 saat ini
tentunya roda perekonomian tidak berjalan dengan lancar. Sebanyak 88% perusahaan di
Indonesia terkena dampak pandemi covid-19 yang umumnya perusahaan dalam keadaan
rugi, hal ini terjadi karena penjualan yang menurun dan kegiatan produksi juga menurun
(kemnaker.go.id). Terdapat banyak perusahaan yang gulung tikar, menutup beberapa
gerainya, merumahkan pegawai dan melakukan PHK pegawainya.
Kinerja positif atau laba merupakan sebuah capaian yang sangat penting bagi
perusahaan karena selain penting bagi keberlangsungan usaha kinerja positif atau laba
juga mempengaruhi aspek lainnya seperti kontrak bahkan bonus bagi para eksekutif (Dal
Magro et al., 2018).

1
Menurut Padmantyo (2010), secara teoritis bank syariah beroperasi dengan skema
bagi hasil, namun pada kenyataanya bank syariah mungkin melakukan praktik
manajemen laba seperti pemerataan keuantungan dan lost sharing deposit return yang
dilakukan menggunakan insentif berupa return kepada IAH (Investment Account Holder)
yang menyerupai nilai pasar dengan patokannya atau benchmark, manajemen juga
menyusun dana cadangan yang mengambil dari beberapa alokasi IAH dari periode
akuntansi sebelumnya, situasi ini menimbulkan kemungkinan terjadina asimetri informasi
bagi pemangku kepentingan bank syariah.
Manajemen laba merupakan suatu tindakan pilihan manajer atas kebijakan
laporan keuangan yang berdampak pada laba untuk mencapai tujuan pelaporan laba yang
diinginkan. Tindakan ini mempercepat atau menunda pengakuan pendapatan ataupun
pengakuan biaya. Manajemen laba dilakukan oleh perusahaan supaya dapat terlihat
bahwa kondisi perusahaan baik meskipun kenyataannya belum tentu. Manajemen laba
tidak selalu menunjukan sesuatu yang "buruk" pada laporan keuangan (Apridasari, 2020).
Manajemen laba merupakan sebuah pilihan yang dilakukan manajemen dalam
menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan. Adanya opsi tersebut
dapat memicu penyalahgunaan yang dilakukan oleh manajemen sebagai upaya mengatur
laba untuk menaikan laba ataupun menurunkan laba.
Menurut Faradila & Cahyati (2013), pada umumnya teknik merekayasa laba
adalah dengan menaikan pendapatan dan menurunkan beban. Perusahaan melakukan
teknik ini bertujuan untuk menunda pembebanan kerugian dan mempertahankan laba
perusahaan. Ditinjau dari fenomena bank syariah diatas maka perlu dianalisis perilaku
manajemen laba pada Bank Syariah pada masa covid – 19.

1.2 Batasan Masalah


1. Makalah ini membahas terkait Manajemen laba pada Bank Syariah pada masa
Pandemi Covid-19.
2. Pengambilan data bersumber dari data sekunder dan jurnal

1.3 Rumusan Masalah


1. Apakah terdapat perbedaan Manajemen Laba pada bank Syariah pada masa Pandemi
Covid-19?
2. Apakah terdapat praktik Manajemen Laba di Bank Syariah pada masa pandemi
Covid-19?

2
1.4 Tujuan
1. Bertujuan untuk mengetahui adanya praktik manajemen laba pada bank syariah pada
masa pandemi Covid-19.
2. Bertujuan untuk menganalisis perbedaan praktik manajemen laba di bank syariah
pada masa pandemi covid-19.

