Anda di halaman 1dari 23

CORPORATE GOVERNANCE

Kualitas Pelaporan Keuangan

OLEH KELOMPOK : 11

Ni Kadek Rini Therisyantari (1707532002)


Ni Komang Ayu Trikajayanti (1707532124)
Ni Made Intan Witari (1707532141)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI REGULER DENPASAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019

1
1. PENGERTIAN PELAPORAN KEUANGAN

Ikatan Akuntan Indonesia (2012:5) mengemukakan pengertian laporan keuangan yaitu :


Laporan keuangan merupakan struktur yang menyajikan posisi keuangan dan kinerja keuangan
dalam sebuah entitas.Tujuan umum dari laporan keuangan ini untuk kepentingan umum adalah
penyajian informasi mengenai posisi keuangan (financial position), kinerja keuangan (financial
performance), dan arus kas (cash flow) dari entitas yang sangat berguna untuk membuat
keputusan ekonomis bagi para penggunanya.Untuk dapat mencapai tujuan ini, laporan keuangan
menyediakan informasi mengenai elemen dari entitas yang terdiri dari aset, kewajiban, networth,
beban, dan pendapatan (termasuk gain dan loss), perubahan ekuitas dan arus kas. Informasi
tersebut diikuti dengan catatan, akan membantu pengguna memprediksi arus kas masa depan.

Menurut PSAK No. 1 Tahun 2015, Laporan Keuangan adalah penyajian terstruktur dari
posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan ini menampilkan sejarah entitas
yang dikuantifikasi dalam nilai moneter. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses
pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya,
sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan
yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan
informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan
segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.

Menganalisis laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi


unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang
mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-
kuantitatif dengan tujuan untuk mesngetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting
dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu
atau jangka waktu tertentu (Hendry, 2013:621).

Berdasarkan sejumlah defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah:

1. Merupakan hasil dari proses akuntansi yang penting dan dapat digunakan untuk membuat
keputusan-keputusan ekonomi.

2
2. Menggambarkan kinerja keuangan maupun kinerja manajemen perusahaan apakah dalam
kondisi yang baik atau tidak.

3. Merupakan ringkasan dari suatu proses transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama
periode yang bersangkutan.

1.1 TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN

Tujuan pelaporan keuangan adalah untuk keputusan investasi sehingga harus menyajikan
informasi yang berguna, komprehensif dan dapat dipahami oleh mereka yang berpengetahuan
mengenai aktivitas ekonomi. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yang dapat
membantu investor, kreditor, calon investor-kreditor potensial serta pemakai lainnya (Rosjidi,
1999:231).

Tujuan pelaporan keuangan dibuat untuk diarahkan pada kebutuhan pemakai yang dapat
memahami secara lengkap serangkaian laporan keuangan atau secara alternatif, pada kebutuhan
diminta pemakai yang sederhana untuk memberikan saran-saran pada ahli para yang mereka
(Belkoui, 2000:157)

Menurut PSAK NO 1 Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi
keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat
bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan
keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber
daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan
keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:

1. aset;

2. laibilitas;

3. ekuitas;

4. pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian

5. kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik;dan

3
6. arus kas. Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas
laporan keuangan, membantu pengguna lapor.n dalam memprediksi arus kas masa
depan dan, khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.

2. KETERBUKAAN DAN PENGUNGKAPAN INFORMASI


Dalam era informasi, masalah transparansi dan akuntabilitas sudah merupakan kebutuhan
mendesak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi Keterbukaan dan pengungkapan (transparency and
disclosure) merupakan salah satu prinsip GCG yang saat ini mendapat sorotan publik. Padaat ini,
masyarakat atau publik memerlukan keterbukaan informasi terutama bagi perusahaan yang sudah
go public. Para pemegang saham dan stakeholder lainnya memiliki hak untuk mendapatkan
informasi yang relevan secara tepat waktu, akurat, seimbang, dan kontinu. Prinsip GCG tentang
disclosure and transparency, menurut Organization for Economic Co-operation and Development
(OECD), harus memastikan bahwa pengungkapan yang tepat waktu dan akurat dilakukan
terhadap semua hal yang material berkaitan dengan perusahaan mencakup kondisi keuangan,
kinerja, kepemilikan, dan tata kelola perusahaan.
Pengungkapan informasi perusahaan perlu dilakukan secara berimbang. Artinya,
informasi yang disampaikan bukan hanya yang bersifatpositif saja namun termasuk informasi
yang bersifat negatif. Ini untuk menghindari adanya informasi yang salah (disinformasi) serta
informasi penting yang disembunyikan oleh perusahaan yang berakibat merugikan pihak lain,
baik pemegang saham maupun stakeholders lainnya.

2.1 JENIS INFORMASI


Informasi biasanya dikategorikan atas dua hal, yaitu informasi finansial dan nonfinansial.
Informasi finansial yang dipublikasikan oleh perusahaan kepada publik meliputi neraca (balance
sheet), laporan laba rugi (income statement), laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas (cash
flow statement), dan catatan atas laporan keuangan.
Informasi finansial yang utama terdapat pada laporan keuangan tahunan (annual report)
dan laporan keuangan interim (interim report), biasanya berupa laporan tengah tahunan dan
laporan triwulanan Informasi nonfinansial merupakan bagian tak terpisahkan dari informas
finansial dan bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah (value added dari manfaat laporan
keuangan. Informasi nonfinansial difokuskan pada masalah pengungkapan (disclosure) risiko

4
potensial (potential risk) yang dihadapi perusahaan saat ini serta alasan mengapa manajemen
mengambil risiko tersebut.

2.2 TUJUAN KETERBUKAAN INFORMASI


Empat tujuan utama keterbukaan informasi terutama pengungkapan informasi finansial
dan nonfinansial bagi perusahaan adalah sebagai berikut.

 Meningkatkan keterbukaan atau transparansi dalam pemberian informasi.


