PENDAHULUAN
I.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan
kinerja keuangan pada perusahaan farmasi BUMN dan BUMS berdasarkan
tingkat rasio likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas pada tahun 2020-2021
di masa pandemi COVID-19, dan untuk mengetahui keuntungan dan
kerugian pada perusahaan BUMN dan BUMS di tahun dan kondisi yang
sama.
I.3. Manfaat
Manfaat dari Tugas Akhir ini diantaranya sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Hasil dari analisis dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
dalam melakukan analisa laporan keuangan serta untuk mengetahui
tingkat kinerja keuangan pada perusahaan farmasi BUMN dan BUMS
di masa pandemi COVID-19 tahun 2020-2021
2. Bagi Investor
Investor sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan perusahaan. Dengan
adanya analisis kinerja keuangan tersebut, akan sangat berguna bagi
pihak investor untuk mengetahui seberapa besar perkembangan
perusahaan dan dapat mengambil keputusan dengan tepat untuk
menanamkan modal yang akan menghasilkan laba bagi kedua belah
pihak.
3. Bagi Pembaca
Memberikan informasi dan wawasan yang dapat digunakan sebagai
referensi studi kasus yang akan digunakan dalam menganalisis laporan
keuangan serta bagaimana kinerja keuangan yang ada pada suatu
perusahaan farmasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dwi Prastowo D (2019, hlm. 46) mengatakan bahwa menganalisis laporan keuangan
merupakan suatu proses yang melibatkan analisis mendalam terhadap komponen-
komponen yang ada di dalamnya. Proses ini mencakup pemeriksaan terhadap setiap
elemen yang terdapat dalam laporan keuangan serta menjelajahi hubungan antara
elemen-elemen tersebut. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman yang
akurat dann menyeluruh mengenai laporan keuangan tersebut
Aktiva Lancar
Current Ratio = x 100%
Utang Lancar
Total Liabilities
Debt to Equity Ratio =
Total Equity
Net Sales
Total Asset Turnover Ratio = Average Total
Asset
2. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio)
Model ini merupakan rasio keuangan yang mengukur
efisiensi manajemen persediaan perusahaan dengan menilai
seberapa cepat perusahaan menjual persediaannya dan
menggantinya dengan stok yang baru. Rasio ini dapat membantu
perusahaan dalam mengevaluasi efektivitas pengendalian
persediaan dan kemampuan perusahaan dalam mengelola tingkat
persediaannya. Rasio ini menunjukkan berapa kali persediaan
perusahaan dijual dan diganti dalam jangka waktu tertentu. Rasio
perputaran yang lebih tinggi menunjukkan bahwa perusahaan
mengelola persediaannya secara efisien dengan menjualnya dengan
efektif dan meminimalkan jumlah persediaan yang ada. Hal ini
mengindikasikan arus kas dan manajemen modal kerja yang lebih
baik. Rumus perhitungan Inventory Turnover Ratio yaitu:
Kenaikan
2020 2021
(Penurunan)
PT Indofarma 0,002% -1,29% -1,30%
BUMN
PT Kimia Farma 0,20% 2,25% 2,05%
Kenaikan
2020 2021
(Penurunan)
PT Indofarma 0,01% -7,39% -7,40%
BUMN
PT Kimia Farma 0,29% 4,01% 3,72%
Kenaikan
2020 2021
(Penurunan)
PT Indofarma 136% 135% -0,57%
BUMN
PT Kimia Farma 90% 105% 15,63%
PT MERCK 255% 271% 16,78%
Kenaikan
2020 2021
(Penurunan)
PT Indofarma 118% 103% -15,20%
BUMN
PT Kimia Farma 54% 60% 6,82%
V.1. Simpulan
Berdasarkan dari hasil analisis dan pembahasan pada perusahaan
farmasi milik negara (BUMN) dan milik swasta (BUMS) tersebut, maka
diperoleh setiap perusahaan memliki kinerja keuangan yang berbeda selama
masa pandemi COVID-19 tahun 2020-2021. Akan tetapi, jika dilihat dari
keseluruhan di antara perusahaan BUMN dan BUMS ditemukan bahwa
BUMS memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan
perusahaan BUMN selama masa pandemi COVID-19 tahun 2020-2021.