1.5 Manfaat
1. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan mengenai perbandingan manajemen laba
pada bank syariah pada masa pandemi Covid-19.
2. Membantu memberikan informasi terkait manajemen laba bank syariah pada masa
pandemi covid-19 ini kepada pengguna laporan keuangan.
3. Dapat menjadi refrensi bagi perusahaan public dalam pengelolaan Manajemen Laba
dengan mempertimbangkan pertumbuhan asset yang merupakan proksi dari
kesempatan investasi.
4. Dapat menjadi refrensi bagi investor dalam menganalisis laporan keuangan
perusahaan public.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Perbankan
Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, bank merupakan badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman dan atau bentuk lainnya untuk meningkatkan
taraf hidup masyarakat (www.ojk.go.id).

2.1.1 Bank Syariah (Umum)

Perbankan syariah merupakan lembaga keuangan yang tidak melibatkan


praktik riba, gharar, dan maysir dalam aktivitas nya (Abdelsalam dkk: 2016). Sistem
bunga yang terdapat pada bank konvesional baik dalam pendanaan maupun
pembiayaan tidak berlaku pada perbankan syariah karena sistem tersebut tidak sesuai
dengan al-quran dan al- hadist. Hal hasil produk pendanaan dan pembiayaan yang
diberikan bank kepada nasabah harus sesuai dengan al-quran dan al- hadist.

Secara umum, perbankan syariah memiliki fungsi yang sama dengan


perbankan konvensional yakni melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dan
menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat. Perbankan syariah dapat menghimpun
dana dalam bentuk tabungan,giro, dan deposito yang dilaksanakan berdasarkan akad
wadi’ah atau akad lainnya yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah (Undang-
Undang No 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah Hal 11).
Selain menghimpun dana perbankan syariah dapat memberikan pembiayaan
kepada masyarakat. Pembiayaan tersebut bersumber utama dana yang dihimpun dari
nasabah. Perbankan syariah dapat memberikan pembiayaan kepada nasabahnya dalam
berbagai bentuk secara yaitu akad Musyarakah, Mudharabah, Murabahah, Istishna’,
Qardh dan Ijarah. Perbankan syariah boleh memberikan pembiayaan dalam bentuk
lainnya yang tidak bertentangan dengan pinsip syariah
Berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah
merupakan bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip hukum
islam yang ditetapkan dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) seperti prinsip
keadilan dan keseimbangann (‘adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah),

4
universalisme (alamiyah), dan tidak mengundang gharar, maysir, riba, zalim dan
obyek yang haram. Bank syariah juga dipercaysakan untuk menjalankan fungsi sosial
yaitu menerima dana zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya serta
menyalurkan kepada pengelola wakaf (nazhir) atas kehendak pemberi wakaf (wakif).
Bank umum syariah adalah bank syariah yang menyediakan layanan transaksi
pembayaran sebagai bagian dari kegiatan usahanya (www.ojk.go.id).
Bank syariah sering disebut sebagai bank tanpa bunga karena sejumlah
instrumen atau operasinya bebas dari bunga. Selain menghindari bunga, bank syariah
juga terlibat aktif dalam pencapaian tujuan ekonomi islam yang berorentasi pada
kesejahteraan sosial (Ascarya & Yumanita, 2005). prinsip-prinsip dasar bank syariah
adalah sebagai berikut (Ascarya & Yumanita, 2005):
1) Bebas dari bunga (riba);
2) Bebas dari kegiatan spekulasi yang non produktif seperti perjudian (maysir);
3) Bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar);
4) Bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil); dan
5) Hanya membiayai kegiatan usaha yang halal