 Mendukung proses implementasi GCG, termasuk pelaporan kepada pemangku
kepentingan.
 Mengupayakan kualitas manajemen perusahaan yang lebihprofesional.
 Bagi auditor eksternal (auditor independen) dituntut lebih memahami analisis strategi dan
risiko perusahaan secara keseluruhan.
Beberapa kasus perbankan, beberapa waktu lalu, antara lain akibat adanya disinformasi yang
disampaikan kepada publik. Informasi dan laporan keuangan yang dilaporkan yang baik-baik
saja meski sudah diaudit oeh auditor eksternal Akibatnya, banyak bank yang mengalami
kebangkrutan dan terpaksa ditutup atau dilikuidasi pemerintah.

3. IMPLEMENTASI KETERBUKAAN INFORMASI

Salah satu wujud penegakan prinsip GCG adalah membuka akses informasi kepada
publik sesuai dengan koridor keterbukaan dan transparansi informasi. Pada saat ini belum
banyak perusahaan yang memiliki komite keterbukaan informasi (KKI) karena banyak
perusahaan yang belum mengetahui arti pentingnya KKI dalam rangka menjamin akurasi
terhadap seluruh informasi material yang akan dipublikasikan kepada publik. Beberapa
perusahaan go public yang saat ini telah memiliki KKI adalah PT Indosat dan PT Telkom.

PT Indosat telah membentuk KKI pada pertengahan tahun 2004 Tanggung jawab KKI di
PT Indosat adalah menelaah tingkat materialitas informasi serta menjamin pengungkapan
informasi (information disclosure) secara tepat waktu dan up to date. Sedangkan tugas utama
KKI adalah mengelola proses pengungkapan informasi dan melakukan review untuk memastikan
kepatuhan (compliance) seluruh aspek penting serta menjaga agar pengungkapan informasi

5
tersebut tidak menyesatkan (bias) bagi para pengambil keputusan. Sementara itu, Disclosure
Committee PT Telkom yang diketuai oleh direktur keuangan dengan tugas mengelola proses
sertifikasi laporan keuangan dan menilai kecukupan informasi perusahaan yang akan
diungkapkan kepada publik. KKI maupun disclosure committee dapat digunakan oleh
perusahaan sebagai alat (tool) untuk melakukan filter atas informasi yang akan disampaikan
kepada publik.

Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat ikut memberikan andil munculnya
suatu sistem pelaporan secara elektronik yang biasa disebut e-reporting. Penggunaan e-reporting
di berbagai bursa saham dunia sudah merupakan hal yang umum dalam rangka menjaga
penyampaian informasi yang cepat, transparan, renyampaian informasi melalui e-reporting telah
membantu percepatan keterbukaan informasi emiten secara lebih merata dan dapat menjangkau
pemakai laporan yang lebih luas.

Saat ini, perusahaan swasta dan BUMN, baik yang sudah go public maupun yang belum
go public, sudah banyak yang memiliki situs Web sendiri. Adanya situs Web tersebut
mempermudah akses pihak-pihak lain untuk memperoleh berbagai macam informasi yang
relevan termasuk informasi tentang keuangan perusahaan. Hal ini penting, mengingat beberapa
waktu lalu, akses informasi tentang perusahaan, terutama perbankan, sangat tertutup. Bahkan
beberapa saat sebelum terjadi penutupan atau likuidasi bank-bank nasional, masih
diinformasikan bahwa bank-bank tersebut dalam kondisi baik (sehat) didasarkan atas hasil
laporan audit dari auditor indep enden (auditor eksternal). Hal tersebut tentu saja sangat
merugikan banyak pihak termasuk masyarakat (publik) dan pemerintah. Pada era globalisasi saat
ini, sudah tidak zamannya lagi menutup - nutupi kebobrokan perusahaan (termasuk perbankan)
dengan dalih masalah kerahasiaan laporan keuangan.

Pihak otoritas bursa (Bursa Efek Indonesia), Bapepam- Lembaga Keuangan, maupun
Kementerian BUMN perlu mengatur secara tegas dan jelas masalah keterbukaan informasi
perusahaan, sehingga terdapat acuan yang jelas bagi perusahaan untuk penyampaian informasi
perusahaan kepada pihak luar sebagai wujud transparansi dan akuntabilitas publik. Dalam hal ini,
perlu diatur mana saja informasi yang dapat menjadi konsumsi publik dan informasi yang hanya
untuk kalangan terbatas.

6
4. PENGERTIAN TRANSPARANSI
Bushman & Smith (2003: 76) mendefinisikan transparansi perusahaan sebagai
ketersediaan relevansi yang tersebar luas, informasi yang dapat dipercaya mengenai kinerja
perusahaan dalam suatu periode yang terkait, posisi keuangan, kesempatan investasi, pemerintah,
nilai dan risiko perusahaan dagang yang bersifat umum. Dalam tingkatan negara, Bushman, dkk
(2004) mengidentifikasikan dua jenis transparansi perusahaan yaitu transparansi keuangan dan
transparansi pemerintah. Transparansi keuangan tingkat negara disusun berdasarkan intensitas
pelaporan perusahaan, waktu pelaporan, jumlah analisis, dan media penyebarannya. Sedangkan
transparansi pemerintah disusun berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku.

4.1 PERANAN TRANSPARANSI


Transparansi diperlukan agar baik pegawai di instansi, maupun masyarakat di luar dapat
mengerti mengenai kondisi dari instansi tersebut, apalagi jika menyangkut masalah keuangan
yang merupakan hal yang sangat sensitif. Traparansi mutlak diperlukan, apalagi pada instansi-
instansi pemerintahan di mana uang yang mengalir di pemerintahan merupakan uang rakyat.
Transparansi diperlukan agar masyarakat dapat turut menilai dan mengkritisi apabila terjadi
kecurangan atau hal yang dianggap tidak wajar. Hal itu dapat menjadi tindakan preventif karena
pelaku kecurangan akan takut menghadapi resiko yang ada, dan juga bisa menjadi tindakan
represif ketika kecurangan telah terdeteksi dengan adanya transparansi dari pihak instansi.

4.2 OECD Principle 5: Disclosure and Transparency (Pengungkapan & Transparansi)

Kerangka tata kelola perusahaan harus memastikan bahwa pengungkapan yang tepat
waktu dan akurat dibuat pada semua hal material mengenai perusahaan, termasuk situasi
keuangan, kinerja, kepemilikan, dan tata kelola perusahaan.

a) Pengungkapan harus mencakup informasi material tentang:

1. Hasil keuangan dan operasi perusahaan.

2. Tujuan perusahaan.

3. Kepemilikan saham mayoritas dan hak suara.

7
4. Kebijakan remunerasi bagi anggota dewan dan eksekutif, dan informasi tentang
anggota dewan, termasuk kualifikasi mereka, proses seleksi, direktur perusahaan lain
dan apakah mereka dianggap independen oleh dewan.