Perusahaan BUMS khususnya PT MERCK memiliki profitabilitas yang
paling baik di antara perusahaan lainnya, hal ini menandakan bahwa PT
MERCK mampu mengendalikan biayanya dan berhasil memanfaatkan
modal yang diinvestasikan oleh pemegang saham dalam menghasilkan
keuntungan. Dan dalam rasio likuiditas PT MERCK dan PT Sido Muncul
lebih unggul daripada perusahaan lainnya, namun PT Sido Muncul lebih
mampu dalam membayar kewajiban lancarnya dengan aset yang
dimilikinya, sedangkan PT MERCK memiliki lebih banyak aset kas dan
setara kas yang dapat digunakan untuk membiayai kewajiban yang akan
jatuh tempo dalam jangka pendek. Selanjutnya, yang memiliki solvabilitas
paling baik di antara perusahaan lain adalah PT Sido Muncul sebagai
perusahaan BUMS, dalam hal ini maka PT Sido Muncul dinilai paling kecil
risikonya karena memiliki keuangan yang lebih stabil daripada perusahaan
lain. Pada analisis aktivitas, PT Kimia Farma lebih mampu dalam
meningkatkan nilai total asset turnover ratio selama masa pandemi COVID-
19 tahun 2020-2021, meskipun PT Kimia Farma memiliki nilai rata-rata
paling rendah di antara perusahaan yang lain. Namun, jika dilihat dari
peningkatan nilai inventory turnover ratio PT MERCK yang paling efisien
dan cepat dalam menjual produknya karena adanya permintaan produk yang
melonjak selama masa pandemi COVID-19 tahun 2020-2021.
Maka berdasarkan analisis profitabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan
aktivitas PT Indofarma yang merupakan perusahaan BUMN memiliki
kinerja keuangan yang paling buruk di antara perusahaan lainnya selama
masa pandemi COVID-19 tahun 2020-2021. Dan jika dilihat dari secara
keseluruhan PT MERCK sebagai perusahaan BUMS memiliki kinerja
keuangan yang paling baik meskipun masih ada yang perlu ditingkatkan
dalam hal efisiensi untuk memperoleh pendapatan dengan menggunakan
aset yang dimilikinya selama masa pandemi COVID-19 tahun 2020-2021.
V.2. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan bahwa perusahaan
BUMN memiliki kinerja keuangan yang buruk dibandingkan dengan
perusahaan BUMS selama masa pandemi COVID-19 tahun 2020-2021.
Adapun beberapa saran dari penulis agar perusahan dapat meningkatkan
kinerja keuangan, sebagai berikut:
1. Tim manajemen perlu mengidentifikasi dan mengurangi biaya
operasional yang tidak diperlukan. Tinjau kembali sistem dan
proses bisnis, optimalkan rantai pasok, dan mencari alternatif
dalam meningkatkan produktivitas.
2. Lakukan audit internal secara rutin agar tim manajemen
mengetahui area yang dapat dilakukan penghematan dan efisiensi.
Tingkatkan pengawasan dan transparansi dalam semua aspek
keuangan perusahaan. Pastikan adanya prosedur pengawasan yang
kuat untuk mencegah penyalahgunaan keuangan dan
meningkatkan akuntanbilitas.
3. Cari peluang untuk diversifikasi pendapatan perusahaan BUMN
dengan memperluas produk atau layanan yang ditawarkan.
Identifikasi segmen pasar atau yang berpotensi untuk mengurangi
ketergantungan pada pendapatan terbatas. Melakukan evaluasi
opsi pembiayaan yang tersedia, seperti pinjaman, dan penerbitan
obligasi