2..1.2 Manajemen Laba

Watt and Zimmerman (1986) menjelaskan manajemen laba merupakan praktik


yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan cara memanipulasi kebijakan akrual
yang ada di dalam standar akuntansi dengan harapan dapat memaksimalkan
kepentingan yang diharapkan. Schiper (1989) mendifinisikan manajemen laba sebagai
upaya manajemen dalam merekayasa pelaporan keuangan eksternal yang dilakukan
secara sengaja untuk memenuhi kepentingan pribadi manajemen. Philips et al (2003)
mendefinisikan manajemen laba sebagai strategi untuk menciptakan laba akuntansi
yang diperoleh melalui kebijakan akuntansi dan arus kas operasi.
Terjadinya fenomena manajemen laba dalam perusahaan yang ditelah
diuraikan diatas, dilatar belakangi oleh berbagai motivasi. Habbash dan Alghamdi
(2015) meneliti terkait motivasi perusahaan dalam melakukan manajemen laba. Hasil
peneliti mereka menyebutkan bahwa terdapat empat tujuan manajemen dalam
melakukan manajemen laba yaitu1 1) untuk meningkatkan remunerasi, 2) Melaporkan
kondisi keuangan yang berlaba dan menghindarkan kondisi rugi 3) untuk memporleh
pinjaman bank 4) untuk meningkatkan harga saham.

5
Sutami (2012) dalam Faradila dan Cahyati (2013), alasan manajer perusahaan
melakukan manajemen laba dengan cara merekayasa laba adalah sebagai berikut:

1) Manajemen laba mampu menambah kepercayaan pemegang saham terhadap


manajer. Manajemen laba berkaitan dengan perolehan laba atau kinerja suatu
organisasi. Besar kecilnya laba yang dicapai berkaitan dengan dengan prestasi
manajemen dan juga besar atau kecilnya bonus yang akan diterima oleh manajer.

2) Manajemen laba dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor. Ketika


perusahaan terancam gagal memenuhi kewajiban pembayaran utangnya secara tepat
waktu, maka perusahaan akan berusaha menghindarinya dengan menetapkan
kebijakan yang dapat meningkatkan laba dan ketika perusahaan tersebut melaporkan
laba atau peningkatan laba, maka, kondisi ini relatif baik dalam posisi negosiasi atau
penjadwalan ulang utang antara pihak kreditur dengan perusahaan atau restrukturisasi
utang.

3) Manajemen laba mampu menjadi daya tarik investor untuk berinvestasi ke


perusahaan terutama sudah go public.

2.1.3 Jenis Manajemen Laba

Siregar, dkk 2005; Subani 2009; Faradila & Cahyati 2013 menyebutkan
bahwa manajemen laba terbagi menjadi empat jenis, yaitu:

1) Taking a big bath, hal ini dilakukan ketika kondisi buruk yang tidak
menguntungkan dan tidak dapat dihindari pada periode berjalan. Caranya yaitu
dengan mengakui biaya-biaya pada periode-periode yang akan datang dan kerugian
pada periode berjalan.

2) Income minimation, hal ini dilakukan ketika perusahaan memperoleh profitabilitas


yang tinggi dengan tujuan menghindari perhatian secara politis. Caranya dengan
mengambil kebijakan berupa pembebasan biaya iklan, riset dan pengembangan yang
cepat dan lainnya.

3) Income maximization, tujuannya untuk memperoleh bonus yang lebih besar. Dan
juga dapat dilakukan ketika perusahaan yang mendekati suatu pelanggaran kontrak
utang jangka pendek, manajer perusahaan tersebut akan cenderung untuk
memaksimalkan laba.

6
4) Income smoothing, bentuk manajemen laba dengan cara menaikan dan
menurunkan laba untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan sehingga
perusahaan terlihat stabil dan tidak berisiko tinggi.

2.1.4 Penyebab Terjadinya Manajemen Laba

 Teori Agensi

Lin dan Hwang (2010) menjelaskan bahwa permasalahan agensi dipicu karena
adanya pemisahan kepemilikan dan perbedaan kendali (kontrol) yang dimiliki oleh
manajemen dan pemilik perusahaan. Hubungan agensi diawali dengan kontrak yang
dilakukan oleh pihak principal (pemilik modal) dengan agent (manajer perusahaan)
(Jensen dan Meckling,1976).