5. Transaksi dengan pihak terkait.

6. Faktor risiko mendatang.

7. Isu mengenai karyawan dan stakeholders lainnya.

8. Struktur dan kebijakan tata kelola, khususnya isi kebijakan tata kelola perusahaan dan
proses yang diimplementasikan.

b) Informasi harus disiapkan dan diungkapkan sesuai dengan standar kualitas akuntansi yang
tinggi dan pengungkapan keuangan dan non-keuangan.

c) Audit tahunan harus dilakukan oleh auditor independen, kompeten dan berkualitas dalam
rangka memberikan jaminan eksternal dan obyektif kepada dewan dan pemegang saham bahwa
laporan keuangan cukup mewakili posisi keuangan dan kinerja perusahaan dalam semua hal
yang material.

d) Auditor eksternal harus bertanggung jawab kepada pemegang saham dan berkewajiban
kepada perusahaan untuk melakukan kerja profesional dalam melakukan audit.

e) Saluran untuk menyebarkan informasi harus memberikan akses yang adil, tepat waktu, dan
akses yang hemat biaya kepada informasi yang relevan oleh pengguna.

f) Kerangka CG harus dilengkapi dengan pendekatan yang efektif yang membahas dan
mempromosikan penyediaan analisis atau nasihat oleh analis, broker, lembaga pemeringkat dsb,
yang relevan dengan keputusan oleh investor, bebas dari konflik kepentingan material yang
mungkin meragukan integritas analisis atau nasihat mereka.

5. PERKEMBANGAN PENGUNGKAPAN DAN TRANSPARANSI DI INDONESIA


Berdasarkan pada Jurnal Corporate Governance, Disclosure and Its Evidence in
Indonesia yang dibuat oleh Siddharta Utama, pengungkapan pada emiten di Indonesia pada
awalnya berdasarkan pada PP no. 64 tahun 1999 tentang Laporan Tahunan. Menurut peraturan

8
tersebut pengungkapan hanya boleh dilakukan oleh perusahaan listed saja, sehingga akhirmya
muncul peraturan baru yang mengharuskan semua perusahaan, termasuk yang tidak listed harus
di audit dan diungkapkan laporan keuangannya apabila memiliki nilai aset atau aset bersih
melebihi Rp. 25.000.000.000. Selain itu, tertera juga dalam peraturan Bapepam-LK VIIIG.2.
pengungkapan laporan tahunan meliputi :

a. Deskripsi umum, yang berisi profil perusahaan, produk, sistem organisasi dan lainnya
b. Deskripsi khusus, yang berisi mengenai informasi saham, nilai aset kebijakan dividen, dan
lainnya. Ringkasan mengenai data keuangan yang meliputi perbandingan penjualan
c. selama 5 tahun, laba kotor, laba operasi, laba bersih, EPS, dan analisa laporan keuangan
lainnya.
d. Diskusi dan analisis manajemen, yang berisi tentang analisis dan informasi yang berpotensi
material yang terjadi sejak laporan tahun lalu
e. Laporan Keuangan, penyajian laporan keuangan berdasarkan standar yang berlaku

Kemudian Herwidiyatmo mengusulkan agar detail pengungkapan harus sesuai dengan


standar internasional, seperti hal-hal yang menyangkut kepentingan minority shareholder. Agar
tidak terjadi adanya benturan kepentingan maka dibutuhkan persetujuan oleh pemilik saham
minoritas. Penerapan ini pertama kali diikuti oleh 22 perusahaan yang listed dan pedoman yang
digunakan berdasarkan peraturan Bapepam, Regulasi Industri, dan Standar akuntansi yang
berlaku umum. Dalam perkembangan pengungkapan laporan tahunan pada bank di Indonesia,
terutar bank entral (Bank Indonesia), pengungkapan tidak hanya ditujukan pada publik saja,
namun juga diungkapkan di bank-bank yang beroperasi di Indonesia. Informasi yang
diungkapkan adalah :
a. Informasi umum, yang berisi mengenai profil emiten (struktur, produk pemilik dan lainnya)
b. Laporan Keuangan 2 tahun terakhir, yang berisi laporan audit, neraca, laporan rugi laba,
laporan perubahan modal, arus kas, komitmen dan kontijensi, dan catatan atas laporan
keuangan
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu berisi analisis kredit, persentase kredit nasabah, kredit
relasi, kredit yang kolektif, dan loan dari dalam dan luar negeri

9
Berdasarkan studi, skor (level) pengungkapan perusahaan listed yang ada di Indonesia
masih dibawah 60 %. Hal ini berarti syarat-syarat pemenuhan pengungkapan berdasarkan
peraturan Bapepam-LK masih rendah, dan dibutuhkan perhatian khusus mengenai hal ini. Lebih
menarik, ternyata auditor memainkan peran juga dalam menentukan skor (level) pengungkapan
ini. Skor pengungkapan akan makin rendah pada saat emiten berganti dengan auditor yang baru.
Dalam hal ini, pengungkapan dalam laporan keuangan merupakan hal yang penting dalam
menunjukkan identias perusahaan yang sebenarnya.

6. PERBANDINGAN PERATURAN BAPEPAM-LK X.K.6 Tentang Penyampaian


Laporan Emiten atau Perusahaan Publik Dengan Prinsip OECD Nomor 5
Berdasarkan Prinsip OECD 5, pengungkapan dan transparansi perusahaan
meliputi seluruh elemen, yaitu laporan keuangan dan hasil operasi perusahaan, tujuan
perusahaan, kepemilikan saham mayoritas dan hak suara, transaksi dengan pihak
terkait, faktor-faktor risiko yang dapat diperkirakan, hal-hal penting berkaitan dengan
karyawan dan para stakeholder lainnya, dan struktur dan kebijakan tata kelola
khususnya berkaitan dengan isi dari pedoman atau kebijakan tata kelola
perusahaan dan penerapannya. Baik itu hal yang bersifat keuangan maupun non-
keuangan.
Merujuk pada peraturan Bapepam-LK X.K.6, pengungkapan laporan bagi
emiten adalah sebagai berikut :
a. Ketentuan umum.

b. Ikhtisar data keuangan penting.

c. Laporan dewan komisaris.

d. Laporan direksi.

e. Profil perusahaan.

f. Analisis dan pembahasan manajemen.

g. Tata kelola perusahaan.