Dalam proses berjalannya aktivitas perusahaan pihak agent dan principal akan
mempunyai perbedaaan terkait dengan aktivitas pengendalian perusahaan. Manajer
yang bertindak sebagai pengelola perusahaan, mempunyai informasi yang berkaitan
dengan aktivitas internal perusahaan maupun eksternal perusahaan dibandingkan
dengan pemilik (principal). Perbedaaan tersebut memicu terjadinya ketimpangan
dalam penguasaan informasi sehingga mengakibatkan terjadinya asimetri informasi.
Asimetri informasi inilah yang nantinya akan memicu perusahaan melakukan
manajemen laba karena terjadi ketimpangan antara manajer dan pemilik perusahaan
dalam mengusai informasi.

 Teori Sinyal

Pihak manager perusahaan dan pihak luar perusahaan yang terdiri dari
investor, kreditor, pemerintah dan masyarakat, memiliki penguasaan informasi
perusahaan yang berbeda. Pihak dalam perusahaan mempunyai informasi terkait
kondisi keuangan perusahaan dan peluang usaha perusahaan di masa depan.
Sementara pemilik perusahaan tidak mempunyai informasi tersebut. Kondisi ini
menyebabkan terjadinya ketimpangan dalam penguasaan informasi antara pihak
dalam dan luar perusahan. Oleh sebab itu, pihak manajemen perusahaan dituntut
untuk menyampaikan sinyal (informasi) yang mencakup kinerja perusahaan.
Tingginya kualitas sinyal (informasi) yang diberikan oleh pihak perusahaan, maka
sinyal (informasi) yang diberikan akan menimbulkan kepercayaan pihak luar kepada
perusahaan ataupun sebaliknya.
7
 Kualitas Laporan Keuangan

Manajemen laba merupakan tindakan yang mengakibatkan data dan informasi


pada laporan keuangan tidak tersaji sesuai keadaan sesungguhnya. Lo (2008)
mengemukan bahwa manajemen laba yang dilakukan perusahaan dapat memicu
terjadi bias dalam pengukuran diskrenery akrual di dalam laporan keuangan. Bias
yang terjadi ini mengakibatkan turunnya kualitas dari laporan keuangan. Penurunan
kualitas ini akan berpengaruh negatif terhadap keputusan yang diambil pengguna
laporan keuangan. Keputusan yang diambil oleh pengguna laporan keuangan dapat
mengalami kesalahan karena menggunakan informasi yang tersaji pada laporan
keuangan adalah informasi yang keliru. Akibatnya, pengguna laporan keuangan akan
menderita kerugian atas pengunaan informasi yang keliru tersebut. Adapun salah satu
bentuknya kerugian yang dapat ditanggung oleh pengguna laporan keuangan adalah
kerugian keuangan.

2.2 Penelitian Terdahulu


Penelitian Faradila dan Cahyati (2013) dengan judul “Analisis Manajemen Laba
pada Perbankan Syariah” Objek dari penelitian ini adalah 11 bank syariah yang terdapat
di Indonesia. Model penelitian yang dilakukan untuk mendeteksi manajemen laba adalah
Modified Jones Model. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat praktik
manajemen laba yang dilakukan bank umum syariah dengan cara menurunkan angka
laba. Penelitian yang dilakukan oleh Rokhlinasari (2016) dengan judul “Perbankan
Syariah dan Manajemen Laba”. Objek penelitian ini adalah Bank syariah di Indonesia
periode tahun 2011-2012. Model penelitian yang digunakan untuk mendeteksi
manajemen laba adalah Jones Model. Hasil penelitian menyebutkan bahwa bank syariah
melakukan praktik manajemen laba dengan menurunkan angka laba.
Penelitian lainnya mengenai perbandingan praktik manajemen laba antara
perbankan syariah dengan perbankan konvensional dilakukan oleh Santoso (2018)
menunjukkan hasil tingkat manajemen laba di bank syariah lebih rendah dibank syariah
daripada di bank konvensional. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Yohana
& Serly (2020) dan Apridasari (2020) yang juga menyatakan bahwa manajemen laba di
bank syariah lebih rendah dibandingkan dengan di bank konvensional.

8
2.3 Hipotesis

H1: Terdapat praktik manajemen laba di bank syariah pada masa pandemi covid-19

H2: Terdapat perbedaan perbedaan manajemen laba bank syariah sebelum dan pada saat
pandemi covid-19

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Penerapan
Dampak pandemic covid -19 menyebabkan sulitnya perusahaan menjalankan
kegiatan bisnisnya, pemberlakuan kebijakan perlakuan pembatasan kegiatan masyarakat
(PPKM) menyebabkan berkurangnya tingkat penjualan dan pendapatan terutama
perusahaan yang bergerak di bidang perbankan, untuk mengantisipasi kemungkinan
terburuk yang menimpa perusahaan, sudah sewajarnya pihak manajemen yang bertugas
sebagai agen pelaksana kegiatan operasional perusahaan akan melakukan tindakan
apapun dan selalu berupaya untuk untuk menunjukan hal yang terbaik dari perusahaan
yang dikelolanya (jansen & meckling, 1967).
Salah satu Langkah yang mungkin dilakukan pihak manajemen adalah dengan
memanipulasi informasi laporan keuangan agar perusahaan terlihat lebih baik melalui
praktik manajemen laba (Schiper, 1989). (Watt and Zimmerman (1986) menjelaskan
bahwa perusahaan akan memilih dan memanipulasi kebijakan akrual yang dapat
dimanfaatkan sesuai dengan kepentingan yang diinginkan perusahaan. Dengan demikian
kesulitan dimasa pandemic covid -19 ini mungkin akan memunculkan berbagai tekanan
bagi manajer yang berasal dari kontrak hutang, insentif bonus hingga target penjualan,
kondisi ini akan memicu adanya kemungkinan manajemen akan lebih agresif dalam
memanfaakan kebijakan akrual dalam menyusun laporan keuangan sehingga nilai
discretionary accrual di masa pandemic covid - 19 ini akan berbeda secara signifikan jika
dibandingkan dengan sebelum covid – 19 terjadi.

3.2 Perbandingan Teori / Penelitian terdahulu


Quttainah et al (2013), Abdelsalam (2016) mengemukakan bahwa manajemen
laba yang terjadi pada perbankan syariah lebih rendah dibandingkan perbankan
konvensional. Manajer pada perbankan syariah mempunyai tanggung jawab untuk
memberikan informasi yang benar dan relevan kepada penggunannya. Perbankan syariah
yang berlandaskan kepada al-quran dan hadist serta tanggung jawab mora, memiliki
pengaruh terhadap kualitas laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perbankansyariah.
Namun penelitian lain, Zainuldin dan Lui (2018) menemukan hasil penelitianya dimana

10
manajemen laba yang terjadi pada perbankan syariah lebih tinggi di bandingkan dengan
perbankan konvensional.
Hasil dari dua jenis kelompok temuan yang dilakukan yang dilakukan oleh
penelitian di atas menunjukkan bahwa fenomena manajemen laba pada perbankan syariah
belum sepenuhnya hilang. Meskipun Quttainah et al (2013) mengemukakan manajemen
laba pada perbankan syariah lebih rendah dibandingkan dengan perbankan konvensional,
penelitian Zainuldin dan Lui (2018) justru menemukan hasil sebaliknya dimana
manajemen laba pada perbankan syariah lebih tinggi dibandingkan dengan perbankan
konvensional.

3.3 Pembahasan

Untuk menguji hipotesis yang dijabarkan pada bab 2 menggunakan model analisis
statistik deskriptif, Uji beda.