10
h. Tanggungjawab sosial perusahaan.

i. Laporan keuangan tahunan yang di audit.

j. Tanda tangan dewan komisaris dan direksi.

7. TRANSPARANSI LAPORAN KEUANGAN MELALUI E-REPORTING


Dalam era reformasi dan globalisasi, masyarakat (publik) memerlukan transparansi atas
laporan keuangan perusahaan, terutama untuk perusahaan yang telah go publik. Terdapat tiga
kendala yang sering dihadapi perusahaan terkait dengan pelaporan keuangan.
Pertama, laporan keuangan belum dapat diterbitkan tepat waktu (on time). Kedua, transparansi
laporan keuangan belum memadai. Ketiga, data laporan keuangan belum up to date.
Berbagai kendala tersebut perlu mendapatkan solusi agar dapat terjaga transparansi dan
akuntabilitas pelaporan keuangan perusahaan kepada publik.
E-reporting System adalah suatu sistem laporan emiten kepada pemegang saham secara
elektronik. Sistem tersebut merupakan salah satu solusi integrasi berdasarkan web bagi suatu
organisasi untuk memudahkan pengiriman/pengambilan dokumen dan pelaporan via internet.
Sistem ini dibangun untuk meningkatkan pelaksanaan keterbukaan dan pemerataan informasi ke
pelaku pasar modal. Kelancaran e-reporting system ini sangat bergantung pada kesiapan masing-
masing emiten dalam penyusunan laporan keuangan yang akan dipaparkan kepada publik.
Penerapan e-reporting system telah biasa diberlakukan secara umum di berbagai otoritas
bursa di dunia. Sistem serupa pernah diberlakukan di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek
Indonesia) mulai 5 Oktober 2004 sesuai dengan surat edaran No. SE-009/BEJ/10-2004 tentang
penerapan penyampaian laporan oleh perusahaan tercatat melalui sistem JSX e-reporting dan
monitoring. Setelah berjalan beberapa bulan, akhirnya bursa efek secara resmi mencabut sistem
tersebut pada 21 Februari 2005.
Pencabutan e-reporting system tersebut sangat disesalkan oleh berbagai kalangan, karena
dinilai dapat menghambat upaya transparansi kepada publik. Menurut pengamatan penulis,
ternyata sebagian besar pelaku pasar modal menilai meskipun e-reporting system hanya sempat
diterapkan beberapa bulan, tetapi dapat membantu percepatan keterbukaan informasi emiten
kepada publik.

11
Implementasi sistem pelaporan elektronik di industri pasar modal Indonesia juga sudah
ditetapkan pada cetak biru pasar modal Indonesia 2005-2009. Badan Pengawas Pasar Modal-
Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) juga tengah mengembangkan suatu prototipe sistem e-
reporting dalam rangka pemenuhan kebutuhan perusahaan-perusahaan terbuka. Bapepam-LK
telah mengkaji manfaat XBRL dalam upaya implementasi sistem pelaporan elektronik (e-
reporting system) di industri pasar modal Indonesia.
Selain itu, pada 2006 Bapepam-LK telah mengirimkan dua pegawainya untuk melakukan
observasi (internship) di International Accounting Standards Committee Foundation (IASCF)
XBRL Team, London, Inggris. Observasi yang dilakukan sekitar satu bulan tersebut
mendapatkan bantuan pendanaan dari Bank Dunia melalui ASEM Grant. Observasi di Inggris
tersebut diharapkan akan meningkatkan pemahaman yang lebih lengkap tentang bagaimana
memanfaatkan XBRL dikaitkan dengan rencana pengembangan e-reporting system yang akan
dikembangkan dan diterapkan di industri pasar modal.
Terdapat enam manfaat diterapkannya e-reporting system. Pertama, akan mempermudah
investor atau publik untuk mendapatkan akses laporan secara real time dan online tanpa melalui
emiten. Kedua, investor ataupun publik dapat mengetahui secara cepat informasi tentang emiten,
terkait dengan laporan keuangan baik kewajiban triwulan maupun tahunan.

7.1 PERERAT KERJASAMA


Ketiga, keterbukaan (transparansi) dan akuntabilitas pelaporan keuangan kepada publik
lebih terjamin. Keempat, dapat menjamin pemerataan informasi dan mereduksi adanya
kesenjangan informasi. Kelima, dapat meningkatkan efisiensi bagi perusahaan terbuka (go
public). Keenam, mendorong terwujudnya good corporate governance (GCG). Agar penerapan
e-reporting system dapat berhasil dengan baik maka perlu dilakukan kerja sama antara Bapepam-
LK dengan BEJ, sehingga kendala yang dihadapi di lapangan dapat segera teratasi dengan cepat.
Hal ini perlu dilakukan, mengingat laporan yang disampaikan para emiten kepada Bapepam dan
BEJ hampir sama sehingga perlu disatukan dalam sistem yang terintegrasi (integrated system).
E-reporting system seharusnya dapat menciptakan on-line reporting dari kalangan emiten
kepada para regulator seperti Bapepam-LK, Bursa Efek Indonesia (BEI), Kliring Penjamin Efek
Indonesia (KPEI), dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Mengingat manfaat yang
cukup signifikan bagi peningkatan transparansi dan akuntabilitas kepada publik, maka program

12
e-reporting system bagi para emiten di bursa efek tersebut mendesak untuk diberlakukan
kembali.
Oleh karena itu, diperlukan political will dari pemerintah untuk menjalankan e-reporting sistem
tersebut secara konsisten dan berkelanjutan. Semoga implementasi GCG melalui e-reporting
system dapat segera terwujud sebagai upaya transparansi dan akuntabilitas emiten kepada publik.

8. KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN

Dalam laporan keuangan dimungkinkan terjadinya praktik kecurangan (fraudulent


financial reporting) yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Kecurangan (fraud), menurut
Theft Acct (1968), berkaitan dengan berbagai macam pelanggaran, misalnya kebohongan yang
disengaja, pemalsuan dari accounts (falsifikasi), praktik korupsi, dan penggelapan. Financial
fraud adalah manipulasi yang disengaja terhadap proses akuntansi dengan menyinkronkan
keputusan- keputusan user mengenai informasi akuntansi dan manipulasi yang dilakukan untuk
menimbulkan misrepresentasi. Fraudulent financial reporting adalah perilaku yang disengaja atau
ceroboh, baik dengan tindakan atau penghapusan, yang menghasilkan laporan keuangan yang
menyesatkan (bias). Fraudulent financial reporting yang terjadi di suatu perusahaan memerlukan
perhatian khusus dari duaitor independen. Pengertian fraudulent financial reporting menurut
Arens, et al. sebagai berikut.

Fraudulent financial reporting is an intentional misstatement or omission of amounts or


disclosure with the intent to deceive users Most cases of fraudulent financial reporting
involve the intentional misstatement of amounts not disclosures. For example, WorldCom
reported to have capitalized as fixed asset, billions dollars that should have been
expensed. Omission of amounts are less common, but a company can overstate income by
omittingaccount payabie and other liabilities.

Fraudulent financial reporting juga dapat disebabkan adanya kolusi antara manajemen dengan
auditor independen. Salah satu upaya untuk mencegah adanya kolusi tersebut adalah perlu
dilakukan rotasi auditor independen dalam melakukan audit suatu perusahaan.

13
9. KASUS PT TELKOM TBK

9.1 Profil PT TELKOM Tbk


PT Telkom adalah perusahaan informasi dan telekomunikasi serta penyedia jasa dan
jaringan telekomunikasi secara lengkap di Indonesia. PT Telkom mengklaim bahwa dirinya
sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, dengan jumlah pelanggan telepon tetap
sebanyak 15juta dan pelanggan telepon seluler sebanyak 104 juta.

PT Telkom merupakan salah satu BUMN yang sahamnya dimiliki oleh pemerintah
Indonesia (52,47% dan 47 ,53% dimiliki oleh public, Bank of New York, dan investor dalam
Negeri). Selain itu PT Telkom juga merupakan pemegang saham mayoritas di 13 anak
perusahaan termasuk PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel).

9.2 Latar Belakang Kasus PT TELKOM Tbk


Cikal bakal PT Telkom bermula dari didirikannya sebuah badan usaha swasta penyedia
layanan pos dan telegraf pada tahun 1882. Layanan komunikasi tersebut dikonsolidasikan oleh
pemerintah hindia Belanda ke dalam jawatan post telgraf (PTT). Namun sebelum tahun 1882,
pada tanggal 23 Oktober 1856 telah dimulai pengoperasian layanan jasa telegraf elektromagnetik
pertama yang menghubungkan Jakarta (Batavia) dengan Bogor (Buitenzorg). Momen itulah yang
dijadikan sebagai hari lahir PT Telkom.

PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TELKOM) memiliki reputasi yang baik di Bursa Efek
Jakarta (BEJ) dan New York Stock Exchange (NYSE). Dengan demikian TELKOM mempunyai
PR tiap akhir tahun untuk memberikan laporan keuangannya melalui United States Sekurities
And Exchange Commission (SEC).
9.3 Analisis Masalah

Dengan berjalannya waktu, terjadi masalah pada tahun 2002. Dimana PT TELKOM
membuat mekanisme tender untuk mengaudit keuangannya. Pada saat itu yang memenangkan
tender adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) Haryanto Sahari dan Rekan akan tetapi karena ada
sesuatu hal KAP tersebut mundur dan digantikan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Eddy

14
Pianto Simon. Dalam perjalan pengauditan oleh KAP ini juga tak semulus perjalanannya karena
ada berbagai masalah. Sehingga BAPPEPAM LK menjatuhkan sanksi terhadapnya.
Adapun alasan Pengunduran diri KAP HS, yaitu

a) KAP HS tidak mau berafiliasi dengan KAP EP

b) KAP HS meragukan kelayakan hak praktek KAP EP dihadapan BAPEPAM AS

c) KAP HS mengetahui SEC (Security Exchange Commision) tidak mengakui keberadaan KAP
EP berkaitan dengan keraguannya atas kompetensi dan independensi yang dimiliki oleh para
auditornya.

d) KAP HS ketika mengaudit PT Telkomsel meminta izin untuk melihat 20-F seluruhnya
terlebih dahulu. Permintaan tersebut ditolak oleh PT Telkom karena waktunya yang sangat
krusial serta tidak ada hubungannya dengan KAP HS, dan juga segera dilaporkan ke SEC

Untuk melakukan audit atas Laporan Konsolidasi Keuangan dalam rangka pelaksanaan Audit
atas Laporan Keuangan Konsolidasi Tahun Buku 2002, PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
menunjuk KAP Eddy Pianto dan Rekan. Salah satu anak perusahaan yang laporan keuangannya
dimasukan adalah PT. Telekomunikasi Seluler (TELKOMSEL) yang pengauditannya dilakukan
oleh KAP Haryanto Sahari dan Rekan, bahwa kaitannya KAP Haryanto Sahari melanggar
undang- undang nomor 5 tahun 1999. Dimana dengan sengaja memberi interpretasi yang salah
terhadap PT Telkom, PT Telkomsel dan United States Securities and Exchange Commission
mengenai ketentuan standar audit Amerika. Dengan demikian menghalangi KAP Eddy Pianto
untuk melakukan audit dan meminta kejelasan sebagai first layer dalam pengauditan
sebelumnya, sehingga auditor kedua tesebut mengalami kesulitan.
Karena banyak hal-hal yang harus dikaji ulang, dimana KAP Eddy Pianto dapat meneruskan
hasil audit yang sebelumnya telah dilakukan oleh KAP Haryanto Sahari. Hal tersebut
menyebabkan KAP Eddy Pianto terhalangi untuk bersaing dilantai bursa. Karena audit
Telkomsel mengacu pada standar audit Amerika maka harus mengikuti aturan SEC. PT
Telkomsel membuka bursa di New York Stock Exchange, dengan demikian aturan luar negeri
tempat NYSE harus diikuti. Yakni salah satunya yang harus dijalani adalah filling 20-F yaitu
form laporan keuangan dan laporan manajemen dengan KAP yang terpercaya.