1. Statistik deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan dan


menyajikan informasi data secara ringkas. Berikut hasil statistik deskriptif variabel
penelitian:
Tabel 1.1
Hasil statistik deskriptif

Laporan Keuangan Triwulan


Rata-rata
DLLP DLLP
% % DLLP
<0,01 >0,01
Bank Syariah Sebelum
1 2,08 47 97,92 0,766
pandemi
Bank Syariah Selama
47 97,92 1 2,08 -1,735
pandemi
Sumber : data diolah

*DLLP: Discretionary Loan Loss Provision


*DLLP <0,01: Bank melakukan manajemen laba dengan menurunkan laba
*DLLP >0,01: Bank melakukan manajemen laba dengan menaikan laba

H1: Terdapat praktik manajemen laba di bank syariah pada masa pandemi
covid-19

Berdasarkan tabel 4.1 nilai rata-rata DLLP bank syariah selama pandemi
sebesar -1,735 (nilai rata-rata DLLP < 0,01 (negatif)). Dari hasil tersebut dapat

11
disimpulkan bahwa umumnya para manajer bank syariah selama pandemi melakukan
praktik manajemen laba pada laporan keuangannya dengan cara menurunkan laba
yang dilaporkan, sehingga dan H1 terbukti.

Hal ini dapat diartikan karena kondisi tingkat imbal hasil atau Equivalent Rate
(ER) bank syariah lebih besar dari suku bunga tabungan bank konvensional. Kondisi
ini membuat para manajer bank syariah melakukan menejemen laba dengan cara
income smoothing dengan menggunakan pencadangan pendapatan atau disebut Profit
Equalization Reserve. Profit Equalization Reserve dapat digunakan atau dikeluarkan
ketika tingkat imbal hasil bank syariah lebih rendah dari suku bunga tabungan bank
konvensional atau tingkat imbal hasil bank syariah lainnya. Hal ini PER dapat
menjadi alat mitigasi munculnya Displaced Commercial Risk, risiko yang mucul
apabila bank syariah memberikan tigkat imbal hasil yang rendah sehingga nasabah
akan memindahkan dananya ke bank konvensional yang memberikan return lebih
tinggi (Solissa, 2017). Dengan adanya pendapatan yang di cadangkan, akibatnya laba
yang dilaporkan bank syariah akan lebih kecil. Hal tersebut kemungkinan menjadi
alasan bank syariah melakukan manajemen laba dengan cara menurunkan laba yang
dilaporkan.

2. Uji beda digunakan untuk mengetahui perbedaan manajemen laba antara bank syariah
sebelum dan selama pandemi covid 19. Penelitian ini menggunakan uji berulang dua
kondisi dan uji dua kelompok berbeda dengan tingkat kesalahan sebesar 5%. Hasil uji
beda sebagai berikut:
Tabel 1.2
Hasil Uji Beda

Variabel Sig. Alat Test Keterangan


DLLP Bank syariah sebelum 0,007 Paired Sample t Terdapat
pandemi dan selama pandemi Test Perbedaan
Sumber : data diolah

H2: Terdapat perbedaan perbedaan manajemen laba bank syariah sebelum dan
pada saat pandemi covid-19

Hipotesis ini menggunakan dua variabel yaitu DLLP bank syariah sebelum
pandemi dan DLLP bank syariah selama pandemi. Variabel tersebut merupakan satu

12
kelompok dalam dua kondisi yang berbeda. Kedua data variabel tersebut dilakukan uji
normalitas dan berdasarkan tabel 4.2 hasil variabel DLLP bank syariah sebelum
pandemi dan DLLP bank syariah selama pandemi memenuhi asumsi normalitas.
Sehingga dilakukan uji beda menggunakan paired sample t test.
Berdasarkan tabel 1.2 hasil uji beda tersebut diperoleh nilai sig. 0,007 ≤ 0,05
(level of significant). Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan praktik
manajemen laba yang dilakukan bank syariah sebelum dan selama pandemi covid- 19,
Perbedaan ini dikarenakan sebelum pandemi bank syariah melakukan manajemen
laba dengan menaikan laba sedangkan selama pandemi melakukan dengan cara
menurunkan laba, sehingga menolak H2 terbukti.
Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena sebelum terjadi pandemi para
manajer bank syariah memiliki maksud menaikan laba agar para manajer mendapat
bonus atau agar kinerja keuangan perusahaan terlihat baik dimata investor.
Sedangkan, selama terjadi pandemi bank syariah melakukan penurunan laba karena
tingkat imbal hasil bank syariah lebih besar dari suku bunga tabungan bank
konvensional. Sehingga, para manajer bank syariah menurunkan laba dengan
melakukan pencadangan pendapatan atau disebut Profit Equalization Reserve agar di
tahun-tahun mendatang jika ada penurunan, tingkat imbal hasil bank syariah tidak
terlalu berfluktuasi. Akibatnya, laba yang dilaporkan bank syariah selama pandemi
akan turun atau lebih kecil.

13
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan disimpulkan bahwa bank syariah melakukan


praktik manajemen laba pada laporan keuangannya baik sebelum maupun selama
pandemi covid-19. Seharusnya bank syariah tidak melakukan praktik manajemen laba
karena tidak sesuai dengan prinsip syariah yang mengharuskan melaporkan laba
secara rill. Dengan demikian, hal ini mengandung implikasi bahwa deposan bank
syariah bisa saja di rugikan ketika bank menurunkan labanya dan diuntungkan ketika
bank menaikan laba yang dilaporkannya. Selanjutnya, bagi investor atau calon
investor yang akan berinvestasi di bank konvensional harus lebih berhati-hati dalam
membaca atau menganalisis laporan keuangan karena dengan adanya manajemen laba
kemungkinan laba yang dilaporkan tidak sesuai dengan laba yang sebenarnya.

4.2 Saran

Fenomena manajemen laba yang terjadi pada perbankan konvensional juga


tidak bisa dihindarkan pada perbankan syariah. Penyebab timbulnya praktek
manajemen laba pada perbankan syariah dipicu oleh permasalahan agensi yang terjadi
di dalam bank yaitunya antara manajemen bank dan pihak pemilik. Untuk mengatasi
hal tersebut, pelaksanaan corporate governance dan pemilihan auditor yang tepat
untuk memeriksa laporan keuangan bank dapat menjadi perhatian oleh perbankan
syariah agar tindakan manajemen laba pada perbankan syariah dapat dimitigasi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdelsalam, O., Dimitropoulos, Panagiotis, & Elnahass. (2016). Earnings management


behaviors under different monitoringmechanisms: The case of Syariahic and
conventional banks. . Journal of Economic Behavior and Organization, 132.

Bank Umum. (2017). Otoritas Jasa Keuangan. Retrieved from


https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/Pages/Bank-Umum.aspx

Faradila, A., & Cahyati, A. D. (2013). Analisis Manajemen Laba Pada Perbankan Syariah.
JRAK, 57-74.

Habbash,, Murya, & Alghamdi, S. (2015). The perception of earnings management


motivations in Saudi public firms. Journal of Accounting in Emerging Economies.

Lin, J., & Hwang, M. (2010). Audit quality, corporate governance , and earnings
management: A metaanalysis. International Journal of Auditing.

Quttainah, M., Song, Liang, a., & Qiang. (2013). Do Syariahic Banks Employ Less Earnings
Management. Journal of International Financial Management & Accounting.

Santoso, V. (2018). Analisis Perbandingan Manajemen Laba Pada Perbankan Syariah dan
Perbankam Konvensional Di Indonesia. Parsimonia, 363-375.

Sollisa, D. (2017). Profit Equalization Reserve (PER) Sebagai Upaya Mitigasu Risiko Imbal
Hasil Perbankan Syari'ah (Suatu Kajian dengan Pendekatan Maqasid as-Syari'ah). Az-
Zaqra, . 9 (1).

Watt, R., & Zimmerman, J. (1990). Positive Accounting Theory: A Ten Year Perspective. The
Accounting Review.

Zainuldin, Mohd Haniff , Lui,, & Tze Kiat. (2018). Earnings management in financial
institutions: A comparative study of Islamic banks and conventional banks in
emerging markets. Pacific-Basin Finance Journal.

15

Anda mungkin juga menyukai