15
Adapun masalah yang timbul, yaitu:

a) Masalah muncul pada saat laporan audit (konsolidasi) tentang total kinerja PT Telkom yang di
audit oleh KAP Eddy Pianto ditolak oleh PwC (Pricewaterhouse Coopers). Alasannya adalah
lembaga itu tidak mau berasosiasi dengan pekerjaan KAP Eddy Pianto. Sikap itu tersebut.
Seharusnya sesama Kantor Akuntan Publik perlu bekerja sama dan saling mendukung dalarm
menjalankan tugas sebagai seorang auditor sehingga dengan saling adanya kerjasama diantara
kedua belah pihak, maka akan dapat menciptakan kualitas laporan keuangan yang handal. Selain
itu, para auditor juga hendaknya menjaga profesionalitas agar reputasi saham di pasar tetap baik.
Dimana profesionalitias seorang auditor tersebut dalam menjalankan tugasnya merupakan asset
penting yang harus dimiliki.

9.4 Analisis Kasus Berdasarkan Prinsip Good Corporate Governance yang dilanggar
Pt.Telkom

• Prinsip Transparansi

KAP EP meminta hasil audit yang dahulu pernah dilakukan oleh KAP HS, tetapi KAP
HS menolak untuk memberitahu hasil audit yang pernah dilakukannya.

• Prinsip Independensi

SEC tidak mengakui KAP EP berkaitan dengan keraguan atas kompetensi dan
independensi auditor yang menyebabkan KAP HS mengundurkan diri. Seharusnya PT Telkom
menunjuk auditor sesuai dengan yang ketentuan SEC, dalam hal kompetensi dan independensi
auditor. Hal ini dikarenakan PT Telkomsel mengikuti standar audit Amerika dengan merujuk
pada SEC.

9.5 Analisis Kasus Berdasarkan Sudut Pandang Corporate Governance

Kasus PT Telkom ini mengakibatkan penurunan drastis harga saham PT Telkom dan
penurunan IHG (Index Harga Gabungan). Hal ini sangat bertentangan dengan manfaat Good
Corporate Governance, dimana salah satu manfaat jika penerapan GCG dilakukan dengan baik
yaitu meningkatkan nilai saham perusahaan. Hal ini terjadi karena terjadi konflik antara kedua
KAP (KAP HS & KAP EP) sehingga terjadi penurunan harga saham PT.Telkom.

16
9.6 Keterkaitan Kasus Dengan Materi Kualitas Pelaporan Keuangan

Dengan keadaan PT TELKOM di Bursa Efek Jakarta turun secara drastis dari harga
penutupan dikarenakan karena pihak auditor KAP HS menolak untuk memberitahu hasil audit
yang pernah dilakukannya. Maka dari itu kurang adanya keterbukaan diantara kedua belah pihak
sehingga menyebabkan perdagangan saham PT TELKOM tercatat di NYS Exchange. Jika KAP
HS dan KAP EP bekerjasama untuk memberikan informasi dengan baik maka tidak akan terjadi
kecurangan auditor untuk menciptakan kualitas laporan keuangan yang handal.

9.7 Penolakan KAP Eddy Pianto Oleh Thornton International Sebagai Member Firm
Agreement
Kantor Akuntan Publik (KAP) Eddy Pianto adalah suatu kantor akuntan publik yang telah
mendapatkan izin usaha berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :
KEP-718/KM.17/1998. Bahwa berdasarkan Keputusan Dewan Komisaris no. 013/KEP/DK/2002
tanggal 29 November 2002 tentang Penggantian Auditor PT Telkom Tahun Buku 2002
menyetujui dan mengesahkan KAP Eddy Pianto, sebagai auditor utama PT Telkom tahun buku
2002. Dan KAP EP-pun Terdaftar di Bapepam berdasarkan Surat Tanda Terdaftar Profesi
Penunjang Pasar Modal No. 282/PM/STTD-Ap/2000.
Berdasarkan appointment letter tertanggal 6 Juni 2001, ditunjuk oleh PT. Grant Thornton
Indonesia sebagai Member Firm dan berdasarkan Adendum Grant Thornton International
Member Firm Agreement, yang berlaku efektif samapai 10 Mei 2001 dan Kantor Audit Publik
Eddy Pianto berkedudukan sebagai regional firm dari Grent Thornton International. Berdasarkan
pasal 2.2 KAP Eddy Pianto sebagai regional firm, memiliki hak dan kewajiban yang sama
dengan Grant Thornton Indonesia sebagai member Thornton Internasional. berdasarkan surat
dari David McDonnell, Chief Executive Grant Thornton International, kepada Dirjen Lembaga
Keuangan Republik Indonesia, ref. DMCD/RAL tanggal 8 Oktober 2001, menyatakan :
1. Grant Thornton Indonesia adalah full member dari Grant Thornton International
2. KAP Eddy Pianto berasosiasi dengan Grant Thornton Indonesia dan berhak mengaudit atas
nama Grant Thornton
Berdasarkan surat tanggal 4 Desember 2002 kepada Grant Thornton Indonesia, Grant
Thornton International menyatakan KAP Eddy Pianto dapat melakukan pekerjaan audit atas
Laporan Keuangan PT. Telkom tahun Buku 2002 dalam rangka filing Form 20-F ke SEC, tanpa

17
ada kewajiban bagi Grant Thornton International untuk terasosiasi dengan pekerjaan audit
tersebut. Dengan demikian independensi KAP EP tidak disusupi kepentingan dari afiliasinya
secara langsung dan sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya. Pada kuartal pertama tahun 2003
KAP Eddy Pianto tercatat di pasar modal berwenang mengaudit laporan keuangan terhadap 332
(tiga ratus tiga puluh dua) perusahaan di Bursa Efek Jakarta. Menurut Withdrawal Agreement
tertanggal 13 Februari 2003, Member Firm Agreement antara Grant Thornton International
dengan Grant Thornton Indonesia/ KAP Eddy Pianto berakhir pada tanggal 31 Maret 2003,
namun KAP Eddy Pianto tetap berhak melakukan pekerjaan audit atas nama Grant Thornton
berdasarkan engagement letter yang telah ditandatangani sebelum tanggal withdrawal agreement
tersebut. untuk memahami US GAAS dan GAAP dalam rangka filing Form 20-F, KAP Eddy
Pianto meminta bantuan dari Mark Iwan, Certified Public Accountant independen yang bukan
merupakan partner dari Grant Thornton, LL.P, untuk memberi pelatihan dan konsultasi.
Pada tanggal 17 Februari 2003 Grant Thornton International menerbitkan iklan di
harian Jakarta Post yang pada pokoknya menyatakan hubungan afiliasi/membership antara Grant
Thornton International dengan PT. Grant Thornton Indonesia dan KAP Eddy Pianto berakhir
pada tanggal 31 Maret 2003. Dengan adanya pemberitaan tersebut PT Telkom meminta jaminan
kepada KAP Eddy Pianto akan keabsahan Iwan Mark tersebut yang bukan partner dari Thornton
International. KAP EP berdalih bahwa akan tetap menjadi Member Firm Thornton sampai akhir
Maret 2003, dengan demikian auditnya mendompleng nama Thornton. KAP Eddy Pianto
memberikan keyakinan dan jaminan bahwa SEC reviewer yang terlibat memiliki kualifikasi dan
kompetensi profesional serta memenuhi persyaratan SEC.
Disamping itu sebagai KAP non Amerika Serikat, KAP Eddy Pianto dengan dukungan SEC
reviewer yang mereka kontrak akan memenuhi ketentuan yang berlaku di SEC khususnya
regulasi S-X yang mengatur kualifikasi auditor asing (non-US). Karena waktunya sangat terbatas
KAP EP meminta hasil audit yang dahulu pernah dilakukan oleh KAP Haryanto Sahari, akan
tetapi KAP HS meminta izin untuk melihat 20-F seluruhnya terlebih dahulu. Permintaan tersebut
ditolak oleh PT Telkom karena waktunya yang sangat krusial serta tidak ada hubungannya antara
PT Telkom dengan KAP HS, juga untuk segera dilaporkan ke SEC. Oleh karena itu, KAP HS-
pun menolak untuk memberi tahu akan hasil audit yang pernah dilakukannya, serta KAP HS
tidak memberi izin kepada KAP Eddy Pianto untuk mengacu pada hasil audit sebelumnya. PT
Telkom berpendapat tidak memerlukan izin dari KAP HS untuk melampirkan opininya.

18
Pada tanggal 25 Maret 2003 PwC Amerika Serikat Meminta Thornton International Amerika
Serikat untuk menginformasikan kepada SEC bahwa Thornton AS tidak berafiliasi dengan Grant
Thornton Indonesia /KAP Eddy Pianto. berdasarkan surat SEC kepada PT. Telkom tertanggal 29
April 2003, SEC menyatakan tidak dapat menerima Form 20-F yang disampaikan oleh PT.
Telkom dengan alasan-alasan sebagai berikut :
1. Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Telkom Tahun Buku 2002 belum mendapatkan quality
control dari Grant Thornton LL,P., selaku US Affiliate KAP Eddy Pianto
2. Terlapor tidak memberikan ijin untuk dimasukkannya Laporan Audit Terlapor atas Laporan
Keuangan PT. Telkomsel Tahun Buku 2002 dalam Form 20-F PT. Telkom
3. Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Telkom Tahun Buku 2002 yang dimasukkan dalam Form
20-F PT. Telkom tidak disertai dengan Laporan Audit atas Laporan Keuangan anak perusahaan
PT. Telkom lainnya yang juga diacu oleh KAP Eddy Pianto
Dengan adanya penolakan tersebut Kantor Audit Publik Eddy Pianto izin usahanya
dibekukan oleh BAPPEPAM LK dan tidak boleh berada dibursa selama waktu tertentu. Karena
menjadikan saham PT Telkom anjlok.

9.8 Pihak-pihak Yang Terlibat


Berikut ini merupakan pihak-pihak yang terlibat dalam kasus diatas dan dengan disertai oleh
perannya masing-masing:
1) KAP Drs. Haryanto Sahari & Rekan sebagai KAP yang dipercaya mengaudit PT. Telkomsel
2) KAP Eddy Pianto sebagai KAP yang dipercaya melakukan audit konsolidasi atas PT. Telkom.
3) PT Telkom selaku perusahaan yang di audit.

9.9 Pelanggaran Yang Dilakukan


Berikut ini merupakan Pelanggaran-pelanggaran kode etik yang dilakukan pihak KAP
yakni sebagai berikut:
1. Kepercayaan
KAP Haryanto Sahari dan KAP Eddi Pianto telah melanggar kepercayaan. Karena pasar
keuangan tidak dapat beroperasi tanpa kepercayaan. Kerjasama adalah penting dan kepercayaan
adalah prasyarat kerjasama.
2. Pelanggaran terhadap Independensi.

19
Suatu Kantor Akuntan Publik harus menunjukkan integritasnya kepada klien maupun
masyarakat. Suatu KAP dalam tugasnya dituntut untuk bersikap jujur dan mempertahankan
objektivitas tanpa dipengaruhi tekanan dari pihak manapun untuk kepentingan pribadi. KAP Drs.
Haryanto Sahari tidak seharusnya melakukan penilaian kualifikasi terhadap KAP lain melalui
penolakan kesediaan terasosiasi. Walaupun atas dasar alasan menghindari risiko yang dapat
merugikan karena keraguan kelayakan hak berpraktek KAP Eddy Pianto dihadapan US SEC.
Seharusnya KAP Drs. Haryanto Sahari & rekan bersikap adil terhadap KAP Eddy Pianto dan
tidak melakukan hal-hal bersifat menjatuhkan, dikarenakan tidak adanya kewenangan dan tidak
diperkenankan anggota KAP melakukan tindakan dan/atau mengucapkan perkataan yang
mencemarkan profesi.
3. Pelanggaran terhadap standar umum, yaitu kepatuhan terhadap standar. Anggota KAP harus
mematuhi standar berikut ini beserta interpretasi yang terkait yang telah dikeluarkan oleh badan
pengatur standar yang ditetapkan IAI. KAP Drs. Haryanto Sahari tidak seharusnya dengan
sengaja memberikan interpretasi yang menyesatkan kepada PT. Telkom, PT. Telkomsel, dan US
SEC mengenai Standar Audit Amerika khususnya AU 543.
4. Pelanggaran tanggung jawab kepada rekan seprofesi. Dengan memberikan interpretasi yang
menyesatkan kepada PT. Telkom, PT. Telkomsel, dan US SEC, KAP Drs. Haryanto Sahari
mengakibatkan rusaknya kualitas audit yang dilakukan oleh KAP Eddy Pianto atas Laporan
Keuangan Konsolidasi PT. Telkom tahun Buku 2002 sehingga menghalangi KAP Eddy Pianto
untuk bersaing dengan KAP Drs. Haryanto Sahari sehubungan dengan penyediaan layanan audit
ke perusahaan-perusahaan besar yang tercatat di lantai bursa (BEJ). Seharusnya anggota KAP
wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan yang dapat
merusak reputasi rekan seprofesi.

9.10 Sanksi
Berikut ini merupakan sanksi-sanksi yang diterima oleh pihak yang terlibat dalam kasus yang
bersangkutan
1. Kantor Akuntan Publik (KAP) Haryanto Sahari dan Rekan.
KAP Haryanto Sahari dan Rekan harus membayar denda sebesar Rp 20.000.000.000,00 (dua
puluh milyar rupiah) dan di setorkan ke kas negara sebagai setoran penerimaan negara bukan
pajak dan harus dibayar lunas paling lambat dalam waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak

20
diterimanya pemberitahuan putusan tersebut, dengan denda keterlambatan Rp. 10.000.00,00
(sepulujuta rupiah) per hari untuk setiap hari keterlambatan atas tidak dilaksanakannya putusan
tersebut.
2. KAP Eddy Pianto
Oleh Bapepam KAP Eddy Pianto diwajibkan untuk tidak melakukan kegiatan usaha di pasar
modal dan serta mendapatkan pembekuan sementara atas izin usaha KAP tersebut.

9.11 Dampak
Berikut merupakan dampak yang ditimbulkan dari kasus tersebut, yaitu:
1) Bagi masyarakat.
Masyarakat, dalam hal ini merupakan para investor yang berinvestasi di perusahaan tersebut
terpaksa mengalami kerugian seiring dengan anjloknya harga saham yang dimiliki oleh PT.
Telkom
2) Bagi pemerintah.
Akibat kasus ini, negara mengalami kerugian yaitu jatuhnya indeks harga saham gabungan di
Bursa Efek yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap penurunan keinginan investor
baik didalam negeri maupun luar negeri yang ingin berinvestasi di Indonesia terkhususnya di PT
Telkom.
3) Bagi Perusahaan
Akibat kasus ini berdampak pada diberhentikan sementaranya perdagangan saham PT.
Telkom yang tercatat di New York Stock Exchange. Kemudian, Harga saham PT. Telkom di
Bursa Efek Jakarta turun secara signifikan dari harga penutupan sehari sebelumnya.

9.12 Solusi
Adapun solusi yang dapat kami tawarkan dalam kasus ini yaitu profesionalitas seorang
auditor dalam menjalankan tugasnya merupakan aset penting yang harus dimiliki. Saling
menghargai sesama profesi dan menjalankan tugas sebaik-baiknya adalah tujuan dari setiap
pekerjaan. Minimal tidak membuat orang susah, dengan bagusnya sikap dan sifat Kantor
Akuntan Publik yang ada di Indonesia akan membuat reputasi saham di pasar akan membaik.
Dan banyak investor yang akan menanamkan modalnya di Indonesia. Dengan adanya reputasi
baik tersebut, perekonomian Indonesia di mata dunia akan mendapatkan tempat yang baik pula.

21
Sehingga akan berdampak pada semakin banyak perseroan-perseroan dari Indonesia
mendapatkan perilaku yang baik juga di bursa asing.
9.7 Kesimpulan Kasus

Masalah muncul pada saat laporan audit (konsolidasi) tentang total kinerja PT Telkom
yang di audit oleh KAP Eddy Pianto ditolak oleh PwC (Pricewaterhouse Coopers). Alasannya
adalah lembaga itu tidak mau berasosiasi dengan pekerjaan KAP Eddy Pianto. Sikap itu tersebut.
Seharusnya sesama Kantor Akuntan Publik perlu bekerja sama dan saling mendukung dalarm
menjalankan tugas sebagai seorang auditor sehingga dengan saling adanya kerjasama diantara
kedua belah pihak, maka akan dapat menciptakan kualitas laporan keuangan yang handal. Selain
itu, para auditor juga hendaknya menjaga profesionalitas agar reputasi saham di pasar tetap baik.
Dimana profesionalitias seorang auditor tersebut dalam menjalankan tugasnya merupakan asset
penting yang harus dimiliki.

Rekomendasi agar kasus serupa tidak terjadi yakni sebagai berikut:

1. Perusahaan dan KAP seharusnya menjalankan tugas sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan.

2. Perusahaan seharusnya menunjuk KAP yang sesuai dengan ketentuan SEC agar laporan
keuangan dapat diterima dengan baik

3. Sesama Kantor Akuntan Publik perlu bekerja sama dan saling mendukung dalam menjalankan
tugas sebagai seorang Auditor.

4. Para Auditor hendaknya menjaga profesionalitas atau kinerja kerjanya supaya reputasi saham
di pasar tetap baik.

5. Professionalitas seorang auditor dalam menjalankan tugasnya merupakan asset penting yang
harus dimiliki.

22
DAFTAR PUSTAKA

Arief Effendi, Muh. 2009. The Power of Good Corporate Governance (Teori dan Implementasi).
Jakarta: Salemba Empat

Hamdani. 2016. Good Corporate Governance (Tinjauan Etika dalam Praktik Bisnis. Jakarta:
Mitra Wacana Media

https://id.scribd.com/document/331525255/Kasus-Pt-Telkom-Tbk

https://muhariefeffendi.wordpress.com/2008/05/30/e-reporting-system-sebagai-implementasi-
gcg/

23

Anda mungkin juga menyukai